Topik

41
 A. To pi k: Preferendum B. Tujuan:  Praktikum ini bertujuan untuk : Mengetahui suhu optimum yang disukai ikan pada habitat yang baru Mengetahui kisaran toleransi suhu pada ikan Gatul Mengetahui hubungan faktor lingkungan terhadap kinerja hewan C. Dasar Teor i Akli mat isas i adalah usaha manusia untu k menyesu aika n hewan ter hada p kondisi fakt or ling kungan di habi tat buat an yang baru . Akl ima si adal ah usaha yang dilakukan manusia untuk menyesuaikan hewan terhadap kondisi suatu faktor lingkungan tertentu dalam laboratorium (Dharmawan, !!"#. $onsep kisaran toleransi, faktor pembatas maupun preferendum diterapkan di  bidang% bidang pertanian, peternakan, kesehatan, konser&asi dan lain%lain. 'al ini dilakukan dengan harapan kinerja biologi hewan, pertumbuhan dan reproduksi dapat maksimum dan untuk kondisi hewan yang merugikan kondisi lingkungan  biasanya dibuat yang sebaliknya (Dharmawan, ! !"#. anggapan suatu indi&idu ektoterm terhadap suhu tidak tentu, tanggapan itu dipengaruhi suhu yang dialamai di masa lampau. )uatu indi&idu yang dikenal suhu yang nisbi tinggi untuk beebrapa hari (atau mungkin kurang dari itu# dapat tergeser keseluruhan tanggapan terhadap suhu ke atas sepanjang skala suhu, dan  beberapa hari dikenai suhu nisbi rendah dapat menggeser tanggapan itu ke bawah. Proses ini bias anya dise but seba gai akl ima si jika perubahan dila ksanaka n di kondisi laboratorium dan aklimatisasi jika terjadi di lapangan. Aklimatisasi yang terl alu *epat dapat me rup aka n ma lapet aka . Di sampi ng it u ind i&i du dal am aklimatisasi biasanya berbeda dalam tanggapan terhadap suhu tergantung pada stadium dalam perkembangan yang mankah yang di*apainya ()oetjipto, +-#. )etiap hewan memiliki kisaran toleransi yang ber&ariasi, maka kehadiran di suatu habitat sangat ditentukan oleh kondisi dari faktor lingkungan di tempat tersebut. $ehadiran dan kinerja populasi hewan di suatu tempat menggambarkan tentang kondisi faktor%faktor lingkungan di tempat tersebut. leh karena itu ada

description

kkk

Transcript of Topik

A. Topik: PreferendumB. Tujuan:

Praktikum ini bertujuan untuk :

Mengetahui suhu optimum yang disukai ikan pada habitat yang baru Mengetahui kisaran toleransi suhu pada ikan Gatul

Mengetahui hubungan faktor lingkungan terhadap kinerja hewan

C. Dasar Teori

Aklimatisasiadalah usaha manusia untuk menyesuaikan hewan terhadap kondisi faktor lingkungan di habitat buatan yang baru.Aklimasiadalah usaha yang dilakukan manusiauntuk menyesuaikan hewan terhadap kondisi suatu faktor lingkungan tertentu dalam laboratorium (Dharmawan, 2005).

Konsep kisaran toleransi, faktor pembatas maupun preferendum diterapkan di bidang-bidang pertanian, peternakan, kesehatan, konservasi dan lain-lain. Hal ini dilakukan dengan harapan kinerja biologi hewan, pertumbuhan dan reproduksi dapat maksimum dan untukkondisi hewan yang merugikan kondisi lingkungan biasanya dibuat yang sebaliknya (Dharmawan, 2005).

Tanggapan suatu individu ektoterm terhadap suhu tidak tentu, tanggapan itu dipengaruhi suhu yang dialamai di masa lampau. Suatu individu yang dikenal suhu yang nisbi tinggi untuk beebrapa hari (atau mungkin kurang dari itu) dapat tergeser keseluruhan tanggapan terhadap suhu ke atas sepanjang skala suhu, dan beberapa hari dikenai suhu nisbi rendah dapat menggeser tanggapan itu ke bawah. Proses ini biasanya disebut sebagai aklimasi jika perubahan dilaksanakan di kondisi laboratorium dan aklimatisasi jika terjadi di lapangan. Aklimatisasi yang terlalu cepat dapat merupakan malapetaka. Di samping itu individu dalam aklimatisasi biasanya berbeda dalam tanggapan terhadap suhu tergantung pada stadium dalam perkembangan yang mankah yang dicapainya (Soetjipto, 1993).Setiap hewan memiliki kisaran toleransi yang bervariasi, maka kehadiran di suatu habitat sangat ditentukan oleh kondisi dari faktor lingkungan di tempat tersebut. Kehadiran dan kinerja populasi hewan di suatu tempat menggambarkan tentang kondisi faktor-faktorlingkungan di tempat tersebut. Oleh karena itu ada istilah spesies indikator ekologi, baikkajian ekologi hewan maupun ekologi tumbuhan. Species indikator ekologi adalah suatu species organisme yang kehadirannya ataupun kelimpahannya dapat memberi petunjukmengenai bagaimana kondisi faktor-faktor fisiko kimia di suatu tempat (Dharmawan, 2005).

Faktor-faktor lingkungan sebagai faktor pembatas ternyata tidak saja berperan sebagai faktor pembatas minimum, tetapi terdapat pula faktor pembatas maksimum. Bagi hewan tertentu misalnya factor lingkungan seperti suhu udara atau kadar garam (salinitas) yang terlalu rendah/sedikit atau terlalu tinggi/banyak dapat mempengaruhi berbagai proses fisiologinya. Faktor-faktor lingkungan tersebut dinyatakan penting jika dalam keadaan minimum, maksimum atau optimum sangat berpengaruh terhadap proses kehidupan hewan menurut batas-batas toleransinya (Slamet, 2006).

Seperti yang telah dijelaskan diatas mengenai kisaran toleransi yang menyebutkan bahwa setiap organisme mempunyai suatu minimum dan maksimum ekologis yang merupakan batas bawah dan batas atas dari kisaran toleransi organisme itu terhadap kondisi faktor lingkungannya. Seperti halnya aklimasi yang merupakan adaptasi terhadap pendedahan yang cukup lama pada kisaran suhu rendah atau tinggi yang dapat ditoleransi. Aklimasi termal adalah kemampuan untuk mentolerir perubahan suhu di bawah dan di atas kisaran suhu normal dengan mengubah mekanisme homeostasis menurut perubahan tahapan termal lingkungan. Seperti pada suhu normal, suhu letal atas dan bawah, juga adasuhuaklimasi atas dan bawah. Contoh, aklimasi termal ikanmas. Suhu letal atas adalah 27C untuk ikan diletakkan pada suhu 0C, dan bertambah sampai 41C untuk ikan yang diletakkan pada suhu 36C. Ikan mas tidak dapat menyesuaikan diri pada suhu yang lebih tinggidari 41C, bahkan jika diletakkan di atas suhu 36C misalnya saja 39C membentuk batas aklimasi atas. Sebaliknya, suhu letal rendah adalah 0C/ sedikit lebih rendah lagi, untuk ikan yang diletakkan pada suhu sampai setinggi 17C, tapijikamerekaberaklimasi pada suhu yang lebih tinggi maka batas letal rendah akan bertambah (Slamet, 2006).

D. Alat dan Bahan

Alat

Aklimator

Aquarium

Thermometer suhu (batang)

Kompartemen

Beker glass

Kompor spiritus

Bahan

Ikan gatul fase juvenile

Ikan gatul non gravid

Ikan gatul Gravid

Es batuE. Prosedur Kerja

1. F. Data Pengamatan

2. Tabel Aklimasi 20C

Data Aklimasi suhu 20C (juvenil)

Menit Ikan

15 C17,5 C20 C22,5 C25 C27,5 C30 C32,5 C35 C

2961221-15

4152-4-13-1

6182----3-2

812-23-13-2

1013---5---3

Data Aklimasi suhu 20C (gravid)

Menit Ikan

15 C17,5 C20 C22,5 C25 C27,5 C30 C32,5 C35 C

2--91-182--

4--3-61155-

6--3-6-21--

8----8418--

10----142410-

Data Aklimasi suhu 20C (non gravid)

Menit Ikan

15 C17,5 C20 C22,5 C25 C27,5 C30 C32,5 C35 C

21665-----3

4226-2-----

616211513-1

8197-13----

101946-----1

3. Tabel Aklimasi 25C

Data Aklimasi suhu 25C (Juvenil)Menit Ikan

15 C17,5 C20 C22,5 C25 C27,5 C30 C32,5 C35 C

2685100000

4562410000

6573320000

84102400000

10950101100

Data Aklimasi suhu 25 oC (Gravid)Menit Ikan

15 C17,5 C20 C22,5 C25 C27,5 C30 C32,5 C35 C

2401821455

4512123263

6600051416

8700231523

10601311100

Data Aklimasi suhu 25C (Non gravid)

Menit Ikan

15 C17,5 C20 C22,5 C25 C27,5 C30 C32,5 C35 C

20004916100

400001014600

62126190000

8000047847

100000514452

4. Data aklimasi suhu 30 o C (juvenile)

Menit ikan

15

o C17,5 o C20 o C22,5 o C25 o C27,5 o C30 o C32,5 o C35 o C

20020210980

400010101720

60210601344

801050110126

100004612260

aklimasi suhu 30 oC (Non gravid)

Menit ikan

15 o C17,5 o C20 o C22,5 o C25 o C27,5 o C30 o C32,5 o C35 o C

2686000172

41274312000

6555223600

810104220100

10796602000

.

aklimasi suhu 30 oC (grafid)

Menit ikan

15 o C17,5 o C20 o C22,5 o C25 o C27,5 o C30 o C32,5 o C35 o C

21553203002

41713022122

61640360100

81412102712

101033042115

G. Analisis Data1. Suhu aklimasi 20C

Grafik pada menit ke 2

Pada menit ke 2, dari ikan yang juvenil, gravid dan non gravid memiliki perbedaan yang mencolok. Diantaranya pada ikan gravid suhu 15C dan 17,5C tidak ada ikan gravid yang berada di kisaran suhu 15C, sebaliknya pada kisaran suhu 15C ada 9 ekor pada ikan juvenil dan 16 ekor pada ikan non gravid. Pada suhu 17,5C terdapat masing-masing 6 ekor ikan juvenil dan gravid. Pada suhu 20C tersapat 1 ikan pada ikan juvenil, sedangkan pada ikan non gravid 5 ikan dan paling banyak pada ikan gravid yaitu sebanyak 9 ikan. Pada suhu 22,5C, 25C, 27,5C, 30C, 32,5C tidak ada ikan non gravid dikisaran suhu tersebut. Berbeda dengan ikan juvenil pada suhu 22,5C terdapat 2 ikan pada suhu ini. Dan pada suhu yang sama hanya ada 1 ikan pada jenis ikan gravid. Pada suhu 25C terdapat 2 ikan juvenil sedangkan pada ikan gravid memiliki jumlah sangat banyak yaitu 18 ekor ikan. Pada suhu 27,5C terdapat ikan juvenil 1 ekor sedangkan pada ikan gravid 2 ekor. Pada suhu 30C semua ikan tidak berada kisaran suhu ini, pada suhu 32,5C tidak ada ikan non gravid dan gravid,m tetapi tedapat 1 ekor ikan juvenil. Untuh suh 35C hanya ada ikan non gravid 3 ekor dan juvenil 5 ekor.

Grafik pada menit ke 4

Pada menit ke 4. Suhu 15C tidak terdapat ikan gravid, sedangkan pada ikan juvenil terdapat 15 ekor ikan dan paling banyak pada ikan non gravid dengan banyak 22 ekor ikan. Pada suhu 17,5C tidak terdapat ikan pada jenis ikan gravid. Sedangkan pada ikan juvenil terdapat 2 ekor ikan dan pada ikan non gravid terdapat 6 ekor ikan. Pada suhu 20C tidak terdapat ikan jenis juvenil dan non gravid sedangkan pada ikan gravid terdapat 3 ekor ikan. Pada suhu ke 22,5C tidak terdapat ikan jenis gravid , sedangkan pada ikan non gravid terdapat 2 ekor ikan dan pada ikan juvenil terdapat 4 ekor ikan. Pada suhu 25C tidak terdapat ikan jenis non gravid dan juvenl tetapi terdapat ikan gravid sebanyak 6 ekor. Pada suhu 27,5 C tidak terdapat ikan jenis non gravid, sedangkan pada ikan juvenil dan gravid terdapat sebanyak 1 ekor ikan. Pada suhu 30C tidak terdapat ikan jenis non gravid, tetapi terdapat ikan jenis juvenil sebanyak 3 ikan dan gravid 15 ikan. Pada suhu 32,5C tidak terdapat ikan jenis non gravid dan juvenil tetapi terdapat ikan jenis gravid sebanyak 5 ekor. Pada suhu 35C tidak terdapat ikan jenis non gravid dan gravid, tetapi terdapat jenis ikan juvenil sebanyak 1 ekor.

Grafik pada menit ke 6

Pada menit ke 6, suhu 15C tidak terdapat ikan gravid, sedangkan pada ikan juvenil terdapat 18 ekor ikan dan pada ikan non gravid sebanyak 16 ekor ikan. Pada suhu 17,5C tidak terdapat ikan pada jenis ikan gravid. Sedangkan pada ikan juvenil terdapat 2 ekor ikan dan pada ikan non gravid terdapat 2 ekor ikan. Pada suhu 20C tidak terdapat ikan jenis juvenil sedangkan pada ikan non gravid terdapat 1 ekor ikan dan pada ikan gravid terdapat 3 ekor ikan. Pada suhu ke 22,5C tidak terdapat ikan jenis gravid dan juvenil , sedangkan pada ikan non gravid terdapat 1 ekor ikan. Pada suhu 25C tidak terdapat ikan jenis juvenil, tetapi terdapat ikan gravid sebanyak 6 ekor dan pada ikan non gravid 5 ekor ikan. Pada suhu 27,5 C tidak terdapat ikan jenis juvenil dan gravid, sedangkan pada ikan non gravid terdapat sebanyak 1 ekor ikan. Pada suhu 30C terdapat ikan jenis non gravid, juvenil dan gravid sebanyak 3 ikan. Pada suhu 32,5C tidak terdapat ikan jenis non gravid, gravid dan juvenil. Pada suhu 35C tidak terdapat ikan jenis gravid dan ikan non gravid 1 ekor serta terdapat jenis ikan juvenil sebanyak 2 ekor.

Grafik pada menit ke 8

Pada menit ke 8, Suhu 15C tidak terdapat ikan gravid, sedangkan pada ikan juvenil terdapat 12 ekor ikan dan pada ikan non gravid sebanyak 19 ekor ikan. Pada suhu 17,5C tidak terdapat ikan pada jenis ikan gravid dan juvenil. Sedangkan pada ikan non gravid terdapat 7 ekor ikan. Pada suhu 20C tidak terdapat ikan jenis gravid dan non gravid, sedangkan pada ikan juvenil terdapat 2 ekor. Pada suhu ke 22,5C tidak terdapat ikan jenis gravid, sedangkan pada ikan non gravid terdapat 1 ekor ikan dan ikan juvenil 3 ekor ikan. Pada suhu 25C tidak terdapat ikan jenis juvenil, tetapi terdapat ikan gravid sebanyak 8 ekor dan pada ikan non gravid 3 ekor ikan. Pada suhu 27,5 C tidak terdapat ikan jenis non gravid, sedangkan pada ikan gravid terdapat sebanyak 4 ekor ikan dan ikan juvenil terdapat 1 ekor ikan. Pada suhu 30C tidak terdapat ikan jenis non gravid, tetapi terdapat ikan yang juvenil 3 ekor ikan dan yang gravid sebanyak 18 ikan. Pada suhu 32,5C tidak terdapat ikan jenis non gravid, gravid dan juvenil. Pada suhu 35C tidak terdapat ikan jenis gravid dan ikan non gravid dan terdapat jenis ikan juvenil sebanyak 2 ekor.

Grafik pada ment ke 10

Pada menit ke 10, Suhu 15C tidak terdapat ikan gravid, sedangkan pada ikan juvenil terdapat 13 ekor ikan dan pada ikan non gravid sebanyak 19 ekor ikan. Pada suhu 17,5C tidak terdapat ikan pada jenis ikan gravid dan juvenil. Sedangkan pada ikan non gravid terdapat 4 ekor ikan. Pada suhu 20C tidak terdapat ikan jenis gravid dan juvenil, sedangkan pada ikan nongravid terdapat 7 ekor ikan. Pada suhu ke 22,5C tidak terdapat ikan jenis gravid, non gravid dan ikan juvenil. Pada suhu 25C tidak terdapat ikan jenis non gravid, tetapi terdapat ikan gravid sebanyak 14 ekor dan pada ikan juvenil terdapat 5 ekor ikan. Pada suhu 27,5 C tidak terdapat ikan jenis non gravid dan juvenil, sedangkan pada ikan gravid terdapat sebanyak 2 ekor ikan. Pada suhu 30C tidak terdapat ikan jenis non gravid dan juvenil, tetapi terdapat ikan gravid sebanyak 4 ekor ikan. Pada suhu 32,5C tidak terdapat ikan jenis non gravid dan juvenil,tetapi terdapat ikan gravid sebanyak 10 ekor. Pada suhu 35C tidak terdapat ikan jenis gravid dan terdapat jenis ikan non gravid 1 ekor serta ikan juvenil sebanyak 3 ekor.

2. Suhu Aklimasi 25C

Grafik pada menit ke 2

Dari grafik diatas, menunjukkan bahwa pada aklimasi 25C pada menit ke 2, Pertama ikan guppy juvenil, pada suhu 15C ditempati 4 ekor ikan, 17,5C tidak ditempati ikan / 0 (paling sedikit), 20C ditempati 1 ekor ikan, suhu 22,5C ditempati 8 ekor (paling banyak), 25C ditempati 2 ekor ikan, 27,5C ditempati 1 ekor ikan, 30C ditempati 4 ekor ikan, 32,5C ditempati 5 ekor ikan, dan 35C ditempati 5 ekor ikan. Kedua ikan guppy grafid, pada suhu 15C ditempati 6 ekor ikan, 17,5C ditempati 8 ekor ikan (paling banyak), 20C ditempati 5 ekor ikan, 22,5C ditempati 1 ekor ikan, 25C, 27,5C, 30C, 32,5C, dan 35C tidak ditempati ikan/ 0 (paling sedikit). Ketiga ikan guppy non grafid, pada suhu 15C, 17,5C, 20C, 32,5C, dan 35C tidak ditempat ikan/ 0 (paling sedikit), suhu 22,5C ditempati 4 ekor ikan, 25C ditempati 9 ekor ikan, 27,5C ditempati 16 ekor ikan (paling banyak), dan 30C ditempati 1 ekor ikan.

Grafik pada menit ke 4

Dari grafik diatas menunjukkan bahwa pada aklimasi 25C menit ke 4, pertama ikan guppy juvenil, pada suhu 15C ditempati 5 ekor ikan, 17,5C dan 22,5C ditempati 1 ekor ikan (paling sedikit), 20C ditempati 2 ekor ikan, 25C ditempati 2 ekor ikan, 27,5C ditempati 3 ekor ikan, 30C ditempati 2 ekor ikan, 32,5C ditempati 6 ekor ikan (paling banyak), dan 35C ditempati 3 ekor ikan. Kedua ikan guppy grafid, pada suhu 15C ditempati 5 ekor ikan, 17,5C ditempati 6 ekor ikan (paling banyak), 20C ditempati 2 ekor ikan, 22,5C ditempati 4 ekor ikan, 25C ditempati 1 ekor ikan, 27,5C, 30C, 32,5C dan 35C tidak ditempati ikan / 0 (paling sedikit). Ketiga ikan guppy non grafid, pada suhu 15C, 17,5C, 20C, 22,5C, 32,5C dan 35C tidak ditempati ikan / 0 (paling sedikit), 25C ditempati 10 ekor ikan, 27,5C ditempati 14 ekor ikan (paling banyak) dan 30C ditempati 6 ekor ikan.

Grafik pada menit ke 6

Dari grafik diatas menunjukkan bahwa pada aklimasi 25C menit ke 6, pertama ikan guppy juvenil pada suhu 15C dan 35C ditempati 6 ekor ikan (paling banyak), 17,5C, 20C, dan 22,5C tidak ditempati ikan / 0 (paling sedikit), 25C ditempati 5 ekor ikan, 27,5C ditempati 1 ekor ikan, 30C ditempati 4 ekor ikan. Kedua ikan guppy grafid, pada suhu 15C ditempati 5 ekor ikan, 17,5C ditempati 7 ekor ikan (paling banyak), 20C ditempati 3 ekor ikan, 22,5C ditempati 3 ekor ikan, 25C ditempati 2 ekor ikan, 27,5C, 30C, 32,5C dan 35C tidak ditempati ikan / 0 (paling sedikit). Ketiga ikan guppy non grafid, pada suhu 15C ditempati 2 ekor ikan, 17,5C ditempati 1 ekor ikan, 20C ditempati ekor ikan, 22,5C ditempati 6 ekor ikan, 25C ditempati 19 ekor ikan (paling banyak), 27,5C, 30C, 32,5C dan 35C tidak ditempati ikan / 0 (paling sedikit).

Grafik pada menit ke 8

Dari grafik di atas menunjukkan bahwa pada aklimasi 25C menit ke 8, pertama ikan guppy juvenil, pada suhu 15C ditempati 7 ekor ikan (paling banyak), 17,5C dan 20C tidak ditempati ikan / 0 (paling sedikit), 22,5C ditempati 2 ekor ikan, 25C ditempati 3 ekor ikan, 27,5C ditempati 1 ekor ikan, 30C ditempati 5 ekor ikan, 32,5C ditempati 2 ekor ikan dan 35C ditempati 3 ekor ikan. Kedua ikan guppy grafid, pada suhu 15C ditempati 4 ekor ikan, 17,5C ditempati 10 ekor ikan (paling banyak), 20C ditempati 2 ekor ikan, 22,5C ditempati 4 ekor ikan, 25C, 27,5C, 30C, 32,5C, dan 35C tidak ditempati ikan / 0 (paling sedikit). Ketiga ikan guppy non grafid, pada suhu 15C, 17,5C, 20C, dan 22,5C tidak ditempati ikan / 0 (paling sedikit), 25C ditempati 4 ekor ikan, 27,5C ditempati 7 ekor ikan, 30C ditempati 8 ekor ikan (paling banyak), 32,5C ditempati 4 ekor ikan, dan 35C ditempati 7 ekor ikan.

Grafik pada menit ke 10

Dari grafik di atas menunjukkan bahwa pada aklimasi 25C menit ke 10, pertama ikan guppy juvenil, pada suhu 15C ditempati 6 ekor ikan (paling banyak), 17,5C, 32,5C dan 35C tidak ditempati ikan / 0 (paling sedikit), 20C ditempati 1 ekor ikan, 22,5C ditempati 3 ekor ikan, 25C, 27,5C, dan 30C ditempati 1 ekor ikan. Kedua ikan guppy grafid, pada suhu 15C ditempati 9 ekor ikan (paling banyak), 17,5C ditempati 5 ekor ikan, 20C, 25C, 32,5C, dan 35C tidak ditempati ikan / 0 (paling sedikit), 22,5C, 27,5C dan 30C ditempati 1 ekor ikan. Ketiga ikan guppy non grafid, pada suhu 15C, 17,5C, 20C, dan 22,5C tidak ditempati ikan / 0 (paling sedikit), 25C ditempati 5 ekor ikan, 27,5C ditempati 14 ekor ikan (paling banyak), 30C ditempati 4 ekor ikan, 32,5C ditempati 5 ekor ikan, dan 35C ditempati 2 ekor ikan.

3. Grafit Aklimasi 30

Grafik pada menit ke 2

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa ikan guppy juvenile yang diaklimasi suhu 30 C dimenit kedua, ikan tidak menempati suhu 15 C, 17,5 C dan 22,5 C. Sedangkan pada suhu 20 C ditemukan dua ikan guppy begitu pula pada suhu ke 25 C. ikan guppy paling banyak ditemukan pada suhu 27,5 yaitu sebanyak sepuluh ekor dan mengalami penurunan saat suhu semakin tinggi yaitu ditemukan 9 ekor pada suhu 30 C dan 8 ekor pada suhu 32,5 C. Sedangkan pada ikan guppy non grafid di menit kedua 6 ekor menempati suhu 15 C dan pada suhu 17,5 C ditemukan 8 ekor, selanjutnya mengalami penurunan jumlah pada suhu ke 20 C yaitu sebanyak 6 ekor dan tiga suhu berikutnya tidak ditemukan satu ekorpun dilanjut pada suhu ke 30 C , 32,5 C dan 35 C yaitu berturut-turut 1 ekor, 7 ekor dan 2 ekor. Selanjutnya ikan grafid yang diaklimatisasi pada suhu 30 C 15 ekor ikan ditemukan pada suhu pertama dan pada suhu 17,5 C sebanyak 5 ekor guppy dan suhu selanjutnya sebanyak 3 ekor dan pada suhu 22,5 C ditemukan ikan guppy sebanyak 2 ekor dan 4 suhu berikutnya tidak ditemukan adanya ikan guppy yang berenang di area tersebut keculai pada suhu 27,5 C terhitung sebanyak 3 ekor dan pada suhu tertinggi yaitu 35 C tidak ditemukan satu ekor ikanpun.

Grafik pada menit ke 4

Berdasarkan garfik diatas ikan juvenile pada menit keempat suhu 15 C sampai 20 C tidak ditemukan adanya ikan begitu pula pada suhu 25 C. pada suhu 22,5 C masi ditemukan satu ekor ikan sedangkan pada suhu 27,5 C ditemukan 10 ekor ikan dan pada suhu 30 C ditemukan 17 ekor ikan dan pada suhu selanjutnya yaitu 32,5 C hanya ditemukan 2 ekor ikan guppy dan terakhir pada suhu 35 C tidak ada satu ekor ikanpun menempati area disekitar suhu tersebut. Kemudian pada ikan non grafid pada suhu 15 C ditemukan guppy sebanyak 12 ekor pada suhu 17,5 C 7 ekor pada suhu 20 C 4 ekor dan pada suhu berikutnya berturut-turut yaitu sebanayak 3 ekor, 1 ekor, 2 ekor dan tiga terakhir tidak ditemukan keberadaan ikan guppy. Sedangkan ikan grafid pada menit ke empat 17 ekor menempati suhu terrendah yaitu 15 C dan pada suhu berikutnya hanya ada 1 ekor ikan saja, dilanjut pada suhu ke 20 C 3 ekor ikan terhitung dan pada suhu 22,5 C tidak ditemukan adanya ikan guppy dan 5 tingkat suhu berikutnya ditemukan masing-masing 2 ekor ikan guppy kecuali pada suhu 30 C hanya ada1 ekor ikan.

Grafik pada menit ke menit ke 6

Berdasarkan grafik diatas dua menit berikutnya yaitu pada menit keenam ikan juvenile pada suhu 15 C tetap tidak ditemukan adanya ikan baru pada suhu 17,5 ditemukan dua ekor ikan dan pada suhu berikutnya I ekor ikan tetapi pada suhu 22,5 C tidak ditemukan ikan kembali selanjutnya pada suhu 25 ikan guppy ditemukan sebanyak 6 ekor dan pada suhu 27,5 C tidak ditemukan satu ekorpun yg terlintas di area tersebut berbeda pada suhu 30 C ikan ditemukan sejumlah 13 ekor dan pada suhu selanjutnya masing-masing ditemukan sebanyak 4 ekor. Sedangkan suhu pertama dari ikan non grafid ditemukan masing-masing 5 ekor dan dua suhu berikutnya sebanyak 2 ekor sedangkan pada suhu 27,5 C dan 30 C sebanyak 3 ekor dan 6 ekor sedangkan dua terakhir tidak satupun ekor berada pada area tersebut. Sedangkan pada menit ke enam dari ikan grafid 16 ekor ikan berada di area suhu tersebut dan mengalami penurunan drastis pada suhu selanjutnya yaitu hanya ditemukan 4 ekor saja lebih lagi pada suhu 20 C samasekali tidak ditemukan adanya ikan guppy dan pada suhu 22,5 C dan 25 C 3 ekor dan 6 ekor ikan guppy. Empat suhu berikutnya tidak ditemukan keberadaan ikan guppy yang menempati atau berenang di area suhu tersebut kecuali pada suhu 30 C ditemukan 1 ekor ikan guppy.

Grafik pada menit ke 8

Pada menit kedelapan ikan juvenile seperti pada sebelumya yaitu tidak ditemukan adanya ikan guppy di suhu 15 C dan 20 C tetapi pada suhu 17,5 ditemukan satu ekor ikan. Selanjutnya pada suhu 22,5 ditemukan ikan sebanyak lima ekor dan pada suhu berikutnya kembali tidak ditemuykan satu ekorpun berbeda pada suhu 27,5 ditemukan ikan sebanyak 11 ekor dan pada suhbu berikutnya berturut-turut sebanyak 0 ekor, 12 ekor dan 6 ekor. Sedangkan pada ikan non grafid dua suhu awal ditemukan masing-masing 10 ekor dan pada suhu ke 20 C sebanyak 4 ekor disusul dua suhu berikutnya masing-masing ditemukan sebanyak 2 ekor sedangkan pada suhu 27,5 C tidak ditemukan begitu juga pada suhu 32,5 C dan 35 C tetapi pada suhu yang ke 30 C ditemukan satu ikan guppy berenag bebeas di area tersebut. Berikutnya 14 ekor ikan garfid terhitung berada dia area suhu 15 C dan pada suhu 17,5 sebanyak 1 ekor dan pada suhu 20 C 2 ekor dilanjut pada suhu 22,5 C sebanyak 1 ekor sedangkan pada suhu berikutnya tidak ditemukan satu ekorpun yang berenang bebas di suhu tersebut dan 4 suhu berikutnya berturut-turut yaitu 2 ekor, 7 ekor,1 ekor dan yang terakhir ditemukan 2 ekor ikan guppy.

Grafik pada menit ke 10

Adapun menit terakhir dari ikan juvenile suhu pertama hingga pada suhu ke tiga tidak ditemukan adanya ikan guppy di area suhu tersebut. Selanjutnya ditemukan jumlah ikan bertutut-turut dari suhu 22,5 C 35 C adalah 4 ekor, 6 ekor 12 ekor 2 ekor 6 ekor dan terakhir sama sekali tidak ditemukan. Menit kesesedangkan pada ikan no grafid pada suhu 15 C ditemukan ikan guppy sebanyak 7 ekor dan 9 ekor pada suhu berikutnya dan pada suhu 20 C, 22,5 C ikan guppy terhitung sebanyak eko. 5 tingkatan suhu berikutnya tidak ditemukan adanya ikan guppy yang berenang di suhu tersebut kecuali pada suhu 27,5 C ditemukan 2 ekor. Dan pada ikan grafid suhu pertama ditemukan ikan sebanyak 10 ekor dua suhu berikutnya ditemukan ikan sebanyak 3 ekor dilanjut suhu ke 22,5 tidak ditemukan satu ekor ikanpun yang berenang di area suhu tersebut dan lima tingkat suhu berikutnya berturut-turut ditemukan sebanyak 4 ekor, 2 ekor ,1 ekor ,1 ekor dan yang menempati suhu tertingggi nyaitu 35 C sebanyak 5 ekor.

H. PembahasanIkan Guppy (Poecilia reticulates) merupakan salah satu contoh Elasmobranchii yang mudah didapatkan. Ikan Guppy ini cukup berbeda dari ikan lainnya karena fertilisasinya secara internal. Hal tersebut terlihat dari ovarium ikan Guppy yang di dalamnya terdapat telur yang dibuahi. Telur yang telah dibuahi tersebut akan terus berkembang menjadi ikan Guppy muda di dalam kantung embrio induknya. Di dalam rongga ovarium terdapat berbagai fase perkembangan telur dan embrio, bahkan calon ikan guppy (Poecilia reticulates). Temuan ini sangat menarik, karena pada umumnya embrio yang diperoleh diperoleh dari ikan yang melakukan fertilisasi secara eksternal. Poecilia reticulates atau Lebistes reticulates, merupakan ikan yang berasal dari Amerika Selatan. Sirip anal atau sirip pelvis ikan jantan berubah bentuk untuk menyalurkan mani ke tubuh ikan betina. Lebistes betina saat berkopulasi menunjukkan posisi tertentu, ini sebagian disebabkan oleh faktor-faktor internal dalam ikan betina dan sebagian oleh zat-zat yang disekresikan oleh ikan jantan (Yatim, 1994).

Menurut Yonandre (2010), ditemukan ikan guppy dapat hidup secara alami di lingkungan air dingin dengan suhu 22,6C dan lingkungan panas pada suhu 30C. Pada umunya ikan guppy dapat hidup di air yang bersuhu antara 20C - 30C.

Suhu merupakan faktor penting dalam ekosistem perairan (Ewusie, 1990). Kenaikan suhu air dapat menimbulkan kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu (Aprianto dan Liviawati, 1992). Menurut Soetjipta (1993), air memiliki beberapa sifat termal yang unik, sehingga perubahan suhu dalam air berjalan lebih lambat dari pada udara. Selanjutnya Soetjipta menambahkan bahwa walaupun suhu kurang mudah berubah di dalam air daripadadi udara, namun suhu merupakan faktor pembatas utama. Oleh karena itu, mahluk akuatiksering memiliki toleransi yang sempit.

Menurut Laevastu dan Hela (1970), pengaruh suhu terhadap ikan adalah dalam proses metabolisme, seperti pertumbuhan dan pengambilan makanan, aktivitas tubuh, seperti kecepatan renang, serta dalam rangsangan syaraf. Pengaruh suhu air pada tingkah laku ikan paling jelas terlihat selama pemijahan. Suhu air laut dapat mempercepat atau memperlambat mulainya pemijahan pada beberapa jenis ikan. Suhu air dan arus selama dan setelah pemijahan adalah faktor-faktor yang paling penting yang menentukan kekuatan keturunan dan daya tahan larva pada spesies-spesies ikan yang paling penting secara komersil. Suhu ekstrim pada daerah pemijahan (spawning ground) selama musim pemijahan dapat memaksa ikan untuk memijah di daerah lain daripada di daerah tersebut. Nybakken (1988), sebagian besar biota laut bersifat poikilometrik (suhu tubuh dipengaruhi lingkungan) sehingga suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme.Terdapat pula zona peralihan antara daerah-daerah ini, tetapi tidak mutlak karena pembatasannya dapat agak berubah sesuai dengan musim. Organisme perairan seperti ikan maupun udang mampu hidup baik pada kisaran suhu 20-30C. Perubahan suhu di bawah 20C atau di atas 30C menyebabkan ikan mengalami stres yang biasanya diikuti oleh menurunnya daya cerna (Trubus, 2005).

Anggapan suatu individu ektoterm terhadap suhu tidak tentu, tanggapan itu dipengaruhi suhu yang dialami di masa lampau. Suatu individu yang dikenal suhu yang nisbi tinggi untuk beberapa hari (atau mungkin kurang dari itu) dapat tergeser keseluruhan tanggapan terhadap suhu ke atas sepanjang skala suhu, dan beberapa hari dikenai suhu nisbi rendah dapat menggeser tanggapan itu ke bawah. Proses ini biasanya disebut sebagai aklimasi jika perubahan dilaksanakan di kondisi laboratorium dan aklimatisasi jika terjadi di lapangan. Aklimatisasi yang terlalu cepat dapat merupakan malapetaka. Di samping itu individu dalam aklimatisasi biasanya berbeda dalam tanggapan terhadap suhu tergantung pada stadium yang manakah yang dicapainya (Soetjipta, 1993: 58).

Dalam Susanto, Pudyo. 2000 (24-25), hewan-hewan air biasanya mempunyai rentangan toleransi yang sempit terhadap suhu. Hal ini berhubungan dengan rentangan perubahan suhu air yang tidak terlalu jauh. Meskipun beberapa jenis hewan dapat bertahan hidup pada suhu ekstrem atas atau bawah, tetapi kebanyakan hewan hanya bertahan hidup pada temperatur yang sesuai dengan kemampuan adaptasinya. Perubahan temperatur juga berpengaruh terhadap perkembangbiakan dan pertumbuhan hewan.Aklimasi Suhu 20CPada aklimasi 20C pada menit ke 2, ikan guppy juvenil lebih banyak menempati pada suhu 15C kemudian juga terdapat pada suhu 17,5C dan ada juga pada suhu 20C hal ini sesuai dengan proses aklimasinya pada suhu 20C, maka kebanyakan ikan berada pada kisaran toleransi suhu tersebut. Namun ada juga ikan guppy yang berada pada suhu 22,5C, 25C, 27,5C, 32,5C dan 35C. Hal ini sesuai dengan teori bahwa hewan stadia muda mempunyai kisaran toleransi lebih sempit untuk sejumlah faktor lingkungan, sehingga tidak menempati suhu rendah, kalaupun rendah mungkin ikan sedang berenang bebas. Untuk ikan-ikan yang lain yang menempati suhu lain, mungkin ikan tersebut sedang berenang bebas atau bermain-main dengan lingkungan baru yaitu medium yang lebih kecil (Dharmawan, Agus 2005).

Pada ikan guppy grafid lebih banyak menempati pada suhu 25C, dan juga pada suhu 20C dan 22,5C, tidak ada ikan pada suhu 30C sampai 35C. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang disebutkan yaitu, Pada dasarnya suhu rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres pernafasan pada ikan berupa penurunan laju respirasi dan denyut jantung sehingga dapat berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen. Sehingga pada umumnya ikan lebih menyukai suhu yang relatif hangat untuk proses fisiologis dalam tubuhnya ataupun inkubasi telur maksimal untuk yang gravit (Tunas. 2005). Hal ini dapat terjadi oleh beberapa faktor diantaranya suasana laboratorium yang tidak kondusif seperti ribut dan banyaknya pergerakan. Sebab ikan guppy ini sangat sensitive terhadap pergerakan dan suara.

Pada ikan guppy non gravid dengan aklimasi suhu 20C lebih banyak ikan menempati pada suhu 15C sampai suhu 20C. Hal ini termasuk wajar dan sesuai, karena ikan diaklimasikan pada suhu 25C sehingga ikan terbiasa hidup dilingkungan air dengan suhu diantara atau mendekati 20C. Karena tujuan aklimasi adalah untuk membiasakan individu dengan lingkungan barunya (Dharmawan, Agus. 2005).

Pada menit ke 4 ikan guppy juvenil lebih banyak pada suhu 15C kemudian ada juga pada suhu 17,5C, pada suhu 22,5C dan 30 C. Hal ini menunjukkan bahwa adaptasi pada suhu-suhu baru ikan tersebut lebih memilih pada suhu 15C. Hal ini wajar karena aklimasi dilakukan pada suhu 20C. Hal ini sesuai dengan Agus Dharmawan (2005) yang menyatakan bahwa hewan stadia muda mempunyai kisaran toleransi lebih sempit untuk sejumlah faktor lingkungan, sehingga tidak menempati suhu rendah, kalaupun rendah mungkin ikan sedang berenang bebas. Untuk ikan-ikan yang lain yang menempati suhu lain, mungkin ikan tersebut sedang berenang bebas atau bermain-main dengan lingkungan baru yaitu medium yang lebih kecil.

Pada ikan gravid kebanyakan ikan berada pada suhu 30C dan 32,5C dan juga ada beberapa ikan berada pada suhu 20C dan 25C. Hal ini sesuai dengan teori bahwa Pada dasarnya suhu rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres pernafasan pada ikan berupa penurunan laju respirasi dan denyut jantung sehingga dapat berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen. Sehingga pada umumnya ikan lebih menyukai suhu yang relatif hangat untuk proses fisiologis dalam tubuhnya ataupun inkubasi telur maksimal untuk yang gravit (Tunas. 2005). Jadi kebanyakan ikan gravid berada pada suhu hangat atau tinggi karena untuk proses fisiologisnya.

Pada ikan non gravid, sebagain besar ikan berada pada suhu 15C dan ada juga pada suhu 17,5C dan pada suhu 22,5C. Hal ini termasuk wajar dan sesuai, karena ikan diaklimasikan pada suhu 20C sehingga ikan terbiasa hidup dilingkungan air dengan suhu diantara atau mendekati 20C. Karena tujuan aklimasi adalah untuk membiasakan individu dengan lingkungan barunya (Dharmawan, Agus. 2005).

Pada aklimasi menit ke 6 , ikan guppy juvenil kebanyakan pada suhu 15C, kemudian ada juga pada suhu 17,5C. Hal ini menunjukkan bahwa adaptasi pada suhu-suhu baru ikan tersebut lebih memilih pada suhu 15C. Hal ini wajar karena aklimasi dilakukan pada suhu 20C. Hal ini sesuai dengan pernyataan seperti yang telah disebutkan diatas yaitu oleh Agus Dharmawan (2005) yang menyatakan bahwa hewan stadia muda mempunyai kisaran toleransi lebih sempit untuk sejumlah faktor lingkungan, sehingga tidak menempati suhu rendah, kalaupun rendah mungkin ikan sedang berenang bebas. Untuk ikan-ikan yang lain yang menempati suhu lain, mungkin ikan tersebut sedang berenang bebas atau bermain-main dengan lingkungan baru yaitu medium yang lebih kecil. Tetapi ada ikan yang berada pada suhu 30C dan 35C, hal ini terjadi karen aikan hanya berenang-renang dan kemungkinan karena faktor diantaranya suasana laboratorium yang tidak kondusif seperti ribut dan banyaknya pergerakan. Sebab ikan guppy ini sangat sensitive terhadap pergerakan dan suara.

Pada ikan guppy gravid kebanyakan ikan pada suhu 30C, walaupun ada juga ikan pada suhu 25C dan 20C. Hal ini wajar, dan sesuai teori bahawa kebanyakan ikan gravid akan menempati pada suhu relatif hangat untuk proses fisiologi. Pada dasarnya suhu rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres pernafasan pada ikan berupa penurunan laju respirasi dan denyut jantung sehingga dapat berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen. Sehingga pada umumnya ikan lebih menyukai suhu yang relatif hangat untuk proses fisiologis dalam tubuhnya ataupun inkubasi telur maksimal untuk yang gravit (Tunas. 2005).

Pada ikan guppy non gravid kebanyakan ikan pada suhu 15C, walaupun ada juga ikan yang menempati pada suhu 17,5C, 20C, 22,5C, 25C, 27,5C, dan 30C. Hal ini termasuk wajar dan sesuai, karena ikan diaklimasikan pada suhu 25C sehingga ikan terbiasa hidup dilingkungan air dengan suhu diantara atau mendekati 25C. Karena tujuan aklimasi adalah untuk membiasakan individu dengan lingkungan barunya (Dharmawan, Agus. 2005).

Pada aklimasi 25C pada menit ke 8, ikan guppy juvenil paling banyak menempati suhu 15C sebanyak dan paling sedikit menempati suhu 27,5C. Hal ini berarti ikan lebih menyukai suhu yang dingin. Namun ada beberapa yang menyukai suhu diatas 20C. Hal tersebut mungkin dikarenakan kemampuan toleransi ikan berbeda-beda, selain itu mungkin ikan tersebut sedang berenang bebas sehingga tidak mungkin ikan berada dalam suhu tersebut karena pada menit-menit sebelumnya ikan juga berada dalam suhu yang berbeda-beda.

Pada ikan gravid , menunjukkan data bahwa ikan akan menempati suhu hangat, dimana suhu ini dapat mejadikan proses fisiologis dalam tubihnya. Pada ikan guppy ini, kebanyakan ikan terdapat pada suhu 30C, walaupun ada juga yang berada pada suhu 27,5C dan 25C. Hal ini juga sesuai dengan teori, Pada umumnya, ikan Lebistes (Poecilia) betina memiliki preferensi suhu lebih tinggi daripada ikan Lebistes jantan. Hal ini memiliki keterkaitan dan hubungan dengan perkembangan seksual dan thermoregulasi dari ikan Lebistes itu sendiri (Baker et al. 2007).

Pada ikan non gravid paling banyak menempati suhu 15C dan tidak menempati suhu 27,5C, 30C, 32,5C dan 35C. Data tersebut menunjukkan bahwa adaptasi dari ikan tersebut sesuai yaitu ikan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dengan menempati suhu 15C yang sebelumnya ikan tersebut hidup pada suhu 20C (diaklimasikan). Dari data tersebut juga dapat disimpulkan bahwa ikan tidak menyukai lingkungan yang panas, namun masih ada beberapa ikan yang menyukai suhu yang dingin. Hal tersebut dikarenakan kisaran toleransi ikan dewasa lebih luas (Dharmawan, Agus. 2005).

Pada aklimasi menit ke 10, ikan guppy juvenil lebih banyak menempati pada suhu 15C dan ada juga pada suhu 25C hal ini sesuai dengan proses aklimasinya pada suhu 20C, maka kebanyakan ikan berada pada kisaran toleransi suhu tersebut. Namun ada juga ikan guppy yang berada pada suhu 25C dan 35C. Hal ini sesuai dengan teori bahwa hewan stadia muda mempunyai kisaran toleransi lebih sempit untuk sejumlah faktor lingkungan, sehingga tidak menempati suhu rendah, kalaupun rendah mungkin ikan sedang berenang bebas. Untuk ikan-ikan yang lain yang menempati suhu lain, mungkin ikan tersebut sedang berenang bebas atau bermain-main dengan lingkungan baru yaitu medium yang lebih kecil (Dharmawan, Agus 2005).

Pada ikan gravid, ikan banyak menempati pada suhu 25C , ada juga pada suhu 27C, 30C dan 32C. Hal ini sesuai teori pada suhu 30C dan 32Cyaitu, Pada umumnya, ikan Lebistes (Poecilia) betina memiliki preferensi suhu lebih tinggi daripada ikan Lebistes jantan. Hal ini memiliki keterkaitan dan hubungan dengan perkembangan seksual dan thermoregulasi dari ikan Lebistes itu sendiri (Baker et al, 2007).

Pada ikan guppy non grafid lebih banyak menempati suhu 155C dan tidak menempati suhu 22,5C, 25C, 27C, 30C, dan 32,5C. Selain itu ikan juga menempati suhu 17,5C dan 20C. Hal ini termasuk wajar dan sesuai, karena ikan diaklimasikan pada suhu 20C sehingga ikan terbiasa hidup dilingkungan air dengan suhu diantara atau mendekati 20C. Karena tujuan aklimasi adalah untuk membiasakan individu dengan lingkungan barunya (Dharmawan, Agus. 2005).

Dari data diatas, menunjukkan bahwa aklimasi 20C dari menit ke 2 10, ikan guppy juvenil posisinya berubah-ubah namun lebih dominan berada pada suhu 15C. Hal itu menunjukkan bahwa ikan juvenil lebih menyukai suhu yang dingin, mungkin karena pada suhu yang dingin terdapat oksigen (Irianto, 2005). Pada ikan guppy grafit, posisinya juga berubah-ubah namun lebih dominan menempati suhu 30C. Hal ini sesuai dengan teori, Pada dasarnya suhu rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres pernafasan pada ikan berupa penurunan laju respirasi dan denyut jantung sehingga dapat berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen. Sehingga pada umumnya ikan lebih menyukai suhu yang relatif hangat untuk proses fisiologis dalam tubuhnya ataupun inkubasi telur maksimal untuk yang gravit (Tunas, 2005).Sedangkan ikan guppy non grafid, sangat dominan menempati suhu 15C. Hal ini menunjukkan bahwa pada ikan guppy non grafid dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dengan suhu yang sama dengan suhu aklimasi. Hal ini sesuai dengan Agus Dharmawan (2005), bahwa aklimasi berfungsi untuk membiasakan lingkungan baru dengan lingkungan sebelumnya. Namun tidak selalu ikan tersebut berada pada suhu yang tetap karena Suhu tinggi dapat menyebabkan gangguan status kesehatan untuk jangka panjang, misalnya stres yang ditandai dengan tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal. Pada suhu rendah, akibat yang ditimbulkan antara lain ikan menjadi lebih rentan terhadap infeksi fungi dan bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun. Pada dasarnya suhu rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres pernafasan pada ikan berupa menurunnya laju pernafasan dan denyut jantung sehingga dapat berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen (Irianto, 2005).

Aklimasi Suhu 25CPada aklimasi 25C pada menit ke 2, ikan guppy juvenil lebih banyak menempati 22,5C, dan tidak menempati suhu 17,5C. Selain itu, ikan menempati suhu 15C 4 ekor, 20C 1 ekor, 25C 2 ekor, 27,5C 1 ekor, 30C 4 ekor, 32,5C 5 ekor dan 35C 5 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa adaptasi pada suhu-suhu baru ikan tersebut lebih memilih suhu 22,5C. Hal ini wajar karena aklimasi dilakukan di suhu 25C, berarti suhu 22,5C mendekati 25C, yang seharusnya ikan berada pada suhu 25C dan tidak beradaptasi lagi. Hal ini sesuai dengan Agus Dharmawan (2005) yang menyatakan bahwa hewan stadia muda mempunyai kisaran toleransi lebih sempit untuk sejumlah faktor lingkungan, sehingga tidak menempati suhu rendah, kalaupun rendah mungkin ikan sedang berenang bebas. Untuk ikan-ikan yang lain yang menempati suhu lain, mungkin ikan tersebut sedang berenang bebas atau bermain-main dengan lingkungan baru yaitu medium yang lebih kecil.

Pada ikan guppy grafid lebih banyak menempati suhu 17,5C sebanyak 6 ekor dan tidak menempati suhu 25C, 27,5C, 30C, 32,5C dan 35C. Selain itu, ikan menempati suhu 20C 5 ekor, dan 22,5C 1 ekor. Seharusnya ikan menempati suhu 25C karena ikan sudah diaklimasikan pada suhu 25C. Mungkin ikan guppy tersebut masih beradaptasi dengan lingkungan/medium baru, berenang bebas, sehingga pada menit ke 2 ikan lebih banyak menempati 17,5C dan 20C.

Pada ikan guppy non grafid lebih banyak menempati suhu 27,5C sebanyak 16 ekor dan tidak menempati suhu 15C, 17,5C, 20C, 32,5C, dan 35C. Selain itu ikan juga menempati suhu 22,5C dan 25C. Hal ini termasuk wajar dan sesuai, karena ikan diaklimasikan pada suhu 25C sehingga ikan terbiasa hidup dilingkungan air dengan suhu diantara atau mendekati 25C. Karena tujuan aklimasi adalah untuk membiasakan individu dengan lingkungan barunya (Dharmawan, Agus. 2005).

Pada aklimasi 25C menit ke 4, ikan guppy juvenil lebih banyak menempati suhu 32,5C sebanyak 6 ekor dan paling sedikit 1 ekor. Hal ini kurang sesuai karena seharusnya semakin lama beradaptasi dengan lingkungan baru tersebut ikan menempati suhu 25C sesuai dengan aklimasinya yaitu 25C. Namun ada 2 ekor ikan yang menempati suhu 25C, mungkin ikan tersebut mengalami stress, atau sedang berenang bebas atau bisa juga ikan tersebut takut dengan orang-orang disekeliling medium ikan sehingga ikan menyebar.

Ikan guppy grafid, paling banyak menempati suhu 17,5C dan tidak menempati suhu 27,5C, 30C, 32,5C dan 35C. Hal ini menunjukkan bahwa ikan pada menit ke 4 menyukai lingkungan yang dingin, dan tidak menyukai lingkungan yang panas. Karena kisaran toleransi pada ikan dewasa lebih luas (Dharmawan, Agus, 2005) maka wajar saja ikan menempati suhu yang bervariasi atau mungkin juga ikan sedang berenang bebas.

Ikan guppy non grafid, paling banyak menempati suhu 27,5C sebanyak 14 ekor dan 10 ekor pada suhu 25C, dan ikan tidak menempati suhu 35C. Hal ini sesuai dengan pernyataan Agus Dharmawan (2005) bahwa aklimasi akan membiasakan hewan dengan lingkungan baru yaitu 25C dan ikan tidak perlu beradaptasi lagi karena suhunya sama. Dalam data tersebut juga dapat diketahui bahwa ikan non grafid pada menit ke 4 tidak menyukai suhu yang terlalu dingin dan suhu yang terlalu panas yang berarti ikan tersebut kisaran toleransinya sempit.

Pada aklimasi 25C menit ke 6, ikan guppy juvenil paling banyak menempati suhu 15C dan 35C sebanyak 6 ekor, dan tidak menempati suhu 17,5C, 20C dan 22,5C. Data tersebut menunjukkan bahwa ikan lebih menyukai lingkungan yang ekstrim yaitu lingkungan yang dingin (15C) dan lingkungan panas (35C), dan tidak menyukai suhu 17,5C 22,5C. Seharusnya semakin lama, ikan akan menempati lingkungan yang bersuhu kurang lebih sama dengan suhu sebelumnya yaitu suhu saat aklimasi. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Agus Dharmawan (2005), bahwa seharusnya ikan akan menyesuaikan atau beradaptasi dengan lingkungan sesuai dengan lingkungan sebelumnya (aklimasi), dan ikan pada stadia muda kisaran toleransinya rendah. Namun ada ikan yang berada pada suhu 25C sebanyak 5 ekor, yang berarti 5 ikan tersebut sudah dapat memilih lingkungan yang sesuai dan terbiasa. Jika ikan-ikan tersebut tetap berada pada lingkungan air yang bersuhu tinggi atau rendah akan menyebabkan kematian.Menurut Nolan dan Collin (1996;4) suhu air dalam akuarium yang tinggi tidak hanya mempengaruhi kelarutan oksigen tetapi juga mepengaruhi laju metabolisme respirasi ikan.

Pada ikan guppy grafid, paling banyak menempati suhu 17,5C sebanyak 7 ekor ikan, dan ikan tidak menempati suhu 27,5C, 30C, 32,5C dan 35C. Hal tersebut berarti bahwa ikan lebih menyukai lingkungan yang dingin daripada lingkungan yang panas. Hal ini tidak sesuai dengan Agus Dharmawan (2005) bahwa ikan yang dalam masa berbiak toleransinya paling sempit, namun ada juga yang berada pada suhu 25C. Mungkin ikan-ikan tersebut sedang berenang bebas sehingga pada saat pengamatan pada menit ke 6 ikan paling banyak berada pada suhu 17,5C. Namun Menurut Agus Dharmawan (2005), setiap hewan mempunyai kisaran toleransi yang berbeda. Jadi setiap individu berbeda.

Pada ikan guppy non grafid paling banyak menempati suhu 25C dan tidak menempati suhu 27,5C, 30C, 32,5C dan 35C. Data tersebut menunjukkan bahwa adaptasi dari ikan tersebut sesuai yaitu ikan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dengan menempati suhu 25C yang sebelumnya ikan tersebut hidup pada suhu 25C (diaklimasikan). Dari data tersebut juga dapat disimpulkan bahwa ikan tidak menyukai lingkungan yang panas, namun masih ada beberapa ikan yang menyukai suhu yang dingin. Hal tersebut dikarenakan kisaran toleransi ikan dewasa lebih luas (Dharmawan, Agus, 2005).

Pada aklimasi 25C menit ke 8 ikan guppy juvenil paling banyak menempati suhu 15C sebanyak 7 ekor dan paling sedikit menempati suhu 17,5C dan 20C. Hal ini berarti ikan lebih menyukai suhu yang dingin. Namun ada beberapa yang menyukai suhu diatas 25C. Hal tersebut mungkin dikarenakan kemampuan toleransi ikan berbeda-beda, selain itu mungkin ikan tersebut sedang berenang bebas sehingga tidak mungkin ikan berada dalam suhu tersebut karena pada menit-menit sebelumnya ikan juga berada dalam suhu yang berbeda-beda.

Pada ikan guppy grafid paling banyak menempati suhu 17,5C dan ikan tidak menempati suhu 25C - 35C. Hal ini berarti ikan lebih menyukai lingkungan dengan suhu yang rendah. Hal tersebut dapat terjadi mungkin ikan kekurangan oksigen atau air di dalam medium terlalu panas sehingga ikan lebih berada dekat dengan es, karena kurang teliti dalam mengontrol suhu panas pada pembakar spirtus. Seharusnya ikan berada pada suhu 25C karena aklimasinya pada suhu 25C. Jika ikan terus berada pada suhu rendah ada suhu rendah. Pada dasarnya suhu rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres pernafasan pada ikan berupa menurunnya laju pernafasan dan denyut jantung sehingga dapat berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen (Irianto, 2005).

Pada ikan guppy non grafid paling banyak menempati suhu 30C sebanyak 8 ekor dan tidak menempati suhu 15C 22C. Hal ini berarti ikan lebih menyukai lingkungan yang panas dan tidak menyukai lingkunga dingin. Kemungkinan yang terjadi adalah ikan takut dengan orang-orang yang berada di sekeliling medium sehingga ikan berada disisi medium pada suhu yang panas untuk menjauh dari orang-orang. Namun hal tersebut tidak bisa dijadikan patokan alasan, karena menurut Agus Dharmawan (2005) kisaran toleransi ikan dewasa adalah luas. Sehingga wajar saja ikan berada diatas suhu 22,5C, namun mungkin hanya beberapa saat tidak menetap karena ikan tersebut seharusnya sudah terbiasa dengan suhu aklimas 25C.

Pada aklimasi 25C menit ke 10, ikan guppy juvenil paling banyak menempati suhu 15C sebanyak 6 ekor dan tidak menempati suhu 17,5C, 32,5C dan 35C. Data tersebut menunjukkan bahwa ikan lebih menyukai lingkungan yang dingin dan tidak menyukai lingkungan yang panas. Namun seharusnya ikan-ikan tersebut menempati suhu 25C karena semakin lama berada dalam medium/lingkungan baru, ikan tersebut dapat beradaptasi dan menyesuaikan dengan lingkungan sebelumnya yaitu pada suhu 25C. Mungkin kesalahan teknis atau faktor dari ikan tersebut menyebabkan ikan berada dalam suhu-suhu tertentu.

Pada ikan guppy grafid paling banyak menempati 15C dan tidak menempati suhu 20C, 25C, 32,5C dan 35C. Hal ini menunjukkan bahwa ikan lebih menyukai lingkungan yang dingin. Namun jika ikan tersebut tetap berada pada suhu rendah maka lama-kelamaan ikan akan mati. Mungkin ikan tersebut hanya sementara berada dalam lingkungan tersebut, karena dari menit ke 2 posisi ikan selalu berubah-ubah.

Pada ikan guppy non grafid paling banyak menempati suhu 27,5C dan tidak menempati suhu 15C 22,5C. Hal ini sesuai dengan tujuan dari aklimasi yaitu membiasakan hewan pada lingkungan tertentu (Dharmawan, Agus, 2005). Karena pada suhu 27,5C mendekati suhu 25C, dan suhu 25C-pun ada ikan yang menempati. Selain itu dapat menunjukkan bahwa ikan lebih menyukai lingkungan yang panas.

Dari data diatas, menunjukkan bahwa aklimasi 25C dari menit ke 2 10, ikan guppy juvenil posisinya berubah-ubah namun lebih dominan berada pada suhu 15C. Hal itu menunjukkan bahwa ikan juvenil lebih menyukai suhu yang dingin, mungkin karena pada suhu yang dingin terdapat oksigen (Irianto, 2005). Pada ikan guppy grafit, posisinya juga berubah-ubah namun lebih dominan menempati suhu 17,5 C. Hal ini juga menunjukkan bahwa ikan guppy grafid lebih menyukai suhu relatif rendah, di bawah suhu aklimasi 25C. Hal ini tidak sesuai dengan Agus Dharmawan (2005) bahwa hewan yang berbiak membutuhkan kondisi lingkungan berada disekitar kondisi pereferendumnya. Sedangkan ikan guppy non grafid, sangat dominan menempati suhu 25C. Hal ini menunjukkan bahwa pada ikan guppy non grafid dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dengan suhu yang sama dengan suhu aklimasi. Hal ini sesuai dengan Agus Dharmawan (2005), bahwa aklimasi berfungsin untuk membiasakan lingkungan baru dengan lingkungan sebelumnya. Namun tidak selalu ikan tersebut berada pada suhu yang tetap karena Suhu tinggi dapat menyebabkan gangguan status kesehatan untuk jangka panjang, misalnya stres yang ditandai dengan tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal. Pada suhu rendah, akibat yang ditimbulkan antara lain ikan menjadi lebih rentan terhadap infeksi fungi dan bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun. Pada dasarnya suhu rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres pernafasan pada ikan berupa menurunnya laju pernafasan dan denyut jantung sehingga dapat berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen (Irianto, 2005). Perubahan posisi tersebut dikarenakan beberapa hal antara lain :

a. Stress atau belum bisa beradaptasi dengan lingkungan/medium baru

b. Ikan berenang bebas

c. Ketakutan dengan orang-orang yang berada disekeliling medium

d. Kisaran toleransi yang berbeda setiap individu

e. Perubahan suhu atau pengontrolan suhu medium yang tidak teratur karena kesalahan teknis seperti kekurangan es batu atau lupa menyingkirkan pembakar spirtus.

Aklimasi 30 o CBerdasarkan hasil pengamatan aklimasi 30 o C ikan juvenile pada menit kedua ikan paling banyak ditemukan yaitu pada suhu 27,5 o C. Sedangkan pada menit ke empat dan ke enam ikan paling banyak ditemukan di suhu 30 o C yaitu sebanyak 17 ekor dan 13 ekor. Disusul dua menit berikutnya ikan guppy terbanyak berenang di area suhu 27,5 o C dan 32,5 o C yaitu sebanyak 11 ekor dan 12 ekor. Sedangkan pada menit terakhir yaitu pada menit kesepuluh ikan terhitung sejumlah 12 ekor berda di suhu 27,5 o C. Hal tersebut sesuai dengan pernyatan dari Agus Dhrmawan (2005) yang mengatakan hewan stadia muda mempunyai kisaran toleransi lebih sempit untuk sejumlah faktor lingkungan, sehingga tidak menempati suhu rendah, kalaupun rendah mungkin ikan sedang berenang bebas. Untuk ikan-ikan yang lain yang menempati suhu lain, mungkin ikan tersebut sedang berenang bebas atau bermain-main dengan lingkungan baru yaitu medium yang lebih kecil.

Sedangkan pada ikan non grafid menit kedua dengan lima kali ulangan jumlah ikan terbanyak pada suhu 17,5 o C dan 32,5 o C yaitu sejumlah 8 ekor dan 7 ekor . Selanjutnya pada menit ke empat ikan terbanyak ditemukan berenang di area suhu 15 o C dan 17,5 o C terhitung sejumlah 12 ekor pada suhu pertama dan 7 ekor pada suhu selanjutnya. Dilanjutkan dua menit berikutnya rata-rata ikan ditemukan dalam jumlah yang sama pada tiga suhu yang berbeda yaitu pada suhu 15 o C, 17,5 o C dan 20 o C dengan jumlah ikan masing-masing 5 ekor begitu juga pada menit ke delapan bahwasanya ikan ditemukan pada dua area suhu yang berbeda dengan jumlah ikan yang sama yaitu sebanyak sepuluh ekor. Sedangkan untuk menit yang terakhir yaitu pada menit kesepuluh ikan terbanyak berturut turut yaitu pada suhu 17,5 o C , kemudian pada suhu 15 o C dan pada suhu 20 o C. hal ini membuktikan bahwa ikan lebih menyukai lingkungan yang dingin, hasil tersebut tidak sesuai dengan teori dari Agus Dharmawan (2005), bahwa seharusnya ikan akan menyesuaikan atau beradaptasi dengan lingkungan sesuai dengan lingkungan sebelumnya (aklimasi). Kemungkinan hal tersebut terjadi karena saat pengamatan didalam rungan dalam kondisi rame sehingga ikan ketakutan dengan keramaain yang berada disekeliling medium, selain itu juga ikan berada dalam keadaan stress atau belum bisa beradaptasi dengan lingkungan/medium baru sehingga hasil tidak sesuai dengan teori yang seharusnya dan mungkin kesalahan teknis atau faktor dari ikan tersebut menyebabkan ikan berada dalam suhu-suhu tertentu

Menurut Nolan dan Collin (1996;4) suhu air dalam akuarium yang tinggi tidak hanya mempengaruhi kelarutan oksigen tetapi juga mepengaruhi laju metabolisme respirasi ikan.Perubahan suhu yang besar dan mendadak jelas dengan nyata mempengaruhi adaptasi Ikan, Ikan yang diaklimasikan ke suhu yang dingin akan berenang lebih cepat (Campbell. 2002; 294). Menurut Fujaya (1999;115) kebutuhan oksigen ikan sangat dipengaruhi umur, aktivitas, serta kondisi perairan. Semakin tua umur ikan, laju metabolisme semakin rendah. Fujaya menambahkan bahwa perbedaan aktivitas juga menyebabkan perbedaan kebutuhan oksigen. Selanjutnya adalah ikan garfid, ikan grafid secara keseluruhan dari menit ke dua sampai menit terakhir yaitu pada menit kesepuluh paling bnyak menempati area pada suhu 15 o C dan hanya sebagian ikan saja yang menyebar di suhu-suhu berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa ikan lebih menyukai lingkungan yang dingin. Namun jika ikan tersebut tetap berada pada suhu rendah maka lama-kelamaan ikan akan mati. Pada dasarnya suhu rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres pernafasan pada ikan berupa menurunnya laju pernafasan dan denyut jantung sehingga dapat berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen (Irianto, 2005). Hasil tersebut tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa hewan yang berbiak membutuhkan kondisi lingkungan berada disekitar kondisi pereferendumnya atau aklimasi dimana aklimasi berfungsi untuk membiasakan lingkungan baru dengan lingkungan sebelumnya. Selain itu hewan yang sedang berbiak, kisaran toleransinya lebih sempit dibandingkan dengan yang tak berbiak. Sehingga dari data yang dihasilkan dapat disimpulkan bahwa adanya kesalahan prktikan yang di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang telah dijelaskna sebelumnya atau karena memang setiap individu memiliki kisaran tolerasni yang berbeda.

Hewan yang berada dalam stadia muda hasil berbiak (telur, larva, anak) pada umumnya mempunyai kisaran toleransi yang sempit untuk sejumlah faktor lingkungan. Hal ini karena ketahanan tubuhnya terhadap tekanan kondisi faktor lingkungan yang ekstrim tidak sekuat pada hewan dewasa. Demikian halnya dengan hewan yang sedang berbiak, kisaran toleransinya lebih sempit dibandingkan dengan yang tak berbiak. Hewan yang berbiak membutuhkan kondisi lingkungan yang berada disekitar kondisi pereferndumnya atau kondisi optimum yang paling disukainya,

Kisaran toleransi ditentukan secara herediter, namun demikian dapat mengalami perubahan oleh terjadinya proses aklimatisasi atau aklimasi. Dalam hal ini, faktor-faktor lingkungan yang harus dihadapi oleh ikan mungkin berupa luasnya area kolam, jenis dan kondisi air, pencahaayaan, suhu lingkungan, jenis makanan, keasaman air, kadar mineral atau salinitas. Jika tidak dilakukan aklimasi terlebih dahulu pada ikan-ikan sampel, maka kematian hewan atau pengaruh yang ditimbulkan oleh bahan dedahan tersebut, bisa berarti tidak semata-mata karena pengaruh bahan tersebut, tetapi juga karena ikan belum terbiasa dan stres menghadapi kondisi lingkungan barunya (Agus Dharmawan, 2005).

I. Kesimpulan Pada aklimasi 20C pada menit ke 2, ikan guppy juvenil lebih banyak menempati pada suhu 15C kemudian juga terdapat pada suhu 17,5C dan ada juga pada suhu 20C hal ini sesuai dengan proses aklimasinya pada suhu 20C, maka kebanyakan ikan berada pada kisaran toleransi suhu tersebut. Pada ikan guppy grafid lebih banyak menempati pada suhu 25C, dan juga pada suhu 20C dan 22,5C, tidak ada ikan pada suhu 30C sampai 35C. Pada ikan guppy non gravid dengan aklimasi suhu 20C lebih banyak ikan menempati pada suhu 15C sampai suhu 20C. Hal ini termasuk wajar dan sesuai, karena ikan diaklimasikan pada suhu 25C sehingga ikan terbiasa hidup dilingkungan air dengan suhu diantara atau mendekati 20C. Pada menit ke 4 ikan guppy juvenil lebih banyak pada suhu 15C kemudian ada juga pada suhu 17,5C, pada suhu 22,5C dan 30 C. Hal ini menunjukkan bahwa adaptasi pada suhu-suhu baru ikan tersebut lebih memilih pada suhu 15C Pada aklimasi menit ke 10, ikan guppy juvenil lebih banyak menempati pada suhu 15C dan ada juga pada suhu 25C hal ini sesuai dengan proses aklimasinya pada suhu 20C Pada aklimasi 25C pada menit ke 2, ikan guppy juvenil lebih banyak menempati 22,5C, dan tidak menempati suhu 17,5C. Pada ikan guppy grafid lebih banyak menempati suhu 17,5C sebanyak 6 ekor dan tidak menempati suhu 25C, 27,5C, 30C, 32,5C dan 35C. Selain itu, ikan menempati suhu 20C 5 ekor, dan 22,5C 1 ekor. Pada ikan guppy non grafid lebih banyak menempati suhu 27,5C sebanyak 16 ekor dan tidak menempati suhu 15C, 17,5C, 20C, 32,5C, dan 35C. Aklimasi 30 o C ikan juvenile pada menit kedua ikan paling banyak ditemukan yaitu pada suhu 27,5 o C. Pada ikan non grafid menit kedua dengan lima kali ulangan jumlah ikan terbanyak pada suhu 17,5 o C dan 32,5 o C yaitu sejumlah 8 ekor dan 7 ekor . Pada ikan guppy non grafid paling banyak menempati suhu 27,5C dan tidak menempati suhu 15C 22,5CJ. Daftar RujukanAprianto, E., dan Liviawati, E. 1992. Pengendalian Hama & Penyakit Ikan. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Penerbit Kanisisus

Baker, David G. 2007. Flynns Parasites of Laboratory Animals: Parasitews Of Fish. Michael L. Kent, MS, Phd, And John W. Fournie, MS, Phd. Blackwell Publishing Asia.

Campbell, N.A., Reece, J.B., Mitchell, L.G. 2002. Biologi. Alih bahasa lestari, R. et al. safitri, A.,

Dharmawan, Agus, dkk. 2005. Ekologi Hewan. Malang : Universitas Negeri Malang

Ewusie, J. Y. 1990. Ekologi Tropika. Bandung: Penerbit ITB.

Fujaya, Yushinta. 2004. Fisisologi Ikan. Jakarta. Penerbit P.T Rineka Cipta Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Laevastu, T. dan Hayes, M.L. 1981. Fisheries Oceanography and Ecology. New York. Fishering News Book Ltd.

Nolan and Collin.1996. Ventilation Rates For Goldfish Carassius Auratus During Changes In Dissolved Oxygen. Professional Papper. University of Nevada Las Vegas

Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta. Gramedia.Slamet, Adeng; Mgs.M.Tibrani. 2006. Diktat Penuntun Belajar Fisiologi Hewan. Inderalaya: FKIP Pendidikan Biologi, Universitas Sriwijaya.

Soetjipta. 1993. Dasar-dasar Ekologi Hewan. Yogyakarta. Depdikbud Dirjen DiktiSusanto. Pudyo. 2000. Pengantar Ekologi Hewan. Jakarta: Proyek Pengembangan Guru Menengah Departemen Pendidikan Nasiona

Trubus. Pembudidayaan Artemia Untuk Pakan Udang & Ikan. Trubus Edisi 425, April, 2005, h. 207

Yatim, W. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Bandung : Tarsito.

Yonandre, Berna Vricca, 2010. Morfologi Ikan Guppy (Poecilia sp.) yang hidup diAir Panas Dan Air Dingin. Skripsi, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Malang

.

Diisi alimator dengan air sampai separuhnya

Dipasang thermometer pada aklimator

Diletakkan kompor spirtus pada sebelah kiri dan es batu pada sebelah kanan

Setelah suhu berdegradasi, Ditaruh ikan gatul suhu 20 oC pada aklimator

Diulangi dengan langkah sama sampai menit ke 10

Ditunggu hingga 2 menit dan dihitung jumlah ikan gatul pada masing-masing suhu

Diulangi langkah di atas pada ikan gatul suhu 25oC dan suhu 30 oC

suhu

suhu

suhu

suhu