TKA Data Dan Informasi 2014 2

68
TENAGA KERJA ASING Direktorat Jenderal Binapenta Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia Tahun 2014 DALAM DATA DAN INFORMASI (TKA)

description

tenaga kerja asing

Transcript of TKA Data Dan Informasi 2014 2

Page 1: TKA Data Dan Informasi 2014 2

TENAGA KERJA ASING

Direktorat Jenderal BinapentaKementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia

Tahun 2014

DALAM DATA DAN INFORMASI

(TKA)

Page 2: TKA Data Dan Informasi 2014 2

b Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi©2014 oleh Direktorat Jenderal Binapenta, Kemnaker RI

Hak cipta yang dilindungi Undang-Undang dan hak penerbitan ada pada Direktorat Jenderal Binapenta, Kemnaker RI.

Cetakan I, Desember 2014

Direktorat Jenderal BinapentaKementerian Ketenagakerjaan Republik IndonesiaJalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 51 Lt. IV-AJakarta 12950Telepon: +62 21-5250991Faksimile: +62 21-5227588Email: [email protected]: http://binapenta.naker.go.id

Page 3: TKA Data Dan Informasi 2014 2

iTenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

Kata Pengantar

P enggunaan tenaga kerja asing di Indonesia tidak dapat dihindari karena negara kita menganut pasar kerja terbuka/internasional

dengan aturan tertentu. Indonesia telah sepakat untuk melaksanakan pasar kerja bebas, yang antara lain diatur dalam kesepakatan regional dan bilateral mengenai people mobility dan human resource development.

Sejak masa Orde Lama, Orde Baru, hingga saat ini, kebijakan Pemerintah terhadap masuknya TKA ke Indonesia pada dasarnya tetap konsisten yaitu bersifat selektif terhadap jabatan-jabatan tertentu yang memang belum memungkinkan diisi oleh tenaga-tenaga kerja dari Indonesia. Antisipasi terhadap masuknya TKA ke Indonesia juga dirasakan makin mendesak dengan akan segera diberlakukannya ASEAN Economic Community atau Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015. Apabila MEA terwujud, akan terbuka kesempatan kerja seluas-luasnya bagi warga negara-negara ASEAN. Mereka dapat keluar dan masuk dari satu negara ke negara lain di lingkungan ASEAN untuk mendapatkan pekerjaan tanpa adanya hambatan di negara yang dituju.

Diberlakukannya MEA tentu akan memberikan dampak positif dan negatif bagi dunia ketenagakerjaan Indonesia. Dampak positifnya, Diberlakukannya MEA tentu akan memberikan dampak positif dan negatif bagi dunia ketenagakerjaan Indonesia. Dampak positifnya, kehadiran MEA diharapkan akan mengurangi pengangguran karena akan membuka lapangan kerja baru dan menyerap angkatan kerja yang ada saat ini untuk masuk ke dalam pasar kerja. Adapun dampak negatifnya, dengan adanya pasar barang dan jasa secara bebas tersebut akan mengakibatkan tenaga kerja asing dari sesama negara

Page 4: TKA Data Dan Informasi 2014 2

ii Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

ASEAN dengan mudah masuk dan bekerja di Indonesia sehingga mengakibatkan persaingan tenaga kerja yang semakin ketat di bidang ketenagakerjaan. Hal ini menjadi tantangan bagi dunia ketenagakerjaan di Indonesia karena setiap negara pasti telah bersiap diri di bidang ketanagakerjaannya dalam menghadapi MEA.

.

Desember 2014

Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja

Dr. Dra. Reyna Usman, M.M.NIP. 19601206 198603 2 002

Page 5: TKA Data Dan Informasi 2014 2

iiiTenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

Daftar IsI

Kata Pengantar...................................................................................................... iDaftar Isi .................................................................................................................. iiiDaftar Tabel ............................................................................................................ ivDaftar Gambar ....................................................................................................... vDaftar Singkatan ................................................................................................... vi

Bab 1 Pentingnya Data dan Informasi TKA .......................................... 1

Bab 2 Antisipasi MEA 2015 ........................................................................ 11A. TKA di Indonesia Kini .............................................................. 12B. Sektor yang Dibuka................................................................... 16C. Sektor yang Ditutup ................................................................. 22

Bab 3 Regulasi Penggunaan TKA dan Pengendalian TKA .............. 29A. Tata Cara Penggunaan TKA ................................................... 29B. Pelaporan TKA ............................................................................ 35C. Pengendalian TKA ..................................................................... 44

Bab 4 Penutup ................................................................................................. 51

Lampiran ................................................................................................................. 55

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 59

Page 6: TKA Data Dan Informasi 2014 2

iv Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

Daftar tabel

Tabel 2.1. Sebaran TKA Berdasarkan Negara ........................................ 13

Tabel 2.2. Sebaran TKA Berdasarkan Sektor ......................................... 14

Tabel 2.3. Sebaran TKA Berdasarkan Jabatan ....................................... 14

Tabel 2.4. Sebaran TKA Berdasarkan Provinsi ...................................... 15

Tabel 2.5. Peringkat Negara-Negara ASEAN dalam Indeks Daya Saing Global Tahun 2013 dan 2014 ...................................... 23

Tabel 3.1. Jabatan-Jabatan Tertentu yang Dilarang Diduduki Tenaga Kerja Asing ...................................................................... 49

Page 7: TKA Data Dan Informasi 2014 2

vTenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

Daftar gambar

Gambar 2.1. Ruang pelayanan tenaga kerja asing ..................... 28

Page 8: TKA Data Dan Informasi 2014 2

vi Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

Daftar sIngKatan

AEC ASEAN Economic Community

AFAS ASEAN Framework Agreement on Services

DKPTKA Dana Kompensasi Penggunaan Tenaga Kerja Asing

HDI Human Development Index

IMTA Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing

IPM Indeks Pembangunan Manusia

ISCO International Standard Classification of Occupations

KITAP Kartu Izin Tinggal Tetap

KITAS Kartu Izin Tinggal Terbatas

MEA Masyarakat Ekonomi ASEAN

MRA Mutual Recognition Arrangements

PIS Priority Integration Sectors

PMA Penanaman Modal Asing

PMDN Penanaman Modal Dalam Negeri

RPTKA Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing

SKKNI Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

TKA Tenaga Kerja Asing

TKL Tenaga Kerja Lokal

SDM Sumber Daya Manusia

UKM Usaha Kecil Menengah

Page 9: TKA Data Dan Informasi 2014 2

1Pentingnya Data dan Informasi TKA 1

bab 1 PentIngnya Data Dan InformasI tKa

S eiring dengan perkembangan globalisasi yang mendorong terjadinya pergerakan aliran modal dan investasi ke berbagai

penjuru dunia, terjadi pula migrasi penduduk atau pergerakan tenaga kerja antarnegara. Pergerakan tenaga kerja tersebut berlangsung karena investasi yang dilakukan di negara lain pada umumnya membutuhkan pengawasan secara langsung oleh pemilik/investor. Sejalan dengan itu, demi menjaga kelangsungan usaha dan investasinya, pemilik modal juga membutuhkan tenaga-tenaga terampil yang bisa dipercaya dalam mengelola investasinya di negara tujuan (country of destination). Untuk keperluan tersebut, para pemilik modal perlu membawa serta beberapa tenaga kerja dari negara asal (country of origin) atau negara lain untuk bekerja sebagai tenaga kerja asing (TKA) di negara tujuan.

Keberadaan TKA di suatu negara termasuk Indonesia pada umumnya lebih dikaitkan dengan dampaknya yaitu mengurangi kesempatan kerja pekerja lokal negara tujuan, meningkatnya devisa keluar (outflow), faktor budaya yang kemungkinan tidak sesuai dengan adat/norma setempat, dan sebagainya. Namun, perlu dipahami bahwa pada lingkup pekerjaan tertentu terutama yang mensyaratkan penguasaan teknologi tinggi atau ketrampilan khusus pada umumnya masih belum dapat dipenuhi oleh tenaga kerja lokal. Di samping itu, kehadiran TKA dapat memberikan dampak positif berupa transfer of knowledge, pembelajaran kultur kerja modern (internasional), dan peluang untuk menjadi pekerja berkelas internasional.

Page 10: TKA Data Dan Informasi 2014 2

2 Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang dimaksud dengan tenaga kerja asing (TKA) adalah warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di Indonesia. Tenaga kerja asing masuk ke Indonesia melalui dua jalur yaitu, penugasan dan rekrutmen. Penugasan adalah penempatan pegawai oleh perusahaan multinasional untuk menduduki satu posisi/jabatan tertentu di salah satu cabang ataupun anak perusahaannya di Indonesia. Berdasarkan jangka waktunya, penugasan dapat bersifat jangka pendek dan jangka panjang. Salah satu contoh penugasan yang bersifat jangka pendek (kurang dari 1 tahun) adalah pemasangan instalasi/mesin/teknologi yang dibeli oleh perusahaan di Indonesia sekaligus melakukan pelatihan kepada pegawai yang akan menanganinya. Adapun contoh penugasan yang bersifat jangka panjang (lebih dari 1 tahun) adalah pekerjaan manajerial dan pengelolaan perusahaan.

Adapun yang dimaksud dengan jalur rekrutmen adalah masuknya TKA melalui jalur penerimaan pegawai baik yang berstatus kontrak maupun tetap. Rekrutmen tersebut pada umumnya dilakukan oleh perusahaan lokal yang memiliki bisnis berskala global sehingga membutuhkan tenaga kerja asing sebagai upaya menghadapi kompetisi di dunia internasional.

Ada beberapa hal yang menjadi alasan penggunaan tenaga kerja asing, yakni adanya peraturan perundang-undangan Republik Indonesia, kondisi pasar kerja dalam negeri, kebutuhan investasi, kesepakatan internasional, dan liberalisasi pasar kerja bebas. Kebijakan penggunaan tenaga kerja asing diberlakukan dengan memperhatikan beberapa hal, yakni kepentingan nasional, globalisasi, dan otonomi daerah. Berkaitan dengan kepentingan nasional, penggunaan tenaga kerja asing tidak boleh mengabaikan perlindungan terhadap kesempatan kerja Indonesia, sesuai dengan Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 dan Pasal 28D Amandemen UUD 1945.

Page 11: TKA Data Dan Informasi 2014 2

3Pentingnya Data dan Informasi TKA 3

Dalam kaitannya dengan globalisasi, penggunaan tenaga kerja asing di Indonesia tidak dapat dihindari karena negara kita menganut pasar kerja terbuka/internasional dengan aturan tertentu. Indonesia telah sepakat untuk melaksanakan pasar kerja bebas, yang antara lain diatur dalam kesepakatan regional dan bilateral mengenai people mobility dan human resource development.

Kewenangan pengaturan TKA tidak seluruhnya dilimpahkan ke daerah karena TKA terkait dengan lalu lintas orang asing yang menganut selective policy dan one gate policy. Selain itu, TKA terkait dengan hubungan internasional sehingga kewenangan pengaturannya dipegang oleh pemerintah pusat.

Sejak masa Orde Lama, Orde Baru, hingga saat ini, kebijakan Pemerintah terhadap masuknya TKA ke Indonesia pada dasarnya tetap konsisten yaitu bersifat selektif terhadap jabatan-jabatan tertentu yang memang belum memungkinkan diisi oleh tenaga-tenaga kerja dari Indonesia. Di samping itu, untuk penempatan TKA tersebut perusahaan harus mendapat izin terlebih dulu dari Menteri.

Peraturan perundang-undangan terkait dengan permasalahan TKA pertama kali diterbitkan tahun 1958 dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1958 tentang Penempatan Tenaga Kerja Asing. Penerbitan Undang-Undang ini dilatarbelakangi oleh pemikiran perlunya perlindungan pasar Tenaga Kerja Lokal (TKL) dari serbuan TKA sebagaimana dinyatakan dalam konsideran undang-undang tersebut, yaitu bahwa untuk menjamin bagian yang layak dari kesempatan kerja di Indonesia bagi warga Indonesia, perlu diadakan peraturan untuk mengawasi pemakaian tenaga bangsa asing di Indonesia. Selanjutnya dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1958 ini ditetapkan bahwa setiap majikan yang akan mempekerjakan tenaga kerja asing wajib mengajukan izin terlebih dahulu kepada Menteri.

Page 12: TKA Data Dan Informasi 2014 2

4 Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

Semangat dan upaya untuk memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada TKL dan membatasi penggunaan TKA ini juga tecermin dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA). Dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa “Perusahaan-perusahaan modal asing wajib memenuhi kebutuhan akan tenaga kerjanya dengan warga negara Indonesia kecuali bagi jabatan-jabatan yang belum dapat diisi dengan tenaga kerja warga negara Indonesia” (Pasal 10 dan 11). Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 ini, di samping adanya kewajiban untuk mengutamakan penggunaan TKL, kepada perusahaan juga diwajibkan untuk “menyediakan fasilitas-fasilitas latihan dan pendidikan di dalam dan/atau di luar negeri secara teratur dan terarah bagi warganegara Indonesia dengan tujuan agar berangsur-angsur tenaga-tenaga warga negara asing dapat diganti oleh tenaga-tenaga warga negara Indonesia” (pasal 12). Selanjutnya, sejalan dengan Undang-Undang PMA, ketentuan mengenai kewajiban untuk menggunakan tenaga kerja lokal ini juga diterapkan pada saat diterbitkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang salah satu pasalnya menyebutkan: “Perusahaan-perusahaan, baik nasional maupun asing, wajib menggunakan tenaga ahli bangsa Indonesia, kecuali apabila jabatan-jabatan yang diperlukan belum dapat diisi dengan tenaga bangsa Indonesia... “ (Pasal 19).

Ketentuan dan peraturan terkait penggunaan TKA ini kemudian diperbaharui kembali pada tahun 1995 dengan diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1995 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang. Sebagaimana peraturan perundang-undangan sebelumnya, semangat dari lahirnya Keppres ini masih sama yaitu dalam rangka melindungi dan memberikan kesempatan kerja kepada TKL. Namun demikian, berbeda dengan

Page 13: TKA Data Dan Informasi 2014 2

5Pentingnya Data dan Informasi TKA 5

perundang-undangan sebelumnya, dalam Keppres diatur antara lain rincian jabatan yang terbuka/tertutup bagi TKA dikaitkan dengan kepemilikan perusahaan penanam modal (pihak Indonesia/asing), kewajiban melaksanakan program penggantian TKA ke TKL, dan adanya kewajiban untuk menunjuk tenaga kerja Indonesia sebagai Tenaga Pendamping pada jenis pekerjaan yang dipegang oleh TKA.

Pada tahun 2000, Menteri Tenaga Kerja menerbitkan Keputusan Menteri Nomor 173 tentang Jangka Waktu Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang. Hal pokok yang diatur dalam Kepmen ini adalah bahwa warga negara asing pendatang dapat bekerja di Indonesia sepanjang atas permintaan pengguna dan atau sponsor yang telah memperoleh izin dari instansi sesuai dengan bidang kegiatannya.

Diterbitkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan semakin memperjelas sikap pemerintah dalam merespons kedatangan TKA. Undang-undang ini secara tegas dan jelas mengatur penggunaan TKA dalam bab tersendiri (Bab VIII Penggunaan Tenaga Asing). Pengaturan tersebut dimulai dari kewajiban pemberi kerja yang menggunakan TKA untuk memperoleh izin tertulis; memiliki rencana penggunaan TKA yang memuat alasan, jenis jabatan dan jangka waktu penggunaan TKA; kewajiban penunjukan tenaga kerja WNI sebagai pendamping TKA; hingga kewajiban memulangkan TKA ke negara asal setelah berakhirnya hubungan kerja. Dalam Pasal 42 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 disebutkan bahwa:

1. Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga kerja asing wajib memiliki izin tertulis dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk.

2. Pemberi kerja orang perseorangan dilarang mempekerjakan tenaga kerja asing.

Page 14: TKA Data Dan Informasi 2014 2

6 Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

3. Kewajiban memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), tidak berlaku bagi perwakilan negara asing yang mempergunakan tenaga kerja asing sebagai pegawai diplomatik dan konsuler.

4. Tenaga kerja asing dapat dipekerjakan di Indonesia hanya dalam hubungan kerja untuk jabatan tertentu dan waktu tertentu.

5. Ketentuan mengenai jabatan tertentu dan waktu tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

6. Tenaga kerja asing sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) yang masa kerjanya habis dan tidak dapat diperpanjang dapat digantikan oleh tenaga kerja asing lainnya.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 pemberi kerja yang menggunakan tenaga kerja asing harus memiliki rencana penggunaan tenaga kerja asing yang disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Rencana penggunaan tenaga kerja asing tersebut sekurang-kurangnya memuat keterangan:

1. alasan penggunaan tenaga kerja asing;

2. jabatan dan/atau kedudukan tenaga kerja asing dalam struktur organisasi perusahaan yang bersangkutan;

3. jangka waktu penggunaan tenaga kerja asing;

4. penunjukan tenaga kerja warga negara Indonesia sebagai pendamping tenaga kerja asing yang dipekerjakan.

Namun, ketentuan ini tidak berlaku bagi instansi pemerintah, badan-badan internasional dan perwakilan negara asing.

Secara ringkas, kewajiban pemberi kerja yang mempekerjakan TKA menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 sebagai berikut;

Page 15: TKA Data Dan Informasi 2014 2

7Pentingnya Data dan Informasi TKA 7

1. memiliki izin tertulis dari Menteri Tenaga Kerja atau pejabat yang ditunjuk;

2. menunjuk tenaga kerja Indonesia sebagai tenaga pendamping TKA untuk alih teknologi dan alih keahlian (tidak berlaku bagi jabatan direksi dan/atau komisaris);

3. melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenaga kerja Indonesia pendamping sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh tenaga kerja asing;

4. membayar kompensasi atas setiap TKA yang dipekerjakan (tidak berlaku bagi instansi pemerintah, perwakilan negara asing, badan-badan internasional, lembaga sosial, lembaga keagamaan, dan jabatan-jabatan tertentu di lembaga pendidikan);

5. Memulangkan TKA ke negara asal setelah hubungan kerja berakhir.

Semangat untuk melindungi pasar tenaga kerja Indonesia dari serbuan pendatang semakin terasa dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.02/MEN/III/2008 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing. Dalam Peraturan menteri ini antara lain disebutkan adanya persyaratan TKA yang akan dipekerjakan, yaitu memiliki pendidikan dan/atau pengalaman kerja sekurang-kurangnya 5 tahun yang sesuai dengan jabatan yang akan diduduki; bersedia membuat pernyataan untuk mengalihkan keahliannya kepada tenaga kerja warga Negara Indonesia khususnya TKI pendamping; dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.

Karena Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.02/MEN/III/2008 dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ketenagakerjaan, sehingga perlu disempurnakan, pada Desember 2013 diterbitkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 12 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penggunaan

Page 16: TKA Data Dan Informasi 2014 2

8 Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

Tenaga Kerja Asing. Berdasarkan peraturan menteri ini, TKA yang dipekerjakan oleh pemberi kerja wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. memiliki pendidikan yang sesuai dengan syarat jabatan yang akan diduduki oleh TKA;

2. memiliki kompetensi yang dibuktikan dengan sertifikat kompetensi atau pengalaman kerja sesuai dengan jabatan yang akan diduduki TKA paling kurang 5 (lima) tahun;

3. bersedia membuat pernyataan untuk mengalihkan keahliannya kepada tenaga kerja Indonesia pendamping; dan

4. dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.

Dari uraian tadi, tampak bahwa pada dasarnya sejak berdirinya Republik ini, Pemerintah telah menyadari akan adanya persaingan global yang tak terhindarkan di pasar tenaga kerja sehingga perlu disusun dan diterbitkan ketentuan yang bertujuan mengatur dan mengawasi penggunaan TKA. Selain itu, kebijakan ini dimaksudkan pula untuk memberikan kesempatan tenaga kerja warga negara Indonesia untuk mendapatkan pekerjaan yang layak di wilayah hukum Indonesia dan sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan tenaga kerja asing.

Antisipasi terhadap masuknya TKA ke Indonesia dirasakan makin mendesak dengan akan segera diberlakukannya ASEAN Economic Community atau Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015. KTT ASEAN Ke-13 pada November 2007 menyepakati diadopsinya Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC Blueprint) sebagai dokumen rencana yang komprehensif untuk memandu terwujudnya Komunitas Keamanan ASEAN pada tahun 2015. Dokumen tersebut menyatakan bahwa ASEAN tidak hanya akan menjadi satu pasar tunggal (single market), namun juga

Page 17: TKA Data Dan Informasi 2014 2

9Pentingnya Data dan Informasi TKA 9

satu basis produksi tunggal (single production base) yang mensyaratkan aliran faktor-faktor produksi yang bebas, termasuk modal dan tenaga kerja terampil.

Dalam upaya mendukung liberalisasi sektor jasa, terutama terkait lalu lintas atau perpindahan tenaga kerja terampil, negara-negara anggota ASEAN menandatangani beberapa MRA (Mutual Recognition Arrangements), yang diawali dengan ASEAN MRA on Engineering Services pada tanggal 9 December 2005. Setidaknya saat ini telah disepakati 8 MRA dan MRA Framework, yang antara lain mencakup profesi seperti jasa teknik, arsitek, jasa keperawatan, praktisi medis-dokter, praktisi dokter gigi, jasa akuntan, profesi penyigian (surveying), dan pariwisata (tourism).

Apabila MEA terwujud pada tahun 2015, akan terbuka kesempatan kerja seluas-luasnya bagi warga negara-negara ASEAN. Mereka dapat keluar dan masuk dari satu negara ke negara lain di lingkungan ASEAN untuk mendapatkan pekerjaan tanpa adanya hambatan di negara yang dituju.

Bagi dunia ketenagakerjaan Indonesia MEA tentu akan memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positifnya, kehadiran MEA diharapkan akan mengurangi pengangguran karena akan membuka lapangan kerja baru dan menyerap angkatan kerja yang ada saat ini untuk masuk ke dalam pasar kerja. Adapun dampak negatifnya, dengan adanya pasar barang dan jasa secara bebas tersebut akan mengakibatkan tenaga kerja asing dari sesama negara ASEAN dengan mudah masuk dan bekerja di Indonesia sehingga mengakibatkan persaingan tenaga kerja yang semakin ketat di bidang ketenagakerjaan. Hal ini menjadi tantangan bagi dunia ketenagakerjaan di Indonesia karena setiap negara pasti telah bersiap diri di bidang ketanagakerjaannya dalam menghadapi MEA.

Page 18: TKA Data Dan Informasi 2014 2

10 Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

Tingkat keunggulan komparatif dan kompetitif yang berbeda antarnegara anggota ASEAN akan berpengaruh dalam menentukan manfaat MEA 2015 di antara negara-negara ASEAN. Karena itu, Indonesia harus meningkatkan daya saing tenaga kerjanya. Sebab, kualitas tenaga kerja yang ada di Indonesia relatif masih lebih rendah dibandingkan dengan tenaga kerja di beberapa negara ASEAN lainnya. Namun, selain berupaya meningkatkan kualitas tenaga kerjanya, pemerintah juga perlu membuat kebijakan untuk mengatur Tenaga Kerja Asing (TKA) guna melindungi Tenaga Kerja Indonesia menjelang pemberlakuan MEA.

Dalam upaya membenahi sistem penggunaan TKA dan meningkatkan daya saing pekerja Indonesia dalam menghadapi TKA yang masuk ke Indonesia, pengawasan dan penegakan hukum perlu diperketat sesuai aturan pengawasan ketenagakerjaan. Untuk itu, data dan informasi yang akurat mengenai TKA yang bekerja di Indonesia sangat diperlukan.

Page 19: TKA Data Dan Informasi 2014 2

11Antisipasi MEA 2015

bab 2 antIsIPasI mea 2015

P ada ASEAN Summit bulan Januari 2007 di Cebu, Filipina, para pemimpin negara-negara yang tergabung dalam ASEAN

menghasilkan suatu kesepakatan bersama berupa cita-cita pencapaian komunitas ASEAN, yaitu ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015. Untuk mencapai tujuan tersebut, AEC blueprint (cetak biru MEA) diluncurkan pada KTT ASEAN ke-13 di Singapura pada November 2007. Cetak biru ini dimaksudkan sebagai roadmap (peta jalan) yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan MEA pada 2015.

Tujuan utama AEC adalah untuk mendorong efisiensi dan daya saing ekonomi kawasan ASEAN, seperti tercermin dalam AEC blueprint, yaitu:

1. menuju single market dan production base (arus perdagangan bebas untuk sektor barang, jasa, investasi, pekerja terampil, dan modal);

2. menuju penciptaan kawasan regional ekonomi yang berdaya saing tinggi;

3. menuju suatu kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata (region of equitable economic development) melalui pengembangan UKM dan program-program lainnya;

4. menuju integrasi penuh pada ekonomi global.

Untuk mewujudkan AEC pada tahun 2015, seluruh negara ASEAN harus melakukan liberalisasi arus perdagangan barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan modal, sebagaimana yang digariskan

Page 20: TKA Data Dan Informasi 2014 2

12 Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

dalam AEC Blueprint. Semuanya merupakan elemen penting dalam pembentukan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi.

AEC atau MEA tentu akan membawa dampak positif dan negatif ke Indonesia. Dampak positifnya sebagai berikut:

1. perluasan pasar bagi produk dan jasa Indonesia;

2. terbukanya lapangan kerja bagi tenaga kerja terampil Indonesia.

Adapun dampak negatif pemberlakuan AEC sebagai berikut:

1. masuknya produk dan jasa luar negeri atau ASEAN ke Indonesia;

2. masuknya tenaga kerja terampil luar negeri atau ASEAN ke Indonesia, bersaing dengan tenaga kerja lokal;

3. emigrasi tenaga kerja terampil berkualitas dari Indonesia ke negara-negara ASEAN atau luar negeri.

Untuk mengantisipasi dampak pemberlakuan AEC 2015 ini, perlu ada langkah-langkah untuk mengantisipasinya. Hal ini terutama untuk mencegah efek brain drain dan efek tersingkirnya tenaga kerja domestik karena ketidakmampuan berkompetisi dengan tenaga kerja asing. Strategi yang bisa diterapkan adalah perlindungan tenaga kerja di dalam negeri dengan regulasi yang mengatur pengendalian penggunaan tenaga kerja asing (TKA) dan pengembangan SDM berbasis kompetensi dan kebutuhan pasar kerja.

A. TKA di Indonesia Kini

Jumlah TKA yang bekerja di Indonesia pada 2013 mencapai 68.957 orang. Jumlah ini menurun jika dibandingkan dengan jumlah TKA yang masuk dan bekerja di Indonesia pada tahun 2012, yang jumlahnya mencapai 72.427 orang dan tahun 2011 sebanyak 77.307 orang. TKA terbanyak berasal dari Republik Rakyat Tiongkok. Kemudian disusul oleh Jepang, Korea Selatan, dan India. Dari sesama negara ASEAN, TKA

Page 21: TKA Data Dan Informasi 2014 2

13Antisipasi MEA 2015

terbanyak berasal dari Malaysia, Thailand, dan Filipina. Di luar kawasan Asia, pangsa TKA lainnya yang cukup besar berasal dari Amerika Serikat, Australia, dan Inggris. Sebaran TKA berdasarkan negara asal dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.1. Sebaran TKA Berdasarkan Negara

No Negara 2011 2012 2013 2014*1 RR Tiongkok 16.153 16.731 14.371 15.341

2 Jepang 10.935 12.803 11.081 10.1833 Korea Selatan 6.505 8.190 9.075 7.6784 India 4.974 5.923 6.047 4.6805 Malaysia 4.938 5.330 4.962 3.7796 Amerika Serikat 4.483 4.644 2.197 2.4977 Thailand 3.863 4.146 1.841 9418 Australia 3.834 3.644 3.376 2.5039 Filipina 3.816 3.588 2.601 2.509

10 Inggris 3.144 3.292 2.631 2.09211 Negara Lainnya 14.662 4.136 10.775 12.401

Total 77.307 72.427 68.957 64.604* Januari sampai dengan Oktober 2014Sumber: Dit PPTKA - Ditjen Binapenta

TKA tahun 2013 berdasarkan kategori sektor tetap didominasi sektor perdagangan dan jasa sebanyak 36.913 orang, sektor industri (24.029 orang), dan sektor pertanian sebanyak 8.015 orang. Sebaran TKA berdasarkan sektor dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 22: TKA Data Dan Informasi 2014 2

14 Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

Tabel 2.2. Sebaran TKA Berdasarkan Sektor

No Sektor 2011 2012 2013 2014*

1 Pertanian 10.537 2.200 8.015 2.582

2 Industri 23.354 34.051 24.029 23.482

3 Perdagangan dan Jasa 43.416 36.176 36.913 38.540

Total 77.307 72.427 68.957 64.604* Januari sampai dengan Oktober 2014Sumber: Dit PPTKA - Ditjen Binapenta

Sementara itu, jika dilihat dari level jabatan, TKA didominasi level profesional, advisor/consultant, manajer, direksi, supervisor, teknisi, dan komisaris. Sebaran TKA berdasarkan jabatan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.3. Sebaran TKA Berdasarkan Jabatan

No Jabatan 2011 2012 2013 2014*1 Profesional 34.811 32.285 23.650 19.5222 Advisor/Consultant 12.746 13.131 14.125 13.6173 Manajer 12.485 11.707 13.924 12.5574 Direksi 6.508 6.448 9.066 8.8675 Supervisor 4.753 4.311 3.798 6.1636 Teknisi 5.271 3.750 3.557 2.8897 Komisaris 733 795 837 989

Total 77.307 72.427 68.957 64.604* Januari sampai dengan Oktober 2014 Sumber: Dit PPTKA - Ditjen Binapenta

TKA, berdasarkan sebaran lokasi kerjanya lebih terkonsentrasi di Pulau Jawa khususnya di wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Di antara kelima provinsi wilayah sebaran TKA di Pulau Jawa, sebagian besar TKA berlokasi kerja di DKI Jakarta. Jumlah TKA yang bekerja di

Page 23: TKA Data Dan Informasi 2014 2

15Antisipasi MEA 2015

DKI Jakarta pada tahun 2013 sebanyak 58,49% dari total jumlah TKA di Indonesia. Hal ini merupakan hal yang wajar karena wilayah DKI Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan pusat perekonomian Indonesia merupakan sentra lokasi kegiatan sebagian besar kantor pusat, baik perusahaan nasional maupun asing (PMA). Sementara itu, bagi kebanyakan TKA yang bekerja di kawasan industri di sekitar Jakarta seperti di daerah Tangerang dan Bekasi, dapat dipastikan mereka akan lebih memilih tinggal di Jakarta yang memiliki fasilitas infrastruktur lengkap. Sebagai pusat perekonomian, Jakarta juga dijadikan sebagai basis operasional sehari-hari. Sebaran TKA di Indonesia berdasarkan provinsi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.4. Sebaran TKA Berdasarkan Provinsi

No Provinsi 20131 DKI Jakarta 40.3312 Jawa Barat 10.4363 Banten 4.6094 Kepulauan Riau 3.3675 Bali 2.1016 Jawa Timur 1.9797 Bangka Belitung 1.0868 Sumatera Utara 1.0339 Jawa Tengah 857

10 Maluku 64111 Kalimantan Timur 60012 Nusa Tenggara Barat 32213 Riau 26214 Kalimantan Barat 15515 Sulawesi Utara 13216 Sumatera Selatan 12617 Sulawesi Selatan 10818 Maluku Utara 10119 DI Yogyakarta 9020 Lampung 83

Page 24: TKA Data Dan Informasi 2014 2

16 Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

No Provinsi 201321 Kalimantan Selatan 8122 Sumatera Barat 7823 Kalimantan Tengah 7624 Sulawesi Tenggara 6725 Papua Barat 6326 Aceh 4827 Jambi 3728 Nusa Tenggara Timur 2729 Sulawesi Tengah 2030 Papua Timur 1631 Gorontalo 1332 Papua 1033 Bengkulu 2

Total 68.957Sumber: Dit PPTKA - Ditjen Binapenta

B. Sektor yang Dibuka

Apabila MEA terwujud pada 2015, akan terbuka kesempatan kerja seluas-luasnya bagi warga negara ASEAN. Bagi tenaga kerja terdidik di wilayah ASEAN, rencana penerapan MEA memberi peluang sekaligus tantangan. Mereka dapat keluar dan masuk dari satu negara ke negara lain di kawasan ASEAN untuk mendapatkan pekerjaan tanpa adanya hambatan di negara yang dituju. Seorang tenaga kerja warga salah satu negara ASEAN akan punya kesempatan bekerja di sembilan negara ASEAN yang lain. Contohnya, seorang warga negara Indonesia mempunyai peluang bekerja di Malaysia, Singapura, Thailand, dan negara-negara ASEAN yang lain.

Dengan jumlah sumber daya manusia yang paling besar di ASEAN, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk memanfaatkan integrasi di sektor tenaga kerja terdidik ini. Namun, di sisi lain Indonesia juga akan menghadapi ancaman. Tenaga kerja dari negara-negara ASEAN

Page 25: TKA Data Dan Informasi 2014 2

17Antisipasi MEA 2015

yang lain akan bisa datang ke Indonesia untuk mencari peluang kerja di negara kita ini. Artinya, peluang kerja yang ada di Indonesia akan diperebutkan oleh lebih banyak orang.

Dalam kesepakatan AEC Blueprint, elemen-elemen yang terkait dengan sektor ketenagakerjaan adalah Arus Bebas Jasa dan Arus Bebas Tenaga Kerja Terampil (Skilled Labour). Liberalisasi jasa bertujuan untuk menghilangkan hambatan penyediaan jasa di antara negara-negara ASEAN yang dilakukan melalui mekanisme yang diatur dalam ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS).

Liberalisasi jasa dilakukan dengan pengurangan atau penghapusan hambatan dalam 4 (empat) modes of supply, baik untuk Horizontal Commitment maupun National Treatment sebagai berikut:

1. Mode 1 (cross-border supply): jasa yang diberikan oleh penyedia jasa luar negeri kepada pengguna jasa dalam negeri;

2. Mode 2 (consumption abroad): jasa yang diberikan oleh penyedia jasa luar negeri kepada konsumen domestik yang sedang berada di negara penyedia jasa;

3. Mode 3 (commercial presence): jasa yang diberikan oleh penyedia jasa luar negeri kepada konsumen di negara konsumen;

4. Mode 4 (movement of natural person): tenaga kerja asing yang menyediakan keahlian tertentu dan datang ke negara konsumen.

Pembahasan tenaga kerja dalam AEC Blueprint dibatasi pada pengaturan khusus tenaga kerja terampil (skilled labour) dan tidak terdapat pembahasan mengenai tenaga kerja tidak terampil (unskilled labour). Secara umum definisi skilled labour adalah pekerja yang mempunyai keterampilan atau keahlian khusus, pengetahuan, atau kemampuan di bidangnya, yang bisa berasal dari lulusan perguruan tinggi, akademisi atau sekolah teknik ataupun dari pengalaman kerja.

Page 26: TKA Data Dan Informasi 2014 2

18 Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

Arus bebas tenaga kerja sebenarnya juga bisa masuk dalam kerangka kerja sama AFAS dalam Mode 4. Kerja sama dalam Mode 4 tersebut diarahkan untuk memfasilitasi pergerakan tenaga kerja yang didasarkan pada suatu kontrak/perjanjian untuk mendukung kegiatan perdagangan dan investasi di sektor jasa. Salah satu upaya untuk mendukung hal tersebut adalah dengan disusunnya Mutual Recognition Arrangement (MRA).

MRA merupakan kesepakatan yang diakui bersama oleh seluruh negara ASEAN untuk saling mengakui atau menerima beberapa atau semua aspek hasil penilaian seperti hasil tes atau berupa sertifikat. Adapun tujuan dari pembentukan MRA ini adalah untuk menciptakan prosedur dan mekanisme akreditasi untuk mendapatkan kesamaan/kesetaraan serta mengakui perbedaan antarnegara untuk pendidikan, pelatihan, pengalaman, dan persyaratan lisensi untuk para profesional yang ingin berpraktik.

Hingga tahun 2009, terdapat beberapa MRA yang telah disepakati oleh ASEAN yaitu MRA untuk jasa-jasa engineering, nursing, architectural, surveying qualification, tenaga medis (dokter umum dan dokter gigi), jasa-jasa akuntansi di mana semua MRA ini ditandatangani oleh para Menteri Ekonomi ASEAN (untuk Indonesia, Menteri Perdagangan) pada waktu yang berbeda-beda yaitu:

1. ASEAN MRA on Engineering Services, tanggal 9 December 2005 di Kuala Lumpur;

2. ASEAN MRA on Nursing Services, tanggal 8 Des 2006 di Cebu, Filipina;

3. ASEAN MRA on Architectural Services, 19 November 2007 di Singapura;

Page 27: TKA Data Dan Informasi 2014 2

19Antisipasi MEA 2015

4. ASEAN Framework Arrangement for the Mutual Recognition of Surveying Qualifications, tanggal 19 November 2007 di Singapura;

5. ASEAN MRA on Medical Practitioners, tanggal 26 Februari 2009 di Cha-am, Thailand;

6. ASEAN MRA on Dental Practitioners, tanggal 26 Februari 2009 di Cha-am, Thailand;

7. ASEAN MRA Framework on Accountancy Services, tanggal 26 Februari 2009 di Cha-am, Thailand;

8. ASEAN Sectoral MRA for Good Manufacturing Practice (GMP) Inspection of Manufacturers of Medicinal Products, tanggal 10 April 2009 di Pattaya, Thailand.

Sektor Prioritas Integrasi (Priority Integration Sectors/PIS) adalah sektor-sektor yang dianggap strategis untuk diliberalisasikan menuju pasar tunggal dan berbasis produksi. Para Menteri Ekonomi ASEAN dalam Special Informal AEM Meeting, tanggal 12-13 Juli 2003 di Jakarta menyepakati sebanyak 11 sektor yang masuk kategori PIS. Selanjutnya, pada tanggal 8 Desember 2006 di Cebu, Filipina, para Menteri Ekonomi ASEAN menyetujui penambahan sektor Logistik sehingga jumlah PIS menjadi 12 (dua belas) sektor. Dalam proses meliberalisasikan seluruh sektor PIS tersebut, disepakati agar setiap negara anggota ASEAN bertindak sebagai koordinator untuk 12 sektor PIS berikut:

1. Agro-based product (produk pertanian), negara koordinator: Myanmar;

2. Air travel (transportasi udara), negara koordinator: Thailand;

3. Automotives (otomotif), negara koordinator: Indonesia;

4. e-ASEAN (ITC), negara koordinator: Singapura;

5. Electronics (elektronik), negara koordinator: Filipina;

Page 28: TKA Data Dan Informasi 2014 2

20 Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

6. Fisheries (perikanan), negara koordinator: Myanmar;

7. Healthcare (kesehatan), negara koordinator: Singapura;

8. Rubber-based product (produk turunan dari karet), negara koordinator: Malaysia;

9. Textile and apparels (tekstil dan pakaian), negara koordinator: Malaysia;

10. Tourism (pariwisata), negara koordinator: Thailand;

11. Wood-based products (produk turunan dari kayu), negara koordinator: Indonesia;

12. Logistics (jasa logistik), negara koordinator: Vietnam.

Secara umum, PIS memiliki langkah khusus dan langkah spesifik untuk mempercepat integrasi 12 sektor tersebut. Pada umumnya langkah-langkah tersebut merupakan langkah-langkah yang juga digariskan dalam ASEAN Trade In Goods (ATIGA), yang antara lain berkaitan dengan ketenagakerjaan, yaitu perpindahan pelaku usaha, tenaga ahli, profesional, tenaga terampil dan orang berbakat. Dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan dalam negeri, setiap negara anggota ASEAN wajib:

1. Mengembangkan suatu Persetujuan ASEAN untuk memfasilitasi perpindahan para pelaku usaha, termasuk pemberlakuan suatu Kartu Perjalanan ASEAN;

2. Menetapkan dan mengembangkan mekanisme lain yang akan melengkapi prakarsa-prakarsa ASEAN yang telah ada untuk memfasilitasi lebih lanjut perpindahan para tenaga ahli, profesional, tenaga terampil dan orang berbakat pada tanggal 31 Desember 2007;

Page 29: TKA Data Dan Informasi 2014 2

21Antisipasi MEA 2015

3. Mempercepat penyelesaian MRAs untuk memfasilitasi perpindahan bebas dari para tenaga ahli, profesional, tenaga terampil dan orang berbakat di ASEAN, pada tanggal 31 Desember 2008.Dalam rangka memfasilitasi arus bebas tenaga kerja terampil,

hingga tahun 2009 ASEAN telah menyusun dan menyepakati beberapa MRA yang diharapkan dapat memfasilitasi pergerakan arus tenaga kerja terampil secara bebas di wilayah ASEAN. Penyusunan dan pembahasan MRAs tersebut dilakukan dalam pertemuan Sectoral Working Groups di bawah koordinasi Coordinating Committee on Services (CCS). Dari delapan MRAs yang sudah disepakati/ditandatangani pada waktu yang berbeda-beda, satu-satunya MRA yang sudah diimplementasikan adalah MRA on Engineering Services.

Dari sisi jumlah tenaga kerja, Indonesia yang mempunyai penduduk yang sangat besar dapat menyediakan tenaga kerja yang cukup dan pasar yang besar, sehingga menjadi pusat industri. Selain itu, Indonesia dapat menjadikan ASEAN sebagai tujuan pekerjaan guna mengisi investasi yang akan dilakukan dalam rangka AEC 2015. Standardisasi yang dilakukan melalui Mutual Recognition Arrangements (MRAs) dapat memfasilitasi pergerakan tenaga kerja tersebut.

Namun, Indonesia juga harus menghadapi tantangan dalam daya saing SDM. Kemampuan bersaing SDM tenaga kerja Indonesia harus ditingkatkan baik secara formal maupun informal. Kemampuan tersebut diharapkan harus minimal memenuhi ketentuan dalam MRA yang telah disetujui. Pada tahun 2008-2009, Mode 3 pendirian perusahaan (commercial presence) dan Mode 4 berupa mobilitas tenaga kerja (movement of natural persons) intra-ASEAN diberlakukan untuk sektor prioritas integrasi. Untuk itu, Indonesia harus dapat meningkatkan kualitas tenaga kerjanya sehingga bisa digunakan baik di dalam negeri maupun intra-ASEAN, untuk mencegah banjirnya tenaga kerja terampil dari luar.

Page 30: TKA Data Dan Informasi 2014 2

22 Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

C. Sektor yang Ditutup

Gambaran mengenai daya saing Indonesia di antara sesama negara ASEAN dapat dilihat pada Indeks Daya Saing Global (Global Competitiveness Index). Indeks Daya Saing Global yang dipublikasikan setiap tahun oleh World Economic Forum memotret daya saing dari 144 negara di dunia. Indeks tersebut disusun dengan menggunakan 12 pilar yang digolongkan ke dalam tiga kategori yang disebut subindex, yaitu basic requirements (pilar yang penting untuk perekonomian yang bersifat “factor-driven”), efficiency enhancers (pilar yang penting untuk perekonomian yang bersifat “efficiency-driven,” dan innovation and sophistication factor (pilar yang penting untuk perekonomian yang bersifat “innovation-driven”).

Pilar yang masuk dalam subindeks basic requirements adalah: (1) institusi; (2) infrastruktur; (3) makroekonomi; dan (4) kesehatan dan pendidikan dasar. Pilar yang masuk ke dalam subindeks efficiency enhancers meliputi: (1) pendidikan tinggi dan pelatihan; (2) efisiensi pasar barang; (3) efisiensi pasar tenaga kerja; (4) perkembangan pasar keuangan; (5) kesiapan teknologi; dan (6) ukuran pasar. Sementara itu, pilar yang masuk ke dalam subindeks innovation and sophistication factors adalah business sophistication dan inovasi.

Peringkat Indonesia dalam Indeks Daya Saing Global meningkat dari peringkat 38 pada tahun 2013 menjadi peringkat 34 pada tahun 2014. Pada Indeks tersebut, Indonesia masih berada di bawah Singapura (peringkat 2), Malaysia (peringkat 20), dan Thailand (peringkat 31). Pada 2013 posisi Brunei berada di atas Indonesia, yakni di peringkat 26. Namun, pada 2014 Brunei tidak disertakan dalam daftar Indeks Daya Saing Global. Walaupun Indonesia masih berada di bawah negara-negara tersebut, peningkatan peringkat Indonesia cukup signifikan.

Page 31: TKA Data Dan Informasi 2014 2

23Antisipasi MEA 2015

Tabel 2.5. Peringkat Negara-Negara ASEAN dalam Indeks Daya Saing Global Tahun 2013 dan 2014

Negara Peringkat 2013 Peringkat 2014Singapura 2 2Malaysia 24 20Brunei Darussalam 26 -Thailand 37 31Indonesia 38 34Filipina 59 52Vietnam 70 68Laos 81 93Kamboja 88 95Myanmar 139 134

Sumber: The Global Competitiveness Report 2014–2015

Namun, terkait dengan kualitas tenaga kerjanya, terlihat bahwa Indonesia masih kalah dari sejumlah negara ASEAN yang lain. Data dari United Nations Development Programme (UNDP) pada 2013 mengenai Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM), menempatkan Indonesia pada peringkat ke-108 dari 187 negara. Peringkat ini masih kalah jika dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN lainnya, yaitu Singapura (9), Brunei Darussalam (30), Malaysia (62), dan Thailand (89). Namun, peringkat HDI Indonesia masih di atas Filipina (117), Vietnam (121), Kamboja (136), Laos (139), dan Myanmar (150).

Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan, dan standar hidup untuk semua negara di seluruh dunia. Indeks Pembangunan Manusia merupakan salah satu ukuran yang sering digunakan untuk membandingkan keberhasilan

Page 32: TKA Data Dan Informasi 2014 2

24 Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

pembangunan sumber daya manusia antarnegara. Indeks tersebut merupakan indikator komposit yang terdiri atas indikator kesehatan (umur harapan hidup waktu lahir), pendidikan (angka melek huruf dan sekolah) serta ekonomi (pengeluaran riil per kapita).

Dengan mengacu pada Indeks Daya Saing Global dan Indeks Pembangunan Manusia, terlihat bahwa sumber daya manusia Indonesia masih menghadapi ancaman dengan akan diberlakukannya MEA pada 2015. Untuk itu, pemerintah perlu memproteksi beberapa sektor dari arus TKA guna melindungi Tenaga Kerja Indonesia menjelang pemberlakuan MEA. Sebab, adanya pasar barang dan jasa secara bebas dengan diberlakukannya MEA akan mengakibatkan tenaga kerja asing dengan mudah masuk dan bekerja di Indonesia sehingga mengakibatkan persaingan yang semakin ketat di bidang ketenagakerjaan.

Salah satu regulasi yang diterapkan untuk menyeleksi tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia adalah diberlakukannya Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) bagi tenaga kerja asing yang bekerja di bidang industri. Regulasi tersebut tertuang dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian Pasal 28 ayat (1) bahwa tenaga kerja asing yang bekerja di bidang industri harus memenuhi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. Tenaga kerja asing tersebut hanya diperbolehkan bekerja dalam jangka waktu tertentu. Selanjutnya, dalam rangka pengamanan kepentingan strategis industri nasional tertentu, Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Perindustrian dapat melakukan pelarangan penggunaan tenaga kerja asing (Pasal 29 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014).

Perusahaan industri dan/atau perusahaan kawasan industri mesti mengutamakan penggunaan tenaga kerja industri dan konsultan industri nasional. Dalam kondisi tertentu perusahaan industri dan/atau

Page 33: TKA Data Dan Informasi 2014 2

25Antisipasi MEA 2015

perusahaan kawasan industri dapat menggunakan tenaga kerja industri asing dan/atau konsultan industri asing. Namun, perusahaan industri dan/atau perusahaan kawasan industri yang menggunakan tenaga kerja industri asing dan/atau konsultan industri asing tersebut diharuskan melakukan alih pengetahuan dan keterampilan kepada tenaga kerja industri dan/atau konsultan industri nasional.

Demi kepentingan nasional, industri strategis dikuasai oleh negara. Industri strategis terdiri atas industri yang:

1. memenuhi kebutuhan yang penting bagi kesejahteraan rakyat atau menguasai hajat hidup orang banyak;

2. meningkatkan atau menghasilkan nilai tambah sumber daya alam strategis; dan/atau

3. mempunyai kaitan dengan kepentingan pertahanan serta keamanan negara.

Penguasaan industri strategis oleh negara dilakukan melalui: pengaturan kepemilikan; penetapan kebijakan; pengaturan perizinan; pengaturan produksi, distribusi, dan harga; dan pengawasan. Pengaturan kepemilikan industri strategis tersebut dilakukan melalui:

1. penyertaan modal seluruhnya oleh Pemerintah;

2. pembentukan usaha patungan antara Pemerintah dan swasta; atau

3. pembatasan kepemilikan oleh penanam modal asing.

Yang dimaksud dengan “pembatasan kepemilikan” adalah tidak diperbolehkannya penanaman modal asing. Pembatasan kepemilikan industri strategis oleh penanam modal asing, secara langsung akan membendung arus TKA yang masuk ke dalam sektor tersebut. Dengan demikian, selain melindungi kepentingan nasional, regulasi ini juga dapat melindungi tenaga kerja lokal.

Page 34: TKA Data Dan Informasi 2014 2

26 Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

Selain industri strategis, beberapa sektor lain juga dibatasi kepemilikannya dari penanam modal asing. Industri kecil hanya dapat dimiliki oleh warga negara Indonesia. Artinya, orang asing yang telah mendapat izin membuka industri kecil di Indonesia tidak bisa memperpanjang izin, jika sudah selesai. Selain industri kecil, industri yang memiliki keunikan dan merupakan warisan budaya bangsa juga hanya dapat dimiliki oleh warga negara Indonesia. Sementara itu, industri menengah tertentu dicadangkan untuk dimiliki oleh warga negara Indonesia. Ketentuan mengenai pembatasan kepemilikan asing untuk industri kecil, industri yang memiliki keunikan dan merupakan warisan budaya bangsa, dan industri menengah diatur dalam Undang-Undang nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian. Alasan mengapa regulasi ini diatur dengan tegas dalam undang-undang tersebut adalah untuk membendung serbuan TKA di Indonesia, serta melindungi pelaku industri kecil di Indonesia.

Perlindungan terhadap tenaga kerja lokal juga dituangkan dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam Pasal 10 undang-undang ini disebutkan bahwa perusahaan penanaman modal harus mengutamakan tenaga kerja warga negara Indonesia (WNI). Mereka berhak menggunakan tenaga ahli warga negara asing (WNA) untuk jabatan dan keahlian tertentu sesuai dengan ketentuan. Namun, perusahaan penanaman modal wajib meningkatkan kompetensi tenaga kerja warga negara Indonesia melalui pelatihan kerja. Mereka diwajibkan menyelenggarakan pelatihan dan melakukan alih teknologi kepada tenaga kerja warga negara Indonesia (WNI).

Namun, di sisi lain, berkaitan dengan tenaga kerja asing, Pemerintah memberikan kemudahan pelayanan dan/atau perizinan kepada perusahaan penanaman modal untuk memperoleh fasilitas

Page 35: TKA Data Dan Informasi 2014 2

27Antisipasi MEA 2015

pelayanan keimigrasian. Pasal 23 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal menyebutkan bahwa kemudahan pelayanan dan/atau perizinan atas fasilitas keimigrasian dapat diberikan untuk:1. penanaman modal yang membutuhkan tenaga kerja asing dalam

merealisasikan penanaman modal;2. penanaman modal yang membutuhkan tenaga kerja asing yang

bersifat sementara dalam rangka perbaikan mesin, alat bantu produksi lainnya, dan pelayanan purnajual; dan

3. calon penanam modal yang akan melakukan penjajakan penanaman modal.Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan atas fasilitas

keimigrasian yang diberikan kepada penanaman modal tersebut diberikan setelah penanam modal mendapat rekomendasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal.

Untuk penanam modal asing diberikan fasilitas, yaitu:1. pemberian izin tinggal terbatas bagi penanam modal asing selama

2 (dua) tahun; 2. pemberian alih status izin tinggal terbatas bagi penanam modal

menjadi izin tinggal tetap dapat dilakukan setelah tinggal di Indonesia selama 2 (dua) tahun berturut-turut;

3. pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal terbatas dan dengan masa berlaku 1 (satu) tahun diberikan untuk jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan terhitung sejak izin tinggal terbatas diberikan;

4. pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal terbatas dan dengan masa berlaku 2 (dua) tahun diberikan untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan terhitung sejak izin tinggal terbatas diberikan; dan

Page 36: TKA Data Dan Informasi 2014 2

28 Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

5. pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal tetap diberikan untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan terhitung sejak izin tinggal tetap diberikan.

Pemberian izin tinggal terbatas bagi penanam modal asing sebagaimana yang dimaksud dilakukan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi atas dasar rekomendasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal.

Gambar 2.1. Ruang pelayanan tenaga kerja asing

Page 37: TKA Data Dan Informasi 2014 2

29Regulasi Penggunaan TKA dan Pengelolaan TKA

bab 3 regulasI Penggunaan tKa Dan PengenDalIan tKa

P enggunaan dan pengendalian TKA diatur dalam beberapa regulasi yang mengacu pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan. Dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan ini penggunaan tenaga kerja asing diatur secara khusus dalam satu bab tersendiri, yaitu Bab VIII. Regulasi tersebut berupa Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri, Keputusan Menteri, Keputusan Direktur Jenderal Binapenta, dan MoU Ditjen Binapenta dengan Ditjen Imigrasi.

A. Tata Cara Penggunaan TKA

Tata cara penggunaan TKA diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing. Peraturan Menteri ini merupakan pengganti Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.02/MEN/III/2008 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ketenagakerjaan, sehingga perlu disempurnakan. Tata cara penggunaan tenaga kerja asing ini merupakan pelaksanaan Pasal 42 ayat (1), Pasal 43 ayat (4), dan Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Pengguna tenaga kerja asing disebut juga pemberi kerja TKA. Pemberi kerja TKA adalah badan hukum atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan TKA dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Pemberi kerja TKA meliputi:

Page 38: TKA Data Dan Informasi 2014 2

30 Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

1. instansi pemerintah, badan-badan internasional, perwakilan negara asing;

2. kantor perwakilan dagang asing, kantor perwakilan perusahaan asing, kantor perwakilan berita asing;

3. perusahaan swasta asing;

4. badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia atau badan usaha asing yang terdaftar di instansi berwenang di Indonesia;

5. lembaga sosial, keagamaan, pendidikan dan kebudayaan;

6. usaha jasa impresariat, yakni kegiatan pengurusan penyelenggaraan hiburan di Indonesia, baik yang mendatangkan maupun memulangkan TKA di bidang seni dan olahraga yang bersifat sementara.

Pemberi kerja TKA yang berbentuk persekutuan perdata, Firma (Fa), Persekutuan Komanditer (CV) dan Usaha Dagang (UD) dilarang mempekerjakan TKA kecuali diatur dalam undang-undang.

Pemberi kerja yang akan mempekerjakan TKA harus memiliki Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA), yaitu rencana penggunaan TKA pada jabatan tertentu yang dibuat oleh pemberi kerja TKA untuk jangka waktu tertentu yang disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Namun, ketentuan ini tidak berlaku bagi instansi pemerintah, badan-badan internasional, dan perwakilan negara asing. RPTKA digunakan sebagai dasar untuk mendapatkan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA), yaitu izin tertulis yang diberikan oleh Menteri Ketenagakerjaan atau Pejabat yang ditunjuk kepada pemberi kerja TKA.

Page 39: TKA Data Dan Informasi 2014 2

31Regulasi Penggunaan TKA dan Pengelolaan TKA

1. Pengajuan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA)

Untuk mendapatkan pengesahan RPTKA, pemberi kerja TKA harus mengajukan permohonan secara tertulis atau online kepada Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja melalui Direktur Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing dengan melampirkan:

1. alasan penggunaan TKA;

2. formulir RPTKA yang sudah diisi;

3. surat izin usaha dari instansi yang berwenang;

4. akte pendirian sebagai badan hukum yang sudah disahkan oleh instansi yang berwenang;

5. keterangan domisili perusahaan dari pemerintah daerah setempat;

6. bagan struktur organisasi perusahaan;

7. surat penunjukan TKI sebagai pendamping TKA dan rencana program pendampingan;

8. surat pernyataan kesanggupan untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenaga kerja Indonesia sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki TKA;

9. kopi bukti wajib lapor ketenagakerjaan yang masih berlaku sesuai Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981;

10. rekomendasi jabatan yang akan diduduki oleh TKA dari instansi teknis apabila diperlukan.

Formulir RPTKA memuat:

1. nama pemberi kerja TKA;

2. alamat pemberi kerja TKA;

3. nama pimpinan perusahaan;

4. nama jabatan TKA;

Page 40: TKA Data Dan Informasi 2014 2

32 Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

5. uraian jabatan TKA;

6. jumlah TKA yang akan dipekerjakan;

7. lokasi kerja TKA;

8. jangka waktu penggunaan TKA;

9. upah/gaji TKA;

10. tanggal mulai dipekerjakan;

11. jumlah tenaga kerja Indonesia yang dipekerjakan dan peluang kesempatan kerja yang diciptakan;

12. penunjukan tenaga kerja Indonesia sebagai pendamping TKA;

13. rencana progam pendidikan dan pelatihan tenaga kerja Indonesia.

2. RPTKA untuk Pekerjaan yang Bersifat Sementara

RPTKA untuk pekerjaan yang bersifat sementara diberikan untuk pekerjaan yang sekali selesai dan pekerjaan yang berhubungan dengan pemasangan mesin, elektrikal, layanan purna jual, atau produk dalam masa penjajakan usaha.

Untuk mendapatkan pengesahan RPTKA untuk pekerjaan yang bersifat sementara, pemberi kerja TKA harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja melalui Direktur Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing dengan melampirkan:

1. alasan penggunaan TKA;

2. formulir RPTKA yang sudah diisi;

3. surat izin usaha dari instansi yang berwenang;

4. akte pendirian sebagai badan hukum yang disahkan oleh instansi yang berwenang;

5. keterangan domisili perusahaan dari pemerintah daerah setempat;

Page 41: TKA Data Dan Informasi 2014 2

33Regulasi Penggunaan TKA dan Pengelolaan TKA

6. bagan struktur organisasi perusahaan;

7. surat penunjukan tenaga kerja Indonesia sebagai pendamping TKA;

8. kopi bukti wajib lapor ketenagakerjaan yang masih berlaku berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981;

9. kopi kontrak pekerjaan.

Formulir RPTKA untuk pekerjaan yang bersifat sementara memuat:

1. identitas pemberi kerja TKA;

2. jabatan, uraian jabatan, dan persyaratan jabatan TKA;

3. jumlah TKA;

4. jangka waktu penggunaan TKA.

RPTKA untuk pekerjaan yang bersifat sementara diberikan untuk jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan dan tidak dapat diperpanjang.

3. RPTKA untuk Pekerjaan yang Bersifat Darurat

Selain RPTKA untuk pekerjaan yang bersifat sementara, ada juga RPTKA untuk pekerjaan yang bersifat darurat. Pekerjaan yang bersifat darurat adalah pekerjaan yang mendesak dan apabila tidak ditangani secara langsung dapat mengakibatkan kerugian fatal bagi perusahaan dan/atau masyarakat umum. Untuk mendapatkan pengesahan RPTKA untuk pekerjaan yang bersifat darurat, pemberi kerja TKA harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja melalui Direktur Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing. dengan melampirkan:

1. alasan penggunaan TKA;

2. formulir RPTKA yang sudah dilengkapi;

3. surat izin usaha dari instansi yang berwenang;

Page 42: TKA Data Dan Informasi 2014 2

34 Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

4. surat pernyataan kondisi darurat dari pemberi kerja TKA.

Formulir RPTKA untuk pekerjaan yang bersifat darurat memuat:

1. identitas pemberi kerja TKA;

2. jabatan, uraian jabatan dan persyaratan jabatan TKA;

3. jumlah TKA; dan

4. jangka waktu penggunaan TKA.

Setelah semua persyaratan dipenuhi, Direktur Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing menerbitkan keputusan pengesahan RPTKA selambat-lambatnya 1 (satu) hari kerja sejak permohonan dinyatakan lengkap. RPTKA untuk pekerjaan yang bersifat darurat diberikan untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan dan tidak dapat diperpanjang.

4. RPTKA di Kawasan Ekonomi Khusus

Untuk mendapatkan pengesahan RPTKA di Kawasan Ekonomi Khusus, pemberi kerja TKA harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada pejabat yang ditunjuk di Kawasan Ekonomi Khusus, dengan melampirkan persyaratan sebagaimana RPTKA biasa. Kawasan ekonomi khusus adalah kawasan dalam wilayah hukum negara kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi perekonomian yang bersifat khusus dan memperoleh fasilitas tertentu.

5. RPTKA Jasa Impresariat

Untuk mendapatkan pengesahan RPTKA jasa impresariat, pemberi kerja TKA harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja melalui Direktur

Page 43: TKA Data Dan Informasi 2014 2

35Regulasi Penggunaan TKA dan Pengelolaan TKA

Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing, dengan melampirkan:1. alasan penggunaan TKA;2. formulir RPTKA yang sudah diisi;3. surat izin usaha dari instansi yang berwenang;4. akte pendirian sebagai badan hukum yang sudah disahkan oleh

instansi yang berwenang;5. keterangan domisili perusahaan dari pemerintah daerah setempat;6. bagan struktur organisasi perusahaan;7. surat pernyataan kesanggupan untuk melaksanakan pendidikan

dan pelatihan kerja bagi tenaga kerja Indonesia sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki TKA;

8. kopi bukti wajib lapor ketenagakerjaan yang masih berlaku sesuai Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981; dan

9. rekomendasi jabatan yang akan diduduki oleh TKA dari instansi teknis apabila diperlukan.Formulir RPTKA jasa impresariat memuat:

1. nama pemberi kerja TKA;2. alamat pemberi kerja TKA;3. nama pimpinan perusahaan;4. jumlah TKA yang akan dipekerjakan;5. lokasi kerja TKA;6. jangka waktu penggunaan TKA;

7. tanggal mulai dipekerjakan.

B. Pelaporan TKA

Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan TKA wajib memiliki izin tertulis dari Menteri Ketenagakerjaan atau pejabat yang ditunjuk, yang

Page 44: TKA Data Dan Informasi 2014 2

36 Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

disebut Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA). Kewajiban memiliki izin tersebut tidak berlaku bagi perwakilan negara asing yang mempergunakan TKA sebagai pegawai diplomatik dan konsuler. IMTA awal diterbitkan oleh Direktur Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing.

Adapun IMTA perpanjangan diterbitkan oleh:

1. Direktur Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing;

2. Kepala Dinas Provinsi; atau

3. Kepala Dinas Kabupaten/Kota.

1. Pengajuan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA

Pemberi kerja TKA yang akan mengurus IMTA, terlebih dahulu harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Direktur Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing untuk mendapatkan rekomendasi kawat persetujuan visa (TA-01) dengan melampirkan:

1. kopi keputusan pengesahan RPTKA;

2. kopi paspor TKA yang akan dipekerjakan;

3. daftar riwayat hidup TKA yang akan dipekerjakan;

4. kopi ijazah sarjana atau keterangan pengalaman kerja TKA atau sertifikat kompetensi sesuai dengan jabatan yang akan diduduki;

5. kopi surat penunjukan tenaga kerja Indonesia pendamping; dan

6. pasfoto berwarna ukuran 4 × 6 cm sebanyak 1 (satu) lembar.

Jika permohonan telah memenuhi persyaratan, Direktur Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing harus menerbitkan rekomendasi kawat persetujuan visa (TA-01) dan menyampaikan kepada Direktur Lalu Lintas Keimigrasian (Lantaskim), Direktorat Jenderal Imigrasi dalam waktu selambat-lambatnya pada hari berikutnya

Page 45: TKA Data Dan Informasi 2014 2

37Regulasi Penggunaan TKA dan Pengelolaan TKA

dengan ditembuskan kepada pemberi kerja TKA. Rekomendasi kawat persetujuan visa (TA-01) tersebut berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) bulan sejak diterbitkan.

Ketentuan sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya dikecualikan bagi pemberi kerja yang mempekerjakan TKA yang berstatus kawin campuran.

Selanjutnya, jika Ditjen Imigrasi telah mengabulkan permohonan visa untuk dapat bekerja atas nama TKA yang bersangkutan dan menerbitkan surat pemberitahuan tentang persetujuan pemberian visa, maka pemberi kerja TKA mengajukan permohonan IMTA kepada Direktur Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing dengan melampirkan:

1. kopi draf perjanjian kerja;

2. bukti pembayaran dana kompensasi penggunaan TKA melalui bank pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Ketenagakerjaan;

3. kopi polis asuransi;

4. kopi surat pemberitahuan tentang persetujuan pemberian visa; dan

5. foto berwarna ukuran 4 × 6 sebanyak 2 (dua) lembar.

Jika persyaratan tersebut telah dipenuhi, Direktur Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing menerbitkan IMTA selambat-lambatnya 4 (empat) hari kerja. Jangka waktu berlakunya IMTA diberikan paling lama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang.

Dana kompensasi penggunaan TKA sebagaimana dimaksud dalam persyaratan ditetapkan sebesar US $ 100 (seratus dollar Amerika) per jabatan dan per bulan untuk setiap TKA dan dibayarkan di muka. Pemberi kerja yang mempekerjakan TKA kurang dari 1 (satu) bulan wajib membayar dana kompensasi sebesar 1 (satu) bulan penuh.

Page 46: TKA Data Dan Informasi 2014 2

38 Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

Pembayaran dana kompensasi dilakukan oleh pemberi kerja TKA dan disetorkan pada rekening Dana Kompensasi Penggunaan Tenaga Kerja Asing (DKPTKA) pada bank pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Ketenagakerjaan. Dana kompensasi penggunaan TKA tersebut merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Pemberi kerja TKA dilarang mempekerjakan TKA pada lebih dari 1 (satu) jabatan dalam perusahaan yang sama. Pemberi kerja TKA juga dilarang mempekerjakan TKA yang sedang dipekerjakan oleh pemberi kerja TKA yang lain. Namun, ketentuan ini dikecualikan bagi TKA yang menduduki jabatan Direksi atau Komisaris berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

2. Perpanjangan IMTA

Pemberi kerja TKA yang akan melakukan perpanjangan IMTA, harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Direktur Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing atau Kepala Dinas Provinsi atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota.

Perpanjangan IMTA diterbitkan oleh:1. Direktur, untuk TKA yang lokasi kerjanya lebih dari 1 (satu) wilayah

provinsi;2. Kepala Dinas Provinsi, untuk TKA yang lokasi kerjanya lintas

kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi;3. Kepala Dinas Kabupaten/Kota, untuk TKA yang lokasi kerjanya

dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota.

Permohonan perpanjangan IMTA diajukan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sebelum jangka waktu berlakunya IMTA berakhir. Permohonan perpanjangan IMTA dilakukan dengan mengisi formulir perpanjangan IMTA dengan melampirkan:

Page 47: TKA Data Dan Informasi 2014 2

39Regulasi Penggunaan TKA dan Pengelolaan TKA

1. kopi IMTA yang masih berlaku;

2. bukti pembayaran dana kompensasi penggunaan TKA melalui bank pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Ketenagakerjaan atau retribusi melalui bank yang ditunjuk oleh Gubernur atau Bupati/Walikota;

3. kopi polis asuransi;

4. laporan realisasi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja Indonesia pendamping;

5. kopi keputusan RPTKA yang masih berlaku;

6. foto berwarna ukuran 4 × 6 sebanyak 2 (dua) lembar; dan

7. rekomendasi dari instansi terkait untuk sektor tertentu.

Apabila persyaratan tidak terpenuhi, permohonan perpanjangan ditolak. Jika persyaratan telah lengkap, Direktur Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing atau Kepala Dinas Provinsi atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota menerbitkan IMTA paling lama 4 (empat) hari kerja.

IMTA dapat diperpanjang sesuai jangka waktu berlakunya RPTKA dengan ketentuan setiap kali perpanjangan paling lama 1 (satu) tahun. Jangka waktu perpanjangan IMTA tersebut dikecualikan untuk jabatan Komisaris dan Direksi. Jangka waktu perpanjangan IMTA untuk jabatan Komisaris dan Direksi paling lama 2 (dua) tahun. IMTA perpanjangan digunakan sebagai dasar untuk memperpanjang KITAS.

3. IMTA untuk Pekerjaan Sementara

Pemberi kerja yang akan mempekerjakan TKA untuk pekerjaan yang bersifat sementara juga wajib mengajukan permohonan IMTA secara tertulis kepada Direktur Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing, dengan melampirkan:

Page 48: TKA Data Dan Informasi 2014 2

40 Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

1. kopi keputusan pengesahan RPTKA;

2. kopi polis asuransi;

3. kopi paspor TKA yang bersangkutan;

4. pasfoto TKA ukuran 4 × 6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar; dan

5. bukti pembayaran dana kompensasi penggunaan TKA melalui bank pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Ketenagakerjaan.

Jika permohonan tersebut telah lengkap, Direktur Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing akan menerbitkan IMTA dalam waktu paling lama 4 (empat) hari kerja. IMTA untuk pekerjaan yang bersifat sementara diberikan untuk jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan.

4. IMTA untuk Pekerjaan Darurat

Pemberi kerja yang akan mempekerjakan TKA untuk pekerjaan yang bersifat darurat wajib mengajukan permohonan IMTA secara tertulis kepada Direktur Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing, dengan melampirkan:

1. surat pernyataan dari pemberi kerja TKA tentang kondisi darurat;

2. kopi paspor TKA yang bersangkutan;

3. pasfoto TKA ukuran 4 × 6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar;

4. bukti pembayaran dana kompensasi penggunaan TKA melalui bank pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Ketenagakerjaan.

Jika permohonan telah lengkap, Direktur Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing harus menerbitkan IMTA dalam waktu paling lama 1 (satu) hari kerja. IMTA untuk pekerjaan yang bersifat darurat diberikan untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

Page 49: TKA Data Dan Informasi 2014 2

41Regulasi Penggunaan TKA dan Pengelolaan TKA

5. IMTA untuk Kawasan Ekonomi Khusus

Pemberi kerja yang akan mempekerjakan TKA di Kawasan Ekonomi Khusus wajib mengajukan permohonan IMTA secara tertulis kepada pejabat yang ditunjuk di Kawasan Ekonomi Khusus. Tata cara memperoleh IMTA di Kawasan Ekonomi Khusus mengikuti ketentuan pengurusan IMTA biasa.

6. IMTA untuk Pemandu Nyanyi/Karaoke

Pemberi kerja yang akan mempekerjakan TKA sebagai pemandu nyanyi/karaoke wajib mengajukan permohonan IMTA kepada Direktur Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing, dengan melampirkan:

1. kopi izin tempat usaha yang memiliki fasilitas karaoke;

2. RPTKA yang telah disahkan oleh Direktur Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing;

3. bukti pembayaran dana kompensasi penggunaan TKA melalui bank pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Ketenagakerjaan;

4. kopi polis asuransi; dan

5. perjanjian kerja TKA dengan pemberi kerja.

IMTA untuk pemandu nyanyi/karaoke diberikan paling lama 6 (enam) bulan dan tidak dapat diperpanjang. Selain itu, ada ketentuan bahwa pemberi kerja yang mempekerjakan TKA sebagai pemandu nyanyi/karaoke, harus mempekerjakan pemandu nyanyi/karaoke tenaga kerja Indonesia yang jumlahnya 5 (lima) kali jumlah pemandu nyanyi/karaoke TKA.

7. IMTA Untuk Pemegang Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP)

Pemberi kerja yang akan mempekerjakan TKA pemegang kartu izin tinggal tetap (KITAP) wajib mengajukan permohonan kepada Direktur

Page 50: TKA Data Dan Informasi 2014 2

42 Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing dengan melampirkan:

1. kopi RPTKA yang masih berlaku;

2. kopi izin tinggal tetap yang masih berlaku;

3. daftar riwayat hidup TKA yang akan dipekerjakan;

4. kopi ijazah atau pengalaman kerja;

5. bukti pembayaran dana kompensasi penggunaan TKA melalui Bank yang ditunjuk oleh Menteri Ketenagakerjaan;

6. kopi polis asuransi; dan

7. pasfoto berwarna ukuran 4 × 6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar.

Jika dokumen permohonan telah lengkap dan memenuhi persyaratan, Direktur Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing menerbitkan IMTA.

8. Perubahan Nama Pemberi Kerja dan Perubahan Lokasi Kerja

Jika pemberi kerja TKA berganti nama, Direktur Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing menerbitkan rekomendasi kepada Direktur Jenderal Imigrasi untuk mengubah KITAS/KITAP. Tata caranya, pemberi kerja TKA menyampaikan permohonan secara tertulis kepada Direktur Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing dengan melampirkan:

1. kopi RPTKA perubahan;

2. kopi KITAS/KITAP yang masih berlaku;

3. kopi IMTA yang masih berlaku;

4. kopi bukti perubahan nama perusahaan yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang.

Apabila masa berlaku IMTA perpanjangan belum berakhir dan terjadi perubahan lokasi kerja, pemberi kerja wajib mengajukan

Page 51: TKA Data Dan Informasi 2014 2

43Regulasi Penggunaan TKA dan Pengelolaan TKA

perubahan IMTA dan membayar dana kompensasi/retribusi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Permohonan dan pelayanan penggunaan TKA yang meliputi pengesahan RPTKA, rekomendasi persetujuan kawat visa bekerja, dan IMTA dilakukan secara online melalui website Kementerian Ketenagakerjaan di www.tka-online.depnakertrans.go.id.

9. Pelaporan dan Pengawasan TKA

Pemberi kerja TKA wajib melaporkan penggunaan TKA dan laporan realisasi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja Indonesia pendamping di perusahaan secara periodik 6 (enam) bulan sekali kepada Direktur Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing atau Kepala Dinas Provinsi atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja.

Direktur Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing atau Kepala Dinas Provinsi atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota melaporkan penerbitan IMTA secara periodik setiap 3 (tiga) bulan kepada Menteri Ketenagakerjaan dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja.

Pengawasan terhadap pemberi kerja TKA dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Jika pemberi kerja mempekerjakan TKA tidak sesuai dengan IMTA, Direktur Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing atau Kepala Dinas Provinsi atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota berwenang mencabut IMTA sesuai dengan kewenangannya.

Page 52: TKA Data Dan Informasi 2014 2

44 Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

C. Pengendalian TKA

Sebagai upaya pengendalian TKA, pemerintah telah memberlakukan beberapa regulasi yang antara lain tertuang dalam:

1. Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012 tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2012 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi;

3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 12 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing;

4. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 223/MEN/2003 tentang Jabatan-jabatan di Lembaga Pendidikan yang Dikecualikan dari Kewajiban Membayar Kompensasi;

5. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 67/MEN/IV/2004 tentang Pelaksanaan Program JAMSOSTEK bagi Tenaga Kerja Asing;

6. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.247/MEN/X/2011 tentang Jabatan yang Dapat Diduduki oleh Tenaga Kerja Asing Pada Kategori Konstruksi;

7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 40 Tahun 2012 tentang Jabatan-Jabatan Tertentu yang Dilarang Diduduki Tenaga Kerja Asing;

8. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 462 Tahun 2012 tentang Jabatan yang Dapat Diduduki oleh Tenaga Kerja Asing pada Kategori Jasa Pendidikan;

Page 53: TKA Data Dan Informasi 2014 2

45Regulasi Penggunaan TKA dan Pengelolaan TKA

9. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 463 Tahun 2012 tentang Jabatan yang Dapat Diduduki oleh Tenaga Kerja Asing pada Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia;

10. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 464 Tahun 2012 tentang Jabatan yang Dapat Diduduki oleh Tenaga Kerja Asing pada Kategori Perdagangan Besar dan Eceran Serta Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor;

11. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 707 Tahun 2012 tentang Jabatan yang Dapat Diduduki oleh Tenaga Kerja Asing pada Kategori Transportasi dan Pergudangan Golongan Pokok Angkutan Udara;

12. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 708 Tahun 2012 tentang Jabatan yang Dapat Diduduki oleh Tenaga Kerja Asing Pada Kategori Kesenian, Hiburan dan Rekreasi Golongan Pokok Kegiatan Hiburan, Kesenian dan Kreativitas dan Golongan Pokok Olahraga dan Rekreasi Lainnya;

13. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 354 Tahun 2013 tentang Jabatan yang Dapat Diduduki oleh Tenaga Kerja Asing pada Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Minuman;

14. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 355 Tahun 2013 tentang Jabatan yang Dapat Diduduki oleh Tenaga Kerja Asing pada Kategori Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah dan Daur Ulang, Pembuangan dan Pembersihan Limbah dan Sampah Golongan Pokok Pengelolaan Limbah;

15. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 356 Tahun 2013 tentang Jabatan yang Dapat Diduduki oleh Tenaga

Page 54: TKA Data Dan Informasi 2014 2

46 Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

Kerja Asing pada Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Tekstil;

16. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 357 Tahun 2013 tentang Jabatan yang Dapat Diduduki oleh Tenaga Kerja Asing pada Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Pakaian Jadi;

17. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 358 Tahun 2013 tentang Jabatan yang Dapat Diduduki oleh Tenaga Kerja Asing pada Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Makanan;

18. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 359 Tahun 2013 tentang Jabatan yang Dapat Diduduki oleh Tenaga Kerja Asing pada Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Barang Logam Bukan Mesin dan Peralatannya;

19. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja (Binapenta) Nomor KEP.70/PPTK/IV/2013 tentang Pedoman Pendampingan Tenaga Kerja Asing;

20. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja (Binapenta) Nomor KEP.71/PPTK/IV/2013 tentang Pedoman Penilaian Kelayakan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing;

21. Nota Kesepahaman Bersama antara Ditjen Binapenta dengan Ditjen Imigrasi Nomor B.539/PPTK/IV/2013 dan Nomor IMI-UM.01.01-1214 tentang Penggunaan Sistem Online Penempatan Tenaga Kerja dan Keimigrasian.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 44 dan 45, mengamanatkan tentang perlu diaturnya pengendalian penggunaan tenaga kerja asing. Untuk itu, diberlakukan beberapa persyaratan bagi TKA yang akan bekerja di Indonesia. Sesuai dengan

Page 55: TKA Data Dan Informasi 2014 2

47Regulasi Penggunaan TKA dan Pengelolaan TKA

Permenakertrans Nomor 12 Tahun 2013, TKA yang dipekerjakan oleh pemberi kerja wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. memiliki pendidikan yang sesuai dengan syarat jabatan yang akan diduduki oleh TKA;

2. memiliki kompetensi yang dibuktikan dengan sertifikat kompetensi atau pengalaman kerja sesuai dengan jabatan yang akan diduduki TKA paling kurang 5 (lima) tahun;

3. bersedia membuat pernyataan untuk mengalihkan keahliannya kepada tenaga kerja Indonesia pendamping; dan

4. dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 pemberi kerja tenaga kerja asing wajib menunjuk tenaga kerja warga negara Indonesia sebagai tenaga pendamping tenaga kerja asing yang dipekerjakan untuk alih teknologi dan alih keahlian dari tenaga kerja asing; dan melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenaga kerja Indonesia tersebut yang sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh tenaga kerja asing. Pendidikan dan pelatihan kerja oleh pemberi kerja tersebut dapat dilaksanakan baik di dalam negeri maupun dengan mengirimkan tenaga kerja Indonesia untuk berlatih di luar negeri. Ketentuan ini tidak berlaku bagi tenaga kerja asing yang menduduki jabatan direksi dan/atau komisaris.

Ketentuan mengenai penggunaan tenaga kerja asing serta pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja pendamping diatur dengan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2014. Tenaga kerja pendamping tenaga kerja asing tidak secara otomatis menggantikan atau menduduki jabatan tenaga kerja asing yang didampinginya. Pendampingan tersebut lebih dititikberatkan pada alih teknologi dan alih keahlian agar tenaga kerja pendamping tersebut dapat memiliki

Page 56: TKA Data Dan Informasi 2014 2

48 Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

kemampuan sehingga pada waktunya diharapkan dapat mengganti tenaga kerja asing yang didampinginya. Tenaga kerja pendamping yang mengikuti pendidikan dan pelatihan mendapat sertifikat pelatihan dan sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sebagai bagian dari upaya pengendalian TKA, pemerintah juga melakukan pembinaan pemberi kerja TKA melalui Kementerian Ketenagakerjaan dan dinas yang membidangi ketenagakerjaan di provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya. Selain itu, dilakukan juga pengawasan atas pelaksanaan penggunaan TKA serta pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja pendamping. Pengawasan ini dilaksanakan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan pada Kementerian Ketenagakerjaan dan dinas yang membidangi ketenagakerjaan di provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.

Untuk melindungi tenaga kerja lokal, tenaga kerja asing dilarang menduduki jabatan yang mengurusi personalia dan/atau jabatan-jabatan tertentu. Jabatan-jabatan tertentu tersebut diatur dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2012. Jabatan-jabatan tertentu yang dilarang diduduki tenaga kerja asing dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 57: TKA Data Dan Informasi 2014 2

49Regulasi Penggunaan TKA dan Pengelolaan TKA

Tabel 3.1. Jabatan-Jabatan Tertentu yang Dilarang Diduduki Tenaga Kerja Asing

NoNama Jabatan

Indonesia Kode ISCO* Inggris

1 Direktur Personalia 1210 Personnel Director

2 Manajer Hubungan Industrial 1232 Industrial Relation Manager

3 Manajer Personalia 1232 Human Resource Manager

4 Supervisor Pengembangan Personalia

1232 Personnel Development Supervisor

5 Supervisor Perekrutan Personalia 1232 Personnel Recruitment Supervisor

6 Supervisor Penempatan Personalia 1232 Personnel Placement Supervisor

7 Supervisor Pembinaan Karier Pegawai

1232 Employee Career Development Supervisor

8 Penata Usaha Personalia 4190 Personnel Declare Administrator

9 Kepala Eksekutif Kantor 1210 Chief Executive Officer

10 Ahli Pengembangan Personalia dan Karier

2412 Personnel and Careers Specialist

11 Spesialis Personalia 2412 Personnel Specialist

12 Penasihat Karier 2412 Career Advisor

13 Penasihat Tenaga Kerja 2412 Job Advisor

14 Pembimbing dan Konseling Jabatan 2412 Job Advisor and Counseling

15 Perantara Tenaga Kerja 2412 Employee Mediator

16 Pengadministrasi Pelatihan Pegawai 4190 Job Training Administrator

17 Pewawancara Pegawai 2412 Job Interviewer

18 Analis Jabatan 2412 Job Analyst

19 Penyelenggara Keselamatan Kerja Pegawai

2412 Occupational Safety Specialist

*ISCO = International Standard Classification of OccupationsSumber : Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 40

Tahun 2012

Page 58: TKA Data Dan Informasi 2014 2

50 Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

Pemberi kerja wajib membayar kompensasi atas setiap tenaga kerja asing yang dipekerjakannya. Kewajiban membayar kompensasi dimaksudkan dalam rangka menunjang upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Namun, kewajiban membayar kompensasi tersebut tidak berlaku bagi instansi pemerintah, perwakilan negara asing, badan-badan internasional, lembaga sosial, lembaga keagamaan, dan jabatan-jabatan tertentu di lembaga pendidikan.

Ketentuan mengenai jabatan-jabatan tertentu di lembaga pendidikan yang dikecualikan dari kewajiban membayar kompensasi diatur dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor KEP.223/MEN/2003. Jabatan-jabatan tertentu pada lembaga pendidikan tersebut adalah:

1. TKA sebagai kepala sekolah dan guru di lembaga pendidikan yang dikelola kedutaan negara asing;

2. TKA sebagai dosen dan atau peneliti di perguruan tinggi yang dipekerjakan sebagai bentuk kerja sama dengan perguruan tinggi di luar negeri.

Page 59: TKA Data Dan Informasi 2014 2

51 Penutup

bab 4 PenutuP

P erkembangan globalisasi mendorong terjadinya pergerakan aliran modal dan investasi ke berbagai penjuru dunia, terjadi pula migrasi

penduduk atau pergerakan tenaga kerja antarnegara. Pergerakan tenaga kerja tersebut berlangsung karena investasi yang dilakukan di negara lain pada umumnya membutuhkan pengawasan secara langsung oleh pemilik/investor. Untuk menjaga kelangsungan usaha dan investasinya, pemilik modal juga membutuhkan tenaga-tenaga terampil yang bisa dipercaya dalam mengelola investasinya di negara tujuan. Untuk itu, para pemilik modal perlu membawa serta beberapa tenaga kerja dari negara asal atau negara lain untuk bekerja sebagai tenaga kerja asing (TKA) di negara tujuan.

Dalam kaitannya dengan globalisasi, penggunaan tenaga kerja asing di Indonesia tidak dapat dihindari karena negara kita menganut pasar kerja terbuka/internasional dengan aturan tertentu. Indonesia telah sepakat untuk melaksanakan pasar kerja bebas, yang antara lain diatur dalam kesepakatan regional dan bilateral mengenai people mobility dan human resource development.

Kehadiran TKA di Indonesia pada umumnya sering dikaitkan dengan dampak negatifnya, yaitu mengurangi kesempatan kerja pekerja lokal negara tujuan, meningkatnya devisa keluar (outflow), faktor budaya yang kemungkinan tidak sesuai dengan adat/norma setempat, dan sebagainya. Namun, perlu dipahami bahwa pada lingkup pekerjaan tertentu terutama yang mensyaratkan penguasaan teknologi tinggi atau keterampilan khusus pada umumnya masih belum dapat dipenuhi oleh tenaga kerja lokal. Di samping itu, kehadiran TKA dapat memberikan

Page 60: TKA Data Dan Informasi 2014 2

52 Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

dampak positif berupa transfer of knowledge, pembelajaran kultur kerja modern (internasional), dan peluang untuk menjadi pekerja berkelas internasional.

Kebijakan Pemerintah terhadap masuknya TKA ke Indonesia pada dasarnya tetap konsisten, yaitu bersifat selektif terhadap jabatan-jabatan tertentu yang memang belum memungkinkan diisi oleh tenaga-tenaga kerja dari Indonesia. Sebagai upaya pengendalian TKA, pemerintah telah memberlakukan beberapa regulasi yang mengacu pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang secara khusus mengatur penggunaan tenaga kerja asing dalam satu bab tersendiri, yaitu Bab VIII. Berbagai regulasi yang mengatur TKA tersebut berupa Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri, Keputusan Menteri, Keputusan Direktur Jenderal Binapenta, dan MoU Ditjen Binapenta dengan Ditjen Imigrasi.

Dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan tercantum regulasi mengenai TKA, dimulai dari kewajiban pemberi kerja yang menggunakan TKA untuk memperoleh izin tertulis; memiliki rencana penggunaan TKA yang memuat alasan, jenis jabatan dan jangka waktu penggunaan TKA; kewajiban penunjukan tenaga kerja WNI sebagai pendamping TKA; hingga kewajiban memulangkan TKA ke negara asal setelah berakhirnya hubungan kerja. Aturan ini dilandasi semangat dan upaya untuk memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada TKL dan membatasi penggunaan TKA.

Sementara itu, Indonesia akan segera menghadapi pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015. Bagi dunia ketenagakerjaan Indonesia MEA akan membawa dampak positif dan negatif. Dampak positifnya, kehadiran MEA diharapkan akan mengurangi pengangguran karena akan membuka lapangan kerja baru dan menyerap angkatan kerja yang ada saat ini untuk masuk ke dalam

Page 61: TKA Data Dan Informasi 2014 2

53 Penutup

pasar kerja. Adapun dampak negatifnya, dengan adanya pasar barang dan jasa secara bebas tersebut akan mengakibatkan tenaga kerja asing dari sesama negara ASEAN dengan mudah masuk dan bekerja di Indonesia sehingga mengakibatkan persaingan tenaga kerja yang semakin ketat di bidang ketenagakerjaan. Hal ini menjadi tantangan bagi dunia ketenagakerjaan di Indonesia karena setiap negara pasti telah bersiap diri di bidang ketanagakerjaannya dalam menghadapi MEA.

Pemberlakuan MEA ini menjadi peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia di bidang ketenagakerjaan. Dari sisi sumber daya manusia (SDM) pekerja Indonesia, kompetisi SDM antarnegara ASEAN merupakan hal yang pasti terjadi saat diberlakukannya MEA nanti. Untuk itu, perlu dilakukan langkah-langkah antisipatif dalam rangka menjelang berlakunya MEA 2015. Salah satunya adalah peraturan-peraturan yang dapat melindungi tenaga kerja lokal dari arus TKA. Hal ini terutama untuk mencegah efek brain drain dan efek tersingkirnya tenaga kerja domestik karena ketidakmampuan berkompetisi dengan tenaga kerja asing. Strategi yang bisa diterapkan adalah perlindungan tenaga kerja di dalam negeri dengan regulasi yang mengatur pengendalian penggunaan tenaga kerja asing (TKA) dan pengembangan SDM berbasis kompetensi dan kebutuhan pasar kerja.

Regulasi untuk melindungi tenaga kerja lokal diperlukan mengingat di antara negara-negara ASEAN kualitas tenaga kerja Indonesia harus diakui masih di bawah beberapa negara lainnya. Mengacu pada Indeks Daya Saing Global (Global Competitiveness Index) tahun 2013 dan 2014, Indonesia masih berada di bawah Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand. Indonesia hanya berada di atas Filipina, Vietnam, Laos, Kamboja, dan Myanmar.

Page 62: TKA Data Dan Informasi 2014 2

54 Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

Sementara itu, jika mengacu pada data dari United Nations Development Programme (UNDP) pada 2013 mengenai Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indonesia berada pada peringkat ke-108 dari 187 negara. Peringkat ini masih kalah jika dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN lainnya, yaitu Singapura (9), Brunei Darussalam (30), Malaysia (62), dan Thailand (89). Namun, peringkat HDI Indonesia masih di atas Filipina (117), Vietnam (121), Kamboja (136), Laos (139), dan Myanmar (150).

Dengan mengacu pada Indeks Daya Saing Global dan Indeks Pembangunan Manusia, terlihat bahwa sumber daya manusia Indonesia masih menghadapi ancaman dengan akan diberlakukannya MEA pada 2015. Untuk itu, pemerintah tetap perlu memberlakukan regulasi untuk melindungi tenaga kerja lokal dari arus serbuan TKA.

Untuk mengantisipasi berbagai perkembangan, pemerintah merencanakan pengembangan pengendalian penggunaan tenaga kerja asing. Perubahan kebijakan pengendalian penggunaan TKA melalui proteksi terhadap tenaga kerja Indonesia akan direalisasikan dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan. Dalam rangka pengendalian penggunaan tenaga kerja asing pengawasan akan ditingkatkan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan sesuai kewenangannya.

Kebijakan untuk mengendalikan penggunaan tenaga kerja asing meliputi antara lain uji kompetensi bahasa Indonesia, penyusunan jabatan yang dapat diduduki oleh TKA, pelayanan paperless, dan mempersingkat jangka waktu pelayanan. Selain itu, diberlakukan juga kebijakan proteksi untuk melindungi ketenagakerjaan dalam pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN-MEA.

Page 63: TKA Data Dan Informasi 2014 2

55 Lampiran

lamPIran

Peraturan perundang-undangan dan regulasi bidang pengendalian penggunaan tenaga kerja asing

UNDANG-UNDANG1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal

PERATURAN PEMERINTAH3. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2012 tentang Jenis dan

Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2012 tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas Dan Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing

PERATURAN PRESIDEN5. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2014 tentang Penggunaan

Tenaga Asing serta Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja Pendamping

PERATURAN MENTERI6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing

Page 64: TKA Data Dan Informasi 2014 2

56 Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

KEPUTUSAN MENTERI 7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

Indonesia Nomor KEP.223/MEN/2003 tentang Jabatan-jabatan di Lembaga Pendidikan yang Dikecualikan dari Kewajiban Membayar Kompensasi

8. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 67/MEN/IV/2004 tentang Pelaksanaan Program JAMSOSTEK bagi Tenaga Kerja Asing

9. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor KEP.247/MEN/X/2011 Tentang Jabatan yang Dapat Diduduki Oleh Tenaga Kerja Asing pada Kategori Konstruksi

10. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2012 tentang Jabatan-Jabatan Tertentu yang Dilarang Diduduki Tenaga Kerja Asing

11. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 462 Tahun 2012 tentang Jabatan yang Dapat Diduduki oleh Tenaga Kerja Asing pada Kategori Jasa Pendidikan

12. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 463 Tahun 2012 tentang Jabatan yang Dapat Diduduki oleh Tenaga Kerja Asing pada Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia

13. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 464 Tahun 2012 Tentang Jabatan yang Dapat Diduduki oleh Tenaga Kerja Asing pada Kategori Perdagangan Besar dan Eceran Serta Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

14. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 707 Tahun 2012 tentang Jabatan yang Dapat Diduduki oleh Tenaga Kerja Asing pada Kategori Transportasi dan Pergudangan Golongan Pokok Angkutan Udara

15. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 708 Tahun 2012 Tentang Jabatan yang Dapat

Page 65: TKA Data Dan Informasi 2014 2

57 Lampiran

Diduduki oleh Tenaga Kerja Asing Pada Kategori Kesenian, Hiburan dan Rekreasi Golongan Pokok Kegiatan Hiburan, Kesenian dan Kreativitas dan Golongan Pokok Olahraga dan Rekreasi Lainnya

16. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 354 Tahun 2013 Tentang Jabatan yang Dapat Diduduki oleh Tenaga Kerja Asing pada Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Minuman

17. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 355 Tahun 2013 Tentang Jabatan yang Dapat Diduduki oleh Tenaga Kerja Asing pada Kategori Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah dan Daur Ulang, Pembuangan dan Pembersihan Limbah dan Sampah Golongan Pokok Pengelolaan Limbah

18. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 356 Tahun 2013 tentang Jabatan yang Dapat Diduduki oleh Tenaga Kerja Asing pada Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Tekstil

19. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 357 Tahun 2013 tentang Jabatan yang Dapat Diduduki oleh Tenaga Kerja Asing pada Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Pakaian Jadi

20. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 358 Tahun 2013 tentang Jabatan yang dapat Diduduki oleh Tenaga Kerja Asing pada Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Makanan

21. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 359 Tahun 2013 tentang Jabatan yang Dapat Diduduki oleh Tenaga Kerja Asing pada Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Barang Logam Bukan Mesin dan Peralatannya

Page 66: TKA Data Dan Informasi 2014 2

58 Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Data dan Informasi

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINAPENTA 22. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja

Nomor: KEP.70/PPTK/IV/2013 tentang Pedoman Pendampingan Tenaga Kerja Asing

23. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja Nomor: KEP.71/PPTK/IV/2013 tentang Pedoman Penilaian Kelayakan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing

MoU DITJEN BINAPENTA DENGAN DITJEN IMIGRASI24. Nota Kesepahaman Bersama antara Ditjen Binapenta dengan

Ditjen Imigrasi Nomor: B.539/PPTK/IV/2013 dan Nomor: IMI-UM.01.01-1214 tentang Penggunaan Sistem Online Penempatan Tenaga Kerja dan Keimigrasian

Page 67: TKA Data Dan Informasi 2014 2

59Daftar Pustaka

Daftar PustaKa

http://binapenta.naker.go.id

Pusat Litbang Ketenagakerjaan Badan Penelitian, Pengembangan dan Informasi. 2013. Badan Penelitian, Pengembangan dan Informasi Naskah Akademik Arah Kebijakan Ketenagakerjaan Tahun 2014-2019. Jakarta: Badan Penelitian, Pengembangan dan Informasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Schwab, Klaus (ed.). 2014. The Global Competitiveness Report 2014–2015 2015: Full Data Edition. Geneva: World Economic Forum.

Tim Penyusun. 2008. Menuju ASEAN Economic Community 2015. Jakarta: Departemen Perdagangan Republik Indonesia.

Tim Penyusun. 2009. Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community Blueprint). Jakarta: Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri RI.

Page 68: TKA Data Dan Informasi 2014 2