TOPIK DAN TINDAK TUTUR DALAM LIRIK LAGU KARYA … · TOPIK DAN TINDAK TUTUR DALAM LIRIK LAGU KARYA...
Transcript of TOPIK DAN TINDAK TUTUR DALAM LIRIK LAGU KARYA … · TOPIK DAN TINDAK TUTUR DALAM LIRIK LAGU KARYA...
TOPIK DAN TINDAK TUTUR DALAM LIRIK LAGU KARYA
MARJINAL DALAM ALBUM TERMARJINALKAN TAHUN 2003
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.)
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh:
Agustinus Kristanto Ari Prayogi
NIM: 134114014
Fakultas Sastra
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
TOPIK DAN TINDAK TUTUR DALAM LIRIK LAGU KARYA
MARJINAL DALAM ALBUM TERMARJINALKAN TAHUN 2003
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.)
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh:
Agustinus Kristanto Ari Prayogi
NIM: 134114014
Fakultas Sastra
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2019
Skripsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERSEMBAHAN
Penelitian ini saya persembahkan kepada
keluarga,
rekan-rekan,
setiap orang yang saya panggil dengan sebutan „Nona‟,
dan orang-orang yang saya sapa dengan tidak hormat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
MOTO
اقرأ ...
Bacalah …
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
KATA PENGANTAR
Penulis mengucap syukur karena telah menyelesaikan studi S-1 dan tugas
akhirnya. Atas semua bantuannya, penulis mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak. Pertama, keluarga yang telah mendukung studi dan terselesaikannya
tugas akhir ini. Tanpa mereka, penulis tidak akan sampai ke posisi ini.
Kedua, dosen pembimbing, Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum. yang telah
bersedia membimbing penulis. Beliau juga memotivasi penulis menyelesaikan tugas
akhir ini.
Ketiga, dosen pembimbing akademik, Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum. yang
senantiasa membimbing mahasiswa Sasindo 2013. Beliau juga selalu memotivasi
setiap ada kesempatan.
Keempat, para dosen Program Studi Sastra Indonesia, Drs. B. Rahmanto,
M.Hum., (Alm.) Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum., (Alm.) Drs. Hery Antono, M.Hum.,
S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum., Drs. FX. Santosa, M.S., Sony Christian Sudarsono,
S.S., M.A., Maria Magdalena Sinta Wardani, S.S., M.A., serta dosen-dosen
pengampu mata kuliah lain yang tidak mampu penulis sebutkan; yang telah
membimbing dan memberi pengetahuan penulis selama belajar di Program Studi
Sastra Indonesia.
Kelima, segenap staf sekretariat Fakultas Sastra dan staf BAA yang telah
membantu kelancaran studi. Keenam, segenap staf Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma yang telah membantu menyediakan buku-buku referensi. Ketujuh, rekan-
rekan Sastradimrican dan Linguistics Brotherhood, yang telah memberi inspirasi bagi
penulis.
Akhirnya, dengan penuh kesadaran, penulis menyadari segala kekurangan
yang ada dalam skripsi ini. Segala bentuk kesalahan dan kekurangan yang ada dalam
skripsi ini merupakan tanggung jawab penulis. Untuk itu, demi perbaikan tugas akhir
ini, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang hati.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRAK
Prayogi, Agustinus Kristanto Ari. 2019. “Topik dan Tindak Tutur dalam Lirik
Lagu Karya Marjinal dalam Album Termarjinalkan Tahun 2003”. Skripsi.
Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas
Sanata Dharma.
Objek penelitian ini adalah topik dan tindak tutur dalam lirik lagu karya
Marjinal dalam album Termarjinalkan tahun 2003. Penelitian ini bertujuan untuk
menguraikan (i) topik dan (ii) apa saja tindak tutur yang terdapat dalam lirik lagu
karya Marjinal dalam album Termarjinalkan tahun 2003.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pragmatik mengenai
tindak tutur. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dan catat. Metode
simak dilakukan dengan menyimak lirik lagu. Selanjutnya, peneliti mengklasifikasi
data berupa topik dan tindak tuturnya. Analisis data dilakukan dengan metode padan
referensial dan metode padan pragmatis. Metode padan referensial digunakan untuk
mendeskripsikan topik dalam lirik lagu. Metode padan pragmatis digunakan untuk
menentukan tindak tutur yang terdapat pada lirik lagu.
Penelitian ini menghasilkan temuan topik dalam lirik lagu karya Marjinal, yaitu
(i) hukum, (ii) pendidikan, (iii) kekerasan, (iv) cinta, dan (v) stigma. Selain itu,
penelitian ini menghasilkan temuan berbagai interseksi tindak tutur dalam lirik lagu
karya Marjinal. Terdapat 66 tindak tutur langsung literal, 20 tindak tutur tidak
langsung literal, 15 tindak tutur langsung tidak literal, dan 17 tindak tutur tidak
langsung tidak literal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRACT
Prayogi, Agustinus Kristanto Ari. 2019. “Topics and Speech Act on Marjinal’s
Songs in Termarjinalkan on 2003”. Thesis. Yogyakarta: Department of
Indonesian Literature Studies, Faculty of Letters, Sanata Dharma
University.
This research‟s object is what topics and what speech act on Marjinal‟s songs in
Termarjinalkan on 2003. This research is proposed to explain (i) what topics and (ii)
what speech act that used by Marjinal in their songs on Termarjinalkan.
Pragmatic theory about speech act is used on this research. This research‟s
datas is gathered by observe attentively method and taking a note technique. Observe
attentively method is done by observing songs‟ lyrics. Then, the datas are classified
by their topics and speech act. Data analysis is done by referential match method and
pragmatic match method. Referential match method is used to describe the topics by
Marjinal on their songs. Pragmatic match method is used to decide what kind of
speech act they use.
This research‟s result is the identified topics on Marjinal‟s songs, they are (i)
law, (ii) education, (iii) violence, (iv) love, and (v) stigma. This research also found
some intersections speech act on their songs. There are 66 direct literal speech acts,
20 indirect literal speech acts, 15 direct nonliteral speech acts, and 17 indirect
nonliteral speech acts.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
1.6.2 Pragmatik ........................................................................................................ 6
1.6.3 Tindak Tutur ................................................................................................... 6
1.6.3.1 Tindak Lokusi ....................................................................................................... 7
1.6.3.2 Tindak Ilokusi ....................................................................................................... 7
1.6.3.3 Tindak Perlokusi ................................................................................................... 7
1.6.4 Jenis-Jenis Tindak Tutur ................................................................................. 8
1.6.4.1 Tindak Tutur Berdasarkan Modus ..................................................................... 8
1.6.4.1.1 Tindak Tutur Langsung ....................................................................................... 8
1.6.4.1.2 Tindak Tutur Tidak Langsung ............................................................................ 8
1.6.4.2 Tindak Tutur Berdasarkan Makna ..................................................................... 9
1.6.4.2.1 Tindak Tutur Literal ............................................................................................. 9
1.6.4.2.2 Tindak Tutur Tidak Literal ................................................................................. 9
1.6.5 Interseksi Berbagai Jenis Tindak Tutur ........................................................ 10
1.6.5.1 Tindak Tutur Langsung Literal ........................................................................ 10
1.6.5.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal ............................................................. 10
1.6.5.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal .............................................................. 10
1.6.5.4 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal .................................................. 11
1.6.6 Aspek Tutur .................................................................................................. 11
1.7 Metode dan Teknik Penelitian ...................................................................... 12
1.7.1 Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 12
1.7.2 Metode Analisis Data .................................................................................... 12
1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data ......................................................... 13
1.8 Sumber Data.................................................................................................. 13
1.9 Sistematika Penyajian …………………………………………………………...13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB II TOPIK DALAM LIRIK LAGU KARYA MARJINAL DALAM
ALBUM TERMARJINALKAN TAHUN 2003………………………………...….14
2.1 Pengantar………………………………………………………………….14
2.2 Hukum ………………...…………………...……………………………..13
2.3 Pendidikan …...………………………………...………………………....20
2.4 Kekerasan ……...…………………………………...…………………….22
2.5 Cinta …………...……………………………………...………………….36
2.6 Stigma …………...…………………………...………………..…………39
BAB III TINDAK TUTUR DALAM LIRIK LAGU KARYA MARJINAL
DALAM ALBUM TERMARJINALKAN TAHUN 2003 .........……….….……..43
3.1 Pengantar ..…………………………………………………………………43
3.2 Hukum........................................................................................................... 43
3.2.1 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Ketidakadilan Pelaksanaan
Hukum …………………………………………………….......................45
3.2.1.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Ketidakadilan Pelaksanaan Hukum ………………………………….…...45
3.2.1.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Ketidakadilan Pelaksanaan Hukum ………………………………………46
3.2.1.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Ketidakadilan Pelaksanaan Hukum….……………………………………47
3.2.1.4 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang
Bertopik Ketidakadilan Pelaksanaan Hukum …………………………….47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
3.2.2 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Kendali Hukum oleh Orang
Berkuasa ..................................................................................................... 48
3.2.2.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Kendali
Hukum oleh Orang Berkuasa …………………………………………….48
3.2.2.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang
Bertopik Kendali Hukum oleh Orang Berkuasa …………………………49
3.2.2.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Kendali Hukum oleh Orang Berkuasa …………………………………...49
3.2.3 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Kasus Hukum Tidak
Terselesaikan .............................................................................................. 50
3.2.3.1 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang
Bertopik Kasus Hukum Tidak Terselesaikan …………………………….50
3.3 Pendidikan..................................................................................................... 51
3.3.1 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Pendidikan dalam
Masyarakat .......................................................................................................... 53
3.3.1.1 Tindak Tutur Langsung Literal Dalam Lirik Lagu yang Bertopik Pendidikan
dalam Masyarakat ……………………………………………………….....53
3.3.1.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Pendidikan dalam Masyarakat ……………………………………………..54
3.3.1.3 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Pendidikan dalam Masyarakat ………………………………………...…...54
3.3.2 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Gelar Pendidikan yang
Hanya Sebagai Formalitas ................................................................................. 55
3.3.2.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Gelar
Pendidikan yang Hanya Sebagai Formalitas ………………………………55
3.3.2.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Gelar
Pendidikan yang Hanya Sebagai Formalitas ………………………..……..56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
3.3.2.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Gelar
Pendidikan yang Hanya Sebagai Formalitas …………………………..…..56
3.3.2.4 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Gelar Pendidikan yang Hanya Sebagai Formalitas……………………...…57
3.4 Kekerasan ...................................................................................................... 58
3.4.1 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Tatanan Tanpa Penindasan
……………………………………………………………………………...66
3.4.1.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Tatanan
Tanpa Penindasan …………………………………………………………66
3.4.1.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Tatanan Tanpa Penindasan …………………………………..…………….67
3.4.1.3 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Tatanan Tanpa Penindasan ………………………………………………...68
3.4.2 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Penindasan pada Rakyat
……………………………………………………………………………...69
3.4.2.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Penindasan
pada Rakyat …………………………………………………………...…...69
3.4.2.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Penindasan pada Rakyat …………………………………………………..70
3.4.2.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Penindasan pada Rakyat …………………………………………………..70
3.4.2.4 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Penindasan pada Rakyat …………………………………………………...71
3.4.3 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Penderitaan yang Disebabkan
Sistem Kapitalisme …………………………………………………………………………………….…….72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
3.4.3.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Penderitaan
yang Disebabkan Sistem Kapitalisme …………………………………….72
3.4.3.2 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Penderitaan yang Disebabkan Sistem Kapitalisme ……………………….73
3.4.3.3 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang
Bertopik Penderitaan yang Disebabkan Sistem Kapitalisme ……….……..73
3.4.4 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Kekerasan pada Marsinah
……………………………………………………………………………...74
3.4.4.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Kekerasan
pada Marsinah ……………………………………………………………..74
3.4.4.2 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Kekerasan pada Marsinah …………………………………………………75
3.4.5 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Perlawanan pada Penindasan
………………………………………………………………………..……75
3.4.5.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Perlawanan
pada Penindasan …………………………………………………...………76
3.4.5.2 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Perlawanan pada Penindasan ………………………………………………76
3.4.6 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Pemboman Rumah-Rumah
Ibadah ……………………………………………………………………...77
3.4.6.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Pemboman
Rumah-Rumah Ibadah ……………………………………………………..77
3.4.6.2 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Pemboman Rumah-Rumah Ibadah ………………………………………..78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
3.4.7 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Cara-Cara Penguasa
Menutupi Persoalan ……………………………………………………….78
3.4.7.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Cara-Cara
Penguasa Menutupi Persoalan …………………………………………….79
3.4.7.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Cara-
Cara Penguasa Menutupi Persoalan ………………………………………80
3.4.7.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Cara-
Cara Penguasa Menutupi Persoalan ………………………………….……80
3.4.8 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Penindasan pada Buruh,
Rakyat, dan Petani …………………………………………………………81
3.4.8.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Penindasan
pada Buruh, Rakyat, dan Petani ……………………………………………81
3.4.8.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Penindasan pada Buruh, Rakyat, dan Petani ………………………………81
3.4.9 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Konflik Sampit …………..82
3.4.9.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Konflik
Sampit ……………………………………………………………………...82
3.4.9.2 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Konflik Sampit …………………………………………………………….83
3.4.10 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Pembodohan dan Kekerasan
yang Dilakukan Penguasa ……………………………………………..…...84
3.4.10.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Pembodohan dan Kekerasan yang Dilakukan Penguasa ……..……………84
3.4.10.2 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Pembodohan dan Kekerasan yang Dilakukan Penguasa …………………..84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
3.5 Cinta .............................................................................................................. 85
3.5.1 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Ketidakmatangan dalam
Menyikapi Cinta …………………………………………………………...87
3.5.1.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Ketidakmatangan dalam Menyikapi Cinta ………………………………...87
3.5.1.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Ketidakmatangan dalam Menyikapi Cinta ……………………88
3.6 Stigma ........................................................................................................... 89
3.6.1 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Stigma …..............................90
3.6.1.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lagu yang Bertopik Stigma ………90
3.6.1.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal dalam Lagu yang Bertopik Stigma
……………………………………………………………………………..91
BAB IV PENUTUP …………………………………………………………………93
4.1 KESIMPULAN………………………………………………………………….93
4.2 SARAN ………………………………………………………………………….94
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….96
LAMPIRAN …………………………...……………………………………………98
BIOGRAFI ………………………………………………………………………...105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1: Penggolongan Tindak Tutur Berdasarkan Modus …………………………..8
Tabel 2: Lirik Bertopik Hukum ………………………………………......................14
Tabel 3: Lirik Bertopik Pendidikan ………………………………………...……….20
Tabel 4: Lirik Bertopik Kekerasan ………………………………………..... …..….23
Tabel 5: Lirik Bertopik Cinta …………………………………………………….....37
Tabel 6: Lirik Bertopik Stigma …………...………………………………………...39
Tabel 7: Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Hukum ………………......44
Tabel 8: Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Pendidikan ……………….51
Tabel 9: Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Kekerasan ………………..59
Tabel 10: Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Cinta ……………………85
Tabel 11: Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Stigma ….........................89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Marjinal berawal dari sebuah forum kebebasan berpendapat dan berekspresi
pada masa Soeharto masih menjabat sebagai presiden. Forum tersebut bernama Anti
Facist Racist Action (AFRA). Pada tahun 1997, dari forum tersebut, lahirlah sebuah
kelompok bermusik bernama Anti Military (AM) atau Anti ABRI (AA). Pada tahun
2001, kelompok bermusik tersebut berganti nama menjadi Marjinal.
Sejak awal terbentuk, Marjinal menyuarakan ide antifasisme. Marjinal telah
mengeluarkan beberapa album, yaitu Termarjinalkan (2003), “Predator” (2005),
“Partai Marjinal” (2009), “Sejajar” (2014), dan “Anti Facist and Racist Action”
(2016). Marjinal umumnya mengusung punk sebagai aliran bermusiknya.
Marjinal digawangi oleh Mike dan Bob, serta rekan-rekan dari Komunitas
Taring Babi. Komunitas Taring Babi adalah komunitas anak-anak punk. Marjinal
bersama Komunitas Taring Babi kerap mengadakan gig, diskusi, dan workshop
dengan prinsip DIY atau do it yourself.
Marjinal lebih kondang di kalangan aktivis ketimbang pecinta musik awam
karena beraliran punk dan berada di jalur independen. Selain itu, karena konten kritik
sosial yang diangkatnya. Marjinal sering mengangkat isu pelanggaran HAM,
perlawanan pada penguasa, korupsi, dan berbagai perjuangan orang tertindas. Berikut
disajikan contoh isu yang diangkat:
(1) (i) Natal berdarah 25 Desember di akhir tahun 2000
(ii) Banyak rakyat kecil yang jadi korban
(Marjinal, “Natal Berdarah”, 2003)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Tuturan (1i-ii) adalah contoh lirik lagu yang mengangkat isu kekerasan yaitu sebuah
kejadian pemboman beberapa gereja yang terjadi pada hari Natal tahun 2000 yang
menimbulkan banyak korban.
Selain topik yang diangkat, penelitian ini juga membahas tindak tutur yang
digunakan oleh Marjinal. Berikut disajikan contoh tindak tutur yang digunakan dalam
lirik lagu:
(2) Ooo Marsinah kau Termarjinalkan
(Marjinal, “Marsinah”, 2003)
Tuturan (2) adalah tuturan tidak langsung tidak literal. Dengan mempertimbangkan
aspek penutur adalah aktivis kemanusiaan dan mitra tutur adalah pejabat hukum;
konteksnya adalah kasus Marsinah tidak dilanjutkan sampai selesai; tujuan
tuturannya adalah menuntut penyelesaian kasus Marsinah.
Tuturan tersebut dikatakan tidak langsung karena menggunakan modus berita
untuk menyuruh, dalam hal ini pejabat hukum bukan Marsinah. Tuturan tersebut
dikatakan tidak literal karena kata-kata penyusunnya tidak sama dengan maksud
penuturnya. Kata „termarjinalkan‟ yang dimaksudkan penutur adalah „kasus yang
tidak terselesaikan‟. Tuturan (2), jika dituturkan secara langsung literal, tuturan ini
akan berbunyi, “Selesaikan kasus hukum Marsinah!”
Alasan peneliti memilih topik kritik dan tindak tutur dalam empat belas (14)
lirik lagu karya Marjinal dalam album Termarjinalkan adalah (i) belum ada
pembahasan linguistik pragmatik mengenai tindak tutur mengenai karya-karya
Marjinal, (ii) penelitian linguistik mengenai lirik lagu masih kurang diperhatikan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalan yang dibahas dalam penelitian
ini adalah:
1.2.1. Apa saja topik dalam lirik lagu karya Marjinal dalam album Termarjinalkan
tahun 2003?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
1.2.2. Bagaimana tindak tutur yang ada dalam lirik lagu karya Marjinal dalam album
Termarjinalkan tahun 2003?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:
1.3.1. Mendeskripsikan topik dalam lirik lagu karya Marjinal dalam album
Termarjinalkan tahun 2003.
1.3.2. Mendeskripsikan tindak tutur yang ada dalam lirik lagu karya Marjinal dalam
album Termarjinalkan tahun 2003.
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini adalah deskripsi topik dan tindak tutur pada lirik lagu
karya Marjinal dalam album Termarjinalkan tahun 2003. Hasil penelitian ini
memiliki manfaat teoretis dan manfaat praktis.
Manfaat teoretis hasil penelitian ini adalah menambah referensi kajian
pragmatik mengenai topik dan tindak tutur. Manfaat praktisnya adalah membantu
pembaca memahami isi lirik lagu karya Marjinal dalam album Termarjinalkan tahun
2003.
1.5 Tinjauan Pustaka
Nugraha (2015), dalam skripsinya yang berjudul “Hal-Hal yang Dikritik dan
Tindak Tutur Mengkritik dalam 16 Lagu Grup Musik Slank”, memaparkan berbagai
topik oleh Slank melalui lirik lagunya yang terwujud dan dikelompokkan ke dalam
empat jenis tindak tutur. Dalam penelitiannya, Nugraha memperoleh 5 topik dalam
lirik-lirik lagu Slank, yaitu (i) kekerasan dan kriminalitas, (ii) kerusakan lingkungan,
(iii) korupsi, (iv) prostitusi dan pergaulan bebas, dan (v) terorisme. Selain itu, dia
memaparkan interseksi tindak tutur yang terdapat dalam masing-masing topik yang
ditemukannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Nugroho (2017), dalam skripsinya “Kritik dan Tindak Tutur Mengkritik
Dalam Tiga Lagu Iwan Fals Versi Konser” memaparkan berbagai topik dalam lagu
Iwan Fals versi konser tahun 1978-2000. Dalam penelitiannya, Nugroho meneliti lagu
berjudul “Demokrasi Nasi”, “Semar Mendem”, dan “Kisah Sapi Malam”. Dia
menemukan kritik-kritik yang terdapat dalam ketiga lagu tersebut dan
mengelompokkannya ke dalam tiga tema, yaitu (i) hukum, (ii) ekonomi, dan (iii)
sosial. Dia menemukan sepuluh hal yang dikritik dalam lirik-liriknya, yaitu (i)
ketidakadilan pelaksanaan hukum, (ii) lemahnya penegakan hukum, (iii) pencitraan
pemerintah, (iv) tekanan oleh pemerintah, (v) intimidasi oleh pemerintah, (vi)
penyalahgunaan kekuasaan, (vii) mahalnya harga, (viii) prostitusi, (ix) kesenjangan
ekonomi, dan (x) kebohongan. Selain itu, dia memaparkan interseksi tindak tutur
yang terdapat dalam masing-masing topik yang ditemukannya.
Putra (2017), dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Wacana Kritik Sosial
Lirik lagu Marjinal – Negeri Ngeri”, meneliti penyampaian makna yang terdapat
dalam lagu berjudul Negeri Ngeri. Dia menerapkan teori semiotika menggunakan
metode kuantitatif untuk menjelaskan keterkaitan nilai-nilai moral kemasyarakatan
dan nilai-nilai ketuhanan yang terdapat dalam lirik lagu tersebut.
Harsini (2009), dalam skripsinya yang berjudul “Teknik Propaganda Dalam
Lirik Lagu Band Punk Marjinal”, meneliti berbagai teknik propaganda yang
digunakan band Marjinal. Dia menjelaskan pengertian dan teknik propaganda dan
hubungannya dengan punk. Dalam uraiannya, teknik propaganda yang digunakan
band Marjinal adalah teknik name calling, teknik testimonials, teknik plain folk,
teknik using all forms of persuations, dan teknik gabungan.
Ariesta (2013), dalam skripsinya yang berjudul “Ideologi dan Musik (Studi
Kasus Perjuangan Ideologi Anarkisme Melalui Karya Musik Marjinal), memaparkan
band Marjinal sebagai penyuara ideologi anarkisme. Dia menjelaskan bagaimana
ideologi anarkisme diartikulasikan dalam lagunya. Dia memaparkan penelitianya
dengan metode studi kasus. Dalam uraiannya, dia menceritakan subkultur punk dan
stigma anarkisme, lalu menjelaskan wacana yang dibentuk oleh Marjinal untuk
meluruskan pandangan masyarakat mengenai punk dan anarkisme.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Utomo (2016), dalam skripsinya yang berjudul “Wacana Kritik Sosial Korupsi
Dalam Lagu Hukum Rimba dan Kita Perangi Korupsi Karya Grup Musik Marjinal”,
menjelaskan musik sebagai media massa. Dia menggunakan critical discourse
analysis Norman Fairclough untuk menjelaskan berbagai kritik sosial dalam lagu
band Marjinal berjudul Hukum Rimba dan Kita Perangi Korupsi.
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, objek formal penelitian ini terkait
dengan penelitian pragmatik mengenai tindak tutur seperti yang telah dilakukan oleh
Nugraha dan Nugroho. Selain itu, objek material penelitian ini terkait dengan
penelitian kelompok bermusk Marjinal seperti yang telah dilakukan oleh Putra,
Harsini, Ariesta, dan Utomo.
1.6 Landasan Teori
Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai topik wacana, pragmatik, tindak
tutur, dan aspek tutur.
1.6.1 Topik Wacana
Baryadi (2002:54) menyatakan topik adalah perihal yang dibicarakan dalam
wacana. Hal ini berarti topik menjiwai seluruh bagian wacana dan topik
menyebabkan lahirnya wacana. Wacana berfungsi dalam proses komunikasi verbal
karena wacana akan lahir jika ada yang dibicarakan dan dapat digunakan sebagai alat
komunikasi jika mengandung sesuatu yang dibicarakan.
Dalam proses komunikasi, topik dalam wacana memiliki kedudukan yang
sangat penting. Kedudukan yang sangat penting ini bersangkutan dengan perannya
dalam memperlancar proses komunikasi. Perannya secara potensial dan dalam
permukaan tampak baik bagi pembicara atau penulis (pembuat wacana) maupun bagi
pendengar atau pembaca (penerima wacana). Bagi pembuat wacana, topik merupakan
informasi embrional dan informasi inti yang menjadi pangkal inspirasi untuk
mengungkapkannya secara verbal dalam struktur lahir yang berupa jenis wacana
tertentu. Bagi penerima wacana, topik adalah sesuatu yang dicari, diinterpretasikan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
dan dipahami serta ditanggapi. Topik menjadi arah utama seseorang untuk memahami
wacana (Baryadi, 2002:55).
Topik wacana yang terdapat dalam lirik lagu Marjinal dalam album
Termarjinalkan tahun 2003 akan dibahas pada Bab II.
1.6.2 Pragmatik
Menurut Morris (dalam Schiffrin, 2007), pragmatik adalah studi tentang
hubungan tanda-tanda dan interpreter. Dengan demikian, pragmatik adalah studi
tentang bagaimana interpreter menggunakan atau mengikutsertakan pemakai tanda
atau penerima tanda pada saat memaparkan (pengkronstruksian dari interpretan)
tanda itu sendiri. Tarigan (1986) memaparkan bahwa pragmatik menelaah ucapan-
ucapan khusus dalam situasi-situasi khusus dan terutama sekali memusatkan
perhatian pada aneka ragam cara yang merupakan wadah aneka konteks sosial
performansi bahasa dapat mempengaruhi tafsiran atau interpretasi. Menurut Parker
(1986:11), pragmatics is the study of how language is used to communicate.
Pragmatics is distict from grammar, which is the study of internal structure of
language.
Pragmatik adalah studi bagaimana bahasa digunakan. Dalam penelitian ini,
teori pragmatik digunakan untuk menentuka tindak tutur apa yang digunakan dalam
suatu ujaran.
1.6.3 Tindak Tutur
Teori tindak tutur bertujuan mengutarakan pada kita, bila kita mengemukakan
pertanyaan padahal yang dimaksud adalah menyuruh, atau bila kita mengatakan
sesuatu hal dengan intonasi khusus (sarkastis) padahal yang dimaksud justru
sebaliknya. (Tarigan, 1986) J. L. Austin membagi tindak tutur menjadi tiga jenis,
yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi.
Searle, dalam Wijana (1996:17), mengemukakan tiga jenis tindakan yang
diwujudkan oleh seorang penutur, yaitu tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1.6.4.1 Tindak Lokusi
Tindak lokusi adalah tidak tutur berfungsi menyatakan sesuatu. Wijana
(1996:17-18), mengutip Nababan, menyatakan bila diamati, konsep lokusi adalah
konsep yang berkaitan dengan proposisi kalimat. Kalimat, dalam hal ini dipandang
sebagai satuan yang terdiri dari subjek dan predikat. Berikut contoh tindak lokusi:
(3) Jari tangan jumlahnya lima
Tuturan (3) diutarakan semata-mata untuk menyampaikan sesuatu tanpa
tendensi untuk melakukan sesuatu, apalagi untuk memengaruhi lawan tuturnya.
1.6.4.2 Tindak Ilokusi
Tindak ilokusi terbentuk sebab sebuah tuturan tidak hanya menginformasikan
sesuatu, tetapi juga melakukan sesuatu sejauh situasi tuturnya dipertimbangkan secara
saksama. Tindak ilokusi sukar diidentifikasi karena terlebih dahulu harus
mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur, kapan, di mana dan sebagainya
tindak tutur terjadi. Dengan demikian tindak ilokusi merupakan bagian sentral
memahami tindak tutur (Wijana. 1996:19). Berikut contoh tindak ilokusi:
(4) Ujian sudah dekat.
Tuturan (4) mungkin dimaksudkan untuk menasihati agar lawan tutur tidak hanya
bepergian menghabiskan waktu sia-sia.
1.6.4.3 Tindak Perlokusi
Tindak perlokusi adalah daya pengaruh suatu tuturan bagi yang
mendengarnya (Wijana. 1996:19). Efek perlokusi pada tuturan (4) yang mungkin
diharapkan mitra tutur mempersiapkan diri menghadapi ujian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
1.6.4 Jenis-Jenis Tindak Tutur
Wijana (1996:29) mengemukakan empat jenis tindak tutur yang dibagi
menjadi dua kelompok berdasarkan modusnya (yaitu langsung dan tidak langsung)
dan maknanya (yaitu literal dan tidak literal).
1.6.4.1 Tindak Tutur Berdasarkan Modus
Berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat berita (deklaratif),
kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (imperatif).
Tabel 1: Penggolongan Tindak Tutur Berdasarkan Modus
Modus Tindak Tutur
Langsung Tidak langsung
Berita Memberitakan Menyuruh
Tanya Bertanya Menyuruh
Perintah Memerintah -
1.6.4.1.1Tindak Tutur Langsung
Tindak tutur langsung adalah tuturan yang menggunakan modusnya secara
konvensional. Dalam hal ini, kalimat berita digunakan untuk memberi tahu, kalimat
tanya untuk menanyakan sesuatu, dan kalimat perintah untuk menyatakan perintah,
ajakan, permintaan, dan permohonan. Contoh tindak tutur langsung:
(5) Rambutmu sudah panjang.
Tuturan (5) dapat mengandung arti yang sebenarnya, dan berfungsi untuk
menyatakan informasi secara langsung karena modusnya adalah kalimat berita.
1.6.4.1.2 Tindak Tutur Tidak Langsung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Tindak tutur tidak langsung adalah tuturan yang menggunakan modus berita
atau tanya untuk memerintah lawan tuturnya. Dalam hal ini, tuturan (5) dapat menjadi
tuturan tidak langsung bila diucapkan oleh ibu kepada anaknya. Tuturan (5)
merupakan tuturan tidak langsung dari “Potonglah rambutmu itu!”
1.6.4.2 Tindak Tutur Berdasarkan Makna
Berdasarkan maknanya, tindak tutur dibedakan menjadi tindak tutur literal dan
tindak tutur tidak literal.
1.6.4.2.1 Tindak Tutur Literal
Tindak tutur literal adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna
kata-kata yang menyusunnya. Berikut contoh tindak tutur literal:
(6) Penyanyi itu suaranya bagus.
Tuturan (6) bila diutarakan untuk maksud memuji atau mengagumi suara penyanyi
yang dibicarakan merupakan tindak tutur literal.
1.6.4.2.2 Tindak Tutur Tidak Literal
Tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama
dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Berikut contoh tindak tutur tidak literal:
(7) Suaramu bagus, (tapi tak usah menyanyi saja)
Maksud yang terkandung dalam tuturan (7) tidak sama dengan makna kata-kata yang
menyusunnya. Penutur memaksudkan suara mitra tuturnya tidak bagus dengan
mengatakan “tak usah menyanyi saja”. Tuturan (8) merupakan tindak tutur tidak
literal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
1.6.5 Interseksi Berbagai Jenis Tindak Tutur
Bila tindak tutur langsung dan tidak langsung diinterseksikan (digabungkan)
dengan tindak tutur literal dan tidak literal, didapatkan tindak tutur-tindak tutur
sebagai berikut: i) tindak tutur langsung literal, ii) tindak tutur tidak langsung literal,
iii) tindak tutur langsung tidak literal, iv) tindak tutur tidak langsung tidak literal.
1.6.5.1 Tindak Tutur Langsung Literal
Tindak tutur langsung literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan
modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya.
(8) Buka mulutmu!
Tuturan (8) adalah contoh tindak tutur langsung literal. Modus tuturannya sesuai dan
maknanya sama dengan maksud pengutaraannya yaitu menyuruh mitra tuturnya
membuka mulut.
1.6.5.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal
Tindak tutur tidak langsung literal adalah tindak tutur yang diungkapkan
dengan modus yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya, tetapi makna kata-
kata yang menyusunnya sesuai dengan apa yang dimaksudkan penutur.
(9) Lantainya kotor.
Tuturan (9) merupakan contoh tindak tutur tidak langsung literal. Modus tuturan (7)
adalah berita, sedangkan maksudnya sebagai perintah. Makna kata-katanya sesuai
dengan apa yang dimaksudkan. Dalam konteks ibu rumah tangga berbicara pada
pembantunya, tuturan (9) tidak hanya berisi informasi, tetapi juga perintah.
1.6.5.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Tindak tutur langsung tidak literal adalah tidak tutur yang diutarakan dengan
modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan tetapi kata-kata yang
menyusunnya tidak sesuai dengan yang dimaksudkan penutur.
(10) Kalau makan biar sopan, buka saja mulutmu!
Tuturan (10) adalah contoh tindak tutur langsung tidak literal. Modusnya sama
dengan maksud tuturan, sedangkan makna kata-katanya tidak sesuai dengan yang
dimaksudkan. Konteks tuturan (10) adalah penutur menyuruh mitra tuturnya menutup
mulut agar sopan.
1.6.5.4 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal
Tindak tutur tidak langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan
dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan maksud penutur.
(11) Lantainya bersih sekali.
Modus pada tuturan (11) tidak sesuai dan makna kata-katanya tidak sesuai dengan
maksud penutur. Pada tuturan (11) modusnya adalah berita, sedangkan maksudnya
sebagai perintah. Konteks tuturan (11) adalah penutur menyuruh pembantunya
membersihkan lantai yang kotor.
1.6.6 Aspek Situasi Tutur
Menurut Leech (1983:13), since pragmatics studies meaning in relation to
speech situation, reference to one or more of the following aspects of the spreech
situation will be criterion. Karena pragmatik mempelajari hubungan makna dengan
situasi tutur, ada beberapa aspek yang menjadi penentunya. Aspek-aspek tersebut
adalah (i) penutur dan lawan tutur, (ii) konteks tuturan, (iii) tujuan tuturan, (iv)
tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan (v) tuturan sebagai produk tindak
verbal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Dalam penelitian ini, aspek (i) penutur dan lawan tutur, (ii) konteks tuturan,
dan (iii) tujuan tuturan dijadikan sebagai patokan untuk menganalisis tindak tutur
yang dibahas pada Bab III.
1.7 Metode dan Teknik Penelitian
Dalam bagian ini dijelaskan metode dan teknik yang digunakan dalam
penelitian ini. Menurut Sudaryanto (2015:9) metode adalah cara yang harus
dilaksanakan, sedangkan teknik adalah cara melaksanakan metode. Penelitian ini
terbagi menjadi tiga tahap yaitu pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil
analisis data.
1.7.1 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dengan
teknik catat (Sudaryanto. 2015:203;205-208). Peneliti menyimak dengan cara
mendengarkan dan membaca lirik lagu karya Marjinal dalam album Termarjinalkan
tahun 2003, kemudian mencatat data yang diperlukan. Dalam penelitian ini, data-data
yang diperlukan adalah tuturan kunci yang merujuk pada konteks tertentu.
1.7.2 Metode Analisis Data
Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode padan
pragmatis. Menurut Sudaryanto (2015:17-18), metode padan adalah metode analisis
yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bahasa yang bersangkutan.
Metode padan pragmatis adalah metode padan yang alat penentunya adalah mitra
wicara. Bila orang sampai pada penentuan bahwa kalimat perintah ialah kalimat yang
bila diucapkan menimbulkan reaksi tindakan tertentu dari mitra wicaranya dan kata
afektif ialah kata yang bila diucapkan menimbulkan akibat emosional tertentu pada
mitra wicaranya maka orang yang bersangkutan berada dalam jalur kerja metode
padan pragmatis.
Dalam penelitian ini, tuturan-tuturan kunci yang telah didapat dianalisis
dengan teori pragmatik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data
Penyajian hasil analisis data akan dilakukan dengan metode informal dan
formal (Sudaryanto. 1993:145). Melalui metode informal, hasil analisis data akan
disajikan dengan kata-kata denotatif. Melalui metode formal, hasil analisis akan
disajikan dalam tabel.
1.8 Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah lirik lagu karya Marjinal dalam album
Termarjinalkan tahun 2003, yaitu: Marsinah, Cinta Pembodohan, Mahakebo, Godam
Rakyat, Manusia Bersenjata, Mayday, Bergerak, Natal Berdarah, Hukum Rimba,
Sampit, Lawan Diktator, Belajar Sama-Sama, Anarki Bukan Barbar, dan Politik
Kekuasaan.
1.9 Sistematika Penyajian
Hasil penelitian ini disusun menjadi lima bab. Bab I adalah pendahuluan yang
berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, landasan teori, metode dan teknik penelitian, sumber data, dan sistematika
penyajian. Bab II berisi klasifikasi dan uraian topik lirik lagu karya Marjinal dalam
album Termarjinalkan tahun 2003. Bab III berisi uraian tindak tutur dalam lirik lagu
karya Marjinal dalam album Termarjinalkan tahun 2003 yang dideskripsikan ke
dalam tindak tutur langsung literal, tidak langsung literal, tidak langsung literal, dan
tidak langsung tidak literal. Bab IV adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
Bagian kesimpulan berisi klasifikasi topik dalam lirik lagu karya Marjinal dalam
album Termarjinalkan tahun 2003 dan tindak tuturnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
BAB II
TOPIK DALAM LIRIK LAGU KARYA MARJINAL DALAM
ALBUM TERMARJINALKAN TAHUN 2003
2.1 Pengantar
Pada bab ini dibahas topik oleh Marjinal dalam lagu-lagunya. Topik-topik
tersebut meliputi: (i) hukum, (ii) pendidikan, (iii) kekerasan, (iv) cinta, dan (v)
stigma. Lagu yang bertopik hukum adalah “Hukum Rimba” dan “Marsinah”. Lagu
yang bertopik pendidikan adalah “Belajar Sama-Sama” dan “Mahakebo”. Lagu yang
bertopik kekerasan adalah “Bergerak”, “Godam Rakyat”, “Lawan Diktator”,
“Manusia Bersenjata”, “Marsinah”, “Mayday”, “Natal Berdarah”, “Politik
Kekuasaan”, “Sampit”. Lagu yang bertopik cinta adalah “Cinta Pembodohan”. Lagu
yang bertopik stigma adalah “Anarki Bukan Barbar”.
2.2 Hukum
Hukum adalah undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk mengatur
pergaulan hidup masyarakat; keputusan (pertimbangan) yang ditetapkan oleh hakim
(Sugono dkk. 2008:531). Lirik bertopik hukum terdapat dalam lagu “Hukum Rimba”
dan “Marsinah”. Topik spesifik dalam lagu “Hukum Rimba” adalah ketidakadilan
pelaksanaan hukum dan kendali hukum oleh orang berkuasa. Sementara pada lagu
“Marsinah”, topik spesifiknya adalah kasus hukum yang tidak terselesaikan. Berikut
pemaparannya:
Tabel 2: Lirik Bertopik Hukum
No. Judul Tuturan Kunci Topik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
12 Hukum Rimba (i) Hukum adalah lembah hitam
(ii) Tak mencerminkan keadilan
(iii) Maling-maling kecil dihakimi
(iv) Maling-maling besar dilindungi
(v) Di manakah adanya keadilan
bila masih memandang golongan
Ketidakadilan
pelaksanaan hukum
13 Hukum Rimba (i) Pengacara juri hakim jaksa masih
ternilai dengan angka (uang)
(ii) Hukum telah dikuasai oleh
orang-orang beruang
(iii) Hukum adalah permainan tuk
menjaga kekuasaan
(iv) Hukum adalah komoditas
(v) Barangnya para tersangka
(vi) Ada uang kau dimenangkan
(vii) Ga ada uang you say goodbye
(viii) Yang kuat selalu berkuasa
(ix) Yang lemah pasti merana
Kendali hukum oleh
orang berkuasa
14 Marsinah Ooo Marsinah kau termarjinalkan Kasus hukum tidak
terselesaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Topik spesifik dalam lagu “Hukum Rimba” adalah ketidakadilan pelaksanaan
hukum. Berikut lirik berisi topik ketidakadilan pelaksanaan hukum:
(12) (i) Hukum adalah lembah hitam
(ii) Tak mencerminkan keadilan
(iii) Maling-maling kecil dihakimi
(iv) Maling-maling besar dilindungi
(v) Di manakah adanya keadilan bila masih memandang golongan
(Marjinal, “Hukum Rimba”, 2003)
Pada tuturan (12i), frasa lembah hitam memiliki makna „lembah nista‟ (Sugono,
dkk. 2008:809). Tuturan (12i) menggambarkan „hukum sebagai sesuatu yang nista‟.
Gambaran kenistaan yang dimaksud dijelaskan pada tuturan selanjutnya (12ii-v).
Pada tuturan (12ii), kata mencerminkan memiliki makna „menggambarkan
keadaan‟ (Sugono, dkk. 2008:264). Jadi, tuturan (12ii) bermakna „tidak
menggambarkan keadilan‟.
Pada tuturan (12iii), terdapat frasa maling-maling kecil dan kata dihakimi. Frasa
maling-maling kecil mengacu pada „pencuri yang mengambil dalam jumlah sedikit‟.
Frasa maling-maling kecil terdiri dari kata maling dan kecil. Kata maling bermakna
„pencuri‟ (Sugono, dkk. 2008:868). Kata kecil bermakna „sedikit‟ (Sugono, dkk.
2008:644). Kata dihakimi bermakna „diadili‟ (bdk. Sugono, dkk. 2008:475). Jadi,
tuturan (12iii) bermakna „pencuri yang mengambil dalam jumlah sedikit diadili‟.
Pada tuturan (12iv), terdapat frasa maling-maling besar dan kata dilindungi.
Frasa maling-maling besar mengacu pada „pencuri yang mengambil dalam jumlah
banyak‟. Frasa maling-maling besar terdiri dari kata maling dan besar. Kata besar
bermakna „lebih dari ukuran sedang; lawan dari kecil‟ (Sugono, dkk. 2008:182). Kata
dilindungi bermakna „diselamatkan supaya terhindar dari marabahaya‟ (bdk. Sugono,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
dkk. 2008:830). Jadi, tuturan (12iv) bermakna „pencuri yang mengambil dalam
jumlah banyak diselamatkan dari marabahaya‟. Dalam hal ini, „marabahaya‟ mengacu
pada „pengadilan dan hukuman‟.
Pada tuturan (12v), terdapat frasa di manakah, kata memandang dan golongan.
Frasa di manakah adalah „kata tanya untuk menerangkan tempat‟ (Sugono, dkk.
2008:869). Kata memandang bermakna „melihat dan memperhatikan‟ (Sugono, dkk.
2008:1010). Kata golongan bermakna „kelompok‟ (Sugono, dkk. 2008:457). Tuturan
(12v) merupakan pertanyaan „di mana adanya keadilan bila masih memperhatikan
kelompok‟.
Topik spesifik lain dalam lagu “Hukum Rimba” adalah kendali hukum oleh
orang berkuasa. Berikut lirik berisi topik kendali hukum oleh orang berkuasa:
(13) (i) Pengacara juri hakim jaksa masih ternilai dengan angka (uang)
(ii) Hukum telah dikuasai oleh orang-orang beruang
(iii) Hukum adalah permainan tuk menjaga kekuasaan
(iv) Hukum adalah komoditas
(v) Barangnya para tersangka
(vi) Ada uang kau dimenangkan
(vii) Ga ada uang you say goodbye
(viii) Yang kuat selalu berkuasa
(ix) Yang lemah pasti merana
(Marjinal, “Hukum Rimba”, 2003)
Tuturan (13) berisi lirik bertopik kendali hukum oleh orang yang berkuasa.
Pada tuturan (13i), terdapat kata pengacara juri hakim jaksa yang merupakan „para
pejabat di bidang hukum‟ (bdk, Sugono, dkk. 2008:6;594;475;558). Jadi, tuturan
(13i) bermakna „para pejabat di bidang hukum masih ternilai dengan uang‟.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Pada tuturan (13ii), terdapat kata kunci dikuasai dan beruang. Kata dikuasai
bermakna „dipengaruhi oleh seseorang‟ (bdk. Sugono, dkk. 2008:745). Kata beruang
bermakna „mempunyai uang‟ (Sugono, dkk. 2008:1513). Jadi, tuturan (13ii)
bermakna „hukum telah dipengaruhi oleh orang-orang yang mempunyai uang.
Pada tuturan (13iii), terdapat kata kunci permainan dan menjaga. Kata
permainan bermakna „barang atau sesuatu yang dipermainkan‟ (Sugono, dkk.
2008:858). Kata menjaga bermakna „mempertahankan keselamatan‟ (Sugono, dkk.
2008:555). Jadi, tuturan (13iii) bermakna „hukum adalah barang yang dipermainkan
untuk mempertahankan keselamatan kekuasaan‟.
Pada tuturan (13iv), terdapat kata kunci komoditas. Kata komoditas bermakna
„barang dagangan utama‟ (Sugono, dkk. 2008:555). Jadi, tuturan (13iv) bermakna
„hukum adalah barang dagangan utama‟.
Pada tuturan (13v), terdapat kata barangnya dan tersangka. Kata barangnya
terdiri dari kata barang (Sugono, dkk. 2008:139) dan imbuhan -nya yang bermakna
„varian pronomina ia/dia dan pronomina benda yang menyatakan milik, pelaku, atau
penerima‟ (Sugono, dkk. 2008:791). Kata barangnya bermakna „barang milik (dia)‟.
Kata tersangka bermakna „diduga, dicurigai‟. Kata tersangka mengacu pada „orang
yang dicurigai melanggar hukum‟. Jadi, tuturan (13v) bermakna „hukum adalah
barang milik orang yang dicurigai melanggar hukum‟.
Pada tuturan (13vi), terdapat frasa ada uang, kata kau dan dimenangkan. Frasa
ada uang bermakna „mempunyai uang‟. „Mempunyai uang‟ mengacu pada „memberi
suap pada para pejabat hukum‟. Kata kau mengacu pada „tersangka‟. Kata
dimenangkan (bdk. Sugono, dkk. 2008:898) bermakna „dijadikan menang‟. Dalam
hal ini, „menang‟ yang dimaksud adalah „menang dalam pengadilan‟. Jadi, tuturan
(13vi) bermakna „tersangka yang memberi suap pada para pejabat hukum akan
dimenangkan.
Pada tuturan (13vii), terdapat frasa ga ada uang, kata you dan say goodbye.
Frasa ga ada uang bermakna „tidak punya uang‟. Kata you mengacu pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
„tersangka‟. Sedangkan kata say goodbye mengacu pada „kalah dalam pengadilan‟.
Dalam hal ini, „tidak punya uang‟ mengacu pada „tidak memberi uang suap pada para
pejabat hukum‟. Jadi, tuturan (13vii) bermakna „tersangka yang tidak memberi uang
suap pada para pejabar hukum akan kalah dalam pengadilan‟.
Pada tuturan (13viii), terdapat frasa yang kuat dan kata berkuasa. Frasa yang
kuat mengacu pada „orang yang memiliki pengaruh‟ (bdk. Sugono, dkk. 2008:746).
Pengaruh yang dimaksud adalah jabatan, kuasa, atau uang. Kata berkuasa bermakna
„mempunyai kuasa‟ (Sugono, dkk. 2008:746). Jadi, tuturan (13viii) bermakna „orang-
orang yang memiliki pengaruh selalu mempunyai kuasa‟.
Pada tuturan (13ix), terdapat frasa yang lemah dan kata merana. Frasa yang
lemah mengacu pada orang yang memiliki pengaruh‟ (bdk. Sugono, dkk. 2008:807).
Kata merana bermakna „selalu menderita sedih‟ (Sugono, dkk. 903). Jadi, tuturan
(13ix) bermakna „orang-orang yang tidak memiliki pengaruh pasti selalu menderita.
Topik spesifik dalam lagu “Marsinah” adalah kasus hukum yang tidak
terselesaikan. Berikut lirik berisi topik kasus hukum yang tidak terselesaikan:
(14) Ooo Marsinah kau termarjinalkan
(Marjinal, “Marsinah”, 2003)
Tuturan (14) berisi lirik bertopik tidak diselesaikannya suatu kasus hukum.
Pada tuturan (14), terdapat kata kunci termarjinalkan. Termarjinalkan mengacu pada
kata termarginalisasikan. Termarginalisasikan bermakna termarginalisasi.
Termarginalisasi bermakna „terkena pembatasan‟ (bdk. Sugono, dkk. 879).
Termarjinalkan mengacu pada „kasus Marsinah yang tidak diusut sampai selesai‟.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
2.3 Pendidikan
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan (bdk. Sugono dkk. 2008:352). Lirik bertopik pendidikan terdapat dalam
lagu “Belajar Sama-sama” dan “Mahakebo”. Topik spesifik dalam lagu “Belajar
Sama-sama” adalah pendidikan dalam masyarakat. Sementara pada lagu
“Mahakebo”, topik spesifiknya adalah gelar pendidikan yang hanya sebagai
formalitas. Berikut pemaparannya:
Tabel 3: Lirik Bertopik Pendidikan
No. Judul Tuturan Kunci Topik
15 Belajar Sama-
Sama
(i) Semua orang itu guru
(ii) Alam raya sekolahku
Pendidikan dalam
masyarakat
16 Mahakebo (i) Cobalah lihat ada yang wisuda
(ii) Yang disahkan menjadi seorang
sarjana
(iii) Tuk dapatkan formalitas saja
Gelar pendidikan yang
hanya sebagai
formalitas
Topik spesifik dalam lagu “Belajar Sama-Sama” adalah kasus pendidikan
dalam masyarakat. Berikut lirik berisi topik pendidikan dalam masyarakat:
(15) (i) Semua orang itu guru
(ii) Alam raya sekolahku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
(Marjinal, “Mahakebo”, 2003)
Tuturan (15) berisi lirik bertopik pendidikan dalam masyarakat. Pada tuturan (15i),
terdapat kata kunci guru. Kata guru bermakna „orang yang pekerjaannya mengajar‟
(Sugono, dkk. 2008:469). Jadi, tuturan (15i) bermakna „semua orang merupakan
orang yang mengajar‟.
Pada tuturan (15ii), terdapat kata kunci alam raya dan sekolahku. Kata alam
raya bermakna „jagat raya‟. Kata sekolahku terdiri dari kata sekolah yang bermakna
„bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan
memberi pelajaran‟ (Sugono, dkk. 2008:1244) dan imbuhan -ku yang bermakna
„(aku) pemilik‟ (Sugono, dkk. 2008:744). Jadi, tuturan (15ii) bermakna „jagat raya
adalah tempat si „aku‟ belajar dan mengajar‟.
Topik spesifik dalam lagu “Mahakebo” adalah gelar pendidikan yang hanya
sebagai formalitas. Berikut lirik berisi topik gelar pendidikan yang hanya sebagai
formalitas:
(16) (i) Cobalah lihat ada yang wisuda
(ii) Yang disahkan menjadi seorang sarjana
(iii) Tuk dapatkan formalitas saja
(Marjinal, “Mahakebo”, 2003)
Tuturan (16) berisi lirik bertopik gelar pendidikan yang hanya sebagai sebagai
formalitas. Pada tuturan (16i), terdapat kata kunci wisuda. Kata wisuda bermakna
„peresmian atau pelantikan yang dilakukan dengan upacara khidmat‟ (Sugono, dkk.
2008:1563).
Pada tuturan (16ii), terdapat kata kunci disahkan dan sarjana. Kata disahkan
bermakna „menjadikan (menyatakan, mengakui, dan sebagainya) sah‟ (bdk. Sugono,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
dkk. 2008:1200). Kata sarjana bermakna „gelar strata satu yang dicapai oleh
seseorang yang telah menamatkan pendidikan tingkat terakhir di perguruan tinggi‟.
Pada tuturan (16iii), terdapat kata dapatkan dan formalitas. Kata dapatkan
mengacu pada kata „memperoleh‟ (Sugono, dkk. 2008:293). Kata formalitas
bermakna „bentuk (peraturan, tata cara, prosedur, kebiasaan) yang berlaku‟ atau
„sekadar mengikuti tata cara‟ (Sugono, dkk. 2008:396).
2.4 Kekerasan
Kekerasan adalah perbuatan seseorang atau kelompok orang yang
menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau
barang orang lain; paksaan (bdk. Sugono dkk. 2008:698). Lirik bertopik kekerasan
terdapat dalam lagu “Bergerak”, “Godam Rakyat”, “Lawan Diktator”, “Manusia
Bersenjata”, “Marsinah”, “Mayday”, “Natal Berdarah”, “Politik Kekuasaan”,
“Sampit”.
Topik spesifik dalam lagu “Bergerak” adalah tatanan tanpa penindasan. Pada
lagu “Godam Rakyat”, topik spesifiknya adalah pemerasan pada rakyat. Pada lagu
“Lawan Diktator”, topik spesifiknya adalah penindasan pada rakyat. Pada lagu
“Manusia Bersenjata”, topik spesifiknya adalah penderitaan yang disebabkan sistem
kapitalisme. Pada lagu “Marsinah”, topik spesifiknya adalah kekerasan pada
Marsinah. Pada lagu “Mayday”, topik spesifiknya adalah perlawanan pada
penindasan. Pada lagu “Natal Berdarah”, topik spesifiknya adalah pemboman rumah-
rumah ibadah dan cara-cara penguasa menutupi persoalan. Pada lagu “Politik
Kekuasaan”, topik spesifiknya adalah penindasan pada buruh, rakyat, dan petani.
Pada lagu “Sampit”, topik spesifiknya adalah konflik Sampit dan pembodohan dan
kekerasan yang dilakukan penguasa. Berikut pemaparannya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Tabel 4: Lirik Bertopik Kekerasan
No. Judul Tuturan Kunci Topik
17 Bergerak (i) Bergerak bersama rakyat
tertindas
(ii) Membangun tatanan masyarakat
adil
(iii) Bila penindasan telah
dihancurkan
Tatanan tanpa
penindasan
18 Godam Rakyat (i) Banyak sekali rakyat yang jadi
korban
(ii) Hanya dijadikan sapi-sapi
perahan
(iii) Tanpa mengenal belas kasihan
(iv) Dijadikan alat mesin pengumpul
uang
Pemerasan pada rakyat
19 Lawan
Diktator
(i) Di bawah kaki penguasa yang
selalu menindas kita semua
(ii) Pengangguran kriminalitas dan
kesenjangan sosial
(iii) Pengekangan pembantaian lahir
dari penguasa
Penindasan pada
rakyat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
20 Manusia
Bersenjata
(i) Banyak orang yang menderita
(ii) Semuanya telah dikuasai
penguasa
(iii) Dengan manusia bersenjata
(iv) Sompret sistem negara Amerika
penderitaan yang
disebabkan sistem
kapitalisme
21 Marsinah (i) Ada darah rintih caci maki kau
hadapi
(ii) Hanya tetes darah dan air mata
yang kau terima
(iii) Ooo Marsinah matimu tak sia-
sia
Kekerasan pada
Marsinah
22 Mayday (i) Menghancurkan segala
penghisapan
(ii) Derap langkah kaum-kaum
pekerja
(iii) Menolak ditindas
Perlawanan pada
penindasan
23 Natal Berdarah (i) Natal berdarah 25 Desember di
akhir tahun 2000
(ii) Pemboman rumah-rumah ibadah
bermotifkan adu domba
(iii) Banyak rakyat kecil yang jadi
Pemboman rumah-
rumah ibadah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
korban
24 Natal Berdarah (i) Pemboman mengadu domba
sudah biasa
(ii) Perang SARA rekayasa
(iii) Rekayasa para penguasa
(iv) Inilah kebiadaban
(v) Metode lama selalu dia gunakan
menutupi persoalan
(vi) Black propaganda doktrinasi
rakyat terilusi
Cara-cara penguasa
menutupi persoalan
25 Politik
Kekuasaan
(i) Buruh ditindas
(ii) Rakyat ditindas
(iii) Petani ditindas
(iv) Politik mencari uang
(v) Politik tuk kekuasaan
Penindasan pada
buruh, rakyat, dan
petani
26 Sampit (i) Darah-darah berceceran
(ii) Bangkai-bangkai hitam
berserakan
(iii) Kobaran api tangisan jiwa
melengkapi jeritan di Sampit
Konflik Sampit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
(iv) Cobalah lihat di sana mati
(v) Pembantaian penjagalan
pembakaran
(vi) Tetesan air mata tak henti
membanjiri tanah di Sampit
(vii) Gemuruh genta kematian
menghantui tidur mereka
27 Sampit (i) Hentikan pembodohan yang
menciptakan banyak korban
(ii) Hentikan kekerasan yang telah
membunuh saudara-saudara kita
(iii) Diadu domba jadi alat tuk
penguasa
Pembodohan dan
kekerasan yang
dilakukan penguasa
Topik spesifik dalam lagu “Bergerak” adalah tatanan tanpa penindasan. Berikut
lirik berisi topik tatanan tanpa penindasan:
(17) (i) Bergerak bersama rakyat tertindas
(ii) Membangun tatanan masyarakat adil
(iii) Bila penindasan telah dihancurkan
(Marjinal, “Bergerak”, 2003)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Tuturan (17) berisi lirik bertopik tatanan tanpa penindasan. Pada tuturan (17i),
terdapat kata kunci bergerak dan tertindas. Kata bergerak bermakna „(mulai)
melakukan suatu usaha‟ (Sugono, dkk. 2008:443). Kata tertindas bermakna
„disengsarakan; teraniaya‟. Jadi, tuturan (17i) bermakna „mulai melakukan sesuatu
bersama rakyat yang teraniaya‟ (Sugono, dkk. 2008:1467).
Pada tuturan (17ii), terdapat kata kunci tatanan. Kata tatanan bermakna
„sistem‟ (Sugono, dkk. 2008:1410). Jadi, tuturan (17ii) bermakna „membangun sistem
masyarakat yang adil‟.
Pada tuturan (17iii), terdapat kata kunci bila dan penindasan. Kata bila
bermakna „kata tanya untuk menanyakan waktu‟ (Sugono, dkk. 2008:191). Kata
penindasan bermakna „proses, cara, perbuatan menindas‟ (Sugono, dkk. 2008:1467).
Jadi, tuturan (17iii) bermakna „sewaktu perbuatan menindas telah dihancurkan‟.
Topik spesifik dalam lagu “Godam Rakyat” adalah pemerasan pada rakyat.
Berikut lirik berisi topik pemerasan pada rakyat:
(18) (i) Banyak sekali rakyat yang jadi korban
(ii) Hanya dijadikan sapi-sapi perahan
(iii) Tanpa mengenal belas kasihan
(iv) Dijadikan alat mesin pengumpul uang
(Marjinal, “Godam Rakyat”, 2003)
Tuturan (18) berisi lirik bertopik pemerasan pada rakyat. Pada tuturan (18i), terdapat
kata kunci korban. Kata korban bermakna „orang, binatang, dan sebagainya yang
menjadi menderita (mati dan sebagainya) akibat suatu kejadian, perbuatan jahat, dan
sebagainya‟ (Sugono, dkk. 2008:733). Jadi, tuturan (18i) bermakna „banyak sekali
rakyat yang menjadi menderita akibat suatu kejadian‟.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Pada tuturan (18ii), terdapat idiom sapi-sapi perahan. Idiom sapi-sapi perahan
mengacu pada „orang yang diperas tenaganya (penghasilannya, dan sebagainya) oleh
orang lain; orang yang dimanfaatkan secara terus-menerus oleh orang lain‟ (Sugono,
dkk. 2008:1225). Jadi, tuturan (18ii) bermakna rakyat hanya dimanfaatkan secara
terus-menerus‟.
Pada tuturan (18iii), terdapat frasa belas kasihan. Frasa belas kasihan bermakna
„rasa belas dan kasihan‟ (Sugono, dkk. 2008:162). Jadi, tuturan (18ii) bermakna
„orang yang memanfaatkan rakyat tidak mengenal rasa belas dan kasih‟.
Pada tuturan (18iv), terdapat kata kunci alat dan mesin. Kata alat bermakna
„benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu‟ (Sugono, dkk. 2008:36). Kata mesin
bermakna „perkakas untuk menggerakkan atau membuat sesuatu yang dijalankan
dengan roda, digerakkan oleh tenaga manusia atau motor penggerak, menggunakan
bahan bakar minyak atau tenaga alam‟ (Sugono, dkk. 2008:906). Jadi, tuturan (18iv)
bermakna „rakyat dijadikan perkakas untuk mengumpulkan uang‟.
Topik spesifik dalam lagu “Lawan Diktator” adalah penindasan pada rakyat.
Berikut lirik berisi topik penindasan pada rakyat:
(19) (i) Di bawah kaki penguasa yang selalu menindas kita semua
(ii) Pengangguran kriminalitas dan kesenjangan sosial
(iii) Pengekangan pembantaian lahir dari penguasa
(Marjinal, “Lawan Diktator”, 2003)
Tuturan (19) berisi lirik bertopik penindasan pada rakyat. Pada tuturan (19i), terdapat
kata kunci menindas. Kata menindas bermakna „memperlakukan dengan sewenang-
wenang (dengan lalim, dengan kekerasan)‟ (Sugono, dkk. 2008:1467). Jadi, tuturan
(19i) bermakna „kita berada di bawah kaki penguasa yang selalu berlaku sewenang-
wenang‟.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Pada tuturan (19ii), terdapat kata kunci pengangguran, kriminalitas, dan
kesenjangan. Kata pengangguran bermakna „hal atau perbuatan menganggur‟
(Sugono, dkk. 2008:65). Kata menganggur bermakna „tidak bekerja‟ (Sugono, dkk.
2008:65). Kata kriminalitas bermakna „perbuatan yang melanggar hukum pidana‟
(Sugono, dkk. 2008:741). Kata kesenjangan bermakna „ketidakseimbangan‟ (Sugono,
dkk. 2008:1274).
Pada tuturan (19iii), terdapat kata kunci pengekangan, pembantaian, dan lahir.
Kata pengekangan bermakna „pembatasan kebebasan‟ (Sugono, dkk. 2008:650). Kata
pembantaian bermakna „proses, cara, perbuatan membantai‟ (Sugono, dkk.
2008:136). Kata lahir bermakna „keluar dari kandungan‟ atau „muncul di dunia
(masyarakat)‟ (Sugono, dkk. 2008:771). Jadi, tuturan (19ii-iii) bermakna
„pengangguran, kriminalitas, kesenjangan sosial, pengekangan, dan pembantaian
yang muncul dalam masyarakat berasal dari penguasa‟.
Topik spesifik dalam lagu “Manusia Bersenjata” adalah penderitaan yang
disebabkan sistem kapitalisme. Berikut lirik berisi topik penderitaan yang disebabkan
sistem kapitalisme:
(20) (i) Banyak orang yang menderita
(ii) Semuanya telah dikuasai penguasa
(iii) Dengan manusia bersenjata
(iv) Sompret sistem negara Amerika
(Marjinal, “Manusia Bersenjata”, 2003)
Tuturan (20) berisi lirik bertopik penderitaan yang disebabkan sistem
kapitalisme. Pada tuturan (20i), terdapat kata kunci menderita. Kata menderita
bermakna „menanggung sesuatu yang tidak menyenangkan‟ (Sugono, dkk.
2008:317).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Pada tuturan (20ii), terdapat kata kunci semuanya. Kata semuanya bermakna
„segala-galanya‟ (Sugono, dkk. 2008:1265). Pada tuturan (20iii), terdapat kata kata
kunci dengan dan bersenjata. Kata dengan bermakna „memakai (menggunakan)
suatu alat‟ (Sugono, dkk. 2008:312). Kata bersenjata bermakna „berlengkapkan
senjata‟ (Sugono, dkk. 2008:1274). Jadi, tuturan (20ii-iii) bermakna „segala-galanya
telah dikuasai penguasa menggunakan kekuatan orang-orang berlengkapkan senjata‟.
Pada tuturan (20iv), terdapat frasa sistem negara Amerika. Frasa sistem negara
Amerika mengacu pada „sistem kapitalisme‟.
Topik spesifik dalam lagu “Marsinah” adalah kekerasan pada Marsinah.
Berikut lirik berisi topik kekerasan pada Marsinah:
(21) (i) Ada darah rintih caci maki kau hadapi
(ii) Hanya tetes darah dan air mata yang kau terima
(iii) Ooo Marsinah matimu tak sia-sia
(Marjinal, “Marsinah”, 2003)
Tuturan (21) berisi lirik bertopik kekerasan pada Marsinah. Pada tuturan (21i),
terdapat kata kunci darah, rintih, caci maki, kau, dan hadapi. Kata darah, rintih, dan
caci maki mengacu pada „penderitaan‟. Kata kau mengacu pada „Marsinah‟. Kata
hadapi mengacu pada kata menghadapi. Kata „menghadapi‟ bermakna „mengalami‟
(Sugono, dkk. 2008:472).
Pada tuturan (21ii), terdapat frasa tetes darah dan air mata. Frasa tetes darah
dan air mata mengacu pada „penderitaan‟. Jadi, tuturan (21i-ii) bermakna „Marsinah
mengalami berbagai macam penderitaan‟.
Pada tuturan (21iii), terdapat kata kunci matimu. Kata matimu terdiri dari kata
mati yang bermakna „tidak hidup lagi‟ (Sugono, dkk. 2008:888) dan imbuhan -mu
yang mengacu pada „Marsinah‟.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Topik spesifik dalam lagu “Mayday” adalah kasus perlawanan pada
penindasan. Berikut lirik berisi topik perlawanan pada penindasan:
(22) (i) Menghancurkan segala penghisapan
(ii) Derap langkah kaum-kaum pekerja
(iii) Menolak ditindas
(Marjinal, “Mayday”, 2003)
Tuturan (22) berisi lirik bertopik perlawanan pada penindasan. Pada tuturan
(22i), terdapat kata kunci penghisapan. Kata penghisapan mengacu pada kata
pengisapan. Kata pengisapan mengacu pada „pengisapan yang menindas‟ (Sugono,
dkk. 2008:548). Jadi, tuturan (22i) bermakna „menghancurkan segala pengisapan
yang menindas‟.
Pada tuturan (22ii), terdapat idiom derap langkah. Idiom derap langkah
mengacu pada „usaha‟. Pada tuturan (22iii), terdapat kata ditindas. Kata ditindas
bermakna „diperlakukan dengan sewenang-wenang‟ (bdk. Sugono, dkk. 2008:1467).
Jadi, tuturan (22ii-iii) bermakna „usaha kaum-kaum pekerja menolak diperlakukan
dengan sewenang-wenang‟.
Topik spesifik dalam lagu “Natal Berdarah” adalah pemboman rumah-rumah
ibadah. Berikut lirik berisi topik pemboman rumah-rumah ibadah:
(23) (i) Natal berdarah 25 Desember di akhir tahun 2000
(ii) Pemboman rumah-rumah ibadah bermotifkan adu domba
(iii) Banyak rakyat kecil yang jadi korban
(Marjinal, “Natal Berdarah”, 2003)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Tuturan (23) berisi lirik bertopik pemboman rumah-rumah ibadah. Pada tuturan
(23i), terdapat kata kunci berdarah. Kata berdarah bermakna „mengeluarkan darah‟
(Sugono, dkk. 2008:294). Kata berdarah mengacu pada „peristiwa nahas‟. Tuturan
(23i) bermakna „sebuah peristiwa nahas terjadi pada hari Natal tanggal 25 Desember
2000‟.
Pada tuturan (23ii), terdapat kata kunci pemboman. Kata pemboman mengacu
pada kata pengeboman. Kata pengeboman terdiri dari kata bom dan imbuhan penge--
an. Kata bom bermakna „senjata peledak yang bentuknya seperti peluru besar yang
berisi bahan peledak‟. Imbuhan penge--an bermakna „proses, cara, perbuatan‟
(Sugono, dkk. 2008:1045). Kata pengeboman bermakna „penyerangan (penghancuran
dan sebagainya) dengan bom‟.
Pada tuturan (23iii), terdapat kata kunci korban. Kata korban bermakna „orang
yang menderita akibat suatu kejadian‟ (Sugono, dkk. 2008:733).
Topik spesifik lain dalam lagu “Natal Berdarah” adalah cara-cara penguasa
menutupi persoalan. Berikut lirik berisi topik cara-cara penguasa menutupi persoalan:
(24) (i) Pemboman mengadu domba sudah biasa
(ii) Perang SARA rekayasa
(iii) Rekayasa para penguasa
(iv) Inilah kebiadaban
(v) Metode lama selalu dia gunakan menutupi persoalan
(vi) Black propaganda doktrinasi rakyat terilusi
(Marjinal, “Natal Berdarah”, 2003)
Tuturan (24) berisi lirik bertopik cara-cara penguasa menutupi persoalan. Pada
tuturan (24i), terdapat idiom mengadu domba. Idiom mengadu domba bermakna
„menjadikan berselisih di antara pihak yang sepaham‟ (Sugono, dkk. 2008:12).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Pada tuturan (24ii-iii), terdapat kata kunci rekayasa. Kata rekayasa bermakna
„rencana jahat atau persekongkolan untuk merugikan dan sebagainya pihak lain‟
(Sugono, dkk. 2008:1157).
Pada tuturan (24iv), terdapat kata kunci inilah dan kebiadaban. Kata inilah
mengacu pada „rekayasa yang dilakukan penguasa‟. Kata kebiadaban bermakna „sifat
biadab (kejam)‟ (Sugono, dkk. 2008:194)
Pada tuturan (24v), terdapat frasa metode lama dan kata menutupi. Frasa
metode lama mengacu pada „rekayasa yang dilakukan penguasa‟. Kata menutupi
bermakna „menyelubungi‟ (Sugono, dkk. 2008:1510).
Pada tuturan (24vi), terdapat frasa black propaganda, kata doktrinasi dan
terilusi. Frasa black propaganda mengacu pada propaganda gelap. Propaganda
gelap bermakna „propaganda yang dilakukan untuk melemahkan moral‟ (bdk.
Sugono, dkk. 1106). Kata doktrinasi bermakna „pengajaran (tentang asas suatu aliran
politik)‟ (bdk. Sugono, dkk. 2008:338). Kata terilusi terdiri dari kata ilusi yang
bermakna „pengamatan yang tidak sesuai dengan pengindraan‟ (Sugono, dkk.
2008:526) dan imbuhan ter- yang bermakna „telah mengalami‟ (Sugono, dkk.
2008:1447).
Topik spesifik dalam lagu “Politik Kekuasaan” adalah penindasan pada buruh,
rakyat, dan petani. Berikut lirik berisi topik penindasan pada buruh, rakyat, dan
petani:
(25) (i) Buruh ditindas
(ii) Rakyat ditindas
(iii) Petani ditindas
(iv) Politik mencari uang
(v) Politik tuk kekuasaan
(Marjinal, “Politik Kekuasaan”, 2003)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Tuturan (25) berisi topik tentang penindasan pada buruh, rakyat, dan petani.
Pada tuturan (25i-iii), terdapat kata ditindas. Kata ditindas bermakna
„memperlakukan dengan sewenang-wenang‟ (bdk. Sugono, dkk. 2008:1467).
Pada tuturan (25iv), terdapat kata politik dan mencari. Kata politik bermakna
„cara bertindak; kebijakan‟ (Sugono, dkk. 2008:1091). Kata mencari bermakna
„berusaha mendapatkan‟ (Sugono, dkk. 2008:245).
Pada tuturan (25v), terdapat kata kekuasaan. Kata kekuasaan bermakna
„kemampuan orang atau golongan untuk menguasai orang atau golongan lain
berdasarkan kewibawaan, wewenang, karisma, atau kekuatan fisik (Sugono, dkk.
2008:746).
Topik spesifik dalam lagu “Sampit” adalah konflik Sampit. Berikut lirik berisi
topik konflik Sampit:
(26) (i) Darah-darah berceceran
(ii) Bangkai-bangkai hitam berserakan
(iii) Kobaran api tangisan jiwa melengkapi jeritan di Sampit
(iv) Cobalah lihat di sana mati
(v) Pembantaian penjagalan pembakaran
(vi) Tetesan air mata tak henti membanjiri tanah di Sampit
(vii) Gemuruh genta kematian menghantui tidur mereka
(Marjinal, “Sampit”, 2003)
Tuturan (26) berisi lirik bertopik konflik Sampit. Pada tuturan (27i), terdapat
kata darah dan berceceran. Kata darah bermakna „cairan berwarna merah yang
mengalir dalam pembuluh darah manusia atay binatang‟ (Sugono, dkk. 2008:317)
Kata berceceran bermakna „berjatuhan sedikit-sedikit dan berhamburan di tanah‟
(Sugono, dkk. 2008:249).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Pada tuturan (26ii), terdapat kata bangkai dan berserakan. Kata bangkai
bermakna „tubuh yang sudah mati‟ (Sugono, dkk. 2008:132). Kata berserakan
bermakna „berantakan; porak poranda; terletak tidak beraturan‟ (Sugono, dkk.
2008:1282).
Pada tuturan (26iii), terdapat frasa kobaran api, tangisan jiwa, dan kata jeritan.
Frasa kobaran api mengacu pada „peristiwa konflik yang terjadi di Sampit‟. Frasa
tangisan jiwa dan kata jeritan mengacu pada „penderitaan yang dirasakan korban‟.
Kata jeritan bermakna „teriakan‟ (Sugono, dkk. 2008:582).
Pada tuturan (26iv), terdapat kata mati. Kata mati bermakna „tidak hidup lagi‟
(Sugono, dkk. 2008:888).
Pada tuturan (26v), terdapat kata pembantaian, penjagalan, dan pembakaran.
Kata pembantaian bermakna „pembunuhan secara kejam dengan korban lebih dari
seseorang‟ (Sugono, dkk. 2008:136). Kata penjagalan bermakna „pembantaian‟
(Sugono, dkk. 2008:556). Kata pembakaran bermakna „perbuatan membakar‟
(Sugono, dkk. 2008:121).
Pada tuturan (26vi), terdapat kata air mata dan membanjiri. Kata air mata
mengacu pada „kesedihan yang dirasakan korban‟. Kata membanjiri bermakna
„menggenangi‟ (Sugono, dkk. 2008:135). Tuturan (26vi) bermakna „duka yang
dirasakan korban tidak henti-henti‟.
Pada tuturan (26vii), terdapat kata gemuruh, idiom genta kematian, dan kata
menghantui. Kata gemuruh bermakna „menderu-deru seperti bunyi guruh atau suara
ombak besar mengalun menepis pantai‟ (Sugono, dkk. 2008:438). Idiom genta
kematian mengacu pada „sesuatu yang mendatangkan maut‟. Kata menghantui
bermakna „mengusik‟ (Sugono, dkk. 2008:481). Tuturan (26vii) bermakna „sesuatu
yang mendatangkan maut mengusik tidur korban konflik Sampit‟
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Topik spesifik lain dalam lagu “Sampit” adalah pembodohan dan kekerasan
yang dilakukan penguasa. Berikut lirik berisi topik pembodohan dan kekerasan yang
dilakukan penguasa:
(27) (i) Hentikan pembodohan yang menciptakan banyak korban
(ii) Hentikan kekerasan yang telah membunuh saudara-saudara kita
(iii) Diadu domba jadi alat tuk penguasa
(Marjinal, “Sampit”, 2003)
Tuturan (27) berisi lirik bertopik pembodohan dan kekerasan yang dilakukan
penguasa. Pada tuturan (27i), terdapat kata pembodohan. Kata pembodohan
bermakna „proses, cara, perbuatan membodohkan‟ (Sugono, dkk. 2008:203).
Pada tuturan (27ii), terdapat kata kekerasan. Kata kekerasan bermakna
„perbuatan seseorang atau kelompok orang uang menyebabkan cedera atau matinya
orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain‟ (Sugono, dkk.
2008:677).
Pada tuturan (27iii), terdapat idiom diadu domba. Idiom diadu domba
bermakna „dijadikan berselisih di antara pihak yang sepaham‟ (bdk. Sugono, dkk.
2008:12).
2.5 Cinta
Cinta adalah suka sekali; terpikat (antara laki-laki dan perempuan) (Sugono
dkk. 2008:288). Lirik bertopik cinta terdapat dalam lagu “Cinta Pembodohan”. Topik
spesifik dalam lagu “Cinta Pembodohan” adalah ketidakmatangan dalam menyikapi
cinta. Berikut pemaparannya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Tabel 5: Lirik Bertopik Cinta
No. Judul Tuturan Kunci Topik
28 Cinta
Pembodohan
(i) Mati karena cinta stres karena
cinta
(ii) Sedikit-dikit cinta
(iii) Cinta pembodohan
(iv) Karena cinta membuat
manusia tak karuan
(v) Karena cinta itu berlebihan
(vi) Cinta itu rancu
(vii) Cinta adalah alat untuk gapai
keinginan
(viii) Mau ML atau mau jadi
presiden
(ix) Membunuh karena cinta cinta
cinta cinta ta
Ketidakmatangan dalam
menyikapi cinta
Topik spesifik dalam lagu “Cinta Pembodohan” adalah ketidakmatangan dalam
menyikapi cinta. Berikut lirik berisi topik ketidakmatangan dalam menyikapi cinta:
(28) (i) Mati karena cinta stres karena cinta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
(ii) Sedikit-dikit cinta
(iii) Cinta pembodohan
(iv) Karena cinta membuat manusia tak karuan
(v) Karena cinta itu berlebihan
(vi) Cinta itu rancu
(vii) Cinta adalah alat untuk gapai keinginan
(viii) Mau ML atau mau jadi presiden
(ix) Membunuh karena cinta cinta cinta cinta ta
(Marjinal, “Cinta Pembodohan”, 2003)
Tuturan (28) berisi lirik bertopik ketidakmatangan dalam menyikapi cinta. Pada
tuturan (28i), terdapat kata kunci mati, stres, dan cinta. Kata mati bermakna „tidak
hidup lagi‟ (Sugono, dkk. 2008:888). Kata stres bermakna „gangguan atau kekacauan
mental dan emosional yang disebabkan oleh faktor luar‟ (Sugono, dkk. 2008:1341).
Kata cinta bermakna „suka sekali‟ atau „terpikat‟ (Sugono, dkk. 2008:268). Jadi,
tuturan (28i) bermakna „kondisi mati dan atau kekacauan mental dan emosional yang
disebabkan oleh cinta‟.
Pada tuturan (28ii), terdapat kata sedikit-dikit. Kata sedikit-dikit mengacu pada
kata sedikit-sedikit. Kata sedikit-sedikit bermakna „setiap kali sedikit‟ atau „barang
sedikit‟ (Sugono, dkk. 2008:1239).
Pada tuturan (28iii), terdapat kata pembodohan. Kata pembodohan bermakna
„proses, cara, perbuatan membodohkan‟ (Sugono, dkk. 2008:203). Jadi, tuturan
(28iii) bermakna „cinta adalah cara membodohkan‟.
Pada tuturan (28iv), terdapat kata karuan. Kata karuan bermakna „pasti; tentu‟
(Sugono, dkk. 2008:629). Jadi, tuturan (28iv) bermakna „karena cinta membuat
manusia tidak tentu‟.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Pada tuturan (28v), terdapat kata berlebihan. Kata berlebihan bermakna „aneh-
aneh atau tidak sewajarnya (tentang tingkah laku)‟ (Sugono, dkk. 2008:801). Jadi,
tuturan (28v) bermakna „karena cinta itu tidak sewajarnya‟.
Pada tuturan (28vi), terdapat kata rancu. Kata rancu bermakna „tidak teratur;
campur aduk; kacau (tentang berpikir, berbahasa)‟ (Sugono, dkk. 2008:1139). Jadi,
tuturan (28vi) bermakna „cinta itu tidak teratur‟.
Pada tuturan (28vii), terdapat kata alat. Kata alat bermakna „yang dipakai untuk
mencapai maksud‟ (Sugono, dkk. 2008:36). Jadi, tuturan (28vii) bermakna „cinta
adalah sesuatu yang dipakai untuk mencapai keinginan‟.
Pada tuturan (28viii), terdapat kata ML dan presiden. Kata ML adalah singkatan
dari „making love‟ atau „bersanggama‟. Kata presiden mengacu pada kata „pejabat‟.
Jadi, tuturan (28viii) bermakna „cinta dapat dipakai untuk mencapai keinginan
bersanggama atau menjadi pejabat‟.
Pada tuturan (28ix), terdapat kata membunuh. Kata membunuh bermakna
„menghilangkan (menghabisi; mencabut) nyawa‟ (Sugono, dkk. 2008:225). Jadi,
tuturan (28ix) bermakna „cinta dapat dijadikan alasan untuk menghilangkan nyawa‟.
2.6 Stigma
Stigma adalah ciri negatif yang menempel pada pribadi seseorang karena
pengaruh lingkungannya (Badudu. 2003:332). Lirik bertopik stigma terdapat dalam
lagu “Anarki Bukan Barbar”. Topik spesifik dalam lagu “Anarki Bukan Barbar”
adalah stigma mengenai „anarki‟. Berikut pemaparannya:
Tabel 6: Lirik Bertopik Stigma
No. Judul Tuturan Kunci Topik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
29 Anarki Bukan
Barbar
(i) Sering kita mendengar
(ii) Anarkisme adalah suatu yang
menakutkan
(iii) Sebuah ancaman, bayangan
ketakutan
(iv) Anarkisme adalah suatu
kerusuhan
(v) Gerakan tak terorgan biang
kekerasan
(vi) Anarki bukan barbar
(vii) Anarki bukan vandal
(viii) Anarki adalah persamaan hak
(ix) Anarki adalah tanpa paksaan
(x) Penyamarataan hak sejahtera
bersama
Stigma mengenai
„anarki‟
Topik spesifik dalam lagu “Anarki Bukan Barbar” adalah stigma mengenai
„anarki‟. Berikut lirik berisi topik stigma mengenai „anarki‟:
(29) (i) Sering kita mendengar
(ii) Anarkisme adalah suatu yang menakutkan
(iii) Sebuah ancaman, bayangan ketakutan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
(iv) Anarkisme adalah suatu kerusuhan
(v) Gerakan tak terorgan biang kekerasan
(vi) Anarki bukan barbar
(vii) Anarki bukan vandal
(viii) Anarki adalah persamaan hak
(ix) Anarki adalah tanpa paksaan
(x) Penyamarataan hak sejahtera bersama
(Marjinal, “Anarki bukan Babar”, 2003)
Tuturan (29) berisi lirik bertopik stigma mengenai „anarki‟. Tuturan tersebut
terbagi menjadi 2 bagian, (29i-v) menceritakan stigma yang sering ditemui mengenai
„anarki yang rusuh dan kacau‟ dan (29vi-x) menceritakan „seperti apa seharusnya
anarki itu‟. Pada tuturan (29i), terdapat kata kunci mendengar. Kata mendengar
bermakna „mendapat kabar‟ (Sugono, dkk. 2008:312). Jadi, tuturan (29i) bermakna
„kita sering mendapat kabar‟.
Pada tuturan (29ii), terdapat kata kunci anarkisme dan menakutkan. Kata
anarkisme bermakna „ajaran (paham) yang menentang setiap kekuatan negara; teori
politik yang tidak menyukai adanya pemerintahan dan undang-undang‟ (Sugono, dkk.
2008:59). Kata menakutkan bermakna „menjadikan takut akan‟ (Sugono, dkk.
2008:1382). Jadi, tuturan (29ii) bermakna „anarkisme adalah sesuatu yang
menjadikan seseorang takut‟.
Pada tuturan (29iii), terdapat kata ancaman, bayangan, dan ketakutan. Kata
ancaman bermakna „usaha yang dilaksanakan secara konsepsional melalui tindak
politik dan atau kejahatan yang diperkirakan dapat membahayakan tatanan serta
kepentingan negara dan bangsa‟ (Sugono, dkk. 2008:60). Kata bayangan bermakna
bayang-bayang. Kata bayang-bayang bermakna „rupa (wujud) yang kurang jelas
dalam gelap‟ (Sugono, dkk. 2008:152). Kata ketakutan bermakna „kekhawatiran‟
(Sugono, dkk. 2008:1382). Jadi, tuturan (29iii) bermakna „anarkisme adalah sebuah
usaha yang membahayakan tatanan dan merupakan sesuatu yang mengkhawatirkan‟.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Pada tuturan (29iv), terdapat kata kerusuhan. Kata kerusuhan bermakna „huru-
hara‟. Jadi, tuturan (29iv) bermakna „anarkisme adalah suatu huru-hara‟ (Sugono,
dkk. 2008:1194).
Pada tuturan (29v), terdapat kata terorgan dan biang. Kata terorgan mengacu
pada kata terorganisasi. Kata terorganisasi bermakna „telah disusun dan diatur dalam
suatu kesatuan‟ (Sugono, dkk. 2008:988). Kata biang bermakna „asal mula‟. Jadi,
tuturan (29v) bermakna „anarkisme adalah gerakan yang tidak disusun dan diatur
dalam suatu kesatuan; anarkisme merupakan asal mula kekerasan‟ (Sugono, dkk.
2008:185).
Pada tuturan (29vi), terdapat kata barbar. Kata barbar bermakna „tidak
beradab‟ (Sugono, dkk. 2008:140). Jadi, tuturan (29vi) bermakna „anarki bukan tidak
beradab‟.
Pada tuturan (29vii), terdapat kata vandal. Kata vandal bermakna „orang yang
suka merusak dan menghancurkan secara kasar dan ganas‟ (Sugono, dkk. 2008:1544).
Jadi, tuturan (29vii) bermakna „anarki bukan orang atau sesuatu yang suka merusak
dan menghancurkan secara kasar dan ganas‟.
Pada tuturan (29viii), terdapat kata persamaan. Kata persamaan bermakna
„perihal mempersamakan (tingginya, tingkatnya, dan sebagainya)‟ (Sugono, dkk.
2008:1212). Jadi, tuturan (29viii) bermakna „anarki adala perihal mempersamakan
hak‟.
Pada tuturan (29ix), terdapat kata paksaan. Kata paksaan bermakna „desakan‟
(Sugono, dkk. 2008:1002). Jadi, tuturan (29ix) bermakna „anarki adalah tanpa
desakan‟.
Pada tuturan (29x), terdapat kata penyamarataan. Kata penyamarataan
bermakna „proses, cara, perbuatan menyamaratakan (menganggap sama rata)‟. Jadi,
tuturan (29x) bermakna „anarki adalah perbuatan menyamaratakan hak demi
kesejahteraan bersama‟.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
BAB III
TINDAK TUTUR DALAM LIRIK LAGU KARYA MARJINAL
DALAM ALBUM TERMARJINALKAN TAHUN 2003
3.1 Pengantar
Pada bab ini dibahas tindak tutur yang terdapat dalam lirik lagu karya Marjinal.
Setiap interseksi tindak tutur dibahas dengan pengelompokan berdasar topik umum
sebagaimana telah dibahas pada Bab II. Interseksi yang dibahas adalah langsung
literal, tidak langsung literal, langsung tidak literal, dan tidak langsung tidak literal.
Sedangkan kelompok topik umum yang akan dibahas adalah (i) hukum, (ii)
pendidikan, (iii) kekerasan, (iv) cinta, dan (v) stigma.
3.2 Hukum
Lagu “Hukum Rimba” yang bertopik ketidakadilan pelaksanaan hukum
ditujukan kepada pejabat hukum. Tindak tutur yang terdapat dalam “Hukum Rimba”
tersebut adalah tindak tutur langsung literal, tidak langsung literal, langsung tidak
literal, dan tidak langsung tidak literal.
Lagu “Hukum Rimba” juga bertopik kendali hukum oleh orang berkuasa yang
ditujukan untuk pejabat hukum. Tindak tutur yang terdapat dalam “Hukum Rimba”
adalah tindak tutur langsung literal, tidak langsung literal, dan langsung tidak literal.
Lagu “Marsinah” yang bertopik kasus hukum yang tidak terselesaikan
ditujukan kepada pejabat hukum. Dalam “Marsinah” terdapat tindak tutur tidak
langsung tidak literal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tabel 7: Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Hukum
No. Judul Persoalan Tuturan Kunci Tindak Tutur
30 Hukum
Rimba
Ketidakadilan
pelaksanaan
hukum
(i) Di manakah adanya
keadilan bila masih
memandang
golongan?
Langsung literal
(ii) Tak mencerminkan
keadilan
Tidak langsung
literal
(iii) Hukum adalah
lembah hitam
Langsung tidak
literal
(iv) Maling-maling kecil
dihakimi
(v) Maling-maling besar
dilindungi
Tidak langsung
tidak literal
31 Hukum
Rimba
Kendali
hukum oleh
orang
berkuasa
(i) Pengacara juri
hakim jaksa masih
ternilai dengan
angka (uang)
(ii) Hukum adalah
komoditas
(iii) Yang kuat selalu
berkuasa
Langsung literal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
(iv) Yang lemah pasti
merana
(v) Hukum telah
dikuasai oleh
orang-orang
beruang
(vi) Hukum adalah
permainan tuk
menjaga kekuasaan
Tidak langsung
literal
(vii) Barangnya para
tersangka
Langsung tidak
literal
32 Marsinah Kasus hukum
tidak
terselesaikan
Ooo Marsinah kau
termarjinalkan
Tidak langsung
tidak literal
3.2.1 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Ketidakadilan
Pelaksanaan Hukum
Pemaparan tindak tutur dalam lirik lagu yang bertopik ketidakadilan
pelaksanaan hukum berikut dibatasi dengan 3 aspek. Pertama, penutur adalah
penuntut ketegasan hukum dengan mitra tuturnya adalah pejabat hukum. Kedua,
konteksnya hukum tidak ditegakkan semestinya. Ketiga, tujuan tuturannya adalah
menuntut tegaknya hukum.
3.2.1.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Ketidakadilan Pelaksanaan Hukum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Berikut lirik yang bertopik ketidakadilan pelaksanaan hukum secara langsung
literal:
(30) (i) Di manakah adanya keadilan bila masih memandang golongan?
(Marjinal, “Hukum Rimba”, 2003)
Tuturan (30i) merupakan tindak tutur langsung literal. Tuturan tersebut
dikatakan langsung karena menggunakan modus tanya untuk menanyakan sesuatu.
Tuturan tersebut dikatakan literal karena makna kata-kata penyusunnya sama dengan
maksud penuturnya.
3.2.1.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Ketidakadilan Pelaksanaan Hukum
Berikut lirik yang bertopik ketidakadilan pelaksanaan hukum secara tidak
langsung literal:
(30) (ii) Tak mencerminkan keadilan
(Marjinal, “Hukum Rimba”, 2003)
Tuturan (30ii) merupakan tindak tutur tidak langsung literal. Tuturan tersebut
dikatakan tidak langsung karena menggunakan modus berita untuk menyuruh.
Tuturan tersebut dikatakan literal karena kata-kata penyusunnya sama dengan maksud
penuturnya. Dalam hal ini, tuturan ini bermaksud menyuruh „hukum mencerminkan
keadilan‟.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
3.2.1.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Ketidakadilan Pelaksanaan Hukum
Berikut lirik yang bertopik ketidakadilan pelaksanaan hukum secara langsung
tidak literal:
(30) (iii) Hukum adalah lembah hitam
(Marjinal, “Hukum Rimba”, 2003)
Tuturan (30iii) merupakan tindak tutur langsung tidak literal. Tuturan tersebut
dikatakan langsung karena menggunakan modus berita untuk menyatakan sesuatu.
Tuturan tersebut dikatakan tidak literal karena frasa „lembah hitam‟ tidak sesuai
dengan maksud penuturnya. Frasa „lembah hitam‟ yang dimaksud penutur adalah
„keadaan hukum yang tidak adil‟.
3.2.1.4 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang
Bertopik Ketidakadilan Pelaksanaan Hukum
Berikut lirik yang bertopik ketidakadilan pelaksanaan hukum secara tidak
langsung tidak literal:
(30) (i) Maling-maling kecil dihakimi
(ii) Maling-maling besar dilindungi
(Marjinal, “Hukum Rimba”, 2003)
Tuturan (30iv-v) merupakan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Tuturan
tersebut dikatakan tidak langsung karena menggunakan modus berita untuk
menyuruh. Tuturan tersebut dikatakan tidak literal karena frasa „maling-maling kecil‟
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
dan „maling-maling besar‟ tidak sesuai dengan makna yang dimaksudkan penutur.
Frasa „maling-maling kecil‟ yang dimaksud penutur adalah „pelanggar hukum
ringan‟. Frasa „maling-maling besar‟ yang dimaksud penutur adalah „pelanggar
hukum berat‟. Jika tuturan ini disampaikan secara langsung literal, tuturan ini akan
berbunyi, “Perlakukan secara adil pelanggar hukum baik ringan maupun berat!”
3.2.2 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Kendali Hukum oleh
Orang Berkuasa
Pemaparan tindak tutur dalam lirik lagu yang bertopik kendali hukum oleh
orang berkuasa berikut dibatasi dengan 3 aspek. Pertama, penutur adalah penuntut
ketegasan hukum dengan mitra tuturnya adalah pejabat hukum. Kedua, konteksnya
pejabat hukum telah disuap agar menguntungkan tersangka. Ketiga, tujuan tuturannya
adalah menuntut tegaknya hukum.
3.2.2.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Kendali
Hukum oleh Orang Berkuasa
Berikut lirik yang bertopik kendali hukum oleh orang berkuasa secara langsung
literal:
(31) (i) Pengacara juri hakim jaksa masih ternilai dengan angka (uang)
(ii) Hukum adalah komoditas
(iii) Yang kuat selalu berkuasa
(iv) Yang lemah pasti merana
(Marjinal, “Hukum Rimba”, 2003)
Tuturan (31i-iv) merupakan tindak tutur langsung literal. Tuturan tersebut
dikatakan langsung karena menggunakan modus berita untuk menyampaikan sesuatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Tuturan tersebut dikatakan literal karena kata-kata penyusunnya sama dengan maksud
penutur.
3.2.2.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang
Bertopik Kendali Hukum oleh Orang Berkuasa
Berikut lirik yang bertopik kendali hukum oleh orang berkuasa secara tidak
langsung tidak literal:
(31) (v) Hukum telah dikuasai oleh orang-orang beruang
(vi) Hukum adalah permainan tuk menjaga kekuasaan
(Marjinal, “Hukum Rimba”, 2003)
Tindak tutur (31v-vi) merupakan tindak tutur tidak langsung literal. Tuturan
tersebut dikatakan tidak langsung karena menggunakan modus berita untuk
menyuruh. Tuturan tersebut dikatakan langsung karena kata-kata penyusunnya sama
dengan maksud penutur. Jika tuturan (31v) disampaikan secara langsung literal,
tuturannya akan menjadi „jangan biarkan hukum dikuasai orang-orang beruang‟.
Sedangkan, jika tuturan (31vi) disampaikan secara langsung, tuturannya akan
berbunyi, “Jangan biarkan hukum menjadi permainan untuk menjaga kekuasaan!”
3.2.2.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Kendali Hukum oleh Orang Berkuasa
Berikut lirik yang bertopik kendali hukum oleh orang berkuasa secara langsung
tidak literal:
(31) (vii) Barangnya para tersangka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
(Marjinal, “Hukum Rimba”, 2003)
Tuturan (31vii) merupakan tindak tutur langsung tidak literal. Tuturan tersebut
dikatakan langsung karena menggunakan modus berita untuk menyampaikan sesuatu.
Tuturan tersebut dikatakan tidak literal karena kata-kata penyusunnya tidak sama
dengan maksud penutur. Kata „barangnya‟ yang dimaksud penutur adalah „hukum
yang telah dikuasai‟. Kata „para tersangka‟ yang dimaksud penutur adalah „orang-
orang yang telah menyuap pejabat hukum‟.
3.2.3 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Kasus Hukum Tidak
Terselesaikan
Pemaparan tindak tutur dalam lirik lagu yang bertopik kasus hukum tidak
terselesaikan berikut dibatasi dengan 3 aspek. Pertama, penutur adalah penuntut
ketegasan hukum dengan mitra tuturnya adalah pejabat hukum. Kedua, konteksnya
kasus Marsinah tidak dilanjutkan sampai selesai. Ketiga, tujuan tuturannya adalah
menuntut penyelesaian kasus Marsinah.
3.2.3.1 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang
Bertopik Kasus Hukum Tidak Terselesaikan
Berikut lirik yang bertopik kasus hukum tidak terselesaikan secara tidak
langsung tidak literal:
(32) Ooo Marsinah kau termarjinalkan
(Marjinal, “Marsinah”, 2003)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tuturan (32) merupakan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Tuturan
tersebut dikatakan tidak langsung karena menggunakan modus berita untuk
menyuruh, dalam hal ini pejabat hukum bukan Marsinah. Tuturan tersebut dikatakan
tidak literal karena kata-kata penyusunnya tidak sama dengan maksud penuturnya.
Kata „termarjinalkan‟ yang dimaksudkan penutur adalah „kasus yang tidak
terselesaikan‟. Tuturan (32), jika dituturkan secara langsung literal, tuturan ini akan
berbunyi, “Selesaikan kasus hukum Marsinah!”
3.3 Pendidikan
Lagu “Belajar Sama-Sama” yang bertopik pendidikan dalam masyarakat
ditujukan kepada orang yang fanatik pada sekolah formal. Tindak tutur yang terdapat
dalam “Belajar Sama-Sama” adalah tindak tutur langsung literal, tidak langsung
literal, dan tidak langsung tidak literal.
Lagu “Mahakebo” yang bertopik gelar pendidikan yang hanya sebagai
formalitas ditujukan kepada orang yang menjalani pendidikan hanya untuk
formalitas. Tindak tutur yang terdapat dalam “Mahakebo” adalah tindak tutur
langsung literal, tidak langsung literal, langsung tidak literal, dan tidak langsung tidak
literal.
Tabel 8: Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Pendidikan
No. Judul Persoalan Tuturan Kunci Tindak Tutur
33 Belajar Sama-
Sama
Pendidikan
dalam
masyarakat
(i) Belajar sama-sama
(ii) Bertanya sama-sama
(iii) Kerja sama-sama
Langsung literal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
(iv) Sejahteralah
bangsaku
(v) Semua orang itu guru Tidak langsung
literal
(vi) Alam raya sekolahku Tidak langsung
tidak literal
34 Mahakebo Gelar
pendidikan
yang hanya
sebagai
formalitas
(i) Cobalah lihat ada
yang wisuda
(ii) Yang disahkan
menjadi seorang
sarjana
(iii) Tolong kau jelaskan
beri penjelasan
(iv) Kau tak boleh begini
kau tak boleh
begitu
(v) Kau harus begini kau
harus begitu
Langsung literal
(vi) Tuk dapatkan
formalitas saja
Tidak langsung
literal
(vii) Cobalah lihat ada
seekor kerbau
(viii) Yang ditarik
Langsung tidak
literal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
dicucuk hidungnya
(ix) Dia hanya menurut
saja
Tidak langsung
tidak literal
3.3.1 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Pendidikan dalam
Masyarakat
Pemaparan tindak tutur dalam lirik lagu yang bertopik pendidikan dalam
masyarakat berikut dibatasi dengan 3 aspek. Pertama, penutur adalah pemerhati
pendidikan dengan mitra tuturnya adalah pelajar. Kedua, konteksnya pendidikan
hanya dipahami sebagai belajar di sekolah formal dengan guru yang juga formal.
Ketiga, tujuan tuturannya adalah memperluas pemahaman mengenai pendidikan
bahwa tempat belajar adalah di segala tempat dan semua orang bisa mengajarkan
ilmu dan pengalamannya sehingga bisa juga disebut guru.
3.3.1.1 Tindak Tutur Langsung Literal Dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Pendidikan dalam Masyarakat
Berikut lirik yang bertopik pendidikan dalam masyarakat secara langsung
literal:
(33) (i) Belajar sama-sama
(ii) Bertanya sama-sama
(iii) Kerja sama-sama
(iv) Sejahteralah bangsaku
(Marjinal, “Belajar Sama-Sama”, 2003)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tuturan (33i-iv) merupakan tindak tutur langsung literal. Tuturan tersebut
dikatakan langsung karena menggunakan modus berita untuk menyampaikan sesuatu.
Tuturan tersebut dikatakan literal karena makna kata-kata penyusunnya sama dengan
maksud penutur.
3.3.1.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Pendidikan dalam Masyarakat
Berikut lirik yang bertopik pendidikan dalam masyarakat secara tidak langsung
literal:
(33) (v) Semua orang itu guru
(Marjinal, “Belajar Sama-Sama”, 2003)
Tuturan (33v) merupakan tindak tutur tidak langsung literal. Tuturan tersebut
dikatakan tidak langsung karena menggunakan modus berita untuk menyuruh.
Tuturan tersebut dikatakan literal karena makna kata-kata penyusunnya sama dengan
maksud penutur. Tuturan (33v) dimaksudkan penutur untuk menyuruh orang
menganggap semua orang adalah guru. Jika tuturan (33v) disampaikan secara
langsung literal, tuturan tersebut akan berbunyi, “Anggap semua orang itu guru!”
3.3.1.3 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang
Bertopik Pendidikan dalam Masyarakat
Berikut lirik yang bertopik pendidikan dalam masyarakat secara tidak langsung
tidak literal:
(33) (vi) Alam raya sekolahku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
(Marjinal, “Belajar Sama-Sama”, 2003)
Tuturan (33vi) merupakan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Tuturan
tersebut dikatakan tidak langsung karena menggunakan modus berita untuk
menyuruh. Tuturan tersebut dikatakan tidak literal karena makna kata-kata
penyusunnya tidak sama dengan maksud penutur. Kata „sekolah‟ yang dimaksud
penutur adalah „tempat belajar‟ bukan „bangunan atau lembaga yang secara formal
digunakan untuk belajar-mengajar‟.
3.3.2 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Gelar Pendidikan yang
Hanya Sebagai Formalitas
Pemaparan tindak tutur dalam lirik lagu yang bertopik gelar pendidikan yang
hanya sebagai formalitas berikut dibatasi dengan 3 aspek. Pertama, penutur adalah
pemerhati pendidikan dengan mitra tuturnya adalah pelajar. Kedua, konteksnya gelar
dianggap hanya formalitas. Ketiga, tujuan tuturannya adalah memperluas pemahaman
mengenai pendidikan bukan hanya untuk memenuhi formalias saja.
3.3.2.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Gelar
Pendidikan yang Hanya Sebagai Formalitas
Berikut lirik yang bertopik gelar pendidikan yang hanya sebagai formalitas
secara langsung literal:
(34) (i) Cobalah lihat ada yang wisuda
(ii) Yang disahkan menjadi seorang sarjana
(iii) Tolong kau jelaskan beri penjelasan
(iv) Kau tak boleh begini kau tak boleh begitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
(v) Kau harus begini kau harus begitu
(Marjinal, “Mahakebo”, 2003)
Tuturan (34i-v) merupakan tindak tutur langsung literal. Tuturan tersebut
dikatakan langsung karena menggunakan modus perintah untuk menyuruh dan modus
berita untuk menyampaikan sesuatu. Tuturan tersebut dikatakan literal karena makna
kata-kata penyusunnya sama dengan maksud penutur.
3.3.2.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Gelar Pendidikan yang Hanya Sebagai Formalitas
Berikut lirik yang bertopik gelar pendidikan yang hanya sebagai formalitas
secara tidak langsung literal:
(34) (vi) Tuk dapatkan formalitas saja
(Marjinal, “Mahakebo”, 2003)
Tuturan (34vi) merupakan tindak tutur tidak langsung literal. Tuturan tersebut
dikatakan tidak langsung karena menggunakan modus berita untuk menyuruh.
Tuturan tersebut dikatakan literal karena makna kata-kata penyusunnya sama dengan
maksud penutur. Jika tuturan (34vi) disampaikan secara langsung literal, tuturan
tersebut akan berbunyi, “Jangan hanya untuk mendapat formalitas saja!”
3.3.2.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Gelar Pendidikan yang Hanya Sebagai Formalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Berikut lirik yang bertopik gelar pendidikan yang hanya sebagai formalitas
secara tidak langsung tidak literal:
(34) (vii) Cobalah lihat ada seekor kerbau
(viii) Yang ditarik dicucuk hidungnya
(Marjinal, “Mahakebo”, 2003)
Tuturan (34vii-viii) merupakan tindak tutur langsung tidak literal. Tuturan
tersebut dikatakan langsung karena menggunakan modus perintah untuk menyuruh
dan modus berita untuk memberi tahu. Tuturan tersebut dikatakan tidak literal karena
makna kata-kata penyusunnya tidak sama dengan maksud penutur. Kata „kerbau yang
ditarik dicucuk hidungnya‟ yang dimaksudkan penutur adalah „orang yang mendapat
gelar hanya untuk fomalitas‟.
3.3.2.4 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang
Bertopik Gelar Pendidikan yang Hanya Sebagai Formalitas
Berikut lirik yang bertopik gelar pendidikan yang hanya sebagai formalitas
secara tidak langsung tidak literal:
(34) (ix) Dia hanya menurut saja
(Marjinal, “Mahakebo”, 2003)
Tuturan (34ix) merupakan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Tuturan
tersebut dikatakan tidak langsung karena menggunakan modus berita untuk
menyuruh. Tuturan tersebut dikatakan tidak literal karena makna kata-katanya tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
sama dengan maksud penutur. Kata „dia‟ pada lirik lagu mengacu pada „kerbau‟,
sedangkan „dia‟ yang dimaksud penutur adalah „orang yang mendapat gelar hanya
untuk fomalitas‟. Jika tuturan (34ix) disampaikan secara langsung literal, tuturannya
akan berbunyi, “Jangan hanya menuruti formalitas saja!”
3.4 Kekerasan
Lagu “Bergerak” yang bertopik tatanan tanpa penindasan ditujukan kepada
penggerak tatanan adil dan sejahtera. Tindak tutur yang terdapat dalam “Bergerak”
adalah tindak tutur langsung literal, tidak langsung literal dan tidak langsung tidak
literal.
Lagu “Godam Rakyat” yang bertopik penindasan pada rakyat ditujukan kepada
pengumpul uang yang menindas rakyat. Tindak tutur yang terdapat dalam “Godam
Rakyat” adalah tindak tutur langsung literal dan tidak langsung tidak literal.
Lagu “Lawan Diktator” yang bertopik penindasan pada rakyat ditujukan kepada
penggerak perlawanan penindasan. Tindak tutur yang terdapat dalam “Lawan
Diktator” adalah tindak tutur langsung literal, tidak langsung literal, langsung tidak
literal, dan tidak langsung literal.
Lagu “Manusia Bersenjata” yang bertopik penderitaan yang disebabkan sistem
kapitalisme ditujukan kepada tiran kapitalis. Tindak tutur yang terdapat dalam
“Manusia Bersenjata” adalah tindak tutur langsung literal, langsung tidak literal, dan
tidak langsung tidak literal
Lagu “Marsinah” yang bertopik kekerasan pada Marsinah ditujukan kepada
masyarakat umum. Tindak tutur yang terdapat dalam “Marsinah” adalah tindak tutur
langsung literal dan langsung tidak literal.
Lagu “Mayday” yang bertopik perlawanan pada penindasan ditujukan kepada
penggerak kaum pekerja. Tindak tutur yang terdapat dalam “Mayday” adalah tindak
tutur langsung literal dan langsung tidak literal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Lagu “Natal Berdarah” yang bertopik pemboman rumah-rumah ibadah
ditujukan kepada masyarakat umum. Tindak tutur yang terdapat dalam “Natal
Berdarah” adalah tindak tutur langsung literal dan langsung tidak literal.
Lagu “Natal Berdarah” yang bertopik cara-cara penguasa menutupi persoalan
ditujukan kepada pengadu domba. Tindak tutur yang terdapat dalam “Natal
Berdarah” adalah tindak tutur langsung literal dan langsung tidak literal.
Lagu “Politik Kekuasaan” yang bertopik penindasan pada buruh, rakyat, dan
petani ditujukan kepada penindas rakyat. Tindak tutur yang terdapat dalam “Politik
Kekuasaan” adalah tindak tutur langsung literal dan tidak langsung literal.
Lagu “Sampit” yang bertopik konflik Sampit ditujukan kepada masyarakat
umum. Tindak tutur yang terdapat dalam “Sampit” adalah tindak tutur langsung
literal dan langsung tidak literal.
Lagu “Sampit” yang bertopik pembodohan dan kekerasan yang dilakukan
penguasa ditujukan kepada pengadu domba. Tindak tutur yang terdapat dalam
“Sampit” adalah tindak tutur langsung literal dan langsung tidak literal.
Tabel 9: Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Kekerasan
No. Judul Persoalan Tuturan Kunci Tindak Tutur
35 Bergerak Tatanan
tanpa
penindasan
(i) Rakyat menang
semua pasti senang
(ii) Bila penindasan telah
dihancurkan
(iii) Buruh senang petani
juga senang
(iv) Mahasiswa dan kaum
Langsung literal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
miskin kota
(v) Bergerak bersama
rakyat tertindas
(vi) Bergerak bersama
(vii) Membangun tatanan
masyarakat yang
adil
(viii) Sejahtera bersama
(ix) Untuk kita semua
Tidak langsung
literal
(x) Menunaikan tugas
suci yang mulia
Tidak langsung
tidak literal
36 Godam
Rakyat
Penindasan
pada rakyat
(i) Banyak sekali rakyat
yang jadi korban
(ii) Tanpa mengenal
belas kasihan
Langsung literal
(iii) Hanya dijadikan sapi-
sapi perahan
(iv) Dijadikan alat mesin
pengumpul uang
Tidak langsung
tidak literal
37 Lawan Penindasan (i) Pengangguran
kriminalitas dan
Langsung literal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Diktator pada rakyat kesenjangan sosial
(ii) Pengekangan
pembantaian lahir
dari penguasa
(iii) Bangkitlah wahai kau
pemuda
(iv) Jangan lagi dibodohi
penguasa
(v) Kobarkan semangat
perlawanan demi
semua cita-cita
mulia
(vi) Pembebasan rakyat
tertindas dari
belenggu penguasa
(vii) Rapatkan barisan
kepalkan tangan
yakinkan satu tujuan
(viii) Sadarkah wahai kau
pemuda?
Tidak langsung
literal
(ix) Lawan diktator lawan
penghisap
(x) Lawan pemeras
lawan perampas
Langsung tidak
literal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
lawan
(xi) Bahwa jiwa kita
terpenjara
(xii) Di bawah kaki
penguasa yang
selalu menindas kita
semua
Tidak langsung
tidak literal
38 Manusia
Bersenjata
Penderitaan
yang
disebabkan
sistem
kapitalisme
(i) Aku liat di sini
menyaksikan tirani
(ii) Yang selalu
mengekang rakyat
di sini
(iii) Coba lihat di kota di
pabrik dan di desa
(iv) Banyak orang yang
menderita
(v) Semuanya telah
dikuasai penguasa
Langsung literal
(vi) Dengan manusia
bersenjata
Langsung tidak
literal
(vii) Sompret sistem
negara Amerika
Tidak langsung
tidak literal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
39 Marsinah Kekerasan
pada
Marsinah
(i) Ooo Marsinah
matimu tak sia-sia
Langsung literal
(ii) Ada darah rintih caci
maki kau hadapi
(iii) Hanya tetes darah dan
air mata yang kau
terima
Langsung tidak
literal
40 Mayday Perlawanan
pada
penindasan
(i) Bergerak bersama
(ii) Menghancurkan
segala penghisapan
(iii) Sejahtera bersama
(iv) Bergerak bersama
bergerak skala dunia
(v) Derap langkah kaum-
kaum pekerja
(vi) Menolak ditindas
(vii) Gegap gempita
(viii) Mayday
Langsung literal
(ix) Semangat membara
serasa bersama
Langsung tidak
literal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
41 Natal
Berdarah
Pemboman
rumah-rumah
ibadah
(i) Banyak rakyat kecil
yang jadi korban
Langsung literal
(ii) Natal berdarah 25
Desember di akhir
tahun 2000
(iii) Pemboman rumah-
rumah ibadah
bermotifkan adu
domba
Langsung tidak
literal
42 Natal
Berdarah
Cara-cara
penguasa
menutupi
persoalan
(i) Perang SARA
rekayasa
(ii) Rekayasa para
penguasa
(iii) Black propaganda
doktrinasi rakyat
terilusi
Langsung literal
(iv) Inilah kebiadaban Tidak langsung
literal
(v) Pemboman mengadu
domba sudah biasa
(vi) Metode lama selalu
dia gunakan
menutupi persoalan
Langsung tidak
literal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
43 Politik
Kekuasaan
Penindasan
pada buruh,
rakyat, dan
petani
(i) Politik mencari uang
(ii) Politik tuk kekuasaan
Langsung literal
(iii) Buruh ditindas
(iv) Rakyat ditindas
(v) Petani ditindas
Tidak langsung
literal
44 Sampit Konflik
Sampit
(i) Darah-darah
berceceran
(ii) Bangkai-bangkai
hitam berserakan
(iii) Cobalah lihat di sana
mati
(iv) Pembantaian
penjagalan
pembakaran
Langsung literal
(v) Kobaran api tangisan
jiwa melengkapi
jeritan di Sampit
(vi) Tetesan air mata tak
henti membanjiri
tanah di Sampit
(vii) Gemuruh genta
kematian
Langsung tidak
literal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
menghantui tidur
mereka
45 Sampit Pembodohan
dan
kekerasan
yang
dilakukan
penguasa
(i) Hentikan
pembodohan yang
menciptakan banyak
korban
Langsung literal
(ii) Hentikan kekerasan
yang telah
membunuh saudara-
saudara kita
(iii) Diadu domba jadi alat
tuk penguasa
Langsung tidak
literal
3.4.1 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Tatanan Tanpa
Penindasan
Pemaparan tindak tutur dalam lirik lagu yang bertopik tatanan tanpa
penindasan berikut dibatasi dengan 3 aspek. Pertama, penutur adalah penuntut
penganjur tatanan adil dengan mitra tuturnya adalah rakyat tertindas. Kedua,
konteksnya rakyat, petani, dan buruh ditindas oleh penguasa. Ketiga, tujuan
tuturannya adalah mengajak rakyat tertindas membangun tatanan adil tanpa
penindasan.
3.4.1.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Tatanan Tanpa Penindasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Berikut lirik yang bertopik tatanan tanpa penindasan cinta secara langsung
literal:
(35) (i) Rakyat menang semua pasti senang
(ii) Bila penindasan telah dihancurkan
(iii) Buruh senang petani juga senang
(iv) Mahasiswa dan kaum miskin kota
(Marjinal, “Bergerak”, 2003)
Tuturan (35i-iv) merupakan tindak tutur langsung literal. Tuturan tersebut
dikatakan langsung karena menggunakan modus berita untuk memberi tahu. Tuturan
tersebut dikatakan literal karena makna kata-kata penyusunnya sama dengan maksud
penutur.
3.4.1.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Tatanan Tanpa Penindasan
Berikut lirik yang bertopik tatanan tanpa penindasan secara tidak langsung
literal:
(35) (v) Bergerak bersama rakyat tertindas
(vi) Bergerak bersama
(vii) Membangun tatanan masyarakat yang adil
(viii) Sejahtera bersama
(ix) Untuk kita semua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
(Marjinal, “Bergerak”, 2003)
Tuturan (35v-ix) merupakan tindak tutur tidak langsung literal. Tuturan tersebut
dikatakan tidak langsung karena menggunakan modus berita untuk menyuruh.
Tuturan tersebut dikatakan literal karena makna kata-kata penyusunnya sama dengan
maksud penutur. Jika tuturan tersebut disampaikan secara langsung literal, tuturan
tersebut berbunyi, “Bergeraklah bersama rakyat tertindas untuk membangun tatanan
masyarakat yang adil dan sejahtera untuk kita semua.”
3.4.1.3 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang
Bertopik Tatanan Tanpa Penindasan
Berikut lirik yang bertopik tatanan tanpa penindasan secara tidak langsung
tidak literal:
(35) (x) Menunaikan tugas suci yang mulia
(Marjinal, “Bergerak”, 2003)
Tuturan (35x) merupakan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Tuturan
tersebut dikatakan tidak langsung karena menggunakan modus berita untuk
menyuruh. Tuturan tersebut dikatakan tidak langsung karena makna kata-katanya
tidak sama dengan maksud penutur. Frasa „tugas suci yang mulia‟ yang dimaksud
adalah „membuat tatanan tanpa penindasan‟. Jika tuturan tersebut disampaikan secara
langsung literal, tuturan tersebut akan berbunyi, “Tunaikan tugas membuat tatanan
tanpa penindasan!”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
3.4.2 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Penindasan pada Rakyat
Pemaparan tindak tutur dalam lirik lagu yang bertopik penindasan pada rakyat
berikut dibatasi dengan 3 aspek. Pertama, penutur adalah penuntut pelawan
penindasan dengan mitra tuturnya adalah penindas. Kedua, konteksnya rakyat
dijadikan alat pengumpul uang oleh penguasa. Ketiga, tujuan tuturannya adalah
menyuruh penindas berhenti menjadikan rakyat sebagai alat pengumpul uang.
3.4.2.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Penindasan pada Rakyat
Berikut lirik yang bertopik penindasan pada rakyat secara langsung literal:
(36) (i) Banyak sekali rakyat yang jadi korban
(ii) Tanpa mengenal belas kasihan
(Marjinal, “Godam Rakyat”, 2003)
(37) (i) Pengangguran kriminalitas dan kesenjangan sosial
(ii) Pengekangan pembantaian lahir dari penguasa
(iii) Bangkitlah wahai kau pemuda
(iv) Jangan lagi dibodohi penguasa
(v) Kobarkan semangat perlawanan demi semua cita-cita mulia
(vi) Pembebasan rakyat tertindas dari belenggu penguasa
(vii) Rapatkan barisan kepalkan tangan yakinkan satu tujuan
(Marjinal, “Lawan Diktator”, 2003)
Tuturan (36i-ii) dan (37i-vii) merupakan tindak tutur langsung literal. Tuturan
tersebut dikatakan langsung karena menggunakan modus berita untuk memberi tahu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
dan modus perintah untuk menyuruh. Tuturan tersebut dikatakan literal karena makna
kata-kata penyusunnya sama dengan maksud penutur.
3.4.2.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Penindasan pada Rakyat
Berikut lirik yang bertopik penindasan pada rakyat secara tidak langsung literal:
(37) (viii) Sadarkah wahai kau pemuda?
(Marjinal, “Lawan Diktator”, 2003)
Tuturan (37viii) merupakan tindak tutur tidak langsung literal. Tuturan tersebut
dikatakan tidak langsung karena menggunakan modus tanya dan berita untuk
menyuruh. Tuturan tersebut dikatakan literal karena makna kata-katanya sama
dengan maksud penutur. Jika tuturan tersebut disampaikan secara langsung literal,
tuturan tersebut akan berbunyi, “Sadarlah wahai kau pemuda!”
3.4.2.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Penindasan pada Rakyat
Berikut lirik yang bertopik penindasan pada rakyat secara langsung tidak literal:
(37) (ix) Lawan diktator lawan penghisap
(x) Lawan pemeras lawan perampas lawan
(Marjinal, “Lawan Diktator”, 2003)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Tuturan (37ix-x) merupakan tindak tutur langsung tidak literal. Tuturan tersebut
dikatakan langsung karena menggunakan modus perintah untuk menyuruh. Tuturan
tersebut dikatakan tidak literal karena makna kata-katanya tidak sama dengan maksud
penutur. Kata „penghisap‟, „pemeras‟, dan „perampas‟ yang dimaksud adalah
„penindas‟ atau „pembuat susah‟.
3.4.2.4 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang
Bertopik Penindasan pada Rakyat
Berikut lirik yang bertopik penindasan pada rakyat secara tidak langsung tidak
literal:
(36) (iii) Hanya dijadikan sapi-sapi perahan
(iv) Dijadikan alat mesin pengumpul uang
(Marjinal, “Godam Rakyat”, 2003)
(37) (xi) Bahwa jiwa kita terpenjara
(xii) Di bawah kaki penguasa yang selalu menindas kita semua
(Marjinal, “Lawan Diktator”, 2003)
Tuturan (36iii-iv) merupakan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Tuturan
tersebut dikatakan langsung karena menggunakan modus berita untuk menyuruh.
Tuturan tersebut dikatakan tidak literal karena makna kata-katanya tidak sama dengan
maksud penutur. Idiom „sapi-sapi perahan‟ dan frasa „alat mesin pengumpul uang‟
yang dimaksud adalah „alat penguasa untuk mengumpulkan uang‟. Jika tuturan
tersebut disampaikan secara langsung literal, tuturan tersebut akan berbunyi,
“Hentikan menjadikan rakyat sebagai alat pengumpul uang!”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Tuturan (37xi-xii) merupakan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Tuturan
tersebut dikatakan tidak langsung karena menggunakan modus tanya dan berita untuk
menyuruh. Tuturan tersebut dikatakan tidak literal karena makna kata-katanya tidak
sama dengan maksud penutur. Kata „terpenjara‟ yang dimaksud adalah „terbatasi
kebebasannya‟. Frasa „di bawah kaki penguasa‟ yang dimaksud adalah „di bawah
kendali penguasa‟. Jika tuturan tersebut disampaikan secara langsung literal, tuturan
tersebut akan berbunyi, “Bebaskan jiwa kita dari kendali penguasa yang selalu
menindas kita semua!”
3.4.3 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Penderitaan yang
Disebabkan Sistem Kapitalisme
Pemaparan tindak tutur dalam lirik lagu yang bertopik penderitaan yang
disebabkan sistem kapitalisme berikut dibatasi dengan 3 aspek. Pertama, penutur
adalah penggerak perlawanan dengan mitra tuturnya adalah penguasa. Kedua,
konteksnya kapitalisme membuat rakyat menderita. Ketiga, tujuan tuturannya adalah
memberi tahu penderitaan rakyat dan menyuruh penguasa menghentikan penderitaan
itu.
3.4.3.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Penderitaan yang Disebabkan Sistem Kapitalisme
Berikut lirik yang bertopik penderitaan yang disebabkan sistem kapitalisme
secara langsung literal:
(38) (i) Aku liat di sini menyaksikan tirani
(ii) Yang selalu mengekang rakyat di sini
(iii) Coba lihat di kota di pabrik dan di desa
(iv) Banyak orang yang menderita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
(v) Semuanya telah dikuasai penguasa
(Marjinal, “Manusia Bersenjata”, 2003)
Tuturan (38i-v) merupakan tindak tutur langsung literal. Tuturan tersebut
dikatakan langsung karena menggunakan modus berita untuk memberi tahu. Tuturan
tersebut dikatakan literal karena makna kata-kata penyusunnya sama dengan maksud
penutur.
3.4.3.2 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Penderitaan yang Disebabkan Sistem Kapitalisme
Berikut lirik yang bertopik penderitaan yang disebabkan sistem kapitalisme
secara langsung tidak literal:
(38) (vi) Dengan manusia bersenjata
(Marjinal, “Manusia Bersenjata”, 2003)
Tuturan (38vi) merupakan tindak tutur langsung tidak literal. Tuturan tersebut
dikatakan langsung karena menggunakan modus berita untuk memberi tahu. Tuturan
tersebut dikatakan tidak literal karena makna kata-katanya tidak sama dengan maksud
penutur. Frasa „manusia bersenjata‟ yang dimaksud adalah „tentara‟.
3.4.3.3 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang
Bertopik Penderitaan yang Disebabkan Sistem Kapitalisme
Berikut lirik yang bertopik penderitaan yang disebabkan sistem kapitalisme
secara tidak langsung tidak literal:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
(38) (vii) Sompret sistem negara Amerika
(Marjinal, “Manusia Bersenjata”, 2003)
Tuturan (38vii) merupakan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Tuturan
tersebut dikatakan tidak langsung karena menggunakan modus berita untuk
menyuruh. Tuturan tersebut dikatakan tidak literal karena makna kata-katanya tidak
sama dengan maksud penutur. Frasa „sistem negara Amerika‟ yang dimaksud adalah
„kapitalisme‟. Jika tuturan tersebut disampaikan secara langsung literal, tuturan
tersebut akan berbunyi, “Hentikan kapitalisme!”
3.4.4 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Kekerasan pada
Marsinah
Pemaparan tindak tutur dalam lirik lagu yang bertopik kekerasan pada
Marsinah berikut dibatasi dengan 3 aspek. Pertama, penutur adalah aktivis
kemanusiaan dengan mitra tuturnya adalah korban (Marsinah). Kedua, konteksnya
Marsinah telah mengalami kekerasan. Ketiga, tujuan tuturannya adalah mengabarkan
kematiannya tidak sia-sia.
3.4.4.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Kekerasan pada Marsinah
Berikut lirik yang bertopik kekerasan pada Marsinah cinta secara langsung
literal:
(39) (i) Ooo Marsinah matimu tak sia-sia
(Marjinal, “Marsinah”, 2003)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Tuturan (39i) merupakan tindak tutur langsung literal. Tuturan tersebut
dikatakan langsung karena menggunakan modus berita untuk memberi tahu. Tuturan
tersebut dikatakan literal karena makna kata-kata penyusunnya sama dengan maksud
penutur.
3.4.4.2 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Kekerasan pada Marsinah
Berikut lirik yang bertopik kekerasan pada Marsinah cinta secara langsung
tidak literal:
(39) (ii) Ada darah rintih caci maki kau hadapi
(iii) Hanya tetes darah dan air mata yang kau terima
(Marjinal, “Marsinah”, 2003)
Tuturan (39ii-iii) merupakan tindak tutur langsung tidak literal. Tuturan
tersebut dikatakan langsung karena menggunakan modus berita untuk memberi tahu.
Tuturan tersebut dikatakan tidak literal karena makna kata-katanya tidak sama dengan
maksud penutur. Kata „darah, „rintih‟, „caci maki‟, „tetes darah‟, dan „air mata‟ yang
dimaksud adalah „penderitaan‟.
3.4.5 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Perlawanan pada
Penindasan
Pemaparan tindak tutur dalam lirik lagu yang bertopik perlawanan pada
penindasan berikut dibatasi dengan 3 aspek. Pertama, penutur adalah penggerak
massa dengan mitra tuturnya adalah kaum pekerja. Kedua, konteksnya pekerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
dihisap dan ditindas penguasa. Ketiga, tujuan tuturannya adalah menggerakkan
pekerja untuk melawan penindasan.
3.4.5.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Perlawanan pada Penindasan
Berikut lirik yang bertopik perlawanan pada penindasan secara langsung literal:
(40) (i) Bergerak bersama
(ii) Menghancurkan segala penghisapan
(iii) Sejahtera bersama
(iv) Bergerak bersama bergerak skala dunia
(v) Derap langkah kaum-kaum pekerja
(vi) Menolak ditindas
(vii) Gegap gempita
(viii) Mayday
(Marjinal, “Mayday”, 2003)
Tuturan (40i-viii) merupakan tindak tutur langsung literal. Tuturan tersebut
dikatakan langsung karena menggunakan modus berita untuk memberi tahu. Tuturan
tersebut dikatakan literal karena makna kata-kata penyusunnya sama dengan maksud
penutur.
3.4.5.2 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Perlawanan pada Penindasan
Berikut lirik yang bertopik perlawanan pada penindasan secara langsung tidak
literal:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
(40) (ix) Semangat membara serasa bersama
(Marjinal, “Mayday”, 2003)
Tuturan (40ix) merupakan tindak tutur langsung tidak literal. Tuturan tersebut
dikatakan langsung karena menggunakan modus berita untuk memberi tahu. Tuturan
tersebut dikatakan tidak literal karena makna kata-katanya tidak sama dengan maksud
penutur. Kata „membara‟ yang dimaksud penutur adalah „bergelora‟.
3.4.6 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Pemboman Rumah-
Rumah Ibadah
Pemaparan tindak tutur dalam lirik lagu yang bertopik pemboman rumah-
rumah ibadah berikut dibatasi dengan 3 aspek. Pertama, penutur adalah aktivis
kemanusiaan dengan mitra tuturnya adalah masyarakat. Kedua, konteksnya telah
terjadi pengeboman beberapa gereja pada hari Natal tahun 2000. Ketiga, tujuan
tuturannya adalah mengabarkan tragedi yang terjadi.
3.4.6.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Pemboman Rumah-Rumah Ibadah
Berikut lirik yang bertopik pemboman rumah-rumah ibadah secara langsung
literal:
(41) (i) Banyak rakyat kecil yang jadi korban
(Marjinal, “Natal Berdarah”, 2003)
Tuturan (41i) merupakan tindak tutur langsung literal. Tuturan tersebut
dikatakan langsung karena menggunakan modus berita untuk memberi tahu. Tuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
tersebut dikatakan literal karena makna kata-kata penyusunnya sama dengan maksud
penutur.
3.4.6.2 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Pemboman Rumah-Rumah Ibadah
Berikut lirik yang bertopik pemboman rumah-rumah ibadah secara langsung
tidak literal:
(41) (i) Natal berdarah 25 Desember di akhir tahun 2000
(ii) Pemboman rumah-rumah ibadah bermotifkan adu domba
(Marjinal, “Natal Berdarah”, 2003)
Tuturan (41ii-iii) merupakan tindak tutur langsung tidak literal. Tuturan
tersebut dikatakan langsung karena menggunakan modus berita untuk memberi tahu.
Tuturan tersebut dikatakan tidak literal karena makna kata-katanya tidak sama dengan
maksud penutur. Kata „berdarah‟ yang dimaksud penutur adalah „tragedi‟. Idiom „adu
domba‟ yang dimaksud penutur adalah „perselisihan pihak sepaham‟.
3.4.7 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Cara-Cara Penguasa
Menutupi Persoalan
Pemaparan tindak tutur dalam lirik lagu yang bertopik cara-cara penguasa
menutupi persoalan berikut dibatasi dengan 3 aspek. Pertama, penutur adalah aktivis
kemanusiaan dengan mitra tuturnya adalah penguasa. Kedua, konteksnya beberapa
gereja mengalami pengeboman pada hari Natal tahun 2000. Ketiga, tujuan tuturannya
adalah menyuruh penguasa menghentikan propaganda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
3.4.7.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Cara-
Cara Penguasa Menutupi Persoalan
Berikut lirik yang bertopik cara-cara penguasa menutupi persoalan secara
langsung literal:
(42) (i) Perang SARA rekayasa
(ii) Rekayasa para penguasa
(iii) Black propaganda doktrinasi rakyat terilusi
(Marjinal, “Natal Berdarah”, 2003)
Tuturan (42i-iii) merupakan tindak tutur langsung literal. Tuturan tersebut
dikatakan langsung karena menggunakan modus berita untuk memberi tahu. Tuturan
tersebut dikatakan literal karena makna kata-kata penyusunnya sama dengan maksud
penutur.
3.4.7.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Cara-Cara Penguasa Menutupi Persoalan
Berikut lirik yang bertopik cara-cara penguasa menutupi persoalan secara tidak
langsung literal:
(42) (iv) Inilah kebiadaban
(Marjinal, “Natal Berdarah”, 2003)
Tuturan (42iv) merupakan tindak tutur tidak langsung literal. Tuturan tersebut
dikatakan tidak langsung karena menggunakan modus berita untuk menyuruh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Tuturan tersebut dikatakan literal karena makna kata-kata penyusunnya sama dengan
maksud penutur. Jika tuturan tersebut disampaikan secara langsung literal, tuturan
tersebut akan berbunyi, “Hentikan kebiadaban ini!”
3.4.7.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Cara-Cara Penguasa Menutupi Persoalan
Berikut lirik yang bertopik cara-cara penguasa menutupi persoalan secara
langsung tidak literal:
(42) (v) Pemboman mengadu domba sudah biasa
(vi) Metode lama selalu dia gunakan menutupi persoalan
(Marjinal, “Natal Berdarah”, 2003)
Tuturan (42v-vi) merupakan tindak tutur langsung tidak literal. Tuturan tersebut
dikatakan langsung karena menggunakan modus berita untuk memberi tahu. Tuturan
tersebut dikatakan tidak literal karena makna kata-katanya tidak sama dengan maksud
penutur. Idiom „mengadu domba‟ yang dimaksud adalah „menjadikan pihak sepaham
menjadi berselisih‟. Frasa „metode lama‟ yang dimaksud penutur adalah idiom
„mengadu domba‟.
3.4.8 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Penindasan pada Buruh,
Rakyat, dan Petani
Pemaparan tindak tutur dalam lirik lagu yang bertopik penindasan pada
buruh, rakyat, dan petani berikut dibatasi dengan 3 aspek. Pertama, penutur adalah
aktivis pergerakan dengan mitra tuturnya adalah penguasa. Kedua, konteksnya buruh,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
rakyat, dan petani ditindas demi uang dan kekuasaan. Ketiga, tujuan tuturannya
adalah menyuruh penguasa menghentikan penindasan.
3.4.8.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Penindasan pada Buruh, Rakyat, dan Petani
Berikut lirik yang bertopik penindasan pada buruh, rakyat, dan petani secara
langsung literal:
(43) (i) Politik mencari uang
(ii) Politik tuk kekuasaan
(Marjinal, “Politik Kekuasaan”, 2003)
Tuturan (43i-ii) merupakan tindak tutur langsung literal. Tuturan tersebut
dikatakan langsung karena menggunakan modus berita untuk memberi tahu. Tuturan
tersebut dikatakan literal karena makna kata-kata penyusunnya sama dengan maksud
penutur.
3.4.8.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Penindasan pada Buruh, Rakyat, dan Petani
Berikut lirik yang bertopik penindasan pada buruh, rakyat, dan petani secara
tidak langsung literal:
(43) (iii) Buruh ditindas
(iv) Rakyat ditindas
(v) Petani ditindas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
(Marjinal, “Politik Kekuasaan”, 2003)
Tuturan (43iii-v) merupakan tindak tutur tidak langsung literal. Tuturan
tersebut dikatakan tidak langsung karena menggunakan modus berita untuk
menyuruh. Tuturan tersebut dikatakan literal karena makna kata-kata penyusunnya
sama dengan maksud penutur. Jika tuturan tersebut disampaikan secara langsung
literal, tuturan tersebut akan berbunyi, “Hentikan penindasan pada buruh, rakyat, dan
petani!”
3.4.9 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Konflik Sampit
Pemaparan tindak tutur dalam lirik lagu yang bertopik konflik Sampit berikut
dibatasi dengan 3 aspek. Pertama, penutur adalah aktivis kemanusiaan dengan mitra
tuturnya adalah masyarakat. Kedua, konteksnya telah terjadi konflik antaretnis di
Sampit. Ketiga, tujuan tuturannya adalah mengabarkan tragedi.
3.4.9.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu Yang Bertopik
Konflik Sampit
Berikut lirik yang bertopik konflik sampit secara langsung literal:
(44) (i) Darah-darah berceceran
(ii) Bangkai-bangkai hitam berserakan
(iii) Cobalah lihat di sana mati
(iv) Pembantaian penjagalan pembakaran
(Marjinal, “Sampit”, 2003)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Tuturan (44i-iv) merupakan tindak tutur langsung literal. Tuturan tersebut
dikatakan langsung karena menggunakan modus berita untuk memberi tahu dan
modus perintah untuk menyuruh. Tuturan tersebut dikatakan literal karena makna
kata-kata penyusunnya sama dengan maksud penutur.
3.4.9.2 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Konflik Sampit
Berikut lirik yang bertopik konflik sampit secara langsung tidak literal:
(44) (v) Kobaran api tangisan jiwa melengkapi jeritan di Sampit
(vi) Tetesan air mata tak henti membanjiri tanah di Sampit
(vii) Gemuruh genta kematian menghantui tidur mereka
(Marjinal, “Sampit”, 2003)
Tuturan (44v-vii) merupakan tindak tutur langsung tidak literal. Tuturan
tersebut dikatakan langsung karena menggunakan modus berita untuk memberi tahu.
Tuturan tersebut dikatakan tidak literal karena makna kata-katanya tidak sama dengan
maksud penutur. Frasa „kobaran api‟, „tangisan jiwa‟, „jeritan‟, dan „tetesan air mata‟
yang dimaksud penutur adalah „penderitaan‟. Kata „membanjiri‟ yang dimaksud
adalah „memenuhi‟. Idiom „gemuruh genta kematian‟ yang dimaksud adalah „teror‟.
Kata „menghantui‟ yang dimaksud adalah „mengusik‟.
3.4.10 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Pembodohan dan
Kekerasan yang Dilakukan Penguasa
Pemaparan tindak tutur dalam lirik lagu yang bertopik pembodohan dan
kekerasan yang dilakukan penguasa berikut dibatasi dengan 3 aspek. Pertama,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
penutur adalah aktivis kemanusiaan dengan mitra tuturnya adalah penguasa. Kedua,
konteksnya telah terjadi kondlik antaretnis di Sampit. Ketiga, tujuan tuturannya
adalah menyuruh penguasa menghentikan pembodohan, kekerasan, dan adu domba
yang terjadi.
3.4.10.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Pembodohan dan Kekerasan yang Dilakukan Penguasa
Berikut lirik yang bertopik pembodohan dan kekerasan yang dilakukan
penguasa secara langsung literal:
(45) (i) Hentikan pembodohan yang menciptakan banyak korban
(Marjinal, “Sampit”, 2003)
Tuturan (45i) merupakan tindak tutur langsung literal. Tuturan tersebut
dikatakan langsung karena menggunakan modus perintah untuk menyuruh. Tuturan
tersebut dikatakan literal karena makna kata-kata penyusunnya sama dengan maksud
penutur.
3.4.10.2 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Pembodohan dan Kekerasan yang Dilakukan Penguasa
Berikut lirik yang bertopik pembodohan dan kekerasan yang dilakukan
penguasa secara langsung tidak literal:
(45) (i) Hentikan kekerasan yang telah membunuh saudara-saudara kita
(ii) Diadu domba jadi alat tuk penguasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
(Marjinal, “Sampit”, 2003)
Tuturan (45ii-iii) merupakan tindak tutur langsung tidak literal. Tuturan
tersebut dikatakan langsung karena menggunakan modus perintah untuk menyuruh
dan modus berita untuk memberi tahu. Tuturan tersebut dikatakan tidak literal karena
makna kata-katanya tidak sama dengan maksud penutur. Pada tuturan (45ii), frasa
„kekerasan yang telah membunuh‟ yang dimaksud penutur adalah „tindak kekerasan
yang menyebabkan terbunuhnya‟, karena „kekerasan‟ bukan pelaku melainkan
tindakan. Pada tuturan (46iii), idiom „adu domba‟ yang dimaksud penutur adalah
„perselisihan pihak sepaham‟. Jika kedua tuturan tersebut disampaikan secara
langsung literal, tuturannya akan berbunyi, “Hentikan kekerasan yang telah
menyebabkan terbunuhnya saudara kita!” dan “Dijadikan berselisih sebagai alat
untuk penguasa.”
3.5 Cinta
Lagu “Cinta Pembodohan” yang bertopik ketidakmatangan dalam menyikapi
cinta ditujukan kepada orang yang tidak berpikir matang dalam menyikapi cinta.
Tindak tutur yang terdapat dalam lirik lagu tersebut adalah tindak tutur langsung
literal dan tidak langsung tidak literal.
Tabel 10: Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Cinta
No. Judul Persoalan Tuturan Kunci Tindak Tutur
46 Cinta
Pembodohan
Ketidakmatangan
dalam menyikapi
cinta
(i) Dunia punya
cerita cerita
tentang cinta
(ii) Mati karena cinta
Langsung
literal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
stress karena cinta
(iii) Sedikit-dikit cinta,
buat film tentang
cinta
(iv) Mengarang lagu
cinta cinta cinta
cinta ta
(v) Mau ML atau mau
jadi presiden
(vi) Mau kau
ngomong cinta,
mau manis
ngomong cinta
(vii) Membunuh
karena cinta cinta
cinta cinta ta
(viii) Cinta
pembodohan
(ix) Karena cinta
membuat manusia
tak karuan
(x) Cinta
pembodohan
(xi) Karena cinta itu
Tidak langsung
tidak literal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
berlebihan
(xii) Cinta itu rancu
(xiii) Cinta adalah alat
untuk gapai
keinginan
3.5.1 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Ketidakmatangan dalam
Menyikapi Cinta
Pemaparan tindak tutur dalam lirik lagu yang bertopik ketidakmatangan dalam
menyikapi cinta berikut dibatasi dengan 3 aspek. Pertama, penutur adalah orang yang
sudah matang dalam menyikapi cinta dengan mitra tuturnya adalah pemuda-pemudi
yang sedang jatuh cinta. Kedua, konteksnya cinta dijadikan alasan untuk mencapai
suatu tujuan. Ketiga, tujuan tuturannya adalah menasihati orang agar lebih dewasa
menyikapi cinta.
3.5.1.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik
Ketidakmatangan dalam Menyikapi Cinta
Berikut lirik yang bertopik ketidakmatangan dalam menyikapi cinta secara
langsung literal:
(46) (i) Dunia punya cerita cerita tentang cinta
(ii) Mati karena cinta stress karena cinta
(iii) Sedikit-dikit cinta, buat film tentang cinta
(iv) Mengarang lagu cinta cinta cinta cinta ta
(v) Mau ML atau mau jadi presiden
(vi) Mau kau ngomong cinta, mau manis ngomong cinta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
(vii) Membunuh karena cinta cinta cinta cinta ta
(Marjinal, “Cinta Pembodohan”, 2003)
Tuturan (46i-vii) merupakan tindak tutur langsung literal. Tuturan tersebut
dikatakan langsung karena menggunakan modus berita untuk memberitakan berbagai
persoalan perihal cinta. Tuturan tersebut menggunakan modus yang sesuai dengan
maksud penuturnya. Tuturan tersebut dikatakan literal karena makna kata-kata
penyusunnya sesuai dengan maksud penuturnya.
3.5.1.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang
Bertopik Ketidakmatangan dalam Menyikapi Cinta
Berikut lirik yang bertopik ketidakmatangan dalam menyikapi cinta secara
tidak langsung tidak literal:
(46) (viii) Cinta pembodohan
(ix) Karena cinta membuat manusia tak karuan
(x) Cinta pembodohan
(xi) Karena cinta itu berlebihan
(xii) Cinta itu rancu
(xii) Cinta adalah alat untuk gapai keinginan
(Marjinal, “Cinta Pembodohan”, 2003)
Tuturan (46viii-ix) merupakan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Tuturan
tersebut dikatakan tidak langsung karena menggunakan modus berita untuk
menyuruh. Tuturan tersebut dikatakan tidak literal karena makna kata-katanya
penyusunnya tidak sesuai dengan maksud penuturnya. Secara tidak literal tuturan ini
bermakna „orang harus berpikir lebih dewasa menghadapi cinta karena cinta yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
berlebihan itu rancu dan karena cinta digunakan sebagai alasan untuk mencapai
keinginan-keinginan yang mungkin merugikan‟. Tuturan ini dimaksudkan penuturnya
untuk menyuruh orang berpikir lebih matang menghadapi cinta.
3.6 Stigma
Lagu “Anarki Bukan Barbar” yang bertopik ketidaktepatan stigma „anarki‟
ditujukan kepada pengguna istilah „anarki‟. Tindak tutur yang terdapat dalam lirik
lagu tersebut adalah tindak tutur langsung literal dan tindak tutur tidak langsung
literal.
Tabel 11: Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Stigma
No. Judul Persoalan Tuturan Kunci Tindak Tutur
47 Anarki
Bukan
Barbar
stigma
mengenai
„anarki‟
(i) Sering kita
mendengar
(ii) Anarkisme adalah
suatu yang
menakutkan
(iii) Sebuah ancaman,
bayangan ketakutan
(iv) Sering kita
mendengar
(v) Anarkisme adalah
suatu kerusuhan
Langsung literal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
(vi) Gerakan tak terorgan,
biang kekerasan
(vii) Anarki bukan barbar
(viii) Anarki bukan vandal
(ix) Anarki adalah
persamaan hak
(x) Anarki adalah tanpa
paksaan
(xi) Penyamarataan hak,
sejahtera bersama
Tidak langsung
literal
3.6.1 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Stigma
Pemaparan tindak tutur dalam lirik lagu yang bertopik stigma berikut dibatasi
dengan 3 aspek. Pertama, penutur dari kelompok anarki dengan mitra tuturnya adalah
masyarakat. Kedua, konteksnya stigma anarki sebagai kerusuhan dan kekerasan.
Ketiga, tujuan tuturannya adalah membongkar stigma anarki dan membetulkan
pemahaman masyarakat mengenai anarki.
3.6.1.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lagu yang Bertopik Stigma
Berikut lirik yang bertopik stigma secara langsung literal:
(47) (i) Sering kita mendengar
(ii) Anarkisme adalah suatu yang menakutkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
(iii) Sebuah ancaman, bayangan ketakutan
(iv) Sering kita mendengar
(v) Anarkisme adalah suatu kerusuhan
(vi) Gerakan tak terorgan, biang kekerasan
(Marjinal, “Anarki Bukan Barbar”, 2003)
Tuturan (47i-vi) merupakan tindak tutur langsung literal. Tuturan tersebut
dikatakan langsung karena menggunakan modus berita untuk memberi tahu konsep
„anarki‟ yang sering terdengar. Tuturan tersebut menggunakan modus yang sesuai
dengan maksud penuturnya. Tuturan tersebut dikatakan literal karena makna kata-
kata penyusunnya sesuai dengan maksud penuturnya.
3.6.1.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal dalam Lagu yang Bertopik Stigma
Berikut lirik yang bertopik stigma secara tidak langsung literal:
(47) (vii) Anarki bukan barbar
(viii) Anarki bukan vandal
(ix) Anarki adalah persamaan hak
(x) Anarki adalah tanpa paksaan
(xi) Penyamarataan hak, sejahtera bersama
(Marjinal, “Anarki Bukan Barbar”, 2003)
Tuturan (47vii-xi) merupakan tindak tutur tidak langsung literal. Tuturan
tersebut dikatakan tidak langsung karena menggunakan modus berita untuk
menyuruh. Dalam hal ini, penutur bermaksud menyuruh pengguna istilah „anarki‟
untuk membetulkan konsep „anarki‟ yang selama ini tidak tepat. Sedangkan ditinjau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
dari maknanya, tuturan tersebut merupakan tindak tutur literal karena makna kata-
katanya penyusunnya sesuai dengan maksud penuturnya.
Jadi, dengan tuturan (47vii-xi), penutur bermaksud menyuruh orang
membetulkan konsep „anarki‟ yang selama ini salah (bdk. tuturan 47i-vi) dengan
konsep „anarki‟ yang diketahui penutur yaitu „anarki bukan barbar, anarki bukan
vandal, anarki adalah persamaan hak, anarki adalah tanpa paksaan, penyamarataan
hak, dan sejahtera bersama‟.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa lirik lagu karya Marjinal dalam
album “Termarjinalkan” tahun 2003 berisi topik mengenai (i) hukum, (ii) pendidikan,
(iii) kekerasan, (iv) cinta, dan (v) stigma. Topik dalam lagu Marjinal tersebut
dipaparkan pada Bab II.
Pada Bab III dipaparkan berbagai interseksi tindak tutur dalam lirik lagu
Marjinal. Terdapat 66 tindak tutur langsung literal, 20 tindak tutur tidak langsung
literal, 15 tindak tutur langsung tidak literal, dan 17 tindak tutur tidak langsung literal.
Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa pada lagu “Hukum Rimba” berfokus
pada ketidakadilan pelaksanaan hukum menggunakan tindak tutur langsung literal,
tidak langsung literal, langsung tidak literal, dan tidak langsung literal. Lagu “Hukum
Rimba” berfokus pada kendali hukum oleh orang berkuasa menggunakan tindak tutur
langsung literal, tidak langsung literal, dan tidak langsung tidak literal. Lagu
“Marsinah” berfokus pada kasus hukum tidak terselesaikan hanya menggunakan
tindak tutur tidak langsung literal.
Lagu “Belajar Sama-Sama” berfokus pada pendidikan dalam masyarakat
menggunakan tindak tutur langsung literal, tidak langsung literal, dan tidak langsung
literal. Lagu “Mahakebo” berfokus pada gelar pendidikan yang hanya sebagai
formalitas menggunakan tindak tutur langsung literal, tidak langsung literal, langsung
tidak literal, dan tidak langsung literal. Lagu “Bergerak” berfokus pada tatanan tanpa
penindasan menggunakan tindak tutur langsung literal, tidak langsung literal, dan
tidak langsung literal. Lagu “Godam Rakyat” berfokus pada penindasan pada rakyat
menggunakan tindak tutur langsung literal dan tidak langsung literal.
Lagu “Lawan Diktator” berfokus pada penindasan pada rakyat menggunakan
tindak tutur langsung literal, tidak langsung literal, langsung tidak literal, dan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
langsung literal. Lagu “Manusia Bersenjata” berfokus pada penderitaan yang
disebabkan sistem kapitalisme menggunakan tindak tutur langsung literal, langsung
tidak literal, dan tidak langsung literal.
Lagu “Marsinah” berfokus pada kekerasan pada Marsinah menggunakan
tindak tutur langsung literal dan langsung tidak literal. Lagu “Mayday” berfokus pada
perlawanan pada penindasan menggunakan tindak tutur langsung literal dan langsung
tidak literal.
Lagu “Natal Berdarah” berfokus pada pemboman rumah-rumah ibadah
menggunakan tindak tutur langsung literal dan langsung tidak literal. Lagu “Natal
Berdarah” berfokus pada cara-cara penguasa menutupi persoalan menggunakan
tindak tutur langsung literal, tidak langsung literal, dan langsung tidak literal. Lagu
“Politik Kekuasaan” berfokus pada penindasan pada buruh, rakyat, dan petani
menggunakan tindak tutur langsung literal dan tidak langsung literal.
Lagu “Sampit” berfokus pada konflik Sampit menggunakan tindak tutur
langsung literal dan langsung tidak literal. Lagu “Sampit” berfokus pada pembodohan
dan kekerasan yang dilakukan penguasa menggunakan tindak tutur langsung literal
dan langsung tidak literal. Lagu “Cinta Pembodohan” berfokus pada ketidakmatangan
dalam menyikapi cinta menggunakan tindak tutur langsung literal dan tidak langsung
literal. Lagu “Anarki Bukan Barbar” berfokus pada ketidaktepatan menggunakan
istilah „anarki‟ menggunakan tindak tutur langsung literal dan tidak langsung literal.
4.2 Saran
Setiap lagu masih sangat mungkin dibahas dengan pendekatan dan teori lain,
baik dengan teori linguistik atau musikologi. Teori linguistik yang dapat digunakan,
misalnya critical discourse analysis untuk menganalisis kepentingan dan
keberpihakan yang sering diajukan dalam suatu komunitas punk.
Mengenai penelitian ini, dalam hal ini peneliti meneliti sebuah kelompok
musik beraliran punk, kurang banyak ditemukan. Ada banyak hal menarik yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
mungkin bisa didapat dari penelitian mengenai punk di Indonesia, misalnya
penelitian penelitian linguistik mengenai wacana yang sering diangkat dalam
komunitas punk, penelitian fashion yang terinspirasi dari kultur punk, dan penelitian
antropologi kultur punk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
DAFTAR PUSTAKA
Ariesta, Eka Ayu. 2013. “Ideologi dan Musik (Studi Kasus Perjuangan Ideologi
Anarkisme Melalui Karya Musik Marjinal)”. Skripsi. Fakultas Politik dan
Pemerintahan Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Badudu, J.S. 2003. Kamus Kata-kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia.
Jakarta: Kompas.
Baryadi, I. Praptomo. 2002. Dasar-dasar dalam Analisis Wacana dalam Ilmu
Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Gondho Suli.
Harsini, Diyah Musri. 2009. “Teknik Propaganda dalam Lirik Lagu Band Punk
Marjinal”. Skripsi. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia.
Leech, G. 1983. Principles of Pragmatics. New York: Longman.
Nugraha, Stefanus Kendra Dwi. 2015. “Hal-Hal yang Dikritik dan Tindak Tutur
Mengkritik dalam 16 Lagu Grup Musik Slank”. Skripsi. Fakultas Sastra
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Nugroho , Beto Adhi. 2017. “Kritik dan Tindak Tutur Mengkritik dalam Tiga Lagu
Iwan Fals Versi Konser”. Skripsi. Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Parker, Frank. 1986. Linguistics for Non-Linguists. Boston: College-Hill Press.
Putra, Aldan Pradana. 2017. “Analisis Wacana Kritik Sosial Lirik Lagu Marjinal –
Negeri Ngeri” Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Pasundan
Bandung.
Sciffrin, Deborah. 2007. Ancangan Kajian Wacana. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Sudaryanto, 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian
Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Sanata Dharma University
Press.
-----. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana
University Press.
Sugono, Dendy dkk. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, edisi
keempat. Jakarta: Gramedia.
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.
Utomo, Debby Riesnasari. 2016. “Wacana Kritik Sosial Korupsi dalam Lagu
“Hukum Rimba” dan “Kita Perangi Korupsi” Karya Grup Musik Marjinal”.
Skripsi. Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Katolik Widya Mandala
Surabaya.
Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
LAMPIRAN
Sumber Data
Band : Marjinal
Album : Termarjinalkan
Format : Kaset
Tahun : 2003
Label : Tempequality Rekot
Konten : 14 tracks
Tracklist :
1. Marsinah
2. Cinta pembodohan
3. Mahakebo
4. Godam rakyat
5. Manusia bersenjata
6. Mayday
7. Bergerak
8. Natal berdarah
9. Hukum rimba
10. Sampit
11. Lawan diktator
12. Belajar sama-sama
13. Anarki bukan barbar
14. Politik kekuasaan
Lirik Lagu
1. Marsinah
Kulihat buruh perempuan berkeringat
Membasahi bumi yang gemerlap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Energi yang kau curahkan begitu besar tak kurasakan
Terhanyut dalam kesombongan terlupakan
Gemerlap cahayamu membentangi garis kehidupan
Ada darah rintih caci maki kau hadapi
Keringat dan ketegaranmu mengalir deras tak ternilai
Hanya tetes darah dan air mata yang kau terima
Ooo Marsinah kau termarjinalkan
Ooo Marsinah matimu tak sia-sia
2. Cinta Pembodohan
Dunia punya cerita cerita tentang cinta
Mati karena cinta stress karena cinta
Sedikit-dikit cinta, buat film tentang cinta
Mengarang lagu cinta cinta cinta cinta ta
Cinta pembodohan
Karena cinta membuat manusia tak karuan
Cinta pembodohan
Karena cinta itu berlebihan
Cinta itu rancu
Cinta adalah alat untuk gapai keinginan
Mau ML atau mau jadi presiden
Mau kau ngomong cinta, mau manis ngomong cinta
Membunuh karena cinta cinta cinta cinta ta
3. Mahakebo
Cobalah lihat ada seekor kerbau
Yang ditarik dicucuk hidungnya
Dia hanya menurut saja
Cobalah lihat ada yang wisuda
Yang disahkan menjadi seorang sarjana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Tuk dapatkan formalitas saja
Tolong kau jelaskan beri penjelasan
Kau tak boleh begini kau tak boleh begitu
Kau harus begini kau harus begitu
4. Godam Rakyat
Kita bersatu untuk satu tujuan
Kita bersatu rebut kedaulatan
Kita bersatu lawan sistem penindasan
Kita bersatu yakin rakyat akan menang
Godam rakyat parlemen jalanan
Banyak sekali rakyat yang jadi korban
Hanya dijadikan sapi-sapi perahan
Tanpa mengenal belas kasihan
Dijadikan alat mesin pengumpul uang
5. Manusia Bersenjata
Aku liat di sini menyaksikan tirani
Yang selalu mengekang rakyat di sini
Coba lihat di kota di pabrik dan di desa
Banyak orang yang menderita
Semuanya telah dikuasai penguasa
Dengan manusia bersenjata
Sompret sistem negara Amerika
6. Mayday
Satu bumi tanpa mengenal batas
Bergerak bersama
Menghancurkan segala penghisapan
Sejahtera bersama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Bergerak bersama bergerak skala dunia
Derap langkah kaum-kaum pekerja
Menolak ditindas
Semangat membara serasa bersama
Gegap gempita
Mayday
7. Bergerak
Bergerak bersama rakyat tertindas
Bergerak bersama
Membangun tatanan masyarakat yang adil
Sejahtera bersama
Menunaikan tugas suci yang mulia
Untuk kita semua
Rakyat menang semua pasti senang
Bula penindasan telah dihancurkan
Buruh senang petani juga senang
Mahasiswa dan kaum miskin kota
8. Natal Berdarah
Natal berdarah 25 Desember di akhir tahun 2000
Pemboman rumah-rumah ibadah bermotifkan adu domba
Segala cara coba dia halalkan
Rakyat jadi korban
Pemboman mengadu domba sudah biasa
Perang sara rekayasa
Rekayasa para penguasa
Natal berdarah 25 Desember di akhir tahun 2000
Banyak rakyat kecil yang jadi korban
Inilah kebiadaban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Metode lama selalu dia gunakan menutupi persoalan
Black propaganda doktrinisasi rakyat terilusi
Kami rakyat menolak jadi korban
Kami rakyat menolak jadi domba
9. Hukum Rimba
Hukum adalah lembah hitam
Tak mencerminkan keadilan
Pengacara juri hakim jaksa
Masih ternilai dengan angka (uang)
Hukum telah dikuasai
oleh orang-orang beruang
Hukum adalah permainan
Tuk menjaga kekuasaan
Maling-maling kecil dihakimi
Maling-maling besar dilindungi
Maling-maling kecil dihakimi
Maling-maling besar dilindungi
Hukum adalah komoditas
Barangnya para tersangka
Ada uang kau dimenangkan
Ga ada uang you say goodbye
Dimanakah adanya keadila
Bila masih memandang golongan
Yang kuat selalu berkuasa
Yang lemah pasti merana
Maling-maling kecil dihakimi
Maling-maling besar dilindungi
Maling-maling kecil dihakimi
Maling-maling besar dilindungi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
10. Sampit
Darah-darah berceceran
Bangkai-bangkai hitam berserakan
Kobaran api tangisan jiwa melengkapi jeritan di Sampit
Cobalah lihat di sana mati
Pembantaian penjagalan pembakaran
Tetesan air mata tak henti membanjiri tanah di Sampit
Gemuruh genta kematian menghantui tidur mereka
Hentikan pembodohan yang menciptakan banyak korban
Hentikan kekerasan yang telah membunuh saudara-saudara kita
Diadu domba jadi alat tuk penguasa
11. Lawan Diktator
Sadarkah wahai kau pemuda
Bahwa jiwa kita terpenjara
Di bawah kaki penguasa yang selalu menindas kita semua
Pengangguran kriminalitas dan kesenjangan sosial
Pengekangan pembantaian lahir dari penguasa
Lawan diktator lawan penghisap
Lawan pemeras lawan perampas lawan
Bangkitlah wahai kau pemuda
Jangan lagi dibodohi penguasa
Kobarkan semangat perlawanan demi semua cita-cita mulia
Pembebasan rakyat tertindas dari belenggu penguasa
Rapatkan barisan kepalkan tangan yakinkan satu tujuan
12. Belajar Sama-sama
Belajar sama-sama
Bertanya sama-sama
Kerja sama-sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Semua orang itu guru
Alam raya sekolahku
Sejahteralah bangsaku
13. Anarki Bukan Bsarbar
Sering kita mendengar
Anarkisme adalah suatu yang menakutkan
Sebuah ancaman, bayangan ketakutan
Sering kita mendengar
Anarkisme adalah suatu kerusuhan
Gerakan tak terorgan, biang kekerasan
Anarki bukan barbar
Anarki bukan vandal
Anarki adalah persamaan hak
Anarki adalah tanpa paksaan
Penyamarataan hak, sejahtera bersama
14. Politik Kekuasaan
Buruh ditindas
Rakyat ditindas
Petani ditindas
Uang uang uang uang
Politik mencari uang
Politik tuk kekuasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
BIOGRAFI
Agustinus Kristanto Ari Prayogi lahir di Wonosobo, 24 Agustus
1994. Setelah tamat dari SMA 2 Wonosobo di kelas Bahasa,
masuk Prodi Sastra Indonesia USD. Selama menjadi mahasiswa,
aktif di Bengkel Sastra dan HMPS Sasindo pada 2013-2015. Pada
tahun 2016, berhasil menjadi juara 3 lomba menulis artikel bahasa
Jawa yang diselenggarakan Wikimedia Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI