Tinjauan Pustaka Pengeringan

23
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Dalam industri kimia sering sekali bahan-bahan padat harus dipisahkan dari suspensi, misalnya secara mekanis dengan penjernihan atau filtrasi. Dalam hal ini pemisahan yang sempurna sering kali tidak dapat diperoleh, artinya bahan padat selalu masih mengandung sedikit atau banyak cairan, yang acapkali hanya dapat dihilangkan dengan pengeringan. Karena pertimbangan ekonomi (penghematan energi), maka sebelum pengeringan dilakukan, sebaiknya sebanyak mungkin cairan sudah dipisahkan seara mekanis. (Bernasconi, G., 1995) 2.1.1 Pengertian Pengeringan Pengeringan merupakan cara untuk menghilangkan sebagian besar air dari suatu bahan dengan bantuan energi panas dari sumber alam (sinar matahari) atau buatan (alat pengering). Biasanya kandungan air tersebut dikurangi sampai batas dimana mikroba tidak dapat tumbuh lagi. 2.1.2 Tujuan Pengeringan Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air sampai batas perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti. Dengan demikian bahan yang dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang lama. Universitas Sumatera Utara

description

Ini berisi tinjauan pustaka tentang metode2 pengeringan

Transcript of Tinjauan Pustaka Pengeringan

Page 1: Tinjauan Pustaka Pengeringan

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengeringan

Dalam industri kimia sering sekali bahan-bahan padat harus dipisahkan dari

suspensi, misalnya secara mekanis dengan penjernihan atau filtrasi. Dalam hal ini

pemisahan yang sempurna sering kali tidak dapat diperoleh, artinya bahan padat selalu

masih mengandung sedikit atau banyak cairan, yang acapkali hanya dapat dihilangkan

dengan pengeringan. Karena pertimbangan ekonomi (penghematan energi), maka

sebelum pengeringan dilakukan, sebaiknya sebanyak mungkin cairan sudah

dipisahkan seara mekanis. (Bernasconi, G., 1995)

2.1.1 Pengertian Pengeringan

Pengeringan merupakan cara untuk menghilangkan sebagian besar air dari

suatu bahan dengan bantuan energi panas dari sumber alam (sinar matahari) atau

buatan (alat pengering). Biasanya kandungan air tersebut dikurangi sampai batas

dimana mikroba tidak dapat tumbuh lagi.

2.1.2 Tujuan Pengeringan

Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air sampai batas

perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan

pembusukan terhambat atau terhenti. Dengan demikian bahan yang dikeringkan dapat

mempunyai waktu simpan yang lama.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Tinjauan Pustaka Pengeringan

Bahan pangan kering matahari dan kering buatan adalah lebih pekat dari pada

setiap bahan pangan awetan yang lain, sehingga :

1. Biaya produksi lebih murah

2. Diperlukan tenaga yang lebih sedikit

3. Kebutuhan ruang penyimpanan dan pengangkutan bahan pangan kering

minimal

4. Besarnya biaya distribusi berkurang

2.1.3 Keuntungan dan Kelemahan Teknik Pengeringan

Keuntungan pengeringan :

- Bahan menjadi lebih tahan lama disimpan

- Volume bahan menjadi kecil

- Mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan

- Mempermudah transport

- Biaya produksi menjadi murah

Kerugian pengeringan

- Sifat asal bahan yang dikeringkan berubah (bentuk dan penampakan fisik,

penurunan mutu, dll)

- Perlu pekerjaan tambahan untuk menghindari di atas

2.1.4 Metode Pengeringan

1. Penjemuran

Pengeringan dengan sinar matahari langsung sebagai energi panas.

Kelemahan :

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Tinjauan Pustaka Pengeringan

- Tergantung cuaca

- Sukar dikontrol

- Memerlukan tempat penjemuran

- Mudah terkontaminasi

- Lama

Keuntungan

- Biaya murah

-

2. Pengeringan buatan

Pengeringan dengan menggunakan alat pengering dimana suhu, kelembaban

udara, kecepatan udara dan waktu dapat diatur dan diawasi.

Keuntungan :

- Tidak tergantung cuaca

- Kapasitas pengeringan dapat dipilih sesuai dengan yang diperlukan

- Tidak memerlukan tempat yang luas

- Kondisi pengeringan dapat dikontrol

- Panen dapat dilakukan lebih awal

- Masa simpan menjadi lama

- Pekerjaan menjadi lebih mudah

- Dapat meningkatkan nilai ekonomis bahan

Selain itu, keuntungan pengeringan secara mekanis adalah :

1. Memungkinkan pengeringan dilakukan di sembarang waktu tanpa terikat musim

tertentu, walaupun hari mendung/hujan, pengeringan masih dapat dilakukan.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Tinjauan Pustaka Pengeringan

2. Luas areal yang dibutuhkan untuk pengeringan dapat dikurangi, misalnya dengan

memperbanyak rak-rak pengering.

3. Pengaturan suhu dapat lebih mudah sehingga dapat disesuaikan dengan

karakteristik bahan yang dikeringkan. (Rohanah, A., 2006).

2.1.5 Kriteria Pemilihan Alat Pengering

Disamping berdasarkan pertimbangan – pertimbangan ekonomi, pemilihan alat

pengering ditentukan oleh faktor – faktor berikut :

1. Kondisi bahan yang dikeringkan (bahan padat, yang dapat mengalir, pasta,

suspensi)

2. Sifat – sifat bahan yang akan dikeringkan (misalnya apakah menimbulkan bahaya

kebakaran, kemungkinan terbakar, ketahanan panas, kepekaan terhadap pukulan,

bahya ledakan debu, sifat oksidasi).

3. Jenis cairan yang terkandung dalam bahan yang dikeringkan (air, pelarut organik,

dapat terbakar, beracun)

4. Kuantitas bahan yang dikeringkan

5. Operasi kontinu atau tidak kontinu.

(Bernasconi, G., 1995)

2.1.6 Jenis-Jenis Pengeringan

1. pengeringan alamiah menggunakan panas matahari

Pengeringan hasil pertanian dengan menggunakan energi matahari biasanya

dilakukan dengan menjemur bahan di atas alas jemuran atau lamporan, yaitu suatu

permukaan yang luasnya dapat dibuat dari berbagai bahan padat. Sesuai dengan sistem

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Tinjauan Pustaka Pengeringan

dan peralatannya serta pertimbangan faktor ekonomis, alat jemur dapat dibuat dari

anyaman tikar, anyaman bambu, lembaran seng, lantai batu bata atau lantai semen.

Pengeringan ini adalah pengeringan paling sederhana (dengan cara

penjemuran). Penjemuran adalah usaha pembuangan atau penurunan kadar air suatu

bahan untuk memperoleh tingkat kadar air yang cukup aman disimpan, yaitu yang

tingkat kadar airnya seimbang dengan lingkungan.

2. Pengeringan dengan menggunakan bahan bakar

Bahan bakar sebagai sumber panas (bahan bakar cair, padat, listrik) misalnya :

BBM, batubara, dan lain-lain. Pengeringan ini disebut juga dengan pengeringan

mekanis. Jenis-jenis pengeringan mekanis adalah tray dryer, rotary dryer, spray dryer,

freeze dryer

a. Tray dryer (alat pengeringan berbentuk rak)

- Bentuknya persegi dan didalamnya berisi rak-rak yang digunakan sebagai

tempat bahan yang akan dikeringkan

- Cocok untuk bahan yang berbentuk padat dan butiran

- Sering digunakan untuk produk yang jumlahnya tidak terlalu besar

- Bisa digunakan dalam keadaan vakum

- Waktu pengeringan umumnya lama (10-60 jam)

b. Rotary dryer (pengeringan berputar)

- Pengeringan kontak langsung yang beroperasi secara kontinyu, terdiri atas

cangkang silinder yang berputar perlahan, biasanya dimiringkan beberapa

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Tinjauan Pustaka Pengeringan

derajat dari bidang horizontal untuk membantu perpindahan umpan basah yang

dimasukkan pada atas ujung drum

- Bahan kering dikeluarkan pada ujung bawah

- Waktu pengeringan cepat (10-60 menit)

- Cocok untuk bahan yang berbentuk padat dan butiran

c. Freeze dryer (pengeringan beku)

- Cocok untuk padatan yang sangat sensitif panas (bahan bioteknologis tertentu,

bahan farmasi,dan bahan pangan)

- Pengeringan terjadi di bawah titik triple cairan dengan menyublin air beku

menjadi uap, yang kemudian dikeluarkan dari ruang pengering dengan pompa

vakum mekanis

- Menghsilkan produk bermutu tinggi dibandingkan dengan teknik dehidrasi lain.

d. Spray dryer (Pengering semprot)

- Cocok untuk bahan yang berbentuk larutan yang sangat kental serta berbentuk

pasta (susu, zat pewarna, dan bahan farmasi)

- Kapasitas beberapa kg/jam hingga 50 ton per jam penguapan (20000 pengering

semprot)

- Umpan yang diatomisasi dalam bentuk percikan disentuhkan dengan udara

panas yang dirancang dengan baik.

3. Pengeringan Gabungan

Pengeringan gabungan adalah pengeringan dengan menggunakan energi sinar

matahari dan bahan bakar minyak yang menggunakan konveksi paksa (udara panas

dikumpulkan dalam kolektor kemudian dihembus ke komoditi). Latar belakang karena

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Tinjauan Pustaka Pengeringan

suhu lingkungan hanya sekitar 33oC, sedangkan suhu pengeringan untuk komoditi

pertanian kebanyakan berkisar 60 – 70oC. Oleh karena itu perlu ditingkatkan suhu

lingkungan dengan cara mengumpulkan udara dalam satu kolektor surya dan

menghembuskannya ke komoditi (digunakan kipas angin).

4. Jenis Pengeringan Berdasarkan Media Pemanas

Pengeringan buatan/mekanis terdiri atas dua jenis berdasarkan media pemanas :

1. Pengeringan Adiabatik

Pengeringan dimana panas dibawa ke alat pengering oleh udara panas, fungsi udara

memberi panas dan membawa uap air.

2. Pengeringan Isothermik

Bahan pangan berhubungan langsung dengan lembaran/plat logam yang panas

2.1.7 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengeringan

Pada proses pengeringan selalu diinginkan kecepatan pengeringan yang

maksimal. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha–usaha untuk mempercepat pindah

panas dan pindah massa (pindah massa dalam hal ini perpindahan air keluar dari

bahan yang dikeringkan dalam proses pengeringan tersebut). Ada beberapa faktor

yang perlu diperhatikan untuk memperoleh keepatan pengeringan maksimum, yaitu :

1. Luas permukaan

Semakin luas permukaan bahan yang dikeringkan, maka akan semakin cepat

bahan menjadi kering. Biasanya bahan yang akan dikeringkan dipotong– potong untuk

mempercepat pengeringan.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Tinjauan Pustaka Pengeringan

2. Suhu

Semakin besar perbedaan suhu (antara medium pemanas dengan bahan yang

dikeringkan), maka akan semakin cepat proses pindah panas berlangsung sehingga

mengakibatkan proses penguapan semakin cepat pula. Atau semakin tinggi suhu udara

pengering, maka akan semakin besar energi panas yang dibawa ke udara yang akan

menyebabkan proses pindah panas semakin cepat sehingga pindah massa akan

berlangsung juga dengan cepat.

3. Kecepatan udara

Umumnya udara yang bergerak akan lebih banyak mengambil uap air dari

permukaan bahan yang akan dikeringkan. Udara yang bergerak adalah udara yang

mempunyai kecepatan gerak yang tinggi yang berguna untuk mengambil uap air dan

menghilangkan uap air dari permukaan bahan yang dikeringkan.

4. Kelembaban udara

Semakin lembab udara di dalam ruang pengering dan sekitarnya, maka akan

semakin lama proses pengeringan berlangsung kering, begitu juga sebaliknya. Karena

udara kering dapat mengabsorpsi dan menahan uap air. Setiap bahan khususnya bahan

pangan mempunyai keseimbangan kelembaban udara masing–masing, yaitu

kelembaban pada suhu tertentu dimana bahan tidak akan kehilangan air (pindah) ke

atmosfir atau tidak akan mengambil uap air dari atmosfir.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Tinjauan Pustaka Pengeringan

5. Tekanan atm dan vakum

Pada tekanan udara atmosfir 760 Hg (=1 atm), air akan mendidih pada suhu

100oC. Pada tekanan udara lebih rendah dari 1 atmosfir air akan mendidih pada suhu

lebih rendah dari 100oC.

P 760 Hg = 1 atrm air mendidih 100oC

P udara < 1 atm air mendidih < 100oC

Tekanan (P) rendah dan suhu (T) rendah cocok untuk bahan yang sensitif terhadap

panas , contohnya : pengeringan beku (freeze drying)

6. Waktu

Semakin lama waktu (batas tertentu) pengeringan, maka semakin cepat proses

pengeringan selesai. Dalam pengeringan diterapkan konsep HTST (High Temperature

Short Time), Short time dapat menekan biaya pengeringan. (Rohanah, A.,2006).

2.2 Pengertin Karet

Karet merupakan suatu polimer isoprena dan juga merupakan hidrokarbon

dengan rumus monomer (C5H8)n. Zat ini umumnya berasal dari getah berbagai

tumbuh-tumbuhan di daerah panas, terutama dari pohon karet. Getah ini diperoleh

setelah dilakukan pengerjaan pada pohon karet yaitu, pohon karet yang telah cukup

umur dideres batangnya, sehingga getahnya keluar, getah yang keluar inilah sering

disebut dengan lateks (karet alam). Kemudia diolah menjadi berbagai macam produk

karet.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Tinjauan Pustaka Pengeringan

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini,

karet alam sudah dapat disintesis, akan tetapi kegunaan dari karet alam ini tidak dapat

digantikan oleh karet sintesis, ini disebabkan karena nilai PRI dari karet alam lebih

baik dari karet buatan (sintesis).

2.3. Sifat Karet

Semua jenis karet adalah polimer tinggi dan mempunyai susunan kimia yang

berbeda dan memungkinkan untuk diubah menjadi bahan-bahan yang bersifat elastis

(rubberiness). Namun, bahan-bahan itu berbeda sifat bahan dasarnya misalnya,

kekuatan tensil, daya ulur maksimum, daya lentur (resilience) dan terutama pada

proses pengolahannya serta prestasinya sebagai barang jadi.

Karet alam adalah suatu komoditi homogen yang cukup baik. Kualitas dan

hasil produksi karet alam sangat terkenal dan merupakan dasar perbandingan yang

baik untuk barang-barang karet buatan manusia. Karet alam mempunyai daya lentur

yang tinggi, kekuatan tensil dan dapat dibentuk dengan panas yang rendah. Daya

tahan karet terhadap benturan, gesekan dan koyakan sangat baik. Namun, karet alam

tidak begitu tahan terhadap faktor-faktor lingkungan, seperti oksidasi dan ozon. Karet

alam juga mempunyai daya tahan yang rendah terhadap bahan-bahan kimia seperti

bensin, minyak tanah, pelarut lemak (degreaser), pelumas sintetis, dan cairan hidrolik.

Karena sifat fisik dan daya tahannya, karet alam dipakai untuk produksi-produksi

pabrik yang membutuhkan kekuatan yang tinggi dan panas yang rendah (misalnya ban

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Tinjauan Pustaka Pengeringan

pesawat terbang, ban truk raksasa dan ban-ban kendaraan) dan produksi-produksi

teknik lain yang memerlukan daya tahan sangat tinggi. (Spillane. J. J., 1989)

2.4. Komposisi Karet Alam

Hasil yang diambil dari tanaman karet adalah lateks yang diolah menjadi sit,

lateks pekat dan lateks karet remah. Lateks dapat diperoleh dengan cara menyadap

antara kambium dan kulit pohon yaitu merupakan cairan berwarna putih atau

kekuning-kuningan. Secara singkat komposisi lateks segar dari kebun adalah sebagai

berikut :

Tabel 2.1. Komposisi Lateks Segar dari Kebun

Komponen Komponen dalam

Lateks segar (%)

Karet hidrokarbon 36

Protein 1,4

Karbohidrat 1,6

Lipida 1,6

Persenyawaan organik 0,4

Persenyawaan anorganik 0,5

Air 58,5

Sedangkan komposisi lateks dalam karet kering adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Tinjauan Pustaka Pengeringan

Tabel 2.2 Komposisi Lateks dalam Karet Kering

Komponen Komposisi dalam

lateks kering (%)

Karet hidrokarbon 92 – 94

Protein 2,5 – 3,5

Karbohidrat -

Lipida 2,5 – 3,2

Persenyawaan organic -

Persenyawaan anorganik 0,1 - 0,5

Air 0,3 – 1,0

Apabila lateks hevea segar dipusingkan pada kecepatan 32.000 putaran per

menit (rpm) selama 1 jam, akan terbentuk 4 fraksi :

2.4.1. Fraksi karet

Fraksi karet terdiri dari partikel-partikel karet yang berbentuk bulat dengan

diameter 0,05 – 3 mikron (µ). Partikel karet diselubungi oleh lapisan pelindung yang

terdiri dari protein dan lipida dan berfungsi sebagai pemantap. (Ompusunggu, 1987)

2.4.2. Fraksi kuning

Fraski ini terdiri dari partikel-partikel berwarna kuning yang mula-mula

ditemukan oleh Frey Wyssling, sehingga disebut partikel Frey wyssling. Ukuran

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Tinjauan Pustaka Pengeringan

partikel dan berat jenisnya lebih besar dari partikel karet dan bentuknya seperti bola.

Setelah pemusingan dilakukan, partikel Frey wyssling biasanya terletak di bawah

partikel karet dan di atas fraksi dasar. (Tampubolon, M., 1986)

2.4.3. Fraksi serum

Fraksi serum juga disebut fraksi c ( centrifuged serum) mengandung sebagian

besar komponen bukan karet yaitu air, karbohidrat, protein dan ion-ion logam.

(Ompusunggu, 1987)

2.4.4. Fraksi dasar

Fraksi dasar pada umumnya terdiri dari partikel-partikel dasar. Partikel dasar

mempunyai diameter 2 – 5 mikron dan berat jenisnya lebih besar dari berat jenis

partikel karet, sehingga pada pemusingan partikel-partikel dasar berkumpul di bagian

bawah (dasar). Jumlah lutoid dalam lateks berkisar antara 15 – 20%. (Tampubolon,

M., 1986)

2.5. Spesifikasi Karet

Karet alam merupakan komoditi perkebunaan yang unik karena

penggunaannya sebagai bahan baku industri sedangkan komoditi perkebunan lainnya

sebagian besar adalah bahan makanan dan minuman. Sebelum menjadi barang jadi

(misalnya ban kendaraan), karet mengalami pengujian mutu teknis yang ketat dan

kemudian diproses dengan prosedur pengolahan yang cukup rumit. Karena itu

masalah mutu karet jauh lebih canggih dibandingkan dengan mutu komoditi

perkebunan lainnya.

Karet spesifikasi teknis ( TSR) yang dikenal dengan istilah “crumb rubber”

mula-mula diolah oleh Malaysia tahun 1966, kemudian diikuti oleh Singapura dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Tinjauan Pustaka Pengeringan

bahan baku berasal dari Indonesia yang penentuan jenis mutunya berdasarkan SMR

(Standar Malaysia Rubber) dan SSR (Singapore Specified Rubber). Sedangkan

Indonesia baru mulai mengolah crumb rubber pada tahun 1969 dengan spesifikasi

jenis mutu berdasarkan SIR (Standar Indonesia Rubber). Konsumen yang mula-mula

menerima dengan baik karet jenis crumb rubber ini adalah Amerika. Karena itu ekspor

karet Indonesia terutama ditujukan ke Amerika Serikat dan memperoleh pasaran yang

baik. Tahun 1982 jumlah karet Indonesia yang dikonsumsi oleh Amerika Serikat

adalah 54% dari konsumsi karet alam negara tersebut.

Untuk lebih jelasnya dapat kita tinjau proporsi jenis mutu karet alam ekspor

dalam pasaran Internasional pada tahun 1982 yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.3. Jenis Mutu Karet dalam Pasaran Internasional

No Jenis Mutu %

1 TSR-20 34,7

2 RSS-3 23,4

3 RSS-1 12,3

4 RSS-4 6,4

5 TSR-10 5,6

6 RSS-2 4,5

7 TSR-50 4,1

TSR = Technical Specified Rubber (Crumb Rubber = Karet Remah)

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Tinjauan Pustaka Pengeringan

2.5.1. Proses pengolahan TSR

Proses pengolahan TSR dapat dibagi 2, yaitu :

1. Proses pengolahan bahan baku lateks

Proses pengolahan bahan baku lateks yaitu pengecilan ukuran, penipisan,

peremahan, pencacahan, pembutiran, pengeringan, pembalan dan pengepakan.

2. Proses pengolahan bahan baku koagulum

Proses pengolahan bahan baku koagulum juga ditentukan oleh kondisi bahan

baku yaitu bahan baku kotor dan bahan baku bersih.

2.5.2. Pengawasan mutu karet

Pengujian mutu dilakukan sesuai dengan parameter skema SIR yang

dikeluarkan berdasarkan SK Mentri Perdagangan N0. 321/Kp/VIII/83 seperti pada

tabel di bawah ini :

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Tinjauan Pustaka Pengeringan

Tabel 2.4. Skema Standar Indonesia Rubber (SIR)

Spesifikasi SIR 5CV

SIR 5LV

SIR 5L

SIR 5 SIR 10 SIR 20 SIR 50

Kadar kotoran, % maks

0,05

0,05

0,05

0,05

0,10

0,20

0,50

Kadar Abu, % maks

0,50 0,50 0,50 0,50 0,75 1,00 1,50

Kadar zat menguap, maks

0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8

PRI, min 60 60 60 60 50 40 30 Po, min - - 30 30 30 30 30 Warna, angka komparator lovibond, maks

- - 6 - - - -

Viskositas Mooney (ML(1+4)’100°C

- - - - - - -

Uji kemantapan viskositas (satuan Wallace), maks

8 8 - - - - -

Ekstrak aseton, %

- 6,8 - - - - -

Warna Lambang Hijau Hijau Hijau Hijau Coklat Merah Kuning Nitrogen, % maks

0,6 O,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6

Hasil pengujian yang diperoleh walaupun memenuhi standar mutu tapi

mempunyai variasi yang cukup besar, apalagi bila diuji sifat-sifat fisika barang

jadinya. Pada masing-masing pabrik dapat juga terjadi variasi mutu untuk tiap kali

produksi, begitu juga bila dibandingkan antar pabrik. (Anwar, A.,Anas, A., 1987).

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Tinjauan Pustaka Pengeringan

2.6. Penyusutan bahan olah karet

Penyusutan bahan olah karet adalah kehilangan bahan olah karet yang

disebabkan oleh penguapan/penirisan air dari lapangan ke pabrik selama transportasi.

Bahan olah karet yang dipakai untuk mengolah sit, karet remah ( SIR 10, SIR 20, SIR

3CV, SIR 3L, SIR 3 WF) dan lateks pekat berasal dari lapangan. Mutu bahan olah ini

bervariasi. Jenis bahan olah untuk sit, lateks pekat dan SIR 3 CV, SIR 3 L, SIR 3WF

adalah lateks. Selama pengangkutan dari lapangan ke pabrik, bahan olah lump/slab

mengalami penyusutan disebabkan karena terjadinya penguapan dan penirisan air.

Disamping itu, kandungan air yang tinggi dalam lump/slab dapat menyebabkan

penurunan mutu. Selain itu, penyusutan bahan olah lateks bisa terjadi akibat adanya

sisa-sisa lateks yang tertinggal di dalam pipa-pipa atau tangki transpor. Sebagai

tambahan, penyusutan karet selama pengolahan bisa terjadi akibat adanya cacahan

karet yang tercecer selama pengolahan dan masuk ke saluran pembuangan atau

penggumpalan lateks yang tidak sempurna. ( Kumpulan pedoman pengolahan karet,

1997).

2.7. Penyimpanan Karet Remah

Untuk setiap jenis barang yang diproduksi dan dipakai, cara penyimpanannya

harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat ini tergantung dari keanehan-

keanehan khusus dari barang-barang ini dan dari pengaruh-pengaruh yang dapat

menyebabkan kemunduran dalam kualitas dari hasil-hasil ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Tinjauan Pustaka Pengeringan

Seperti bahan-bahan makanan yang mudah rusak disimpan dalam rumah-

rumah pendingin dan barang-barang yang mudah berkarat disimpan dalam ruangan-

ruangan yang kering, maka untuk penyimpanan barang-barang karet juga perlu

diadakan sejumlah peraturan.

Kemunduran sifat-sifat dari karet yang telah divulkanisir untuk sebagian besar

disebabkan oleh oksidasi. Oksigen dari udara dapat mempunyai pengaruh yang buruk

terhadap karet, sehingga pada permukaannya dapat diterbitkan retakan-retakan dan

robekan-robekan.

Walaupun pada campuran karet ditambahkan antioksidan-antioksidan yang

dapat mencegah atau menghambat oksidasi, namun hal oksidasi ini masih harus selalu

diperhatikan. Penyimpanan barang-barang karet harus dilakukan dalam keadaan sejuk

dan gelap. Sekalian harus dicegah adanya muatan sebelah untuk waktu yang panjang

atau barang-barangnya berlipat. Waktu menumpuk, hal ini harus diperhatikan.

Penerangan dalam ruangan-ruangan yang dipakai untuk menyimpan barang-

barang dari karet harus sedang saja. Sumber-sumber cahaya yang dipakai tidak atau

hampir tidak diperkenankan mengeluarkan sinar-sinar ultraviolet.

Selanjutnya harus dijaga, agar supaya barang-barang karet tidak berkontak

dengan minyak dan sebagainya, oleh karena karet dapat melarut dalam minyak

sehingga permukaannya dapat dirusak. (Yayasan Karet, 1983)

2.8. Pengerasan karet selama penyimpanan (Storage Hardening)

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Tinjauan Pustaka Pengeringan

Selama pengolahan, penyimpanan, dan pengangkutan dari negara produsen ke

negara konsumen, nilai ASHT karet remah akan mengalami kenaikan secara spontan

sehingga karet menjadi lebih keras. Gejala ini disebut Storage Hardening.

Storage hardening (pengerasan karet selama penyimpanan) ditunjukkan

dengan kenaikan nilai ASHT, sebenarnya merupakan suatu proses yang kompleks

sebab melibatkan beberapa tipe mekanisme yang sampai saat ini belum jelas dan pasti

penyebabnya. Selama puluhan tahun dilakukan penelitian tentang storage hardening

hanya beberapa proses karakteristik yang sudah dapat diidentifikasi secara jelas,yaitu :

1) Proses storage hardening akan dipercepat pada kondisi kelembaban yang

rendah. Hal inilah yang mendorong dikembangkannya pengujian pengerasan

karet selama penyimpanan yang dipercepat atau Accelerated Storage

Hardening Test (ASHT).

2) Beberapa reagen yang mengandung senyawa amina misalnya hidroksilamina

dapat mencegah proses storage hardening apabila ditambahkan ke dalam

lateks dalam jumlah yang cukup sebelum pemisahan partikel karetnya

(pembekuan).

3) Proses storage hardening terjadi karena adanya asam-asam amino di dalam

lateks.

Selama penyimpanan dalam keadaan kering, reaksi ikatan silang yang terjadi

akan semakin dipercepat.

2.8.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengerasan karet selama penyimpanan

Pada koagulum kebun dimana aktivitas mikroorganisme berlangsung terus,

ikatan silang tersebut berjalan terus walaupun tidak cepat karena terhalang oleh

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Tinjauan Pustaka Pengeringan

adanya air. Kemudian selama pengeringan (setelah diremahkan) kacepatan ikatan

silang akan dipercepat karena berkurangnya kadar air.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya storage hardening sehingga juga

mempengaruhi viskositas mooney karet alam terdiri dari jenis klon, cara pembekuan,

lama penyimpanan koagulum dan suhu pengeringan.

1) Jenis klon

Klon adalah tanaman yang didapat dari hasil perbanyakan vegetatif

(aseksual). Setiap klon mempunyai gugus aldehida yang berbeda-beda

jumlahnya. Semakin banyak jumlah gugus aldehida yang terdapat pada setiap

rantai poliisoprena, maka kenaikan nilai ASHT dari tiap-tiap klon karet juga

berbeda-beda dan tidak tetap, tergantung pada jenis klon dan juga keadaan

cuaca pada saat lateks disadap.

2) Cara pembekuan

Nilai ASHT yang tinggi pada koagulum kebun ini diduga karena proses

pembekuannya tidak serentak dan tidak merata. Maka dalam pegolahan karet

viskositas mantap dianjurkan untuk menggunakan pH pembekuan antara 4,5 –

5,5.

3) Lama penyimpanan koagulum

Lama penyimpanan koagulum dan remah karet sebelum diproses dapat

menaikkan nilai ASHT. Dalam bentuk remah karet akan lebih cepat

mengalami kenaikan nilai ASHT dibandingkan dalam bentuk koagulum.

Perbedaan lama penyimpanan koagulum di tempat/di kebun petani akan

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Tinjauan Pustaka Pengeringan

menyebabkan bervariasi nilai ASHT koagulum kebun. Nilai ASHT dari karet

SIR 20 adalah tidak boleh lebih dari 5 (≤ 5).

4) Suhu pengeringan

Suhu pengeringan yang tinggi dapat menaikkan atau menurunkan nilai ASHT

karet tergantung dari waktu pengeringan. Biasanya pengeringan pada suhu

tinggi dan waktu lama selalu akan menurunkan nilai ASHT. Karena pada suhu

tinggi dan waktu lama pemutusan molekul karet akan lebih cepat dibandingkan

reaksi ikatan silang. Dampak dari pengeringan pada suhu tinggi dan waktu

lama adalah nilai ASHT akan turun jatuh yang ditandai dengan karet menjadi

lunak dan lembut. Jadi perlu dicari suhu yang optimal untuk memenuhi

spesifikasi mutu teknis.

2.8.2 Cara-cara penanggulangan pengerasan karet selama penyimpanan

Karena reaksi pengerasan karet selama penyimpanan dipengaruhi oleh jenis

klon dan telah terjadi sejak lateks keluar dari pembuluh lateks, selama pengolahan,

penyimpanan sampai pengangkutan, maka cara penanggulangan yang dapat dilakukan

adalah sebagai berikut :

1. Memilih atau melakukan seleksi klon-klon yang cocok untuk karet

viskositas mantap dengan melihat jarak antara viskositas mooney dari

karet yang dihasilkan selama setahun. Apabila menggunakan klon

campuran harus diperhatikan berat karet kering dari setiap klon dan

masing-masing nilai viskositas mooneynya untuk memperkirakan

viskositas mooney ditangki pabrik.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Tinjauan Pustaka Pengeringan

2. Menggunakan bahan-bahan kimia yang dapat mencegah terjadinya reaksi

ikatan silang, seperti hidroksilamin netral sulfat (HNS), hidroksil

amonium sulfat (HAS).

3. Lateks dibekukan dengan asam semut pada pH 4,5 – 5

4. Segera mengolah koagulum dan remah karet

5. Menggunakan suhu pengeringan yang optimal

6. Begitu karet remah kering keluar dari alat pengering segera dilakukan

pendinginan dengan kipas sampai suhunya sirna dengan udara luar.

7. Mencegah terjadinya pengenceran lateks dan kontaminasi oleh ion-ion

logam.

Dari ketujuh cara penanggulangan pengerasan karet selama penyimpanan,

yang paling efektif adalah dengan penggunaan bahan kimia, karena ikatan silang dapat

dicegah sejak dini dan secara total. Bahan kimia yang paling banyak digunakan untuk

memantapkan nilai ASHT karet remah adalah hidroksilamin netral sulfat (HNS).

2.8.3. Cara pengujian pengerasan karet selama penyimpanan

Untuk mengetahui tingkat pertambahan ikatan silang selama penyimpanan

dilakukan uji pengerasan karet selama penyimpanan yang dipercepat, Accelerated

Storage Hardening Test (ASHT), yaitu dengan mengukur selisih plastisitas mula-mula

dengan plastisitas karet setelah disimpan pada kondisi yang diatur memiliki

kelembaban yang sangat rendah dengan menggunakan bahan kimia P2O5.

Pengukuran plastisitas dilakukan dengan menggunakan Plastimeter Wallace,

yaitu mengukur kemampuan karet untuk menahan pembebanan tetap selama waktu

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Tinjauan Pustaka Pengeringan

dan suhu tertentu. Plastisitas awal (Po) adalah plastisitas karet mentah yang langsung

diuji tanpa perlakuan khusus sebelumnya.

Plastisitas akhir (Ph) adalah plastisitas karet alam yang telah disimpan dalam

botol yang di dalamnya telah berisi P2O5 dan berpenyekat aluminium. Karet

diletakkan di atas aluminium itu dan botol ditutup rapat. Botol dipanaskan di dalam

oven pada suhu 60°C selama 24 jam, setelah itu karet dikeluarkan dari oven dan

dibiarkan selama 15 menit pada suhu kamar sebagai pendingin sebelum diuji

plastisitasnya dengan Plastimeter Wallace seperti pengujian Po. Hasil inilah yang

dibaca sebagai Plastisitas akhir (Ph). Hasil pengukuran ASHT dinyatakan dengan

menggunakan rumus :

ASHT = Ph – Po

Dimana : Ph = Nilai tengah dari ketiga pengukuran plastisitas potongan uji yang

telah dikeraskan

Po = Nilai tengah dari ketiga pengukuran plastisitas potongan uji yang

tidak dikeraskan.

Pengerasan karet selama penyimpanan (storage hardening) menunjukkan

kecenderungan meningkatnya viskositas karet alam selama penyimpanan akibat

terbentuknya ikatan silang antara molekul karet.

Accelerated Storage Hardening Test (ASHT) merupakan cara yang dipercepat

yaitu dengan pengujian plastisitas wallace dari potongan uji sebelum dan sesudah

penyimpanan dalam waktu singkat dengan kondisi yang dapat mempercepat reaksi

pengerasan. (Refrizon, 2003).

Universitas Sumatera Utara