Topik 5 Desain Penelitian Kuantitatif

21
MODUL METODOLOGI RISET KEPERAWATAN TOPIK 5 DESAIN PENELITIAN KUANTITATIF PENYUSUN TRI HARTITI, SKM,M.Kep. PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

Transcript of Topik 5 Desain Penelitian Kuantitatif

Page 1: Topik 5 Desain Penelitian Kuantitatif

MODUL

METODOLOGI RISET KEPERAWATAN

TOPIK 5

DESAIN PENELITIAN KUANTITATIF

PENYUSUN

TRI HARTITI, SKM,M.Kep.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2010

Page 2: Topik 5 Desain Penelitian Kuantitatif

KATA PENGANTAR

Puji syukur, tak henti-hentinya penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena

atas rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan buku

ajar Metodologi dan Riset keperawatan : Desain Penelitian Kuantitatif

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan buku ajar ini masih banyak

kekurangan disana-sini, untuk itulah maka penulis merasa bangga dan bahagia

terhadap upaya demi kesempurnan buku ajar ini, untuk mencapainya maka

penulis mengharapkan masukan dan saran yang membangun dari berbagai

fihak terutama dari Senior dan sejawat keperawatan demi profesionalisme

keperawatan di Indonesia.

Dalam hal ini, saya menghaturkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua

fihak yang telah membantu, baik secara fisik, psikologis, materi dan spiritual.

Semoga jasa baik, bimbingan dan dukungan yang telah diberikan mendapat

balasan dari Allah SWT. Amien…

Penulis

Page 3: Topik 5 Desain Penelitian Kuantitatif

Daftar Isi

Kata pengantar ……………………………………………………………..

Daftar isi …………………………………………………………………….

Diskribsi Topik ………………………………………………………………

Tujuan pembelajaran umum ………………………………………….......

Tujuan pembelajaran khusus …………………………………………......

Pokok bahasan …………………………………………………………….

Materi ………………………………………………………………………...

Ringkasan ……………………………………………………………………

Latihan ……………………………………………………………………….

Jawaban ……………………………………………………………………..

Balikan ……………………………………………………………………….

Pustaka ………………………………………………………………………

Page 4: Topik 5 Desain Penelitian Kuantitatif

A. DISKRIPSI TOPIK

B. Topik ini membahas tentang desain penelitian Kuantitatif yang terdiri dari

pengertian desain penelitian kualitatif, Perbedaan penelitian kualitatif dan

kuantitatif

C. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

Setelah pembelajaran topik ini mahasiswa diharapkan mampu memahami

desain penelitian kualitatif .

D. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian desain penelitian

kualitatif

b. Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan penelitian kualitatif

dengan kuantitatif

E. POKOK BAHASAN

a. Pengertian dari desain penelitian kualitatif

b. perbedaan penelitian kualitatif dengan kuantitatif

F. MATERI

1. PENGERTIAN

Penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang analisisnya secara

umum memakai analisis statistik. Penelitian kuantitatif dikembangkan oleh

penganut positivisme yang dipelopori oleh Auguste Conte. Aliran ini

berpendapat bahwa untuk memacu perkembangan ilmu-ilmu sosial, maka

Page 5: Topik 5 Desain Penelitian Kuantitatif

metode-metode IPA harus diadopsi ke dalam riset-riset ilmu sosial (Harahap,

1992).

Karenanya dalam penelitian kuantitatif pengukuran terhadap gejala yang

diamati menjadi penting, sehingga pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan daftar pertanyaan berstruktur (angket) yang disusun

berdasarkan pengukuran terhadap variabel yang diteliti yang kemudian

menghasilkan data kuantitatif. Berbeda dengan penelitian kualitatif yang

menekankan pada studi kasus, penelitian kuantitatif bermuara pada

survey.Richard dan Cook (dalam Abdullah Fajar, 1992) mengemukakan

perbedaan paradigma kuantitatif sebagai berikut :

1. Menganjurkan pemakaian metode-metode kuantitatif.

2. Bersandar pada positivisme logika; mencari fakta-fakta dan sebab-sebab

dari gejala sosial dengan mengesampingkan keadaan individu-individu.

3. Pengamatan ditandasi pengukuran yang dikendalikan dan blak-blakan

(obtrusive)

4. Bersifat obyektif

5. Jauh dari data; bertolak dari sudut pandangan dari “luar”

6. Penelitian bersifat tidak mendasar (ungrouned), ditujukan pada pengujian

(verification-oriented), menekankan penegasan (confirmatory),

reduksionis, inferensial, deduktif-hipotetik

7. Berorientasi pada hasil

8. Reliabel; data ‘keras’ dan dapat diulang

9. Dapat digeneralisasikan; studi atas banyak kasus

10.Bersifat partikularistik

11.Mengasumsikan adanya realitas yang stabil

Page 6: Topik 5 Desain Penelitian Kuantitatif

12.Menganjurkan pemakaian metode-metode kuantitatif.

13.Bersandar pada positivisme logika; mencari fakta-fakta dan sebab-sebab

dari gejala sosial dengan mengesampingkan keadaan individu-individu.

14.Pengamatan ditandasi pengukuran yang dikendalikan dan blak-blakan

(obtrusive)

15.Bersifat obyektif

16.Jauh dari data; bertolak dari sudut pandangan dari “luar”

17.Penelitian bersifat tidak mendasar (ungrouned), ditujukan pada pengujian

(verification- oriented), menekankan penegasan (confirmatory),

reduksionis, inferensial, deduktif-hipotetik

18.Berorientasi pada hasil

19.Reliabel; data ‘keras’ dan dapat diulang

20.Dapat digeneralisasikan; studi atas banyak kasus

21.Bersifat partikularistik

22.Mengasumsikan adanya realitas yang stabil

2. LANGKAH-LANGKAH STUDY KUANTITATIF

1. Latar Belakang Masalah

Latar belakang masalah memuat hal-hal yang melatar belakangi

dilakukannya penelitian, apa hal yang menarik untuk melakukan penelitian

biasanya karena adanya kesenjangan antara kesenjangan antara yang

seharusnya dan kenyataan. Dalam bagian ini dimuat deskripsi singkat

wilayah penelitian dan juga jika diperlukan hasil penelitian peneliti

sebelumnya. Secara rinci latar belakang (Wardi Bachtiar:1997) berisi:

Page 7: Topik 5 Desain Penelitian Kuantitatif

Argumentasi mengapa masalah tersebut menarik untuk diteliti dipandang

dari bidang keilmuan/maupun kebutuhan praktis.

Penjelasan akibat-akibat negatif jika masalah tersebut tidak

dipecahkan.Penjelasan dampak positif yang timbul dari hasil-hasil

penelitian Penjelasan bahwa masalah tersebut relevan, aktual dan

sesuai dengan situasi dan kebutuhan zaman Relevansinya dengna

penelitian-penelitian sebelumnya Gambaran hasil penelitian dan

manfaatnya bagi masyarakat atau negara dan bagi perkembangan ilmu

2. Identifikasi, Pemilihan dan Perumusan Masalah

a) Identifikasi Masalah

Masalah penelitian dapat diidentifikasi sebagai adanya kesenjangan

antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan,

adanya kesenjangan informasi atau teori dan sebagainya.

b) Pemilihan Masalah

Mempunyai nilai penelitian (asli penting dan dapat diuji)

Fisible (biaya, waktu dan kondisi)

3. Sesuai dengan kualifikasi peneliti

4. Menghubungkan dua variabel atau lebih (Nazir: 1988)

c) Sumber Masalah

Bacaan, seminar, diskusi, pengamatan, pengalaman, hasil penelitian

terdahulu, dan lain-lain.

d) Perumusan Masalah

Dirumuskan dalam bentuk kalimat Tanya

Jelas dan padat

Dapat menjadi dasar dalam merumusan hipotesa dan judul

penelitian Selain dirumuskan dalam bentuk kalimat Tanya, suatu

masalah dapat dirumuskan dengan menggunakan kalimat berita.

Keduanya sama baiknya akan tetapi ada perbedaan dalam

kemampuannya mengkomunikasikan pesan yang ada di dalamnya.

Page 8: Topik 5 Desain Penelitian Kuantitatif

Kalimat berita lebih bersifat memberikan gambaran tentang

karakteristik masalah yang bersangkutan. Sedangkan kalimat tanya

dapat lebih mengakibatkan adanya tantangan untuk

mengumpulkan informasi lebih lanjut. erlepas dari bentuk

perumusan masalah yang digunakan, terdapat beberapa kriteria

yang dapat dipakai sebagai pegangan untuk merumuskan

masalah, yaitu sebagai berikut :

Masalah yang dirumuskan harus mampu menggambarkan

penguraian tentang gejala-gejala yang dimilikinya dan

bagaimana kaitan antara gejala satu dengan gejala lainnya.

Masalah harus dirumuskan secara jelas dan tidak berarti dua, artinya tidak

ada maksud lain yang terkandung selain bunyi masalahnya. Rumusan

masalah tersebut juga harus dapat menerangkan dirinya sendiri sehingga

tidak diperlukan keterangan lain untuk menjelaskannya. Masalah yang

baik selalu dilengkapi dengan rumusan yang utuh antara unsur sebab dan

unsur akibat sehingga dapat menantang pemikiran lebih jauh. Masalah

yang baik hendaknya dapat memancing pembuktian lebih lanjut secara

empiris. Suatu masalah tidak hanya menggambarkan hubungan

antargejala tetapi juga bagaimana gejala-gejala tersebut dapat diukur

(Ace Suryadi: 2000).

2.PERUMUSAN TUJUAN DAN MANFAAT PENILITIAN

Tujuan penelitian adalah suatu pernyataan tentang apa yang akan kita

cari/ capai dari masalah penelitian. Cara merumuskan yang paling

mudah adalah dengan mengubah kalimat pertanyaan dalam rumusan

masalah menjadi kalimat pernyataan. Manfaat penelitian mencakup

manfaat teoritis dan praktis (Arikunto:1992).

1 TELAAH PUSTAKA

Manfaat Telaah Pustaka

Untuk memperdalam pengetahuan tentang masalah yang diteliti

Page 9: Topik 5 Desain Penelitian Kuantitatif

Menyusun kerangka teoritis yang menjadi landasan pemikiran Untuk

mempertajam konsep yang digunakan sehingga memudahkan perumusan

hipotesa Untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian .

2 PEMBENTUKAN KERANGKA TEORI

Kerangka teori merupakan landasan pemikiran yang membantu arah

penelitian, pemilihan konsep, perumusan hipotesa dan memberi kerangka

orientasi untuk klasifikasi dan analisis data (Koentjaraningrat:1973).

Kerangka teori dibuat berdasarkan teori-teori yang sudah ada atau

berdasarkan pemikiran logis yang dibangun oleh peneliti sendiri. Teori yang

dibahas atau teori yang dikupas harus mempunyai relevansi yang kuat

dengan permasalahan penelitian. Sifatnya mengemukakan bagaimana

seharusnya tentang masalah yang diteliti tersebut berdasar konsep atau

teori-teori tertentu. Khusus untuk penelitian hubungan dua variabel atau

lebih maka dalam landasan teori harus dapat digambarkan secara jelas

bagaimana hubungan dua variabel tersebut.

3 PERUMUSAN MASALAH

Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara

teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya.

Hipotesa merupakan kristalisasi dari kesimpulan teoritik yang diperoleh dari

telaah pustaka. Secara statistik hipotesis merupakan pernyataan mengenai

keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang

diperoleh dari sampel penelitian.

4 DEFENSI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

Konsep merupakan definisi dari sekelompok fakta atau gejala (yang akan

diteliti). Konsep ada yang sederhana dan dapat dilihat seperti konsep meja,

kursi dan sebagainya dan ada konsep yang abstrak dan tak dapat dilihat

seeprti konsep partisipasi, peranan dan sebagainya. Konsep yang tak dapat

dilihat disebut construct. Karena construct bergerak di alam abstrak maka

perlu diubah dalam bentuk yang dapat diukur secara empiris, atau dalam

Page 10: Topik 5 Desain Penelitian Kuantitatif

kata lain perlu ada definisi operasional Definisi operasional adalah

mengubah konsep dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau

gejala yang dapat diamati dan dapat diuji kebenarannya oleh orang lain.

Konsep yang mempunyai variasi nilai disebut variabel. Variabel dibagi

menjadi dua:

Variabel deskrit/katagorikal misalnya : variabel jenis kelamin.

Variabel Continues misal : variabel umur Proses pengukuran variabel

merupakan ranggkaian dari empat aktivitas pokok yaitu:

Menentukan dimensi variabel penelitian. Variabel-variabel penelitian sosial

sering kali memiliki lebih dari satudimensi. Semakin lengkap dimensi suatu

variabel yang dapat diukur, semakin baik ukuran yang dihasilkan.

Merumuskan dimensi variabel. Setelah dimensi-dimensi suatu variabel dapat

ditentukan, barulah dirumuskan ukuran untuk masing-masing dimensi.

Ukuran ini biasanya berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan

dimensi tadi. Menentukan tingkat ukuran yang akan digunakan dalam

pengukuran. Apakah skala: nominal, ordinal, interval, atau ratio. Menguji

tingkat validitas dan reliabilitas dari alat pengukur apabila yang dipakai

adalah alat ukur yang baru. Contoh yang bagus proses pengukuran suatu

variabel dikemukakan oleh Glock dan Stark (dalam Ancok:1989) yang

mengembangkan suatu konsep untuk mengukur tingkat religiusitas.

Menurut pendapat mereka konsep religiusitas mempunyai lima dimensi

sebagai berikut:

Ritual Involvement, yaitu tingkatan sejauh mana orang mengerjakan

kewajiban ritual di dalam agama mereka. Seperti sholat, puasa,

membayar zakat, dan lain-lain, bagi yang beragama Islam. atau pergi ke

gereja dan kegiatan ritual lainnya bagi yang beragama Kristen.

deologi Involvement, yaitu tingkatan sejauh mana orang menerima hal-hal

yang dogmatik di dalam agama mereka masing-masing. Misalkan apakah

seseorang yang beragama percaya tentang adanya malaikat, hari kiamat,

surga, neraka, dan lain-lain hal yang sifatnya dogmatik. Intellectual

Page 11: Topik 5 Desain Penelitian Kuantitatif

Involvement, sebenarnya jauh seseorang mengetahui tentang ajaran

agamanya. Seberapa jauh aktivitasnya di dalam menambah pengetahuan

agamanya, apakah dia mengikuti pengajian, membaca buku-buku agama,

bagi yang beragama Islam. bagi yang beragama Kristen apakah dia

menghadiri Sekolah Minggu, membaca buku-buku agama, dan lain-lain.

Demikian pula dengan orang pemeluk agama lainnya, apakah dia

mengerjakan hal-hal yang serupa. Experiential Involvement, yaitu dimensi

yang berisikan pengalaman-pengalaman unik dan spektakuler yang

merupakan keajaiban yang datang dari Tuhan. Misalnya, apakah

seseorang pernah merasakan bahwa doanya dikabulkan Tuhan; apakah

di apernah merasakan bahwa jiwanya selamat dari bahaya karena

pertolongan Tuhan, dan lain-lain. Consequential Involvement, yaitu

dimensi yang mengukur sejauh mana perilaku seseorang dimotifikasikan

oleh ajaran agamanya. Misalkan apakah dia menerapkan ajaran

agamanya di dalam kehidupan sosial. misalnya, apakah dia pergi

mengunjungi tetangganya yang sakit, mendermakan sebagian

kekayaannya untuk kepentingan fakir miskin. Menyumbangkan uangnya

untuk pendirian rumah yatim piatu, dan lain-lain. Dimensi-dimensi yang

disebut di atas kemudian diperinci dalam aspek yang lebih kecil dalam

bentuk pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian dijadikan

komponen alat pengukur yang terhadap dimensi tingkat religiusitas.

5 VALIDITAS DAN REABILITAS INSTRUMEN

Pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur variabel yang kita teliti sebelumnya

harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Bila instrumen/alat ukur tersebut

tidak valid maupun reliabel, maka tidak akan diperoleh hasil penelitian yang

baik. Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur betul-betul mengukur apa yang akan diukur. Ada beberapa jenis

validitas, namun yang paling banyak dibahas adalah validitas konstruk.

Konstruk atau kerangka konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan

untuk menggabarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau

individu yang menjadi pusat perhatian penelitian. Konsep itu kemudian

Page 12: Topik 5 Desain Penelitian Kuantitatif

seringkali masih harus diubah menjadi definisi yang operasional, yang

menggambarkan bagaimana mengukur suatu gejala. Langkah selanjutnya

adalah menyusun pertanyaan-pertanyaan/ pernyataan-pernyataan yang

sesuai dengan definisi itu. Untuk mencari definisi konsep tersebut dapat

ditempuh dengan berbagai cara sebagai berikut :

Mencari definisi konsep yang dikemukakan para ahli. Untuk ini perlu

dipelajari buku-buku referensi yang relevan.

Kalau dalam literatur tidak dapat diperoleh definisi konsep-konsep

penelitian, maka peneliti harus mendefinisikan sendiri konsep tersebut.

Untuk tujuan ini peneliti dapat mendiskusikan dengan ahli-ahli yang

kompeten dibidang konsep yang akan diukur. Menanyakan definisi

konsep yang akan diukur kepada calon responden atau orang-orang yang

memiliki karakteristik yang sama dengan responden (Ancok: 1989).

Misalnya peneliti ingin mengukur konsep “religiusitas”. Dalam

mendefinisikan konsep ini peneliti dapat langsung menanyakan kepada

beberapa calon responden tetnang ciri-ciri orang yang religius. Berdasar

jawaban calon responden, kemudian disusun kerangka suatu konsep.

Apabila terdapat konsistensi antra komponen-komponen konstruk yang

satu dengna lainnya, maka konstruk itu memiliki validitas. Cara yang

paling banyak dipakai untuk mengetahui validitas konstruk suatu

instrumen/alat pengukur ialah dengan mengkorelasikan skor/nilai yang

diperoleh pada masing-masing pertanyaan/pernyataan dari semua

responden dengan skor/nilai total semua pertanyaan/pernyataan dari

semua responden. Korelasi antara skor/nilai setiap

pertanyaan/pernyataan dan skor/nilai total haruslah signifikan

berdasarkan ukuran statistik tertentu misalnya dengan menggunakan

teknik korelasi product moment. Reliabilitas adalah indeks yang

menunjukkan sejauh mana suatu alat pengkur dapat dipercaya atau dapat

diandalkan. Reliabilitas menunjukkan kemantapan/konsistensi hasil

pengukuran. Suatu alat pengukur dikatakan mantap atau konsisten,

apabila untuk mengukur sesuatu berulang kali, alat pengukur itu

Page 13: Topik 5 Desain Penelitian Kuantitatif

menunjukkan hasil yang sama, dalam kondisi yang sama. Setiap alat

pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil

pengukuran yang mantap atau konsisten. Pada alat pengukur fenomena

fisik seperti berat dan panjang suatu benda, kemantapan atau konsistensi

hasil pengukuran bukanlah sesuatu yang sulit diperoleh. Tetapi untuk

pengukuran fenomena sosial, seperti sikap, pendapat, persepsi,

kesadaran beragama, pengukuran yang mantap atau konsisten, agak sulit

dicapai. Berhubung gejala sosial tidak semantap fenomena fisik, maka

dalam pengukuran fenomena sosial selalu diperhitungkan unsur

kesalahan pengukuran. Dalam penelitian sosial kesalahan pengukuran ini

cukup besar. Karena itu untuk mengetahui hasil pengukuran yang

sebenarnya, kesalahan pengukuran ini perlu diperhitungkan. Makin kecil

kesalahan pengukuran, semakin reliabel alat pengukurnya. Semakin

besar kesalahan pengukuran, semakin tidak reliabel alat pengukur

tersebut. Teknik-teknik untuk menentukan reliabilitas ada tiga yaitu: a.

teknik ulangan, b. teknik bentuk pararel dan c. teknik belah dua. Dalam

tulisan ini akan dijelaskan satu teknik saja yaitu teknik belah dua. Teknik

belah dua merupakan cara mengukur reliabilitas suatu alat ukur dengan

membagi alat ukur menjadi dua kelompok. Adapun langkah-langkahnya

adalah sebagai berikut:

Mengajukan instrumen kepada sejumlah responden kemudia dihitung

validitas itemnya. Item yang valid dikumpulkan menjadi satu, item yang

tidak valid dibuang.

Membagi item yang valid tersebut menjadi dua belahan. Untuk

mebelah instrumen menjadi dua, dapat dilakukan dengan salah satu

cara berikut: 1). Membagi item dengan cara acak (random). Separo

masuk belahan pertama, yang separo lagi masuk belahan kedua; atau

(2) membagi item berdasarkan nomor genap-ganjil. Item yang

bernomor ganjil dikumpulkan menjadi satu dan yang bernomor genap

juga dijadikan satu. Untuk menghitung reliabilitasnya skor total dari

kedua belahan itu dikorelasikan.

Page 14: Topik 5 Desain Penelitian Kuantitatif

6 PENETAPAN METODE PENELITIAN

Penetapan metode penelitian mencakup : (i) penentuan subyek penelitian

(populasi dan sampel), (ii) metode pengumpulan data(penyusunan angket)

dan (iii) metode analisis data (pemilihan analisis statistik yang sesuai dengan

jenis data)

7 PEMBUATAN RANCANGAN PENELITIAN

Rancangan penelitian adalah pedoman yang disusun secara sistematis dan

logis tentang apa yang akan dilakukan dalam penelitian. Rancangan

penelitian memuat:

judul, latar belakang masalah, masalah, tujuan, kajian pustaka, hipotesis,

definisi operasional, metode penelitian, jadwal pelaksanaan,

organisasi/tenaga pelaksana dan rencana anggaran.

8 PENGUMPULAN DATA

Dalam pengumpulan data diperlukan kemampuan melacak peta wilayah,

sumber informasi dan keterampilan menggali data. Untuk itu diperlukan

pelatihan bagi para tenaga pengumpul data.

9 PENGOLAHAN,ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL PENELITIAN

Pengolahan data meliputi editing, coding, katagorisasi dan tabulasi data.

Analisis data bertujuan menyederhanakan data sehingga mudah dibaca dan

ditafsirkan. Dalam penelitian kuantitatif analisis data menggunakan statistik.

Interpretasi bertujuan menafsirkan hasil analisis secara lebih luas untuk

menarik kesimpulan.

10 MENYUSUN LAPORAN PENELITIAN

Untuk memudahkan menyusun laporan maka diperlukan kerangka laporan

out line.

Metode penelitian kuantitatif memiliki cakupan yang sangat luas. Secara

umum, metode penelitian kuantitatif dibedakan atas dua dikotomi besar, yaitu

eksperimental dan noneksperimental. Eksperimental dapat dipilah lagi

menjadi eksperimen kuasi, subjek tunggal dsb. Sedangkan noneksperimental

Page 15: Topik 5 Desain Penelitian Kuantitatif

berupa deskriptif, komparatif, korelasional, survey, ex post facto, histories

dsb.

Makalah ini membatasi pembahasan metode penelitian kuantitatif pada tiga

aspek. Ketiga aspek tersebut adalah bagian dari noneksperimental, yaitu

deskriptif, historis, dan ex post facto.

Ada beberapa istilah yang sering dirancukan di dalam penelitian. Istilah

tersebut adalah pendekatan, ancangan, rencana, desain, metode, dan teknik.

Di dalam makalah ini disinggung mengenai perbedaan istilah tersebut untuk

didiskusikan dan dicarikan simpulan bersama-sama.

G. RINGKASAN

Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang paling banyak dilakukan atau

diterapkan dibidang kesehatan yaitu kedokteran dan keperawatan, penelitian

bisa menggunakan bermacam –macam desain dari deskriptif, crossectional,

sampai eksperimen . Penelitian kuantitatif ini memerlukan teknik pengolahan

dengan analisis statistik, dan memerlukan subyek penelitian yang jumlahnya

banyak

H. LATIHAN

Apa yang anda ketahui tentang metode penelitian kuantitatif ini ?

Apakah anda cukup berminat dengan penelitian jenis ini ? apa alasan anda ?

I. JAWABAN

J. BALIKAN

K. PUSTAKA

1. Burn,N & Grave 1993, The Practice Of Nursing Research, Philadelphia,WB.Saunders

2. Hicks,C.M. 1990 : Research, and Statistic New York Prentice Hall3. Pollit,D.F & Hungler B.P 1996, Nursing Research:Principle and

Method Philadelphia : Lippincolt Company4. Pollit,D.F & Hungler B.P 1996, Statistical Analysis For Nurses,

Philadelphia : Lippincolt Company5. Sugiyono 1997, Statistic untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta

Page 16: Topik 5 Desain Penelitian Kuantitatif

6. Sutrisno Hadi 1992, Metodologi Riset , Jakarta : Andi Ofset7. Bismar Mukti,2002,Metodologi Riset , Jakarta :EGC8. Nursalam 2000 Metodologi Riset Keperawatan, Jakarta : Salemba