Tonsillitis

16
LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS A. DEFINISI Tonsil merupakan kumpulan besar jaringan limfoid di belakang faring yang memiliki keaktifan munologik (Ganong, 1998). Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh dengan cara menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut, hidung dan tenggorokan, oleh karena itu, tidak jarang tonsil mengalami peradangan. Tonsilitis adalah infeksi atau peradangan pada tonsil. Tonsilitis akut merupakan inveksi tonsil yang sifatnya akut, sedangkan tonsillitis kronik merupakan tonsillitis yang terjadi berulang kali (Sjamsuhidayat & Jong, 1997). B. ETIOLOGI Tonsilitis disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus beta hemolyticus, Streptococcuc, viridans dan Streptococcuc pyrogen sebagai penyebab terbanyak, selain itu dapat juga disesbabkan oleh Corybacterium diphteriae, namun dapat juga disebabkan oleh virus (Mansyjoer, 2001). C. TANDA DAN GEJALA

Transcript of Tonsillitis

Page 1: Tonsillitis

LAPORAN PENDAHULUAN

TONSILITIS

A. DEFINISI

Tonsil merupakan kumpulan besar jaringan limfoid di belakang faring

yang memiliki keaktifan munologik (Ganong, 1998). Tonsil berfungsi mencegah

agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh dengan cara menahan kuman

memasuki tubuh melalui mulut, hidung dan tenggorokan, oleh karena itu, tidak

jarang tonsil mengalami peradangan.

Tonsilitis adalah infeksi atau peradangan pada tonsil. Tonsilitis akut

merupakan inveksi tonsil yang sifatnya akut, sedangkan tonsillitis kronik

merupakan tonsillitis yang terjadi berulang kali (Sjamsuhidayat & Jong, 1997).

B. ETIOLOGI

Tonsilitis disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus beta hemolyticus,

Streptococcuc, viridans dan Streptococcuc pyrogen sebagai penyebab terbanyak,

selain itu dapat juga disesbabkan oleh Corybacterium diphteriae, namun dapat

juga disebabkan oleh virus (Mansyjoer, 2001).

C. TANDA DAN GEJALA

Penderita biasanya demam, nyeri tengkorak, mungkin sakit berat dan

merasa sangat nyeri terutama saat menelan dan membuka mulut disertai dengan

trismus (kesulitan membuka mulut). Bila laring terkena, suara akan menjadi serak.

Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, tonsil membengkak, hiperemis :

terdapat detritus (tonsillitis folibularis), kadang detritus berdekatan menjadi sati

(tonsillitis laturasis) atau berupa membrane semu. Tampak arkus palatinus

anterior terdorong ke luar dan uvula terdesak melewati garis tengah. Kelenjar sub

mandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama pada anak-anak.

Page 2: Tonsillitis

Pembesaran adenoid dapat menyebabkan pernafasan mulut, telinga

mengeluarkan cairan, kepala sering panas, bronchitis, nafas baud an pernafasan

bising.

D. PEMERIKSAAN / EVALUASI DIAGNOSTIK

Dilakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, dan pengumpulan riwayat

kesehatan yang cermat untuk menyingkirkan kondisi sistemik atau kondisi yang

berkaitan. Usap tonsilar dikultur untuk menentukan adanya infeksi bakteri. Jika

tonsil adenoid ikut terinfeksi maka dapat menyebabkan otitis media supuratif yang

mengakibatkan kehilangan pendengaran, pasien harus diberikan pemeriksaan

audiometik secara menyeluruh sensitivitas/ resistensi dapat dapat dilakukan jika

diperlukan.

E. TONSILEKTOMI

Pembesaran tonsil jarang merupakan indikasi untuk pengakalan

kebanyakan anak-anak mempunyai tonsil yang besar, yang ukuranya akan

menurun sejalan dengan perlambatan usia.

Tonsilektomi dilakukan hanya jika pasien mempunyai masalah-masalah berikut :

a. Menderita tonsillitis berulang

b. Hipertrifi tonsil dan adenoid yang dapat menyebabkan obstruksi.

c. Serangan otitis media purulens berulang.

d. Diduga kehilangan pendengaran akibat otitis media serosa yang

terjadidalam kalbunya dengan pembasaran konal dan adenoid.

e. Kecurigaan keganasan tonsil pada orang dewasa muda dan dewasa.

f. Indikasi khusus anak adalah tonsillitis rekurens yang kambuh lebih dari 3

kali, hyperplasia setelah infeksi mononukleus dan riwayat demam

rheumatik dengan gangguan jantung yang berhubungan dengan tonsillitis

kronik yang sukar diatasi dengan antibiotic.

g. Tonsilektomi pada orang dewasa dapat dikerjakan dalam narkose atau

dengan anestesi local, pada anak biasanya dilakukan dalam narkose.

Page 3: Tonsillitis

F. PATOFISIOLOGI / PATHWAY

Bakteri(dalam udara & makanan)

Virus(dalam udara & makanan)

Peradangan tonsil Prod. Secret berlebih

Tonsillitis

Pembesaran tonsilPeningkatan suhu tubuh

Bersihan jln nafas tidak efektif

Benda asing di jln nafasDiproses

Obst. Jln nafas

Obs. mekanik

Kekurangan vol. cairan

Bersihan jln nafas tdk efektif Resiko kerusakan menelan

Gangguan rasa nyaman (nyeri)

Tonsilektomi

anoreksia

Kurang pemahaman Resiko perdarahan

Resiko perub. Nutrisi kurang dari kebutuhan

Kurang pengetahuan Darah di sal. nafas

Bersihan jln nafas tidak efektif

Page 4: Tonsillitis

G. PENATALAKSANAAN

Pada penderita tonsillitis, terlebih dahulu harus diperhatikan pernafasan

dan status nutrisinya. Jika perbesaran tonsil menutupi jalan nafas, maka perlu

dilakukan tonsilektomi, demikian juga jika pembesaran tonsil menyebabkan

kesulitan menelan dan nyeri saat menelan, menyebabkan penurunan nafsu makan /

anoreksia. Pada penderita tonsillitis yang tidak memerlukan tindakan operatif

(tonsilektomi), perlu dilakukan oral hygiene untuk menghindari perluasan infeksi,

sedangkan untuk mengubahnya dapat diberikan antibiotic, obat kumur dan

vitamin C dan B.

Pemantauan pada penderita pasca tonsilektomi secara kontinu diperlukan

karena resiko komplikasi hemorraghi. Posisi yang paling memberikan

kenyamanan adalah kepala dipalingkan kesamping untuk memungkinkan drainage

dari mulut dan faring untuk mencegah aspirasi. Jalan nafas oral tidak dilepaskan

sampai pasien menunjukkan reflek menelanya telah pulih.

Jika pasien memuntahkan banyak darah dengan warna yang berubah atau

berwarna merah terang pada interval yang sering, atau bila frekuensi nadi dan

pernafasan meningkat dan pasien gelisah, segera beritahu dokter bedah. Perawat

harus mempunyai alat yang disiapkan untuk memeriksa temapt operasi terhadap

perdarahan, sumber cahaya, cermin, kasa, nemostat lengkung dan basin

pembuang. Jika perlu dilakukan tugas, maka pasien dibawa ke ruang operasi,

dilakukan anastesi umur untukmenjahit pembuluh yang berdarah. Jika tidak

terjadi perdarahan berlanjut beri pasien air dan sesapan es. Pasien diinstruksikan

untuk menghindari banyak bicara dan bentuk karena hal ini akan menyebabkan

nyeri tengkorak.

Setelah dilakukan tonsilektomi, membilas mulut dengan alkalin dan

larutan normal salin hangat sangat berguna dalam mengatasi lender yang kental

yang mungkin ada. Diet cairan atau semi cair diberikan selama beberapa hari

serbet dan gelatin adalah makanan yang dapat diberikan. Makanan pedas, panas,

dingin, asam atau mentah harus dihindari. Susu dan produk lunak (es krim)

mungkin dibatasi karena makanan ini cenderung meningkatkan jumlah mucus

yang terbentuk.

Page 5: Tonsillitis

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

a. Aktivitas / istirahat

Gejala : - kelemahan

- kelelahan (fatigue)

b. Sirkulasi

Tanda : - Takikardia

- Hiperfentilasi (respons terhadap aktivitas)

c. Integritas Ego

Gejala : - Stress

- Perasaan tidak berdaya

Tanda : - Tanda- tanda ansietas, mual : gelisah, pucat, berkeringat,

perhatian menyempit.

d. Eliminasi

Gejala : - Perubahan pola berkemih

Tanda : - Warna urine mungkin pekat

e. Maknan / cairan

Gejala : - Anoreksia

- Masalah menelan

- Penurunan menelan

Tanda : - Membran mukosa kering

- Turgor kulit jelek

f. Nyeri / kenyamanan

Gejala : - Nyeri pada daerah tenggorokan saat digunakan untuk menelan.

- Nyeri tekan pada daerah sub mandibula.

- Faktor pencetus : menelan ; makanan dan minuman yang

dimasukkan melalui oral, obat-obatan.

Tanda : - Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,

berkeringat, perhatian menyempit.2

Page 6: Tonsillitis

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Bersihan jalan bafas tidak efektif berhubungan dengan dengan obstruksi

nafas karena adanya benda asing; produksi secret berlebih.

b. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan jaringan; insisi bedah

c. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

dengan anoreksia ; kesulitan menelan.

d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman,

pemajaran / mengingat.

e. Resiko kekurangan vol. cairan berhubungan dengan resiko perdarahan

akibat tindakan operatif tondilektomi.

III. INTERVENSI & RASIONALISASI

a. Dx Kep : Bersihan jalan nafas tidak efektif berdasarkan dengan jalan nafas

karena adanya benda asing; produksi secret berlebih.

Batasan Karakteristik :

- Dupnea

- Orthopnea

- Kesulitan bicara

- Perrubahan ritme dan frekuensi pernafasan

- Gelisah

- Suara nafas tambahan

- Sianosis

- Penurunan suara nafas

- Batuk tidak efektif

- Produksi secret / spulum

Tujuan :

- Dupria, Orthopnea, kranosis tidak ada

- Ritme dan frekuensi pernafasan alam batas normal

- Gelisah dapat dikeluarkan

- Tidak ada suara nafas tambahan.

Page 7: Tonsillitis

INTERVENSI RASIONALISASI

- Kajian / pantau frekuensi pernafasan

- Auskutasi bunyi nafas, cabit adanya

bunyi nafas

- Catat adanya dispnea, gelisah,

ansiebis distress pernafasan,

penggunaan otot Bantu

- Kajian pasien untuk posisi yang

nyaman, mis : Peninggian kepala

tempat tidur, duduk pada sandaran

tempat tidur.

- Lakukan oral hygiene dengan teratur.

- Bila perlu lakukan suctioning

- Oksigenasi

- Takipnea dapat ditemukan pada

penerimaan atau selama adanya

proses infeksi akut.

- Adanya obstruksi jln nafas dapat /

tidak dimanifestasikan adanya

bunyi nafas adventisius.

- Disfungsi pernafasan adalah variable

yang tergantung pada tahap proses

kronis selain proses akut yang

menimbulkan perawatan dirumah

sakit.

- Peninggian tempat tidur

mempermudah fungsi pernafasan

dengan menggunakan gravitasi

- Oral hygiene dapat mencegah proses

infeksi berlanjut dan dapat

mengontrol pengeluaran secret.

- Suchoring membantu pengeluaran

secret pada pasien yang tidak

mampu mengeluarkan secret secara

mandiri melalui bentuk efektif.

- Pemberian oksigen dapat membantu

klien mencukupi kebutuhan oksigen

yang mungkin tidak tercukupi

dengan baik akibat obstruksi jalan

nafas.

Page 8: Tonsillitis

b. Dx. Kep : Nyeri berhubungan dengan pembengkakan jaringan ; insisi

bedah

Batasan karakteristik

- Komunikasi tentang nyeri yang didiskripsikan

- Mengatupkan rahang atau pergelangan tangan

- Ketidaknyamanan paa area bedah / nyeri karena menelan

- Perilaku Distraksik, gelisah

- Perilaku berhati-hati

Tujuan :

- Melaporkan / menunjukkan nyeri hilang/ terkotrol

- Melaporkan bias beristurahat

INTERVENSI RASIONALISASI

- berikan tindakan nyaman (pijatan

punggung,perubhan posisi) dan aktifitas

hiburan

- Dorong pasien untuk mengeluarkan

saliva atau penghisap mulut dengan

hati-hati bila tdk mampu menelan

- Selidiki perubahan karakteristik

nyeri,periksa mulut jahitan atau trauma

baru

- Catat indikator non verbal dan respon

automatik terhadap nyeri,evaluasi efek

analgesik

- Meningkatkan relaksasi dan

membantu pasien memfokuskan

perhatian pd sesuatu disamping diri

sendiri/ketidaknyamanan

- Menelan menyebabkan aktifitas

otot ygdpt menimbulkan nyeri karena

adanya edema/regangan jahitan

- Dapat menunjukkan terjadinya

komplikasi yg memerlukan evaluasi

lanjut/intervensi jaringan yg

terinflamasi dan kongesti,dpt dgn

mudah mengalami trauma dgn

penghisapan kateter,selang makanan

- Alat menentukan adanya

nyeri,kebutuhan terhadap keefektifan

obat

Page 9: Tonsillitis

- Jadwalkan aktifitas perawatan untuk

keseimbangan dengan periode tidur /

istirahat adekuat

- Anjurkan penggunaan perilaku

manajemen stress contoh : teknik

relaksasi, bimbingan imajinasi.

* Kolaborasi

- Berikan irigasi oral, anestesi sprei dan

kumur-kumur. Anjurkan pasien

melakukan irigasi sendiri

- Berikan analgetik

- mencegah kelekahan / terlalu

lelah dan dapat meningkatkan koping

terhadap stress / ketidaknyamanan.

- Meningkatkan rasa sehat, tidak

menurunkan kebutuhan analgesic dan

meningkatkan penyembuhan

- Memperbaiki kenyamanan,

meningkatkan penyembuhan dan

menurunkan bau mulut. Bahan

pencuci mulut berisi alcohol / fenol

harus dihindari karena mempunyai

efek mengeringkan.

- Derajat nyeri sehubungan

dengan luas dan dampak psikologi

pembedahan sesuai dengan kondisi

tubuh

f. Dx kep : Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan resiko

perdarahan

akibat tindakan operatif

Batasan karakteristik

Tujuan :

- Mendemonstrasikan keseimbangan cairan yang adekuat

- TTV stabil, palpasi denyut nadi dengan kualitas yang baik

- Turgor kulit normal, membrane mukosa lembab

- Pengeluaran urine individu yang sesuai

INTERVENSI RASIONALISASI

Page 10: Tonsillitis

- Catat pemasukan dan pengeluaran

catatan inroperasi

- Munculnya mual / muntah, riwayat

pasien mabuk perjalanan

- Pantau suhu kulit, palpasi denyut

perifer

* Kolaborasi

- Berikan cairan parenteral, sesuai

petunjuk

- Dokumentasi yang akurat akan

membantu dalam mengidentifikasi

pengeluaran cairan / kebutuhan

penggantian dan pilihan yang

mempengaruhi intervensI.

- Semakin lama durasi anestesi,

semakin besar rasio mual yang

mempunyai kecenderungan mabuk

perjalanan mempunyai resiko mual/

muntah yang lebih tinggi pada masa

pascaoperasi.

- Kulit yang dingin / lembab, denyut

yang lemah mengindikasikan untuk

penggantian cairan tambahan.

- Gantikan kehilangan cairan yang

telah didokumentasikan. Catat waktu

penggantian nol rupulasi yang

potensial bagi penurunan komplikasi.

Page 11: Tonsillitis

DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku Saku Diagnosa Keperawatan .

Jakarta : EGC

2. Doengoes, Marilynn E (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman

Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Jakarta :

EGC

3. -. (2005). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Prima

Medika

4. Mansjoer, et all. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC

5. Sjamsuhidajat ; R & Jong, W.D. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta ;

EGC

6. Smeltzer, Suzanne & Bare, B E. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah, Brunner & Suddarth, ed. 8. Jakarta ; EGC