tpkp limbah

4
LAMPIRAN C : KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-51/MENLH/10/1995 TENTANG : BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI TANGGAL : 23 OKTOBER 1995 BAKU MUTU LIMBAH CAIR NO PARAMETER SATUAN GOLONGAN BAKU MUTU LIMBAH CAIR I I I 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 FISIK Temperatur Zat padat larut Zat padar tersuspensi KIMIA pH Besi terlarut (Fe) Mangan terlarut (Mn) Barium (Ba) Tembaga (Cu) Seng (Zn) Krom Heksavalen (Cr +6 ) Krom Total (Cr) Cadmium (Cd) Raksa (Hg) Timbal (Pb) Stanum Arsen Selenum Nikel (Ni) Kobalt (Co) Slanida (CN) Sulfida (H 2 S) Fluorida (F) der. C mg/L mg/L 38 2000 200 40 4000 400 6,0 sampai 9,0 mg/ L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L 5 2 2 2 5 0, 1 0, 5 0,0 5 0,00 2 0, 1 2 0, 1 0,0 5 0, 2 0, 4 0,0 5 0,0 10 5 3 3 10 0, 5 1 0, 1 0,00 5 1 3 0, 5 0, 5 0, 5 0, 6 0, 5 0, 1 3 Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan pada limbah sebelum diolah dapat diperoleh hasil sebagai berikut, Suhu sebesar 28 o C. Menurut (KLMNH,1995) menyatakan bahwa suhu standar baku mutu limbah cair adalah berkisar dari 38-40 o C, hasil

description

limbah

Transcript of tpkp limbah

LAMPIRAN C : KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-51/MENLH/10/1995TENTANG : BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI TANGGAL : 23 OKTOBER 1995

BAKU MUTU LIMBAH CAIRNOPARAMETERSATUANGOLONGAN BAKUMUTU LIMBAH CAIR

III

123

123456789101112131415161718192021222324252627282930FISIKTemperaturZat padat larutZat padar tersuspensiKIMIApHBesi terlarut (Fe) Mangan terlarut (Mn) Barium (Ba) Tembaga (Cu)Seng (Zn)Krom Heksavalen (Cr+6) Krom Total (Cr) Cadmium (Cd)Raksa (Hg) Timbal (Pb) Stanum Arsen Selenum Nikel (Ni) Kobalt (Co) Slanida (CN) Sulfida (H2S) Fluorida (F)Klorin bebas (Cl2) Amonia bebas (NH3-N) Nitrat (NO3-N)Nitrit (NO2-N) BOD5CODSenyawa aktif biru metilenFenolMinyak Nabati Minyak Mineral Radioaktivitas **)der.C mg/L mg/L382000200404000400

6,0 sampai 9,0

mg/Lmg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/Lmg/L mg/L mg/L mg/L mg/Lmg/Lmg/L mg/L mg/L522250,10,50,050,0020,120,10,050,20,40,050,052112015010050,5510-10533100,510,10,005130,50,50,50,60,50,13253031503001011050#REF!

Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan pada limbah sebelum diolah dapat diperoleh hasil sebagai berikut,Suhu sebesar 28oC. Menurut (KLMNH,1995) menyatakan bahwa suhu standar baku mutu limbah cair adalah berkisar dari 38-40oC, hasil yang diperoleh dibawah standart baku mutu limbah cair. Ini membuktikan bahwa suhu limbah cair sebelum diolah adalah suhu normal perairan yang memungkinkan berlangsungnya kehidupan secara normal di dalamnya, baik kehidupan hewan maupun nabati. Kondisi suhu yang demikian tergolong baik untuk mendukung proses fotosintesis bagi tumbuhan (Sugiharto dalam Yusuf (2008).

TDS 236 mg/L menurut (KLMNH,1995) menyatakan bahwa TDS standar baku mutu limbah cair adalah berkisar dari 2000-4000 mg/L hasil yang diperoleh dibawah standart baku mutu limbah cair. Ini membuktikan bahwa padatan terlarut limbah cair sebelum diolah dalam kondisi normal.TSS 137,2 mg/L menurut (KLMNH,1995) menyatakan bahwa TSS standar baku mutu limbah cair adalah berkisar dari 200-400 hasil yang diperoleh dibawah standart baku mutu limbah cair. Ini membuktikan bahwa padatan tersuspensi limbah cair sebelum diolah sudah memenuhi baku mutu limbah cair.PH 10 menurut (KLMNH,1995) menyatakan bahwa pH standar baku mutu limbah cair adalah berkisar dari 6-9 hasil yang diperoleh sesuai standart baku mutu limbah cair. Ini membuktikan bahwa pH limbah cair sebelum diolah sangat basa dan diatas standar baku mutu. Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain aktivitas biologi seperti fotosintesis dan respirasi organisme, suhu dan keberadaan ionion dalam limbah tersebut (Pescod dalam Kurniawan, 2006).

BOD -8,5 mg/L menurut (KLMNH,1995) menyatakan bahwa BOD standar baku mutu limbah cair adalah berkisar dari 50-150 hasil yang diperoleh dibawah standart baku mutu limbah cair. Ini membuktikan bahwa BOD limbah cair sebelum diolah baik untuk perairan. Kadar BOD erat hubungannya dengan kadar oksigen terlarut (DO), karena semakin kecil nilai BOD, DO yang terkandug semakin besar. Hsil yang diperoleh minus karena pada saat melakukan titrasi pada pengukuran DO yaitu bernilai 0, karena oksigen habis untuk proses respirasi dan metabolisme mikroba. Nilai ini termasuk rendah untuk mendukung kehidupan organisme perairan. Hal tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh tidak adanya aliran air. Pada percobaan ini, air limbah pada kondisi yang tetap dan berada dalam bak tanpa aerasi (aliran air) sehingga mengakibatkan rendahnya oksigen terlarut. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan Terangna (1989) bahwa tanpa aerasi kadar oksigen menurun terus sampai mencapai 2,3 mg/L. Sedangkan pada kondisi dengan aerasi kadar oksigen terlarut dapat dipertahankan berkisar 6-7 mg/L. Menurut Connell dan Miller (1995) bahwa adanya peletakan tanaman dapat mempengaruhi kelarutan oksigen pada perairan.Waktu pengambilan data juga mempengaruhi kadar oksigen terlarut. Menurut Connell dan Miller (1995) bahwa kadar oksigen terlarut mencapai maksimum pada siang hari dan petang hari serta menurun terus sampai menjelang fajar. Kandungan oksigen terlarut maksimum pada siang hari karena pada saat itu tanaman aktif melakukan fotosintesis sehingga banyak dihasilkan oksigen. Sedangkan pada saat malam hari semua tanaman tidak melakukan fotosintesis sehingga oksigen yang tersedia digunakan untuk respirasi seluruh makhluk hidup dalam perairan sehingga jumlahnya menurun hingga menjelang fajar. Pada saat matahari muncul maka tanaman akan berfotosintesa lagi dan lambat laun jumlah oksigen terlarut akan mencapai maksimum lagi.

COD 144 mg/L menurut (KLMNH,1995) menyatakan bahwa COD standar baku mutu limbah cair adalah berkisar dari 100-300 hasil yang diperoleh sesuai standart baku mutu limbah cair. Ini membuktikan bahwa COD limbah cair sebelum diolah normal.FENOL 1,9485 mg/L menurut (KLMNH,1995) menyatakan bahwa FENOL standar baku mutu limbah cair adalah berkisar dari 0,5-1 hasil yang diperoleh diatas standart baku mutu limbah cair. Ini membuktikan bahwa fenol limbah cair sebelum diolah belum memenuhi syarat baku mutu limbah. Fenol pada konsentrasi rendah akan digunakan oleh mikroba sebagai makanan dan terdegradasi dalam tubuh mikroba menjadi bahan-bahan yang tidak berbahaya seperti asam asetat, gas metana dan karbondioksida (Thomas and Ward 1989). Sedangkan fenol pada konsentrasi tinggi justru akan menjadi racun/toksin bagi mikroba yang dapat mematikan atau menghambat kemampuan mikroba untuk mendegradasi fenol.

H2S 0,61 mg/L menurut (KLMNH,1995) menyatakan bahwa H2S standar baku mutu limbah cair adalah berkisar dari 0,05-0,1 mg/L hasil yang diperoleh sesuai standart baku mutu limbah cair. Ini membuktikan bahwa H2S limbah cair sebelum diolah belum memenuhi syarat baku mutu limbah.MINYAK DAN LEMAK 51,5 mg/L menurut (KLMNH,1995) menyatakan bahwa minyak dan lemak standar baku mutu limbah cair adalah berkisar dari 5-10 mg/L hasil yang diperoleh diatas standart baku mutu limbah cair. Ini membuktikan bahwa minyak dan lemak limbah cair sebelum diolah belum memenuhi syarat baku mutu limbah. Ansel (2008) menyatakan bahwa tingginya konsentrasi lemak pada limbah cair memerlukan bahan pengurai (surfaktan) dengan konsentrasi lebih tinggi dan dibutuhkan waktu lebih lama dalam menguraikan padatan lemak dan minyak.