Tinjauan Pustaka Per
-
Upload
rizki-octo-kurniawan -
Category
Documents
-
view
110 -
download
4
description
Transcript of Tinjauan Pustaka Per
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dunia ini setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi
yang terkait dengan kehamilan dan persalinan, 1.400 perempuan meninggal setiap
hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan
dan persalinan. Di Indonesia, 2 orang ibu meninggal setiap jam karena kehamilan,
persalinan dan nifas.
Sebagian besar kematian perempuan disebabkan komplikasi karena
kehamilan dan persalinan, termasuk perdarahan, infeksi, aborsi tidak aman,
tekanan darah tinggi dan persalinan lama .
Preeklampsia-eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang masih
merupakan penyebab utama kematian ibu dan penyebab kematian perinatal
tertinggi di Indonesia sehingga diagnosis dini preeklampsia yang merupakan
pendahuluan eklampsia serta penatalaksanaannya harus diperhatikan dengan
seksama. Di samping itu, pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin
untuk mencari tanda preeklampsia yaitu hipertensi dan proteinuria sangat penting
dalam usaha pencegahan, di samping pengendalian faktor-faktor predisposisi lain .
Insiden preeklampsia sangat dipengaruhi oleh paritas, berkaitan dengan ras
dan etnis. Di samping itu juga dipengaruhi oleh predisposisi genetik dan juga
faktor lingkungan. Sebagai contoh, dilaporkan bahwa tempat yang tinggi di
Colorado meningkatkan insiden preeklampsia. Beberapa penelitian menyimpulkan
bahwa wanita dengan sosio ekonominya lebih maju jarang terkena preeklampsia.
Preeklampsia lebih sering terjadi pada primigravida dibandingkan multigravida.
Faktor risiko lain yang menjadi predisposisi terjadinya preeklampsia meliputi
hipertensi kronik, kelainan faktor pembekuan, diabetes, penyakit ginjal, penyakit
autoimun seperti Lupus, usia ibu yang terlalu muda atau yang terlalu tua dan
riwayat preeklampsia dalam keluarga (Cunningham, 2003).
Oleh karena itu pentingnya peran ibu untuk mengurangi / mencegah resiko
terjadinya pre eklampsia menjadi eklampsia.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pre-eklamsi dan eklamsi, merupakan kesatuan penyakit, yakni yang
langsung disebabkan oleh kehamilan, walaupun belum jelas bagaimana hal itu
terjadi.
Preeklampsia merupakan penyakit kehamilan yang akut dan dapat terjadi
pada ante, intra, dan post partum. Dari gejala-gejala klinik preeklampsi ringan dan
preeclampsia berat.
Preeklampsia ringan adalah suatu sindrom spesifik kehamilan dengan
menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah
dan aktifasi endotel. (Sarwono, Ilmu Kebidanan)
Menurut Pedoman Diagnosis dan Terapi batasan preeklampsi ringan yaitu
hipertensi yang disertai protein urin dan/ atau edema setelah kehamilan 20
minggu.
Pre eklampsi diikuti dengan timbulnya hipertensi disertai protein urin dan
edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan (Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI
Jakarta, 1998).
Diagnosis pre-eklamsia ditegakkan berdasarkan adanya dua dari tiga gejala, yaitu
penambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi dan proteinuria.
Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 Kg seminggu
berapa kali. Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki,
jari tangan, dan muka. Tekanan darah > 140/90 mmHg atau tekanan sistolik
meningkat >30 mmHg atau tekanan diastolik >15 mmHg yang diukur setelah
pasien beristirahat selama 30 menit.(Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif,
Media Aesculapius, Jakarta, 2000).
2
2.2 Faktor Resiko
1. Primigravida, primipaternitas
2. Hiperplasentosis (mola hidatidosa, kehamilan multiple, diabetes mellitus,
hidrops fetalis, bayi besar)
3. Umur ekstrim
4. Riwayat keluarga
5. Penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum han=mil
6. Obesitas
2.3 Etiologi
Penyebab pre-eklamsi belum diketahui secara pasti, banyak teori yang
coba dikemukakan para ahli untuk menerangkan penyebab, namun belum ada
jawaban yang memuaskan. Teori yang banyak diantut adalah :
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
2. Teori iskemik plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
4. Teori adaptasi kardiovaskularori genetic
5. Teori defisiensi gizi
6. Teori inflamasi
2.4 Klasifikasi Preeklamsia
Pre-eklamsia ringan :
- kenaikan tekanan darah diastolik 15 mmHg atau >90 mmHg dengan 2 kali
pengukuran berjarak 1jam atau tekanan diastolik sampai 110mmHg.
- kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau > atau mencapai 140
mmHg.
- protein urin positif 1, edema umum, kaki, jari tangan dan muka.
- Kenaikan BB > 1Kg/mgg.
Pre-eklampsia berat :
- tekanan sistolik ≥ 160mmHg dan tekanan diastolic ≥ 110 mmhg disertai
proteinuria lebih 5g/ 24 jam atau +4dalam oemeriksaan kulaitatif. disertai
3
gangguan visus dan cerebral, nyeri epigastrik, terdapat edema paru dan
sianosis.
2.5 Patofisiologi
Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui dengan jelas. Penyakit ini
dianggap “Maladaption Syndrome” dengan akibat vasospasme general
dengan segala akibatnya.
Walaupun etiopatogenesis preeklampsi belum jelas tetapi patofisiologinya
telah diketahui yakni suatu disfungsi atau kerusakan endotel vaskuler secara
menyeluruh dengan penyebab multifactor seperti imunologi, genetic, nutrisi
(defisiensi kalsium) dan lipir peroksidasi. Patogenesis berlanjut dengan
ganggua keseimbangan hormonal prostacyclin, peningkatan sensitivitas
terhadap vasokontriktor, agregasi platelet telah dideteksi pada usia kehamilan
18-20 minggu, selanjutnya sekurang-kurangnya usia kehamilan 24 minggu
dapat diikuti perubahan atau gejala klini seperti hipertensi, edema, dan
proteinuria.
2.6 Perubahan-perubahan pada organ :
a. Perubahan hati
- Perdarahan yang tidak teratur
- Terjadi nekrosis, trombosis pada lobus hati
- Rasa nyeri di epigastrium karena perdarahan subkapsuler
b. Retina
- Spasme areriol, edema sekitar diskus optikus
- Ablasio retina (lepasnya retina)
- Menyebabkan penglihatan kabur
c. Otak
- Spasme pembuluh darah arteriol otak menyebabkan anemia jaringan
otak, perdarahan dan nekrosis
- Menimbulkan nyeri kepala yang berat
d. Paru-paru
- Berbagai tingkat edema
4
- Bronkopnemonia sampai abses
Menimbulkan sesak nafas sampai sianosis
e. Jantung
- Perubahan degenerasi lemak dan edema
- Perdarahan sub-endokardial
- Menimbulkan dekompensasio kordis sampai terhentinya fungsi
jantung
f. Aliran darah keplasenta
- Spasme arteriol yang mendadak menyebabkan asfiksia berat sampai
kemaian janin
- Spasme yang berlangsung lama, mengganggu pertumbuhan janin
g. Perubahan ginjal
- Spasme arteriol menyebabkan aliran darah ke ginjal menurun sehingga
fitrasi glomerolus berkurang
- Penyerapan air dan garam tubulus tetap terjadi retensi air dan garam
- Edema pada tungkai dan tangan, paru dan organ lain
h. Perubahan pembuluh darah
- Permeabilitasnya terhadap protein makin tinggi sehingga terjadi vasasi
protein ke jaringan
- Protein ekstravaskuler menarik air dan garam menimbulkan edema
- Hemokonsentrasi darah yang menyebabkan gangguan fungsi metabolisme
tubuh dan trombosis. (Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Ida Bagus Gede Manuaba, Jakarta :
EGC, 2011).
2.7 Gejala Klinis/ symptomp Preeklampsi
a. Kenaikan tekanan darah systole ≥30mmHg atau diastole ≥15mmHg ( dari
tekanan darah sebelum hamil) pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau
systole ≥ 140 mmHg (<160mmHg) Diastole ≥90mmHg (<110mmHg)
b. Protein urin 0,3g/L dalam 24 jam atau secara kwalitatif (+1)
c. Edema pada : pretibia, dinding perut, lumbosacral, wajah/ tangan
5
2.8 Diagnosis
Diagnosis preeklampsi ringan ditegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi
disertai proteinuria dan/ atau edema setelah kehamilan 20 minggu.
a. Hipertensi : sistolik/ diastolic ≥ 140/90 mmHg. Kenaikan sistolik ≥ 30mmHg
dan kenaikan diastolic ≥ 15 mmHg tidak lagi dipakai sebagai criteria
preeclampsia.
b. Proteinuria : ≥300 mg/ 24 jam atau ≥1+ dipstick
c. Edema : edema local tidak dimasukkan dalam criteria preeklampsi, kecuali
edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata.
(Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI
Jakarta, 2011).
2.9 Diagnosis Banding
a. Hipertensi kronis : hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan 20
minggu atau menetap setelah 6 minggu pasca persalinan
b. Transient hypertension : timbul hipertensi saja tanpa gejala yang lain dan
hilang setelah 10 hari pasca persalinan.
2.10 Manajemen umum preeclampsia ringan
Pada setiap kehamilan disertai penyulit suatu penyakit, maka selalu
dipertanyakan, bagaimana :
Sikap terhadap penyakitnya, berarti pemberian obat-obatan atau terapi
medikamentosa
Sikap terhadap kehamilannya :
- Apakah kehamilan akan diteruskan sampai aterm? (disebut
perawatan kehamilan “konservatif” atau “ekspektatif”)
- Apakah kehamilan akan diterminasi? (disebut perawatan
kehamilan “aktif” atau “agresif”)
6
2.11 Penanganan
Tujuan utama penanganan ialah mencegah kejang, perdarahan intracranial,
mencegah gangguan fungsi organ vital, dan melahirkan bayi sehat.
Pada umumnya indikasi untuk merawat penderita pre-eklamsi di rumah sakit ialah
a. tekanan darah siscol 140 mmHg atau lebih dan atau tekanan darah
diastol 90 mmHg, protein +1 atau lebih.
b. Kenaikan berat badan 1,5 Kg atau lebih dalam seminggu berulang
c. Penambahan edema berlebihan tiba-tiba
Penatalaksanaan preeklampsi dibagi menjadi 2, rawat jalan atau rawat inap.
Penatalaksanaan rawat jalan (ambulatoir)
Ibu hamil dengan preeclampsia ringan dapat dirawat jalan.
a. Dianjurkan ibu hamil banyak istirahat (berbaring/ tidur miring), tetapi
tidak harus mutlak selalu tirah baring. Pada usia kehamilan di atas 20
minggu, tirah baring dengan posisi miring menghilangkan rekanan rahim
pada vena cava inferior sehingga meningkatkan aliran darah balik dan
akan menambah curah jantung. Hal ini berarti pula meningkatkan aliran
darah-darah ke organ vital. Penambahan aliran darah ke ginjal akan
meningkatkan filtrasi glomeruli dan meningkatkan dieresis. Diuresis
dengan sendirinya meningkatkan ekskresi natrium, menurunkan reaktivitas
kardiovaskuler sehingga mengurangi vasospasme. Peningkatan curah
jantung akan meningkatkan pula aliran darah rahim. Pada preeclampsia
tidak perlu dilakukan restriksi garam sepanjang fungsi ginjal masih
normal. Pada preeclampsia, ibu hamil umumnya masih muda, berarti
fungsi ginjal masih bagus, sehingga tidak perlu restriksi garam.
b. Diet yang mengandung 2g natrium atau 4-6 NaCl (garam dapur) adalah
cukup. Kehamilan sendiri lebih banyak membuang garam lewat ginjal,
tetapi pertumbuhan janin justru membutuhkan lebih banyak konsumsi
garam. Bila konsumsi garam hendak dibatasi, hendaknya diimbangi
dengan konsumsi cairan yang banyak berupa susu atau air buah.
c. Diet diberikan cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, garam
secukupnya, dan roborantia prenatal.
7
d. Obat yang diberikan roborantia (vitamin kombinasi), serta aspirin dosis
rendah sehari 1 kali (87,5 mg)
e. Tidak diberikan obat-obatan diuretic, anti hipertensi, dan sedative.
f. Karena pemberian diuretik dan anti hipertensi pada pre-eklamsia ringan
tidak dianjurkan karena obat-obat tersebut tidak menghentikan proses
penyakit dan juga tidak memperbaiki prognosis janin. Selain itu,
pemakaian obat-obatan tersebut dapat menutupi tanda dan gejala pre-
eklamsia berat
g. Dilakukan USG, NST serta pemeriksaan Hb, hematokrit, fungsi hati, urin
lengkap, dan fungsi ginjal
Penatalaksanaan Rawat Inap
Pada keadaan tertentu ibu hamil dengan preeclampsia ringan perlu dirawat
di rumah sakit. Kriteria preeklampsi ringan dirawat di rumah sakit, antara lain :
a. Bila tidak ada perbaikan : tekanan darah, kadar proteinuria selama 2 minggu
b. Pemberian roborantia, vitamin kombinasi dan aspirin dosis rendah sehari 1
kali.
c. Adanya satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeclampsia berat. Selama
di rumah sakit dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorik.
Pemeriksaan kesejahteraan janin, berupa pemeriksaan USG dan Doppler
khususnya untuk evaluasi pertumbuhan janin dan jumlah cairan amnion.
Pemeriksaan NST dilakukan 2 kali seminggu dan konsultasi dengan
bagian mata, jantung, dan lain-lain.
Setelah keadaan normal, pasien dibolehkan pulang, akan tetapi harus rutin
kontrol. Karena biasanya hamil sudah tua, persalinan tidak lama lagi. Bila
hipertensi menetap, penderita tetap tinggal dirumah sakit.
Perawatan obstetric yaitu sikap terhadap kehamilannya. Menurut
Williams, kehamilan preterm ialah kehamilan antara 22minggu sampai
≤37 minggu. Pada kehamilan preterm (< 37 minggu), bila tekanan darah
mencapai normotensi selama perawatan, persalinannya ditunggu sampai
aterm. Sementara itu, pada kehamilan aterm (>37 minggu), persalinan
ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan untuk
8
melakukan induksi persalinan pada taksiran tanggal persalinan. Persalinan
dapat dilakukan secara spontan.
Beberapa kasus pre-eklamsia ringan tidak membaik dengan penanganan
konservatif. Tekanan darah meningkat, retensi cairan dan proteinuria
bertambah, walaupun penderita istirahat dengan pengobatan medik. Dalam
hal ini pengakhiran kehamilan dilakukan walaupun janin masih prematur.
(Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI
Jakarta, 2011).
2.12 Pencegahan Pre-Eklamsia
Belum ada kesepakatan dalam strategi pencegahan pre-eklamsia. Beberapa
penelitian menunjukkan pendekatan nutrisi (diet rendah garam, diit tinggi protein,
suplemen kalsium, magnesium dan lain-lain). Atau medikamentosa (teofilin,
antihipertensi, diuretic, asapirin, dll) dapat mengurangi timbulnya pre-eklamsia.
(Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif. Media Aesculapius, Jakarta : 2000)
9
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
No. Reg : 652686
Nama : Ny. Desi Wulandari Nama Suami : Tn. Budi
Umur : 21 Tahun Umur : 35 Tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Kendangsari XV/14 surabaya
MRS : 30 Maret 2013 (jam 23.30 WIB)
II. ANAMNESA
1. Keluhan Utama :
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang kiriman dari bidan BPS Siti dengan diagnosis GI
P0000/uk.37 minggu/T/H + PEB. Ibu mengeluh kenceng-kenceng sejak
30/3/2013 pk 20.00 WIB. Cairan ketuban pecah spontan pk 23.00 WIB
Keluar darah dan lendir pk 23.30 WIB. Pasien mengatakan tidak memiliki
riwayat hipertensi, Nyeri kepala (-), mata kabur (-), nyeri ulu hati (-).
Pasien mengaku tidak pernah menderita sakit saat kehamilan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi : disangkal
Diabetes mellitus : disangkal
Asma : disangkal
Alergi : disangkal
10
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi : disangkal
Diabetes mellitus : disangkal
Ginjal : disangkal
Asma : disangkal
Alergi : disangkal
5. Riwayat Haid
Menarche : 11 tahun
Siklus : ± 28 hari, teratur
Lama : 4-5 hari
Dismenorhea : ya, sebelum dan selama haid
Fluor albus : Ya, berwarna putih, berbau (+) , gatal (+)
HPHT / LMP : 13 – 7 – 2012
TP / EDC : 20 – 4 – 2013
Umur kehamilan : 37 minggu 1 hari
6. Riwayat Perkawinan
Menikah : 1 kali
Lama menikah : 1 tahun
7. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
I : Hamil ini
8. Riwayat ANC
Rutin kontrol 1 bulan sekali ke BPS, USG (-)
9. Riwayat KB
Tidak ada
III. PEMERIKSAAN UMUM
Tinggi badan : 155 cm
Berat badan : 75 kg
Keadaan umum : lemah
A / I / C / D : - / - / - / -
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 140 / 90 mmHg
11
Nadi : 92 x / menit
Suhu (axiller) : 37,0 °C
RR : 20 x / menit
PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis
Kepala : Oedem kelopak mata - / -
Konjunctiva anemis - / -
Sclera icterus - / -
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax : Bentuk normal, gerak simetris
Pulmo : Suara nafas vesikuler, Rh - / - , Whz - / -
Cor : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : turgor normal, BU (+) normal.
Ekstremitas : akral hangat
+ +
+ +
edem
- -
+ +
b. Status Obstetri
Kepala : Cloasma gravidarum - / -
Oedem pre orbita - / -
Konjunctiva palpebra anemis - / -
Leher : Struma gravidarum - / -
Thorax : Mammae membesar
Hiperpigmentasi areola mammae + / +
Kelenjar Montgomery - / -
ASI - / -
Abdomen : Leopold I : TFU : 34cm, kesan bokong
Leopold II : punggung kanan, DJJ : 12.12.12
12
Leopold III : kesan kepala
Leopold IV : sudah masuk PAP
VT : y lengkap/ eff 100%/ Ket (-)/ let kep/ s. sagitalis melintang/ UUK
depan/ H. II PS 12
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil lab 30 Maret 2013 pk. 23.38 :
Pemeriksaan HasilDarah lengkapHbLekositHctTrombositPPTI N RAPTT
13.018.36041,3262.00011.4 C : 11.81,0226.3 C : 25.3
Imuno serologiHbs Ag Device negatifKimia KlinikGDABUNCSSGOTSGPTAlbumin
19430.51273.4
K/Na/ClKaliumNatriumChlorida
3.8138108
Proteinuria (dipstick) (+1)
13
V. RESUME
Pasien datang kiriman dari bidan BPS Siti dengan diagnosis GI
P0000/uk.37 minggu/T/H + PEB. Ibu mengeluh kenceng-kenceng sejak
30/3/2013 pk 20.00 WIB. Cairan ketuban pecah spontan pk 23.00 WIB
Keluar darah dan lendir pk 23.30 WIB. Pasien mengatakan tidak memiliki
riwayat hipertensi, Nyeri kepala (-), mata kabur (-), nyeri ulu hati (-)
Dari pemeriksaan fisik didapatkan :
A/I/C/D : -/-/-/-
Abdomen : TFU 34cm DJJ 148x/mt
VT : Ѳ lengkap/ eff 100%/ ket (-)/ let kep/ H. II/ UPD N
Dari pemeriksaan penunjang didapatkan :
Laboratorium : proteinuria (+1)
VI. DIAGNOSIS
G1P00000/ 37 minggu/ T/H/ Intrauterin/ Inpartu Kala II + PER + TBJ
3300 gr
VII. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
- Infus RD5 20 tpm
Non medikamentosa :
- Informed consent keluarga
- Observasi CHPB
- Ibu disuruh mengejan, pimpin persalinan
- Monitoring vital sign, tekanan darah tiap jam.
14
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pasien dengan diagnosis akhir :
G1P00000/ 37 minggu/ T/H/ Intrauterin/ Inpartu Kala II + PER + TBJ 3300 gr
VT : y lengkap/ eff 100%/ Ket (-)/ let kep/ s. sagitalis melintang/ UUK depan/
H. II PS 12
Diagnosis tersebut didapat dari anamnesis dan pemeriksaan, meliputi :
a. Pasien mengaku hamil pertama, tidak pernah
keguguran G1P0000
b. HPHT : HPHT / LMP : 13 – 7 – 2012
TP / EDC : 20 – 4 – 2013
Umur kehamilan : 37 minggu 1 hari UK. 37 minggu
c. Pasien tidak pernah di USG. Dari pemeriksaan :
leopold didapatkan TFU sesuai 34 minggu, didapatkan 1 DJJ tunggal,
intra uterin
DJJ : 148x/mt Hidup.
d. Pasien datang dengan keluhan :
kenceng-kenceng (+) sejak 30/3/2013 pk 20.00 WIB.
ketuban pecah spontan (+) pk 23.00 WIB
Keluar darah dan lendir (+) pk 23.30 WIB
Menunjukkan tanda-tanda inpartu kala II
e. Ibu datang dengan diagnosis dari BPS : GI
P0000/uk.37 minggu/T/H + PEB
TD : 140/90 mmHg
Laboratorium : proteinuri +1 dipstick
Nyeri kepala (-), mata kabur (-), nyeri ulu hati (-)
Dari hasil di atas memenuhi criteria Preeklampsi ringan
f. TFU : 34 cm
TBJ = (TFU-13)x155 (*13 = sudah masuk PAP)
TBJ = 3255 ~ 3300 gr.
15
g. Pada saat datang, pasien di VT dan pembukaan
sudah lengkap, maka dibuat partogram, dan diobservasi CHPB.
h. Terapi medikamentosa hanya diberikan Infus
RD5% 20tpm sebagai terapi maintanance. Tidak diberikan obat
hipertensi, sesuai dengan teori tidak dianjurkan karena obat-obat tersebut
tidak menghentikan proses penyakit dan juga tidak memperbaiki
prognosis janin serta menutupi gejala preeklampsi berat.
i. Terapi non medikamentosa :
Informed consent kepada keluarga.
Ibu disuruh mengejan karena pembukaan sudah lengkap, dan pimpin
persalinan
Pemeriksaan laboratorium, didapatkan hasil :
Hb : 13.0 (13.4-17.7) hb turun tapi tidak perlu mendapat tranfusi.
Lekosit 18.630 (4.300-10.300) leukositosis, ketuban mekoneum.
GDA : 194 (50-140) cenderung meningkat pada kehamilan.
BUN : 3 (10-20) BUN rendah salah satunya disebabkan karena
kehamilan.
Albumin : 3.4 (3.7-5.6) : edema yang terjadi pada kehamilan
Saran segera setelah post partum cek laboratorium ulang untuk memantau
apakah semua sudah kembali normal.
Partus Spt B dg episiotomi. Bayi lahir laki2/ BB 3600/ PB 51 / AS. 5-7/ anus (+)/
kelainan kongenital (-)
Pembukaan lengkap pukul 23.30 WIB, selama itu pasien disarankan
miring ke kiri, serta bila pasien merasakan kontraksi pasien diajarkan
mengejan. Ternyata dalam waktu < 2 jam tepatnya pukul 01.14 pasien
partus spontan belakang kepala dengan episiotomy mediolateral.
Lahir bayi laki2 dengan :
BB : 3600 g estimasi 3300 g (bayi lebih besar)
PB : 51 cm
16
AS : 5-7 karena bayi tidak langsung menangis. Ketuban mekoneal.
Anus (+) kelainan congenital (-)
Plasenta lahir manual lengkap. Perdarahan 500ml. ahit perineum dg vicryl rapid.
Kontraksi baik. TFU 2 jari di bawah pusat
Plasenta dilahirkan dengan manual plasenta karena selaput plasenta robek
dan kotiledon tidak lengkap, serta perdarahan aktif.
Pasien dipindah ke ruangan dan dimonitorin g keluhan, kontraksi uterus, TFU,dan
fluksus aktif atau tidak. Diberi terapi :
- amoxicillin tab 3x1 untuk infeksi
- asam mefenamat tab 3x1 untuk mengurangi nyeri
- sulfas ferosus tab 1x1 tab untuk menambah darah
- sebaiknya diberi tambah asam folat tab 1x1
Dari pembahasan di atas sudah sesuai dengan protap penatalaksanaan preeklampsi
ringan.
17
Lampiran 1
Observasi 30 Maret 2013
Waktu Kala Keterangan
23.30 Kala I
N : 96x/mt TD : 140/90 mmHg T : 36.6C
Infus RD5
TFU : 34cm DJJ : 148x/mt
VT : lengkap/ eff 100%/ ket (-)/ let kep/ H. II/ UPD N
01.14Kala II Partus Spt B dg episiotomi. Bayi lahir laki2/ BB 3600/
PB 51 / AS. 5-7/ anus (+)/ kelainan kongenital (-)
01.35 Kala III
Plasenta lahir manual lengkap. Perdarahan 500ml
Jahit perineum dg vicnyl. Kontraksi baik
TFU 2 jari di bawah pusat
04.30 Kala IV
KU baik.
TD 120/80 mmHg ;N : 80x/mt; Tax : 36,8 C; RR :
22x/mt
Kontraksi baik, TFU 2 jari bawah pusat, v/v fluksus 50
ml
pindah ke ruang bersalin
18
Lampiran 2
SOAP
Tanggal SOAP
30/3/13
S :
Pasien datang kiriman BPS Siti dengan G1 P0-0 37/38
minggu/T/H/IU + PEB
HPHT : 13-07-2012
TP : 20-04-2013
R. Persalinan :
1. Hamil ini
R. Menikah : 1th
R. KB (-)
O:
St. Generalis :
KU : compos mentis/ 456
K/L a/i/c/d : -/-/-/-
VS : TD : 140/90 mmHg
N : 92x/mt RR : 20x/mt Tax : 36.7C
Cor : S1 S2 tunggal m(-) g (-)
Pulmo : rh -/- wh -/-
Ekst : akral hangat (+) edema inferior +/+
Lab : proteinuria (+1)
St. Obstetri :
L I : TFU : 34cm, kesan bokong
L II : DJJ : 144x/mt, punggung kanan
L III : kepala
LIV : masuk PAP
VT : pembukaan lengkap/ UUK depan/ H.II/ Ket (-)
A :
G1 P0-0 37-38 minggu/T/H/IU+inpartu kala II + PER + TBJ 3500
gr
P :
19
obs CHPB
ibu disuruh mengejan, pimpin persalinan
31/3/13 pk.01.14
Lahir bayi laki2/ 3600gr/51cm/ AS5-7 didapatkan ketuban
mekoneal
Pk 01.25
Lahir plasenta dg manual plasenta
31/3/13
S :
keluar darah pervaginam (-)
O:
Status Generalis :
VS : TD : 120/80mmHg
Nadi : 84x/mt
RR : 18x/mt
Tax : 36,6C
Cor : si s2 tunggal, m (-), g (-)
Pulmo : rh -/- whezzing -/-
Status Obstetri :
Kontraksi uterus (+)
v/v fluksus (-)
A :
P1-1/ post partus Spt B hr -0 + PER
P :
Diet TKTP
Asam mefenamat tab 3x1
Amoxicillin tab 3x1
KIE hygiene vagina dan ASI eksklusif
Mx : Keluhan/ VS/ kontraksi uterus
1/4/13
S :
Keluar darah pervaginam (-)
Lemas (+) jika berjalan
Nyeri jahit (-) jika duduk agak lama
20
Air susu (-)
O :
KU : cukup GCS 456
VS: TD : 100/70mmHg N 92x/mt RR : 20x/mt Tax : 36C
K/L : a/i/c/d : -/-/-/-
Thorax : v/v, rh -/-. Wh -/-, S1 S2 tunggal m(-) g(-)
Abd : supel, BU (+)N, met (-)
Eks : akral hangat (+) edema (-)
St. Obstetri :
TFU 1 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus baik
v/v fluksus aktif (-)
A :
P1001 Post partus Spt B H+1 + hemodinamik baik
P :
Diet TKTP
KIE ASI eksklusif
Asam mefenamat tab 3x500mg
Sulfus Ferosus 1x1 tab
Pro KRS, kontrol poli nifas
Revisi
A : VT : pembukaan lengkap/ UUK depan/ H.II/ Ket (-)
P : evaluasi 2 jam pro Spt B
Revisi : ibu disuruh mengejan, pimpin persalinan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Ida Bagus Gede Manuaba, 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC, JAKARTA
Yayasan Sarwono Prawihardjo, 2011, Ilmu Kebidanan, FKUI, Jakarta
Mansjoer Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, JAKARTA
FK UNAIR. 2008. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/ SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan. Edisi III : 2008. RSU Dr. Soetomo, Surabaya.
22