Topik 3 (Sistem & Siklus Anggaran Negara)

36
TUGAS AKUNTANSI PEMERINTAHAN SISTEM DAN SIKLUS ANGGARAN NEGARA NAMA KELOMPOK V : 1. NI WAYAN NINA RESNIARI (1215644034) 2. I WAYAN YUDI WISNAYA NEGARA (1215644054) 3. NI KADEK NOVIA AYU WIRYANI (1215644070) 4. NI MADE SANTI MARDIANINGSIH (1215644098) 5. NOVI AYUK DEWI SARTIKA (1215644106) PROGRAM STUDI D4 AKUNTANSI MANAJERIAL JURUSAN AKUNTANSI

description

Topik 3 (Sistem & Siklus Anggaran Negara)Sistem & Siklus Anggaran Negara

Transcript of Topik 3 (Sistem & Siklus Anggaran Negara)

Page 1: Topik 3 (Sistem & Siklus Anggaran Negara)

TUGAS AKUNTANSI PEMERINTAHAN

SISTEM DAN SIKLUS ANGGARAN NEGARA

NAMA KELOMPOK V :

1. NI WAYAN NINA RESNIARI (1215644034)

2. I WAYAN YUDI WISNAYA NEGARA (1215644054)

3. NI KADEK NOVIA AYU WIRYANI (1215644070)

4. NI MADE SANTI MARDIANINGSIH (1215644098)

5. NOVI AYUK DEWI SARTIKA (1215644106)

PROGRAM STUDI D4 AKUNTANSI MANAJERIAL

JURUSAN AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI BALI

2015

Page 2: Topik 3 (Sistem & Siklus Anggaran Negara)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keuangan negara meliputi seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan

pengelolaan semua hak dan kewajiban negara. Dan seluruh rangkaian kegiatan ini

memiliki akibat-akibat keuangan sehingga memerlukan adanya suatu perencanaan

keuangan yang cermat (budgeting atau penganggaran). Anggaran ini memiliki

fungsi diantaranya sebagai pedoman dalam mengelola negara dalam periode

tertentu, sebagai alat pengawasan dan pengendalian masyarakat terhadap

kebijakan yang telah dipilih oleh pemerintah dan sebagai alat pengawasan

masyarakat terhadap kemampuan pemerintah dalam melaksanakan kebijakan yang

telah dipilih.

Budget atau anggaran dalam pengertian umum diartikan sebagai suatu

rencana kerja untuk suatu periode yang akan datang yang telah dinilai dengan

uang. Kata budget yang digunakan di Inggris sendiri merupakan serapan dari

istilah bahasa Perancis yaitu bouge atau bougette yang berarti “tas” di pinggang

yang terbuat dari kulit, yang kemudian di Inggris kata budget ini berkembang

artinya menjadi tempat surat yang terbuat dari kulit, khususnya tas tersebut

dipergunakan oleh Menteri Keuangan untuk menyimpan surat-surat anggaran.

Sementara di negeri Belanda, anggaran disebut begrooting, yang berasal dari

bahasa Belanda kuno yakni groten yang berarti memperkirakan. Di Indonesia

sendiri, pada awal mulanya (pada jaman Hindia-Belanda) secara resmi digunakan

istilah begrooting untuk menyatakan pengertian anggaran. Namun sejak

Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945, istilah “Anggaran Pendapatan dan Belanja”

dipakai secara resmi dalam pasal 23 ayat 1 UUD 1945, dan di dalam

perkembangan selanjutnya ditambahkan kata Negara untuk melengkapinya

sehingga menjadi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Anggaran merupakan salah satu bagian dari proses pengendalian manajemen

yang berisi rencana tahunan yang dinyatakan secara kuantitatif, diukur dalam

satuan moneter. Anggaran merupakan taksiran sumber daya yang diperlukan

2

Page 3: Topik 3 (Sistem & Siklus Anggaran Negara)

untuk melaksanakan program kerja.

Anggaran Negara adalah suatu pernyataan tentang perkiraan pengeluaran dan

penerimaan yang diharapkan akan terjadi dalam suatu periode di masa depan,

serta data dari pengeluaran dan penerimaan yang sungguh-sungguh terjadi di masa

lalu (John F. Due:1975). Anggaran Negara, gambaran dari kebijaksanaan

pemerintah yang dinyatakan dalam ukuran uang, berupa kebijaksanaan

pengeluaran untuk periode di masa depan maupun penerimaan untuk menutup

pengeluaran pemerintah tersebut. Dari anggaran Negara dapat diketahui pula

tercapai atau tidaknya serta maju atau mundurnya kebijaksanaan yang hendak

dicapai. Anggaran Negara bukan hanya sekedar laporan keuangan, namun juga

laporan kebijakan yang diambil. Anggaran Negara menggambarkan suatu

dokumen politik Negara.

3

Page 4: Topik 3 (Sistem & Siklus Anggaran Negara)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertiaan Anggaran

Anggaran secara umu dapat diartikan sebagai rencana keuangan yang

mencerminkan pilihan kebijaksanaan untuk suatu periode di masa yang akan

dating. Dalam pengertian umum ini, tercakup baik anggaran Negara maupun

anggaran untuk lembaga-lembaga lainnya. Khusus mengenai anggaran

Negara John F. Due (1975) secara terinci memberikan pengertian sebagai

berikut :

“Anggaran Negara adalah suatu pernyataan tentang perkiraan

pengeluaran dan penerimaan yang diharapkan akan terjadi dalam suatu

periode di masa depan, serta data dari pengeluaran dan penerimaan yang

sungguh-sungguh terjadi di masa lalu”

Berdasarkan dari pengertian diatas, maka melalui anggaran Negara tidak

hanya dapat diketahui besarnya rencana penerimaan dan pengeluaran

pemerintah untuk suatu periode di masa depan, akan tetapi juga dapat

diketahui mengenai penerimaan dan pengeluaran Negara yang sungguh-

sungguh terjadi di masa lalu. Secara rinci Anggaran Negara dapat dirinci

sebagai berikut :

1. Merupakan gambaran dari kebijaksanaan pemerintah yang dinyatakan

dalam ukuran uang, yang meliputi baik kebijaksanaan pengeluaran

pemerintah untuk suatu periode di masa depan maupun kebijaksanaan

penerimaan pemerintah untuk menutup pengeluaran tersebut.

2. Dari Angggaran Negara dapat diketahui realisasi pelaksanaan

kebijaksanaan pemerintah di masa lalu.

3. Dapat diketahui ketercapaian kebijaksanaan yang ditetapkan pemerintah

di masa lalu, serta maju mundurnya kebijaksanaan yang hendak dicapai

pemerintah di masa yang akan datang.

4

Page 5: Topik 3 (Sistem & Siklus Anggaran Negara)

B. Fungsi Anggaran Negara

Anggaran yang dimiliki oleh suatu negara mengandung tiga fungsi fiskal

utama yaitu:

1. Fungsi Alokasi

Pemerintah mengadakan alokasi terhadap sumber-sumber dana untuk

mengadakan barang-barang kebutuhan perseorangan dan sarana yang

dibutuhkan untuk kepentingan umum. Semuanya itu diarahkan agar

terjadi keseimbangan antara uang beredar dan barang serta jasa dalam

masyarakat.

2. Fungsi Distribusi

Pemerintah melakukan penyeimbangan, menyesuaikan pembagian

pendapatan dan mensejahterahkan masyarakat.

3. Fungsi Stabilitas

Pemerintah meningkatkan kesempatan kerja serta stabilitas harga barang-

barang kebutuhan masyarakat dan menjamin selalu meningkatkan

pertumbuhan ekonomi yang mantap.

Dari fungsi tersebut diatas, dimana bagi pemerintah dapat dipergunakan

sebagai pedoman dalam melaksanakan aktifitasnya, sementara bagi

masyarakat dapat dipergunakan sebagai alat pengawas, baik terhadap

kebujaksanaan yang dipilih pemerintah maupun terhadap realisasi dari

kebijaksanaan tersebut.

C. Jenis Sistem Anggaran Negara

Anggaran disusun dengan berbagai sistem-sistem yang dipengaruhi oleh

pikiran-pikiran yang melandasi pendekatan tersebut. Adapun sistem-sistem

dalam penyusunan anggaran yang sering digunakan adalah:

1. Traditional Budgeting System

2. Performance Budgeting System

3. Planning Programming Budgeting System (PPBS)

Berikut ini akan dijelaskan mengenai system dalam penyusunan

5

Page 6: Topik 3 (Sistem & Siklus Anggaran Negara)

anggaran tersebut.

1. Traditional Budgeting System (Sistem Anggaran Tradisional)

Traditional budgeting system adalah suatu cara menyusun anggaran

yang tidak didasarkan atas pemikiran dan analisa rangkaian kegiatan

yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Penyusunannya lebih didasarkan pada kebutuhan untuk

belanja/pengeluaran.

Dalam sistem ini, perhatian lebih banyak ditekankan pada

pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran secara akuntansi yang

meliputi pelaksanaan anggaran, pengawasan anggaran dan penyusunan

pembukuannya. Pengelompokan pos-pos anggaran didasarkan atas

obyek-obyek pengeluaran, sedangkan distribusi anggaran didasarkan atas

jatah tiap-tiap departemen/lembaga.

Sistem pertanggungjawabannya hanya menggunakan kuitansi

pengeluaran saja, tanpa diperiksa dan diteliti apakah dana telah

digunakan secara efektif/efisien atau tidak. Mula-mula pemerintah

memberi jatah dana untuk tiap-tiap departemen lembaga kemudian setiap

departemen/lembaga mengambil jatah dana tersebut dan

menggunakannya untuk melaksanakan kegiatan sampai habis. Setelah

dana tersebut habis dipakai, setiap departemen/lembaga melaporkan

bahwa dana tersebut sudah dipakai. Jadi tolok ukur keberhasilan

anggaran tersebut adalah pada hasil kerja, maksudnya jika anggaran

tersebut seimbang (balance) maka anggaran tersebut dapat dikatakan

berhasil, tetapi jika anggaran tersebut defisit atau surplus, berarti

anggaran tersebut gagal.

Jelaslah, di sini bahwa sistem anggaran tradisional lebih menekan

pada segi pertanggungjawaban keuangan (dana) dari sudut akuntansinya

saja tanpa diuji efisien tidaknya penggunaan dana tersebut. Anggaran

diartikan semata-mata sebagai alat dan sebagai dasar legitimasi

(pengabsahan) berapa besarnya pengeluaran negara dan berapa besarnya

penerimaan yang dibutuhkan untuk menutup pengeluaran tersebut.

6

Page 7: Topik 3 (Sistem & Siklus Anggaran Negara)

Adapun ciri-ciri dari sistem anggaran tradisional:

a. Cara penyusunan anggaran berdasarkan pendekatan incrementalism,

yakni:

1) Penekanan & tujuan utama pendekatan tradisional adalah pada

pengawasan dan pertanggungjawaban yg terpusat.

2) Bersifat incrementalism, yaitu hanya menambah atau

mengurangi jumlah rupiah pada item-item anggaran yg sudah

ada sblmnya dg data tahun sblmnya sebagai dasar menyesuaikan

besarnya penambahan/pengurangan tanpa kajian yg

mendalam/kebutuhan yg wajar.

3) Masalah utama anggaran tradisional adalah tdk memperhatikan

konsep value for money (ekonomi, efisiensi dan efektivitas).

4) Kinerja dinilai berdasarkan habis tidaknya anggaran yg

diajukan, bukan pada pertimbangan output yang dihasilkan dari

aktivitas yg dilakukan dibandingkan dengan target kinerja yang

dikehendaki (outcome).

5) Cenderung menerima konsep harga pokok pelayanan historis

(historic cost of service).

6) Akibat konsep historic cost of service adalah suatu item,

program atau kegiatan muncul lagi dlm anggaran tahun berikut

meski sudah  tak dibutuhkan.  Perubahan menyangkut jumlah

rupiah yg disesuaikan dg tingkat inflasi, jumlah penduduk, dan

penyesuaian lainnya.

b. Struktur dan susunan anggaran yg bersifat line-item,yakni:

1) Struktur anggaran bersifat line-item didasarkan atas sifat

(nature) dari penerimaan dan pengeluaran.

2) Tak memungkinkan untuk menghilangkan item-item

penerimaan atau pengeluaran yg sebenarnya sudah tidak relevan

lagi.

3) Penilaian kinerja tidak akurat, karena tolok ukur yg digunakan

hanya pada ketaatan dalam menggunakan dana yg diusulkan.

7

Page 8: Topik 3 (Sistem & Siklus Anggaran Negara)

4) Dilandasi alasan orientasi sistem anggaran yg dimaksudkan

untuk mengontrol pengeluaran, bukan tujuan yg ingin dicapai

dengan pengeluaran yg dilakukan.

5) Anggaran tradisional tidak rnampu mengungkapkan besarnya

dana dikeluarkan untuk setiap kegiatan, dan bahkan gagal

memberikan informasi tentang besarnya rencana kegiatan.

6) Sehingga tolok ukur yang dapat digunakan untuk tujuan

pengawasan hanyalah tingkat kepatuhan penggunaan anggaran.

7) Cenderung sentralistis

8) Bersifat spesifikasi;

9) Tahunan; dan

10) Menggunakan prinsip anggaran bruto.

 Keunggulan Anggaran Tradisional

a. Sederhana dan mudah dioperasikan karena tidak memerlukan

analisis yang rumit.

b. Backward oriented dapat menjamin kepastian dibandingkan dengan

forward oriented karena keadaan di masa depan sulit untuk

diprediksi.

c. Lebih mudah dalam melakukan pengawasan.

Kelemahan Anggaran Tradisional

a. Hubungan yg tak rnemadai (terputus) antara anggaran tahunan

dengan rencana pembangunan jangka panjang.

b. Pendekatan incremental menyebabkan sejumlah besar pengeluaran

tak pernah diteliti secara menyeluruh efektivitasnya.

c. Lebih berorientasi pada input daripada output, sehingga tidak dapat

sebagai alat utk membuat kebijakan dan pilihan sumber daya, atau

memonitor kinerja. Kinerja dievaluasi dlm bentuk apakah  dana telah

habis dibelanjakan, bukan apakah tujuan tercapai.

d. Sekat antar departemen yg kaku membuat tujuan nasional secara

keseluruhan sulit dicapai dan berpeluang menimbulkan konflik,

overlapping, kesenjangan, & persaingan antar departemen.

8

Page 9: Topik 3 (Sistem & Siklus Anggaran Negara)

e. Proses anggaran terpisah untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran

modal/investasi.

f. Anggaran tradisional bersifat tahunan. Anggaran tsb tak terlalu

pendek, terutama utk proyek modal & mendorong praktik yg tak

sehat (KKN).

g. Sentralisasi penyiapan anggaran, ditambah dengan informasi yg tak

memadai  menambah lemahnya perencanaan anggaran sehingga 

muncul budget padding atau budgetary slack.

h. Persetujuan anggaran yg terlambat, sehingga gagal memberikan

mekanisme pengendalian utk pengeluaran yg sesuai, seperti

seringnya dilakukan revisi anggaran & manipulasi anggaran.

i. Aliran informasi (sistem informasi finansial) yg tak memadai yg

menjadi dasar mekanisme pengendalian rutin, mengidentifikasi

masalah dan tindakan.

Permasalahan Utama Anggaran Tradisional

Tidak adanya perhatian terhadap konsep Value For Money (VFM).

Konsep ekonomi, efisiensi dan efektivitas seringkali tidak dijadikan

pertimbangan dalam penyusunan anggaran tradisional. Oleh sebab itu,

dengan tidak adanya perhatian terhadap konsep value for money ini,

seringkali pada akhir tahun anggaran terjadi kelebihan anggaran yang

pengalokasiannya kemudian dipaksakan pada aktivitas-aktivitas yang

sebenarnya kurang penting untuk dilaksanakan.

Jika dilihat secara mendalam sebenarnya konsep Value for Money

bukan sesuatu yang baru, bahkan Value for Money merupakan salah satu

prinsip penting dari anggaran kinerja dan good governance.

Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor

publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu: ekonomi,

efisiensi, dan efektivitas. Ekonomi: pemerolehan input dengan kualitas

dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah. Ekonomi merupakan

perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan

moneter. Efisiensi: pencapaian output yang maksimum dengan input

9

Page 10: Topik 3 (Sistem & Siklus Anggaran Negara)

tertentu atau penggunaan input yang rendah untuk mencapai output

tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan

dengan standard kinerja atau target yang telah ditetapkan. Efektivitas:

tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara

sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output.

Ketiga hal tersebut merupakan elemen pokok value for money,

namun beberapa sumber berpendapat bahwa ke tiga elemen saja belum

cukup .Perlu ditambah dua elemen lain yaitu : Equity: kesempatan sosial

yang sama untuk memperoleh pelayanan publik. Equality:

pemerataan/kesetaraan penggunaan dana publik dilakukan secara merata.

2. Performance Budgeting System (Sistem Anggaran Kinerja)

Performance budgeting system berorientasi kepada pendayagunaan

dana yang tersedia untuk mencapai hasil yang optimal dari kegiatan yang

dilaksanakan. Sistem penyusunan anggaran ini tidak hanya didasarkan

kepada apa yang dibelanjakan saja, seperti yang terjadi di dalam

“Traditional Budget”, tetapi juga didasarkan kepada tujuan-tujuan atau

rencana-rencana tertentu yang untuk pelaksanaannya perlu disusun atau

didukung oleh suatu anggaran biaya yang cukup dan biaya/dana yang

dipakai tersebut harus dijalankan secara efektif dan efisien.

Jadi, dalam sistem anggaran performance ini bukan semata-mata

berorientasi kepada berapa jumlah yang dikeluarkan, tetapi sudah

dipikirkan terlebih dulu mengenai rencana kegiatan, apa yang akan

dicapai, proyek apa yang akan dikerjakan, dan bagaimana pengalokasian

biaya agar digunakan secara efektif dan efisien.

Sistem ini mulai menitikberatkan pada segi penatalaksanaan

(management control), sehingga dalam sistem ini efisiensi penggunaan

dana diperiksa, juga hasil kerjanya. Pengelompokan pos-pos anggaran

didasarkan atas kegiatan dan telah ditetapkan suatu tolok ukur berupa

standar biaya dan hasil kerjanya. Salah satu syarat utama untuk

penerapan sistem ini adalah digunakannya sistem akuntansi biaya sebagai

alat untuk menentukan biaya masing-masing program dan akuntansi

10

Page 11: Topik 3 (Sistem & Siklus Anggaran Negara)

biaya sebagai alat untuk mengukur tingkat efisiensi pengeluaran dana.

Tolok ukur keberhasilan sistem anggaran ini adalah performance atau

prestasi dari tujuan atau hasil anggaran itu dengan menggunakan dana

secara efisien.

Keuntungan Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja

Penerapan anggaran berbasis kinerja akan memberikan manfaat

(keuntungan) dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan dalam rangka

penyelenggaraan tugas kepemerintahan, sebagai berikut:

a. Anggaran Berbasis Kinerja memungkinkan pengalokasian sumber

daya yang terbatas untuk membiayai kegiatan prioritas pemerintah

sehingga tujuan pemerintah dapat tercapai dengan efisien dan efektif.

Dengan melihat anggaran yang telah disusun dengan berdasarkan

prinsip-prinsip berbasis kinerja akan dengan mudah diketahui

program-program yang diprioritaskan dan memudahkan

penerapannya dengan melihat jumlah alokasi anggaran pada masing-

masing program.

b. Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja adalah hal penting untuk

menuju pelaksanaan kegiatan pemerintah yang transparan. Dengan

anggaran yang jelas, dan juga output yang jelas, serta adanya

hubungan yang jelas antara pengeluaran dan output yang hendak

dicapai maka akan tercipta transparansi. Karena dengan adanya

kejelasan hubungan semua pihak terkait dan juga masyarakat dengan

mudah akan turut mengawasi kinerja pemerintah.

c. Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja mengubah fokus pengeluaran

pemerintah keluar dari sistem line item menuju pendanaan program

pemerintah dengan tujuan khusus terkait dengan kebijakan prioritas

pemerintah. Dengan penerapan Anggaran Berbasis Kinerja maka

setiap departemen dipaksa untuk fokus pada tujuan pokok yang

hendak dicapai dengan keberadaan departemen yang bersangkutan.

Selanjutnya penganggaran yang dialokasikan untuk masing-masing

departemen akan dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai.

11

Page 12: Topik 3 (Sistem & Siklus Anggaran Negara)

d. Organisasi pembuat kebijakan seperti kabinet dan parlemen, berada

pada posisi yang lebih baik untuk menentukan prioritas kegiatan

pemerintah yang rasional ketika pendekatan Anggaran Berbasis

Kinerja. Parlemen dan lembaga perencana serta departemen

keuangan akan lebih mudah untuk menetapkan kebijakan,

menentukan alokasi anggaran untuk masing-masing departemen

karena adanya kejelasan dalam prioritas pembangunan, output yang

hendak dicapai dan jumlah penganggaran yang diusulkan dan

dialokasikan oleh masing-masing departemen.

e. Meskipun terdapat perubahan kebijakan yang terbatas dalam jangka

menengah, kementerian tetap bisa lebih fokus kepada prioritas untuk

mencapai tujuan departemen meskipun hanya dengan sumber daya

yang terbatas. Dengan penetapan prioritas pekerjaan yang telah

ditetapkan, pimpinan akan tetap fokus untuk mencapai tujuan

departemen yang dipimpin tidak perlu terganggu oleh keterbatasan

sumber daya.

f. Anggaran memungkinkan untuk peningkatan efisiensi administrasi.

Dengan adanya fokus anggaran pada output dan outcome maka

diharapkan tercipta efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan

pekerjaan. Hal ini sangat jauh berbeda apabila dibandingkan dengan

ketika fokus penganggaran tertuju pada input.

Keuntungan Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja

a. Hanya sedikit dari pemerintah pusat dan daerah yang memiliki

staf anggaran atau akuntansi yang memiliki kemampuan

memadai untuk mengidentifikasi unit pengukuran dan

melaksanakan analisis biaya.

b. Banyak jasa dan aktivitas pemerintahan telah secara khusus

dibuat dengan dasar anggaran yang dikeluarkan (cash basis).

c. Kadang kala, aktivitas langsung diukur biayanya secara detail

dan dilakukan pengukuran secara detail lainnya tanpa adanya

pertimbangan memadai yang diberikan pada perlu atau tidaknya

12

Page 13: Topik 3 (Sistem & Siklus Anggaran Negara)

aktivitas itu sendiri.

3. Planning, Programming, Budgeting System (PPBS)

Dalam PPBS ini, perhatian banyak ditekankan pada penyusunan

rencana dan program. Rencana disusun sesuai dengan tujuan nasional

yaitu untuk kesejahteraan rakyat karena pemerintah bertanggung jawab

dalam produksi dan distribusi barang-narang maupun jasa-jasa dan

alokasi sumber-sumber ekonomi yang lain. Pengukuran manfaat

penggunaan dana, dilihat dari sudut pengaruhnya terhadap lingkungan

secara keseluruhan, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka

panjang. Pengelompokan pos-pos anggaran didasarkan atas tujuan-tujuan

yang hendak dicapai di masa yang akan datang. Mengenai proses

penyusunan PPBS ini, melalui beberapa tahap sebagai berikut:

a. Menentukan tujuan yang hendak dicapai

b. Mengkaji pengalaman-pengalaman di masa lalu

c. Melihat prospek perkembangan yang akan dating

d. Menyusun rencana yang bersifat umum mengenai apa yang akan

dilaksanakan.

Setelah keempat tahap, di atas selesai disusun, barulah memasuki

tahap selanjutnya yang terdiri dari:

a. Menyusun program pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan

b. Berdasarkan program pelaksanaan ditentukan berapa jumlah dana

yang diperlukan untuk melaksanakan program-program tersebut.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam PPBS adalah:

a. Untuk menerapkan sistem ini, dituntut kemampuan dalam menyusun

rencana dan program secara terpadu.

b. Dibutuhkan informasi yang lengkap, baik informasi masa lalu

maupun informasi masa yang akan datang yang relevan dengan

kebutuhan penyusunan rencana dan program tersebut.

c. Pengawasan mulai dilaksanakan sebelum pelaksanaan sampai

selesainya pelaksanaan rencana dan program.

Selain ketiga bentuk sistem penganggaran tersebut di atas, dikenal

13

Page 14: Topik 3 (Sistem & Siklus Anggaran Negara)

pula sistem penganggaran yang dinamakan Zero Based Budgeting (ZBB).

ZBB merupakan sistem penganggaran yang didasarkan pada perkiraan

kegiatan tahun yang bersangkutan, bukan pada apa yang telah dilakukan

pada masa lalu. ZBB mensyaratkan adanya evaluasi atas semua kegiatan

atau pengeluaran dan semua kegiatan dimulai dari basis nol, tidak ada

level pengeluaran minimum tertentu.

Kelebihan Planning, Programming, Budgeting System (PPBS)

a. Memudahkan dalam pendelegasian tanggung jawab dari manajemen

puncak ke manajemen menengah.

b. Dalam jangka panjang dapat mengurangi beban kerja

c. Memperbaiki kualitas pelayanan melalui pendekatan sadar biaya

(cost-consciousness/cost awareness) dalam perencanaan program.

d. Lintas departemen sehingga dapat meningkatkan komunikasi,

koordinasi, dan kerja sama antardepartemen.

e. Menghilangkan program yang overlapping atau bertentangan dengan

pencapaian tujuan organisasi.

f. PPBS menggunakan teori marginal utility, sehingga mendorong

alokasi sumber daya secara optimal

Kelemahan Planning, Programming, Budgeting System (PPBS)

a. PPBS membutuhkan sistem informasi yang canggih, ketersediaan

data, adanya sistem pengukuran, dan staf yang memiliki kapabilitas

tinggi.

b. Implementasi PPBS membutuhkan biaya yang besar karena PPBS

membutuhkan teknologi yang canggih.

c. PPBS bagus secara teori, namun sulit untuk diimplementasikan.

d. PPBS mengabaikan realitas politik dan realitas organisasi sebagai

kumpulan manusia yang kompleks.

e. PPBS merupakan teknik anggaran yang statistically oriented.

Penggunaan statistik terkadang kurang tajam untuk mengukur

efektivitas program. Statististik hanya tepat untuk mengukur

beberapa program tertentu saja.

14

Page 15: Topik 3 (Sistem & Siklus Anggaran Negara)

f. Pengaplikasian PPBS menghadapi masalah teknis. Hal ini terkait

dengan sifat progam atau kegiatan yang lintas departemen sehingga

menyulitkan dalam melakukan alokasi biaya. Sementara itu sistem

akuntansi dibuat berdasarkan departemen bukan program.

D. Siklus APBN

Pengertian Siklus APBN adalah masa atau jangka waktu mulai anggaran

negara disusun sampai dengan saat perhitungan anggaran disahkan dengan

undang-undang. Pengelolaan APBN dilakukan dalam lima tahap, yaitu tahap

perencanaan APBN, penetapan UU APBN, pelaksanaan UU APBN,

pengawasan pelaksanaan UU APBN, dan pertanggungjawaban pelaksanaan

UU APBN. Hasil pengawasan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN

digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan rancangan APBN tahun

anggaran berikutnya. Oleh karena itu, proses tersebut merupakan suatu

lingkaran yang tidak terputus, dan karena itu sering disebut sebagai siklus

atau daur atau lingkaran anggaran negara (APBN).

1. Tahap Perencanaan APBN

Pada tahap ini terdapat enam langkah yang harus dilakukan, yaitu:

a. Penyusunan Rencana Kerja Kementerian Negara / Lembaga (Renja-

KL)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 20 Tahun 2004

tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian

Negara / Lembaga  menyusun Renja-KL mengacu pada Rencana

Strategis (Renstra) kementerian negara / lembaga yang bersangkutan

dan mengacu pula pada prioritas pembangunan nasional dan pagu

indikatif yang ditetapkan oleh Menteri Perencanaan dan Menteri

Keuangan.

Renja-KL ini memuat kebijakan, program dan kegaiatan yang

dilengkapi dengan sasaran kinerja dengan menggunakan pagu

indikatif untuk tahun anggaran yang sedang disusun dan perkiraan

maju (forward estimate) untuk tahun anggaran berikutnya. Program

dan kegiatan dalam Renja-KL disusun dengan pendekatan berbasis

15

Page 16: Topik 3 (Sistem & Siklus Anggaran Negara)

kinerja, kerangka pengeluaran jangka menengah (medium term

expenditure framework, MTEF) dan penganggaran terpadu (unified

budget).

b. Pembahasan Renja-KL

Kementerian perencanaan setelah menerima Renja-KL

melakukan penelaahan bersama Kementerian Keuangan. Pada tahap

ini, masih mungkin terjadi perubahan-perubahan terhadap program

kementerian negara/ lembaga yang di usulkan oleh Menteri/

Pimpinan lembaga setelah Kementerian Perencanaan berkoordinasi

dengan Kementerian Keuangan.

c. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara /

Lembaga (RKA-KL)

Selambat-lambatnya pada pertengahan Mei, pemerintah

menyampaikan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok

Kebijakan Fiskal kepada DPR. Hasil pembahasan antara DPR dan

pemerintah akan menjadi Kebijakan Umum dan Prioritas Anggaran

bagi Presiden/ Kabinet yang akan dijabarkan oleh Menteri Keuangan

dalam bentuk Surat Edaran Menteri Keuangan (SE Menkeu) tentang

pagu sementara.

Setelah menerima SE Menkeu tentang Pagu Sementara,

Kementerian Negara/Lembaga mengubah Renja-KL menjadi RKA-

KL, jadi sudah ada usulan anggarannya selain dari usulan program.

Selanjutnya kementerian Negara/Lembaga melakukan pembahasan

RKA-KL dengan komisi-komisi di DPR yang menjadi mitra

kerjanya.

Hasil pembahasan tersebut kemudian disampaikan kepada

Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan selambat-

lambatnya pada pertengahan bulan Juni. Kementerian Perencanaan

akan menelaah kesesuaian RKA-KL hasil pembahasan tersebut

dengan Rencana Kerja Pemerintah(RKP). Sedangkan Kementerian

Keuangan akan menelaah kesesuaian RKA-Kl dengan SE Menkeu

16

Page 17: Topik 3 (Sistem & Siklus Anggaran Negara)

tentang pagu sementara, perkiraan maju yang telah disetujui

anggaran sebelumnya, dan standar biaya yang telah ditetapkan.

d. Penyusunan Anggaran Belanja

RKA-KL hasil telaahan Kementerian Perencanaan dan

Kementerian Keuangan menjadi dasar penyusunan Anggaran

Belanja Negara. Belanja Negara disusun menurut asas bruto yaitu

bahwa tiap Kementerian Negara/Lembaga selain harus

mencantumkan rencana jumlah pengeluaran harus juga

mencantumkan perkiraan penerimaan yang akan didapat dalam tahun

anggaran yang bersangkutan.

e. Penyusunan Perkiraan Pendapatan Negara

Berbeda dengan penyusunan sisi belanja yang disusun dari

kumpulan usulan belanja tiap Kementerian Negara/Lembaga yang

ditelaah oleh Kementerian Perencanaan dan Kementerian Keuangan,

penentuan perkiraan pendapatan negara pada prinsipmya disusun

oleh Kementerian Keuangan dibantu Kementerian Perencanaan

dengan memperhatikan masukan dari Kementerian Negara/Lembaga

lain, yaitu dalam bentuk prakiraan maju penerimaan negara bukan

pajak (PNBP).

f. Penyusunan Rancangan APBN

Setelah menyusun prakiraan maju belanja negara dan

pendapatan negara, Kementerian Keuangan menghimpun RKA-KL

yang telah ditelaah bersama-sama dengan Nota Keuangan dan

RAPBN dibahas dalam sidang kabinet.

2. Tahap Penetapan UU APBN

Nota keuangan dan Rancangan APBN beserta RKA-KL yang telah

dibahas dalam Sidang Kabinet disampaikan Pemerintah kepada DPR

selambat-lambatnya pertengahan Agustus untuk dibahas dan ditetapkan

menjadi UU APBN selambat-lambatnya pada akhir bulan Oktober.

Pembicaraan antara pemerintah dengan DPR terdiri dari berbagai tingkat,

yaitu sebagai berikut:

17

Page 18: Topik 3 (Sistem & Siklus Anggaran Negara)

a. Tingkat I

Pada tingkat ini disampaikan  keterangan atau penjelasan pemerintah

tentang Rancangan Undang-undang APBN (RUU APBN). Pada

kesempatan ini Presiden menyampaikan pidato pengantar RUU

APBN didepan siding paripurna DPR.

b. Tingkat II

Dilakukan pandangan umum dalam rapat paripurna DPR dimana

masing-masing fraksi di DPR mengemukakan pendapatnya

mengenai RUU APBN dan keterangan pemerintah. Jawaban

pemerintah atas pandangan umum tersebut biasanya diberikan oleh

Menteri Keuangan.

c. Tingkat III

Dilakukan pembahasan dalam rapat komisi, rapat gabungan komisi

atau rapat panitia khusus. Pembahasan dilakukan bersama dengan

pemerintah yang diwakili oleh Menteri Keuangan.

d. Tingkat IV

Diadakan rapat paripurna kedua. Pada rapat ini disampaikan kepada

forum tentang hasil pembicaraan pada tingkat III dan pendapat akhir

dari tiap-tiap fraksi di DPR. Setelah itu, DPR akan menggunakan

hak budgetnya untuk menyetujui atau menolak RUU APBN.

Kemudian DPR mempersilakan pemerintah untuk menyampaikan

sambutannya berkaitan dengan keputusan DPR tersebut. Apabila

RUU APBN telah disetujui DPR, maka presiden mengesahkan RUU

APBN tersebut menjadi UU APBN.

3. Tahap Pelaksanaan UU APBN

UU APBN yang telah disetujui DPR dan disahkan presiden telah

disusun secara terperinci dalam unit organisasi, fungsi, program kegiatan,

dan jenis belanja. Hal itu berarti bahwa untuk mengubah pengeluaran

yang berkaitan dengan unit organisasi, fungsi, program kegiatan, dan

jenis belanja harus dengan persetujuan DPR. Misalkan pemerintah akan

18

Page 19: Topik 3 (Sistem & Siklus Anggaran Negara)

perlu menggeser pengunaan anggaran antar belanja (bisa jadi belanja

yang satu kelebihan/atau tidak terserap dan belanja yang lain kekurangan

dana), maka dalam hal ini pemerintah harus meminta persetujuan DPR.

RKA-KL yang telah disepakati DPR ditetapkan dalam Keputusan

Presiden (Keppres) tentang rincian APBN selambat-lambatnya akhir

bulan November. Keppres tentang rincian APBN ini menjadi dasar bagi

Kementerian Negara/Lembaga untuk mengusulkan konsep dokumen

pelaksanaan anggaran kepada Menteri Keuangan selaku Bendahara

Umum Negara (BUN). Menteri Keuangan mengesahkan dokumen

pelaksanaan anggaran selambat-lambatnya tanggal 31 Desember. Dengan

dokumen pelaksanaan anggaran tersebut, mulai 1 Januari tahun anggaran

berikutnya, Kementerian Negara/Lembaga dapat melaksanaan

penerimaan dan pengeluaran yang berkaitan dengan bidang tugasnya.

4. Tahap Pengawasan Pelaksanaan UU APBN

Pengawasan atas pelaksanaan APBN dilaksanakan oleh pemeriksa

internal maupun eksternal. Pengawasan secara internal dilakukan oleh

Inspektorat Jenderal (Itjen) dan Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan ((BPKP). Itjen melakukan pengawasan dalam lingkup

masing-masing departemen/lembaga, sedangkan BPKP melakukan

pengawasan untuk lingkup semua departemen atau lembaga.

Pengawasan eksternal dilakukan oleh BPK. Sebagaimana telah

ditetapkan dalam UUD 1945, pemeriksaan yang menjadi tugas BPK

meliputi pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab mengenai

keuangan negara. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi seluruh unsur

keuangan negara seperti yang dimaksud dalam Pasal 2 Undang-undang

Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Selain disampaikan

kepada lembaga perwakilan (DPR) hasil pemeriksaan BPK juga

disampaikan kepada Pemerintah.

Berdasarkan Undang-undang  Nomor 15 Tahun 2004 Pemeriksaaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK diberikan

kewenangan untuk melakukan 3 (tiga) jenis pemeriksaaan yaitu:

19

Page 20: Topik 3 (Sistem & Siklus Anggaran Negara)

a. Pemeriksaaan Keuangan

Yaitu pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat dan

pemerintah daerah. Pemeriksaan keuangan ini dilakukan oleh BPK

dalam rangka memberikan opini tentang tingkat kewajaran informasi

yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah.

b. Pemeriksaan Kinerja

Yaitu pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi, serta

pemeriksaan atas aspek efektifitas yang lazim dilakukan bagi

kepentingan manajemen yang dilakukan oleh aparat pengawasan

internal.

c. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu

Yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus, di luar

pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Yang termasuk

dalam kategori pemeriksaan ini antara lain adalah pemeriksaan atas

hal-hal lain yang berkaitan dengan keuangan dan pemeriksaan

investigatif.

5. Tahap Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan UU APBN

Pada tahap ini Presiden menyampaikan rancangan undang-undang

tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN berupa laporan

keuangan yang sudah diaudit BPK kepada DPR selambat-lambatnya 6

(enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Laporan keuangan yang

disampaikan tersebut menurut Pasal 30 Undang-undang 17 Tahun 2003

tentang keuangan Negara adalah Laporan Realisasi APBN, Neraca,

Laporan arus kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri

dengan laporan keuangan perusahaan Negara dan badan lainnya.

Menurut waktunya, siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN) adalah sebagai berikut (Atep Adya Barata dan Bambang

Trihartanto, 2004):

a. Selambat- lambatnya pada pertengahan bulan Mei tahun anggaran

berjalan, pemerintah menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiscal

20

Page 21: Topik 3 (Sistem & Siklus Anggaran Negara)

dan kerangka ekonomi makro tahun anggaran berikutnya kepada

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), kemudian dibahas dalam

pembicaraan pendahuluan RAPBN

b. Pada bulan Agustus, pemerintah pusat mengajukan Rancangan

Undang-undang (RUU) APBN untuk tahun anggaran yang akan

dating, disertai dengan nota keuangan dan dokumen-dokumen

pendukungnya kepada DPR. Dalam pembahasan RUU APBN, DPR

dapat mengajukan usul yang dapat mengubah jumlah penerimaan

dan pengeluaran dalam RUU APBN. Perubahan RUU APBN dapat

diusulkan oleh DPR sepanjang tidak menambah defisit anggaran.

c. Selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran yang

bersangkutan dilaksanakan, DPR mengambil keputusan mengenai

RUU APBN. APBN yang disetujui oleh DPR diperinci menurut unit

organisasi, fungsi program, kegiatan, dan jenis belanja. Apabila DPR

tidak menyetujui RUU APBN yang diajukan pemerintah, pemerintah

dapat melakukan pengeluaran maksimal sebesar jumlah APBN tahun

anggaran sebelumnya.

21

Page 22: Topik 3 (Sistem & Siklus Anggaran Negara)

BAB III

KESIMPULAN

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa, anggaran secara

umum adalah suatu pernyataan tentang prediksi pengeluaran dan penerimaan yang

mungkin terjadi dalam suatu periode di masa depan, serta data dari pengeluaran

dan penerimaan yang telah terjadi di masa sebelumnya.

Jenis-jenis anggaran secara umum meliputi system anggaran tradisonal,

dimana anggaran ini lebih menekannkan pada obyek pengeluaran diikuti dengan

pelaksanaan dan pengawasan dari anggarannya. System anggaran kinerja disini

lebih menekankan pada manajemen anggaran, dengan memperhatikan aspek

ekonomi dan keuangan pelaksanaan anggaran serta meliputi capaian phisik.

System anggaran program disini lebih menekannkan pada segi persiapan anggaran

yang lebih baik/matang dari anggaran sebelumnya.

Siklus APBN dalam proses penyelenggaraanya meliputi tahap penyususnan

anggaran (6 bulan), tahap pengesahan RAPBN (3 bulan), tahap pelaksanaan

APBN (12 bulan), dan tahap pertanggungjawaban (6 bulan).

22

Page 23: Topik 3 (Sistem & Siklus Anggaran Negara)

DAFTAR PUSTAKA

Arinta, Kustadi, Pengantar Akuntansi Pemerintahan, Penerbit Alumni, Bandung.

Due, John F. Keuangan Negara, Yayasan Penerbit UI Jakarta.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22549/4/Chapter%20II.pdf

https://www.scribd.com/doc/86771533/Sistem-Dan-Siklus-Anggaran-Negara-akt-Pemerintahan

http://www.anggaran.depkeu.go.id/web-print-list.asp?ContentId=98

https://hpweblog.wordpress.com/2012/10/21/sistem-anggaran-tradisional-line-item-budgeting/

http://brainfransiscosupit.blogspot.co.id/2011/08/performance-based-budget-system-sistem.html

https://hpweblog.wordpress.com/2012/10/21/sistem-anggaran-ppbs-planing-programming-budgeting-system/

23