TINJAUAN PUSTAKA PAP SMEAR -...
Embed Size (px)
Transcript of TINJAUAN PUSTAKA PAP SMEAR -...
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PAP SMEAR
1. Definisi Pap Smear
Pap Smear merupakan suatu metode pemeriksaan sel-sel yang
diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pap
Smear merupakan tes yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun-
tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-
sel leher rahim (Diananda, 2009).
Dasar pemeriksaan ini adalah mempelajari sel-sel yang terlepas
dari selaput lendir leher rahim. Papsmear mudah dilakukan dan tidak
menimbulkan rasa sakit. Pap Smear adalah pemeriksaan sitologi dari
serviks dan porsio untuk melihat adanya perubahan atau keganasan pada
epitel serviks atau porsio (displasia) sebagai tanda awal keganasan serviks
atau prakanker.
Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat, dan tidak sakit, serta bisa
dilakukan setiap saat, kecuali pada saat haid. Pap Smear pertama kali
diperkenalkan tahun 1928 oleh Dr. George Papanicolou dan Dr. Aurel
Babel, namun mulai populer sejak tahun 1943 (Nuranna, 2002).
11
2. Manfaat Pap Smear
Pemeriksaan Pap Smear berguna sebagai pemeriksaan penyaring
(skrining) dan pelacak adanya perubahan sel ke arah keganasan secara dini
sehingga kelainan prakanker dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi
lebih murah dan mudah. Pap Smear mampu mendeteksi lesi prekursor
pada stadium awal sehingga lesi dapat ditemukan saat terapi masih
mungkin bersifat kuratif.
Manfaat Pap Smear secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut
(Manuaba, 2005):
a. Diagnosis dini keganasan
Pap Smear berguna dalam mendeteksi dini kanker serviks, kanker
korpus endometrium, keganasan tuba fallopi, dan mungkin keganasan
ovarium.
b. Perawatan ikutan dari keganasan
Pap Smear berguna sebagai perawatan ikutan setelah operasi dan
setelah mendapat kemoterapi dan radiasai.
c. Interpretasi hormonal wanita
Pap Smear bertujuan untuk mengikuti siklus menstruasi dengan ovulasi
atau tanpa ovulasi, menentukan maturitas kehamilan, dan menentukan
kemungkunan keguguran pada hamil muda.
d. Menentukan proses peradangan
Pap Smear berguna untuk menentukan proses peradangan pada
berbagai infeksi bakteri dan jamur.
12
3. Wanita yang dianjurkan test Pap Smear
Wanita yang dianjurkan untuk melakukan test Pap Smear biasanya
mereka yang tinggi aktivitas seksualnya, namun tidak menjadi
kemungkinan juga wanita yang tidak mengalami aktivitas seksualnya
memeriksakan diri. Wanita-wanita sasaran test Pap Smear (Sukaca, 2009)
sebagai berikut:
a. Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah menikah atau
belum namun aktivitas seksualnya sangat tinggi.
b. Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berganti-ganti pasangan seksual
atau pernah menderita infeksi HPV atau kutil kelamin.
c. Setiap tahun untuk wanita yang berusia di atas 35 tahun.
d. Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB.
e. Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia di atas 35 tahun.
f. Pap Smear test setahun sekali bagi wanita antara umur 40-60 tahun dan
juga bagi wanita di bawah 20 tahun yang seksualnya aktif.
g. Sesudah 2 kali pap test (-) dengan interval 3 tahun dengan catatan
bahwa wanita resiko tinggi harus lebih sering menjalankan pap test.
h. Sesering mungkin jika hasil Pap Smear menunjukan abnormal, sesering
mungkin setelah penilaian dan pengobatan pra kanker maupun kanker
serviks.
13
4. Petunjuk Pemeriksaan Pap Smear
American Cancer Society (2009) merekomendasikan semua wanita
sebaiknya memulai skrining 3 tahun setelah pertama kali aktif secara
seksual. Pap Smear dilakukan setiap tahun. Wanita yang berusia 30 tahun
atau lebih dengan hasil tes Pap Smear normal sebanyak tiga kali,
melakukan tes kembali setiap 2-3 tahun, kecuali wanita dengan risiko
tinggi harus melakukan tes setiap tahun. Selain itu wanita yang telah
mendapat histerektomi total tidak dianjurkan melakukan tes Pap Smear
lagi. Namun pada wanita yang telah menjalani histerektomi tanpa
pengangkatan serviks tetap perlu melakukan tes Pap atau skrining lainnya
sesuai rekomendasi di atas.
Pap Smear tidak dilakukan pada saat menstruasi. Waktu yang
paling tepat melakukan Pap Smear adalah 10-20 hari setelah hari pertama
haid terakhir. Pada pasien yang menderita peradangan berat pemeriksaan
ditunda sampai pengobatan tuntas. Dua hari sebelum dilakukan tes, pasien
dilarang mencuci atau menggunakan pengobatan melalui vagina. Hal ini
dikarenakan obat tersebut dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Wanita
tersebut juga dilarang melakukan hubungan seksual selama 1-2 hari
sebelum pemeriksaan Pap Smear.
14
5. Prosedur Pemeriksaan Pap Smear
Prosedur pemeriksaan Pap Smear adalah (Manuaba, 2005) :
a. Persiapan alat-alat yang akan digunakan, meliputi spekulum bivalve
(cocor bebek), spatula Ayre, kaca objek yang telah diberi label atau
tanda, dan alkohol 95%.
b. Pasien berbaring dengan posisi litotomi.
c. Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks
posterior, servik uterus, dan kanalis servikalis.
d. Periksa serviks apakah normal atau tidak.
e. Spatula dengan ujung pendek dimasukkan ke dalam endoserviks,
dimulai dari arah jam 12 dan diputar 360 searah jarum jam.
f. Sediaan yang telah didapat, dioleskan di atas kaca objek pada sisi yang
telah diberi tanda dengan membentuk sudut 45 satu kali usapan.
g. Celupkan kaca objek ke dalam larutan alkohol 95% selama 10 menit.
h. Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam wadah transpor dan dikirim ke
ahli patologi anatomi.
6. Klasifikasi Hasil Pap Smear
Tabel 2.1 Klasifikasi Pap Smear menurut Arshita (2007), yaitu:
NO KLASIFIKASI KETERANGAN
1. Kelas 0 Sel kanker masih diselaput lendir serviks (Karsinoma Insitu).
2. Kelas I Kanker masih terbatas didalam jaringan serviks dan belum menyebar ke badan rahim.
3. Kelas Ia Karsinoma yang didiagnosa baru hanya secara mikroskop dan belum menunjukkan kelainan / keluhan klinik.
4. Kelas Ia.1 Kanker mulai menyebar ke jaringan otot dengan dalam < 3 mm, serta ukuran besar < 7 mm.
15
5. Kelas Ia. 2 Kanker sudah menyebar lebih dalam (> 3 mm 5 mm) dengan lebar 7 mm.
6. Kelas Ib Ukuran kanker sudah > 1a. 2 7. Kelas Ib. 1 Ukuran tumor = 4 cm 8. Kelas Ib. 2 Ukuran tumor > 4 cm
9. Kelas II
Kanker sudah menyebar keluar jaringan serviks tetapi belum mengenai dinding rongga panggul. Meskipun sudah menyebar ke vagina tetapi masih terbatas pada 1/3 atas vagina.
10. Kelas Iia Tumor jelas belum menyebar kesekitar uterus. 11. Kelas Iib Tumor jelas sudah menyebar ke sekitar uterus.
12. Kelas III
Kanker sudah menyebar ke dinding panggul dan sudah mengenai jaringan vagina lebih rendah dari 1/3 bawah. Bisa juga penderita sudah mengalami ginjal bengkak karena bendungan air seni (Hidroneprosis) dan mengalami gangguan fungsi ginjal.
13. Kelas IIIa Kanker sudah menginfasi dinding panggul.
14. Kelas IIIb Kanker menyerang dinding panggul disertai gangguan fungsi ginjal dan / atau hidroneprosis.
15 Kelas IV Kanker sudah menyebar keluar rongga panggul, dan secara klinik sudah terlihat tanda-tanda invasi kanker ke selaput lendir kandung kencing dan / atau rectum.
16. Kelas Iva Sel kanker menyebar pada alat atau organ yang dekat dengan serviks
17. Kelas Ivb Kanker sudah menyebar padanalat atau organ yang jauh dari serviks
7. Pengobatan dari diagnosa Pap Smear
Menurut Arshita (2007) :
a. Stadium Ia. 1
1) Konisasi bila reproduksi masih diperlukan
Konisasi adalah proses pengambilan jaringan serviks dengan
pembedahan kecil, serviks diambil dengan pisau, kawat
listrik/kauter, atau dengan laser. Prosedur konisasi merupakan
prosedur pembedahan kecil, kadangkala dengan pembiusan
kadang dengan anastesi lokal. Prosedur konisasi dilakukan untuk
tujuan diagnosis tetapi juga digunakan sebagai prosedur terapi.
16
2) Histerektomi total bila reproduksi sudah tidak diperlukan
Histerektomi adalah eksisi atau pengangkatan rahim secara total.
b. Stadium Ia. 2, Ib - IIa
1) Radikal histerektomi + limfadenektomi pelvic bilateral
Radikal histerektomi adalah pengangkatan rahim, vagina bagian
atas dan parametrium.
Limfadenektomi bedah pengangkatan kelenjar getah bening. Hal
ini biasa dalam memperlakukan wanita dengan kanker serviks.
2) Radioterapi
Radioterapi adalah terapi radiasi sinar menggunakan energi tinggi
untuk mengurangi ukuran tumor atau untuk membunuh sel kanker.
Jenis perawatan dapat dilakukan secara internal dengan bahan
radioaktif yang tertanam dalam rahim atau eksternal dengan
penggunaan mesin radioterapi.
3) Kemoterapi, radioterapi
Kemoterapi adalah pengobatan penyakit menggunakan agen
kimia.
c. Stadium IIb, III dan IV
1) Radioterapi
2) Kemoterapi, radioterapi.
17
8. Interval pemeriksaan Pap Smear
Ada beberapa versi tentang interval pemeriksaan ini (Ramli,2002),
antara lain :
a. Menurut Di British Colombia (Canada) melakukan tes setiap tahun
pada wanita yang termasuk resiko tinggi yaitu yang melakukan
hubungan seksual sebelum usia 20 tahun, mempunyai mitra seks lebih
dari 2 sepanjang hidupnya.
b. American Cancer society menyarankan hal yang sama, tetapi untuk
kelompok yang tidak mempunyai resiko tinggi cukup 3 tahun sekali.
c. Menurut WHO, umur juga merupakan pertimbangan dalam
menentukan saat skrining dimulai dinegara-negara maju dan
berkembang insiden kanker invasif meningkat sampai umur 35 tahun
dan menetap sampai umur 60 tahun dan sesudah itu menurun. Atas
dasar hal tersebut diatas dengan pertimbangan Cost Effective maka
disarankan sebagai berikut :
1) Skrining dilakukan satu kali pada wanita berumur 35 hingga 45
tahun.
2) Kalau fasilitas tersedia lakukan setiap 10 tahun pada wanita
berumur 35 sampai 55 tahun.
3) Kalau fasilitas tersedia lebih maka dilakukan setiap 5 tahun sekali
pada wanita berumur 35 sampai 55 tahun
4) Ideal atau jadwal yang optimal setiap 3 tahun pada wanita berumur
25 sampai 60 tahun.
18
Departemen kesehatan menganjurkan bahwa semua wanita yang
berusia 20-60 tahun harus melakukan Pap Smear paling tidak setiap 5
tahun. Sedangkan menurut Evennet (2004) menyebutkan bahwa
seorang wanita harus melakukan Pap Smear dalam 6 bulan setelah aktif
kegiatan seksualnya dengan tes Pap kedua 612 bulan setelah Pap
Smear pertama (dan hasil yang diberikan adalah normal pada selang
waktu (interval) 3 tahun selama masa hidupnya.
B. WANITA USIA SUBUR (WUS)
Wanita Usia Subur atau bisa disebut masa reproduksi adalah
wanita yang berumur antara 15-45 tahun yang ditandai dengan menstruasi
untuk pertama kali (Menarche) dan diakhiri dengan menopause
(Wiknjosastro, 2008).
Masa reproduksi tingkat kesuburan wanita mencapai puncaknya
dan secara seksual sudah siap memiliki keturunan. Masa reproduksi dimulai
ketika sudah terjadinya pengeluaran sel telur yang matang (ovulasi) pada
siklus menstruasi. Setelah berusia 40 tahun kesuburan seseorang wanita akan
menurun ( Proverawati, 2009).
Setiap bulan wanita melepas sel telur dari ovariumnya. Bila sel
telur tidak mengalami pembuahan maka akan terjadi perdarahan (menstruasi).
Saat wanita tidak mampu lagi melepaskan ovum karena sudah habis
tereduksi, menstruasi akan menjadi tidak teratur lagi setiap bulan, sampai
kemudian terhenti sama sekali (menapause) (Proverawati, 2009).
19
C. PENGETAHUAN
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh
manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika
seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda
atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan
sebelumnya. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan bertahan lama daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
2. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif yang merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan
sebagai dorongan fisik dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun
dengan dorongan sikap perilaku setiap orang sehingga dapat dikatakan
bahwa pengetahuan merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2003). Menurut Notoatmodjo (2003) tingkat pengetahuan
terdiri dari 6 (enam) tingkatan, yakni :
20
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Yang termasuk mengingat kembali tahap suatu yang
spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan. Jadi
tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai sutau kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh : menyimpulkan, meramalkan terhadap objek
yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan suatu
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya)
d. Analisa (Analysis)
Analisa adalah Kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek
didalam struktur organisasi tersebut dam masih ada kaitannya satu
sama lain. Kemampuan-kemampuan analisis dapat dikaitkan dari
penggunaan-penggunaan kata kerja seperti kata kerja seperti
menggambarkan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
21
e. Sintesis (Shintesis)
Sintesis Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru, dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk
menyusun suatu formulasi baru dari formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan
penelitian terhadap suatu materi atau objek. Pengukuran pengetahuan
dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang materi yang ingin diukur dari suatu objek penelitian atau
responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita
ukur.
3. Hal-Hal yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang menurut
sukmadinata (2003) adalah sebagai berikut :
1) Faktor internal
a) Jasmani
Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan indera seseorang.
b) Rohani
Faktor rohani adalah kesehatan psikis, intelektual, psikomotor,
serta kondisi afektif serta kognitiv individu.
22
2) Faktor eksternal
a) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi
respon terhadap sesuatu yang datang diluar. Orang yang
berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional
terhadap informasi yang datang akan berpikir sejauh mana
keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan
tersebut.
b) Paparan Media massa
Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik, berbagai
informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang
yang lebih terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet,
dan lain-lain) akan memperoleh informasi lebih banyak jika
dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi
media. Hal ini berarti paparan media massa mempengaruhi
tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.
c) Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan
sekunder, keluarga dengan status kesehatan ekonomi yang baik
akan lebih mudah tercukupi dibanding keluarga dengan status
ekonomi yang lebih rendah. Hal ini akan mempengaruhi
23
pemenuhan kebutuhan akan informasi pengetahuan yang
termasuk kebutuhan sekunder.
d) Hubungan sosial
Manusia adalah mahluk sosial, sehingga dalam kehidupan saling
berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi,
sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi
kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima pesan
menutur model komunikasi media.
e) Pengalaman
Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat diperoleh dari
lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya
seseorang mengikuti kegiatan-kegiatan mendidik, seperti seminar
dan berorganisasi, sehingga dapat memperluas pengalamannya
karena dari berbagai kegiatan-kegiatan tersebut, informasi tentang
suatu hal dapat diperoleh.
4. Cara memperoleh pengetahuan
Ada 2 cara untuk memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo (2005),
yaitu:
a. Cara tradisional
1) Cara coba salah (trial and error)
Cara yang paling tradisional adalah melalui coba-coba atau
dengan kata yang yang mudah dikenal trial and error. Cara coba-
coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
24
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak
berhasil, dicoba kemungkinan yang lain.
2) Cara kekuasaan dan otoritas
Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau
kekuasaan pada tradisi otoritas pemerintah, otoritas pemimpin
agama maupun ahli ilmu pengetahuan.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat
digunakan sebagai upaya memperoleh kebenaran pengetahuan.
4) Melalui jalan pikiran
Manusia menggunakan penalaran atau jalan pikiran dalam
memperoleh pengetahuannya.
b. Cara modern
Cara modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa
ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode
penelitian ilmiah.
5. Cara mengukur pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui
atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan (Notoatmodjo, 2007).
a. Pengetahuan baik, responden berpengetahuan 76% - 100%
25
b. Pengetahuan cukup, responden berpengetahuan 60% - 75%
c. Pengetahuan kurang, responden berpengetahuan 60%.
D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan
bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku antara lain:
a. Faktor predisposisi
Faktor yang mempermudah dan mendasari untuk terjadinya
perilaku itu. Yang masuk dalam dalam kelompok predisposisi ini ialah :
1) Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah
melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu melakukan
pengindraan terjadi melalui indra manusia, sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata (penglihatan) dan
telinga (pendengaran) (Notoadmojo, 2003).
2) Sikap
Sikap adalah reaksi tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau
objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian
reaksi stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari merupakan
reaksi yan bersifat emosional terhadap stimulus sosial Sikap
menggambarkan suka atau tidak sukanya seseorang terhadap objek.
Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri ataupun dari orang
lain. Sikap terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam
suatu tindakan nyata. Sikap masyarakat terhadap posyandu juga
26
dipengaruhi oleh tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan kesehatan sistem nilai yang dianut masyarakat,
tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi (Azwar, 2011).
3) Nilai Budaya
Individu lahir diantara kelompok, yaitu keluarga dan masyarakat. Hal
ini akan membuat kemungkinan adanya suatu norma atau aturan yag
diharapkan mampu memunculkan perilaku yang normatif atau sesuai
dengan ketentuan yang telah dibuat. Nilai ini diperoleh melalui
sosialisasi dan emosi dikenakan kepercayaan mereka atas apa yang
membuat orang berfikir apakah sesuatu itu penting sehingga dari nilai
akan mempengaruhi keseluruhan berbagai perasaan tentang keluarga
(Azwar, 2011).
4) Kepercayaan
Kepercayaan merupakan keyakinan tentang kebenaran terhadap
sesuatu yang dirasakan pada budaya yang ada pada masyarakat
tersebut. Sehingga bila dalam masyarakat mempunyai kepercayaan
yang salah tentang sesuatu maka dapat menghambat perubahan
perilaku (Azwar, 2011). Semakin baik kepercayaan seseorang maka
akan semakin baik pula sikap yang terbentuk, sehingga pada akhirnya
membuat semakin baik pula perilaku yang dimunculkan oleh orang
tersebut (Notoatmodjo, 2003).
27
5) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi
respon terhadap sesuatu yang datang diluar. Orang yang
berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional
terhadap informasi yang datang akan berpikir sejauh mana keuntungan
yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut
(Sukmadinata, 2003)
6) Motivasi
Motivasi adalah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan,
ataupun pembangkit tenaga pada seseorang ataupun pada kelompok
masyarakat tersebut mau berbuat dan bekerja sama secara optimal
melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Untuk terlaksananya
program harus ada dari individu atau masyarakat itu sendiri dan pihak
luar hanya merangsang saja (Octavia, 2009).
7) Ekonomi
Ekonomi seseorang dipengaruhi oleh besarnya pendapatan keluarga.
Pendapatan adalah sejumlah penghasilan dari seluruh anggota
keluarga (Notoatmodjo, 2003). Dalam memenuhi kebutuhan pokok
(primer) maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status
kesehatan ekonomi yang baik akan lebih mudah tercukupi dibanding
keluarga dengan status ekonomi yang lebih rendah. Hal ini akan
28
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pengetahuan
yang termasuk kebutuhan sekunder (Sukmadinata, 2003).
b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factor)
Faktor-faktor ini mencakup:
1) Ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas (fisik dan umum) yang
mendukung kelancaran kegiatan. Fasilitas fisik yaitu fasilitas-fasilitas
atau sarana kesehatan yang meliputi puskesmas, obat-obatan dan
sebagainya. Sedangkan Fasilitas umum yaitu fasilitas atau sarana
kesehatan meliputi media informasi misalnya TV, koran atau majalah
(Azwar, 2011).
2) Jarak dan keterjangkauan tempat pelayanan. Jarak tempat pelayanan
kesehatan yang jauh akan membuat masyarakat tidak akan datang
ketempat pelayanan kesehatan. Selain memerlukan waktu juga
menambah biaya akomodasi (Notoatmodjo, 2003).
c. Faktor-faktor penguat atau pendorong (Reinforcing factors)
1) Faktor sikap dan perilaku para petugas kesehatan
Sikap dan perilaku disini adalah bagaimana para petugas
kesehatan (perawat, bidan, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya)
berlaku tidak ramah atau tidak simpatik pada kader ataupun pada pasien
bahkan tidak responsif saat menerima pasien serta dalam memberikan
tindakan medis. Karena inilah kader enggan untuk aktif dalam kegiatan
posyandu. Dalam hal ini motivasi dan dukungan baik dukungan dari
29
tenaga kesehatan sangat diperlukan untuk meningkatkan keaktifan
kader dalam kegiatan posyandu. Dukungan sosial sebagai informasi
verbal maupun nonverbal, saran, bantuan yang nyata dan tingkah laku
yang diberikan masyarakat dengan subyek didalam lingkungan
sosialnya. Dukungan sosial sangat berperan penting dalam memotivasi
kader untuk aktif dalam Posyandu (Notoatmodjo, 2003).
2) Faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat
a) Dukungan kepala desa
Desa yang memiliki kepala desa yang selalu memberikan
motivasi setiap pelaksanaan kegiatan posyandu akan lebih baik
kinerja dan kelestarian posyandunya dibandingkan dengan desa yang
kepala desanya tidak memberikan motivasi sama sekali. Dorongan
motivasi tersebut dapat berupa pemberian-pemberian tugas yang
selalu dimonitir dan disupervisi, selalu memberitahukan mana yang
benar dan mana yang salah dalam supervisi, selalu akan
mempertimbangkan kemampuan kader sebelum memberi tugas,
dalam memberi tugas pada kader selalu ada imbalan apapun
bentuknya baik itu imbalan material ataupun hanya ucapan terima
kasih, bila kader mendapat tugas ketempat lain akan mendapatka
transport, kesejahteraan kader selalu menjadi , kebiasaan kepala desa
untuk melakukan peninjauan terhadap pelaksanaan kegiatan
posyandu (Sarwono, 2008).
30
b) Dukungan tokoh agama
Dukungan tokoh agama mempunyai pengaruh di
masyarakat. Selanjutnya tokoh agama ini dapat menjembatani antara
pengelola berprogram kesehatan dengan masyarakat. Pada
masyarakat yang masih petrenalistik seperti di Indonesia ini tokoh
masyarakat dan tokoh agama merupakan panutan prilaku masyarakat
yang sangat signifikan. Oleh sebab itu apabila toma dan toga sudah
mempunyai perilaku sehat, maka akan mudah ditiru oleh anggota
masyarakat yang lain. Bentuk kegiatan mencari dukungan sosial ini
antara lain: pelatihan-pelatihan para toga dan toma, seminar, loka
karya, penyuluhan dan sebagainya. Dukungan dari tokoh agama
sangat berperan penting dalam memotivasi perilaku seseorang
(Notoatmodjo, 2003).
Perilaku dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam
interaksi manusia dengan lingkungan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi bentuknya perilaku terbagi menjadi 2 faktor yaitu:
a. Faktor internal
Faktor internal berfungsi untuk mengelola rangsangan dari luar,
faktor ini meliputi: pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, dan
motivasi.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal ini meliputi lingkungan fisik maupun non fisik
seperti: iklim, manusia, ekonomi, dan budaya.
31
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku
berawal dari adanya pengalaman seseorang serta faktor luar
(lingkungan) baik fisik maupun non fisik, kemudian pengalaman
dan lingkungan dipersepsikan sehingga menimbulkan motivasi,
niat untuk bertindak yang pada akhirnya terjadilah perwujudan
niat yang berupa perilaku.
E. PENDIDIKAN
1. Definisi Pendidikan
Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk
meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi
pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta, dan budi nurani) dan
jasmani (panca indra serta ketrampilan-ketrampilan). Pendidikan juga
berarti pula hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia
dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya (Ihsan,
2010).
2. Faktor-faktor pendidikan
Faktor-faktor pendidikan yang dapat membentuk pola interaksi
atau saling mempengaruhi, terutama terletak pada faktor pendidik dengan
segala kemampuan dan keterbatasannya. Adapun faktor-faktor pendidik
menurut Ihsan (2010) sebagai berikut:
32
a. Faktor tujuan
Banyak sekali tujuan pendidikan yang diinginkan oleh
pendidik agar dapat dicapai (dimiliki) oleh peserta didiknya. Menurut
Langeveld dalam bukunya Beknopte Teoritischr Pedagogic dibedakan
adanya macam-macam tujuan sebagai berikut:
1) Tujuan umum
2) Tujuan tak sempurna
3) Tujuan sementara
4) Tujuan perantara
5) Tujuan insendental.
b. Faktor pendidik
Ada dua kategori yang membedakan pendidik yaitu:
1) Pendidik menurut kodrat, yaitu orang tua
2) Pendidik menurut jabatan, yaitu guru.
c. Faktor peserta didik
Peserta didik dalam usia dan tingkat kelas yang sama bisa
memiliki profil materi pengetahuan yang berbeda-beda. Hal ini
tergantung kepada konteks yang mendorong perkembangan seseorang.
Secara teoritis peserta didik bisa berkembang secara optimal dalam
arti mampu berkembang kreatif optimal, jika mendapat lingkungan
pendidikan optimal, di sekolah yang ideal dimana peserta dapat
melakukan cara belajar siswa aktif sekaligus menghayati atau
mengimplikasikan nilai-nilai.
33
d. Faktor isi atau materi pendidikan
Materi pendidikan ialah segala sesuatu oleh pendidik
langsung diberikan kepada peserta didik dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan.
Dalam usaha pendidikan yang diselenggarakan dikeluarga, disekolah
dan di masyarakat, ada syarat utama dala pemilihan beban atau materi
materi pendidikan, yaitu:
1) Materi harus sesuai dengan tujuan pendidikan
2) Materi harus dengan peserta didik.
e. Faktor metode pendidikan
Metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan
alat untuk mencapai tujuan. Untuk menentukan apakah ada sebuah
metode dapat disebut baik diperlukan patokan (kriteria) yang
bersumber dari beberapa faktor. Faktor utama yang menentukan
adalah tujuan yang akan dicapai.
f. Faktor situasi lingkungan
Situasi lingkungan mempengaruhi proses dan hasil
pendidikan. Situasi lingkungan ini meliputi lingkungan fisis
lingkungan teknis dan lingkungan sosia-kultural.
34
3. Jenis pendidikan
Jenis pendidikan adalah satuan pendidikan yang dikelompokkan
sesuai sifat dan tujuannya. Jenis pendidikan menurut Ihsan (2010) sebagai
berikut:
a. Pendidikan Sekolah
Jenis pendidikan sekolah adalah jenis pendidikan yang berjenjang,
berstruktur dan berkesimanbungan, sampai dengan pendidikan tinggi.
Jenis pendidikan sekolah mencakup pendidikan umum, pendidikan
kejuruan, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, dan
pendidikan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
b. Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan luar sekolah adalah jenis pendidikan yang tidak selalu
terikat oleh jenjang dan struktur perselakolahan, tetapi dapat
berkesinambungan. Pendidikan luar sekolah menyediakan program
pendidikan yang memungkinkan terjadinya perkembangan peserta didik
dalam bidang sosial, keagamaan, budaya dan ketrampilan dan keahlian.
4. Jenjang pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan,
yang ditetapkan berdasarkan tingkat peekembangan peserta didik, tingkat
kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran. Jenjang
pendidikan menurut Ihsan (2010) sebagai berikut:
35
a. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan
pengetahuan dan ketrampilan, menumbuhkan sikap dasar yang
diperlukan dalam masyarakat, serta mempersiapkan peserta didik untuk
mengikuti pendidikan menengah. Termasuk pendidikan dasar adalah
sekolah dasar (SD) dan SMP sebagai kesatuan dilaksanakan dalam masa
program belajar 9 tahun.
b. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah adalah pendidikan yang mempersiapkan
peserta didik menjadi anggota masyarakat yangmemiliki kemampuan
mengadakan hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial budaya,
dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut
dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi. Pendidikan menengah terdiri
dari sekolah menengah atas (SMU).
c. Pendidikan Tinggi
Menurut Kepmendikbud (No.0186/P/1984) Pendidikan tinggi
adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk menjadi
anggota masyarakat yang memiliki tingkat kemampuan tinggi yang
bersifat akademik dan professional sehingga dapat mengembangkan dan
menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam rangka
pembangunan nasional dan meningkatkan kesejahteraan manusia.
Termasuk pendidikan tinggi adalah pendidikan di Universitas atau
perguruan tinggi akademik seperti tingkat sarjana.
36
F. KERANGKA TEORI
Berdasarkan teori di atas disusun kerangka teori sebagai berikut :
Faktor predisposisi :
Pengetahuan
Pendidikan
Sosial ekonomi
Tindakan
melakukan
Pap Smear
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi Lawrence W. Green (1980) dalam Notoatmodjo, tahun 2007)
G. KERANGKA KONSEP
Variabel Bebas Variabel Terikat
Pengetahuan WUS tentang
Pap Smear
Bagan 2.2 Kerangka Konsep
Faktor pemungkin :
Sarana prasarana
Faktor penguat :
Sikap petugas
Perilaku petugas
Tindakan Melakukan Pap Smear
37
H. HIPOTESIS PENELITIAN
Ha: Ada hubungan Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang Pap Smear
dengan Tindakan Melakukan Pap Smear di RT 02 RW 01 Desa Kali Tengah
Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.