TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN...

89
TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN DENGAN MODUS OPERANDI HIPNOTIS (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi salah satu persyaratanmemperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: YENI SEPTIANI 11140450000069 PROGRAM STUDI JINAYAH (HUKUM PIDANA ISLAM) FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 M / 2018 H

Transcript of TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN...

Page 1: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN

DENGAN MODUS OPERANDI HIPNOTIS

(Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi salah

satu persyaratanmemperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

YENI SEPTIANI

11140450000069

PROGRAM STUDI JINAYAH (HUKUM PIDANA ISLAM)

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 M / 2018 H

Page 2: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

ii

Page 3: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

iii

Page 4: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

iv

Page 5: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

v

ABSTRAK

Yeni Septiani, NIM 11140450000069. TINJAUAN YURIDIS PELAKU

TINDAK PIDANA PENIPUAN DENGAN MODUS OPERANDI HIPNOTIS

(Study Kasus Rajeg Tangerang). Skripsi Program Studi Hukum Pidana Islam,

Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,

Jakarta. 1439H/2018M.

Salah satu bentuk tindak pidana yang sangat marak terjadi di masyarakat

yaitu penipuan. Penipuan bisa terlaksana cukup dengan bermodalkan kemampuan

berkomunikasi agar korban menuruti semua perintah pelaku, baik melalui

serangkaian kata bohong ataupun fiktif sebagaimana dalam pasal-pasal yang

terdapat dalam KUHP, Pasal 378 jo Pasal 89 KUHP. Pasal 378 KUHP. Salah satu

dari kejahatan tersebut yang sangat banyak terjadi dalam masyarakat pada saat

sekarang ini adalah hipnotis.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk tindak pidana

pelaku penipuan dengan modus operandi hipnotis. Agar dapat mengetahui

bagaimana penyelesaian hukum tindak pidana penipuan dengan menggunakan

modus operandi hipnotis yang akhir-akhir ini sangat marak terjadi di masyarakat.

Serta dapat menganalisa sanksi hukum terhadap pelaku tindak pidana penipuan

dengan modus operandi hipnotis. Dalam metode penelitian, penulis menggunakan

Jenis penelitian yuridis normatif. Metode pendekatan yuridis normatif dalam

penelitian ini adalah meneliti bahan-bahan kepustakaan seperti buku, jurnal, surat

kabar, internet dan bahan kepustakaan lainnya yang berhubungan dengan skripsi

ini. dan juga melihat kasus-kasus yang berkembang di masyarakat sebagai bahan

pelengkap. Adapun teknik pengumpulan data dalam penulisan ini menggunakan

teknik studi pustaka (Library Research). Berupa jurnal, buku, peraturan

perundang-perundangan, internet dan sumber lainnya yang berhubungan dengan

skripsi ini. Sumber data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder.

Adapaun teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif untuk menemukan

jawaban secara ilmiah.

Hasil penelitian menunjukan bahwa hipnotis adalah suatu ilmu yang

bermanfaat bagi manusia, terutama dalam hal hipnoteraphy Setiap sesuatu hukum

asalnya adalah dibolehkan. Namun, harus pula dilihat niat awalnya, cara atau

metode pemakaiannya, dan tujuannya. sedangkan hukum tindak pidana dengan

menggunakan modus operandi hipnotis, jika dilihat dari unsur-unsur terjadinya,

sanksi hukumnya sama halnya dengan tindak pidana penipuan pasal 378 KUHP.

Keyword: Penipuan, bermodus Hipnotis

Dosen Pembimbing: Dr.Alfitra, S.H.,M.Hum.

Page 6: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah wasyukurillah, segala puja dan puji syukur penulis

panjatkan kehadiran Allah SWT. Dengan kuasa-Nya kita dapat bernafas, bergerak

dan berfikir dengan kenikmatan yang indah. Dengan penuh keikhlasan, penulis

bersyukur atas nikmat yang telah diberikan. Alhamdulillah Allah SWT telah

memberikan kita potensi berfikir, bertindak, berusaha, dan berjuang.

Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada baginda Rasulillah

Muhammad SAW. Nabi yang telah membawah umat islam dari jaman Jahiliyah

menuju zaman Islamiyah yang seperti sekarang ini. Kesejahteraan dan

keselamatan semoga selalu tercurahkan untuknya, para keluarga, seluruh sahabat

dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Alhamdulillah, penulis panjatkan kepada Allah SWT. Tidak ada

kemampuan melainkan apa yang Allah SWT telah berikan, atas ridhonya dan

kesungguhan penulis, maka penulis dapat menyelesaikan salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi dan mencapai gelar (S1) Sarjana Strata satu di Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan menghasilkan karya tulis

ilmiyah dalam bentuk skripsi yang penulis angkat dengan judul: ‘’TINJAUAN

YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN DENGAN MODUS

HIPNOTIS (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang)’’.

Selama pembuatan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan kendala yang

dihadapi penulis, namun berkat kesungguhan hati dan kerja keras disertai

dorongan dan bantuan semua pihak. Maka semua kesulitan dan kendala itu dapat

diatasi penulis dangan baik. Oleh karena itu penulis panjatkan syukur sedalam-

dalamnya kehadirat Allah SWT dan mengucapkan terima kasih tiada hingga serta

menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang

telah membantu terselesainya skripsi ini: Dr. Alfitra S.H., M. Hum. yang dengan

tulus, ikhlas dan penuh perhatian telah membimbing, mengarahkan dan memberi

petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat yang sangat berharga pada penulis

Selanjutya ucapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada yang terhormat.

Page 7: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

vii

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, A. Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Bapak Dr. Asep Seapudin Jahar, MA. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, berserta para pembantu Dekan.

3. Bapak Dr. H. M. Nurul Irfan M. Ag. Ketua Program Studi Hukum Pidana

Islam.

4. Bapak Nur Rohim Yunus, LL.M, Sekertaris Program Studi Hukum Pidana

Islam.

5. Ibu Dr. Isnawati Rais, MA Sebagai Dosen Penasehat Akademik yang

Telah Memberikan Bimbingan dan Arahan Kepada Penulis.

6. Bapak Dr. Alfitra S.H., M. Hum. Sebagai Dosen Pembimbing yang Telah

Memberikan Arahan dan Bimbingan Serta Saran Kepada Penulis.

7. Kepada Kedua Orang Tua Penulis Bapak H. Supri dan Ibu Hj. Hamdah

atas Semua yang Telah diberikan dan dikorbankan, Termasuk Motivasi

dan Masukan yang diberikan Keduanya Kepada Penulis Dalam

Penyelesaian Skripsi dan Studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8. Hasibudin Selaku Kakak Saya Yang Salalu Memberi Dukungan Kepada

Saya Hingga Selesai Kuliah

9. Siti Maemunah, Siti Ubaidiah, Siti Nur Laila, Siti Nur Ilmiah dan Ghofur

rurohim Yang Salalu Memberi Dukungan Kepada Saya Hingga Selesai

Kuliah.

10. Ferlin Wahyu Pangestu yang selalu membantu, memberi dukungan, dan

memotivasi dengan sepenuh hati dari awal sampai akhir dalam penulisan

skripsi.

11. Kepada Sahabatku yang Setia Menemaniku dalam Pembuatan Skripsi,

Nurma Octaviani, Agnes Fitriantika, dan Zahrati Fadhilah Taufik Saya

Ucapkan Terima Kasih yang sebanyak-banyaknya.

12. Teman-Teman Seperjuangan Hukum Pidana Islam Angkatan 2014 yang

Telah Menemani Perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT memberi mereka

balasan yang jauh lebih besar dari apa yang mereka lakukan dan berikan,

Page 8: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

viii

khususnya kepada penulis, umumnya kepada semua pihak, baik yang

menyangkut penulisan skripsi ini atau hal lainnya.

Penulis berharap semoga skripsi ini Allah jadikan wasilah yang dapat

memberikan manfaat khususnya terhadap diri saya sendiri, umumnya bagi

pembaca sekalian.

Amin ya Rabb al-‘Alamin.

Jakarta, 29 Maret 2018

Yeni Septiani

Page 9: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

ix

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ............................................................................... vi

DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ......................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 6

D. Review Studi Terdahulu ........................................................... 7

E. Metode Penelitian ..................................................................... 11

F. Sistematika Penulisan ............................................................... 12

BAB II:TINJAUAN UMUM TENTANG KONSEP PEMIDANAAN

PELAKU PENIPUAN DENGAN MODUS OPERANDI HIPNOTIS

A. Hukum Pidana .......................................................................... 14

1. Hukum Pidana Menurut Hukum Positif ............................. 14

a. Pengertian hukum pidana positif .................................. 14

b. Tujuan hukum pidana positif ....................................... 20

c. Jenis-jenis hukum pidana positif .................................. 21

2. Hukum Pidana Menurut Hukum Islam .............................. 22

a. Pengertian Hukum Pidana Islam (Jinayah) .................. 22

b. Tujuan Hukum Pidana Islam ........................................ 23

c. Jenis-jenis Hukum Pidana Islam .................................. 25

B. Tindak Pidana ........................................................................... 26

1. Tindak Pidana Menurut Hukum Positif ............................. 26

a. Pengertian tindak pidana positif ................................... 26

b. Unsur-unsur Tindak Pidana Positif .............................. 28

2. Tindak Pidana Menurut Hukum Islam ............................... 30

Page 10: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

x

a. Pengertian Jarimah ....................................................... 30

b. Unsur-Unsur Jarimah ................................................... 33

C. Tindak Pidana Penipuan ........................................................... 34

1. Tindak Pidana Penipuan Menurut Hukum Positif ............. 34

a. Pengertian Tindak Pidana Penipuan ............................. 34

b. Unsur-unsur Tindak Pidana Penipuan Perseptif Hukum

Pidana Positif................................................................ 37

2. Tindak Pidana Penipuan Menurut hukum Islam ................ 46

a. Pengertian Tindak Pidana Penipuan ............................. 46

b. Unsur-unsur tindak pidana Penipuan dalam

Hukum Islam ................................................................ 47

D. Tinjauan Umum Tentang Modus Operandi Hipnotis ............... 48

1. Pengertian Modus Operandi ............................................... 48

2. Pengertian Hipnotis ............................................................ 48

BAB III:ASPEK HUKUM DAN PENGARUH TINDAK PIDANA

PENIPUAN DENGAN MODUS OPERANDI HIPNOTIS

A. Tindak Pidana Penipuan Bermodus Operandi Hipnotis ........... 53

B. Upaya-upaya yang dilakukan dalam menanggulangi tindak

pidana Penipuan dengan modus Operandi Hipnotis ................ 56

BAB IV:TINDAK PIDANA PENIPUAN DENGAN MODUS OPERAN

DI HIPNOTIS

A. Analisis Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Penipuan Dengan

Modus Operandi Hipnotis ...................................................... 59

1. Bentuk-bentuk Penyalahgunaan Hipnotis ........................ 59

B. Mekanisme Penyelesaian Dalam Tindak Pidana Penipuan

Dengan Modus Operandi Hipnotis ........................................ 62

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................ 69

B. Saran ...................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 71

LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................... 74

Page 11: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Persoalan tindak pidana merupakan gejala sosial yang senantiasa

menarik perhatian berbagi kalangan terutama bagi penegak hukum. Tindak

pidana tidak terlepas dari proses dan struktur sosial ekonomis yang tengah

berlangsung dan mengkoordinasikan bentuk-bentuk setiap prilaku warga

masyarakat. Di mana yang merupakan salah satu dinamika sosial yang

menjadi latar belakang perbuatan jahat atau tindak pidana.

Salah satu bentuk kejahatan yang sangat marak terjadi di masyarakat

yaitu penipuan. Penipuan bisa terlaksana cukup dengan bermodalkan

kemampuan berkomunikasi yang baik sehingga seseorang dapat meyakinkan

orang lain, baik melalui serangkaian kata bohong ataupun fiktif. Sekarang ini

banyak sekali terjadi tindak pidana penipuan, bahkan telah berevolusi secara

apik dengan berbagai macam bentuk. Perkembangan ini menunjukkan

semakin tingginya tingkat intelektualitas dari pelaku kejahatan penipuan yang

semakin kompleks.

Ketertiban dan keamanan dalam masyarakat akan terpelihara bila mana

tiap-tiap anggota masyarakat mentaati peraturan-peraturan atau norma-norma

yang ada dalam masyarakat itu. Peraturan-peraturan ini di keluarkan dalam

suatu badan yang disebut pemerintah. Walaupun peraturan-peraturan ini telah

dikeluarkan masih ada saja orang yang melanggar peraturan-peraturan.

Terhadap orang ini sudah tentu dikenakan hukuman yang sesuai dengan

perbuatan yang di langgarnya. Di Indonesia segala pelanggaran dan kejahatan

diatur oleh hukum pidana dan dimuat dalam Kitab Undang-undang Hukum

Pidana (KUHP) kitab ini terdiri atas tiga buku. Buku 1 memuat ketentuan-

ketentuan umum yaitu ketentuan-ketentuan untuk semua tindak pidana

(perbuatan yang membuatnya dapat dikenai hukuman pidana), baik yang

disebutkan dalam buku II dan buku III maupun yang disebutkan dalam

Page 12: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

2

undang-undang lain.1 Salah satu dari kejahatan tersebut yang sangat banyak

terjadi dalam masyarakat pada saat sekarang ini adalah hipnotis.

Secara sederhana, pengertian hipnotis menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) adalah membuat atau menyebabkan sesorang berada dalam

keadaan hipnosis, sedangkan hipnosis adalah keadaan seperti tidur karena

sugesti yang pada taraf permulaan orang itu dibawah pengaruh orang yang

memberikan sugestinya, tetapi pada taraf berikutnya menjadi tidak sadar sama

sekali.2 Setiap orang mempunyai perspektif yang berbeda tentang hipnotis.

Oleh karena itu, begitu banyak pengertian hipnotis yang muncul. Mosby

Medical Encyclopedia mendefinisikan hipnosis sebagai “keadaan pasif dan

trans yang mirip dengan tidur normal ketika persepsi dan ingatan diubah,

sehingga meningkatkan ketanggapan terhadap sugesti”.3

Secara kebahasaan, hipnotis berasal dari bahasa Yunani, yaitu hypnos

yang artinya “tidur”. Dari berbagai sumber, diperoleh sedikit arti dan

perbedaan makna antara hipnotis dan hipnosis. Hipnotis sebagai teknik untuk

menguasai kesadaran orang sehingga orang tersebut tanpa sadar akan taat jika

diberi sugesti atau perintah oleh (pelaku) yang menghipnotis.4

Hypnosis merupakan hal yang akhir-akhir ini menjadi tren di Indonesia.

Penggunaannya pun mulai bervariasi, mulai dari untuk entertainment untuk

menghibur, pengobatan hypnoteraphy, sampai yang paling ekstrim adalah

kejahatan yang menggunakan hypnosis sebagai modus.

“Hypnotheraphy”adalah suatu kondisi rileks, mudah diberi sugesti

positif pada alam bawah sadarnya. Ini yang kemudian dimanfaatkan untuk

kepentingan terapi bagi penderita penyakit penyakit tertentu seperti kecanduan

rokok dan sebagainya.5 Hipnosis untuk pengobatan atau hipnosis yang baik

antara lain adalah proses hipnosis yang dilakukan untuk kepentingan ke

1 Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung: PT Refika

Aditama, 2003), hlm. 4 2 S.Ananda, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Surabaya: Kartika, 2009).

3 Roy Hunter, Seni Hipnosis, Edisi ketiga (Jakarta : PT Indeks, 2010), hlm. 17.

4 Hamsah Hasan, Cara Dahsyat Menangkal Hipnosis (Jakarta: QultumMedia, 2010),

hlm.2.

5 Josh Aldian, Hipnotis dan Kesehatan, (Jakarta : Gramedia Pustaka, 2009), hlm. 17.

Page 13: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

3

manusiaan, semisal pengobatan, penyembuhan, terapi, motivasi, dan sugesti

yang diberikan kepada penderita, pasien, anak didik, prajurit, atau karyawan.6

Jadi, Pengertian hipnosis adalah ilmu yang mempelajari pikiran alam

bawah sadar dengan kata lain hipnosis adalah ilmunya sedangkan hipnotis

adalah sebutan orang untuk melakukan hipnosis. Namun kebanyakan orang

Indonesia menyebut hipnosis dengan kata hipnotis. Dalam mengungkap

perkara tindak pidana penipuan dengan cara hipnotis membutuhkan waktu

yang lama dalam penyidikannya, karena penipuan dengan bermodus hipnotis

tidak begitu terlihat. Oleh karena itu untuk mengantisipasi dalam hal

penyidikan terhadap perkara tindak pidana dengan modus hipnotis

memerlukan koordinasi dan kerja sama terutama polri sebagai pengayom dan

perlindungan masyarakat. Penyidik sebagaimana yang dimaksud dalam

KUHAP Pasal 7 ayat (1), karena kewajibannya penyidik mempunyai

wewenang: 7

a. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak

pidana.

b. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian.

c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri

tersangka.

d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan.

e. Melakukan pemeriksaan dan penyit

f. aan surat.

g. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.

h. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangkaatau

saksi.

i. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan

pemeriksaan perkara.

j. Mengadakan penghentian penyidikan.

k. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

Perkara tindak pidana penipuan dengan cara hipnotis di berlakukan

pasal-pasal yang terdapat dalam KUHP, Pasal 378 jo Pasal 89 KUHP. Pasal

378 KUHP yakni :

“Barang siapa dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang

lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat

6 Hamsah Hasan, Cara Dahsyat Menangkal Hipnosis...,hlm.39.

7 Djoko Prokoso, POLRI Sebagai Penyidik Penegak Hukum,(Jakarta: Bina

Aksara,1987),hlm.70.

Page 14: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

4

palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan,

menggerakan orang lain untuk menyerahkan sesuatu kepadanya, atau

supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang diancam karena

penipuan dengan pidana penjara paling lama empat tahun”.

Dalam Pasal 89 KUHP, yakni:

“Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan

menggunakan kekerasan”.

Kejahatan yang dilakukan akibat melanggar sebuah peraturan

perundang-undangan. Akibat dari pada itu mereka harus mendapat sebuah

sanksi tegas dari negara. Sanksi tersebut dapat berupa kurungan, penjara,

denda atau pidana mati, ini sesuai dengan Pasal 10 KUHP.8

Dalam menjelankan perintah undang-undang penegak hukum selalu

menerapkan pasal-pasal pidana yang di dalamnya mengatur hal-hal apa saja

yang dilarang, yang harus dilaksanakan, dan mengatur mengenai sanksi yang

diberikan kepada setiap orang yang melanggarnya. “sanksi adalah suatu alat

pemaksa guna ditaatinya suatu kaidah, undang-undang, norma-norma hukum

akibat suatu perbuatan atau suatu reaksi dari pihak lain atas sesuatu

perbuatan.9 Jadi sanksi ini merupakan hukuman yang diberikan kepada orang

yang melanggar hukum yang telah di tetapkan baik secara tertulis atau tidak

tertulis yang berlaku kepada siapa saja yang melanggar hukum.

Sebagaimana Dalam hukum pidana dikenal asas legalitas, yakni asas

yang menentukan bahwa tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam

dengan pidana jika tidak ditentukan terlebih dahulu dalam undang-undang.“

Dalam bahasa latin, dikenal sebagai Nullum delictum nulla poena sine praevia

lege poenalli yang artinya lebih kurangnya adalah tidak ada delik, tidak ada

pidana tanpa peraturan terlebih dahulu”.10

Asas ini di masa kini lebih sering

diselaraskan dengan asas non retroaktif, atau asas bahwa peraturan perundang-

undangan tidak boleh berlaku surut. Secara mudah, asas ini menyatakan

8 Andi Hamzah, KUHP&KUHAP Cet.19 (Jakarta : Reneka Cipta,2014),hlm. 6.

9 Marwan M – Jimmy P, Kamus Hukum “ Dictionaryof law Complete Edition, Cetakan

Pertama (Surabaya : Reality Publiser, 2009) . 10

C.S.T. Kansil, Cet.II Kitab Undang-Undang: Hukum Acara Pidana (Jakarta: Pradinya

Paramita,2004)

Page 15: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

5

bahwa tidak dipidana kalau belum ada aturannya. Syarat pertama untuk

menindak terhadap suatu perbuatan yang tercela, yaitu adanya suatu ketentuan

dalam undang-undang pidana yang merumuskan perbuatan tercela itu dan

memberikan suatu sanksi Hukum Terhadap Pelaku Kejahatan Dengan

Hypnosis.

Asas legalitas juga dikenal dalam fiqih jinayah dengan kaidah tidak ada

jarimah dan tidak ada sanksi bila tidak ada nash yang tegas mengaturnya.

Dalam kaidah lain juga dinyatakan bahwa hukuman hudud tidak bisa

diberlakukan jika tidak ada nash yang tegas menyebutkannya. Rumusan asas

legalitas juga bisa ditemukan dalam fiqih jinayah, diantaranya dikemukakan

oleh Abdul Qadir Audah

ائن الحدد سا باتا بلا اص ف جا عق لا ا تا وا س جا لا

Artinya “tidak ada delik, tidak ada sanksi jika tidak ada nash dalam

jarimah-jarimah hudud”.

Abu Zahra merumuskan konsep asas legalitas lebih singkat, yaitu

حا د ال باص لا

Artinya ”tidak ada had bila tidak ada nash”.11

Dalam Pasal 1 KUHP, menjelaskan kepada kita bahwa “Suatu

perbuatan dapat dipidana kalau termasuk ketentuan pidana menurut undang-

undang“. Didalam pasal 378 KUHP menjelaskan kepada kita bahwa orang

yang melakukan perbuatan yang ditujukan pada orang lain (menyerahkan

benda dan barang. Itu terdapat unsur-unsur objektif yang meliputi perbuatan

(menggerakkan), yang berhutang, dan menghapus piutang), dan cara

melakukan perbuatan menggerakkan dengan memakai nama palsu, memakai

tipu muslihat, memakai martabat palsu, dan memakai rangkaian kebohongan.

Unsur-unsur subjektif yang meliputi maksud untuk menguntungkan diri

sendiri atau orang lain dan maksud melawan hukum.

Dengan ini penulis akan menganalisis tentang bentuk-bentuk tindak

pidana penipuan dengan modus hipnotis, Dan upaya para penegak hukum

11

M Nurl Irfan, Korupsi dalam Hukum Pidana Islam (Jakarta:Hamzah,2012),hlm.185-

186.

Page 16: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

6

dalam mengahadapi suatu persoalan yang tingkat pembuktiannya sangat

komplek ini seperti apa dalam menyelesaikannya. maka penulis tertarik untuk

membahas dalam skripsi ini yang berjudul “Tinjauan Yuridis Tindak

Pidana Pelaku Penipuan dengan Modus Operandi Hipnotis (Studi Kasus

Kecamatan Rajeg Tangerang)”

B. Batasan Masalah

Merujuk kepada pembahasan diatas, penulis membatasi permasalahan

yang akan dituangkan dalam penulisan skripsi ini agar tidak terlalu luas

didalam pembahasannya. Penulis akan membahas mengenai tinjauan yuridis

tindak pidana penipuan dengan modus operandi hipnotis dalam perspektif

hukum positif dan hukum islam.

C. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna, dan

mendalam maka penulis memandang permasalahan penelitian yang diangkat

perlu dibatasi variabelnya. Oleh sebab itu, penulis membatasi diri hanya

berkaitan dengan “Tindak Pidana Penipuan dengan Modus Hipnotis”. Adapun

rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk-bentuk tindak pidana penipuan dengan modus

hipnotis?

2. Bagaimana upaya penyelesaian tindak pidana penipuan dengan modus

hipnotis?

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Penulis meneliti hal ini tidak lepas dari beberapa tujuan. Tujuan

tersebut adalah :

1. Untuk dapat mengetahui bentuk-bentuk tindak pidana penipuan dengan

modus hipnotis.

2. Untuk dapat mengetahui penyelesaian tindak pidana penipuan dengan

modus hipnotis.

Sedangkan manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini diharapkan

menjadi bahan informasi dan memberikan khazanah pengetahuan tentang

masalah tindak pidana dengan modus hipnotis terutama bagi wanita-wanita

Page 17: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

7

karena kita tahu bahwa korban dari hipnotis itu sendiri kebanyakan dari kaum

hawa. Dan bagi penegak hukum diharapkan dapat memberikan jalan keluar

agar penipuan dengan modus hipnotis dapat di selesaikan dengan jalur hukum

yang seadil-adil

E. Review Studi Terdahulu

No Nama Judul Temuan

1. Bhakti Prasetyo pada

Tahun 2011

Sanksi hukum

terhadap pelaku

kejahatan dengan

hipnotis

Sanksi hukum terhadap pelaku

kejahatan hypnosis adalah berupa

pidana pokok berupa pidana

penjara dan pidana tambahan

berupa perampasan barang

tertentu serta membayar biaya

perkara bagi pelaku tersebut.

Sedangkan untuk barang milik

korban yang masih tersisa akan

dikembalikan kepada korban.

Besaran pidana penjara yang

dijatuhkan variatif antara satu

hakim dengan hakim yang lainya

tetapi mempunyai kesimpulan

yang sama yaitu para pelaku

kejahatan hypnosis ini telah

melanggar hukum menggunakan

hypnosis untuk melakukan

kejahatan dengan tujuan

menguntungkan diri sediri dan

orang lain dengan melawan hak

mengakibatkan merugikan orang

lain. Kendala-kendala yang

dihadapi oleh penegak hukum

khususnya oleh Penyidik

Page 18: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

8

Kepolisian adalah masalah pasal

yang dipersangkakan terhadap

tersangka dalam kehajatan

Hypnosis ini, karena dalam

KUHP kita saat ini belum ada

satupun pasal khusus yang unsur-

unsur perbuatannya sesuai dengan

fakta yang terjadi sesungguhnya.

Penggunaan pasal yang saat ini

digunakan oleh penegak hukum

untuk menjerat pelaku dipilih dari

salah satu pasal dalam KUHP kita

dengan cara melakukan

pendekatan yang diambil oleh

penyidik berkoordinasi dengan

Jaksa penuntut umum dan Hakim

serta menggandeng akademsi atau

pakar hukum pidana.

2. Septyyo Dwi Putera

pada Tahun 2015

Tinjauan Kriminologis

Kejahatan Penipuan

Dengan Cara

Hipnotis (Studi Kasus

Bandara Sultan

Hasanuddin Kota

Makassar)

faktor-faktor penyebab terjadinya

kejahatan penipuan dengan cara

hipnotis meliputi: faktor ekonomi

sebagai faktor utama, faktor

lingkungan,faktor kesempatan dan

faktor pendidikan.

Upaya-upaya penanggulangan

kejahatan penipuan dengan cara

hipnotis dapat dilakukan adalah

dengan upaya pre-emtif, seperti :

Memberikan penyuluhan hukum

kepada masyarakat, menyebarkan

informasi berupa tulisan yang

Page 19: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

9

dapat dibaca oleh semua orang,

pengawasan dan pemeriksaan

yang ketat oleh pihak kepolisian

terhadap semua pengunjung yang

berada di bandara, serta

melakukan pengumuman secara

langsung dibandara yang

dimaksudkan agar dibandara yang

dimaksudkan agar terus berhati-

hati dan waspada. Dan upaya

represif yaitu langsung diproses

dan dijatuhi hukuman sesuai

dengan pasal dan undang-undang

yang berlaku untuk memberikan

efek jera terhadap pelaku.

3. Roni Arie

Afandi,Uning

Pratimaratri,Yetisma

Saini

Pelaksanaan

penyidikan tindak

pidana penipuan

dengan cara hipnotis

di polresta Padang

pelaksanaan penyidikan tindak

pidana penipuan dengan cara

hipnotis di Polresta Padang adalah

dengan adanya laporan yang

diterima oleh pihak Kepolisian

dan dicantumkan dalam Berita

Acara Pemeriksaan (BAP) dan

dilakukan pemeriksaan

penangkapan terhadap tindak

pidana. Dalam penangkapan

petugas disertai dengan surat

perintah penangkapan, dengan

kata lain penyidikan merupakan

pengumpulan bukti dan bahan-

bahan yang jelas tentang sebuah

kejahatan guna untuk menemukan

Page 20: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

10

tersangkanya. kendala-kendala

yang ditemui penyidik dalam

melakukan penyidikan perkara

tindak pidana penipuan dengan

cara hipnotis di Polresta Padang,

dimana dalam perkara tindak

pidana adalah persoalan

pembuktian. Pihak Kepolisian

yang melakukan penyidikan

tentang tindak pidana ini harus

memiliki sebuah bukti yang kuat.

Adanya pembuktian pada saat

tertangkap keterangan tersangka

belum bisa dijadikan pedoman,

terus bukti yang lemah atau tidak

ada yang menjadikan penyidik

masih kurang alat bukti dan

sulitnya keterangan saksi untuk

mendapatkan bukti karena korban

merupakan saksi pada tindak

pidana didalam kasus hipnotis.

Ketiga skripsi di atas, meskipun ada kemiripan dengan skripsi yang

saya teliti namun berbeda secara prinsip dan pembahasannya. Skripsi ini

membahas tentang bagaimana bentuk-bentuk tindak pidana penipuan

bermodus operandi hipnotis yang dikaji dari hukum positif dan hukum islam

beserta bagaimana upaya penyelesaian tindak pidana penipuan dengan modus

operandi hipnotis.

F. Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan

pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode

Page 21: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

11

penelitian berfungsi untuk mengemukakan secara teknis tentang metode-

metode yang digunakan dalam sebuah penelitian. Berikut adalah metode

penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis

penelitian yuridis normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian

hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data

sekunder belaka.12

Normatif atau yuridis yaitu hukum diidentifikasikan

sebagai norma peraturan atau undang-undang (UU). Metode pendekatan

yuridis normatif dalam penelitian ini adalah meneliti bahan-bahan

kepustakaan seperti buku, jurnal, surat kabar, internet dan bahan

kepustakaan lainnya yang berhubungan dengan skripsi ini dan juga

melihat kasus-kasus yang berkembang di masyarakat sebagai bahan

pelengkap.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penulisan ini menggunakan teknik

studi pustaka (Library Research). Berupa jurnal, buku, peraturan

perundang-perundangan, internet dan sumber lainnya yang berhubungan

dengan skripsi ini.

3. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, penulis

menggunakan dua jenis sumber data yaitu primer dan skunder:

a. Sumber data primer

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah peraturan

perundang-undangan, Al-qur’an, hadits dan wawancara terhadap para

korban tindak pidana penipuan dengan modus operandi hipnotis yang

berhubungan dengan skripsi ini. Diantaranya: Siti Humairoh Awalia,

Yulia Rahma, Ramaza Riska, Fadel Premeldy, Isqi Rahmah dan

Mukhlish.

12

Soerjono Soekanto, dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 1990), hlm. 13.

Page 22: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

12

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini

diantaranya berupa buku, kitab, jurnal, surat kabar, dan internet dan

sumber lain yang berhubungan dengan skripsi ini.

4. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan penulis

adalah analisis kualitatif untuk menemukan jawaban secara ilmiah.

5. Teknik Penulisan

Adapun teknik dalam penulisan ini, sesuai pedoman penulisan

skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2017.

F. Sistematika Penulisan

Penulis menyusun dan membagi isi skripsi ini ke dalam lima bab yang

kelimanya memiliki beberapa sub bab agar mempermudah pembaca dalam

memahami isi skripsi ini. Adapun sistematika penulisan dari skripsi ini adalah

sebagai berikut:

Bab pertama, yang berjudul pendahuluan, bab ini meliputi latar belakang

masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, review

kajian terdahulu, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab kedua, yang berjudul tinjauan umum tentang konsep pemidanaan

pelaku penipuan dengan modus operandi hipnotis, bab ini membahas teori dan

konsep tindak pidana penipuan dengan modus operandi hipnotis, tujuan, jenis-

jenis, dan unsur-unsur tindak pidana penipuan bermodus operandi hipnotis

menurut hukum positif dan hukum islam.

Bab ketiga, yang berjudul aspek hukum dan pengaruh tindak pidana

penipuan dengan modus operandi hipnotis, bab ini akan membahas tentang

fenomena dan upaya-upaya yang dilakukan dalam menanggulangi tindak pidana

penipuan bermodus operandi hipnotis.

Bab keempat yang berjudul Analisis tindak pidana penipuan dengan modus

operandi hipnotis yang berisi analisis tentang bentuk-bentuk tindak pidana

penipuan dengan modus operandi hipnotis perspektif hukum positif dan hukum

Page 23: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

13

islam dan mekanisme dalam penyelesaian tindak pidana penipuan dengan modus

operandi hipnotis

Bab kelima adalah penutup yang merupakan kesimpulan dari penelitian ini

sekaligus saran-saran yang mendukung terkait kasus tindak pidana penipuan

dengan modus operandi hipnotis.

Page 24: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

14

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG KONSEP PEMIDANAAN PELAKU

PENIPUAN DENGAN MODUS HIPNOTIS

A. Hukum Pidana

1. Hukum Pidana Menurut Hukum Positif

a. Pengertian hukum pidana positif

Dalam kepustakaan hukum pidana, tidak ditemukan pengertian

yang seragam tentang hukum pidana. Masing-masing ahli merumuskan

pengertian hukum pidana berdasarkan alam pikiran yang berpengaruh

pada saat para ahli tersebut merumuskan pengertian hukum pidana.

Itulah sebabnya, sehingga belum ada pengertian hukum pidana yang

disepakati sebagai pengertian yang sempurna dan lengkap.

Istilah hukum pidana bermakna jamak. Dalam arti objektif, yang

juga sering disebut ius poenale meliputi :13

1. Perintah dalan larangan, yang atas pelanggarannya atau

pengabaiannya telah ditetapkan sanksi lebih dahulu oleh badan-

badan negara yang berwenang; peraturan yang harus ditaati dan

diindahkan oleh setip orang;

2. Ketentuan-ketentuan yang menetapkan degan cara apa atau alat apa

dapat diadakan reaksi terhadap pelanggaran peratuan-peraturan itu;

d.k.l. hukum penentiair atau hukum sanksi;

3. Kaidah-kaidah yang menentukan ruang lingkup berlakunya

peraturan-peraturan itu pada waktu dan di wilayah negara tertentu.

Disamping itu hukum pidana dipakai juga dalam arti subyektif

yang lazim ouladiseubt ius puniendi, yaitu peraturan hukum yang

menetapkan dan pelaksanaan pidana lanjutan, penuntutan, penjatuhan

dan pelaksanaan pidana.

Hukum pidana adalah peraturan hukum mengenai pidana. Kata

“pidana” berarti hal yang “dipidanakan”, yaitu yang oleh instansi yang

13

Zainal Abidin Farid, Hukum Pidana 1 (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hlm. 1.

14

Page 25: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

15

berkuasa dilimpahkan kepada seorang oknum sebagai hal yang tidak

enak dirasakan dan juga hal yang tidak sehari-hari dilimpahkan.14

Hukum pidana dapat didefinisikan sebagai keseluruhan

peraturaan hukum yang menentukan perbuatan-perbuatan yang pelaku-

pelakunya seharusnya dipidana dan pidana-pidana yang seharusnya

dikenakan. Definisi ini mencakup empat pokok yang terkait erat satu

dengan yang lain, yaitu peraturan, perbuatan, pelaku dan pidana.15

Menurut W.L.G. Lemaire hukum pidana itu terdiri dari norma-

norma yng berisi keharusan-keharusan dan larangan-larangan yang

oleh pembentuk undang-undang telah dikaitkan dengan suautu sanksi

berupa hukuman, yakni suatu penderitaan yang bersifat khusus.

Dengan demikiann dapat juga dikatakan, bahwa hukum pidana

itu merupakan suatu sistem norma-norma yang menentukan terhadap

tindakan-tindakan yang mana (hal melakukan sesuatu atau tidak

melakukan sesuatu di mana terdapat suatu keharusan untuk melakukan

sesuatu) dan dalam keadaan-keadaan bagaimana hukuman itu dapat

dijatuhkan serta hukuman yang bagaimana yang dapat dijatuhkan bagi

tindakan –tindakan tersebut.16

Menurut W.F.C. Van Hattum merumuskan hukum pidana, sebagai

suatu keseluruhan dari asas-asas dan peraturan-peraturan yang diikuti

oleh negara atau suatu masyarakat hukum umum lainnya, dimana

mereka itu sebagai pemelihara dari ketertiban hukum umum telah

melarang dilakukannya tindakan-tindakan yang bersifat melanggar

hukum dan telah mengaitkan pelanggaran terhadap peraturan-

14

Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana Di Indonesia (Bandung:

Eresco,1989), hlm.1 15

Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia (Jakarta: Rajawali

Pers,2013), hlm.2. 16

W.L.G. Lemaire, Het Recht in ndonesia, dalam P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum

Pidana Indonesia, (Bandung: Sinar Baru, 1997), hlm.1-2.

Page 26: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

16

peraturannya dengan suatu penderitaan yang bersifat khusus berupa

hukuman.17

W.P.J. Pompe merumuskan pengertian hukum pidana secara

singkat yakni hukum pidana itu sama halnya dengan hukum tata

negara. Hukum perdata dan lain-lain bagian dari hukum, biasanya

diartikan sebagai suatu keseluruhan dari peraturan-peraturan yang

sedikit banyak bersifat umum yang diabstahir dari keadaan-keadaan

yang bersifat konkret.18

Simons mengatakan bahwa hukum pidana itu dapat dibagi

menjadi hukum pidana dalam arti objektif atau strafrecht in objectieve

zin (hukum positif atau ius poenale) dan hukum pidana dalam arti

subjektif atau strafrecht in subjectieve zin (ius puniendi). Hukum

pidana dalam arti objektif menurut Simons yakni keseluruhan dari

larangan-larangan dan keharusan-kesharusan, yang atas

pelanggarannya oleh negara atau oleh suatu masyarakat hukum umum

lainnya telah dikaitkan dengan suatu penderitaan yang bersifat khusus

yang berupa hukuman, dan keseluruhan dari peraturan dari peraturan-

peraturan dimana syarat-syarat mengenai akibat hukum itu telah diatur

serta keseluruhan dari peraturan-peraturan yang mengatur masalah

penjatuhan dan pelaksaan dari hukumannya itu sendiri. Adapun hukum

pidana dalam arti subjektif itu mempunyai dua pengertian, yakni;

1. Hak dari negara dan alat-alat kekuasannya untuk menghukum,

yakni hak yang telah mereka peroleh dari peraturan-peraturan yang

telah ditentukan oleh hukum pidana dalam arti objektif.

2. Hak dari negara untuk menegakkan pelanggaran terhadap

perturannya dengan hukuman.19

17

W.F.C van Hattum, Leerboek van het Nederlandse Strafrecht, dalam P.A.F. Lamintang

Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia,...hlm.2. 18

W.J.P. Pompe dalam P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana

Indonesia,...hlm.3. 19

Simons dalam P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia,...hlm.3-4.

Page 27: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

17

Menurut Van Hemel hukum pidana adalah semua dasar dasar

dan aturan-aturan yang dianut oleh suatu negara dalam

menyelenggarakan ketertiban umum (rechtsorde) yaitu dengan

melarang apa yang bertentangan dengan hukum dan menegakkan suatu

nestapa kepada yang melanggar larangan-larangan tersebut.20

Van Kant berpendapat bahwa hukum pidana tidak mengadakan

norma-norma baru dan tidak menimbulkan kewajiban-kewajiban yang

dahulunya belum ada. Hanya norma-norma yang sudah ada saja yang

dipertegas, yaitu dengan mengadakan ancaman pidana dan

pemidanaan.21

Van Aveldoorn menyatakan, bahwa hukum pidana dibedakan

dan diberikan arti; hukum pidana materiil yang menunjukan pada

perbuatan pidana dan yang oleh sebab perbuatan itu dapat dipidana,

dimana perbuatan pidana itu mempunyai dua bagian, yaitu;

a. Bagian objektif, merupakan suatu perbuatan atau sikap yang

bertentangan dengan hukum pidana positif, sehingga bersifat

melawan hukum yang menyebabkan tuntutan hukum dengan

ancaman pidana atas pelangggarannya.

b. Bagian subjektif, merupakan kesalahan yang menunjuk kepada

pelaku untuk dipertanggungjawabkan menurut hukum. Selain

hukum pidana materiil, juga dikenal adanya hukum pidana formil,

yang mengatur cara bagaimana hukum pidana materiil dapat

ditegakkan.

Adapun Algra Janssen mengatakan bahwa, hukum pidana

adalah alat yang digunakan oleh seorang penguasa (hakim) untuk

memperingati mereka yang telah melakukan suatu perbuatan yang

tidak dibenarkan, reaksi dari penguasa tersebut

20

Van Hamel dalam Moeljatno, Asaz-Asaz Hukum Pidana, (Jakarta: Bina Aksara, 1987),

hlm.8. 21

Van Kant dalam Moeljatno, Asaz-Asaz Hukum Pidana...,hlm.8.

Page 28: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

18

Mencabut kembali sebagian dari perlidungan yang seharusnya

diminati oleh terpidana atas nyawa, kebebasan dan harta kekayannya,

yaitu seandainya ia telah tidak melakukan suatu tindak pidana.22

Menurut Tirtaamidjaja mengatakan sifat yang primer dari

hukum pidana adalah bahwa dengan tegas ditentukan perbuatan-

perbuatan mana yang dilarang, karena merugikan atau membahayakan

keselamatan seluruh rakyat.23

Menurut Prof. Moeljatno, S.H. hukum pidana adalah bagian dari

keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara, yang mengadakan

dasar-dasar dan aturan-aturan untuk:

1. Menentukan perbuatan-perbuatan yang tidak boleh dilakukan,

dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana

tertentu bagi barangsiapa melanggar larangan tersebut;

2. Menentukan kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang telah

melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi

pidana sebagaimana yang telah diancamkan;

3. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat

dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telsah melanggar

larangan tersebut.24

Menurut Andi Zainal Abidin mengatakan bahwa kewenangan

negara untuk memidana haruslah berdasarkan hukum pidana materiil

dan karena itu adanya kitab KUHAP yang juga disebut sebagai hukum

pidana formiil, memungkinkan berlakunya hukum pidana materiil

dalam kenyataan. Kedua bidang hukum ini berhubungan erat, yang

pertama menentukan apa yang dilarang dana yang diperintahkan untuk

dilakukan, sedangkan yang kedua menentukan pedoman dan cara

menentukan perbuatan (dan pembuatnya itu).25

22

Teguh Prasetyo, Hukum Pidana...,hlm.6. 23

Tirtaamidjaja dan Moeljatno, Asaz-Asaz Hukum Pidana...,hlm.9. 24

Moeljatno, Asaz-Asaz Hukum Pidana...,hlm.1. 25

Ruslan Renggong, Hukum Pidana Khusus “Memahami Delik-Delik di Luar KUHP”

(Jakarta: PT Kharisma Putra Utama, 2016), hlm.18-19.

Page 29: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

19

Menurut Mezger, hukum pidana adalah hukum yang mengikat

pada suatu perbuatan, yaitu perbuatan yang memenuhi syarat-syarat

tertentu suatu akibat berupa pidana. Pengertian hukum pidana tersebut

mengandung dua pokok, yaitu perbuatan yang memenuhi syarat-syarat

tertentu dan pidana. Perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu

dalam hukum positif memilki tiga kriteria, yaitu sebagai berikut:26

1. Memenuhi rumusan tindak pidaa. Suatu perbuatan yag dikatakan

sebagai tindak pidana sebelumya teah diatur dalam suatu atuturan

tertentu. Apabila ada suatu perbuatan yang dilakukan seseorang

memenhui rumuan tidak pidana, maka perbuatan tersebut dapat

dikategorikan sebagai perbuatan pidana.

2. Bersifat melawan hukum. Mengenai sifat melawan hukum,

terdadapat dua doktrin, yaitu dua hal dibawah ini.

a. Doktrin sifat melawan hukum formal. Suatu perbuatan bersifat

melawan hukum bila perbuatan itu diancam pidana dan

dirumuskan sebagai suatu tindak pidana dan undang-undang,

sedangkan sifat melawan hukumnya dapat hapus hanya

berdasarkan ketentuan undang-undnag (hukum tertulis).

b. Doktrin sifat melawan hukum materiil. Suatu perbuatan itu

melawan hukum atau tidak , tidak hanya ditentukan oleh

undang-undang (hukum tertulis) saja, tetapi harus dilihat

berlakunya asa-asas hukum yang tidak tertulis. Sifat melwan

hukum yang masuk dalam rumusan sebagai tindak pdidana

dapat berdaasrkan unang-undang (hukum tertulis atau

berdasarkan aturan yang tidak tertulis.

c. Tidak ada alasan pembenar. Alasan pembenar adalah alasan

yang dapat menghapuskan sifat melawan hukum suatu

peruatan, meskipun telah memenuhi rumusan delik dalam

undang-undang (hukum tertulis).

26

Asadulloh Al Faruk, Hukum Pidana Dalam Sistem Hukum Islam (Jakarta: Ghalia

Indonesia,2009), hlm. 2-3.

Page 30: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

20

Berdasarkan pandapat para ahli dan pakar hukum di atas

penulis membuat kesimpulan, bahwasanya hukum pidana adalah

sekumpulan peraturan hukum yang dibuat oleh negara, yang

isinya berupa larangan maupun keharusan sedang bagi pelanggar

terhadap larangan dan keharusan tersebut dikenakan sanksi yang

dapat dipaksakan oleh negara.

b. Tujuan hukum pidana positif

Terdapat dua pandangan yang berbeda tentang keberadaan

hukum pidana. Menurut pandangan yang pertama, tujuan hukum

pidana adalah untuk melindungi masyarakat dari kejahatan. Menurut

pandangan yang kedua, tujuan hukum pidana adalah melindungi

individu-individu dari kemungkinan kesewenangan penguasa.27

Menurut Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, S.H. tujuan dari

hukum pidana ialah untuk memenuhi rasa keadilan. Diantara para

sarjana hukum diutarakan bahwa tujuan hukum pidana adalah:

1. Untuk menakut-nakuti orang jangan sampai melakukan kejahatan,

baik secara menakut-nakuti orang banyak (generale preventie)

maupun secara menakut-nakuti-nakuti rang tertentu yang sudah

menjalankan kejahatan, agar dikemudian hari tidak melakukan

kejahatan lagi (speciale preventie); atau

2. Untuk mendidik atau memperbaiki orang-orang yang sudah

menanamkan suka melakukan kejahatan, agar menjadi orang yang

baik tabiatnya, sehingga bermanfaat bagi masyarakat.28

Mengenai tujuan hukum pidana dikenal dua aliran, yaitu:

1. Untuk menakut-nakuti setiap orang jangan sampai melakukan

perbuatan yang tidak baik (klasik);

2. Untuk mendidik orang yang telah pernah meakukan perbuatan

tidak baik menjadi baik dan dapat diterima kembali dalam

kehiduoan lingkungannya (aliran modern).

27

Frans Maramis, Hukum Pidana umum dan tertulis di Indonesia...,hlm.12-13. 28

Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Islam..., hlm.18.

Page 31: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

21

Vos memandang perlu adanya aliran ketiga, yang merupakan

kompromi aliran klasik dan aliran modern. Dengan rancangan KUHP

Juli tahun 2006, tujuan pemidanaan ditentukan dalam pasl 51, yaitu

pemidanaan bertujuan:29

1. Mecegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma

hukum demi pengayoman masyarakat;

2. Memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan pembinaan

sehingga menjadi orang yag baik dan berguna;

3. Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana,

memulihkan keseimbangan, dan mendatangkan rasa damai

masyarakat; dan

4. Membebaskan rasa bersalah pada terpidana.

c. Jenis-jenis hukum pidana positif

Menurut ketentuan Pasal 10 KUHP terdapat beberapa jenis

hukuman yang dapat dijatuhkan pada seseorang yang telah melakukan

tindak pidana, dimana hukuman yang akan dijatuhkan itu dapat

berupa:30

1. Pidana Pokok:

a) Pidana Mati

b) Pidana Penjara

c) Kurungan

d) Denda

2. Pidana Tambahan

a) Pencabutan Hak-hak Tertentu

b) Perampasan Barang-barang Tertentu

c) Pengumuman Putusan Hakim

Sistem Hukuman Pidana (Strafstelsel) Dalam title II Buku I

KUHP yang berjudul “Hukuman” (Straffen), tergambar sistem

hukuman pidana yang diturut di Indonesia. Sistem ini sederhana.

29

Teguh Prasetyo, Hukum Pidana...,hlm.14-15. 30

Teguh Prasetyo, Hukum Pidana...,hlm.117.

Page 32: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

22

Hanya disebutkan dalam pasal 10 empat macam hukuman pokok: (1)

hukuman mati, (2) hukuman penjara, (3) hukuman Kurungan, (4)

denda; dan tiga macam hukuman tambahan: (a) pencabutan hak-hak

tertentu, (b) perampasan barang-barang tertentu, dan (c) pengumuman

putusan hakim. Sifat kesederhanaan ini terletak pada gagasan, bahwa

beratnya hukuman pada prinsipnya digantungkan pada sifat berat atau

ruginya tindak pidana.31

2. Hukum Pidana Menurut Hukum islam

Pada dasarnya sama dengan hukum pidana pada umumnya. Hanya

saja, hukuman pidana islam didasarkan pada sumber hukum islam, yaitu

Al-Quran dan As-Sunah. Karenanya, hukum pidana islam merupakan

suatu hukum yang merupakan bagian dari sistem hukum islam, yang

mengantur tentang perbuatan pidana dan pidanannya berdasarkan Al-

Quran dan As-Sunah.

a. Pengertian Hukum Pidana islam (jinayah)

Pada dasarnya sama dengan hukum pidana pada umumnya.

Hanya saja, hukuman pidana islam didasarkan pada sumber hukum

islam, yaitu Al-Quran dan As-Sunah. Karenanya, hukum pidana islam

merupakan suatu hukum yang merupakan bagian dari sistem hukum

islam, yang mengantur tentang perbuatan pidana dan pidanannya

berdasarkan Al-Quran dan As-Sunah.32

Hukum pidana islam secara istilah fuqoha sebagaimana yang

dikemukakan oleh Abdul Qadir Audah

فا لجا ت اسن لفعل هحسم شسعا,ساء قع الفعل على فس أ ها ل أ غس ذالك

Artinya:

“jinayah adalah suatu istilah untuk perbuatan yang dilarang oleh

syara’, baik perbuatan tersebut mengenai jiwa, harta, atau lainnya”.33

31

Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia...,hlm.162. 32

Asadulloh Al Faruk, Hukum Pidana Dalam Sistem Hukum Pidana Islam (Bogor: Ghalia

Indonesia, 2009), hlm.5. 33

Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam Fiqih Jinayah

(Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hlm.1.

Page 33: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

23

Pengertian hukum pidana islam, hukum pidana islam merupakan

terjemahan dari kata fiqh jinayah, fiqih jinayah adalah segala

ketentuan hukum mengenai tindak pidana atau perbuatan kriminal

yang dilakukan oleh orang-orang mukallaf (orang yang dapat dibebani

kewajiban), sebagai hasil dari pemahaman atas dalil-dalil hukum yang

terperinci dari Al-Quran dan Hadis.34

b. Tujuan Hukum Pidana Islam

Menurut A. Hanafi, tujuan pokok adanya penghukuman dalam

syariat islam adalah untuk:

a. Pencegahan (al-radd wa al- jazr)

b. Perbaikan (al-„ishlah)

c. Pendidikan (al-ta‟dib)

Sedangkan menurut Abdul Qadir’Audah, bahwa tujuan

penghukuman dalam syariat adalah;

الوقد فى فسض عق بت ععصا ى اهس الشازع اصلح حال البشس حوا

استفازن هي الجالت ازشادن هي الضل لت أكفن عي تون هي الوفا سد

35الوعاةصى بعثن على الطاعت

Artinya: “Maksud di tetapkanya hukuman terhadap pelanggaran perintah

syari (Allah SWT dan Rasulnya) adalah untuk memperbaiki

kondissi manusia menjaga mereka dari kerusakan,

mengeluarkan mereka dari kebodohan, menunjukan mreka dari

kesesatan, menghindarkan mereka daari beruta maksiat dan

mengarahan mereka agar menajdi manuisa yang taat.”

Sedangkan menurut Ibnu Taimiyah tujuan dari menjalankan

hukuman itu adalah karena adanya sayang kepada makhluk dengan

cara mencegah manusia dari melakukan yang mungkar bukan untuk

menimbulkan kebencian manusia dan berlaku sombong atas sesama

makhluk. Tak ubahnya seperti seseorang ayah, bila ia mau mendidik

anaknya, maka sekiranya ia mengelakan diri dari memberikan teguran

34

Zainudin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009), hlm.1. 35

Mardani, Kejahatan Pencurian Dalam Hukum Pidana Islam...,hlm.140.

Page 34: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

24

(pecut) atas anaknya itu sebagaimana yang di maui, oleh sementara itu

karena sayang kepada si anak untuk kebaikan dirinya sendiri.36

Tujuan penegakan sistem hukum islam yang paling utama

adalah memenuhi perintah Allah SWT sebagai bagian dari

konsekuensi keimanan orang muslim. Allah SWT berfirman dalam

QS-An-Nisa ayat 14.37

اب را عا ا ل ا ا ا ا ف د ال ا خا از ا ل خ د دا د د ح عا ا ت ا ا ا ل س زا ا ا اعص للا ي ها ا

ي ه

Artinya “Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan

melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah

memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di

dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan”.

Para ahli hukum islam mengklasifikasikan tujuan-tujuan yang

luas dari syariah sebagai berikut:38

1. Menjamin keamanan dari kebutuhan-kebutuhan hidup merupakan

tujuan pertama dan utama dari syariah, kelima kebutuhan hidup

yang primer ini (daruriyyat) dalam kepustakaan hukum islam

disebut dengan istilah al-maqasid al-syari‟ah al khamsah (tujuan-

tujuan syariah), yaitu

a. Hifzh al-din (memelihara Agama)

b. Hifzh al nafsi (memelihara jiwa)

c. Hifzh al mal (memelihara harta)

d. Hifzh al nashli (memelihara keturunan)

e. Hifzh al „aqli (memelihara akal pikiran)

2. Tujuan yang kedua, menjamin keperluan-keperluan hidup

(keperluan sekunder) atau disebut hajiyyat.

3. Tujuan yang ketiga, membuat perbaikan-perbaikan, yaitu

menjadikan hal-hal yang dapat menghiasi kehidupan sosial dan

36

Mardani, Kejahatan Pencurian Dalam Hukum Pidana Islam (Jakarta: CV Indhill CO,

2008), hlm.140-141. 37

Asadulloh Al Faruk, Hukum Pidana Dalam Sistem Hukum islam,.. hlm.11-12. 38

Topo Santoso, Menggagas Hukum Pidana Islam (Bandung:Asy Syaamil Press & Grafika,

2001), hlm.130-131.

Page 35: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

25

menjadikan manusia mampu berbuat dan urusan-urusan hidup

secara lebih baik (keperluan sekunder) atau tahsinat.

c. Jenis-jenis Hukum Pidana Islam

Terdapat beberapa macam jarimah di dalam hukum islam,

diantaranya:

1) Jarimah Qishash:

Qishash secara bahasa berarti sama rata, sepadan. Kata ini

diambil dari qashsh yang artinya pemotongan, atau dari kata

iqtishash al-atsar (mengikuti jejak). Definisi kisas secara istilah

yaitu menindak pelaku kejahatan; pembunuhan, pemotongan

anggota tubuh, atau melukai anggota tubuh, dengan hal yang

sepadan.39

Jarimah kisas terbagi menjadi dua, yakni karena

melakukan pembunuhan dan penganiayaan.

2) Jarimah hudud:

Menurut syara’, hudud adalah hukuman yang terukur atas

perbuatan tertentu, atau hukuman yang telah dipastikan bentuk

dan ukurannya didalam syariat, baik hukuman itu karena

melanggar hak Allah maupun merugikan hak manusia.40

Jarimah hudud terbagi menjadi tujuh bagian, yaitu: jarimah

zina, jarimah Qadzf (menuduh muslimah baik-baik berbuat zina),

Syurb al-khamr (meminum minuman keras), Al-baghyu

(pemberontakan), Al-riddah (murtad), Al-sariqah (pencurian), Al-

hirabah (perampokan).41

3) Jarimah ta’zir

yaitu semua jenis tindak pidana yang tidak secara tegas

diatur oleh Alqur’an dan hadis. Aturan teknis, jenis, dan

pelaksanaannya ditentukan oleh penguasa setempat. Bentuk

jarimah ini sangat banyak dan tidak terbatas, sesuai dengan

39

Wahbah, Zuhaili, Al-Fiqhu As-Syafi‟I Al-Muyassar, (Beirut: Darul fikr, 2008), hlm. 155 40

Wahbah, Zuhaili, Al-Fiqhu As-Syafi‟I Al-Muyassar..., hlm. 259 41

Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah,), hlm. 3

Page 36: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

26

kejahatan yang dilakukan akibat godaan setan dalam diri

manusia.42

B. Tindak Pidana

1. Tindak Pidana Menurut Hukum Positif

a. Pengertian Tindak Pidana Positif

Tindak pidana adalah perbuatan yang melanggar larangan yang

diatur oleh aturan hukum yang diancam dengan sanksi pidana. Kata

tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana

belanda, yaitu strafbaar feit, kadang-kadang jugamenggunakan istilah

delict, yang berasal dari bahasa latin delictum.43

dalam KUHPid tidak diberikan definisi terhadap istilah tindak

pidana atau straffbaar feit. Karenanya, para penulis hukum pidana

telah memberikan pendapatnya masing-masing untuk menjelaskan

tentang arti dari istilah tersebut. Secara sederhana dapat dikatakan

bahwa tindak pidana adalah perbuatan yang pelakunya seharusnya

dipidana.44

Menurut Simons tindak pidana (criminal act) adalah sebagai

suatu perbuatan manusia yang diancam dengan pidana, melawam

hukum, dilakukan dengan kesalahan oleh orang yang mampu

bertanggung jawab. Perbuatan tersebut bisa bermakna positif maupun

negatif, artinya ia bisa berupa berbuat sesuatu, atau tidak berbuat

sesuatu, atau membiarkan.45

Menurut Wirjono Prodjodikoro tindak pidana yaitu suatu

perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana. Dan

pelaku ini dapat dikatakan merupakan “subjek” tindak pidana.46

42

Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah,... hlm. 4. 43

M. Nurul Irfan, Korupsi dalam Hukum Pidana Islam (Jakarta: AMZAH, 2012),hlm.23. 44

Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia...,hlm.57. 45

Asadulloh Al Faruq, Hukum Pidana Dalam Sistem Hukum Islam,... hlm.16. 46

Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana Di Indonesia ...,hlm.55.

Page 37: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

27

Menurut G.A.van Hamel, sebagaimana yang diterjemahkan oleh

Moeljatno, “strafbaar feit adalah kelakuan orang (menselijke

gedraging) yang dirumuskan dalam wet, yang bersifat melawan

hukum, yang patut dipidana (strafwaardig) dan dilakukaan dengan

kesalahan.”47

Moeljatno menggunakan istilah perbuatan pidana. Menurut

wujud dan sifatnya, perbuatan-perbuatan yang melawan hukum.

Perbuatan-perbuatan ini juga merugikan masyarakat, dalam arti

bertentangan dengan atau menghambat akan terlaksanannya tata dalam

pergaulan masyarakat dianggap baik dan adil. Dapat ditarik

kesimpulan bahwa suatu perbuatan akan menjadi suatu tindak pidana

apabila perbuatan itu:

a. Melawan hukum;

b. Merugikan masyarakat;

c. Dilarang oleh aturan pidana;

d. Pelakunya diancam dengan pidana.

Butir a dan b menunjukan sifat perbuatan, sedangkan yang

memastikan perbuatan itu menjadi suatu tindak pidana adalah butir c

dan d. Jadi, suatu perbuatan yang bersifat a dan b belum tentu

merupakan tindak pidana, sebelum dipastikan adanya c dan d.

Tindak pidana (starfbepaling) dirumuskan sebagai perbuatan

yang menyebabkan suatu akibat tertentu, tanpa merumuskan wujud

dari perbuatan itu, maka tindak pidana ini dikalangan ilmu

pengetahuan hukum dinamakan “tindak pidana materil”.48

Dan apabila

tindak pidana yang dimaksudkan, dirumuskan sebagai wujud

perbuatan tanpa menyebutkan akibat disebabkan oleh perbuatan itu,

maka ini ada “tindak pidana formil”.49

47

Moeljatno, Asaz-Asaz Hukum Pidana...,hlm.56. 48

Sudradjat Bassar, Tindak-Tindak Pidana Tertentu didalam Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana (Bandung: Remadja Karya,1984), hlm.2. 49

Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana Di Indonesia ...,hlm.34.

Page 38: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

28

Tindak pidana adalah perbuatan yang oleh aturan hukum

dilarang dan diancam dengan pidana, dimana pengertian perbuatan di

sini selain perbuatan yang bersifat aktif (melakukan sesuatu yang

sebenarnya dilarang oleh hukum) juga perbuatan yang bersifat pasif

(tidak berbuat sesuatu yang sebenarnya diharuskan oleh hukum).50

Menurut VOS delik adalah feit yang dinyatakan dapat dihukum

oleh undang-undang. Menurut Simons, delik adalah suatu tindakan

melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja maupun tidak

sengaja oleh seorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas

tindakannya dan oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai suatu

perbuatan atau tindakan yang dapat dihukum .51

b. Unsur-unsur Tindak Pidana Positif

Didalam bukunya bapak Prof. Dr. Wirjono Prododikoro, S.H.

ada tiga unsur dari tindak pidana, yang ke-1 perbuatan yang dilarang,

ke-2 akibat dari perbuatan itu yang menjadi dasar alasan kenapa

perbuatan itu dilarang, dan ke-3 sifat melanggar hukum dalam

rangkaian sebab-musabab itu.

Ahli hukum yang langsung melakukan pembagian secara terinci,

misalnya D. Hazewinkel-Suringa, sebagaimana yang dikutip oleh

Bambang Poernomo, mengemukakan unsur-unsur tindak pidana yang

lebih terinci, yaitu:52

1. Tiap delik berkenaan dengan tingkah laku manusia (menselikje

gedranging), berupa berbuat atau tidak berbuat (een doen of

nalaten). Hukum pidana kita adalah hukum pidana perbuatan

(daadstrafrecht). Cogitationis poenam nemo patitur (tidak

seorangpun dapat dipidana hanya atas apa yang dipikirkannya).

50

Teguh Prasetyo, Hukum Pidana (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), hlm.50. 51

Isnu Gunadi, Jonaedi Efendi, Cepat dan Mudah Memahami Hukum Pidana (Jakarta: PT

Fajar Interpratama Mandiri, 2014), hlm37. 52

Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis Di Indonesia...,hlm.67-68.

Page 39: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

29

2. Beberapa delik mengharuskan adanya akibat tertentu. Ini terdapat

pada delik material.

3. Pada banyak delik dirumuskan keadaan psikis, seperti maksud

(oogmerk), sengaja (opzet), dan kealpaan (onach-zaamheid atau

culpa).

4. Sejumlah besar delik mengharuskan adanya keadaan-keadanan

objektif (objektiieve omstandigheden) misalnya penghasutan (Pasal

160) dan pengemisan (Pasal 504 ayat 1) hanya dapat dipidana jika

dilakukan didepan umum (in het openbaar).

5. Beberapa delik meliputi apa yang dinamakan syarat tambahan

untuk dapat dipidana. Misalnya dalam pasal 123 “jika pecah

perang” Pasal 164 dan Pasal 165 “jika kejahatan itu adil

dilakukan”; Pasal 345 “kalau orang itu adil bunuh diri”; Pasal 531

“jika kemudian orang itu meninggal”.

6. Juga dapat dipandang sebagai suatu kelompok unsur tertulis yang

khusus yakni apa yang dirumuskan sebagai melawan hukum, tanpa

wewenang, dengan melampaui wewenang.

7. Umumnya waktu dan tempat tidak merupakan unsur tertulis.

Hanya dalam hal-hal khusus pembentuk undang-undang

mencantumkannya dalam rumusan delik, misalnya dalam pasal

122: dalam waktu perang.

H.B.S Vos, sebagaimana yang dikutip oleh Bambang Poernomo,

mengemukakan bahwa dalam suatu tindak pidana dimungkinkan ada

beberapa unsur (elemen), yaitu;

1. Elemen perbuatan atau kelakuan orang, dalam hal berbuat atau

tidak berbuat (een doen of nalaten)

2. Elemen akibat dari perbuatan, yang terjadi dalam delik selesai.

3. Elemen subjektif yaitu kesalahan, yang diwujudkan dengan kata-

kata sengaja (opzet) atau alpa (culpa);

4. Elemen melawan hukum (wederrechtelikheid);

Page 40: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

30

5. Dan sederetan elemen-elemen lain menurut rumusan undang-

undang, dan dibedakan menjadi segi objektif misalnya di dalam

pasal 160 diperlukan elemen dimuka umum dan segi subjektif

misalnya dalam Pasal 340 diperlukan unsur direncanakan lebih

dahulu (voorbedachteraad).

Adapun Unsur-Unsur Tindak Pidana Positif menurut aliran-

aliran atau golongan-golongan;53

1. Aliran Monistis

a. Suatu perbuatan

b. Melawan Hukum

c. Diancam dengan sanksi

d. Dilakukan degan kesalahan

e. Oleh orang yang dapat dipertanggungjawabkan

2. Aliran Dualistis

a. Suatu perbuatan

b. Melawan Hukum (dilarang)

c. Diancam degan sanksi pidana

Unsur-unsur tindak pidana tediri dari atas unsur lahir atau unsur

objektif dan unsur batin atau unsur subjektif, dalam masalah ini

Satochid Kartanegara, mengatakan bahwa unsur-unsur delik, terdiri

dari dua golongan yaitu aliran monistis dan aliran dualistis.

2. Tindak Pidana Menurut Hukum Islam

a. Pengertian Jarimah

Tindak pidana dalam hukum pidana islam dikenal dengan istilah

jinayah dan jarimah, dimana keduannya memiliki pengertian yang

sama. Para ahli hukum islam sering menggunakan kata janayat untuk

menyebut kejahatan. Janayat mengandung pengertian setiap kelakuan

buruk yang dilakukan oleh seseorang.

Abdul Qodir Audah pakar hukum pidana Islam berkebangsaan

Mesir, mengutip pendapat Al-Mawardi, politisi islam bermazhab

53

Teguh Prasetyo, Hukum Pidana...,hlm.218.

Page 41: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

31

Syafi’i, yang mendefinisikan jinayah dengan hal-hal yang dilarang

menurut syariat yang diancam oleh Allah dengan sanksi hukum

berupa hukuman had (sanksi hukum yang kadar dan teknis

pelaksaannya telah diatur secara jelas dalam Al-Quran dan atau Al-

Hadis) dan hukuman takzir (sanksi hukum yang belum diatur secara

tegas, baik dalam Al-Quran maupun hadis sehingga diserahkan

kepada penguasa atau hakim setempat).54

Menurut Prof. Abdul Rahman I.Doi, Ph.D pengertian Hukuman

atau Hukum Pidana dalam Islam disebut “Al-Uqubaat” (tunggalnya

“Al-Uqubaat”) yang meliputi baik hal-hal yang merugikan maupun

tindak kriminal. Hanya ada sedikit perbedaan diantara kedua hal

tersebut. Syariat menekankan dipenuhinya hak-hak semua individu

maupun masyarakat secara umum. Hukum yang memberi kesempatan

penyembuhan kepada masyarakat merupakan perkara pidana, dan

kalau ia ditunjukan kepada perorangan adalah hal yang merugikan

(dan disebut Delik Aduan). Uqubaat sama dikenakan baik kepada

kaum muslim maupun bukan muslim disebut syara islam. Seorang

muslim akan tetap dihukum karena melakukan suatu tindak pidana

sekalipun andaikan hal itu dilakukannya jauh dari negara islam.

Dalam pengertian terakhir, ia merupakan tindak kriminal terhadapat

Allah dan akan dihukum setelah dia kembali ke tempatnya atau

ditangkap oleh petugas Negara islam.55

sebagaimana di dalam Qs. Al-

Maidah ayat 51.

وهي ب أهب الزي آهىا ل تتخزوا الهىد والصبسي أولبء بعضهن أولبء بعض

هن إى كن فإه ه ل هذ القىم الظبلوي تىلهن ه للا

Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil

orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi auliya bagimu;

sebahagian mereka adalah auliya bagi sebahagian yang lain.

Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi

54

M. Nurul Irfan, Gratifikasi dan Kriminalitas Seksual dalam Hukum Pidana Islam

(Jakarta: AMZAH; 2014), hlm. 8-9. 55

Abdul Rahman, Tindak Pidana Dalam Syariat Islam (Jakarta: PT Rineka Cipta,

1992),hlm.5.

Page 42: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

32

auliya, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan

mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk

kepada orang-orang yang lalim.”

Dengan demikian, jinayah adalah sebuah tindakan atau

perbuatan seseorang yang mengancam keselamatan fisik dan tubuh

manusia serta berpotensi menimbulkan kerugian pada harga diri dan

harta kekayaan manusia sehingga tindakan atau perbuatan itu

dianggap haram untuk dilakukan bahkan pelakunya harus dikenai

sanksi hukum, baik diberikan di dunia hukuman Tuhan kelak di

akhirat.56

Istilah tindak pidana, didalam hukum pidana islam sendiri ada

dua kata yang cukup mewakili kata tersebut yaitu jinayah dan

jarimah. Istilah Jinayah adalah hasil perbuatan seseorang yang

terbatas pada perbuatan yang dilarang pada umumnya, para fuqaha

menggunakan istilah tersebut hanya untuk perbuatan-perbuatan yang

diancam keselamatan jiwa seperti pemukulan dan pembunuhan. Selain

itu para fuqaha memakai istilah tersebut pada pebuatan-perbuatan

yang diancam dengan hukuman hudud dan qishash.57

Di kalangan fuqaha, yang dimaksud dengan kata-kata jinayah

ialah perbuatan yang dilarang oleh syara’, baik perbuatan itu

mengenai (merugikan) jiwa atau harta benda, ataupun lain-lainnya.58

Menururt Al-mawardi sebagaimana yang dikutip oleh Abdul

Qadir Audah, tindak pidana dairtikan sebagai jarimah yaitu

perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara yang diancam oleh

Allah Swt. Dengan hukuman hudud atau ta’zir.59

Jadi, berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan

bahwa Jarimah adalah perbuatan yang dilarang syara’ dan pelakunya

56

Nurul Irfan, Korupsi dalam Hukum Pidana Islam (Jakarta: Amzah,2012),hlm.68. 57

A. Djazuli, Fiqh Jinayah Upaya menanggulangi Kejahatan dalam Islam, (Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 1997), hlm. 1 58

A. Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), cet. Ke-2,

hlm. 9-10 59

Alie, Yafie, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam I, (Jakarta: PT Kharisma Ilmu), hlm. 87

Page 43: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

33

diancam oleh Allah Swt. Dengan hukuman had (bentuk tertentu) atau

ta’zir (pelanggaran yang jenis dan bentuk hukumannnya di

delegasikan syara’ kepada hakim atau penguasa). Yang dimaksud

dengan larangan syara’ adalah melakukan perbuatan yang dilarang

dan diancam hukuman oleh syara’ atau meninggalkan perbuatan yang

diperintahkan dan diancam hukuman oleh syara’ bagi yang

meninggalkannya

b. Unsur-unsur Jarimah

Ditinjau dari unsur-unsur jarimah, objek utama kajian fiqh

jinayah dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:

1) Al-rukn al-syar‟I atau unsur formil ialah unsur yang menyatakan

bahwa bahwa seseorang dapat dinyatakan sebagai pelaku jarimah

jika ada undang-undang yang secara tegas melarang dan

menjatuhkan sanksi kepada pelaku tindak pidana.

2) Al-rukn al-madi atau unsur materiil ialah unsur yang menyatakan

bahwa sesorang dapat dijatuhkan pidana jika ia benar-benar

terbukti melakukan sebuah jarimah, baik yang bersifat positif

(aktif dalam melakukan sesuatu) maupun yang bersifat negatif

(pasif dalam melakukan sesuatu).

3) Al-rukn al-adabi atau unsur moril ialah unsur yang menyatakan

bahwa seseorang dapat dipersalahkan jika ia bukan orang gila,

anak dibawah umur, atau sedang brada dibawah ancaman.60

Ahmad Dzajuli dalam bukunya juga menyebutkan bahwa

terdapat beberapa unsur yang harus terdapat dalam suatu tindak

pidana sehingga perbuatan tersebut dapat dikategorikan sebagai suatu

jarimah menurut para ulama fiqih. Diantaranya adalah:

1) Adanya nash yang melarang perbuatan-perbuatan tertentu yang

disertai ancaman hukuman atas perbuatan-perbuatannya. Unsur

ini dikenal dengan istilah “unsur formal” (al-rukn al-syar‟i).

60

Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh jinayah,... hlm. 2-3

Page 44: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

34

2) Adanya unsur perbuatan yang membentuk jinayah, baik berupa

melakukan perbuatan yang dilarang atau meninggalkan perbuatan

yang diharuskan. Unsur ini dikenal dengan istilah “unsur

material” (al-rukn al-maddi).

3) Pelaku kejahatan adalah orang yang dapat menerima khitab atau

dapat memahami taklif, artinya pelaku kejahatan tadi adalah

mukalaf, sehingga mereka dapat dituntut atas kejahatan yang

mereka lakukan. Unsur ini dikenal dengan isltilah “unsur

moral”.61

Suatu perbuatan tidak dapat dikategorikan sebagai sebuah

jarimah apabila tidak mengandung tiga unsur tersebut. Disamping

ketiga unsur di atas, setiap jarimah (tindak pidana) mempunyai unsur

khusus atau tersendiri pula yang antara satu bentuk tindak pidana dan

tindak pidana lainnya berbeda-beda. Misalnya, dalam tindak pidana

perzinahan, unsur senggama dalam pengertian sebenarnya harus

terpenuhi. Dalam tindak pidana pencurian, barang yang dicuri itu

mencapai satu nisab dan barang yang dicuri diambil dari tempatnya

secara diam-diam.

C. Tindak Pidana Penipuan

1. Tindak Pidana Penipuan Menurut Hukum Positif

a. Pengertian Tindak pidana penipuan

merupakan kejahatan terhadap harta benda yang diatur dalam

Buku II KUHP dalam Bab XXV dari pasal 378 sampai dengan pasal

395.

Dalam pasal 378 KUHP diatur mengenai tindak-tindak penipuan

(oplichting) dalam arti sempit, sedangkan pasal-pasal laindari Bab

XXV, Buku II KUHP memuat tindak pidana lain yang bersifat

penipuan dalam arti luas, yang berjudul ”bedrog”.

61

A. Djazuli, Fiqh Jinayah Upaya menanggulangi Kejahatan dalam Islam..., hlm.3.

Page 45: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

35

Tindak pidana penipuan atau bedrog (penipuan dalam arti luas)

ataupun yang di dalam doktrin juga disebut oplichting (penipuan

dalam arti sempit) dalam bentuk pokok oleh pembentuk undang-

undang telah diatur dalam pasal 378 KUHP, yang rumusan aslinya

dalam bahasa belanda berbunyi sebagai berikut: 62

Hij die, met het oogmerk om zich of een ander wederrechtelijk te

bevoordelen, hetzij door het aannemen van een valse naam of van eene

valse hoedanigheid, hetzij door listige kunstgrepen, het zij door een

samenweefsel van verdichtels, lemand beweegt tot de afgifte van eenig

goed of tot het aangaan van eene schuld of het tenietdoen van eene

inschuld, wordt, als schuldig aan oplichting , gestraft met

gevangenisstraf van ten hoogstevier jaren.

Yang artinya “Barang siapa dengan maksud untuk

menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan

hukum, dengan memakai sebuah nama palsu atau suatu sifat

palsu, dengan memakai tipu muslihat atau dengan memakai

rangkaian kata-kata bohong, menggerakkan seseorang agar orang

tersebut menyerahkan sesuatu benda atau mengadakan peringatan

utang atau meniadakan suatu piutang, karena bersalah telah

melakukan penipuan, dipidana dengan pidana penjara selama-

lamanya empat tahun”.

Penipuan adalah suatu bentuk dari berkicau. Sifat umum dari

perbuatan berkicau itu adalah bahwa orang dibuat keliru dan oleh

karena itu ia rela menyerahkan barang atau uangnya. Kejahatan

penipuan itu termasuk (matterieel delict) artinya untuk

kesempurnaanya harus terjadi akibatnya.

Unsur-unsur penipuan63

1) Ada seseorang yang dibujuk atau digerakkan untuk memasrahkan

suatu barang atau membuat utang atau menghapuskan piutang.

Barang itu serahkan oleh yang punya dengan jalan tipu muslihat.

62

P.A.F. Lamintang, Theo Lamintang, Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap Harta

Kekayaan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 150. 63

M. Sudradjat Bassar, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana (Bandung: Remaja Karya Cv, 1984),hlm.81-82.

Page 46: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

36

Barang yang diserahkan itu tidak usaha kepunyaannya sendiri,

dapat juga kepunyaan orang lain.

2) Penipu itu harus bermaksud untuk menguntungkan dirinya sendiri

atau orang lain tanpa hak. Dari maksud itu ternyata bahwa

tujuannya adalah untuk merugikan orang yang memasrahkan

barang itu.

3) Yang menjadi korban penipuan itu harus digerakkan untuk

memasrahkan barang itu dengan jalan:

a. Pemasrahan barang itu harus akibat dari tindak tipu daya;

b. Si penipu itu harus memperdaya si korban dengan salah satu

akal tersebut dalam pasal 379 KUHP.

Bagian inti delik (delicts bestanddelen) penipuan ialah :

1) Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang

lain;

2) Secara melawan hukum;

3) Degan memakai nama palsu atau martabat palsu, degan tipu

muslihat, ataupun dengan rangkaian perkataan bohong;

4) Menggerakan orang lain;

5) Untuk menyerahkan suatu barang kepadanya atau untuk memberi

uang ataupun menghapus piutang;

Menurut Cleiren delik atau tindak pidana penipuan adalah delik

dengan adanya akibat (govelgsdelicten) dan delik berbuat

(gedragsdelicten) atau delik komisi.

Umumnya delik dalam bab kecurangan adalah dengan akibat

(govelgsdelicten) dan delik dengan berbuat (gedragsdelicten). Pembuat

undang-undang memandang delik penipuan adalah delik kecurangan

yang paling penting. Itu merupakan prototype delik kecurangan

berdasarkan sejarah undang-undang. Rumusan delik penipuan sudah

beberapa kali diubah di Belanda. Di belakang kata-kata “menggerakan

Page 47: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

37

orang lain memberikan suatu barang” ada kata-kata “untuk menguasai

data yang mempunyai nilai uang dalam lalu lintas perdagangan”.64

Tindak pidana penipuan yang dalam bentuk pokoknya diatur

dalam pasal 378 KUHP merupakan suatu kejahatan yang harus

dilakukan dengan sengaja. Walaupun pembentuk undang-undang tidak

mensyaratkan unsur kesengajaan bagi pelaku untuk melakukan

perbuatan-perbuatan yang terlarang didalam pasal 378 KUHP, tetapi

dengan melihat pada syarat tentang keharusan adanya suatu bijkomend

oogmerk atau suatu naaste doel atau suatu maksud selanjutnya untuk

menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum,

maka orang dapat menarik kesimpulan bahwa tindak pidana penipuan

merupakan suatu kejahatan yang harus dilakukan dengan sengaja.65

b. Unsur-unsur Tindak Pidana Penipuan Perspektif Hukum Pidana

Positif

Tindak pidana penipuan atau bedrog ataupun yang di dalam

doktrin juga disebut oplichting dalam bentuk pokok oleh pembentuk

undang-undang telah diatur dalam pasal 378 KUHP yang rumusan

aslinya dalam bahasa belanda berbunyi sebagai berikut:

Hij die, met het oogmerk om zich of een ander wederrechtelijk te

bevoordelen, hetzij door het aannemen van een valse naam of van eene

valse hoedanigheid, hetzij door listige kunstgrepen, het zij door een

samenweefsel van verdichtels, lemand beweegt tot de afgifte van eenig

goed of tot het aangaan van eene schuld of het tenietdoen van eene

inschuld, wordt, als schuldig aan oplichting , gestraft met

gevangenisstraf van ten hoogstevier jaren.

Yang artinya “Barang siapa dengan maksud untuk

menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum,

dengan memakai sebuah nama palsu atau suatu sifat palsu, dengan

64

Andi Amzah, Delik-Delik Tertentu di Dalam KUHP (Jakarta: Sinar Grafika,2011),

hlm.112. 65

P.A.F. Lamintang, Theo Lamintang, Delik-Delik Khusus Keahatan Terhadap Harta

Kekayaan, (Jakarta; Sinar Grafika, 2009), hlm.151.

Page 48: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

38

memakai tipu muslihat atau dengan memakai rangkaian kata-kata

bohong, menggerakkan seseorang agar orang tersebut menyerahkan

sesuatu benda atau mengadakan peringatan utang atau meniadakan

suatu piutang, karena bersalah telah melakukan penipuan, dipidana

dengan pidana penjara selama-lamanya empat tahun”.

Tindak pidana penipuan yang dalam bentuk pokoknya diatur

dalam pasal 378 KUHP merupakan suatu kejahatan yang harus

dilakukan dengan sengaja. Walaupun pembentuk undang-undang tidak

mensyaratkan unsur kesengajaan bagi pelaku untuk melakukan

perbuatan-perbuatan yang terlarang didalam pasal 378 KUHP, tetapi

dengan melihat pada syarat tentang keharusan adanya suatu bijkomend

oogmerk atau suatu naaste doel atau suatu maksud selanjutnya untuk

menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum,

maka orang dapat menarik kesimpulan bahwa tindak pidana penipuan

merupakan suatu kejahatan yang harus dilakukan dengan sengaja.

Tindak pidana penipuan dalam bentuk pokok seperti yang diatur

dalam pasal 378 KUHP terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut:66

1) Unsur subjektif: dengan maksud (met het oogmerk) untuk

menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum;

2) Unsur-unsur objektif :

a) Barangsiapa;

b) Menggerakkan orang lain agar orang lain tersebut:

I. menyerahkan suatu benda;

II. mengadakan suatu perikatan utang;

III. meniadakan suatu piutang;

c) Dengan memakai:

I. sebuah nama palsu;

II. suatu sifat palsu;

III. tipu muslihat;

66

P.A.F. Lamintang, Theo Lamintang, Delik-Delik Khusus Keahatan Terhadap Harta

Kekayaan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm.150-170.

Page 49: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

39

IV. rangkaian kata-kata bohong.

Untuk dapat menyatakan seorang terdakwa terbukti melakukan

tindak pidana penipuan seperti yang diatur dalam pasal 378 KUHP,

hakim harus melakukan dua macam pemeriksaan, yakni apakah benar

bahwa terdakwa:

1) Terbukti memenuhi unsur kesengajaan untuk melakukan tindak

pidana penipuan seperti yang didakwakan oleh jaksa, dan

2) Terbukti memenuhi semua unsur tindak pidana penipuan seperti

yang didakwakan oleh jaksa.

Maka untuk dapat menyatakan terdakwa terbukti memenuhi

unsur kesengajaan sebagaimana yang dimaksudkan diatas, disidang

pengadilan yang memeriksa perkara terdakwa, harus dapat dibuktikan

bahwa terdakwa memang benar telah :

1) Bermaksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain

secara melawan hukum;

2) Menghendaki menggerakkan orang lain untuk menyerahkan suatu

benda atau untuk mengadakan suatu perikatan utang ataupun

untuk meniadakan suatu piutang;

3) Mengetahui bahwa yang ia gerakkan untuk melawan hukum

orang lain itu ialah agar orang lain tersebut menyerahkan suatu

benda atau mengadakan suatu perikatan utang ataupun

meniadakan suatu piutang;

4) Mengetahui bahwa yang ia pakai untuk menggerakkan orang lain

itu ialah sudah nama palsu, suatu sifat palsu, suatu tipu muslihat

atau suatu rangkaian kata-kata bohong.

Jika maksud, kehendak, dan pengetahuan terdakwa itu

semuanya dapat dibuktikan, barulah orang dapat mengatakan bahwa

terdakwa memang terbukti telah memenuhi unsur kesengajaan untuk

melakukan tindak pidana penipuan seperti yang didakwakan oleh jaksa

terhadap dirinya. Jika salah satu dari maksud, kehendak, atau

pengetahuan-pengetahuan terdakwa itu ternyata tidak dapat

Page 50: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

40

dibuktikan, maka hakim harus memberikan putusan bebas dari

tuntutan hukum bagi terdakwa. Pembuktian tentang maksud,

kehendak, dan pengetahuan-pengetahuan terdakwa itu dalam

kenyataannya memang tidak mudah terutama jika terdakwa

menyangkal apa yang didakwakan oleh jaksa. Untuk dapat

menyatakan seorang terdakwa terbukti memenuhi unsur-unsur

sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, dengan sendirinya

hakim harus dapat memberikan arti yang setepat-tepatnya kepada

masing-masing unsur yang bersangkutan, baik menurut undang-

undang, menurut yurisprudensi, maupun menurut doktrin.

Unsur subjektif dari tindak pidana penipuan yang diatur dalam

pasal 378 KUHP ialah met het oogmerk om zich of een ander

wederrechtelijk te bevoordelen atau dengan maksud menguntungkan

diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum.

Sebelum berbicara masalah keuntungan mana yang disebut

sebagai keuntungan yang bersifat melawan hukum, kiranya perlu

diketahui terlebih dahulu tentang apa yang sebenarnya dimaksudkan

dengan secara melawan hukum itu sendiri.

Menurut Prof. Van Bemmelemen dan prof. Van Hattum, suatu

keuntungan dapat disebut bertentangan dengan kepatutan di dalam

pergaulan masyarakat, jika pada keuntungan tersebut masih terdapat

cacat tentang bagaimana caranya keuntungan itu dapat diperoleh, juga

hingga saat orang menikmatinya atau jika keuntungan itu sendiri

sifatnya bertentangan dengan kepatutan didalam pergaulan

masyarakat, tanpa orang perlu memperhatikan tentang bagaimana

caranya keuntungan itu dapat diperoleh.

Yang dikatan oleh Van Bemmelemen dan prof. Van Hattum

diatas perlu mendapat perhatian, karena didalam praktik ternyata

banyak terdapat kesalahpahaman tentang kata-kata dengan maksud

untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan

hukum, seolah-olah yang harus bersifat melawan hukum itu hanyalah

Page 51: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

41

perolehan keuntungan yang bersangkutan itu saja, padahal seperti yang

telah dikatakan diatas, suatu keuntungan itu juga dapat disebut bersifat

melawan hukum, jika cara memperoleh keuntungan tersebut ternyata

bertentangan dengan kepatutan didalam pergaulan bermasyarakat.

Unsur Objektif pertama dari tindak pidana penipuan yang

diatur dalam pasal 378 KUHP ialah barangsiapa.

Kata barangsiapa ini menunjukan orang, yang apabila ia

memenuhi semua unsur dari tindak pidana penipuan yang diatur dalam

pasal 378 KUHP, maka ia dapat disebut sebagai pelaku atau dader dari

tindak pidana penipuan tersebut. Pelaku disini tidak semua orang yang

ternyata telah memenuhi semua unsur dari tindak pidana penipuan

yang diatur dalam pasal 378 KUHP harus disebut sebagai pelaku dari

tindak pidana penipuan yang bersangkutan, karena para mededader

pun atau orang-orang yang turut melakukan suatu tindak pidana

penipuan itu juga harus memenuhi semua unsur tindak pidana

penipuan, agar mereka dapat disebut sebagai mededader atau sebagai

orang-orang yang turut melakukan suatu tindak pidana penipuan.

Unsur objek yang kedua dari tindak pidana penipuan yang

diatur dalam pasal 378 KUHP ialah iemand bewegen atau

menggerakan orang lain agar orang lain tersebut:

a. Mau menyerahkan sesuatu benda, atau

b. Mau mengadakan perikatan utang atau meniadakan suatu piutang.

Yang dimaksud dengan menyerahkan suatu benda di dalam

rumusan pasal 378 KUHP ialah iedere handeling waardoor men

scheidt van een goed dat men onder zich had, op welke wijze, onder

welke omstandigheden, aan wie dan ook atau setiap tindakan

memisahkan suatu benda dengan cara yang bagaimanapun dan dalam

keadaan yang bagaimanapun dari orang yang menguasai benda

tersebut untuk diserahkan kepada siapapun.

Untuk adanya suatu penyerahan seperti yang dimaksudkan

dalam pasal 378 KUHP disyaratkan bahwa benda yang diminta oleh

Page 52: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

42

pelaku untuk diserahkan kepadanya harus terlepas dari penguasaan

orang yang diminta untuk menyerahkannya, tetapi tidak perlu bahwa

pada saat yang sama benda tersebut jatuh dalam penguasaan orang

yang lain.

Menurut Hoge Raad yang dimaksud dengan kata schuld ialah

verbintenis atau perikatan, yang dalam hal itu artinya perikatan utang.

menggerakan orang lain untuk perikatan utang. Seorang penerjemah

wetboek van strafrecht telah menerjemahkan schuld itu dengan kata-

kata supaya memberi utang dan adapula yang menerjemahkan dengan

kata-kata supaya membuat hutang. Kata-kata perikatan utang dalam

rumusan pasal 378 KUHP mempunyai arti kata yang sifatnya umum

menurut tata bahasa, dan bukan mempunyai arti menurut burgerlijk

wetboek.

Mengenai hal tersebut diatas maka Mahkamah Agung RI

didalam putusan kasasinya tanggal 11 Agustus 1960 No.66K

K/Kr/1960, telah memutuskan bahwa: “Perbuatan yang merupakan

unsur dari pasal 378 KUHP adalah membujuk orang untuk membuat

utang atau menghapuskan piutang dan bukannya membujuk orang

untuk memberi pinjaman, maka perbuatan yang dituduhkan kepada

penuntut kasasi bahwa ia telah membujuk Teh Tjoe Fat (saksi) untuk

memberikan pinjaman kepadanya, bukan merupakan kejahatan yang

dimaksudkan oleh pasal 378 KUHP”.

Perikatan utang dapat dibuat dalam bentuk perjanjian kredit

didepan notaris, tetapi juga dapat dibuat didalam berbagai bentuk

tulisan, misalnya dalam bentuk kuitansi yang harus ditandatangani

oleh orang yang ditipu seolah-seolah orang tersebut mempunyai utang

sebesar uang yang dituliskan di atas kuitansi tersebut atau dalam

bentuk pengakuan utang diatas kertas segel yang harus ditanda tangani

oleh orang yang ditipu seolah-olah orang tersebut mempunyai utang

sebesar uang yang dinyatakan diatas kertas segel tersebut.

Page 53: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

43

Unsur objek yang ketiga dari tindak pidana penipuan yang

diatur dalam pasal 378 KUHP merupakan sarana-sarana penipuan atau

oplichtingsmiddelen yang salah satu diantaranya harus dipakai oleh

pelaku, agar perbuatanya dapat disebut sebagai suatu penipuan.

Sarana-sarana penipuan tersebut masing-masing ialah:

a. Door het aannemen van een valse naam, artinya dengan memakai

sebuah nama palsu;

b. Door het aannemen van valse boedanigheid, artinya dengan

memakai suatu sifat palsu;

c. Door listige kunstgrepen, artinya dengan memakai tipu muslihat

atau;

d. Door een samenweefsel van verdichtsels, dengan memakai

rangkaian kata-kata bohong.

Yang dimaksud dengan nama palsu menurut Prof.Satochid

Kartanegara, suatu nama palsu harus merupakan nama seseorang.

Nama tersebut dapat merupakan nama yang sebenarnya bukan

merupakan nama dari pelaku sendiri, atau memang merupakan nama

dari pelaku sendiri akan tetapi yang tidak diketahui oleh umum. Nama

tersebut juga dapat merupakan sebuah nama yang tidak digunakan oleh

seorangpun.

Yang dimaksud dengan sifat palsu (hoedanigheid), kata sifat

telah diterjemahkan oleh para penerjemah wetboek van strafrecht

dengan berbagai kata yang berbeda. Ada yang telah menerjemahkan

dengan kata keadaan, adapula yang menerjemahkan dengan kata

martabat dan ada juga yang menerjemahkan kata hoedanigheid

tersebut dengan keadaan peri keadaan.

Menurut Prof. Satochid Kartanegara, sifat palsu itu didalam

pasal 378 KUHP tidak perlu merupakan jabatan, pangkat atau sesuatu

pekerjaan yang resmi seperti hakim, jaksa, penyidik, dan sebagainya,

melainkan juga keberadaan dalam suatu keadaan tertentu, sehingga

orang mempunyai hak-hak tertentu, misalnya mengaku sebagai

Page 54: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

44

seorang informan atau mengaku sebagai saudara atau kawan baik dari

seorang pejabat tertentu sehingga ia dapat memperoleh kemudahan-

kemudahan dari pejabat tersebut, padahal semuanya sesungguhnya

tidak benar.

Yang dimaksud dengan listige kunstgrepen atau tipu muslihat ,

Menurut Prof. Satochid Kartanegara tipu muslihat adalah tindakan-

tindakan yang sedemikian rupa, sehingga dapat menimbulkan

kepercayaan orang atau memberikan kesan kepada orang yang

digerakkan, seolah-olah keadaanya sesuai dengan kebenaran.

Hoge Raad berpendapat bahwa satu kebohongan saja bukanlah

merupakan tipu muslihat seperti yang dimaksud dalam pasal 378

KUHP. Menurut Mahkamah Agung RI telah dipandang sebagai tipu

muslihat didalam putusan-putusan kasasinya antara lain:

a. Membubuhkan tanda tangan palsu pada sebuah keterangan untuk

menggerakan seorang pegawai negeri memberikan sumbangan;

b. Menyerahkan sebuah cek yang diketahuinya bahwa cek tersebut

tidak dapat diuangkan karena tidak ada dananya;

c. Menandatangani sebuah daftar permintaan derma untuk

mencegah seorang peminta derma tidak mempunyai kesibukan

dalam satu minggu;

d. Melakukan pemesanan barang-barang dengan mempergunakan

nama perusahaan yang dicetak, sehingga menimbulkan kesan

yang bertentangan dengan kebenaran seolah-olah pemesan

mengusahakan suatu perusahaan yang berjalan baik;

e. Membayar dengan lembaran uang lima franc di tempat gelap,

yang ukuran dan warnanya sama dengan lembaran uang satu

ringgit.

Jadi, agar suatu dapat dikatakan sebagai suatu tipu muslihat,

maka perilaku tersebut harus merupakan suatu perbuatan, dan bukan

merupakan serangkaian kata-kata bohong.

Page 55: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

45

Yang dimaksud dengan samenweefsel van verdichtsels atau

suatu rangkaian kata-kata bohong menurut Prof. Satochid Kartanegara

adalah serangkaian kata-kata yang terjalin demikian rupa, sehingga

kata-kata tersebut mempunyai hubungan antara yang satu dengan yang

lain dan dapat menimbulkan kesan seolah-olah kata-kata yang satu itu

membenarkan kata-kata yang lain, padahal semuanya sesungguhnya

tidak sesuai dengan kebenaran.

Menurut Hoge Raad di dalam berbagai arrest-nya, masing-

masing tanggal 8 Maret 1926, NJ 1926 halaman 368, W. 11502,

tanggal 28 juli 1916, NJ 1916 halaman 919, W, 9987 dan tanggal 11

Maret 1929, NJ 1929 halaman 855, W, 11995:

“Er is een samenweefsel van verdichtsels, wanneer tussen

verschillende leugens zodanig verband bestaat, en de ene leugen de

andere zodanig aanvult, dat zig elkaar wederkerig een bedriegelijke

schijn van waarheid geven”.

Artinya : “Dapat dikatakan terdapat suatu susunan kata-kata

bohong bilamana antara beberapa kebohongan itu terdapat

hubungan yang demikian rupa, dan kebohongan satu dengan

kebohongan yang lain itu keadaannya adalah demikian rupa,

sehingga semua kata-kata bohong itu secara timbal balik

memberikan kesan seolah-olah apa yang katakan itu sesuai

dengan kebenaran, padahal keadaan yang sebenarnya adalah

tidak demikian”.

Menurut Hoge Raad di dalam berbagai arrest-nya, masing-

masing tanggal 8 Febuari 1926, NJ 1926 halaman 285, W. 11485, dan

tanggal 23 Maret 1931, NJ 1932 halaman 1547, W, 12309, antara lain

telah memutuskan, bahwa yang harus dipandang sebagai tempat

dilakukannya tindak pidana penipuan seperti yang diatur dalam pasal

378 KUHP ialah tempat di mana pelaku telah melakukan perbuatannya

yang terlarang, dan bukan tempat di mana orang digerakkan oleh

pelaku untuk diserahkan kepadanya.

Tindak pidana dengan modus hipnotis pada umumnya memilki

karakteristik sebagai berkut:

Page 56: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

46

1. Secara umum pelaku tindak pidana hipnotis hampir tidak

terkenali namun biasanya mereka memilih target yang sepi dari

perhatian orang banyak. Memilih target atau korban yang

memiliki sugestibilitas (kemampuan fokus tinggi) biasanya

seorang yang sedang sibuk (aktifitas telephone, menghitung uang

dll).

2. Seorang pelaku tindak pidana hipnotis biasanya memiliki tingkat

kepercayaan yang tinggi dalam mendatangi korbannya, dan

membangun kepercayaan agar korban percaya sepenuhnya

kepada pelaku.

2. Tindak pidana penipuan menurut hukum islam

a. Pengertian Tindak Pidana Penipuan

Jarimah penipuan ini dapat diartikan sama dengan dusta, maka

sebagian macam-macam penipuan dan dusta yakni; sumpah palsu,

mengurangi takaran dan timbangan, dan riba.

Penipu adalah suatu yang bersumber dari kemunafikan. Hal ini

merupakan suatu tindak pidana yang berkaitan dengan harta. Jika

ditinjau dari tujuan hukum, yang antara lain seperti yang dikemukakan

diatas, akibat penipuan pihak tertipu dirugikan. Perbedaan kesalahan

bukan hanya pada pihak penipu, melainkan pihak pemilik harta juga

bersalah, yaitu karena kebodohannya, sehingga ia tertipu. Atas dasar

itu sanksi yang dikenakan terhadap penipu lebih ringan jika

dibandingkan dengan pidana pencurian. Namun jika ditinjau dari sisi

pelakunya, penipu lebih memiliki potensi psikis yaitu kepandaian, baik

dalam kata-kata, maupun dalam bidang administrasi. Dampak negatif

yang ditimbulkan, yaitu kerugian dari pihak korban, besar

kemungkinan berlipat ganda daripada kerugian yang ditimbulkan

akibat pencurian. Ditinjau dari ruh syariat menipu adalah

membohongi. Berlaku dusta adalah merupakan ciri munafik.

Page 57: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

47

Munafik seperti dinyatakan dalam Quran surah An-Nisaa’ 145.

بس ولي تجذ لهن صشاإى الوبفقي ف الذسك السفل هي ال

Artinya:“Sesungguhnya orang-orang munafik itu

(ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka

dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong

bagi mereka”.

Ayat diatas memberikan penilaian kepada orang munafik lebih

membahayakan daripada orang kafir. Jika merampas atau merampok

harta hukumannya seperti hukuman orang kafir yaitu hukum bunuh,

maka hukuman terhadap orang munafik minimal sama dengan

hukuman yang ditentukan terhadap perampok.67

Islam mengharamkan segala bentuk tindak pidana termasuk

segala bentuk tindak pidana penipuan. Penipuan merupakan kejahatan

yang dilakukan oleh seseorang dengan jalan membohongi orang lain

atau tipu daya melihat secara melawan hak demi untuk memperoleh

keuntungan yang lebih besar bagi pribadinya, baik itu barang maupun

uang. Karena penipuan itu cinderung melakukan kebohongan dan

merugikan orang lain, adapun dalam islam kebohongan itu sama

dengan dusta.68

b. Unsur-unsur tindak pidana penipuan dalam hukum islam

Tiap-tiap jarimah atau jinayah dalam (tindak pidana) harus

mempunyai unsur-unsur yang wajib dipenuhi, yaitu :69

1) Nash yang melarang perbuatan dan mengancam hukuman

terhadapnya dan unsur ini biasa disebut unsur formil (rukun

syar‟i).

2) Adanya tingkah laku yang membentuk jarimah baik berupa

perbuatan-perbuatan nyata atau sikap tidak berbuat dan unsur ini

disebut unsur material (rukun maddi).

67

Zainuddin Ai, Hukum Pidana Islam (Jakarta: Sinar Grafika,2007),hlm.71. 68

Yusuf Qaradhawi, Halal dan Haram, (Bandung: jabal,2007),hlm. 266. 69

Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1976), hlm.6.

Page 58: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

48

3) Pembuat adalah orang mukallaf, yaitu orang dapat dimintai

pertanggungjawaban terhadap jarimah atau jinayah yang

diperbuatnya dan unsur ini disebut unsur moril (rukun adabi).

Ketiga unsur ini harus terdapat pada suatu perbuatan untuk

digolongkan kepada jarimah atau dalam setiap tindak pidana.

Disamping unsur umum pada tiap-tiap jarimah juga terdapat unsur-

unsur khusus untuk dapat dikenakan hukuman. Perbedaan unsur-unsur

umum dengan unsur-unsur khusus ialah kalau usur-unsur umum satu

macamnya pada semua jarimah, sedangkan kalau unsur-unsur khusus

dapat berbeda-beda bilangannya dan macamnya menurut perbedaan

jarimah, maka unsur-unsur ini merupakan pembeda antara satu tindak

pidana dengan tindak pidana lainnya.

D. Tinjauan Umum Tentang Modus Operandi Hipnotis

1. Pengertian Modus Operandi Hipnotis

Pengertian modus operandi dalam lingkup kejahatan yaitu operasi

cara atau teknik yang berciri khusus dari seorang penjahat dalam

melakukan perbuatan jahatnya.70

Modus operandi berasal dari bahasa Latin, artinya prosedur atau

cara bergerak atau berbuat sesuatu. Menurut wikipedia modus operandi

adalah cara operasi orang perorang atau kelompok penjahat dalam

menjalankan rencana kejahatannya.

Sedangkan Hipnosis, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

“KBBI” edisi III adalah “membuat atau menyebabkan seseorang berada

dalam keadaan hipnotis; berkenaan dengan hipnotis”.71

Hipnosis dalam kamus bahasa indonesia, dijumpai dalam istilah

kedokteraan dan psikologi. Dalam istilah medis, hipnosis diartikan sebagai

“seperti tidur karena sugesti, yang dalam taraf permulaan, orang itu

70

Alfitra, Modus Operandi Pidana Khusus Di Luar KUHP (Jakarta: RAS/Penebar,2014). 71

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Edisis Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2002

Page 59: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

49

dibawah pengaruh orang yang memberikan sugestinya, tetapi pada taraf

berikutnya membuat tidak sadar sama sekali”.72

Secara kebahasaan, hipnotis berasal dari bahasa Yunani, yakni

hypnos yang artinya “tidur”. Adanya perbedaan makna mengenai kata

hipnotis dan hipnosis, hipnotis sebagai teknik untuk menguasai kesadaran

orang sehingga orang tersebut tanpa sadar akan taat jika diberi sugesti atau

perintah oleh pelaku yang menghipnotis.

Kata hipnotis pun dimaknai sebagai (perbuatan “membuat atau

menyebabkan seseorang berada dalam keadaan hipnosis.” Sementara

hipnotisme adalah “ilmu tentang hipnosis atau tindakan yang

menyebabkan hipnotis.” Dengan demikian, dapat dipahami bahwa

“hipnotis” berada dalam pemaknaan “hipnosis” artinya, setiap perbuatan

hipnotis mengandung unsur hipnosis.

Para pakar hipnotis yang terkumpul dalam U.S. Department Of

Education, Human Services Division, membuat definisi “Hypnosis is the

by-pass of the critical factor of the conscious mind followed by the

establishment of acceptable selective thinking” atau “hipnotis adalah

penembusan faktor kritis pikiran sadar diikuti dengan diterimanya suatu

pemikiran atau sugesti tertentu”.

Didalam bukunya C.Roy Hunter istilah hipnosis berasal dari bahasa

Yunani hypnos yang artinya tidur. Tetapi hypnosis bukanlah keadaan

tidur, namun keadaan yang sama dengan aktivitas yang diperlambat

hingga mencapai frekuensi yang disebut “alfa”, yaitu waktu ketika kita

menuju dan dari keadaan tidur. Banyak ahli yang menyebutnya sebagai

“kesadaran yang diubah” karena akal dari orang yang terhipnosis masih

menyadari hal yang terjadi walaupun ia tampak tertidur. Roy Hunter

sangat sependapat dengan teori yang diajarkan Charles Tebbetts; semua

hipnosis adalah hipnosis-diri, sehingga hipnoterapis lebih tampak seperti

pemandu yang memfasilitasi proses hipnotis. Myron Teitelbaum, M, D.,

72

Hamsah Hasan, Cara Dahsyat Menangkal Hipnotis,(Jakarta: QultumMedia, 2010),

hlm.2.

Page 60: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

50

penulis Hypnosis Induction Technics menyimpulkan bahwa “penghipnosis

hanyalah pemandu yang menunjukan dan memimpin subjek menuju

keadaan trans.” Dan menurut C. Roy Hunter sendiri bahwa cara paling

akurat dalam mendefinisikan hipnosis adalah menyebutnya sebagai

meditasi terpandu saja.73

Hipnosis memiliki banyak definisi, menurut Indra Majid, Dalam

bukunya yang berjudul “Hipnotis Modern” menyatakan bahwa, salah satu

dari kejahatan yang sangat banyak terjadi dalam masyarakat pada saat

sekarang ini adalah hipnotis. Dalam bahasa Inggris, hipnotis disebut

sebagai "hypnosis" atau "hypnotism". Istilah "hypnosis" pertama kali

diperkenalkan oleh James Braid, seorang dokter ternama di Inggris yang

hidup antara tahun 1795 - 1860. Sebelum masa James Braid, hipnotis

dikenal dengan nama "Mesmerism" atau "Magnetism".

Istilah nyata hipnosis, yang di ciptakan seorang dokter Inggris paada

abad ke 19, Hypnosis berasal dari kata "hypnos" yang merupakan nama

dewa tidur orang Yunani. Namun perlu dipahami bahwa kondisi hipnotis

tidaklah sama dengan tidur. Orang yang sedang tidur tidak menyadari dan

tidak bisa mendengar suara-suara disekitarnya. Sedangkan orang dalam

kondisi hipnotis, meskipun tubuhnya beristirahat (seperti tidur), ia masih

bisa mendengar dengan jelas dan merespon informasi yang diterimanya.

Beberapa definisi tentang hipnotis yang pernah diungkapnya diantaranya:

a. Hipnotis adalah suatu kondisi yang menyerupai tidur yang dapat secara

sengaja dilakukan kepada seseorang, di mana seseorang yang

dihipnotis bisa menjawab pertanyaan yang diajukan, serta lebih mudah

menerima sugesti.

b. Hipnotis adalah praktek mempengaruhi orang lain agar mengikuti apa

yang diperintahkan oleh ahli hipnotis.

c. Hipnotis adalah suatu kondisi pikiran yang terpusat sehingga tingkat

sugestibilitas (daya terima saran) meningkat sangat tinggi.

73

C.Roy Hunter, Seni Hipnosis Penguasaan Teknik-Teknik Dasar (Jakarta: PT.Indeks,

2015), hlm. 18-19.

Page 61: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

51

d. Hipnotis adalah seni komunikasi untuk mempengaruhi seseorang

sehingga mengubah tingkat kesadarannya, yang dicapai dengan cara

menurunkan gelombang otak dari Beta menjadi Alpha/Theta.

e. Hipnotis adalah seni eksplorasi alam bawah sadar.

Menurut Mosby Medical Encyclopedia (edisi 1992) mendefinisikan

hipnosis sebagai “keadaan pasif dan trans yang mirip dengan tidur normal

ketika persepsi dan ingatan diubah, sehingga mengingkatkan ketanggapan

terhadap sugesti”.

Hipnotis dalam islam itu sendiri adalah Ilmu dan pengetahuan yang

memiliki kedudukan yang sangat mulia, namun, islam telah mengingatkan

manusia agar memosisikan ilmu dan pengetahuan sebagai suatu yang

berunjung pada keimanan kepada Allah, kebaikan dan kesalehan hidup,

serta pengelolaan alam secara proporsional untuk kehidupannya.

Qs. Al-Mujadilah ayat 11:

لكن و لس فٱفسحىا فسح ٱلل ا إرا قل لكن تفسحىا ف ٱلوج أهب ٱلزي ءاهى إرا قل

بوب ٱشزوا ت وٱلل ٱلزي ءاهىا هكن وٱلزي أوتىا ٱلعلن دسج فٱشزوا شفع ٱلل

تعولىى خبش

Artinya : “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:

“Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya

Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:

“Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan

meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-

orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah

Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

QS An-Najm ayat 28:

ئب وهب لهن به هي علن إى تبعىى إل الظي وإى الظي ل غ هي الحق ش

Artinya : “Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun

tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan

sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun

terhadap kebenaran”.

Setiap sesuatu hukum asalnya adalah dibolehkan. Namun, harus pula

dilihat niat awalnya, cara atau metode pemakaiannya, dan tujuannya. Jika

Page 62: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

52

niat hipnotis untuk kebaikan, dan tidak mengandung unsur syirik maka

islam menyambut baik pengetahuan hipnosis.

Hipnosis yang baik antara lain adalah proses hipnosis yang

dilakukan untuk kepentingan kemanusiaan disini meliputi bentuk bantuan

pengobatan, penyembuhan, terapi, motivasi, dan sugesti yang diberikan

kepada penderita, pasien, anak didik, pprajurit, atau karyawan.

Dengan demikian, hipnotis yang baik sangat ditentukan oleh aspek

proses, efek dan tujuannya. Proses dipastikan harus baik, dan tujuan benar-

benar luhur dan mulia. Sebab jika hanya tujuan yang baik, tanpa proses

yang dilakukan benar, akibatnya dapat mencelakakan pasien, atau

penderita.

Hipnotis yang buruk adalah hipnotis yang dilakukan dengan pola

mengelabui dan untuk sebuah rencana kejahatan besar. Sebab, inti hipnotis

buruk adalah penipuan dan pengkhianatan terhadap sisi baik hipnotis, jadi

dikatakan buruk karena tujuannya memang kekejian. Di dalam skripsi

yang berjudul Hipnotis Perspektif Hukum Islam dan Aplikasi Hipnotis di

Turkie oleh Muhammed Orak hipnotis dibagi dua macam, yang pertama

hipnotis klasik, yakni hipnotis yang merupakan salah satu jenis sihir

(perdukunan). Pada jenis hipnotis ini menggunakan media jin sehingga

pelaku dapat menguasai diri korban, lalu berbicaralah ia melalui

ucapannya dan mendapatkan kekuatan untuk melakukan sebagian

pekerjaan setelah dikuasai dirinya tersebut (gendam).

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Quran Surat Ar-Ruum ayat

41:

ن قا ر اس ل ي ال د ا ت أ با سا ا كا وا س ب ح با ال ا س با اد ف ال فاسا سا ال ا ظا

ىا ع ج س ا ن ل عا ا ا ل ل و ي عا ر طا ال باع

Artinya “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan

karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan

kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar

mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

Sedangkan hipnotis modern, tidak menggunakan media jin atau

sejenisnya. Akan tetapi, ia menggunakan kekuatan yang dahsyat yang

Page 63: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

53

sebenarnya terdapat pada diri kita manusia yaitu kekuatan alam bawah

sadar.

Page 64: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

54

BAB III

ASPEK HUKUM DAN PENGARUH TINDAK PIDANA PENIPUAN

BERMODUS OPERANDI HIPNOTIS

A. Tindak Pidana Penipuan Bermodus Operandi Hipnotis

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan pengaruh

terhadap kehidupan masyarakat yang memberikan dampak positif dan negatif.

Semakin meratanya pembangunan, lancarnya jalur tranportasi, hingga

kemudahan dalam melakukan komunikasi merupakan suatu dampak positif

dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut Di sisi lain

meningkatnya kejahatan tidak dipungkiri merupakan dampak negatif dari

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini.

Dalam kehidupan sehari-hari anggota masyarakat saling berhubungan

antara satu dengan yang lainya sebab masing-masing orang saling mempunyai

kepentingan jiwa raga, harta benda, kemerdekaan diri dan kehormatan.

Adakalanya kepentingan masyarakat itu bersama, karenanya diperlakukan

kerja sama, namun kepentingan itu bisa saja bertentangan sehingga diperlukan

peraturan-peraturan yang membatasi hak-hak dan kewajiban masing-masing

agar jangan saling berbenturan. Setiap orang akan lebih mengutamakan dan

membela kepentiganya atau kebutuhanya sendiri lebih dulu daripada

kepentingan orang lain, yang akan menyebabkan kekacauan dalam peraturan-

peraturan yang ada, baik di agama, kesusilahan, adat istiadat atau hukum

positif yang berlaku di negara hukum Republik Indonesia.

Ketertiban dan keamanan dalam masyarakat akan terpelihara bila mana

tiap-tiap anggota masyarakat mentaati peraturan-peraturan atau norma-norma

yang ada dalam masyarakat itu. Peraturan-peraturan ini di keluarkan dalam

suatu badan yang disebut pemerintah.Walaupun peraturan-peraturan ini telah

dikeluarkan masih ada saja orang yang melanggar peraturan-

peraturan.Terhadap orang ini sudah tentu dikenakan hukuman yang sesuai

dengan perbuatan yang di langgarnya. Di Indonesia segala pelanggaran dan

54

Page 65: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

55

kejahatan diatur oleh hukum pidana dan dimuat dalam Kitab Undang-undang

Hukum Pidana (KUHP).

Kejahatan atau tindak pidana merupakan suatu gejala sosial yang sudah

tua usianya dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan

pertumbuhan penduduk. Hal ini juga terjadi karena perkembangan sosial

masyarakat itu sendiri, karena kejahatan erat hubunganya dengan budaya

dalam masyarakat. Akan tetapi bukan menjadi sebagian dari hasil budaya

masyarakat itu, ini berarti semakin modern suatu bangsa, maka semakin

modern pula kejahatan itu dalam bentuk, sifat dan cara pelaksanaanya.

Salah satu dari kejahatan tersebut yang sangat banyak terjadi dalam

masyarakat pada saat sekarang ini adalah hipnotis. Secara sederhana,

pengertian hipnotis adalah cabang ilmu psikologi yang mempelajari pengaruh

sugesti terhadap pikiran manusia. Hipnotis disebut”hypnosis”atau”hypnos”,

nama dewa tidur mitologi Yunani kuno.

Setiap orang mempunyai prespektif yang berbeda tentang hipnotis.

Oleh karena itu, begitu banyak pengertian hipnotis yang muncul. Ada yang

berpendapat bahwa teknik hipnotis adalah sebuah teknik jahat melalui alam

bawah sadar, teknik hipnotis adalah sebuah teknik menyembukan melalui

alam bawah sadar, ada juga yang berpendapat bawah teknik hipnotis adalah

sebuah teknik yang tidak berbahaya dimana teknik ini bisa merubah hidup

orang yang mengunakannya. Pengertian hipnosis sebenarnya adalah ilmu yang

mempelajari pikiran alam bawah sadar dengan kata lain hipnosis adalah

ilmunya sedangkan hipnotis adalah sebutan orang untuk melakukan hipnosis.

Namun kebanyakan orang indonesia dengan kata hipnotis.

Manfaat hipnotis dan fungsi hipnotis tergantung pada setiap individu

yang melakukan hipnotis, karena hipnotis sendiri erat kaitanya dengan alam

bawah sadar. Sehingga ada sebagian orang yang memanfatkan hipnotis

sebagai sarana untuk melakukan tindak pidana. Pada saat itu seseorang

memasuki alam bawah sadar mereka karena pengaruh hipnotis, pada saat

pelaku tindak pidana hipnotis ini melakukan penipuan pada korbanya dengan

Page 66: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

56

meminta apa yang tindak pidana yang diinginkanya pada orang tersebut,

seperti meminta perhiasan dan uang.

B. Upaya-upaya yang dilakukan dalam menanggulangi tindak pidana

penipuan dengan modus operandi hipnotis

Terkait dengan tugas pokok badan kepolisian, seorang polisi harus

mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa memberikan rasa

aman kepada masyarakat. Seorang polisi harus mampu memelihara keamanan

dan ketertiban masyarakat, sebagai penegak hukum, pengayom masyarakat

dan pelayan masyarakat.

Dalam mengurangi atau menanggulangi kejahatan penipuan dengan

cara hipnotis maka perlu di lakukan upaya-upaya atau tindakan

penanggulangan. Menurut Empirik ada beberapa cara untuk menanggulangi

kejahatan, yaitu:

1. Upaya Pre-emtif

Upaya pre-emtif adalah upaya yang dilakukan dengan kegiatan

pencegahan awal yang dilakukan oleh pihak berwajib dalam hal ini adalah

satuan kepolisian Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang, guna

meminimalisir terjadinya kejahatan penipuan dengan hipnotis yang terjadi

di Desa Lembangsari. Tindakan yang dilakukan dapat berupa :

a. Memberikan penyuluhan hukum kepada masyarakat. Penyuluhan

Hukum adalah kegiatan untuk meningkatkan kesadaran hukum

masyarakat berupa penyampaian dan penjelasan peraturan hukum

kepada masyarakat dalam suasana informal sehingga tercipta sikap dan

perilaku masyarakat yang berkesadaran hukum. Masyarakat diajarkan

untuk sadar dan mengerti akan kewajiban serta hak-haknya dalam

berbangsa dan bernegara. Kesadaran terhadap moral hukum dan

peraturan hukum akan memberikan perlindungan terhadap masyarakat

serta akan menjauhkan seseorang untuk melakukan tindak kejahatan.

Penyuluhan yang dilakukan oleh pihak kepolisian terhadap masyarakat

juga dapat berupa penyampaian agar senantiasa berhati-hati terhadap

orang yang baru saja dikenali, tidak mudah begitu saja terbujuk kata-

Page 67: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

57

kata dari para penjual yang jika dilihat kurang meyakinkan. Dengan

melakukan penyuluhan seperti ini, maka masyarakat akan lebih

waspada dan mulai membentengi diri dari hal-hal yang buruk,

begitupula dengan para pelaku tindak kejahatan akan sadar terhadap

tindakannya sehingga kesejahteraan masyarakat tercapai.

b. Tidak cukup dengan hanya memberikan penyuluhan kepada

masyarakat. Para pihak kepolisian juga perlu menyebarkan informasi

berupa tulisan yang dapat dibaca oleh semua orang. Membuat poster

atau pamflet yang diedarkan atau dipasang diseluruh kawasan Desa

Lembangsari, dimana isinya mengenai kewaspadaan terhadap tindak

pidana penipuan. Salah satu bentuk cara seperti ini cukup membantu

untuk memberikan informasi kepada masyarakat untuk selalu

meningkatkan kewaspadaan penduduk desa.

c. Pengawasan dan pemeriksaan yang ketat dilakukan oleh pihak

kepolisian terhadap orang-orang yang patut dicurigai. Pengawasan

yang ketat pun dapat meminimalisir tindak kejahatan lain diluar dari

tindak penipuan.

d. Melakukan pengumuman secara langsung diwilayah Desa

Lembangsari yang dimaksudkan agar terus berhati-hati dan waspada.

Seperti contoh ketika kita dipasar atau pusat perbelanjaan yang ramai

maka security akan mengumumkan untuk memperhatikan barang

bawaan agar tetap dijaga.

Dengan melakukan tindak pencegahan awal, maka para pelaku

tindak kejahatan khususnya tindak penipuan dengan cara hipnotis akan

merasa enggan dan takut melakukan tindak kejahatan tersebut, sehingga

dapat meminimalkan usaha tindak kejahatan.

2. Upaya Preventif

Upaya preventif adalah upaya lanjutan dari upaya Pre-emtif. Upaya

preventif disini adalah menghilangkan kesempatan untuk dilakukannya

kejahatan penipuan dengan cara hipnotis. Hal ini bisa dilakukan oleh

badan kepolisian dengan cara :

Page 68: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

58

a. Melakukan patroli keliling disekitar wilayah Desa Lembangsari. Hal ini

dilakukan untuk melihat dan mengawasi segala tindakan yang

dilakukan oleh para penduduk, jika ada tindakan penduduk atau orang

lain yang bukan berasal dari Desa Lembangsari yang mencurigakan

maka pihak kepolisian bisa terus mengawasi orang tersebut. Namun,

patroli keliling ini hendaknya dilakukan oleh beberapa orang polisi

yang dibagi dalam beberapa bagian tempat, untuk mempermudah

pengawasan.

b. Mengeluarkan ultimatum atau pengumuman yang berisi kewaspadaan

terhadap orang yang baru dikenal memalui dengan cara transaksi jual

beli, jangan mudah tergiur dengan tawaran sang penipu, karena pelaku

mengincar pada saat keadaan kita sudah mulai terhipnotis oleh pelaku.

c. Para aparatur desa khususnya desa Lembangsari agar tetap harus

waspada, karena sudah banyak sekali masyarakat menjadi korban

penipuan dengan modus hipnotis. Berbagai modus penipuan, ada

dengan cara menawarkan barang-barang (seles) dan ada juga mengajak

ngobrol korban hingga korban hilang kesadaran dan menuruti apa yang

disuruh oleh pelaku.

Tindakan lanjut seperti diatas dapat menghilangkan kesempatan bagi

pelaku untuk melakukan tindak kejahatan penipuan dengan cara hipnotis

tersebut. Karena sesuai dengan teori Niat + Kesempatan = Kejahatan,

maka untuk meniadakan kejahatan tersebut maka perlu dihilangkan

kesempatan pelaku untuk melakukan tindakan kejahatan tersebut.

3. Upaya Represif

Upaya ini dilakukan pada saat telah terjadi tindak pidana atau

kejahatan yang tindakannya berupa penegakan hukum (law

enforcemmenet) dengan menjatuhkan hukuman. Pelaku tindak pidana

penipuan dengan modus operandi hipnotis yang terjadi di wilayah Desa

Lembangsari dapat langsung diproses dan dijatuhi hukuman sesuai dengan

pasal dan undang-undang yang berlaku untuk memberikan efek jera

terhadap pelaku.

Page 69: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

59

Dengan adanya penegakan hukum, maka para pelaku tindak

kejahatan akan merasa takut untuk melakukan tindakan kejahatan tersebut.

Upaya lain yang dilakukan pihak kepolisian adalah bekerja sama dengan

pihak aparatur pemerintah yaitu menempatkan beberapa personil

kepolisian di tiap-tiap daerah atau yang disebut dengan

BAPEMKAMTIBMAS (Badan Pembina Ketertiban dan Keamanan

Masyarakat). Tujuannya adalah untuk mendekatkan masyarakat dengan

Polisi untuk rnemberikan informasi atau bantuan dari pihak kepolisian

untuk mengungkapkan kasus-kasus tindak pidana penipuan dengan modus

operandi hipnotis didaerah masing-masing.

Selain upaya diatas perlu juga dilakukan penyebarluasan ajaran

agama, moral dan perundang-undangan yang baik serta pentingnya

penanaman moral sejak dini di sekolah-sekolah. Hal ini dapat memberikan

pengetahuan dasar kepada masyarakat mengenai moral bermasyarakat.

Page 70: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

60

BAB IV

ANALISIS TINDAK PIDANA PENIPUAN DENGAN MODUS

OPERANDI HIPNOTIS

A. Analisis bentuk-bentuk tindak pidana penipuan dengan modus operandi

hipnotis

1. Bentuk-bentuk Penyalahgunaan Hipnotis

Dalam hal ini, meskipun telah diketahui banyak masyarakat pada

umumnya bahwa hipnotis merupakan suatu ilmu yang bermanfaat. Akan

tetapi pada kenyataanya masih banyak yang menyalahgunakan untuk

melakukan suatu tindak kriminal, seperti menipu, mencuri bahkan bisa

dikatakan merampok. Karena semua hal tersebut yaitu berupaya untuk

menguntungkan diri sendiri dengan modus operandi hipnotis, adapun

korban hipnotis tersebut yang dalam ketidaksadarannya, sehingga pelaku

tindak kriminal dengan leluasa mengambil harta korban tanpa hambatan

apapun.

Berikut adalah teknik yang digunakan untuk seorang hypnotist untuk

menembus alam bawah sadar korban hipnotis:

a. Confiutions teqnique (teknik membingungkan dengan pertanyaan yang

bertubi-tubi) Confusion tehnique awalnya diperkenalkan oleh Milton

Ericson dan tehnik ini awalnya digunakan untuk hypnotherapi

(pengobatan mental dengan hipnotis) untuk membantu cliens

memasuki kondisi Trance hipnotis (tidur untuk kepentingan terapi)

“for want of a better term, one of these special procedures may be

termed the “confusion technique.” It ha been employed extensively for

the induction of specific phenomena as well as deep trances. Usually,

it is best employed with highly intelligent subjecs interested in the

hypnotic process, or with those consciously unwilling to go into a

trance despite an unconcious willingnes”.74

74

Muhammed Orak, Skripsi yang berjudul “ Hipnotis Dalam Perspektif Hukum Islam

Dan Aplikasi Hipnotis Di Turki” (UIN Jakarta:2012), hlm.36.

60

Page 71: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

61

Teknik ini banyak digunakan oleh praktisi hypnoterapi untuk

membantu seseorang memasuki kondisi trance, pada kasus-kasus

tertentu dimana seseorang mengalami kesulitan untuk memasuki

kondisi trance. Namun seiring perkembangan zaman beberapa orang

faham di bidang ini dan memiliki niat buruk untuk

mengaplikasikannya kepada tidak kejahatan maka beberapa orang

tersebut menggunakan tehnik ini untuk kejahatan dengan modus

operandi hipnotis.

b. Shock Inductions/ Rapid Induction (hipnotis dengan tehnik cepat)

Tehnik ini awalnya digunakan untuk kepentingan therapi (hypnoterapi)

membantu seorang cliens memasuki kondisi trance (tidur) dengan cara

yang sangat cepat beberapa macam Rapid indoction adalah:

1) Hand Shock Induction

Adalah dengan cara menarik tangan sesorang dan

mengucapkan “tidur” bersamaan dengan tarikan tangannya. Dalam

hal ini biasanya seorang pelaku kejahatan hipnotis menepuk

punggung atau area tubuh dan kemudian meminta benda/barang

yang dikendakinya.

2) Shock Mentality (meberikan efek kaget kepada korban)

Tehnik ini biasanya digunakan unutk memberikan efek kaget

kepada korban, contoh dengan sms berhadiah, berita menyedihkan,

bahkan berita yang memberikan efek sedih, dari sini pintu alam

alam bawah sadar terbuka dan pelaku kejahtan hipnotis dengan

mudah memaksukkan segusti atau arahan kepada korban, sehingga

korban dengan mudah menuruti semua kemauan dari

penghipnotis.75

Untuk memahami lebih detail bagaimana terjadinya hipnotis,

sehingga bisa dipahami bagimana mekanisme terbukanya pintu gerbang

75

Willy Wong dan Andi Hakim, Dahsyatnya Hipnotis, (Jakarta: Transmedia Pustaka,

2010) cet. Ke-7, hlm.48.

Page 72: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

62

pikiran bawah sadar sehingga sugesti atau perintah bisa masuk dan

dilakukan oleh korban hipnotis.

Secara llmiah pintu gerbang pikiran bawah sadar dapat terbuka

atau tertutup. Karena mekanisme itulah setiap hari seorang menambah

pengetahuan dengan menyerap informasi dari luar seperti:

a. Saat seseorang fokus terhadap sesuatu hal yang menarik. Dapat berupa

obyek yang menarik. Contohnya; seseorang ketika berada didalam

sebuah bis dan kemudian diajak komunikasi dengan orang yang baru

dikenal dan seseorang tersebut mengatakan “persamaan” artinya

seseorang tersebut menyamakan maksud dan tujuan dengan orang

pertama, maka secara tidak langsung orang pertama akan fokus kepada

pembicaraan dan tema pembicaraan

b. Saat seseorang berkomunikasi dengan seseorang yang dipercaya dan

seorang yang dihormati, baik dia adalah seorang tokoh, idola, sahabat

dekat, orang tua, guru, atau siapapun juga yang dianggap memilki

pengetahuan, wawasan yang luas, dimana seseorang menaruh respek

yang sangat tinggi.

c. Saat seseorang berhadapan dengan suatu harapan, misalkan harapan

menjadi lebih cantik, harapan untuk menjadi sembuh. Para penjahat

hipnotis bisa mengawali komunikasi dengan “menyentuh” area ini.

d. Seorang pelaku kejahatan hipnotis biasanya memilki komunikasi yang

handal dan terampil dalam mengelabui korbannya.

e. Terdiri dari satu atau lebih dan memilki kemapuan untuk menilai,

memilah, dan milih korban yang tepat dalam menjalankan aksinya.

B. Mekanisme Penyelesaian Dalam Tindak Pidana Penipuan Dengan Modus

Operandi Hipnotis

Berdasarkan hasil penelitian, mekanisme penyelesaian dalam tindak

pidana penipuan dengan modus operandi hipnotis bahwa di Indonesia tidak

mengatur tentang adanya hipnotis. Penggunaan hipnotis untuk kejahatan

adalah modus yang jarang sekali dapat terungkap karena biasanya korban

tidak sadar ketika dalam pengaruh hipnotis ini, dan seolah-olah korban

Page 73: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

63

memberikan barang tersebut secara suka rela dan tidak terlihat adanya unsur

kekerasan sehingga sulit terditeksi oleh orang lain yang menyaksikannya.

Hingga saat ini Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang digunakan

belum menjangkau kedalam kejahatan ini sehingga belum ada satupun pasal

yang mengatur dan menggambarkan tentang perbuatan yang terjadi. Dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang kita miliki saat ini tidak

mengatur tentang hal tersebut tetapi melihat apa yang dikemukakan oleh para

ahli hukum bahwa apabila di dalam undang-undang tidak ada unsur yang

cocok maka harusnya memperhatikan norma-norma yang ada dalam

masyarakat.

Adapun kendala-kendala yang dihadapi oleh penegak hukum

khususnya penyidik kepolisian adalah masalah pasal yang dipersangkakan

terhadap tersangka dalam kejahatan hipnotis ini, karena didalam KUHP kita

saat itu belum ada satupun pasal khusus yang unsur-unsur perbuatannya

sesuai dengan fakta yang terjadi sesungguhnya.

Banyaknya kendala-kendala untuk mengungkap kasus tindak pidana

dengan modus hipnotis ini, diantaranya yakni;

1. Polisi sulit mencari barang bukti ataupun alat bukti yang terjadi

pada saat pelaku melakukan aksinya;

2. Sulitnya untuk mendapatkan keterangan saksi, karena korban

merupakan saksi pada tindak pidana dalam kasus hipnotis;

3. Banyak korban yang tidak melapor kekepolisian karena barang

bukti tidak ada.

Mengenai bagaimana penyidikan dalam menyelidiki tindak pidana

penipuan dengan modus operandi hipnotis di wilayah Kecamatan Rajeg

Tangerang. Maka penulis menjelaskan sebagai berikut: Kepolisian Negara

Republik Indonesia pelindung pengayom serta pembimbing masyarakat.

Pihak kepolisian adalah merupakan salah satu pihak yang mempunyai

peranan yang sangat penting dalam upaya untuk menanggulangi kejahatan

Page 74: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

64

yang terjadi di suatu daerah. Disamping itu adalah polisi meupakan aparat

penegak hukum di sebuah negara.76

Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

merumuskan:

“Pengertian penyidikan sebagai serangkaian tindakan yang

dilakukan pejabat Kepolisian sesuai dengan cara yang diatur dalam

undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti, dan

dengan bukti itu membuat atau menjadi terang tindak pidana yang

terjadi serta menemukan tersangkanya atau pelaku tindak

pidananya”.

Berdasarkan rumusan Pasal 1 butir 2 Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana (KUHAP) unsur-unsur yang terkandung dalam pengertian

penyidikan adalah:

1. Penyidikan meupakan serangkaian tindakan yang mengandung tindakan-

tindakan yang antara satu dengan yang lain saling berhubungan.

2. Penyidikan dilakukan oleh pejabat publik yang disebut dengan penyidik.

3. Penyidikan dilakukan dengan berdasarkan peraturan perundang-undagan

4. Tujuan penyelidikan ialah mencari dan mengumpulkan bukti, yang

dengan bukti tersebut membuat terang tindak pidana yang terjadi dan

menemukan tersangkanya.

Penyidikan merupakan salah satu tugas pokok Kepolisian Republik

Indonesia dalam rangka pelaksanaan penegakan hukum yang di dasarkan

pada ketentuan Pasal 13 huruf (b) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002

tentang Kepolisan Negara Republik Indonesia, sementara dalam kaitannya

dengan Polri sebagai penyidik didasarkan kepada ketentuan Pasal 14 ayat (1)

huruf (g) UndangUndang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik

Indonesia yang mengatakan bahwa :

“Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas melakukan

penyidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan

hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya”.

76

Djoko Prokoso, POLRI Sebagai Penyidik Penegak Hukum, (Jakarta:Bina

Aksara,1987),hlm.70.

Page 75: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

65

Pihak kepolisian yang menangani kasus-kasus tersebut menerima

laporan dari para korban. Dan mengupayakan bahwa kasus-kasus tersebut

dapat terselesaikan dengan baik. Namun dari beberapa kasus tindak pidana

penipuam dengan modus operandi hipnotis penyidikan belum sempurna. Hal

ini seperti kurangnya penyidik melacak keberadaan pelaku penipuan hal ini

dapat terjadi karena bukti dan saksi yang didapatkan hanya sedikit.

Sehingga penyidik susah menyelesaikan kasus tersebut. Dan ada pun

pihak kepolisian hanya menerima laporan tersebut tapi proses dalam

penyidikannya tidak berjalan. Bahwa pada dasarnya seorang

penyidik/penyelidik menerima laporan atau pengaduan maupun suatu

informasi tentang terjadinya suatu tindak pidana maka polisi wajib segera

melakukan langkah-langkah guna mengetahui sejauh mana kebenaran

laporan/pengaduan/informasi tersebut. Setelah diketahuinya bahwa peristiwa

yang diberitahukan kepadanya itu memang benar-benar telah terjadi, maka

penyidik harus mengumpulkan segala fakta dan data yang berhubungan

dengan tindak pidana penipuan. Berdasarkan data dan fakta yang

diperolehnya itu, penyidik menentukan apakah peristiwa itu benar

merupakan tindak pidana dan apakah terhadap tindak pidana tersebut dapat

dilakukan penyidikan. Hasil-hasil yang diperoleh dengan dilaksanakan

penyidikan tersebut menjadi bahan-bahan yang diperlunakan oleh

penyidik/penyidik pembantu dalam melaksanakan penyidikan.77

Proses penyidikan dimulai setelah dikeluarkannya surat perintah

penyidikan dimana penyidik diperintahkan untuk melakukan penyidikan atas

di duganya telah terjadi tindak pidana, namun apabila tindak pidana tersebut

tertangkap tangan, maka penyidik wajib segera melakukan tindakan

penyidikan yang diperlukan atau seperlunya tanpa harus menunggu perintah

penyidikan. Namun jika tidak tertangkap tangan, maka penggeledahan atau

penangkapan maupun penyitaan harus dikuatkan dengan surat perintah yang

di tanda tangani oleh kepala direktorat dengan nomor, tanggal dan stempel.

77

Hamrat Hamid dan Harun M.Husein, Pembahasan Permasalahan KUHAP Bidang

Penyidikan dalam Bentuk Tanya Jawab (Jakarta: Sinar Grafika,1992),hlm.20-21.

Page 76: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

66

Apabila ada korban yang datang memberikan laporan, maka kepolisian

yang bertugas di pos jaga meminta korban untuk menceritakan secara jelas

apa permasalahannya dan bagaimana hal tersebut dapat terjadi, siapa yang

melakukan dan dimana tindak pidana tersebut terjadi. Oleh pihak Kepolisian

laporan tersebut di catat dan di tandatangani oleh pihak pelapor serta

diberikan surat tanda penerima laporan. Laporan tersebut merupakan dasar

dari pihak Kepolisian untuk melakukan penyelidikan selanjutnya dilakukan

penyidikan. Setiap proses pemeriksaan harus dicantumkan dalam Bukti

Acara Pemeriksaan (BAP).

Dalam proses pemeriksaan korban penipuan dengan modus operandi

hipnotis, langkah pertama yang dilakukan adalah terlebih dahulu

menanyakan apakah korban mengetahui bagaimana pelaku melakukan

perbuatan tersebut. Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap korban dan di

dapati bukti dari korban, maka proses selanjutnya masuk kedalam proses

pemeriksaan tersangka dan saksi. Pada umumnya kita melakukan

penangkapan kepada tersangka yang di duga telah melakukan tindak pidana

tersebut. Dalam pelaksanaan penangkapan, petugas harus disertai dengan

surat perintah penangkapan yang tembusan surat perintah diberikan kepada

tersangka.

Penyidik tindak pidana penipuan dengan modus operandi hipnotis ini,

penyidik tidak pernah mendatangkan atau memanggil ahli hipnotis atau

pakar-pakar hipnotis untuk mengetahui apakah korban benar-benar telah

terhipnotis oleh tersangka. Penyidik hanya menggali informasi dan menanyai

dalam kepada korban dan tersangka untuk mengetahui apa benar cara

hipnotis yang digunakan untuk melakukan penipuan, tanpa harus memanggil

ahli hipnotis.

Keterangan yang di dapatkan oleh penyidik pada saat melakukan

pemerikasaan terhadap pelaku kejahatan hipnotis ini mereka memenuhi

unsur-unsur materiil melakukan unsur pidana:

Page 77: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

67

1. Terdapat kerugian akibat perbuatan pelaku dengan cara menghipnotis

korban dan kerugian tersebut adalah harta benda korban yang diserahkan

korban ketika korban terpengaruh hipnotis.

2. Para pelaku sudah merencanakan perbuatannya sebelum menjalankan

aksinya dan dalam hal bekerja secara kelompok mereka membagi tugas

peran masing-masing.

3. Maksud dan tujuan pelaku adalah mengincar harta benda korban.

4. Perbuatan pelaku menguasai harta korban dengan cara yang salah dan

tidak di kehendaki oleh korban

5. Akibat dari metode hipnotis yang digunakan oleh pelaku maka secara

tidak sadar korban memeberikan harta benda kepada pelaku yang mana

merugikan korban.78

Bagian yang terpenting dalam perkara pidana adalah persoalan

pembuktian. Adapun pengertian pembuktian dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, kata “bukti” terjemahan dari bahasa Belanda, bewijs yang

diartikan sebagai suatu yang menyatakan kebenaran suatu peristiwa. Dalam

kamus hukum, bewijs diartikan sebagai segala sesuatu yang memperlihatkan

kebenaran fakta tertentu atau ketidakbenaran fakta lain oleh para pihak

dalam perkara pengadilan, guna memberi bahan kepada hakim bagi

penilaiannya. Sementara itu, membuktikan berarti memperlihatkan bukti dan

pembuktian diartikan sebagai proses, perbuatan, atau cara membuktikan.

Pengertian bukti, membuktikan, dan pembuktian dalam konteks hukum tidak

jauh berbada dengan pengertian pada umumnya. Pembuktian adalah

perbuatan membuktikan. Membuktikan berarti membari atau

memperlihatkan bukti, melakukan sesuatu sebagai kebenaran, melaksanakan,

menandakan, menyaksikan, dan meyakinkan.79

Yahya Harahap memberi

definisi pembuktian sebagai ketentuan-ketentuan yang berisi penggarisan

dan pedoman tentang tata cara yang dbenarkan undang-undang membuktikan

kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa. Pembuktian juga merupakan

78

Bhakti Prasetyo,”Sanksi Hukum Terhadap Pelaku Kejahatan Dengan Hipnosyis”, Jurnal

Ilmu Hukum , Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945, Vol .7, No.1 Febuari 2011, hlm 40. 79

Eddy O.S. Hiariej, Teori dan Hukum Pembuktian ( Jakarta: Erlangga, 2012), hlm.3.

Page 78: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

68

ketentuan yang mengatur mengenai alat butki yang boleh digunakan hakim

guna membuktikan kesalahan terdawa.

Untuk kepentingan tersebut maka benda-benda yang menyangkut

tindak pidana diperlukan sebuah barang bukti. Begitu juga dengan tindak

pidana melalui hipnotis, dimana Kepolisian yang melakukan penyidikan

tindak pidana ini harus juga memiliki sebuah bukti yang otentik kuat untuk

menjerat tersangka.

Page 79: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

69

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa :

1. Bentuk tindak pidana penipuan dengan modus operandi hipnotis di

wilayah Kecamatan Rajeg Tangerang itu beragam, adapun teknik yang

sering digunakan oleh pelaku hipnotis yang pertama yaitu Confiutions

teqnique (hipnotis dengan teknik membingungkan dengan pertanyaan yang

bertubi-tubi), Shock Inductions/ Rapid Induction (hipnotis dengan tehnik

cepat), Hand Shock Induction (hipnotis dengan cara menarik tangan

sesorang dan mengucapkan “tidur” bersamaan dengan tarikan tangannya),

Shock Mentality (hipnotis dengan teknik meberikan efek kaget kepada

korban).

2. Berdasarkan hasil penelitian, mekanisme penyelesaian dalam tindak

pidana penipuan dengan modus operandi hipnotis bahwa di Indonesia tidak

mengatur tentang adanya hipnotis. Penggunaan hipnotis untuk kejahatan

adalah modus yang jarang sekali dapat terungkap karena biasanya korban

tidak sadar ketika dalam pengaruh hipnotis ini, dan seolah-olah korban

memberikan barang tersebut secara suka rela dan tidak terlihat adanya

unsur kekerasan sehingga sulit terdeteksi oleh orang lain yang

menyaksikannya. Dan juga hingga saat ini Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana yang digunakan belum menjangkau kedalam kejahatan ini sehingga

belum ada satupun pasal yang mengatur dan menggambarkan tentang

perbuatan yang terjadi. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang

kita miliki saat ini tidak mengatur tentang hal tersebut tetapi melihat apa

yang dikemukakan oleh para ahli hukum bahwa apabila di dalam undang-

undang tidak ada unsur yang cocok maka harusnya memperhatikan norma-

norma yang ada dalam masyarakat.

69

Page 80: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

70

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan sebagai

berikut:

1. Pihak penyidik Kepolisian khususnya Kecamatan Rajeg Tangerang lebih

efektif lagi dalam menangani kasus penipuan dengan modus operandi

hipnotis, karena tindak pidana penipuan dengan modus hipnotis ini

sangat menghawatirkan dan merugikan bagi masyarakat.

2. Harus diberlakukannya Undang-Undang khusus untuk tindakan hipnotis

agar sanksi yang diberikan kepada pelaku lebih jelas.

3. Dalam menjatuhkan pidana terhadap suatu perkara diharapkan selalu

berpegang teguh pada rasa keadilan di masyarakat dan hukuman

dianggap sebagai penjera agar di masa yang akan datang terpidana

memperbaiki hidupnya dan bisa menjadi pembelajaran bagi masyarakat

agar tidak mengulangi kesalahan yang sama atau sejenisnya demi

tercapai ketentraman dalam masyarakat.

4. Masyarakat diharapkan memiliki keberanian dan keikhlasan dalam

memberikan informasi mengenai suatu kejahatan yang mereka lihat dan

mau menjadi saksi atas peristiwa tersebut untuk membantu aparat

penegak hukum menyelesaikan perkara tersebut.

Page 81: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

71

DAFTAR PUSTAKA

A. Djazuli, Fiqh Jinayah Upaya menanggulangi Kejahatan dalam Islam, Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 1997.

A. Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1976

Abidin Zainal Farid, Hukum Pidana 1,Jakarta; Sinar Grafika, 2007.

Al Faruk Asadulloh, Hukum Pidana Dalam Sistem Hukum Pidana Islam, Bogor;

Ghalia Indonesia, 2009.

Alfitra, Modus Operandi Pidana Khusus Di Luar KUHP (Jakarta:

RAS/Penebar,2014).

Aldian Josh , Hipnotis dan Kesehatan, Gramedia Pustaka Jakarta, 2009.

Ali Zainudin, Hukum Pidana Islam, Jakarta; Sinar Grafika Offset, 2009.

Ananda S., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Surabaya; Kartika, 2009.

Amzah Andi, Delik-Delik Tertentu di Dalam KUHP, Jakarta: Sinar Grafika, 2011.

Bassar Sudradjat, Tindak-Tindak Pidana Tertentu didalam Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana, Bandung; Remadja Karya,1984.

Kansil C.S.T., Kitab Undang-Undang: Hukum Acara Pidana, Jakarta: Pradinya

Paramita, 2004.

Gunadi Isnu, Jonaedi Efendi, Cepat dan Mudah Memahami Hukum Pidana,

Jakarta; PT Fajar Interpratama Mandiri, 2014.

Hamid Hamrat dan Harun M.Husein, Pembahasan Permasalahan KUHAP

Bidang Penyidikan dalam Bentuk Tanya Jawab, Jakarta; Sinar Grafika,1992

Hamzah Andi , KUHP&KUHAP, Jakarta: Reneka Cipta, 2014

Hasan Hamsah, Cara Dahsyat Menangkal Hipnosis, Jakarta: QultumMedia, 2010.

Hunter C.Roy, Seni Hipnosis Penguasaan Teknik-Teknik Dasar, Jakarta,

PT.Indeks, 2015.

Irfan M Nurul, Korupsi dalam Hukum Pidana Islam, Jakarta; Amzah, 2012.

Page 82: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

72

M – Jimmy P Marwan, Kamus Hukum “ Dictionaryof law Complete Edition,

Cetakan Pertama, Surabaya : Reality Publiser, 2009.

Maramis Frans, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, Jakarta;

Rajawali Pers, 2013.

Mardani, Kejahatan Pencurian Dalam Hukum Pidana Islam, Jakarta; CV Indhill

CO, 2008.

Moeljatno, Asaz-Asaz Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 1993

Nurul M Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, Jakarta; Amzah, 2014

------, Gratifikasi dan Kriminalitas Seksual dalam Hukum Pidana Islam, Jakarta;

AMZAH; 2014.

------, Korupsi dalam Hukum Pidana Islam, Jakarta; AMZAH; 2012.

O.S. Hiariej Eddy, Teori dan Hukum Pembuktian, Jakarta; Erlangga, 2012

Orak Muhammed, Skripsi yang berjudul “Hipnotis Dalam Perspektif Hukum

Islam Dan Aplikasi Hipnotis Di Turki” UIN Jakarta, 2012

Lamintang P.A.F., Theo Lamintang, Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap

Harta Kekayaan, Jakarta; Sinar Grafika, 2009.

Prasetyo Bhakti,”Sanksi Hukum Terhadap Pelaku Kejahatan Dengan Hipnosyis”,

Jurnal Ilmu Hukum , Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945, Vol .7,

No.1 Febuari 2011

Prasetyo Teguh , Hukum Pidana, Jakarta; PT RajaGrafindo Persada,2011.

Prkoso Djoko, POLRI Sebagai Penyidik Penegak Hukum, Jakarta :Bina

Aksara1987

Prodjodikoro Wirjono, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung: PT

Refika Aditama, 2003.

Qaradhawi Yusuf, Halal dan Haram, Bandung; jabal, 2007.

Rahman Abdul, Tindak Pidana Dalam Syariat Islam, Jakarta; PT Rineka Cipta,

1992.

Renggong Ruslan, Hukum Pidana Khusus “Memahami Delik-Delik di Luar

KUHP” Jakarta; PT Kharisma Putra Utama; 2016.

Page 83: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

73

Santoso Topo, Menggagas Hukum Pidana Islam, Bandung; Asy Syaamil Press &

Grafika, 2001.

Simons dalam P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia,

Bandung, Sinar Baru, 1997

Sudradjat M Bassar, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana, Bandung; Remaja Karya Cv, 1984.

Tirtaamidjaja dalam Moeljatno, Asaz-Asaz Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta,

2000.

Van Hamel dalam Moeljatno, Asaz-Asaz Hukum Pidana, Jakarta; Bina Aksara,

1987.

Van Kant dalam Moeljatno, Asaz-Asaz Hukum Pidana, Jakarta; Bina Aksara,

1987.

W.F.C van Hattum, Leerboek van het Nederlandse Strafrecht, dalam P.A.F.

Lamintang Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung, Sinar Baru,

1997.

W.J.P. Pompe dalam P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia,

Bandung, Sinar Baru, 1997.

W.L.G. Lemaire, Het Recht in ndonesia, dalam P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar

Hukum Pidana Indonesia, Bandung, Sinar Baru, 1997.

Wahbah, Zuhaili, Al-Fiqhu As-Syafi‟I Al-Muyassar, Beirut: Darul fikr, 2008.

Wardi Muslich Ahmad, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam Fiqih Jinayah,

Jakarta; Sinar Grafika,2004.

Willy Wong dan Andi Hakim, Dahsyatnya Hipnotis, Jakarta: Transmedia

Pustaka,2010.

Yafie Alie, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam I, Jakarta: PT Kharisma Ilmu.

Perundang-Undangan

1. UU RI No.1 Tahun 1946 Tentang KUHP.

2. UU RI No. 8 Tahun 1981 Tentang KUHAP.

3. UU RI No.2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian.

Page 84: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

74

Lampiran 1

Transkrip wawancara terhadap Siti Humairoh Awalia M

Wawancara 1

Waktu: Wawancara Pribadi pada tanggal 12 Maret 2018

P: Kapan kejadian itu terjadi kak?

N: Kejadiannya pada hari jumat tanggal 23 tahun 2016.

P: Kerugian apa saja yang kakak alami pada saat kakak dihipnotis?

N: Tas yang berisi Laptop, HP, Dompet dan 2 pasang pakaian.

P: Kronologis kejadiannya seperti apa kak?

N: Pada saat saya turun dari angkutan umum kebetulan saya baru pulang dari

rumah menuju pondok pesantren, ada seorang ibu-ibu yang mengikuti

Saya. Pada saat Saya mau arah pulang, pelaku memanggil saya dan

meminta antar ke kantor pelaku, awalnya saya tidak mau tetapi pelaku

memaksa dan mengiming-ngimingi beasiswa, kebetulan saya sedang butuh

dana untuk pembangunan masjid di pondok saya. Kemudian saya

mengantar pelaku. Disepanjang perjalanan pelaku mengajak berbicara dan

beberapa kali menepuk-nepuk punggung saya. sesampainya di Tanah

Abang, saya disuruh oleh pelaku agar menaruh tas saya ketempat penitipan

tas, saya tidak sadar bahwa saya sudah mulai terhipnotis oleh pelaku,

sampai-sampai apa yang disuruh oleh pelaku saya turuti tanpa pikir

panjang. Selepas itu pelaku membagi-bagikan uang kepada banyak orang

(sepenglihatan saya) padahal itu semua adalah modus yang dilakukan oleh

pelaku, pada saat Saya sudah mulai terpengaruh oleh pelaku tanpa sadar

Saya menuruti semua perintah pelaku, kemudian pelaku membawa semua

barang milik Saya, dan Saya ditinggal begitu saja. Selang 10-15 menit saya

sadar bahwa saya telah menjadi korban tindak penipuan dengan modus

hipnotis.

Page 85: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

75

Lampiran 2

Transkrip Wawancara terhadap Yulia Hilma

Wawancara 2

Waktu: Wawancara Pribadi pada tanggal 12 Maret 2018

P: Kapan kejadian itu terjadi?

N: Kejadiannya itu pada hari jumat satu tahun yang lalu, tahun 2017.

P Kerugian apa saja yang kaka alami?

N: Kerugian yang saya alami uang senilai hanya Rp.200.000.

P: Bagaimana Kronologis kejadiannya?

N: Kronologis kejadiannya bermula pada saat saya sedang berbelanja di pasar,

kemudian ada abang-abang yang menawarkan brosur. awalnya saya tidak

mau dan tidak tertarik dengan produk yang ditawarkannya akan tetapi

abang-abang itu langsung menarik tangan saya dan langsung menatap mata

saya dengan amat tajam untuk menawarkan produk jualannya entah kenapa

saya menuruti dan tergiur akan omongan dari pelaku, pada saat saya mulai

tergiur maka pelaku terus menerus mengajak saya untuk berbincang empat

mata sampai-sampai menolehpun tidak boleh oleh pelaku, akhirnya saya

menuruti omongan pelaku untuk memberikan 200.000 sebagai tanda jadi

untuk pembelian produknya, alhasil produk yang diberikan adalah produk

yang tidak berkualitas, pada saat itulah saya menyadari bahwa saya tadi

dihipnotis agar membeli produk jualannya.

Page 86: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

76

Lampiran 3

Transkrip wawancara terhadap Ramaza Riska

Wawancara 3

Waktu: Wawancara Pribadi pada tanggal 12 Maret 2018

P: Kapan kejadian itu terjadi?

N: Pada hari minggu pada bulan agustus tahun 2017.

P: Kerugian apa saja yang kakak alami?

N: 1 Handphone

P: Bagaimana kronologis penipuan dengan modus hipnotis yang kakak

Ramaza Riska alami?

N: Kronologis kejadiannya bermula pada saat saya menaiki angkutan umum

sehabis dari PIM (Pondok Indah Mall), didalam angkutan umum ada 5

orang laki-laki, salah satu dari 5 laki-laki tersebut menyebarkan brosur

pengobatan tradisional kepada semua penumpang yang berada dalam angkot

tersebut. Satu persatu orang yang berada didalam angkutan umum itu di cek

dengan memegang tangan orang yang mau dicek atau diperiksa atau

didetekksi apakah ada penyakit atau tidak, setelah saya melihat beberapa

orang yang dicek dengan diperiksa tangannya bahwa benar apa yang

disebutkan oleh pelaku. kemudian saya tergiur untuk mencoba tawaran dari

pelaku, kemudian pelaku memegang pundak saya, kata pelaku dengan aba-

aba “mba rileks ya”, setelah diperiksa, kata pelaku saya itu kurang istirahat

dan kurang tidur. Setelah pelaku melakukan aksinya, pelaku turun dari

angkutan umum. setelah itu saya dikabarkan oleh penumpang yang berada

diangkutan umum bahwa Hp saya telah diambil oleh pelaku yang tadi

menawarkan pengobatan. Tanpa berpikir panjang saya langsung turun dari

angkutan umum itu dan mengejar pelaku tetapi tidak tertangkap. Dan pada

saat saya meminta pertolongan kepada orang yang berada disekitar saya,

dan kata orang tersebut itu semua adalah penipuan, orang yang berada

didalam angkutan umum bekerja sama untuk mengelabui korbannya. Pada

saat itu saya baru sadar bahwa 5 orang yang berada dalam angkutan umum

bersekongkol untuk melakukan aksinya.

Page 87: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

77

Lampiran 4

Transkrip wawancara terhadap Fadel Premeldy

Wawancara 4

Waktu: Wawancara Pribadi pada tanggal 12 Maret 2018

P: Kapan terjadinya peristiwa hipnotis yang dialami saudara fadel?

N: Kejadiannya pada tanggal 5 Maret tahun 2017.

P: Apa saja kerugian yang saudara fadel alami?

N: Uang sejumlah Rp.1000.000

P Bagaimana kronologis kejadian bahwa saudara fadel telah mengalami tindak

pidana hipnotis?

N: Kronologis kejadiannya pada waktu itu saya berada di blok M Square

Jakarta Selatan, saya akan melaksankan ibadah sholat magrib dilantai 5,

setelah selesai sholat saya merasa ada yang mengikuti tetapi tidak dihiraukan

oleh saya, pada saat saya mengenakan sepatu orang yang mengikuti saya

tadi menghampiri dan kemudian saya disuruh memperhatikan tangan pelaku,

seketika itu saya tidak sadar bahwa uang sebesar Rp.1000.000 raip digondol

pelaku.

Page 88: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

78

Lampiran 5

Transkrip wawancara terhadap Isqi Rahmah

Wawancara 5

Waktu: wawancara pribadi pada tanggal 12 Maret 2018

P: Kapan kejadian itu terjadi?

N: Saya lupa bulannya tapi seingat saya kejadiannya itu pada hari kami satu

tahun yang lalu tepatnya tahun 2017.

P: Kerugian apa saja yang saudari alami pada saat itu?

N: Kerugian uang sebesar Rp.200.000

P: Bagaimana kronologis kejadian tersebut?

N: Kronologis kejadiannya bermula pada saat saya sedang dikereta kemudian

ada seorang mba-mba yang mengajak saya berbicara dan menepuk-nepuk

bahu saya, banyak hal yang mba-mba itu bicarakan seperti kuliah,

kehidupan anak kos-kosan dan lain-lain. Sesampainya ditujuan pelaku

meminta bantuan kepada saya bahwa pelaku lupa membawa dompet, tidak

pikir panjang saya memberikan pinjaman kepada pelaku. Pelaku berjanji

akan menggantinya dan memberikan nomer hp nya kepada saya, setelah

pelaku sudah turun dari kreta saya masih kontekan dengan pelaku tidak

lama saya mencoba menelephone ke nomer pelaku tetapi no handphonenya

tidak aktif. Kerugian yang dialami saya sebesar Rp.200.000.

Page 89: TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PELAKU PENIPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41579/1/YENI... · (Studi Kasus Kecamatan Rajeg Tangerang) ... penelitian ini

79

Lampiran 6

Transkrip Wawancara terhadap Mukhlisah

Wawancara 6

Waktu: wawancara pribadi pada tanggal 12 Maret 2018

P: Kapan kejadian itu terjadi?

N: Kapannya saya lupa saya ingat kejadian itu pada tahun 2014

P: Dimana kejadian itu terjadi?

N: Dikampung Tegal Kunir Tangerang

P: Bagaimana kronologis kejadiannya?

N: Kronologis kejadiannya bermula pada saat saya sedang dirumah tiba-tiba

ada nomer baru menelephone saya berdalih bahwa pelaku mau

menginvestigasi saya untuk menginterview, memang saya sedang butuh

pekerjaan dikira saya pelaku tersebut benar-benar orang yang memang mau

menginterview saya tanpa sadar saya menuruti apa yang disuruh oleh

pelaku, pelaku mengajak ketemuan tidak jauh dari tempat tinggal saya dan

pelaku meminta sejumlah uang Rp.1.000.000 kepada saya, saking

percayanya saya beri uang cast sebesar Rp.1000.000 kemudian saya

berbincang-bincang dengan pelaku sampai akhirnya saya menuruti semua

apa yang diminta oleh pelaku, selang beberapa menit saya ditinggalkan

begitusaja oleh pelaku dan saya tidak ingat apa-apa