{Paket Paud dan Buku Tk } ~Paket Paud TK. B dan TK .A (10 buku Paud TK - Asakabookstore.com
TK Limbah Sabun.docx
-
Upload
etrie-oktasari -
Category
Documents
-
view
71 -
download
5
Transcript of TK Limbah Sabun.docx
ETRIE OKTASARI03101003022
LIMBAH SABUN
1. Pengertian Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di
sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black
water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki
kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi,
limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik.
Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak
negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu
dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang
ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
Limbah merupakan suatu barang (benda) sisa dari sebuah kegiatan produksi
yang tidak bermanfaat/bernilai ekonomi lagi. Limbah sendiri dari tempat asalnya
bisa beraneka ragam, ada yang limbah dari rumah tangga, limbah dari pabrik-
pabrik besar dan ada juga limbah dari suatu kegiatan tertentu. Dalam dunia
masyarakat yang semakin maju dan modern, peningkatan akan jumlah limbah
semakin meningkat. Logika yang mudah seperti ini; dahulunya manusia hanya
menggunakan jeruk nipis untuk mencuci piring, namun sekarang manusia sudah
menggunakan sabun untuk mencuci piring sehingga peningkatan akan limbah tak
bisa di elakkan lagi.
Limbah telah menjadi persoalan penting di negeri ini, untuk menciptakan
negeri yang bersih dan sehat tentunya harus kita mulai dengan cara hidup bersih
dan sehat pula. Untuk itu mulailah dengan kehidupan sehari-hari misalnya saja
membersihkan halaman rumah, selokan didepan rumah dan juga sadarkan diri akan
pentingnya membuang sampah pada tempatnya. Kesadaran ini juga harus
dilakukan oleh semua pihak, terutama jangan lagi ada pabrik-pabrik yang
membuang limbah di sungai. Selain merugikan bagi kesehatan limbah yang di
buang di sungai juga bisa membawa efek yang lain, misalnya saja biota sungai
seperti ikan, plankton dan tanaman air akan mati. Sungai yang tercemar juga akan
ETRIE OKTASARI03101003022
sangat buruk dipandang, mestinya sungai bisa kita manfaatkan sebagai tempat
rekreasi dan mencari rezeki namun jika sudah tercemar seperti ini mau bagaimana
lagi.
2. Sabun
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang
karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah meluas,
terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air
bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air
bersih. Di negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai
alat bantu mencuci atau membersihkan.
Sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak
yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali
(seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80–100 °C melalui suatu proses
yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa,
menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang digunakan
adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan, atau dari arang kayu.
Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti minyak zaitun.
Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun
sendiri tidak pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan
campuran antara senyawa alkali dan lemak/minyak. Bahan pembuatan sabun terdiri
dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam
pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan
pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk
sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum
dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium
karbonat, natrium fosfat, parfume, dan pewarna.
Adanya bahan buangan zat kimia yang berupa sabun (deterjen, sampo dan
bahan pembersih lainnya) yang berlebihan di dalam air ditandai dengan timbulnya
buih-buih sabun pada permukaan air. Sebenarnya ada perbedaan antara sabun dan
deterjen serta bahan pembersih lainnya. Sabun berasal dari asam lemak (stearat,
ETRIE OKTASARI03101003022
palmitat atau oleat) yang direaksikan dengan basa Na(OH) atau K(OH)
berdasarkan reaksi kimia berikut ini:
C17H35COOH + Na(OH) → C17H35COONa + H2O
Sabun natron (sabun keras) adalah garam natrium asam lemak seperti pada contoh
reaksi di atas. Sedangkan sabun lunak adalah garam kalium asam lemak yang
diperoleh dari reaksi asam lemak dengan basa K(OH). Beberapa sifat sabun antara
lain adalah sebagai berikut :
1. Larutan sabun mempunyai sifat membersihkan karena dapat
mengemulsikan kotoran yang melekat pada badan atau pakaian
2. Sabun dengan air sadah tidak dapat membentuk busa, tapi akan membentuk
endapan :
2 (C17H35COONa) + CaSO4 → (C17H35COO)2Ca + Na2SO4
3. Larutan sabun bereaksi basa karena terjadi hidrolisis sebagian.
Sedangkan deterjen adalah juga bahan pembersih sepeti halnya sabun, akan
tetapi dibuat dari senyawa petrokimia. Deterjen mempunyai kelebihan
dibandingkan dengan sabun, karena dapat bekerja pada air sadah.
Penggunaan sabun sebagai bahan pembersih yang dilarutkan dengan air di
wilayah pegunungan atau daerah pemukiman bekas rawa sering tidak
menghasilkan busa. Hal itu disebabkan oleh sifat sabun yang tidak akan
menghasilkan busa jika dilarutkan dalam air sadah (air yang mengandung logam-
logam tertentu atau kapur). Namun penggunaan deterjen dengan air yang bersifat
sadah, akan tetap menghasilkan busa yang berlimpah. Sabun maupun deterjen yang
dilarutkan dalam air pada proses pencucian, akan membentuk emulsi bersama
kotoran yang akan terbuang saat dibilas. Namun ada pendapat keliru bahwa
semakin melimpahnya busa air sabun akan membuat cucian menjadi lebih bersih.
Busa dengan luas permukaannya yang besar memang bisa menyerap kotoran debu,
tetapi dengan adanya surfaktan, pembersihan sudah dapat dilakukan tanpa perlu
adanya busa.
Opini yang sengaja dibentuk bahwa busa yang melimpah menunjukkan
daya kerja deterjen adalah menyesatkan. Jadi, proses pencucian tidak bergantung
ada atau tidaknya busa atau sedikit dan banyaknya busa yang dihasilkan.
Kemampuan daya pembersih deterjen ini dapat ditingkatkan jika cucian dipanaskan
ETRIE OKTASARI03101003022
karena daya kerja enzim dan pemutih akan efektif. Tetapi, mencuci dengan air
panas akan menyebabkan warna pakaian memudar. Jadi untuk pakaian berwarna,
sebaiknya jangan menggunakan air hangat/panas.
Umumnya pada sabun dan deterjen anionik ditambahkan zat aditif lain
(builder) seperti :
1. Golongan ammonium kuartener (alkyl dimetihyl benzyl-ammonium cloride,
diethanolamine /DEA). Perlu diketahui, zat kimia ini sering digunakan pada
produk pembersih perawatan tubuh untuk menjaga pH (derajat keasaman)
formula. Dapat menyebabkan reaksi alergi, iritasi mata, kekeringan, dan
toksik jika digunakan dalam waktu lama. Zat karsinogen ini telah dilarang
di Eropa tapi masih ditemukan pada formula kosmetik.
2. Chlorinated trisodium phospate (chlorinated TSP). Zat kimia ini
merupakan zat karsinogenik.
3. Sodium lauryl sulfate (SLS). Zat kimia ini dapat mengubah sistem imun
(kekebalan) dan menyebabkan kerusakan pada mata, saluran cerna, sistem
saraf, paru-paru dan kulit. Umumnya ditemukan pada produk berbusa untuk
perawatan tubuh. Mungkin terdaftar sebagai komponen produk semi natural
yang diklaim berasal dari minyak kelapa.
4. Sodium laureth sulfate (SLES). Bila dikombinasi dengan bahan lain, zat
kimia ini membentuk zat nitrosamin dan mempunyai efek karsinogen pada
tubuh. Perlu kehati-hatian terhadap produk semi natural yang diklaim
berasal dari minyak kelapa.
5. Linear alkyl benzene sulfonate (LAS). Zat kimia ini juga merupakan zat
karsinogenik.
3. Dampak Penggunaan Sabun dan Deterjen Bagi Kesehatan dan Lingkungan
Golongan ammonium kuartener itu dapat membentuk senyawa nitrosamin.
Senyawa nitrosamin diketahui bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan kanker.
Senyawa SLS, SLES atau LAS mudah bereaksi dengan senyawa golongan
ammonium kuartener, seperti DEA untuk membentuk nitrosamin tadi. Bukan cuma
itu, SLS diketahui menyebabkan iritasi pada kulit, memperlambat proses
penyembuhan dan penyebab katarak pada mata orang dewasa.
ETRIE OKTASARI03101003022
LAS relatif mudah didegradasi secara biologi ketimbang ABS. LAS bisa
terdegradasi sampai 90 persen. Tapi bukan berarti masalah selesai. LAS juga butuh
proses. Jadi di bagian ujung rantai kimianya harus dipecah. Ikatan o-meganya harus
diputus dan butuh proses beta oksidasi. Karena itu perlu waktu. Menurut penelitian,
alam membutuhkan waktu sembilan hari untuk mengurai LAS. Itu pun hanya
sampai 50 persen. Melihat bahwa saat ini banyak rumah tangga yang membuang
sisa cuciannya begitu saja tanpa pengolahan limbah sebelumnya, maka alam
diharapkan mampu mendegradasinya.
Sebelum dibuang dan bercampur dengan bahan baku air bersih, limbah
cucian membutuhkan proses pengolahan yang rumit. Agar senyawa detergen
terurai, limbah harus mendapat sinar ultraviolet yang cukup dan diendapkan sekitar
tiga pekan. Makanya, negara yang mengizinkan pemakaian LAS rata-rata sudah
memiliki sistem pengolahan air yang memadai.
Saat ini, instalasi pengolahan air milik PAM dan juga instalasi pengolahan
air limbah industri belum mempunyai teknologi yang mampu mengolah limbah
deterjen secara sempurna. Penggunaan fosfat sebagai builder dalam deterjen perlu
ditinjau kembali, mengingat senyawa ini dapat menjadi salah satu penyebab proses
eutrofikasi (pengkayaan unsur hara yang berlebihan) pada sungai/danau yang
ditandai oleh ledakan pertumbuhan algae dan eceng gondok menyebabkan
terjadinya pendangkalan sungai. Pertanda lonceng kematian bagi kehidupan
penghuni sungai.
Sabun mandi memang menghasilkan buih atau gelombang busa yang terlalu
banyak. Formula soda ash atau detergen memang diakui andal membersihkan
kotoran di kulit tubuh. Namun, jika digunakan di muka, minyak alami wajah Anda
pun akan ikut tanggal. Bahkan sabun bisa menyisakan drying residu di permukaan
kulit. Dan hal ini bisa mempercepat garis dan kerut muncul ke permukaan lebih
cepat.
Sabun relatif mudah tersuspensi dalam air karena membentuk micelles,
yakni kumpulan (50 – 150) molekul sabun yang rantai hidrokarbonnya
mengelompok dengan ujung – ujung ionnya menghadap ke air. Sabun yang masuk
kedalam buangan air atau suatu sistem ekuatik biasanya langsung terendap sebagai
garam–garam kalsium dan magnesium. Oleh karena itu beberapa pengaruh dari
ETRIE OKTASARI03101003022
sabun dalam larutan dapat dihilangkan. Sehingga dengan biodegradasi, sabun
secara sempurna dapat dihilangkan dari lingkungan.
Sabun mandi memang menghasilkan buih atau gelombang busa yang terlalu
banyak. Bahan kimia dari soda ash dalam sabun memang sangat bagus
membersihkan kotoran di kulit tubuh namun jika digunakan di wajah, minyak
alami wajah pun akan ikut tanggal. Bahkan sabun bisa menyisakan drying residu di
permukaan kulit. Dan hal ini bisa mempercepat garis dan kerut muncul ke
permukaan lebih cepat.
Bahan kimia dalam deterjen ataupun sabun yang paling berbahaya adalah dari
golongan ammonium kuartener, senyawa ini dapat membentuk senyawa
nitrosamin. Senyawa nitrosamin diketahui bersifat karsinogenik yang dapat
menyebabkan kanker.
Gambar 1. Pencemaran dari Limbah Sabun
Sabun dan juga deterjen terbuat dari bahan kimia yang tentunya tidak
semua bahan kimia tersebut dapat terurai di lingkungan sehingga bila limbah dari
penggunaan sabun maupun deteren tersebut tidak ditangani secara serius bisa
berakibat buruk bagi kesehatan dan lingkungan sekitar kita. Sebagai penambah
wawasan kita tentang lingkungan dan kesehatan, dampak dari adanya limbah bahan
kimia sabun dan deterjen perlu untuk dipelajari agar suatu saat nanti kita pun akan
lebih mengerti dan peka terhadap kelestarian lingkungan maupun menjaga
kesehatan. Air limbah dari sabun dan deterjen dapat menimbulkan dampak
pencemaran, apalagi bila bahan yang dipakainya bukan terbuat dari bahan alami
dan ramah lingkungan, suatu misal adalah penggunaan bahan kimia ABS di dalam
deterjen. ABS akan sangat sulit terurai oleh mikro bakteri, dampak-nya bila limbah
tersebut menyebar di air dan sungai dapat membunuh organisme yang ada di
ETRIE OKTASARI03101003022
dalamnya seperti ikan, fitoplankton, zooplankton / protozoa, cyanobacteria, dan
lain-lain.
Gambar 2. Pencemaran Air Sungai Akibat Busa Sabun
Bahan kimia deterjen yang menggunakan fosfat dan nitrogen dapat
menyebabkan alga dan tumbuhan air menjadi lebih subur, dampak-nya dapat
menyebabkan terjadinya eutrofikasi (perairan menjadi subur). Alga yang tumbuh
lebih pesat mampu penghambatan pertumbuhan dan menyebabkan degradasi fungsi
pada berbagai organ tubuh dari organisme yang hidup di dalamnya. Sedangkan,
busa yang dihasilkan dari sabun dan deterjen di permukaan air juga menjadi salah
satu penyebab kontak udara dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut.
Dengan demikian akan menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan dapat
menyebabkan kematian.
Limbah dari bahan kimia sabun dan deterjen bila tidak dapat ditangani
dengan baik pun akan memberi dampak yang buruk bagi kesehatan. Bila sabun dan
deterjen tidak cocok dengan kulit kita akan dapat menyebabkan iritasi (panas, gatal
bahkan mengelupas) pada kulit terutama di daerah yang bersentuhan langsung
dengan produk. Untuk produk deterjen yang memiliki derajat keasaman (pH)
tinggi. Dalam kondisi iritasi / terluka, penggunaan produk deterjen maupun sabun
yang mengandung bahan kimia untuk penghalus apalagi yang mengandung
pewangi, justru akan membuat iritasi kulit semakin parah.
Sabun antibakteri yang menjanjikan dapat membunuh kuman tampaknya
sudah tidak asing lagi di masyarakat. Tetapi sudah banyak pula penelitian yang
menyatakan bahwa sabun antibakteri yang mengandung triclosan dan triclocarban
dapat membahayakan kesehatan manusia dan juga lingkungan terutama
menyebabkan polusi air dan tanah. Sebuah sisi lain dari keuntungan penggunaan
ETRIE OKTASARI03101003022
sabun yang menjanjikan dapat membunuh kuman tersebut, limbah triclosan dan
triclocarban yang terbawa oleh air akan bercampur dengan tanah dan lingkungan
air alami. Limbah triclosan dan triclocarban ini berbahaya karena tidak dapat
terurai selama berbulan-bulan bahkan hingga tahunan. Bahan kimia dari senyawa
ini terdiri dari struktur cincin benzena yang terklorinasi, sehingga membuatnya
sangat sulit untuk dipecah atau terurai. Selain itu, kedua senyawa ini juga menolak
air atau hidrofobik, cenderung menempel pada partikel, sehingga mengakibatkan
penurunan ketersediaan proses dan merusak fasilitasi transportasi jangka panjang
dalam air dan udara.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sabun antibakteri yang
mengandung triclosan dan triclocarban diduga dapat merusak organ reproduksi,
menurunkan kualitas sperma, serta produksi tiroid dan hormon seks. Triclosan dan
triclocarban telah dikaitkan dengan gangguan endokrin, dengan dampak potensial
yang merugikan perkembangan seksual dan saraf. Selain dalam sabun antibakteri,
triclosan juga sering dipakai dalam pasta gigi dan kosmetik. Bahkan saat pertama
kali ditemukan 50 tahun lalu, senyawa ini juga digunakan untuk membersihkan
permukaan kulit saat operasi.
Penelitian lain menemukan bahwa kandungan triclosan pada pasta gigi
yang seharusnya dapat mencegah pertumbuhan bakteri, malah dapat menyebabkan
kuman-kuman makin kebal terhadap antibiotik. Penelitian laboratorium
menunjukkan senyawa Triclosan dapat menyebabkan mutasi gen pada beberapa
jenis bakteri, di antaranya E coli, salmonella dan listeria. Dikhawatirkan mutasi itu
akan membuat pengobatan infeksi menjadi tidak efektif. Tak hanya itu, penelitian
terbaru juga menemukan bahwa triclosan dan triclocarban dapat merusak
lingkungan, terutama menyebabkan polusi air dan tanah. Bahkan sebuah studi
menemukan bahwa akumulasi triclosan di air menyebabkan pencemaran yang
akhirnya mengancam kehidupan lumba-lumba.
ETRIE OKTASARI03101003022
Daftar Pustaka
Anonim. 2013. Cermati Sabun dan Deterjen yang Anda Gunakan. http://matoa.org
/cermati-sabun-dan-deterjen-yang-anda-gunakan/ Diakses pada tanggal 7
Oktober 2013 pukul 16.00
Anonim. 2013. Dampak Limbah Bahan Kimia Sabun dan Deterjen bagi
Lingkungan
dan Kesehatan http://www.infopilihan.com/kejadian-alam/dampak-limbah-
bahan-kimia-sabun-deterjen-bagi-lingkungan kesehatan/link/136687/
Diakses tanggal 7 Oktober 2013 pukul 20.00
Risanty, Risza. 2013. Pengaruh Limbah.
http://risza-risanty.blogspot.com/2013/05/
pengaruh-limbah-terhadap-kelangsungan.html diakses pada tanggal 7
Oktober 2013 pukul 20.30