tinsus
-
Upload
panji-maulana -
Category
Documents
-
view
15 -
download
6
description
Transcript of tinsus
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
Cacat Stapel Poliester Berupa Noda (Oli, Karat, dan Tanah) Pada Proses After
Treatment
3.1 Latar Belakang
Untuk menjadi sebuah perusahaan tekstil yang mempunyai daya saing tinggi salah
satu faktor yang mempengaruhinya adalah hasil produksinya baik dari segi kualitas
maupun kuantitas, untuk mencapai target yang optimum dapat dicapai dengan
menerapkan sistem pengendalian mutu secara terpadu yang diterapkan secara benar.
Produk yang bermutu rendah atau tinggi erat kaitannya dengan intensitas cacat yang
terjadi pada produk tersebut, intensitas cacat pada suatu produk dapat dipengaruhi
oleh berbagai macam aspek dalam proses produksi, Dengan melakukan proses
pengendalian mutu yang konsisten diharapkan masalah cacat produk dapat
ditanggulangi dan diminimalisir, sehingga dapat meningkatkan mutu produksi, efisiensi
dan produktifitas perusahaan yang akan menjadi sebuah daya jual yang optimal
sehingga perusahaan siap untuk meramaikan persaingan dalam dunia pertekstilan
secara global.
Proses pengendalian mutu meliputi fungsi: Plan-Do-Check-Action (PDCA) atau
Perencanaan-Pelaksanaan-Pemeriksaan-Tindakan (P3T). Pada pelaksanaan fungsi
Pemeriksaan dan Tindakan meliputi aktifitas sebagai berikut :
Pemeriksaan (checking) :
- Memeriksa apakah target produk secara kualitas dan kuantitas telah tercapai.
- Memeriksa apakah peningkatan target pada perencanaan menimbulkan
masalah pada target bagian lain.
Tindakan (action) :
- Melakukan dengan segera tindakan penanggulangan untuk menghilangkan
gejala yang tidak diinginkan.
- Melakukan tindakan pencegahan (melalui research) terhadap kejadian berulang
yang bisa timbul lagi.
62
63
Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan mengadakan analisa untuk mencari
penyebab utama kesalahan atau gejala tersebut.
Pengendalian mutu di Departemen PT Indonesia toray Synthetics, Tangerang
ditangani oleh Bagian Pengendalian Mutu (Quality Assurance) yang dalam salah satu
pelaksanaanya berkoordinasi langsung dengan Bagian Pemeriksaan (Sorting dan
Packing) yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan poliester stapel hasil produksi
Departemen Polyester Staple Fibre (PSF). Setelah dilakukan pemeriksaan, maka data
cacat tersebut dikumpulkan dan dilaporkan kepada Departemen PSF dan Bagian
Quality Assurance sehingga dapat dianalisa lebih lanjut untuk kemudian dilakukan
tindakan penanggulangan dalam penanganan cacat produk. Berikut adalah diagram
mengenai jumlah dan jenis cacat stapel yang terangkum pada bulan Agustus 2014.
Jenis Cacat0
20
40
60
80
100
120
140
160
Stapel kotorDripKochakumisscutUndrawn Yarn
Gambar 3.1 Diagram jumlah dan jenis cacat Polyester Staple Fibre pada bulan
Agustus 2014
Pada bulan Agustus 2014 sering sekali terdapat stapel yang kotor sehingga dapat
mengganggu proses order kepada konsumen, dikarenakan stapel yang kotor tersebut
dapat menurunkan nilai kualitas stapel dan termasuk stapel yang cacat (abnormal).
Kecacatan kotor yang terdapat pada stapel adalah berupa kotor oli, kotor tanah dan
kotor karat, dari data yang didapat pada bulan Agustus 2014 kecacatan kotor pada
64
poliester stapel berkisar 150 pcs, angka ini merupakan angka tertinggi bila
dibandingkan dengan jumlah jenis kecacatan lainnya yang terdapat pada proses,
seperti kochaku, drip, stapel kotor, miscut, undrawn yarn, dan lain-lain. Untuk
mengatasi stapel yang kotor bisa dilakukan proses pencucian ulang untuk
menghilangkan noda, akan tetapi pencucian berulang dapat memakan waktu yang
lama yang akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan, sehingga harus ada upaya
perbaikan untuk mengatasi atau mengurangi stapel karena kotor.
3.2 Rumusan Permasalahan
Melalui informasi yang didapat dari Departemen Quality Assurance terdapat beberapa
jenis kecacatan pada stapel poliester yang dihasilkan oleh PT Indonesia Toray
Synthetics hasil dari proses polimerisasi, spinning dan after treatment, namun
penyebab utama untuk jenis cacat berupa stapel yang kotor ini berasal dari proses after
treatment, hal ini dikarenakan telah dilakukan pengujian atau inspeksi terlebih dahulu
sebelum tow menuju proses after treatment. Akhirnya berdasarkan informasi tersebut
peninjauan untuk cacat kotor dilakukan pada proses after treatment, untuk mengetahui
apa yang menyebabkan kotor pada stapel.
Cacat kotor pada stapel poliester pada saat dan setelah proses after treatment akan
banyak mengganggu pada proses – proses selanjutnya seperti pada proses
pencelupan yang akan menghambat proses difusi zat warna kedalam serat karena
stapel kotor juga pada proses mills (pemintalan kapas) nantinya akan mengurangi
kualitas benang atau grade dikarenakan benang tidak bersih atau kotor, dan pada
akhirnya ini akan merugikan perusahaan sendiri karena untuk menanggulangi atau
mengatasi cacat kotor ini departemen produksi harus mencuci berulang-ulang agar
menjaga stapel tetap bersih yang dimana membutuhkan zat pembantu yang tidak
sedikit sehingga mempengaruhi naiknya cost produksi.
65
3.3 Data Pengamatan
No Jenis Cacat Jumlah cacat % Jumlah cacat1 Kochaku 120 pcs 24.59 %2 Drip 143 pcs 29.30 %3 Stapel kotor 150 pcs 30.74 %4 Misscut 45 pcs 9.22 %5 Undrawn yarn 30 pcs 6.15 %
TOTAL 488 pcs 100.00 %Tabel 3.1 Data Jenis dan Jumlah Cacat Departemen Polyester Staple Fibre Bulan
Agustus 2014 Di PT Indonesia Toray Synthetics
3.4 Pembahasan
Berdasarkan data pengamatan yang didapat di Departemen Quality Assurance dan
inspeksi lapangan langsung mengenai jenis dan jumlah cacat atau Abnormal
diantaranya kochaku, drip, stapel kotor, misscut, undrawn yarn, dan lain-lain, cacat
kotor merupakan cacat tertinggi pada Bulan Agustus 2014 yang mencapai 150 pcs atau
sekitar 30.74% dari total 488 pcs stapel yang abnormal produksi yang dihasilkan
Departemen Poliester stapel setiap bulannya oleh karena itu perlu dilakukan tindakan
penanggulangan untuk mengurangi masalah tersebut dengan cara mencari penyebab
masalah terjadinya cacat kotor lalu dilakukan tindakan preventive atau pencegahan
sehingga diharapkan mengurangi pengulangan proses persiapan penyempurnaan yang
akan mempengaruhi naiknya cost produksi.
2.4.1 Pencarian penyebab masalah kotor (oli, tanah, karat)
Dalam proses pengerjaan after treatment dilakukan dengan beberapa tahapan untuk
menghasilkan poliester stapel, dari tahapan yang dilakukan tersebut dapat
menyebabkan terjadinya kemungkinan resiko cacat kotor produk akibat dari proses
pengerjaan tersebut. Dari setiap proses pengerjaan tersebut kemudian dilakukan
pengamatan pada kualitas stapel yang telah diproses tersebut sehingga dapat
diketahui proses yang paling berpengaruh terhadap cacat suatu produk tersebut.
66
Berdasarkan pengamatan di lapangan proses after treatment dan juga dari berbagai
informasi yang didapat hasil diskusi dengan departemen quality assurance mengenai
cacat kotor (oli, tanah, dan karat) hal ini bisa disebabkan oleh 3 faktor, yaitu mesin,
material, dan manusia.
2.4.1.2 Mesin
Mesin merupakan salah satu faktor penting dalam proses kegiatan produksi oleh
karena itu pada saat proses produksi berlangsung mesin yang dipakai diharapkan
sedang dalam keadaan optimum untuk digunakan saat proses produksi berlangsung.
Dalam kegiatan proses produksi mesin yang digunakan tidak serta merta dapat
berfungsi dengan optimum dengan begitu saja, perlu adanya perawatan dalam jangka
waktu yang teratur untuk setiap waktunya dicek apakah ada bagian pada mesin yang
perlu perbaikan atau bahkan diganti komponennya. Semakin seringnya mesin
dilakukan perawatan maka mesin tersebut akan bekerja secara optimal.
Kegiatan proses after treatment di departemen PSF berlangsung tanpa henti dengan
berbagai macam perlakukan proses, hal ini kemungkinan menjadi salah satu faktor
terjadinya cacat kotor, terutama pada mesin cutter dan heat setter dengan perbedaan
pengaturan yang bervariasi juga kurangnya perawatan atau jadwal penggantian spare
part untuk bagian mesin yang dipatuhi menyebabkan sirkulasi oli tidak seimbang,
akhirnya oli timbul pada bagian mesin yang tidak seharusnya, akibatnya oli dan juga
karat tersebut jatuh atau menempel ke tow dan menghasilkan noda pada stapel
poliester.
3.4.1.3 Material
Pada proses produksi after treatment yang menjadi penyebabnya kotor pada stapel
sebenarnya hampir tidak ada, hanya saja pada saat proses after treatment berlangsung
setelah stapel melalui proses crimper kemudian melalui mesin heat setter II lalu stapel
masuk ke dalam cutter, pengeringan yang tidak optimal pada heat setter menyebabkan
tow masih belum terlalu kering sehingga pada saat melalui proses cutter yang
mengalami banyak gesekan antar komponen mesin nya akan mudah menyebabkan
menempelnya kotoran (oli, tanah dan karat) pada stapel sehingga menimbulkan noda.
67
3.4.1.4 Manusia
Manusia memiliki peran yang penting pada hasil produksi dan terhadap pencapaian
sasaran mutu yang telah direncanakan sebelumnya. Semua Departemen Produksi baik
itu di Bagian Polimerisasi, Spinning, dan after treatment telah memiliki Standard
Operation Procedure (SOP) dan International Standard Organization (ISO) yang
dikeluarkan oleh badan sertifikasi mutu Toray di Jepang dan intruksi kerja dari Kepala
Departemen.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan masih banyaknya operator yang bekerja
tidak sesuai SOP menjadikan salah satu hasil penyebab mutu hasil produksi menurun,
tidak hanya SOP yang jarang dijalankan tetapi juga kurang kepedulian pada lingkungan
kerja sehingga tempat produksi jarang dibersihkan kembali setelah selesai, sebagai
contoh pada saat proses after treatment berlangsung di mesin cutter, operator tidak
mematuhi perawatan mesin yang sudah dijadwalkan. Sehingga kotor pada mesin
menempel pada stapel poliester.
Selama ini pengetahuan tentang pemahaman mutu serta area produksi hanya dimiliki
oleh Kepala Bagian saja dan seorang asisten Kepala Bagian, sedangkan para
pengawas dan operator lainnya juga perlu mendapatkan pelatihan-pelatihan tentang
pemahaman proses dan mutu produksi yang dapat meningkatkan kesadaran dan
tanggung jawab tentang mutu produksi dengan begitu diharapkan pengawas dan
operator dapat menyadari pentingnya kepedulian terhadap proses dan mutu produksi
sehingga kinerja pengawas dan operator dapat lebih baik dalam rangka menjaga mutu
hasil produksi.
68
3.5 Kesimpulan dan Saran
2.5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dilapangan dan dilakukan pembahasan mengenai cacat kotor
(oli, tanah, karat) produk poliester stapel hasil produksi Departemen Polyester Staple
Fibre (PSF), dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Stapel poliester yang mengalami cacat kotor pada proses after treatment akan
menghambat proses-proses selanjutnya.
2. Cacat kotor pada poliester stapel disebabkan oleh 3 faktor yaitu : mesin, material
dan manusia.
3. Mematuhi jadwal perawatan dan penggantian spare part mesin proses akan sangat
meminimalisir terjadinya cacat kotor pada poliester stapel.
3.5.2 Saran
1. Untuk mengurangi terjadinya cacat kotor oli usahakan penggunaan suhu proses
tidak berubah ubah, dan jika ingin proses sekaligus dilakukan pada mesin yang
berbeda.
2. Untuk mengurangi terjadinya kotor usahakan tow sebelum proses cutting harus
dalam kondisi kering, sehingga kotoran seperti oli, tanah, dan karat tidak mudah
menempel. Lalu pastikan sesudah proses persiapan harus ditutupi plastik.
3. Perlunya adanya pengawasan dan kontrol yang lebih teliti di lapangan pada saat
proses after treatment berlangsung sehingga meminimalisir stapel poliester yang
kotor ketika sebelum masuk ke Departemen Quality Assurance
4. Menumbuhkan rasa tanggung jawab agar selalu peduli pada area lingkungan
produksi, usahakan lantai kerja tidak terdapat genangan air atau basah.