TMJ Disorder 1
-
Upload
andre-reppi -
Category
Documents
-
view
857 -
download
17
Transcript of TMJ Disorder 1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan Dia penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas di bagian Ilmu Keshatan Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Unsrat.
Makalah ini memuat tentang “Gangguan Sendi Temporomandibular” yang meskipun tidak mengancam jiwa tapi memiliki dampak berkurangnya kwalitas hidup akibat nyeri dan gangguan fungsi rahang bawah.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Terima kasih.
Manado, Mei 2011
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
PENDAHULUAN...................................................................................................1
ANATOMI...........................................................................................................1
GERAKAN SENDI..............................................................................................3
GANGGUAN SENDI TEMPOROMANDIBULAR...............................................5
EPIDEMIOLOGI.................................................................................................5
KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI........................................................................5
PATOFISIOLOGI................................................................................................6
ANAMNESA.......................................................................................................7
PEMERIKSAAN FISIK.......................................................................................9
PEMERIKSAAN PENUNJANG ........................................................................9
TERAPI..............................................................................................................10
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
ii
PENDAHULUAN
Sendi Temporomandibular (temporo mandibular joint, TMJ) adalah sendi
yang menghubungkan tulang temporalis dan tulang mandibularis. Sendi
temporomandibular ini adalah sendi synovial dan merupakan salah satu sendi
yang paling aktif pada tubuh manusia. Sendi ini memungkinkan gerakan ke
samping kiri dan kanan, ke depan dan belakang, serta ke atas ke bawah, membuat
manusia bisa mengunyah, berbicara, dan menampakkan ekspresi wajah. (1)
ANATOMI
Komponen Tulang (2; 3)
Komponen tulang dari sendi temporomandibular terdiri dari kondilus
mandibularis di bagian inferior dan fosa glenoid serta tonjolan (eminence)
artikular di bagian superior.
Kondilus mandibularis berbentuk elips dan terletak di puncak leher
mandibula kiri dan kanan. Fosa glenoid di bagian temporal berbentuk konkav dan
tonjolan artikular berbentuk konveks. Keduanya terbentuk dari bagian squamous
tulang temporal. Bagian medial fosa berbentuk agak sempit serta tertutup dengan
plat tulang yang mencegah terjadinya dislokasi kondilus ke bagian medial
persendian.
1
Gambar 1 Anatomi Sendi temporomandibular
Komponen Jaringan Ikat
Diantara komponen tulang temporal dan mandibular terdapat meniskus
yang memisahkan kedua bagian tersebut. Meniskus ini berbentuk sadel, fleksibel
tetapi juga kuat, terbentuk dari jaringan kolagen dan terbungkus dengan kapsul.
(2; 4) Bagian sentral cakram ini lebih tipis dari perifer, dan bagian posterior dan
anteriornya, yang dikenal dengan band posterior dan band anterior, lebih tebal.
Bagian inferior dari meniskus berbentuk konkav sehingga cocok dengan kaput
mandibularis. (4)
2
Meniskus terhubung dengan jaringan ikat posterior yang disebut zona
bilaminer. Zona bilaminer merupakan jaringan ikat yang memiliki fungsi penting
yang memungkinkan kondilus bergerak ke depan. (4)
Meniskus memisahkan persendian, sehingga terdapat ruangan sendi
superior dan ruangan sendi inferior. Hanya terdapat sedikit sekali cairan sendi
pada kedua ruangan ini. (4)
Vaskularisasi (2)
Persendian ini di vaskularisasi oleh beberapa cabang pembuluh darah,
diantranya adalah: Percabangan arteri temporalis profunda, cabang masseter dari
arteri maskilaris, dan cabang superfisial dari artei temporalis yang muncul dari
arteri karotis eksterna. Drainase vena melalui plesksus venosus temporalis
superfisial, maksilaris, dan pterigoid.
Inervasi (2)
Kapsul persendian di inervasi oleh cabang besar nervus
aurikulotemporalis. Bagian anterior diinervasi oleh nervus masseter dan nervus
temporalis profunda posterior. Inervasi sensorik dari persendian ini adalah melalui
nervus trigeminus. Bagian kartilago artikuler dan meniskus bagian sentral tidak
memiliki inervasi.
GERAKAN SENDI
Ketika mulut terbuka, kaput mandibula memutar pada sumbu horisontal
serta melakukan (gerak rotasi) gerakan meluncur pada permukaan bawah
3
meniskus (gerak translasi) ke arah depan dan bawah. (2; 4) Gerakan ini akan
terhenti apabila jaringan ikat posterior dari meniskus telah teregang maksimal. (2)
Gerakan menutup mulut terjadi sebaliknya. Pada fase pertama, kaput
mandibula akan meluncur ke belakang disusul dengan gerakan meluncur dari
meniskus ke belakang dan atas. (2; 4)
Gambar 2 Fungsi Sendi temporomandibular
4
GANGGUAN SENDI TEMPOROMANDIBULAR
Belum ada definisi yang tegas dari gangguan ini. (5; 6) Gangguan ini
merupakan kumpulan dari beberapa gejala antara lain: nyeri pada sendi atau di
sekitar sendi temporomandibular, adanya suara sendi, serta keterbatasan dalam
membuka mulut. (7)
EPIDEMIOLOGI
Gangguan Sendi temporomandibular terjadi pada sekitar 28% populasi
orang dewasa. Pada umumnya wanita berusia 20-40 tahun, dan telah mengalami
gejalanya sekitar 3-5 tahun. Akibat keterlambatan diagnosa, sering terdapat
perubahan degeneratif yang berat bahkan pada anak-anak. (2)
Tahun-tahun terakhir ini ada tendensi terjadi pada dewasa muda berusia
kurang dari 15 tahun. (7)
KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI
American Academy of Orofacial Pain (AAOP) mengklasifikasikan
gangguan ini menjadi (1) Gangguan Temporomandibular yang berhubungan
dengan otot (muscle-related TMD/ Myogenous TMD) dan (2) Gangguan
temporomandibular yang berhubungan dengan sendi atau yang sering disebut
gangguan sendi temporomandibular sebenarnya (joint-related TMD/
Arthrogenous TMD/ True TMD). Kedua tipe ini dapat terjadi bersamaan, sehingga
membuat diagnosa semakin sulit. (6)
5
Etiologi dari gangguan ini antara lain, bruxism, kebiasaan mengatupkan
mulut terlalu kuat, kebiasaan menggigit kuku, maloklusi, tidak adanya gigi di
bagian posterior, gangguan struktur sendi, inflamasi, degenerasi, neoplasia, serta
stres fisik maupun psikologis. (7)
PATOFISIOLOGI
Sepanjang kehidupan, band posterior akan bermigrasi ke depan dan medial
sebagai proses normal penuaan. Hal ini menyebabkan terjadinya subluksasio
meniskus. Perubahan pada kontur tulang pad penuaan serta keadaan subluksasio
mesniskus mengakibatkan band posterior akan bergerak tiba-tiba baik pada
keadaan membuka mulut maupun menutup mulut menyebabkan bunyi klik atau
pop yang khas pada gangguan sendi temporomandibular . Pada penggunaan sendi
yang berlebihan akan mengakibatkan degenerasi permukaan fibrikartilago sendi
sehingga meningkatkan gesekan dan tegangan pada insersio ligamentum sendi di
posterior meniskus. Keadaan ini dapat memperlemah tegangan ligamentum
sehingga subluksasio berlangsung progresif. Penggunaan yang berlebihan ini
dapat terjadi pada kebiasaan-kebiasaan seperti bruxism, dll.
Pada penggunaan sendi yang berlebihan juga dapat menyebabkan
arthromyalgia. Nyeri ini tersebar ke seluru sisi wajah dan kepala, namun penyebab
pasti dari nyeri ini belum diketahui.
Dental maloklusi mengakibatkan penderita mengunyah dengan cara yang
tidak normal sehingga menstimulasi bruxisme, demikian pula keadaan-keadaan
intraoral yang tidak normal. Ketiadaan gigi di bagian posterior serta kebiasaan
6
menggigit kuku dan bibir mengakibatkan terjadinya protrusi rahang bawah
(menonjolkan rahang bawah ke depan) yang mengakibatkan terjadinya
penggunaan sendi yang berlebihan.
Keadaan stres psikologis pada orang-orang tertentu kadang mengakibatkan
ia melakukan kebiasaan-kebiasaan yang menyebabkan penggunaan sendi yang
berlebihan, termasuk gerakan mengatupkan gigi dengan kuat, dll. (7)
Trauma langsung pada mandibula, dislokasi mandibula, dislokasi
meniskus juga merupakan beberapa hal yang dapat menyebebkan gangguan pada
sendi temporomandibular. (2)
ANAMNESA (8)
Anamnesa yang komperhensif termasuk anamnesa dan pemeriksaan gigi
sangat penting untuk membantu proses diagnosa.
Pasien mungkin merupakan seorang pengguna komputer yang berlebihan
karena bukti empiris menunjukkan penggunaan komputer berlebihan berhubungan
dengan gangguan sendi temporomandibular.
Sekitar sepertiga dari pasien memiliki riwayat gangguan psikiatrik. Stres
emosional juga termasuk riwayat penting yang harus ditanyakan.
Pasien mungkin memiliki riwayat trauma pada wajah, perawatan gigi yang
kurang baik, gangguan makan yang kronik, juga riwayat nyerileher dan bahu.
Hal-hal yang biasanya dikeluhkan oleh pasien ialah:
7
Nyeri: nyeri biasnya disekitar telinga, berhubungan dengan gerakan
mengunyah. Nyeri dapat menyebar ke kepala tetapi berbeda dengan sakit
kepala biasa. Dapat unilateral maupun bilateral myogenous TMD, dan
bisanya unilatreal pada arthrogenous TMD kecuali pada rheumatoid
arthritis. Nyeri biasanya bersifat tajam dan intermiten sesuai dengan
gerakan rahang.
Bunyi Klik, pop atau snap pada rahang: Bunyi ini biasanya berhubungan
dengan nyeri
Keterbatasan dalam membuka mulut dan locking episode (episode
terkuncinya rahang): Rahang dapat terkunci pada keadaan mulut terbuka
(open lock) maupun tertutup (closed lock). Keadaan open lock diakibatkan
oleh dislokasi mandibula anterior, sedangkan closed lock diakibatkan
karena nyeri atau dislokasi meniskus
Sakit Kepala: Nyeri kepala pada gangguan ini tidak sama dengan sakit
kepala biasa. Gangguan sendi temporomandibular juga dapat merupakan
penyebab nyeri kepala pada pasien yang rentan dengan nyeri kepala.
Beberapa pasien memiliki riwayat nyeri kepala yang tidak responsif
dengan pengobatan, sehingga perlu dipikirkan gangguan sendi
temporomandibular pada pasien dengan keadaan tersebut.
8
PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan beberapa hal termasuk:
Gerakan rahang bawah. Perlu diperhatikan apakah terdapat deviasi
gerakan ke anterior, posterior, medial, ataupun lateral (9)
Maloklusi rahang bawah, dan susunan gigi yang abnormal (8; 9)
Apakah ada spasme otot leher ipsilateral atau gerakan mengatupkan gigi
dengan berlebihan (8; 9)
Range of motion (batas pergerakan sendi). Batas pergerakan normal saat
membuka mulut adalah 5 cm pada dewasa, sedangakan gerakan ke lateral
1 cm. Beberapa ahli mengatakan bahwa kurang dari 4 cm merupakan
gangguan sendi pada dewasa, sedangkan lainnya mengatakan bahwa
kurang dari 3,5 cm baik pada dewasa maupun anak-anak (8; 9)
Palpasi pada sendi untuk menentukan ada tidaknya spasme otot, gerakan
sendi dan otot yang kaku, krepitasi serta bunyi sendi. Apabila bunyi sendi
tidak jelas dapat di lakukan auskultasi. (8; 9)
PEMERIKSAAN PENUNJANG (10)
Pemeriksaan darah rutin dapat menunjukkan keadaan infeksi. Rheumatoid
factor (RF), Erythrocite Sedimentation Rate (ERF), antinuclear antibody (ANA),
untuk menunjukkan adanya Rheumatoid arthritis, temporal artheritis, atau
gangguan jaringan ikat yg lain. Pemeriksaan asam urat untuk melihat ada tidaknya
9
Gouty arthritis atau pseudogout. Pemeriksaan arthrocentesis dilakukan untuk
melihat kristal spesifik dalam sendi.
Pemeriksaan radiologi yang sering dilakukan adalah radiografi
konvensional untuk melihat struktur tulang.
Dynamic high-resolution USG untuk melihat morfologi dan fungsi dari
sendi, meniskus, kondilus, serta muskulus ptrigoid lateral.
CT scan dapat melihat struktur tulang maupun jaringan lunak pada
persendian.
MRI dapat mengidentifikasi meniskus dalam berbagai keadaan, baik
morfologi, lokasi, pergerakan, saat menutup maupun membuka mulut. Dislokasi
meniskus selalu dapat diidentifikasi dengan MRI. MRI juga dapat digunakan
untuk membandingkan pergerakan sendi kiri dan kanan sehingga dapat
mendeteksi asimetris.
TERAPI
Terapi Medis (11)
Kebanyakan Gangguan sendi temporomandibular dapat sembuh sendiri
dan tidak bertambah buruk. Perawatan yang sederhana termasuk perawatan gigi
dan mulut sendiri, rehabilitasi untuk menghilangkan spasme otot adalah yang
dibutuhkan. Obat-obatan anti inflamasi non steroid (AINS) juga dapat digunakan
10
Disisi yang lain Gangguan yang kronik memerlukan pendekatan multi
disiplin termasuk ahli bedah, dokter gigi, fisioterapis, psikolog, dll.
Obat-obatan yang sering digunakan antara lain:
AINS, Ibuprofen atau naproxen diberikan secara reguler 2-4 minggu
dengan tapering off),
pelemas otot, seperti diazepam diberikan dengan dosis minimal
dan antidepresan trisiklik, diberikan dosis rendah dalam jangka waktu
yang panjang pada keadaan nyeri yang kronik. Obat ini bekerja
menghamba transmisi nyeri dan mengurangi bruxisme. Amitriptilin dan
nortriptilin adalah obat yang sering digunakan.
Botulinum toxin digunakan sebagai pengobatan tunggal maupun sebagai
adjuvant pada arthsrocentesis.
Splint Oklusal
Splint Oklusal atau dikenal dengan nightguards/ bruxisme orthotics dapat
dibagi 2 kelompok yakni splint reposisi anterior,dan splint anteroposisional.
Meskipun mekanisme kerjanya tidak dapat dijelaskan dengan pasti tapi diduga
perubahan pada distribusi tenaga saat menggigit, hubungan oklusi, serta
perubahan pada struktur dan tenaga persendian memainkan peranan untuk
mengurangi nyeri.
Injeksi asam hyaluronid sering digunakan, namun perlu penelitian lebih
lanjut untuk terapi ini.
11
Terapi Bedah (7)
Sasaran dari terapi bedah adalah merekontstruksi keadaan sendi.
Penanganan bedah konservatif memiliki angka kesuksesan sampai 90%.
Menikoplasty
Pembedahan dilakukan melalui insisi preaurikular dan dilakukan
arthrotomi. Dilakukan mobilisasi meniskus dengan melepaskan perlekatan,
kemudian meniskus dijahit lebih ke posterolateral. MRI post operasi
memperlihatkan bahwa reposisi meniskus tidak permanen, dan tingkat kesuksesan
operasi ini kemungkinan berhubungan dengan melepaskan perlekatan.
Menisektomi
Prosedur ini dilakukan jika mensikus tidak dapat di mobilisasi dengan
baik, atau terjadi kebocoran atau kerusakan pada meniskus. Pada prosedur ini
dapat dilakukan flap menggunakan otot temporal sebagai pengganti meniskus,
meskipun dengen prosedur menisektomi tanpa flap hasilnya memuaskan.
Materi artifisial
Penggunana materi artifisial untuk menggantikan meniskus, meskipun
sudah mulai ditinggalkan karena menimbulkan banyak komplikasi.
Pembedahan arthtroskopi
Saat ini telah dikembangkan teknik arthtroskopi. Dimana lavage dapat
dilakukan untuk mengeluarkan zat penyebab inflamasi, serta obat antiinflamasi
12
dapat di suntikkan lansgung ke persendian yang meradang, kemudian dapat
dilakukan insisi pada perlekatan.
Penggantian sendi
Dilakukan penggantian seluruh material sendi dengan bahan artifisial.
Fisioterapi (11)
Selain untuk edukasi pasien dan mengendalikan nyeri, tujuan utama dari
fisioterapi adalah menstabilkan sendi dan mengembalikan mobilitas, kekuatan,
daya tahan, serta fungsi sendi. Beberapa modalitas untuk tujuan ini adalah Latihan
relaksasi menggunakan elektromiografi (EMG) biofeedback, pemijatan friksi,
penggunaan gelombang ultrasonik, transcutaneus electronic nerve stimulation
(TENS), hipnotis, dan terapi psikologis.
13
KESIMPULAN DAN SARAN
Sendi Temporomandibular adalah salah satu sendi yang paling banyak
digerakkan pada tubuh manusia. Penggunaan sendi ini secara berlebihan dapat
menyebabkan gangguan terhadap persendian ini dan memberikan gejala berupa
nyeri sendi yang menjalar ke sisi wajah dan kepala, adanya bunyi saat sendi
digerakkan serta gangguan dalam membuka dan menutup mulut.
Gangguan pada sendi temporomandibular ditemukan pada sekitar 28%
populasi orang dewasa berarti sekitar 1 dari 3-4 orang dewasa dapat menderita
gangguan ini. Gangguan ini biasanya didiagnosa setelah pasien mengalami
gejalnya dalam 3-5 tahun.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang yang tepat
dapat mendiagnosa penyakit ini dan segera dilakukan terapi. Pada keadaan yang
ringan gangguan pada sendi ini dapat sembuh sendiri atau hanya perlu
penanganan sederhana, tapi pada keadaan kronis penangananya memerlukan
penaganan multi disiplin.
Peningkatan pengetahuan tentang penyakit ini oleh tenaga medis mutlak
perlu karena penyakit ini diderita oleh 1 dari 3-4 orang dalam populasi, dan
apabila didiagnosa dengan cepat penanganannya sederhana.
14
Edukasi kepada masyrakat luas diperlukan, karena masyarakat bisanya
baru mencari pertolongan tenaga medis setelah mengalami gejala sekitar 3- 5
tahun.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Tsai, Vivian, Sinert, Richard H. and Heffer, Steven M. Temporomandibular
Joint Syndrome. Emedicine. [Online] Medscape, Januari 7, 2010. [Cited:
Januari 11, 2010.] http://emedicine.medscape.com/article/809598-overview.
2. Khan, Ali Nawaz, et al. Temporomandibular Joint, Meniscus Abnormalities.
Emedicine. [Online] Medscape, April 29, 2008. [Cited: Januari 11, 2010.]
http://emedicine.medscape.com/article/385129-overview.
3. Jahan-Parwar, Babak and Meyers, Arlen D. Facial Bone Anatomy.
Medscape Reference. [Online] Medscape, November 6, 2009. [Cited: Mei 10,
2011.] http://emedicine.medscape.com/article/835401-overview.
4. Gillespy, Thurman. TMJ Anatomy and Functions. UWMSK.org. [Online] Mei
10, 2001. [Cited: Januari 11, 2010.] http://uwmsk.org/tmj/anatomy.html.
5. Ault, Jennifer and Berman, Stephen A. Temporomandibular disorders-
Overview. Emedicine. [Online] Medscape, Maret 16, 2009. [Cited: Januari 11,
2010.] http://emedicine.medscape.com/article/1143410-overview.
6. Guardia, Charles F. and Egan, Robert A. Temporomandibular disorders.
emedicine.Medscape.com. [Online] Medscape, Oktober 11, 2010. [Cited: Mei 10,
2011.] http://emedicine.medscape.com/article/1143410-overview#showall.
7. Moris, Peter J. and Wood, William C., [ed.]. Oxford Textbook of Surgery (3-
Volume Set) 2nd edition. Oxford : Oxford Press, 2000.
16
8. Guardia, Charles F. and Egan, Robert A. Temporomandibular Disorders
Clinical Presentation. Emedicine.medscape.com. [Online] medscape, Oktober 11,
2010. [Cited: Mei 10, 2011.] http://emedicine.medscape.com/article/1143410-
clinical#showall.
9. Moyers, Robert E. Handbook of Orthodontics 4th ed. Chicago : Year Book
Medical Publishers, Inc, 1988.
10. Guardia, Charles F. and Egan, Robert A. Temporomandibular Disorders
Workup. emedicine.medscape.com. [Online] medscape, Oktober 11, 2010. [Cited:
Mei 10, 2011.] http://emedicine.medscape.com/article/1143410-workup#showall.
11. Guardia, Charles F. and Egan, Robert A. Temporomandibular Disorder
Treatment and Management. emedicine.medscape.com. [Online] medscape,
Oktober 11, 2010. [Cited: Mei 10, 2011.]
http://emedicine.medscape.com/article/1143410-treatment#showall.
17