TR Abortus
-
Upload
el-nino-ovan -
Category
Documents
-
view
56 -
download
29
description
Transcript of TR Abortus
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam Al-Quran dan hadis diketahui bahwa proses kejadian manusia terdiri dari dua
tahap, meliputi tahap penciptaan fisik atau jasad manusia dan tahap non fisik berupa
peniupan roh yang merupakan hakikat manusia, dan yang membedakan manusia
dengan makhluk lain. Dalil-dalil ini lah yang kemudian menjadi bahan acuan dan
rujukan para ulama dalam memberi pengertian tentang proses kejadian manusia
dimulai, yang juga akan menjadi dasar dalam menjawab masalah aborsi. Istilah janin
dalam bahasa Arab secara harfiah berarti berarti sesuatu yang diselubungin atau
ditutupi. Jadi dari definisi itu janin berarti sesuatu yang akan terbentuk dalam rahim
wanita dari saat pembuahan sampai kelahirannya.
Persoalan aborsi tidak dapat dipandang secara sederhana. Dari sudut pandang
agama, aborsi secara tegas dinyatakan sebagai praktik yang dilarang. Tidak jauh
berbeda dengan perspektif agama, aborsi dari segi moral juga dinilai sebagai
tindakan asusila, karena secara substansial aborsi tidak lebih dari bentuk
pembunuhan janin yang tidak berdosa. Sementara itu, dari aspek kesehatan, aborsi
dipandang sebagai langkah untuk menekan dan bahkan mencegah angka kematian
ibu yang masih relatif tinggi terutama di Indonesia. Masalah aborsi bukanlah
masalah yang baru. Ia sudah ada sejak zaman purba/kuno. Yang membedakan
hanyalah kadarnya yang semakin lama semakin intens, searah dengan perkembangan
teknologi yang semakin memudahkan pelaksanaan aborsi dengan resiko kematian
ibu yang semakin kecil.
Pada Akhir abad ke 18 M, berkembanglah di Eropa sebuah pemikiran yang
dipelopori oleh pendeta bernama Malicus, ia menulis sebuah makalah berjudul
”populasi penduduk dan dampaknya dalam masa depan bangsa“ pada tahun 1213 H /
1798M. Ia berpendapat bahwa pertambahan populasi penduduk yang begitu pesat.
Oleh karenanya negara terancam kelaparan bila hal ini terus di lestarikan, maka ia
mengajak kepada pembatasan keturunan dengan jalan memakai gaya hidup rahib
(tidak menikah), atau mengakhirkan proses perkawinan sampai populasi penduduk
tidak bertambah pesat. Teori malicus ini diikuti oleh masa berikutnya akan tetapi
dengan menggunakan alat-alat pembatasan keturunan. Gerakan ini terus berkembang
di Amerika dan disambut hangat dari kalangan penduduk dan negara, sehingga hal
1
ini menjadi tradisi umum sampai terjadi perang dunia pertama tahun 1914 -1918 H.
Lalu berubahlah persepsi masyarakat disebabkan masuknya wanita ke lapangan-
lapangan kerja dan buruh, berangkat dari sinilah berkembang beraneka ragam
pencegah kehamilan. Kemudian mendapatkan sambutan yang baik.yang kemudian
tersiar di Negara Amerika. Padahal,pada mulanya timbul banyak pertentangan baik
dari masyarakat maupun pemerintah.
Ramuan obat-obatan untuk menggugurkan kandungan sudah dikenal sejak
zaman kekaisaran China kuno. Ibn Sina yang nama lengkapnya Abu Ali Al-Husayn
Ibn ‘Abd Allah Ibn Sina (980-1037), seorang dokter Persia, ilmuan dan filsuf Islam
paling terkenal, dalam bidang kedokteran. Dalam bukunya “Kaidah-kaidah
Kedokteran”, ia menjelaskan bahwa aborsi hanya boleh dilakukan dalam keadaan
gawat untuk menyelamatkan nyawa ibunya. Ibnu Sina dalam kitab Al Qanun
mengatakan bahwa terkadang pada kondisi tertentu dibutuhkan untuk melakukan
aborsi di antaranya ketika wanita yang hamil masih terlalu belia sehingga ditakutkan
akan membahayakan apabila ia melahirkan. Juga ketika terdapat penyakit dalam
rahim seperti penyakit kanker rahim sehingga menyusahkan keluarnya jabang bayi.
Perdebatan mengenai aborsi selalu terjadi dari zaman ke zaman, baik
berdasarkan alasan religius maupun sipil. Henry de Bracton adalah orang pertama
yang menulis hukum sipil mengenai aborsi. Ia adalah salah seorang hakim dari raja
Inggris Hendrik III. Ia wafat tahun 1628. Menurutnya, aborsi dilarang bila
pelaksanaannya terjadi sesudah janin terbentuk atau sudah mendapatkan nyawa/jiwa,
yakni sejak adanya tanda-tanda pergerakan janin. Zaman berganti dan pergerakan
demi pergerakan datang silih berganti. Pandangan mengenai aborsi lambat laun juga
mengalami tekanan perubahan. Pergerakan untuk melonggarkan kembali aborsi
mulai pada tahun 1950-an. Pada tahun 1952 diadakan suatu konfersi untuk
mengganti persyaratan aborsi. Selama ini aborsi hanya boleh dilakukan untuk
menyelamatkan nyawa ibu, dan sekarang ingin diperluas supaya aborsi boleh
dilakukan demi kesehatan jiwa si ibu.
Sama seperti di bagian dunia lainnya masalah aborsi di Indonesia juga bukan
masalah yang baru. Sejak lama sudah terdapat obat-obatan tradisionil yang
berkhasiat untuk menggugurkan kandungan. Sepanjang sejarah umat manusia, aborsi
sering ditemukan di berbagai tempat dan kebudayaan. Tetapi secara umum dapat
dikatakan, dulu aborsi hampir selalu dipraktikan di luar profesi medis atau di
pinggiran profesi medis oleh dukun.
2
Persamaan antara aborsi dengan pembunuhan terletak pada dampak
menghilangkan nyawa yang telah siap atau berpotensi untuk berpartisipasi dalam
tugas kekhilafan. Akan tetapi ironisnya alasan pelaku aborsi jauh lebih buruk
daripada alasan mereka yang melakukan pembunuhan bayi pada masa lampau.
Padahal masyarakat abad dua puluh sudah mendendangkan hak-hak asasi manusia
dengan suara yang jauh lebih nyaring daripada sebelumnya. Paling tidak ada tiga
alasan yang diisyaratkan Al-Quran dan Sunnah bagi pembunuhan bayi pada masa
jahiliyah yang lampau. Pertama, orang tua khawatir terjatuh dalam lembah
kemiskinan dengan menanggung biaya hidup anak-anak perempuan yang lahir,
apalagi menurut mereka anak perempuan tidak produktif. Kedua, anak-anak
dikhawatirkan jatuh dalam lembah kemiskinan, jika mereka dewasa kelak. Al-Quran
mengingatkan bahwa, “Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka
(anakanak itu) dan juga kepadamu” (QS. Al-Isra [17] : 31). Ketiga, khawatir
menanggung aib akibat ditawan dalam peperangan sehingga diperkosa. Maka apabila
salah seorang diantara mereka tentang kelahiran anak perempuan, hitamlah
(mukanya merah padam) dan dia sangat marah (QS. Al-Nahl [16] : 58) Pelaku aborsi
pada masa Jahiliah modern, sebagian melakukannya bukan karena takut miskin, baik
menyangkut dirinya sekarang, maupun menyangkut anaknya kelak. Tetapi perbuatan
keji itu mereka lakukan pada umumnya untuk menutup malu yang menimpa mereka.
Pada masa Jahiliah yang lampau, anak dibunuh oleh mereka yang tidak
berpengetahuan belum juga mengenal apa yang dinamakan hak asasi manusia.
Sekarang, anak dibunuh oleh ibu bersama dokter ahli dan bidan.
1.2. Tujuan
Mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan tentang Abortus Menurut Hukum
Islam.
3
BAB II
ABORTUS MENURUT HUKUM ISLAM
2.1. Pengertian Abortus
Kata “aborsi” berasal dari bahasa Inggris, yaitu abortion, dan bahasa latin abortus.
Secara etimologis ia berarti gugur kandungan atau keguguran. Dalam pengertian
terminologis sebagaimana yang didefinisikan para ulama adalah pengguguran janin
yang dikandung perempuan dengan tindakan tertentu sebelum masa kehamilannya
sempurna, baik dalam keadaan hidup maupun mati sebelum si janin bisa hidup di
luar kandungan, namun sebagian anggota tubuhnya telah terbentuk.
Dalam istilah moral, aborsi berarti pengeluaran janin secara sengaja yang
mengakibatkan kematian janin, yang terjadi sejak pembuahan sampai pada
kelahirannya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, aborsi adalah :
1. terpencarnya embrio yang tidak mungkin lagi hidup (sebelum hasil bulan
keempat dari kehamilan); atau keguguran.
2. keadaan terhentinya pertumbuhan yang normal (untuk makhluk hidup)
3. guguran (janin).
Dalam istilah ahli fikih, penggunaan kata ijhadh (aborsi), yaitu menggugurkan
kandungan yang kurang kejadiannya atau kurang masanya. Hanya saja, ahli fikih
membedakan antaranya jatuhnya kandungan secara tidak sengaja dan karena
perbuatan seseorang. Menurut mereka, yang kedua adalah tindak kejahatan yang
mengakibatkan hukuman berbeda dengan yang pertama. Para ahli fikih sering
menyebut ijhadh dengan kata-kata sinonimnya seperti isqath, ilqa, tharah, dan
imlash.
Sedangkan definisi aborsi menurut kedokteran terlihat adanya keseragaman
pendapat meskipun tuturan bahasa yang berbeda, diantaranya aborsi dilakukan
dengan membatasi usia maksimal kehamilan sekitar 20 minggu atau sebelum janin
mampu hidup di luar kandungan. Lebih dari usia tersebut tidak tergolong aborsi,
tetapi disebut pembunuhan bayi yang sudah mampu hidup diluar kandungan.
2.2. Jenis-Jenis Aborsi
Dalam istilah medis aborsi terdiri dari dua macam, yaitu aborsi spontan (abortus
spontaneus) dan aborsi yang disengaja (abortus provocatus). Pertama, aborsi spontan
(abortus spontaneus) ialah aborsi yang terjadi secara alamiah baik tanpa sebab
4
tertentu maupun karena sebab tertentu. Dalam istilah fikih disebut al-isqath alafwu
yang berarti aborsi yang dimaafkan. Pengguguran yang terjadi seperti ini tidak
memiliki akibat hukum apapun. Aborsi spontan dalam ilmu kedokteran terbagi dalam
beberapa macam.84 Kedua, aborsi yang disengaja (abortus provocatus) ialah aborsi
yang terjadi secara sengaja karena sebab-sebab tertentu. Aborsi jenis ini memiliki
konsekuensi hukum yang jenis hukumannya tergantung pada faktor-faktor yang
melatarbelakanginya. Aborsi jenis ini mencakup dua varian yaitu :
1. aborsi therapeutic adalah sejenis aborsi yang penggugurannya dilakukan oleh
tenaga medis disebabkan faktor adanya indikasi medis. Hal ini dilakukan sebagai
penyelamatan terhadap jiwa ibu yang terancam, bila kelangsungan kehamilan
dipertahankan, karena pemeriksaan medis menunjukkan gejala seperti itu,
umpamanya wanita itu penyakit jantung, ginjal dan penyakit jiwa. Disini
sebenarnya terjadi suatu konflik hak antara berbagai pihak, yakni hak hidup janin
yang ada dalam kandungan, hak hidup si ibu.
2. Aborsi provokatus criminalis, yaitu aborsi dilakukan bukan atas dasar indikasi
medis. Biasanya aborsi semacam ini dilakukan karena kehamilan yang tidak
dikehendaki, baik karena alasan ekonomi maupun kehamilan sebagai akibat
pergaulan bebas. Alasan-alasan seperti ini tidak dibenarkan oleh hukum dan
dianggap sebagai tindakan kejahatan. Tentu saja apa yang disebut aborsi
kriminalis di suatu negara tidak selalu sama dengan yang berlaku di negara lain.
Di beberapa negara, aborsi yang dilakukan sebelum berumur 3 bulan tidak
dilarang, sedangkan di Indonesia semua bentuk aborsi, kecuali karena alasan
indikasi medis adalah aborsi kriminalis.
Pengertian aborsi menurut kedokteran tersebut berbeda dengan ahli fikih,
karena tidak menetapkan usia maksimal, baik pengguguran kandungan dilakukan
dalam usia kehamilan nol minggu, 20 minggu maupun lebih dari itu dianggap sama
sebagai aborsi. Pengertian aborsi menurut para ahli fikih seperti yang dijelaskan oleh
Ibrahim Al Nakhai, “aborsi adalah penguguran janin dari rahim ibu hamil baik sudah
berbentuk sempurna ataupun belum”.
Dalam litreratur fikih, aborsi dapat digolongkan menjadi lima macam
diantaranya :
a. Aborsi spontan
5
Aborsi spontan artinya janin gugur secara alamiah tanpa adanya pengaruh
dari luar, atau gugur dengan sendirinya. Kebanyakan aborsi spontan
disebabkan oleh kelainan kromoson.
b. Aborsi karena darurat atau pengobatan
Aborsi karena darurat atau pengobatan, misalnya aborsi dilakukan karena
indikasi fisik yang mengancam nyawa ibu bila kehamilan dilanjutkan.
Dalam hal ini yang dianggap lebih ringan resikonya adalah mengorbankan
janin, sehingga aborsi jenis ini menurut agama dibolehkan.
c. Aborsi karena khilaf atau tidak sengaja
Aborsi dilakukan karena khilaf atau tidak sengaja , misalnya seorang
petugas kepolisian tengah memburu pelaku tindak kriminal di suatu tempat
yang ramai pengunjung. Karena takut kehilangan jejak, polisi berusaha
menembak penjahat tersebut, tetapi pelurunya nyasar ke tubuh ibu hamil
sehingga menyebabkan ia keguguran. Tindakan polisi tersebut tergolong
tidak sengaja.
d. Aborsi yang menyerupai kesengajaan
Aborsi yang dilakukan dengan cara menyerupai kesengajaan. Misalnya
seorang suami menyerang istrinya yang tengah hamil muda sehingga
mengakibatkan keguguran. Dikatakan menyerupain kesengajaan karena
serangan memang tidak ditujukan langsung pada janin, tetapi pada ibunya.
Menurut fikih, pihak penyerangan harus diberi hukuman, dan hukuman
semakin berat jika janin setelah keluar dari perut ibunya sempat
memberikan tanda-tanda kehidupan. Kasus seperti ini pernah terjadi di
masa Rasulullah SAW, dimana dua orang perempuan dari Bani Huzhail
berduel saling melempar batu, salah satu diantara mereka tengah hamil,
karena kepayahan akhirnya tersungkur dan meninggal. Sebelum
menghembuskan nafas terakhir, bayi yang dikandung keluar dalam keadaan
mati. Oleh Nabi pihak yang bertanggung jawab dihukum dua denda
sekaligus, yakni membayar uang tembusan berupa 50 ekor unta atas
kematian ibunya dan kompensasi lengkap senilai lima ekor unta atas
kematian bayinya.
e. Aborsi sengaja dan terencana
Aborsi sengaja dan dilakukan terencana, misalnya seorang ibu sengaja
meminum obat dengan maksud agar kandungannya gugur, atau ia dengan
6
sengaja menyuruh orang lain (dokter, dukun, dan sebagainya) untuk
menggugurkan kandungannya. Aborsi sejenis ini dianggap berdosa dan
pelakunya dihukum pidana. Sanksinya menurut fikih adalah hukuman
sepadan sesuai kerugian seperti nyawa dibayar nyawa.
2.3. Alasan Melakukan Aborsi
Membahas persoalan aborsi sudah bukan merupakan rahasia umum dan hal yang
tabu untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan aborsi yang terjadi dewasa ini sudah
menjadi hal yang aktual dan peristiwanya dapat terjadi dimana-mana dan bisa saja
dilakukan oleh berbagai kalangan, apakah hal itu dilakukan oleh remaja yang terlibat
pergaulan bebas ataupun para orang dewasa yang tidak mau dibebani tanggung
jawab dan tidak menginginkan kelahiran sang bayi ke dunia ini. Dalam memandang
bagaimana kedudukan hukum aborsi di Indonesia sangat perlu dilihat kembali apa
yang menjadi tujuan dari perbuatan aborsi tersebut. Sejauh ini, persoalan aborsi pada
umumnya dianggap oleh sebagian besar masyarakat sebagai tindak pidana.
Persoalan aborsi merupakan persoalan yang selalu ada sepanjang sejarah umat
manusia. Namun demikian, di zaman modern ini, dimana kemajuan ilmu dan
teknologi mencapai perkembangannya. Aborsi menjadi salah satu gejala umum dan
merupakan tragedi yang mengerikan bagi umat manusia modern. Dalam waktu 30
tahun terakhir ini, tiap-tiap tahun di seluruh dunia diperkirakan ada 50 juta anak tak
bersalah harus mati karena digugurkan.
Masalah aborsi telah menjadi salah satu masalah sosial masyarakat Indonesia
yang serius pada masa kini. Aborsi merupakan isu yang kontroversial, khususnya
bagi kalangan yang mengaitkannya dengan nilai-nilai moral dan norma-norma
masyarakat. Aborsi sebagai suatu pengguguran kandungan yang dilakukan oleh
wanita akhir-akhir ini mempunyai sejumlah alasan yang berbeda-beda. Banyak
alasan mengapa wanita melakukan aborsi, diantaranya disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut :
1. Alasan sosial ekonomi untuk mengakhiri kehamilan dikarenakan tidak mampu
membiayai atau membesarkan anak
2. Adanya alasan bahwa seorang wanita tersebut ingin membatasi atau
menangguhkan perawatan anak karena ingin melanjutkan pendidikan atau ingin
mencapai suatu karir tertentu
3. Alasan usia terlalu muda atau terlalu tua untuk mempunyai bayi
7
4. Akibat adanya hubungan yang bermasalah (hamil diluar nikah) atau kehamilan
karena perkosaan dan incest sehingga seorang wanita melakukan aborsi karena
menganggap kehamilan tersebut merupakan aib yang harus ditutupi
5. Alasan bahwa kehamilan akan dapat mempengaruhi kesehatan baik bagi si ibu
maupun bayinya. Mungkin untuk alasan ini aborsi dapat dibenarkan.
2.4. Faktor-Faktor Yang Menjadi Pembenaran Melakukan Aborsi
Dari sudut pandang moralitas, aborsi dan kematian ibu keduanya dipermasalahkan
karena sama-sama mengancam kelangsungan hidup janin dan ibu. Namun perlu
didudukkan dalam proporsinya masing-masing, manakah pilihan yang lebih
bermanfaat dan membawa kebaikan (mashlahat) dalam menyelesaikan masalah ini.
Diperbolehkannya aborsi jika benar-benar dalam keadaan darurat, dengan syarat
kedaruratannya itu pasti, bukan sekedar persangkaan atau dugaan, sesuai dengan
kaidah hukum Islam bahwa sesuatu yang yang diperbolehkan karena darurat itu
harus diukur dengan kadar daruratnya.
1. Aborsi berdasarkan pertimbangan medis
Aborsi berdasarkan pertimbangan medis maksudnya adalah aborsi yang
dilakukan oleh karena adanya tanda atau keadaan yang menunjukkan atau
menggambarkan pelangsungan kehamilan akan menyebabkan kerusakan serius
pada kesehatan ibu yang tidak bisa dipulihkan atau bahkan bisa menyebabkan
kematian ibu.
Aborsi ini misalnya bila kehamilan itu diteruskan dapat membahayakan
keselamatan (nyawa) ibu yang bersangkutan. Atas pertimbangan medis maka
janin yang dikandung dapat digugurkan. Atau bila mengindap suatu penyakit,
misalnya mengalami gangguan jiwa atau jantung. Alasan yang membenarkan
melakukan aborsi adalah demi menyelematkan jiwa si ibu, bila jiwanya terancam
disebabkan oleh kandungan. Alasan ini dikenal dengan sebutan alasan medis
artinya alasan yang berdasarkan ilmu kedokteran. Alasan medis ini dibenarkan
dalam syariat Islam dengan catatan bahwa aborsi tersebut dilakukan dalam
keadaan darurat yang mengancam si ibu secara berkepanjangan. Aborsi
dibolehkan jika dilakukan pada tahap penciptaan janin atau setelah peniupan roh,
jika dokter yang terpercaya menetapkan bahwa keberadaan janin dalam perut ibu
akan mengakibatkan kematian ibu dan janinnya sekaligus. Dalam kondisi seperti
ini dokter diperbolehkan melakukan aborsi dan mengupayakan penyelamatan
kehidupan jiwa ibu. Menyelamatkan kehidupan adalah sesuatu yang sangat
8
dianjurkan dalam Islam, aborsi dalam kondisi seperti ini termasuk upaya
pengobatan, sebagaimana Nabi menganjurkan berobat. Bagi dokter yang
melaksanakan pengguguran ini hanya diperbolehkan jika setelah melalui
pemeriksaan yang cermat dan tidak gegabah, dengan tinjauan dari berbagai aspek
yang terkait. Pengguguran kandungan berdasarkan pertimbangan medik telah
mendapatkan pengaturan di dalam Pasal 75 ayat 2 (a) Undang-undang nomor 36
tahun 2009 tentang kesehatan : Pasal 75 ayat 2 (a) Larangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan : indikasi kedaruratan
medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu
dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan,
maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di
luar kandungan.
Penafsiran terhadap Pasal 75 ayat 2 (a), aborsi hanya dapat dilakukan
dalam keadaan darurat, yakni keadaaan jiwa ibu hamil terancam kematian, kalau
proses kehamilan. Mengenai indikasi medis dan menyelamatkan jiwa ibu, sering
kali menjadi bahan perdebatan, sebab undang-undang hanya menyebutkan
kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil tindakan pengguguran
kandungan. Sa’id Ramadhan al-Buthi menyatakan, seluruh ulama sepakat
mengharamkan aborsi sesudah usia kandungan 120 hari kecuali dalam kasus
yang ada alasan mendesak seperti ancaman terhadap nyawa si ibu, merugikan
anak yang sedang menyusui, atau diduga anak yang akan lahir cacat. Hal ini
dipengaruhi oleh adanya tiga hak :
1) Hak janin
Sebelum 40 hari, kehamilan masih suatu tetes benih hidup yang tanpa
bentuk atau nyawa. Adapun setelah pembentukan, setelah penyawaan,
maka aborsi dilarang.
2) Hak orang tua
Mereka mempunyai hak untuk melanjutkan atau mengakhirinya dalam
40 hari atas persetujuan bersama. Namun apabila aborsi itu akan
membahayakan ibu maka tidak diperbolehkan.
3) Hak masyarakat
Ini berhubungan dengan konsekuensi umum dari aborsi. Apabila hal itu
menjadi kelaziman (melampauin batas), masyarakat mempunyai hak
untuk turun tangan.
9
Demikianlah wacana hukum di kalangan ulama klasik. Sedangkan
menurut ulama Indonesia antara lain menurut fatwa Majelis Ulama
Indonesia Nomor 4 Tahun 2005 tentang aborsi dinyatakan bahwa
pengguguran kandungan dengan cara apa pun dilarang ajaran Islam,
karena perbuatan itu merupakan pembunuhan yang dilarang oleh syariat
Islam, kecuali untuk menyelamatkan jiwa si ibu.
2. Aborsi janin yang cacat
Cacat bawaan merupakan kelainan dalam pertumbuhan bayi yang timbul sejak
kehidupan. Cacat bawaan ini dapat berbentuk satu kelainan saja atau dapat pula
merupakan gabungan dari beberapa kelainan. Sebab langsung dari cacat bawaan
sering kali sukar diketahui. Cacat bawaan yang disebabkan oleh faktor genetik
adalah oleh karena kelainan kromosom. Faktor lingkungan dapat berupa faktor
obat, umur ibu, radiasi, kekurangan gizi, dan lain-lain.
Kemajuan ilmu kedokteran telah mampu mendeteksi kemungkinan ada dan
tidaknya cacat pada janin sebelum berusia 4 bulan sebelum mencapai masa
ditiupkannya ruh. Deteksi ini diakukan dengan pemeriksaan laboratorium darah.
Deteksi tersebut dapat juga dilakukan dengan pemeriksaan air ketuban pada
kehamilan 20 minggu, dan pemeriksaan USG.
Jika cacat itu bersifat genetik yang menular keturunan, maka ia masih bisa
dicegah dengan cara menghentikan kehamilan untuk sementara waktu. Apabila
terdapat cacat pada janin sebelum ditiup ruh, para hanafiyah dan syafi’iyah telah
menjelaskan pada fase tersebut. Yaitu, boleh melakukan aborsi dan tidak berdosa.
Melakukan tindakan aborsi karena ada sebab atau bahkan tanpa sebab yang jelas,
tetap boleh karena sebuah janin yang belum bernyawa menurut mereka tidak bisa
disebut sebagai jiwa manusia yang haram dibunuh. Contoh dari uzdur adalah
apabila tidak bisa menghentikan kehamilan, sementara itu di antara suami-istri
atau salah satunya memiliki penyakit keturunan yang dapat menular. Maka dalam
situasi darurat seperti ini, aborsi diperbolehkan sebelum usia janin mencapai 120
hari. Adapun janin yang memiliki cacat yang masih bisa diobati secara medis,
atau penyakit yang bisa cepat ditangani atau penyakit yang masih memungkinkan
janin dapat hidup normal, maka hal seperti ini bukan tergolong cacat yang darurat
yang memperbolehkan aborsi. Dalam kasus demikian, dalam menentukan hukum
menggugurkannya, ulama dihadapkan dengan berbagai kemungkinan :
10
a. Terdapat kemungkinan janin lahir dengan membawa penyakit yang
diturunkan secara genetik
b. Dicurigai adanya cacat bawaan lahir
c. Suatu diagnosis kandung kemih terhadap janin menunjukkan adanya
kelainan parah yang tidak sesuai dengan kehidupan.
Para ilmuwan fikih telah membagi kecacatan pada janin menjadi dua bagian :
1) Kecacatan yang terjadi sebelum ditiupkannya ruh
Maksudnya, pada janin tersebut telah terdeteksi adanya cacat bawaan sebelum
ditupkannya ruh. Mayoritas Ulama kontemporer membolehkan aborsi janin
tersebut pada fase ini. Aborsi adalah bahaya. Akan tetapi keluarnya janin
dalam keadaan cacat akan membahaykan dirinya dan kedua orang tuanya.
2) Cacat bawaan yang terdeteksi setelah ditiupkannya ruh
Pada kasus ini aborsi tidak boleh dilakukan. Sebagaimana telah disebutkan
dalil-dalil yang menunjukkan diharamkannya membunuh jiwa. Karena janin
tersebut setelah ditiupkan padanya ruh menjadi jiwa yang terjaga tidak boleh
dibunuh dan dilanggar kehormatannya. Akan tetapi mayoritas Ulama ini
membolehkan dilakukannya aborsi terhadap janin setelah ditiupkannya ruh
apabila keberadaannya terbukti membahayakan sang ibu. Atas dasar ini,
apabila sang janin mengalami cacat bawaan atau sakit yang dapat
membahayakan sang ibu, berupa kematian yang terbukti atas dasar berkenaan
dengan silang pendapat antara Ulama kontemporer dan Ulama terdahulu
tentang hukum aborsi. Ulama terdahulu berpendapat tidak diperbolehkan
dilakukannya aborsi sedangkan ulama kontemporer berpendapat, jika terbukti
sang janin akan mengakibatkan kematian sang ibu,maka boleh dilakukan
aborsi.
3. Aborsi akibat pemerkosaan
Perkosaan adalah perbuatan yang sangat biadab, bukan saja dari segi
perbuatannya, tapi dari juga menimbulkan beban psikologis kepada korban yang
sulit disembuhkan, apalagi kalau sampai berakibat kehamilan pada perempuan
yang diperkosa. Tidak bisa diragukan, perkosaan merupakan kejadian yang amat
traumatis untuk perempuan yang menjadi korban. Banyak korban perkosaan
membutuhkan waktu lama untuk mengatasi pengalaman traumatis ini, dan
mungkin ada juga yang tidak pernah lagi dalam keadaan normal seperti
sebelumnya. Jika perkosaan itu ternyata mengakibatkan kehamilan, pengalaman
11
traumatis itu bertambah besar lagi. Teori feminis mendefinisikan perkosaan
adalah sebagai tindakan dan institusi sosial yang melanggengkan dominasi
patriarkhis dan yang didasarkan pada kekerasan bukan sekedar kejahatan
kekerasan.
Dalam kasus semacam ini indikasi medis dapat dipertimbangkan, karena
aborsi diperlukan untuk menjamin kesehatan jiwa si korban. Wanita yang
diperkosa tidak menanggung sama sekali terhadap apa saja yang terjadi pada diri
mereka, selama mereka telah berusaha menolak dan melawannya, sedangkan
dalam mereka dalam keadaan terancam keselamatan jiwanya dengan kekerasan.
Mengenai kehamilan akibat perkosaan pada dasarnya makhluk baru ini harus
dihormati, oleh karena itu pengguguran kandungan disini pada dasarnya
terlarang. Namun perlu dipertimbangkan oleh suatu tim yang terdiri dari ahli
syara’, dokter dan cendikiawan lainnya, jika ada permintaan untuk
menggugurkannya.
Aborsi sebagai akibat pemerkosaan telah diatur dalam Undang-undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan :
1. Pasal 75 ayat 2
(a) indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baikyang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang
menderita penyakit genetic berat dan/atau cacat bawaan, maupun
yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut
hidup di luar kandungan; atau
(b) kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma
psikologis bagi korban perkosaan.
2. Pasal 75 ayat 3
Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat
dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra
tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang
dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
3. Pasal 75 ayat 4
Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan
perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
4. Pasal 76
12
(a) sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari
pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
(b) oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan
kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh
menteri;
(c) dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
(d) dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
(e) penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh Menteri.
Adapun mengenai hukum aborsi akibat perkosaan terdapat perbedaan
pendapat di kalangan ulama fikih. Sebelum menerangkan hukumnya, perlu
dipertimbangkan beberapa hal yang berkaitan dengan terjadinya perkosaan. Para
ulama memberikan tuntutan umum, jika terjadi perkosaan, maka pemerkosanya
harus dihukum berat. Tetapi bagi pihak korban, masalahnya sangat rumit dan
tidak mudah menyelesaikannya.115 Maka aborsi akibat perkosaan yang
mengakibatkan stress berat, kalau tidak digugurkan akan menjadikannya
mengalami sakit jiwa atau gila sebagai dampak psikologis tindak perkosaan,
maka hukumnya dibolehkan.
13
BAB III
KESIMPULAN
Abortus. Secara etimologis ia berarti gugur kandungan atau keguguran. Dalam pengertian
terminologis sebagaimana yang didefinisikan para ulama adalah pengguguran janin yang
dikandung perempuan dengan tindakan tertentu sebelum masa kehamilannya sempurna,
baik dalam keadaan hidup maupun mati sebelum si janin bisa hidup di luar kandungan,
namun sebagian anggota tubuhnya telah terbentuk.
Diperbolehkannya aborsi jika benar-benar dalam keadaan darurat, dengan syarat
kedaruratannya itu pasti, bukan sekedar persangkaan atau dugaan, sesuai dengan kaidah
hukum Islam bahwa sesuatu yang diperbolehkan karena darurat itu harus diukur dengan
kadar daruratnya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Angrayni, 2007, Abortus, http:uinsuska.info/syariah/attachments/143_Lysa
%20Angrayni%20Ok1.pdf
Juita, S.R.,Abortus, http:igilib.usm.ac.id/files/disk1/2/gdl-usm--briniherya-86-1-
perlindu-m.pdf
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia Depdikbud RI, 1995,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan II, Jakarta : Balai Pustaka
Syah, 2012. Abortus,
http:repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33914/3/Chapter%20II.pdf
Tutik, 2009, Analisis Hukum Islam Terhadap Abortus,
http:eprints.undip.ac.id/.../ANALISIS_HUKUM_ISLAM_TERHADAP_ABO
15