Tips Menulis Dahlan Iskan

download Tips Menulis Dahlan Iskan

of 7

Transcript of Tips Menulis Dahlan Iskan

  • 7/28/2019 Tips Menulis Dahlan Iskan

    1/7

    12 Tanggapan to Berita DahlanIskan

    1.Kiat Menulis Enak ala Dahlan Iskan

    Oleh LAMBERTUS HUREKPenggemar tulisan Dahlan Iskan

    Di GRAHA PENA Surabaya, markas Grup JAWA POS, DAHLAN ISKAN lebih akrabdisapa Pak Bos. Pria kelahiran Magetan 17 Agustus 1951 ini memang bos Grup JAWA

    POS. Di masthead koran-koran di lingkungan Grup JAWA POS, jabatan resmi Dahlan

    Iskan adalah chairman. Memang, selain membesarkan JAWA POS (dan grupnya) dialah

    roh Grup JAWA POS.

    Yang menarik, berbeda dengan bos-bos media lainnya, Dahlan Iskan ini tetap menulis.Bikin reportase, kolom, analisis berita pokoknya menulis. Menulis kapan saja dia suka.

    Menulis dan membaca sudah menjadi darah daging tokoh pers nasional itu. Kalau sudah

    ada ide, di mana pun, kapan pun Dahlan Iskan menulis.

    Belum lama ini, Pak Bos jalan-jalan di Singapura. Jalan kaki di Orchard Road dengan

    trotoar yang rindang. Nah, di trotoar itu muncul ide untuk menulis masalah kota, sekadar

    masukan untuk Kota Surabaya. Maka, ayah dua anak ini menulis di trotoar itu. Besoknya,tulisan itu dimuat di JAWA POS, dan beberapa koran anak perusahaan JAWA POS.

    Dahlan Iskan itu penulis dan wartawan yang belum ada duanya di Jawa Timur, bahkan

    Indonesia, k`ta BAMBANG SUJIYONO, seniman teater, pentolan BENGKEL MUDASURABAYA, kepada saya.

    Harusnya kita punya banyak wartawan kayak dia. Sekarang ini wartawan buanyaaaaak

    sekali, media berlimpah, tapi hampir nggak ada wartawan yang punya tulisan bagus.Kayaknya wartawan-wartawan sekarang ini nggak bakat menulis deh. Makanya,tulisannya nggak karuan, kata Bambang, bekas anggota DPRD Jawa Timur, juga bekas

    pemimpin redaksi beberapa media cetak di Surabaya.

    Bambang Sujiyono, juga sejumlah seniman, mahasiswa, pengamat, serta kalangan

    terdidik di Jawa Timur, memang sejak lama kecanduan tulisan Dahlan Iskan. Kalau Pak

    Bos lama tak menulis karena sibuk (maklum, urusan dan jabatannya banyak), orang-orang macam Bambang ini telepon atau titip pesan lewat redaksi agar Pak Bos segera

    menulis lagi.

    Ada teman saya yang hanya mau baca tulisan Dahlan Iskan. Tulisan-tulisan lain

    dianggap nggak ada. Hehehe, kata Bambang Sujiyono lalu tertawa khas. Saya hanya

    mengangguk mendengar komentar Bambang. Lalu tertawa.

  • 7/28/2019 Tips Menulis Dahlan Iskan

    2/7

    Bu Yuli, pemimpin sebuah kelenteng besar di Surabaya, juga berkali-kali titip pesan

    lewat saya agar Pak Dahlan Iskan sering-sering menulis. Katanya, tulisan-tulisan Dahlan

    Iskan sangat kinclong, hidup, menarik, dan bikin pembaca ketagihan. Dia baca berkali-kali tulisan Pak Dahlan, tapi tidak pernah bosan.

    Hurek, kalau bisa kalian wartawan yang masih muda-muda ini belajar dari Pak DahlanIskan. Orang itu memang luar biasa. Ciamik soro, kata orang Tionghoa, kata Bu Yuli

    yang kebetulan sangat dekat dengan saya. Tiap kali ada hajatan besar di kelentengnya,

    entah itu Sincia, Cap Go Meh, sejit, hari jadi Kongco saya pasti diundang.

    Pendapat sama sebetulnya juga disampaikan pembaca JAWA POS dan RADAR

    SURABAYA, khususnya mereka yang punya rasa bahasa. Mereka menilai karyaDahlan Iskan itu unik, sulit ditiru, mengandung kejutan, jenaka, jelas, menghibur.

    Wislah, bilang bosmu itu (maksudnya Dahlan Iskan) supaya menulis terus. Sibuk yasibuk, tapi ojo lali menulis. Penggemare akeh, papar Bambang Sujiyono (sekarang

    sudah almarhum).

    Saya pun sepakat dengan penilaian pembaca-pembaca kritis ala Bambang Sujiyono.

    Selain enak dan menghibur, Dahlan Iskan mampu mendudukkan persoalan secara terang

    dan jernih. Apa-apa yang tadinya gelap, remang-remang, jadi jernih setelah sayamembaca tulisan Pak Bos.

    Ambil contoh kasus haji (2007). Soal muasasih di Makkah yang menyediakan kateringjemaah haji. Saya sering baca tulisan teman-teman wartawan, baca artikel di banyak

    media, dengar penjelasan dari wartawan senior yang sudah naik haji. Tapi penjelasan

    tentang seluk-beluk katering dan pengaturan makan jemaah haji tak pernah jelas. Tulisan

    wartawan-wartawan muda di koran malah bikin bingung. Mbulet, kata orang JawaTimur.

    Sabtu, 20 Januari 2007, Dahlan Iskan menulis di halaman satu JAWA POS. Dia bahas

    masalah katering, muasasah, kebijakan Menteri Agama MUHAMMAD MAFTUH

    BASYUNI. Begitu membaca tulisan Pak Bos, saya langsung paham apa yang menimpa

    sekitar 200 ribu jemaah haji kita di Arab Saudi akhir Desember 2006.

    Pak Bos menulis pendek, sederhana, logis, cespleng. Cukup satu artikel pendek, Dahlan

    Iskan berhasil memberi gambaran seputar persoalan haji. Kalau bisa disederhanakan,kenapa harus rumit-rumit? begitu kira-kira salah satu jurus menulis Pak Bos.

    Senada dengan Bambang Sujiyono, saya sepakat bahwa Pak Bos ini punya talenta lebih.Dus, sulit ditiru wartawan lain, termasuk saya, meskipun dulu beliau sering memberikan

    bengkel atau latihan menulis kepada wartawan JAWA POS dan beberapa koran anak

    perusahaan. Karena tulisannya enak, selalu ditunggu, redaktur selalu menempatkannya dihalaman muka.

  • 7/28/2019 Tips Menulis Dahlan Iskan

    3/7

    Daya tarik tulisan Dahlan Iskan memang luar biasa, kata LUTFI SUBAGYO, bekas

    pemimpin redaksi SUARA INDONESIA (Grup JAWA POS). Karena itu, dulu, saban

    Sabtu Lutfi menempatkan catatan ringan Dahlan Iskan di halaman satu. Oplah hari itupun naik, karena banyak warga Surabaya yang beli koran hanya untuk menikmati tulisan

    Pak Bos.

    Nah, sebagai wartawan di Graha Pena, saya beruntung pernah mendapat gemblengan

    langsung dari Pak Bos meski tidak secara khusus. Learning by doing, itulah yang

    dilakoni Pak Bos. Saya pernah mencoba meniru gayanya, tapi gagal.

    Berikut sedikit KIAT MENULIS ALA DAHLAN ISKAN hasil interpretasi saya sendiri:

    LEAD HARUS SANGAT MENARIK

    Ketika Dahlan Iskan belum sesibuk sekarang, dia selalu berjalan keliling ke mejawartawan. Membaca sekilas berita wartawan di laya komputer. Sasaran pertama adalah

    LEAD alias TERAS alias INTRO alias PEMBUKA alias ALINEA PERTAMA tulisan.

    Lead-mu 6. Cepat diperbaiki sampai 8. Kalau belum 8, nggak bisa dimuat. Lead harus

    sembilan, kata Dahlan Iskan usai membaca beberapa baris berita salah satu reporter.

    Teman saya itu cepat-cepat memperbaiki lead-nya. Coba saya lihat. Hmm.. lumayan,sudah 7, belum 8. Coba lagi, kata Dahlan, bekas wartawan majalah TEMPO, itu.

    Bagaimana kalau kalimat di bawah ini Anda angkat ke atas. Dibuat lebihbagus agar

    enak dibaca? usulnya.

    Kursus menulis berita macam ini dilakukan Dahlan Iskan, dulu, terus-menerus di

    newsroom kami. Sambil kasih kursus, tak lupa Dahlan Iskan membagi-bagi permen ataukacang goreng: tiap-tiap wartawan satu atau dua biji. Sedikit tapi merata.

    Dahlan suka lead yang spontan, unik, tidak klise. Pembaca sejak awal harus dibuattertarik membaca sampai selesai. Dan itu ada teknik tersendiri.

    HUMOR CERDAS

    Sebagai orang Jawa Timur, Pak Bos punya koleksi humor berlimpah. Kebanyakandidengar dari teman-teman, wong cilik, obrolan di warung kopi. Humor cerdas kerap jadi

    pembuka (lead) tulisannya.

    Contoh: Di dunia ini ternyata ada empat hal yang tidak bisa diduga: lahir, kawin,meninggal, dan Gus Dur!

    Selain di lead, humor kerap dipasang Pak Bos di akhir tulisannya. Bacalah terus karya

    dahlan, niscaya di akhir atau menjelang akhir ada kejutan. Benar-benar mengagetkan,

    kata ROHMAN BUDIANTO, redaktur senior JAWA POS, kini pemimpin redaksiRADAR MALANG.

  • 7/28/2019 Tips Menulis Dahlan Iskan

    4/7

    KALIMAT-KALIMAT PENDEK

    Dahlan Iskan suka kalimat-kalimat pendek. Antikalimat panjang, apalagi yang beranak-pinak alias kalimat majemuk bertingkat.

    Bagaimana kalau kalimatmu dipotong? Dibagi dua atau tiga, ujar Pak Bos kepadaseorang pemimpin redaksi (kini bekas).

    Enak mana: kalimat panjang atau pendek? tanya Pak Bos. Enak pendek, Pak Bos,

    jawab si pemred yang sebelumnya suka pakai kalimat majemuk.

    Kalimat-kalimat pendek kerap melawan aturan tata bahasa Indonesia. Sebab, kalimat

    dipotong sebelum waktunya. Anak kalimat kan tidak bisa berdiri sendiri? protes editor

    bahasa.

    Tidak apa-apa, kata Pak Bos. Alasannya, tulisan di koran harus mudah ditangkap

    pembaca. Kalau kalimat-kalimat si wartawan terlalu panjang, pembaca akan capek. Dandia tidak mau baca koran lagi. Toh, koran bukan kitab tata bahasa.

    Petikan tulisan Dahlan Iskan di JAWA POS, 21 September 2007:

    Saya sering mengajarkan kepada wartawan kami agar jangan mengabaikan diskripsi.

    Yakni menceritakan hal-hal detil yang dianggap sepele, tapi sebenarnya penting.

    Sebuah tulisan yang deskripsinya kuat, begitu saya mengajarkan, bisa membawa

    pembaca seolah-olah menyaksikan sendiri suatu kejadian. Deskripsi yang kuat bisamembuat pembaca seolah-olah merasakan sendiri kejadian itu. Deskripsi yang kuat

    bahkan bisa menghidupkan imajinasi pembaca. Imajinasi pembaca kadang lebih hidupdaripada sebuah foto.

    Inilah salah satu kunci kalau jurnalistik tulis masih diharapkan bisa bertahan di tengah

    arus jurnalistik audio visual.

    Saya juga selalu mengajarkan agar dalam menulis kalimat-kalimatnya harus pendek.

    Kalimat pendek, begitu saya mengajar, akan membuat tulisan menjadi lincah.

    Kalimat-kalimat yang panjang membuat dada pembaca sesak. Semakin pendek sebuah

    kalimat, semakin membuat tulisan itu seperti kucing yang banal. Apalagi kalau di sana-

    sini diselipkan kutipan omongan orang. Kutipan itudirect quotationjuga haruspendek-pendek.

    Mengutip kata seorang sumber berita dalam sebuah kalimat panjang sama saja dengan

    mengajak pembaca mendengarkan khotbah. Tapi, dengan selingan kutipan-kutipan

    pendek, tulisan itu bisa membuat pembaca seolah-olah bercakap-cakap sendiri dengansumber berita.

  • 7/28/2019 Tips Menulis Dahlan Iskan

    5/7

  • 7/28/2019 Tips Menulis Dahlan Iskan

    6/7

    Dahlan Iskan pembaca yang rakus. Buku tebal ia habiskan hanya dalam beberapa jam

    saja. Kalau perlu, dia melekan (bergadang) demi menamatkan bacaannya.

    Novel AROK DEDES (Pramoedya Ananta Tour), misalnya, diselesaikan Dahlan Iskan

    hanya dalam tempo beberapa jam saja. Lalu, dia buat catatan tentang novel itu. Dahlan

    juga bikin catatan tentang novel SUPERNOVA (Dee) setelah melahap novel itu dalamhitungan beberapa jam saja.

    Mengapa Dahlan suka baca buku-buku tebal di ruang redaksi, disaksikan wartawan? Sayapikir, secara tidak langsung Pak Bos mau mengajarkan bahwa wartawan/redaktur harus

    banyak baca. Tulisan yang bagus hanya lahir dari tangan mereka-mereka yang rakus

    baca. Kenapa tulisan wartawan sekarang umumnya jelek, kering, datar-datar? Salahsatunya, ya, karena kurang baca.

    TURUN KE LAPANGAN, KERJA KERAS

    Tulisan Dahlan Iskan hidup karena berangkat dari pengalaman sendiri. Based on his ownexperiences! Apa yang dilihat, didengar, dihidu, diraba, dikecap itulah yang ditulis.

    Dahlan sangat mobil. Pagi di Surabaya, siang Jakarta, sore, makassar, malam mungkin di

    Singapura. Besoknya Tiongkok, luas Amerika dan seterusnya. Ini membuat Pak Bossangat kayapengalaman, kaya penglihatan, kaya wawasan. Dia tinggal memanggil

    memorinya dan jadilah tulisan yang hidup.

    Dahlan Iskan pernah membuat tulisan menarik tentang pengalaman naik pesawat

    supersonik CONCORDE yang kini sudah almarhum itu. Dia bikin pembaca seakan-akan

    ikut menikmati pesawat supercepat, supercanggih, supermewah, buatan Prancis itu.

    KUASAILAH BANYAK BAHASA

    Di balik penampilan yang sederhanasepatu kets, kemeja tidak dimasukkan, tak pakai

    ponselDahlan Iskan pribadi yang dahsyat. Sangat cepat belajar! Bahasa Tionghoa yang

    sulit, aksara hanzhi yang aneh dan ribuan jumlahnya, ditaklukkan Dahlan dengan modaltekad baja. Saya harus bisa, katanya.

    Maka, dia panggil guru privat, les di Graha Pena. Tak puas di Surabaya, Dahlan pindah

    domisili di Tiongkok selama beberapa bulan agar bisa berbahasa Tiongkok. Beberapa

    saat kemudian, Dahlan Iskan sudah kirim CATATAN DARI TIONGKOK secara

    bersambung. Sangat menarik. Respons pembaca luar biasa.

    CINTAILAH SASTRA

    Ingat, Dahlan Iskan ini bekas wartawan TEMPO. Majalah yang dibuat oleh tangan-

    tangan trampil berlatar sastrawan. Goenawan Mohamad, Bur Rasianto, Syubah Asa, PutuWijaya, Isma Sawitri, dan nama-nama besar lainnya.

  • 7/28/2019 Tips Menulis Dahlan Iskan

    7/7

    Mereka-mereka ini praktisi sastra Indonesia. Mereka peminat kata. Terbiasa membuat

    kalimat yang indah, yang tidak klise. Dahlan Iskan, meski jarang menulis puisi atau

    novel, jelas seorang sastrawan. Dia bersastra lewat reportase atau kolom-kolomnya dikoran.

    Pak Bos pun budayawan. Tak heran, di Surabaya dia giat sekali dalam komunitas dankebudayaan Tionghoa. Dia pun ketua umum persatuan olahraga barongsai yang akhir

    2006 silam sukses menggelar kejuaraan dunia di Surabaya. Kiprah semacam ini

    menambah basah tulisan-tulisannya.

    MENULIS LANGSUNG JADI (PRESSKLAAR)

    Dahlan Iskan tidak butuh waktu lama untuk menulis. Tak sampai satu jam Pak Bos sudah

    menyelesaikan tulisan panjang untuk halaman satu JAWA POS.

    Sudah, silakan dilihat, silakan diedit. Jangan lupa kasih judul, begitu kata-kata khas

    Dahlan Iskan usai membuat tulisan.

    Dahlan tidak pernah membaca ulang, apalagi mengubah kalimat-kalimatnya. Sekali

    menulis, selesai, dan selanjutnya urusan redaktur untuk mengecek salah ketik dan

    sebagainya. Dimuat atau tidak, urusan redaksi.