tipuso

12
pllo.,,PENDAHULUAN/[] Inflamasi adalah respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung (sekuestrasi) baik agen pencedera maupun jaringan yang cedera itu . Apabila jaringan dalam tubuh mengalami cedera misalnya karena terbakar, teriris altau karena infeksi kuman, maka pada jaringan tersebut akan terjadi rangkaian reaksi yang memusnahkan agen yang membahayakan jaringan atau yang mencegah agen menyebar lebih luas. Reaksi-reaksi ini kemudian juga menyebabkan jaringan yang cedera diperbaiki atau diganti dengan jaringan baru. Rangkaian reaksi ini disebut radang. Banyaknya kasus peradangan yang terjadi memacu para ahli farmasi untuk memformulasikan suatu obat anti inflamasi yang kerjanya dapat meringankan atau mengurangi gejala peradangan pada jaringan yang terluka. Oleh karena itu, untuk mengerahui bagaimana cara kerja atau efek obat – obat antiinflamasi tersebut pada manusia, maka perlu dilakukan suatu uji praklinik terhadap hewan coba mencit, Untuk membuktikan apakah obat antiiflamasi yang digunakan benar-benar efektif dalam mengurangi peradangan yang terjadi.

description

holhuig

Transcript of tipuso

Page 1: tipuso

pllo.,,PENDAHULUAN/[]

              Inflamasi adalah respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau

kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung

(sekuestrasi) baik agen pencedera maupun jaringan yang cedera itu           .

              Apabila jaringan dalam tubuh mengalami cedera misalnya karena terbakar, teriris

altau karena infeksi kuman, maka pada jaringan tersebut akan terjadi rangkaian reaksi

yang memusnahkan agen yang membahayakan jaringan atau yang mencegah agen

menyebar lebih luas. Reaksi-reaksi ini kemudian juga menyebabkan jaringan yang cedera

diperbaiki atau diganti dengan jaringan baru. Rangkaian reaksi ini disebut radang.

              Banyaknya kasus peradangan yang terjadi memacu para ahli farmasi untuk

memformulasikan suatu obat anti inflamasi yang kerjanya dapat meringankan atau

mengurangi gejala peradangan pada jaringan yang terluka.

                 Oleh karena itu, untuk mengerahui bagaimana cara kerja atau efek obat – obat

antiinflamasi tersebut pada manusia, maka perlu dilakukan suatu uji praklinik terhadap

hewan coba mencit, Untuk membuktikan apakah obat antiiflamasi yang digunakan benar-

benar efektif dalam mengurangi peradangan yang terjadi.

Page 2: tipuso

TINJAUAN PUSTAKA

            Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang

disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat- zat mikrobiologik. Inflamasi

adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak organisme yang menyerang,

menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat perbaikan jaringan ( Mycek, 2001 ).

Inflamasi yang berasal dari kata inflammation yang artinya radang, peradangan. Sedang

dalam bahasa latin yaitu inflammare yang artinya membakar. Proses inflamasi merupakan

suatu mekanisme perlindungan dimana tubuh berusaha untuk membasmi dan menetralisir

agen-agen yang berbahaya pada tempat kerja dan mempersiapkan keadaan tubuh untuk

perbaikan jaringan. Peradangan dapat diakibatkan oleh trauma (pukulan, benturan, dan

kecelakaan), juga misalnya setelah pembedahan atau pada memar akibat olahraga.

Inflamasi adalah respon terhadap cedera akibat infeksi,fungsi,abrasi,terbakar,objek asing,

atau toksin (produk bakteri yang merusak sel hospes atau jaringan hospes).

Inflamasi atau radang merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan

yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologik.

Inflamasi adalah usaha tubuh untuk menginaktifkan atau merusak organisme yang

menyerang, menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat perbaikan jaringan.

Inflamasi atau radang merupakan respon fisiologi lokal terhadap cedera jaringan. Radang

bukan suatu penyakit, melainkan suatu manifestasi dari suatu penyakit. Radang dapat

mempunyai pengaruh yang menguntungkan, seperti penghancuran mikroorganisme yang

masuk dan pembuatan dinding pada rongga abses, sehingga akan mencegah

penyebaran infeksi. Reaksi radang akan diikuti oleh upaya pemulihan jaringan, yaitu upaya

penggantian sel parenkim yang rusak dengan sel baru melalui regenerasi atau

menggantinya dengan jaringan ikat. Reaksi radang akan berhenti bila penyebab dapat

dimusnahkan .

Sampai sekarang fenomena inflamasi pada tingkat bioselular masih belum dapat dijelaskan

secara rinci. Fenomena inflamasi ini meliputi pelepasan mediator kimiawi dari jaringan

yang rusak, meningkatnya permealibilitas kapiler dan migrasi leukosit ke jaringan radang.

Selama berlangsungnya fenomena inflamasi banyak mediator kimiawi yang dilepaskan

Page 3: tipuso

secara local antara lain histamine, 5-hidroksitriptamin (5HT), factor kemotaktik,

bradikinin, leukotrien dan PG.

Secara in vitro terbukti bahwa prostaglandin E2 (PGE2) dan prostasiklin (PGI2) dalam

jumlah nanogram, menimbuilkan eritem, vasodilatasi dan peningkatan aliran darah local.

Histamin dan bradikinin dapat meningkatkan permeabilitas vascular, tetapi efek

vasodilatasinya tidak besar. Dengan penambahan sedikit PG, efek eksudasi histamine

plasma dan bradikinin menjadi jelas. Migrasi Leukosit ke jaringan radang merupakan

aspek penting dalam proses inflamasi. PG sendiri tidak bersifat kemotaktik, tetapi produk

lain dari asam arakidonat yaitu leukotrien B4 merupakan zat kemotaktik yang sangat

poten.

Gejala proses inflamasi yang sudah dikenal ialah

1. Rubor (Kemerahan)

Jaringan yang mengalami radang akut tampak merah. Sebagai contoh kulit yang terkena

sengatan matahari, selulitis karena infeksi bakteri, atau konjungtivitis akut. Warna

kemerahan ini akibat adanya dilatasi pembuluh darah kecil dalam daerah yang mengalami

kerusakan.

1. Kalor (Panas)

Peningkatan suhu hanya tampak pada bagian tepi tubuh , seperti pada kulit. Peningkatan

suhu ini diakibatkan oleh meningkatnya aliran darah (hiperemia) melalui daerah tersebut,

mengakibatkan sistem vaskuler dilatasi dan mengalirkan darah yang hangat pada daerah

tersebut. Demam sistemik sebagai hasil dari beberapa mediator kimiawi proses radang

juga ikut meningkatkan temperatur lokal.

1. Tumor (Bengkak)

Pembengkakan sebagai hasil adanya edema, merupakan suatu akumulasi cairan di dalam

rongga ekstravaskuler yang merupakan bagian dari cairan eksudat dan dalam jumlah yang

sedikit, kelompok sel radang yang masuk dalam daerah tersebut.

1. Dolor (Rasa sakit)

Pada radang akut, rasa sakit merupakan salah satu gambaran yang dikenal dengan baik

oleh penderita. Rasa sakit sebagian disebabkan oleh regangan dan distorsi jaringan akibat

edema dan terutama karena tekanan pus di dalam rongga abses. Beberapa mediator

Page 4: tipuso

kimiawi pada radang akut termasuk bradikinin, prostaglandin dan serotonin, diketahui

juga dapat mengakibatkan rasa sakit.

1. Fungsio Laesa (Hilangnya fungsi)

Kehilangan fungsi yang diketahui merupakan konsekuensi dari suatu proses radang , yang

dikemukakan oleh Virchow (1821-1902), merupakan tambahan gejala pada daftar gejala

yang dikemukakan Celsius. Gerakan yang terjadi pada daerah radang, baik yang dilakukan

secara sadar ataupun secara reflek atau mengalami hambatan oleh rasa sakit;

pembengkakan yang hebat secara fisik mengakibatkan berkurangnya gerak jaringan.

PROSTAGLANDIN

Banyak obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS) bekerja dengan jalan menghambat sintesis

prostaglandin. Jadi, pemahaman akan obat AINS memerlukan pengertian kerja dan

biosintesis prostaglandin turunan asam lemak tak jenuh yang mengandung 20 karbon yang

meliputi suatu struktur cincin siklik.

1. Peran prostaglandin sebagai Mediator Lokal

Prostaglandin dan senyawa berkaitan (Tromboksan, leukotrien, dan asam

hidroperoksieiosatetraenoat dan asam hidroksieikosatetraenoat {HPETEs dan HETEs},

disintesis dari prekursor yang sama sebagai PG) diproduksi dalam jumlah kecil oleh semua

jaringan. Umumnya bekerja lokal pada jaringan tempat PG tersebut disintesis dan cepat

dimetabolisme menjadi produk inaktif pada tempat kerjanya.

1. Sintesis Prostaglandin

Asam arakidonat merupakan prekursor utama PG. Asam arakidonat terdapaty dalam

komponen fosfolipid membran sel, terutama fosfatidil inositol dan kompleks lipidnya.

Asam arakidonat dilepaskan dari jaringan fosfilipid oleh kerja fosfolipase A2 dan asil

hidrolase lainnya, melalui suatu proses yang dikontrol oleh hormon dan rangsangan lain.

Ada 2 cara sintesi eikosanoid dari asam arakidonat.

- Jalan siklo-oksigenase (COX)_ Semua eikonasoid berstruktur cincin sehingga PG,

tromboksan, prostaksiklin disintesis_ COX. Terdapat 2 COX yaitu COX 1(bersifat ada

dimana2 dan pembentuk_ menghasilkan PGE2, PGI2 menstimulasi mucus dan sekresi

Page 5: tipuso

bikarbonat-vasodilatasi, suatu aksi menjaga mukosa lambung) dan COX2(diinduksi dalam

respons terhadap rangsangan inflamasi)

- Jalan Lipoksigenase_ beberapa lipo ini dapat bekerja pada asam arakidonat untuk

membentuk HPETE,12-HPETE dan 15-HPETE atau menjadi leukotrien atau lipoksin

tergantung pada jaringan.

1. Efek Prostaglandin

Menyebabkan peningkatan pembentukkan diasligliserol dan inositol serta peningkatan

Ca2+ intraselular.

1. Fungsi dalam Tubuh

Fungsi dalam tubuh bervariasi tergantung pada jaringan. Mis. Pelepasan TXA2 dari

trombosit baru untuk agregat, namun pada jaringan lain jika TXA2 meningkat

menyebabkan kontraksi pada otot polos. PG _ mediator kimiawi yang dilepaskan pada

alergi dan inflamasi.

Penggolongan Obat- Obat Ains

Secara garis besar obat-obat AINS dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Asam Karboksilat, dibagi menjadi :

1. Asam Asetat : Derivat Asam Fenilasetat (Diklofenak, Fenklofenak) dan Derivat asam asetat-

inden/indol (Indometasin, sulindak, Tolmetin).

- Mek. Kerja Asam Indol asetat : menghambat COX secara reversible

- Penggunaan terapi : Indometasin (mengontrol nyeri), Sulindak (pengobatan arthritis

rematoid, gout akut, osteoarthritis)

- ESO : Saluran cerna _ mual, muntah, anoreksia, diare, nyeri abdomen dan dapat

terjadi ulserasi sal. cerna bagian atas.

1. Derivat Asam Salisilat : Aspirin, Benorilat, Salsalat

- Mek. Kerja : menghambat PG di pusat pengatur panas dalam hipotalamus.

- Penggunaan terapi : antipiretik, analgesic, eksternal (kutil, kudis, epidermofitosis),

profilaksis untuk menurunkan iskemia jantung (antiplatelet), kanker kolon.

Page 6: tipuso

- ESO : saluran cerna, Darah (perpanjangan pendarahan), depresi pernapasan, sindrom

reye, hipersensitivitas.

1. Derivat Asam Propionat : Asam tiaprofenat, Ibuprophen, Fenoprophen

- Menghambat sintetis PG secara reversible

- Penggunaan terapi : anti-inflamasi, analgetik, antipiretik dan mendapat prioritas

yang luas pada pengobatan rematoid dan osteoarthritis.

- ESO : Saluran cerna mulai dari dyspepsia sampai perdarahan, SSP (nyeri kepala,

tinnitus, dan pusing)

1. Derivat Asam Fenamat : Asam Mefenamat, Meklofenamat _ derivate ini tidak mempunyai

antiinflamasi dibandingkan OAINS lainnya. ESO : diare dan peradangan abdomen.

2. Asam Enolat, dibagi menjadi :

1. Derivat Pirazolon : Azapropazon, Fenilbutazon

- Mempunyai efek antiinflamasi kuat, obat ini bukan first drug.

- Penggunaan terapi : jangka pendek gout akut, arthritis rematoid dan jika OAINS lain

gagal.

- ESO : mual, muntah, kulit kemerahan, agranulositosis dan anemia aplastik.

1. Derivat Oksikam : Piroksikam, Tenoksikam.

- Penggunaan terapi : arthritis rematoid, spondilitis ankilosa, osteoarthritis.

- ESO : saluran cerna pada sekitar 20%.

Page 7: tipuso

KORTIKOSTEROID

Korteks adrenal melepaskan beberapa hoirmonn steroid ke dalam sirkulasi. Hormon

tersebut dibagi berdasarkan kerjanya menjadi dua kelas yaitu :

1. Mineralokortikoid_ terutama aldosteron pada manusia, mempunyai aktivitas menahan

garam dan disintesis dalam sel-sel zona glomerulosa.

2. Glukokortikoid_ terutama kortisol (hidrokoprtison) pada manusia, mempengaruhi

metabolisme karbohidrat dan protein. Tetapi juga mempunyai aktivitas mineralkortikoid

yang bermakna. Hormon ini disintesis dalam sel-sel zona fasikulata dan zona retikularis.

Mekanisme terjadinya respon steroid

· Pelepasan kortisol dikendalikan oleh mek. umpan balik (-) yang melibatkan hipotalamus dan

hipofisis anterior.

· Jika kadar kortisol rendah _ pelepasan kortikotropin (ACTH) dengan mengakyivasi adenilat

siklase.

· cAMP kemudian mengaktivasi protein kinase A yang menfosforilisasi dan meningkatkan

aktivitas kolesterilester hidrolase, tahap ini yang membatasi pada sintesis steroid.

Pelepasan aldosteron dipengaruhi oleh ACTH (system rennin-angiotensin, kalium plasma

lebih penting dalam pelepasan aldosteron)

· Steroid berdifusi kedalam sel (dimana steroid terikat pada resptor glukokortikoid

sitoplasma). Jika tidak ada kortisol maka reseptor diinaktivasi oleh heat shock protein.

· Kortisol memicu pelepasan hsp90 dan reseptor teraktivasi memasuki nucleus dimana mulai

menstimulasi (atau menghambat) sintetis protein yang selanjutnya menghasilkan respon

steroid.

· Respon steroid yaitu : menurunnya respons inflamasi, respon imunologis, penggunaan

glukosa, dan meningkatnya penumpukan glikogen hati, glikoneogenesis, output glukosa ke

hati, katabolisme protein dan tulang, asam lambung dan pepsin.

Page 8: tipuso

- Glukokortikoid

· Mek. Kerja_ kortisol (dan glikokortikoid sintetik) berdifusi ke dalam sel target dan terikat

pada reseptor glukokortikoid sitoplasma. Kompleks reseptor glukokortikoid yang

teraktivasi memasuki nucleus dan terikat pada elemen respons steroid pada molekul DNA

target.

· Golongan obat kortikosteroid yaitu

1. Hidrokortison : terapi untuk syok dan status asmatikus (intravena), eksema, enema pada

colitis ulseratif (topikal)

2. Prednisolon : terapi inflamasi dan penyakit alergi (oral)

3. Betametason dan deksametason : sangat poten dan tidak menahan garam. Terapi edema

serebri (dosis tinggi).

4. Beklometason dipropionat dan budesonid : terapi asma (aerosol), eksema, antiinflamasi

local dan sistemik (topical)

5. Triamsinolon : terapi pada asma berat dengan injeksi intraartikular untuk inflamasi sendi

local.

DAFTAR PUSTAKA

Ganiswarna, S., 1995. “Farmakologi dan Terapi Edisi IV”, Bagian Farmakologi dan terapi

kedokteran I, Jakarta.

Mutschler, E., 2000. “Dinamika Obat “, Edisi V. Penerbit ITB, Bandsung

Mycek, M.J., Harvey, R.A., dan Champe, P.C., 2001. “ FArmakologi Ulasan Bergambar”, Edisi

II, Widya Medika, Jakarta.

Neal, J. Michael., 2005. “At a Glance : Farmakologi Medis”, Edisi Kelima, Penerbit Erlangga.

Jakarta

Underwooj, J.C.E., 1999. “Patologi Umum dan Sistemik”, Edisi II, Penerbit Buku Kedokteran

EGC, Jakarta.