TR Abortus

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Al-Quran dan hadis diketahui bahwa proses kejadian manusia terdiri dari dua tahap, meliputi tahap penciptaan fisik atau jasad manusia dan tahap non fisik berupa peniupan roh yang merupakan hakikat manusia, dan yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Dalil-dalil ini lah yang kemudian menjadi bahan acuan dan rujukan para ulama dalam memberi pengertian tentang proses kejadian manusia dimulai, yang juga akan menjadi dasar dalam menjawab masalah aborsi. Istilah janin dalam bahasa Arab secara harfiah berarti berarti sesuatu yang diselubungin atau ditutupi. Jadi dari definisi itu janin berarti sesuatu yang akan terbentuk dalam rahim wanita dari saat pembuahan sampai kelahirannya. Persoalan aborsi tidak dapat dipandang secara sederhana. Dari sudut pandang agama, aborsi secara tegas dinyatakan sebagai praktik yang dilarang. Tidak jauh berbeda dengan perspektif agama, aborsi dari segi moral juga dinilai sebagai tindakan asusila, karena secara substansial aborsi tidak lebih dari bentuk pembunuhan janin yang tidak berdosa. Sementara itu, dari aspek kesehatan, aborsi dipandang sebagai langkah untuk menekan dan bahkan mencegah angka kematian ibu yang masih relatif tinggi terutama di Indonesia. Masalah aborsi bukanlah masalah yang baru. Ia sudah ada sejak zaman purba/kuno. 1

description

abortus dalam hukum islam

Transcript of TR Abortus

Page 1: TR Abortus

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam Al-Quran dan hadis diketahui bahwa proses kejadian manusia terdiri dari dua

tahap, meliputi tahap penciptaan fisik atau jasad manusia dan tahap non fisik berupa

peniupan roh yang merupakan hakikat manusia, dan yang membedakan manusia

dengan makhluk lain. Dalil-dalil ini lah yang kemudian menjadi bahan acuan dan

rujukan para ulama dalam memberi pengertian tentang proses kejadian manusia

dimulai, yang juga akan menjadi dasar dalam menjawab masalah aborsi. Istilah janin

dalam bahasa Arab secara harfiah berarti berarti sesuatu yang diselubungin atau

ditutupi. Jadi dari definisi itu janin berarti sesuatu yang akan terbentuk dalam rahim

wanita dari saat pembuahan sampai kelahirannya.

Persoalan aborsi tidak dapat dipandang secara sederhana. Dari sudut pandang

agama, aborsi secara tegas dinyatakan sebagai praktik yang dilarang. Tidak jauh

berbeda dengan perspektif agama, aborsi dari segi moral juga dinilai sebagai

tindakan asusila, karena secara substansial aborsi tidak lebih dari bentuk

pembunuhan janin yang tidak berdosa. Sementara itu, dari aspek kesehatan, aborsi

dipandang sebagai langkah untuk menekan dan bahkan mencegah angka kematian

ibu yang masih relatif tinggi terutama di Indonesia. Masalah aborsi bukanlah

masalah yang baru. Ia sudah ada sejak zaman purba/kuno. Yang membedakan

hanyalah kadarnya yang semakin lama semakin intens, searah dengan perkembangan

teknologi yang semakin memudahkan pelaksanaan aborsi dengan resiko kematian

ibu yang semakin kecil.

Pada Akhir abad ke 18 M, berkembanglah di Eropa sebuah pemikiran yang

dipelopori oleh pendeta bernama Malicus, ia menulis sebuah makalah berjudul

”populasi penduduk dan dampaknya dalam masa depan bangsa“ pada tahun 1213 H /

1798M. Ia berpendapat bahwa pertambahan populasi penduduk yang begitu pesat.

Oleh karenanya negara terancam kelaparan bila hal ini terus di lestarikan, maka ia

mengajak kepada pembatasan keturunan dengan jalan memakai gaya hidup rahib

(tidak menikah), atau mengakhirkan proses perkawinan sampai populasi penduduk

tidak bertambah pesat. Teori malicus ini diikuti oleh masa berikutnya akan tetapi

dengan menggunakan alat-alat pembatasan keturunan. Gerakan ini terus berkembang

di Amerika dan disambut hangat dari kalangan penduduk dan negara, sehingga hal

1

Page 2: TR Abortus

ini menjadi tradisi umum sampai terjadi perang dunia pertama tahun 1914 -1918 H.

Lalu berubahlah persepsi masyarakat disebabkan masuknya wanita ke lapangan-

lapangan kerja dan buruh, berangkat dari sinilah berkembang beraneka ragam

pencegah kehamilan. Kemudian mendapatkan sambutan yang baik.yang kemudian

tersiar di Negara Amerika. Padahal,pada mulanya timbul banyak pertentangan baik

dari masyarakat maupun pemerintah.

Ramuan obat-obatan untuk menggugurkan kandungan sudah dikenal sejak

zaman kekaisaran China kuno. Ibn Sina yang nama lengkapnya Abu Ali Al-Husayn

Ibn ‘Abd Allah Ibn Sina (980-1037), seorang dokter Persia, ilmuan dan filsuf Islam

paling terkenal, dalam bidang kedokteran. Dalam bukunya “Kaidah-kaidah

Kedokteran”, ia menjelaskan bahwa aborsi hanya boleh dilakukan dalam keadaan

gawat untuk menyelamatkan nyawa ibunya. Ibnu Sina dalam kitab Al Qanun

mengatakan bahwa terkadang pada kondisi tertentu dibutuhkan untuk melakukan

aborsi di antaranya ketika wanita yang hamil masih terlalu belia sehingga ditakutkan

akan membahayakan apabila ia melahirkan. Juga ketika terdapat penyakit dalam

rahim seperti penyakit kanker rahim sehingga menyusahkan keluarnya jabang bayi.

Perdebatan mengenai aborsi selalu terjadi dari zaman ke zaman, baik

berdasarkan alasan religius maupun sipil. Henry de Bracton adalah orang pertama

yang menulis hukum sipil mengenai aborsi. Ia adalah salah seorang hakim dari raja

Inggris Hendrik III. Ia wafat tahun 1628. Menurutnya, aborsi dilarang bila

pelaksanaannya terjadi sesudah janin terbentuk atau sudah mendapatkan nyawa/jiwa,

yakni sejak adanya tanda-tanda pergerakan janin. Zaman berganti dan pergerakan

demi pergerakan datang silih berganti. Pandangan mengenai aborsi lambat laun juga

mengalami tekanan perubahan. Pergerakan untuk melonggarkan kembali aborsi

mulai pada tahun 1950-an. Pada tahun 1952 diadakan suatu konfersi untuk

mengganti persyaratan aborsi. Selama ini aborsi hanya boleh dilakukan untuk

menyelamatkan nyawa ibu, dan sekarang ingin diperluas supaya aborsi boleh

dilakukan demi kesehatan jiwa si ibu.

Sama seperti di bagian dunia lainnya masalah aborsi di Indonesia juga bukan

masalah yang baru. Sejak lama sudah terdapat obat-obatan tradisionil yang

berkhasiat untuk menggugurkan kandungan. Sepanjang sejarah umat manusia, aborsi

sering ditemukan di berbagai tempat dan kebudayaan. Tetapi secara umum dapat

dikatakan, dulu aborsi hampir selalu dipraktikan di luar profesi medis atau di

pinggiran profesi medis oleh dukun.

2

Page 3: TR Abortus

Persamaan antara aborsi dengan pembunuhan terletak pada dampak

menghilangkan nyawa yang telah siap atau berpotensi untuk berpartisipasi dalam

tugas kekhilafan. Akan tetapi ironisnya alasan pelaku aborsi jauh lebih buruk

daripada alasan mereka yang melakukan pembunuhan bayi pada masa lampau.

Padahal masyarakat abad dua puluh sudah mendendangkan hak-hak asasi manusia

dengan suara yang jauh lebih nyaring daripada sebelumnya. Paling tidak ada tiga

alasan yang diisyaratkan Al-Quran dan Sunnah bagi pembunuhan bayi pada masa

jahiliyah yang lampau. Pertama, orang tua khawatir terjatuh dalam lembah

kemiskinan dengan menanggung biaya hidup anak-anak perempuan yang lahir,

apalagi menurut mereka anak perempuan tidak produktif. Kedua, anak-anak

dikhawatirkan jatuh dalam lembah kemiskinan, jika mereka dewasa kelak. Al-Quran

mengingatkan bahwa, “Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka

(anakanak itu) dan juga kepadamu” (QS. Al-Isra [17] : 31). Ketiga, khawatir

menanggung aib akibat ditawan dalam peperangan sehingga diperkosa. Maka apabila

salah seorang diantara mereka tentang kelahiran anak perempuan, hitamlah

(mukanya merah padam) dan dia sangat marah (QS. Al-Nahl [16] : 58) Pelaku aborsi

pada masa Jahiliah modern, sebagian melakukannya bukan karena takut miskin, baik

menyangkut dirinya sekarang, maupun menyangkut anaknya kelak. Tetapi perbuatan

keji itu mereka lakukan pada umumnya untuk menutup malu yang menimpa mereka.

Pada masa Jahiliah yang lampau, anak dibunuh oleh mereka yang tidak

berpengetahuan belum juga mengenal apa yang dinamakan hak asasi manusia.

Sekarang, anak dibunuh oleh ibu bersama dokter ahli dan bidan.

1.2. Tujuan

Mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan tentang Abortus Menurut Hukum

Islam.

3

Page 4: TR Abortus

BAB II

ABORTUS MENURUT HUKUM ISLAM

2.1. Pengertian Abortus

Kata “aborsi” berasal dari bahasa Inggris, yaitu abortion, dan bahasa latin abortus.

Secara etimologis ia berarti gugur kandungan atau keguguran. Dalam pengertian

terminologis sebagaimana yang didefinisikan para ulama adalah pengguguran janin

yang dikandung perempuan dengan tindakan tertentu sebelum masa kehamilannya

sempurna, baik dalam keadaan hidup maupun mati sebelum si janin bisa hidup di

luar kandungan, namun sebagian anggota tubuhnya telah terbentuk.

Dalam istilah moral, aborsi berarti pengeluaran janin secara sengaja yang

mengakibatkan kematian janin, yang terjadi sejak pembuahan sampai pada

kelahirannya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, aborsi adalah :

1. terpencarnya embrio yang tidak mungkin lagi hidup (sebelum hasil bulan

keempat dari kehamilan); atau keguguran.

2. keadaan terhentinya pertumbuhan yang normal (untuk makhluk hidup)

3. guguran (janin).

Dalam istilah ahli fikih, penggunaan kata ijhadh (aborsi), yaitu menggugurkan

kandungan yang kurang kejadiannya atau kurang masanya. Hanya saja, ahli fikih

membedakan antaranya jatuhnya kandungan secara tidak sengaja dan karena

perbuatan seseorang. Menurut mereka, yang kedua adalah tindak kejahatan yang

mengakibatkan hukuman berbeda dengan yang pertama. Para ahli fikih sering

menyebut ijhadh dengan kata-kata sinonimnya seperti isqath, ilqa, tharah, dan

imlash.

Sedangkan definisi aborsi menurut kedokteran terlihat adanya keseragaman

pendapat meskipun tuturan bahasa yang berbeda, diantaranya aborsi dilakukan

dengan membatasi usia maksimal kehamilan sekitar 20 minggu atau sebelum janin

mampu hidup di luar kandungan. Lebih dari usia tersebut tidak tergolong aborsi,

tetapi disebut pembunuhan bayi yang sudah mampu hidup diluar kandungan.

2.2. Jenis-Jenis Aborsi

Dalam istilah medis aborsi terdiri dari dua macam, yaitu aborsi spontan (abortus

spontaneus) dan aborsi yang disengaja (abortus provocatus). Pertama, aborsi spontan

(abortus spontaneus) ialah aborsi yang terjadi secara alamiah baik tanpa sebab

4

Page 5: TR Abortus

tertentu maupun karena sebab tertentu. Dalam istilah fikih disebut al-isqath alafwu

yang berarti aborsi yang dimaafkan. Pengguguran yang terjadi seperti ini tidak

memiliki akibat hukum apapun. Aborsi spontan dalam ilmu kedokteran terbagi dalam

beberapa macam.84 Kedua, aborsi yang disengaja (abortus provocatus) ialah aborsi

yang terjadi secara sengaja karena sebab-sebab tertentu. Aborsi jenis ini memiliki

konsekuensi hukum yang jenis hukumannya tergantung pada faktor-faktor yang

melatarbelakanginya. Aborsi jenis ini mencakup dua varian yaitu :

1. aborsi therapeutic adalah sejenis aborsi yang penggugurannya dilakukan oleh

tenaga medis disebabkan faktor adanya indikasi medis. Hal ini dilakukan sebagai

penyelamatan terhadap jiwa ibu yang terancam, bila kelangsungan kehamilan

dipertahankan, karena pemeriksaan medis menunjukkan gejala seperti itu,

umpamanya wanita itu penyakit jantung, ginjal dan penyakit jiwa. Disini

sebenarnya terjadi suatu konflik hak antara berbagai pihak, yakni hak hidup janin

yang ada dalam kandungan, hak hidup si ibu.

2. Aborsi provokatus criminalis, yaitu aborsi dilakukan bukan atas dasar indikasi

medis. Biasanya aborsi semacam ini dilakukan karena kehamilan yang tidak

dikehendaki, baik karena alasan ekonomi maupun kehamilan sebagai akibat

pergaulan bebas. Alasan-alasan seperti ini tidak dibenarkan oleh hukum dan

dianggap sebagai tindakan kejahatan. Tentu saja apa yang disebut aborsi

kriminalis di suatu negara tidak selalu sama dengan yang berlaku di negara lain.

Di beberapa negara, aborsi yang dilakukan sebelum berumur 3 bulan tidak

dilarang, sedangkan di Indonesia semua bentuk aborsi, kecuali karena alasan

indikasi medis adalah aborsi kriminalis.

Pengertian aborsi menurut kedokteran tersebut berbeda dengan ahli fikih,

karena tidak menetapkan usia maksimal, baik pengguguran kandungan dilakukan

dalam usia kehamilan nol minggu, 20 minggu maupun lebih dari itu dianggap sama

sebagai aborsi. Pengertian aborsi menurut para ahli fikih seperti yang dijelaskan oleh

Ibrahim Al Nakhai, “aborsi adalah penguguran janin dari rahim ibu hamil baik sudah

berbentuk sempurna ataupun belum”.

Dalam litreratur fikih, aborsi dapat digolongkan menjadi lima macam

diantaranya :

a. Aborsi spontan

5

Page 6: TR Abortus

Aborsi spontan artinya janin gugur secara alamiah tanpa adanya pengaruh

dari luar, atau gugur dengan sendirinya. Kebanyakan aborsi spontan

disebabkan oleh kelainan kromoson.

b. Aborsi karena darurat atau pengobatan

Aborsi karena darurat atau pengobatan, misalnya aborsi dilakukan karena

indikasi fisik yang mengancam nyawa ibu bila kehamilan dilanjutkan.

Dalam hal ini yang dianggap lebih ringan resikonya adalah mengorbankan

janin, sehingga aborsi jenis ini menurut agama dibolehkan.

c. Aborsi karena khilaf atau tidak sengaja

Aborsi dilakukan karena khilaf atau tidak sengaja , misalnya seorang

petugas kepolisian tengah memburu pelaku tindak kriminal di suatu tempat

yang ramai pengunjung. Karena takut kehilangan jejak, polisi berusaha

menembak penjahat tersebut, tetapi pelurunya nyasar ke tubuh ibu hamil

sehingga menyebabkan ia keguguran. Tindakan polisi tersebut tergolong

tidak sengaja.

d. Aborsi yang menyerupai kesengajaan

Aborsi yang dilakukan dengan cara menyerupai kesengajaan. Misalnya

seorang suami menyerang istrinya yang tengah hamil muda sehingga

mengakibatkan keguguran. Dikatakan menyerupain kesengajaan karena

serangan memang tidak ditujukan langsung pada janin, tetapi pada ibunya.

Menurut fikih, pihak penyerangan harus diberi hukuman, dan hukuman

semakin berat jika janin setelah keluar dari perut ibunya sempat

memberikan tanda-tanda kehidupan. Kasus seperti ini pernah terjadi di

masa Rasulullah SAW, dimana dua orang perempuan dari Bani Huzhail

berduel saling melempar batu, salah satu diantara mereka tengah hamil,

karena kepayahan akhirnya tersungkur dan meninggal. Sebelum

menghembuskan nafas terakhir, bayi yang dikandung keluar dalam keadaan

mati. Oleh Nabi pihak yang bertanggung jawab dihukum dua denda

sekaligus, yakni membayar uang tembusan berupa 50 ekor unta atas

kematian ibunya dan kompensasi lengkap senilai lima ekor unta atas

kematian bayinya.

e. Aborsi sengaja dan terencana

Aborsi sengaja dan dilakukan terencana, misalnya seorang ibu sengaja

meminum obat dengan maksud agar kandungannya gugur, atau ia dengan

6

Page 7: TR Abortus

sengaja menyuruh orang lain (dokter, dukun, dan sebagainya) untuk

menggugurkan kandungannya. Aborsi sejenis ini dianggap berdosa dan

pelakunya dihukum pidana. Sanksinya menurut fikih adalah hukuman

sepadan sesuai kerugian seperti nyawa dibayar nyawa.

2.3. Alasan Melakukan Aborsi

Membahas persoalan aborsi sudah bukan merupakan rahasia umum dan hal yang

tabu untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan aborsi yang terjadi dewasa ini sudah

menjadi hal yang aktual dan peristiwanya dapat terjadi dimana-mana dan bisa saja

dilakukan oleh berbagai kalangan, apakah hal itu dilakukan oleh remaja yang terlibat

pergaulan bebas ataupun para orang dewasa yang tidak mau dibebani tanggung

jawab dan tidak menginginkan kelahiran sang bayi ke dunia ini. Dalam memandang

bagaimana kedudukan hukum aborsi di Indonesia sangat perlu dilihat kembali apa

yang menjadi tujuan dari perbuatan aborsi tersebut. Sejauh ini, persoalan aborsi pada

umumnya dianggap oleh sebagian besar masyarakat sebagai tindak pidana.

Persoalan aborsi merupakan persoalan yang selalu ada sepanjang sejarah umat

manusia. Namun demikian, di zaman modern ini, dimana kemajuan ilmu dan

teknologi mencapai perkembangannya. Aborsi menjadi salah satu gejala umum dan

merupakan tragedi yang mengerikan bagi umat manusia modern. Dalam waktu 30

tahun terakhir ini, tiap-tiap tahun di seluruh dunia diperkirakan ada 50 juta anak tak

bersalah harus mati karena digugurkan.

Masalah aborsi telah menjadi salah satu masalah sosial masyarakat Indonesia

yang serius pada masa kini. Aborsi merupakan isu yang kontroversial, khususnya

bagi kalangan yang mengaitkannya dengan nilai-nilai moral dan norma-norma

masyarakat. Aborsi sebagai suatu pengguguran kandungan yang dilakukan oleh

wanita akhir-akhir ini mempunyai sejumlah alasan yang berbeda-beda. Banyak

alasan mengapa wanita melakukan aborsi, diantaranya disebabkan oleh hal-hal

sebagai berikut :

1. Alasan sosial ekonomi untuk mengakhiri kehamilan dikarenakan tidak mampu

membiayai atau membesarkan anak

2. Adanya alasan bahwa seorang wanita tersebut ingin membatasi atau

menangguhkan perawatan anak karena ingin melanjutkan pendidikan atau ingin

mencapai suatu karir tertentu

3. Alasan usia terlalu muda atau terlalu tua untuk mempunyai bayi

7

Page 8: TR Abortus

4. Akibat adanya hubungan yang bermasalah (hamil diluar nikah) atau kehamilan

karena perkosaan dan incest sehingga seorang wanita melakukan aborsi karena

menganggap kehamilan tersebut merupakan aib yang harus ditutupi

5. Alasan bahwa kehamilan akan dapat mempengaruhi kesehatan baik bagi si ibu

maupun bayinya. Mungkin untuk alasan ini aborsi dapat dibenarkan.

2.4. Faktor-Faktor Yang Menjadi Pembenaran Melakukan Aborsi

Dari sudut pandang moralitas, aborsi dan kematian ibu keduanya dipermasalahkan

karena sama-sama mengancam kelangsungan hidup janin dan ibu. Namun perlu

didudukkan dalam proporsinya masing-masing, manakah pilihan yang lebih

bermanfaat dan membawa kebaikan (mashlahat) dalam menyelesaikan masalah ini.

Diperbolehkannya aborsi jika benar-benar dalam keadaan darurat, dengan syarat

kedaruratannya itu pasti, bukan sekedar persangkaan atau dugaan, sesuai dengan

kaidah hukum Islam bahwa sesuatu yang yang diperbolehkan karena darurat itu

harus diukur dengan kadar daruratnya.

1. Aborsi berdasarkan pertimbangan medis

Aborsi berdasarkan pertimbangan medis maksudnya adalah aborsi yang

dilakukan oleh karena adanya tanda atau keadaan yang menunjukkan atau

menggambarkan pelangsungan kehamilan akan menyebabkan kerusakan serius

pada kesehatan ibu yang tidak bisa dipulihkan atau bahkan bisa menyebabkan

kematian ibu.

Aborsi ini misalnya bila kehamilan itu diteruskan dapat membahayakan

keselamatan (nyawa) ibu yang bersangkutan. Atas pertimbangan medis maka

janin yang dikandung dapat digugurkan. Atau bila mengindap suatu penyakit,

misalnya mengalami gangguan jiwa atau jantung. Alasan yang membenarkan

melakukan aborsi adalah demi menyelematkan jiwa si ibu, bila jiwanya terancam

disebabkan oleh kandungan. Alasan ini dikenal dengan sebutan alasan medis

artinya alasan yang berdasarkan ilmu kedokteran. Alasan medis ini dibenarkan

dalam syariat Islam dengan catatan bahwa aborsi tersebut dilakukan dalam

keadaan darurat yang mengancam si ibu secara berkepanjangan. Aborsi

dibolehkan jika dilakukan pada tahap penciptaan janin atau setelah peniupan roh,

jika dokter yang terpercaya menetapkan bahwa keberadaan janin dalam perut ibu

akan mengakibatkan kematian ibu dan janinnya sekaligus. Dalam kondisi seperti

ini dokter diperbolehkan melakukan aborsi dan mengupayakan penyelamatan

kehidupan jiwa ibu. Menyelamatkan kehidupan adalah sesuatu yang sangat

8

Page 9: TR Abortus

dianjurkan dalam Islam, aborsi dalam kondisi seperti ini termasuk upaya

pengobatan, sebagaimana Nabi menganjurkan berobat. Bagi dokter yang

melaksanakan pengguguran ini hanya diperbolehkan jika setelah melalui

pemeriksaan yang cermat dan tidak gegabah, dengan tinjauan dari berbagai aspek

yang terkait. Pengguguran kandungan berdasarkan pertimbangan medik telah

mendapatkan pengaturan di dalam Pasal 75 ayat 2 (a) Undang-undang nomor 36

tahun 2009 tentang kesehatan : Pasal 75 ayat 2 (a) Larangan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan : indikasi kedaruratan

medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu

dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan,

maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di

luar kandungan.

Penafsiran terhadap Pasal 75 ayat 2 (a), aborsi hanya dapat dilakukan

dalam keadaan darurat, yakni keadaaan jiwa ibu hamil terancam kematian, kalau

proses kehamilan. Mengenai indikasi medis dan menyelamatkan jiwa ibu, sering

kali menjadi bahan perdebatan, sebab undang-undang hanya menyebutkan

kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil tindakan pengguguran

kandungan. Sa’id Ramadhan al-Buthi menyatakan, seluruh ulama sepakat

mengharamkan aborsi sesudah usia kandungan 120 hari kecuali dalam kasus

yang ada alasan mendesak seperti ancaman terhadap nyawa si ibu, merugikan

anak yang sedang menyusui, atau diduga anak yang akan lahir cacat. Hal ini

dipengaruhi oleh adanya tiga hak :

1) Hak janin

Sebelum 40 hari, kehamilan masih suatu tetes benih hidup yang tanpa

bentuk atau nyawa. Adapun setelah pembentukan, setelah penyawaan,

maka aborsi dilarang.

2) Hak orang tua

Mereka mempunyai hak untuk melanjutkan atau mengakhirinya dalam

40 hari atas persetujuan bersama. Namun apabila aborsi itu akan

membahayakan ibu maka tidak diperbolehkan.

3) Hak masyarakat

Ini berhubungan dengan konsekuensi umum dari aborsi. Apabila hal itu

menjadi kelaziman (melampauin batas), masyarakat mempunyai hak

untuk turun tangan.

9

Page 10: TR Abortus

Demikianlah wacana hukum di kalangan ulama klasik. Sedangkan

menurut ulama Indonesia antara lain menurut fatwa Majelis Ulama

Indonesia Nomor 4 Tahun 2005 tentang aborsi dinyatakan bahwa

pengguguran kandungan dengan cara apa pun dilarang ajaran Islam,

karena perbuatan itu merupakan pembunuhan yang dilarang oleh syariat

Islam, kecuali untuk menyelamatkan jiwa si ibu.

2. Aborsi janin yang cacat

Cacat bawaan merupakan kelainan dalam pertumbuhan bayi yang timbul sejak

kehidupan. Cacat bawaan ini dapat berbentuk satu kelainan saja atau dapat pula

merupakan gabungan dari beberapa kelainan. Sebab langsung dari cacat bawaan

sering kali sukar diketahui. Cacat bawaan yang disebabkan oleh faktor genetik

adalah oleh karena kelainan kromosom. Faktor lingkungan dapat berupa faktor

obat, umur ibu, radiasi, kekurangan gizi, dan lain-lain.

Kemajuan ilmu kedokteran telah mampu mendeteksi kemungkinan ada dan

tidaknya cacat pada janin sebelum berusia 4 bulan sebelum mencapai masa

ditiupkannya ruh. Deteksi ini diakukan dengan pemeriksaan laboratorium darah.

Deteksi tersebut dapat juga dilakukan dengan pemeriksaan air ketuban pada

kehamilan 20 minggu, dan pemeriksaan USG.

Jika cacat itu bersifat genetik yang menular keturunan, maka ia masih bisa

dicegah dengan cara menghentikan kehamilan untuk sementara waktu. Apabila

terdapat cacat pada janin sebelum ditiup ruh, para hanafiyah dan syafi’iyah telah

menjelaskan pada fase tersebut. Yaitu, boleh melakukan aborsi dan tidak berdosa.

Melakukan tindakan aborsi karena ada sebab atau bahkan tanpa sebab yang jelas,

tetap boleh karena sebuah janin yang belum bernyawa menurut mereka tidak bisa

disebut sebagai jiwa manusia yang haram dibunuh. Contoh dari uzdur adalah

apabila tidak bisa menghentikan kehamilan, sementara itu di antara suami-istri

atau salah satunya memiliki penyakit keturunan yang dapat menular. Maka dalam

situasi darurat seperti ini, aborsi diperbolehkan sebelum usia janin mencapai 120

hari. Adapun janin yang memiliki cacat yang masih bisa diobati secara medis,

atau penyakit yang bisa cepat ditangani atau penyakit yang masih memungkinkan

janin dapat hidup normal, maka hal seperti ini bukan tergolong cacat yang darurat

yang memperbolehkan aborsi. Dalam kasus demikian, dalam menentukan hukum

menggugurkannya, ulama dihadapkan dengan berbagai kemungkinan :

10

Page 11: TR Abortus

a. Terdapat kemungkinan janin lahir dengan membawa penyakit yang

diturunkan secara genetik

b. Dicurigai adanya cacat bawaan lahir

c. Suatu diagnosis kandung kemih terhadap janin menunjukkan adanya

kelainan parah yang tidak sesuai dengan kehidupan.

Para ilmuwan fikih telah membagi kecacatan pada janin menjadi dua bagian :

1) Kecacatan yang terjadi sebelum ditiupkannya ruh

Maksudnya, pada janin tersebut telah terdeteksi adanya cacat bawaan sebelum

ditupkannya ruh. Mayoritas Ulama kontemporer membolehkan aborsi janin

tersebut pada fase ini. Aborsi adalah bahaya. Akan tetapi keluarnya janin

dalam keadaan cacat akan membahaykan dirinya dan kedua orang tuanya.

2) Cacat bawaan yang terdeteksi setelah ditiupkannya ruh

Pada kasus ini aborsi tidak boleh dilakukan. Sebagaimana telah disebutkan

dalil-dalil yang menunjukkan diharamkannya membunuh jiwa. Karena janin

tersebut setelah ditiupkan padanya ruh menjadi jiwa yang terjaga tidak boleh

dibunuh dan dilanggar kehormatannya. Akan tetapi mayoritas Ulama ini

membolehkan dilakukannya aborsi terhadap janin setelah ditiupkannya ruh

apabila keberadaannya terbukti membahayakan sang ibu. Atas dasar ini,

apabila sang janin mengalami cacat bawaan atau sakit yang dapat

membahayakan sang ibu, berupa kematian yang terbukti atas dasar berkenaan

dengan silang pendapat antara Ulama kontemporer dan Ulama terdahulu

tentang hukum aborsi. Ulama terdahulu berpendapat tidak diperbolehkan

dilakukannya aborsi sedangkan ulama kontemporer berpendapat, jika terbukti

sang janin akan mengakibatkan kematian sang ibu,maka boleh dilakukan

aborsi.

3. Aborsi akibat pemerkosaan

Perkosaan adalah perbuatan yang sangat biadab, bukan saja dari segi

perbuatannya, tapi dari juga menimbulkan beban psikologis kepada korban yang

sulit disembuhkan, apalagi kalau sampai berakibat kehamilan pada perempuan

yang diperkosa. Tidak bisa diragukan, perkosaan merupakan kejadian yang amat

traumatis untuk perempuan yang menjadi korban. Banyak korban perkosaan

membutuhkan waktu lama untuk mengatasi pengalaman traumatis ini, dan

mungkin ada juga yang tidak pernah lagi dalam keadaan normal seperti

sebelumnya. Jika perkosaan itu ternyata mengakibatkan kehamilan, pengalaman

11

Page 12: TR Abortus

traumatis itu bertambah besar lagi. Teori feminis mendefinisikan perkosaan

adalah sebagai tindakan dan institusi sosial yang melanggengkan dominasi

patriarkhis dan yang didasarkan pada kekerasan bukan sekedar kejahatan

kekerasan.

Dalam kasus semacam ini indikasi medis dapat dipertimbangkan, karena

aborsi diperlukan untuk menjamin kesehatan jiwa si korban. Wanita yang

diperkosa tidak menanggung sama sekali terhadap apa saja yang terjadi pada diri

mereka, selama mereka telah berusaha menolak dan melawannya, sedangkan

dalam mereka dalam keadaan terancam keselamatan jiwanya dengan kekerasan.

Mengenai kehamilan akibat perkosaan pada dasarnya makhluk baru ini harus

dihormati, oleh karena itu pengguguran kandungan disini pada dasarnya

terlarang. Namun perlu dipertimbangkan oleh suatu tim yang terdiri dari ahli

syara’, dokter dan cendikiawan lainnya, jika ada permintaan untuk

menggugurkannya.

Aborsi sebagai akibat pemerkosaan telah diatur dalam Undang-undang

Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan :

1. Pasal 75 ayat 2

(a) indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini

kehamilan, baikyang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang

menderita penyakit genetic berat dan/atau cacat bawaan, maupun

yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut

hidup di luar kandungan; atau

(b) kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma

psikologis bagi korban perkosaan.

2. Pasal 75 ayat 3

Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat

dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra

tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang

dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.

3. Pasal 75 ayat 4

Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan

perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur

dengan Peraturan Pemerintah.

4. Pasal 76

12

Page 13: TR Abortus

(a) sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari

pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;

(b) oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan

kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh

menteri;

(c) dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;

(d) dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan

(e) penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang

ditetapkan oleh Menteri.

Adapun mengenai hukum aborsi akibat perkosaan terdapat perbedaan

pendapat di kalangan ulama fikih. Sebelum menerangkan hukumnya, perlu

dipertimbangkan beberapa hal yang berkaitan dengan terjadinya perkosaan. Para

ulama memberikan tuntutan umum, jika terjadi perkosaan, maka pemerkosanya

harus dihukum berat. Tetapi bagi pihak korban, masalahnya sangat rumit dan

tidak mudah menyelesaikannya.115 Maka aborsi akibat perkosaan yang

mengakibatkan stress berat, kalau tidak digugurkan akan menjadikannya

mengalami sakit jiwa atau gila sebagai dampak psikologis tindak perkosaan,

maka hukumnya dibolehkan.

13

Page 14: TR Abortus

BAB III

KESIMPULAN

Abortus. Secara etimologis ia berarti gugur kandungan atau keguguran. Dalam pengertian

terminologis sebagaimana yang didefinisikan para ulama adalah pengguguran janin yang

dikandung perempuan dengan tindakan tertentu sebelum masa kehamilannya sempurna,

baik dalam keadaan hidup maupun mati sebelum si janin bisa hidup di luar kandungan,

namun sebagian anggota tubuhnya telah terbentuk.

Diperbolehkannya aborsi jika benar-benar dalam keadaan darurat, dengan syarat

kedaruratannya itu pasti, bukan sekedar persangkaan atau dugaan, sesuai dengan kaidah

hukum Islam bahwa sesuatu yang diperbolehkan karena darurat itu harus diukur dengan

kadar daruratnya.

14

Page 15: TR Abortus

DAFTAR PUSTAKA

Angrayni, 2007, Abortus, http:uinsuska.info/syariah/attachments/143_Lysa

%20Angrayni%20Ok1.pdf

Juita, S.R.,Abortus, http:igilib.usm.ac.id/files/disk1/2/gdl-usm--briniherya-86-1-

perlindu-m.pdf

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia Depdikbud RI, 1995,

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan II, Jakarta : Balai Pustaka

Syah, 2012. Abortus,

http:repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33914/3/Chapter%20II.pdf

Tutik, 2009, Analisis Hukum Islam Terhadap Abortus,

http:eprints.undip.ac.id/.../ANALISIS_HUKUM_ISLAM_TERHADAP_ABO

15