Trachoma

13
LAPORAN PENDAHULUAN TRACHOMA A. PENGERTIAN Trakoma adalah salah satu bentuk radang konjungtiva (selaput lendir mata) yang berlangsung lama dan disebabkan oleh Chlamydia Trachomatis. Infeksi ini menyebar melalui kontak langsung dengan sekret kotoran mata penderita trakoma atau melalui alat-alat kebutuhan sehari-hari seperti handuk, alat-alat kecantikan dan lain-lain. Penyakit ini sangat menular dan biasanya menyerang kedua mata. Bila ditangani secepatnya, trakoma dapat disembuhkan dengan sempurna. Namun bila terlambat dalam penanganannya, trakoma dapat menyebabkan kebutaan. B. PENYEBAB Trakoma disebabkan oleh chylamidia trachomatis dan menyebar melalui kontak langsung dengan mata, hidung dn sekresi tenggorokan dari indivivu yang terkena atau kontak dengan famites (benda mati), seperti handuk dan/atau lap yang memiliki sama kontak dengan cairan. Lalat juga bias menjadi rute transmisi mekanis. Tidak di obat, infeksi trakoma ulang hasil dalam bentuk entropion- menakibatkan kebutaan permanen jika kelopak mata berblik ke dalam, menyebabkan bulu maa untuk menggaruk kornea. Anak-anak yang paling rentan terhadap infeksi karena kecendeerungan mereka untuk dengan mudah menjadi kotor,

description

Trachoma

Transcript of Trachoma

Page 1: Trachoma

LAPORAN PENDAHULUANTRACHOMA

A. PENGERTIAN

Trakoma adalah salah satu bentuk radang konjungtiva (selaput lendir mata)

yang berlangsung lama dan disebabkan oleh Chlamydia Trachomatis. Infeksi ini

menyebar melalui kontak langsung dengan sekret kotoran mata penderita trakoma

atau melalui alat-alat kebutuhan sehari-hari seperti handuk, alat-alat kecantikan dan

lain-lain. Penyakit ini sangat menular dan biasanya menyerang kedua mata. Bila

ditangani secepatnya, trakoma dapat disembuhkan dengan sempurna. Namun bila

terlambat dalam penanganannya, trakoma dapat menyebabkan kebutaan.

B. PENYEBAB

Trakoma disebabkan oleh chylamidia trachomatis dan menyebar melalui

kontak langsung dengan mata, hidung dn sekresi tenggorokan dari indivivu yang

terkena atau kontak dengan famites (benda mati), seperti handuk dan/atau lap yang

memiliki sama kontak dengan cairan. Lalat juga bias menjadi rute transmisi mekanis.

Tidak di obat, infeksi trakoma ulang hasil dalam bentuk entropion-menakibatkan

kebutaan permanen jika kelopak mata berblik ke dalam, menyebabkan bulu maa

untuk menggaruk kornea. Anak-anak yang paling rentan terhadap infeksi karena

kecendeerungan mereka untuk dengan mudah menjadi kotor, tetapi efek menyilaukan

atau gejala yang paling parah sering kali tidak terasa sampai dewasa.

Factor yang secara tidak langsung terkait dengan keberadaan trakoma

termasuk kekurangan air, tidak adanya jamban atau toilet, kemiskinan secara umum,

lalat, dekat dengan sapi,berkerumun dan sebagainya. Namun jalur umum akhir

tampaknya hadir wajah-wajah kotor pada anak-anak yang memfasilitasi pertukaran

sering terinfeksi debit mata dari wajah seorang anak yang lain. Kebanyakan transmisi

trakoma terjadi dalam keluarga.

C. TANDA DA GEJALA

Bakteri ini memiliki masa inkubasi 5 sampai 12 hari setelah seseorang

mengalami gejala konjungtivitisatau iritasi mirip dengan “mata merah muda”.

Endomik kebutaan trakoma merupakan hasil dari beberapa episode terinfeksi yang

Page 2: Trachoma

menghasilkan peradangan terus menerus pada konjungtiva. Tanpa terinfeksi,

peradangan akan berangsur-angsur mereda. Peradangan konjungtiva disebut

“trachoma aktif” dan biasanya terlihat pada anak-anak pra sekolah (dasar). Hal ini

ditandai dengan benjolan putih dipermukaan bawa tutup mata atas (conjunctival

folikel atau pusat-pusat germinal limfoid). Non peradangan dan penebalan tertentu

sering dikaitkan dengan papilla. Folikel mungkin juga muncul dipersimpangan kornea

dan skelera (limbal folikel). Trakoma aktif akan sering menjengkelkan dan memiliki

cairan berair. Infeksi sekunder bakteri dapat terjadi dan menyebabkan discharge

purulen.

Perubahan-perubahan structural trakoma disebut sebagai “cicatrical

trachoma”. Ini termasuk jaringan parut di tutup mata (konjungtiva tarsal) yang

mengarah pada distorsi tutup mata dengan tekuk dari tutup (tarsus) sehingga muncul

bulu mata gosok pada mata (trichiasis). Bulu mata ini akan mengakibatkan kekeruhan

kornea dan bekas luka dan kemudian mengarah ke kebutaan. Bekas luka linear hadir

dalam sulkus subtarsalis disebut “garis arlt’s”. selain itu, pembuluh darah dan jaringan

parut dapat menyerang bagian atas kornea (pannus). Lebih lanjut gejala termasuk :

1. Keluarnya cairan kotor dari mata bukan air mata (emisi atau sekresi cairan

yang mengandung lender dan nanah dari mata).

2. Pembengkakan kelopak mata.

3. Trichiasis (berbliknya bulu mata)

4. Pembengkakan kelenjar getah bening didepan telinga

5. Munculnya garis perubahan pada kornea

6. Komplikasi pada telinga, hidung dan tenggorokan

7. Komplikasi utama atau yang paling penting adalah ulkus (luka/iritasi) pada

kornea karena infeksi bakteri.

D. PATOFISIOLOGI

Melalui kontak langsung dengan discharge yang keluar dari mata yang terkena

infeksi atau dari discharge nasofaring melalui jari atau kontak tidak langsung dengan

benda yang terkontaminasi, seperti handuk, pakaian dan benda-benda lain yang

dicemari discharges nasofaring dari penderita. Lalat terutama musca sorbens di afrika

dan timur tengah dan spesies jenis hippelates di amerika bagian selatan, ikut berperan

pada penyebaran penyakit. Pada anak-anak yang menderita trachoma aktif,

Page 3: Trachoma

chylamidia dapat ditemukan dari nasofaring dan rectum. Namun didaerah endemis

untuk serovarian dari trachoma tidak ditemukan reservair genital.

Masa inkubasi sukar ditentukan karena timbulnya penyakit ini adalah lambat.

Penyakit ini termasuk penyakit mata yang sangat menular.

Gambaran kliniknya dibagi atas 4 stadium:

1. Stadium I; disebut stadium insipient atau stadium permulaan, didapatkan terutama

folikel di konjungtiva tarsal superior, pada konjungtiva tarsal inferior juga

terdapat folikel, teapi ini tidak merupakan gejala khas trakoma. Pada kornea di

daerah limbus superior terdapat keratitis pungtata epitel dan sub epitel. Kelainan

kornea lebih jelas apabila diperiksa dengan melakukan tes fluoresin, dimana akan

terlihat titik-titik hijau pada defek kornea.

2. Stadium II; disebut stadium established atau nyata, didapatkan folikel-folikel di

konjngtiva tarsal superior, beberapa folikel sudah matur berwarna lebih abu-abu.

Pada kornea selain keratitis pungtata superficial, juga terlihat adanya

neovaskularisasi, yaitu pembuluh darah baru yang berjalan dari limbus ke arah

kornea bagian atas. Susunan kreatitis pungtata superficial dan neovasikularisasi

tersebut dikenal sebagai panus.

3. Stadium III; disebut stadium parut, dimulai terbetuknya sikatriks pada folikel

konjungtiva tarsal superior yang terlihat sebagai garis putih halus. Pannus pada

kornea lebih nyata. Tidak jarang pada stadium ini masih terlihat trikiasis sebagai

penyakit. Pada stadium ini masih dijumpai folikel pada konjungtiva tarsal

superior.

4. Stadium IV; disebut stadium penyembuhan. Pada stadium ini, folikel pada

konjungtiva tarsal superior tidak ada lagi, yang ada hanya sikatriks. Pada kornea

bagian atas pannus tidak aktif lagi. Pada stadium ini dijumpai komplikasi-

komplikasi seperti entropion sikatrisiale, yaitu pinggir kelopak mata atas

melengkung kedalam disebabkan sikatriks pada tarsus bersamaan dengan

enteropion, bulu-bulu mata letaknya melengkung kedalam menggosok bola mata

(trikiasis). Bulu mata demikian dapat berakibat kerusakan pada kornea, yang

mudah terkena infeksi sekunder, sehingga mungkin terjadi ulkus kornea, apabila

penderita tidak berobat, ulus kornea dapat menjadi dalam dan akhirnya timbul

perforasi.

Page 4: Trachoma

E. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN

Meskipun trakoma dihapuskan dari Negara maju dalam abad terakhir penyakit

ini bertahan di banyak bagian dunia berkembang khususnya di masyarakat tanpa

akses yang memadai terhadap air dan sanitasi. Dalam banyak masyarakat ini, wanita

tiga kali lebih besar dari pada laki-laki akan dibutuhkan oleh penyakit ini, karena

peran mereka sebagai pengasuh dalam keluarga.

F. PENATALAKSANAAN

Pengobatan meliputi pemberian salep antibiotik yang berisi tetrasiklin dan

erithromisin selama 4 – 6 minggu. Selain itu antibiotik tersebut juga bisa diberikan

dalam bentuk tablet.

Doksisiklin

o Sediaan : kapsul atau tablet 100 mg (HCl)

o Dosis dewasa 100 mg per oral 2 x sehari selama 7 hari

Tetrasiklin

o Sediaan salep mata 1% (HCl)

o Dosis dewasa 2 x sehari selama 6 minggu

Perbaikan klinik mencolok umumnya dicapai dengan tetracycline,1-1,5

g/ hari per os dalam empat dosis selama 3-4 minggu ; doxycycline,100

mg per os 2 kali sehari selama 3 minggu; atau erythromycin, 1 g / hari

per os dibagi dalam empat dosis selama 3-4 minggu. Kadang-kadang

diperlukan beberapa kali kur ( pengobatan) agar benar –benar sembuh.

Tetracycline sistemik jangan diberi pada anak dibawah umur 7 tahun

atau untuk wanita hamil. Karena tetracycline mengikat kalsium pada

gigi yang berkembang dan tulang yang tumbuh dan dapat berakibat

gigi permanen menjadi kekuningan dan kelainan kerangkan (mis,

clavicula). Salep atau tetes topikal, termasuk preparat sulfonamide,

tetracycline, erythromycin dan rifampin, empat kali sehari selama

enam minggu, sama efektifnya. Saat mulai terapi, efek maksimum

biasanya belum dicapai selama 10 – 12 minggu. Karena itu, tetap

adanya folikel pada trasesus superior selama beberapa minggu setelah

terapi berjalan jangan dipakai sebagai bukti kegagalan terapi. Koreksi

Page 5: Trachoma

bulu mata yang membalik kedalam melalui bedah adalah esensial

untuk mencegah parut trachoma lanjut di Negara berkembang.

Tindakan bedah ini kadang –kadang dilakukan oleh dokter bukan ahli

mata atau orang yang dilatih kusus.

G. KOMPLIKASI

Parut di konjungtiva dalah komplikasi yang sring terjadi pada trachoma dan dapat

merusak duktuli kelenjar lakmal tambahan dan menutupi muara kelejar lakrimal.hal ini

secara drastis mengurangi komponen air dalam film air mata pre- kornea, dan komponen

mukus film mungkin berkurang karena hilangnya sebagian sel goblet.luka parut itu juga

mengubah bentuk palpebra superior dengan membalik bulu mata kedalam (trikiasis) atau

seluruh tepian palpebra (entropian), sehingga bulu mata terus –menerus menggesek

kornea.ini berakibat ulserasi pada kornea,infeksi bacterial kornea, dan parut pada kornea.

Ptosis , obstrusi doktus nasolakrimalis, dan dakriosistitis adalah komplikasi umum lainnya

pada trachoma.

Page 6: Trachoma

ASUHAN KEPERAWATAN TRACHOMA

A. PENGKAJIAN

1. ANAMNESIS

Kaji gejala yang dialami klien sesuai dengan geajala yang ditimbulkan, meliputi

gatal dan rasa terbakar / sensasi benda asing pada infeksi bakteri akut da infeksi

virus, nyeri dan fotofobia, keluhan peningkatan produksi air mata, pada anak – anak

dapat disertai dengan demam dan keluhan pada mulut dan tenggorokan. Kaji riwayat

detail tentang masalah sekarang dan catat riwayat cedera atau terpajan lingkungan

yang tidak bersih. (Indriana N. Isitiqomah, 2004)

2. Pemeriksaan fisik

a. Pengkajian ketajaman mata

Kaji visus klien dan catat derajat pandangan perifer klien karena jika terdapat

sekret yang menempel pada kornea dapat menimbulkan kemunduran visus.

b. Kaji rasa nyeri

Terjadi rasa tidak nyaman ringan sampai berat.

c. Kesimetrisan kelopak mata

Terjadi gangguan kesimetrisan kelopak mata akibat timbulnya jaringan parut

pada kelopak mata yang berakibat entropen dan trikiasis (inversi bulu mata).

d. Reaksi mata terhadap cahaya / gerakan mata

Timbul fotofobia (sensitif terhadap cahaya) atau blepharospasme (kejang kelopak

mata)

e. Kemampuan membuka dan menutup mata

Timbul gangguan penutupan kelopak mata secara efektif.

f. Pemeriksaan fisik (inspeksi)

Infeksi struktur luar mata dan inspeksi kelenjar untuk mengetahui adanya

pembengkakan akibat inflamasi. (Brunner dan Suddart, 2001)

Page 7: Trachoma

3. Pemeriksaan penunjang

Inkulasi klamidia dapat ditemukan pada kerokan konjungtiva yang di pulas dengan

giemsa, namun tidak selalu ada. Inklusi ini tampak sebagai massa sitoplasma biru

atau ungu gelap yang sangat halus, yang menutupi inti dari sel epitel. Pulasan

antibody fluorescein dan tes immuno – assay enzim tersedia dipasaran dan banyak di

pakai di klinik laboratorium. Tes bari tu menggantikan pulasan giemsa untuk sediaan

hapus konjungtiva dan isolasi agen clamidial dalam biakan sel.

B. Analisa Data

1. Data objectif

Gatal – gatal

Nyeri (ringan sampai berat

Lakrimasi (mata selalu berair

Fotofobia (sensitif terhadap cahaya) atau blepharospasme (kejang kelopak

mata)

2. Data subjectif

Klien mengeluh gatal

gatal pada bagian mata

Klien mengeluh nyeri pada bagian konjungtiva

Klien mengeluh matanya mengalami reaksi sensitif terhadap cahaya

klien mengatakan mengalami reaksi sensitif terhadap cahaya

C. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar getah

bening (edema), fotofobia dan inflamasia.

2. Resiko tinggi penularan penyakit pada mata yang lain atau orang lain berhubungan

dengan keterbatasan pengetahuan

3. Resiko tinggii cidera berhubungan dengan penurunan lapang pandang.

D. Intervensi Keperawatan

Page 8: Trachoma

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar getah

bening (edema), fotofobia dan inflamasia.

Tujuan : nyeri hilang / terkontrol, ketidaknyamanan hilang / terkontrol

Kriteria hasil :

Melaporkan nyeri / ketidaknyamanan tulang terkontrol

Pasien tampak rileks dan tenang

Intervensi :

a. Kaji derajat nyeri

Rasional : untuk mengetahui kemajuan / terjadinya komplikasi.

b. Beri kompres hangat

Rasional : untuk mengurangi nyeri, mempercepat penyembuhan dan membersihkan

mata

c. Anjurkan klien menggunakan kacamata hitam pada cahaya kuat

Rasional : cahaya yang kuat dapat menyebabkan rasa tak nyaman.

d. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi

Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri.

2. Gangguan penglihatan / persepsi sensori visual berhubungan dengan kerusakan

kornea

Tujuan : Penggunaan penglihatan yang optimal

Kriteria hasil :

Pasien berpartisipasi dalam program pengobatan

Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan lebih lanjut.

Intervensi :

a. Kaji derajat / tipe kehilangan penglihatan

Rasional : mengetahui harapan masa depan klien dan pilihan intervensi.

b. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan

kehilangan penglihatan.

Rasional : intervensi dini untuk mencegah kebutaan, klien menghadapi kemungkinan /

mengalami kehilangan penglihatan sebagian atau total.

c. Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, mengikuti jadwal,

tidak salah dosis.

Rasional : Mengontrol TIO, mencegah kehilangan penglihatan lebih lanjut

d. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, misalnya agen osmotik sistemik.

Rasional : untuk mengurangi TIO

Page 9: Trachoma

3. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan penurunan lapang pandang dan kebutaan.

Tujuan : peningkatan lapang pandang optimal

Kriteria hasil :

Tidak terjadi cedera.

Intervensi :

a. Bersihkan sekret mata dengan cara benar.

Rasional : sekret mata akan membuat pandangan kabur.

b. Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata yang terlibat.

Rasional : terjadi penurunan tajam penglihatan akibat sekret mata.

c. Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap

Rasional : mengurangi fotofobia yang dapat mengganggu penglihatan klien.

d. Perhatikan keluhan penglihatan kabur yang dapat terjadi setelah penggunaan tetes

mata dan salep mata

Rasional : membersihkan informasi pada klien agar tidak melakukan aktivitas

berbahaya sesaat setelah penggunaan obat mata.