Tonsilitis Kronik

25
STATUS PASIEN THT IDENTITAS PASIEN: Nama : An. F Tgl. Pemeriksaan : 6 Februari 2013 Umur : 4 tahun Alamat : Jakarta Timur Jenis Kelamin : Laki-laki ANAMNESIS Keluhan Utama Sering demam, batuk dan pilek Keluhan Tambahan Rasa mengganjal di tenggorokan Mendengkur saat tidur Riwayat Penyakit Sekarang Pasien diantar oleh orang tuanya dengan keluhan sering demam, batuk dan pilek.. Keluhan hilang timbul sejak 2 tahun sebelum masuk rumah sakit. Keluhan timbul sebanyak 1 bulan sekali. Tenggorokan sering terasa sakit disertai dengan rasa mengganjal. Nafsu makan anak berkurang. Apabila makan, anak sering memuntahkan makanannya. Anak sering mendengkur bila tidur, dan tiba 1

Transcript of Tonsilitis Kronik

Page 1: Tonsilitis Kronik

STATUS PASIEN THT

IDENTITAS PASIEN:

Nama : An. F Tgl. Pemeriksaan : 6 Februari 2013

Umur : 4 tahun Alamat : Jakarta Timur

Jenis Kelamin : Laki-laki

ANAMNESIS

Keluhan Utama

Sering demam, batuk dan pilek

Keluhan Tambahan

Rasa mengganjal di tenggorokan

Mendengkur saat tidur

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien diantar oleh orang tuanya dengan keluhan sering demam, batuk dan

pilek.. Keluhan hilang timbul sejak 2 tahun sebelum masuk rumah sakit. Keluhan

timbul sebanyak 1 bulan sekali. Tenggorokan sering terasa sakit disertai dengan rasa

mengganjal. Nafsu makan anak berkurang. Apabila makan, anak sering

memuntahkan makanannya. Anak sering mendengkur bila tidur, dan tiba tiba

terbangun saat tidur. Keluhan nafas berbau disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu

Anak sering mengalami demam, batuk dan pilek, anak dibawa berobat ke Klinik

dan diberitahu bahwa terdapat amandel yang besar. Hampir tiap bulan pasien

mengalami keluhan tersebut dalam 2 tahun terakhir.

Riwayat Asma, TB, Tiroid disangkal

1

Page 2: Tonsilitis Kronik

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada di keluarga yang mengalami keluhan serupa.

Riwayat DM, Hipertensi, Asma, TB, Tiroid, alergi disangkal.

Riwayat Pengobatan

Anak sering berobat ke Klinik, namun keluhan tetap hilang timbul.

Riwayat Alergi

Anak tidak memiliki riwayat alergi

Riwayat Psikososial

Anak senang minuman dingin (es) dan makan gorengan

PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

B. Kesadaran : Compos mentis

C. Tanda-tanda Vital

Tekanan Darah : Tidak diperiksa

Nadi : 88 x/menit, kuat, reguler

Suhu : 36,5 C

Frekuensi Napas : 18 x/menit

D. Status Gizi

a. Berat badan : 15 kg

b. Tinggi badan : -

E. Status Lokalis THT

2

Page 3: Tonsilitis Kronik

Telinga

Bagian Kelainan

Auris

Dekstra Sinistra

Preaurikula Kelainan kongenital

Radang

Tumor

Trauma

Nyeri tekan

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Aurikula Kelainan kongenital

Radang

Tumor

Trauma

Helik sign

Tragus sign

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Retroaurikula Edema

Hiperemis

Nyeri tekan

Radang

Tumor

Sikatriks

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Canalis Akustikus

Eksternus

Kelainan kongenital

Kulit

Sekret

Serumen

Edema

Jaringan granulasi

Massa

Cholesteatoma

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Membrana

Timpani

Warna

Intak

Reflek cahaya

Perforasi

Kolesteatoma

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

3

Page 4: Tonsilitis Kronik

Garputala Rhinne

Weber

Schwabach

Tidak diperiksa

Hidung

PemeriksaanHidung

Dextra Sinistra

Keadaan

LuarWarna, bentuk dan ukuran Dalam batas normal Dalam batas normal

Rhinoskopi

anterior

Mukosa

Sekret

Concha inferior

Septum

Polip/tumor

Pasase udara

-

-

-

-

-

-

Dalam batas normal

-

-

+

-

-

+

Tenggorok

Bagian Kelainan Keterangan

Mulut

Mukosa mulut

Lidah

Palatum molle

Gigi geligi

Uvula

Lembap

Bersih

Tenang

Baik

Simetris

Tonsil Mukosa

Permukaan

Ukuran

Kripta

normal

Tidak rata

T3/T3

Melebar +/+

4

Page 5: Tonsilitis Kronik

Detritus +/+

Faring

Mukosa

Granula

Post nasal drip

Tidak diperiksa

Laring

Epiglotis

Glotis

Aritenoid

Pita suara

Tidak diperiksa

RESUME

Anak laki-laki usia 4 tahun, dengan keluhan sering demam batuk dan pilek.

Keluhan hilang timbul sejak 2 tahun SMRS frekuensi 1 bulan sekali. Tenggorokan

sering terasa sakit dan mengganjal. Nafsu makan berkurang. Sering muntah setelah

makan. Pasien mendengkur saat tidur dan sering tiba tiba terbangun saat tidur. Pasien

senang minuman dingin (es) dan makan gorengan.

Pemeriksaan fisik didapatkan: keadaan umum composmentis, tampak sakit sedang,

tanda vital dalam batas normal. Status gizi : kurang. Pada pemeriksaan tonsil: T3 – T3,

permukaan tidak rata, kriptus melebar (+/+), detritus (+/+).

DIAGNOSIS

Diagnosis banding

Tonsilitis kronik

Hipertrofi adenoid

Diagnosis Kerja

Tonsilitis Kronik

PENATALAKSANAAN

Operatif: Tonsilektomi

5

Page 6: Tonsilitis Kronik

PROGNOSIS

Ad vitam : ad bonam

Ad fungsionam : ad bonam

Ad sanactionam : ad bonam

6

Page 7: Tonsilitis Kronik

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Tonsil

Tonsil adalah suatu jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus

di dalamnya, yang terletak di fossa tonsilaris di kedua sudut orofaring dan merupakan salah

satu bagian dari cincin Waldeyer.

Gambar 1

Tonsilla palatina

Tonsil palatina lebih padat dibandingkan jaringan limfoid lain. Permukaan lateral-nya

ditutupi oleh kapsul tipis dan di permukaan medial terdapat kripta. Kripta tonsil berbentuk

saluran tidak sama panjang dan masuk ke bagian dalam jaringan tonsil. Umumnya berjumlah

8-20 buah dan kebanyakan terjadi penyatuan beberapa kripta. Permukaan kripta ditutupi oleh

epitel yang sama dengan epitel permukaan medial tonsil. Saluran kripta ke arah luar biasanya

bertambah luas; hal ini membuktikan asalnya dari sisa perkembangan kantong brakial II.

Secara klinik kripta dapat merupakan sumber infeksi, baik lokal maupun umum karena dapat

terisi sisa makanan, epitel yang terlepas, kuman. Permukaan lateral tonsil yang tersembunyi

ditutupi oleh suatu membran jaringan ikat disebut kapsul; walaupun para ahli anatomi

menyangkal adanya kapsul ini, tetapi para pakar klinik menyatakan bahwa kapsul adalah

jaringan ikat putih yang menutupi 4/5 bagian tonsil.10 Plika triangularis atau plika

retrotonsillaris atau plika transversalis merupakan struktur normal yang telah ada sejak masa

embrio. Plika triangularis terletak di antara pangkal lidah dengan bagian anterior kutub

bawah tonsil dan merupakan serabut yang berasal dari otot palatofaringeus. Fossa tonsil atau

sinus tonsil yang di dalamnya terletak tonsil palatina, dibatasi oleh otot-otot orofaring: 1)

Batas anterior adalah otot palatoglossus, disebut plika anterior, 2) Batas posterior adalah otot

7

Page 8: Tonsilitis Kronik

palatofaringeus, disebut plika posterior, 3) Batas lateral atau dinding luarnya adalah otot

konstriktor faring superior. Plika anterior berbentuk seperti kipas di rongga mulut, mulai dari

palatum mole dan berakhir di sisi lateral lidah. Plika posterior adalah otot vertikal yang ke

atas mencapai palatum mole, tuba Eustachius dan dasar tengkorak. ke arah bawah meluas

hingga dinding lateral esofagus. Plika anterior dan plika posterior ini bersatu di atas di

palatum mole. Ke arah bawah berpisah dan masuk ke jaringan di pangkal lidah dan dinding

lateral faring. Di bagian atas fossa tonsil terdapat ruangan yang disebut fossa supratonsil.

Ruangan ini terjadi karena tonsil tidak mengisi penuh fossa tonsil.

Tonsil mendapat vaskularisasi dari cabang-cabang a. karotis eksterna yaitu: a.

maksilaris eksterna (a. fasialis) yang mempunyai cabang a. tonsillaris dan a. palatina asenden,

a. maksilaris interna dengan cabangnya yaitu a. Palatina desenden, a. lingualis dengan

cabangnya yaitu a. Lingualis dorsal, dan a. faringeal asenden. Arteri tonsillaris berjalan ke

atas di bagian luar m.konstriktor superior dan memberikan cabang untuk tonsil dan palatum

mole. Arteri palatina asenden, mengirimkan cabang- cabangnya melalui m. konstriktor

posterior menuju tonsil.

Arteri faringeal asenden juga memberikan cabangnya ke tonsil melalui bagian luar m.

konstriktor superior. Arteri lingualis dorsal naik ke pangkal lidah dan mengirim cabangnya ke

tonsil, plika anterior dan plika posterior. Arteri palatina desenden atau a. palatina posterior

atau lesser palatine artery memberi vaskularisasi tonsil dan palatum mole dari atas dan

membentuk anastomosis dengan a. palatina asenden. Vena- vena dari tonsil membentuk

pleksus yang bergabung dengan pleksus dari faring. Aliran getah bening dari daerah tonsil

menuju ke rangkaian getah bening servikal profunda (deep jugular node) bagian superior di

bawah m. Sternokleidomastoideus. Selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju

duktuli torasikus. Infeksi dapat menuju ke semua bagian tubuh melalui perjalanan aliran

getah bening.

Inervasi tonsil bagian atas berasal dari serabut saraf V melalui ganglion sphenopalatina

dan bagian bawah dari saraf glossofaringeus (N. IX).

8

Page 9: Tonsilitis Kronik

B. HISTOLOGI TONSIL

Kripte dan Epitel Tonsil

Susunan kripte tubuler di bagian dalam menjadi salah satu karakteristik tonsila

palatina. Tonsila palatina memiliki 10 – 30 kripte. Masing-masing kripte tidak hanya

bercabang tapi juga saling anastomosis. Bersama dengan variasi bentuk dan ukuran folikel

limfoid menyebabkan keragaman bentuk tonsil. Kripte berisi sel degenerasi dan debris

selular. Epitel kripte adalah modifikasi epitel skuamosa berstratifikasi yang menutupi bagian

luar tonsil dan orofaring. Derajat retikulasi (jumlah limfosit intraepitel) epitel sangat

bervariasi. Retikulasi epitel kripte berperan penting dalam inisiasi imun respon pada tonsila

palatina. Pada kripte antigen lumen diambil oleh sel khusus dari retikulasi epitel skuamosa

yang menyerupai membran sel intestinal peyer’s patches, atau yang dikenal sel M. Sel M

melakukan endositosis antigen, mentranspor antigen ke dalam vesikel di basolateral membran

dan eksositosis ke rongga intra dan subepitel tempat terjadinya kontak dengan jaringan

limfoid. Sel M tonsil terdiri dari sedikit sel epitel kripte dan memiliki mikrovilli khusus di

bagian apeks. Fungsi transpor sel M tidak hanya menyediakan sampling antigen tapi juga

sebagai gateway bagi infeksi mukosa atau imunisasi. Sel M memiliki relevansi klinis karena

beragam antigen menggunakan sel M sebagai pintu masuk untuk menginvasi host.

Gambar 2

Histologi Tonsil

9

Page 10: Tonsilitis Kronik

TONSILLITIS

A. Definisi

Tonsillitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin

Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam

rongga mulut yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatin (tonsil faucial), tonsil lingual

(tonsil pangkal lidah), tonsil tuba esuthaius (lateral band, dinding faring).

B. Epidemiologi

Penyebaran infeksi melalui udara (air borne droplet), tangan dan ciuman. Dapat

terjadi pada semua umur, terutama pada anak. Sekitar 2,5 % - 10 % anak merupakan karier.

Tonsillitis yang disebabkan oleh Streptokokus biasanya menyerang anak umur 5-15 tahun.

Sedangkan tonsillitis yang disebabkan oleh virus biasanya menyerang anak lebih muda.

C. Jenis Tonsillitis

1. Tonsillitis Akut

a. Tonsillitis viral

Gejala tonsillitis viral lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri

tenggorok. Penyebab yang paling sering adalah virus Epstein Barr. Hemofilus influenza

merupakan penyebab tonsillitis akut supuratif. Jika terjadi infeksi virus coxschakie, maka

pada pemeriksaan rongga mulut akan tampak luka-luka kecil pada palatum dan tonsil yang

sangat nyeri dirasakan pasien.

Gambar 3

Reaksi inflamasi dari virus Epstein Barr

10

Page 11: Tonsilitis Kronik

Terapi

Istirahat, minum cukup, analgetika, dan antivirus diberikan jika gejala berat.

b. Tonsillitis bakteri

Radang akut tonsil, dapat disebabkan oleh kuman grup A streptokokus Beta

Hemolitikus yang dikenal sebagai strep throat.pneumokokus, Streptokokus viridian dan

stretokokus piogenes. Infiltrat bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan

reaksi radang berupa keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus.

Detritus ini merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mati,sisa makanan dan epitel yang

terlepas. Secara klinis detritus ini mengisi kriptus tonsil dan tampak sebagai bercak kuning.

Bentuk tonsillitis akut dengan detritus jelas disebut tonsillitis folikularis. Bila bercak-

bercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur-alur maka akan terjadi tonsillitis lakunaris.

Bercak detritus ini juga dapat melebar sehingga terbentuk semacam membrane semu

(psudomembran) yang menutupi tonsil.

Gambar 4

Detritus

Gejala dan tanda

Masa inkubasi 2-4 hari. Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorok dan

nyeri waktu menelan, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di sendi-

sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga (otalgia). Rasa nyeri di telinga ini karena

nyeri alih (referred pain) melalui saraf n.glosofaringeus (n.IX). Pada pemeriksaan tampak

11

Page 12: Tonsilitis Kronik

tonsil membengkak, hiperemis, dan terdapat detritus berbentuk folikel, lacuna, atau tertutup

oleh membrane semu. Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan.

Terapi

Antibiotika spectrum lebar penisilin, eritromisin. Antipiretik dan obat kumur yang

mengandung desinfektan.

Komplikasi

Pada anak sering menimbulkan komplikasi otitis media akut, sinusitis, abses peritonsil

(Quincy throat), abses parafaring, bronchitis, glomerulonefritis akut, miokarditis, arthritis

serta septicemia akibat infeksi v.jugularis interna (sindrom Lemierre).

Akibat hipertrofi tonsil akan menyebabkan pasien bernapas melalui mulut, tidur

mendengkur (ngorok), gangguan tidur karena terjadinya sleep apneu yang dikenal sebagai

Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS).

2. Tonsillitis Membranosa

Yang termasuk tonsillitis membranosa adalah tonsillitis difteri, tonsillitis septik,

angina plaut vincent, penyakit kelainan darah, proses spesifik lues dan tuberkulosis, infeksi

jamur moniliasis, aktinomikosis, dan blastomikosis, infeksi morbili, pertusis dan skarlatina.

a.Tonsillitis difteri

Frekuensi penyakit ini sudah menurun berkat keberhasilan imunisasi pada bayi dan

anak. Penyebab tonsillitis difteri ialah kuman Corynebacterium diphteriae, kuman yang

termasuk gram positif di saluran napas bagian atas, yaitu hidung, fairng laring. Titer 0,03

satuan per cc sudah cukup dapat memberikan imunitas, hal ini yang dipakai pada tes Schick.

Tonsillitis difteri sering ditemukan pada anak berusia kurang dari 10 tahun dan

frekuensi tertinggi pada usia 2-5 tahun walaupun pada orang dewasa masih mungkin

menderita penyakit ini.

12

Page 13: Tonsilitis Kronik

Gejala dan Tanda

Gambaran klinik dibagi dalam 3 golongan yaitu gejala umum, gejala lokal, dan gejala akibat

eksotoksin.

a. gejala umum, seperti juga gejala infeksi lainnya yaitu kenaikan suhu tubuh biasa nya

subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat serta keluhan nyeri

menelan.

b. gejala lokal yang tampak berupa tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor yang

makin lama makin meluas, dan bersatu membentuk membran semu. Membran ini dapat

meluas ke palatum mole, uvula, nasofaring, laring, trakea, dan bronkus dan dapat menyumbat

saluran napas. Membran semu ini melekat erat pada dasarnya, sehingga bila diangkat akan

mudah berdarah. Pada perkembangan penyakit ini bila infeksinya berjalan terus, kelenjar

limfe leher akan membengkak sedemikian besarnya sehingga leher menyerupai leher sapi

(bull neck)

c. gejala akibat eksotoksin yang dikeluarkan oleh kuman difteri ini menimbulkan kerusakan

jaringan tubuh yaitu pada jantung dapat terjadi miokarditis sampai dekompesasi kordis,

mengenai saraf kranial menyebabkan kelumpuhan otot palatum dan otot pernapasan dan pada

ginjal menyebabkan albuminirua

Diagnosis

Ditegakan berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan preparat langsung kuman yang

diambil dari permukaan bawah membran semu dan didapatkan kuman Corynebacterium

diphteriae.

13

Page 14: Tonsilitis Kronik

Gambar 5

Tonsillitis Difteri

Terapi

Anti Difteri Serum (ADS) diberikan segera tanpa menunggu hasil kultur dengan dosis

20.000-100.000 unit tergantung umur dan beratnya penyakit.Antibiotika penisilin atau

eritromisin 25-50 mg per kg berat badan dibagi dalam 3 dosis selama 14 hari.Kostikosteroid

1,2 mg per kg berat badan per hari. Antipiretik untuk simtomatis. Karena penyakit ini

menular pasien harus diisolasi. Perawatan harus istirahat di tempat tidur selama 2-3 minggu.

Komplikasi

Laringitis difteri dapat berlangsung cepat, membran semu menjalar ke laring dan

menyebabkan sumbatan. Makin muda usia pasien makin cepat menimbulkan komplikasi ini.

Miokarditis dapat menyebabkan payah jantung atau dekompensasi kordis.

Kelumpuhan otot palatum mole, otot mata untuk akomodasi, otot faring serta otot

laring sehingga menimbulkan kesulitan menelan, suara parau, dan kelumpuhan otot-otot

pernapasan. Albuminuria sebagai akibat komplikasi ke ginjal.

14

Page 15: Tonsilitis Kronik

b. Tonsillitis Septik

Penyebab tonsillitis septik adalah Streptokokus hemolitikus yang terdapat dalam susu

sapi sehingga dapat timbul epidemi. Oleh karena di Indonesia susu sapi dimasak dulu dengan

cara pasteurisasi sebelum diminum maka penyakit ini jarang ditemukan.

c. Angina Plaut Vincent (stomatitis Ulseromembranosa)

Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau triponema yang didapatkan

pada penderita dengan higiene mulut yang kurang dan defisiensi vitamin C

Gejala

Demam sampai 390 C, nyeri kepala, badan lemah, dan kadang-kadang terdapat gangguan

pencernaan. Rasa nyeri di mulut, hipersalivasi, gigi dan gusi mudah berdarah.

Pemeriksaan

Mukosa mulut dan faring hiperemis, tampak membran putih keabuan di atas tonsil, uvula,

dinding faring, gusi serta prosesus alveolaris, mulut berbau dan kelenjar submandibula

membesar.

Terapi

Antibiotika spektrum lebar selama 1 minggu, memperbaiki higiene mulut. Vitamin C dan

vitamin B kompleks.

d. Penyakit kelainan darah

Tidak jarang tanda pertama leukemia akut, angina agranulositosis, dan infeksi

mononukleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup membran semu. Kadang –kadang

15

Page 16: Tonsilitis Kronik

terdapat perdarahan di selaput lendir mulut dan faring serta pembesaran kelenjar

submandibula.

1). Leukemia akut

Gejala pertama berupa epistaksis, perdarahan mukosa mulut, gusi dan dibawah

kulit sehingga kulit tampak bercak kebiruan. Tonsil membengkak ditutupi membran

semu, tetapi tidak hiperemis dan rasa nyeri yang hebat di tenggorok.

2). Angina Agranulositosis

Penyebabnya ialah keracunan obat dari golongan amidopirin, sulfa, dan arsen.

Pada pemeriksaan tampak ulkus di mukosa faring dan di sekitar ulkus tampak gejala

radang. Ulkus ini juga dapat ditemukan di genitalia dan saluran cerna.

3). Infeksi mononukleosi.

Terjadi tonsillofaringitis ulsero membranosa bilateral. Membran semu yang

menutupi ulkus mudah diangkat tanpa timbul perdarahan. Terdapat pembesaran

kelenjar limfe leher, ketiak dan regio inguinal. Gambaran khasnya terdapat leukosit

mononuklease dalam jumlah besar. Tanda khas lainnya ialah kesanggupan serum

pasien untuk beraglutinasi terhadap sel darah merah domba (reaksi Paul Bunnel).

3. Tonsillitis Kronis

Tonsillitis kronis umumnya terjadi akibat komplikasi tonsillitis akut, terutama yang

tidak mendapat terapi adekuat, mungkin serangan mereda tetapi kemudian dalam waktu

pendek kambuh kembali dan menjadi laten. Proses ini biasanya diikuti dengan pengobatan

dan serangan yang berulang setiap enam minggu hingga 3 – 4 bulan. Seringnya serangan

merupakan faktor prediposisi timbulnya tonsillitis kronis yang merupakan infeksi fokal.

Faktor predisposisi tonsillitis kronis adalah rangsang yang menahun dari rokok, beberapa

jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik.

Patologi karena proses radang berulang yang timbul, maka epitel mukosa juga

jaringan limfoid terkikis sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti menjadi

jaringan parut yang yang akan mengalami pengerutan sehingga kripti melebar. Secara klinik

kripti ini tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan terus sehingga tembus ke kapsul tonsil

16

Page 17: Tonsilitis Kronik

dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan di sekitar fossa tonsilaris. Pada anak

proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfa submandibula.

Gejala dan tanda

Pada pemeriksaan tonsil tampak membesar dengan permukaan yang tidak rata, kriptus

melebar dan beberapa kripti terisi detritus. Gejala lokal, bervariasi dari rasa tidak enak di

tenggorok, sakit tenggorok, sulit sampai sakit menelan dan napas berbau. Gejala sistemis,

rasa tidak enak badan atau malaise, nyeri kepala, demam subfebris.

Gambar 6

Tonsillitis Kronis

Terapi

Terapi lokal ditujukan pada higiene mulut dengan berkumur atau obat hisap.

Komplikasi

Radang tonsil kronis dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya berupa

rinitis kronik, sinusitis, atau otitis media secara perkontinuatum. Komplikasi jauh dapat

terjadi secara hematogen atau limfogen yaitu endokarditis, artritis, miositis, nefritis, uveitis,

iridosiklitis, dermatitis.

Tonsillektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau kronis, gejala

sumbatan serta kecurigaan neoplasma.

17

Page 18: Tonsilitis Kronik

Indikasi Tonsillektomi

Berdasarkan The American Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery Clinical

Indocators Compendium tahun 1995 :

1. serangan tonsillitis lebih dari 3 kali per tahun walaupun telah mendapatkan terapi yang

adekuat

2. tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan gangguan

pertumbuhan orofasial

3. Sumbatan jalan napas yang berupa hipertrofi tonsil dengan OSAS, gangguan menelan,

gangguan bicara, dan cor pulmonale.

4. Rinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis abses peritonsil yang tidak berhasil hilang

dengan pengobatan

5. Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan

6. Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A streptococcus beta hemolitikus

7. hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan

8. otitis media efusa / otitis media supuratif

Indikasi absolute

Indikasi – indikasi untuk tonsillektomi yang hampir absolut adalah sebagai berikut :

1. Timbulnya kor pulmonale karena obstruksi jalan napas yang kronis

2. Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindroma apnea waktu tidur

3. Hipertrofi berlebihan yang menyebabkan disfagia dengan penurunan berat badan

penyerta.

4. Biopsi eksisi yang dicurigai keganasan (limfoma)

5. Abses peritonsillaris berulang atau abses yang meluas pada ruang jaringan

sekitarnya.

18

Page 19: Tonsilitis Kronik

Indikasi Relatif

a. Serangan tonsillitis lebih dari 3 kali per tahun walaupun telah mendapatkan

terapi yang adekuat.

b. Halitosis akibat tonsillitis kronis yang tidak membaik dengan pemberian terapi

medis

c. Tonsillitis kronis atau berulang pada karier streptococcus β hemoliticus yang

tidak membaik dengan pemberian antibiotik β-laktamase resisten

Kontraindikasi

1. Infeksi pernapasan bagian atas yang berulang

2. Infeksi sistemik atau kronis

3. Demam yang tidak diketahui penyebabnya

4. Pembesaran tonsil tanpa gejala – gejala obstruksi

5. Rinitis alergika

6. Asma

7. Diskarsia darah

8. Tonus otot yang lemah

9. Sinusitis

19