TOKOH TOKOH ILMU SOSIALrosalia.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/... · 2017-11-02 ·...

19
TOKOH TOKOH ILMU SOSIAL Muhammad Iqsan 16071148 Juniatin Wuryandini 16071154 Riska Maria Ulfa 16071159 Febri Hari Waspodo 16071166 Bernando Arya Tanjung 16071170 Dwi Nur Rizkiansyah Siti Nur Rachmawati

Transcript of TOKOH TOKOH ILMU SOSIALrosalia.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/... · 2017-11-02 ·...

TOKOH – TOKOH ILMU SOSIAL

• Muhammad Iqsan 16071148

• Juniatin Wuryandini 16071154

• Riska Maria Ulfa 16071159

• Febri Hari Waspodo 16071166

• Bernando Arya Tanjung 16071170

• Dwi Nur Rizkiansyah

• Siti Nur Rachmawati

Auguste Comte (1798 – 1857)

Auguste Comte adalah seorang Filsuf Perancis yang

dikenal karena memperkenalkan bidang ilmu sosiologi serta

aliran positivisme. Melalui prinsip positivisme, Comte

membangun dasar yang digunakan oleh akademisi saat ini

yaitu pengaplikasian metode ilmiah dalam ilmu sosial sebagai

sarana dalam memperoleh kebenaran.

Auguste Comte (1798 – 1856)

Tokoh ini mendapat julukan sebagai bapak Sosiologi. Salah

satu sumbangan pemikirannya terhadap sosiologi adalah tentang

hukum kemajuan kebudayaan masyarakat yang dibagi menjadi 3

Zaman yaitu :

1. Zaman Teologis

2. Zaman Metafisika

3. Zaman Positivis

Menurut Auguste Comte Sosiologi berarti suatu studi positif

tentang hukum - hukum dasar dari berbagai gejala sosial yang

dibedakan menjadi sosiologi statis dan sosiologi dinamis.

Karl Marx (1818 – 1883)

Lahir di Jerman pada tahun 1818 dari kalangan

keluarga rohaniawan Yahudi. Pada tahun 1841 mengakhiri

masa studinya di Universitas Berlin. Karena pergaulannya

dengan orang – orang yang dianggap radikal, terpaksa

mengurungkan niat untuk menjadi pengajar di Universitas

dan menerjunkan diri ke kancah Politik.

Karl Marx (1818 – 1883)

• Sumbangan utama Marx bagi sosiologi terletak pada teorinya

mengenai kelas sosial yang tertuang dalam tulisannya yang

berjudul “Communist Manifesto “ yang ditulis bersama

temannya Friedrich Engels di Perancis.

• Marx berpandangan bahwa sejarah masyarakat manusia

merupakan sejarah perjuangan kelas

• Menurut Marx perkembangan pembagian kerja dalam

kapitalisme menumbuhkan dua kelas yang berbeda, Yaitu kelas

Boruis (majikan) terdiri dari orang – orang yang menguasai alat

produksi dan kelas Proleta ( buruh) yang tidak memiliki alat

produksi dan modal sehingga menjadi kelas yang dieksploitasi

oleh kelas Borjuis (majikan)

Emile Durkheim (1858 – 1917)

Lahir di Epinal, Perancis timur pada tahun 1858. Terkenal sebagai sosiolog yang brilian dan memiliki latar belakang akademis dalam ilmu sosiologis. Karya utamanya antara lain

“ Rules Of The Sociological Method, The Division Of Labour In Society, Suicide, Moral Education, The Elementary Forms Of The Religious Life”. Didalam bukunya “The Division Of Labour In Society” Durkheim memusatkan perhatian pada pembagian kerja, dan meneliti bagaimana tataan sosial dipertahankan dalam berbagai bentuk masyarakat dan meneliti bagaimana hal itu berbeda dalam masyarakat tradisional dan masyarakat modern.

Emile Durkheim (1858 – 1917)

Durkheim melihat bahwa setiap masyarakat manusia memerlukan

solidaritas dengan membedakan dua tipe utama solidaritas yaitu :

• Solidaritas Mekanis : Dimana masyarakat dipersatukan oleh

ikatan moral yang kuat, memiliki hubungan yang jalin-menjalin

• Solidaritas Organik : Dimana masyarakat yang

kompleks/modern, kekuatan kesadaran kolektif itu telah

menurun karena terikat oleh pembagian kerja yang ruwet dan

saling menggantung

Menurut Emile Durkheim Sosiologi adalah suatu ilmu yang

mempelajari fakta – fakta sosial, yakni fakta yang mengandung

cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada diluar individu

dimana fakta – fakta tersebut memiliki kekuatan untuk

mengendalikan individu.

Maximilian Weber (1864 – 1920)

Max Weber lahir di Erfurt pada tahun 1864. Menyelesaikan

studi di bidang hukum, ekonomi, sejarah, filsafat, teologi dan

mengajar disiplin ilmu – ilmu tersebut di berbagai universitas di

jerman. Serta terus menerus menyebarluaskan terbentuknya ilmu

sosiologi yang pada saat itu masih berusia muda.

Karya penting dari Weber berjudul “The Protestan Ethic

And Spirit Of Capitalism “. Berisi hubungan antara Etika Protestan

dalam hal ini Sekte Kalvinisme dengan munculnya perkembangan

kapitalisme.

Maximilian Weber (1864 – 1920)

Didalam bukunya tersebut, Weber menyatakan bahwa kebangkitan pandangan religius tertentu (protestanisme) yang membawa masyarakat pada perkembangan kapitalisme. Kaum Protestan dengan tradisi “Kalvinis” menyimpulkan bahwa kesuksesan finansial merupakan tanda utama bahwa Tuhan berada di pihak mereka. Untuk mendapatkan tanda ini, mereka menjalani kehidupan yang hemat, menabung, dan menginvestasikan surplusnya agar mendapat modal lebih banyak lagi.

Pandangan lain yang disampaikan Weber adalah tentang bagaimana perilaku individu dapat mempengaruhi masyarakat secara luas. Inilah yang disebut sebagai memahami “Tindakan Sosial”. Menurut Weber, tindakan sosial dapat dipahami dengan memahami niat, ide, nilai, dan kepercayaan sebagai motivasi sosial. Pendekatan ini disebut “ Verstehen” (Pemahaman)

Maximilian Weber (1864 – 1920)

Weber juga mengkaji tentang rasionalisasi. Menurutnya,

peradaban Barat adalah semangat barat rasional dalam sikap

hidup. Rasional menjelma menjadi oprasional (berpikir sistemik

langkah demi langkah). Rasionalisasi adalah proses yang

menjadikan setiap bagian kecil masyarakat terorganisir,

profesional, dan biroaktif. Meski akhirnya Weber prihatin betapa

intervensi negara terhadap warga kian hari kian besar.

Dalam karyanya yang terkenal lainnya, “Politik Sebagai

Panggilan”, Weber mendefenisikan negara sebagai sebuah

lembaga yang memiliki monopoli dalam penggunaan kekuatan

fisik secara sah, sebuah defenisi yang menjadi penting dalam

studi ilmu politik.

Selo Soemardjan (1915 – 2003)

Kanjeng Pangeran Haryo Prof. Dr. Selo Soemardjan (

lahir di Yogyakarta, 23 Mei 1915 ) adalah tokoh pendidikan dan

pemerintahan indonesia. Selo soemardjan merupakan salah

satu sosok paling berpengaruh dalam perkembangan ilmu yang

mempelajari masyarakat dan sekitarnya.

Penerima Bintang Mahaputra Utama dari pemerintah ini

adalah pendiri sekaligus Dekan pertama Fakultas Ilmu

Kemasyarakatan (FISIP-UI). Ia dikenal disiplin, selalu

memberikan teladan yang konkret, berintegritas, berkomitmen

sosial tinggi . Ilmuan yang meninggalkan banyak bekal ilmu

pengetahuan.

Selo Soemardjan (1915 – 2003)

Karya Selo yang sudah dipublikasikan adalah “Changes In

Yogyakarta (1962) dan Gerakan 10 Mei 1963” di sukabumi (1963).

Penelitian terakhir berjudul “Desentralisasi Pemerintahan”.

Terakhir menerima Anugerah Hamengku Buwono (HB) IX dari

Universitas Gadjah Mada pada puncak peringatan Dies Natalis

ke-52 UGM 19 Januari 2002 dalam bentuk Piagam dan Lencana.

Dalam bukunya yang berjudul “Setangkai Bunga

Sosiologi”, Sosiologi sebagai ilmu masyarakat yang mempelajari

tentang struktur sosial yakni keseluruhan jalinan sosial antara

unsur – unsur sosial yang pokok, seperti kaidah – kaidah sosial.

Kelompok – kelompok dan lapisan – lapisan sosial. Sosiologi juga

mempelajari proses soisal yaitu pengaruh timbal balik antara

berbagai segi kehidupan bersama. Contoh hubungan timbal balik

antara kehidupan agama dan kehidupan politik, hubungan timbal

balik antara kehidupan agama dan segi kehidupan ekonomi

Soerjono Sukanto

Soerjono Sukanto adalah Lektor Kepala Sosiologi dan Hukum Adat di Fakultas Hukum Indonesia. Soerjono Soekanto pernah menjadi kepala bagian Kurikulum Lembaga Pertahanan Nasional (1965 – 1969). Ia juga pernah menjadi pembantu Dekan bidang Administrasi pendidikan fakultas ilmu – ilmu sosial, Universitas Indonesia (1978) yang bersangkutan tercatat sebagai “Southeast Asian Specialist” pada Ohio University dan menjadi Founding Member dari “World Association Of Lawyers”. Ia mendapat gelar sarjana hukum dari fakultas ilmu – ilmu sosial dari Universitas Indonesia (1969), Master Of Arts dari University Of California, Betkeley (1970), sertifikat dari Academy Of American and International Law, Dallas (1972) gelar Doktor ilmu hum di UI (1977). Diangkat sebagai guru besar sosiologi hukum Universitas Indonesia (1983).

Soerjono Sukanto

Menurut Soerjono , Sosiologi adalah ilmu yang

memusatkan perhatian pada segi – segi kemasyarakatan yang

bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola – pola

umum kehidupan masyarakat .

Charles Wright Mills (1916 – 1962)

Charles Wright Mills adalah seorang Sosiolog Amerika.

Ia merupakan ilmuan sosial dan kritikus yang paling

berpengaruh di Amerika pada abad ke-20. Menerima gelar A.B

dan A.M dari Universitas Texas (1939) dan gelar Ph.D dari

Universitas Wisconsin (1941). Bergabung dengan fakultas

sosiologi di Universitas Columbia (1946). Di columbia ia

mempromosikan gagasan bahwa ilmuan sosial tidak hanya

terlibat dalam penelitian dan teori, tetapi juga menyatakan

tanggung jawab sosial mereka.

Charles Wright Mills ( 1916 – 1962)

Charles Wright Mills merupakan sosiolog yang digolongkan

beraliran fungsionalisme konflik, berasal dari kelas menengah,

ayahnya sorang pialang asuransi. Mills termasuk penulis produktif

yang mati muda karena serangan jantung. Tulisannya dalam

beberapa topik seperti : birokrasi, kekuasaan dan otoritas, elit

sosial, pekerja kerah putih, rasionalisasi, komunisme, perang

dingin, ideologi, ilmu – ilmu sosial.

Dalam karyanya “The Power Elit” (1956), Mills menunjukan

bagaimana kondisi masyarakat Amerika sebagai bangsa besar di

dunia didominasi sekelompok elit yang berkuasa, terdiri dari orang

– orang yang menduduki posisi dominan bidang politik, militer,

dan ekonomi, mereka adalah pengusaha, penguasa dan petinggi

militer.

Lanjutan . . .

Mills menjelaskan kekuasaan elit dengan bentuk piramida

kekuasaan. Bagian paling puncak

diduduki oleh elit berkuasa, yakni elit yg

menguasai 3 sektor : pengusaha,

penguasa dan militer. Kemudian lapis

kedua adalah pemimpin opini lokal, legis

-latif pemerintah. Kemudian lapis ke 3

adalah orang yang tidak memiliki

kekuasaan dan orang yang tidak

teroganisasi dengan baik secara

ekonomi dan politik.

Lanjutan...

Ada 2 faktor yang memunculkan kekuasaan elit : pertama, alat

kekuasaan dan kekerasan yang sudah melebur. Kedua, sifat

yang saling tergantung antara elit yang dikontrol kaum elit yang

di atas. Kesadran kohesif elit sosial bisa bersatu karena 3 faktor :

Kesamaan psikologis, kesamaan kepentingan, interaksi sosial.