TK Limbah Sabun.docx

14
ETRIE OKTASARI 03101003022 LIMBAH SABUN 1. Pengertian Limbah Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water). Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah. Limbah merupakan suatu barang (benda) sisa dari sebuah kegiatan produksi yang tidak bermanfaat/bernilai ekonomi lagi. Limbah sendiri dari tempat asalnya bisa beraneka ragam, ada yang limbah dari rumah tangga, limbah dari pabrik-pabrik besar dan ada juga limbah dari suatu kegiatan tertentu. Dalam dunia masyarakat yang semakin maju dan modern, peningkatan akan jumlah limbah semakin meningkat. Logika yang mudah seperti

Transcript of TK Limbah Sabun.docx

ETRIE OKTASARI03101003022

LIMBAH SABUN

1. Pengertian Limbah

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik

industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di

sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black

water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).

Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki

kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi,

limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik.

Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak

negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu

dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang

ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.

Limbah merupakan suatu barang (benda) sisa dari sebuah kegiatan produksi

yang tidak bermanfaat/bernilai ekonomi lagi. Limbah sendiri dari tempat asalnya

bisa beraneka ragam, ada yang limbah dari rumah tangga, limbah dari pabrik-

pabrik besar dan ada juga limbah dari suatu kegiatan tertentu. Dalam dunia

masyarakat yang semakin maju dan modern, peningkatan akan jumlah limbah

semakin meningkat. Logika yang mudah seperti ini; dahulunya manusia hanya

menggunakan jeruk nipis untuk mencuci piring, namun sekarang manusia sudah

menggunakan sabun untuk mencuci piring sehingga peningkatan akan limbah tak

bisa di elakkan lagi.

Limbah telah menjadi persoalan penting di negeri ini, untuk menciptakan

negeri yang bersih dan sehat tentunya harus kita mulai dengan cara hidup bersih

dan sehat pula. Untuk itu mulailah dengan kehidupan sehari-hari misalnya saja

membersihkan halaman rumah, selokan didepan rumah dan juga sadarkan diri akan

pentingnya membuang sampah pada tempatnya. Kesadaran ini juga harus

dilakukan oleh semua pihak, terutama jangan lagi ada pabrik-pabrik yang

membuang limbah di sungai. Selain merugikan bagi kesehatan limbah yang di

buang di sungai juga bisa membawa efek yang lain, misalnya saja biota sungai

seperti ikan, plankton dan tanaman air akan mati. Sungai yang tercemar juga akan

ETRIE OKTASARI03101003022

sangat buruk dipandang, mestinya sungai bisa kita manfaatkan sebagai tempat

rekreasi dan mencari rezeki namun jika sudah tercemar seperti ini mau bagaimana

lagi.

2. Sabun

Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan

membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang

karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah meluas,

terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air

bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air

bersih. Di negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai

alat bantu mencuci atau membersihkan.

Sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak

yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali

(seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80–100 °C melalui suatu proses

yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa,

menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang digunakan

adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan, atau dari arang kayu.

Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti minyak zaitun.

Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun

sendiri tidak pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan

campuran antara senyawa alkali dan lemak/minyak. Bahan pembuatan sabun terdiri

dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam

pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan

pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk

sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum

dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium

karbonat, natrium fosfat, parfume, dan pewarna.

Adanya bahan buangan zat kimia yang berupa sabun (deterjen, sampo dan

bahan pembersih lainnya) yang berlebihan di dalam air ditandai dengan timbulnya

buih-buih sabun pada permukaan air. Sebenarnya ada perbedaan antara sabun dan

deterjen serta bahan pembersih lainnya. Sabun berasal dari asam lemak (stearat,

ETRIE OKTASARI03101003022

palmitat atau oleat) yang direaksikan dengan basa Na(OH) atau K(OH)

berdasarkan reaksi kimia berikut ini:

C17H35COOH + Na(OH) → C17H35COONa + H2O

Sabun natron (sabun keras) adalah garam natrium asam lemak seperti pada contoh

reaksi di atas. Sedangkan sabun lunak adalah garam kalium asam lemak yang

diperoleh dari reaksi asam lemak dengan basa K(OH). Beberapa sifat sabun antara

lain adalah sebagai berikut :

1. Larutan sabun mempunyai sifat membersihkan karena dapat

mengemulsikan kotoran yang melekat pada badan atau pakaian 

2. Sabun dengan air sadah tidak dapat membentuk busa, tapi akan membentuk

endapan :

2 (C17H35COONa) + CaSO4 → (C17H35COO)2Ca + Na2SO4

3. Larutan sabun bereaksi basa karena terjadi hidrolisis sebagian.

Sedangkan deterjen adalah juga bahan pembersih sepeti halnya sabun, akan

tetapi dibuat dari senyawa petrokimia. Deterjen mempunyai kelebihan

dibandingkan dengan sabun, karena dapat bekerja pada air sadah.

Penggunaan sabun sebagai bahan pembersih yang dilarutkan dengan air di

wilayah pegunungan atau daerah pemukiman bekas rawa sering tidak

menghasilkan busa. Hal itu disebabkan oleh sifat sabun yang tidak akan

menghasilkan busa jika dilarutkan dalam air sadah (air yang mengandung logam-

logam tertentu atau kapur). Namun penggunaan deterjen dengan air yang bersifat

sadah, akan tetap menghasilkan busa yang berlimpah. Sabun maupun deterjen yang

dilarutkan dalam air pada proses pencucian, akan membentuk emulsi bersama

kotoran yang akan terbuang saat dibilas. Namun ada pendapat keliru bahwa

semakin melimpahnya busa air sabun akan membuat cucian menjadi lebih bersih.

Busa dengan luas permukaannya yang besar memang bisa menyerap kotoran debu,

tetapi dengan adanya surfaktan, pembersihan sudah dapat dilakukan tanpa perlu

adanya busa.

Opini yang sengaja dibentuk bahwa busa yang melimpah menunjukkan

daya kerja deterjen adalah menyesatkan. Jadi, proses pencucian tidak bergantung

ada atau tidaknya busa atau sedikit dan banyaknya busa yang dihasilkan.

Kemampuan daya pembersih deterjen ini dapat ditingkatkan jika cucian dipanaskan

ETRIE OKTASARI03101003022

karena daya kerja enzim dan pemutih akan efektif. Tetapi, mencuci dengan air

panas akan menyebabkan warna pakaian memudar. Jadi untuk pakaian berwarna,

sebaiknya jangan menggunakan air hangat/panas.

Umumnya pada sabun dan deterjen anionik ditambahkan zat aditif lain

(builder) seperti :

1. Golongan ammonium kuartener (alkyl dimetihyl benzyl-ammonium cloride,

diethanolamine /DEA). Perlu diketahui, zat kimia ini sering digunakan pada

produk pembersih perawatan tubuh untuk menjaga pH (derajat keasaman)

formula. Dapat menyebabkan reaksi alergi, iritasi mata, kekeringan, dan

toksik jika digunakan dalam waktu lama. Zat karsinogen ini telah dilarang

di Eropa tapi masih ditemukan pada formula kosmetik.

2. Chlorinated trisodium phospate (chlorinated TSP). Zat kimia ini

merupakan zat karsinogenik.

3. Sodium lauryl sulfate (SLS). Zat kimia ini dapat mengubah sistem imun

(kekebalan) dan menyebabkan kerusakan pada mata, saluran cerna, sistem

saraf, paru-paru dan kulit. Umumnya ditemukan pada produk berbusa untuk

perawatan tubuh. Mungkin terdaftar sebagai komponen produk semi natural

yang diklaim berasal dari minyak kelapa.

4. Sodium laureth sulfate (SLES). Bila dikombinasi dengan bahan lain, zat

kimia ini membentuk zat nitrosamin dan mempunyai efek karsinogen pada

tubuh. Perlu kehati-hatian terhadap produk semi natural yang diklaim

berasal dari minyak kelapa.

5. Linear alkyl benzene sulfonate (LAS). Zat kimia ini juga merupakan zat

karsinogenik.

3. Dampak Penggunaan Sabun dan Deterjen Bagi Kesehatan dan Lingkungan

Golongan ammonium kuartener itu dapat membentuk senyawa nitrosamin.

Senyawa nitrosamin diketahui bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan kanker.

Senyawa SLS, SLES atau LAS mudah bereaksi dengan senyawa golongan

ammonium kuartener, seperti DEA untuk membentuk nitrosamin tadi. Bukan cuma

itu, SLS diketahui menyebabkan iritasi pada kulit, memperlambat proses

penyembuhan dan penyebab katarak pada mata orang dewasa.

ETRIE OKTASARI03101003022

LAS relatif mudah didegradasi secara biologi ketimbang ABS. LAS bisa

terdegradasi sampai 90 persen. Tapi bukan berarti masalah selesai. LAS juga butuh

proses. Jadi di bagian ujung rantai kimianya harus dipecah. Ikatan o-meganya harus

diputus dan butuh proses beta oksidasi. Karena itu perlu waktu. Menurut penelitian,

alam membutuhkan waktu sembilan hari untuk mengurai LAS. Itu pun hanya

sampai 50 persen. Melihat bahwa saat ini banyak rumah tangga yang membuang

sisa cuciannya begitu saja tanpa pengolahan limbah sebelumnya, maka alam

diharapkan mampu mendegradasinya.

Sebelum dibuang dan bercampur dengan bahan baku air bersih, limbah

cucian membutuhkan proses pengolahan yang rumit. Agar senyawa detergen

terurai, limbah harus mendapat sinar ultraviolet yang cukup dan diendapkan sekitar

tiga pekan. Makanya, negara yang mengizinkan pemakaian LAS rata-rata sudah

memiliki sistem pengolahan air yang memadai.

Saat ini, instalasi pengolahan air milik PAM dan juga instalasi pengolahan

air limbah industri belum mempunyai teknologi yang mampu mengolah limbah

deterjen secara sempurna. Penggunaan fosfat sebagai builder dalam deterjen perlu

ditinjau kembali, mengingat senyawa ini dapat menjadi salah satu penyebab proses

eutrofikasi (pengkayaan unsur hara yang berlebihan) pada sungai/danau yang

ditandai oleh ledakan pertumbuhan algae dan eceng gondok menyebabkan

terjadinya pendangkalan sungai. Pertanda lonceng kematian bagi kehidupan

penghuni sungai.

Sabun mandi memang menghasilkan buih atau gelombang busa yang terlalu

banyak. Formula soda ash atau detergen memang diakui andal membersihkan

kotoran di kulit tubuh. Namun, jika digunakan di muka, minyak alami wajah Anda

pun akan ikut tanggal. Bahkan sabun bisa menyisakan drying residu di permukaan

kulit. Dan hal ini bisa mempercepat garis dan kerut muncul ke permukaan lebih

cepat.

Sabun relatif mudah tersuspensi dalam air karena membentuk micelles,

yakni kumpulan (50 – 150) molekul sabun yang rantai hidrokarbonnya

mengelompok dengan ujung – ujung ionnya menghadap ke air. Sabun yang masuk

kedalam buangan air atau suatu sistem ekuatik biasanya langsung terendap sebagai

garam–garam kalsium dan magnesium. Oleh karena itu beberapa pengaruh dari

ETRIE OKTASARI03101003022

sabun dalam larutan dapat dihilangkan. Sehingga dengan biodegradasi, sabun

secara sempurna dapat dihilangkan dari lingkungan.

Sabun mandi memang menghasilkan buih atau gelombang busa yang terlalu

banyak. Bahan kimia dari soda ash dalam sabun memang sangat bagus

membersihkan kotoran di kulit tubuh namun jika digunakan di wajah, minyak

alami wajah pun akan ikut tanggal. Bahkan sabun bisa menyisakan drying residu di

permukaan kulit. Dan hal ini bisa mempercepat garis dan kerut muncul ke

permukaan lebih cepat.

Bahan kimia dalam deterjen ataupun sabun yang paling berbahaya adalah dari

golongan ammonium kuartener, senyawa ini dapat membentuk senyawa

nitrosamin. Senyawa nitrosamin diketahui bersifat karsinogenik yang dapat

menyebabkan kanker.

Gambar 1. Pencemaran dari Limbah Sabun

Sabun dan juga deterjen terbuat dari bahan kimia yang tentunya tidak

semua bahan kimia tersebut dapat terurai di lingkungan sehingga bila limbah dari

penggunaan sabun maupun deteren tersebut tidak ditangani secara serius bisa

berakibat buruk bagi kesehatan dan lingkungan sekitar kita. Sebagai penambah

wawasan kita tentang lingkungan dan kesehatan, dampak dari adanya limbah bahan

kimia sabun dan deterjen perlu untuk dipelajari agar suatu saat nanti kita pun akan

lebih mengerti dan peka terhadap kelestarian lingkungan maupun menjaga

kesehatan. Air limbah dari sabun dan deterjen dapat menimbulkan dampak

pencemaran, apalagi bila bahan yang dipakainya bukan terbuat dari bahan alami

dan ramah lingkungan, suatu misal adalah penggunaan bahan kimia ABS di dalam

deterjen. ABS akan sangat sulit terurai oleh mikro bakteri, dampak-nya bila limbah

tersebut menyebar di air dan sungai dapat membunuh organisme yang ada di

ETRIE OKTASARI03101003022

dalamnya seperti ikan, fitoplankton, zooplankton / protozoa, cyanobacteria, dan

lain-lain.

Gambar 2. Pencemaran Air Sungai Akibat Busa Sabun

Bahan kimia deterjen yang menggunakan fosfat dan nitrogen dapat

menyebabkan alga dan tumbuhan air menjadi lebih subur, dampak-nya dapat

menyebabkan terjadinya eutrofikasi (perairan menjadi subur). Alga yang tumbuh

lebih pesat mampu penghambatan pertumbuhan dan menyebabkan degradasi fungsi

pada berbagai organ tubuh dari organisme yang hidup di dalamnya. Sedangkan,

busa yang dihasilkan dari sabun dan deterjen di permukaan air juga menjadi salah

satu penyebab kontak udara dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut.

Dengan demikian akan menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan dapat

menyebabkan kematian.

Limbah dari bahan kimia sabun dan deterjen bila tidak dapat ditangani

dengan baik pun akan memberi dampak yang buruk bagi kesehatan. Bila sabun dan

deterjen tidak cocok dengan kulit kita akan dapat menyebabkan iritasi (panas, gatal

bahkan mengelupas) pada kulit terutama di daerah yang bersentuhan langsung

dengan produk. Untuk produk deterjen yang memiliki derajat keasaman (pH)

tinggi. Dalam kondisi iritasi / terluka, penggunaan produk deterjen maupun sabun

yang mengandung bahan kimia untuk penghalus apalagi yang mengandung

pewangi, justru akan membuat iritasi kulit semakin parah.

Sabun antibakteri yang menjanjikan dapat membunuh kuman tampaknya

sudah tidak asing lagi di masyarakat. Tetapi sudah banyak pula penelitian yang

menyatakan bahwa sabun antibakteri yang mengandung triclosan dan triclocarban

dapat membahayakan kesehatan manusia dan juga lingkungan terutama

menyebabkan polusi air dan tanah. Sebuah sisi lain dari keuntungan penggunaan

ETRIE OKTASARI03101003022

sabun yang menjanjikan dapat membunuh kuman tersebut, limbah triclosan dan

triclocarban yang terbawa oleh air akan bercampur dengan tanah dan lingkungan

air alami. Limbah triclosan dan triclocarban ini berbahaya karena tidak dapat

terurai selama berbulan-bulan bahkan hingga tahunan. Bahan kimia dari senyawa

ini terdiri dari struktur cincin benzena yang terklorinasi, sehingga membuatnya

sangat sulit untuk dipecah atau terurai. Selain itu, kedua senyawa ini juga menolak

air atau hidrofobik, cenderung menempel pada partikel, sehingga mengakibatkan

penurunan ketersediaan proses dan merusak fasilitasi transportasi jangka panjang

dalam air dan udara.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sabun antibakteri yang

mengandung triclosan dan triclocarban diduga dapat merusak organ reproduksi,

menurunkan kualitas sperma, serta produksi tiroid dan hormon seks. Triclosan dan

triclocarban telah dikaitkan dengan gangguan endokrin, dengan dampak potensial

yang merugikan perkembangan seksual dan saraf. Selain dalam sabun antibakteri,

triclosan juga sering dipakai dalam pasta gigi dan kosmetik. Bahkan saat pertama

kali ditemukan 50 tahun lalu, senyawa ini juga digunakan untuk membersihkan

permukaan kulit saat operasi.

Penelitian lain menemukan bahwa kandungan triclosan pada pasta gigi

yang seharusnya dapat mencegah pertumbuhan bakteri, malah dapat menyebabkan

kuman-kuman makin kebal terhadap antibiotik. Penelitian laboratorium

menunjukkan senyawa Triclosan dapat menyebabkan mutasi gen pada beberapa

jenis bakteri, di antaranya E coli, salmonella dan listeria. Dikhawatirkan mutasi itu

akan membuat pengobatan infeksi menjadi tidak efektif. Tak hanya itu, penelitian

terbaru juga menemukan bahwa triclosan dan triclocarban dapat merusak

lingkungan, terutama menyebabkan polusi air dan tanah. Bahkan sebuah studi

menemukan bahwa akumulasi triclosan di air menyebabkan pencemaran yang

akhirnya mengancam kehidupan lumba-lumba.

ETRIE OKTASARI03101003022

Daftar Pustaka

Anonim. 2013. Cermati Sabun dan Deterjen yang Anda Gunakan. http://matoa.org

/cermati-sabun-dan-deterjen-yang-anda-gunakan/ Diakses pada tanggal 7

Oktober 2013 pukul 16.00

Anonim. 2013. Dampak Limbah Bahan Kimia Sabun dan Deterjen bagi

Lingkungan

dan Kesehatan http://www.infopilihan.com/kejadian-alam/dampak-limbah-

bahan-kimia-sabun-deterjen-bagi-lingkungan kesehatan/link/136687/

Diakses tanggal 7 Oktober 2013 pukul 20.00

Risanty, Risza. 2013. Pengaruh Limbah.

http://risza-risanty.blogspot.com/2013/05/

pengaruh-limbah-terhadap-kelangsungan.html diakses pada tanggal 7

Oktober 2013 pukul 20.30