Tonsilitis Kronik
-
Upload
selvieinandita -
Category
Documents
-
view
198 -
download
13
Transcript of Tonsilitis Kronik
STATUS PASIEN THT
IDENTITAS PASIEN:
Nama : An. F Tgl. Pemeriksaan : 6 Februari 2013
Umur : 4 tahun Alamat : Jakarta Timur
Jenis Kelamin : Laki-laki
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Sering demam, batuk dan pilek
Keluhan Tambahan
Rasa mengganjal di tenggorokan
Mendengkur saat tidur
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien diantar oleh orang tuanya dengan keluhan sering demam, batuk dan
pilek.. Keluhan hilang timbul sejak 2 tahun sebelum masuk rumah sakit. Keluhan
timbul sebanyak 1 bulan sekali. Tenggorokan sering terasa sakit disertai dengan rasa
mengganjal. Nafsu makan anak berkurang. Apabila makan, anak sering
memuntahkan makanannya. Anak sering mendengkur bila tidur, dan tiba tiba
terbangun saat tidur. Keluhan nafas berbau disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Anak sering mengalami demam, batuk dan pilek, anak dibawa berobat ke Klinik
dan diberitahu bahwa terdapat amandel yang besar. Hampir tiap bulan pasien
mengalami keluhan tersebut dalam 2 tahun terakhir.
Riwayat Asma, TB, Tiroid disangkal
1
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada di keluarga yang mengalami keluhan serupa.
Riwayat DM, Hipertensi, Asma, TB, Tiroid, alergi disangkal.
Riwayat Pengobatan
Anak sering berobat ke Klinik, namun keluhan tetap hilang timbul.
Riwayat Alergi
Anak tidak memiliki riwayat alergi
Riwayat Psikososial
Anak senang minuman dingin (es) dan makan gorengan
PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
B. Kesadaran : Compos mentis
C. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : Tidak diperiksa
Nadi : 88 x/menit, kuat, reguler
Suhu : 36,5 C
Frekuensi Napas : 18 x/menit
D. Status Gizi
a. Berat badan : 15 kg
b. Tinggi badan : -
E. Status Lokalis THT
2
Telinga
Bagian Kelainan
Auris
Dekstra Sinistra
Preaurikula Kelainan kongenital
Radang
Tumor
Trauma
Nyeri tekan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Aurikula Kelainan kongenital
Radang
Tumor
Trauma
Helik sign
Tragus sign
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Retroaurikula Edema
Hiperemis
Nyeri tekan
Radang
Tumor
Sikatriks
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Canalis Akustikus
Eksternus
Kelainan kongenital
Kulit
Sekret
Serumen
Edema
Jaringan granulasi
Massa
Cholesteatoma
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Membrana
Timpani
Warna
Intak
Reflek cahaya
Perforasi
Kolesteatoma
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3
Garputala Rhinne
Weber
Schwabach
Tidak diperiksa
Hidung
PemeriksaanHidung
Dextra Sinistra
Keadaan
LuarWarna, bentuk dan ukuran Dalam batas normal Dalam batas normal
Rhinoskopi
anterior
Mukosa
Sekret
Concha inferior
Septum
Polip/tumor
Pasase udara
-
-
-
-
-
-
Dalam batas normal
-
-
+
-
-
+
Tenggorok
Bagian Kelainan Keterangan
Mulut
Mukosa mulut
Lidah
Palatum molle
Gigi geligi
Uvula
Lembap
Bersih
Tenang
Baik
Simetris
Tonsil Mukosa
Permukaan
Ukuran
Kripta
normal
Tidak rata
T3/T3
Melebar +/+
4
Detritus +/+
Faring
Mukosa
Granula
Post nasal drip
Tidak diperiksa
Laring
Epiglotis
Glotis
Aritenoid
Pita suara
Tidak diperiksa
RESUME
Anak laki-laki usia 4 tahun, dengan keluhan sering demam batuk dan pilek.
Keluhan hilang timbul sejak 2 tahun SMRS frekuensi 1 bulan sekali. Tenggorokan
sering terasa sakit dan mengganjal. Nafsu makan berkurang. Sering muntah setelah
makan. Pasien mendengkur saat tidur dan sering tiba tiba terbangun saat tidur. Pasien
senang minuman dingin (es) dan makan gorengan.
Pemeriksaan fisik didapatkan: keadaan umum composmentis, tampak sakit sedang,
tanda vital dalam batas normal. Status gizi : kurang. Pada pemeriksaan tonsil: T3 – T3,
permukaan tidak rata, kriptus melebar (+/+), detritus (+/+).
DIAGNOSIS
Diagnosis banding
Tonsilitis kronik
Hipertrofi adenoid
Diagnosis Kerja
Tonsilitis Kronik
PENATALAKSANAAN
Operatif: Tonsilektomi
5
PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanactionam : ad bonam
6
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Tonsil
Tonsil adalah suatu jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus
di dalamnya, yang terletak di fossa tonsilaris di kedua sudut orofaring dan merupakan salah
satu bagian dari cincin Waldeyer.
Gambar 1
Tonsilla palatina
Tonsil palatina lebih padat dibandingkan jaringan limfoid lain. Permukaan lateral-nya
ditutupi oleh kapsul tipis dan di permukaan medial terdapat kripta. Kripta tonsil berbentuk
saluran tidak sama panjang dan masuk ke bagian dalam jaringan tonsil. Umumnya berjumlah
8-20 buah dan kebanyakan terjadi penyatuan beberapa kripta. Permukaan kripta ditutupi oleh
epitel yang sama dengan epitel permukaan medial tonsil. Saluran kripta ke arah luar biasanya
bertambah luas; hal ini membuktikan asalnya dari sisa perkembangan kantong brakial II.
Secara klinik kripta dapat merupakan sumber infeksi, baik lokal maupun umum karena dapat
terisi sisa makanan, epitel yang terlepas, kuman. Permukaan lateral tonsil yang tersembunyi
ditutupi oleh suatu membran jaringan ikat disebut kapsul; walaupun para ahli anatomi
menyangkal adanya kapsul ini, tetapi para pakar klinik menyatakan bahwa kapsul adalah
jaringan ikat putih yang menutupi 4/5 bagian tonsil.10 Plika triangularis atau plika
retrotonsillaris atau plika transversalis merupakan struktur normal yang telah ada sejak masa
embrio. Plika triangularis terletak di antara pangkal lidah dengan bagian anterior kutub
bawah tonsil dan merupakan serabut yang berasal dari otot palatofaringeus. Fossa tonsil atau
sinus tonsil yang di dalamnya terletak tonsil palatina, dibatasi oleh otot-otot orofaring: 1)
Batas anterior adalah otot palatoglossus, disebut plika anterior, 2) Batas posterior adalah otot
7
palatofaringeus, disebut plika posterior, 3) Batas lateral atau dinding luarnya adalah otot
konstriktor faring superior. Plika anterior berbentuk seperti kipas di rongga mulut, mulai dari
palatum mole dan berakhir di sisi lateral lidah. Plika posterior adalah otot vertikal yang ke
atas mencapai palatum mole, tuba Eustachius dan dasar tengkorak. ke arah bawah meluas
hingga dinding lateral esofagus. Plika anterior dan plika posterior ini bersatu di atas di
palatum mole. Ke arah bawah berpisah dan masuk ke jaringan di pangkal lidah dan dinding
lateral faring. Di bagian atas fossa tonsil terdapat ruangan yang disebut fossa supratonsil.
Ruangan ini terjadi karena tonsil tidak mengisi penuh fossa tonsil.
Tonsil mendapat vaskularisasi dari cabang-cabang a. karotis eksterna yaitu: a.
maksilaris eksterna (a. fasialis) yang mempunyai cabang a. tonsillaris dan a. palatina asenden,
a. maksilaris interna dengan cabangnya yaitu a. Palatina desenden, a. lingualis dengan
cabangnya yaitu a. Lingualis dorsal, dan a. faringeal asenden. Arteri tonsillaris berjalan ke
atas di bagian luar m.konstriktor superior dan memberikan cabang untuk tonsil dan palatum
mole. Arteri palatina asenden, mengirimkan cabang- cabangnya melalui m. konstriktor
posterior menuju tonsil.
Arteri faringeal asenden juga memberikan cabangnya ke tonsil melalui bagian luar m.
konstriktor superior. Arteri lingualis dorsal naik ke pangkal lidah dan mengirim cabangnya ke
tonsil, plika anterior dan plika posterior. Arteri palatina desenden atau a. palatina posterior
atau lesser palatine artery memberi vaskularisasi tonsil dan palatum mole dari atas dan
membentuk anastomosis dengan a. palatina asenden. Vena- vena dari tonsil membentuk
pleksus yang bergabung dengan pleksus dari faring. Aliran getah bening dari daerah tonsil
menuju ke rangkaian getah bening servikal profunda (deep jugular node) bagian superior di
bawah m. Sternokleidomastoideus. Selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju
duktuli torasikus. Infeksi dapat menuju ke semua bagian tubuh melalui perjalanan aliran
getah bening.
Inervasi tonsil bagian atas berasal dari serabut saraf V melalui ganglion sphenopalatina
dan bagian bawah dari saraf glossofaringeus (N. IX).
8
B. HISTOLOGI TONSIL
Kripte dan Epitel Tonsil
Susunan kripte tubuler di bagian dalam menjadi salah satu karakteristik tonsila
palatina. Tonsila palatina memiliki 10 – 30 kripte. Masing-masing kripte tidak hanya
bercabang tapi juga saling anastomosis. Bersama dengan variasi bentuk dan ukuran folikel
limfoid menyebabkan keragaman bentuk tonsil. Kripte berisi sel degenerasi dan debris
selular. Epitel kripte adalah modifikasi epitel skuamosa berstratifikasi yang menutupi bagian
luar tonsil dan orofaring. Derajat retikulasi (jumlah limfosit intraepitel) epitel sangat
bervariasi. Retikulasi epitel kripte berperan penting dalam inisiasi imun respon pada tonsila
palatina. Pada kripte antigen lumen diambil oleh sel khusus dari retikulasi epitel skuamosa
yang menyerupai membran sel intestinal peyer’s patches, atau yang dikenal sel M. Sel M
melakukan endositosis antigen, mentranspor antigen ke dalam vesikel di basolateral membran
dan eksositosis ke rongga intra dan subepitel tempat terjadinya kontak dengan jaringan
limfoid. Sel M tonsil terdiri dari sedikit sel epitel kripte dan memiliki mikrovilli khusus di
bagian apeks. Fungsi transpor sel M tidak hanya menyediakan sampling antigen tapi juga
sebagai gateway bagi infeksi mukosa atau imunisasi. Sel M memiliki relevansi klinis karena
beragam antigen menggunakan sel M sebagai pintu masuk untuk menginvasi host.
Gambar 2
Histologi Tonsil
9
TONSILLITIS
A. Definisi
Tonsillitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin
Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam
rongga mulut yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatin (tonsil faucial), tonsil lingual
(tonsil pangkal lidah), tonsil tuba esuthaius (lateral band, dinding faring).
B. Epidemiologi
Penyebaran infeksi melalui udara (air borne droplet), tangan dan ciuman. Dapat
terjadi pada semua umur, terutama pada anak. Sekitar 2,5 % - 10 % anak merupakan karier.
Tonsillitis yang disebabkan oleh Streptokokus biasanya menyerang anak umur 5-15 tahun.
Sedangkan tonsillitis yang disebabkan oleh virus biasanya menyerang anak lebih muda.
C. Jenis Tonsillitis
1. Tonsillitis Akut
a. Tonsillitis viral
Gejala tonsillitis viral lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri
tenggorok. Penyebab yang paling sering adalah virus Epstein Barr. Hemofilus influenza
merupakan penyebab tonsillitis akut supuratif. Jika terjadi infeksi virus coxschakie, maka
pada pemeriksaan rongga mulut akan tampak luka-luka kecil pada palatum dan tonsil yang
sangat nyeri dirasakan pasien.
Gambar 3
Reaksi inflamasi dari virus Epstein Barr
10
Terapi
Istirahat, minum cukup, analgetika, dan antivirus diberikan jika gejala berat.
b. Tonsillitis bakteri
Radang akut tonsil, dapat disebabkan oleh kuman grup A streptokokus Beta
Hemolitikus yang dikenal sebagai strep throat.pneumokokus, Streptokokus viridian dan
stretokokus piogenes. Infiltrat bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan
reaksi radang berupa keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus.
Detritus ini merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mati,sisa makanan dan epitel yang
terlepas. Secara klinis detritus ini mengisi kriptus tonsil dan tampak sebagai bercak kuning.
Bentuk tonsillitis akut dengan detritus jelas disebut tonsillitis folikularis. Bila bercak-
bercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur-alur maka akan terjadi tonsillitis lakunaris.
Bercak detritus ini juga dapat melebar sehingga terbentuk semacam membrane semu
(psudomembran) yang menutupi tonsil.
Gambar 4
Detritus
Gejala dan tanda
Masa inkubasi 2-4 hari. Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorok dan
nyeri waktu menelan, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di sendi-
sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga (otalgia). Rasa nyeri di telinga ini karena
nyeri alih (referred pain) melalui saraf n.glosofaringeus (n.IX). Pada pemeriksaan tampak
11
tonsil membengkak, hiperemis, dan terdapat detritus berbentuk folikel, lacuna, atau tertutup
oleh membrane semu. Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan.
Terapi
Antibiotika spectrum lebar penisilin, eritromisin. Antipiretik dan obat kumur yang
mengandung desinfektan.
Komplikasi
Pada anak sering menimbulkan komplikasi otitis media akut, sinusitis, abses peritonsil
(Quincy throat), abses parafaring, bronchitis, glomerulonefritis akut, miokarditis, arthritis
serta septicemia akibat infeksi v.jugularis interna (sindrom Lemierre).
Akibat hipertrofi tonsil akan menyebabkan pasien bernapas melalui mulut, tidur
mendengkur (ngorok), gangguan tidur karena terjadinya sleep apneu yang dikenal sebagai
Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS).
2. Tonsillitis Membranosa
Yang termasuk tonsillitis membranosa adalah tonsillitis difteri, tonsillitis septik,
angina plaut vincent, penyakit kelainan darah, proses spesifik lues dan tuberkulosis, infeksi
jamur moniliasis, aktinomikosis, dan blastomikosis, infeksi morbili, pertusis dan skarlatina.
a.Tonsillitis difteri
Frekuensi penyakit ini sudah menurun berkat keberhasilan imunisasi pada bayi dan
anak. Penyebab tonsillitis difteri ialah kuman Corynebacterium diphteriae, kuman yang
termasuk gram positif di saluran napas bagian atas, yaitu hidung, fairng laring. Titer 0,03
satuan per cc sudah cukup dapat memberikan imunitas, hal ini yang dipakai pada tes Schick.
Tonsillitis difteri sering ditemukan pada anak berusia kurang dari 10 tahun dan
frekuensi tertinggi pada usia 2-5 tahun walaupun pada orang dewasa masih mungkin
menderita penyakit ini.
12
Gejala dan Tanda
Gambaran klinik dibagi dalam 3 golongan yaitu gejala umum, gejala lokal, dan gejala akibat
eksotoksin.
a. gejala umum, seperti juga gejala infeksi lainnya yaitu kenaikan suhu tubuh biasa nya
subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat serta keluhan nyeri
menelan.
b. gejala lokal yang tampak berupa tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor yang
makin lama makin meluas, dan bersatu membentuk membran semu. Membran ini dapat
meluas ke palatum mole, uvula, nasofaring, laring, trakea, dan bronkus dan dapat menyumbat
saluran napas. Membran semu ini melekat erat pada dasarnya, sehingga bila diangkat akan
mudah berdarah. Pada perkembangan penyakit ini bila infeksinya berjalan terus, kelenjar
limfe leher akan membengkak sedemikian besarnya sehingga leher menyerupai leher sapi
(bull neck)
c. gejala akibat eksotoksin yang dikeluarkan oleh kuman difteri ini menimbulkan kerusakan
jaringan tubuh yaitu pada jantung dapat terjadi miokarditis sampai dekompesasi kordis,
mengenai saraf kranial menyebabkan kelumpuhan otot palatum dan otot pernapasan dan pada
ginjal menyebabkan albuminirua
Diagnosis
Ditegakan berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan preparat langsung kuman yang
diambil dari permukaan bawah membran semu dan didapatkan kuman Corynebacterium
diphteriae.
13
Gambar 5
Tonsillitis Difteri
Terapi
Anti Difteri Serum (ADS) diberikan segera tanpa menunggu hasil kultur dengan dosis
20.000-100.000 unit tergantung umur dan beratnya penyakit.Antibiotika penisilin atau
eritromisin 25-50 mg per kg berat badan dibagi dalam 3 dosis selama 14 hari.Kostikosteroid
1,2 mg per kg berat badan per hari. Antipiretik untuk simtomatis. Karena penyakit ini
menular pasien harus diisolasi. Perawatan harus istirahat di tempat tidur selama 2-3 minggu.
Komplikasi
Laringitis difteri dapat berlangsung cepat, membran semu menjalar ke laring dan
menyebabkan sumbatan. Makin muda usia pasien makin cepat menimbulkan komplikasi ini.
Miokarditis dapat menyebabkan payah jantung atau dekompensasi kordis.
Kelumpuhan otot palatum mole, otot mata untuk akomodasi, otot faring serta otot
laring sehingga menimbulkan kesulitan menelan, suara parau, dan kelumpuhan otot-otot
pernapasan. Albuminuria sebagai akibat komplikasi ke ginjal.
14
b. Tonsillitis Septik
Penyebab tonsillitis septik adalah Streptokokus hemolitikus yang terdapat dalam susu
sapi sehingga dapat timbul epidemi. Oleh karena di Indonesia susu sapi dimasak dulu dengan
cara pasteurisasi sebelum diminum maka penyakit ini jarang ditemukan.
c. Angina Plaut Vincent (stomatitis Ulseromembranosa)
Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau triponema yang didapatkan
pada penderita dengan higiene mulut yang kurang dan defisiensi vitamin C
Gejala
Demam sampai 390 C, nyeri kepala, badan lemah, dan kadang-kadang terdapat gangguan
pencernaan. Rasa nyeri di mulut, hipersalivasi, gigi dan gusi mudah berdarah.
Pemeriksaan
Mukosa mulut dan faring hiperemis, tampak membran putih keabuan di atas tonsil, uvula,
dinding faring, gusi serta prosesus alveolaris, mulut berbau dan kelenjar submandibula
membesar.
Terapi
Antibiotika spektrum lebar selama 1 minggu, memperbaiki higiene mulut. Vitamin C dan
vitamin B kompleks.
d. Penyakit kelainan darah
Tidak jarang tanda pertama leukemia akut, angina agranulositosis, dan infeksi
mononukleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup membran semu. Kadang –kadang
15
terdapat perdarahan di selaput lendir mulut dan faring serta pembesaran kelenjar
submandibula.
1). Leukemia akut
Gejala pertama berupa epistaksis, perdarahan mukosa mulut, gusi dan dibawah
kulit sehingga kulit tampak bercak kebiruan. Tonsil membengkak ditutupi membran
semu, tetapi tidak hiperemis dan rasa nyeri yang hebat di tenggorok.
2). Angina Agranulositosis
Penyebabnya ialah keracunan obat dari golongan amidopirin, sulfa, dan arsen.
Pada pemeriksaan tampak ulkus di mukosa faring dan di sekitar ulkus tampak gejala
radang. Ulkus ini juga dapat ditemukan di genitalia dan saluran cerna.
3). Infeksi mononukleosi.
Terjadi tonsillofaringitis ulsero membranosa bilateral. Membran semu yang
menutupi ulkus mudah diangkat tanpa timbul perdarahan. Terdapat pembesaran
kelenjar limfe leher, ketiak dan regio inguinal. Gambaran khasnya terdapat leukosit
mononuklease dalam jumlah besar. Tanda khas lainnya ialah kesanggupan serum
pasien untuk beraglutinasi terhadap sel darah merah domba (reaksi Paul Bunnel).
3. Tonsillitis Kronis
Tonsillitis kronis umumnya terjadi akibat komplikasi tonsillitis akut, terutama yang
tidak mendapat terapi adekuat, mungkin serangan mereda tetapi kemudian dalam waktu
pendek kambuh kembali dan menjadi laten. Proses ini biasanya diikuti dengan pengobatan
dan serangan yang berulang setiap enam minggu hingga 3 – 4 bulan. Seringnya serangan
merupakan faktor prediposisi timbulnya tonsillitis kronis yang merupakan infeksi fokal.
Faktor predisposisi tonsillitis kronis adalah rangsang yang menahun dari rokok, beberapa
jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik.
Patologi karena proses radang berulang yang timbul, maka epitel mukosa juga
jaringan limfoid terkikis sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti menjadi
jaringan parut yang yang akan mengalami pengerutan sehingga kripti melebar. Secara klinik
kripti ini tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan terus sehingga tembus ke kapsul tonsil
16
dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan di sekitar fossa tonsilaris. Pada anak
proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfa submandibula.
Gejala dan tanda
Pada pemeriksaan tonsil tampak membesar dengan permukaan yang tidak rata, kriptus
melebar dan beberapa kripti terisi detritus. Gejala lokal, bervariasi dari rasa tidak enak di
tenggorok, sakit tenggorok, sulit sampai sakit menelan dan napas berbau. Gejala sistemis,
rasa tidak enak badan atau malaise, nyeri kepala, demam subfebris.
Gambar 6
Tonsillitis Kronis
Terapi
Terapi lokal ditujukan pada higiene mulut dengan berkumur atau obat hisap.
Komplikasi
Radang tonsil kronis dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya berupa
rinitis kronik, sinusitis, atau otitis media secara perkontinuatum. Komplikasi jauh dapat
terjadi secara hematogen atau limfogen yaitu endokarditis, artritis, miositis, nefritis, uveitis,
iridosiklitis, dermatitis.
Tonsillektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau kronis, gejala
sumbatan serta kecurigaan neoplasma.
17
Indikasi Tonsillektomi
Berdasarkan The American Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery Clinical
Indocators Compendium tahun 1995 :
1. serangan tonsillitis lebih dari 3 kali per tahun walaupun telah mendapatkan terapi yang
adekuat
2. tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan gangguan
pertumbuhan orofasial
3. Sumbatan jalan napas yang berupa hipertrofi tonsil dengan OSAS, gangguan menelan,
gangguan bicara, dan cor pulmonale.
4. Rinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis abses peritonsil yang tidak berhasil hilang
dengan pengobatan
5. Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan
6. Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A streptococcus beta hemolitikus
7. hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan
8. otitis media efusa / otitis media supuratif
Indikasi absolute
Indikasi – indikasi untuk tonsillektomi yang hampir absolut adalah sebagai berikut :
1. Timbulnya kor pulmonale karena obstruksi jalan napas yang kronis
2. Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindroma apnea waktu tidur
3. Hipertrofi berlebihan yang menyebabkan disfagia dengan penurunan berat badan
penyerta.
4. Biopsi eksisi yang dicurigai keganasan (limfoma)
5. Abses peritonsillaris berulang atau abses yang meluas pada ruang jaringan
sekitarnya.
18
Indikasi Relatif
a. Serangan tonsillitis lebih dari 3 kali per tahun walaupun telah mendapatkan
terapi yang adekuat.
b. Halitosis akibat tonsillitis kronis yang tidak membaik dengan pemberian terapi
medis
c. Tonsillitis kronis atau berulang pada karier streptococcus β hemoliticus yang
tidak membaik dengan pemberian antibiotik β-laktamase resisten
Kontraindikasi
1. Infeksi pernapasan bagian atas yang berulang
2. Infeksi sistemik atau kronis
3. Demam yang tidak diketahui penyebabnya
4. Pembesaran tonsil tanpa gejala – gejala obstruksi
5. Rinitis alergika
6. Asma
7. Diskarsia darah
8. Tonus otot yang lemah
9. Sinusitis
19