TITRASI IODOMETRI DENGAN NATRIUM TIOSULFAT SEBAGAI TITRAN.docx
-
Upload
setiowagiyanto -
Category
Documents
-
view
1.976 -
download
12
description
Transcript of TITRASI IODOMETRI DENGAN NATRIUM TIOSULFAT SEBAGAI TITRAN.docx
TITRASI IODOMETRI DENGAN NATRIUM TIOSULFAT SEBAGAI
TITRAN
Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya.
Terbaginya titrasi ini dikarenakan tidak ada satu senyawa (titran) yang dapat
bereaksi dengan semua senyawa oksidator dan reduktor, sehingga diperlukan
berbagai senyawa titran. Karena prinsipnya adalah reaksi redoks, sehingga pastinya
akan melibatkan senyawa reduktor dan oksidator, karena Titrasi redoks melibatkan
reaksi oksidasi dan reduksi antara titrant dan analit. Jadi kalau titrannya oksidator
maka sampelnya adalah reduktor, dan kalau titrannya reduktor maka samplenya
adalah oksidator.
Salah satu jenis titrasi redoks adalah titrasi iodometri. Iodometri adalah
analisa titrimetri yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat oksidator
seperti besi (III), tembaga (II), dimana zat ini akan mengoksidasi iodida yang
ditambahkan membentuk iodin. Metode titrasi iodometri (tak langsung)
menggunakan larutan Na2S2O3 sebagai titran untuk menentukan kadar iodium yang
dibebaskan pada suatu reaksi redoks. Garam ini biasanya berbentuk sabagai
pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan
secara langsung, tetapi harus distandarisasi dengan standar primer, larutan natrium
tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama. Tembaga murni dapat digunakan
sebagi standar primer untuk natrium tiosulfat.
Dalam iodometri I- dioksidasi oleh suatu oksidator. Jika oksidatornya kuat
tidak apa - apa, tetapi jika oksidatornya lemah maka oksidasinya berlangsung
sangat lambat dan mungkin tidak sempurna, ini harus dihindari.
Standarisasi Larutan Natrium Tiosulfat
Tiosulfat yang diapakai dalam titrasi iodometri dapat distandarisasi dengan
menggunakan senyawa oksidator yang memiliki kemurnian tinggi (analytical
grade), seperti dengan kalium iodat, kalium dikromat, dengan larutan iod standar,
dan serium (IV) sulfat.
Padatitrasi iodometri, analit yang dipakai adalah oksidator yang dapat
bereaksi dengan I-(iodide) untuk menghasilkan I2, I2 yang terbentuk secara
kuantitatif dapat dititrasi dengan larutan tiosulfat. Dari pengertian diatas maka
titrasi iodometri adalah dapatdikategorikan sebagai titrasi kembali.Iodida adalah
reduktor lemah dan dengan mudah akan teroksidasi jika direaksikan dengan
oksidator kuat. Iodida tidak dipakai sebagai titrant hal ini disebabkan karena factor
kecepatan reaksi dan kurangnya jenis indicator yang dapat dipakai untuk
iodide.Oleh sebab itu titrasi kembali merubakan proses titrasi yang sangat baik
untuk titrasi yang melibatkan iodide. Senyawa iodide umumnya KI ditambahkan
secara berlebih pada larutan oksidator sehingga terbentuk I2. I2 yang terbentuk
adalah equivalent dengan jumlah oksidator yang akan ditentukan. Jumlah I2
ditentukan dengan menitrasi I2 dengan larutan standar tiosulfat (umumnya yang
dipakai adalah Na2S2O3) dengan indicator amilum jadi perubahan warnanya dari
biru tua kompleks amilum-I2 sampai warna ini tepat hilang.Reaksi yang terjadi
pada titrasi iodometri.
pada area tertentu, penumpukkan konsentrasitiosulfat dapat menyebabkan
terjadinya dekomposisi tiosulfat untuk menghasilkan
Iodimetri merupakan titrasi langsung dan merupakan metoda penentuan atau
penetapan kuantitatif yang pada dasar penentuannya adalah jumlah I2 yang
bereaksi dengan sample atau terbentuk dari hasil reaksi antara sample dengan ion
iodida .Iodimetri adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai penitar. Dalam reaksi
redoks harus selalu ada oksidator dan reduktor ,sebab bila suatu unsur bertambah
bilangan oksidasinya (melepaskan electron ), maka harus ada suatu unsur yang
bilangan oksidasinya berkurang atau turun (menangkap electron) ,jadi tidak
mungkin hanya ada oksidator saja ataupun reduktor saja.
Latar belakang
Titrasi Iodo-Iodimetri merupakan suatu metode analisis kuantitatif dalam analisis
kimia yang termasuk kedalam titrasi redoks. Pada titrasi ini Jenis ini, setiap
perubahan kimia terjadi kenaikan bilangan oksidasi untuk Oksidasi, sedangkan
reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi. Berarti proses
oksidasi disertai hilangnya elektron sedangkan reduksi menangkap elektron. Dalam
proses oksidasi-reduksi ,zat reduktor akan teroksidasi sedangakn zat oksidator akan
tereduksi ,sehingga terjadilah suatu reaksi yang sempurna atau proses oksidasi-
reduksi (redoks) akan terjadi perpindahan electron dari zat oksidator ke zat
reduktor ,sehingga terjadi reaksi.Titrasi Iodometri adalah titrasi terhadap I2 yang
terdapat dalam larutan ,sedangakn iodimetri adalah titrasi dengan larutan standar I2
.Pada praktikum kali ini telah dilakukan titrasi iodometri.
TUJUAN PRAKTIKUM PERMANGANOMETRI
Mempelajari prinsip oksidasi dan reduksi
Memahami konsep reaksi oksidasi-reduksi melalui titrasi
Menentukan konsentrasi atau kadar logam dalam sampel
PERMANGANOMETRI
Tujuan :
1. Untuk menentukan konsentrasi larutan standar KMnO4 0,1 N
2. Untuk mengetahui kadar ferrosi sulfat secara permanganometri
III. Landasan Teori
Permanganometri merupakan suatu penetapan kadar atau reduktor dengan
jalan dioksidasi dengan larutan baku Kalium Permanganat (KMnO4) dalam
lingkungan asam sulfat encer. Metode permanganometri didasarkan pada reaksi
oksidasi ion permanganat. Oksidasi ini berlangsung dalam suasana asam, netral,
dan alkalis, dimana kalium permanganate merupakan oksidator yang kuat sebagai
titran. Titrasi ini didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks. Kalium
permangant inilah yang telah digunakan meluas lebih dari 100 tahun. (Shevla,
1995).
Pada teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukkan kadar oksalat
atau besi dalam suatu sampel. Kalium Permanganat merupakan peran oksidator
yang paling baik untuk menentukan kadar besi yang terdapat dalam sampel dalam
suasana asam dengan menggunakan larutan asam sulfat (H2SO4).
Permanganometri juga bisa digunakan untuk menentukan kadar belerang, nitrit,
fosfit, dan sebagainya.(Anonim, 2009).
Sedikit permanganat dapat terpakai dalam pembentukan kholor. Reaksi ini
terutama kemungkinan akan terjadi dengan garam – garam besi, kecuali jika
tindakan - tindakan pencegahan yang khusus diambil. Dengan asam bebas yang
sedikit berlebih, larutan yang sangat encer, temperature yang rendah, dan titrasi
yang lambat sambil terus menerus, bahaya dari penyebab ini telah dikurangi
sampai minimal. Pereaksi kalium permanganate bukan merupakan larutan baku
primer dan karenanya perlu dibakukan terlebih dahulu. Pada percobaan ini untuk
membakukan kalium permanganate dapat digunakan natrium oksalat yang
merupakan standar primer yang baik untuk permanganat dalam larutan asam.
( Basset, 1994 ).
2.1. Pengertian Permanganometri
Penetapan kadar zat dalam praktek ini berdasarkan reaksi redoks dengan KMnO4
atau dengan cara permanganometri. Hal ini dilakukan untuk menentukan kadar
reduktor dalam suasana asam dengan penambahan asam sulfat encer, karena asam
sulfat tidak bereaksi terhadap permanganat dalam larutan encer.Pembakuan
KMnO4 dibuat dengan melarutkan KMnO4 dalam sejumlah air, dan
mendidihkannya selama beberapa jam dan kemudian endapan MnO2 disaring.
Endapan tersebut dibakukan dengan menggunakan zat baku utama, yaitu natrium
oksalat. Larutan KMnO4 yang diperoleh dibakukan dengan cara mentitrasinya
dengan natrium oksalat yang dibuat dengan pengenceran kristalnya pada suasana
asam. Pada pembakuan larutan KMnO4 0,1 N, natrium oksalat dilarutkan
kemudian ditambahkan dengan asam sulfat pekat, kemudian dititrasi dengan
KMnO4 sampai larutan berwarna merah jambu pucat. Setelah didapat volume
titrasi, maka dapat dicari normalitas KMnO4 (anonim, 2009.d).
Pada permanganometri titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium
permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan
larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi
oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna
merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi.
Kalium permanganat sukar diperoleh secara sempurna murni dan bebas sama
sekali dari mangan oksida. Lagipula, air suling yang biasa mungkin mengandung
zat-zat pereduksi yang akan bereaksi dengan kalium permanganat dengan
membentuk mangan dioksida.
Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator, dan umumnya titrasi
dilakukan dalam suasan asam karena karena akan lebih mudah mengamati titik
akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih mudah dioksidasi dalam
suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit, sulfida, sulfida dan tiosulfat
1.1. Latar Belakang
Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi
ini, ion MnO4- bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion
Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan
kadar oksalat atau besi dalam suatu sample. Kalium permanganat adalah oksidator
yang paling baik untuk menentukan kadar besi yang terdapat dalam sampel dalam
suasana asam menggunakan larutan asam sulfat (H2SO4).
Permanganometri juga bisa digunakan untuk menentukan kadar belerang, nitrit,
fosfit, dan sebagainya. Cara titrasi permanganometri ini banyak digunakan dalam
menganalisa zat-zat organik.
Percobaan ini juga merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip umum mengenai
permanganometri, serta praktek yang sebenarnya sangat membantu pemahaman
praktikan (Anonim, 2009.c).
ARGENOMETRI
. Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat
a. Mengetahui beberapa metoda titrasi pengendapan
b. Menentukan kadar halida secara titrasi argentomeri
II. Dasar Teori
Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti
perak. Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat
dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan pada pembentukan
endapan dengan ion Ag+. Salah satu cara untuk menentukan kadar asam-basa
dalam suatu larutan adalah dengan volumetri (Day & Underwood, 2001).
Argentometri merupakan titrasi pengendapan sampel yang dianalisis dengan
menggunakan ion perak. Biasanya, ion-ion yang ditentukan dalam titrasi ini adalah
ion halida(Cl-, Br-, I-) (Khopkar,1990). Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan
untuk titrasi dengan AgNO3 yaitu :
1. Indikator
2. Argentometri
3. Indikator kimia
Titik akhir potensiometri didasarkan pada potensial elektrode perak yang
dicelupkan ke dalam larutan analit. Titik akhir argentometri melibatkan penentuan
arus yang diteruskan antara sepasang mikroelektrode perak dalam larutan analit.
Sedangkan titik akhir yang dihasilkan indikator kimia, biasanya terdiri dari
perubahan warna/muncul tidaknya kekeruhan dalam larutan yang dititrasi. Syarat
indikator untuk titrasi pengendapan analog dengan indikator titrasi netralisasi,
yaitu :
1. Perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-functiondari
reagen/analit.
2. Perubahan Warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk analit.
(Skoog et al.,1996)
Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur
dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume
larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan,
kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan (Isnawati, 2010).
Reaksi pengendapan ialah apakah reaksi ini dapat terjadi pada suatu keadaan
tertentu.Jika Q adalah nilai hasil kali ion-ion yang terdapat dalam larutan, maka
kesimpulan yang lebihumum mengenai pengendapan dasar larutan adalah :y
Pengendapan terjadi jika Q > Kspy Pengendapan tak terjadi jika Q < Kspy Larutan
tepat jenuh jika Q = Ksp (Petrucci, 1989).Jika suatu garam memiliki tetapan hasil
kali larutan yang besar, maka dikatakan garam tersebut mudah larut. Sebaliknya
jika harga tetapan hasil kali larutan dari suatu garam tertentu sangat kecil, dapat
dikatakan bahwa garam tersebut sukar untuk larut. Harga tetapan hasil kali
kelarutan dari suatu garam dapat berubah dengan perubahan temperatur.Umumnya
kenaikan temperatur akan memperbesar kelarutan suatu garam, sehingga harga
tetapan hasil kali kelarutan garam tersebut juga akan semakin besar (Petrucci,
1989).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah:
1. pH
2. Temperatur
3. Jenis pelarut
4. Bentuk dan ukuran partikel
5. Konstanta dielektrik pelarut
6. Adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk komplek ion sejenis, dll.
(Pantang,2010)
Metode-metode dalam titrasi argentometri antara lain metode Mohr, Valhard,
K. Fajans dan liebieg. Metode mohr yaitu metode yang digunakan untuk
menetapkan kadar klorida dan bromide dalam suasana netral dengan larutan baku
perak nitrat dengan penambahan larutan kalium kromat sebagai indikator. Metode
volhard yaitu metode yang digunakan untuk menetapkan kadar klorida, bromida
dan iodida dalam suasana asam. Metode K. Fajans merupan metode yang
menggunakan indikator adsorbsi, sebagai kenyataan bahwa pada titik ekuivalen
indikator teradsorbsi oleh endapan. Metode liebig merupan metode yang titik akhir
titrasi tidak di tentukan dengan indikator, akan tetapi ditunjukkan dengan
terjadinya kekeruhan (Fatah, 1982).
Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi dengan AgNO3
yaitu:Potensiometri, Amperometri, dan Indikator kimia. Titik akhir potensiometri
didasarkan pada potensial elektrode perak yang dicelupkan kedalam larutan analit.
Titik akhir amperometri melibatkan penentuan arus yang diteruskan antara
sepasang mikroelektrode perak dalam larutan analit (Skogg,1965).
LATAR BELAKANG
Pengertian Argrntometri :
Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti
perak. Jadi, argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat
dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan
dengan ion Ag+. Pada titrasi atgentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi
indicator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan
mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat
tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan
(Underwood,1992).
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida
dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3)
pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut juga dengan metode
pengendapan karena pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang
relatif tidak larut atau endapan. Reaksi yang mendasari argentometri adalah :
AgNO3 + Cl- AgCl(s) + NO3- (Gandjar, 2007).
Titrasi pengendapan adalah golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya
merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya adalah reaksi
pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran,
tidak ada pengotor yang mengganggu dan diperlukan indikator untuk melihat titik
akhir titrasi (Khopkar, 1990).