tnp2k.go.idtnp2k.go.id/filemanager/files/Rakornis 2018/Panduan Konvergensi... · TP : Tugas...

96

Transcript of tnp2k.go.idtnp2k.go.id/filemanager/files/Rakornis 2018/Panduan Konvergensi... · TP : Tugas...

i

KATA PENGANTAR

Konvergensi percepatan pencegahan stunting adalah intervensi yang dilakukan secara terkoordinir, terpadu, dan bersama-sama mensasar kelompok sasaran prioritas yang tinggal di desa untuk mencegah stunting. Penyelenggaraan intervensi, baik gizi spesifik maupun gizi sensitif, secara konvergen dilakukan dengan mengintegrasikan dan menyelaraskan berbagai sumber daya untuk mencapai tujuan pencegahan stunting.

Dalam pelaksanaannya, upaya konvergensi percepatan pencegahan stunting dilakukan mulai pada tahap perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi.

Buku ini disusun agar seluruh OPD terkait memiliki panduan dalam melakukan konvergensi program/kegiatan terkait pencegahan stunting dalam lingkup wilayahnya.

Saya berharap pemerintah daerah dan para pimpinan OPD menggunakan buku ini sebagai acuan agar program/kegiatan pencegahan stunting di daerah dapat dilakukan secara konvergen.

Jakarta, November 2018

BAMBANG WIDIANTODeputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan/Sekretaris Eksekutif Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

v

DAFTAR SINGKATAN

ADD : Alokasi Dana DesaAPBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja DaerahAPBDesa : Anggaran Pendapatan dan Belanja DesaAPBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraASI : Air Susu IbuBappeda : Badan Perencanaan Pembangunan DaerahBKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana NasionalBPKAD : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset DaerahBPMD : Badan Pemberdayaan Masyarakat dan DesaBPNT : Bantuan Pangan Non TunaiDAK : Dana Alokasi KhususDAU : Dana Alokasi UmumDBH : Dana Bagi HasilDKP : Dinas Ketahanan PanganDinsos : Dinas SosialDPA : Dokumen Pelaksanaan AnggaranDPMD : Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan DesaDPRD : Dewan Perwakilan Rakyat DaerahGernas PPG : Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi HPK : Hari Pertama KehidupanIMD : Inisiasi Menyusui DiniJKN : Jaminan Kesehatan NasionalKB : Keluarga BerencanaKEK : Kurang Energi KronisKBD : Kebun Bibit DesaK/L : Kementerian/LembagaKIA : Kesehatan Ibu dan AnakKIE : Komunikasi Informasi Edukasi KUA : Kantor Urusan Agama KUA/PPAS : Kebijakan Umum Anggaran/ Prioritas dan Plafon Anggaran SementaraKPM : Kader Pembangunan Manusia

vi

KRPL : Kawasan Rumah Pangan LestariMI : Madrasah IbtidaiyahMPASI : Makanan Pendamping Air Susu IbuMusrenbang : Musyawarah Perencanaan PembangunanOPD : Organisasi Perangkat DaerahPAUD : Pendidikan Anak Usia DiniPKH : Program Keluarga HarapanPKK : Pembinaan Kesejahteraan KeluargaPMBA : Pemberian Makan Bayi dan AnakPMT : Pemberian Makanan TambahanPosyandu : Pos Pelayanan TerpaduRDS : Rumah Desa SehatRenja : Rencana KerjaRiskesdas : Riset Kesehatan DasarRKPD : Rencana Kerja Pembangunan DaerahRKPDesa : Rencana Kerja Pembangunan DesaRPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahRPJMDesa : Rencana Pembangunan Jangka DesaRPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah NasionalSD : Sekolah DasarSMP : Sekolah Menengah PertamaSMA : Sekolah Menengah Atas TP : Tugas PembantuanTTD : Tablet Tambah DarahUKS : Usaha Kesehatan Sekolah

vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR SINGKATANDAFTAR ISIDAFTAR TABELDAFTAR GAMBARDAFTAR KOTAKDAFTAR LAMPIRAN BAGIAN 1. PENDAHULUAN 1.1. Konteks Stunting di Indonesia 1.2. Konvergensi Upaya Percepatan Pencegahan Stunting BAGIAN 2. PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENCEGAHAN STUNTING 2.1. Skema Koordinasi 2.2. Peran Pemerintah Provinsi 2.3. Peran Pemerintah Kabupaten/Kota 2.4. Peran Pemerintah Desa 2.5. Peran Lembaga/Organisasi Non-Pemerintah BAGIAN 3. PERAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BAGIAN 4. PERAN DINAS KESEHATAN BAGIAN 5. PERAN DINAS PEKERJAAN UMUM BAGIAN 6. PERAN DINAS PENDIDIKAN BAGIAN 7. PERAN DINAS KETAHANAN PANGAN BAGIAN 8. PERAN DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA BAGIAN 9. PERAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH LAIN BAGIAN 10. KERANGKA PEMBIAYAAN 10.1. Sumber Pembiayaan 10.2. Mekanisme Konvergensi Pembiayaan

iv

viiviii

ixixix

11

2

111214151617

2125333741

45

51575761

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Intervensi Gizi Spesifik Percepatan Pencegahan Stunting Tabel 1.2. Intervensi Gizi Sensitif Percepatan Pencegahan Stunting

Tabel 4.1. Sumber Anggaran Kesehatan untuk Sasaran dan Intervensi Prioritas (Ibu Hamil, Ibu Menyusui dan Anak 0-23 Bulan) Tabel 4.2. Sumber Anggaran Kesehatan untuk Sasaran dan Intervensi Penting (Remaja Putri, Wanita Usia Subur, dan Anak 24-59 Bulan)

Tabel 5.1. Sumber Anggaran Intervensi Gizi Sensitif untuk Air Minum dan Sanitasi

Tabel 6.1. Sumber Anggaran Intervensi Gizi Sensitif untuk Pendidikan

Tabel 8.1. Sumber Anggaran Intervensi Gizi Spesifik di Tingkat Desa Tabel 8.2. Sumber Anggaran Intervensi Gizi Sensisitf di Tingkat Desa

Tabel 9.1. Organisasi Perangkat Daerah Lain dan Sumber Anggaran Intervensi Gizi Sensitif Tabel 9.2. Organisasi Perangkat Daerah Lain dan Kegiatan Terkait Intervensi Gizi Sensitif

46

26

28

34

38

4646

52

54

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Angka Prevalensi Stunting Berdasarkan Kelompok Pendapatan, Tahun 2007-2013 (persen)

Gambar 2.1. Delapan Aksi Konvergensi/Aksi Integrasi dan Penanggungjawab

Gambar 10.1. Sumber Pembiayaan Pemerintah untuk Pencegahan Stunting Gambar 10.2. Mekanisme Konvergensi Pembiayaan APBN Gambar 10.3. Alur Konvergensi Pembiayaan APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota

DAFTAR KOTAK

Kotak 10. 1. Sumber Pembiayaan Pencegahan Stunting

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Matriks Standar Intervensi GiziLampiran 2 Pemetaan Program/Kegiatan dan Anggaran Terkait Pencegahan Stunting

2

13

5862

64

60

69

78

x

xi

xii

Bagian 1.

PENDAHULUAN

1

1.1. Konteks Stunting di Indonesia

Stunting atau sering disebut kerdil atau pendek adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia 23 bulan. Anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badannya berada di bawah minus dua standar deviasi panjang atau tinggi anak seumurnya. Standar yang dimaksud terdapat pada buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan beberapa dokumen lainnya.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa sejak 2007 - 2013, angka prevalensi stunting tetap tinggi dan terjadi lintas kelompok pendapatan (Gambar 1.1). Data Riskesdas 2013 menemukan 37,2% atau sekitar 9 juta anak balita mengalami stunting. Pada 2018, Riskesdas mencatat penurunan prevalensi stunting pada balita ke 30,8%. Namun demikian, angka ini masih tergolong tinggi.

2

Gambar 1.1. Angka Prevalensi Stunting Berdasarkan Kelompok Pendapatan, Tahun 2007-2013 (persen)

Sejalan dengan inisiatif Percepatan Pencegahan Stunting, pemerintah meluncurkan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi (Gernas PPG) yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 42 tahun 2013 tentang Gernas PPG dalam kerangka 1.000 HPK. Pada tataran kebijakan, pemerintah memberikan perhatian besar terhadap pencegahan stunting. Indikator dan target pencegahan stunting telah dimasukkan sebagai sasaran pembangunan nasional dan tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.

1.2. Konvergensi Upaya Percepatan Pencegahan Stunting

Pencegahan stunting dilakukan melalui intervensi gizi yang terpadu, mencakup intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif. Pengalaman global menunjukkan bahwa penyelenggaraan intervensi yang terpadu untuk menyasar kelompok prioritas di lokasi prioritas merupakan kunci keberhasilan perbaikan gizi, tumbuh kembang anak, dan pencegahan stunting.

Sumber: Riskesdas, Kemenkes dan Susenas, BPS (diolah)

3

Intervensi gizi spesifik (Tabel 1.1.) menyasar penyebab stunting yang meliputi (i) kecukupan asupan makanan dan gizi, (ii) pemberian makan, perawatan dan pola asuh, dan (iii) pengobatan infeksi/penyakit. Terdapat tiga kelompok intervensi gizi spesifik1, yaitu:

1. Intervensi prioritas, yaitu intervensi yang diidentifikasi sebagai paling berdampak pada pencegahan stunting dan ditujukan untuk menjangkau semua sasaran prioritas.

2. Intervensi pendukung, yaitu intervensi yang berdampak pada masalah gizi dan kesehatan lain yang terkait stunting dan dilakukan setelah intervensi prioritas terpenuhi.

3. Intervensi prioritas sesuai kondisi, yaitu intervensi yang dilakukan sesuai dengan kondisi tertentu, termasuk untuk kondisi darurat bencana (program gizi darurat).

1 Intervensi gizi spesifik pencegahan stunting dijelaskan secara lebih detail dalam Lampiran 1

4

Kelompok Sasaran

Intervensi PrioritasIntervensi

Pendukung

Intervensi Prioritas Sesuai

Kondisi

Intervensi Gizi Spesifik – Sasaran Prioritas

Ibu hamil • Pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dari kelompok miskin

• Suplementasi tablet tambah darah

• Suplementasi kalsium

• Pemeriksaan kehamilan

• Perlindungan dari malaria

• Pencegahan HIV

Ibu menyusui dan anak 0-23 bulan

• Promosi dan konseling menyusui

• Promosi dan konseling pemberian makan bayi dan anak (PMBA)

• Tata laksana gizi buruk akut

• Pemberian makanan tambahan pemulihan bagi anak gizi kurang akut

• Pemantauan dan promosi pertumbuhan

• Suplementasi kapsul vitamin A

• Suplementasi taburia

• Imunisasi• Suplementasi

zinc untuk pengobatan diare

• Manajemen terpadu balita sakit (MTBS)

• Pencegahan kecacingan

Tabel 1.1. Intervensi Gizi Spesifik Percepatan Pencegahan Stunting

5

Kelompok Sasaran

Intervensi PrioritasIntervensi

Pendukung

Intervensi Prioritas Sesuai

Kondisi

Intervensi Gizi Spesifik – Sasaran Penting

Remaja dan wanita usia subur

• Suplementasi tablet tambah darah

Anak 24-59 bulan

• Tata laksana gizi buruk akut

• Pemberian makanan tambahan pemulihan bagi anak gizi kurang akut

• Pemantauan dan promosi pertumbuhan

• Suplementasi kapsul vitamin A

• Suplementasi taburia

• Suplementasi zinc untuk pengobatan diare

• Manajemen terpadu balita sakit (MTBS)

• Pencegahan kecacingan

Sumber: Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting, 2018-2024

Intervensi gizi sensitif (Tabel 1.2.) mencakup: (i) peningkatan akses pangan bergizi; (ii) peningkatan kesadaran, komitmen dan praktik pengasuhan gizi ibu dan anak; (iii) peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan; dan (iv) peningkatan penyediaan air bersih dan sarana sanitasi. Intervensi gizi sensitif umumnya dilaksanakan di luar Kementerian Kesehatan. Sasaran intervensi gizi sensitif adalah keluarga dan masyarakat umum. Program/kegiatan intervensi gizi sensitif dapat ditambah dan disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat.

6

Kelompok Intervensi Jenis Intervensi

Peningkatan penyediaan air minum dan sanitasi

• Akses air minum yang aman• Akses sanitasi yang layak

Peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan

• Akses pelayanan Keluarga Berencana (KB)• Akses Jaminan Kesehatan (JKN)• Akses bantuan uang tunai untuk keluarga

kurang mampu (PKH)

Peningkatan kesadaran, komitmen, dan praktik pengasuhan dan gizi ibu dan anak

• Penyebarluasan informasi melalui berbagai media

• Penyediaan konseling perubahan perilaku antar pribadi

• Penyediaan konseling pengasuhan untuk orang tua

• Penyediaan akses Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), promosi stimulasi anak usia dini, dan pemantauan tumbuh-kembang anak

• Penyediaan konseling kesehatan dan reproduksi untuk remaja

• Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak

Peningkatan akses pangan bergizi

• Akses Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) untuk keluarga kurang mampu

• Akses fortifikasi bahan pangan utama (garam, tepung terigu, minyak goreng)

• Akses kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)

• Penguatan regulasi mengenai label dan iklan pangan

Sumber: Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting, 2018-2024

Tabel 1.2. Intervensi Gizi Sensitif Percepatan Pencegahan Stunting

7

Upaya percepatan pencegahan stunting akan lebih efektif apabila intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif dilakukan secara konvergen. Konvergensi penyampaian layanan membutuhkan keterpaduan proses perencanaan, penganggaran, dan pemantauan program/kegiatan pemerintah secara lintas sektor untuk memastikan tersedianya setiap layanan intervensi gizi spesifik kepada keluarga sasaran prioritas dan intervensi gizi sensitif untuk semua kelompok masyarakat, terutama masyarakat miskin.

Dengan kata lain, konvergensi didefinisikan sebagai sebuah pendekatan intervensi yang dilakukan secara terkoordinir, terpadu, dan bersama-sama pada target sasaran wilayah geografis dan rumah tangga prioritas untuk mencegah stunting. Penyelenggaraan intervensi secara konvergen dilakukan dengan menggabungkan atau mengintegrasikan berbagai sumber daya untuk mencapai tujuan bersama.

Upaya konvergensi akan terwujud apabila:1. Program/kegiatan Nasional, daerah, dan desa sebagai penyedia layanan

intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif dilaksanakan secara terpadu dan terintegrasi sesuai kewenangan.

2. Layanan dari setiap intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif tersedia dan dapat diakses bagi kelompok masyarakat yang membutuhkan, terutama rumah tangga 1.000 HPK (ibu hamil, ibu menyusui dan anak usia 0-23 bulan).

3. Kelompok sasaran prioritas menggunakan dan mendapatkan manfaat dari layanan tersebut.

Upaya konvergensi percepatan pecegahan stunting dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi program/kegiatan.

Pada tahap perencanaan, konvergensi diarahkan pada upaya penajaman proses perencanaan dan penganggaran regular yang berbasis data dan informasi faktual agar program dan kegiatan yang disusun lebih tepat sasaran melalui: (i) pelaksanaan analisis situasi awal; (ii) pelaksanaan rembuk stunting; dan (iii) penyusunan rencana kerja. Analisis situasi awal dan rembuk stunting dilakukan untuk mengetahui kondisi stunting di wilayah kabupaten/kota, penyebab utama, dan identifikasi program/kegiatan yang selama ini sudah

8

dilakukan. Dari analisis ini diharapkan dapat menentukan program/kegiatan, kelompok sasaran, sumber pendanaan2 dan lokasi upaya percepatan pencegahan stunting di daerah, yang kemudian diterjemahkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Kerja Organisasi Perangkat daerah (OPD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Pada tahap pelaksanaan, konvergensi diarahkan pada upaya untuk melaksanakan intervensi gizi spesifik dan sensitif secara bersama dan terpadu di lokasi yang telah disepakati bersama, termasuk didalamnya mendorong penggunaan dana desa untuk percepatan pencegahan stunting dan mobilisasi Kader Pembangunan Manusia (KPM).

Sedangkan pada tahap pemantauan dan evaluasi, konvergensi dilakukan melalui pelaksanaan pemantauan yang dilakukan bersama dengan menggunakan mekanisme dan indikator yang terkoordinasikan dengan baik secara berkelanjutan. Sehingga hasil pemantauan dan evaluasi dapat dijadikan acuan bagi semua pihak yang terkait untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan upaya percepatan pencegahan stunting dan memberikan masukan bagi tahap perencanaan dan penganggaran selanjutnya.

2 Hasil dari ketiga aksi konvergensi dapat terlihat pada Lampiran 2

9

10

Bagian 2.

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENCEGAHAN STUNTING

11

Pemerintah telah menetapkan Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting yang terdiri dari lima pilar pencegahan stunting, yaitu: (i) Komitmen dan visi kepemimpinan; (ii) Kampanye nasional dan komunikasi perubahan perilaku; (iii) Konvergensi program pusat, daerah, dan desa; (iv) Ketahanan pangan dan gizi; dan (v) Pemantauan dan evaluasi. Strategi ini diselenggarakan di semua tingkatan pemerintah dengan melibatkan berbagai institusi pemerintah yang terkait dan institusi non-pemerintah, seperti swasta, masyarakat madani, dan komunitas.

Pencegahan stunting menjadi prioritas nasional yang juga harus menjadi prioritas dari setiap tingkat pemerintahan dalam penyusunan rencana dan anggaran pembangunan nasional maupun daerah. Untuk mencapai hasil yang optimal berdasarkan prinsip efisien dan efektif dalam pencegahan stunting, dipandang perlu dilakukan konvergensi dalam program/kegiatan dan sumber pembiayaan pada lokasi desa yang telah ditetapkan.

12

2.1. Skema Koordinasi

Upaya konvergensi pencegahan stunting merupakan pendekatan intervensi yang dilakukan secara terkoordinir, terpadu, dan bersama-sama. Upaya ini harus melibatkan lintas sektor dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kegiatan. Pemerintah daerah bertanggungjawab dalam memastikan intervensi lintas sektor untuk pencegahan stunting dapat dilaksanakan secara efektif di tingkat provinsi, kabupaten/kota sampai dengan tingkat desa.

Upaya konvergensi percepatan pencegahan stunting dilaksanakan mengikuti siklus perencanaan dan penganggaran pembangunan di daerah untuk memastikan:

a. Perencanaan kegiatan pencegahan stunting dilakukan dengan berbasis data.

b. Intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif dialokasikan dalam dokumen perencanaan dan penganggaran.

c. Pemantauan secara terpadu dan melakukan penyesuaian pelaksanaan program/kegiatan berdasarkan temuan di lapangan untuk meningkatkan kualitas dan cakupan intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif.

d. Sistem manajemen data yang baik untuk mengukur hasil-hasil pelaksanaan program/kegiatan.

e. Hasil evaluasi kinerja digunakan sebagai dasar perencanaan dan penganggaran tahun berikutnya.

Untuk memastikan konvergensi percepatan pencegahan stunting tercapai secara efektif dan efisien, perlu dilakukan 8 (delapan) Aksi Konvergensi/Aksi Integrasi3, seperti dapat dilihat pada Gambar 2.1 dibawah ini.

3 Penjelasan lebih detil mengenai 8 (delapan) Aksi Konvergensi/Aksi Integrasi dapat dilihat dalam buku Petunjuk Teknis Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Aksi 1-8.

13

12

34

5

Pe

rbu

p/

Pe

rwal

ite

nta

ng

Pe

ran

De

sa

Re

mb

uk

Stu

nti

ng

Re

nca

na

Ke

gia

tan

An

ali

sis

Sit

ua

siP

em

bin

aan

Ka

de

r P

em

ban

gu

nan

M

anu

sia

67

8

Sis

tem

Man

aje

me

n D

ata

Pe

ng

uku

ran

da

nP

ub

lika

siD

ata

Stu

nti

ng

Re

viu

Kin

erj

aT

ahu

nan

M

en

gid

en

tifi

kasi

se

bar

an

pre

vale

nsi

stunting

, ke

ters

ed

iaan

p

rog

ram

, dan

p

rakt

ek

man

aje

me

n

laya

nan

di

kab

/ko

ta

Bap

pe

da

(ko

ord

inat

or)

dan

OP

D la

in

T

ind

akla

nju

tka

b/

kota

un

tuk

me

real

isas

ikan

has

ilre

kom

en

das

id

arit

ahap

anal

isis

situ

asi

B

app

ed

a(k

oo

rdin

ato

r)d

anO

PD

lain

P

ert

em

uan

linta

sO

PD

dan

mas

yara

kat

un

tuk

me

mas

tikan

terja

din

yako

nve

rge

nsi

pro

gra

m/

keg

iata

nd

anp

em

bia

yaan

S

ekd

a

M

em

be

rikan

kep

astia

nh

uku

mya

ng

dig

un

akan

seb

agai

ruju

kan

ole

hD

esa

un

tuk

me

ren

can

akan

, me

ng

ang

gar

kan

dan

me

laks

anak

anp

rog

ram

/ke

gia

tan

D

inas

PM

D/

BP

MD

M

em

bin

aka

de

rp

em

ban

gu

nan

yan

g b

era

sal

dar

ikad

er

po

syan

du

,g

uru

PA

UD

,d

anka

de

rla

inn

yad

itin

gka

tde

sa

Din

asP

MD

/B

PM

D

P

en

ge

lola

and

ata

di t

ang

kat

kab

up

aten

/ko

ta

hin

gg

ad

esa

yan

g a

kan

dig

un

akan

un

tuk

me

du

kun

gp

ela

ksan

aan

inte

rve

nsi

giz

isp

esi

fikd

anse

niti

f

Bap

pe

da

(ko

ord

inat

or)

dan

OP

D la

in

KAB/

KOTA

M

en

gu

kur d

an

me

mp

ub

likas

ika

n a

ng

ka

pre

vale

nsi

stuntin

g ti

ng

kat

de

sa h

ing

ga

kab

up

ate

n/

ko

ta

D

inas

Ke

seh

atan

P

en

ilaia

n

Pe

me

rinta

h

Kab

/K

ota

te

rkai

t p

en

ceg

ahan

stunting

se

lam

a 1

tah

un

tera

khir

S

ekd

a d

an

Bap

pe

da

(ko

ord

inat

or)

dan

OP

D

Gam

bar 2

.1. D

elap

an A

ksi K

onve

rgen

si/A

ksi I

nteg

rasi

dan

Pen

angg

ungj

awab

Sum

ber:

Petu

njuk

Tekn

is Pe

dom

an P

elak

sana

an In

terv

ensi

Penu

runa

n St

untin

g Te

rinte

gras

i Aks

i 1-8

, Nov

embe

r 201

8

14

2.2. Peran Pemerintah Provinsi

Dalam rangka percepatan pencegahan stunting di daerah, pemerintah provinsi mempunyai peran yang strategis, sebagai berikut:

a. Mensosialisasikan kebijakan prioritas pembangunan nasional terkait dengan upaya percepatan pencegahan stunting.

b. Merumuskan kebijakan daerah yang mendukung upaya percepatan pencegahan stunting di wilayah di provinsi.

c. Memberi bantuan tenaga teknis dan pelatihan untuk memperkuat kapasitas kabupaten/kota dalam melaksanakan Aksi Konvergensi/Aksi Integrasi.

d. Mendorong Bupati/Walikota berkomitmen dan melaksanakan secara aktif upaya pencegahan stunting.

e. Mendorong pemerintah kabupaten/kota untuk menyiapkan sistem manajemen data yang tekait dengan pencegahan stunting.

f. Memastikan hasil rembuk stunting berupa program/kegiatan sudah diakomodir dalam RKPD kabupaten/kota. Peran ini dilakukan pada saat evaluasi rancangan peraturan bupati/walikota tentang RKPD kabupaten/kota.

g. Meningkatkan koordinasi antara OPD provinsi dengan OPD kabupaten/kota yang terkait dengan pelaksanaan Aksi Konvergensi/Aksi Integrasi.

h. Memastikan program/kegiatan terkait dengan intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif yang merupakan kewenangan provinsi dalam upaya percepatan pencegahan stunting pada rencana pembangunan daerah.

i. Mengalokasikan belanja bantuan khusus untuk kabupaten/kota dan desa yang kurang mampu dari aspek pendanaan, dalam upaya percepatan pencegahan stunting.

j. Memastikan intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif tepat lokasi desa dan tepat kelompok sasaran. Peran ini dilakukan pada waktu evaluasi rancangan Peraturan Daerah tentang APBD kabupaten/kota.

k. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan pencegahan stunting oleh kabupaten/kota secara berkala.

l. Melakukan penilaian kinerja kabupaten/kota dalam percepatan pencegahan stunting sebagai wakil Pemerintah di wilayahnya masing-masing.

15

2.3. Peran Pemerintah Kabupaten/Kota

Untuk menyelenggarakan intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif secara konvergen agar tepat melayani kelompok sasaran dan tepat lokasi desa, pemerintah kabupaten/kota mempunyai peran yang strategis, sebagai berikut:

a. Merumuskan kebijakan daerah yang mendukung upaya percepatan pencegahan stunting, termasuk peningkatan peran camat dalam mengoordinasikan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian percepatan pencegahan stunting di wilayahnya.

b. Mensosialisasikan kebijakan terkait upaya percepatan pencegahan stunting sebagai salah satu prioritas pembangunan nasional, khususnya kepada kecamatan dan desa.

c. Mencanangkan komitmen bersama antara pemerintahan daerah, desa, dan unsur masyarakat untuk mendukung penuh upaya percepatan pencegahan stunting secara konsisten dan berkelanjutan.

d. Menyelenggarakan pelatihan untuk peningkatan kapasitas OPD kabupaten/kota terkait dan aparat desa dalam melaksanakan Aksi Konvergensi/Aksi Integrasi pencegahan stunting.

e. Meningkatkan dan/atau membangun sistem manajemen data yang terkait dengan pencegahan stunting.

f. Meningkatkan koordinasi dengan K/L, provinsi, desa, dan pihak lainnya yang terkait dalam pelaksanaan Aksi Konvergensi/Aksi Integrasi pencegahan stunting.

g. Menyelenggarakan rembuk stunting tahunan dengan melibatkan unsur OPD provinsi terkait, desa, masyarakat, dan pihak lainnya yang terkait dengan upaya pencegahan stunting.

h. Memastikan rencana program/kegiatan untuk intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif hasil rembuk stunting yang telah disepakati, dimuat dalam RKPD/Renja OPD.

i. Mengalokasikan dana bantuan khusus bagi desa-desa yang kurang mampu dari aspek pendanaan, dalam upaya pencegahan stunting.

j. Memaksimalkan pemanfaatan APBD dan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk program layanan intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif, melalui proses penetapan DPA OPD.

16

k. Memastikan bahwa APB-Desa telah sesuai dengan kebijakan bupati/walikota tentang upaya percepatan pencegahan stunting, serta serasi dan sinergi dengan program/kegiatan dalam RKPD kabupaten/kota. Peran ini dilaksanakan pada saat evaluasi rancangan peraturan desa tentang APB-Desa.

l. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan pencegahan stunting yang dilakukan oleh desa.

m. Melakukan penilaian kinerja desa dalam pencegahan stunting sebagai tugas pembinaan dan pengawasan.

n. Mempublikasikan hasil capaian kinerja pencegahan stunting di wilayahnya.o. Mengoordinasikan bantuan dari masyarakat, dunia usaha, donor, serta

pihak lainnya yang terkait dalam upaya pencegahan stunting ke kelompok sasaran dan lokasi desa.

p. Bertanggung jawab untuk meningkatkan pelayanan intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif kepada kelompok sasaran.

2.4. Peran Pemerintah Desa

Berdasarkan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Desa berkewajiban mendukung kegiatan-kegiatan pembangunan yang menjadi program prioritas nasional, provinsi, maupun kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya. Dengan demikian desa perlu menyusun program/kegiatan yang relevan dengan pencegahan stunting, yang didanai oleh Dana Desa. Adapun peran pemerintah desa untuk mendukung pencegahan stunting, adalah sebagai berikut:

a. Mensosialisasikan kebijakan pencegahan stunting kepada masyarakat.b. Melakukan pendataan4 terhadap kelompok sasaran, permasalahan terkait

stunting, cakupan layanan dasar kepada masyarakat, kondisi penyedia layanan,dan sebagainya .

c. Pembentukan dan pengembangan Rumah Desa Sehat (RDS) sebagai sekretariat bersama yang berfungsi untuk ruang belajar bersama, penggalian aspirasi, aktualisasi budaya, aktivitas kemasyarakatan, akses informasi serta forum masyarakat peduli kesehatan, pendidikan dan sosial.

4 Detil kebutuhan data dapat dilihat dalam Kartu Skor Desa (Village Scorecard) yang termuat dalam Buku Panduan Fasilitasi Konvergensi Pencegahan Stunting di Desa (Kemendesa, 2018).

17

d. Menyelenggarakan rembuk stunting desa.e. Tersusunnya rencana aksi pencegahan stunting di desa dan daerah.f. Menyiapkan Kader Pembangunan Manusia (KPM) dan pelaku desa lainnya

yang terkait dengan pencegahan stunting.g. Meningkatkan pelayanan posyandu, peningkatan layanan kegiatan

pengasuhan, penyuluhan pola hidup sehat pada PAUD, dan lainnya dalam upaya pencegahan stunting.

h. Meningkatkan atau membangun sarana dan prasarana intervensi gizi sensitif sesuai dengan kewenangannya.

i. Meningkatkan kapasitas aparat desa, KPM, dan masyarakat melalui pelatihan yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun lembaga non pemerintah lainnya.

j. Pemantauan pelaksanaan program/kegiatan pencegahan stunting, serta pengisian dan pelaporan scorecard desa kepada OPD terkait.

k. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pencegahan stunting, mengukur capaian kinerja desa, dan melaporkan kepada bupati/walikota melalui camat.

l. Melakukan pemutahiran data secara berkala sebagai dasar penyusunan rencana program/kegiatan pencegahan stunting tahun berikutnya.

2.5. Peran Lembaga/Organisasi Non-Pemerintah

Untuk mensukseskan upaya percepatan pencegahan stunting di Indonesia, seyogyanya Pemerintah, pemerintah daerah, maupun pemerintah desa memberi ruang kepada lembaga/organisasi non pemerintah seperti antara lain masyarakat madani, perguruan tinggi, dunia usaha, maupun donor untuk berperan aktif membantu pemerintah mendukung program/kegiatan terkait dengan intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif pada lokasi desa yang telah disepakati bersama dengan pemerintah kabupaten/kota. Peran aktif yang dapat dilakukan oleh lembaga/organisasi non-pemerintah dimaksud dapat berupa bantuan:

a. Pendanaan.b. Tenaga ahli.c. Pelatihan kepada aparat.d. Penyuluhan dan pendampingan.

18

e. Kampanye pola hidup sehat.f. Peralatan.g. Bangunan dan atau bahan bangunan.h. Penyaluran obat-obatan, bahan makanan, dan vitamin.i. Dan sebagainya.

Dalam rangka efektivitas dan efisiensi pemberian bantuan, pemerintah daerah perlu melakukan sosialisasi, koordinasi, dan mengarahkan lembaga/organisasi non-pemerintah, agar jenis bantuannya diarahkan tepat kepada kelompok sasaran di lokasi desa. Adapun mekanisme pemberian bantuan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan.

19

20

Bagian 3.

PERAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

21

Badan perencanaan pembangunan daerah (Bappeda) atau nama lainnya selaku koordinator perencanaan dan penganggaran serta pengendalian dan evaluasi pembangunan daerah, mempunyai peran strategis dalam upaya percepatan pencegahan stunting. Bappeda atau nama lainnya di tingkat provinsi dan kabupaten/kota memiliki sejumlah peran dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan, serta pemantauan dan evaluasi, seperti diuraikan di bawah ini.

Tahap Perencanaan

Secara umum, Bappeda atau nama lainnya di tingkat provinsi dan kabupaten/kota sesuai kewenangannya memiliki peran antara lain:

1. Menyusun dan mensosialisasikan kebijakan daerah yang mendukung upaya pencegahan stunting.

2. Mengawal konsistensi program/kegiatan, indikator, dan lokasi dalam KUA/PPAS dengan RKPD.

3. Berkoordinasi dengan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) dalam memverifikasi kesesuaian program/kegiatan, indikator, dan lokasi dalam rancangan dokumen penggunaan anggaran (DPA) OPD dengan RKPD/Renja OPD.

22

Secara lebih spesifik, Bappeda atau nama lainnya di tingkat provinsi berperan dalam melakukan koordinasi dengan OPD terkait untuk memastikan program/kegiatan, indikator, pendanaan, dan lokasi terkait dengan pencegahan stunting sudah konvergen dan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Hal ini dilakukan pada saat evaluasi rancangan peraturan bupati/walikota tentang RKPD kabupaten/kota.

Pada saat yang sama, Bappeda atau nama lainnya di tingkat kabupaten/kota memiliki peran sebagai berikut:

1. Melakukan koordinasi dengan OPD dalam merumuskan usulan desa terkait dengan intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif, untuk disesuaikan dengan kewenangan kabupaten/kota.

2. Berkoordinasi dengan Sekretariat Daerah (Setda) untuk mempersiapkan pelaksanaan rembuk stunting pada forum lintas OPD dengan melibatkan OPD provinsi, pemerintahan desa, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan perwakilan unsur masyarakat.

3. Mengkoordinir penyiapan proposal pengajuan DAK oleh OPD terkait.4. Memastikan program/kegiatan, indikator, pendanaan, dan lokasi dalam

rancangan rencana kerja (Renja) OPD terkait dengan pencegahan stunting, sudah sesuai dengan peraturan bupati/ walikota tentang RKPD, pada saat evaluasi rancangan akhir renja OPD.

Tahap Pelaksanaan

Dalam tahap pelaksanaan, Bappeda atau nama lainnya di tingkat provinsi dan kabupaten/kota sesuai kewenangannya memiliki peran antara lain:

1. Mengoordinasikan pelaksanaan Aksi Konvergensi/Aksi Integrasi.2. Berkoordinasi dengan OPD yang mempunyai lingkup tugas dan fungsi

dalam bidang komunikasi, informasi, dan statistik serta OPD terkait lainnya dalam peningkatan atau pembangunan sistem manajeman data stunting.

3. Berkoordinasi dengan OPD dalam pengawasan dan pemantauan pelaksanaan kegiatan, serta perumusan strategi pemecahan masalah.

Tahap Pemantauan dan Evaluasi

Bappeda atau nama lainnya di tingkat provinsi dan kabupaten/kota sesuai kewenangannya, dalam tahap pemantauan dan evaluasi, berkoordinasi dengan OPD terkait dalam penyusunan laporan hasil capaian kinerja pencegahan stunting pada tingkat kabupaten/kota dan desa.

23

24

Bagian 4.

PERAN DINASKESEHATAN

25

Dinas Kesehatan (Dinkes) memiliki tugas utama dan kewenangan di sektor kesehatan, memegang peranan penting dalam upaya percepatan pencegahan stunting di tingkat kabupaten/kota, utamanya terkait dengan berbagai intervensi gizi spesifik.

Dalam melaksanakan intervensi gizi spesifik, Dinkes harus memastikan alokasi anggaran untuk program/kegiatan yang terkait dengan intervensi prioritas untuk sasaran prioritas terpenuhi. Selanjutnya, intervensi pendukung dapat dilakukan apabila intervensi prioritas telah terpenuhi. Untuk wilayah-wilayah tertentu seperti wilayah endemi, rawan pangan, atau terkena bencana, perlu memprioritaskan intervensi yang sesuai dengan kondisinya.

Pembiayaan untuk setiap program/kegiatan tersebut dapat diambil dari berbagai sumber anggaran tingkat pemerintahan sesuai dengan kewenangan masing-masing, seperti dapat dilihat pada Tabel 4.1. di bawah ini.

26

Sasaran Prioritas Jenis IntervensiSumber

Anggaran

Ibu Hamil Intervensi Prioritas

Pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dari kelompok miskin

APBN, APBD, DAK, Dana Desa

Suplementasi tablet tambah darah

APBN, APBD, DAK

Intervensi Pendukung

Suplementasi kalsium

APBN, APBD, DAK

Pemeriksaan kehamilan

APBN, APBD, DAK

Intervensi Prioritas sesuai Kondisi

Perlindungan dari malaria

APBN, APBD, DAK

Pencegahan HIV APBN, APBD, DAK

Ibu menyusui dan anak usia 0-23 bulan

Intervensi Prioritas

Promosi dan konseling menyusui

APBN, APBD, DAK

Promosi dan konseling pemberian makan bayi dan anak (PMBA)

APBN, APBD, DAK

Tata laksana gizi buruk akut

APBN, APBD, DAK, Dana Desa

Tabel 4.1. Sumber Anggaran Kesehatan untuk Sasaran dan Intervensi Prioritas (Ibu Hamil, Ibu Menyusui dan Anak 0-23 Bulan)

27

Sasaran Prioritas Jenis IntervensiSumber

Anggaran

Pemberian makanan tambahan pemulihan bagi anak gizi kurang akut

APBN, APBD, DAK, Dana Desa

Pemantauan dan promosi pertumbuhan

APBN, APBD, DAK, Dana Desa

Intervensi Pendukung

Suplementasi kapsul vitamin A

APBN, APBD, DAK

Suplementasi taburia

APBN

Imunisasi APBN, APBD, DAK

Suplementasi zinc untuk pengobatan diare

ABPN, APBD, DAK

Manajemen terpadu balita sakit (MTBS)

APBN, APBD, DAK

Intervensi Prioritas sesuai Kondisi

Pencegahan kecacingan

APBN, APBD, DAK

28

Intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif juga dilakukan pada kelompok sasaran penting, yaitu remaja putri dan wanita usia subur serta anak usia 24-59 bulan, seperti yang dijelaskan pada Tabel 4.2. di bawah ini.

Sasaran Penting Jenis IntervensiSumber

Anggaran

Remaja putri dan wanita usia subur

Intervensi Prioritas

Suplementasi tablet tambah darah

APBN, APBD, DAK

Intervensi Pendukung

Intervensi Prioritas sesuai Kondisi

Anak usia 24-59 bulan

Intervensi Prioritas

Tata laksana gizi buruk akut

APBN, APBD, DAK

Pemberian makanan tambahan pemulihan bagi anak gizi kurang akut

APBN, APBD, DAK, Dana Desa

Pemantauan dan promosi pertumbuhan

APBN, APBD, DAK, Dana Desa

Intervensi Pendukung

Suplementasi kapsul vitamin A

APBN, APBD, DAK

Tabel 4.2. Sumber Anggaran Kesehatan untuk Sasaran dan Intervensi Penting (Remaja Putri, Wanita Usia Subur, dan Anak 24-59 Bulan)

29

Sasaran Penting Jenis IntervensiSumber

Anggaran

Suplementasi taburia

APBN

Suplementasi zinc untuk pengobatan diare

APBN, APBD, DAK

Manajemen terpadu balita sakit (MTBS)

APBN, APBD, DAK

Intervensi Prioritas sesuai Kondisi

Pencegahan kecacingan

APBN, APBD, DAK

Untuk memastikan intervensi gizi spesifik tersebut dapat diakses dan dimanfaatkan oleh kelompok sasaran dan konvergensi upaya pencegahan stunting di tingkat kabupaten/kota berjalan secara optimal, Dinkes provinsi dan kabupaten/kota perlu melakukan sejumlah peran sesuai dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, serta pemantauan dan evaluasi.

Tahap Perencanaan

Secara umum, Dinkes provinsi dan kabupaten/kota sesuai kewenangannya memiliki peran dalam menyusun dan mensosialisasikan kebijakan daerah, memadukan sumber pendanaan, serta mengembangkan sistem manajemen data terkait pencegahan stunting.

30

Secara lebih spesifik, beberapa peran kunci yang dapat dilakukan oleh Dinkes adalah sebagai berikut:

1. Melakukan koordinasi dan bekerja sama, dengan OPD lain di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, utamanya untuk kegiatan yang beririsan dengan OPD lain, antara lain program peningkatan akses masyarakat terhadap sanitasi yang layak dan program kampanye perubahan perilaku.

2. Mengawal usulan rencana program/kegiatan terkait pencegahan stunting masuk dalam rencana pembangunan daerah, di bawah koordinasi Bappeda.

3. Mendorong munculnya riset di masyarakat terkait dengan pelacakan akar masalah stunting maupun intervensi yang bersifat lokal sesuai dengan konteks di daerah setempat.

Tahap Pelaksanaan

Secara umum, Dinkes provinsi dan kabupaten/kota sesuai kewenangannya berperan mengoordinasikan pelaksanaan dan pengendalian program/kegiatan terkait pencegahan stunting, mengidentifikasi kendala dan strategi mengatasinya, serta menyusun laporan perkembangan pelaksanaan program/kegiatan secara berkala.

Secara lebih spesifik, beberapa peran kunci yang dapat dilakukan oleh Dinkes adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan sosialisasi kebijakan pencegahan stunting kepada masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.

2. Pembinaan kepada UPT kesehatan dalam peningkatan status gizi dan pengetahuan gizi masyarakat.

3. Melaksanakan strategi promosi kesehatan. 4. Mendorong kebijakan di daerah terkait strategi komunikasi perubahan

perilaku dan komunikasi antar pribadi yang disesuaikan dengan konteks lokal.

5. Mengembangkan sistem surveilans gizi lokal disertai dengan sistem deteksi kasus dan rujukan yang akurat, cepat dan memadai.

6. Pemberian suplementasi gizi pada ibu hamil dan balita.

31

7. Penyediaan Makanan Tambahan (PMT) bagi ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan balita kekurangan gizi.

8. Penyediaan dan pendistribusian suplementasi gizi mikro pada remaja putri, wanita usia subur, ibu hamil, dan bayi di bawah lima tahun.

9. Meningkatkan pelayanan persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.10. Berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dalam pelaksanaan

program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).11. Penyediaan layanan pengendalian penyakit filariasis dan kecacingan.

Tahap Pemantauan dan Evaluasi

Secara umum pada tahapan pemantauan dan evaluasi, Dinkes provinsi dan kabupaten/kota sesuai kewenangannya memiliki peran dalam melaksanakan pemantauan dan evaluasi hasil akhir rencana sebagai dasar mengukur capaian kinerja, untuk selanjutnya menyusun laporan hasil pemantauan dan evaluasi, serta capaian kinerjanya.

32

Bagian 5.

PERAN DINAS PEKERJAAN UMUM

33

Dalam upaya pencegahan stunting, Dinas Pekerjaan Umum (DPU) atau nama lainnya memiliki peran yang penting dalam penangangan intervensi gizi sensitif, khususnya (i) peningkatan pelayanan penyediaan air bersih, dan (ii) sarana sanitasi.

Dalam tahap perencanaan program/kegiatan terkait intervensi gizi sensitif, DPU atau nama lainnya perlu berkoordinasi dengan dinas lainnya, seperti Dinas Kesehatan, dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Koordinasi lintas OPD diperlukan untuk memastikan keselarasan program/kegiatan, target sasaran, dan lokus.

Pelibatan OPD di tingkat provinsi, yaitu Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Dinas Kehutanan juga diperlukan untuk memastikan prasyarat program/kegiatan, seperti tersedianya sumber air bersih.

34

Pembiayaan intervensi gizi sensitif berasal dari berbagai sumber anggaran tingkat pemerintahan sesuai dengan kewenangan masing-masing, sebagaimana dijelaskan pada tabel 5.1. dibawah ini.

Kelompok Intervensi Jenis Intervensi Sumber Anggaran

Peningkatan penyediaan air minum dan sanitasi

• Akses air minum yang aman

APBN, APBD, DAK, Dana Desa

• Akses sanitasi yang layak

APBN, APBD, DAK, Dana Desa

Tabel 5.1. Sumber Anggaran Intervensi Gizi Sensitif untuk Air Minum dan Sanitasi

Untuk memastikan konvergensi upaya pencegahan stunting, terutama intervensi gizi sensitif berjalan optimal, Dinas Pekerjaan Umum atau nama lainnya di provinsi dan kabupaten/kota perlu menjalankan sejumlah peran sesuai dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, serta pemantauan dan evaluasi.

Tahap Perencanaan

Dinas Pekerjaan Umum (DPU) atau nama lainnya di provinsi dan kabupaten/kota sesuai kewenangannya memiliki peran dalam menyusun dan mensosialisasikan kebijakan daerah, memadukan sumber pendanaan, serta berkoordinasi dengan OPD lainnya dalam perumusan usulan desa terkait pencegahan stunting.

Secara lebih spesifik, beberapa peran kunci DPU kabupaten/kota atau nama lainnya adalah sebagai berikut:

1. Berkoordinasi dengan OPD lain, seperti Dinas Kesehatan dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa atau nama lainnya di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota untuk penyusunan kegiatan yang beririsan, antara lain program peningkatan akses masyarakat terhadap sanitasi layak dan penyediaan air bersih.

35

2. Menyusun rencana program/kegiatan, indikator, pendanaan, dan lokasi terkait pencegahan stunting dalam rangka penyusunan Renja OPD, untuk dibahas dalam rembuk stunting.

3. Mengawal usulan rencana program/kegiatan terkait pencegahan stunting masuk dalam rencana pembangunan daerah, di bawah koordinasi Bappeda.

Tahap Pelaksanaan

Secara umum, DPU atau nama lainnya di provinsi dan kabupaten/kota sesuai kewenangannya memiliki peran dalam mengoordinasikan pelaksanaan dan pengendalian program/kegiatan terkait pencegahan stunting, untuk kemudian menyusun laporan perkembangan pelaksanaan program/kegiatan, identifikasi kendala, dan strategi mengatasinya secara berkala.

Secara lebih spesifik, peran kunci DPU kabupaten/kota atau nama lainnya adalah mendorong partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan sarana dan prasarana air bersih (PAMSIMAS/SPAM Perdesaan) dan sanitasi perdesaan (Sanitasi Perdesaan Padat Karya).

Tahap Pemantauan dan Evaluasi

Secara umum, DPU atau nama lainnya di tingkat provinsi dan kabupaten/kota sesuai kewenangannya memiliki peran melaksanakan pemantauan dan evaluasi, serta menyusun laporan hasil pemantauan dan evaluasi yang juga memuat capaian kinerja pelaksanaan program/kegiatan terkait pencegahan stunting.

36

Bagian 6.

PERAN DINAS PENDIDIKAN

37

Dinas Pendidikan (Disdik) atau nama lainnya, selaku organisasi perangkat daerah (OPD) pelaksana urusan pemerintah bidang pendidikan, dalam upaya percepatan pencegahan stunting mempunyai tugas dan fungsi dalam:

1. Peningkatan akses pendidikan bagi masyarakat;2. Peningkatan kesadaran, komitmen dan praktik

pengasuhan dan gizi ibu dan anak; 3. Peningkatan kapasitas pendidik dan tenaga

kependidikan; dan4. Penetapan kurikulum muatan lokal dengan

memasukkan materi yang lebih berorientasi pada gizi.

Keempat aspek tersebut tercakup dalam intervensi gizi sensitif yang pembiayaannya berasal dari berbagai sumber, baik pemerintah maupun non-pemerintah sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Penjelasan jenis intervensi dan sumber pendanaan yang bersumber dari pemerintah dijelaskan pada Tabel 6.1. di bawah ini.

38

Kelompok Intervensi

Jenis Intervensi Sumber Anggaran

Peningkatan kesadaran, komitmen, dan praktik pengasuhan dan gizi ibu dan anak

• Penyediaan akses Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), promosi stimulasi anak usia dini, dan pemantauan tumbuh-kembang anak

APBN, APBD, DAK, Dana Desa

• Penyediaan konseling kesehatan dan reproduksi untuk remaja

APBN, APBD, DAK

Tabel 6.1. Sumber Anggaran Intervensi Gizi Sensitif untuk Pendidikan

Sesuai amanat peraturan perundangan, dalam urusan pendidikan, pemerintah provinsi mempunyai kewenangan di tingkat pendidikan menengah atas dan sederajat. Sedangkan pemerintah kabupaten/kota mempunyai kewenangan di tingkat pendidikan dasar, menengah pertama dan sederajat.

Sejalan dengan pendekatan konvergensi program/kegiatan pencegahan stunting yang digagas oleh Pemerintah, Disdik atau nama lainnya di tingkat provinsi dan kabupaten/kota memiliki peran dalam aspek perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan dan evaluasi.

Tahap Perencanaan

Dinas Pendidikan (Disdik) atau nama lainnya di provinsi dan kabupaten/kota, sesuai kewenangannya memiliki peran dalam menyusun, mensosialisasikan kebijakan daerah, dan memadukan sumber pendanaan.

Secara lebih spesifik, beberapa peran kunci yang dapat dilakukan oleh Disdik kabupaten/kota atau nama lainnya adalah sebagai berikut:

1. Berkoordinasi dengan dengan Dinas Kesehatan dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa untuk mempersiapkan program/kegiatan yang beririsan.

2. Menyusun rencana program/kegiatan, indikator, pendanaan, dan lokasi

39

terkait pencegahan stunting untuk dibahas dalam rembuk stunting.3. Mengawal usulan rencana program/kegiatan terkait pencegahan stunting

masuk dalam rencana pembangunan daerah, di bawah koordinasi Bappeda.

Tahap Pelaksanaan

Secara umum, Disdik atau nama lainnya di provinsi dan kabupaten/kota sesuai kewenangannya berperan dalam melakukan koordinasi pelaksanaan dan pengendalian program/kegiatan terkait pencegahan stunting, identifikasi kendala dan strategi mengatasinya secara berkala, serta menyusun laporan perkembangan pelaksanaan program/kegiatan.

Secara lebih spesifik, beberapa peran kunci yang dapat dilakukan oleh Disdik kabupaten/kota atau nama lainnya sesuai kewenangannya adalah sebagai berikut:

1. Berkoordinasi dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa atau nama lainnya dalam pelatihan bagi peningkatan kompetensi pendidik PAUD yang berorientasi gizi.

2. Bekerjasama dengan Dinas Kesehatan dalam memastikan penyelenggaraan kelas pengasuhan dalam kegiatan Posyandu.

3. Bekerjasama dengan Dinas Kesehatan dalam penyelenggaraan konseling kesehatan dan reproduksi kepada remaja di tingkat pendidikan menengah pertama dan sederajat.

4. Bekerjasama dengan Dinas Kesehatan untuk melakukan penguatan peran Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di setiap tingkatan pendidikan agar optimal.

Tahap Pemantauan dan Evaluasi

Dalam tahap pemantauan dan evaluasi, Disdik atau nama lainnya di provinsi dan kabupaten/kota sesuai kewenangannya memiliki peran dalam merancang metode pemantauan dan evaluasi, melaksanakan, serta menyusun laporan hasil pemantauan dan evaluasi hasil pelaksanaan program/kegiatan dan capaian kinerja Disdik terkait pencegahan stunting.

40

Bagian 7.

PERAN DINAS KETAHANAN PANGAN

41

Dinas Ketahanan Pangan (DKP) atau nama lainnya, memiliki mandat untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan.

Salah satu program yang dimiliki DKP atau nama lainnya terkait intervensi gizi sensitif adalah Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang telah diimplementasikan di sejumlah kabupaten/kota prioritas. Sumber pendanaan untuk program KRPL berasal dari APBN, APBD, DAK, dan sumber pendanaan lain yang sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.

Sejalan dengan pendekatan konvergensi program/kegiatan pencegahan stunting yang digagas oleh Pemerintah, DKP atau nama lainnya di tingkat provinsi dan kabupaten/kota memiliki peran dalam aspek perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan dan evaluasi.

42

Tahap Perencanaan

Secara umum, Dinas Ketahanan Pangan (DKP) atau nama lainnya di provinsi dan kabupaten/kota sesuai kewenangannya memiliki peran dalam menyusun dan mensosialisasikan kebijakan daerah terkait ketahanan pangan dalam upaya pencegahan stunting, memadukan sumber pendanaan, mengembangkan sistem manajemen data ketahanan pangan daerah, serta berkoordinasi dengan OPD maupun pihak lainnya sehubungan dengan fortifikasi bahan pangan utama.

Secara lebih spesifik, beberapa peran kunci yang dapat dilakukan oleh DKP kabupaten/kota sesuai kewenangannya adalah sebagai berikut:

1. Menyusun rencana program/kegiatan, indikator, pendanaan, dan lokasi untuk pencegahan stunting untuk di bahas dalam rembuk stunting, seperti:

• Kegiatan penyuluhan pemberian makanan tambahan berbasis pangan lokal.

• Pengembangan kawasan mandiri pangan dan/atau Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) secara berkelanjutan.

• Pembinaan terhadap kelompok tani, nelayan, peternak, dan kelompok lainnya.

• Program/kegiatan lainnya yang relevan dengan penguatan ketahanan pangan dan gizi, seperti pembagian bibit kepada kelompok tani.

2. Mengawal usulan rencana program/kegiatan terkait pencegahan stunting masuk dalam rencana pembangunan daerah, di bawah koordinasi Bappeda.

Tahap Pelaksanaan

Secara umum, DKP atau nama lainnya di provinsi dan kabupaten/kota sesuai kewenangannya berperan melakukan koordinasi pelaksanaan dan pengendalian program/kegiatan terkait pencegahan stunting, mengidentifikasi kendala dan strategi mengatasinya untuk selanjutnya menyusun laporan perkembangan pelaksanaan program/kegiatan secara berkala.

43

Secara lebih spesifik, beberapa peran kunci yang dapat dilakukan oleh DKP kabupaten/kota atau nama lainnya adalah sebagai berikut:

1. Memastikan ketersediaan dan rantai pasokan sumber daya yang dibutuhkan masyarakat.

2. Melakukan pembinaan, peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang berkelanjutan.

3. Mendorong partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Kawasan Mandiri Pangan yang berkelanjutan.

4. Bekerjasama dengan Dinas Kesehatan dalam kegiatan penyuluhan pemberian makanan tambahan (PMT) berbasis pangan lokal.

Tahap Pemantauan dan Evaluasi

Peran DKP atau nama lainnya di provinsi dan kabupaten/kota sesuai kewenangannya dalam tahapan ini adalah melaksanakan pemantauan dan evaluasi hasil akhir pelaksanaan, mengukur capaian kinerja, serta menyusun laporan hasil pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program/kegiatan.

44

Bagian 8.

PERAN DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKATDAN DESA

45

Desa merupakan satuan pemerintahan terkecil yang mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus pemerintahan dan kepentingan masyarakatnya. Keterlibatan Desa merupakan hal signifikan yang harus diperhitungkan dalam pelaksanaan program Pemerintah yang menjadikan masyarakat sebagai sasaran, termasuk upaya Pemerintah dalam melakukan percepatan pencegahan stunting di Desa. Alasannya, Pemerintahan Desa merupakan tingkatan pemerintahan yang paling dekat dengan masyarakat, yang dapat secara langsung dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan atau menyelesaikan permasalahan masyarakat yang berada dalam wilayah Desa.

Melalui konvergensi ini, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) atau nama lainnya, selaku OPD yang menangani urusan pemberdayaan masyarakat dan Desa, didorong untuk menjalankan tugas dan fungsinya dalam melakukan pembinaan, fasilitasi, dan pengawasan terkadap penyelenggaraan pemberdayaan dan pemerintahan Desa, khususnya, terkait dengan Program Percepatan Pencegahan Stunting di Desa.

46

Sesuai peraturan yang berlaku, Dinas PMD atau nama lainnya melalui pendamping desa dapat mendorong aparat desa untuk merencanakan dan menganggarkan program/kegiatan terkait pencegahan stunting menggunakan Dana Desa. Contoh jenis intervensi yang dapat dibiayai Dana Desa seperti terlihat dalam tabel 8.1. di bawah ini.

Sasaran Intervensi

Jenis IntervensiSumber

Anggaran

Ibu Hamil Intervensi Prioritas

Pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dari kelompok miskin

APBN, APBD, DAK, Dana Desa

Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-23 bulan

Intervensi Prioritas

Pemberian makanan tambahan pemulihan bagi anak gizi kurang akut

APBN, APBD, DAK, Dana Desa

Pemantauan dan promosi pertumbuhan

APBN, APBD, DAK, Dana Desa

Tabel 8.1. Sumber Anggaran Intervensi Gizi Spesifik di Tingkat Desa

Tabel 8.2. Sumber Anggaran Intervensi Gizi Sensitif di Tingkat Desa

Kelompok Intervensi Jenis Intervensi Sumber Anggaran

Peningkatan penyediaan air minum dan sanitasi

• Akses air minum yang aman

APBN, APBD, DAK, Dana Desa

• Akses sanitasi yang layak

APBN, APBD, DAK, Dana Desa

47

Kelompok Intervensi Jenis Intervensi Sumber Anggaran

Peningkatan kesadaran, komitmen, dan praktik pengasuhan dan gizi ibu dan anak

Penyediaan akses Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), promosi stimulasi anak usia dini, dan pemantauan tumbuh-kembang anak

APBN, APBD, DAK, Dana Desa

Untuk memastikan terjadinya konvergensi upaya pencegahan stunting, DPMD atau nama lainnya di provinsi dan kabupten/kota perlu menjalankan sejumlah peran sesuai dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, serta pemantauan dan evaluasi. Tahap Perencanaan

Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) atau nama lainnya di provinsi dan kabupaten/kota sesuai kewenangannya, memiliki peran dalam menyusun dan mensosialisasikan kebijakan daerah, memadukan sumber pendanaan, mengembangkan sistem manajemen data terkait pencegahan stunting, serta berkoordinasi dengan OPD maupun desa.

Secara lebih spesifik, peran kunci yang dapat dilakukan oleh DPMD kabupaten/kota atau nama lainnya sesuai kewenangannya adalah sebagai berikut:

1. Menugaskan pendamping desa untuk memantau pelaksanaan rembuk stunting desa.

2. Berkoordinasi dengan Bappeda untuk memastikan program/kegiatan, indikator, pendanaan, dan lokasi terkait dengan pencegahan stunting sudah konvergen dan diakomodir dalam RKP Desa dan sesuai dengan kebijakan.

3. Memantau hasil rembuk stunting yang telah disepakati dalam bentuk program/kegiatan, tepat kelompok sasaran dan lokasi desa, dimuat dalam RKPD.

48

4. Melakukan telaahan terhadap rancangan APB-Desa sebelum memperoleh pengesahan oleh Bupati/Walikota.

5. Mengawal usulan rencana program/kegiatan terkait pencegahan stunting masuk dalam rencana pembangunan kabupaten/kota dan desa, di bawah koordinasi Bappeda.

Tahap Pelaksanaan

DPMD kabupaten/kota atau nama lainnya sesuai kewenangannya berperan dalam:

1. Pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa, berkoordinasi dengan OPD lainnya.

2. Penguatan pemerintah desa dan kelembagaan masyarakat desa. 3. Melakukan pemantauan pelaksanaan program/kegiatan desa dan

menelaah laporan semester desa.4. Melakukan pembinaan Kader Pembangunan Desa (KPM).

Tahap Pemantauan dan Evaluasi

Dalam tahap pemantauan dan evaluasi DPMD kabupaten/kota atau nama lainnya berperan dalam menelaah hasil akhir pelaksanaan program/kegiatan desa, melakukan penilaian kinerja desa, serta menyusun laporan hasil pemantauan dan evaluasi termasuk hasil penilaian kinerja desa.

49

50

Bagian 9.

PERAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH LAIN

51

Selain Organisasi Perangkat Daerah (OPD) provinsi dan kabupaten/kota yang telah dibahas sebelumnya, terdapat OPD lain yang juga terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pencegahan stunting, khususnya dalam intervensi gizi sensitif. OPD lain yang dimaksud antara lain:

• Dinas ESDM Provinsi• Dinas Kehutanan Provinsi• Sekretariat Daerah Kabupaten/Kota• Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga

Berencana, atau nama lainnya• Dinas Sosial• Dinas Perempuan dan Perlindungan Anak• Dinas Pertanian• Dinas Perindustrian dan Perdagangan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lain tersebut berperan untuk mendukung keberhasilan upaya pencegahan stunting melalui berbagai sumber pembiayaan, yang dapat dilihat pada Tabel 9.1.

52

Kelompok Intervensi

Jenis IntervensiOPD Yang

TerlibatSumber

Anggaran

Peningkatan penyediaan air minum dan sanitasi

• Akses air minum yang aman

• Akses sanitasi yang layak

• Dinas PU• Dinkes• Dinas PMD/

BPMD• Dinas ESDM

Provinsi• Dinas

Kehutanan Provinsi

• APBN• APBD• DAK• Dana Desa

Peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan

• Akses pelayanan Keluarga Berencana (KB)

• Akses Jaminan Kesehatan (JKN)

• Akses bantuan uang tunai untuk keluarga miskin (PKH)

• BKKBN• Dinas

Kesehatan• Dinas Sosial

• APBN• APBD• DAK

Peningkatan kesadaran, komitmen, dan praktik pengasuhan dan gizi ibu dan anak

• Penyebarluasan informasi melalui berbagai media

• Penyediaan konseling perubahan perilaku antar pribadi

• Penyediaan konseling pengasuhan untuk orang tua

• Dinkes• Disdik• BKKBN• DinPPA• Dinas PMD/

BPMD

• APBN• APBD• DAK• Dana Desa

Tabel 9.1. Organisasi Perangkat Daerah Lain dan Sumber AnggaranIntervensi Gizi Sensitif

53

Kelompok Intervensi

Jenis IntervensiOPD Yang

TerlibatSumber

Anggaran

• Penyediaan akses Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), promosi stimulasi anak usia dini, dan pemantauan tumbuh-kembang anak

• Penyediaan konseling kesehatan dan reproduksi untuk remaja

• Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak

Peningkatan akses pangan bergizi

• Akses bantuan pangan non tunai (BPNT) untuk keluarga kurang mampu

• Akses fortifikasi bahan pangan utama (garam, tepung terigu, minyak goreng)

• Akses kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)

• Penguatan regulasi mengenai label dan iklan pangan

• Dinsos• DKP• Dinas

Pertanian• Dinas

Perindustrian dan Perdagangan atau nama lainnya

• Dinas Keluatan dan Perikanan

• APBN• APBD• DAK• Dana Desa

54

Mengingat tugas dan fungsi serta kewenangan setiap institusi/lembaga tersebut berbeda satu sama lainnya, maka peran (atau kegiatan) minimal yang diemban oleh masing-masing OPD dalam upaya pencegahan stunting berpedoman pada peraturan perundangan yang mengatur tugas dan fungsi serta kewenangan di masing-masing tingkat pemerintahan daerah, dapat dilihat pada Tabel 9.2 di bawah ini.

InstansiKegiatan Terkait Pencegahan

Stunting

Kelautan dan Perikanan • Pemasaran dan promosi hasil kelautan dan perikanan

Keluarga Berencana • Peningkatan promosi pengasuhan 1.000 HPK

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

• Sosialisasi gizi seimbang, ASI, pembatasan GGL, kesehatan reproduksi, dan bahaya merokok bagi anak dan keluarga

Sosial • Family Development Sesion (FDS) pada PKH

• KPM yang mendapatkan bantuan sosial pangan

Agama • Bimbingan perkawinan – pra nikah• Pembinaan keluarga sakinah

Tabel 9.2. Organisasi Perangkat Daerah Lain dan Kegiatan TerkaitIntervensi Gizi Sensitif

55

InstansiKegiatan Terkait Pencegahan

Stunting

Kependudukan dan Catatan Sipil • Pencatatan sipil (Akta Kelahiran, NIK)

Perindustrian • Pengawasan SNI wajib produk industri hasil tanaman pangan

Perdagangan • Pengawasan barang beredar dan jasa sesuai ketentuan

Pengawasan Obat dan Makanan • Pengawasan produk pangan fortifikasi

• Desa Pangan Aman

Komunikasi dan Informatika • Kampanye nasional terkait stunting

Perencanaan Pembangunan Daerah • Koordinasi penganggaran kegiatan percepatan penurunan stunting

• Penguatan koordinasi perencanaan percepatan penurunan stunting

Sumber: Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi di Kabupaten/Kota, Bappenas, 2018

56

Bagian 10.

KERANGKA PEMBIAYAAN

57

10.1. Sumber Pembiayaan

Sumber pembiayaan dalam upaya pencegahan stunting dapat mengikuti skema pembiayaan pemerintah yang sudah ada, baik berasal dari dana desa (APBDesa), dana kabupaten/kota (APBD kabupaten/kota), dana provinsi (APBD provinsi), dana kementerian/lembaga (APBN), maupun pendapatan lainnya yang sah. Secara umum skema pembiayaan pencegahan stunting dapat dilihat pada Gambar 10.1. dengan penjelasan pada Kotak 10.1

58

APBN

Kementerian/LembagaMendanai Kewenangan

Di luar 6 Urusan

Kementerian/LembagaMendanai Kewenangan

6 Urusan (Mutlak)

DESA

1. Intervensi Sasaran Ibu Hamil

2. Intervensi Sasaran Ibu Menyusui dan Anak 0-6 Bulan

3. ….dst….4. Intervensi Air

Bersih 5. Sanitasi 6. Edukasi7. ….dst…

Program/Kegiatan Pusat (K/L)

Dana vertikal

Subsidi

Dana sektoral:Dikerjakan oleh K/L/UPT

Dana Dekonsentrasi Dilimpahkanke Gubernur

Dana TugasPembantuan: Ditugaskan ke

Gub/Bupati/Walikota

Block Grant

Specific grant, penggunaanya

di-earmark untuk bidang tertentu

Mendanai kebijakantertentu Pemerintah(misal: infrastruktur)

Dana Otsus dan Keistimewaan DIY

Anggaran non-K/L

Masuk dalamAPBD

Dana PerimbanganDAU

DBH

DAK

Dana Insentif Daerah

Dana Desa

Alokasi Dana Desa

APBD

Transfer KeDaerah dan Dana Desa

(TKDD)

BelanjaPemerintah

(pusat)

APBDesProgram/kegiatan

Desa

Gambar 10.1. Sumber Pembiayaan Pemerintah untuk Pencegahan Stunting

Sumber: Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting 2018-2024

59

Selain pembiayaan bersumber dari pemerintah, pencegahan stunting dapat menggali sumber-sumber dana lain yang berasal dari:

a. Badan hukum/dunia usaha; berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas, Badan hukum/dunia usaha diwajibkan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan untuk mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan serta meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi komunitas setempat dan masyarakat pada umumnya.

b. Donor yang berminat dapat berkontribusi pada upaya percepatan pencegahan stunting di suatu daerah dengan mekanisme yang sesuai dengan peraturan perundangan.

c. Individu, kelompok orang, maupun masyarakat hukum adat dalam upaya percepatan pencegahan stunting dapat berpartisipasi dalam bentuk bantuan dana (in-cash) dan bantuan non uang (in-kind) seperti tenaga, barang, lahan, dan sebagainya.

60

a. Dana Transfer dari Pemerintah kepada pemerintah daerah dan Desa, merupakan bagian dari belanja Negara dalam rangka mendanai pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan, dana otonomi khusus, dana keistimewaan Yogyakarta, dana Desa dan dana Transfer lainnya. Dana transfer lainnya adalah dana yang dialokasikan untuk membantu daerah dalam rangka pelaksanaan kebijakan tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

b. Sedangkan Tugas Pembantuan (TP) dari Pemerintah kepada pemerintah daerah adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada kabupaten, atau kota dan/atau desa, serta dari pemerintah kabupaten, atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.

c. Untuk Dana Alokasi Khusus yang selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

d. Di samping itu ada juga sumber pembiayaan yang berupa bantuan keuangan dari pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya, di mana bantuan keuangan tersebut digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan.

e. Sumber pendapatan lainnya yang sah sebagai sumber pendanaan untuk pencegahan stunting dapat diperoleh dari pinjaman, bantuan, dan atau hasil penjualan aset pemerintah yang prosedurnya berdasarkan peraturan perundangan.

Kotak 10.1. Sumber Pembiayaan Pencegahan Stunting

61

10.2. Mekanisme Konvergensi Pembiayaan

Untuk mewujudkan pembiayaan yang efektif dan efisien dalam upaya percepatan pencegahan stunting, pelaksanaan konvergensi pembiayaan baik untuk tingkat Pusat (K/L) maupun daerah (OPD) perlu dilakukan secara terkoordinasi. Selain itu kegiatan konvergensi pembiayaan juga akan menunjukkan, bahwa setiap pembiayaan untuk program/kegiatan sesuai dengan kewenangan masing-masing tingkat pemerintahan, dan telah tepat kelompok sasaran dan lokasi desa sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan.

Konvergensi pembiayaan pada setiap tingkat pemerintahan, dilakukan pada saat penyusunan dan penetapan dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) Kementerian/Lembaga (K/L) maupun Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Untuk pembiayaan di Pusat (K/L), hal-hal yang harus dilakukan sebagai berikut:

a. K/L menyusun rancangan RKA-K/L berpedoman pada Keppres alokasi anggaran K/L dan hasil pembahasan dengan DPR.

b. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional melakukan penelahan terhadap ketepatan Sasaran RKA-K/L hasil pembahasan Dewan Perwakilan Rakyat dengan Sasaran RKP, ketepatan lokasi desa, dan alokasi anggaran.

c. Menteri Keuangan melakukan penelahan terhadap kesesuaian RKA-K/L hasil pembahasan Dewan Perwakilan Rakyat dengan kebijakan efisiensi belanja negara dan alokasi anggaran.

d. Hasil Penelaahan bersifat mengikat sebagai dasar pengesahan DIPA.

Mekanisme konvergensi pembiayaan K/L untuk pencegahan stunting, dapat dilihat pada Gambar 10.2.

62

KON

VERG

ENSI

Jeni

s pro

gram

/ke

giat

an

Loka

si ke

giat

an

Alok

asi B

elan

ja

Ranc

anga

n RK

A

K/L

Ranc

anga

n RK

A

K/L

PEN

ELA

AH

AN

pr

ogra

m/k

egia

tan,

loka

si ke

giat

an (d

esa)

da

n al

okas

i pem

biay

aan

K/L

Loka

si Ke

giat

an d

i des

a

DPA

K

/L

Arah

keb

ijaka

n da

n Pr

iorit

as

Nas

iona

l

RKP-

NA

SA

PBN

Rako

rtek

bang

pus

atK/

L te

rkai

t dan

dae

rah

berk

oord

inas

i m

enen

tuka

n je

nis d

an lo

kasi

kegi

atan

Ranc

anga

n RK

A

K/L

Ranc

anga

n RK

A

K/L

Gam

bar 1

0. 2

. Mek

anis

me

Konv

erge

nsi P

embi

ayaa

n AP

BN

Sum

ber:

Stra

tegi

Nas

iona

l Per

cepa

tan

Penc

egah

an S

tunt

ing

2018

-202

4

63

Mekanisme konvergensi pembiayaan untuk menyelenggarakan intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif prioritas di tingkat provinsi dan kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

a. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) ditetapkan dengan peraturan kepala daerah, merupakan pedoman dalam penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA), Prioritas dan Pagu Anggaran Sementara (PPAS), dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

b. OPD menyusun rancangan RKA-OPD sebagai berpedoman pada surat edaran kepala daerah tentang pedoman penyusunan RKA- SKPD.

c. Rancangan RKA-OPD sebagai bahan penyusunan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD.

d. OPD menyusun rancangan DPA-OPD berpedoman pada peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD.

e. Bappeda bersama dengan BPKAD melakukan verifikasi terhadap ketepatan sasaran RKA-OPD dengan sasaran RKP, ketepatan program/kegiatan, lokasi desa, dan alokasi anggaran dengan kebijakan efisiensi belanja daerah.

f. Hasil verifikasi disampaikan kepada sekretaris daerah untuk mendapat persetujuan.

Adapun mekanisme konvergensi pada tingkat pemerintahan kabupaten/kota dapat dilihat pada Gambar 10.3.

64 RKPD

KUA/

PPAS

Not

aKe

sepa

kata

n

RKA

OPD

Ranc

anga

nD

PA O

PD

Ranc

anga

n AP

BD/A

PBD

-P

PERM

END

AGRI

APBD

Perd

a/Pe

rkad

aAP

BD/A

PBD

-P

KON

VERG

ENSI

DPA

O

PD

SEKD

A

Prog

/Keg

iata

n

Pend

anaa

n

Loka

si Ke

giat

an

Bapp

eda

BPKA

DKo

nsist

ensi

deng

an R

KPD

Bapp

eda

Gam

bar 1

0. 3

. Alu

r Kon

verg

ensi

Pem

biay

aan

APBD

Pro

vins

i dan

Kab

upat

en/K

ota

Renj

aO

PD

Sum

ber:

Stra

tegi

Nas

iona

l Per

cepa

tan

Penc

egah

an S

tunt

ing,

201

8-20

24

65

Dalam upaya mewujudkan terlaksananya konvergensi dalam pencegahan stunting di daerah, dibutuhkan kebijakan yang berupa peraturan perundangan antara lain:

a. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi terkait dengan prioritas penggunaan desa, agar agar memanfaatkan Dana Desa untuk percepatan pencegahan stunting.

b. Peraturan Menteri Dalam Negeri terkait dengan:• Pedoman penyusunan RKPD yang antara lain mengarahkan pencegahan

stunting sebagai salah prioritas dan melaksanakan aksi konvergensi dalam penyusunan program/kegiatan pencegahan stunting pada lokasi desa.

• Pedoman penyusunan APBD, agar alokasi anggaran khususnya untuk program/kegiatan pencegahan stunting sudah tepat sasaran dan tepat lokasi desa.

c. Peraturan Bupati terkait Pedoman Penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) yang mencakup Prioritas dan Pemanfaatan ADD dalam pencegahan stunting di desa.

66

LAMPIRAN

67

68

69

NO

INTE

RVEN

SI G

IZI

DEF

INIS

I DAN

STA

ND

ARPR

ASYA

RAT

KEBE

RHAS

ILAN

INTE

RVEN

SI

1In

terv

ensi

Gizi

Spe

sifik:

Ibu

Ham

il

Pem

beria

n m

akan

an ta

mba

han

(PM

T)

bagi

ibu

ham

il da

ri ke

lom

pok

misk

in.

Peny

edia

an m

akan

an ta

mba

han

deng

an

form

ulas

i gizi

terte

ntu

dan

difo

rtifik

asi

deng

an v

itam

in d

an m

iner

al, s

esua

i den

gan

kete

ntua

n da

lam

Pet

unju

k Te

knis

PMT

dari

Kem

enke

s 201

7.5

Prog

ram

ini u

tam

anya

di

tuju

kan

bagi

ibu

ham

il da

ri ke

lom

pok

misk

in y

ang

rent

an te

rhad

ap k

ejad

ian

kura

ng e

nerg

i kro

nis (

KEK)

.

1.

Pene

ntua

n ke

lom

pok s

asar

an d

an ju

mla

hnya

den

gan

akur

at.

2.

Alok

asi

angg

aran

yan

g m

emad

ai b

aik

di p

usat

m

aupu

n da

erah

.3.

Pe

ngua

tan

man

ajem

en

rant

ai

paso

kan

untu

k m

emas

tikan

ket

erse

diaa

n da

n di

strib

usi p

rodu

k.4.

Pe

ning

kata

n ka

pasit

as p

etug

as k

eseh

atan

dal

am

penc

egah

an d

an ta

ta la

ksan

a KE

K pa

da ib

u ha

mil.

5.

Eduk

asi d

an k

onse

ling

gizi

ibu

ham

il.6.

Pe

man

taua

n ko

nsum

si PM

T da

n ev

alua

si da

mpa

k.

Supl

emen

tasi

tabl

et ta

mba

h da

rah

(TTD

).Pe

mbe

rian

90 b

utir

TTD

den

gan

kand

unga

n 60

mg

Fe (s

etar

a de

ngan

300

mg

ferro

us

sulfa

te h

epta

hydr

ate,

180

mg

ferro

us

fum

arat

e at

au 5

00 m

g fe

rrous

glu

cona

te)

dan

0,4

mg

asam

fola

t unt

uk se

mua

ibu

ham

il.6

1.

Pene

ntua

n ju

mla

h sa

sara

n de

ngan

aku

rat.

2.

Alok

asi

angg

aran

yan

g m

emad

ai b

aik

di p

usat

m

aupu

n da

erah

.3.

Pe

ngua

tan

man

ajem

en

rant

ai

paso

kan

untu

k m

emas

tikan

ket

erse

diaa

n da

n di

strib

usi p

rodu

k.4.

Pe

ning

kata

n ka

pasit

as p

etug

as k

eseh

atan

dal

am

penc

egah

an d

an t

ata

laks

ana

anem

ia p

ada

ibu

ham

il.5.

Ed

ukas

i dan

kon

selin

g gi

zi, te

rmas

uk m

enge

nai e

fek

sam

ping

supl

emen

tasi.

6.

Pem

anta

uan

caku

pan

prog

ram

, kep

atuh

an k

onsu

msi

TTD

, dan

eva

luas

i dam

pak.

5 Kem

enke

s. (2

017)

. Pet

unju

k Te

knis

Pem

beria

n M

akan

an T

amba

han

Bal

ita, A

nak

Sek

olah

, dan

Ibu

Ham

il.

6 K

emen

kes.

(201

4). P

erat

uran

Men

teri

Kes

ehat

an N

o. 8

8, te

ntan

g S

tand

ar T

able

t Tam

bah

Dar

ah B

agi W

anita

Ham

il, B

uku

Tabl

et T

amba

h D

arah

LAM

PIRA

N 1

. MAT

RIK

S ST

AN

DA

R IN

TERV

ENSI

GIZ

I

70

NO

INTE

RVEN

SI G

IZI

DEF

INIS

I DAN

STA

ND

ARPR

ASYA

RAT

KEBE

RHAS

ILAN

INTE

RVEN

SI

2In

terv

ensi

Gizi

Spe

sifik:

Ibu

Men

yusu

i dan

Ana

k U

sia 0

-23

bula

n

Prom

osi d

an k

onse

ling

men

yusu

i.In

terv

ensi

ini m

elip

uti u

paya

pro

mos

i ini

siasi

men

yusu

din

i (IM

D),

pem

beria

n ko

lost

rum

, da

n AS

I eks

klus

if de

ngan

men

gacu

pad

a Pe

dom

an G

izi S

eim

bang

, Kem

enke

s 201

4.7

1.

Alok

asi

angg

aran

yan

g m

emad

ai b

aik

di p

usat

m

aupu

n da

erah

.2.

Pe

ngua

tan

regu

lasi

dan

kebi

jaka

n un

tuk

men

gopt

imal

kan

prak

tik m

enyu

sui.

3.

Peni

ngka

tan

kapa

sitas

pet

ugas

kes

ehat

an d

alam

pr

omos

i IM

D,

pem

beria

n ko

lost

rum

, da

n AS

I ek

sklu

sif.

4.

Peng

uata

n ka

pasit

as k

erja

fas

ilita

s ke

seha

tan

dan

Posy

andu

.5.

Ka

mpa

nye

dan

kegi

atan

ko

mun

ikas

i, in

form

asi,

eduk

asi (

KIE)

serta

kon

selin

g ba

gi ib

u m

enyu

sui

6.

Pem

anta

uan

caku

pan

IMD

dan

ASI

eks

klus

if se

rta

eval

uasi

dam

pak.

Prom

osi d

an k

onse

ling

pem

beria

n m

akan

bay

i dan

ana

k (P

MBA

).Ke

giat

an in

i ditu

juka

n pa

da a

nak

usia

7-

23 b

ulan

mel

iput

i pro

mos

i pem

beria

n AS

I lan

jut d

an m

akan

an p

enda

mpi

ng A

SI

(MP-

ASI)

serta

kon

selin

g ko

nsum

si m

akan

an

bera

gam

, ber

gizi

seim

bang

dan

am

an

deng

an m

enga

cu p

ada

Pedo

man

Gizi

Se

imba

ng, K

emen

kes 2

014.

1.

Alok

asi

angg

aran

yan

g m

emad

ai b

aik

di p

usat

m

aupu

n da

erah

.2.

Pe

ngem

bang

an p

andu

an d

an a

lat

prom

osi

dan

kons

elin

g PM

BA.

3.

Peni

ngka

tan

kapa

sitas

pet

ugas

kes

ehat

an d

alam

pr

omos

i dan

kon

selin

g PM

BA.

4.

Peng

uata

n ka

pasit

as k

erja

fas

ilita

s ke

seha

tan

dan

Posy

andu

.5.

Ka

mpa

nye

dan

kegi

atan

ko

mun

ikas

i, in

form

asi,

eduk

asi (

KIE)

serta

kon

selin

g PM

BA.

6.

Pem

anta

uan

caku

pan

kegi

atan

se

rta

eval

uasi

dam

pak.

7 Kem

enke

s. (2

014)

. Ped

oman

Giz

i Sei

mba

ng.

71

8 Kem

enke

s. (2

003)

. Tat

a La

ksan

a A

nak

Giz

i Bur

uk B

uku

I. 9 K

emen

kes.

(201

7). P

etun

juk

Tekn

is P

embe

rian

Mak

anan

Tam

baha

n B

alita

, Ana

k S

ekol

ah, d

an Ib

u H

amil.

NO

INTE

RVEN

SI G

IZI

DEF

INIS

I DAN

STA

ND

ARPR

ASYA

RAT

KEBE

RHAS

ILAN

INTE

RVEN

SI

2In

terv

ensi

Gizi

Spe

sifik:

Ibu

Men

yusu

i dan

Ana

k U

sia 0

-23

bula

n

Tata

laks

ana

gizi

buru

k ak

ut.

Pros

edur

ata

u m

ekan

isme

pela

yana

n gi

zi ya

ng d

ilaku

kan

guna

men

duku

ng ta

ta

laks

ana

tinda

kan

pera

wat

an p

ada

anak

gizi

bu

ruk

akut

men

gacu

pad

a Pe

dom

an Ta

ta

laks

ana

Anak

Gizi

Bur

uk, K

emen

kes 2

003.

8

1.

Sist

em s

urve

ilans

dise

rtai

deng

an s

istem

det

eksi

kasu

s dan

ruju

kan

yang

aku

rat,

cepa

t dan

mem

adai

.2.

Al

okas

i an

ggar

an

yang

m

emad

ai

baik

di

pu

sat

mau

pun

daer

ah.

3.

Peng

uata

n m

anaj

emen

ra

ntai

pa

soka

n un

tuk

mem

astik

an k

eter

sedi

aan

dan

dist

ribus

i for

mul

a da

n pr

asar

ana

yang

dib

utuh

kan.

4.

Peni

ngka

tan

kapa

sitas

pe

tuga

s se

rta

fasil

itas

kese

hata

n da

lam

tata

laks

ana

gizi

buru

k ak

ut.

5.

Pem

anta

uan

kegi

atan

tat

a la

ksan

a gi

zi bu

ruk

akut

da

n ev

alua

si da

mpa

k.

PMT

pem

ulih

an b

agi a

nak

gizi

kura

ng

akut

.Pe

nyed

iaan

supl

emen

tasi

gizi

dala

m b

entu

k m

akan

an ta

mba

han

deng

an fo

rmul

asi

khus

us d

an d

iforti

fikas

i den

gan

vita

min

dan

m

iner

al, s

esua

i den

gan

kete

ntua

n da

lam

Pe

tunj

uk Te

knis

PMT

dari

Kem

enke

s 201

7.9

Prog

ram

ini d

iper

untu

kkan

bag

i ana

k gi

zi ku

rang

aku

t seb

agai

tam

baha

n m

akan

an

untu

k pe

mul

ihan

stat

us g

izi.

1.

Sist

em s

urve

ilans

yan

g m

emad

ai d

iserta

i de

ngan

sis

tem

det

eksi

kasu

s den

gan

akur

at.

2.

Alok

asi

angg

aran

ya

ng

mem

adai

ba

ik

di

pusa

t m

aupu

n da

erah

.3.

Pe

ngua

tan

man

ajem

en

rant

ai

paso

kan

untu

k m

emas

tikan

ket

erse

diaa

n da

n di

strib

usi p

rodu

k.4.

Pe

ning

kata

n ka

pasit

as

petu

gas

kese

hata

n da

lam

pe

nceg

ahan

dan

tata

laks

ana

gizi

kura

ng a

kut p

ada

anak

.5.

Pe

ngua

tan

laya

nan

kese

hata

n da

n Po

syan

du.

6.

Eduk

asi d

an k

onse

ling

gizi

pada

ana

k.7.

Pe

man

taua

n di

strib

usi

dan

kons

umsi

PMT,

se

rta

eval

uasi

dam

pak.

72

NO

INTE

RVEN

SI G

IZI

DEF

INIS

I DAN

STA

ND

ARPR

ASYA

RAT

KEBE

RHAS

ILAN

INTE

RVEN

SI

2In

terv

ensi

Gizi

Spe

sifik:

Ibu

Men

yusu

i dan

Ana

k U

sia 0

-23

bula

n

Pem

anta

uan

pertu

mbu

han.

(1) P

eman

taua

n be

rat-b

adan

ana

k us

ia 0

-6

tahu

n, d

ilaku

kan

setia

p bu

lan

seja

k ba

yi

beru

sia 0

-23

bula

n, d

an d

ilaku

kan

setia

p 6

bula

n se

kali

seja

k an

ak 2

4-59

bul

an;

(2) P

eman

taua

n pa

njan

g/tin

ggi b

adan

an

ak u

sia 0

-23

bula

n se

tiap

3 bu

lan

dan

dila

kuka

n se

tiap

6 bu

lan

pada

ana

k 24

-59

bula

n, d

an p

engu

kura

n lin

gkar

kep

ala,

di

laku

kan

setia

p 3

bula

n pa

da a

nak

0-12

bu

lan,

dan

setia

p 6

bula

n hi

ngga

ber

usia

23

bul

an, d

iikut

i den

gan

peng

ukur

an se

kali

seta

hun

ketik

a be

rusia

lebi

h da

ri 2

tahu

n. 10

1.

Alok

asi

angg

aran

yan

g m

emad

ai b

aik

di p

usat

m

aupu

n da

erah

un

tuk

men

dana

i op

eras

iona

l ke

giat

an,

inse

ntif

untu

k te

naga

ter

mas

uk k

ader

, pe

mbi

naan

, ser

ta m

onito

ring

dan

eval

uasi.

2.

Peny

edia

an s

aran

a da

n pr

asar

ana

yang

dib

utuh

kan

untu

k ke

giat

an p

eman

taua

n pe

rtum

buha

n.3.

Pe

ning

kata

n ka

pasit

as p

etug

as k

eseh

atan

dan

kad

er

dala

m p

eman

taua

n pe

rtum

buha

n an

ak.

4.

Kam

pany

e so

sial

dan

eduk

asi

mas

yara

kat

tent

ang

urge

nsi

pem

anta

uan

pertu

mbu

han

anak

se

cara

ru

tin.

5.

Pem

anta

uan

kegi

atan

pe

man

taua

n pe

rtum

buha

n da

n ev

alua

si da

mpa

k.6.

Si

stem

ruj

ukan

dan

pen

anga

nan

kasu

s ya

ng c

epat

, se

derh

ana

dan

mem

adai

.7.

Ko

ordi

nasi

anta

r da

n lin

tas

sekt

or y

ang

mem

adai

ya

ng m

enau

ngi

kegi

atan

Pos

yand

u se

perti

sek

tor

kese

hata

n,

PKK,

BK

KBN

, di

nas

pem

berd

ayaa

n m

asya

raka

t dan

des

a se

rta se

luru

h pe

rang

kat d

esa.

10 K

emen

kes.

(201

4). P

erm

enke

s N

o. 6

6 Ta

hun

2014

tent

ang

Pem

anta

un P

ertu

mbu

han,

Per

kem

bang

an d

an G

angg

uan

Tum

buh

Kem

bang

Ana

k, B

uku

KIA

.

73

11 K

emen

kes.

(201

6). P

edom

an P

ence

gaha

n da

n P

enan

ggul

anga

n A

nem

ia p

ada

Rem

aja

Put

ri da

n W

anita

Usi

a S

ubur

(WU

S).

NO

INTE

RVEN

SI G

IZI

DEF

INIS

I DAN

STA

ND

ARPR

ASYA

RAT

KEBE

RHAS

ILAN

INTE

RVEN

SI

3Ke

lom

pok

Sasa

ran

Pent

ing:

Rem

aja

Putri

dan

Wan

ita U

sia S

ubur

Supl

emen

tasi

tabl

et ta

mba

h da

rah

(TTD

).Pe

mbe

rian

TTD

den

gan

kand

unga

n 60

mg

Fe (s

etar

a de

ngan

300

mg

ferro

us su

lfate

hept

ahyd

rate

, 180

mg

ferro

us fu

mar

ate a

tau

500

mg

ferro

us g

luco

nate

) dan

0,4

mg

asam

fo

lat u

ntuk

sem

ua re

maj

a pu

tri d

an w

anita

us

ia su

bur.

11

1.

Pene

ntua

n ju

mla

h sa

sara

n de

ngan

aku

rat.

2.

Alok

asi

angg

aran

yan

g m

emad

ai b

aik

di p

usat

m

aupu

n da

erah

.3.

Pe

ngua

tan

man

ajem

en

rant

ai

paso

kan

untu

k m

emas

tikan

ket

erse

diaa

n da

n di

strib

usi p

rodu

k.4.

Pe

ning

kata

n ka

pasit

as p

etug

as k

eseh

atan

, pet

ugas

KU

A/te

mpa

t ib

adah

la

inny

a,

dan

guru

U

saha

Ke

seha

tan

Seko

lah

(UKS

) da

lam

pen

cega

han

dan

tata

lak

sana

ane

mia

pad

a re

maj

a da

n w

anita

usia

su

bur.

5.

Peng

uata

n ka

pasit

as

laya

nan

kese

hata

n,

KUA/

tem

pat i

bada

h la

inny

a, d

an U

KS .

6.

Eduk

asi d

an k

onse

ling

gizi,

term

asuk

men

gena

i efe

k sa

mpi

ng su

plem

enta

si.7.

Pe

man

taua

n ca

kupa

n pr

ogra

m, k

epat

uhan

kons

umsi

TTD

, dan

eva

luas

i dam

pak.

8.

Koor

dina

si ya

ng b

aik

linta

s sek

tora

l

74

NO

INTE

RVEN

SI G

IZI

DEF

INIS

I DAN

STA

ND

ARPR

ASYA

RAT

KEBE

RHAS

ILAN

INTE

RVEN

SI

4Ke

lom

pok

Sasa

ran

Pent

ing:

Ana

k U

sia 2

4-59

Bul

an

Pem

beria

n m

akan

an ta

mba

han.

Peny

edia

an m

akan

an ta

mba

han

beru

pa

krek

ers/

bisk

uit d

enga

n fo

rmul

asi g

izi

terte

ntu

dan

difo

rtifik

asi d

enga

n vi

tam

in d

an

min

eral

, ses

uai d

enga

n ke

tent

uan

dala

m

Petu

njuk

Tekn

is PM

T da

ri Ke

men

kes 2

017.

Pr

ogra

m in

i uta

man

ya d

ituju

kan

bagi

ana

k us

ia S

ekol

ah D

asar

/ Mad

rasa

h Ib

tidai

yah

(SD

/MI)

deng

an k

ateg

ori k

urus

unt

uk

men

cuku

pi k

ebut

uhan

gizi

.

1.

Pene

ntua

n ke

lom

pok

sasa

ran

dan

jum

lahn

ya

deng

an a

kura

t.2.

Al

okas

i an

ggar

an y

ang

mem

adai

bai

k di

pus

at

mau

pun

daer

ah.

3.

Peng

uata

n m

anaj

emen

ra

ntai

pa

soka

n un

tuk

mem

astik

an k

eter

sedi

aan

dan

dist

ribus

i pro

duk.

4.

Peni

ngka

tan

kapa

sitas

pet

ugas

kes

ehat

an d

an p

ihak

se

kola

h da

lam

pen

cega

han

dan

tata

lak

sana

gizi

ku

rang

pad

a an

ak u

sia se

kola

h.5.

Ed

ukas

i dan

kon

selin

g gi

zi pa

da a

nak

seko

lah.

6.

Pem

anta

uan

dist

ribus

i da

n ko

nsum

si PM

T, s

erta

ev

alua

si da

mpa

k.7.

Ko

ordi

nasi

linta

s sek

tora

l yan

g ba

ik.

75

12 K

emen

kes.

(201

7). P

etun

juk

Tekn

is P

embe

rian

Mak

anan

Tam

baha

n B

alita

, Ana

k S

ekol

ah, d

an Ib

u H

amil.

NO

INTE

RVEN

SI G

IZI

DEF

INIS

I DAN

STA

ND

ARPR

ASYA

RAT

KEBE

RHAS

ILAN

INTE

RVEN

SI

4Ke

lom

pok

Sasa

ran

Pent

ing:

Ana

k U

sia 2

4-59

Bul

an

PMT

pem

ulih

an b

agi a

nak

gizi

kura

ng

akut

.Pe

nyed

iaan

supl

emen

tasi

gizi

dala

m b

entu

k m

akan

an ta

mba

han

deng

an fo

rmul

asi

khus

us d

an d

iforti

fikas

i den

gan

vita

min

dan

m

iner

al, s

esua

i den

gan

kete

ntua

n da

lam

Pe

tunj

uk Te

knis

PMT

dari

Kem

enke

s 201

7.12

Pr

ogra

m in

i dip

erun

tukk

an b

agi a

nak

gizi

kura

ng a

kut s

ebag

ai ta

mba

han

mak

anan

un

tuk

pem

ulih

an st

atus

gizi

.

1.

Sist

em s

urve

ilans

yan

g m

emad

ai d

iserta

i de

ngan

sis

tem

det

eksi

kasu

s den

gan

akur

at.

2.

Alok

asi

angg

aran

yan

g m

emad

ai b

aik

di p

usat

m

aupu

n da

erah

.3.

Pe

ngua

tan

man

ajem

en

rant

ai

paso

kan

untu

k m

emas

tikan

ket

erse

diaa

n da

n di

strib

usi p

rodu

k..

4.

Peni

ngka

tan

kapa

sitas

pet

ugas

kes

ehat

an d

alam

pe

nceg

ahan

dan

tata

laks

ana

gizi

kura

ng a

kut p

ada

anak

.5.

Pe

ngua

tan

laya

nan

kese

hata

n da

n Po

syan

du.

6.

Eduk

asi d

an k

onse

ling

gizi

pada

ana

k.7.

Pe

man

taua

n di

strib

usi

dan

kons

umsi

PMT,

ser

ta

eval

uasi

dam

pak.

76

NO

INTE

RVEN

SI G

IZI

DEF

INIS

I DAN

STA

ND

ARPR

ASYA

RAT

KEBE

RHAS

ILAN

INTE

RVEN

SI

4Ke

lom

pok

Sasa

ran

Pent

ing:

Ana

k U

sia 2

4-59

Bul

an

Pem

anta

uan

pertu

mbu

han.

(1) P

eman

taua

n be

rat-b

adan

ana

k us

ia 0

-6

tahu

n, d

ilaku

kan

setia

p bu

lan

seja

k ba

yi

beru

sia 0

-23

bula

n, d

an d

ilaku

kan

setia

p 6

bula

n se

kali

seja

k an

ak 2

4-59

bul

an;

(2) P

eman

taua

n pa

njan

g/tin

ggi b

adan

an

ak u

sia 0

-23

bula

n se

tiap

3 bu

lan

dan

dila

kuka

n se

tiap

6 bu

lan

pada

ana

k 24

-59

bula

n, d

an p

engu

kura

n lin

gkar

kep

ala,

di

laku

kan

setia

p 3

bula

n pa

da a

nak

0-12

bu

lan,

dan

setia

p 6

bula

n hi

ngga

ber

usia

23

bul

an, d

iikut

i den

gan

peng

ukur

an se

kali

seta

hun

ketik

a be

rusia

lebi

h da

ri 2

tahu

n. 13

1.

Alok

asi

angg

aran

yan

g m

emad

ai b

aik

di p

usat

m

aupu

n da

erah

un

tuk

men

dana

i op

eras

iona

l ke

giat

an,

inse

ntif

untu

k te

naga

ter

mas

uk k

ader

, pe

mbi

naan

, ser

ta m

onito

ring

dan

eval

uasi.

2.

Peny

edia

an s

aran

a da

n pr

asar

ana

yang

dib

utuh

kan

untu

k ke

giat

an p

eman

taua

n pe

rtum

buha

n.3.

Pe

ning

kata

n ka

pasit

as p

etug

as k

eseh

atan

dan

kad

er

dala

m p

eman

taua

n pe

rtum

buha

n an

ak.

4.

Kam

pany

e so

sial

dan

eduk

asi

mas

yara

kat

tent

ang

urge

nsi

pem

anta

uan

pertu

mbu

han

anak

se

cara

ru

tin.

5.

Pem

anta

uan

kegi

atan

pem

anta

uan

pertu

mbu

han

dan

eval

uasi

dam

pak.

6.

Sist

em r

ujuk

an d

an p

enan

gana

n ka

sus

yang

cep

at,

sede

rhan

a da

n m

emad

ai.

7.

Koor

dina

si an

tar

dan

linta

s se

ktor

yan

g m

emad

ai

yang

men

aung

i ke

giat

an P

osya

ndu

sepe

rti s

ekto

r ke

seha

tan,

PK

K,

BKKB

N,

dina

s pe

mbe

rday

aan

mas

yara

kat d

an d

esa

serta

selu

ruh

pera

ngka

t des

a.

13 K

emen

kes.

(201

4). P

erm

enke

s N

o. 6

6 Ta

hun

2014

tent

ang

Pem

anta

un P

ertu

mbu

han,

Per

kem

bang

an d

an G

angg

uan

Tum

buh

Kem

bang

Ana

k , B

uku

KIA

.

77

78

No

Prog

ram

Kegi

atan

Kelo

mpo

k Sa

sara

n

Jum

lah

Sasa

ran

( Sat

uan)

Loku

s ( s

ampa

i de

sa)

Alok

asi

(Rup

iah)

Sum

ber

Angg

aran

Pela

ksan

a Ke

giat

an

OPD

Pe

nang

gung

Ja

wab

Kete

rang

an

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

Inte

rven

si G

izi S

pesi

fik

1D

iisi d

enga

n na

ma

prog

ram

terk

ait

penc

egah

an st

untin

g se

suai

den

gan

nom

enkl

atur

dok

umen

an

ggar

an

Diis

i den

gan

nam

a ke

giat

an

terk

ait

penc

egah

an

stun

ting

sesu

ai

deng

an

nom

enkl

atur

do

kum

en

angg

aran

Diis

i den

gan

urai

an

tent

ang

indi

vidu

da

n/at

au

kelo

mpo

k m

asya

raka

t ya

ng m

enja

di

sasa

ran

prog

ram

/ke

giat

an

(misa

l: ib

u ha

mil,

bal

ita,

rum

ah

tang

ga,,

dsb)

Diis

i den

gan

jum

lah

indi

vidu

da

n/at

au

kelo

mpo

k ya

ng m

enja

di

sasa

ran

prog

ram

/ke

giat

an

Diis

i den

gan

nam

a de

sa

loka

si ke

giat

an

Diis

i den

gan

jum

lah/

besa

ran

alok

asi

angg

aran

da

lam

Ru

piah

unt

uk

prog

ram

/ke

giat

an

Diis

i den

gan

sum

ber

pend

anaa

n un

tuk

prog

ram

/ke

giat

an,

anta

ra la

in:

-APB

N-A

PBD

Pro

v-A

PBD

Kab

/Ko

ta-A

PBD

es-S

umbe

r lai

n(M

asyr

akat

, du

nia

usah

a,do

nor,d

ll)

Diis

i nam

a pe

laks

ana

lapa

ngan

(misa

l: ka

der,

kelo

mpo

k m

asya

raka

t,pe

ndam

ping

,dl

l)

Diis

i nam

a O

PD

(misa

l: D

inas

Ke

seha

tan,

D

inas

PU,

D

inas

PM

D,

dll )

Diis

i den

gan

info

rmas

i ta

mba

han

lain

nya

yang

di

angg

ap

pent

ing

2 dst

Inte

rven

si G

izi S

ensi

tif

1 2 dst

LAM

PIRA

N 2

. PEM

ETA

AN

PRO

GRA

M/K

EGIA

TAN

DA

N A

NG

GA

RAN

TER

KAIT

PEN

CEG

AH

AN

STU

NTI

NG

KA

BU

PATE

N/K

OTA

:

PR

OV

INS

I :

79

No

Prog

ram

Kegi

atan

Kelo

mpo

k Sa

sara

n

Jum

lah

Sasa

ran

( Sat

uan)

Loku

s ( s

ampa

i de

sa)

Alok

asi

(Rup

iah)

Sum

ber

Angg

aran

Pela

ksan

a Ke

giat

an

OPD

Pe

nang

gung

Ja

wab

Kete

rang

an

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

Inte

rven

si G

izi S

pesi

fik

1D

iisi d

enga

n na

ma

prog

ram

terk

ait

penc

egah

an st

untin

g se

suai

den

gan

nom

enkl

atur

dok

umen

an

ggar

an

Diis

i den

gan

nam

a ke

giat

an

terk

ait

penc

egah

an

stun

ting

sesu

ai

deng

an

nom

enkl

atur

do

kum

en

angg

aran

Diis

i den

gan

urai

an

tent

ang

indi

vidu

da

n/at

au

kelo

mpo

k m

asya

raka

t ya

ng m

enja

di

sasa

ran

prog

ram

/ke

giat

an

(misa

l: ib

u ha

mil,

bal

ita,

rum

ah

tang

ga,,

dsb)

Diis

i den

gan

jum

lah

indi

vidu

da

n/at

au

kelo

mpo

k ya

ng m

enja

di

sasa

ran

prog

ram

/ke

giat

an

Diis

i den

gan

nam

a de

sa

loka

si ke

giat

an

Diis

i den

gan

jum

lah/

besa

ran

alok

asi

angg

aran

da

lam

Ru

piah

unt

uk

prog

ram

/ke

giat

an

Diis

i den

gan

sum

ber

pend

anaa

n un

tuk

prog

ram

/ke

giat

an,

anta

ra la

in:

-APB

N-A

PBD

Pro

v-A

PBD

Kab

/Ko

ta-A

PBD

es-S

umbe

r lai

n(M

asyr

akat

, du

nia

usah

a,do

nor,d

ll)

Diis

i nam

a pe

laks

ana

lapa

ngan

(misa

l: ka

der,

kelo

mpo

k m

asya

raka

t,pe

ndam

ping

,dl

l)

Diis

i nam

a O

PD

(misa

l: D

inas

Ke

seha

tan,

D

inas

PU,

D

inas

PM

D,

dll )

Diis

i den

gan

info

rmas

i ta

mba

han

lain

nya

yang

di

angg

ap

pent

ing

2 dst

Inte

rven

si G

izi S

ensi

tif

1 2 dst

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Jl. Kebon Sirih No. 14, Jakarta Pusat 10110

Telepon : (021) 3912812

Faksimili : (021) 3912511

Email : [email protected]

Situs : www.tnp2k.go.id