TM 5 - PPh 21-2010

29
PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 Kus Tri Andyarini, SE, M.Si

description

perbankan

Transcript of TM 5 - PPh 21-2010

  • PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

    Kus Tri Andyarini, SE, M.Si

  • PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

    Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi WP Dalam Negeri yang berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan, jabatan, jasa, dan kegiatan lainnya.

    Setelah Tax Reform yang pertama pada tahun 1984, kemudian tahun 1994 dan terakhir tahun 2008, pemungutan Pajak Penghasilan menganut self assesment system. Dalam pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 21 selain self assesment system juga berlaku witholding tax system.

    Petunjuk mengenai Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 21 dan 26 sehubungan dengan pekerjaan , jasa dan kegiatan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor :PER-31/PJ/2009 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi.

  • Wajib Pajak yang Dipotong PPh Pasal 21

    Yang dipotong PPh pasal 21 adalah wajib pajak orang pribadi dalam negeri yang menerima/memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan/jasa yang dilakukan di Indonesia dari pemotong pajak yang terdiri dari :Pegawai Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatanPeserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan

  • Tidak Termasuk Subjek Pajak

    Yang tidak termasuk Wajib Pajak PPh pasal 21 adalah :

    pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;

    pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

  • Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21

    Penghasilan teratur, yang dapat berupa :Gaji, tunjangan dan premi asuransi yang dibayar pemberi kerja, Uang pensiun bulananPenghasilan yang tidak teratur, yang dapat berupa :Jasa produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, THR, bonus, premi tahunan dan sebagainya yang bersifat tidak tetapUang tebusan pensiun, Tabungan Hari Tua, pesangon, dan sebagainya.Uang harian, mingguan, satuan, dan borongan.Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan, komisi, bea siswa atau imbalan lain atas pekerjaan dan jasa atau kegiatan yang dilakukan di Indonesia oleh Wajib Pajak Dalam Negeri, yang terdiri atas :Tenaga ahli atau persekutuan tenaga ahliPemain musik, penyanyi, pelawak, bintang film, MC, dan lain-lainOlahragawanPenasehat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.Pengarang, peneliti, penterjemahPemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistim aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial,Agen iklan,Pengawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan, peserta sidang atau rapat, dan tenaga lepas lainnya dalam segala bidang kegiatan,Pembawa pesanan atau yang menemukan langgananPeserta perlombaanPetugas penjaja barang daganganPetugas dinas luar asuransiPeserta pendidikan, pelatihan dan pemaganganDistributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya.Penerimaan natura dan kenikmatan yang diberikan oleh bukan WP atau Wajib Pajak yang dikenakan PPh yang bersifat Final dan yang dikenakan PPh berdasarkan Norma Penghitungan Khusus (deemed profit).

  • Tidak Termasuk Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21

    Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;

    Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final; atau Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma penghitungan khusus (deemed profit).;

    Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja

    Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah;

    Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf l Undang-Undang Pajak Penghasilan.

  • Pemotong PPh Pasal 21Pemberi kerja yang terdiri dari Orang Pribadi maupun BadanBendahara atau pemegang kas pemerintah Dana pensiun atau badan lain yang membayar uang pensiun dan lain-lainOrang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang membayar honorarium dan imbalan lainPenyelenggara kegiatan yang membayar honorarium, hadiah atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada WP Orang Pribadi Dalam Negeri.

    Dikecualikan dari kewajiban memotong PPh pasal 21 adalah:Kantor perwakilan negara asing; Organisasi-organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh Menteri Kuangan;Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang semata-mata mempekerjakan orang pribadi untuk melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas

  • Pengurangan Yang Diperbolehkan

    Biaya jabatan = 5% x Penghasilan brutoMaksimal Rp 500.000,- per bulan atau Rp 6.000.000,- pertahunBiaya Jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang dapat dikurangkan dari penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa memandang mempunyai jabatan atau tidak.Biaya pensiun = 5% x Pensiun brutoMaksimal Rp 200.000,- per bulan atau Rp 2.400.000,- per tahunIuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau badan penyelenggara THT atau JHTPTKP perbulan pertahunWP sendiri Rp 1.320.000,-Rp 15.840.000,-Status kawin 110.000,- 1.320.000,-Tanggungan (max-3) 110.000,- 1.320.000,-

    Karyawati kawin, PTKP hanya untuk dirinya sendiri, jika tidak kawin boleh ditambah tanggunganDengan SK dari Kecamatan yang menerangkan bahwa suaminya tidak memperoleh penghasilan, PTKP karyawati dapat ditambah status kawin dan tanggungannyaPTKP ditetapkan sesuai keadaan pada awal tahun atau awal bulan kedatangan di Indonesia

  • Cara Menghitung PPh Pasal 21 Pegawai Tetap dari Ph Teratur

    Gaji sebulan Rp. xxxPremi Asuransi (dibayar pemberi kerja) xxx Tunjangan-tunjangan xxx +Penghasilan bruto Rp. XxxPengurang :Biaya Jabatan = 5 % x Ph. Bruto = Rp. xxx (maksimum Rp. 500.000,-/bulan)Iuran Pensiun (dibayar karyawan) xxx Iuran THT (dibayar karyawan) xxx+ xxx -Penghasilan neto sebulan Rp. XxxPenghasilan neto setahun (x12) Rp. xxxxPTKP Xxx Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp. xxxxPPh Pasal 21 setahun = PKP x Tarif Pasal17 = AA sebulan = AA/12

  • Cara Menghitung PPh Pasal 21 Pegawai Tetap dari Ph Teratur Desember

    Gaji (Jan Des) Rp. xxxPremi Asuransi (dibayar pemberi kerja) (Jan Des xxx Tunjangan-tunjangan (Jan- Des) xxx Penghasilan Tidak Teratur (Jan- Des) xxx +Penghasilan bruto (Jan Des) Rp. XxxPengurang : (Jan Des)Biaya Jabatan = 5 % x Ph. Bruto = Rp. xxx (maksimum Rp. 6.000.000)Iuran Pensiun (dibayar karyawan) xxx Iuran THT (dibayar karyawan) xxx+ xxx -Penghasilan neto setahun Rp. xxxxPTKP Xxx Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp. xxxxPPh Pasal 21 (Jan Des) = PKP x Tarif Pasal17 = AAPPh Pasal 21 (Jan Nov) BB - PPh Pasal 21 Bulan Desember CC

  • PPh Pasal 21 Pegawai Tetap atas Penghasilan Tidak Teratur ( Mis. Bonus, THR)

    PPh Pasal 21 setahun atas ph teratur setahun dan ph tdk teratur Rp XXPPh Pasal 21 setahun atas ph teratur setahun Rp XX- PPh Pasal 21 setahun atas ph tdk teratur Rp XX

  • PPh Pasal 21 atas Ph Teratur dan Ph Tdk Teratur

    Gaji setahun Rp xxPremi Asuransi sethn xxTunjangan setahun xx +Ph. Teratur setahun xxPh. Tidak Teratur xx + Ph. Bruto xxPengurang setahun xx -Ph. Neto setahun xxPTKP xx -PKP xx

    PPh Ps 21 sethn Ph Teratur & Tdk Teratur = PKP x Tarif Ps 17 = A

    PPh Pasal 21 atas Ph Teratur

    Rp. Xx xx xx + xx ---- + xx xx - xx xx - xx

    PPh Pasal 21 sethn atas PhTeratur = PKP x Tarif Ps 17 = B

  • PPh Pasal 21 Pegawai Tetap atas RapelPPh Pasal 21 sebulan setlah kenaikan gaji x bulan yang dirapel Rp XXPPh Pasal 21 sebulan seblm kenaikan gaji x bulan yang dirapel Rp XX - PPh Pasal 21 atas rapel Rp XX

  • PPh Pasal 21 Gaji Setelah Naik

    Gaji sebulan Rp xxPremi Asuransi sebulan xxTunjangan sebulan xx +Ph. Bruto xxPengurang sebulan xx -Ph. Neto sebulan xx

    Ph. Neto setahun xxPTKP xx -PKP xx

    PPh Psl 21 Sethn=PKP x Tarif Ps 17= C sebulan = C/12 = A

    PPh Pasal 21 Gaji Sebelum Naik

    Rp. Xx xx xx + xx xx - xx

    xx xx - xx

    PPh Psl 21 Sethn=PKP x Tarif Ps 17= D sebulan = D/12 = B

  • Pegawai Tetap yang Mulai Kerja, Kewajiban pajak subjektif ada pada awal tahun atau berakhir setelah tahun pajak

    Gaji sebulan Rp. xxxPremi Asuransi (dibayar pemberi kerja) xxx Tunjangan-tunjangan xxx +Penghasilan bruto Rp. XxxPengurang :Biaya Jabatan = 5 % x Ph. Bruto = Rp. xxx (maksimum Rp. 500.000,-/bulan)Iuran Pensiun (dibayar karyawan) xxx Iuran THT (dibayar karyawan) xxx + xxx -Penghasilan neto sebulan Rp. XxxPenghasilan neto setahun x bulan kerja Rp. xxxxPTKP Xxx Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp. xxxxPPh Pasal 21 setahun = PKP x Tarif Pasal17 = AA sebulan = AA/bulan kerja

  • Pegawai Tetap yang Mulai Kerja, Kewajiban pajak subjektif ada setelah awal tahun atau berakhir dalam tahun pajak

    Gaji sebulan Rp. xxxPremi Asuransi (dibayar pemberi kerja) xxx Tunjangan-tunjangan xxx +Penghasilan bruto Rp. XxxPengurang :Biaya Jabatan = 5 % x Ph. Bruto = Rp. xxx (maksimum Rp. 500.000,-/bulan)Iuran Pensiun (dibayar karyawan) xxx Iuran THT (dibayar karyawan) xxx + xxx -Penghasilan neto sebulan Rp. XxxPenghasilan neto n bulan kerja xxxPenghasilan neto setahun (12/bln kerja)x Ph Neto n bln kerja Rp. xxxxPTKP Xxx Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp. xxxxPPh Pasal 21 setahun = PKP x Tarif Pasal17 = AA terutang setahun = bulan kerja/12 x AA = BB sebulan = 1/bulan kerja x BB

  • 1.Pegawai tetap, penerima pensiun bulanan, pegawai tidak tetap, pemagang dan calon pegawai

    PPh Pasal 21 = Tarif Pasal 17 ayat 1 huruf a x PKP

    Dimana: PKPPegawai Tetap; Penghasilan bruto dikurangi biaya jabatan (5% dari penghasilan bruto, maksimum Rp 6.000.000,- setahun atau Rp 500.000,- (sebulan); dikurangi iuran pensiun, Iuran jaminan hari tua, dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

  • Penerima Pensiun Bulanan; Penghasilan bruto dikurangi biaya pensiun (5% dari penghasilan bruto, maksimum Rp 2.400.000,- setahun atau Rp 200.000,- sebulan); dikurangi PTKP.

    Pegawai tidak tetap, pemagang, calon pegawai yang penghasilan dibayar bulanan atau jumlah kumulatif penghasilan melebihi Rp. 1.320.000: Penghasilan bruto dikurangi PTKP yang diterima atau diperoleh untuk jumlah yang disetahunkan.

  • 2. Pegawai harian, pegawai mingguan, pemagang, dan calon pegawai, serta pegawai tidak tetap lainnya yang menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan dan uang saku harian

    Tidak Dipotong PPh Pasal 21 atas Penghasilan Bruto sampai dengan Rp. 150.000,- sehari, sepanjang tidak melebihi Rp.1.320.000,- sebulan.

    Bila jumlahnya melebihi Rp.150.000 sehari tetapi dalam satu bulan takwim jumlahnya tidak melebihi Rp. 1.320.000,- dan atau tidak di bayarkan secara bulanan,

    PPh Psl 21/hari = 5% x ( Ph bruto - Rp.150.000).

    Bila dalam satu bulan kalender jumlahnya melebihi Rp.1.320.000,- sebulan dan kurang dari Rp. 6.000.000

    PPh Psl 21/hari = 5% x (Ph bruto - PTKPsebenarnya/360)

    Bila dalam satu bulan kalender jumlahnya melebihi Rp. 6.000.000 , dan penerima upah bulanan

    PPh Psl 21= Tarif Ps 17 x (Ph bruto disetahunkan - PTKP) 12

  • 3.Anggota Dewan Pengawas atau Dewan Komisaris yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap, mantan pegawai yang menerima jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain yang bersifat tidak teratur dan Peserta Program Pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai yang menarik dana

    PPh Pasal 21 = Pasal 17 (1)( a) x Kumulatif Jml Ph Bruto4.Bukan Pegawai : Tenaga Ahli yang melakukan pekerjaan bebas (pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris)

    PPh Pasal 21 = Tarif Ps 17( 1)a x Kumulatif (50% x Ph Bruto)

  • 5.Bukan Pegawai : Selain tenaga Ahli yang memperoleh penghasilan yang bersifat berkesiambungan:Punya NPWP dan hanya menerima Ph dari pemotong YBS

    PPh Psl 21 = Pasal 17 (1)( a) x Kumulatif ((50% x Jml Ph Bruto) PTKP Bulanan))b. Tidak Punya NPWP atau menerima Ph dari selain pemotong YBS

    PPh Psl 21 = Pasal 17 (1)( a) xKumulatif (50% x Jml Ph Bruto)

    6.Bukan Pegawai : Selain Tenaga Ahli yang memperoleh Penghasilan yang bersifat tidak berkesinambungan

    PPh Pasal 21 = Tarif Ps 17( 1)a x 50% x Jumlah Ph Bruto

  • 7.Peserta Kegiatan

    PPh Psl 21 = Pasal 17 (1)( a) x Jml Ph Bruto

    JIKA TIDAK MEMILIKI NPWP

    PPh Pasal 21 = 120% x Jumlah PPh Pasal 21 (yang bersifat tidak final)

  • 8. Penerima uang pesangon, uang manfaat pensiun, Tunjangan Hari Tua dan Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus (PMK No. 16/PMK.03/2010) ditetapkan khususPPh Pasal 21 Final= Tarif PPh final x Ph Bruto

    Tarif PPh Pasal 21 Final UANG PESANGON: 0% dari Ph Bruto s.d. Rp. 50.000.000. 5% dari Ph Bruto diatas Rp. 50.000.000 s.d. Rp. 100.000.000.15% dari Ph Bruto diatas Rp. 100.000.000 s.d. Rp. 500.000.000.25% dari Ph Bruto diatas Rp. 500.000.000.

    Tarif PPh Pasal 21 Final UANG MANFAAT PENSIUN, TUNJANGAN HARI TUA ATAU JAMINAN HARI TUA: 0% dari Ph Bruto s.d. Rp. 50.000.000. 5% dari Ph Bruto diatas Rp. 50.000.000

    TARIF BERLAKU KUMULATIF JIKA DIBAYAR PALING LAMA 2 TAHUN KALENDER. JIKA DIBAYAR PADA TAHUN KETIGA ATAU TAHUN BERIKUTNYA:

    PPh Pasal 21 = Tarif Ps 17(1)(a) x Jumlah Bruto

  • 9.Pejabat Negara, PNS, anggota TNI/POLRI yang menerima honorarium dan imbalan lain yang sumber dananya berasal dari Keuangan Negara atau Keuangan Daerah kecuali yang dibayarkan kepada PNS Gol. lId kebawah, anggota TNI/POLRI Peltu kebawah/ Ajun Insp./Tingkat I Kebawah

    PPh Ps. 21 Final = 15% x Penghasilan Bruto

  • Tax Planning PPh Ps 21KaryawanTaxable vs Non TaxablePerusahaanDeductable vs Non Deductable

    Natura atau kenikmatan-jika yang memberikan WP/Pemerintah== Barang Non taxable-Non deductable ditingkat perusahaanMakan Siang konsep diatas tidak berlaku

  • TugasNy. Ratna bekerja pada PT ABC dengan gaji Rp. 4.500.000 sebulan. Setiap bulan ia menerima tunjangan jabatan Rp. 750.000, beras sebanyak 30 kg dengan harga pasar beras Rp. 6.000/kg. Perusahaan membayar iuran pensiun dan premi asuransi masing-masing sebesar Rp. 200.000 dan Rp. 150.000 setiap bulannya. Ny Ratna menikah dan mempunyai 2 orang anak kandung.

    Hitunglah :PPh Pasal 21 yang dipotong oleh PT ABC setiap bulannya.PPh Pasal 21 atas Rapel, bila pada bulan Juli gaji pokok naik menjadi Rp. 5.000.000.PPh Pasal 21 atas THR bila pada bulan September, ia menerima THR satu bulan gaji pokok. PPh Pasal 21 yang harus dipotong bulan Desember.

  • TugasTuan Ali, menikah dan memiliki anak kedua tanggal 5 Mei 2009, bekerja pada PT Maju dengan gaji Rp. 6.500.000/bulan. Setiap bulan ia menerima tunjangan kesehatan sebesar Rp. 500.000 dan tunjangan jabatan Rp. 1.000.000. Perusahaan memberikan makan siang di kantin senilai Rp. 400.000. Iuran pensiun dibayar oleh perusahaan 1 % dan karyawan 0,5% dari gaji pokok. Hitung PPh Pasal 21 yang dipotong perusahaan pada bulan Agustus 2009.Rahmat mendapat upah dari PT Maju sebesar Rp. 300.000 sehari. Ia bekerja selama 6 hari. Status K/1.Ny Murni, menikah dan mempunyai satu orang anak kandung, memperoleh upah sehari sebesar Rp. 120.000. Ia bekerja selama 20 hari.

  • Tugas Pegawai Tidak TetapPak Ali, TK/0, upah harian Rp. 120.000. Ia bekerja selama 20 hari.Pak Budi, K/1, upah harian Rp. 200.000. Ia bekerja selama 10 hari.Pak Jaya, TK/0, upah harian Rp. 80.000. Ia bekerja selama 15 hari.Pak Karta, K/1, upah harian Rp. 300.000. Ia bekerja selama 25 hari.Pak Maman, TK/0, upah bulanan Rp. 3.000.000.

  • TugasTn. Mandala, K/2, adalah pegawai PT Nuansa. Ia memiliki NPWP. Pada tahun 2011, ia memperoleh komisi sebagai agen asuransi sbb: Januari Rp. 40.000.000, Februari Rp. 50.000.000, Maret Rp. 60.000.000 dan April Rp. 70.000.000. Hitung PPh Pasal 21 setiap bulannya.Ny. Cantika menikah dengan Tn. Mandala (seorang pegawai PT Nuansa yang mempunyai NPWP) dan mempunyai dua anak kandung. Pada tahun 2011, ia memperoleh komisi sebagai agen asuransi sbb: Januari Rp. 30.000.000, Februari Rp. 40.000.000, Maret Rp. 50.000.000 dan April Rp. 60.000.000. Hitung PPh Pasal 21 setiap bulannya.Tn. Rama, K/3(mempunyai NPWP) seorang dokter yang praktek di Klinik Sehat . Penghasilan dari klinik dibagi antara klinik dan dokter dengan persentase 20% dan 80%. Pada tahun 2011, Penghasilan Bruto sbb: Januari Rp. 25.000.000, Februari Rp. 40.000.000, Maret Rp. 50.000.000 dan April Rp. 40.000.000. Hitung PPh Pasal 21 setiap bulannya.Tn. Jamal, K/1, berhenti kerja tanggal 15 April 2011 memperoleh uang pesangon sebesar Rp. 350.000.000. Uang tersebut dibayar pada tahun 2011 Rp. 100.000.000, tahun 2012 Rp. 100.000.000 dan tahun Rp. 150.000.000. Hitung PPh Pasal 21-nya.