Trafo distribusi

34
TRANSFORMATOR DISTRIBUSI A. TUJUAN PERCOBAAN Setelah melakukan praktikum,mahasiswa diharapkan dapat : 1. Menentukan karakteristik-karakteristik trafo 3 fasa pada berbagai jenis pembebanan. 2. Mengetahui rugi-rugi transformator pada berbagai jenis hubungan transformator 3 fasa. 3. Mengetahui besarnya efisiensi transformator pada berbagai jenis hubungan transformator. B. TEORI DASAR 1. Pengertian Transformator Transformator adalah suatu alat untuk memindahkan daya listrik arus bolak-balik dari suatu rangkaian ke rangkaian lainnya secara induksi elektromagnetik. Transformator dapat dibedakan atas beberapa klasifikasi,yaitu trafo daya;trafo distribusi dan trafo instrumentasi.Trafo yang akan dipraktekkan adalah trafo distribusi.Transformator distribusi adalah trafo yang memindahkan besaran tegangan yang besarnya

Transcript of Trafo distribusi

Page 1: Trafo distribusi

TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

A. TUJUAN PERCOBAAN

Setelah melakukan praktikum,mahasiswa diharapkan dapat :

1. Menentukan karakteristik-karakteristik trafo 3 fasa pada berbagai jenis

pembebanan.

2. Mengetahui rugi-rugi transformator pada berbagai jenis hubungan

transformator 3 fasa.

3. Mengetahui besarnya efisiensi transformator pada berbagai jenis

hubungan transformator.

B. TEORI DASAR

1. Pengertian Transformator

Transformator adalah suatu alat untuk memindahkan daya listrik

arus bolak-balik dari suatu rangkaian ke rangkaian lainnya secara

induksi elektromagnetik.

Transformator dapat dibedakan atas beberapa klasifikasi,yaitu trafo

daya;trafo distribusi dan trafo instrumentasi.Trafo yang akan

dipraktekkan adalah trafo distribusi.Transformator distribusi adalah trafo

yang memindahkan besaran tegangan yang besarnya di atas 1 MVA, dan

umumnya dipakai pada saluran transmisi.

Pada dasarnya,suatu transformator itu terdiri dari dua atau lebih

kumparan yang dihubungkan oleh medan magnetik bersama (mutual

magnetic field).Bila satu diantara kumparan inti,yang primernya

dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik,akan timbul fluks

bolak-balik yang amplitudonya bergantung pada tegangan primer dan

jumlah lilitan.Fluks bersama akan menghubungkan kumparan yang lain,

yang sekundernya akan menginduksikan tegangan di dalamnya yang

nilainya bergantung pada jumlah lilitan sekunder.

Page 2: Trafo distribusi

2. Prinsip Kerja

Transformator distribusi bekerja berdasarkan prinsip induksi

elektromagnetik dengan adanya gandengan magnet antara dua sisi,yaitu sisi

primer dan sisi sekunder,dimanagandengan ini dapat berupa tipe cangkang dan

tipe inti yang secara skema dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Skema prinsip kerja transformator.

Dimana: V1 = Tegangan pada sisi masukan (primer)

V2 = Tegangan pada sisi keluaran (sekunder)

N1 = Jumlah lilitan pada sisi primer

N2 = Jumlah lilitan pada sisi sekunder

e1 = GGL yang timbul pada sisi primer

e2 = GGL yang timbul pada sisi sekunder

Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan, maka

akan mengalir arus bolak-balik I1 pada kumparan tersebut.Oleh karena itu

kumparan mempunyai inti,arus I1 menimbulkan fluks magnet yang juga

berubah-ubah pada intinya.Akibatnya adanya fluks magnet yang berubah-

ubah pada kumparan akan timbul GGL induksi e1.

V1 e1 N1 N2

Arah fluks

e2 V2

Page 3: Trafo distribusi

Besarnya GGL induksi pada kumparan primer adalah :

......................................... (1)

Dimana: e1 = GGL induksi pada kumparan primer

N1 = Jumlah lilitan kumparan primer

dΦ = Perubahan garis-garis gaya magnet dalam satuan weber

(1 weber = 108 maxwell)

dt = Perubahan waktu dalam detik

Besarnya GGL induksi pada kumparan sekunder adalah :

...................................... (2)

Dimana : N2 = Jumlah lilitan kumparan sekunder.

Harga efektifnya adalah :

=

= ........................................... (3)

Persamaan di atas menyatakan hubungan antara GGL (e) dan fluks (Φ)

serta belitan (N).Untuk sisi masukan besarnya fluks yang dihasilkan dapat

dituliskan:

...................................................

(4)

Untuk sisi keluaran tegangan GGL yang dihasilkan oleh fluks yang

mengalir dalam rangkaian magnetik dapat dituliskan :

= ...............................................

(5)

Perbandingan transformator dapat dituliskan sebagai berikut :

........................................ .(6)

Page 4: Trafo distribusi

Dimana: a = Perbandingan trafo

e1 = GGL pada sisi primer

e2 = GGL pada sisi sekunder

N1 = Jumlah lilitan belitan primer

N2 = Jumlah lilitan belitan sekunder

V1 = Tegangan yang timbul pada sisi primer

V2 = Tegangan yang timbul pada sisi sekunder

I1 = Arus yang timbul pada sisi primer

I2 = Arus yang timbul pada sisi sekunder

3. Rangkaian Ekivalen

Tidak seluruh fluks (Φ) yang dihasilkan oleh arus pemagnetan Im

merupakan fluks bersama (Φm), sebagian dari padanya hanya mencakup

kumparan primer (Φ1) atau kumparan sekunder saja (Φ2).Dalam model

rangkaian (rangkaian ekivlen) yang dipakai untuk menganlisa kerja suatu

transformator,adanya fluks bocor Φ1 dan Φ2 ditunjukkan sebagai reaktansi X1

dan X2.Sedangkan rugi tahanan ditunjukkan dengan R1 dan R2.Dengan

demikian model rangkaian dapt dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2. Rangkaian ekivalen transformator.

R1 X1 I1

Rc

IC

Xm

Im

E1 E2

I2 R2 X2

Z

N1 N2

V1

Page 5: Trafo distribusi

Keterangan gambar:

V1 = Tegangan sumber

R1 = Tahanan belitan peimer

R2 = Tahanan belitan sekunder

X1 = Reaktansi belitan primer

X2 = Reaktansi belitan sekunder

I1 = Arus primer

I2 = Arus sekunder

Rc = Tahanan inti besi

Xm= Reaktansi inti besi

Ic = Harga arus yang membentuk rugi-rugi inti besi dalam

pembentukan magnet

Im = Harga arus efektif di dalam pembentukan magnet

e1 = GGL induksi pada kumparan primer

e2 = GGL induksi pada kumparan sekunder

N1 = Jumlah lilitan pada kumparan primer

N2 = Jumlah lilitan pada kumparan sekunder

Z = Beban

4. Rugi-rugi Trafo

Rugi-rugi trafo yang berupa rugi inti atau rugi bsi dan rugi yang terdapat

pada kumparan primer dan sekunder.Untuk mengurangi rugi besi haruslah

diambil inti besi yang penampangnya cukup besar agar fluks magnet mudah

mengalir di dalamnya.Untuk memperkecil rugi tembaga,harus diambil kawat

tembaga yang luas penampangnya cukup besar untuk mengalirkan arus yang

diperlukan.Rugi inti terdiri dari rugi arus Eddy dan rugi hysterisis.Rugi arus

Eddy timbul akibat adanya arus pusar inti yang dapat menghasilkan

panas.Adapun arus pusar inti ditentukan oleh tegangan induksi pada inti pada

inti yang menghasilkan perubahan –perubahan fluks magnet.Rugi hysterisis

merupakan rugi tenaga yang disebabkan oleh flukd magnet bolak balik.

Page 6: Trafo distribusi

Gambar 3. Proses timbulnya rugi-rugi inti dan rugi-rugi tembaga.

Rugi tembaga (PCU)

Rugi-rugi tembaga merupakan rugi-rugi yang disebabkan oleh arus beban

yang mengalir pada kawat yembaga.

................................................... (7)

Rugi besi (Pm)s

......................................

...(8)

Untuk mencari besarnya efisiensi pada trafo dapat kita lihat pada

persamaan berikut ini:

......

(9)

Dimana:

5. Hubungan – hubungan Transformator 3 fasa

Sunber Kumparan primer

Fluks Bersama

Kumparan Sekunder

Beban

Rugi TembagaRugi Tembaga

Fluks Bocor Fluks Bocor

Rugi inti = Hysterisis + Arus Eddy

Page 7: Trafo distribusi

Ada empat cara merangkai belitan primer dan sekunder pada trafo 3 fasa

untuk memindahkan energi dari sistem tiga fasa ke sistem 3 fasa yang lain,

diantaranya adalah sebagai berikut.

1) Hubungan Y - ∆

Diagram penyambungan untuk hubungan ini dimana polaritas semuanya

adalah subtraktif dan juga terlihat kedudukan relatif dari tegangan-tegangan

jaringan (antara fasa/line to line) dan tegangan-tegangan perfasa (fasa ke

netral) terlihat bahwa terdapat pergeseran 30o antara tegangan jaringan primer

dengan sekunder,jika tegangan jaringan adalah V1 dan V2 maka trafo harus

dirancang agar primernya bekerja pada tegangan V1 / dan sekundernya

pada V2 seperti pada gambar nerikut:

R

t

s

r

T

S

Page 8: Trafo distribusi

Gambar 4. Trafo hubungan Y - ∆ .

2) Hubungan ∆ - Y

Dengan kembali menganggap bahwapolaritas semua trafo adalah

subtraktif.Diagram penyambungan ini menunjukkan menunjukkan hungan

waktu fasa antara tegangan primer dan sekunder disini terdapat pergeseran

sudut 90O,tetapi arahnya berlawanan dengan gambar 4.4.Trafo dirancang agar

primernya bekerja pada tegangan V1 dan sekundernya bekerja pada tegangan

V2 .

R

ST

W1 U1 V1 W1 U1 V1

V2 W2 U2

IT

IS

PRIMER

V2 W2 U2

IW

IU

IV

SEKUNDER

IR

R

S

R

s

t

r

Page 9: Trafo distribusi

Gambar 5. Trafo hubungan ∆ - Y

3) Hubungan Y – Y

Pada hubungan ini terminal-terminak ditandai secara subtraktif sesuai

aturan dengan tegangan primernya ditentukan R,S dan T sedangkan

sekundernya adalah r,s dan t .Perlu diingat bahwa jika tegangan primer adalah

P1 dan tegangan sekundernya adalah V2 maka tegangan primer dan sekunder

pada setiap trafo adalah V1 / dan V2 .

W1 U1 V1 W1 U1 V1

R

ST IT

IS

PRIMER

IW

IU

IV

SEKUNDER

V2 W2 U2

R

t

s

r

T

S

Page 10: Trafo distribusi

Gambar 6. Trafo hubungan Y – Y.

4) Hubungan ∆ - ∆

Pada gambar di bawah ini masing-masing polaritas dihubungkan secara

baik pada sisi primer dan sekundernya.Semua belitan primer dirncang untuk

bekerja pada tegangan V1 sedangkan belitan sekundernya dirancang untuk

mampu bekerja pada tegangan penuh V2.

W1 U1 V1 W1 U1 V1

R

ST IT

IS

PRIMER

IW

IU

IV

SEKUNDER

V2 W2 U2

R

t

s

r

T

S

Page 11: Trafo distribusi

Gambar 7. Trafo hubungan ∆ - ∆.

6. Pengujian Trafo

1) Beban Nol / Tanpa beban

Percobaan ini mempunyai beberapa tujuan diantaranya :

1. Membandingkan nilai tegangan primer dan tegangan sekunder.

2. Mengetahui karakteristik tegangan antara sisi primer dan sisi sekunder.

Untuk selanjutnya percobaan beban nol dapat kita lihat pada gambar

rangkaian di bawah ini.

Gambar 8. Rangkaian pengujian tanpa beban.

W1 U1 V1 W1 U1 V1

R

ST IT

IS

PRIMER

IW

IU

IV

PRIMER

V2 W2 U2 V2 W2 U2

A

AV2V1

Page 12: Trafo distribusi

2) Berbeban

Percobaan berbeban dilakukan dengan tujuan yaitu :

1. Untuk mengetahui karakteristik suatu tarnsformator.

2. Untuk mengetahui rugi-rugi pada transformator.

3. Untuk mengetahui efisiensi transformator.

Rangkaian untuk percobaan berbeban dapat dilihat pada gambar di bawah

ini.

(a)

(b)

Gambar 9. Rangkaian pengujian berbeban.

A

V1 V2

R

L

C

aA

Page 13: Trafo distribusi

Untuk selanjutnya beban dapat diganti-ganti dengan beban R – C ; R – L ; dan

R – L – C . Kesemuanya ini dilakukan agar pada setiap pembebanan dapat

diketahui perubahan arus yang terjadi.

C. ALAT DAN BAHAN

1. Trafo 3 Ø 1 buah

2. Regulator 3 Ø 1 buah

3. Wattmeter 2 buah

4. Amperemeter 6 buah

5. Voltmeter 8 buah

6. Multimeter 1 buah

7. Beban R, L dan C masing-masing 1 buah

8. Kabel secukupnya.

Page 14: Trafo distribusi

D. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Percobaan Beban Nol

a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Membuat rangkaian seperti pada gambar 10. (Trafo dihubung Y - Y).

c. Jika rangkaian sudah benar,memberi suplay tegangan (VL-N) sebesar 30

V.

d. Mencatat semua pembacaan alat ukur ke dalam tabel pengamatan

yang telah disediakan.

e. Mengulangi prosedur 3 dan 4 untuk suplay tegangan 40, 50, 60, dan

70 V.

f. Mengulangi prosedur 2 sampai 5 untuk hubungan trafo yang lainnya.

g. Percobaan selesai.

2. Percobaan Berbeban

Page 15: Trafo distribusi

a. Membuat rangkaian seperti pada gambar 10. (Trafo dihubung Y – Y).

Dengan beban R dan C.

b. Jika rangkaian sudah benar, memberi suplai tegangan (VL-L) sebesar

90 V.Memutar selektor pembebanan mulai dari 1, 2, 3, 4 dan 5.

c. Mencatat semua pembacaan alat ukur ke dalam tabel pengamatan

yang telah tersedia.

d. Percobaan selesai.

F. DATA HASIL PERCOBAAN TANPA BEBAN

a. Hubungan Y-Y (Y380 / Y220)Primer SekunderV1 (V) V2 (V) V3 (V) V12 (V) V23 (V) V31 (V) V1 (V) V2 (V) V3 (V) V12 (V) V23 (V) V31 (V)30 30 30 56 56 56 18 18 18 33 33 3340 40 40 75 75 75 24 24 24 44 44 4450 50 50 90 90 90 29 29 29 54 54 5460 60 60 107 107 107 34 34 34 64 64 6470 70 70 125 125 125 40 40 40 74 74 74

catatan : rasio belitan (a = 1.73)

b. Hubungan Y- (Y380 / 127)Primer Sekunder

Page 16: Trafo distribusi

V1 (V) V2 (V) V3 (V) V12 (V) V23 (V) V31 (V) V12 (V)V23 (V) V31 (V)

30 30 30 59 59 59 20 20 2040 40 40 75 75 75 25 25 2550 50 50 92 92 92 31 31 3160 60 60 108 108 108 37 37 3770 70 70 127 127 127 42 42 42

catatan : rasio belitan (a = 2.99)

c. Hubungan -Y ( 220 / Y 220)Primer Sekunder V12 (V) V23 (V) V31 (V) V1 (V) V2 (V) V3 (V) V12 (V) V23 (V) V31 (V)30 30 30 18 18 18 31 31 3140 40 40 23 23 23 41 41 4150 50 50 29 29 29 52 52 5260 60 60 34 34 34 61 61 6170 70 70 41 41 41 73 73 73catatan : rasio belitan (a = 1)

d. Hubungan - (220 / 127)Primer SekunderV12 (V) V23 (V) V31 (V) V12 (V) V23 (V) V31 (V)30 30 30 18 18 1840 40 40 24 24 2450 50 50 30 30 3060 60 60 35 35 3570 70 70 41 41 41catatan : rasio belitan (a = 1.73)

Page 17: Trafo distribusi

G. ANALISA HASIL PERCOBAAN TANPA BEBAN

a. Hubungan Y-Y (Y380 / Y220) dengan a =1,73

Mencari perbandingan belitan trafo hubungan Y-Y berdasarkan hasil

percobaan (data ke-1) , jika diketahui pada sisi primer V12 = 56 dan pada

sisi sekunder V12 = 33

maka,

Berikut tabel hasil perbandinagan belitan trafo hubungan Y-Y

Page 18: Trafo distribusi

Primer Sekunder aV1 (V) V12 (V) V1 (V) V12 (V)30 56 18 33 1,6940 75 24 44 1,750 90 29 54 1,6660 107 34 64 1,6770 125 40 74 1,68a rata-rata 1,68Grafik hubungan V12 (primer) dan V12 (sekunder)

Penjelasan Grafik :

Grafik diatas menunjukkan tegangan keluaran sisi sekunder lebih kecil

dari pada tegangan sisi primer (trafo berfungsi sebagai step down) dengan

perbandingan belitan a = 1,68b. Hubungan Y-∆ (Y380 / Y127) dengan a = 2,99

Mencari perbandingan belitan trafo hubungan Y-∆ berdasarkan hasil

percobaan (data ke-1) , jika diketahui pada sisi primer V12 = 59 dan pada

sisi sekunder V12 = 20

maka,

Berikut tabel hasil perbandinagan belitan trafo hubungan Y-∆

Page 19: Trafo distribusi

Primer SekunderV12 (V) aV1 (V) V12 (V)30 59 20 2,9540 75 25 350 92 31 2,9660 108 37 2,9170 127 42 3a rata-rata 2,964

Grafik hubungan V12 (primer) dan V12 (sekunder)

Penjelasan Grafik :

Grafik diatas menunjukkan tegangan keluaran sisi sekunder lebih kecil

dari pada tegangan sisi primer (trafo berfungsi sebagai step down) dengan

perbandingan belitan a = 2,964c. Hubungan ∆-Y (Y220 / Y220) dengan a = 1

Mencari perbandingan belitan trafo hubungan ∆-Y berdasarkan hasil

percobaan (data ke-1) , jika diketahui pada sisi primer V12 = 30 dan pada

sisi sekunder V12 = 31

maka,

Page 20: Trafo distribusi

Berikut tabel hasil perbandinagan belitan trafo hubungan ∆-Y

SekunderV12 (V) Primer aV1 (V) V12 (V)30 18 31 0,9640 23 41 0,9750 29 52 0,9660 34 61 0,9870 41 73 0,95a rata-rata 0,964

Grafik hubungan V12 (primer) dan V12 (sekunder)

Penjelasan Grafik :

Grafik diatas menunjukkan tegangan keluaran sisi sekunder sama dengan

tegangan sisi primer (trafo tidak berfungsi sebagaimana mestinya karena

tidak menaikkan dan menurunkan tegangan) dengan perbandingan belitan

a = 0,964d. Hubungan ∆-∆ (Y220 / Y127) dengan a =1,73

Mencari perbandingan belitan trafo hubungan ∆-∆ berdasarkan hasil

percobaan (data ke-1) , jika diketahui pada sisi primer V12 = 30 dan pada

sisi sekunder V12 = 18

Page 21: Trafo distribusi

maka,

Berikut tabel hasil perbandinagan belitan trafo hubungan Y-Y

PrimerV12 (V) SekunderV12 (V) a30 18 1,6640 24 1,6650 30 1,6660 35 1,7170 41 1,70a rata-rata 1,678

Grafik hubungan V12 (primer) dan V12 (sekunder)

Penjelasan Grafik :

Grafik diatas menunjukkan tegangan keluaran sisi sekunder lebih kecil

dari pada tegangan sisi primer (trafo berfungsi sebagai step down) dengan

perbandingan belitan a = 1,678H. KESIMPULAN PERCOBAAN TANPA BEBAN

1. Untuk Hubungan Y–Y (380 V/220 V dengan a = 1,73)

hasil perhitungan perbandingan trafo pada sisi primer dan sisi sekunder

Page 22: Trafo distribusi

adalah 1,68 (a rata-rata), jadi trafo ini bertfungsi sebagai trafo step down

a>1.

2. Untuk hubungan Y–Δ (380 V/127 V dengan a = 2,99)

hasil perhitungan perbandingan trafo pada sisi primer dan sisi sekunder

adalah 2,964 (a rata-rata), jadi trafo ini berfungsi sebagai trafo step down

a>1.

3. Untuk hubungan Δ–Y (220 V/220 V dengan a = 1) hasil

perhitungan perbandingan trafo pada sisi primer dan sisi sekunder adalah

0,964 (a rata-rata), jadi trafo dengan hubung ini tidak berfungsi

sebagaimana trafo pada umumnya karena tidak menaikkan dan

menurunkan tegangan a = 1.

4. Untuk hubungan Δ–Δ (220 V/127 V dengan a = 1,73)

hasil perhitungan perbandingan trafo pada sisi primer dan sisi sekunder

adalah 1,678 (a rata-rata), jadi trafo ini berfungsi sebagai trafo step down

a>1.

Page 23: Trafo distribusi

I. DATA HASIL PERCOBAAN BERBEBAN

R CPRIMER SEKUNDER

KET.V1

(V)V2

(V)V3

(V)V12

(V)V23

(V)V31

(V)I1

(A)I2

(A)I3

(A)V1

(V)V2

(V)V3

(V)V12

(V)V23

(V)V31

(V)I1

(A)I2

(A)I3

(A)IN

(A)P1

(W)111 111 90 90 90 156 156 156 0,1 0,1 0,1 52 52 52 95 95 95 0.16 0,19 0,19 0 4

Seimbang222 222 90 90 90 156 156 156 0,18 0,18 0,18 52 52 52 95 95 95 0,29 0,38 0,35 0 3333 333 90 90 90 156 156 156 0,31 0,31 0,31 52 52 52 95 95 95 0,55 0,55 0,5 0 4444 444 90 90 90 156 156 156 0,41 0,41 0,41 52 52 52 95 95 95 0,74 0,74 0,67 0 4555 555 90 90 90 156 156 156 0,51 0,51 0,51 52 52 52 95 95 95 0,94 0,92 0,84 0 3

catatan : trafo dihubung Y-Y dan beban R diseri dengan beban C (hubung Y)

Page 24: Trafo distribusi

J. ANALISA HASIL PERCOBAAN BERBEBAN

a. Menghitung cos ø pada sisi beban

Sebagai contoh analisa data, maka diambil data ke-1 untuk hubungan

Y–Y.

Dik : P1 = 4 Watt

V1 = 52 Volt

I1 = 0.16 A

Dit : cos ø = ... ?

Peny :

Cos =

=

Ø = 0,48

Dengan menggunakan cara yang sama, maka hasil analisa untuk mencari

cos ø pada sisi beban trafo dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Jenis bebanP1 (W) V1 (V) I1 (A) cos ø Ket.

R C

111 111 4 52 0,16 0,48

Seimbang222 222 3 52 0,29 0,19333 333 4 52 0,55 0,13444 444 4 52 0,74 0,1555 555 3 52 0,94 0,06

cos ø rata-rata 0,192

b. Pembuktian In

Sebagai contoh analisa data, maka diambil data ke-1.

Dik : I1 = 0,16 A

I2 = 0,19 A

I3 = 0,19 A

Dit : In secara teori ?

Penye : In = I1 + I2 + I3

Page 25: Trafo distribusi

= 0,16 < 0o + 0,19 < 120o + 0,19 <240o

= (0,16 + j 0) + (-0,095+ j 0,16) + (-0,095 – j 0,16)

= -0,03 + j 0

= 0,03 < 180o

In = 0,03 < 180º A

Dengan menggunakan cara yang sama, maka hasil analisa untuk mencari

In teori dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

No. Beban In teori (A) ǀIn teoriǀ (A) In praktikum (A)

1.

R-C seimbang

0,03 < 180º 0,03 0

2. 0,077 < 165,06º 0,077 0

3. 0,047 < 57,99º 0,047 0

4. 0,069 < 59,74º 0,069 0

5. 0,092 < 49,38º 0,092 0

Pembahasan Tabel hasil analisa data :

Pada percobaan beban seimbang didapatkan IN (TEORI) ≈ IN (PRAKTIKUM),

dimana beban seimbang IN = 0.

K. KESIMPULAN PERCOBAAN BERBEBAN

Page 26: Trafo distribusi

1. Pada percobaan beban seimbang secara teori dan perhitungan didapatkan

tidak ada arus yang mengalir ke titik netral (hubungan Y) atau IN = 0.

2. Hasil analisa pembuktian IN = 0 didapatkan IN (TEORI) ≈ IN (PRAKTIKUM).

Berikut data perbandingan In secara teori dan In praktikum.

In teori (A) In praktikum (A)

0,03 0

0,077 0

0,047 0

0,069 0

0,092 0

3. Untuk percobaan beban seimbang ini didapatkan cos ø rata-rata beban

sebesar 0,192.