tpp etilen

21
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produk hasil pertanian memiliki sifat mudah rusak atau perishable, terutama bebuahan. Di samping itu, ketidakseragaman dalam hal kematangan ketika panen menjadi salah satu kelemahan produk pertanian. Pemilihan waktu dan umur kematangan yang tepat akan mempengaruhi kualitas dari produk yang dipanen. Terlebih lagi pada komoditi berupa buah yang terklasifikasi atas buah klimakterik dan non-klimakterik. Penanganan pasca panen untuk kedua jenis buah ini pun akan berbeda. Sayuran dan buahan hasil pertanian pada umumnya setelah dipanen jika dibiarkan begitu saja akan mengalami perubahan akibat pengaruh fisiologis, fisik, kimiawi serta mikrobiologis. Perubahan-perubahan tersebut ada yang menguntungkan, tetapi kalau tidak dikendalikan akan sangat merugikan. Buah umumnya memiliki umur simpan yang relatif pendek, khususnya buah-buah klimakterik. Namun ada juga buah yang sengaja dimatangkan supaya cepat matang dan dapat dijual ke pasar. Perlambatan dan percepatan kematangan buah dipengaruhi oleh metabolisme yang terjadi didalam buah iu sendiri. Berbagai usaha dilakukan untuk mengendalikan metabolisme buah agar tidak segera masak, yang telah dilakukan diantaranya yaitu metode pelilinan, pendinginan, pengendalian dengan cara Controlled Atmosphere, Modified Atmosphere Package dan lainnya. Selain itu, ada satu cara yang biasa

Transcript of tpp etilen

Page 1: tpp etilen

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Produk hasil pertanian memiliki sifat mudah rusak atau perishable, terutama

bebuahan. Di samping itu, ketidakseragaman dalam hal kematangan ketika panen

menjadi salah satu kelemahan produk pertanian. Pemilihan waktu dan umur

kematangan yang tepat akan mempengaruhi kualitas dari produk yang dipanen.

Terlebih lagi pada komoditi berupa buah yang terklasifikasi atas buah klimakterik

dan non-klimakterik. Penanganan pasca panen untuk kedua jenis buah ini pun akan

berbeda.

Sayuran dan buahan hasil pertanian pada umumnya setelah dipanen jika

dibiarkan begitu saja akan mengalami perubahan akibat pengaruh fisiologis, fisik,

kimiawi serta mikrobiologis. Perubahan-perubahan tersebut ada yang

menguntungkan, tetapi kalau tidak dikendalikan akan sangat merugikan. Buah

umumnya memiliki umur simpan yang relatif pendek, khususnya buah-buah

klimakterik. Namun ada juga buah yang sengaja dimatangkan supaya cepat matang

dan dapat dijual ke pasar. Perlambatan dan percepatan kematangan buah dipengaruhi

oleh metabolisme yang terjadi didalam buah iu sendiri.

Berbagai usaha dilakukan untuk mengendalikan metabolisme buah agar tidak

segera masak, yang telah dilakukan diantaranya yaitu metode pelilinan, pendinginan,

pengendalian dengan cara Controlled Atmosphere, Modified Atmosphere Package dan

lainnya. Selain itu, ada satu cara yang biasa dilakukan, yaitu pengendalian dengan cara

penyerapan terhadap gas etilen (C2H4) maupun terhadap gas oksigen dengan vitmin C

sebagai penyerap oksigen untuk menghambat terjadinya respirasi. Pengetahuan mengenai

pengendalian respirasi menggunakan gas etilen dan bahan penyerap oksigen sangat

diperlukan, agar teknik penyimpanan dengan metode ini dapat berjalan efektif.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah mengidentifikasi pengaruh gas etilen

terhadap perubahan mutu bebuahan. Selain itu praktikum ini juga bertujuan untuk

mengidentifikasi pengaruh dari bahan tambahan yang berfungsi untuk menyerap gas

dalam rangka mengontrol keadaan atmosfir dalam kemasan yaitu ethylene scavanger

(Kapur) serta oxygen scavanger (Vitamin C) dalam penyimpanan bebuahan.

Page 2: tpp etilen

II. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah kantong plastik LDPE,

penetrometer, colortec colormeter, kertas pH, kertas tissue dan neraca. Sedangkan

bahan-bahan yang digunakan ialah buah pisang, buah mangga, karbit (sumber etilen),

kapur (ethylene scavenger), vitamin C (Oxygen Scavenger).

B. Metode

Siapkan buah (Pisang dan Mangga)

Kemas dengan LDPE

Lakukan untuk kontrol

Bungkus karbit, KMnO4,vitamin C serta kapur dengan tissue

Hasil Pengamatan

Amati perubahan mutu dua hari sekali selama satu minggu

(Parameter: susut bobot, perubahan warna, kekerasan, pH jus,

sensori, tanda fisiologis)

Simpan buah-buahan yang dikemas di suhu ruang

Masukkan karbit dkk ke kantong LDPE berisi buah

Page 3: tpp etilen

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

[Terlampir]

B. Pembahasan

Semua komoditi pertanian mengalami proses metabolisme, termasuk buah

pisang dan buah mangga tetap melakukan metabolisme walaupun telah terpisah dari

tangkainya.Buah-buahan merupakan bahan pangan yang memiliki arti penting

sebagai sumber vitamin, mineral dan zat lain untuk menunjang kecukupan gizi tubuh.

Buah dapat dikosumsi baik dalam keadaan masih mentah maupun sudah mencapai

kematangan.Namun, sebagian besar buah yang dikonsumsi adalah buah yang sudah

matang.Dalam peningkatan hasil buah yang matang baik secara kualitas dan

kuantitas dapat dilakukan dengan substansi tertentu yaitu zat pengatur pertumbuahan

etilen.Peranan etilen dalam pematangan buah dapat diatur konsentrasinya guna

mempercepat pematangan buah atau bahkan mencegah produksi dan aktifitas etilen

dalam usaha penyimpanan buah-buahan.

Menurut Santoso dan Purwoko (1995) Etilen (C2H4) adalah hormon tanaman

yang aktif dan bekerja sama dengan hormon-hormon tanaman lainnya dalam

mengendalikan proses pematangan buah. Umumnya, produksi C2H4akan meningkat

seiring dengan pematangan saat panen, terjadinya kerusakan fisik, terserang penyakit

dan terjadinya peningkatan suhu diatas 30ºC (Kader, 1992). Proses pematangan buah

sering dihubungkan dengan rangkaian perubahan yang dapat dilihat meliputi warna,

aroma, konsistensi dan flavour (rasa dan bau). Proses pematangan buah didahului

dengan klimakterik (pada buah klimakterik).Cara kerja dan fungsi hormon gas etilen

yaitu mendorong pematangan, memberikan pengaruh yang berlawanan dengan

beberapa pengaruh dari hormon auksin, mendorong atau menghambat pertumbuhan

dan perkembangan akar, daun, batang, dan bunga.meristem apikal tunas ujung, daun

muda, embrio dalam biji.Proses pematangan ini dibantu dengan zat-zat lain yang

ditambahkan pada tempat penyimpanan. Untuk mengetahui zat-zat yang berperan

dalam mempercepat atau pun menghambat proses pematangan buah pada saat

penyimpanan kami melakukan percobaan dengan menggunakan kapur, karbit dan

vitamin C.

Page 4: tpp etilen

Pada praktikum ini zat penghasil etilen yang dipakai adalah karbit. Karbit

(C2H4) merupakan jenis senyawa tidak jenuh atau memiliki ikatan rangkap yang

dapat dihasilkan oleh jaringan tanaman pada waktu-waktu tertentu. Umumnya pada

suhu kamar etilen berbentuk gas. Senyawa ini dapat menyebabkan terjadinya

perubahan-perubahan penting dalam proses pertumbuhan tanaman dan pematangan

hasil-hasil pertanian (Aman 1989). Pada umumnya, C2H4 berfungsi untuk

pematangan dan hal ini dapat dibuktikan bila dapat ditunjukkan melalui kondisi tidak

akan terpacunya pemasakan (ripening) tanpa adanya gas C2H4, peranannya dalam

proses pematangan tidak dapat diganti oleh senyawa lain, reaksi respirasi segera

terjadi bila C2H4 diberikan dari luar, diperlukan untuk berbagai reaksi pemasakan,

produksinya berlangsung pada permulaan peristiwa yang menentukan, konsentrasi

internal sebelum peningkatan peristiwa yang menentukan itu sudah mampu

menimbulkan kegiatan fisiologi. Karbit yang terkena uap air akan menghasilkan gas

asetilen yang memiliki struktur kimia mirip dengan etilen alami, zat yang membuat

proses pematangan di kulit buah. Proses fermentasi berlangsung serentak sehingga

terjadi pematangan merata. Proses pembentukan ethilen dari karbit adalah CaC2 + 2

H2O → C2H2 + Ca(OH)2. Dengan penambahan karbit pada pematangan buah

menyebabkan konsentrasi ethilen menjadi meningkat. Hal tersebut menyebabkan

kecepatan pematangan buah pun bertambah. Semakin besar konsentrasi gas ethilen

semakin cepat pula proses stimulasi respirasi pada buah. Hal ini disebabkan karena

ethilen dapat meningkatkan kegiatan-kegiatan enzim karatalase, peroksidase, dan

amilase dalam buah. Selain itu juga, ethilen dapat menghilangkan zat-zat serupa

protein yang menghambat pemasakan buah. Respirasi merupakan proses pemecahan

komponen organik (zat hidrat arang, lemak dan protein) menjadi produk yang lebih

sederhana dan energi. Aktivitas ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan energi sel

agar tetap hidup (Muzzarelli, 1985).

Selain terdapat zat yang mempercepat pematangan buah, terdapat pula zat

yang digunakan untuk menghambat pematangan buah. Bahan penghambat buah yang

digunakan dalam praktikum iniyang pertama adalah kapur. Senyawa kalsium pada

kapur memiliki kemampuan dalam menghambat laju respirasi,

menunda senesen pada beberapa organ tanaman dan menghambat

aktifitas enzim-enzim yang menyebabkan kelunakan pada buah

Page 5: tpp etilen

sehingga dapat menghambat pematangan. Menurut Kerbel dan

Njoroge (1993), kalsium (Ca) dapat menghambat proses pematangan

dan memperpanjang masa simpan buah dengan menghambat

produksi etilen tanpa mempengaruhi pH, padatan total terlarut

maupun warna buah. Perlakuan penambahan kapurpada buah efektif

menghambat peluanakan dan perubahan warna buah dengan

meningkatnya konsentrasi kalsium dalam buah.

Bahan kedua yang biasanya digunakan sebagai penghambat pematangan buah

adalah vitamin C. Pada umumnya teknologi pengemasan bahan pangan

menggunakan satu atau lebih konsep oksidasi asam askorbat (C6H8O6), oksidasi

serbuk besi, oksidasi pewarna peka cahaya, oksidasi enzimatis, asam lemak tak jenuh

dan ragi.Diantara bahan makanan tersebut, asam askorbat dianggap yang paling luas

penerimaannya oleh konsumen.Adapun reaksi yang akan terjadi dengan asam L-

askorbat adalah asam L-askorbat ↔ Asam dehidro L-askorbat + H2O. Reaksi asam

L-askorbat berlangsung dengan bantuan enzim oksidase atau peroksidase. Dari reaksi

tersebut dapat dijelaskan bahwa dengan keberadaan asam L-askorbat aktif, oksigen

didalam kemasan akan menurun karena digunakan untuk mengoksidasi asam L-

askorbat yang akhirnya akan menyebabkan respirasi pada buah menurun dan

memperpanjang masa simpan.

Pada praktikum Pengaruh Etilen dan Bahan Penyerap terhadap Mutu Buah,

komoditi yang digunakan pada pengamatan ini adalah pisang dan mangga. Buah

pisang dan mangga merupakan jenis buah yang mudah rusak karena termasuk jenis

buah klimaterik yang cepat mengalami perubahan fisiko-kimia selama fase

klimaterik. Sehingga secara umum buah klimaterik membutuhkan teknik

pengendalian pemasakan buah agar buah tersebut tidak cepat busuk dan awet masa

penyimpanannya. Pada percobaan ini menggunakan tiga variabel bebas, yaitu satu

diantaranya buah diberi zat penghasil etilen yaitu karbit, bahan penyerap etilen yaitu

kapur, dan bahan penyerap oksigen yaitu vitamin c. Kemudian masing-masing

dikemas di dalam plastik LDPE vakum. Sedangkan untuk kontrol ada buah yang

dikemas dan tidak dikemas. Kontrol berguna untuk membandingkan pengaruh dari

pemberian etilen serta bahan penyerap baik untuk etilen ataupun oksigen.

Page 6: tpp etilen

Pisang dan mangga tergolong buah klimaterik, ditandai dengan peningkatan

CO2 secara mendadak, yang dihasilkan selama pematangan. Klimakterik adalah suatu

periode mendadak yang khas pada buah-buahan tertentu, dimana selama proses

tersebut terjadi serangkaian perubahan biologis yang diawali dengan proses

pembentukkan etilen, hal tersebut ditandai dengan terjadinya proses pematangan

(Syarief dan Irawati, 1988). Pematangan buah disebabkan adanya proses

metabolisme oleh buah seperti proses respirasi. Ciri-ciri buah klimaterik menurut

Kader (1992) adalah tingginya tingkat repirasi buah dan produksi etilen endogen

yang cukup besar untuk pematangan buah.Kedua hal tersebut merupakan faktor

penyebab buah-buahan menjadi mudah rusak dan daya simpan pendek.

Menurut Mikasari (2004), proses respirasi pada buah berguna sebagai

petunjuk lama penyimpanan buah, semakin rendah laju respirasi memberikan umur

simpan yang semakin panjang dan sebaliknya.Respirasi adalah suatu proses

metabolisme biologis dengan menggunakan oksigen dalam perombakan senyawa

kompleks untuk menghasilkan CO2, air dan ion—ion elektron. Adanya aktivitas

respirasi pada hasil pertanian dapat menyebabkan hasil pertanian menjadi matang

dan menjadi tua. Terjadi perubahan fisik selama proses pematangan yang meliputi

perubahan warna, aroma, dan tekstur. Selain itu perubahan fisik yang dapat terjadi

adalah penurunan bobot bahan.Meningkatnya respirasi dipengaruhi oleh jumlah

ethylene yang dihasilkan, meningkatnya sintesis protein dan RNA. Perubahan warna

dapat terjadi baik oleh proses-proses perombakan maupun prosessintetik, atau

keduanya..Pada pisang perubahan warna kulit menjadi kuning terjadi karena

hilangnya khlorofil tanpa adanya atau sedikit pembentukan zat karotenoid.Sisntesis

likopen dan perombakan khlorofil merupakan ciri perubahan warna pada

buah.Ethylene sebagi hormon akan mempercepat terjadinya klimakterik. Aplikasi

C2H2 (Ethylene) pada buah- buahan klimakterik, makin besar konsentrasi C2H2

sampai tingkat kritis makin cepat stimulasi respirasinya.Ethylene tersebut bekerja

paling efektif pada waktu tahap klimakerik,sedangkan penggunaan C2H2  pada tahap

post klimakerik tidak merubah laju respirasi.

Pada praktikum tentang pengaruh gas etilen dan bahan penyerap oksigen

terhadap mutu bebuahan selama penyimpanan ini diamati dan diukur beberapa

parameter seperti susut bobot, perubahan warna, kekerasan buah, keasaman buah

Page 7: tpp etilen

atau pH, sensori, dan tanda-tanda fisiologis.Buah yang yang diuji dalam praktikum

ini yaitu buah mangga dan pisang yang keduanya merupakan buah kliakterik.

Parameter pertama yaitu susut bobot. Susut bobot merupakan besarnya bobot

komoditi pertanian yang hilang akibat adanya reaksi enzimatis selama penanganan

pasca panen. Pada buah pisang, buah yang disimpan bersama karbit mengalami susut

bobot akhir sebesar 2,58 g. Pisang yang disimpan bersama vitamin C mengalami

susut bobot masing-masing 3,3 g dan pada pisang yang disimpan bersama kapur 2,44

g pada hari kedua dan busuk pada pengamatan terakhir, sedangka pada kontrol susut

bobot yang diperoleh yaitu 5,35 g.Untuk komoditi kedua yaitu mangga didapatkan

susut bobot mangga yang disimpan bersama karbit yaitu 13,05 g. Mangga yang

disimpan sebagai kontrol mengalami penurunan bobot 2,07 g, pada mangga yang

disimpan bersama kapur yakni 17,16 g dan mangga yang disimpan bersama vitamin

c yaitu 4,18 g. Dari sampel-sampel dengan perlakuan yang berbeda tersebut, susut

bobot terbesar terjadi pada penyimpanan pisang berasama karbit dan terkecil pada

penyimpanan bersama padatan kapur. Data yang diperoleh dari percobaan tersebut

tidak sesuai dengan literatur. Seharusnya pisang yang disimpan dengan karbit

mengalami susut bobot yang paling besar karena merupakan bahan penghasil etilen

yang dapat mempercepat proses metabolisme. Perbedaan ini bisa disebabkan karena

sampel bahan yang digunakan berada dalam tingkat pematangan yang berbeda

sehingga hasil datanya tidak sesuai. Dari data juga didapatkan beberapa buah

mangga dan pisang yang tidak mengalami susut bobot bahkan bertambah bobotnya

dimana terjadi pada mangga yang berisi kapur dan pisang untuk kontrol. Hal tersebut

mungkin disebabkan karena buah tidak tertutup rapat atau sealing tidak rapat.

Sehingga memungkinkan RH lingkungan yang lebih besar dibandingkan pada buah

masuk ke dalam buah dan menambah bobot buah tersebut. Kemungkinan lainnya

adalah praktikan melakkukan kesalahan dalam penyimpanan bebuahan tersebut atau

kesalahan dalam perhitungan.

Parameter kedua yaitu perubahan warna. Menurut Surono (2011), gas etilen

ini dapat merangsang proses pemasakan terutama perombakan klorofil yang

merupakan zat warna hijau menjadi zat karotenod uyang merupakan zat warna

kuning.Pada praktikum kali ini perubahan warna baik pada buah pisang dan mangga

Page 8: tpp etilen

tida dapat diamati dengan sempurna. Hal ini disebabkan alat pengukur warna yang

tidak ada. Perubahan warna hanya dilihat dari foto dari buah pada setiap pengamatan.

Dari foto tersebut dapat dilihat perubahan warna paling besar di setiap pengamatan

yaitu pada buah pisang dan mangga yang disimpan dengan perlakuan penambahan

karbit. Hal ini disebabkkan karena kedua perlakuan tersebut akan mempercepat

metabolisme dan akan mengubah zat warna klorofil menjadi karotenoid sehingga

warna buah yang awalnya hijau setelah disimpan dengan penambahan karbit akan

menjadi berwarna kuning bahkan hitam karena proses pembuskuan. Sedangkan pada

buah pisang yang disimpan dengan penambahan kapur dan vitamin c tidak

mengalami perubahan warna yang signifikan. Hal ini disebabkan karena erlakuan

tersebut dapat memperlambat proses pematangan buah dan kebusukan buah. Jika

proses pematangan buah tersebut dihambat, warna cerah pada buah akan tetap

dipertahankan. Hal ini sesuai dengan praktikum yang menunjukkan hasil bahwa

vitamin C dan kapur sebagai penghambat memiliki tingkat kecerahan warna yang

paling besar karena vitamin C dan kapur menghambat kebusukan pada buah

sehingga warna tidak mengalami perubahan menjadi coklat kehitaman.

Percobaan yang ketiga adalah uji kekerasan. Uji ini menggunakan alat

penetrometer untuk mengukur tingkat kekerasan buah. Semakin matang buah maka

tingkat kekerasan akan menurun, karena adanya perombakan komponen-komponen

pada buah sehingga buah menjadi melunak.Menurut Hadiwiyoto (1996),nilai

kekerasan buah menunjukkan kedalaman jarum yang ditusukkan ke dalam buah.

Semakin dalam tusukan atau semakin besar nilai kekerasan buah maka buah tersebut

semakin lunak. Berdasarkan hasil pengamatan, pada umumnya penurunan kekerasan

atau semakin melunak. Hal ini dapat dilihat dari nilai penetrometer yang semakin

besar yang menunjukkan kedalaman jarum yang ditusukkan. Akan tetapi pada

beberapa percobaan didapatkan beberapa data yang melenceng yaitu buah yang

semakin keras yang terjadi pada mangga kontrol dimana nilai penetrometernya

semakin kecil yakni 33,33 pada pengamatan pertama dan hanya 13 pada pengamatan

terakhir. Sedangkan data yang fluktuatif terjadi pada mangga yang disimpan dengan

perlakuan penambahan vitamin c dimana pada pengamatan hari pertama nilai

penetrometer menunjukan 70, pada pengamatan kedua bernilai 133,33 dan pada

pengamatan ketiga yaitu 51,33. Seharusnya dengan adanya penambahan bahan

Page 9: tpp etilen

penyerap seperti kapur dan vitamin c kekerasan buah dapat terjaga, artinya

penurunan kekerasannya tidak terlalu signifikan. Hal ini dikarenakan dengan

menghambat respirasi maka senyawa yang menentukan kekerasan buah seperti

selulosa,pektin, hemiselulosa belum berkurang jumlahnya sehingga teksturnya masih

keras.

Percobaan selanjutnya adalah uji derajat keasaman. Derajat keasaman pada

bebuahan ini diuji dari sari buah atau juice menggunakan pH meter. Pada bebuahan,

semakin menuju ke kematangan semakin meningkat kadar gula dan nilai pH juga

meningkat.Nilai pH juice buah merupakan nilai tingkat keasaman yang dimiliki buah

tersebut selama penyimpanan. Bahan penyerap etilen dan oksigen seperti karbit,

vitamin C, dan KMnO4 mempengaruhi nilai pH juice buah selama penyimpanan.

Usda (1976) menyatakan bahwa karbit (CaC2) yang berfungsi sebagai etilen buatan

pada buah mempercepat proses pematangan buah sehingga akan meningkatkan nilai

pH buah selama penyimpanan sedangkan kalium permanganat (KMnO4) dan vitamin

C yang berfungsi sebagai bahan penyerap etilen dan oksigen justru akan

mempertahankan atau bahkan menurunkan nilai pH buah selama penyimpanan. Hasil

yang ada menunjukkan hal yang kurang sesuai dengan literatur. Dimana diperoleh

nilai pH yang menurun selama proses penyimpanan yang menunjukkan buah

semakin asam, seharusnya selama proses penyimpanan buah klimaterik akan

mengalami proses pematangan dimana adanya perombakan senyawa asam menjadi

gula yang menyebabkan buah menjadi lebih manis dan ditunjukan dari nilai pH yang

meningkat.Perbedaan data dan literatur ini disebabkan karenasampel awal bahan

yang berbeda tingkat kematangannya serta kemungkinan kesalahan penggunaan pH

meter karena pada beberapa kali percobaan pH meter menunjukkan nilai yang

berubah-ubah pada sampel yang sama.

Parameter terakhir yang diuji yaitu perubahan sensorik. Percobaan sensori

dan tanda-tanda fisiologis juga penting dalam melihat kualitas buah dengan kasat

mata. Evaluasi sensori atau organoleptik merupakan ilmu pengetahuan dengan

menggunakan indra manusia untuk mengukur tekstur, penampakan, aroma, dan rasa

dari bebuahan. Penerimaan konsumen terhadap buah diawali dengan penilaiannya

terhadap penampakan, rasa, dan tekstur buah.Berdasarkan percobaan, terdapat buah

yang mengalami kematangan, ada juga yang mulai pembusukan dan ada yang

Page 10: tpp etilen

mengalami kondisi konstan. Seharusnya buah yang disimpan dengan penambahan

karbit akan mengalami proses pematangan dan pembusuka yang lebih cepat

dibanding perlakuan lainnya. Sedangkan buah yang disimpan dengan penambahan

zat penyerap etilen seperti vitamin c buah akan lebih tahan lama dengan perubahan

sensori yang tidak terlalu signifikan. Untuk proses pembusukkan dapat disebabkan

oleh karakteristik buah yang rentan dan memiliki kadar air tinggi yang dapat memicu

pembusukan. Kapur sebagai bahan penyerap memiliki performa yang lebih baik

dibandingkan lainnya dalam hal menjaga kualitas buah.

Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwabahan yang dapat

mempercepat proses pematangan buah pisang dan mangga adalah karbit sebagai

sumber gas etlen. Sedangkan zat yang dapat menghambat proses pematangan adalah

kapur dan vitamin C. Data pengamatan ini berguna dalam menentukan zat yang tepat

untuk ditambahkan pada kemasan selama penyimpanan pisang dan mangga yang

disesuaikan dengan tujuannya, akan dipercepat atau dihambat pertumbuhannya.

Perubahan mutu ini dapat ditandai dengan berubahnya warna komoditi, aroma dan

kekerasannya serta penyusutan bobot pada komoditi tersebut.

Page 11: tpp etilen

IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

Etilen merupakan senyawa yang berfungsi sebagai hormon pemicu

pematangan pada buah dan sayur. Dalam penyimpanan perlu diperhatikan produksi

gas etilen pada komoditi. Untuk menghambat pematangan/pembusukan dapat

digunakan bahanpenyerap seperti kapur, karbid dan vitamin C. Kapur dan karbid

dapat menghambat produksi gas etilen sedangkan vitamin C menghambat produksi

O2.

Hasil percobaan menunjukan penambahan bahan penyerap, masih

memungkinkan buah untuk pematangan. Beberapa indikator yang dapat dilihat, hasil

kekerasan menunjukan, buah mengaalami penambahan nilai penetrometer yang

menunjukkan buah semakin lunak selulosa ataupun pektin yang terdapat pada buah

akan terurai akibat aktifitas metabolisme selama penyimpanan. Percobaan susut

bobot akan semakin mengalami penurunan karena adanya perombakan komponen

menjadi komponen yang lebih sederhana. Untuk perubahan warna pada umumnya

mengalami penurunan akibat adanya perubahan warna dari hijau menjadi kuning

yang disebabkan berubahnya zat warna hijau (klorofil) menjadi zat warna kuning

(kareotenoid). Selain itu susut bobot dan perubahan warna juga disebabkan karena

masih adanya respirasi yang menyebabkan terjadi pemecahan glukosa sehingga

bobot menurun dan penguraian pigmen sehingga warna buah berubah. Pada

perlakuan dengan penambahan karbit susut bobot maupun perubahan warna akan

lebih besar dibanding perlakuan lainnya. Untuk percobaan pH umumnya stabil

karena belum menghasilkan asam askorbat. Namun penyimpanan dengan

penambahan kapur dapat meningkatkan pH karena kapur bersifat basa.

Uji-uji diatas umumnya mengalami tanda-tanda kematangan yang akan

berkorelasi dengan uji fisiologis dan sensorik. Rata-rata buah juga mengalami

kondisi yang berubah, seperti kulit buah yang mulai menghitam hingga buah berair

dan membusuk. Pada beberapa percobaan perlakuan dengan penambahan bahan

Page 12: tpp etilen

penyerap kapur dan vitamin c dapat menstabilkan kondisi buah dimana buah masih

dalam kondisi yang mulus.

B. Saran

Pengujian pengaruh etilen sebaiknya juga dilakukan pada buah yang non-

klimaterik. Adanya variasi percobaan dapat mempermudah praktikan dalam

memahami gas etilen yang terbentuk beserta penghambat kematangannya yang

dikaitkan dengan karakteristik buah.

Page 13: tpp etilen

Daftar Pustaka

Aman, M. 1989. Fisiologi Pascapanen. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hadiwiyoto, Soewedo. 1996.Panduan Praktikum Pengetahuan Bahan. Fakultas

Teknologi Pertanian, UGM. Yogyakarta

Kader, A.A. 1992. Postharvest Biology and Technolgy : An Overview. P.15-

20.dalam. Kader, A.A. (Ed). Postharvest Technology for HorticulturalCrops.

(Second edition). Publ. 3311. USA: University of CaliforniaBarkeley.

Kerbel E.L dan C.K. Njoronge. 1993. Effect of Postharvest Calcium Treatment on

Soluble Solid, pH, Firmness and Colour of Stored Tomato Friuts. J. Afr. Agric.

58(3): 111-116

Mikasari, Wilda. 2004. Kajian Penyimpanan dan Pematangan Buah Pisang Raja

(Musa paradisiacalvar Sapientum L.) dengan Metode Pentahapan Suhu.Tesis.

Pasca Sarjana.

Muzzarelli, R.A.A., Rochetti, R. (1985). Journal of Carbohydrate Polymers.5, 461–

72.

Santoso B.B dan B.S. Purwoko. 1995. Fisiologi dan Teknologi Pasca

PanenTanaman Hortikultura.Mataram: Indonesia Australia University

Project,Universitas Mataram.

Surono, P. 2011. Perubahan Warna. [terhubung berkala]. http://jai.staff.uin.ac.id. [9

Mei 2012].

Usda. 1976. Commercial Storage of Fruits, Vegetables, and Florist and Nursery

Stocks. New York : USDA Agric Handbook.

Page 14: tpp etilen