TM KINANTI REVISI.doc

download TM KINANTI REVISI.doc

of 73

Transcript of TM KINANTI REVISI.doc

BAB I

PENDAHULUAN

I.1Latar Belakang

Kebijaksanaan kependudukan di Indonesia (UU No.10 tahun 1992) diarahkan pada pembangunan penduduk sebagai sumber daya manusia yang merupakan kekuatan pembangunan bangsa yang efektif dalam rangka mewujudkan kehidupan keluarga dan masyarakat yang berkualitas. Sebagai upaya strategis mewujudkan keluarga berkualitas adalah usaha pemeliharaan kesehatan ibu dan anak. Salah satu tujuannya adalah menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).(1)

Data menunjukkan bahwa AKI di Indonesia pada tahun 2011 adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB di Indonesia pada 2011 adalah 34 per 1000 kelahiran hidup. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia masih merupakan negara dengan angka kematian ibu dan bayi yang cukup tinggi. AKI dan AKB sangat ditentukan oleh tata cara persalinan yang baik dan benar. (1)

Berdasarkan kesepakatan global (Milennium Development Goals/ MDGs), pada tahun 2015 diharapkan AKI adalah sebanyak 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebanyak 23 per 1000 kelahiran hidup. Indikator penilaian untuk penurunan AKI adalah sebagai berikut: 1.Angka kematian ibu (AKI) melahirkan per 100.000 kelahiran hidup.

2.Proporsi kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan (95%)

3.Proporsi wanita 15- 49 tahun berstatus kawin yang sedang menggunakan atau memakai alat keluarga berencana (80%)(2)

AKI berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas. Dalam mengantisipasi masalah tersebut diperlukan terobosan- terobosan dengan mengurangi peran dukun dan meningkatkan peran bidan. Harapan kita agar bidan di desa benar- benar sebagai ujung tombak dalam upaya penurunan AKI dan AKB. (2)

Dalam upaya peningkatan kesehatan ibu da anak pada saat persalinan, jajaran Departemen Kesehatan telah berupaya menempatkan tenaga medis hampir di seluruh kesehatan agar program perancangan kesepakatan nasional mengenai Making Pregnancy Safer(MPS) pada tahun 2002 dapat berjalan dengan baik. Program tersebut terdiri dari 3 butir kesepakatan, yaitu: setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terampil, setiap komplikasi obstetri dan neonatal ditangani secara adekuat, dan setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanggulangan komplikasi keguguran. (2)

Melalui program tersebut masyarakat yang tinggal di pedesaan diharapkan dapat mengubah kebiasaan yang dilakukan untuk lebih mengenal dalam hal kesehatan dari non medis beralih ke medis. Program ini tentunya telah disadari bahwa sesungguhnya untuk merubah kebiasaan yang telah bertahan lama pada masyarkat itu tidak terlalu mudah. Agar program tersebut berfungsi dalam masyarakat, berbagai sarana dan prasarana kesehatan mendapat perhatian. Salah satu caranya adalah dengan menempatkan paramedis di daerah pedesaan melalui Puskesmas. (2)Puskesmas merupakan suatu unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan di suatu wilayah kerja. Dalam hal peningkatan kesehatan ibu dan anak, Puskesmas juga bertanggung jawab memberikan kursus kebidanan serta memberikan alat perlengkapan penolong persalinan kepada dukun bayi agar pelaksanaan persalinan yang kiranya dapat menunjang AKI dan AKB dapat ditekan serendah- rendahnya. (2) Berdasarkan pedoman MPS, pertolongan persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang profesional yang memahami cara persalinan secara bersih dan aman. Tenaga kesehatan tersebut harus mampu mengenali secara dini gejala dan tanda komplikasi persalinan serta mampu melakukan penatalaksanaan dasar terhadap gejala dan tanda tersebut. Selain itu, mereka juga harus siap untuk melakukan rujukan komplikasi persalinan yang tidak bisa diatasinya. Terdapat 2 kategori persalinan, yaitu : tenaga kesehatan dan non tenaga kesehatan. Tenaga yang dianggap profesional untuk menolong persalinan adalah dokter spesialis kandungan, dokter umum, bidan, dan perawat kesehatan. Sedangkan non tenaga kesehatan adalah dukun bayi. (2)Persalinan yang bersih dan aman adalah hak setiap ibu bersalin. Hak ini akan dapat dinikmati oleh semua ibu bersalin jika persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. Pertolongan persalinan oleh dukun bayi merupakan pelanggaran hak asasi ibu bersalin dan pelanggaran hukum terutama bila terjadi komplikasi dalam persalinan yang menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi. Beberapa komplikasi yang berakibat fatal bagi ibu dan bayi bila bersalin ditolong dukun bayi adalah perdarahan ibu akibat plasenta yang tertinggal (retensio plasenta), ibu mengalami kejang akibat tekanan darah tinggi saat melahirkan (eklampsia), bayi sesak dan bayi lahir biru akibat terlalu lama berada pada jalan lahir (asfiksia), ibu dan bayi mengalami demam tinggi (infeksi) akibat penggunaan alat pemotong tali pusat yang tidak steril, dan lain sebagainya. Semua hal tersebut dapat mengakibatkan kematian bagi ibu dan bayi baru lahir. (2)Selayaknya dalam mempersiapkan generasi yang tangguh dan cerdas di masa depan adalah tanggung jawab semua pihak. Semua ini dapat terwujud bila dipersiapkan mulai dari bagaimana proses generasi baru dilahirkan, yaitu melahirkan dengan bantuan tenaga kesehatan. Generasi yang dilahirkan secara sehat berarti menjamin ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas di masa depan. (2)

Data yang didapat dari pencatatan dan pelaporan program KIA di Puskesmas Borobudur pada bulan Januari - Desember 2014 menjelaskan bahwa pencapaian cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Borobudur sudah tercapai sesuai dengan target Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang 2014 (95%) yaitu 95.99% dengan pencapaian 101.04%. Setelah mengkonfirmasi kepada Puskesmas seharusnya target persalinan oleh tenaga kesehatan yaitu 100%. Dari 20 desa di wilayah kerja Puskesmas Borobudur, hanya di Desa Ngadiharjo yang cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan tidak mencapai target yang telah ditetapkan oleh Puskesmas Borobudur yaitu 100% dengan pencapaian 98,65%. Oleh karena itu, penulis mengangkat masalah kurangnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Desa Ngadiharjo sebagai tugas mandiri. (3)I.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan data pencapaian persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di Desa Ngadiharjo Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang , dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1.Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan pencapaian persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di Desa Ngadiharjo di wilayah kerja Puskesmas Borobudur belum mencapai target?

2.Bagaimana alternatif pemecahan masalah yang dapat mengatasi faktor-faktor yang menyebabkan pencapaian persalinan yang di bantu tenaga kesehatan di Desa Ngadiharjo di wilayah kerja Puskesmas Borobudur belum mencapai target?

3.Apa saja kegiatan yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah berdasarkan penyebab dan alternatif pemecahan masalah yang dapat mengatasi faktor-faktor yang menyebabkan pencapaian persalinan yang di bantu tenaga kesehatan di Desa Ngadiharjo di wilayah kerja Puskesmas Borobudur belum mencapai target.1.3.TujuanI.3.1Tujuan Umum

a.Mengevaluasi program KIA tentang persalinan oleh tenaga kesehatan.

b.Mengetahui faktor- faktor penyebab yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan di Desa Ngadiharjo.c.Menggambarkan masalah mengenai rendahnya cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Desa Ngadiharjo periode Januari Desember 2014.

I.3.2Tujuan Khusus

a.Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan pencapaian persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di Desa Ngadiharjo di wilayah kerja Puskesmas Borobudur belum memenuhi target

b.Menganalisis penyebab masalah berdasarkan metode pendekatan sistem (input, proses, output, dan lingkungan).

c.Mencari alternatif pemecahan atas masalah- masalah yang ada.

d.Menyusun POA (plan of action) atas alternatif pemecahan terpilih untuk masalah yang ada.

I.4Manfaat

1.4.1Bagi Puskesmas

Diharapkan dapat memberikan masukan bagi strategi pengembangan evaluasi program KIA tentang pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Borobudur.1.4.2Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat menambah pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya persalinan dibantu oleh tenaga kesehatan.

1.4.3Bagi Penulis

Diharapkan penulis mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan masyarakat serta mampu menganalisis penyebab masalah dan mencari pemecahannya.BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II.1PersalinanII.1.1 Definisi persalinan

Persalinan atau partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup, dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lahir ke dunia luar. Persalinan merupakan periode sejak terjadinya kontIIraksi uterus (his) teratur hingga pengeluaran plasenta. Selain kontraksi (his) teratur yang menyebabkan pembukaan dan pendataran servik, awal persalinan juga ditandai dengan keluarnya lendir darah dari ostium uteri eksternum.(4)II.1.2Faktor yang menentukan persalinan

Persalinan bukan proses pasif sehingga diperlukan kekuatan kontraksi uterus untuk mendorong objek (bayi) melalui pintu yang terbatas. Kemampuan fetus untuk menyesuaikan dengan pelvis selama proses persalinan bergantung pada interaksi yang kompleks dari tiga variabel : Power (kekuatan), Passenger (fetus) dan Passage (jalan lahir). (4)II.1.2.1 Power (Kekuatan)

Kekuatan yang dimaksud adalah tekanan yang berasal dari kontraksi uterus (His). Aktivitas uterus terdiri dari frekuensi, amplitudo/ intensitas dan durasi kontraksi. Definisi aktivitas uterus yang adekuat selama persalinan masih belum jelas. Biasanya , 3-4 kontraksi dalam 10 menit sudah mendefinisikan persalinan yang adekuat pada 95% wanita yang menjalani partus spontan. Montevideo unit adalah satuan yang paling sering digunakan untuk menilai aktivitas uterus secara objektif dimana dengan nilai yang 200-250 montevideo unit dianggap cukup adekuat untuk menjalani proses persalinan. (4)II.1.2.2 Passenger (Fetus)

Ada beberapa variabel fetus yang mempengaruhi persalinan dan partus :

1. Ukuran fetus

Dapat diprediksikan baik secara klinis dengan palpasi abdomen atau pun dengan ultrasound. Makrosomia didefinisikan sebagai bayi dengan berat absolut 4500 gram dan sering diasosiasikan dengan gagalnya kemajuan partus. (4)

2. Letak

Letak menunjukkan hubungan sumbu janin dengan sumbu jalan lahir (sumbu ibu). Bila sejajar disebut letak memanjang (longitudinal), bila tegak lurus disebut letak lintang (transversal) dan bisa juga letak obliq. (4)

Letak memanjang Letak lintangGambar 1. Letak memanjang dan letak lintang

3. Presentasi

Presentasi menunjukkan bagian janin yang berada di bagian terbawah jalan lahir. Pada letak longitudinal presentasi dapat berupa presentasi kepala atau presentasi sungsang. Pada letak lintang akan didapatkan presentasi bahu. Presentasi ganda adalah adanya lebih dari satu bagian janin yang berada di pelvic inlet/PAP (pintu atas panggul). (4)

Gambar 2. Presentasi kepala

Gambar 3. Presentasi bokong 4. Sikap

Sikap menunjukkan hubungan bagian-bagian janin satu sama lain. Biasanya tubuh janin berbentuk lonjong kira-kira sesuai dengan kavum uteri. Punggung agak membungkuk, kepala fleksi, lengan bersilang didepan dada, tungkai bersilang di depan perut, dan tali pusat terletak diantara kedua lengan dan tungkai(4)5. Posisi

menjelaskan hubungan tempat tertentu dari bagian terendah fetus di dalam rongga panggul. Misalnya oksiput anterior kanan, Sakrum anterior kanan. Malposisi adalah posisi selain ROA (right occiput anterior), OA (oksiput anterior) atau LOA (left oksiput anterior) (4)6. Station

adalah penilaian terhadap turunnya bagian terbawah fetus yang melalui jalan lahir. Klasifikasi lama terdiri dari 7 level (-3 sampai +3), sementara klasifikasi memiliki range dari -5 hingga +5 berdasarkan jarak dalam sentimeter dari batas tulang spina ischiadika. Pada klasifikasi keduanya, midpoint (station 0) adalah setinggi spina ischiadika maternal. (4)II.1.2.3 Passage (Jalan lahir)

Jalan lahir terdiri dari tulang pelvis (sakrum, ilium, iskhium, dan pubis) dan jaringan lunaknya. Tulang pelvis dibagi menjadi false (greater) pelvic / pelvis mayor dan true pelvic / pelvis minor. Pelvis minor adalah jalan lahir yang sesungguhnya dan diklasifikasikan menjadi pintu atas panggul (pelvic inlet), pintu tengah panggul (mid pelvic), dan pintu bawah panggul (pelvic outlet). Dengan pelvimetri klinis dapat dinilai bentuk dan dimensi tulang pelvis pada persalinan dan dapat menilai ketiga parameter dari pelvis minor yaitu PAP, PTP dan PBP. (4)II.1.3Tahap- tahap persalinan normal (Kala Persalinan)

II.1.3.1 Persalinan kala 1

Kala 1 dimulai pada waktu pembukaan serviks karena His. Kontraksi uterus yang teratur, semakin lama semakin kuat, semakin sering, dan semakin terasa nyeri serta disertai dengan pengeluaran darah dan lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid. Hal tersebut berakhir pada waktu pembukaan serviks yang telah lengkap (portio serviks tidak dapat diraba lagi pada saat pemeriksaan dalam). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat berakhirnya kala 1. (4)Kala 1 dapat dibagi menjadi 2, yaitu : fase laten dan fase aktif. Fase laten dalah pembukaan sampai mencapai 3 cm dan berlangsung sekitar 8 jam. Sedangkan fase aktif adalah pembukaan dari 3 cm hingga lengkap (10 cm) dan berlangsung sekitar 6 jam. Fase aktif ini dibagi menjadi :

1.Fase akselarisasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm hingga 4 cm.

2.Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm hingga 9 cm.

3.Fase deselarisasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm hingga lengkap (10 cm). (4)Beberapa hal penting yang terjadi pada persalinan kala 1 :

1.Keluar lendir atau darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbatan mukus (mucous plug) yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler serviks dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus. (4)2.Ostium uteri internum dan eksternum terbuka dan mengakibatkan serviks menjadi lebih tipis dan mendatar. (4)3.Selaput ketuban pecah spontan (ketuban pecah dini yang terjadi sebelum pembukaan 5 cm). Pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada primigravida berbeda dengan multipara. Perbedaannya adalah sebagai berikut : a.Pada primigravida terjadi penipisan serviks terlebih dahulu sebelum terjadinya pembukaan 4 cm. Sedangkan pada multipara, serviks telah lunak akibat persalinan sebelumnya. Sehingga langsung terjadi proses penipisan dan pembukaan.

b.Pada primigravida, ostium internum membuka terlebuh dahulu daripada ostium eksternum (ostium tampak seperti lingkaran kecil di tengah pada pemeriksaan inspekulo)

c.Periode kala 1 pada primigravida lebih lama berlangsung (> 20 jam) dibandingkan multipara (> 14 jam) karena pematangan dan pelunakkan serviks pada fase laten pasien primigravida. (4)II.1.3.2 Persalinan kala 2 (Fase pengeluaran bayi)

Kala 2 dimulai pada saat pembukaan serviks yang telah lengkap dan berakhir pada saat bayi telah lahir lengkap. Pada fase ini, His menjadi lebih kuat, lebih sering, lebih lama, dan bahkan terasa sangat kuat. Selaput ketuban mungkin juga baru pecah spontan pada awal fase kala 2. (4)Beberapa hal penting yang terjadi pada persalinan kala 2 :

1.Bagian terbawah janin (pada persalinan normal adalah kepala) turun sampai dasar panggul.

2.Pada ibu timbul refleks mengejan yang semakin berat.

3.Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologis)

4.Kepala dilahirkan terlebih dahulu dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis sebagai sumbu putar/ hipomoklion), hingga badan dan anggota badan dilahirkan seutuhnya.

5.Untuk beberapa kasus dapat dilakukan episiotomi, yaitu : pemotongan jaringan perineum untuk memperluas jalan lahir bayi. (4)Waktu yang diperlukan selama kala 2 sebanyak 90 menit pada primigravida dan 30 menit pada multipara. Gerakan utama pengeluaran janin pada persalinan dengan letak belakang kepala, yaitu :1.Kepala masuk pintu atas panggul

Sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring membentuk sudut pintu atas panggul (asinklitismus anterior atau posterior). (4)2.Kepala turun ke dalam rongga panggul yang diakibatkan oleh :

a.Tekanan langsung dari His dari daerah fundus ke arah bokong.

b.Tekanan dari cairan amnion.

c.Kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan).

d.Badan janin terjadi ekstensi dan menegang. (4)3.Fleksi

Kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-bregmatikus (belakang kepala). (4)4.Rotasi interna (putaran aksi dalam)

Putaran tersebut diawali dengan turunnya kepala putaran ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan diameter biparietalis. (4)5.Ekstensi

Setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Secara berurutan lahir dimulai dari oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dan dagu. (4)6.Rotasi interna (putaran paksi luar)

Kepala berputar kembali sesuai anteroposterior sampai di bawah simfisis kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang. (4)7.Ekspulsi

Setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks dan abdomen) dan lengan pinggul atau trokanter depan dan belakang, tungkai, dan kaki. (4)II.1.3.3 Persalinan Kala 3 (Fase pengeluaran plasenta)Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap dan berakhir dengan lahirnya plasenta. Lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta pengeluaran plasenta dari kavum uteri. Lepasnya plasenta dari insersinya mungkin dari sentral ditandai dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal jika tidak disertai perdarahan, atau mungkin juga serentak sentral dan marginal. Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di atas pusat. Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah bayi lahir. (4)

II.1.3.4 Persalinan Kala 4Observasi pasca persalinan sampai dengan 1 jam postpartum. 7 pokok penting yang harus diperhatikan pada kala 4 :

a. Kontraksi uterus harus baik

b.Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain

c. Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkapd.Kandung kencing harus kosong

e.Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematomaf. Resume keadaan umum bayi

g.Resume keadaan umum ibu. (4)II.1.4Perawatan Ibu Selama Persalinan

Ibu mungkin berada dalam tahapan persalinan dan kondisi yang berbeda- beda satu sama lain sehingga kebutuhan masing- masing pun berbeda. Perawatan yang diberikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan masing- masing ibu. (4)1)Dukungan moril

Penghargaan dan perhatian terhadap kebutuhan ibu dan keluarganya akan menumbuhkan rasa percaya kepada penolong persalinan. Ibu mungkin merasa tidak nyaman dan nyeri bila cemas akan persalinannya atau bila mempunyai gangguan sebelumnya. Penolong persalinan perlu bersikap tenang dan mampu menyakinkan ibu dan keluarganya, terutama bila mereka gelisah dan khawatir. (4)2)Kenyamanan

Ibu yang melahirkan tidak dianjurkan berbaring datar pada punggungnya karena akan mengganggu peredaran darah ke tubuhnya dan janin yang dikandungannya. Ibu dianjurkan untuk berbaring dalam posisi yang dirasakan paling nyaman.(4)3)Cairan

Ibu dianjurkan minum air selama persalinan untuk mencegah dehidrasi dan memberikan tenaga. (4)4)Kebersihan

Infeksi yang terjadi saat persalinan dapat mengakibatkan kematian atau penyakit pada ibu dan bayi. Ibu hendaknya dimandikan dan menggunakan pakaian bersih pada waktu bersalin. Sedangkan penolong persalinan harus sering mencuci tangan dan menggunakan alat yang telah didesinfeksi. (4)5)Buang air besar

Sebelum melahirkan, ibu sedapat mungkin buang air besar terlebih dahulu. Rektum yang penuh akan memberikan rasa tidak nyaman selama persalinan. (4)6)Buang air kecil

Ibu yang bersalin sebaiknya buang air kecil paling sedikit tiap 2 jam. Kandung kemih yang penuh akan menghambat turunnya bayi ke dasar panggul dan memberikan rasa tidak nyaman bagi ibu. (4)II.1.5Pencatatan Persalinan

Catat informasi berikut ada catatan tentang persalinan, misalnya register kohort ibu, kartu ibu, patograf, dan surat keterangan lahir, di antaranya adalah:

1.Kelahiran bayi : tunggal, waktu, jenis persalinan

2.Perineum: utuh episiotomi, lasserasi

3.Lahirnya plasenta

4.Obat yang diberikan

5.Jumlah perdarahan

6.Komplikasi pada ibu dan bayi (4)II.2Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)Melalui Program Perencanaan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan stiker yang ditempel di rumah ibu hamil, maka ibu hamil akan tercatat, terdata dan terpantau secara tepat. Karena stiker P4K berisi data tentang: nama ibu hamil, taksiran persalinan, penolong persalinan, tempat persalinan, transport yang digunakan dan calon donor darah.(5)

Pemantauan terhadap pelaksanaan pemasangan stiker P4K menjadi bagian penting dalam pelayanan KIA, dengan memperhatikan beberapa indikator pokok. (5)Dengan adanya data dalam stiker, suami, keluarga, kader, dukun, bersama bidan di desa dapat memantau secara intensif keadaan perkembangan kesehatan ibu hamil. Minimal ada 7 (tujuh) indikator penting yang perlu diperhatikan, yakni:

1.Persentase desa yang melaksanakan P4K dengan stiker

2.Persentase ibu hamil mendapatkan stiker

3.Persentase ibu hamil berstiker mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar

4.Persentase ibu hamil berstiker bersalin di tenaga kesehatan

5.Persentase ibu hamil (bumil), bersalin (bulin), dan nifas (bufas) berstiker yang mengalami komplikasi tertangani.

6. Persentase menggunakan KB pasca bersalin

7.Persentase ibu bersalin di tenaga kesehatan (nakes) yang mendapatkan pelayanan nifas. (5)

Gambar 4. Stiker P4K

Masalah kesehatan ibu dan anak (KIA) menjadi perhatian khusus dalam setiap pelayanan kesehatan khususnya di Puskesmas. Program Perencanaan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan stiker merupakan upaya terobosan percepatan penurunan angka kematian ibu, yang menjadi salah satu kegiatan Desa Siaga. (5,6)Terlaksananya pemasangan stiker P4K ini memiliki banyak tujuan dan manfaat, terutama untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu, sehingga setiap ibu dapat menjalani proses persalinan yang aman dan selamat. (5,6)II.2.1Tujuan stiker P4K :1)Terdatanya sasaran ibu hamil dan terpasangnya stiker P4K di rumah ibu hamil agar diketahui :

a.Lokasi tempat tinggal ibu hamil

b.Identitas ibu hamil

c.Taksiran persalinan

d.Penolong persalinan, pendamping persalinan dan fasilitas tempat persalinan

e.Calon donor darah, transportasi yang akan digunakan serta pembiayaannya. (5)2) Adanya Perencanaan Persalinan termasuk pemakaian metode KB pasca melahirkan yang sesuai dan disepakati ibu hamil, suami, keluarga dan bidan.

3)Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat bila terjadi komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas.

4)Adanya hubungan dari tokoh masyarakat, kader dan dukun. (5)II.2.2Manfaat Stiker P4K :1) Mempercepat berfungsinya desa siaga

2) Meningkatnya cakupan pelayanan ANC sesuai standar

3) Meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil.

4) Meningkatnya kemitraan bidan dan dukun

5) Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini

6) Meningkatnya peserta KB pasca melahirkan

7) Terpantaunya kesakitan dan kematian ibu dan bayi

8) Menurunnya kejadian kesakitan dan kematian ibu. (5)II.2.3Perencanaan Persalinan

Perencanaan persalinan yang dilakukan oleh petugas kesehatan berupa :

1)Memeriksa kehamilan ibu segera setelah tidak mengalami haid.

a. Menemukan ibu hamil sedini mungkin, ibu hamil, ibu nifas, dan bayi di wilayah kerja melalui pendataan di Posyandu, Polindes, PKD, KR, atau di Puskesmas.

b. Membuat pemetaan bumil dan bayi di wilayah kerja.

c. Membuat kantong persalinan di wilayah kerja.

d. Melakukan pemeriksaan kehamilan rutin di fasilitas kesehatan, minimal 4 kali selama kehamilan.

e. Menemukan secara dini kemungkinan adanya penyakit lain pada bumil sewaktu pemeriksaan kehamilan.

f. Menetapkan status imunisasi TT bumil.

g. Memberikan buku KIA dan menjelaskan manfaat dan cara penggunaannya.

h. Meningkatan pengetahuan ibu dan keluarga tentang perubahan- perubahan selama kehamilan, persalinan, dan masa nifas.

i. Melaksanakan kelas ibu dalam rangka menjelaskan buku KIA dan senam ibu hamil.

j. Melakukan pemeriksaan kadar Hb darah dan menjelaskan pentingnya minum tablet tambah darah minimal 90 tablet selama hamil.

k. Melakukan pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus.

l. Bersama kader melakukan KR pada ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas pada kasus yang mempunyai faktor risiko dan merujuk jika terjadi komplikasi. (7,8)2)Membuat perencanaan persalinan

a. Membangun kemitraan dan jejaring kerja baik lintas program maupun lintas sektor untuk persalinan bersaih dan aman.

b.Mendiskusikan dengan ibu, suami, dan keluarga dalam persiapan mengantisipasi komplikasi dan persalinan di fasilitas kesehatan.

c. Melakukan proses pembuatan amanat persalinan. (8)3)Mengajarkan kepada ibu, suami, keluarga, dan masyarakat mengenai tanda bahaya kehamilan, persalinan, masa nifas, dan tindakan yang harus dilakukan. (8)4)Melakukan pertolongan dan memfasilitasi persalinan di fasilitas kesehatan. (8)5)Memberikan pelayanan yang cepat dan tepat bila terjadi komplikasi dalam kehamilan, persalinan, dan masa nifas dengan meningkatkan keterlibatan suami dan keluarga. (8)6)Mendiskusikan dengan ibu dan suami dalam perencanaan penggunaan alat kontasepsi setelah persalinan. (8)7)Melakukan pemeriksaan ibu nifas dan bayi baru lahir melalui kunjungan rumah (8)8)Merujuk ibu hamil dan bayi yang mengalami komplikasi ke fasilitas yang lebih tinggi. (8)9)Menggalang kemitraan dengan dukun bayi, dan kader. (8)Berikut ini adalah indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan perencanaan persalinan :Tabel 1. Indikator Keberhasilan Perencanaan Persalinan (8)IndikatorBatasan Maksimal Umur Kehamilan

Pelayanan pemeriksaan ibu hamil

Memahami tanda bahaya kehamilan dan persalinan

Memahami mengenai tanda persalinan

Penolong persalinan

Tempat persalinan

Pendamping persalinan

Transportasi

Calon pendonor darah

Metode KB yang disetujuiMinimal 4 kali (1-1-2)

7 bulan

7 bulan

6 bulan

6 bulan

7 bulan

7 bulan

7 bulan

8 bulan

II.2.4Pemilihan Penolong Persalinan

Kesehatan reproduksi mencakup beberapa unsur utama yaitu :

1) Perilaku reproduksi yang bertanggung jawab selama usia subur

2) Akses pada pelayanan keluarga berencana (KB) yang aman

3) Perawatan kesehatan ibu secara efektif dan aman

4) Pengendalian secara efektif terhadap infeksi sistem reproduksi

5) Pencegahan dan penanganan infertilitas (kemandulan)

6) Penghapusan aborsi yang tidak aman

7) Pencegahan dan pengobatan penyakit yang membahayakan pada organ reproduksi

8) Perawatan sebelum dan selama kehamilan, melahirkan, dan sesudah melahirkan. (7,8)Meskipun kelahiran adalah proses yang alamiah dan normal, tetapi kehamilan tanpa risiko dapat disertai komplikasi yang sering disebut sebagai komplikasi obstetri. Komplikasi dapat terjadi kapan saja selama kehamilan, namun lebih sering terjadi pada saat persalinan atau sekitar persalinan. (8)Lebih dari 1400 ibu hamil meninggal setiap hari karena masalah yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan. Sebagian besar terjadi karena komplikasi persalinan, di mana keselamatan ibu dan bayi banyak terancam. Bahaya yang mengancam tersebut dapat dikurangi jika ibu hamil mendapatkan perawatan sebelum, saat dan sesudah persalinan. Kesempatan untuk mendapatkan perawatan antenatal (ANC) secara teratur selama hamil (K1 sampai K4), pertolongan persalinan paling sedikit oleh atau didampingi bidan dan perawatan nifas harus terjangkau setiap ibu hamil. Selain itu ibu yang mengalami komplikasi obstetri harus diupayakan memperoleh pelayanan kegawatan obstetri untuk menyelamatkan jiwanya. Untuk itu diperlukan kesiapan sejak awal kehamilan untuk menghadapi kemungkinan terjadinya kedaruratan obstetri pada saat persalinan, khususnya pemilihan penolong persalinan. (7,8)1)Penolong persalinan Tenaga yang dapat memberikan pertolongan persalinan dapat dibedakan menjadi dua yaitu tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan) dan dukun bayi (terlatih dan tidak terlatih). (7,8)2) Perilaku Ibu Hamil dalam Memilih Penolong Persalinan

Pemilihan penolong persalinan di Puskesmas sangat dipengaruhi oleh perilaku ibu bersalin. Perilaku dibagi ke dalam tiga domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif diukur dari sikap dan psikomotor diukur dari tindakan. (7,8)3)Pengaruh Tingkat Pendidikan Ibu Hamil terhadap Pemilihan Penolong Persalinan

Tingkat pendidikan ibu juga berpengaruh pada pemilihan penolong persalinan dan perawatan selama kehamilan. (7,8)4)Faktor Prediktor Perilaku Pemilihan Penolong Persalinan

Selain faktor tingkat pendidikan ibu hamil faktor-faktor berikut juga berpengaruh terhadap ibu bersalin dalam memilih penolong persalinan, antara lain:

a.Usia ibu hamil

Usia ibu hamil yang terlalu muda atau terlalu tua ( 35 tahun merupakan faktor penyulit kehamilan, sebab ibu yang hamil terlalu muda keadaan tubuhnya belum siap menghadapi kehamilan, sedangkan di atas 35 tahun apabila mengalami komplikasi maka risiko mengalami kematian lebih besar.b.Jarak tempat tinggal ke pelayanan kesehatan

Salah satu penyebab keterlambatan ibu bersalin untuk mendapatkan pelayanan yang tepat adalah akibat jarak yang tidak terjangkau. Jarak yang terlampau jauh dan tidak tersedianya sarana transportasi menyebabkan ibu hamil memilih persalinan di rumah dengan bantuan dukun, sehingga apabila mengalami komplikasi saat persalinan tidak segera mendapatkan pertolongan yang memadai. Hal ini sering menyebabkan kematian ibu dan bayi.c.Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga yang rendah berpengaruh terhadap pemilihan penolong persalinan yaitu persalinan yang ditolong oleh NAKES sebesar 38.5% pada tahun 1992 dan 43,2 % pada tahun 1997. Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar persalinan masih ditolong dukun bayi.d. Biaya Persalinan

Mahalnya biaya persalinan dan alasan kenyamanan sebagian besar ibu hamil di lebih memilih melahirkan di rumah dengan pertolongan dukun.e. Pengambilan Keputusan Kolektif dalam Keluarga

Pada kenyataannya banyak kasus kematian ibu melahirkan sering disebabkan oleh keterlambatan suami dalam mengambil keputusan rujukan ke pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil SUSENAS 1995, sebagian besar suami (51 %) memilih dukun saat istrinya melahirkan dengan alasan, murah (biaya terjangkau), lebih nyaman dan dapat membantu perawatan bayi sampai 35 hari.

Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa peran suami sangat dominan dalam pengambilan keputusan, sehingga berpengaruh terhadap akses dan kontrol terhadap sumber daya yang ada. Dengan demikian ibu hamil perlu mempunyai keberanian dan rasa percaya diri untuk berpendapat menentukan penolong persalinan profesional yang diinginkan.f. Keberhasilan pertolongan persalinan sebelumnya

Selain faktor usia, ibu hamil yang pertama kali dan ibu yang telah hamil lebih dari tiga kali mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi bila mengalami komplikasi obstetri. Ketakutan merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa nyeri pada persalinan yang seharusnya tanpa rasa nyeri. Akibatnya rasa takut dapat mempunyai pengaruh tidak baik terhadap lancarnya his dan pembukaan. Hal ini biasanya dialami oleh wanita yang mempunyai pengalaman tidak menyenangkan dalam kehamilan sebelumnya. Dengan demikian urutan kelahiran keberhasilan persalinan sebelumnya sangat berpengaruh terhadap pemilihan penolong persalinan pada anak berikutnya. (7,8)II.3 Definisi Pengetahuan dan Perilaku

II.3.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.(9)

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang.(9)

Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil dari pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge. (9)Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledgement is justified true beliefed).Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian, pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. (9)

Dalam kamus filsafat, dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memilliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketehui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif. (9)

Sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan: (9)

1. Awareness, dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2. Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus.

3. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik buruknya stimulus tersebut bagi dirinya.

4. Trial, dimana orang telah mulai mecoba perilaku baru.

5. Adaptation, dimana orang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikap.

1. Tingkat PengetahuanDicakup dalam domain kognitif yang mempunyai enam tingkatan, pengetahuan mempunyai tingkatan sebagai berikut(9):

a) Tahu (Know)

Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan dan mengatakan.

b) Memahami (Comprehension)

Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c) Aplikasi (Aplication)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan sebagainya.d) Analisis (Analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti kata kerja mengelompokkan, menggambarkan, memisahkan.

e) Sintesis (Synthesis)

Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

f) Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada.2. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalamam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas. (9,10)

a. Tingkat pengetahuan baik bila skor 75%-100%

b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60%-74%

c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60%

II.3.2 Perilaku

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari.(10)Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya. Seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). .(10)

II.4 Analisis Penyebab Masalah

Dalam menganalisis masalah digunakan metode pendekatan sistem untuk mencari kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan-pendekatan masalah. Dari pendekatan sistem ini dapat ditelusuri hal-hal yang mungkin menyebabkan munculnya permasalahan. .(10)

Gambar 5. Analisis Pendekatan Sistem

II.4.1Siklus Pemecahan MasalahUntuk dapat memecahkan suatu masalah dapat dilakukan dengan menganalisis kemungkinan penyebab masalah tersebut terlebih dahulu. Kemungkinan penyebab masalah dapat berasal dari internal maupun eksternal. Kemungkinan penyebab masalah internal dianalisis dengan menggunakan pendekatan sistem. Dari berbagai kemungkinan penyebab yang menimbulkan masalah dicari penyebab yang paling mungkin dengan cara mengkonfirmasi kemungkinan penyebab yang ditemukan ke bagian program masalah tersebut. Setelah menemukan penyebab yang paling mungkin dilakukan penanggulangan penyebab masalah dengan menyusun alternatif pemecahan masalah tersebut dan dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan penyebab masalah dengan metode kriteria matriks. Setelah menemukan urutan priotasnya maka langkah selanjutnya menyusun Plan Of Action.(10)

Gambar 6. Siklus Pemecahan Masalah 1)

Identifikasi masalah

Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai, menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja. Kemudian mempelajari keadaan yang terjadi dengan menghitung atau mengukur hasil pencapaian. Yang terakhir membandingkan antara keadaan nyata yang terjadi, dengan keadaan tertentu yang diinginkan atau indikator tertentu yang sudah ditetapkan.(10)2)

Penentuan penyebab masalah

Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan curah pendapat. Penentuan penyebab masalah dilakukan dengan menggunakan fishbone. Hal ini hendaknya jangan menyimpang dari masalah tersebut.(10)3)

Memilih penyebab yang paling mungkin

Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang didukung oleh data atau konfirmasi dan pengamatan.(10)4)

Menentukan alternatif pemecahan masalah

Sering kali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada alternatif pemecahan masalah.(10)5)

Penetapan pemecahan masalah terpilih

Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan pemecahan terpilih. Apabila ditemukan beberapa alternatif maka digunakan matriks untuk menentukan/ memilih pemecahan terbaik.(10)6)

Penyusunan rencana penerapan

Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan Of Action atau Rencana Kegiatan). (10)7)

Monitoring dan evaluasi

Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat dipecahkan.(10)

II.5 Penentuan Pemecahan MasalahSetelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan metode Matriks(11) :

Keterangan:

Magnitude (m)

Artinya besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan, semakin besar atau banyak penyebab masalah dapat diselesaikan maka akan semakin efektif.

Importancy (i)

Artinya pentingnya penyelesaian masalah, semakin penting cara penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah maka akan semakin efektif.

Vunerability (v)

Artinya sensitifitas cara penyelesaian masalah, semakin sensitif maka akan semakin efektif.

Skor untuk (magnitude, importancy dan vunerability):1. Sangat kurang efektif

2. Kurang efektif

3. Cukup efektif

4. Efektif

5. Sangat efektif(12) Cost (c)

Artinya biaya.

Skor untuk (cost):1. Bila biaya atau sumber daya yang digunakan semakin kecil.

2. Bila biaya atau sumber daya yang digunakan kurang besar

3. Bila biaya atau sumber daya yang digunakan cukup besar

4. Bila biaya atau sumber daya yang digunakan besar

5. Bila biaya atau sumber daya yang digunakan semakin atau sangat besar. (12)BAB IIIANALISA MASALAH

Dari hasil Standar Pelayanan Minimal (SPM) wilayah kerja Puskemas Borobudur Periode Januari Desember 2014, Persalinan Tenaga Kesehatan memiliki cakupan yang sudah melebihi dari target Dinkes Kab. Magelang 2014 yaitu 101.04%.Tabel 2. Hasil dari SPM Bulan Januari Desember 2014 Wilayah Puskesmas Borobudur

IndikatorTarget (%)Sasaran

(1 Tahun)Sasaran bulan berjalanCakupanPencapaian

KegiatanPersen (%)

Persalinan Tenaga Kesehatan95%1023xxx982 95.99%101.04%

Akan tetapi setelah mengkonfirmasi kepada Puskesmas Borobudur seharusnya target persalinan oleh tenaga kesehatan yaitu 100% sehingga belum mencapai target yang ditetapkan oleh Puskemas Borobudur.Tabel 3. Jumlah Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan di semua desa di Kecamatan Borobudur Periode Januari Desember 2014Nama desaTargetPersalinan NakesSasaranCakupanPencapaian

NakesNon nakesHasil kegiatan%

Giri Purno100% 37 - 37 37 100%100%

Giri Tengah100% 67 - 67 67 100%100%

Tuksongo100% 51 - 51 51 100%100%

Majaksingi100% 39 - 39 39 100%100%

Kenalan100% 14 - 14 14 100%100%

Bigaran100% 13 - 13 13 100%100%

Sambeng100% 28 - 28 28 100%100%

Candirejo100% 60 - 60 60 100%100%

Ngargogondo100% 27 - 27 27 100%100%

Wanurejo100% 84 - 84 84 100%100%

Borobudur100% 148 - 148 148 100%100%

Tanjungsari100% 17 - 17 17 100%100%

Karanganyar100% 36 - 36 36 100%100%

Karangrejo100% 46 - 46 46 100%100%

Ngadiharjo100% 731 74 74 98.65%98.65%

Kebonsari100% 41 - 41 41 100%100%

Tegal Arum100% 42 - 42 42 100%100%

Kembang Limus100% 33 - 33 33 100%100%

Wringin Putih100% 88 -8888100%100%

Bumiharjo100% 38 -3838100%100%

Dari Tabel 6, hanya di Desa Ngadiharjo, pencapaian jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan periode Januari Desember 2014 tidak mencapai target Puskesmas Borobudur 2014 yaitu cakupannya 98.65% dan pencapaiannya 98.65%.Jumlah Pencapaian Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Cakupan Persalinan = Jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan X 100%

Oleh

Jumlah seluruh sasaran persalinan 1 tahunTenaga Kesehatan

= 73 X 100% = 98.65%

74Pencapaian

= Cakupan / Target X 100%

= 98.65% / 100% X 100%

= 98.65%

Dari hasil didapatkan skor pencapaian pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan Desa Ngadiharjo periode Januari - Februari 2012 lebih rendah dari target Puskesmas Borobudur 2014 (100%) sebesar 98.65%.BAB IVKERANGKA PENELITIANIV.1. Kerangka Teori

Gambar 7. Kerangka Teori

IV.2. Kerangka Konsep

Gambar 8. Diagram Kerangka Konsep

BAB VMETODOLOGI PENELITIAN

.Data yang didapat dari pencatatan dan pelaporan program KIA di Puskesmas Borobudur pada bulan Januari - Desember 2014 menjelaskan bahwa pencapaian cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Borobudur sudah tercapai sesuai dengan target Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang 2014 (95%) yaitu 95.99% dengan pencapaian 101.04%. Setelah mengkonfirmasi kepada Puskesmas seharusnya target persalinan oleh tenaga kesehatan yaitu 100%. Setelah diteliti, dari 20 desa di wilayah kerja Puskesmas Borobudur, hanya Desa Ngadiharjo yang cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan tidak mencapai target yang telah ditetapkan oleh Puskesmas Borobudur yaitu 100% dengan pencapaian 98,65%. Oleh karena itu, Desa Ngadiharjo dipilih untuk dilakukan penelitian.

Survey dilakukan di Desa Ngadiharjo Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara terpimpin sedangkan data sekunder didapat dari data Standar Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas Borobudur dan laporan bulanan bagian kesehatan ibu dan anak Puskesmas Borobudur.

V.1Batasan judul

Laporan ini berjudul Rencana Peningkatan Cakupan Program KIA tentang Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan di Desa Ngadiharjo Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang Evaluasi Managemen Program Periode Januari Desember 2014, memiliki batasan- batasan sebagai berikut :1)Rencana

Rangka sesuatu yang akan dikerjakan

2)Peningkatan

Usaha memajukan suatu rencana

3)Cakupan

Adalah perbandingan antara hasil kegiatan dibagi dengan sasaran.

4)Program KIA

Salah satu program kerja Puskesmas

5)Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan

Proses persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan yang berkompeten dalam membantu proses persalinan (dokter dan bidan) di fasilitas kesehatan.6)Desa Ngadiharjo

Adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Borobudur

7)Kecamatan Borobudur

Adalah salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Magelang

8)Evaluasi

Adalah proses penilaian yang sistematis mencangkup pemberian nilai, atribut, apresiasi, dan pengenalan permasalahan serta pemberian solusi-solusi atas permasalahan yang ditemukan

9)Managemen

Adalah penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran

10)Program

Adalah rancangan mengenai asas serta usaha yang akan dijalankan

11)Periode Januari Desember 2014

Kurun waktu 2 bulan yang diawali dari bulan Januari 2014 Desember 2014.

V.2Definisi Operasional

1. Persalinan oleh tenaga kesehatan adalah proses persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan yang berkompeten dalam membantu proses persalinan (dokter dan bidan) di fasilitas kesehatan.2. Desa Ngadiharjo adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Borobudur.3. Cakupan adalah presentase hasil perbandingan antara ibu hamil yang melakukan persalinan oleh tenaga kesehatan dibagi dengan ibu hamil yang melakukan persalinan oleh tenaga kesehatan dan non tenaga kesehatan pada periode Januari Desember 2014.4. Ibu bersalin adalah seorang wanita yang melewati proses keluarnya bayi, plasenta dan selaput ketuban dari rahim wanita pada umur kehamilan cukup bulan tanpa ada disertainya penyulit5. Dukun bayi adalah profesi seseorang yang dalam aktivitasnya, menolong proses persalinan seseorang, merawat bayi mulai dari memandikan, menggendong, belajar berkomunikasi dan lain sebagainya6. Bidan desa adalah bidan yang ditempatkan dan bertugas di desa, mempunyai wilayah kerja 1 dan 2 desa dan harus bertanggung jawab langsung kepada puskesmas7. Kader kesehatan menurut Depkes RI (2003) adalah anggota masyarakat yang dipilih dari dan oleh masyarakat, mau dan mampu bekerja bersama dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan secara sukarela. Sementara menurut WHO (1998) merupakan laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani, masalah-masalah kesehatan perorangan maupun yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan.

V.3Batasan Operasional

1)Frekuensi kegiatan berlangsung selama satu tahun.

2)Sasaran adalah jumlah sasaran ibu bersalin dalam satu tahun berjalan di Desa Ngadiharjo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.

3)Cakupan adalah presentase hasil perbandingan antara jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan di Desa Ngadiharjo dibagi jumlah sasaran periode Januari Desember 2014.V.4Ruang Lingkup

1)Lingkup lokasi : Desa Ngadiharjo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.2)Lingkup waktu : Januari Desember 2014.

3)Lingkup metode : Wawancara dan pencatatan

4)Lingkup materi : Rencana peningkatan program KIA tentang cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Desa Ngadiharjo evaluasi managemen program periode Januari Desember 2014.

V.5Faktor Inklusi dan Faktor Eklusi

V.5.1.Faktor Inklusi

Salah satu ibu bersalin di Desa Ngadiharjo periode Januari Desember 2014

V.5.1Faktor Eklusi

Tidak ditemukan adanya masalah

BAB VIHASIL PENELITIANVI.1 Keadaan Geografis

Desa Ngadiharjo terletak di wilayah Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang, Jawa Tengah yang terdiri dari 12 dusun dengan luas wilayah Desa Ngadiharjo 590,100 HA

Tabel 2. Wilayah Desa NgadiharjoNo.Nama Dusun

1Dusun Genjalan

2Dusun Bleder

3Dusung Tawangsari

4Dusun Karangtengah Utara

5Dusun Karangtengah Selatan

6Dusun Ngabean

7Dusun Tanjung

8Dusun Sidengen Utara

9Dusun Sidengen Selatan

10Dusun Saji

11Dusun Kedok

12Dusun Karang Kalangan

VI.1.1 Batas wilayah

Desa Ngadiharjo mempunyai batas administrasi yaitu:

Utara: Desa Kembang Limus

Selatan: Desa Giripurno

Timur: Desa Karangrejo

Barat: Desa Paripurno

VI.1.2 Peta Wilayah

Gambar 9. Peta Wilayah Desa NgadiharjoVI. 2 Keadaan Demografi

Jumlah penduduk

: 4.892 jiwa

Jumlah Kepala Keluarga: 1.515 KK

Jumlah penduduk laki-laki: 2.454 jiwa

Jumlah penduduk perempuan: 2.438 jiwa

Kepadatan penduduk: jumlah penduduk/ luas wilayah dalam km2 4.892/590,1 = 8,29 jiwa/km2.

Tabel 5. Jumlah Penduduk berdasarkan Agama

AgamaJumlahPersentase

Islam4.88999,94%

Kristen30,06%

Katolik00

Hindu00

Buddha00

Total 4.892100%

Sarana peribadatan :

1. Masjid: 14 buah

2. Musholla: 16 buah

Tabel 6. Data Penduduk Desa Ngadiharjo Berdasarkan Struktur Pendidikan

Tingkat pendidikanJumlah

Belum pernah sekolah2903

Tamat SD/MI784

Tamat SMP627

Tamat SMA511

Tamat D325

Tamat PT42

Total4.892

Tabel 7. Data Penduduk Desa Ngadiharjo Berdasarkan Pekerjaan

Mata PencaharianJumlah Persentase

Petani2956,03 %

Buruh Tani56511,54%

Pengusaha150,30%

Buruh Industri671,36%

Buruh Bangunan63613,00%

Pedagang961,96%

Pengangkutan841,71%

TNI/POLRI140,28%

P N S260,53%

Pensiunan270,55%

Mengurus RumahTangga1372,82%

Belum/ Tidak Bekerja299761,26%

Total 4.892100%

VI.3Data KesehatanVI.3.1Sarana dan Prasarana

1)Sarana

: Posyandu

2)SDM

: Dokter Umum: -

Dokter Gigi

: -

Perawat

: -

Bidan

: 1 orang

Dukun

: 5 orang

Kader posyandu aktif: 28 orang

VI.4Upaya Kesehatan

1.Promotif, preventif oleh kader: Dilakukan secara berkala

2.Promotif, preventif oleh bidan: Melalui posyandu

3.Pemantauan kesehatan bumil, balita, dan pengendalian risiko: Melalui posyandu

VI.5Pengamatan dan Pemantauan Kesehatan

1.Buku KIA: Ada

2.Buku SIP: Belum ada

3.Buku catatan kasus/ rujukan kader: Belum ada

4.Buku catatan keluarga miskin: Ada

5.Buku catatan kelahiran dan kematian: Ada

VI.6Hasil Survei

Wawancara telah dilaksanakan pada tanggal 5 Maret 2015 dengan Ibu Esti selaku Koordinator Program KIA Puskesmas Borobudur dan Ibu Ika selaku bidan Desa Ngadiharjo, salah satu dari 20 desa yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Borobudur. Kemudian dilakukan survei langsung pada tanggal 6& 7 Maret 2015 ke Desa Ngadiharjo yang menurut data dan informasi yang didapatkan dari Laporan Bulanan Program KIA bidang Persalinan oleh Tenaga Kesehatan memiliki cakupan yang rendah. Desa tersebut dipilih karena merupakan satu-satunya desa di wilayah kecamatan Borobudur yang tidak mencapai target Puskesmas Borobudur 2014. Responden terdiri dari 1 ibu yang bersalin pada non tenaga kesehatan, 8 kader, dan 3 dukun bayi. Kuesioner meliputi identitas diri, data umum, pengetahuan tentang persalinan oleh tenaga kesehatan, perilaku terhadap persalinan oleh tenaga kesehatan dan akses pelayanan dan pembiayaan kesehatan. Tujuan dari pembuatan kuesioner adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatanVI.6.1Hasil Survei Terhadap Responden

Wawancara menggunakan sampel yang dilakukan kepada 1 responden ibu yang bersalin di non tenaga kesehatan di Desa Ngadiharjo selama periode Januari Desember 2014. (kuesioner lihat lampiran).

A. Data Umum

i. Pendidikan ibu yang bersalin oleh tenaga kesehatanTabel 8. Pendidikan Ibu yang Bersalin di non tenaga kesehatan periode Januari-Desember 2014

SDSMPSMA Jumlah Resonden

01

100%-

-1

ii. Pekerjaan ibu yang bersalin oleh tenaga kesehatan

Tabel 9. Pekerjaan Ibu yang Bersalin di non tenaga kesehatan periode Januari-Desember 2014

BekerjaTidak BekerjaJumlah Responden

0

0%1

100%1

iii. Pendapatan keluarga setiap bulannyaTabel 10. Pendapatan Keluarga>Rp. 500.000 Rp 500.000

b. < Rp 500.000

PENGETAHUAN

1. Apakah Ibu pernah mendengar tentang persalinan aman?

a. Ya

b. Tidak

2. Jika ya, dari mana Ibu mendengar tentang persalinan aman?

a. Penyuluhan

b. Televisi

c. Radio

d. Lain-lain (sebutkan)..

3. Menurut Ibu apakah yang dimaksud dengan persalinan aman?

a. Semua alat yang dipakai dalam persalinan adalah alat yang modern, tanpa mempedulikan siapa orang yang menolong persalinan tersebut

b. Penolong persalinan mempunyai keahlian dalam membacakan mantramantra, sudah berpengalaman dalam membantu persalinan serta menggunakan alat yang sederhana

c. Semua penolong persalinan mempunyai pengetahuan, keterampilan dan alat untuk memberikan pertolongan aman dan bersih, serta memberikan pelayanan nifas pada ibu dan bayi

d. Persalinan yang dapat ditolong oleh siapapun, dengan harapan ibu dan bayi selamat tanpa mempedulikan kebersihan alat yang digunakan pada saat persalinan

4. Apakah Ibu tahu tentang paraji terlatih?

a. ya

b. tidak

5. Jika ya, apakah paraji terlatih menurut Ibu?

a. Paraji yang telah dilatih oleh Dinas Kesehatan dan mempunyai alat-alat sederhana untuk menolong persalinan (gunting, klem, betadine).

b. Paraji yang telah memiliki banyak pengalaman dan mempunyai alat-alat canggih untuk menolong persalinan.

c. Paraji yang mempunyai kemampuan membacakam mantra-mantra pada saat membantu persalinan dan mampu membuat ramuan jamu.

d. Lain-lain (sebutkan)

6. Apakah Ibu mengetahui persalinan oleh paraji memiliki resiko tinggi kematian bayi karena penyakit tetanus?

a. Ya

b. Tidak

7. Jika ya, bagaimana pencegahan penyakit tetanus pada bayi yang baru lahir ?

a. Membersihkan tubuh bayi dengan alkohol

b. Pemberikan imunisasi TT pada saat ibu mengandung

c. Mandikan bayi dengan air hangat segera setelah lahir

d. Lain-lain (sebutkan)

SIKAP

1. Sebaiknya persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter / bidan).

a. Setuju

b. Tidak setuju. Kenapa? (sebutkan alasannya).......................................................

2. Imunisasi TT diberikan pada saat Ibu mengandung.

a. Setuju

b. Tidak setuju. Kenapa? (sebutkan alasannya)

3. Pemeriksaan kehamilan dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter/ bidan)

a. Setuju

b. Tidak setuju

4. Pemeriksaan kehamilan dilakukan secara rutin.

a. Setuju

b. Tidak setuju

5. Tablet Fe/ zat besi diberikan pada saat hamil.

a. Setuju

b. Tidak setuju

6. Program KB harus dilakukan oleh semua masyarakat.

a. Setuju

b. Tidak setuju

PERILAKU

1. Apakah ibu dalam persalinan terakhir dibantu oleh dukun bayi?

a. Ya

b. Tidak. Oleh siapa ?

2. Apakah semua proses persalinan ibu dibantu oleh dukun bayi ?

a. Ya

b. Tidak

3. Apakah persalinan di paraji merupakan keinginan ibu sendiri ?

a. Ya, kenapa?.............................................................................................

b. Tidak, Siapa yang menganjurkan?

4. Apakah di lingkungan Ibu terdapat sarana kesehatan (puskesmas, prakter dokter, praktek bidan) untuk pertolongan persalinan?

a. Ya

b. Tidak

5. Jika ya, apakah Ibu pernah menggunakan sarana tersebut?

a. Ya

b. Tidak. Kenapa? (sebutkan alasannya)..

6. Apakah sebelum persalinan Ibu sudah diimunisasi TT?

a. Ya. Berapa kali?

b. Tidak. Kenapa? (sebutkan alasannya)

7. Apakah menurut Ibu biaya persalinan yang dikeluarkan mahal?

a. Ya

b. Tidak

PENYULUHAN

1. Apakah petugas kesehatan pernah memberikan penyuluhan tentang persalinan aman dalam waktu dekat?

a. Ya

b. Tidak

2. Jika jawaban ya, kapan terakhir diadakan?

a. 1 bulan yang lalu

b. 3 bulan yang lalu

c. 6 bulan yang lalu

3. Bagaimana cara petugas kesehatan memberikan penyuluhan tersebut ?

a. Ceramah

b. Tanya jawab / diskusi

c. Alat peraga / gambar

d. Pemutaran slide / film

e. Lain-lain (sebutkan)...

4. Menurut Ibu, siapa yang sebaiknya memberikan penyuluhan?

a. Ketua RT / RW

b. Dokter

c. Petugas kesehatan

d. Lain-lain (sebutkan)...

5. Menurut Ibu penyuluhan sebaiknya dilakukan di mana?

a. Puskesmas

b. Balai Kesehatan

c. Kecamatan

d. Lapangan terbuka

6. Menurut Ibu berapa kali sebaiknya dilakukan penyuluhan?

a. 1 bulan sekali

b. 3 bulan sekali

c. 6 bulan sekali

LEMBAR KUESIONER BIDAN DESA

PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN

IDENTITAS BIDAN

Nama Bidan

:

Alamat

:

Umur

:

1. Ada berapa sumber daya manusia di Desa Ngadiharjo?

2. Apakah peran anda dalam peningkatan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan?

3. Ibu yang akan melahirkan menggunakan dana apa untuk proses persalinan?

4. Ada berapa Posyandu di desa anda? Apakah jumlahnya sudah mencukupi?

5. Apakah peralatan persalinan yang tersedia? Apakah memadai?

6. Apakah sarana transportasi anda?

7. Apakah metode yang digunakan dalam pelayanan kesehatan persalinan?

8. Apakah perencanaan yang digunakan pada program persalinan oleh tenaga kesehatan?

9. Bagaimanakah sistem pencatatan dan pelaporan persalinan oleh tenaga kesehatan?LEMBAR KUESIONER DUKUN BAYI

PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH NON TENAGA KESEHATAN

IDENTITAS DUKUN BAYI

Nama Dukun

:

Alamat

:

Umur

:

Pendidikan

:

Pekerjaan

:

1.Sudah sejak kapan Anda bekerja sebagai dukun bayi?

2.Bagaimana Anda bisa menjadi dukun desa?

3.Apa sajakah tugas Anda sebagai dukun bayi?

4.Peralatan apa sajakah yang Anda perlukan dalam membantu proses persalinan?

5.Apakah ada koordinasi antara dukun bayi dan bidan desa? Seperti apakah bentuk koordinasi tersebut?

6.Apakah Anda memberikan motivasi kepada ibu hamil agar melakukan persalinan pada bidan desa?

7.Apakah Anda sering mendapatkan pelatihan dan penyuluhan dari Puskesmas/ Posyandu? Jika ya, kapan dan dimana pelatihan dan penyuluhan tersebut dilakukan?8.Apa sajakah pelatihan dan penyuluhan yang diberikan dari Puskemas/ Posyandu? Apakah anda memberikan informasi tersebut kepada ibu hamil?

LEMBAR KUESIONER KADER DESA

PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN

IDENTITAS KADER

Nama Kader

:

Alamat

:

Umur

:

Pendidikan

:

Pekerjaan

:

1.Apakah ibu mengetahui mengenai manfaat persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan)?

a. Tahu, sebutkan:b. Tidak tahu

2.Apakah ibu pernah melakukan penyuluhan kepada ibu hamil untuk melakukan persalinan pada tenaga kesehatan?

a. Pernah

b. Tidak pernah (lanjut ke no.5)

3.Kapan ibu melakukan peyuluhan?

4.Dalam bentuk seperti apa penyuluhan yang diberikan?

5.Apakah ibu mengetahui mengenai P4K?

6.Apakah ibu mengetahui mengenai manfaat P4K?

a. Perencanaan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi dan tanda bahaya persalinan

b. Agar ibu dapat melakukan IMD (inisiasi menyusui dini)LAMPIRAN

INPUT

Man

Money

Method

Material

Machine

PROSES

P1

P2

P3

OUTPUT

Cakupan Program

LINGKUNGAN

Fisik

Kependudukan

Sosial Budaya

Sosial Ekonomi

Kebijakan

M x I x V

C

INPUT

Man : Bidan desa, kader, dukun bayi

Money: Bantuan operasional kesehatan

Method: sistem pencatatan di buku register, metode kohort mengikuti perkembangan kehamilan dan persalinan, program P4K

Material : Posyandu

Machine : Peralatan kehamilan, buku KIA, data kohort ibu bersalin

PROSES

Program P4K

Pencatatan data ibu bersalin

Pengetahuan keluarga

LINGKUNGAN

Ibu bersalin

CAKUPAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN

IBU BERSALIN

Pendidikan

Pengetahuan persalinan

Program P4K

Lokasi rumah

Bantuan operasional kesehatan

Perencanaan persalinan

CAKUPAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN DI DESA NGADIHARJO

KADER

- Manfaat persalinan

- Penyuluhan pada ibu hamil

- Program P4K

DUKUN BAYI

- Cara kerja dukun bayi

- Koordinasi dengan bidan desa

- Motivasi ibu hamil

BIDAN DESA

- Sumber daya kesehatan

- Bantuan operasional kesehatan

- Peralatan

- Perlengkapan

- Jadwal kegiatan

- Sistem pencatatan& pelaporan

PROSES

P2

P1

P3

Money

Method

Kurangnya kolaborasi lintas bidan desa

Pengaturan jadwal cuti bidan desa Ngadiharjo dengan bidan desa sekitar

INPUT

Lingkungan

Jarak rumah ibu hamil ke fasilitas kesehatan cukup jauh

Perilaku ibu untuk melakukan persalinan di tenaga kesehatan masih kurang

Material

Man

Machine

Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Desa Ngadiharjo Januari-Desember 2014, yaitu 98.65%

Gambar 10. Diagram Fish Bone

Kurangnya kolaborasi lintas bidan desa

Melakukan kerja sama antar bidan desa, lalu membuat jadwal cuti

Pengaturan jadwal cuti bidan desa Ngadiharjo dengan bidan desa sekitar

Jarak rumah ibu hamil ke fasilitas kesehatan cukup jauh

Memberi penyuluhan secara berkala pada ibu hamil dan akan bersalin beserta keluarga mengenai tanda- tanda akan segera melahirkan, sehingga ketika ibu hamil sudah akan melahirkan ibu hamil dan keluarga segera pergi ke fasilitas kesehatan

Perilaku ibu untuk melakukan persalinan di tenaga kesehatan masih kurang

Foto dengan Mbah Witri, dukun bayi di Desa Ngadiharjo

Foto dengan Mbah Pon, dukun bayi di Desa Ngadiharjo

Foto dengan Ibu Nida

Foto dengan salah seorang Kader Desa Ngadiharjo

Foto dengan salah seorang kader Desa Ngadiharjo

Foto dengan Ibu Nida

Foto dengan salah seorang kader Desa Ngadiharjo

Foto dengan Ibu Ika, bidan Desa Ngadiharjo

Wawancara dengan Bu Esti, koordinator KIA Puskesmas Borobudur

Alat yang digunakan Mbah Pon/ dukun bayi untuk menolong persalinan

31