TRADISI UPACARA BERSIH DESA MBAH MEYEK DI …/Tradisi...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id...
Transcript of TRADISI UPACARA BERSIH DESA MBAH MEYEK DI …/Tradisi...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
TRADISI UPACARA BERSIH DESA MBAH MEYEK DI
KAMPUNG BIBIS KULON SEBAGAI POTENSI WISATA
BUDAYA DI KOTA SURAKARTA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli
Madya Pada Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata
Disusun Oleh :
Gana Gustiarto
C9409012
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
1. Mulailah dari mendengar untuk mengerti dan memahami untuk menentukan
sikap dari hidup yang penuh makna. ( penulis )
2. Jangan berlebihan dalam mengagumi sesuatu sehingga melupakan sesuatu
yang paling penting dalam hidup yaitu diri sendiri. ( penulis )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Dengan Setulus hatiku kupersembahkan
karya tugas akhir ini kepada:
1. Bapak dan Ibuku tercinta terima kasih
atas doa restu dan dukungannya.
2. Adik – adikku tercinta.
3. Timy sahabatku atas perhatian dan
dukungannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Dengan puji syukur atas kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan
segala rahmat, karunia serta kasih – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir ini. Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu
syarat yang harus dipenuhi guna memperoleh gelar Ahli Madya program studi
Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Universitas sebelas maret.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu terselesaikannya skripsi ini, serta yang telah memberikan dukungan
baik secara moril maupun materiil yaitu:
1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D selaku dekan Fakultas Sastra dan
Seni Rupa yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan
Tugas Akhir ini.
2. Dra. Hj. Isnaini WW, M.pd selaku Ketua Program Diploma III Usaha
Perjalanan Wisata dan Pembimbing Akademik yang telah memberikan
pengarahan dan dukungan dalam penulisan Tugas Akhir ini.
3. Drs. Suharyana, M.pd selaku Sekretaris Program Diploma III Usaha
Perjalanan Wisata dan pembimbing pembantu, terima kasih telah
memberikan izin dalam penulisan Tugas Akhir ini.
4. Drs. Soedarmono, SU selaku Pembimbing Utama dalam penulisan
Tugas Akhir ini , terima kasih atas bimbingannya selama ini.
5. Bapak Joko Susilo selaku ketua Rw 18 kampung bibis kulon yang
telah memberikan penulis izin untuk mengadakan penelitian dan
pengambilan data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
6. Bapak Supadi selaku sesepuh kampung bibis kulon yang telah
memberikan banyak informasi yang dibutuhkan penulis dalam
penelitian ini.
7. Semua staf Diploma III Usaha Perjalanan Wisata yang telah membatu
dan memberikan pengarahan selama ini.
8. Semua teman – temanku angkatan 2009 yang selalu memberikan
motivasi dan bantuan kepada penulis.
9. Untuk temanku Bayu dan Ikhwan yang selalu memberikan masukan –
masukan dan tempat penulis mengeluh, tempat penulis mengadu, dan
tempat penulis meluapkan emosi terima kasih atas semuanya.
10. Ayah dan ibu yang selalu memberikan dorongan dan fasilitas yang di
butuhkan untuk penulis dalam penulisan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih
terdapat banyak kekurangan dalam penyusunannya, oleh karena itu penulis mohon
maaf atas kesalahan dan kekurangan dalam penulisan. Penulis menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan berupa pengarahan, kritik, saran yang penulis butuhkan dalam penulisan
Tugas Akhir ini.
Surakarta, Agustus 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK
Gana Gustiarto, C9409012, 2012. Tradisi Upacara Bersih Desa Mbah
Meyek di Kampung Bibis Kulon Sebagai Potensi Wisata Budaya di Kota
Surakarta. Program Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Fakultas Sastra dan
Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Laporan Tugas Akhir ini dilatar belakangi permasalahan yaitu apakah latar
belakang dan tujuan diadakan upacara bersih desa Mbah Meyek di kampung Bibis
Kulon, Potensi apa sajakah yang dapat menjadi daya tarik wisatawan di dalam
upacara bersih desa Mbah Meyek di kampung Bibis Kulon Surakarta,
Bagaimanakah peran masyarakat dan dan peran Dinas Pariwisata dalam
pelestarian dan pengembangan upacara bersih desa Mbah Meyek sebagai Atraksi
wisata budaya di kotamadya Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang telah
dirumuskan dalam penelitian ini yaitu mengetahui latar belakang dan tujuan
diadakan upacara bersih desa Mbah Meyek di kampung Bibis Kulon, potensi –
potensi yang dimiliki untuk menarik minat wisatawan serta peran masyarakat dan
kendala yang di hadapi dalam usaha melestarikan kebudayaan asli ini. Metode
yang digunakan dalam penyusunan laporan tugas akhir ini adalah teknik
pengumpulan data diantaranya observasi, wawancara, studi dokumen, studi
pustaka. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif dengan
menggunakan analisis SWOT yang digunakan untuk membantu mengidentifikasi
masalah yang telah diangkat.
Hasil Penelitian dengan menggunakan analisis SWOT menunjukan bahwa
keberadaan upacara bersih desa Mbah Meyek selalu dipertahankan masyarakat
kampung Bibis Kulon meski menemui kendala – kendala. Tradisi ini memiliki
potensi – potensi dan keunikan yang dapat dikembangkan menjadi sebuah atraksi
wisata yang mampu menjadi produk unggulan Pariwisata di Surakarta. Perhatian
dari pemerintah dan dinas pariwisata dalam upaya pengembangannya masih
kurang. Belum adanya upaya lanjutan dan kelembagaab khusus yang mengelola
upacara bersih dea Mbah Meyek di kampung Bibis Kulon Surakarta.
Berdasarkan hasil pembahasan di atas maka disimpulkan bahwa Tradisi
Upacara Bersih Desa Mbah Meyek di kampung Bibis Kulon dapat dijadikan
Sebagai Wisata Budaya di Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………..………...... i
HALAMAN PENGESAHAAN PEMBIMBING……………………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI…………………………... iii
MOTTO……………………………………………………………………….... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………... v
KATA PENGANTAR …………………………………………………………. vi
ABSTRAK …………………………………………………………………… viii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………… ix
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………..…. xi
BAB I PENDAHULUAN………………………………................................. 1
A. Latar belakang masalah……………………..………………… .. 1
B. Perumusan masalah………………..…………………………… . 4
C. Tujuan penelitian………………………………………………... 5
D. Manfaat penelitian……………………………………………..... 5
E. Kajian teori….…………………………………………………… 6
F. Metode penelitian………………………………………………… 15
G. Sistematika penulisan…………………………………………… 18
BAB II GAMBARAN UMUM KAMPUNG BIBIS KULON DAN ASAL -
USUL UPACARA BERSIH DESA MBAH MEYEK………….....… 19
A. Gambaran umum kampung Bibis Kulon………………………. 19
B. Kondisi sosial dan budaya masyarakat kampung Bibis Kulon.. 22
C. Keberadaan upacara bersih desa Mbah Meyek………...……… 23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
1. Asal – usul upacara bersih desa Mbah Meyek……………… 23
2. Latar belakang dan tujuan diadakannya upacara bersih desa
Mbah Meyek…………………………………………..…….. 28
3. Pandangan masyarakat tentang upacara bersih desa Mbah
Meyek……………………………………………………….. 32
BAB III TRADISI UPACARA BERSIH DESA MBAH MEYEK SEBAGAI
POTENSI WISATA BUDAYA………………………..………….... 35
A. Prosesi upacara bersih desa Mbah Meyek………………………. 35
1. Waktu dan tempat upacara bersih desa Mbah Meyek…......... 35
2. Pelaksanaan upacara bersih desa Mbah Meyek……...……… 36
B. Peranan masyarakat dan pemerintah dalam melestarikan upacara
bersih desa Mbah Meyek………………………………………… 43
C. Kendala-kendala dalam melestarikan upacara bersih desa Mbah
Meyek…………………………………………………………… 46
D. Potensi upacara bersih desa Mbah Meyek dengan menggunakan
Analisis SWOT ………………………………………………… 48
E. Strategi pengembangan potensi upacara bersih desa Mbah Meyek 52
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………… 55
A. Kesimpulan……………………………………………………… 55
B. Saran…………………………………………………………….. 57
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 58
LAMPIRAN……………………………………………………………………. 59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 : Daftar informan dalam peneliltian…………………….. 59
2. Lampiran 2 : Daftar istilah asing…………………………………….. 60
3. Lampiran 3 : Transkrip riwayat singkat Mbah Meyek………………. 62
4. Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian…………………………………………. 63
5. Lampiran 5 : Peta Kota Surakarta…………………………………............ 64
6. Lampiran 6 : Foto – foto di pundhen sendhang Mbah Meyek……… 65
7. Lampiran 8 : Foto – foto di pundhen Mbah Kyai Asem Kandhang… 67
8. Lampiran 10 : Foto – foto di pundhen Sumur Mbah Sodrono……… 69
9. Lampiran 12 : Foto – foto di pundhen Mbah Sumur Bandung……… 71
10. Lampiran 14 : Foto – foto di pundhen Mbah Asem Gede…………… 73
11. Lampiran 15 : Foto – foto Sesaji yang digunakan dalam upacara bersih desa
Mbah Meyek…………………………………………………………... 74
12. Lampiran 16 : Foto saat prosesi kirab wayang mengelilingi kampung 75
13. Lampiran 18 : Foto saat pertunjukan wayang kulit…………………. 77
14. Lampiran 19 : Foto Musibah Kebakaran yang terjadi di Pasar Mebel 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di wilayah yang
strategis, di antara dua benua dan dua samudra. Dua Benua tersebut adalah Benua
Asia dan Benua Australia, dan terletak antara dua samudra yaitu samudra Hindia
dan samudra Pasifik. Indonesia terkenal dengan sebutan Negara agraris karena
masyarakat Indonesia kebanyakan adalah petani. Selain Negara agraris, Indonesia
juga disebut Negara maritim karena wilayah Indonesia yang dikelilingi perairan.
Hal tersebut membuat Indonesia sebagai daerah yang strategis untuk dikunjungi.
Pariwisata merupakan manifestasi gejala naluri manusia sejak purbakala,
yaitu hasrat untuk mengadakan perjalanan, lebih dari itu pariwisata dengan ragam
motivasinya akan menimbulkan permintaan-permintaan dalam bentuk jasa-jasa
dan persediaan-persediaan lain.Pada hakikatnya berwisata adalah suatu proses
kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain diluar tempat
tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik
karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan , politik, agama, bisnis, rekreasi
maupun kepentingan lain seperti menambah pengalaman ataupun untuk
pembelajaran. Secara umum pariwisata dapat dilihat sebagai sektor yang dapat
mendorong dan meningkatkan kegiatan pembangunan, menciptakan lapangan
usaha baru, membuka lapangan kerja, dan mampu meningkatkan pendapatan
masyarakat serta pendapatan asli daerah, apabila dikelola dan dikembangkan
secara maksimal.( Kusmayadi dan Endar Sugiarto, 2000:4 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Indonesia adalah Negara dengan kekayaan alam dan keanekaragaman
budaya yang menarik dan memiliki ciri khas sendiri bagi siapa saja yang
melihatnya. Banyak potensi pariwisata di Indonesia yang belum digali dan
dikembangkan untuk dipasarkan pada konsumen terutama dalam bidang
kebudayaan. Kebudayaan merupakan sektor dalam dunia pariwisata yang sangat
berpotensi. Potensi – potensi tersebut perlu dikelola dan dikembangkan agar
menjadi suatu daya tarik tersendiri suatu daerah menjadi Daerah Tujuan Wisata
(DTW) yang paling diminati.
Negara Indonesia memiliki keaneka ragaman budaya dan setiap daerah di
Indonesia memiliki budaya dan adat istiadat tersendiri. Seperti contoh adalah
pulau Bali yang menjadi daerah tujuan wisata yang diminati baik wisatawan
domestic maupun mancanegara. Industri pariwisata di pulau bali sudah sangat
berkembang pesat, hal tersebut tak lepas dari kebudayaan masyarakat pulau bali
yang mampu menjadikan kebudayaan mereka sebagai daya tarik tersendiri bagi
wisatawan. Masyarakat bali mampu melestarikan dan mengembangkan
kebudayaan Bali yang religius dan sakral yang mampu bertahan di atas budaya
asing yang masuk ke pulau Bali. Masyarakat Bali yang sadar akan kebudayaan
menjadikan Bali berkembang dalam industri pariwisata tanpa kehilangan norma-
norma kebudayaan. Bali dapat menjadi contoh daerah-daerah lain di Indonesia
yang masih belum berkembang dalam industri pariwisata.
Pariwisata dengan segala aspek kehidupan yang terkait di dalamnya akan
menuntut konsekuensi dari terjadinya pertemuan dua budaya atau lebih yang
berbeda, yaitu budaya para wisatawan dengan budaya masyarakat sekitar obyek
wisata. Budaya-budaya yang berbeda dan saling bersentuhan itu akan membawa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
pengaruh yang menimbulkan dampak terhadap segala aspek kehidupan dalam
masyarakat sekitar obyek wisata. Pada hakekatnya ada empat bidang pokok yang
dipengaruhi oleh usaha pengembangan pariwisata, yaitu ekonomi, sosial, budaya,
dan lingkungan hidup. Dampak positif yang menguntungkan dalam bidang
ekonomi yaitu bahwa kegiatan pariwisata mendatangkan pendapatan devisa
negara dan terciptanya kesempatan kerja, serta adanya kemungkinan bagi
masyarakat di daerah tujuan wisata untuk meningkatkan pendapatan dan standar
hidup mereka. Dampak positif yang lain adalah perkembangan atau kemajuan
kebudayaan, terutama pada unsur budaya teknologi dan sistem pengetahuan yang
maju. Dampak negatif dari pengembangan pariwisata tampak menonjol pada
bidang sosial, yaitu pada gaya hidup masyarakat di daerah tujuan wisata. Gaya
hidup ini meliputi perubahan sikap, tingkah laku, dan perilaku karena kontak
langsung dengan para wisatawan yang berasal dari budaya berbeda.
Kotamadya Surakarta adalah daerah tujuan wisata yang berkembang dari
segi kebudayaan. Banyak kebudayaan di kotamadya Surakarta yang dijadikan
sebagai wisata budaya, namun masih banyak kebudayaan atau upacara adat yang
masih belum dipromosikan dan berpotensi dalam perkembangan atraksi wisata
budaya di kotamadya Surakarta. Bibis Kulon adalah kampung di kelurahan
Gilingan, Kecamatan Banjarsari kota Surakarta. Kampung Bibis Kulon
mempunyai tradisi atau kebudayaan yang sudah turun temurun sejak Indonesia
belum merdeka namun masih ada hingga sekarang dan masih banyak orang yang
masih belum mengenal tradisi ini. Tradisi yang ada di kampung bibis kulon
tersebut adalah Upacara bersih desa kampung bibis kulon atau sering disebut
upacara adat “Mbah Meyek”. Upacara Mbah Meyek kampung bibis kulon adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
upacara bersih desa yang bertujuan untuk menolak bala bencana yang ada di
kampung tersebut.
Dari pernyataan di atas menunjukan bahwa potensi kebudayaan perlu
dikelola dengan baik sehingga dapat mempengaruhi perkembangan industri
pariwisata kota Surakarta. Dengan semakin kuatnya alasan tersebut maka
dilakukan penelitian dengan judul “ TRADISI UPACARA BERSIH DESA
MBAH MEYEK DI KAMPUNG BIBIS KULON SEBAGAI POTENSI
WISATA BUDAYA DI KOTA SURAKARTA “.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan
permasalahan – permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah latar belakang dan tujuan diadakannya upacara bersih desa Mbah Meyek
di kampung bibis kulon Surakarta?
2. Potensi apa sajakah yang dapat menjadi daya tarik wisatawan di dalam upacara
bersih desa Mbah Meyek di kampung Bibis Kulon Surakarta ?
3. Bagaimanakah peran masyarakat dan peran Dinas Pariwisata dalam pelestarian
dan pengembangan upacara bersih desa Mbah Meyek sebagai Atraksi wisata
budaya di Kotamadya Surakarta?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
C. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui latar belakang dan tujuan diadakannya upacara bersih desa
Mbah Meyek di Kampung Bibis Kulon Surakarta.
2. Untuk mengetahui potensi yang dapat dijadikan daya tarik wisatawan dalam
upacara bersih desa Mbah Meyek di Kampung Bibis Kulon Surakarta.
3. Untuk mengetahui peranan masyarakat daerah setempat dan Dinas Pariwisata
kota Surakarta dalam melestarikan dan mengembangkan Upacara Bersih desa
Mbah Meyek sebagai Wisata Budaya
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
a. Menambah pengetahuan dan wawasan ilmiah tentang potensi kebudayaan
dalam kaitannya dengan bidang pariwisata.
b. Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan setiap pembaca
sebagai tambahan pengetahuan dan sumber data dalam sebuah penelitian.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk memberikan bantuan dalam penelitian lebih lanjut
b. Setelah mengetahui hasil penelitian ini diharapkan memberi masukan
kepada pemerintah kota Surakarta pada umumnya dan masyarakat Kampung
Bibis Kulon.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
E. Kajian Teori
I. Pengertian Pariwisata:
Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan oleh orang atau
kelompok dari daerah asal ke tempat lain dengan tujuan menikmati sesuatu yang
baru dan bersifat sementara atau tidak menetap. Pada hakekatnya setiap manusia
mempunyai tingkat rutinitas yang tinggi tentang kehidupannya. Manusia hampir
selalu melakukan aktivitas dan hal yang sama setiap harinya, sering disebut
dengan rutinitas. Tingkat rutinitas yang tinggi ternyata berdampak besar terhadap
kehidupan manusia. Dampak dari rutinitas yang tinggi adalah menyebabkan ke-
tidak stabilan emosi, dan meningkatkan tingkat strees pada diri manusia. Untuk
mengantisipasi hal tersebut manusia selalu mencari hal atau sesuatu yang baru di
luar rutinitas mereka dan mampu memberikan mereka suasana baru. Pariwisata
merupakan suatu gejala perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat lain yang
mampu dijadikan sector industry jasa dalam usaha meningkatkan perekonomian
suatu Negara dengan cara menyediakan jasa, sarana dan prasarana di Daerah
Tujuan Wisata ( DTW )
4 (empat) kriteria perjalanan pariwisata:
1) Tujuannya semata-mata untuk bersenang-senang dan mencari
sesuatu yang baru;
2) Dilakukan dari satu daerah ( daerah asal ) ke daerah yang lain;
3) Dilakukan minimal 24 jam;
4) Perjalanan dilakukan semata-mata tidak untuk mencari nafkah di
daerah tujuan wisata, namun untuk berperan sebagai konsumen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
yang menikmati jasa, sarana dan prasarana di daerah tujuan wisata (
DTW ).
Dalam mengembangkan daerah tujuan wisata juga harus mempunyai aspek –
aspek yang sangat membantu dalam meningkatkan daya tarik wisatawan. Adapun
Aspek-aspek Pengembangan Wisata adalah sebagai berikut.
c. Attraction (daya tarik); daerah tujuan wisata (selanjutnya disebut DTW)
untuk menarik wisatawan pasti memiliki daya tarik, baik daya tarik
berupa alam maupun masyarakat dan budayanya.
d. Accesable (transportasi); accesable dimaksudkan agar wisatawan
domestik dan mancanegara dapat dengan mudah dalam mengunjungi
suatu daerah tujuan wisata
e. Amenities (fasilitas); amenities memang menjadi salah satu syarat daerah
tujuan wisata agar wisatawan dapat dengan betah tinggal lebih lama di
daerah tujuan wisata.
f. Ancillary (kelembagaan); adanya lembaga yang mengelola suatu daerah
tujuan wisata, maka wisatawan akan semakin sering mengunjungi dan
mencari, apabila di daerah tersebut wisatawan dapat merasakan
keamanan, (protection of tourism) dan terlindungi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Setelah memahami tentang istilah dan pengertian tentang pariwisata
berikutnya dikemukakan bentuk dan jenis pariwisata.
A. Bentuk Pariwisata
Nyoman S.Pendit dalam bukunya Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar
Perdana mengemukakan bentuk pariwisata dapat dibagi menurut beberapa
kategori antara lain:
1. Menurut asal wisatawan:
a. Dari dalam negeri disebut juga pariwisata domestik atau pariwisata
nusantara.
b. Dari luar negeri disebut juga pariwisata internasional atau pariwisata
mancanegara.
2. Menurut akibat terhadap neraca pembayaran:
a. Pariwisata aktif yaitu kedatangan wisatawan dalam negeri memberi efek
positif terhadap neraca pembayaran luar negeri.
b. Pariwisata pasif yaitu warga negara yang keluar negeri memberi efek
negatif terhadap neraca pembayaran luar negeri.
3. Menurut jangka waktu:
a. Pariwisata jangka pendek apabila wisatawan yang berkunjung ke DTW
(Daerah Tujuan Wisata) hanya beberapa hari saja.
b. Pariwisata jangka panjang apabila wisatawan yang berkunjung ke DTW
(Daerah Tujuan Wisata) waktunya sampai berbulan-bulan.
4. Menurut jumlah wisatawan:
a. Pariwisata tunggal apabila wisatawan yang bepergian hanya seorang atau
sekeluarga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
b. Pariwisata rombongan apabila wiasatwan yang bepergian satu kelompok
atau rombongan yang berjumlah 15 sampai 20 orang atau lebih.
5. Menurut alat angkut:
a. Pariwisata Udara.
b. Pariwisata Laut.
c. Pariwisata Kerta Api.
d. Pariwisata Mobil.
B. Adapun jenis – jenis wisata yaitu :
a. Wisata Budaya
Perjalanan wista yang bertujuan untuk mempelajari adat istiadat,
budaya, tata cara kehidupan masyarakat dan kebiasaan yang terdapat
didaerah atau negara yang dikunjungi.
b. Wisata Olahraga
Perjalanan wisata dengan tujuan untuk mengikuti kegiatan olahraga
misalnya; Olympiade, Thomas Cup, Pra Piala Dunia dan SeaGames.
c. Wisata Kuliner
Perjalanan wisata yang bertujuan untuk menikmati
keanekaragaman makanan yang terdapat didaearah atau negara yang
dikunjungi.
d. Wisata Pertanian
Pengorganisasian perjalanan yang dilakukan dengan mengunjungi
pertanian, perkebunan untuk tujuan study, dan riset atau study banding.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
e. Wisata Kesehatan
Perjalanan wisata dengan tujuan untuk sembuh dari suatu penyakit
atau untuk memulihkan kesegaran jasmani dan rohani. Wisata ini disebut
juga Wisata Pulih Sembuh.
f. Wisata Maritim atau Bahari
Wisata yang sering dikaitkan dengan olahraga air, seperti
berselancar, menyelam, berenang, dan lain sebagainya. Objeknya adalah
pantai, laut, sungai, kepulauan, termasuk taman laut. Karena kegiatannya
di air, wisata ini disebut juga wisata Tirta.
g. Wisata Industri
Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa
untuk berkunjung ke suatu industri yang besar guna mempelajari atau
meneliti industri tersebut.
h. Wisata Bulan Madu
Perjalanan dalam jenis wisata ini adalah orang yang sedang
berbulan madu atau pengantin baru. Agen perjalanan atau Biro perjalanan
yang menyelenggarakan wisata ini biasanya menyediakan fasilitas yang
istimewa atau khusus. Diharapkan agar wistawan benar-benar menikmati
bulan madu dengan kesen-kesan khusus, indah dan meninggalkan
kenangan yang istimewa bagi bulan madu mereka.
i. Wisata Komersial
Perjalanan wisata untuk tujuan yang bersifat komersial ataupun
dagang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
j. Wisata Cagar Alam
Kegiatan berkunjung ke daerah cagar alam. Di samping itu untuk
mengunjungi binatang atau tumbuhan yang langka juga, untuk tujuan
menghirup udara segar dan menikmati keindahan alam.
II. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan adalah sistem atau gagasan dari pola pikir manusia yang
diwariskan secara turun-temurun, meliputi pengetahuan, norma-norma, adat
istiadat, kepercayaan, kebiasaan, moral dan kesenian. Dengan kata lain
kebudayaan mencakup semua yang didapatkan atau dipelajari manusia dalam
kehidupan bermasyarakat. Menurut A.L Kroeber dan C.Kluckhon kebudayaan
terdiri atas berbagai pola, bertingkah laku mantap, pikiran, perasaan dan reaksi
yang diperoleh dan terutama diturunka oleh simbol-simbol yang menyusun
pencapaiannya secara tersendiri dari kelompok-kelompok manusia, termasuk
didalamnya perwujudan benda-benda materi, pusat esensi kebudayaan terdiri atas
tradisi dan cita-cita atau paham, terutama keterikatan terhadap nilai-nilai.
III. Unsur – unsur Kebudayaan
C.Kluckhon di dalam karyanya yang berjudul Universal Catagories of
Culture menyatakan, bahwa ada tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu :
1. Sistem Religi
Merupakan produk dari manusia sebagai homo religius. Manusia yang
mempunyai kecerdasan pikiran dan perasaan luhur, tanggap bahwa di atas
kekuatan dirinya terdapat kekuatan lain yang jauh lebih besar. Karena itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
manusia takut sehingga menyembahnya dan lahirlah sistem kepercayaan
yang sekarang menjadi agama.
2. Sistem Organisasi Kemasyarakatan
Merupakan produk dari manusia sebagai homo socious. Manusia sadar
bahwa tubuhnya lemah, namun memiliki akal, maka disusunlah organisasi
kemasyarakatan dimana manusia bekerja sama untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya.
3. Sistem Pengetahuan
Merupakan produk dari manusia sebagai homo sapiens. Pengetahuan dapat
diperoleh dari pemikiran sendiri, disamping itu juga didapatkan dari orang
lain. Kemampuan yang dimiliki manusia untuk mengingat apa yang telah
diketahuinya kemudian menyampaikannya kepada orang lain melalui bahasa,
sehingga menyebabkan pengetahuan menyebar luas. Terutama apabila
pengetahuan tersebut dibukukan, maka penyebaran tersebut dapat bersifat
turun temurun dari satu generasi ke genarasi berikutnya.
4. Sistem Mata Pencaharian Hidup dan Sistem-sistem Ekonomi
Merupakan produk dari manusia sebagai homo economicus menjadikan
tingkat kehidupan manusia secara umum terus meningkat.
5. Sistem Teknologi dan Peralatan
Merupakan produk dari manusia sebagai homo faber. Bersumber dari
pemikiran yang cerdas manusia dapat menciptakan dan mempergunakan alat.
Dengan alat-alat ciptaannya itulah manusia lebih mampu mencukupi
kebutuhannya daripada binatang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
6. Bahasa
Merupakan produk dari manusia sebagai homo longuens. Bahasa manusia
pada mulanya diwujudkan dalam bentuk tanda ( kode ) yang kemudian
disempurnakan dalam bentuk bahasa lisan, dan akhirnya menjadi bentuk
bahasa tulisan.
7. Kesenian
Merupakan produk dari manusia sebagai homo aesteticus. Setelah manusia
dapat mencukupi kebutuhan fisiknya, maka butuh kebutuhan psikasnya utuk
dipuaskan. Manusia tidak lagi semata-mata memnuhi kebutuhan makan saja,
mereka juga perlu pandangan mata yang indah, sura yang merdu, yang
semuanya dapat dipenuhi melalui kesenian.
Cultural Universal tersebut, dapat dijabarkan lagi ke dalam unsur-unsur
yang lebih sempit. Disebut kegiatan-kegiatan kebudayaan atau cultural activity.
Contohnya Cultural Universal sistem pencaharian dan sistem ekonomi mencakup
kegiatan-kegiatan seperti pertanian, nelayan, sistem produksi, sistem distribusi
dan lain-lain.
IV. Pariwisata dan Budaya Kota Surakarta
Surakarta dikenal dengan sebutan kota Solo. Merupakan sebuah kota yang
menjadi jantung budaya Jawa. Solo The Spirit Of Java dipakai sebagai konsep
yang penggambarannya diarahkan pada atribut utama yaitu elemen – elemen
budaya yang ada di kota Solo. Solo bukan hanya daerah tujuan wisata namun juga
sebagai wujud kota peradaban dengan warisan peninggalan budaya terlengkap.
Surakarta memiliki beragam kebudayaan yang masih khas yang dijadikan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
daerah tujuan wisata seperti Keraton Kasunanan, Pura Mangkunegaran, Pasar
Triwindu, Taman Sriwedari dan objek – objek lainnya.
Dalam kaitannya pariwisata dengan kebudayaan, kebudayaan merupakan
salah satu daya tarik dalam pariwisata. Dalam UU. no. X/Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan, objek wisata dan atraksi wisata tidak didefinisikan masing -
masing secara terpisah, melainkan dalam satu definisi ( tourism attraction )
sebagai berikut; Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan
hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan wisata. Dapat diambil
pengertian bahwa atraksi budaya ( Cultural tourism attraction ) adalah sesuatu
yang ada dalam suatu kebudayaan itu sendiri yang menarik untuk dilihat,
dirasakan, dan dinikmati oleh wisatawan.
Pariwisata yang berkembang dari sektor kebudayaan memberikan
keunikan tersendiri. Surakarta memiliki banyak atraksi – atraksi budaya yang
memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata.
Keanekaragaman budaya, tradisi dan kehidupan masyarakat kota Surakarta
menjadi andalan dalam perkembangan pariwisata di Surakarta.
V. Pengertian Tradisi Upacara Bersih Desa
Tradisi upacara bersih desa merupakan suatu bentuk upacara tradisional
jawa. Rangkaian kegiatannya menunjukan adanya ciri – ciri ketradisionalan.
Upacara bersih desa merupakan upacara ritual keagamaan yang melibatkan
seluruh anggota masyarakat sebagai usaha pembersihan tahunan desa dari roh –
roh jahat. Upacara bersih desa sama dengan ruwatan desa yaitu membersihkan
wilayah desa atau kampung dari pengaruh jahat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Upacara bersih desa terselenggara atas tindakan kebersamaan dari seluruh anggota
masyarakat yang di tunjukan dalam bentuk gotong royong, makan bersama, dan
doa bersama. Upacara bersih desa dilaksanakan rutin pada bulan dan hari – hari
tertentu yang dianggap memiliki makna ataupun filosofi dan telah menjadi satu
norma yang harus ditaati oleh anggota masyarakat. Upacar bersih desa bersifat
kolektif untuk mengukuhkan tradisi yang dimiliki sehingga dapat mempersatukan
masyarakat. ( Soetarno, 1995 : 6 )
F. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Kampung Bibis Kulon Kelurahan
Gilingan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.
2. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil
pengamatan, wawancara dengan pengurus Upacara adat bersih desa
kampung Bibis Kulon serta dengan pihak dinas pariwisata kota Surakarta.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari wawancara dengan
wisatawan yang yang berkunjung menyaksikan upacara adat bersih desa
Mbah Meyek di kampung Bibis Kulon dan juga referensi dari buku - buku
maupun hasil penelitian terdahulu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data penulis akan menggunakan beberapa
teknik pengumpulan data, yaitu ;
a. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara
mengadakan wawancara atau tanya jawab secara langsung dengan pengurus /
pengelola, sesepuh dalam Upacara adat bersih desa kampung bibis kulon dan
pihak Dinas pariwisata Kota Surakarta. Yang akhirnya memperoleh data –
data yang jelas, terperinci yang berkaitan dengan sejarah maupun hal – hal
lainnya yang menyangkut dengan objek penelitian tersebut. Wawancara
dilakukan dengan Bapak Supadi, Bapak Joko Susilo, Bapak Heru Susilo,
Bapak Prawirodjojo, Bapak Surono, dan sebagian dari wisatawan yang
berkunjung.
b. Observasi
Merupakan suatu usaha pengamatan secara visual untuk
mengumpulkan informasi ( data primer ) secara langsung pada kegiatan yang
berhubungan dengan tradisi upacara bersih desa Mbah Meyek di kampung
Bibis, serta mencatat hal-hal penting yang mendukung penelitian. Diadakan
observasi ini sebagai jalan pengamatan dalam mencatat semua data-data
yang diperlukan sehingga memperoleh data yang akurat dan terfokus.
c. Studi Dokumen
Metode atau teknik dokumenter adalah teknik pengumpulan data dan
informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti. Metode dokumenter
ini merupakan metode pengumpulan data yang berasal dari sumber
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
nonmanusia. Dokumen-dokumen yang dikumpulkan akan membantu peneliti
dalam memahami fenomena yang terjadi di lokasi penelitian dan membantu
interpretasi data. Selain itu, dokumen dan data-data literer dapat membantu
dalam menyusun analisis dan melakukan validitas data.
d. Studi pustaka
Sumber data kepustakaan diperlukan untuk melengkapi data yang
belum diperoleh dalam penyusunan tugas akhir. Antara lain referensi yang
berupa buku, laporan penelitian dan karya lain yang mendukung terwujudnya
penulisan ini
4. Teknik Analisa Data
Setelah mengumpulkan dan melihat data-data yang terkumpul selanjutnya
mencoba menganalisis data dengan metode analisis SWOT yaitu menganalisis
dan menyajikan fakta secara sistematik yang meliputi kekuatan ( strenght ),
kelemahan ( weakness ), peluang (opportunity ), ancaman ( threats ) sehingga
lebih mudah difahami dan disimpulkan. Analisis SWOT ini bertujuan untuk
menggambarkan secara sistematik dan karakteristik mengenai potensi atau
bidang tertentu untuk kemudian digunakan sebagai strategi pengembangan objek
wisata budaya tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan oleh penulis dalam tugas akhir ini
adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan yang meliputi tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian teori, metode penelitian,
teknik analisis data dan sistematika penulisan laporan.
Bab II Gambaran Umum kampung Bibis Kulon dan asal – usul Upacara
bersih desa Mbah Meyek meliputi Gambaran Umum Kampung Bibis Kulon,
Kondisi Sosial dan Budaya Kampung Bibis Kulon, Keberadaan Upacara Bersih
Desa Mbah Meyek.
Bab III Tradisi Upacara Bersih Desa Mbah Meyek Sebagai Potensi
Pengembangan Wisata Budaya di Surakarta.
Bab IV Penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
BAB II
GAMBARAN UMUM KAMPUNG BIBIS KULON DAN ASAL – USUL
UPACARA BERSIH DESA MBAH MEYEK
A. Gambaran Umum Kampung Bibis Kulon
Kampung Bibis Kulon wilayah Kelurahan Gilingan, Kecamatan
Banjarsari, Kotamadya Surakarta. Kelurahan Gilingan merupakan salah satu
kalurahan wilayah Kecamatan Banjarsari yang terletak di bagian utara
Kotamadya Surakarta. Luas wilayah Kelurahan Gilingan sekitar 1.272 ha dan
secara geografis diapit oleh beberapa Kalurahan yaitu : sebelah utara
berbatasan dengan Kelurahan Nusukan, sebelah Selatan berbatasan dengan
Kalurahan Setabelan dan Kalurahan Kepatihan, sebelah barat berbatasan
dengan Kelurahan Manahan dan di sebelah timur berbatasan dengan
Kelurahan Tegalrejo. Secara administratif Kelurahan Gilingan terbagi
menjadi : Kampung sebanyak 7 buah, RW sebanyak 21 buah, dan RT sebanyak
112 buah ( Data Kelurahan Gilingan, 2011 ).
Daerah Bibis Gilingan Surakarta sekarang ini sudah tidak bisa
difungsikan lagi sebagai lahan pertanian. Dulunya daerah Bibis ini adalah berupa
tanah bekas kuburan dan di sekitarnya masih sangat rawan karena termasuk
hutan alas yang luas. Daerah Bibis Kalang ini dulunya pernah digunakan
sebagai landasan pesawat terbang oleh bangsa Jepang ( Wawancara dengan
Sunarno, 15 Mei 2009 ). Setelah Indonesia merdeka daerah Bibis ini dijadikan
lahan pemukiman oleh penduduknya. Dengan demikian maka daerah Bibis ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
berubah fungsi menjadi lahan untuk tempat tinggal. Karena daerah ini
merupakan tempat tinggal penduduk, maka tanahnya menjadi sempit kecuali
tanah yang bekas kuburan tersebut yang sekarang ini didirikan sebuah Pasar
Mebel. Selain digunakan sebagai tempat tinggal, daerah Bibis ini dapat juga
dijadikan lahan untuk membuka usaha atau industri karena wilayahnya berupa
dataran rendah dan letaknya sangat strategis untuk transportasi dan jalur
perdagangan. Mengingat daerah ini yang sangat strategis dan memberikan akses
kepada wisatawan untuk berkunjung dapat dilihat dari sarana dan prasarana yang
ada di daerah ini sebagai berikut :
1. Sarana Transportasi
Wilayah Kalurahan Gilingan, khususnya yang ada di daerah Bibis
merupakan wilayah yang terbuka karena letaknya yang sangat strategis
yaitu dapat dilalui oleh alat transportasi. Hal ini dapat dilihat
dengan lancarnya perhubungan yang menuju dan pergi dari daerah
Bibis karena kondisi jalan yang sudah dibenahi dan diaspal.
Transportasi merupakan salah satu faktor penghubung yang sangat
penting, untuk menghubungkan daerah satu dengan daerah lain dan
untuk meningkatkan perekonomian suatu daerah. Transportasi yang
biasa melewati daerah Bibis ini diantaranya, bus, angkuta umum,
truk dan lainnya. Bibis kulon tidak jauh dari stasiun kereta api
Balapan dan juga terminal bus Tirtonadi yang hanya berjarak kurang
lebih 1 km ke arah timur. Hal ini memberikan akses mudah bagi
wisatawan yang ingin berkunjung ke tempat ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2. Sarana Komunikasi
Sarana komunikasi merupakan bagian dalam kehidupan manusia yang
penting, dan diperlukan baik antar individu maupun lingkungan
antar masyarakat. Dengan sarana komunikasi yang tersedia di
daerah Bibis ini memudahkan warga dan bagi para wisatawan untuk
selalu memperoleh informasi yang baru. Sarana komunikasi yang ada
di Daerah Bibis antara lain adanya warung telefon (wartel)
sebanyak 5 tempat, warung internet (warnet) sebanyak 3 tempat
dan 2 area jaringan Nirkabel atau WLAN ( Wireless Local Area
Network ).
3. Sarana Akomodasi
Sarana Akomodasi merupakan bagian penunjang dari sektor
pariwisata, mengingat tujuan utama dari Industri pariwisata adalah
membuat wisatawan betah dan dapat tinggal lebih lama di daerah
tujuan wisata. Daerah Bibis Bulon berlokasi sangat strategis belum
ada sarana akomodasi di daerah ini. Sarana Akomodasi yang ada
tidak jauh dari tempat ini, lebih tepatnya di kawasan Terminal dan
Stasiun Balapan yang banyak terdapat hotel – hotel melati dan hanya
ada beberapa hotel yang berbintang dua. Karena daerah Bibis Kulon
ini mudah di jangkau dari pusat kota dan dari hotel – hotel
berbintang lain yang lebih memadai yang ada di pusat kota, jadi
tidak ada kendala bagi wisatawan untuk menjangkau daerah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
4. Amenitas
Amenitas adalah sarana dan prasarana tambahan atau fasilitas –
fasilitas yang ada di daerah tujuan wisata yang mampu menunjang
perkembangan daerah tujuan wisata tersebut agar mampu menarik
minat wisatawan. Kampung Bibis Kulon memiliki beberapa fasilitas
tambahan yang mampu menjadi penunjang agar wisatawan
mempunyai rasa nyaman untuk berkunjung ke daerah ini. Adapun
sarana dan prasarana tambahan yang ada di kampung Bibis Kulon
adalah sarana dan prasarana kesehatan yakni sebuah puskesmas,
sarana olah raga yaitu fitness centre dan futsal center, dan yang
terakhir adalah sarana dan prasarana umum yaitu MCK, masjid,
gereja dan taman sebagai arena rekreasi.
B. Kondisi Sosial dan Budaya Masyarakat kampung Bibis Kulon
Sebagian besar penduduk Kelurahan Gilingan bekerja sebagai buruh,
baik buruh bangunan maupun buruh industri. Di samping itu, karena letak
kampung Bibis Kulon berdekatan dengan Pasar Ngemplak, Pasar Legi, Pasar
mebel dan Pasar Mojosongo, maka banyak penduduk yang bermata pencarian
sebagai pedagang , sedangkan lainnya ada yang bekerja pengusaha, pegawai
negeri dan ABRI. Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan dikatakan
sudah tergolong cukup, karena jumlah yang berpendidikan di atas Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) lebih banyak dibandingkan yang
berpendidikan di bawah SLTP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Pada bidang agama, penduduk kampung Bibis Kulon mayoritas
menganut agama islam. Kehidupan masyarakat Kampung Bibis Kulon
sebagian masih dilandasi oleh ajaran agama dan unsur kepercayaan adat
kebiasaan lama yang berbeda dengan agama. Hal ini dapat dilihat bahwa
sebagian masyarakat masih memegang teguh norma-norma agama dan norma adat
yang berasal dari sistem kepercayaan, walaupun ada sebagian masyarakat yang
kurang mendukung adanya tradisi tersebut tetapi karena berada di wilayah
Bibis tetap harus menghormati adat istiadat setempat. Perayaan bersih desa di
Kampung Bibis Kulon merupakan warisan dari para leluhurnya yang telah
berlangsung lama secara turun-temurun dan tetap dipertahankan hingga
sekarang.
C. Keberadaan Upacara Bersih Desa Mbah Meyek
1. Asal – usul upacara bersih desa Mbah Meyek
Mbah Meyek yang sebetulnya bernama Diyah Sri Widyawati Ningrum
adalah putri dari Duwi Setya Arum Sari Hastutiningsih yang menjadi selir dari
ratu keraton Pajang yang bernama Sultan Hadiwidjojo. Mbah Meyek dan ibunya
pergi dari kerajaan karena dituduh oleh Kanjeng Sultan Hadi Widjojo melakukan
perbuatan yang dikira menyimpang. Diyah Sri Widyawati Ningrum dan ibunya
lari ke arah utara hingga sampailah di tepi sungai yang bernama Kali Pepe. Ibunya
menyuruh Diyah Sri Widyawati Ningrum untuk membuat gethek untuk
menyeberangi Kali Pepe. Setelah gethek jadi mereka naik dan menyeberangi Kali
Pepe. Setelah menyeberangi kira – kira 5 meter dari tepi, tiba – tiba hujan deras,
petir menyambar sehingga gethek hanya berputar di tengah sungai dan para
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
prajurit pajang akhirnya dapat menemukan mereka berdua. Para prajurit
membawa senjata tombak dan dilemparkan ke arah Diyah Sri Widyawati
Ningrum dan ibunya. Akhirnya tombak itu menghujam ibu Diyah Sri Widyawati
Ningrum dan ibunya akhirnya meninggal dan raganya tenggelam di tengah sungai
yang sekarang menjadi bendungan Tirtonadi.
Setelah hujan yang semakin deras bercampur dengan petir dan kabut. Petir
menyambar gethek hingga sampai ketepi, terakhir kali petir menyambar lagi
gethek Diyah Sri Widyawati Ningrum sehingga gethek tersebut berantakan dan
meyak – meyek. Namun gethek tersebut dapat sampai di sebuah tempat dan ada
sebuah sumur kecil, dan akhirnya tempat tersebut di kenal sebagai kampung
Meyek. Setelah itu Diyah Sri Widyawati Ningrum menghilang dan musnah dari
tempat tersebut. Namun ternyata Diyah Sri Widyawati Ningrum sudah ada di
dalam Keraton Pajang. Keberadaan Diyah Sri Widyawati Ningrum dirahasiakan
oleh keraton dan keberadaan ratu juga dirahasiakan. Di dalam keraton Diyah Sri
Widyawati Ningrum di jadikan sebagai pujangga oleh Prabu Kala, kemudian
Diyah Sri Widyawati Ningrum atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah
Meyek di beri nama oleh Prabu Kala yaitu “ Dhunda Bahundha “. Selanjutnya
kampung yang tadi menjadi persinggahan awal Mbah Meyek diberi nama
Kampung Meyek, dan Sumur kecil yang juga disinggahi dan menjadi tempat yang
diduduki Mbah Meyek diberi nama Sumur Mbah Meyek.
Setelah Mbah Meyek tinggal di tempat itu, ada seorang kyai yang menepi
di Kali Pepe yang ingin mencari penawar anaknya yang sedang sakit dan
ketentraman ketentraman Kampung Meyek. Selanjutnya Tuhan Yang Maha Esa
memberi wahyu kepada Mbah Meyek agar memberikan solusi kepada kyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
tersebut. Mbah Meyek berkata kepada kyai itu agar kampung tetap aman dan
tenteram kyai itu diminta untuk merubah nama kampung itu menjadi “ Kampung
Bibis” dan juga kyai itu diminta mengambil air dari dalam sumur dan
membawanya pulang untuk diminumkan kepada anaknya yang sedang sakit agar
anaknya sembuh. Namun untuk menjaga ketenteraman kampung ini turun
temurun Mbah Meyek meminta syarat yaitu sesaji setiap setahun sekali di
pelataran Sumur Mbah Meyek dan pergelaran wayang sehari semalam setiap
jumat kliwon atau selasa kliwon dibulan suro. Kyai tersebut menyanggupi
persyaratan yang diberikan oleh Mbah Meyek dan dia berjanji akan memberi tahu
kepada anaknya dan warga kampung untuk diwariskan turun – temurun agar
kampung bibis kulon tetap tenteram dan damai. ( Arsip Dokumen cucu Padi dan
Wadiyono di Kayudoko, Wonogiri )
Bersih desa merupakan upacara yang sangat penting bagi warga masyarakat
Kampung Bibis Kulon Surakarta dan selalu dilaksanakan setiap satu tahun sekali
pada hari Jumat Kliwon bulan Suro dengan disertai pertunjukkan wayang kulit
sehari semalam. Menurut Supadi, dipilihnya waktu pelaksanaan upacara bersih
desa pada hari Jumat Kliwon bulan Sura, selain hari dan bulan tersebut oleh orang
Jawa dianggap hari keramat. Karena hari tersebut adalah hari kelahiran
Tirtawidjaya, Bayan Kampung Bibis Kulon yang terkenal pada jaman Belanda.
Kelestarian bersih desa Bibis Kulon tampaknya berasal dari sumur dan pohon
asam unik yang tumbuh di dalamnya. Kisah-kisah mengenai sumur dan
dhanyangnya beredar luas di Bibis Kulon. Dhanyangnya adalah Mbah Meyek,
seorang perempuan tua yang namanya mengisyaratkan bahwa dia sedang membawa
beban yang sangat berat sehingga terbungkuk-bungkuk (meyekmeyek).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Serangkaian peristiwa aneh telah terjadi di daerah sekitar sumur tersebut,
sejak zaman Pakubuwana IV, suatu nama yang dimaksudkan untuk menunjukkan
rasa historis yang kuat bukannya menunjukkan waktu sebenarnya dari masa
kekuasaan raja Surakarta (1788-1820). Sejarah sumur itu antara lain sebagai
berikut:
Di masa penjajahan hampir tidak terdapat apa-apa di tempat ini. sawah-
sawah, sebuah desa kecil, sumur dan beberapa pohon asam raksasa yang jauh
lebih tinggi daripada yang terdapat sekarang ini. Di dekat tempat tersebut ada
sebuah lapangan balapan kuda milik Mangkunegaran. Kadang-kadang seekor kuda
balap lenyap begitu saja bersama penunggangnnya. Pada tahun 1930-an ada
seorang lurah yang memiliki kuda, selama seminggu kuda itu tidak mau bergerak
ternyata Mbah Meyek meminjam kuda itu untuk menemui (roh) “Sultan”
Gunung Lawu, konon mereka masih ada semacam hubungan keluarga. Lapangan
balap itu kemudian diubah menjadi lapangan terbang untuk pesawat-pesawat
kecil. Pilot-pilot yang tidak mengetahui tentang sumur itu, terbang terlalu dekat
dan mengalami kecelakaan. Pernah, sebuah pesawat Belanda jatuh di dekat sumur
dan merusakkan pohon asam yang di sana. Munculah seekor ular besar keluar dari
sumur, dengan ular-ular kecil berukuran sebesar ibu jari menumpang di
punggungnya. Mungkin ular kecil-kecil itu tidak kuat untuk keluar sendiri.
kemudian mereka pindah ke pohon asam besar di seberang jalan. Ular itu
sebenarnya pengikut Mbah Meyek bernama Mbah Kaji, karena dia berpakaian
seperti haji, tetapi dia tidak bisa berbahasa Arab. Pada tahun 1949, daerah ini
diratakan oleh Belanda, dan dijadikan sebagai lapangan terbang untuk perang.
Pohon asam dekat sumur ditebang dan sumurnya ditutup dengan beton.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Masyarakat pernah melihat seorang perempuan sangat tua di sekitar sumur
tua tersebut dan hal itu hanya sekejap saja, kemudian perempuan itu menghilang.
Begitu juga ular yang ada di pohon asam dan musang-musang liar, semuanya
menyebarkan bau yang khas sekali. Kata orang itu adalah pertanda (firasat) bahwa
adanya penampakan-penampakan dhanyang dengan benar, dan tepat pada
waktunya, maka kecelakaan yang akan terjadi bisa dihindarkan. Karena Mbah
Meyek bertindak sebagai pertanda bahaya, Mbah Meyek sendiri dianggap
berbahaya walaupun bukan penyebab dari bahaya tersebut. Karena dhanyang adalah
sosok firasat, suatu perwujudan dari wawasan strategis yang diungkapkan
keluar dan ditampilkan sebagai penampakan yang mencekam. Dhanyang-
dhanyang ini adalah sosok-sosok yang memiliki ikatan dengan suatu tempat,
sebagai “penjaga tempat” atau sebagai baureksa tempat tersebut. Dan hanya
dhanyang saja yang memperoleh sebutan yang sangat familiar sebagai mbah,
“kakek / nenek”. Namun bertahannya kehadiran roh-roh seperti Mbah Meyek
mengisyaratkan bahwa para penjaga tempat ini justru merupakan sarana yang
dipakai untuk mempertahankan keselamatan kampung atau desa bahkan bangsa.
Pada tahun 1942-1943 yaitu pada saat jaman penjajahan Jepang, Kampung
Bibis Kulon tidak pernah mengadakan upacara bersih desa, karena tidak
diperbolehkan oleh Jepang jika masyarakat berkumpul. Akibatnya kampung Bibis
Kulon banyak terjadi malapetaka, terserang wabah penyakit sehingga masyarakat
dalam kesedihan. Akhirnya pada tahun 1944 Bayan Tirtawidjaya bersama Demang
atau Lurah Gilingan yaitu Demang Pantjanarmada meminta ijin kepada
pemerintahan Mangkunegaran dan akhirnya diijinkan untuk melaksanakan
kembali upacara bersih desa. Sejak tahun itu hingga sekarang kampung Bibis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Kulon selalu melaksanakan upacara bersih desa dan masyarakat tidak berani
mengubahnya, karena takut terjadi malapetaka.
2. Latar belakang dan tujuan diadakannya upacara bersih desa Mbah Meyek
di kampung Bibis Kulon
Kotamadya Surakarta memiliki banyak potensi kebudayaan, satu -
satunya kampung yang menyelenggarakan tradisi upacara bersih desa adalah
Kulon, Kalurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari. Upacara ini dilaksanakan
secara rutin dan telah menjadi salah satu norma sosial yang harus ditaati oleh
masyarakat. Upacara bersih desa Mbah Meyek diadakan sekali dalam setahun
yakni pada hari Jumat Kliwon di bulan Suro. Kegiatan yang selalu disertai
pertunjukkan wayang kulit purwa sehari semalam ini merupakan aktivitas yang
bersifat kolektif untuk mengukuhkan tradisi yang mereka miliki, sehingga
dapat mempersatukan kalangan masyarakat di sekitar kampung bibis. Seni
tradisi daerah tertentu mempunyai fungsi yang disajikan untuk kepentingan
masyarakat daerah dan menjadi bagian dari berbagai upacara adat, semuanya
itu diadakan demi keselamatan, kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat itu
sendiri.
Kegiatan bersih desa yang disertai pertunjukkan wayang kulit
purwa dan bazar merupakan aktivitas yang mampu menyangga kehidupan sosial
budaya masyarakat kampung Bibis Kulon. Sehingga dengan kegiatan tersebut
setiap warga masyarakat merasa menjadi bagian yang ikut berperan
didalamnya, yaitu mengukuhkan dan memperkuat jaringan sosial antar anggota
masyarakat. Tradisi upacara bersih desa dengan pertunjukkan wayang kulit
purwa di kampung Bibis Kulon, Kalurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Kotamadya Surakarta telah berlangsung secara turun - temurun dan sebagian
besar masyarakat tidak berani merubah tradisi yang sudah diwariskan turun -
temurun. Pertunjukkan wayang kulit purwa merupakan acara inti dalam upacara
bersih desa Mbah Meyek, sebagai persembahan kepada para pepundhen seperti
Mbah Meyek, Mbah Sumur Bandung, Mbah Sodrono, Mbah Asem Kandang,
dan Mbah Asem Ageng. ( wawancara dengan Joko Susilo, 22 Mei 2012 )
Pembentukan kebudayaan manusia salah satu di antaranya dipengaruhi oleh
keadaan alam. Hal ini dapat dilihat bahwa manusia selalu beradaptasi dengan
lingkungan dimana manusia hidup. Dengan kebudayaan manusia mempunyai
perilaku dan sikap hidup bermasyarakat. Tindakan yang dilakukan oleh manusia
untuk mengatasi persoalan yang datang dari lingkungan sekelilingnya, salah
satunya yaitu dengan melakukan upacara. Hal yang mendorong manusia
melakukan upacara adalah kepercayaan manusia terhadap kekuatan-kekuatan yang
ada di luar dirinya. Upacara merupakan sarana bagi manusia untuk mendekatkan
dirinya kepada Sang Pencipta atau pada kekuatan supra natural yang ada di
sekeliling mereka. Dengan melakukan upacara, mereka menganggap dapat
menghadapi dan mengatasi persoalan hidup.
Kebiasaan atau perilaku manusia dalam melakukan upacara menjadi
kebiasaan turun - menurun sehingga menjadi tradisi hidup yang
membudaya bagi masyarakat. Walaupun zaman semakin maju, kebiasaan
melakukan upacara masih tetap dilaksanakan terutama di daerah-daerah
pedesaan atau daerah-daerah pinggiran kota, dan salah satu diantaranya yaitu
Kelurahan Gilingan, khususnya di kampung Bibis Kulon. Beberapa upacara yang
masih dilakukan diantaranya perkawinan, khitanan, dan bersih desa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Pelaksanaan upacara adat perkawinan dan khitanan dilakukan sesuai dengan
tata cara agama yang dianutnya, sehingga kebiasaan dapat berubah sesuai dengan
kondisi dan aturan yang berlaku. Berbeda dengan upacara bersih desa, tata cara
pelaksanaannya senantiasa selalu dipertahankan karena berhubungan dengan
kepercayaan masyarakat. ( wawancara dengan Supadi, 19 Mei 2012)
Upacara bersih desa merupakan suatu bentuk upacara tradisional Jawa.
Merayakan upacara bersih desa berarti melestarikan budaya tradisional Jawa.
Kebiasaan melakukan upacara bersih desa seperti yang dilakukan oleh
masyarakat kampung Bibis Kulon, selain dimaksudkan untuk melestarikan
budaya tradisional jawa, juga dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa
kehidupan masyarakatnya sebagian masih diwarnai oleh kepercayaan lama
peninggalan nenek moyang, dalam artian mereka belum sepenuhnya lepas dari
kebiasaan-kebiasaan yang dulu ada.
Seperti pada umumnya, bersih desa di kampung Bibis Kulon dapat
dikatakan memiliki kesamaan dalam prinsip dasarnya yaitu selamatan desa atau
kampung. Adapun tujuan secara khusus yaitu selain sebagai ungkapan rasa
syukur kepada Tuhan atas berkat dan rahmat yang diberikan, ucapan terima
kasih kepada roh leluhur dan para dhanyang atau pundhen kampung yang turut
menjaga keselamatan kampung, membersihkan lingkungan Kampung Bibis
Kulon secara lahir dan batin dari gangguan roh jahat, juga untuk memohon
keselamatan dan kesejahteraan hidup bersama pada masa - masa yang akan
dialami dalam satu tahun. ( wawancara dengan Supadi, 19 Mei 2012 )
Pertunjukkan wayang kulit purwa merupakan acara inti dalam upacara bersih
desa di kampung Bibis Kulon, sebagai persembahan kepada para pundhen seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Mbah Meyek, mbah Sumur Bandhung, Mbah Kaji dan Mbah Asem Kandang, yang
dianggap sebagai dhanyang (makhluk halus) penjaga kampung Bibis Kulon.
Kepercayaan terhadap makhluk-makhluk halus ternyata masih diyakini oleh
sebagian masyarakat kampung Bibis Kulon.
Menurut A.C. Kruyt dalam Koentjaraningrat, manusia percaya adanya
makhluk halus yang menimpa alam sekeliling tempat tinggalnya. Makhluk halus
itu banyak diantaranya merupakan penjelmaan dari jiwa orang yang telah
meninggal dunia, sebagian besar menempati alam semesta di sekeliling tempat
kediaman manusia, seperti di dalam suatu mata air. Makhluk halus itu mempunyai
pengaruh penting terhadap kehidupan manusia, dapat berbuat baik bilamana
diperhatikan, dan dapat mencelakakan apabila diabaikan. Sistem keyakinan
akan adanya makhluk-makhluk halus di atas oleh Kruyt disebut spiritisme
(Koentjaraningrat,1987 : 64).
Demikian juga seperti yang dilakukan oleh masyarakat kampung Bibis
Kulon yaitu agar supaya makhlukmakhluk halus itu tidak mengganggu manusia,
maka harus dijinakkan hatinya dengan sesaji dan pertunjukkan wayang kulit
purwa yang menjadi kesukaannya. Menurut para sesepuh di kampung Bibis
Kulon mengatakan bahwa upacara bersih desa di kampung Bibis Kulon
merupakan tradisi masyarakat setempat yang senantiasa harus dipatuhi dan
dilaksanakan. Masyarakat mempunyai kepercayaan apabila upacara bersih desa
yang disertai pertunjukkan wayang kulit tidak dilaksanakan maka akan terjadi
sesuatu malapetaka atau sesuatu yang menimpa warga masyarakat, karena
mendapat kutukan para leluhur atau dari para pundhen yang murka. Misalnya
akan terjadi warga masyarakat yang secara tiba-tiba meninggal dunia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
disebabkan karena hal-hal yang tidak wajar (meninggal dunia karena tabrakan,
bunuh diri, keracunan, dan sebagainya), sehingga akan menimbulkan
keresahan bagi masyarakat (Wawancara Supadi, 19 Mei 2012).
3. Pandangan Masyarakat Tentang Upacara Bersih Desa Mbah Meyek
Keadaan masyarakat kampung Bibis Kulon dipengaruhi oleh latar
belakang sosial, sistem mata pencaharian, tingkat pendidikan dan lain-lainnya.
Sebagian besar penduduk kampung Bibis Kulon bekerja sebagai buruh, baik
buruh bangunan maupun buruh industri mebel. Walaupun pandangan
masyarakat kampung Bibis Kulon dapat dikatakan sudah banyak dipengaruhi oleh
adanya sistem pengetahuan dan teknologi modern, namun dalam hal yang
menyangkut adat-istiadat dan sopan santun di kalangan masyarakat, masih
tetap berlaku adat tradisi yang mereka terima secara turun-temurun dari nenek
moyangnya. Kondisi yang demikian, juga sebagian dijalankan oleh pendatang
atau pedagang yang ada di pasar mebel, para pendatang tersebut bersikap
menghormati adat-istiadat yang ada di daerah Bibis ini. Salah satu hal yang
dilakukan adalah melestarikan budaya wayang kulit yang setiap bulan Suro
diadakan. ( wawancara dengan Heru Susilo, 25 Mei 2012 )
Penduduk kampung Bibis Kulon, selain kepercayaan mereka dalam
memeluk agama masing-masing, ternyata masih ada yang menghormati
kepercayaan warisan dari nenek moyang yaitu kepercayaan terhadap adanya
makhluk-makhluk halus, kekuatan gaib dan sebagainya. Makhluk-makhluk
halus itu terdapat di pohon-pohon besar, sumur atau sendhang, sehingga
menjadi pundhen atau danyang kampung. Menurut Supadi ( sesepuh ), bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
kampung Bibis Kulon mempunyai 5 (lima) tempat pundhen
kampung, yakni:
1) pundhen yang berupa sendhang bernama Mbah Meyek,
berada di wilayah RW 17
2) pundhen yang berupa sumur bernama Mbah Sumur Bandung,
berada di wilayah RW 18
3) pundhen yang berupa sumur bernama Mbah Sodrono, berada di
wilayah RW 16
4) pundhen yang berupa pohon asem bernama Mbah Asem Ageng
atau Mbah Kaji, berada di wilayah RW 17
5) pundhen yang berupa pohon asem bernama Mbah Asem
Kandhang, berada di wilayah RW 19
Pada tanggal 4 Agustus 1994 terjadi kebakaran hebat di pasar mebel
yang menghabiskan 63 kios beserta isinya, disebabkan oleh korsleting listrik
dan kemarau panjang, sehingga para pedagang mengalami kerugian cukup
besar. Kejadian itu terjadi pada waktu maghrib dan bertepatan dengan bulan
Suro. Sekitar tahun 2008 Pasar Mebel untuk yang kedua kalinya dilanda
kebakaran, tepatnya terjadi pada hari Sabtu, 12 Januari dan bertepatan dengan
Bulan Suro sehabis maghrib. Dua kali kebakaran yang terjadi di Pasar Mebel
Ngemplak, yakni tahun 1994 dan tahun 2008. ( wawancara dengan Surono,
25 Mei 2012 )
Menurut kepercayaan sebagian masyarakat setempat bahwa kebakaran
itu terjadi karena tradisi wayang kulit yang biasa dilaksanakan bulan Suro
pada Jum’at Kliwon tidak diadakan pada hari itu, tetapi hari yang lain di mana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
hal tersebut menimbulkan ketidaksukaan pada leluhur yang melindungi daerah
Bibis. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Ibu Siti Kartini bahwa kebakaran itu
terjadi karena tradisi wayang kulit itu yang seharusnya diadakan pada Jum’at
Kliwon diganti hari lain, ternyata hal itu tidak disukai oleh leluhurnya ( Mbah
Meyek ), maka terjadilah musibah kebakaran itu.
Namun pendapat yang lain dikemukakan oleh Heru Susilo bahwa kebakaran
yang terjadi di pasar mebel dan bertepatan dengan bulan suro terjadi karena faktor
kelalaian manusia, perawatan, keamanan, pasar tidak mempunyai standart.
Minimnya kebersihan dan tidak adanya petugas keamanan yang menjaga pasar
tersebut, di samping itu pasar mebel terdapat berbagai jenis bahan – bahan yang
mudah terbakar sehingga terjadi musibah kebakaran dan kebetulan saja terjadi pada
bulan Suro.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB III
TRADISI UPACARA BERSIH DESA MBAH MEYEK SEBAGAI
POTENSI PENGEMBANGAN WISATA BUDAYA DI SURAKARTA
A. Prosesi Upacara Bersih Desa Mbah Meyek
1. Waktu dan tempat upacara bersih desa Mbah Meyek
Upacara bersih desa kampung Bibis Kulon, Kalurahan Gilingan,
Kecamatan Banjarsari, Kotamadya Surakarta, menurut tradisi masyarakat selalu
disertai dengan pertunjukkan wayang kulit sehari semalam, dan
diselenggarakan pada hari Kamis Wage malam Jumat Kliwon bulan Suro
(berdasarkan kalender Jawa).
Dipilih hari Kamis Wage malam Jumat Kliwon karena hari itu dianggap
baik. Menurut perhitungan secara tradisi, malam Jumat Kliwon itu membawa
berkah bagi warga masyarakat. Hal ini dikaitkan dengan kepercayaan
penduduk bahwa hari Jumat Kliwon merupakan hari yang paling baik untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu menurut salah satu
warga hari tersebut juga hari yang paling baik untuk berkomunikasi dengan
leluhur.
Tempat yang digunakan untuk kegiatan upacara bersih desa di kampung
Bibis Kulon yaitu lingkungan atau sekitar halaman pundhen Mbah Meyek yang
merupakan pundhen utama kampung Bibis Kulon. Kegiatan upacara meliputi
kerja bakti, selamatan pundhen, kirab wayang, selamatan kampung dan
pertunjukkan wayang kulit sehari semalam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Tempat pundhen Mbah Meyek berwujud sendhang atau sumur dan di
sekitarnya terdapat dua pohon, yaitu pohon putan dan pohon asem. Tempat ini
telah dibuat pagar tembok setinggi 1 meter dan berukuran 4x4 meter, serta
pintu masuknya dibuat gapura. Di luar pundhen terdapat halaman seluas
kurang lebih 150 m2 dan sudah difungsikan sebagai tempat upacara sejak dulu
sampai sekarang. ( Wawancara dengan Bapak Supadi, 19 Mei 2012 )
2. Pelaksanaan Upacara Bersih Desa Mbah Meyek
Upacara bersih desa di kampung Bibis Kulon dalam pelaksanaannya
meliputi 5 (lima) kegiatan yaitu : 1) kerja bakti, 2) selamatan pundhen, 3)
kirab wayang, 4) selamatan kampung dan 5) pertunjukkan wayang kulit sehari
semalam.
a. Kerja Bakti
Pelaksanaan pertama dalam rangkaian upacara bersih desa adalah kerja
bakti. Kegiatan kerja bakti ini biasanya dilakukan pada tiap hari Kamis Wage pagi
bulan Sura. Pada upacara bersih desa kampung Bibis Kulon tahun 2011, kegiatan
kerja bakti dilaksanakan pada hari Kamis Wage, kegiatan kerja bakti ini dimulai
pukul 06.00 dan berakhir sekitar pukul 10.00 WIB.
Kerja bakti merupakan kegiatan gotong royong bekerja sama untuk
kepentingan umum. Sifat dari kerja sama gotong royong adalah spontan tanpa
pamrih dan sudah menjadi kewajiban sosial setiap warga masyarakat.
Kerja bakti adalah aktivitas antara sejumlah besar warga untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan yang bersifat untuk kepentingan bersama bagi warga
masyarakat tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Kegiatan ini melibatkan semua warga masyarakat yang ikut andil di
dalamnya, untuk membersihkan dan merias janur di tempat pundhen – punden
kampung yang dibersihkan. Khusus pundhen Sumur Bandung dan Mbah
Meyek, karena wujudnya sumur sebagai sumber air maka airnya harus
dibersihkan. Kemudian masing – masing tempat itu dihiasi dengan janur
melengkung. Sebagian warga yang lain mempersiapkan prasarana untuk
membuat panggung pertunjukan wayang. Sementara panggung ditata,
sekeliling tempat yang akan digunakan untuk pentas wayang dihias dengan
umbul – umbul dan penerangan untuk memperindah tempat tersebut dan juga
para pedagang yang akan berdagang dan membuka stand bazarnya di daerah
tersebut.
Gerakan kebersihan ini yang digambarkan sebagai upacara bersih desa
secara fisik. Yaitu membersihkan desa ( kampung ) dari segala kotoran agar
seluruh anggota warga terbebas dari wabah penyakit. Di sisi lain kampung
Bibis Kulon akan terklihat bersih, sehat, rapi dan indah sesuai dengan program
kota Solo sebagai kota BERSERI ( Bersih, Sehat, Rapi, dan Indah ). Hal
tersebut menjadikan nilai lebih untuk wisatawn yang ingin berkunjung karena
melihat tradisi yang masih berlangsung hingga sekarang.
b. Selamatan Pundhen
Selamatan pundhen merupakan rangkaian kegiatan yang kedua dalam
upacara bersih desa di Kampung Bibis Kulon. Kegiatan ini diadakan sekitar pukul
11.00 menjelang sholat Dzuhur, di dua tempat pundhen yaitu yang pertama di
tempat pundhen Mbah Meyek, dan kedua di tempat pundhen Mbah Sumur bandhung,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
adapun yang memimpin selamatan pundhen ini yaitu kaum atau sesepuh kampung
yang bernama Mbah Prawirodjojo.
Jenis-jenis sesaji yang digunakan untuk selamatan baik itu di tempat
pundhen Mbah Meyek maupun pundhen Mbah Sumur Bandhung adalah
sebagai berikut :
a. Sekul golong, yaitu nasi yang dikepal dan dibentuk bulat seperti bola
tennis.
b. Sekul wuduk, yaitu nasi yang dimasak menggunakan santan kelapa
sehingga terasa gurih.
c. Satu takir berisi kedelai goreng.
d. Satu takir berisi rambak goreng.
e. Satu takir berisi cabai merah, bawang merah, dan garam.
f. Pisang ayu setangkep, yaitu pisang raja yang telah masak atau
menguning sebanyak satu pasang ( dua lirang )
g. Satu bungkus kembang setaman kembang setaman yang terdiri dari
bunga mawar, melathi dan kenanga.
h. Satu bungkus suruh ayu yang terdiri daun suruh, tembakau, gambir, dan
kapur.
i. Jajan pasar, yaitu berupa makanan dan buah – buahan yang dibeli dari
pasar seperti jadah, wajik, kacang, tape, salak, jambu, pisang, bengkoang,
dan lain-lain.
j. Ingkung ayam, yaitu satu ayam jantan yang dimasak secara utuh.
Setelah sesaji disiapkan di atas tikar yang terbentang di lingkungan pundhen
Mbah Meyek atau Mbah Sumur bandung dan para peserta telah mengelilinginya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
kemudian kaum sesepuh membacakan ujub dan doa selamatan bagi warga kampung
Bibis Kulon. Setelah doa selesai kemudian para peserta selamatan dipersilahkan
untuk menikmati bersama nasi selamatan tersebut. Sebagian ada yang menyisihkan
nasi selamatan untuk dibawa pulang sebagai jatah bagi keluarganya yang ada di
rumah. Di Daerah Bibis tumbuh suatu kesadaran untuk berbagi rasa dengan yang
tinggal di rumah. Di samping itu juga untuk menjalin komunikasi di antara seluruh
warga yang hadir. Sehingga dapat memulihkan kembali kerukunan, rasa
kekeluargaan sesama warga. ( wawancara dengan Bapak Surono, 25 Mei 2012 )
Berdoa dalam selamatan merupakan tindakan keagamaan sebagai sarana
manusia untuk berkomunikasi kepada pencipta mereka yaitu Tuhan Yang Maha Esa
ataupun kekuatan gaib yang dianggap berkedudukan lebih tinggi dari pada manusia.
c. Kirab Wayang
Upacara kirab Wayang merupakan rangkaian kegiatan yang ke tiga dalam
setiap upacara bersih desa di Kampung Bibis Kulon. Kegiatan ini dilakukan pada
saat sore hari sekitar pukul 15.00 WIB. Wayang yang dikirabkan adalah wayang
yang akan digunakan untuk pentas Wayang Kulit, tetapi tidak semuanya dan hanya
terbatas pada tokoh-tokoh tertentu saja. Adapun tokoh-tokoh wayang yang
dikirabkan yaitu Pandawa Lima ( Puntadewa, Werkudara, Janaka, Nakulo dan
Sadewa ), Kresna, Bathara Guru, Bathara Narada, dan para Punakawan ( Semar,
Gareng, Petruk, Bagong ). Selain Wayang peralatan lain yang dibawa untuk
mendukung kesuksesan acara yaitu sebuah papan nama bertuliskan “ BERSIH
DESA KAMPUNG BIBIS KULON”, satu bendera Merah Putih, satu bendera
Kampung Bibis Kulon dan satu pikul hasil bumi yang berisi palawija dan padi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Tokoh – tokoh wayang yang dikirabkan dibawa oleh para tokoh masyarakat dengan
berbusana kejawen jangkep.
Urutan kirab dimulai dari barisan yang paling depan sebagai penunjuk jalan
atau disebut ( cucuking lampah ) yaitu sesepuh Kampung Bibis Kulon yaitu bapak
Supadi dengan membawa cambuk. Urutan berikutnya yakni para tokoh masyarakat
yang membawa wayang dan para anak kecil yang membawa peralatan selain
wayang. Selanjutnya di belakangnya mengikuti rombongan reog yang ikut
memeriahkan suasana dalam prosesi kirab wayang. Urutan kirab yang paling
belakang sendiri atau sebagai pethiting lampah yaitu para warga masyarakat Bibis
Kulon.
Rute perjalanan dimulai dari tempat pundhen Mbah Meyek berjalan menuju
arah timur sampai perbatasan kampung Bibis Kulon dan Bibis Wetan kemudian
beluk ke arah selatan sampai di pundhen Mbah Asem Kandhang, kemudian ke arah
barat menuju ke Sumur Mbah Sodrono dan Mbah Asem Ageng kemudian ke arah
utara lagi menuju ke pundhen Mbah Sumur Bandung. Dan kembali lagi ke arah utara
yakni pundhen Mbah Meyek. Pada saat menuju ke tempat pundhen, wayang harus
ditengokkan atau ditundukkan, sebagai tanda penghormatan kepada pundhen
kampung.
Suatu hal yang menarik disini yaitu kesenian reog yang ikut berpartisipasi
membuat warga masyarakat terutama anak – anak kecil dan remaja ikut
menyaksikan prosesi upacara bersih desa sehingga menambah suasana yang meriah
dan ramai. Hal ini juga dapat menarik minat wisatawan, wisatawan dapat melihat
dan berbaur dengan suasana kerukunan antar anggota masyarakat yang ikut dalam
prosesi upacara. Suatu kebudayaan atau tradisi upacara yang sakral dapat dijadikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
sebuah atraksi wisata apabila mempunyai ke-unikkan yang mampu menarik minat
dari wisatawan.
Prosesi kirab wayang mengelilingi kampung yang melingkar searah jarum jam,
menurut kepercayaan masyarakat kampung Bibis Kulon mempunyai makna yaitu
proses perjalanan hidup manusia dari lahir hingga meninggal dunia. ( wawancara
dengan Bapak Sutino, 22 Mei 2012 )
d. Selamatan kampung
Selamatan kampung merupakan rangkaian kegiatan yang ke empat dalam
setiap upacara bersih desa di kampung Bibis Kulon. Kegiatan ini diadakan sore hari
sekitar pukul 17.00 WIB dan dihadiri oleh sebagian masyarakat. Tempat
pelaksanaan selamatan ini berada di sebelah barat lingkungan pundhen Mbah
Meyek. Para wisatawan yang ingin berpartisipasi sangat diizinkan untuk mengikuti
acara selamatan ini. Wisatawan dan warga tidak perlu membawa nasi selamatan dari
rumah karena sudah dipersiapkan oleh panitia. Adapun jenis sesaji untuk upacara
selamatan kampung ini meliputi :
1. Sekul gurih sebanyak 9 ( sembilan ) set, terdiri dari : 9 ancak nasi gurih, 9
ingkung ayam jantan, 9 takir berisi kedelai goreng, 9 takir berisi rambak
goreng, 9 takir berisi cabe merah, bawang merah, dan garam, 9 pasang
pisang raja yang telah menguning, 9 bungkus kembang setaman, yang setiap
bungkusnya berisi bunga mawar, melathi dan kenanga, 9 bungkus suruh ayu
yang berisi daun suruh, tembakau, gambir dan kapur.
2. Sekul asahan sebanyak 9 ( sembilan ) set, terdiri dari 9 ancak nasi putih yang
diberi lauk pauk ( rempeyek, gereh goreng, tempe goreng, telur goreng,
kerupuk, rempah, dan sate sapi ), 9 pasang pisang raja yang telah menguning,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
9 bungkus kembang jajan pasar yang berisi kembang setaman, kupat luar
dan ampo, 9 ancak jajan pasar berisi kentang, wajik, pisang, tape, salak, dan
buah tledung, 9 bungkus iwak kebo siji yang setiap bungkusnya berisi kikil,
saren, daging dan jerohan yang dimasak.
3. Sekul golong sebanyak 9 ( sembilan ) set terdiri dari ; 9 ancak nasi golong
yaitu nasi yang dikepal berbentuk bulat dan diberi lauk pauk (rempeyek,
gereh goreng, tempe goreng, telur goreng, kerupuk dan rempah goreng,)
4. Jenang suran sebanyak satu tampah, terdiri dari ; jenang lemu diberi lauk
pauk sambel goreng, abon, telur goreng, tempe kering, dan tempe gembus
yang dimasak tumbar, jenang merah, jenang putih, jenang menir dan pecel
pithik.
Jenis sajian selamatan kampung yang msing – masing berjumlah sembilan
menurut kepercayaan masyarakat kampung Bibis Kulon mempunyai makna atau
filosofi untuk meminta berkat kepada ke sembilan pemimpin yang menyebarkan
agama islam yakni Wali Songo. Dalam simbolik jawa jumlah sembilan itu berkaitan
dengan lubang nafsu manusia yang harus ditaklukkan dalam mencapai cita – cita
yang luhur ( dalam meditasi orang harus bisa mengendalikan sembilan hawa nafsu
). ( wawancara dengan bapak Supadi 19 Mei 2012 )
e. Pertunjukan Wayang Kulit Purwa
Pelaksanaan upacara bersih desa di kampung Bibis Kulon selalu disertai
dengan pertunjukan wayang kulit purwa. Yang dimaksudkan dengan wayang kulit
purwa adalah pertunjukan wayang kulit yang alur ceritanya berdasarkan atas siklus
Ramayana dan Mahabarata sampai dengan jaman parikesit. Pertunjukan wayang
kulit merupakan kesukaan para dhanyang setempat, untuk itu masyarakat kampung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Bibis Kulon agar supaya makhluk – makhluk halus atau para dhanyang setempat
tidak mengganggu manusia, maka harus dijinakan hatinya dengan pertunjukan
wayang kulit kesukaannya.
Pertunjukan wayang kulit yang merupakan kegiatan terakhir pada upacara
bersih desa di kampung Bibis Kulon dilaksanakan dua kali. Pertama, pertunjukan
wayang kulit semalam suntuk dilaksanakan pada hari Kamis wage malam jumat
kliwon sekitar pukul 21.00 sampai dengan pukul 04.00 WIB. Kedua, pertunjukan
wayang siang hari dilaksanakan pada hari Jumat Kliwon sekitar pukul 11.00 sampai
dengan pukul 16.00 WIB. Pertunjukan tersebut sekarang dilaksanakan di tengah
jalan raya Tentara Pelajar tepatnya di selatan pundhen Mbah Meyek mengingat
lokasinya yang cukup luas. Pada saat pelaksanaan upacara bersih desa jalan ini
ditutup.
Pada setiap upacara bersih desa di kampung Bibis Kulon, dalang yang akan
pentas mendalang selalu mengadakan sungkem ke tempat pundhen Mbah Meyek
yang merupakan pundhen utama kampung Bibis Kulon yaitu untuk memohon restu
sekaligus menyampaikan keinginan masyarakat setempat.
B. Peranan Masyarakat Dan Pemerintah Dalam Melestarikan Upacara
Bersih Desa Mbah Meyek
Dalam hal kerukunan umat beragama, meskipun mayoritas penduduk
kampung Bibis Kulon beragama islam, namun dalam kehidupan bermasyarakat
mereka dapat hidup berdampingan secara rukun, damai, penuh toleransi dan saling
menghargai antara umat beragama. Walaupun pandangan masyarakat Kampung
Bibis Kulon dapat dikatakan sudah dipengaruhi oleh adanya sistem pengetahuan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
teknologi modern, namun dalam hal yang menyangkut adat istiadat dan sopan santun
di kalangan masyarakat, pada umumnya masih tetap di pertahankan oleh masyarakat
adat dan tradisi yang mereka terima secara turun temurun dari nenek moyangnya.
Setiap upacara bersih desa di kampung Bibis Kulon, tempat-tempat pundhen
tersebut menjadi pusat kegiatan baik secara fisik berupa kerja bakti membersihkan
lingkungan dan merias janur di tempat pundhen, maupun yang sifatnya ritual yaitu
dengan membuat sesaji, selamatan dan sebagai kunjungan atau sungkeman pundhen
pada prosesi kirab wayang. Dari pernyataan tersebut terlihat bagaimana antusias
masyarakat yang rela bekerja sama dan bergotong-royong untuk membersihkan desa
Dalam mempertahankan suatu tradisi tidak mudah karena perkembangan
zaman menuntut manusia untuk menjadikan segala sesuatu menjadi praktis dan
manusia melupakan cara-cara lama yang sebetulnya mengingatkan hubungan
manusia dengan lingkungan sekitarnya. Hal tersebut tidak terlihat pada masyarakat
kampung Bibis Kulon. Kesadaran masyarakat Bibis Kulon akan tradisi kebudayaan
yang diwariskan secara turun – temurun akan terus di lestarikan karena kebudayaan
merupakan jati diri sebuah bangsa ( Wawancara dengan Bapak Joko susilo, 22 Mei
2012 )
Upacara bersih desa di kampung Bibis Kulon pada dasarnya merupakan
kepentingan semua warga. Oleh karena itu semua kalangan masyarakat berperan
serta dan bekerja sama untuk menunjang kelancaran pelaksanaan. Persiapan awal
dalam Upacara bersih desa adalah mengadakan suatu pertemuan ( rapat ). Rapat
terdiri atas wakil – wakil warga masyarakat dari 3 ( tiga ) RW yaitu RW 16, RW 17
dan RW 18. Dalam rapat tersebut kepala lingkungan kampung, sesepuh dan para
tokoh masyarakat untuk membahas rencana pelaksanaan, pembentukan panitia dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
anggaran upacara bersih desa Mbah Meyek. Rapat dilakukan 2 ( dua ) bulan
sebelumnya.
Dalam pelaksanaan upacara bersih desa membutuhkan biaya yang cukup
besar untuk operasionalnya. Dalam hal anggaran dana masyarakat mencari sumber
dana yaitu dari warga setempat, donatur dan sponsorship. Dalam hubungan dengan
pengadaan dana pemerintah dinas pariwisata kota Surakarta saat ini sudah
memberikan bantuan, namun masih berupa subsidi, yakni bantuan dana sejumlah
25% dari total biaya keseluruhan. Dan untuk menunjang acara tersebut masyarakat
dengan sukarela memberikan iuran wajib minimal Rp 10.000,00 ( Sepuluh Ribu
Rupiah ) setiap kepala keluarga. Seluruh warga masyarakat yang berpartisipasi atas
dasar kesadaran tanpa mengharapkan imbalan. Masyarakat mempunyai antusiasme
yang tinggi akan terselenggaranya upacara bersih desa tersebut karena hal tersebut
merupakan kebanggaan tersendiri warga kampung Bibis Kulon. ( wawancara dengan
Bapak Surono, 25 Mei )
Pemerintah dinas pariwisata kota Surakarta, pada tahun 2011 mulai
memberikan perhatian yang intensif yakni mulai memberi bantuan meskipun masih
berupa subsidi, melakukan promosi – promosi melalui spanduk, brosur saat
menjelang upacara bersih desa dilaksanakan pada tahun 2011. Pemerintah baru
melihat gejala peningkatan antusiasme masyarakat dalam upacara bersih desa Mbah
Meyek akhir – akhir ini. Namun saat ini masih belum ada upaya tingkat lanjut dalam
mengembangkan atraksi wisata budaya tersebut. Perhatian yang khusus dari
pemerintah sebagai pemegang kekuasaan mengambil peran yang sangat besar,
karena berkembangnya suatu daerah tujuan wisata pasti tidak lepas dari peran
pemerintah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
C. Kendala-kendala Dalam Melestarikan Upacara Bersih Desa Mbah Meyek
Di wilayah Kotamadya Surakarta , satu – satunya kampung yang masih
menyelenggarakan tradisi upacara bersih desa adalah kampung Bibis Kulon
Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari. Upacara ini dilaksanakan secara rutin
dan telah menjadi salah satu norma sosial yang harus ditaati oleh masyarakat.
Keberadaan tradisi adat, upacara bersih desa Mbah Meyek sampai sekarang masih
dipertahankan dan diupayakan untuk dikembangkan di era modern seperti saat ini.
Pada akhir – akhir ini penyelenggaraan upacara bersih desa menunjukan
gejala yang menguat dalam arti semakin semarak, karena selain untuk keperluan
upacara ritual juga untuk memberikan hiburan bagi masyarakat. Gejala tersebut
dapat dijadikan sebagai peluang dalam mengembangkan kebudayaan lokal daerah
ini menjadi atraksi wisata yang dapat menarik minat wisatawan dan juga menjadi
produk unggulan daerah setempat ataupun pemerintah kotamadya Surakarta.
Namun, untuk mengembangkan potensi – potensi yang dimiliki upacara bersih desa
Mbah Meyek agar dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan masih menemui
berbagai kendala. Kendala – kendala tersebut yang menyebabkan proses
perkembangan tradisi ini menjadi produk wisata yang diunggulkan terhambat,
bahkan jika tidak segera menemukan langkah antisipasi, tidak menutup
kemungkinan apabila tradisi yang sudah diwariskan turun temurun oleh masyarakat
kampung Bibis Kulon ini akan menghilang. Faktor – faktor yang menjadi kendala
antara lain :
1. Faktor penduduk
Banyaknya para warga pendatang yang mulai menempati daerah kampung
Bibis Kulon. Karena di kampung Bibis Kulon terdapat pusat industri mebel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
yaitu pasar mebel yang mayoritas pedagang dan para pegawainya bukan asli
penduduk kampung Bibis Kulon yang tentunya tidak mengetahui asal – usul
adat istiadat kampung Bibis Kulon. Selain itu di era modern seperti saat ini
muncul pandangan masyarakat yang menganggap upacara bersih desa
sebagai kepercayaan kuno atau animisme dan dinamisme yang melanggar
norma – norma agama yang berlaku.
2. Faktor manajemen sumber daya manusia ( SDM )
Lingkungan kampung Bibis Kulon yang berada di pinggiran kota dan latar
belakang pendidikan masyarakat kampung Bibis Kulon yang mayoritas
masih kurang menyebabkan pengelolaan tradisi tersebut belum mampu
untuk berkembang dan menjadi produk unggulan di bidang pariwisata dan
kebudayaan. Dan juga belum terbentuknya suatu organisasi atau
kelembagaan khusus yang mengelola tradisi Upacara bersih desa di kampung
Bibis Kulon sebagai atraksi wisata budaya di kota Surakarta.
3. Faktor promosi
Kurangnya promosi merupakan salah astu kendala dalam pengelolaan tradisi
bersih desa Mbah Meyek sebagai atraksi wisata budaya di kota Surakarta.
Tidak adanya langkah – langkah dari masyarakat ataupun pengelola upacara
bersih desa Mbah Meyek untuk dipromosikan. Menurut survey yang
dilakukan, masih banyak warga masyarakat Kota Surakarta yang masih
belum mengetahui salah satu tradisi bersih desa yang masih ada di kota
Surakarta ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
4. Faktor pengadaan Sumber Dana
Dana yang diperlukan dalam mengadakan tradisi upacara bersih desa Mbah
Meyek sangat besar. Pengelola masih kesulitan dalam mencari sumber dana,
selama ini sumber dana yang didapat hanya berasal dari iuran warga dan para
donatur. Masih belum adanya sponsorship yang mau bekerja sama dan dana
bantuan dari pemerintah yang diharapkan masih belum dapat terealisasi
sepenuhnya. ( wawancara dengan Bapak Joko Susilo, 22 Mei 2012 )
D. Potensi Upacara Bersih Desa Mbah Meyek Dengan Menggunakan Analisis
SWOT
Potensi adalah adalah suatu kemampuan yang mempunyai kemungkinkan
untuk dikembangkan ke arah yang lebih baik. Tradisi upacara bersih desa Mbah
Meyek di kampung Bibis Kulon Surakarta merupakan satu – satunya tradisi upacara
selamatan yang keberadaannya masih dipertahankan secara turun – temurun hingga
sekarang. Tradisi tersebut mampu dijadikan sebuah atraksi wisata budaya di kota
Surakarta apabila mampu dikelola dan dikembangkan dengan baik.
Keberadaan upacara bersih desa di kampung Bibis Kulon sangatlah unik,
karena satu-satunya di wilayah kotamadya Surakarta yang menyelenggarakan
upacara bersih desa dengan disertai pertunjukkan wayang kulit dan bazar.
Keunikan lain yang tidak terdapat di daerah lain, dan kemungkinan merupakan
satu-satunya di daerah Karesidenan Surakarta yaitu diadakannya upacara kirab
wayang keliling kampung sebelum pertunjukkan wayang kulit dimulai. Wayang
yang dikirabkan adalah wayang akan digunakan untuk pentas wayang kulit,
tetapi tidak semuanya hanya terbatas pada tokoh-tokoh wayang tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Adapun tokoh-tokoh wayang yang dikirabkan adalah pendawa lima, Kresna,
Batara Guru, Batara Narada dan punakawan. Wayang tersebut dibawa oleh kepala
kampung dan para tokoh masyarakat dengan berbusana kejawen jangkep atau
berbusana batik dan diarak keliling kampung menuju keempat sendang atau
pepundhen kampung dengan diiringi kesenian reog. Setiap berhenti di tempat
pepundhen, wayang ditengokkan atau ditundukkan pada dinding sendang sebagai
tanda penghormatan kepada pundhen kampung. Selain itu juga dimaksudkan
untuk memohon doa restu agar dalam melaksanakan pertunjukkan wayang kulit
tidak ada halangan sesuatu apapun.
Analisis mengenai tradisi upacara bersih desa di kampung Bibis Kulon
dalam pengembangan pariwisata dimaksudkan untuk mengetahui apakah tradisi
tersebut bisa dijadikan sebagai daya tarik wisata yang mampu diunggulkan dan
menjadi suatu produk andalan baru di bidang pariwisata terhadap pengembangan
pariwisata di kota Surakarta. Untuk dapat menyusun analisis dalam usaha mencapai
sasaran ataupun target yang telah ditetapkan, maka perlu dilakukan analisis dari sisi
lingkungan intern atau ekstern yang dapat mempengaruhi minat wisatawan pada
khususnya dan perkembangan pariwisata kota Surakarta pada umumnya.
Pendakatan analisis SWOT dilakukan untuk mengetahui adanya potensi
suatu objek penelitian yaitu meliputi ; Kekuatan ( Strenght ) dan Kelemahan (
Weakness ) bagi lingkungan internal, maupun Peluang ( Opportunity ) dan Ancaman
( Threats ) yang dimiliki lingkungan eksternalnya. Langkah – langkah ini yang akan
dipadukan untuk memperoleh rencana pengembangan di sektor pariwisata di lihat
dari sisi daya tarik tradisi Upacara bersih desa Mbah Meyek. Pendekatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
pengembangan tradisi upacara bersih desa Mbah Meyek menggunakan analisis
SWOT sebagai berikut :
1. Kekuatan ( Strenght )
Kekuatan yang dimiliki antara lain :
a. Atraksi yang ditampilkan dalam upacara ini adalah kirab wayang
mengelilingi pundhen yang dimeriahkan oleh kesenian reog dan diikuti
para warga.
b. Dalam upacara bersih desa Mbah Meyek juga menyajikan pertunjukan
wayang purwa sehari semalam dan bazar.
c. Seluruh rangkaian upacara bersih desa Mbah Meyek berlangsung selama
dua hari.yang menjadikan wisatawan harus tinggal agar dapat
menyaksikan keseluruhan kegiatan.
d. Kesadaran yang tinggi antar anggota masyarakat kampung Bibis Kulon
yang selalu berusaha melestarikan kebudayaan dan tradisi yang
diwariskan turun-temurun.
2. Kelemahan ( Weakness )
Kelemahan dari upacara bersih desa Mbah Meyek meliputi :
a. Belum adanya kelembagaan atau pembentukan lembaga khusus yang
mengelola tradisi ini untuk dikembangkan menjadi suatu produk wisata.
b. Sistem kepengurusan upacara bersih desa Mbah Meyek yang selalu
berganti setiap tahunnya. Hal ini menjadikan pengelolaan kebudayaan
tersebut tidak mampu fokus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
c. Kurangnya sponsorship yang bersedia mendanai acara tersebut. Sehingga
keterbatasan dana sangat menghambat dalam pengembangan upacara
bersih desa Mbah Meyek.
d. Kurangnya promosi yang dapat menarik minat wisatawan untuk
berkunjung dan menyaksikan serangkaian upacara bersih desa Mbah
Meyek.
3. Peluang ( Opportunity )
Adapun hasil analisis yang ditemukan dalam peluang adalah :
a. Kota Surakarta terkenal dari kebudayaannya dan pariwisata, kota
Surakarta berkembang dari sektor pariwisata budaya dan atraksi wisata
minat khusus.
b. Sampai sekarang di daerah kota Surakarta, upacara bersih desa yang
masih di pertahankan hanya ada satu yakni upacara bersih desa Mbah
Meyek di kampung Bibis Kulon.
c. Sejak masa pemerintahan Joko Widodo, yakni Walikota Surakarta.
Pariwisata kota Surakarta mulai dibangun dan dikembangkan secara
maksimal dan dicanangkan program visit Solo.
d. Kebudayaan adalah jatidiri bangsa, oleh sebab itu wisata budaya mulai
banyak diminati wisatawan, terutama wisatawan mancanegara.
4. Ancaman ( Threats )
Ancaman – ancaman yang ada, antara lain :
a. Perkembangan jaman yang semakin modern, semakin banyaknya atraksi
– atraksi wisata yang lebih modern dan lebih menarik minat wisatawan
untuk menikmatinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
b. Munculnya kebudayaan – kebudayaan asing yang mempengaruhi
kebudayaan lokal sehingga menyebabkan akulturasi kebudayaan dan
menghilangkan ciri khas kebudayaan lokal yang asli.
c. Kurangnya kesadaran dari pemerintah untuk memberi perhatian khusus
terhadap kebudayaan lokal.
d. Munculnya pandangan masyarakat di era modern ini yang menganggap
upacara bersih desa sebagai kepercayaan kuno atau animisme dan
dinamisme yang melanggar norma – norma agama yang berlaku
Dari analisis SWOT tentang pengembangan upacara bersih desa di kampung
Bibis Kulon Surakarta di atas, dapat di ketahui dalam melestarikan dan
mengembangkan kebudayaan asli daerah harus di dapat dari sisi dalam ( intern )
ataupun sisi luarnya ( ekstern ) dari faktor – faktor di atas, kemudian digabungkan
dan dianalisis sehiingga dapat menciptakan produk unggulan baru dalam
mengembangkan pariwisata di kota Surakarta
E. Strategi Pengembangan Potensi Upacara Bersih Desa Mbah Meyek
Berdasarkan dari analisis SWOT dari potensi – potensi yang dimiliki upacara
bersih desa Mbah Meyek didapatkan strategi pengembangan untuk menjadikan
tradisi upacara bersih desa Mbah Meyek menjadi produk unggulan yang dapat
memajukan pariwisata kota Surakarta. Faktor kekuatan harus dipertahankan sebaik –
baiknya dan faktor kelemahan harus segera di atasi. Faktor peluang harus
dimanfaatkan agar dapat terus berkembang dan faktor ancaman hendaknya segera di
antisipasi agar tidak menghambat perkembangan suatu daerah tujuan wisata. Strategi
tersebut yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
1. Membentuk kelembagaan khusus
Dalam pembentukan lembaga pengelolaan daya tarik wisata harus
melibatkan berbagai lapisan masyarakat, seperti kepala desa, masyarakat yang
peduli kepariwisataan, pemerintah, dan tokoh – tokoh masyarakat agar
mempermudah dalam perencanaan, pengembangan, pengawasan, dan keamanan.
Sehingga wisatawan merasa aman dan betah untuk tinggal lebih lama.
2. Melakukan upaya promosi
Promosi merupakan inti dari pengembangan sebuah daerah tujuan
wisata. Promosi dilakukan untuk meningkatkan daya tarik wisatawan. Promosi
yang dapat dilakukan dalam mengembangkan tradisi bersih desa Mbah Meyek
yaitu menjalin kerjasama dengan pemerintah ; dimaksudkan agar pemerintah
ikut berpartisipasi dalam pengembangannya. Melakukan bentuk kerja sama
dengan Biro Wisata ; dimaksudkan agar biro membuat paket wisata untuk
berkunjung dan menyaksikan keunikan upacara bersih desa Mbah Meyek.
Melakukan kerjasama dengan media massa ; dimaksudkan agar media massa
meliput prosesi upacara bersih desa Mbah Meyek sehingga langkah promosi
lebih mudah.
3. Meningkatkan fasilitas – fasilitas untuk wisatawan
Di lingkungan kampung Bibis Kulon ini perlu meningkatkan fasilitas –
fasilitas untuk wisatawan yang mampu menunjang agar wisatawan betah untuk
tinggal lebih lama dan memberikan devisa bagi warga setempat. Adapun upaya –
upaya tersebut adalah meningkatkan kwalitas fasilitas umum seperti toilet,
tempat-tempat ibadah, taman kampung yang dapat di fungsikan sebagai taman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
rekreasi wisatawan. Pelataran pundhen Mbah Meyek yang dapat difungsikan
sebagai area untuk pameran wayang.
4. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
Upaya meningkatkan sumber daya manusia dilakukan untuk
meningkatkan ksadaran masyarakat tidak hanya kesadaran untuk melestarikan
budaya saja namun juga sadar akan pentingnya pariwisata untuk meningkatkan
kesejahteraan. Upaya ini dilakukan dengan cara mengadakan penyuluhan kepada
masyarakat dan membentuk sebuah kelompok sadar wisata agar masyarakat
mengerti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bersih desa di Kampung Bibis Kulon memiliki kesamaan dalam prinsip
dasarnya yaitu selamatan desa atau selamatan kampung. Adapun tujuan secara
khusus yaitu agar masyarakat diberi keselamatan lahir dan batin, keberkahan
rejeki, dan juga dibebaskan dari gangguan makhluk – makhluk halus dan semua
malapetaka. Bersih desa merupakan upacara yang sangat penting bagi warga
masyarakat kampung Bibis Kulon dan selalu dilaksanakan setiap setahun sekali
pada hari Kamis Wage malam Jumat Kliwon di bulan Suro dengan disertai
pertunjukan wayang kulit sehari semalam. Adanya berbagai rangkaian kegiatan (
kerja bakti, selamatan pundhen, kirab wayang, selamatan kampung )merupakan
sebagai sarana upacara untuk persembahan kepada para pundhen kampung. Hal
tersebut dilakukan karena dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat terhadap
makhluk – makhluk halus yang masih diyakini oleh sebagian masyarakat
kampung Bibis Kulon. Dengan memberi persembahan pertunjukan wayang kulit
kesukaan para dhayang kampung, maka masyarakat akan mendapat imbalan
berupa dukungan terhadap pencapaian tujuan dan. Sebaliknya jika upacara bersih
desa diadakan tidak menyelenggarakan pertunjukan wayang kulit maka akan
terjadi bencana ataupun malapetaka.
Upacara bersih desa Mbah Meyek memiliki potensi – potensi yang dapat
dikembangkan sehingga mampu menjadikan tradisi ini sebagai produk pariwisata
unggulan kotamadya Surakarta. Keberadaan upacara bersih desa di kampung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Bibis Kulon sangatlah unik, karena satu-satunya di wilayah kotamadya
Surakarta yang menyelenggarakan upacara bersih desa dengan disertai
pertunjukkan wayang kulit dan bazar. Keunikan lain yang tidak terdapat di
daerah lain, dan kemungkinan merupakan satu-satunya di daerah Karesidenan
Surakarta yaitu diadakannya upacara kirab wayang keliling kampung sebelum
pertunjukkan wayang kulit dimulai. Kesadaran yang tinggi antar anggota
masyarakat kampung Bibis Kulon yang selalu berusaha melestarikan kebudayaan
dan tradisi yang diwariskan turun-temurun memberikan kemudahan dalam upaya
pengembangan tradisi upacara bersih desa di kampung Bibis Kulon.
Masyarakat kampung Bibis Kulon dan Pemerintah dinas pariwisata kota
Surakarta mempunyai peranan penting dalam pengembangan upacara ini sebagai
potensi wisata budaya di kota Surakarta. Terkait dengan fakta tersebut, belum
adanya kelembagaan yang mengatur dan mengelola tradisi ini. Manajemen
sumber daya manusia yang kurang baik, menjadikan pengelolaan tradisi tersebut
menjadi atraksi wisata yang mampu menarik minat wisatawan tidak dapat
berkembang secara maksimal. Pemerintah dan dinas pariwisata kota Surakarta
dirasa masih kurang tanggap dalam memberikan perhatian kepada tradisi
kebudayaan lokal yang masih ada di kampung Bibis Kulon. Pemerintah hanya
memberikan bantuan subsidi sebesar 25 % dari keseluruhan anggaran namun
belum ada upaya lanjutan dari pemerintah untuk mempromosikan ataupun
mengembangkan upacara bersih desa Mbah Meyek sebagai wisata budaya di
Surakarta. Keberadaan tradisi upacara bersih desa di kampung Bibis Kulon selalu
terselenggara setiap tahunnya meski selalu menemui banyak kendala. Kendala –
kendala tersebut masih belum teratasi yang menjadikan penghambat dalam upaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
pengembangannya Kesadaran masyarakat kampung Bibis Kulon yang tinggi dan
sadar akan pentingnya mempertahankan sebuah tradisi harusnya menjadikan
pemerintah setempat ikut berpartisipasi dalam mengembangkan tradisi tersebut.
B. Saran
Upacara bersih desa merupakan wujud tradisi budaya Jawa, oleh karena itu
perlu di usahakan kelangsungan tradisi tersebut. Menjaga kelangsungan hidup
upacara bersih desa berarti melestarikan salah satu bentuk budaya bangsa, yang
merupakan budaya bangsa Indonesia.
Perlu adanya pembentukan suatu wadah khusus untuk masyarakat yakni
pembentukan kelembagaan yang menjadi pengelola utama tradisi upacara bersih
desa di kampung Bibis Kulon agar dalam meningkatkan kualitas manajemen
sumber daya manusianya lebih terjaga. Tradisi memiliki potensi yang dapat
diandalkan sebagai produk wisata, perlu adanya upaya khusus dari pemerintah
setempat dan dinas pariwisata agar tradisi ini selalu ada dan dapat dikembangkan
dan dijadikan sebagai atraksi wisata budaya di kota Surakarta karena dapat
memberikan keuntungan bagi semua pihak.