tokoh a

18
MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB DAN PEMIKIRANNYA Oleh: Mohammad Firdaus Salah satu tokoh da'wah di Timur Tengah, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, hingga detik ini tak habis-habisnya diperbincangkan. Sebagai tokoh yang terkenal melakukan purifikasi terhadap sikap beragama, nilai-nilai, serta pemahaman terhadap Islam yang mengagungkan taqlid serta penyimpangan terhadap syari'at, ia patut mendapatkan sambutan ilmiah di meja-meja diskusi. Hingga detik ini, anggapan positif dan negatif terhadap kepribadian dan ajarannya terus mengalir di media-media cetak dan elektronik, terlebih-lebih internet. Sebagai pengagum dan penerus pemikiran Hujjatul Islam Ibnu Taimiyah, pengikut-pengikutnya sering kali mendapat label negatif; mulai dari anti bid'ah hingga teroris. Semuanya itu tak terlepas dari sosoknya yang gigih dalam memegang pendirian, serta tajam dalam pemahaman keagamaan. Kata kunci: syari’at, da’wah, tauhid, manhaj, jihad, mujaddid Pendahuluan Allah telah menyempurnakan agama Islam dengan menjaga kitab-Nya sampai hari kiamat. Sebagai bukti penjagaan kitab dan agama ini adalah Allah akan menciptakan ulama pada setiap masa sesuai kehendak- Nya. Hal ini dalam dalam rangka menjaga agama, menghidupkan sunnah dan membimbing manusia kepada jalan yang lurus. Rasulullah SAW bersabda, "sesungguhnya Allah mengutus untuk umat ini dalam setiap abadnya ada kalangan yang memperbaharuai agama-Nya. 1 1 ? HR. Abu Dawud, no 4294. Al-Hakim menilainya Shahih

Transcript of tokoh a

Page 1: tokoh a

MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB DAN PEMIKIRANNYA

Oleh: Mohammad Firdaus

Salah satu tokoh da'wah di Timur Tengah, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, hingga detik ini tak habis-habisnya diperbincangkan. Sebagai tokoh

yang terkenal melakukan purifikasi terhadap sikap beragama, nilai-nilai, serta pemahaman terhadap Islam yang mengagungkan taqlid serta

penyimpangan terhadap syari'at, ia patut mendapatkan sambutan ilmiah di meja-meja diskusi. Hingga detik ini, anggapan positif dan negatif terhadap

kepribadian dan ajarannya terus mengalir di media-media cetak dan elektronik, terlebih-lebih internet. Sebagai pengagum dan penerus

pemikiran Hujjatul Islam Ibnu Taimiyah, pengikut-pengikutnya sering kali mendapat label negatif; mulai dari anti bid'ah hingga teroris. Semuanya itu

tak terlepas dari sosoknya yang gigih dalam memegang pendirian, serta tajam dalam pemahaman keagamaan.

Kata kunci: syari’at, da’wah, tauhid, manhaj, jihad, mujaddid

PendahuluanAllah telah menyempurnakan agama Islam dengan menjaga kitab-Nya

sampai hari kiamat. Sebagai bukti penjagaan kitab dan agama ini adalah Allah akan menciptakan ulama pada setiap masa sesuai kehendak-Nya. Hal ini dalam dalam rangka menjaga agama, menghidupkan sunnah dan membimbing manusia kepada jalan yang lurus. Rasulullah SAW bersabda, "sesungguhnya Allah mengutus untuk umat ini dalam setiap abadnya ada kalangan yang memperbaharuai agama-Nya.1

Dalam hadits lain ia juga bersabda, "Akan senantiasa ada dari ummatku sekelompok orang yang tampil dalam membela kebenaran. Mereka tidak membahayakan orang-orang yang menghinakan mereka sampai datang urusan Allah sementara mereka tetap dalam pendirian mereka".2

Sejarah mencatat, di setiap masa yang dilalui ummat Islam, banyak tokoh-tokoh Islam yang muncul dan hadir memberikan kontribusinya pada perkembangan Islam di masanya, dengan tetap berpegang teguh pada al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw. Salah satunya adalah Muhammad bin

1 ?HR. Abu Dawud, no 4294. Al-Hakim menilainya Shahih2 ?HR. Bukhari, no 71

Page 2: tokoh a

Abdul Wahab, seorang ulama abad ke-18 yang berda’wah mengembalikan Islam kepada citranya yang asli, yaitu al-Qur'an dan Sunnah. Meskipun Muhammad bin Abdul Wahab telah wafat sekitar tiga abad yang lalu, namun kisah dan ajarannya masih menjadi kontroversi hingga kini. Tapi satu hal yang pasti, kontroversi yang menyelimuti seseorang bukanlah tolak ukur yang ilmiah untuk menyimpulkan keburukan atau kebaikan seseorang tokoh. Untuk itu, melihat sosok Muhamad bin Abdul Wahab harus dengan paradigma ilmiah, bukan dengan paradigma kontroversi yang berujung kepada relativisme.

Biografi Muhammad bin Abdul WahabMuhammad bin Abdul Wahab hidup di tengah-tengah keluarga yang

dikenal dengan nama keluarga ‘Musyarraf’ (alu Musyarraf). Alu Musyarraf merupakan cabang dari kabilah Tamin. Sedangkan Musyarraf adalah kakeknya yang ke-9 menurut riwayat yang rajah. Dengan demikian nasabnya adalah Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman bin Ali Ahmad bin Rasyid bin Buraid bin Muhamad bin Buraid bin Musyaraf.3

Dia dilahirkan di daerah Uyainah pada tahun 1115 H, terletak di wilayah Yamamah yang masih bagian dari Nejd. Uyainah berada di arah barat laut dari kota Riyadh yang berjarak sekitar 70 KM. Ia wafat pada 29 Syawal 1206 H (1793) dalam usia 92 tahun, setelah mengabdikan diri dalam da'wah dan jihad, termasuk memangku jabatan sebagai menteri penerangan kerajaan Arab Saudi.4

Dia tumbuh di lingkungan keluarga yang cinta ilmu. Ayahnya adalah seorang ulama besar negara yang memegang jabatan peradilan di beberapa daerah. Kakeknya, Syaikh Sulaiman bin Ali adalah seorang ulama terkemuka dan juga imam dalam ilmu fiqh. Jabatan lain yang juga diemban Syaikh Sulaiman adalah sebagai mufti Negara. Di bawah bimbingannya, lahir sejumlah ulama dan para murid yang tersebut di seluruh semenanjung Arab.5 Maka, wajar jika kemudian lahir seorang keturunan yang faqih dan alim pula.

Muhammad bin Abdul Wahab hafal al-Qur'an sebelum usianya mencapai sepuluh tahun, ia belajar fiqh dan hadits dengan ayahnya sendiri,

3 ?Mas'ud al-Nadawi, Muhammâd bin Abdul Wahhab Muslih Madzlûm Muftara 'Alayh, Kementrian Wakaf Arab Saudi, 1420, hal. 38 4 ?Ibid., hal. 38

5Syekh Kamil Muhammad Uwaidah, Muhammad bin Abdul Wahhab dan Gerakan Wahabi, (terj. Ahmad Fatoni dan Tatik Chusniati), Malang: Penerbit Madinah, 2004, Cet. I, hal. 40

Page 3: tokoh a

dan belajar tafsir dari guru-guru dari berbagai negeri, terutama di Madinah al-Munawwarah serta memahami Tauhid dari al-Qur'an dan Sunnah.6

Ibnu Khadamah, seorang ulama Timur Tengah mengatakan, "Muhammad bin Abdul Wahab telah menerapkan semangat menuntut ilmu sejak usia dini. Dia memiliki kebiasaan yang sangat berbeda dengan dengan anak-anak sebayanya. Dia tidak suka bermain-main dan perbuatan yang sia-sia.7

Karena kecintaannya pada ilmu sangat tinggi, dan melihat kondisi masyarakatnya yang kacau balau itulah yang membuat Muhammad bin Abdul Wahab melanglang buana untuk bisa menimba ilmu dari para ulama. Ia pernah mengatakan di dalam kitab al-Rasâil al-Syakhsiyyah, yang kemudian dinukil oleh Ibrahim bin Usman bin Muhammad Al-Farisi di dalam kitab Asyhar Aimmah Da'wah Khilal al-Qarnayn,

“Diketahui bahwasannya penduduk negriku dan negeri Hijaj yang mengingkari hari kebangkitan itu lebih banyak jumlahnya dari pada yang meyakininya, yang mengenal agama lebih sedikit jumlahnya dari pada yang tidak mengenalnya, yang menyia-nyiakan shalat itu lebih banyak jumlahnya dari pada yang menjaganya dan yang enggan mengeluarkan zakat itu lebih banyak jumlahnya dari pada yang mengeluarkannya”.8

Dikatakan juga bahwa dalam diri Muhammad bin Abdul Wahab terlihat adanya perpaduan antara karakter ayah dan pamannya. Ia mempunyai ingatan yang cukup baik dan kecintaan yang luar biasa dalam mencari ilmu, sehingga tidak jarang ia mendebat ayah dan pamannya dalam berbagai masalah. Ia juga sering mendiskusikan kitab al-Syarh al-Kabîr dan kitab al-Mugni wa al-Inshaf. 9

Ketika berada di Madinah, ia melihat banyak ummat Islam di sana yang tidak menjalankan syari'at dan berbuat syirik, seperti perbuatan mengunjungi makam seorang tokoh agama kemudian memohon sesuatu kepada kuburan dan penghuninya. Hal ini menurut dia sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang mengajarkan manusia untuk tidak meminta selain kepada Allah. Hal inilah yang mendorong Syekh Muhammad bin Abdul Wahab untuk memperdalam ilmu ketauhidan yang murni (‘aqîdah sahîhah). Ia pun berjanji pada dirinya sendiri akan berjuang untuk mengembalikan

6 ?Muhammad Jamil Zainu, Da'wah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bayna al-Mu'aridhîn Wa al-Munshifîn Wa al-Muayyidîn, Dâr Ibnu Khuzaimah, Cet. I, Hal. 77 ?Dikutip dari situs [email protected] ?Ibrahim bin Usman bin Muhamad al-Farisi, Asyhâr Aimmah Da'wah Khilâl al-Qarnayn, Riyad: Darul Wathan lî al-Nasyr, 1412 H, Cet. I, hal. 49 ?Ibid., hal. 47

Page 4: tokoh a

akidah umat Islam di sana sesuai keyakinannya, yaitu kepada akidah Islam yang murni (Tauhid), jauh dari sifat khurâfat, takhayûl, atau bid'ah. Untuk itu, ia pun mulai mempelajari berbagai buku yang ditulis para ulama terdahulu. Lama setelah menetap di Madinah ia pindah ke Basrah. Di sana ia bermukim lebih lama sehingga banyak ilmu-ilmu yang diperolehnya, terutama di bidang hadits dan Musthalah-nya, fiqh dan ushl fiqh-nya, serta ilmu gramatika (ilmu qawâ’id).10

Kondisi Nejd di Jaman Pemerintahan Dinasti TurkiNejd adalah suatu daerah yang sangat terpencil di pedalaman Arab

Saudi, daerah yang tandus dan tidak banyak diperhatikan orang sebelum timbulnya gerakan pembaharuan yang dilancarkan oleh Muhammad bin Abdul Wahab. Walaupun daerah ini secara resmi merupakan wilayah kekuasaan Turki pada saat itu, namun pemerintah Turki kurang memperhatikan daerah itu, dan tidak mempunyai wakil pemerintahan yang efektif di daerah yang dianggap tidak penting ini. Sehingga kabilah-kabilah Arab yang mendiami daerah ini tetap sebagai kelompok-kelompok yang bebas di bawah bimbingan kepala-kepala suku (‘amir-‘amir).11

Beberapa sejarawan seperti Ibnu Ghudamah, Ibnu Basyar dan lainnya menggambarkan keadaan penduduk negeri Nejd ketika itu banyak dikuasai oleh praktik-praktik bid'ah, khurâfat, kesyirikan dan keterbelakangan dalam memahami agama-agama yang benar.12

Pandangan masyarakat Nejd terhadap seseorang bergantung pada nasab yang ia miliki. Pada masa itu masyarakat Nejd terbagi menjadi dua kelompok atau dua golongan, Hadhari dan Badawi (Badui). Orang Badui konsisten dengan kehidupan padang pasirnya. Mereka merasa bahwa orang-orang Hadhari lebih rendah di hadapan mereka.13

Di awal abad ke-12 H, kawasan Nejd dikuasai oleh kabilah-kabilah. Setiap daerah memiliki ‘amir. Masing-masing daerah/kabilah memiliki kemerdekaan penuh mengatur rumah tangganya sendiri sehingga lebih menyerupai kerajaan-kerajaan kecil. Daerah Uyainah dipimpin oleh Alu Ma'mar, Riyayyah dipimpin oleh Alu Sa'ud, Riyadh oleh Alu Duwas, Hail oleh Alu Ali, Qushaim oleh Alu Hujailan, dan bagian utara Nejd oleh Alu Syubaib. 14

10 ?Dikutib dari http//id. Wikipedia.org / wiki/Muhammad bin Abdul Wahhab 11 ?Imron Ahmad Manan, Pelbagai Masalah Tauhid Populer, Surabaya: PT Bina Ilmu 1982, Cet. I, Jilid .I. hal. 29912 ?Syaikh Kamil Muhamad Uwaid., Muhammad, hal. 128 13 ?Abu Aufa, Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab: Sosok Penegak Panji-Panji Tauhid, dalam Majalah As-sunnah, Edisi 10/1/1415/1994

Page 5: tokoh a

Lahirnya Da’wah Muhammad bin Abdul WahabDalam kondisi yang sangat sulit, situasi yang buruk, serta keadaan

yang gelap gulita, terbitlah cahaya kebenaran yang menyinari segenap ufuk cakrawala, yaitu ketika Muhammad bin Abdul Wahab berusaha bangkit dengan membawa da'wah tauhid dan sunnah Nabi. Peristiwa monumental tersebut terjadi pada pertengahan abad ke-20 Hijriyah, ketika ayah ia masih hidup. Demi memikirkan masa depan agama dan ummat, sang ayah ikut merasa prihatin. Namun, ia menyuruh putranya agar tetap tegar. Ketika sang ayah meninggal dunia pada tahun 1153 H, Muhammad Bin Abdul Wahab mulai berani terang-terangan menyingkap kebenaran, memantapkan tauhid, mengibarkan sunnah Nabi saw, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar. Ia mengingkari berbagai macam bid'ah atau sesuatu yang diada-adakan dalam urusan akidah, ibadah dan istiada. Ia juga menyebarluaskan ilmu, menegakkan hukum, menyingkap kejelekan keadaan orang-orang yang jahil, serta menentang orang-orang yang suka berbuat bid'ah dan menuruti keinginan-keinginan hawa nafsu.15

Pada waktu itulah ia menjadi terkenal dan ikut bergabung bersamanya orang-orang yang ikhlas, shalih, dan bersemangat dalam memperbaiki agama ini. Ada beberapa orang yang kemudian ikut bergabung bersamanya, terlebih ketika ia melakukan penebangan terhadap pohon-pohon yang dikeramatkan oleh banyak orang Uyainah. Selanjutnya, ia merobohkan bangunan-bangunan yang berdiri di atas kuburan dan menghukum rajam terhadap wanita yang mengaku kepadanya telah berzina setelah syarat-syaratnya terpenuhi. Keberanian itu membuatnya semakin terkenal sehingga membuat banyak orang yang kemudian bergabung membelanya secara terang-terangan. Sedangkan orang-orang yang ragu menjadi takut dan juga segan kepadanya.16

Dasar-Dasar Da’wah Muhammad bin Abdul WahabSeruan da'wah Muhammad bin Abdul Wahab adalah berdasarkan pada

manhâj Islam yang benar sesuai kaedah-kaedah serta prinsip-prinsip agama. Yang paling menonjol ialah upaya untuk memurnikan ibadah hanya kepada Allah semata dan kesetiaan untuk selalu mentaati Allah serta Rasulullah SAW. Ia sangat antusias dalam melakukan hal-hal sebagai berikut17:

14 ?Abdul Muhsin bin Baz, Rasâ'il Imam Muhammâd bin Abdul Wahhab al-Syakhsyiyyah, Dar Syibilia, t.thn., hal. 5215 ?Nashir bin Abdul Karim, al-Aql, Islamiyyah Lâ Wahabiyyah, (terj. Abdur Rosyad Siddiq), Jakarta: PT Darul Falah, 2006, Cet. I, hal. XLV16 ?Ibid.17 ? Ibid., hal. XLVIII

Page 6: tokoh a

1. Menanamkan Tauhid secara mendalam dan membasmi syirik serta berbagai macam bid'ah.

2. Menegakkan kewajiban-kewajiban agama dan syi'ar-syi'arnya, seperti shalat, jihad dan amar ma'ruf nahi mungkar.

3. Mewujudkan keadilan di bidang hukum dan lainnya.4. Mendirikan masyarakat Islam yang berdasarkan tauhid, sunah,

persatuan, kemuliaan, perdamaian dan keadilan.Semua ini berhasil terwujud di negara-negara yang terjangkau atau

yang telah terpengaruh oleh da'wah dan seruannya. Gambaran tersebut nampak jelas di wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaan pemerintah Arab Saudi sebagai pengibar bendera gerakan reformasi pada tiga abad periode. Setiap negara yang terjangkau oleh gerakan ini akan kental dengan warna tauhid, iman, sunnah Nabi, perdamaian dan kesejahteraan. Hal ini demi mewujudkan apa yang telah dijanjikan oleh Allah di dalam firmanNya yang artinya,

"Sesungguhnya Allah pasti akan menolong orang-orang yang menolong agama-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar maha kuat lagi maha perkasa, yaitu orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma'ruf, dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allahlah kembali segala urusan" (QS. Al-Hajj:40-41).

Keistimewaan Da’wah Muhammad bin Abdul Wahab Da’wah yang dilakukan Muhammad bin Abdul Wahab mempunyai

banyak kesitimewaan, diantaranya adalah18:1. Perilaku yang Jernih

Sesungguhnya perilaku Muhammad bin Abdul Wahab telah tercermin di dalam pribadi, ilmu, sikap agama, akhlak, dan pergaulannya terhadap orang-orang yang mendukung maupun yang menentangnya.2. Sumber Yang Bersih

Sumber ilmu, adab, dan akhlak yang diterima oleh Muhammad bin Abdul Wahab adalah sumber-sumber yang syar'i, fitrâh, kuat, dan murni. Hal ini merupakan cerminan dari al-Qur'an, sunnah Nabi, dan jejak peninggalan para salaf al-shâlih yang lepas dari falsafah dan tasawuf, kesenangan nafsu, dan kerancuan-kerancuan dalam lingkungan keluarga.3. Manhâj Yang Baik

18 ?Ibid.

Page 7: tokoh a

Dalam menjabarkan ketetapan agama kepada para pengikut dan orang-orang menentangnya adalah manhaj Syar'i yang salaf, murni, bersih dari kotoran-kotoran, asli, kokoh, terang, realistis, yang berpedoman pada al-Qur'an dan sunnah, serta patut untuk mendirikan sebuah masyarakat Islami. 4. Berorientasi pada Manhâj Salaf al-Shâlih

Da'wah Islam Muhammad bin Abdul Wahab dalam segala sesuatu menggunakan manhâj salaf al-shâlih. Itulah yang membuat manhâj-nya memiliki ciri khas tersendiri, yakni murni, realiatis, mantap dan meyakinkan.

Hasilnya ia sanggup menegakkan syi'ar dan dasar-dasar agama sangat sempurna, yang meliputi masalah tauhid, shalat, jihad, amar ma'ruf nahi mungkar, penegak hukum, keadilan, keamanan, tampilnya keutamaan-keutamaan dan tersembunyinya kerendahan-kerendahan. Agama dan ilmu menjadi sangat marak di setiap negara yang terjangkau oleh seruan da'wahnya yang ada di Kerajaan Arab Saudi.5. Penuh Semangat dan Berwawasan Luas

Hal lain yang membuat manhâj Muhammad bin Abdul Wahab menjadi istimewa ialah semangat dan keyakinannya yang sangat tinggi dalam menegakkan kalimat Allah, membela agama, menyebarkan Sunnah Nabi dan mengobati penyakit-penyakit yang diderita oleh ummat berupa berbagai macam bid'ah, kemungkaran, kebodohan, perpecahan, kedzaliman dan keterbelakangan.

Semangat yang tinggi dan wawasan luas dalam hal teori dan praktek yang dimilikinya nampak jelas dari banyak hal. Diantaranya adalah:a. Perhatiannya yang fokus terhadap masalah-masalah yang utama,

seperti masalah tauhid dan kewajiban-kewajiban agama, dengan tidak mengenyampingkan masalah-masalah yang lainnya.

b. Kesiapannya sejak dini untuk menghadapi berbagai rintangan, ditambah wawasan yang luas dan kemampuan memiliki antipasi yang peka untuk menghadapi segala sesuatu yang akan terjadi.

6. Kemampuan dan KesuksesanBerkat Muhammad bin Abdul Wahab, Allah berkenan menolong

agama dan memuliakan sunnah Nabi. Ia baru meningal dunia setelah sempat menyaksikan buah da'wahnya yang ia rintis dengan susah payah, yakni dengan berkibarnya bendera sunnah dan berdirinya negeri tauhid pada zaman pemerintahan Imam Abdul Aziz bin Muhamad dan Putranya, Sa'ud. Bendera tersebut terus berkibar melambangkan kejayaan, kemenangan, kewibawaan, kekuasaan, dan kedamaian. Hal itu dilihat sebagai dominasi agama dan tenggelamnya berbagai macam bid'ah. Dan, kebanyakan

Page 8: tokoh a

gerakan-gerakan Islam sekarang ini merupakan kelanjutan yang alami dari gerakan Salafiyah di jazirah Arab.19

Gagasan dan Pemikiran Da’wah

Diantara gagasan dan pemikiran da'wah Muhammad bin Abdul

Wahab adalah20:1. Mengembalikan Islam kepada Al-Quran dan Sunnah Rasulullah

saw.2. Berpegang teguh kepada manhâj ahl al-Sunnah dalam

mengambil dalil dan membangun kerangka berfikir.3. Membersihkan faham tauhid untuk kembali kepada pemahaman

yang benar.4. Berorientasi pada pemahaman tauhid ‘ubudiyah5. Menghidupkan kewajiban jihad.6. Menghentikan perbuatan bid'ah dan khurafat yang disebabkan

oleh kebodohan.

Metode Da’wah Muhammad bin Abdul Wahab1. Da'wah bî al-Lisân

Salah satu metode da'wah Muhammad Bin Abdul Wahab adalah dengan menyampaikan da'wahnya secara lemah lembut, walaupun pada hakikatnya tidak ada kompromi terhadap kemusyrikan.

Contohnya ketika Muhammad bin Abdul Wahab diancam akan dibunuh atau diusir penguasa, yakni Utsman ibn Ma'mar yang mendapat tekanan dari ‘amir Badawi yang mengirim surat ancaman kepadanya dan memerintahkannya agar menghabisi nyawa Muhamamab bin Abdul Wahab. ‘Amir Utsman khawatir seandainya ia tidak menuruti kemauannya, ‘amir Badawi itu akan mogok membayar upeti dan bahkan memeranginya. Maka ia berkata kepada Muhammad bin Abdul Wahab, "’Amir Badawi telah menyurati kami dan menghendaki begini dan begitu, sedangkan kami tidaklah mungkin untuk membunuh anda, namun kami pun takut kepada ‘amir Badawi dan kami tidak mampu untuk menghadapi serangannya. Karenanya, jika Anda memandang baik untuk keluar dari lingkungan kami,

19 ?Hafidzh Muhamad Al-Ja'bary, Al-Harakâh Al-Ba'tsi Al-Islamî, (edisi terjemahan), Solo: Duta Rahman, 1996. Cet.I hal. 136-13720 ?Ma'ani bin Hammad al-Juhani, al-Mawsû'ah al-Muyassarah fî al-Adyan wa al-Madzâhib wa al-Ahzâb al-Mu'asysyirah, Riyadh: WAMI, 1412 H, vol. 1, hal: 167-169

Page 9: tokoh a

lakukanlah!". Maka Muhammad bin Abdul Wahab menjelaskan dengan

lidahnya yang fasih21,

“Bahwasannya yang aku da'wahkan ini adalah agama Alah SWT dan penerapan secara sebenarnya dalil kalimat lâ ilâha illallâh. Dari kesaksian Muhammad adalah utusan Allah maka barang siapa berpegang teguh kepada agama Islam ini dan membelanya dengan segala kesungguhan, niscaya akan ditolong dan dikukuhkan Allah SWT sehingga dapat menaklukkan negeri-negeri musuhnya. Jika Tuan sabar, tegak pada yang haq dan menerima karunia da'wah tauhid ini, maka nantikanlah berita gembira. Allah SWT akan menolong dan membela tuan serta akan melindungi tuan dari ‘amir Badawi itu dan yang lain, dan Allah SWT pun akan memberikan kekuatan tuan untuk

dapat menundukkan negeri dan kabilahnya."

2. Da'wah bî al-KitâbMuhammad bin Abdul Wahab memusatkan perhatian untuk menekuni

kitab-kitab yang bermafaat dan dikajinya. Sebelumnya Muhammad bin Abdul Wahab memusatkan perhatiannya untuk menekuni Kitabullah. Ia memiliki buah kajian yang sangat berharga dalam menafsirkan al-Qur'an dan menggali hukum atau nilai darinya. Ia juga memusatkan perhatiannya untuk menekuni sirah rasul dan para sahabat. Ia menekuni itu semua dengan seksama hingga mendapatkan semacam dorongan kekuatan yang dengannya dia merasa diberi Allah SWT kekukuhan batin pada kebenaran.22

Muhammad bin Abdul Wahab aktif dalam menulis, ia menjadikannya sebagai sarana da'wah dalam hidupnya. Diantara karyanya yang sangat praktis adalah kitab al-Tawhid al-ladzî huwa Haqqullâh 'ala al-‘Abid dan Kasyfu al-Syubahât. Kitab ini bila dibanding dengan kitab-kitab ilmu kalam pada umumnya, baik yang disusun oleh golongan Mu'tazilah maupun yang dari golongan Asy'ariyyah Maturidiyah, maka jelas sekali perbedaaanya. Kitab-kitab lain yang merupakan hasil karyanya antara lain Ushl al-Tsalâtsah wâ Dillâtuh (penjelasan tentang Allah, agama, Islam, dan Rasulullah), Syurût Sholâh wa arkânuh (syarat dan rukun shalat), al-Qowâ'id al-‘Arba’ (empat kaidah dalam Islam), Ushl al-Iman, Kitâb al-Kabâir, Kitâb Fadhâil al-Islam, Nashîhah al-Muslimîn, Sittah mawadhi in al-shirâh, Tafsîr al-Fâtihah, Masâil al-Jahîliyyah, Tafsîr al-

21 ?Syaikh Abdul Aziz bin Abduillah bin Baz, al-Imam Muhammad bin Abdul Wahhab Da'watuhu Wa Siratuhu, Riyadh: al-Risalah al-'Ammah li Idarati al-Buhus al-‘Ilmiyyah wa Ifta wa Da'wah wal Irsyad, t.thn., hal. 2222 ?ibid., hal. 19-20

Page 10: tokoh a

Shahâdah,Tafsîr li Ba'dhi Suwar al-Qur'ân, Kitâb al-shirah, al-Hadyu al-nabawî23.

3. Da'wah bî al-MurâsalahDa'wah bi al-Murâsalah atau yang lazim disebut dengan surat

menyurat merupakan salah satu metode yang dipraktekkan oleh Muhamad bin Abdul Wahab dalam menebarkan da'wahnya. Ia menyisihkan waktunya untuk menulis surat-surat da'wah yang disampaikan kepada para penguasa dan ulama.24 Da'wah bi al-Murâsalah merupakan metode da'wah yang pernah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW. Beliau pernah mengirim surat kepada raja Najasyi, raja mesir, raja persi, Rum, Amman dan lainnya.25

4. Da'wah dengan TanganBesar kemungkinan istilah da'wah melalui tangan ini diambil dari

istilah tangan sebagaiman disebutkan dalam hadits Nabi,

"Barang siapa diantara kalian melihat suatu kemungkaran, maka hendaklah dia mencegah dengan tangannya, jika dia tidak sangup demikian, maka dengan lisannya, dan jika tidak sanggup demikian maka dengan hatinya, dan yang ini adalah selemah-lemah iman". (H.R. Muslim)

Hadits di atas kiranya menjadi petunjuk dan pendorong bagi Muhammad bin Abdul Wahab untuk menghancurkan tempat-tempat yang dianggapnya berbau syirik. Hal tersebut dapat dibuktikan ketika Muhammad Bin Abdul Wahab melakukan da'wah dengan tindakan nyata untuk menghilangkan ke-jahiliyah-an dengan tangannya sendiri. Dia pernah berkata kepada Utsman bin Ma'mar agar menghancurkan kubah yang di bangun di atas kuburan Zaid. Selain makam Zaid, di sana ada juga makam-makam lain. Salah satunya adalah yang disebut makam Dhihar al-Azûr. Makam ini pun berkubah dan dihancurkan juga. Ada juga tempat-tempat yang dikeramatkan seperti kuburan-kuburan, gua-gua dan pohon-pohon yang disembah, juga disirnakan dan dimusnahkan. Dan masyararakat pun telah diberi peringatan agar menjauhi dari semua itu.26

5. Koalisi Dengan PenguasaPada awalnya Muhammad bin Abdul Wahab berkoalisi dengan ‘amir

'Usamah bin Ma'mar di Uyainah. Ia berencana untuk membangun Islam

23 ?Mas'ud an-Nadawi, Muhammâd, hal. 161-17124 ?Syaikh Kamil Muhammad Uwaid, Muhammâd, hal 80-8125 ?Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, al-Rahîq al-Maktûm, Beirut: Jami' al-Huquq, 1420H, Cet. I, hal. 37-3826 ?Ibid.

Page 11: tokoh a

dengan sistem ibadahnya yang betul dan kehidupan sosial yang sehat, jauh dari segala angkara murka dan maksiat. Dengan dukungan ‘amir 'Utsman bin Ma'mar, ia memerangi segala bentuk takhâyul, khurafat dan maksiat yang terdapat di sekitarnya.27

PenutupAdalah suatu hal yang tak dapat dipungkiri lagi bahwa sesungguhnya

pergerakan kaum Wahabiyah, atau lebih tepat dikenal dengan kaum Muwahhidun yang digerakan di ‘padang pasir Nejd’ pada abad ke-12H/18M, merupakan suatu pergerakan reformis Islam, dimana bobotnya tidak kalah dari pergerakan yang dicetuskan oleh para reformer besar sebelumnya, seperti Umar bin Abdul Aziz, Imam Syafi’i, Imam Hambali, Imam Malik, Imam Tirmidzi, Imam Al-Asy'ari, Imam Al-Ghazali, dan Syaikh Ibnu Taimiyyah.

Semenjak layar Islam berkembang, para mujaddid ini telah mampu mengembalikan Islam kepada citranya yang asli (al-Qur'an dan Sunnah), dan telah menempati posisi yang cukup tenar baik dilihat dari sisi perjuangan dan keberhasilan, maupun dari sisi pengaruh serta dampak yang ditimbulkan oleh pergerakan mereka masing-masing.

Pengaruh da'wah Muhammad bin Abdul Wahab tidak hanya terbatas di Nejd dan sekitarnya saja. Tetapi cahayanya menjangkau ke seluruh pelosok dunia Islam pada sa'at itu. Diantaranya adalah India, Mesir, Maroko, Iraq, Syam, Sudan dan lain-lain, yang merupakan pelopor gerakan-gerakan Islam di negeri-negeri tersebut dan merupakan sumber yang sebenarnya bagi kebangkitan Islam.

27 ?Ibid.

Page 12: tokoh a

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur'ân al-KarimAbdul Muhsin bin Baz, Rasâ'il Imam Muhammad bin Abdul Wahab al-

Syakhsyiyyah, Dar Syibilia, t.thn.Hafizh Muhamad Al-Ja'bary, Al-Harakâh al-Ba'tsi al-Islamî, (edisi

terjemahan), Solo: Duta Rohman, 1996. Cet.I.Ibrahim bin Usman bin Muhamad al-Farisi, Asyhar Aimmat Da'wah Khilâl

al-Qarnayn, Riyad: Darul Wathan Linnasyr, 1412 H, Cet. I.Imron Ahmad Manan, Pelbagai Masalah Tauhid Popeler, Surabaya: PT

Bina Ilmu 1982, Cet. I, Jilid. I.Ma'ani bin Hammad al-Juhani, al-Mawsû'ah al-Muyassarâh fî al-Adyan wa

al-Mazâhib wa al-Ahzâb al-Mu'asyirâh, Riyadh, WAMI, 1412 H, vol. 1. Majalah As-sunnah, Edisi 10/1/1415/1994.Mas'ud An-Nadawi, Muhammad bin Abdul Wahab Muslîh Madzlûm

Muftara 'Alayh, Kementrian wakaf Arab Saudi, 1420.Muhammad Jamil Zainu, Da'wah Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab

bayna al-Mu'aridhîn Wa al-Munshifîn Wa al-Muayyidîn, Dâr Ibnu Khuzaimah, t.thn., Cet. I.

Nashir bin Abdul Karim Al-Aql, Islâmiyyah Lâ Wahâbiyyah, (terj. Abdur Rosyad Siddiq), Jakarta: PT Darul Falah, 2006, Cet. I.

Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Al-Rahîq al-Maktûm, Beirut: Jami'ul Huquq Mahfudzah Linnasyr, 1420 H. Cet. I.

Shahih BukhariSyaikh Abdul Aziz bin Abduillah bin Baz, al-Imam Muhammad bin Abdul

Wahab Da'watuh wa Shirâtuh, Riyadh: Risalah al-'Ammah li Idaratil Buhus al-‘Ilmiyah wa Ifta wa Da'wah wal Irsyad, t.thn.

Syaikh Kamil Muhammad 'Uwaidah, Muhammad bin Abdul Wahab dan Gerakan Wahabi, (terj. Ahmad Fatoni dan Tatik Chusniati), Malang: Penerbit Madinah, 2004. Cet. I.

Situs http//id. Wikipedia.org/wiki/Muhammad bin Abdul WahabSitus www.islam@ isnet.org.Sunan Abu Daud Zainal Abidin Syihab, Wahabi dan Reformasi Islam Internasional, Jakarta:

Pustaka Dian, 1986, Cet. I.