Tooth Mobility

5
TOOTH MOBILITY DEFINISI Pergerakan gigi pada dataran vertical atau horizontal derajatnya tergantung pada lebar ligament periodontal, area perlekatan akar, elastisitas prosesus alveolar dan fungsi dari masing-masing gigi. Gigi yang berakar tunggal umumnya lebih mudah goyang dibandingkan dengan gigi yang berakar banyak. Oleh karena itu, gigi incisivus merupakan gigi yang paling sering mengalami mobility (Caputo, 2009). Dalam keadaan normal gigi juga memiliki derajat mobility. Mobility ini disebut sebagai mobility fisiologis. Mobility fisiologis paling besar terjadi di pagi hari karena adanya peningkatan pergerakan gigi sewaktu tidur dan secara perlahan berkurang di siang hari setelah gigi menerima tekanan fungsional dari pengunyahan, penelanan, dan ketika berkontak dengan antagonisnya (Caputo, 2009). Batas mobility fisiologis ini adalah 0,15 mm. mobility yang melebihi rentang fisiologis disebut sebagai mobility yang abnormal atau patologis. Secara klinis, gigi mobility dapat dibedakan atas mobility reversible dab mobility irreversible: Mobility reversible adalah jenis mobility pada gigi yang terjadi akibat tekanan yang abnormal atau inflamasi. Mobility yang terjadi dapat berkurang atau dihilangkan dengan menyingkirkan faktor penyebab. Mobility irreversible merupakan jenis mobility yang ditandai dengan berkurangnya dukungan periodontium. Derajatnya dapat dikurangi tetapi tidak dapat dihilangkan meskipun telah dilakukan perawatan (Caputo, 2009). FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TOOTH MOBILITY Terjadinya penigkatan gigi mobility yang patologis dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti kehamilan, status penyakit (local atau sistemik), trauma (akibat pergerakan ortodonti), kebiasaan hiperfungsi dan hipofungsi. Namun, dua faktor yang paling sering terlibat adalah inflamasi yang disebabkan akumulasi plak dan tekanan oklusal yang berlebihan (Caputo, 2009). INFLAMASI YANG DISEBABKAN AKUMULASI PLAK

description

mobile

Transcript of Tooth Mobility

Tooth MobilityDefinisiPergerakan gigi pada dataran vertical atau horizontal derajatnya tergantung pada lebar ligament periodontal, area perlekatan akar, elastisitas prosesus alveolar dan fungsi dari masing-masing gigi. Gigi yang berakar tunggal umumnya lebih mudah goyang dibandingkan dengan gigi yang berakar banyak. Oleh karena itu, gigi incisivus merupakan gigi yang paling sering mengalami mobility (Caputo, 2009).Dalam keadaan normal gigi juga memiliki derajat mobility. Mobility ini disebut sebagai mobility fisiologis. Mobility fisiologis paling besar terjadi di pagi hari karena adanya peningkatan pergerakan gigi sewaktu tidur dan secara perlahan berkurang di siang hari setelah gigi menerima tekanan fungsional dari pengunyahan, penelanan, dan ketika berkontak dengan antagonisnya (Caputo, 2009).Batas mobility fisiologis ini adalah 0,15 mm. mobility yang melebihi rentang fisiologis disebut sebagai mobility yang abnormal atau patologis. Secara klinis, gigi mobility dapat dibedakan atas mobility reversible dab mobility irreversible: Mobility reversible adalah jenis mobility pada gigi yang terjadi akibat tekanan yang abnormal atau inflamasi. Mobility yang terjadi dapat berkurang atau dihilangkan dengan menyingkirkan faktor penyebab. Mobility irreversible merupakan jenis mobility yang ditandai dengan berkurangnya dukungan periodontium. Derajatnya dapat dikurangi tetapi tidak dapat dihilangkan meskipun telah dilakukan perawatan (Caputo, 2009).Faktor Penyebab Terjadinya Tooth MobilityTerjadinya penigkatan gigi mobility yang patologis dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti kehamilan, status penyakit (local atau sistemik), trauma (akibat pergerakan ortodonti), kebiasaan hiperfungsi dan hipofungsi. Namun, dua faktor yang paling sering terlibat adalah inflamasi yang disebabkan akumulasi plak dan tekanan oklusal yang berlebihan (Caputo, 2009).Inflamasi yang disebabkan akumulasi plakInflamasi yang terjadi pada penyakit periodontal seperti gingivitis dan periodontitis merupakan akibat dari akumulasi plak dan mikroorganisme yang menempel pada gigi (J Periodon, 2001). Penjalaran inflamasi dari tepi gingival ke struktur periodontal pendukung lebih lanjut akan berakibat terhadap hilangnya perlekatan jaringan pendukung dan resorpsi tulang di sekitar gigi. Pada keadaan gigi ini terjadi kehilangan tulang angular sehingga meningkatnya mobility akibat berkurangnya tinggi tulang alveolar pendukung gigi.Trauma Karena OklusiTrauma karena oklusi diartikan sebagai trauma terhadap periodontium karena tekanan fungsional ataupun parafungsional yang menyebabkan kerusakan terhadap perlekatan pada periodontium karena melebihi kapasitas adaptif dan reparatifnya (Bernal, 2002)Lesi yang terjadi akibat trauma karena oklusi dapat terjadi bersamaan dengan/atau pada periodontium yang mengalami inflamasi (J Periodon, 2001). Menurut penelitian Ericcson dan Linde, trauma oklusi yang berlebihan ketika dikombinasi dengan periodontitis akan mempercepat kehilangan perlekatan. Namun pada keadaan tanpa inflamasi, tekanan oklusal yang berlebihan akan meningkatkan terjadinya kehilangan tulang dan mobility pada gigi (Bhola, 2008).Secara umum dikenal dua bentuk trauma karena oklusi (Strasser, 2009): Trauma karena oklusi primerTrauma oklusi primer diartikan sebagai cedera atau kerusakan akibat dari tekanan oklusal yang berlebihan yang diterima gigi pada gigi dengan dukungan periodontium yang sehat atau normal. Trauma karena oklusi sekunderTrauma oklusi sekunder diartikan sebagai cedera atau kerusakan akibat dari tekanan oklusal yang normal yang diterima gigi pada gigi dengan dukungan periodontium yang inadekuat atau lemah.Tanda klinis yang paling umum terjadi pada pasien trauma karena oklusi adalah meningkatnya derajat mobility. Terjadinya mobility ini adalah sebagai adaptasi periodontium terhadap tekanan berlebihan yang diterimanya (Bhola, 2008). Selain itu, tanda klinis lain yang mungkin ditemui pada pasien dengan trauma karena oklusi adalah migrasi gigi, nyeri pada gigi atau ketidaknyamanan pada waktu pengunyahan atau perkusi, lemahnya otot-otot pengunyahan, retaknya enamel atau fraktur pada mahkota atau akar (J Periodon, 2001).Gambaran radiografis seperti pelebaran ruang ligament periodontal, kerusakan lamina dura, radiolusen pada daerah apeks gigi yang vital dan resorpsi pada daerah akar sering menyertai pasien dengan trauma karena oklusi (J Periodon, 2001).Perawatan terhadap Tooth MobilityPerawatan bertujuan untuk (J Periodon, 2001): mengurangi ataupun menghilangkan mobility yang ada menghindari terjadinya migrasi gigi yang lebih jauh mengurangi perubahan radiografis yang terjadi memperbaiki kontak premature serta nenperoleh kenyamanan dalam pengunyahanUntuk itu beberapa perawatan berikut dapat dilakukan;Penyingkiran faktor inflamasiBerupa terapi bedah dan non bedah, diantaranya: Skeling dan penyerutan akar, untuk mengurangi inflamasi, mengurangi keberadaan mikroba pathogen , dan mengurangi terjadinya perkembangan penyakit. Penggunaan obat local dan sistemik, control dengan penggunaan agen kemoterapi mengubah keadaan flora pathogen dan memperbaiki tanda klinis, penggunaan serat etilen vinil asetat yang mengandung tetrasiklin, lempeng gelatin yang mengandung klorheksidin dan formula polimer minosiklin dapat mengurangi kedalaman sak, perdarahan sewaktu probing dan meningkatkan perlekatan klinis jaringan. Terapi bedah, untuk memperoleh akses untuk menyingkirkan faktor etiologi mobility, mengurangi kedalamn saku serta perbaikan terhadap jaringan periodontium yang hilang.Penyingkiran penyebab trauma karena oklusiPerawatan terhadap gejala trauma karena oklusi harus dilakukan bersamaan dengan terapi periodontal. Karena penyingkiran tekanan oklusi yang traumatic pada keadaan periodontitis tidak akan membantu mengurangi mobility gigi dan regenerasi tulang alveolar. Perawatannya berupa: Penyelarasan oklusal, mampu mengurangi mobility gigi sebesar 18-28% setelah perawatan selama 30 hari. Stabilisasi temporer, provisional atau jangka panjang menggunakan alat lepasan atau cekat splin untuk menstabilisasi gigi dan membantu gigi untuk berfungsi normal meskipun jumlah periodontium terbatas. Pergerakan gigi dengan menggunakan alat ortodonti Rekonstruksi oklusal Ekstraksi gigiApabila mobility yang terjadi tidak memberikan respon terhadap perawatan yang telah dilakukan, gigi tersebut dapat diekstraksi untuk selanjutnya dilakukan perawatan definitif yaitu dengan pembuatan gigi tiruan sebagiam lepasan atau gigi tiuran cekat.Untuk memperoleh hasil perawatan yang maksimal, sejumlah perawatan periodontal pendukung wajib dilakukan. Control plak harian yang efektif serta control berkala harus dilakukan oleh pasien sehingga jaringan periodontium yang sehat dapat diperoleh (J Periodon, 2001).

Daftar PustakaCaputo A, Wylie R. Force Generation and reaction within the periodontium. http://www.dent.ucla.edu/pic/memberJ Periodon. 2001. The American Academy of Periodontology. Treatment of Plaque induced gingivitis chronic periodontitis and other clinical condition. P: 1790-1800Bernal G, Carvajal JC, Munoz CA. 2002. A Review of Clinical Management of Mobile Teeth. J Contemp Dent Pract P:1-11Bhola M. 2008. Dental Occlusion and periodontal disease:what is the real relationship. J California Dent P:925-930Strasser HE. 2009. Periodontal splinting with fiber reinforced Composite resin. http://www.benco.com/pdf_files/cecoures/perio-splinting.pdf

Perbedaan Ulcus decubitus, Tooth Mobility, Persistensi Gigi SulungUlcus DecubitusTooth MobilityPersistensi gigi Sulung

DefinisiKerusakan jaringan yang terjadi akibat tekanan benda tumpul atau tajam yang kronisPergerakan gigi pada dataran vertical atau horizontal keadaan dimana gigi sulung belum tanggal walaupun waktu tanggalnya sudah tiba

Etiologi Pergantian gigi sulung oleh gigi tetap (persistensi gigi sulung) prothesa yang terlalu menekan/longgar gigi yang terlalu tumbuh ke buccal

Inflamasi akibat akumulasi plak Trauma karena oklusi Gangguan nutrisi seperti kurangnya konsumsi vitamin A

Perawatan menghilangkan faktor penyebab (Trauma, kimia, dan suhu) maloklusiatau supraposisi, dapat dilakukan ekstraksi

Skeling dan penyerutan akar Penggunaan obat local dan sistemik Stabilisasi temporer, provisional atau jangka panjang Pergerakan gigi dengan menggunakan alat ortodonti Rekonstruksi oklusal Ekstraksi gigi

Ekstraksi gigi sulung Konsumsi makanan bergizi dan vitamin A