Tips Dan Cara Menulis Novel Dalam 100 Hari

31
Tips dan Cara Menulis Novel dalam 100 Hari Pendahuluan Berapa kali setelah selesai membaca sebuah novel Anda berkata, “Saya bisa menulis buku seperti ini.” Tahukah Anda bahwa Anda benar. Kita semua, saya yakin, memiliki sedikitnya satu novel di dalam pikiran atau hati kita. Penulis novel Toni Morrison mengatakannya seperti ini: “Jika ada satu buku yang benar-benar ingin Anda baca dan belum pernah ada yang menulis sebelumnya, maka Anda harus menulisnya.” Menulis buku bukan hal yang mudah. Namun, setiap hari selalu ada buku yang diterbitkan. Pada tahun 1996, menurut Books in Print, ada 1,3 juta judul buku diterbitkan. Jumlah buku yang diterbitkan di Amerika Serikat pada tahun 1996 saja berjumlah 140.000. Jadi, mengapa Anda tidak mulai melakukannya? Apa yang Diperlukan? Saya yakin jika Anda bisa menulis sebuah kalimat yang sederhana (terlebih, inilah yang ditulis oleh Ernest Hemingway), mengamati dunia di sekitar Anda, dan ingin menulis novel yang bisa dijual—sungguh- sungguh menginginkannya, bukan hanya sekedar menginginkan saja—maka Anda pasti bisa melakukannya. Saya tidak percaya orang bisa menjadi penulis dengan mengikuti workshop, membaca buku, atau bahkan membaca artikel ini. Tulisan muncul dari sesuatu yang ada dalam diri seorang penulis. Bagaimanapun, artikel ini akan menghemat waktu Anda, menunjukkan jalan yang tepat kepada Anda, dan membantu Anda menulis novel dalam waktu 100 hari atau kurang. Apakah Mungkin? Hal ini telah terbukti. Saya telah melakukannnya beberapa kali. Saya

description

Tips Dan Cara Menulis Novel Dalam 100 Hari

Transcript of Tips Dan Cara Menulis Novel Dalam 100 Hari

Tips dan Cara Menulis Novel dalam 100 Hari

Pendahuluan

Berapa kali setelah selesai membaca sebuah novel Anda berkata, “Saya bisa menulis buku seperti ini.” Tahukah Anda bahwa Anda benar. Kita semua, saya yakin, memiliki sedikitnya satu novel di dalam pikiran atau hati kita. Penulis novel Toni Morrison mengatakannya seperti ini: “Jika ada satu buku yang benar-benar ingin Anda baca dan belum pernah ada yang menulis sebelumnya, maka Anda harus menulisnya.”

Menulis buku bukan hal yang mudah. Namun, setiap hari selalu ada buku yang diterbitkan.

Pada tahun 1996, menurut Books in Print, ada 1,3 juta judul buku diterbitkan. Jumlah buku yang diterbitkan di Amerika Serikat pada tahun 1996 saja berjumlah 140.000. Jadi, mengapa Anda tidak mulai melakukannya?

Apa yang Diperlukan?

Saya yakin jika Anda bisa menulis sebuah kalimat yang sederhana (terlebih, inilah yang ditulis oleh Ernest Hemingway), mengamati dunia di sekitar Anda, dan ingin menulis novel yang bisa dijual—sungguh-sungguh menginginkannya, bukan hanya sekedar menginginkan saja—maka Anda pasti bisa melakukannya. Saya tidak percaya orang bisa menjadi penulis dengan mengikuti workshop, membaca buku, atau bahkan membaca artikel ini. Tulisan muncul dari sesuatu yang ada dalam diri seorang penulis. Bagaimanapun, artikel ini akan menghemat waktu Anda, menunjukkan jalan yang tepat kepada Anda, dan membantu Anda menulis novel dalam waktu 100 hari atau kurang.

Apakah Mungkin?

Hal ini telah terbukti. Saya telah melakukannnya beberapa kali. Saya tahu bagaimana rasanya meluangkan waktu satu atau jam sehari (atau semalam) untuk menulis. Sungguh tidak mudah untuk menulis novel, apalagi jika Anda memiliki pekerjaan tetap, keluarga, dan tanggung-jawab, namun hal itu bisa dilakukan. Kebanyakan penulis faktanya harus menjalani dua kehidupan saat mereka menulis novelnya. Namun, begitu Anda berhasil menjual buku pertama Anda, maka Anda memiliki kemampuan untuk meninggalkan pekerjaan harian Anda dan mengabdikan sisa hidup Anda untuk menulis secara total.

Para penulis besar telah melakukannya!

Tentu saja Anda mempunyai pekerjaan. Tentu saja Anda memiliki keluarga. Namun kedua hal itu tidak menghalangi para penulis besar di masa lalu. Penyair Wallace Stevens bekerja sebagai wakil direktur sebuah perusahaan asuransi dan seorang pakar di bidang pasar obligasi. T.S. Elliot muda awalnya adalah seorang bankir. William Carlos Williams merupakan seorang dokter anak. Robert Frost adalah seorang pemilik peternakan ayam. Hart Crane bekerja membungkus permen di gudang ayahnya, dan kemudian bekerja menulis teks iklan. Stephen Crane bekerja sebagai koresponden perang. Marianne Moore bekerja di Perpustakaan Umum New York. James Dickey bekerja di sebuah biro iklan. Archibald MacLeish adalah Direktur Kantor Fakta dan Angka selama Perang Dunia II

Mulailah dengan perasaan murni

Apa yang membuat seseorang menjadi penulis? Mungkin hal itu didorong oleh sebuah peristiwa—peristiwa yang terjadi di tahap awal kehidupan dan membentuk ketertarikan dan kesadaran-diri sang penulis.

Ambil contoh kasus Jose Saramago, penulis berbahasa Portugis pertama yang menerima Hadiah Nobel Sastra. Putera seorang petani dan seorang ibu yang buta huruf ini dibesarkan di sebuah rumah yang tidak memiliki buku, dan dibutuhkan waktu hampir 40 tahun baginya untuk beralih dari buruh pabrik logam ke pegawai pemerintahan ke editor penerbitan hingga ke editor surat kabar. Usianya telah menginjak 60 tahun saat ia mulai menerima pengakuan di dalam dan luar negeri dengan dua karyanya, Baltasar dan Blimunda.

Saat masih kanak-kanak, ia menghabiskan liburan di rumah kakeknya di desa yang bernama Azinhaga. Saat kakeknya menderita stroke dan dibawa ke Lisbon untuk dirawat, Saramago masih bisa mengingat peristiwa yang terjadi kala itu, “Ia pergi ke halaman rumahnya, di mana tumbuh segelintir pohon, pohon fig, pohon zaitun. Lalu ia mendatangi mereka satu persatu, memeluk pohon tersebut dan menangis, mengucapkan selamat tinggal kepada mereka karena ia tahu tidak akan pernah kembali. Jika Anda menyaksikan hal itu, hidup dengan hal itu, dan hal itu ternyata tidak meninggalkan kesan apa-apa dalam hidup Anda selanjutnya,” ucap Saramago, “maka Anda tidak mempunyai rasa.”

Mulailah dengan perasaan murni. Ubahlah hal itu menjadi prosa.

Mari kita mulai!

Sinclair Lewis diundang untuk berbicara di hadapan sejumlah mahasiswa tentang seni menulis. Ia berdiri di muka kelas dan bertanya, “Berapa banyak dari Anda yang sungguh-sungguh serius ingin menjadi penulis?” Sejumlah orang mengangkat

tangan. Lewis kemudian bertanya, “Jadi, mengapa Anda semua tidak pulang ke rumah dan menulis?” Setelah mengucapkan hal itu ia pun pergi keluar dari ruangan. Jadi kini saatnya bagi Anda untuk menulis.

Pada artikel berikutnya saya akan memberikan catatan harian untuk Anda—setiap hari akan berisi kata-kata dorongan, nasihat, atau petuah, atau tugas yang harus Anda lakukan agar buku Anda bisa ditulis. Ini adalah hal-hal apa saja yang perlu Anda lakukan setiap hari selama seratus hari ke depan untuk menulis novel Anda.

Hari Pertama

Editor dan penulis New Yorker terkenal, E.B. White menyampaikan pidato berikut saat diganjar Medali Sastra Nasional, “Keberanian seorang penulis bisa dengan mudah membuatnya gagal … Saya kagum dengan siapapun yang memiliki nyali untuk menulis tentang apapun jua.”

Pada hari pertama ini, buatlah janji dengan diri Anda sendiri bahwa Anda akan melakukannya. Hal ini sangat penting. Tanpa adanya komitmen ini, akan lebih baik jika Anda menyimpan pena dan kertas Anda. Hal itu tidak akan berhasil. Ingat, menulislah sesering mungkin. Itulah yang dilakukan oleh seorang penulis—mereka menulis

Hari kedua

Luangkan waktu khusus untuk menulis. Hal ini penting karena selama menulis novel, Anda akan kehilangan semangat, bosan, marah, atau jenuh, dan saat Anda mulai merasakan semuanya itu, Anda memerlukan sebuah pola yang jelas untuk menjaga Anda tetap bekerja.

Sesekali Anda mungkin harus memindahkan jam penulisan Anda untuk mengakomodasi kebutuhan lain dalam hidup Anda, namun berusahalah agar penulisan dilakukan seteratur mungkin.

Apa yang saya maksud dengan waktu khusus?

Dua jam setiap pagi dan setiap malam, dan delapan jam satu hari setiap akhir pekan, misalnya. Putuskan berapa banyak waktu yang akan Anda luangkan untuk menulis setiap minggu, lalu jalankan hal itu. Banyak calon novelis yang gagal karena menyusun jadwal yang tidak bisa mereka tepati. Bersikap realistislah dengan waktu yang Anda rencanakan, lalu jalankan sesuai dengannya.

Hari ketiga

Pada minggu pertama ini, putuskan cerita yang akan Anda tulis. Anda mungkin

belum menyusun semua detilnya, namun pada hari ini Anda akan memulai prosesnya. Anda tidak akan melakukan penundaan—karena penundaan adalah musuh Anda. Matisse menasihati muridnya, “Jika Anda ingin menjadi seorang pelukis, potong lidah Anda.” Sekarang adalah waktunya untuk berhenti berbicara ingin menulis novel. Mulailah merencanakannya saat ini juga.

Hari Keempat

Jenis novel apa yang menarik di mata Anda? Apa yang benar-benar membuat Anda tertarik? Apakah cerita mengenai misteri pembunuhan, fiksi ilmiah, horor, roman, atau fiksi secara umum.

Alice Munro dipandang oleh banyak orang sebagai penulis cerita pendek terbaik dalam bahasa Inggris. Bukunya terjual 30.000 eksemplar setiap tahun. Ia adalah seorang penulis yang dikagumi oleh penulis lainnya berkat keterampilan teknis dan kemurnian gaya yang dimilikinya. Ia juga dikenal karena ceritanya yang memiliki struktur yang sangat kompleks. Cerita yang ditulis Alice Munro biasanya akan dimulai pada satu titik yang dipandang oleh kebanyakan penulis lain sebagai bagian akhir, lalu melompat sepuluh tahun kemudian, dan akhirnya kembali lagi ke masa lalu. Namun yang paling menarik dari diri Alice Munro—yang tinggal di sebuah kota kecil di Kanada selatan—adalah ceritanya selalu berkisah tentang orang-orang biasa: rahasia mereka, kenangan mereka terhadap tindak kekerasan di masa lalu, hasrat seksual mereka.

Pikirkan tentang apa yang akan ditulis dari orang-orang di sekitar Anda, dari apa yang Anda kenal dan Anda anggap penting.

Hari Kelima

Tidak menjadi soal buku jenis apa yang akan Anda tulis. Tidak ada aturan baku kecuali cerita Anda harus sangat, sangat menarik. Kisahnya bisa menarik, menyeramkan, menyenangkan, lucu, atau sedih—namun satu hal yang pasti, ceritanya tidak boleh membuat pembaca merasa bosan.

Hari Keenam Analisa dan pelajari. Ambil satu novel favorit Anda yang bergenre sama dengan yang ingin Anda tulis, dan baca ulang, seolah-olah itu adalah buku panduan cara menjadi seorang miliuner. Lalu baca kembali, bagi buku tersebut ke dalam bagian-bagian. Jabarkan adegan di dalamnya pada selembar kertas lebar, lalu tempelkan di dinding kantor Anda.

Hari Ketujuh

Meskipun tidak ada aturan baku tentang ide cerita, saya ingin memberi satu

peringatan kepada Anda: berpikirlah kecil. Salah satu kesalahan terbesar kebanyakan calon novelis adalah berpikir besar, berusaha menulis kisah yang luar biasa hebat, karena menganggap besar berarti lebih baik. Hal itu tidak benar. Jaga ide cerita Anda tetap kecil dan fokus.

Pergi ke dalam jiwa kreatif Anda dan cari satu cerita kecil namun memiliki arti nyata bagi Anda. Kita semua bagian dari umat manusia. Jika Anda menulis satu cerita yang memiliki arti besar bagi Anda, maka kemungkinan besar hal itu juga akan memiliki arti mendalam bagi kita semua.

Hari Kedelapan

Peniruan bisa mengarah pada orisinalitas. Lakukan latihan singkat meniru aneka gaya yang berbeda. Cobalah berbagai suara sampai Anda menemukan satu yang paling sesuai. Tirulah karya seorang pakar yang sudah terbukti. Namun ingat satu hal: tulislah berdasarkan pengalaman Anda sendiri. Pengalaman Anda bersifat unik. Sebagaimana yang ditulis John Braine, penulis Room at the Top, “Jika suara Anda akan terdengar di antara ribuan suara lainnya, jika nama Anda akan berarti di antara ribuan nama lainnya, hal itu terjadi semata-mata karena Anda telah menyajikan pengalaman Anda dengan jujur.”

Hari Kesembilan

Jangan takut menulis adegan atau bagian yang tidak mengarah kemanapun. Jangan buang satu adegan atau bagian sekalipun mereka sepertinya tidak mengarah kemana-mana. Ikuti nasihat Joan Didion. Ia menempel adegan tersebut di papan dengan maksud menggunakannya di kemudian hari.

Pada awal penulisan novelnya, A Book of Common Prayer, Didion mengisahkan, ia menulis adegan Charlotte Douglas pergi ke bandara. Adegannya berisi beberapa halaman prosa yang sangat disukainya, namun ia tidak bisa menemukan tempat untuk menyimpannya [di dalam novelnya]. “Saya terus mengambil adegan ini dan meletakkannya di berbagai tempat berbeda,” tulisnya, “namun adegan ini terus mengganggu narasi; dan selalu salah ditempatkan dimanapun, namun saya bertekad untuk tetap menggunakannya.” Akhirnya ia menemukan satu tempat untuk adegan ini di bagian tengah bukunya.

“Terkadang Anda bisa mendapatkan solusi dan jalan keluar di pertengahan buku.”

Hari Kesepuluh

Sebelum kita beranjak dari persoalan menemukan cerita untuk Anda, izinkan saya membongkar satu klise lain tentang penulisan novel: Tulislah sesuatu yang Anda tahu.

Anda pasti pernah mendengarnya sebelumnya. Hal itu tidak sepenuhnya benar. Tom Clancy tidak pernah menjadi komandan kapal selam sebelum ia menulis novel The Hunt For Red October. Dan saya berani bertaruh bahwa Richard Bach belum pernah menjadi burung camar (seagull) sebelum ia menulis cerita Jonathan Livingston Seagull.

Daripada menulis sesuatu yang Anda tahu, Anda bisa mencoba menulis sesuatu yang Anda sukai. Topiknya bisa apa saja, tapi Anda menyukainya. Sebagai contoh, Arthur Golden, penulis Memoirs of a Geisha, pernah tinggal di Jepang dan bekerja di majalah berbahasa Inggris di Tokyo saat pada tahun 1982 ia mendapat ide menulis novel Memoirs. Pada tahun 1986, setelah meraih gelar dalam bidang penulisan kreatif dari Universitas Boston, ia mulai melakukan penelitian tentang Geisha dan menemukan “sebuah sub-budaya yang mempunyai aturan sendiri yang unik.” Dibutuhkan waktu sepuluh tahun dan beberapa draft sebelum ia berhasil menjual buku tersebut kepada Alfred A. Knopf seharga US$ 250.000.

Hari Kesebelas

Mulailah dengan menulis sesuatu yang Anda tahu, jika bukan tentang novelnya sendiri, maka sesuatu tentang tempat atau orang di novel Anda. Akan jauh lebih mudah memulai penulisan buku jika Anda menulis tentang orang-orang, tempat, dan sesuatu yang telah Anda kenal baik.

Hari Kedua Belas

Pertama-tama, tentukan karakter/tokoh cerita Anda, karena karakter jauh lebih sulit ditentukan daripada ceritanya.

Saat menulis, plot cerita bisa berubah atau tetap sama, namun karakternya akan berkembang dan memiliki kehidupan sendiri. Saat karakter Anda berkembang, mereka akan memiliki kepribadian yang berbeda, dan sama seperti seorang sahabat, Anda akan tahu apa yang akan mereka lakukan atau tidak lakukan pada situasi tertentu.

Penulis cerita misteri Oakley Hall mengatakan, seorang penulis harus “mendengarkan tuntutan atau keinginan karakternya, yang ketika mulai hidup, bisa menuntut jalan hidup yang berbeda dari yang dibutuhkan pada awalnya.

Hari Ketiga Belas

Ambil setumpuk kartu berukuran 5x7 dan tulis masing-masing nama karakter Anda di bagian atasnya. Lalu, pikirkan peranan apa yang akan dimainkan mereka dalam cerita Anda, tipe orang seperti apa mereka: usia, pendidikan, tempat kelahiran,

keras kepala, lucu, gemuk, jelek. Apa kebiasaan unik mereka$3F Apakah mereka biasa mencuci tangannya 500 kali sehari? Apakah mereka suka mendengar suara-suara aneh? Apakah mereka baik hati terhadap anak-anak namun senang menyiksa kucing? Tuliskan semuanya, tuliskan sebanyak-banyaknya sampai Anda mulai mengenal masing-masing karakter tersebut secara mendalam. Alfred Hitchcock biasa menuliskan adegan ceritanya pada kartu indeks, satu adegan dalam satu kartu. Dengan cara itu, sebagaimana yang dikatakannya, saat ia mulai membuat film, pekerjaannya sudah selesai.

Beberapa dari karakter tersebut akan menjadi tokoh utama, di mana ceritanya akan berkisar di sekitar mereka; karakter lainnya akan memainkan sedikit peran, namun hal ini pun sangat penting, karena setiap pemain harus memiliki alasan mengapa mereka hadir dalam cerita tersebut. Jika tidak mempunyai alasan mengapa harus hadir dalam novel Anda, mereka akan memperlambat cerita Anda, dan hal-hal yang sifatnya lambat akan membuat pembaca merasa bosan.

Hari keempat Belas

Kebanyakan novel ditulis berdasarkan sebuah rumus, terutama buku laris besar. Sebagai contoh, John Baldwin, salah seorang penulis The Eleventh Plague: A Novel of Medical Terror, mengembangkan sebuah rumus sederhana yang ia gunakan untuk membuat struktur novelnya.

Rumus sepuluh langkahnya adalah:

1. Pahlawannya harus seorang yang ahli.

2. Penjahatnya harus seorang yang ahli.

3. Anda harus melihat kejahatan dari sudut pandang sang penjahat.

4. Pahlawannya memiliki pendukung sekelompok ahli di berbagai bidang.

5. Dua atau lebih anggota tim harus jatuh cinta.

6. Dua atau lebih anggota tim harus mati.

7. Penjahatnya harus mengubah perhatiannya dari sasaran awalnya kepada tim.

8. Penjahat dan pahlawannya harus hidup untuk bertarung kembali pada sekuel lanjutannya.

9. Semua kematian harus dimulai dari individu kepada kelompok: misalnya, jangan pernah mengatakan bahwa bom meledak dan 15.000 orang mati. Mulailah dengan

“Jamie dan Suzy berjalan di taman bersama nenek mereka saat bumi terbuka.”

10. Jika Anda tidak maju-maju, bunuh salah satu tokohnya.

Rumus tambahan. Saat Ernest Hemingway memulai karirnya sebagai reporter muda untuk surat kabar Kansas City Star, ia diberi lembaran gaya penulisan dengan empat aturan dasar:

- Gunakan kalimat pendek.

- Gunakan paragraf pertama yang pendek.

- Gunakan bahasa Inggris yang bersemangat

- Bersikap positif, jangan negatif

Saat ditanya tentang aturan ini bertahun-tahun kemudian, ia berkata, “Itu adalah aturan terbaik yang pernah saya pelajari di bidang tulis-menulis. Saya tidak pernah melupakannya. Tidak ada seorangpun yang memiliki bakat, yang merasakan dan menulis hal-hal yang ingin dikatakannya dengan sebenarnya, akan gagal menulis sesuatu jika ia terikat dengan rumus di atas.”

Hari Kelima Belas

Kembangkan karakter dan plot Anda secara bersama-sama. Anda tidak bisa melakukan yang satu dengan baik tanpa yang lain. Karakter Anda bukanlah orang-orangan kayu yang jatuh begitu saja dari langit. Mereka adalah unsur penting drama yang Anda buat. Mereka harus melakukan sesuatu yang logis atau tidak logis (yang menjadi inti plot) yang akan menambah cerita Anda, dan membawanya menuju klimaks. Jangan pernah, jangan pernah memisahkan karakter dari plot.

Hari Keenam Belas

Pembaca harus percaya bahwa karakter Anda benar-benar ada atau mungkin ada—dan mereka harus digambarkan secara berbeda. Dan tidak ada cara yang lebih baik dalam mendefinisikan karakter selain tindakan mereka, tujuan mereka dalam hidup. Tujuan mereka bisa baik atau buruk. Hal itu tidak menjadi soal. Yang paling penting adalah pembaca melihat tindakan dan tujuan mereka, mempercayai mereka, dan terus-menerus merasa tertarik dengan mereka.

Jangan menulis cerita yang berisi ribuan orang. Tulis cerita tentang satu, dua, atau tiga karakter yang mudah diingat, dan semuanya memiliki tujuan.

Hari Ketujuh Belas

Anda membutuhkan seorang protagonis yang kuat. Kebanyakan penulis mengalami kesulitan menciptakan karakter yang lebih besar dari hidup, dikembangkan secara penuh, dan seorang protagonis yang konsisten.

Ingat, protagonis adalah karakter utama cerita Anda. Ia adalah orang yang para pembaca akan mengidentifikasikan diri mereka dengannya. Anda ingin pembaca Anda peduli dengan protagonis Anda. Ia adalah sahabat baru Anda sekarang.

Hari Kedelapan Belas

Pikirkan siapa yang akan diperlukan dalam cerita Anda dan apa yang akan mereka lakukan secara bersama-sama atau kepada satu sama lain, dan apa yang akan dilakukan oleh cerita kepada mereka. Apakah mereka semua berjalan ke arah yang sama? Apakah mereka berjalan ke enam arah yang berbeda? Tanyakan kepada diri Anda pertanyaan penting ini: Siapa yang akan tampil paling menarik di hadapan pembaca? Inilah pengujian penting dan nyata dalam pengembangan karakter dan pembuatan plot. Apakah pembaca Anda akan merasa tertarik? Apakah mereka akan peduli?

Agar pengembangan plot dan karakter berhasil, Anda perlu membuat pilihan yang sulit. Anda harus bersikap kejam terhadap karakter dan cerita Anda. Siapa yang akan ada di dalam, siapa yang akan di luar? Apa yang akan ada di dalam, apa yang akan di luar? Sejujurnya, di tempat inilah kebanyakan calon novelis akan berhenti dan gagal. Mereka tidak bisa memaksa dirinya untuk membuat pilihan. Mereka merasa kagum atau lumpuh oleh kemungkinan yang ada di hadapan mereka.

Jangan coba-coba melakukan hal itu. Cobalah bersikap kejam. Tentu saja, Anda bisa mencoba berbagai pilihan berbeda, namun gerakkan cerita tersebut ke depan berdasarkan kejadian demi kejadian, dengan membawa masing-masing karakternya bersama Anda. Ketika masing-masing kejadian terungkap, setiap karakter harus bereaksi terhadap hal itu. Sebagaimana yang akan mereka lakukan dalam kehidupan nyata.

Jika seorang anak tertabrak dan tewas oleh sebuah mobil, kehidupan pengemudinya akan berubah untuk selamanya, begitu pula dengan kehidupan orang tua, kehidupan saudara kandungnya, teman, bahkan penjaga atau orang-orang yang kebetulan berada di sana. Anda harus memutuskan bentuk perubahan tersebut. Anda harus memutuskan. Ini adalah kesempatan Anda bermain sebagai “Tuhan“—dan jika Anda akan menulis maka Anda harus memainkan peran itu. “Tuhan“ ada dalam detilnya, dan “Tuhan“ memutuskan jalan novelnya.

Hari Kesembilan Belas

Teruslah mengajukan pertanyaan, “mengapa?” Saat Anda sampai pada akhir minggu kedua menentukan karakter, Anda akan memiliki setumpuk kartu karakter berukuran 5x7 yang menampilkan detil mendalam mengenai kehidupan pribadi karakter dalam cerita Anda, hingga ukuran pinggang dan warna favorit mereka. Novelis Vladimir Nabokov menyusun semua novelnya berdasarkan kartu indeks.

Hari Kedua Puluh

"Suara” Anda adalah suara Anda. “Gaya” Anda adalah gaya Anda. Jangan mencoba “meniru” sejumlah penulis terkenal. Banyak penulis pemula yang merasa harus menambahkan sesuatu pada “suara” mereka di atas halaman yang dicetak. Anda yang ada di halaman tersebut adalah Anda dalam kehidupan sebenarnya, sama rumitnya, sama duniawinya, atau sebaliknya. Ini bukan soal. Teruslah menulis dan terus membuang hal-hal buruk dan tidak nyaman yang mungkin masuk ke dalam tulisan Anda. Bersikap alamiah. Sebagaimana yang ditulis oleh novelis Prancis, René de Chateaubriand, "Penulis tulen bukanlah orang yang meniru seseorang, namun orang yang bisa ditiru oleh orang lain."

Hari Kedua Puluh Satu

Siapkan kerangka kasar yang berisi aksi cerita Anda mulai dari Bab Satu hingga bagian akhir. Novelis Katherine Anne Porter menyebutkannya seperti ini, "Jika saya tidak tahu akhir dari sebuah cerita, maka saya tidak akan memulai." Tulis paragraf terakhir novel Anda dan simpan di dalam laci. Pada akhir hari keseratus, mari kita lihat seberapa dekat Anda mengikuti imajinasi Anda.

Hari Kedua Puluh Dua

Jangan melakukan apapun--benar-benar apapun--pada novel Anda dalam pengertian penulisan yang sebenarnya sampai proses penyusunan plot Anda (bersama dengan karakter dan peran mereka dalam drama) telah selesai dan dituangkan di atas kertas.

Jangan menjadi korban ucapan penulis kawakan: "Saya memulai dengan ide dasar dan beberapa karakter. Saya tidak tahu kemana arah tujuan saya. Saya membiarkan karakternya bercerita untuk saya." Hal ini mungkin bisa berhasil untuk novelis brilian dan berpengalaman, namun kebanyakan kita membutuhkan peta jalan yang jelas jika tidak ingin membuat diri kita dan pembaca tersesat.

Hari Kedua Puluh Tiga

Gantung kartu dan kerangka yang telah Anda buat di kantor atau kamar Anda agar mudah dibaca.

Hari Kedua Puluh Empat

Halaman yang ditulis dengan baik, lebih digerakkan oleh karakter dan bukan oleh plot, serta memiliki awal, pertengahan dan akhir yang jelas merupakan keinginan editor (dan juga pembaca).

Hari Kedua Puluh Lima

Anda sekarang telah memiliki:

1. komitmen

2. jadwal kerja

3. ide cerita

4. tokoh karakter

5. plot detil mengenai keseluruhan cerita

6. deskripsi singkat mengenai tema novel Anda.

Hari Kedua Puluh Enam

Tetapkan sasaran untuk diri Anda sendiri untuk menulis sedikitnya empat halaman sehari. Yakni 300-325 kata, spasi ganda. Beberapa hari Anda akan menulis satu halaman; pada hari lainnya Anda akan menulis lima belas halaman. Usahakan untuk merata-ratakan setidaknya empat halaman per hari.

Hari Kedua Puluh Tujuh

Novel Anda adalah sebuah karya fiksi, namun itu tidak berarti fakta-fakta Anda tidak perlu lurus. Tidak ada sesuatu yang lebih cepat membuat pembaca berpaling selain fakta yang salah. Dan tidak ada sesuatu yang dapat memberi keotentikan pada cerita selain fakta atau detil yang benar. Gunakan internet untuk melakukan riset. Hal ini dapat dilakukan dengan cepat, mudah, dan murah. Seluruh perpustakaan di dunia terbuka untuk Anda. Lihat, juga, di majalah dan surat kabar yang diterbitkan pada waktu dan di tempat yang sama dengan seting novel Anda.

Gore Vidal menggunakan edisi lama Harper’s Magazine untuk mencari detil saat menulis novel sejarahnya.

Hari Kedua Puluh Delapan

Percakapan berbeda dengan dialog. Dialog memiliki tujuan. Dialog akan membuat cerita maju ke depan. Dialog akan membuat pembaca mengikuti cerita, dan membuat seseorang merasa berada di pusat aksi. Karenanya, jangan menerangkan peristiwa jauh di depan dari tangan kedua. Tempatkan pembaca di tengah-tengah aksi cerita Anda dan dialog Anda pun akan berjalan alami. Jadikan pembicaraan Anda tetap efisien dan kuat. Dan pastikan pembaca selalu tahu siapa yang sedang berbicara.

Hari Kedua Puluh Sembilan

Lihatlah ke cermin dan tulis tentang orang yang Anda lihat. Cobalah dan jelaskan orang yang Anda lihat di dalam cermin kepada orang baru yang belum pernah Anda temui. Pastikan deskripsinya kurang dari 300 kata. Jadikan "orang" ini salah satu karakter dalam novel Anda, baik sebagai tokoh protagonis, narator, atau salah seorang karakter kecil dalam plot.

Hari Ketiga Puluh

Novelis Kurt Vonnegut pernah berkata bahwa, "Bakat adalah sesuatu yang sangat biasa. Yang jarang adalah kesediaan untuk bertahan menjalani kehidupan sebagai seorang penulis. Ini sama seperti membuat kertas dinding dengan tangan untuk seisi gedung Sistine Chapel."

Kiat Menulis Bebas: Kiat Paling Jitu agar Kita Selalu Lancar Menulis

Sejak sekitar tiga tahun lalu, saya mengenal istilah “kiat menulis bebas” dari Pak Hernowo, penulis yang terkenal dengan konsep Mengikat Makna. Tapi

penemu konsep menulis bebas ini adalah Peter Elbow lewat bukunya Writing Without Teacher (sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul sama dan diterbitkan oleh Indonesia Publishing atau iPublishing, tahun 2007). Tapi, “Saya menerapkan kita menulis bebas ini tidak dari Peter Elbow, melainkan dari Dr. James W. Pennebaker, seorang psikolog yang menulis buku Opening Up,” ujar Pak Hernowo ketika suatu hari saya mengkonfirmasikan konsep Kiat Menulis Bebas tersebut padanya.

Terlepas dari apapun, saya merasa bersyukur karena menemukan sebuah fakta yang sangat menarik, sebagaimana yang tertulis pada judul artikel ini. Bahkan saya kemudian menyebut kiat ini sebagai RAHASIA TERBESAR DI DUNIA PENULISAN. Saya pun memberi nama khusus untuknya, dengan tujuan agar mudah diingat: “Otak Kanan Dulu Baru Otak Kiri”.

Kiat Menulis Bebas = Kembali ke Fitrah Manusia

Saya yakin Anda semua sudah paham, bahwa otak manusia memiliki dua belahan, yakni otak kanan dan otak kiri. Otak kanan = menyukai spontanitas, penuh kebebasan, tanpa aturan.Otak kiri = sistematis, runut, penuh pertimbangan.

Secara naluriah, sebenarnya setiap manusia sudah “diprogram” oleh Tuhan untuk menggunakan otak kanan dulu baru otak kiri, DALAM HAL APAPUN. Sebagai contoh: Seorang perempuan jalan-jalan di sebuah mal. Dia melihat sebuah baju bagus yang dijual dengan diskon 50%. Maka PIKIRAN SPONTAN si perempuan ini akan berkata, “Wah, harus beli nih!”Seorang pemuda secara tak sengaja melihat perempuan seksi lewat di depan matanya. Maka secara spontan dia akan berkata di dalam hati, “Wah, cantiknya! Andai dia jadi milikku.”Seseorang yang disenggol oleh orang asing secara tak sengaja, maka secara spontan emosinya akan naik dan timbul NIAT SPONTAN untuk marah atau membalas tindakan tersebut.

Hal-hal seperti contoh di atas adalah REAKSI SPONTAN manusia ketika menghadapi situasi tertentu. Dan reaksi spontan ini adalah hasil pekerjaan OTAK KANAN.

Setelah reaksi spontan itu muncul, biasanya kita tidak langsung bertindak. Misalnya pada contoh nomor 1. Setelah si perempuan secara spontan berkata “harus beli”, maka dia kemudian berpikir. “Jadi beli enggak, ya?” Pikirannya pun penuh oleh berbagai macam pertimbangan. Hingga akhirnya dia MUNGKIN tak jadi beli.

Aktivitas “penuh pertimbangan, banyak mikir” dan seterusnya ini merupakan hasil kerja dari OTAK KIRI.

Secara hukum alam, kita para manusia ini memang terbiasa mengerjakan apapun dengan otak kanan dulu baru otak kiri. Spontan dulu baru mikir-mikir. Ini adalah hukum alam, sangat sesuai dengan fitrah manusia.

Masalahnya: Dalam menulis kita justru melawan hukum alam. Kita melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan fitrah kita sebagai manusia!

Kita mulai menulis dengan berbagai macam pikiran dan pertimbangan: Tulisan ini nanti jadinya bagus tidak ya?Bagaimana kalau hasilnya jelek?Bagaimana kalau nanti tulisan ini diejek oleh orang lain?Bagaimana kalau tulisan ini tidak sesuai dengan tata bahasa dan ejaan yang berlaku?Kalau tulisan ini saya kirim ke Kompas, dimuat enggak ya?Saya ingin membuat tulisan sebagus tulisan Andrea Hirata. Tapi bagaimana kalau tulisan saya nantinya tidak bagus, jauh dari kualitas Andrea Hirata?Dan seterusnya!

Dengan kata lain, belum apa-apa kita sudah pakai otak kiri! Padahal, hukum alam justru mengajarkan kita untuk menggunakan otak kanan dulu baru otak kiri. Ini berlaku dalam hal apapun, termasuk dalam MENULIS.

Maka, ketika saya belakangan ini rajin memasyarakatkan KIAT MENULIS BEBAS kepada teman-teman penulis, itu didorong oleh keinginan saya agar para penulis kita kembali ke fitrahnya, kembali ke hukum alam dalam hal menulis.

Memang, kecenderungan kita untuk MELAWAN HUKUM ALAM ketika menulis sedikit banyaknya dipengaruhi oleh sistem pendidikan kita di sekolah. Sejak kecil, kita diajarkan oleh Guru Bahasa Indonesia bahwa menulis harus pakai kerangka karangan, harus mematuhi EYD, harus taat pada tata bahasa, dan seterusnya dan seterusnya. Ajaran seperti ini membuat kita berpikir bahwa menulis itu rumit, membingungkan, dan sulit untuk dipraktekkan.

Padahal sebenarnya, menulis itu sangat gampang! (seperti kata Arswendo Atmowiloto pada bukunya “Mengarang Itu Gampang!”). Bagaimana caranya agar gampang? Ya tentu saja dengan KEMBALI KE HUKUM ALAM. Kikislah habis “aliran sesat” yang diajarkan oleh guru kita di sekolah dulu. Mulai sekarang, menulislah dengan otak kanan dulu baru otak kiri.

Bagaimanakah Cara Menulis Bebas Tersebut?

Caranya sangat gampang. Ya, DEMI TUHAN INI SANGAT GAMPANG!

Tahap ke-1: Otak Kanan:

Mulailah menulis secara spontan. Apapun yang muncul di pikiran Anda, langsung ditulis saja. Bahkan ketika Anda bingung harus menulis apa, coba tulis saja:

“Saya bingung nih, mau nulis apa. Apa yang harus saya tulis, ya? Kenapa ide sama sekali tidak muncul? Padahal kemarin saya ada ide, lho. Kenapa sekarang idenya hilang tak berbekas? Kenapa? Kenapa saya jadi blank begini?…..”

Apa susahnya menulis seperti itu?

Tentu saja Anda tidak harus menulis persis seperti kalimat-kalimat yang saya tulis. Itu hanya contoh untuk menjelaskan bahwa menulis bebas itu SANGAT MUDAH. Oke?

Ketika menulis bebas tersebut, HILANGKAN SEMUA BEBAN PIKIRAN ANDA.Ya, SEMUANYA. Jadi apapun itu yang menghantui Anda ketika menulis, yang membuat tangan Anda berhenti menulis, yang membuat Anda bengong dan kembali blank atau bingung harus menulis apa lagi, LUPAKAN ITU SEMUA. BUANG JAUH-JAUH.

Yang tak kalah penting: Jangan diedit atau direvisi sebelum selesai.

Walau tulisan Anda kacau balau, kalimatnya ngelantur ke sana ke mari, banyak salah ketik, atau Anda merasa tulisan tersebut sangat jelek, membosankan dan tak ada bagus-bagusnya, bahkan bila banyak kalimat yang berisi kata-kata vulgar, berbau SARA, membuka aib, dan seterusnya, BIARKAN SAJA. Jangan diedit atau direvisi dulu. Lanjutkan saja proses menulis Anda hingga semua ide tertuang dalam bentuk tulisan.

Kenapa tidak boleh diedit? Sebab begitu Anda mulai mengedit, maka itu akan menjadi sumber kemandegan yang baru. Percayalah!

Tahap ke-2: Otak Kiri:

Setelah tahap ke-1 selesai, diamkan dulu naskah Anda sekitar satu atau dua hari. Atau kalau buru-buru, satu atau dua jam cukup deh. Lalu baca lagi tulisan tersebut. Kini, mulailah MEREVISI dengan otak kiri. Buatlah tulisan tersebut menjadi lebih bagus. Bila ada salah ketik, saatnya diperbaiki. Bila topiknya melebar ke mana-mana, saatnya difokuskan ke tujuan semula. Bila Anda merasa tulisannya kurang menarik, kini saatnya dibuat lebih menarik. Dan seterusnya dan seterusnya.

“Bagaimana cara merevisi? Apa saja yang harus saya edit?”

Oke, pertanyaan bagus!

Hal utama yang harus Anda sadari, “Saya ini penulis, bukan editor.”

Karena itu, Anda tidak harus bekerja seperti para editor di penerbitan buku, atau redaktur di media cetak. Tidak harus!

Kalau Anda mau belajar editing secara lebih mendalam, ya itu bagus. Saya juga sangat setuju dan akan mendukung Anda sepenuhnya! Tapi tanpa berbuat seperti itu pun, Anda sebagai PENULIS bisa mengedit atau merevisi tulisan Anda secara layak plus memadai.

Caranya:Edit atau revisi saja tulisan tersebut semampu Anda. Tidak ada patokan bagian mana yang harus direvisi atau bagaimana cara mengeditnya dan seterusnya. Pokoknya edit dan revisi saja semampu Anda. Yang penting Anda merasa bahwa hasil editing atau revisi tersebut membuat tulisan Anda lebih bagus dari sebelumnya. Itu saja. Titik.

Hasil Otak Kanan = Draft (atau Ruang Privat)

Selama ini, hampir semua peserta pelatihan mengaku puas setelah mempraktekkan kiat menulis bebas yang saya ajarkan. Bahkan banyak di antara mereka yang mengaku sudah bertahun-tahun tak bisa menulis, kini bisa menulis dua – bahkan lebih – halaman secara lancar tanpa hambatan sama sekali.

Bahkan, banyak peserta yang awalnya bingung harus menulis apa, tapi – setelah mempraktekkan kiat menulis bebas – justru protes ketika saya berkata “waktu sudah habis, silahkan tulisannya dikumpulkan”. Mereka berkata bahwa tulisan mereka belum jadi, masih banyak ide yang belum sempat dituliskan.

Alhamdulillah, ini menjadi bukti bahwa kiat menulis bebas memang benar-benar jitu!

Tapi tentu saja, ada juga peserta pelatihan yang protes, masih bingung, bahkan marah dan mengkritik saya. Sebagai contoh, TIGA ORANG peserta Pelatihan Penulisan di Cipanas Bogor tanggal 11 Juni 2009 lalu (yang diadakan oleh Serikat Penerbit Suratkabar Pusat) berkata dengan penuh emosi:

“Pak Jonru. Kami ini staf Public Relation dari berbagai perusahaan dan instansi di Indonesia. Kami datang ke sini untuk mengetahui kiat apa yang paling jitu agar kami bisa membuat tulisan yang membangun citra positif bagi perusahaan kami. Kalau kami menerapkan kiat menulis bebas seperti

yang Pak Jonru ajarkan, bukankah itu justru berbahaya? Kami menulis sebebas-bebasnya, tidak peduli apakah di dalam tulisan tersebut ada rahasia yang tidak seharusnya diketahui oleh publik, bahkan dengan tulisan bebas itu citra perusahaan kami jadi hancur berantakan. Bagaimana dong?!”

Terus terang, ini adalah pengalaman paling seru yang saya alami dalam mengajarkan kiat menulis bebas. Terlebih ketika dua hari kemudian saya mengisi pelatihan di Unibraw Malang dengan membawakan tema yang sama, salah seorang peserta – mahasiswa – pun mengajukan protes yang sama. Dia berkata:

“Saya sering disuruh dosdn untuk menulis dengan kriteria dan aturan tertentu. Kalau saya menerapkan kiat menulis bebas, bagaimana dong? Saya tentu tidak bisa membuat tulisan yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh dosen!”

Saya kira, protes seperti ini dapat dimaklumi, karena para peserta tersebut masih salah persepsi – atau lebih tepatnya belum mengerti – tentang konsep KIAT MENULIS BEBAS.

Kiat menulis bebas adalah OTAK KANAN DULU BARU OTAK KIRI.

Dengan kata lain (seperti yang Anda bisa lihat juga pada penjelasan di atas), kiat menulis bebas dilakukan dalam DUA TAHAP.

Tahap pertama adalah TAHAP OTAK KANAN.

Pada tahap otak kanan ini, tulisan yang dihasilkan adalah DRAFT. Atau meminjam istilah Hernowo, tulisan hasil otak kanan adalah untuk konsumsi ruang privat. Atau bahasa gamblangnya, “Ini adalah tulisan untuk diri Anda sendiri. Bila misalnya Anda hendak mengirim tulisan ke Kompas, bukan draft atau hasil otak kanan tersebut yang Anda kirim.”

Tahap kedua adalah TAHAP OTAK KIRI.

Pada tahap inilah, Anda merevisi atau mengedit draft tersebut. Setelah jadi, setelah tulisannya menjadi bagus dan sesuai harapan Anda, barulah tulisan tersebut diarahkan ke tujuan semula. Bila sejak awal tulisan itu hendak Anda kirim ke Kompas, maka kini saatnya Anda mewujudkan rencana tersebut.

Meminjam istilah Pak Hernowo, hasil tulisan dengan otak kiri adalah untuk ruang publik. Maksudnya, ini adalah hasil tulisan yang akan Anda PUBLIKASIKAN.

Sekadar Info:

Tulisan-tulisan yang Anda baca di koran, majalah, tabloid, buku, bulletin, jurnal, dan seterusnya, semua itu BUKANLAH tulisan yang sekali tulis langsung jadi. Semua tulisan itu pastilah hasil dari draft 1, lalu direvisi menjadi draft 2, draft 3, draft 4, dan seterusnya. Ketika ada tulisan yang dimuat di sebuah koran, bisa saja itu adalah tulisan yang telah melewati sepuluh atau dua puluh editing atau revisi.

Karena itu, bila Anda hendak membuat tulisan yang SEKALI TULIS LANGSUNG SEBAGUS TULISAN YANG DIMUAT DI KORAN ATAU MAJALAH, maka ini adalah pemikiran yang keliru.

Jadi, sebenarnya tidak masalah bila di TAHAP AWAL tulisan Anda masih jelek, masih berantakan, masih kacau balau. Sebab setelah draft awal selesai, Insya Allah Anda masih punya kesempatan untuk merevisinya agar menjadi bagus dan sesuai harapan Anda.

Kiat Menulis Bebas = Cocok untuk Jenis Tulisan APAPUN

Ya, tulisan jenis apapun yang Anda tulis, semuanya cocok untuk ditulis dengan kiat menulis bebas. Cerpen, artikel, opini, memoar, karangan ilmiah, skripsi, esai, resensi, puisi, novel, skenario sinetron, berita, dan seterusnya. Pokoknya tulisan apapun itu, SEMUA COCOK!

Jadi jangan berpikir bahwa kiat menulis bebas hanya cocok untuk tulisan tertentu. SEMUA COCOK deh pokoknya! Kalau tidak percaya, coba simak subjudul berikut ini.

Kiat Menulis Bebas = Kiat SEJUTA UMAT dalam Menulis

Di atas saya sudah menyebutkan:

“….apapun itu yang bisa menghantui Anda ketika menulis, yang membuat tangan Anda berhenti menulis, yang membuat Anda bengong dan kembali blank atau bingung harus menulis apa lagi, LUPAKAN ITU SEMUA. BUANG JAUH-JAUH.”

Ya, APAPUN itu.

Tapi walau saya sudah menulis APAPUN dengan HURUF KAPITAL untuk menegaskannya, ternyata masih banyak juga teman yang belum memahaminya. Buktinya, mereka masih juga bertanya-tanya, mengajukan kasus yang mereka hadapi. Mereka mengaku masih tetap mandeg, bingung harus menulis apa, dan seterusnya.

Sebenarnya, bila Anda sudah sangat memahami makna dari kata APAPUN, percayalah bahwa masalah mandeg atau bingung atau blank dalam menulis

tak akan pernah lagi Anda hadapi. Sebab seperti yang sudah diulang di atas, masalah APAPUN yang membuat Anda mandeg dalam menulis, maka kiat paling jitu untuk mengatasinya adalah KIAT MENULIS BEBAS.

Itulah sebabnya kenapa saya menyebut kiat ini sebagai KIAT SEJUTA UMAT DALAM MENULIS.

Untuk lebih jelasnya, saya akan sebutkan beberapa contoh saja (ingat, INI HANYA BEBERAPA CONTOH, sebagai gambaran belaka. Saya yakin, setelah membaca contoh-contoh ini, Anda akan bisa menerapkannya untuk hal-hal lain yang juga membuat Anda mandeg dalam menulis, atau setidaknya memperlambat proses penulisan Anda).

Contoh 1: Kerangka Karangan:

Anda menulis dengan didahului oleh pembuatan kerangka karangan atau outline, atau apalah itu namanya. Maka tulislah naskah Anda dengan cara seperti yang saya jelaskan di sini:

(1) Dengan asumsi bahwa Anda memang butuh kerangka karangan, awali proses penulisan Anda dengan membuat kerangka karangan. Bagaimana format dan caranya? Di atas sudah dijelaskan. Oke?

(2) Setelah itu, mulailah menulis. Menulislah secara bebas, spontan, sesuka Anda. Hilangkan semua beban dari pikiran Anda. Lupakan dulu semua teori, kiat menulis, dan seterusnya. Pokoknya menulislah sesuka-suka Anda.

….

Termasuk kerangka karangan yang telah Anda buat tadi, silahkan lupakan dulu. Jangan diingat-ingat. Jangan sampai Anda dibayang-bayangi oleh makhluk yang bernama kerangka karangan tersebut. LUPAKAN DIA UNTUK SEMENTARA. Oke?

(3) Setelah semua ide berhasil dituangkan ke dalam tulisan, barulah kerangka karangan tadi dilirik lagi. Silahkan sekarang Anda mencocokkannya dengan tulisan yang telah dibuat.

Cara mencocokkannya lebih kurang sama seperti ibu-ibu yang mencocokkan check list daftar belanjaan dengan barang-barang yang telah dia beli di mall. Ingat contoh tentang ibu-ibu di atas. Begitulah caranya.

Contoh 2: Jumlah Halaman:

Katakanlah Anda hendak mengirim naskah cerpen ke Koran A. Lalu oleh Koran A, dibuat aturan bahwa naskah opini hendaknya sepanjang 6 sampai 8

halaman kuarto, ketik 1,5 spasi, dan seterusnya.

Maka ketika menulis, awalilah dengan spontan atau menulis bebas. Lupakan dulu aturan dari Koran A tersebut. Tuliskah sepanjang-panjangnya, tidak peduli berapa halaman pun itu. Setelah selesai, baru deh masuk ke tahap otak kiri. Sekaranglah saatnya Anda mengingat lagi aturan dari Koran A tersebut. Revisilah naskah Anda sehingga dia menjadi sekitar 6 atau 8 halaman kuarto, ketik 1,5 spasi.

Contoh 3: Kualitas Tulisan

Anda ingin membuat tulisan yang benar-benar bagus, menarik, dan menggugah perasaan para pembaca. Anda tidak ingin membuat tulisan yang standar bahkan jelek. Maka ketika menulis, Anda dihantui oleh keinginan seperti ini. Anda selalu berpikir, “Hasilnya nanti bagus enggak, ya?”

Karena dihantui seperti itu, Anda jadi mandeg. Maka kembalilah ke kiat menulis bebas. Mulailah menulis secara spontan. Lupakan saja dulu keinginan Anda tersebut. Walau Anda merasa hasil menulis spontan itu sangat jelek, tak ada bagus-bagusnya dan seterusnya, biarkan saja. Terus saja menulis. Setelah selesai, baru deh masuk ke tahap otak kiri. Saatnya Anda merevisi tulisan tersebut sehingga menjadi lebih bagus, menarik dan menggugah para pembaca.

Contoh 4: Kaidah-kadiah pada tulisan ilmiah

Tulisan ilmiah penuh oleh kaidah-kaidah yang membatasi kita dalam menulis. Bila kita langsung memikirkan dan memperhatikan kaidah-kaidah tersebut ketika menulis, maka dapat dipastikan bahwa masalah mandeg akan muncul. Karena itu, coba terapkan kiat menulis bebas. Menulislan secara spontan, lupakan dulu kaidah-kaidah tersebut. Setelah selesai, baru deh masuk ke tahap otak kiri. Saatnya Anda merevisi tulisan dengan cara menerapkan kaidah-kaidah yang berlaku pada penulisan karya ilmiah.

Contoh 5: Referensi Data

Pada jenis tulisan tertentu (misalnya esai atau karangan ilmiah), referensi data pendukung sangat penting. Nah, banyak penulis yang mandeg karena mereka mencari data sambil menulis. Ini cara yang salah! Saran saya, terapkan saja kiat menulis bebas. Mulailah menulis secara spontan. Lupakan dulu semua data pendukung yang Anda butuhkan. Katakanlah Anda hendak menulis data tertentu tapi lupa-lupa ingat (seperti judul lagu Kuburan). Maka tulis saja seperti contoh berikut:

“Berdasarkan data penelitian lembaga …. tahun ….., jumlah penduduk miskin di Jakarta pada tahun 2006 adalah sebanyak …. orang. Bahkan Bapak

…., seorang pakar Ekonomi moneter berpendapat bahwa…… (dikutip dari Majalah Tempo edisi …….).”

Tidak masalah bila masih titik-titik seperti itu. Toh itu baru draft. Setalah tahap otak kanan selesai, atau setelah semua ide tertuang di dalam tulisan, maka selanjutnya Anda masuk ke tahap otak kiri. Pada saat itulah Anda bebas mencari data, melengkapi titik-titik tersebut dengan data yang relevan.

Contoh 6: Dikejar Deadline

Anda mungkin diperintahkan oleh Bos untuk membuat tulisan dan harus jadi dalam waktu satu jam dari sekarang. Maka, Anda pun menulis sambil dihantui oleh deadline. Anda selalu khawatir, “sudah satu jam belum ya?”

Saran saya, cobalah menulis secara spontan saja. Lupakan saja deadline dari bos tersebut. Kosongkan pikiran Anda dari rasa khawatir. Menulislah seolah-olah deadline tidak ada. Tapi tentu saja, Anda harus berpikir bahwa tulisan ini harus selesai SESEGERA MUNGKIN. Dengan cara ini, insya Allah Anda akan bisa lebih lancar dalam menulis. Dan kemungkinan besar Anda bisa menyelesaikan tulisan tersebut sebelum deadline tiba.

Contoh 7: Beban Psikologis

Ketika baru mulai menulis, Anda langsung berpikir, “Nanti tulisannya bagus enggak, ya? Bagaimana kalau diejek orang? Bagaimana kalau ditolak oleh majalah? Bagaimana kalau setelah saya muat di blog, tak ada orang yang mengomentari tulisan ini? Bagaimana kalau… bla… bla… bla….”

Bila pikiran-pikiran seperti itu menghantui Anda, sadarilah itu hanya PERASAAN ANDA. Anda membayangkan hal-hal yang sebenarnya BELUM TERJADI. Tentu sangat konyol bila kita terlalu memikirkan hal-hal yang belum terjadi, padahal itu BELUM TENTU terjadi!

Maka saran saya, langsung saja menulis, lupakan semua beban psikologis yang menghantui pikiran Anda tersebut. Menulislah secara spontan. Gunakan dulu otak kanan Anda. Setelah selesai dalam bentuk draft, saatnya Anda boleh memikirkan lagi semua beban psikologis tersebut. Bila misalnya Anda khawatir tulisan tersebut akan diejek orang, maka revisilah naskah itu sebagus mungkin. Kalau sudah bagus, tentu KEMUNGKINAN untuk diejek oleh orang lain menjadi lebih kecil.

Contoh 8: Tata Bahasa, EYD, Kiat & Teori Penulisan

Banyak mahasiswa dan lulusan Fakultas Sastra yang tidak berani menulis, karena mereka dihantui oleh teori-teori yang mereka dapatkan di bangku

kuliah. “Nanti kalau tulisan saya tidak sesuai teori ANU, gimana dong?”

Walau bukan dari Fakultas Sastra, saya yakin Anda pun mungkin pernah berpikir seperti itu. Ketika menulis, pikiran Anda penuh oleh teori penulisan, kiat penulisan, tata bahasa, dan seterusnya. Dan ini tentu membuat Anda mandeg menulis.

Saran saya, LUPAKAN DULU SEMUA ITU! Mulailah menulis dengan spontan, semau-mau Anda. Gunakan dulu otak kanan Anda. Semua teori dan kiat serta aturan penulisan itu, SILAHKAN LUPAKAN DULU.

Setelah selesai dalam bentuk draft, baru deh semua teori, kiat dan aturan tersebut diingat-ingat lagi. Sekarang saatnya pakai otak kiri. Revisilah tulisan Anda agar sesuai dengan teori, aturan dan kiat yang sudah Anda pelajari tersebut.

Satu hal yang perlu Anda ketahui:

Teori, kiat dan aturan dalam menulis bisa dipelajari sambil jalan. Anda tidak harus menguasai semuanya sebelum mulai menulis. Justru dari praktek menulislah, Anda akan menjadi makin mahir, makin ahli, dan makin mudah dalam memahami teori, kiat dan aturan penulisan yang ada.

“Anda tidak harus menjadi ahli untuk memulai, tapi Anda harus memulai untuk menjadi Ahli,” demikian bunyi sebuah kata bijak.

* * *

Oke, delapan contoh sudah cukup ya?

Saya yakin Anda bisa mencari contoh-contoh lain. Intinya: APAPUN masalah yang menyebabkan Anda mandeg dalam menulis, maka atasi dengan kiat menulis bebas.

Dan inilah sebabnya kenapa pada subjudul sebelumnya saya mengatakan bahwa kiat menulis bebas cocok untuk jenis tulisan apapun!

Kiat Menulis Bebas = Alat Bantu Belaka

Bila Anda baru belajar menulis, dan menerapkan kiat menulis bebas pun terasa masih sangat sulit, maka Anda bisa dianalogikan seperti seorang anak SD atau TK yang baru belajar membaca.

Pada kondisi seperti ini, “kiat menulis bebas” bisa disebut sebagai ALAT BANTU yang ditujukan bagi Anda yang masih sangat pemula dalam menulis. Dengan alat bantu ini maka orang yang paling pemula pun diharapkan bisa

menulis secara lancar selancar-lancarnya, tanpa mandeg atau mentok sama sekali.

Tapi Anda juga tentu paham bahwa keahlian apapun akan bisa diasah melalui PRAKTEK. Semakin sering menulis, maka Insya Allah keterampilan Anda dalam menulis pun makin terasah. Sama seperti seseorang yang belajar menyetir mobil. Awalnya terasa sulit, sering nabrak, dan seterusnya. Tapi semakin sering menyetir, dia makin mahir mengenderai mobil.

Maka, keahlian menulis yang Anda miliki akan makin terasah, Anda akan makin terampil atau mahir menulis, bila Anda semakin sering praktek menulis.

Dan bila Anda sudah sampai pada tahap MAHIR atau AHLI, mungkin KIAT MENULIS BEBAS tidak terlalu relevan lagi bagi Anda. Anda mungkin bisa menulis dengan lancar walau sambil sesekali mengedit tulisan yang baru saja Anda ketik, misalnya. Terus terang, saya pun sering seperti itu.

Tapi selama “pelanggaran” yang Anda lakukan terhadap kiat menulis bebas ini tidak membuat Anda mandeg menulis, atau justru membuat Anda makin lancar menulis, maka silahkan lanjutkan “pelanggaran” tersebut.

Kenapa? Sebab kita tibak boleh memperlakukan kiat menulis bebas ini sebagai sebuah kitab suci yang tak terbantahkan. DIA HANYALAH ALAT BANTU. Sebagai alat bantu, kita hanya membutuhkannya bila dia memang benar-benar bisa membantu pekerjaan kita. Bila dia justru mempersulit pekerjaan kita, lantas buat apa dipakai?

Dan dalam menerapkannya pun, fleksibel sajalah. Jangan terlalu kaku. Seperti yang saya jelaskan di atas: Tidak mematuhi kiat ini secara seratus persen bukanlah masalah. Yang penting Anda tetap dapat lancar dan nyaman dalam menulis.

Info selengkapnya tentang cara memperlakukan alat bantu dalam menulis, silahkan klik di sini.

Kiat Menulis Bebas = Untuk Dipraktekkan, Bukan untuk Dibaca atau Dihafal Belaka

Banyak teman penulis yang mengaku sudah paham tentang kiat menulis bebas yang saya ajarkan. Tapi begitu mulai menulis, mereka masih mandeg, masih dihinggapi penyakit writer’s block, masih bingung harus menulis apa.

Saya katakan pada mereka, “Bila Anda memang sudah benar-benar memahami apa itu kiat menulis bebas, saya yakin Anda tidak akan bingung lagi, tak akan mandeg lagi. Saya yakin Anda pasti bisa menulis dengan

sangat lancar.”

Mereka manggut-manggut, tapi tetap mengeluh dan berkata bahwa mereka masing bingung, masih belum tahu harus menulis apa, dan seterusnya.

Saya hanya tersenyum geli. Untuk menghadapi orang seperti ini, kiat paling jitu adalah LANGSUNG MENYURUH MEREKA MENULIS.

“Silahkan langsung dipraktekkan. Kiat menulis bebas itu bukan untuk sekadar dibaca atau dihafal.. Sebab Anda baru bisa merasakan dampak dan kedahsyatannya bila kamu mencobanya langsung. Oke?”

Setelah saya “paksa” (karena awalnya mereka terlihat ogah-ogahan), barulah si penulis bingung tersebut mulai menulis. Awalnya mereka berkata masih tetap bingung. Tak tahu harus menulis apa. “Pikiran saya blank,” ujarnya.

“Kalau pikiran Anda blank, cobalah menulis tentang blank. Tulis saja ‘saya lagi blank, tak tahu harus menulis apa, bingung harus ngapain. sudah disuruh menulis oleh Jonru tapi saya kok tetap blank juga ya?????’ Saya tidak percaya kalau Anda katakan tidak bisa. Yang penting, YAKINKAN DIRI, ‘Saya Bisa Menulis!’ Dengan keyakinan seperti itu, Insya Allah Anda akan bisa menulis dengan lancar. Oke?”

Alhamdulillah, teman penulis tersebut akhirnya berhasil menulis. Hanya satu paragraf. Tapi dengan satu paragraf itt dia akhirnya percaya dan bisa merasakan sendiri, bahwa kiat menulis bebas itu memang sangat jituJadi bagi Anda yang masih bingung juga setelah membaca tulisan ini, AYO LANSGUNG DIPRAKTEKKAN SAJA. Silahkan LANGSUNG MENULIS!