Topeng Semalam

3
Topeng Semalam oleh: Yanto Em Rakhmat Sarah mengejapkan matanya, kemudian ia menoleh pada jam dinding, ah masih belum pagi, desahnya. lantas, apa yang terjadi dengan mimpinya, barusan? Bertemu ke empat topeng serem, kemudian mereka saling memaki-maki dirinya. Astaga, padahal tadi sebelum tidur, Sarah masih sempet kok memanjatkan doa. Tapi...? Sarah tampaknya sedang berpikir keras. Dan keringat dingin pun, mulai bercucuran. “Kamu sombong! Sombong Sarah!”ucap salah satu topeng bergema. “kamu juga anguk!Kenapa teman yang selama ini baik padamu, kau musuhi?” Ayu? Sarah tengadah, dan ditatapnya langit-pangit kamarnya. Seakan, Ayu dengan wajah memelas, ada di sana. Ya Tuhan! Sarah, mengusap wajahnya perlahan. Ia, selama ini telah menyepelekan uluran persahabatan anak itu. Ayu, memang teman sebagkunya, tapi, ia begitu angkuh, dan sombong, seakan antara dirinya dan Ayu ada batas pemisah. Mukin karena, Sarah merasa popular di sekolahnya, jadi sekretaris OSIS. Lagipula, semua orang tahu, siapa pacar Sarah. Yaitu, ketua OSIS, yang memang banyak diidolakan para cewek di sekolahnya. Jadi, Sarah memang nggak level untuk main dengan Ayu. Ayu, anaknya pun susah bicara, dan ehem….! Anak pungut! Gumam Sarah sinis. “kamu, enggak pantas merasa jadi super, Cu.” Topeng itu, suaranya persis, seperti kakek. Sarah, kembali mengusap wajahnya, dan…..?Sarah kepalanya mendadak pening. Seakan langit-langit kamarnya sedang berputar-putar. “Ha….ha…..ha….!”Sarah mendengar suaru tertawa panjang. Jam dinding pun berbunyi tiga kali. Ya, memang belum pagi, sekalipun mega sudah mulai mengibar di ufuk timur sana. “rasain kamu!: tunjuk salah seorang suara yang tidak menampakkan diri. “Rasain kamu!” tunjuk salah seorang suara yang tidak menampakkan diri. “inilah akibat dari pelajar serakah seperti kamu!” “Kamu egois!” “kamu bewajah manis, bermuka dua!” Suara-suara itu, makin nggak karuan untuk Sarah dengar. Kabur, dan ngiung-ngiung. Serupa, kalau berteriak di pinggir pantai, lantas ada badai. Nah, begitu gambarannya. “Kamu siapa?!” tanya Sarah ngilu. “alah, enggak usah Tanya.” Ucap topeng berwajah petruk itu bengis. “kamu balik Nona!” Sarah dia tak menyawab. Dan sebelum meninggalkannya, topeng itu mengusap pipi Sarah dengan telunjuknya. “Kamu gila!!” teriak Sarah. “Siapa yang gila?” “Mama!!”

description

nmxbmncbxzmcmnxbzmcmnxzbmnc

Transcript of Topeng Semalam

Page 1: Topeng Semalam

Topeng Semalam

oleh: Yanto Em Rakhmat

Sarah mengejapkan matanya, kemudian ia menoleh pada jam dinding, ah masih belum pagi, desahnya. lantas, apa yang terjadi dengan mimpinya, barusan? Bertemu ke empat topeng serem, kemudian mereka saling memaki-maki dirinya. Astaga, padahal tadi sebelum tidur, Sarah masih sempet kok memanjatkan doa. Tapi...? Sarah tampaknya sedang berpikir keras. Dan keringat dingin pun, mulai bercucuran. “Kamu sombong! Sombong Sarah!”ucap salah satu topeng bergema.

“kamu juga anguk!Kenapa teman yang selama ini baik padamu, kau musuhi?” Ayu? Sarah tengadah, dan ditatapnya langit-pangit kamarnya. Seakan, Ayu dengan wajah memelas, ada di sana. Ya Tuhan! Sarah, mengusap wajahnya perlahan. Ia, selama ini telah menyepelekan uluran persahabatan anak itu. Ayu, memang teman sebagkunya, tapi, ia begitu angkuh, dan sombong, seakan antara dirinya dan Ayu ada batas pemisah. Mukin karena, Sarah merasa popular di sekolahnya, jadi sekretaris OSIS. Lagipula, semua orang tahu, siapa pacar Sarah. Yaitu, ketua OSIS, yang memang banyak diidolakan para cewek di sekolahnya. Jadi, Sarah memang nggak level untuk main dengan Ayu. Ayu, anaknya pun susah bicara, dan ehem….! Anak pungut! Gumam Sarah sinis. “kamu, enggak pantas merasa jadi super, Cu.” Topeng itu, suaranya persis, seperti kakek. Sarah, kembali mengusap wajahnya, dan…..?Sarah kepalanya mendadak pening. Seakan langit-langit kamarnya sedang berputar-putar. “Ha….ha…..ha….!”Sarah mendengar suaru tertawa panjang. Jam dinding pun berbunyi tiga kali. Ya, memang belum pagi, sekalipun mega sudah mulai mengibar di ufuk timur sana. “rasain kamu!: tunjuk salah seorang suara yang tidak menampakkan diri. “Rasain kamu!” tunjuk salah seorang suara yang tidak menampakkan diri. “inilah akibat dari pelajar serakah seperti kamu!” “Kamu egois!” “kamu bewajah manis, bermuka dua!” Suara-suara itu, makin nggak karuan untuk Sarah dengar. Kabur, dan ngiung-ngiung. Serupa, kalau berteriak di pinggir pantai, lantas ada badai. Nah, begitu gambarannya. “Kamu siapa?!” tanya Sarah ngilu. “alah, enggak usah Tanya.” Ucap topeng berwajah petruk itu bengis. “kamu balik Nona!” Sarah dia tak menyawab. Dan sebelum meninggalkannya, topeng itu mengusap pipi Sarah dengan telunjuknya. “Kamu gila!!” teriak Sarah. “Siapa yang gila?” “Mama!!” Sarah melihat Mama ada di situ, dan Mama, mengelengkan kepalanya. “Bangunannya kok sesiangan, dan pintu kamarmu, nggak terkunci lagi.” “Mungkin, pulangnya kemaleman Mam.” “Iya, makanya kamu jadi mimpi buruk, deh.” “Mimpi buruk?” Tanya Sarah heran. Ini bukan sekadar mimpi, tapi topeng-topeng itu, kemungkinan masih ada di sini. Hah! Topeng? Sarah kan, semalam habis pentas topeng, yang dimainkan oleh anak-anak teater di sekolahnya. Malah, Sarah tadinya ingin ditonton mama, karena pagelaranya di salah satu bioskop ternama. Tapi sayang, Mama malam itu nggak datang.

Page 2: Topeng Semalam

“Mama ingin minta maaf sama kamu Sar,” ucap Mama lembut. “Ingin minta maaf, untuk apa?” “Ya, karena Mama nggak sempat nonton pagelaran pentas topeng itu, kamu bilang, kamu kan yang peran utamanya,” “Udah, Mam, lupakan. Sarah udah ngak mau mengingatnya lagi. Sarah benci !!” “Lho, kenapa benci. Bukan ini pentas terbaikmu ?” “Iya, tapi….”Sarah menerawang, dan matanya, mulai berkaca-kaca. Sarah, tak kuat untuk menahan tangis. “Kamu nangis, Nak!” sarah manggut. Dan astaga, Sarah tidak kuat untuk bangkit.. kepalanya mendadak berat, dan pening. “ada apa yang sebenarnya, sayang?” rengkuh Mama penuh kasih. “Pasti kamu masuk angin, sayang. Badanmu, mulai agak demam,” lanjut mama agak panik. “Sarah biasa kok Mam. Cuma, kenapa seluruh badan Sarah jadi lemes begini?” “Kamu sih terlalu aktif, sayang.” Ah, kalau saja Sarah enggak ikutan, untuk menjadi peran utama, dalam drama itu. Atau enggak, Sarah mengurungkan niatnya untuk tidak ikutan dalam pentas topeng itu. Pasti kejadiannya enggak akan begini. Penyesalan memang selalu hadir belakangan. Karena memang, Sarah selalu ingin mempunyai nilai lebih dari mereka. Termasuk dari Ayu. Ayu, yang terkadang membuat Sarah enggak nyaman. “Mama harus kerja, sayang.” Mama pamit, sebelumnya menecup pipi putrinya. “Kamu, minta bantuan si Mbok aja, ya?” “Iya, Mam!” Sarah mengantar Mama pergi, sampai di pntu kamarnya. Kemudian dia kembali ke tempat tidur. Kepalanya memang makin pening saja. Alamat hari ini Sarah enggak masuk sekolah. Ya, sehari enggak bisa bertemu David, Sisi, Tika, dan Hani. Punya rencana apa ya dengan mereka? Mereka bilang, kalau pentas topeng malam itu berhasil, mau ngadain party. Ya, Party! Tapi Sarah kepalanya mulai pusing lagi. Dan bluk! Tidak sadarkan diri. * *(Bersambung)

Pengirim: Yanto Em Rakhmat (Pelajar SMU (Plus) Muthahhari