Tinjauan Pustaka Per

31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dunia ini setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan dan persalinan, 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan dan persalinan. Di Indonesia, 2 orang ibu meninggal setiap jam karena kehamilan, persalinan dan nifas. Sebagian besar kematian perempuan disebabkan komplikasi karena kehamilan dan persalinan, termasuk perdarahan, infeksi, aborsi tidak aman, tekanan darah tinggi dan persalinan lama . Preeklampsia-eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang masih merupakan penyebab utama kematian ibu dan penyebab kematian perinatal tertinggi di Indonesia sehingga diagnosis dini preeklampsia yang merupakan pendahuluan eklampsia serta penatalaksanaannya harus diperhatikan dengan seksama. Di samping itu, pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin untuk mencari tanda preeklampsia yaitu hipertensi dan proteinuria sangat penting dalam usaha pencegahan, di samping pengendalian faktor-faktor predisposisi lain . Insiden preeklampsia sangat dipengaruhi oleh paritas, berkaitan dengan ras dan etnis. Di samping itu 1

description

PER

Transcript of Tinjauan Pustaka Per

Page 1: Tinjauan Pustaka Per

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dunia ini setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi

yang terkait dengan kehamilan dan persalinan, 1.400 perempuan meninggal setiap

hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan

dan persalinan. Di Indonesia, 2 orang ibu meninggal setiap jam karena kehamilan,

persalinan dan nifas.

Sebagian besar kematian perempuan disebabkan komplikasi karena

kehamilan dan persalinan, termasuk perdarahan, infeksi, aborsi tidak aman,

tekanan darah tinggi dan persalinan lama .

Preeklampsia-eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang masih

merupakan penyebab utama kematian ibu dan penyebab kematian perinatal

tertinggi di Indonesia sehingga diagnosis dini preeklampsia yang merupakan

pendahuluan eklampsia serta penatalaksanaannya harus diperhatikan dengan

seksama. Di samping itu, pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin

untuk mencari tanda preeklampsia yaitu hipertensi dan proteinuria sangat penting

dalam usaha pencegahan, di samping pengendalian faktor-faktor predisposisi lain .

Insiden preeklampsia sangat dipengaruhi oleh paritas, berkaitan dengan ras

dan etnis. Di samping itu juga dipengaruhi oleh predisposisi genetik dan juga

faktor lingkungan. Sebagai contoh, dilaporkan bahwa tempat yang tinggi di

Colorado meningkatkan insiden preeklampsia. Beberapa penelitian menyimpulkan

bahwa wanita dengan sosio ekonominya lebih maju jarang terkena preeklampsia.

Preeklampsia lebih sering terjadi pada primigravida dibandingkan multigravida.

Faktor risiko lain yang menjadi predisposisi terjadinya preeklampsia meliputi

hipertensi kronik, kelainan faktor pembekuan, diabetes, penyakit ginjal, penyakit

autoimun seperti Lupus, usia ibu yang terlalu muda atau yang terlalu tua dan

riwayat preeklampsia dalam keluarga (Cunningham, 2003).

Oleh karena itu pentingnya peran ibu untuk mengurangi / mencegah resiko

terjadinya pre eklampsia menjadi eklampsia.

1

Page 2: Tinjauan Pustaka Per

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Pre-eklamsi dan eklamsi, merupakan kesatuan penyakit, yakni yang

langsung disebabkan oleh kehamilan, walaupun belum jelas bagaimana hal itu

terjadi.

Preeklampsia merupakan penyakit kehamilan yang akut dan dapat terjadi

pada ante, intra, dan post partum. Dari gejala-gejala klinik preeklampsi ringan dan

preeclampsia berat.

Preeklampsia ringan adalah suatu sindrom spesifik kehamilan dengan

menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah

dan aktifasi endotel. (Sarwono, Ilmu Kebidanan)

Menurut Pedoman Diagnosis dan Terapi batasan preeklampsi ringan yaitu

hipertensi yang disertai protein urin dan/ atau edema setelah kehamilan 20

minggu.

Pre eklampsi diikuti dengan timbulnya hipertensi disertai protein urin dan

edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah

persalinan (Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI

Jakarta, 1998).

Diagnosis pre-eklamsia ditegakkan berdasarkan adanya dua dari tiga gejala, yaitu

penambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi dan proteinuria.

Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 Kg seminggu

berapa kali. Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki,

jari tangan, dan muka. Tekanan darah > 140/90 mmHg atau tekanan sistolik

meningkat >30 mmHg atau tekanan diastolik >15 mmHg yang diukur setelah

pasien beristirahat selama 30 menit.(Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif,

Media Aesculapius, Jakarta, 2000).

2

Page 3: Tinjauan Pustaka Per

2.2 Faktor Resiko

1. Primigravida, primipaternitas

2. Hiperplasentosis (mola hidatidosa, kehamilan multiple, diabetes mellitus,

hidrops fetalis, bayi besar)

3. Umur ekstrim

4. Riwayat keluarga

5. Penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum han=mil

6. Obesitas

2.3 Etiologi

Penyebab pre-eklamsi belum diketahui secara pasti, banyak teori yang

coba dikemukakan para ahli untuk menerangkan penyebab, namun belum ada

jawaban yang memuaskan. Teori yang banyak diantut adalah :

1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta

2. Teori iskemik plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel

3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin

4. Teori adaptasi kardiovaskularori genetic

5. Teori defisiensi gizi

6. Teori inflamasi

2.4 Klasifikasi Preeklamsia

Pre-eklamsia ringan :

- kenaikan tekanan darah diastolik 15 mmHg atau >90 mmHg dengan 2 kali

pengukuran berjarak 1jam atau tekanan diastolik sampai 110mmHg.

- kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau > atau mencapai 140

mmHg.

- protein urin positif 1, edema umum, kaki, jari tangan dan muka.

- Kenaikan BB > 1Kg/mgg.

Pre-eklampsia berat :

- tekanan sistolik ≥ 160mmHg dan tekanan diastolic ≥ 110 mmhg disertai

proteinuria lebih 5g/ 24 jam atau +4dalam oemeriksaan kulaitatif. disertai

3

Page 4: Tinjauan Pustaka Per

gangguan visus dan cerebral, nyeri epigastrik, terdapat edema paru dan

sianosis.

2.5 Patofisiologi

Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui dengan jelas. Penyakit ini

dianggap “Maladaption Syndrome” dengan akibat vasospasme general

dengan segala akibatnya.

Walaupun etiopatogenesis preeklampsi belum jelas tetapi patofisiologinya

telah diketahui yakni suatu disfungsi atau kerusakan endotel vaskuler secara

menyeluruh dengan penyebab multifactor seperti imunologi, genetic, nutrisi

(defisiensi kalsium) dan lipir peroksidasi. Patogenesis berlanjut dengan

ganggua keseimbangan hormonal prostacyclin, peningkatan sensitivitas

terhadap vasokontriktor, agregasi platelet telah dideteksi pada usia kehamilan

18-20 minggu, selanjutnya sekurang-kurangnya usia kehamilan 24 minggu

dapat diikuti perubahan atau gejala klini seperti hipertensi, edema, dan

proteinuria.

2.6 Perubahan-perubahan pada organ :

a. Perubahan hati

- Perdarahan yang tidak teratur

- Terjadi nekrosis, trombosis pada lobus hati

- Rasa nyeri di epigastrium karena perdarahan subkapsuler

b. Retina

- Spasme areriol, edema sekitar diskus optikus

- Ablasio retina (lepasnya retina)

- Menyebabkan penglihatan kabur

c. Otak

- Spasme pembuluh darah arteriol otak menyebabkan anemia jaringan

otak, perdarahan dan nekrosis

- Menimbulkan nyeri kepala yang berat

d. Paru-paru

- Berbagai tingkat edema

4

Page 5: Tinjauan Pustaka Per

- Bronkopnemonia sampai abses

Menimbulkan sesak nafas sampai sianosis

e. Jantung

- Perubahan degenerasi lemak dan edema

- Perdarahan sub-endokardial

- Menimbulkan dekompensasio kordis sampai terhentinya fungsi

jantung

f. Aliran darah keplasenta

- Spasme arteriol yang mendadak menyebabkan asfiksia berat sampai

kemaian janin

- Spasme yang berlangsung lama, mengganggu pertumbuhan janin

g. Perubahan ginjal

- Spasme arteriol menyebabkan aliran darah ke ginjal menurun sehingga

fitrasi glomerolus berkurang

- Penyerapan air dan garam tubulus tetap terjadi retensi air dan garam

- Edema pada tungkai dan tangan, paru dan organ lain

h. Perubahan pembuluh darah

- Permeabilitasnya terhadap protein makin tinggi sehingga terjadi vasasi

protein ke jaringan

- Protein ekstravaskuler menarik air dan garam menimbulkan edema

- Hemokonsentrasi darah yang menyebabkan gangguan fungsi metabolisme

tubuh dan trombosis. (Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Ida Bagus Gede Manuaba, Jakarta :

EGC, 2011).

2.7 Gejala Klinis/ symptomp Preeklampsi

a. Kenaikan tekanan darah systole ≥30mmHg atau diastole ≥15mmHg ( dari

tekanan darah sebelum hamil) pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau

systole ≥ 140 mmHg (<160mmHg) Diastole ≥90mmHg (<110mmHg)

b. Protein urin 0,3g/L dalam 24 jam atau secara kwalitatif (+1)

c. Edema pada : pretibia, dinding perut, lumbosacral, wajah/ tangan

5

Page 6: Tinjauan Pustaka Per

2.8 Diagnosis

Diagnosis preeklampsi ringan ditegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi

disertai proteinuria dan/ atau edema setelah kehamilan 20 minggu.

a. Hipertensi : sistolik/ diastolic ≥ 140/90 mmHg. Kenaikan sistolik ≥ 30mmHg

dan kenaikan diastolic ≥ 15 mmHg tidak lagi dipakai sebagai criteria

preeclampsia.

b. Proteinuria : ≥300 mg/ 24 jam atau ≥1+ dipstick

c. Edema : edema local tidak dimasukkan dalam criteria preeklampsi, kecuali

edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata.

(Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI

Jakarta, 2011).

2.9 Diagnosis Banding

a. Hipertensi kronis : hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan 20

minggu atau menetap setelah 6 minggu pasca persalinan

b. Transient hypertension : timbul hipertensi saja tanpa gejala yang lain dan

hilang setelah 10 hari pasca persalinan.

2.10 Manajemen umum preeclampsia ringan

Pada setiap kehamilan disertai penyulit suatu penyakit, maka selalu

dipertanyakan, bagaimana :

Sikap terhadap penyakitnya, berarti pemberian obat-obatan atau terapi

medikamentosa

Sikap terhadap kehamilannya :

- Apakah kehamilan akan diteruskan sampai aterm? (disebut

perawatan kehamilan “konservatif” atau “ekspektatif”)

- Apakah kehamilan akan diterminasi? (disebut perawatan

kehamilan “aktif” atau “agresif”)

6

Page 7: Tinjauan Pustaka Per

2.11 Penanganan

Tujuan utama penanganan ialah mencegah kejang, perdarahan intracranial,

mencegah gangguan fungsi organ vital, dan melahirkan bayi sehat.

Pada umumnya indikasi untuk merawat penderita pre-eklamsi di rumah sakit ialah

a. tekanan darah siscol 140 mmHg atau lebih dan atau tekanan darah

diastol 90 mmHg, protein +1 atau lebih.

b. Kenaikan berat badan 1,5 Kg atau lebih dalam seminggu berulang

c. Penambahan edema berlebihan tiba-tiba

Penatalaksanaan preeklampsi dibagi menjadi 2, rawat jalan atau rawat inap.

Penatalaksanaan rawat jalan (ambulatoir)

Ibu hamil dengan preeclampsia ringan dapat dirawat jalan.

a. Dianjurkan ibu hamil banyak istirahat (berbaring/ tidur miring), tetapi

tidak harus mutlak selalu tirah baring. Pada usia kehamilan di atas 20

minggu, tirah baring dengan posisi miring menghilangkan rekanan rahim

pada vena cava inferior sehingga meningkatkan aliran darah balik dan

akan menambah curah jantung. Hal ini berarti pula meningkatkan aliran

darah-darah ke organ vital. Penambahan aliran darah ke ginjal akan

meningkatkan filtrasi glomeruli dan meningkatkan dieresis. Diuresis

dengan sendirinya meningkatkan ekskresi natrium, menurunkan reaktivitas

kardiovaskuler sehingga mengurangi vasospasme. Peningkatan curah

jantung akan meningkatkan pula aliran darah rahim. Pada preeclampsia

tidak perlu dilakukan restriksi garam sepanjang fungsi ginjal masih

normal. Pada preeclampsia, ibu hamil umumnya masih muda, berarti

fungsi ginjal masih bagus, sehingga tidak perlu restriksi garam.

b. Diet yang mengandung 2g natrium atau 4-6 NaCl (garam dapur) adalah

cukup. Kehamilan sendiri lebih banyak membuang garam lewat ginjal,

tetapi pertumbuhan janin justru membutuhkan lebih banyak konsumsi

garam. Bila konsumsi garam hendak dibatasi, hendaknya diimbangi

dengan konsumsi cairan yang banyak berupa susu atau air buah.

c. Diet diberikan cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, garam

secukupnya, dan roborantia prenatal.

7

Page 8: Tinjauan Pustaka Per

d. Obat yang diberikan roborantia (vitamin kombinasi), serta aspirin dosis

rendah sehari 1 kali (87,5 mg)

e. Tidak diberikan obat-obatan diuretic, anti hipertensi, dan sedative.

f. Karena pemberian diuretik dan anti hipertensi pada pre-eklamsia ringan

tidak dianjurkan karena obat-obat tersebut tidak menghentikan proses

penyakit dan juga tidak memperbaiki prognosis janin. Selain itu,

pemakaian obat-obatan tersebut dapat menutupi tanda dan gejala pre-

eklamsia berat

g. Dilakukan USG, NST serta pemeriksaan Hb, hematokrit, fungsi hati, urin

lengkap, dan fungsi ginjal

Penatalaksanaan Rawat Inap

Pada keadaan tertentu ibu hamil dengan preeclampsia ringan perlu dirawat

di rumah sakit. Kriteria preeklampsi ringan dirawat di rumah sakit, antara lain :

a. Bila tidak ada perbaikan : tekanan darah, kadar proteinuria selama 2 minggu

b. Pemberian roborantia, vitamin kombinasi dan aspirin dosis rendah sehari 1

kali.

c. Adanya satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeclampsia berat. Selama

di rumah sakit dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorik.

Pemeriksaan kesejahteraan janin, berupa pemeriksaan USG dan Doppler

khususnya untuk evaluasi pertumbuhan janin dan jumlah cairan amnion.

Pemeriksaan NST dilakukan 2 kali seminggu dan konsultasi dengan

bagian mata, jantung, dan lain-lain.

Setelah keadaan normal, pasien dibolehkan pulang, akan tetapi harus rutin

kontrol. Karena biasanya hamil sudah tua, persalinan tidak lama lagi. Bila

hipertensi menetap, penderita tetap tinggal dirumah sakit.

Perawatan obstetric yaitu sikap terhadap kehamilannya. Menurut

Williams, kehamilan preterm ialah kehamilan antara 22minggu sampai

≤37 minggu. Pada kehamilan preterm (< 37 minggu), bila tekanan darah

mencapai normotensi selama perawatan, persalinannya ditunggu sampai

aterm. Sementara itu, pada kehamilan aterm (>37 minggu), persalinan

ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan untuk

8

Page 9: Tinjauan Pustaka Per

melakukan induksi persalinan pada taksiran tanggal persalinan. Persalinan

dapat dilakukan secara spontan.

Beberapa kasus pre-eklamsia ringan tidak membaik dengan penanganan

konservatif. Tekanan darah meningkat, retensi cairan dan proteinuria

bertambah, walaupun penderita istirahat dengan pengobatan medik. Dalam

hal ini pengakhiran kehamilan dilakukan walaupun janin masih prematur.

(Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI

Jakarta, 2011).

2.12 Pencegahan Pre-Eklamsia

Belum ada kesepakatan dalam strategi pencegahan pre-eklamsia. Beberapa

penelitian menunjukkan pendekatan nutrisi (diet rendah garam, diit tinggi protein,

suplemen kalsium, magnesium dan lain-lain). Atau medikamentosa (teofilin,

antihipertensi, diuretic, asapirin, dll) dapat mengurangi timbulnya pre-eklamsia.

(Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif. Media Aesculapius, Jakarta : 2000)

9

Page 10: Tinjauan Pustaka Per

BAB III

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PENDERITA

No. Reg : 652686

Nama : Ny. Desi Wulandari Nama Suami : Tn. Budi

Umur : 21 Tahun Umur : 35 Tahun

Suku : Jawa Suku : Jawa

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SD Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl. Kendangsari XV/14 surabaya

MRS : 30 Maret 2013 (jam 23.30 WIB)

II. ANAMNESA

1. Keluhan Utama :

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang kiriman dari bidan BPS Siti dengan diagnosis GI

P0000/uk.37 minggu/T/H + PEB. Ibu mengeluh kenceng-kenceng sejak

30/3/2013 pk 20.00 WIB. Cairan ketuban pecah spontan pk 23.00 WIB

Keluar darah dan lendir pk 23.30 WIB. Pasien mengatakan tidak memiliki

riwayat hipertensi, Nyeri kepala (-), mata kabur (-), nyeri ulu hati (-).

Pasien mengaku tidak pernah menderita sakit saat kehamilan.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Hipertensi : disangkal

Diabetes mellitus : disangkal

Asma : disangkal

Alergi : disangkal

10

Page 11: Tinjauan Pustaka Per

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Hipertensi : disangkal

Diabetes mellitus : disangkal

Ginjal : disangkal

Asma : disangkal

Alergi : disangkal

5. Riwayat Haid

Menarche : 11 tahun

Siklus : ± 28 hari, teratur

Lama : 4-5 hari

Dismenorhea : ya, sebelum dan selama haid

Fluor albus : Ya, berwarna putih, berbau (+) , gatal (+)

HPHT / LMP : 13 – 7 – 2012

TP / EDC : 20 – 4 – 2013

Umur kehamilan : 37 minggu 1 hari

6. Riwayat Perkawinan

Menikah : 1 kali

Lama menikah : 1 tahun

7. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

I : Hamil ini

8. Riwayat ANC

Rutin kontrol 1 bulan sekali ke BPS, USG (-)

9. Riwayat KB

Tidak ada

III. PEMERIKSAAN UMUM

Tinggi badan : 155 cm

Berat badan : 75 kg

Keadaan umum : lemah

A / I / C / D : - / - / - / -

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan darah : 140 / 90 mmHg

11

Page 12: Tinjauan Pustaka Per

Nadi : 92 x / menit

Suhu (axiller) : 37,0 °C

RR : 20 x / menit

PEMERIKSAAN FISIK

a. Status Generalis

Kepala : Oedem kelopak mata - / -

Konjunctiva anemis - / -

Sclera icterus - / -

Leher : Pembesaran KGB (-)

Thorax : Bentuk normal, gerak simetris

Pulmo : Suara nafas vesikuler, Rh - / - , Whz - / -

Cor : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : turgor normal, BU (+) normal.

Ekstremitas : akral hangat

+ +

+ +

edem

- -

+ +

b. Status Obstetri

Kepala : Cloasma gravidarum - / -

Oedem pre orbita - / -

Konjunctiva palpebra anemis - / -

Leher : Struma gravidarum - / -

Thorax : Mammae membesar

Hiperpigmentasi areola mammae + / +

Kelenjar Montgomery - / -

ASI - / -

Abdomen : Leopold I : TFU : 34cm, kesan bokong

Leopold II : punggung kanan, DJJ : 12.12.12

12

Page 13: Tinjauan Pustaka Per

Leopold III : kesan kepala

Leopold IV : sudah masuk PAP

VT : y lengkap/ eff 100%/ Ket (-)/ let kep/ s. sagitalis melintang/ UUK

depan/ H. II PS 12

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil lab 30 Maret 2013 pk. 23.38 :

Pemeriksaan HasilDarah lengkapHbLekositHctTrombositPPTI N RAPTT

13.018.36041,3262.00011.4 C : 11.81,0226.3 C : 25.3

Imuno serologiHbs Ag Device negatifKimia KlinikGDABUNCSSGOTSGPTAlbumin

19430.51273.4

K/Na/ClKaliumNatriumChlorida

3.8138108

Proteinuria (dipstick) (+1)

13

Page 14: Tinjauan Pustaka Per

V. RESUME

Pasien datang kiriman dari bidan BPS Siti dengan diagnosis GI

P0000/uk.37 minggu/T/H + PEB. Ibu mengeluh kenceng-kenceng sejak

30/3/2013 pk 20.00 WIB. Cairan ketuban pecah spontan pk 23.00 WIB

Keluar darah dan lendir pk 23.30 WIB. Pasien mengatakan tidak memiliki

riwayat hipertensi, Nyeri kepala (-), mata kabur (-), nyeri ulu hati (-)

Dari pemeriksaan fisik didapatkan :

A/I/C/D : -/-/-/-

Abdomen : TFU 34cm DJJ 148x/mt

VT : Ѳ lengkap/ eff 100%/ ket (-)/ let kep/ H. II/ UPD N

Dari pemeriksaan penunjang didapatkan :

Laboratorium : proteinuria (+1)

VI. DIAGNOSIS

G1P00000/ 37 minggu/ T/H/ Intrauterin/ Inpartu Kala II + PER + TBJ

3300 gr

VII. PENATALAKSANAAN

Medikamentosa :

- Infus RD5 20 tpm

Non medikamentosa :

- Informed consent keluarga

- Observasi CHPB

- Ibu disuruh mengejan, pimpin persalinan

- Monitoring vital sign, tekanan darah tiap jam.

14

Page 15: Tinjauan Pustaka Per

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pasien dengan diagnosis akhir :

G1P00000/ 37 minggu/ T/H/ Intrauterin/ Inpartu Kala II + PER + TBJ 3300 gr

VT : y lengkap/ eff 100%/ Ket (-)/ let kep/ s. sagitalis melintang/ UUK depan/

H. II PS 12

Diagnosis tersebut didapat dari anamnesis dan pemeriksaan, meliputi :

a. Pasien mengaku hamil pertama, tidak pernah

keguguran G1P0000

b. HPHT : HPHT / LMP : 13 – 7 – 2012

TP / EDC : 20 – 4 – 2013

Umur kehamilan : 37 minggu 1 hari UK. 37 minggu

c. Pasien tidak pernah di USG. Dari pemeriksaan :

leopold didapatkan TFU sesuai 34 minggu, didapatkan 1 DJJ tunggal,

intra uterin

DJJ : 148x/mt Hidup.

d. Pasien datang dengan keluhan :

kenceng-kenceng (+) sejak 30/3/2013 pk 20.00 WIB.

ketuban pecah spontan (+) pk 23.00 WIB

Keluar darah dan lendir (+) pk 23.30 WIB

Menunjukkan tanda-tanda inpartu kala II

e. Ibu datang dengan diagnosis dari BPS : GI

P0000/uk.37 minggu/T/H + PEB

TD : 140/90 mmHg

Laboratorium : proteinuri +1 dipstick

Nyeri kepala (-), mata kabur (-), nyeri ulu hati (-)

Dari hasil di atas memenuhi criteria Preeklampsi ringan

f. TFU : 34 cm

TBJ = (TFU-13)x155 (*13 = sudah masuk PAP)

TBJ = 3255 ~ 3300 gr.

15

Page 16: Tinjauan Pustaka Per

g. Pada saat datang, pasien di VT dan pembukaan

sudah lengkap, maka dibuat partogram, dan diobservasi CHPB.

h. Terapi medikamentosa hanya diberikan Infus

RD5% 20tpm sebagai terapi maintanance. Tidak diberikan obat

hipertensi, sesuai dengan teori tidak dianjurkan karena obat-obat tersebut

tidak menghentikan proses penyakit dan juga tidak memperbaiki

prognosis janin serta menutupi gejala preeklampsi berat.

i. Terapi non medikamentosa :

Informed consent kepada keluarga.

Ibu disuruh mengejan karena pembukaan sudah lengkap, dan pimpin

persalinan

Pemeriksaan laboratorium, didapatkan hasil :

Hb : 13.0 (13.4-17.7) hb turun tapi tidak perlu mendapat tranfusi.

Lekosit 18.630 (4.300-10.300) leukositosis, ketuban mekoneum.

GDA : 194 (50-140) cenderung meningkat pada kehamilan.

BUN : 3 (10-20) BUN rendah salah satunya disebabkan karena

kehamilan.

Albumin : 3.4 (3.7-5.6) : edema yang terjadi pada kehamilan

Saran segera setelah post partum cek laboratorium ulang untuk memantau

apakah semua sudah kembali normal.

Partus Spt B dg episiotomi. Bayi lahir laki2/ BB 3600/ PB 51 / AS. 5-7/ anus (+)/

kelainan kongenital (-)

Pembukaan lengkap pukul 23.30 WIB, selama itu pasien disarankan

miring ke kiri, serta bila pasien merasakan kontraksi pasien diajarkan

mengejan. Ternyata dalam waktu < 2 jam tepatnya pukul 01.14 pasien

partus spontan belakang kepala dengan episiotomy mediolateral.

Lahir bayi laki2 dengan :

BB : 3600 g estimasi 3300 g (bayi lebih besar)

PB : 51 cm

16

Page 17: Tinjauan Pustaka Per

AS : 5-7 karena bayi tidak langsung menangis. Ketuban mekoneal.

Anus (+) kelainan congenital (-)

Plasenta lahir manual lengkap. Perdarahan 500ml. ahit perineum dg vicryl rapid.

Kontraksi baik. TFU 2 jari di bawah pusat

Plasenta dilahirkan dengan manual plasenta karena selaput plasenta robek

dan kotiledon tidak lengkap, serta perdarahan aktif.

Pasien dipindah ke ruangan dan dimonitorin g keluhan, kontraksi uterus, TFU,dan

fluksus aktif atau tidak. Diberi terapi :

- amoxicillin tab 3x1 untuk infeksi

- asam mefenamat tab 3x1 untuk mengurangi nyeri

- sulfas ferosus tab 1x1 tab untuk menambah darah

- sebaiknya diberi tambah asam folat tab 1x1

Dari pembahasan di atas sudah sesuai dengan protap penatalaksanaan preeklampsi

ringan.

17

Page 18: Tinjauan Pustaka Per

Lampiran 1

Observasi 30 Maret 2013

Waktu Kala Keterangan

23.30 Kala I

N : 96x/mt TD : 140/90 mmHg T : 36.6C

Infus RD5

TFU : 34cm DJJ : 148x/mt

VT : lengkap/ eff 100%/ ket (-)/ let kep/ H. II/ UPD N

01.14Kala II Partus Spt B dg episiotomi. Bayi lahir laki2/ BB 3600/

PB 51 / AS. 5-7/ anus (+)/ kelainan kongenital (-)

01.35 Kala III

Plasenta lahir manual lengkap. Perdarahan 500ml

Jahit perineum dg vicnyl. Kontraksi baik

TFU 2 jari di bawah pusat

04.30 Kala IV

KU baik.

TD 120/80 mmHg ;N : 80x/mt; Tax : 36,8 C; RR :

22x/mt

Kontraksi baik, TFU 2 jari bawah pusat, v/v fluksus 50

ml

pindah ke ruang bersalin

18

Page 19: Tinjauan Pustaka Per

Lampiran 2

SOAP

Tanggal SOAP

30/3/13

S :

Pasien datang kiriman BPS Siti dengan G1 P0-0 37/38

minggu/T/H/IU + PEB

HPHT : 13-07-2012

TP : 20-04-2013

R. Persalinan :

1. Hamil ini

R. Menikah : 1th

R. KB (-)

O:

St. Generalis :

KU : compos mentis/ 456

K/L a/i/c/d : -/-/-/-

VS : TD : 140/90 mmHg

N : 92x/mt RR : 20x/mt Tax : 36.7C

Cor : S1 S2 tunggal m(-) g (-)

Pulmo : rh -/- wh -/-

Ekst : akral hangat (+) edema inferior +/+

Lab : proteinuria (+1)

St. Obstetri :

L I : TFU : 34cm, kesan bokong

L II : DJJ : 144x/mt, punggung kanan

L III : kepala

LIV : masuk PAP

VT : pembukaan lengkap/ UUK depan/ H.II/ Ket (-)

A :

G1 P0-0 37-38 minggu/T/H/IU+inpartu kala II + PER + TBJ 3500

gr

P :

19

Page 20: Tinjauan Pustaka Per

obs CHPB

ibu disuruh mengejan, pimpin persalinan

31/3/13 pk.01.14

Lahir bayi laki2/ 3600gr/51cm/ AS5-7 didapatkan ketuban

mekoneal

Pk 01.25

Lahir plasenta dg manual plasenta

31/3/13

S :

keluar darah pervaginam (-)

O:

Status Generalis :

VS : TD : 120/80mmHg

Nadi : 84x/mt

RR : 18x/mt

Tax : 36,6C

Cor : si s2 tunggal, m (-), g (-)

Pulmo : rh -/- whezzing -/-

Status Obstetri :

Kontraksi uterus (+)

v/v fluksus (-)

A :

P1-1/ post partus Spt B hr -0 + PER

P :

Diet TKTP

Asam mefenamat tab 3x1

Amoxicillin tab 3x1

KIE hygiene vagina dan ASI eksklusif

Mx : Keluhan/ VS/ kontraksi uterus

1/4/13

S :

Keluar darah pervaginam (-)

Lemas (+) jika berjalan

Nyeri jahit (-) jika duduk agak lama

20

Page 21: Tinjauan Pustaka Per

Air susu (-)

O :

KU : cukup GCS 456

VS: TD : 100/70mmHg N 92x/mt RR : 20x/mt Tax : 36C

K/L : a/i/c/d : -/-/-/-

Thorax : v/v, rh -/-. Wh -/-, S1 S2 tunggal m(-) g(-)

Abd : supel, BU (+)N, met (-)

Eks : akral hangat (+) edema (-)

St. Obstetri :

TFU 1 jari dibawah pusat

Kontraksi uterus baik

v/v fluksus aktif (-)

A :

P1001 Post partus Spt B H+1 + hemodinamik baik

P :

Diet TKTP

KIE ASI eksklusif

Asam mefenamat tab 3x500mg

Sulfus Ferosus 1x1 tab

Pro KRS, kontrol poli nifas

Revisi

A : VT : pembukaan lengkap/ UUK depan/ H.II/ Ket (-)

P : evaluasi 2 jam pro Spt B

Revisi : ibu disuruh mengejan, pimpin persalinan.

21

Page 22: Tinjauan Pustaka Per

DAFTAR PUSTAKA

Ida Bagus Gede Manuaba, 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC, JAKARTA

Yayasan Sarwono Prawihardjo, 2011, Ilmu Kebidanan, FKUI, Jakarta

Mansjoer Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, JAKARTA

FK UNAIR. 2008. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/ SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan. Edisi III : 2008. RSU Dr. Soetomo, Surabaya.

22