TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR,...

38
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, yang pertama adalah tinjauan pustaka yang mengemukakan mengenai penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Dalam tinjauan pustaka ini juga berisi teori, konsep dan pendekatan lain yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Subbab kedua merupakan kerangka berpikir yang merupakan hasil abstraksi dan sintesis teori dari kajian pustaka yang dikaitkan dengan masalah penelitian yang dihadapi serta untuk menjawab dan memecahkan masalah. Subbab ketiga adalah konsep yang berisi tentang terminologi teknis yang merupakan komponen-komponen dari kerangka teori. Subbab keempat adalah landasan teori yang merupakan landasan berpikir yang bersumber dari suatu teori yang sering dibutuhkan sebagai penuntun dalam pemecahan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam penelitian. Subbab kelima adalah model penelitian yang merupakan abstraksi dan sintesis antara teori dan permasalahan penelitian yang digambarkan dalam bentuk diagram. 2. 1. Tinjauan Pustaka Berbagai penelitian mengenai konsolidasi tanah (LC) maupun perkembangan permukiman telah dilakukan. Ada yang melihat dari aspek fenomena pelaksanaan LC beserta dampak yang ditimbulkan, contohnya 10

Transcript of TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR,...

Page 1: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP,

LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

Bab ini tediri dari beberapa subbab, yang pertama adalah tinjauan pustaka

yang mengemukakan mengenai penelitian terdahulu yang berhubungan dengan

penelitian yang akan dilakukan. Dalam tinjauan pustaka ini juga berisi teori,

konsep dan pendekatan lain yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Subbab

kedua merupakan kerangka berpikir yang merupakan hasil abstraksi dan sintesis

teori dari kajian pustaka yang dikaitkan dengan masalah penelitian yang dihadapi

serta untuk menjawab dan memecahkan masalah. Subbab ketiga adalah konsep

yang berisi tentang terminologi teknis yang merupakan komponen-komponen dari

kerangka teori. Subbab keempat adalah landasan teori yang merupakan landasan

berpikir yang bersumber dari suatu teori yang sering dibutuhkan sebagai

penuntun dalam pemecahan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam

penelitian. Subbab kelima adalah model penelitian yang merupakan abstraksi dan

sintesis antara teori dan permasalahan penelitian yang digambarkan dalam bentuk

diagram.

2. 1. Tinjauan Pustaka

Berbagai penelitian mengenai konsolidasi tanah (LC) maupun

perkembangan permukiman telah dilakukan. Ada yang melihat dari aspek

fenomena pelaksanaan LC beserta dampak yang ditimbulkan, contohnya

10

Page 2: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

penelitian oleh Bakri (1996) yang berjudul “Dampak Konsolidasi Lahan

Terhadap Pengembangan Kawasan di Jalan Padang By Pass” dan penelitian

Sumantra (2014) yang berjudul “Dampak Program Konsolidasi Lahan di

Kelurahan Bitera Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar”. Dilihat dari aspek

perkembangan permukiman beserta faktor-faktor penyebabnya misalnya pada

penelitian yang dilakukan oleh Zuriati (2004) yang berjudul “Kajian

Perkembangan Fisik Kawasan Permukiman yang Dilalui Jalur Lintas Sumatera di

Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung” dan penelitian oleh Ajeng (2005) yang

berjudul “Kajian Perubahan Spasial Permukiman Masyarakat di Desa Anjir

Serapat Timur Kabupaten Kapuas”. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan

ini lebih cenderung mengacu pada penelitian yang dilakukan Zuriati (2004) dan

Ajeng (2005) karena fokus terhadap perkembangan permukiman di suatu

wilayah. Penelitian ini meneliti tentang dampak fisik perkembangan permukiman

pasca LC, di mana berbeda dengan penelitian Bakri (1996) dan Sumantra (2014)

yang fokus meneliti berbagai dampak yang ditimbulkan pasca pelaksanaan LC.

Metode yang digunakan dalam penelitian terdahulu tersebut juga beragam,

misalnya Bakri (1996), Ajeng (2005) dan Sumantra (2014), menggunakan metode

kualitatif. Sedangkan penelitian yang dilakukan Zuriati (2004) menggunakan

metode kuantitatif. Metode penelitian ini hampir mirip dengan penelitian Ajeng

(2005) yaitu menggunakan analisis geografi spasial dengan teknik overlay peta time

series dan analisis kualitatif. Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian

Ajeng (2005) yang hanya menggunakan metode penelitian kuantitatif, sedangkan

penelitian ini menggunakan metode gabungan kuantitatif dan kualitatif.

11

11

11

Page 3: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

Hasil penelitian Bakri (1996) menunjukkan dampak dan pengaruh

konsolidasi tanah terhadap pola pemilikan lahan yaitu terjadinya perubahan status

kepemilikan lahan dan perubahan penggunaan serta pemanfaatan lahan dari

pertanian ke non pertanian. Hasil penelitian Sumantra (2014) menunjukkan

bahwa dampak yang ditimbulkan pasca LC di Kelurahan Bitera Gianyar adalah

terjadi ketidakteraturan kepemilikan lahan dan pemanfaatan lahan yang tidak

produktif serta terjadi pula perpetakan lahan dan aksesibilitas kawasan Kota

Gianyar yang lebih teratur.

Sedangkan hasil penelitian Zuriati (2004) dan Ajeng (2005) menunjukkan

bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perkembangan spasial

kawasan permukiman yang dilalui jalur lintas Sumatra dan Trans Kalimantan

antara lain sebagai berikut: adanya faktor sosial kependudukan meliputi

pertumbuhan penduduk; faktor sosial ekonomi meliputi meningkatnya

perekonomian penduduk; faktor aksesibiltas yaitu dengan terbangunnya sarana

dan prasarana transportasi di wilayah tersebut dan faktor posisi kawasan

permukiman dalam konstalasi regional yang kedekatannya dengan pusat-pusat

pelayanan kota.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Bakri (1996)

dan Sumantra (2014) terletak pada tujuan penelitiannya, yaitu salah satunya untuk

mengetahui dampak yang ditimbulkan pasca LC. Penelitian yang dilakukan oleh

Zuriati (2004) dan Ajeng (2005) juga mempunyai kesamaan dengan penelitian

ini, yaitu sama-sama meneliti mengenai perkembangan fisik dan pola yang

12

12

Page 4: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

terbentuk dalam kawasan permukiman beserta faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap perkembangan permukiman tersebut.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumantra

(2014) yaitu dari segi fokus penelitiannya. Fokus penelitian yang dilakukan

Sumantra (2014) berupa kajian terhadap fenomena yang terjadi pasca LC, serta

dampak fisik dan non fisik yang ditimbulkan pasca pelaksanaan LC. Penelitian ini

fokus terhadap perkembangan permukiman pasca LC, faktor-faktor yang

mempengaruhinya serta dampak fisik yang ditimbulkannya. Penelitian Bakri

(1996) mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan LC

beserta sejauh mana efektivitas pelaksanaan LC tersebut terhadap upaya-upaya

pengembangan kawasan dan penataan tata ruang kota. Penelitian ini hanya

mereview sejarah pelaksanaan LC tanpa mengkaji lebih jauh mengenai faktor-

faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan pelaksanaan LC tersebut. Penelitian

Zuriati (2004) dan Ajeng (2005) berbeda dengan penelitian ini dalam hal obyek

penelitiannya, dimana penelitian ini meneliti perkembangan permukiman di

lokasi yang pernah dijadikan obyek LC. Sedangkan penelitian Zuriati (2004) dan

Ajeng (2005) meneliti perkembangan permukiman di jalur lintas Sumatra dan

Trans Kalimantan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui Tabel 2.1. mengenai

rangkuman tinjauan pustaka penelitian terdahulu.

13

Page 5: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

Tabel 2.1.Rangkuman hasil penelitian terdahulu

No.Aspek

BahasanBakri (1996) Zuriati (2004) Ajeng (2005) Sumantra (2014)

1 2 3 5 6 71. Judul - Dampak Konsolidasi

Lahan PerkotaanTerhadap PengembanganKawasan di Jalan PadangBy Pass

- Kajian PerkembanganFisik KawasanPermukiman yang DilaluiJalur Lintas Sumatera diKabupaten Sawahlunto/Sijunjung

- Kajian PerubahanSpasial PermukimanMasyarakat di DesaAnjir Serapat TimurKabupaten Kapuas

- Dampak ProgramKonsolidasi Lahan diKelurahan BiteraKecamatan GianyarKabupaten Gianyar

2. Tujuanpenelitian

- Mengetahui prosespelaksanaan LC diPadang, sejauh manaprinsip-prinsip LCditerapkan dalampelaksanaan LC di Padangdan seberapa jauhefektivitas LC dikaitkandengan upaya-upayapengembangan kawasandan penataan kota.

- Mengetahui dampak danpengaruh LC terhadappola pemilikan lahan,spekulasi lahan dan sosialbudaya.

- Mengetahui perkembanganfisik dan pola yangterbentuk dalam kawasanpermukiman yang dilaluijalur lintas Sumatera dalamkurun waktu 1991-2001.

- Mengetahui faktor-faktoryang mempengaruhiperkembangan kawasanpermukiman tersebut.

- Mengetahui perubahanspasial permukimanmasyarakat di DesaAnjir Serapat Timurdengan adanyaperkembangantransportasi darat.

- Mengetahui faktor-faktor yangmempengaruhiperubahan spasialpermukiman masyarakatdi desa tersebut setelahadanya perkembangantransportasi darat.

- Mengetahui fenomena yangterjadi dalam halpemanfaatan lahan sawahmenjadi perumahan yangdiwujudkan setelah LC diKelurahan Bitera Gianyar.

- Mengetahui faktorpenyebab terjadinyafenomena tersebut.

- Mengetahui dampak yangditimbulkan pasca LCtersebut.

14

Page 6: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

- Mengetahui perubahanyang dapat diusulkanuntuk memperbaikikonsepsi dan pelaksanaanLC

3. Metodepenelitian

- Kualitatif denganpendekatan konseptualdan empiris.

- Deskriptif denganpendekatan kuantitatif .

- Kualitatif.- Analisis geografi spasial

dengan teknik overlaypeta time series dananalisis kualitatif.

- Kuantitatif- Analisis data secara

kualitatif deskripsi.

4. Hasilpenelitian

- LC dan pembangunanjalan Padang By Passmengakibatkan perubahanlokasi permukimanpenduduk dari pinggirankota.

- Terjadi perubahan statuskepemilikan lahan,perubahan penggunaandan pemanfaatan lahandari pertanian ke nonpertanian.

- Peningkatan nilai tanah dilokasi tersebut danperubahan matapencaharian sebagianpenduduk dari sektor

- Perkembanganpermukiman yang dilaluijalur tersebut cenderungmengikuti bentuk fisikwilayah danperkembangannya diseputar pusat kegiatan.

- Perkembangan tersebutterjadi karena diiringikelengkapan saranatransportasi yang memadaidan kemudahan jangkauan.

- Faktor yangmempengaruhiperkembanganpermukiman tersebutadalah: sosial

- Adanya perkembangandan perubahan spasialpermukiman di pusatDesa Anjir yang cukuppesat.

- Perkembangan danperubahan tersebutdipengaruhi adanyaJalan Trans Kalimantanyang mempunyaiaksesibilitas tinggi,adanya akses terhadappusat-pusat kegiatanekonomi di luar DesaAnjir.Adanya perkembangankegiatan perekonomian

- Dampak yang ditimbulkanpasca LC adalah terjadiketidakteraturankepemilikan lahan danpemanfaatan lahan yangtidak produktif sertaterjadinya perpetakan lahandan aksesibilitas kawasanKota Gianyar yang lebihteratur.

- Pasca LC terjadi status legallahan yang belum selesai.

- Pemanfaatan lahan tidaksesuai dengan peraturan tataruang.

- Terjadi peningkatan nilaiproduktivitas lahan.

15

Page 7: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

Sumber: Bakri, 1996; Sarifudin, 1998; Zuriati, 2004; Ajeng, 2005; Sumantra, 2014.

pertanian ke nonpertanian.

kependudukan(pertumbuhan penduduk),sosial ekonomi(pertumbuhan ekonomipenduduk), posisi kawasanpermukiman dalamkonstalasi regional yangkedekatannya dengan kotapada propinsi tetanggamempengaruhiperekonomian permukimantersebut.

yang terkait dengankeberadaan Jalan TransKalimantan.

- Faktor yangmempengaruhiperubahan spasialpermukiman adalahpertumbuhan penduduk,perekonomian yangmeningkat dan aksesyang meningkat.

- Faktor penyebab fenomenatersebut adalah tidakadanya kejelasanpemahaman prosedur LColeh masyarakat pemiliklahan dan realisasipelaksanaan LC yang tidakdijalankan sesuai tahapanLC yang sudah ditetapkan.

16

Page 8: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

2. 2. Kerangka Berpikir

Kegiatan konsolidasi tanah (LC) di Desa Sumerta Kelod dimulai tahun

1982-1993 yang terbagi dalam empat tahap. Kawasan obyek LC tersebut

sebelumnya merupakan kawasan pertanian yang sangat subur. Sesuai dengan

rencana pembangunan Pemerintah Provinsi Bali (waktu itu melalui Pemerintah

Daerah TK. II Kabupaten Badung), bahwa kawasan tersebut dirubah

peruntukannya menjadi kawasan permukiman untuk menunjang kegiatan di civic

centre Renon serta mencegah terjadinya permukiman yang tidak

teratur/cenderung kumuh di wilayah tersebut. Pasca pelaksanaan kegiatan LC

terjadi perubahan fisik terhadap bidang-bidang tanah di kawasan tersebut, yaitu

berubah menjadi kawasan yang teratur dengan disertai pembangunan fasilitas

umum berupa jalan, saluran drainase dan penyediaan tanah untuk bale banjar.

Hal itu memicu penduduk setempat maupun migran untuk memanfaatkan

kawasan tersebut menjadi perumahan dan tempat perdagangan/jasa, sehingga

terjadi alih fungsi areal pertanian ke non pertanian yang sangat cepat, terutama

untuk permukiman.

Permukiman di kawasan obyek LC tersebut berkembang secara intensif

dari waktu ke waktu, yang mencakup aspek fisik maupun non fisik. Hal itu sesuai

dengan teori yang dikemukakan oleh Yunus (2001:107) bahwa permukiman

berkembang dengan melibatkan aspek fisik dan non fisik yang berubah dari

waktu ke waktu. Berawal dari kondisi tersebut maka penulis berupaya untuk

melihat dan mengidentifikasi perubahan-perubahan penggunaan dan pemanfatan

tanah serta perkembangan permukiman di kawasan tersebut dari waktu ke waktu

17

Page 9: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

permukiman serta dampak fisik yang ditimbulkannya. Agar lebih jelas dalam

memahami kerangka berpikir pada penelitian ini maka dibuat sintesis melalui

Gambar 2.1. berikut.

Gambar 2.1.Diagram kerangka berpikir

Sumber: Penulis, 2015

18

Hasil Studi/Kesimpulandan Saran

Pasca kegiatan konsolidasi tanah (LC)

Aspek fisik: arsitektur bangunan,pola permukiman, struktur ruang dan

infrastruktur

Aspek non fisik: sosial,ekonomi, budaya, kebijakan

pemerintah

Perkembanganpermukiman di lokasi

LC

Perubahan penggunaandan pemanfaatan tanah

di lokasi LC

Perubahan luas, bentuk dan letakbidang-bidang tanah dan tersedianya

fasilitas umum di lokasi LC

Iden

tifi

kasi

perk

emba

ngan

perm

ukim

an d

i lok

asi

LC

Ana

lisis

perk

emba

ngan

perm

ukim

andi

loka

siL

C

Kajian terhadapperubahan

penggunaan danpemanfaatan tanah di

lokasi LC

Kajian terhadapfaktor-faktor yang

mempengaruhiperkembanganpermukiman di

lokasi LC

Kajian dampakfisik

perkembanganpermukiman di

lokasi LC

Page 10: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

2. 3. Konsep Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan tentang definisi operasional dari judul

penelitian dan batasan-batasan penelitian yang akan dilaksanakan berkaitan

dengan perkembangan permukiman pada lokasi kegiatan konsolidasi tanah di

Desa Sumerta Kelod, Kota Denpasar.

2.3.1. Perubahan penggunaan dan pemanfaatan tanah

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 2004

tentang Penatagunaan Tanah, dalam Pasal 1 (3) mendefinisikan penggunaan

tanah sebagai wujud tutupan permukaan bumi baik yang merupakan bentukan

alami maupun buatan manusia. Sedangkan pada Pasal 1 (4) menyebutkan bahwa

yang dimaksud dengan pemanfaatan tanah adalah kegiatan untuk mendapatkan

nilai tambahan tanpa mengubah wujud fisik penggunaan tanahnya.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2008 tentang

Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan, menyebutkan bahwa pemanfaatan

tanah adalah penggunaan tanah untuk aktivitas/kegiatan orang atau badan hukum

yang dapat ditunjukkan secara nyata. Perubahan pemanfaatan tanah adalah

pemanfaatan baru atas tanah yang tidak sesuai dengan yang ditentukan dalam

rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota. Perubahan pemanfaatan tanah dapat

dilakukan dengan berazaskan keterbukaan, persamaan, keadilan, pelestarian

lingkungan dan perlindungan hukum. Perubahan pemanfaatan tanah tersebut

mengacu pada RDTR kabupaten/kota dengan tetap memperhatikan

keberlangsungan fungsi kawasan, daya dukung dan kesesuaian tanah secara

19

Page 11: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

terpadu. Sedangkan perubahan pemanfaatan tanah yang tidak sesuai dengan

RDTR hanya dapat dilakukan dengan menggunakan pertimbangan keselarasan

kebutuhan tanah untuk kegiatan ekonomi dengan keberlangsungan lingkungan

Perubahan penggunaan dan pemanfaatan tanah yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah penggunaan dan pemanfaatan baru atas tanah pada lokasi

kegiatan konsolidasi tanah di Desa Sumerta Kelod yang sesuai maupun tidak

sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat. Sebagai contoh

adalah perubahan penggunaan tanah dari areal pertanian menjadi areal

permukiman dan perubahan pemanfaatan tanah dari areal permukiman menjadi

areal pertokoan.

2.3.2. Permukiman

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

Kawasan Permukiman, dalam Pasal 1 (5) mendefinisikan permukiman sebagai

bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan

yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang

kegiatan fungsi lain dari kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. Sedangkan

pada Pasal 1 (3) mendefinisikan kawasan permukiman sebagai bagian dari

lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan

maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau

lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan

penghidupan.

20

Page 12: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

Budiharjo (2004:61) mengemukakan bahwa permukiman merupakan

suatu wadah kehidupan manusia bukan hanya menyangkut aspek teknis dan fisik

saja tetapi juga menyangkut aspek sosial, ekonomi, dan budaya dari penghuninya.

Tidak hanya menyangkut kuantitas melainkan juga kualitas, serta tidak hanya

menyangkut tempat hunian/rumah, tetapi juga tempat kerja, berbelanja, bersantai

dan wahana untuk kepergian. Rindarjono (2012;21) mendefinisikan permukiman

sebagai kelompok bangunan rumah dengan segala perlengkapannya yang

digunakan manusia sebagai tempat tinggal secara menetap maupun sementara

untuk menyelenggarakan kehidupannya. Sebagai akibat keterbatasan data yang

ada dan sumber datanya berbeda-beda, maka dalam penelitian ini diberikan

batasan permukiman yang dimaksud adalah penggunaan tanah yang berbentuk

kelompok bangunan rumah yang dimanfaatkan untuk tempat tinggal,

perdagangan, jasa, perkantoran, industri, fasilitas pendidikan dan fasilitas

kesehatan.

2.3.3. Perkembangan Permukiman

Perumahan selalu tumbuh sebagai proses organis, bagaikan jasad hidup.

Rumah berkembang sejalan dengan siklus biologis dan perubahan sosial ekonomi

penghuninya (Budihardjo, 1998:39). Lebih jauh Yunus (2001:107) berpendapat

bahwa perkembangan kota yang berarti perkembangan permukiman melibatkan

berbagai aspek seperti aspek non fisik (aspek politik, sosial, budaya, teknologi

dan ekonomi) dan aspek fisik. Menurutnya perkembangan tersebut berubah dari

waktu ke waktu. Sedangkan menurut Kuswartojo, dkk (2005:75) perumahan dan

21

Page 13: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

perkembangan permukiman sangat berkaitan dengan dinamika kependudukan

yang mencakup pertumbuhan, persebaran, mobilitas penduduk dan

perkembangan rumah tangga.

Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perkembangan permukiman

dalam penelitian ini merupakan proses perubahan areal terbangun yang terjadi

dari waktu ke waktu di dalam lokasi konsolidasi tanah yang dipergunakan untuk

permukiman tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan

dan penghidupan. Perkembangan permukiman pada lokasi konsolidasi tanah di

Desa Sumerta Kelod ini bersifat intensif, artinya hanya mencakup perkembangan

permukiman di dalam kawasan konsolidasi tanah di desa tersebut. Berikut

disajikan Gambar 2.2. mengenai skema perkembangan permukiman secara

intensif yang dimaksud pada penelitian ini.

Gambar 2.2.

Diagram perkembangan permukiman secara intensif

Sumber: Penulis, 2015

22

Wilayah LC DesaSumerta Kelod

Perkembanganpermukiman di

dalam wilayah LCDesa Sumerta

Kelod

Perkembanganpermukiman di luarwilayah LC DesaSumerta Kelod

Page 14: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

2.3.4. Konsolidasi Tanah

Pengertian konsolidasi tanah sesuai Peraturan Kepala Badan Pertanahan

Nasional Nomor 4 Tahun 1991 tentang Konsolidasi Tanah Pasal 1 (1) adalah

suatu kebijakan mengenai penataan kembali penguasaan dan penggunaan tanah

serta usaha pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan, untuk

meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya alam dengan

melibatkan partisipasi masyarakat. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun

2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, dalam Pasal 1 (18)

menyebutkan bahwa konsolidasi tanah merupakan penataan kembali penguasaan,

pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah sesuai dengan rencana tata ruang

wilayah dalam usaha penyediaan tanah untuk kepentingan pembangunan

perumahan dan permukiman guna meningkatkan kualitas lingkungan dan

pemeliharaan sumber daya alam dengan partisipasi aktif masyarakat.

Kegiatan konsolidasi tanah tersebut meliputi penataan kembali bidang-

bidang tanah termasuk hak atas tanah dan atau penggunaan tanahnya dengan

dilengkapi prasarana jalan, saluran irigasi, fasilitas lingkungan dan atau serta

fasilitas penunjang lainnya yang diperlukan dengan melibatkan partisipasi para

pemilik tanah dan atau penggarap tanah. Tujuan konsolidasi tanah adalah untuk

mencapai pemanfaatan tanah secara optimal melalui peningkatan efisiensi dan

produktivitas penggunaan tanah. Sasaran Konsolidasi Tanah adalah terwujudnya

suatu tatanan penguasaan dan penggunaan tanah yang tertib dan teratur.

Dari pengertian tersebut, maka prinsip-prinsip umum pelaksanaan

konsolidasi tanah sesuai yang tercantum dalam Pasal 108-113 Undang-Undang

23

Page 15: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman adalah sebagai

berikut:

1. Konsolidasi tanah dapat dilakukan di atas tanah milik pemegang hak atas

tanah dan/atau di atas tanah negara yang digarap oleh masyarakat;

2. Konsolidasi tanah dilaksanakan berdasarkan kesepakatan antar pemegang

hak atas tanah, antar penggarap tanah negara, atau antara penggarap tanah

negara dan pemegang hak atas tanah;

3. Konsolidasi tanah dapat dilaksanakan apabila paling sedikit 60% (enam

puluh persen) dari pemilik tanah yang luas tanahnya meliputi paling sedikit

60% dari luas seluruh areal tanah yang akan dikonsolidasi menyatakan

persetujuannya. Kesepakatan paling sedikit 60% tidak mengurangi hak

masyarakat sebesar 40% untuk mendapatkan aksesibilitas.

4. Konsolidasi tanah dapat dilaksanakan bagi pembangunan rumah

tunggal, rumah deret, atau rumah susun;

5. Penetapan lokasi konsolidasi tanah dilakukan oleh bupati/walikota;

6. Khusus untuk DKI Jakarta, penetapan lokasi konsolidasi tanah ditetapkan

oleh gubernur;

7. Lokasi konsolidasi tanah yang sudah ditetapkan sebagaimana dimaksud

tidak memerlukan izin lokasi.

8. Pembangunan rumah umum dan rumah swadaya yang didirikan di atas

tanah hasil konsolidasi, pemerintah wajib memberikan kemudahan berupa,

untuk biaya sertifikasi: terhadap pemilik tanah hasil konsolidasi tidak

dikenai Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.

24

Page 16: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

9. Sertifikasi terhadap penggarap tanah negara hasil konsolidasi dikenai Bea

Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.

10. Konsolidasi tanah dapat dilaksanakan melalui kerjasama dengan badan

hukum, berdasarkan perjanjian tertulis antara penggarap tanah

negara dan/atau pemegang hak atas tanah dan badan hukum dengan

prinsip kesetaraan yang dibuat di hadapan pejabat yang berwenang.

Dasar hukum pelaksanaan konsolidasi tanah adalah sebagai berikut:

1. UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria;

2. UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang;

3. UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Pemukiman;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan Tanah;

5. Peraturan Kepala BPN RI Nomor 4 Tahun 1991 Tentang Konsolidasi

Tanah;

6. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2003

tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Keputusan Penegasan Tanah

sebagai Obyek Konsolidasi Tanah;

7. Surat Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 410-4245 tanggal 7

Desember 1991 tentang Petunjuk Pelaksanaan Konsolidasi Tanah;

8. Surat Edaran Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional

nomor 410-1078 tanggal 18 April 1996 tentang Petunjuk Teknis

Konsolidasi Tanah;

25

Page 17: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

9. Surat Deputi Bidang Pengaturan, Penguasaan dan Penatagunaan Tanah

nomor 410-1078 tanggal 15 Mei 1996 tentang Petunjuk Kerjasama

Pelaksanaan Konsolidasi Tanah;

10. Surat Edaran Menteri Negara Agraria/Kepala BPN, No. 410-555 tanggal 8

Januari 1997 tentang Organisasi Peserta Konsolidasi Tanah;

11. Surat Edaran Menteri Negara Agraria/Kepala BPN, No. 462-3872 tanggal

22 Desember 1997 tentang Penetapan Lokasi Konsolidasi Tanah;

12. Surat Edaran Menteri Negara Agraria/Kepala BPN, No. 410-2084 tanggal

30 Juni 1998 tentang Peningkatan Pelayanan Konsolidasi Tanah.

Menurut Setiawan (2009:8), konsolidasi tanah perkotaan yang berlokasi di

pinggiran perkotaan dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Mengantisipasi semakin mekarnya daerah-daerah kumuh (slums) akibat

urbanisasi;

2. Kawasan pinggiran kota lebih mudah diatur karena harga tanahnya belum

tinggi, tidak ada atau belum ada perumahan di atas hak tanahnya dan

kepemilikan hak atas tanahnya umumnya masih relatif luas.

Adapun jenis-jenis konsolidasi tanah dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Konsolidasi tanah non pertanian, dapat dilaksanakan dalam rangka:

a. Pengembangan Wilayah,

b. Pembangunan pemukiman/perumahan baru;

c. Penataan kembali kawasan perumahan/pemukiman yang tidak teratur;

d. Penataan kawasan dalam rangka pengembangan/penyediaan/penambahan

sarana dan prasarana perkotaan;

26

Page 18: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

e. Pengadaan jalan, pelebaran jalan, pembuatan saluran drainase, dan lain-

lain;

f. Peremajaan Kota;

g. Kawasan Lingkungan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun;

h. Pemukiman kembali;

i. Proyek-proyek pembangunan perkotaan lainnya;

j. Rekontruksi daerah bencana dan daerah bekas konflik.

2. Konsolidasi tanah pertanian dapat dilaksanakan dalam rangka:

a. Pembangunan kawasan perkebunan pola plasma;

b. Pengembangan dan perluasan perkebunan rakyat;

c. Pembukaan areal pertanian baru;

d. Penataan, pengadaan, peningkatan sistim pengairan usaha pertanian;

e. Penataan kembali kawasan permukiman dan tanah pertanian di

Pedesaan;

f. Penataan tanah pertanian skala kecil untuk optimalisasi

pengusahaannya;

g. Penataan kawasan dalam rangka pengembangan/penyediaan/penambahan

sarana dan prasarana pertanian;

h. Rekontruksi daerah bencana dan daerah bekas konflik.

Jadi jenis konsolidasi tanah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

konsolidasi tanah perkotaan/non pertanian, yaitu kegiatan penataan kembali

penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah sesuai dengan

rencana tata ruang wilayah dalam usaha penyediaan tanah untuk kepentingan

27

Page 19: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

pembangunan perumahan dan permukiman guna meningkatkan kualitas

lingkungan dan pemeliharaan sumber daya alam dengan partisipasi aktif

masyarakat.

Jayadinata (1999:166-168) menjelaskan mengenai tata cara pelaksanaan

konsolidasi tanah sebagai berikut, bahwa konsolidasi tanah perkotaan berarti

mengusahakan peningkatan kualitas lingkungan dan pencapaian efisiensi melalui

pemetakan dan pengaturan kembali tanah yang tersebar dan tidak teratur dan

selanjutnya membagikannya kembali kepada para pemiliknya dalam bentuk yang

teratur dan dilengkapi prasarana. Pemetakan kembali secara wajib adalah

pembagian tanah dalam petak-petak dengan bentuk yang teratur dan luas petak

yang sesuai dengan lokasi. Hal tersebut dilakukan dengan menyesuaikan bentuk

dan luas petak dengan rencana lokal dan aturan pembangunan, serta menyediakan

tanah untuk prasarana (jalan lokal, tempat bermain, sekolah, tempat peribadatan,

pola hijau). Menurutnya bahwa di beberapa kota besar dan kota menengah

pemetakan kembali yang diwajibkan meliputi lebih dari 50% dari pengaturan

tanah, sedangkan di kota kecil dan pedesaan hal itu kurang perlu. Pengaturan

kembali petak tanah hanya boleh digunakan untuk tempat tinggal dengan

prasarananya, kompleks industri dan perdagangan. Berikut disajikan Gambar 2.3.

ilustrasi proses penataan bidang tanah dalam kegiatan konsolidasi tanah

perkotaan.

28

Page 20: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

Gambar 2.3.

Ilustrasi Proses Penataan Bidang Tanah dalam Kegiatan Konsolidasi Tanah.

Sumber: Pusdiklat BPN RI, 2014

Peran serta masyarakat dalam keberhasilan kegiatan konsolidasi tanah

sangat besar, hal itu terkait pula dengan sumbangan tanah untuk pembangunan

yang diberikan oleh masyarakat. Menurut Peraturan Kepala Badan Pertanahan

Nasional Nomor 4 Tahun 1991 Tentang Konsolidasi Tanah dalam Pasal 6 ayat

1-3, dalam rangka pelaksanaan penataan penguasaan dan penggunaan tanah

obyek konsolidasi tanah, para peserta menyerahkan sebagian tanahnya sebagai

sumbangan tanah untuk pembangunan (STUP) yang akan dipergunakan untuk

pembangunan prasarana jalan dan fasilitas umum lainnya dan sebagai tanah

pengganti biaya pelaksanaan (TPBP). Besaran STUP tersebut ditetapkan

berdasarkan kesepakatan bersama peserta konsolidasi tanah dengan mengacu

kepada Rencana Tata Ruang Daerah. Peserta yang persil tanahnya terlalu kecil

27

29

Page 21: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

sehingga tidak mungkin menyerahkan sebagian tanahnya sebagai sumbangan

tanah untuk pembangunan dapat mengganti sumbangan tersebut dengan uang

atau bentuk lainnya yang disetujui bersama oleh para peserta konsolidasi tanah.

Menurut Jayadinata (1999:174), kontribusi tanah dari pemilik tanah dalam

bentuk STUP dapat digunakan untuk menyediakan prasarana dan sebagian dijual

sebagai tanah matang untuk pembangunan. Dengan adanya kontribusi tanah

tersebut semua kegiatan konsolidasi tanah dan pematangan tanah dibiayai,

sehingga tanah siap untuk dibangun bagi perumahan. Lingkungan permukiman

dapat memenuhi syarat perencanaan yaitu dengan pembagian petak yang teratur,

jalan yang cukup, serta dilengkapi dengan prasarana bagi aspek penyehatan

lingkungan (yaitu sistem drainase, jaringan air minum dan sistem bangunan) dan

prasarana sosial ekonomi lainnya.

Apabila kegiatan konsolidasi tanah tersebut dapat dilaksanakan dengan

baik dan tertib maka masyarakat akan mendapatkan berbagai keuntungan.

Menurut Jayadinata (1999:171-172), keuntungan yang diperoleh dari

penyelenggaraan konsolidasi tanah dalam bidang sosial dan ekonomi.

Keuntungan konsolidasi tanah dari segi sosial yaitu:

1. Pemilik tanah akan memperoleh kembali tanah berupa petak tanah yang

bentuknya teratur dan dekat dengan prasarana lingkungan;

2. Konflik dalam penggunaan tanah dapat dihindari dengan tertibnya kualitas

lingkungan;

3. Taraf kehidupan penduduk dapat ditingkatkan dengan mengatur pemukiman

sehingga menjadi sehat, tertib dan masalah tunawisma dapat diatasi;

28

30

Page 22: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

4. Beban pusat kota yang berlebihan dapat dikurangi karena tersedianya

prasarana sosial ekonomi yang memadai di sekitar pemukiman;

5. Pengendalian pengembangan tanah lebih mudah dilakukan;

6. Perkembangan perumahan liar dapat dicegah.

Dari segi ekonomi, konsolidasi tanah dapat merupakan alat pembantu

dalam:

1. Meringankan pembiayaan pemerintah dalam pengembangan kota;

2. Usaha untuk tidak mengeluarkan biaya dalam mematangkan tanah secara

khusus bagi pemilik tanah;

3. Memberikan kemungkinan kepada penduduk kota dari berbagai lapisan

untuk dapat membangun menurut kemampuan masing-masing;

4. Meningkatkan frekuensi kegiatan perekonomian rakyat, karena tersedianya

jalan dan sarana perangkutan;

5. Mengumpulkan dana pembangunan dan meningkatkan modal pemerintah

dalam bentuk tanah, serta membantu masyarakat yang berpenghasilan

rendah;

6. Memudahkan tata usaha pajak tanah bagi Ipeda;

7. Memudahkan pemerintah melakukan investasi maupun menghadapi investor

swasta atau investor asing dalam penyediaan lokasi industri;

8. Menghambat terjadinya spekulasi tanah di wilayah yang akan

dikembangkan oleh golongan orang yang perekonomiannya kuat, melalui

pengendalian penyediaan tanah menurut luas, lokasi, kualitas, harga serta

waktu yang sesuai dengan pentahapan perencanaan kota.

31

Page 23: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

Menurut Sujarto (1985:76), dengan adanya kegiatan konsolidasi tanah

diharapkan dapat mengembangkan penggunaan tanah secara optimal dengan

menyertakan hakekat swadaya masyarakat pemilik tanah sehingga akan diperoleh

esensi dan manfaat konsolidasi tanah perkotaan antara lain sebagai berikut:

1. Sebagai suatu model pembangunan kota yang dapat mempercepat

penyelesaian pembangunan prasarana dan fasilitas kota sesuai rencana kota;

2. Meningkatkan efisiensi lahan dengan cara mengatur bentuk persil dan

mengatur jaringan jalan serta prasarana utilitas umum;

3. Pengurangan luas lahan milik akan diganti oleh nilai tanah yang dimiliki

sesudah konsolidasi tanah;

4. Mencegah kemungkinan spekulasi lahan karena kenaikan nilai harga lahan

dinikmati secara langsung oleh pemilik.

2.3.5. Dampak Fisik Perkembangan Permukiman

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dampak diartikan

sebagai benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat positif maupun negatif

(KBBI Online, 2015). Soemarwoto (2001:67-69) berpendapat bahwa untuk dapat

melihat dan menjelaskan suatu dampak atau perubahan yang telah terjadi pada

suatu kawasan, maka harus mempunyai bahan perbandingan sebagai acuan. Salah

satunya adalah mengenai keadaan sebelum terjadi perubahan. Sandy (1995)

dalam Utoyo (2012:143) menyatakan bahwa penggunaan lahan dimaknai sebagai

dampak dari segala kegiatan manusia diatas muka bumi yang dipengaruhi oleh

32

Page 24: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

keadaan alam (fisik lingkungan) serta kegiatan sosial-ekonomi dan budaya

masyarakat suatu wilayah.

Merembetnya lahan kekotaan kearah daerah-daerah pertanian di

sekitarnya telah menimbulkan beberapa dampak terhadap kehidupan petani-

petani atau pemilik lahan yang ada. Petani-petani bersifat mendua antara

mempertahankan lahan pertanian dan mengubah lahan pertanian menjadi non

pertanian atau menjual lahannya karena terdapat gangguan terhadap usaha-usaha

pertaniannya; terdapat development pressure terhadap lahan pertaniannya; dan

terdapat teror harga dalam urban land value assessment yang jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan agricultural land value assessment (Yunus, 2012:86).

Dampak pengelompokan kegiatan di suatu kota besar akan menyebabkan

terpusatnya berbagai pusat kegiatan seperti pusat perkantoran, pusat perdagangan,

kampus dan lain sebagainya. Hal itu menyebabkan terjadinya gejala persaingan

untuk memperebutkan lokasi-lokasi strategis di sekitar pusat kegiatan/paling

dekat dengan pusat-pusat kegiatan tersebut, sehingga mempengaruhi kenaikan

nilai tanah di wilayah tersebut (Budihardjo, 1998:36).

Dampak fisik perkembangan permukiman yang dimaksud pada penelitian

ini mencakup berbagai akibat positif maupun negatif yang ditimbulkan dari

adanya perkembangan permukiman pasca konsolidasi tanah di Desa Sumerta

Kelod. Dampak tersebut ditinjau dari aspek fisik akibat perubahan spasial

permukiman yang terjadi di lokasi penelitian. Karena keterbatasan data dan

informasi, maka pada penelitian ini hanya mengkaji aspek fisik berupa saluran

irigasi, citra kota dan pemanfaatan tanah.

33

Page 25: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

2. 4. Landasan Teori

2.4.1. Perubahan Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah

Yunus (2012:86) menyebutkan bahwa adanya perembetan lahan kekotaan

ke arah daerah-daerah pertanian di sekitarnya telah menimbulkan beberapa

dampak terhadap kehidupan para petani. Para petani tersebut menjadi bimbang

untuk tetap mempertahankan lahan pertanian atau menjual lahannya. Menurut

Sargent (1976) dalam Yunus (2012:86-87) hal tersebut disebabkan adanya

gangguan terhadap usaha-usaha pertanian antara lain berupa: a) terjadinya polusi

air dan tanah dari kegiatan-kegiatan industri yang mencemari lahan pertanian; b)

gangguan terhadap orang yang membangun permukiman di sekitar lahan

pertanian; c) terjadinya gangguan terhadap saluran irigasi akibat pembangunan

perumahan dan bangunan lain yang mengganggu kegiatan pertanian; d) adanya

kecenderungan meningkatnya pajak karena nilai lahannya meningkat; e) adanya

desakan dari anak-anak petani yang tidak suka meneruskan kegiatan bertani.

Menurut Soemarwoto (1994:188-189), perubahan yang terjadi pada

lingkungan sosial budaya masyarakat akan menimbulkan tekanan penduduk

terhadap kebutuhan akan lahan. Tekanan penduduk yang besar terhadap lahan ini

diperbesar oleh bertambahnya luas lahan pertanian yang digunakan untuk

keperluan lain, misalnya permukiman, jalan dan pabrik.

Winoto dkk. (1996) mendefinisikan perubahan penggunaan lahan sebagai

suatu proses perubahan dari penggunaan lahan sebelumnya ke penggunaan lahan

lainnya yang bisa bersifat permanen maupun sementara, dan merupakan bentuk

konsekuensi logis adanya pertumbuhan dan transformasi perubahan struktur

34

Page 26: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

sosial ekonomi masyarakat yang sedang berkembang. Perubahan penggunaan

lahan pertanian ke non pertanian tersebut berkaitan erat dengan perubahan

orientasi ekonomi, sosial, budaya dan politik masyarakat.

Cullingswoth (1997) dalam Priambada dan Pigawati (2014:577-578)

menyatakan bahwa perubahan penggunaan yang cepat di perkotaan dipengaruhi

oleh empat faktor, yakni:

1) Adanya konsentrasi penduduk dengan segala aktivitasnya;

2) Aksesibilitas terhadap pusat kegiatan dan pusat kota;

3) Jaringan jalan dan sarana transportasi;

4) Orbitasi, yakni jarak yang menghubungkan suatu wilayah dengan pusat-

pusat pelayanan yang lebih tinggi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan menurut

Yuniarto dan Woro (1991:35) meliputi faktor alamiah dan faktor sosial. Faktor

alamiah tersebut berupa kondisi iklim, tanah, topografi dan morfologi wilayah.

Sedangkan faktor sosial meliputi tingkat pendidikan, keterampilan/keahlian, mata

pencaharian, penggunaan teknologi dan adat istiadat yang berlaku di wilayah

tersebut.

Menurut Lee (dalam Yunus, 2001) dalam Yuliawati (2003:22)

menyebutkan bahwa perubahan pemanfaatan lahan dipengaruhi oleh 6 faktor

penting yaitu karakteristik fisikal dari lahan, peraturan-peraturan mengenai

pemanfaatan lahan, karakteristik personal pemilik lahan, banyak sedikitnya

utilitas umum, derajat aksesibilitas lahan dan inisiatif para pembangun.

35

Page 27: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

Menurut Colby (1933) dalam Yunus (2012:177-178) berpendapat bahwa

kota bersifat dinamis dalam artian selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu

termasuk pula pola penggunaan lahannya. Hal itu disebabkan oleh kekuatan-

kekuatan dinamis kota seperti penambahan dan pengurangan bangunan,

pengubahan bangunan-bangunan, penambahan maupun pengurangan fungsi-

fungsi, perubahan jumlah penduduk, perubahan struktur penduduk, perubahan

tuntutan masyarakat, perubahan nilai-nilai kehidupan serta aspek-aspek

kehidupan (politik, sosial, ekonomi, budaya, teknologi, psikologi, religious dan

fisikal).

Sedyohutomo (2008:49) menyebutkan bahwa perubahan pemanfaatan

ruang dapat mengacu pada dua hal yang berbeda, yaitu pemanfaatan ruang

sebelumnya dan pemanfaatan ruang berdasarkan rencana tata ruang. Perubahan

yang mengacu pada pemanfaatan lahan sebelumnya adalah suatu pemanfaatan

baru atas lahan yang berbeda dengan pemanfaatan lahan sebelumnya. Sedangkan

perubahan yang mengacu pada rencana tata ruang adalah pemanfaatan baru atas

lahan yang tidak sesuai dengan yang ditentukan dalam rencana tata ruang wilayah

yang telah disahkan. Jenis perubahan pemanfaatan ruang dapat dibagi menjadi

tiga cakupan yaitu: a) perubahan fungsi, merupakan perubahan jenis kegiatan; b)

perubahan intensitas, mencakup perubahan KDB, KLB, kepadatan bangunan dan

lain-lain; c) perubahan teknis bangunan, mencakup antara lain perubahan GSB,

tinggi bangunan dan perubahan minor lainnya tanpa mengubah fungsi dan

intensitasnya.

36

36

Page 28: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

2.4.2. Perkembangan Permukiman

Menurut Budihardjo (1998:39), perumahan selalu tumbuh sebagai proses

organis bagaikan jasad hidup. Rumah berkembang sejalan dengan siklus biologis

dan perubahan sosial ekonomi penghuninya. Lebih jauh Bintarto (1979)

berpendapat bahwa permukiman tidak dengan sendirinya berkembang, melainkan

manusia yang mengembangkannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik

untuk kebutuhan sosial, ekonomi, politik dan budaya. Hal ini diperkuat oleh

Gallion dan Eisner (1994) yang menyatakan bahwa perkembangan permukiman

dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk. Hal tersebut

secara fisik diwujudkan dengan perkembangan luas areal terbangun untuk

permukiman.

Menurut pendapat Sumaatmadja (1993:23) faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan permukiman antara lain:

1) Faktor fisik alamiah: mempengaruhi perkembangan permukiman karena

keberadaan rumah dan permukiman tidak akan lepas dari kondisi lahan yang

ditempatinya, meliputi keadaan tanah, hidrografi, iklim, morfologi, sumber

daya alam. Faktor tersebut membentuk pola perluasan permukiman dan

bentuk permukimannya.

2) Faktor sosial: karakter dan kondisi sosial penduduk dipengaruhi oleh

lingkungan sekitar.

3) Faktor budaya: pola hidup yang menjadi kebiasaan di kampung-kampung

yang masih terbawa dalam lingkungan kota adalah menjaga kesehatan

lingkungan dan kebersihan.

37

Page 29: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

4) Faktor ekonomi: kemampuan penduduk untuk memiliki tempat tinggal

dipengaruhi oleh harga lahan, kemampuan daya beli, lapangan penghidupan

dan transportasi.

5) Faktor politis: kondisi politik suatu negara mempengaruhi pertumbuhan

permukiman karena keadaan pemerintahan dan kenegaraan yang stabil

dilengkapi peraturan dan kebijaksanaan pemerintahnya akan menciptakan

suasana yang aman dan situasi yang menguntungkan untuk membangun.

Kebanyakan rumah penduduk kota di Indonesia berfungsi ganda guna

menambah penghasilan. Kegiatan usaha non formal antara lain berupa warung,

kios, tempat menjahit, panti pijat, cukur dan lain sebagainya sering disebut

sebagai emper depan (front-porch business). Menurut Budihardjo (1998:39-40),

dalam zoning tata ruang kota dan pola tata guna bangunan campuran semacam itu

wajib diperhitungkan dan diabsahkan kehadirannya.

Gallion dan Eisner (1994: 168) berpendapat yang sama dengan

Budihardjo (1998), bahwa tidak sedikit peraturan zoning klasik secara konsisten

telah menganjurkan perlindungan atas kawasan perumahan satu keluarga dari

perembesan oleh penggunaan-penggunaan perumahan dengan intensitas yang

lebih tinggi dan lebih lagi dari penggunaan komersial dan industri. Namun dilain

pihak, bila penggunaan-penggunaan tadi direncanakan dengan hubungan timbal

balik yang baik dan masalah yang berkaitan dengan spot-zoning dan

penyimpangan-penyimpangan yang memberikan keistimewaan telah ditangani

sebelumnya. Maka bisa diciptakan suatu kesempatan perencanaan kota yang

sangat baik bagi pencampuran penggunaan-penggunaan secara seksama untuk

38

Page 30: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

mewujudkan kebutuhan penghuni tanpa mengganggu keleluasaan dan

keselamatan mereka.

2.4.3. Migrasi dan Urbanisasi

BPS (1995) dalam Rustiadi dkk. (2009:296) mendefinisikan migrasi

sebagai proses berpindahnya penduduk dari suatu tempat ke tempat lain yang

melewati batas wilayah tertentu. Perpindahan yang melewati batas

desa/kelurahan saja disebut sebagai migrasi antar desa/kelurahan. Perpindahan

yang melewati batas kecamatan disebut migrasi antar kecamatan, yang melewati

batas kabupaten/kota disebut migrasi antar kabupaten/kota dan yang melewati

batas provinsi disebut sebagai migrasi antar provinsi. Penduduk yang melakukan

perpindahan tersebut disebut dengan migran.

Migrasi tersebut disebabkan oleh adanya proses urbanisasi. Menurut

Rustiadi dkk. (2009:296-297), urbanisasi merupakan proses berkembangnya

penduduk di kawasan urban. Ada tiga macam bentuk migrasi kaitannya dengan

urbanisasi, yaitu: perpindahan penduduk perdesaan menuju ke kota-kota (rural-

urban migration); perpindahan penduduk dari kota menuju pinggiran kota atau

disebut suburbanisasi dan ; perpindahan penduduk dari kota menuju ke perdesaan

atau disebut kontra urbanisasi. Fenomena urbanisasi akibat migrasi penduduk

desa ke kota telah memberikan dampak yang luar biasa pada peningkatan

penduduk kota, bahkan pada tahun 2005 diperkirakan jumlah penduduk kota di

seluruh dunia sudah mencapai sekitar 40% dari seluruh jumlah penduduk di

dunia.

39

39

Page 31: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

Urbanisasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain daya tarik

kota yang kuat seperti adanya ketersediaan fasilitas umum yang lengkap serta

ketersediaan lapangan pekerjaan. Hal tersebut seperti yang disebutkan oleh

Charles Whynne-Hammond (1979) dalam Rustiadi dkk. (2009:297-298) bahwa

faktor-faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah:

1. Kemajuan di bidang pertanian

Adanya mekanisasi di bidang pertanian mendorong dua hal yaitu

bertambahnya hasil pertanian dan kedua sebagai tenaga kerja agraris pindah

ke kota untuk menjadi buruh.

2. Industrialisasi

Pertimbangan pemilihan lokasi pabrik dengan mempertimbangkan kedekatan

terhadap bahan baku menjadikan pekerja buruh pindah ke sekitar pabrik

sehingga menumbuhkan kota-kota baru.

3. Potensi pasar

Berkembangnya industri ringan melahirkan kota-kota yang menawarkan diri

sebagai pasar, sehingga kota-kota perdagangan menarik pekerja-pekerja baru

dari perdesaan.

4. Peningkatan kegiatan pelayanan

Berbagai jenis jasa tumbuh di perkotaan seperti hiburan, katering dan

sebagainya.

5. Kemajuan transportasi

Bersama dengan kemajuan komunikasi, transportasi mendorong mobilitas

penduduk, khususnya dari perdesaan ke kota terdekat.

40

40

Page 32: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

6. Tarikan sosial dan kultural

Fasilitas kota yang sangat lengkap dan menarik seperti bioskop, museum dan

tempat-tempat rekreasi dapat mendorong penduduk perdesaan ke kota.

7. Kemajuan pendidikan

Menjamurnya sekolah-sekolah maupun tempat-tempat kursus di perkotaan

mendorong penduduk perdesaan terpacu untuk meningkatkan pendidikannya

dan tinggal di perkotaan.

8. Pertumbuhan penduduk alami

Angka kelahiran kota lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan, hal ini

disebabkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat di perkotaan semakin

lebih baik.

Dengan adanya migrasi dalam proses urbanisasi tersebut, maka akan

menimbulkan berbagai dampak. Masih menurut Rustiadi dkk. (2009:300)

dampak migrasi ditinjau dari sisi permintaan dan penawaran yaitu akan

memperburuk keseimbangan stuktural desa dan kota. Dari sisi penawaran

kehadiran para pendatang tersebut cenderung melipatgandakan tingkat penawaran

tenaga kerja di perkotaan, sementara persediaan tenaga kerja yang terampil di

perdesaan semakin menipis. Di sisi permintaan, tersedianya teknologi produksi

yang canggih akan menghemat jumlah tenaga kerja, hal itu berarti permintaan

tenaga kerja di daerah perkotaan justru cenderung menurun. Sebagai akibat

cepatnya laju peningkatan penawaran tenaga kerja dan semakin tertinggalnya

tingkat pertumbuhan permintaan tenaga kerja, maka dalam jangka panjang akan

menimbulkan permasalahan surplus tenaga kerja perkotaan secara berlebihan.

41

Page 33: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

Menurut Bintarto (1986:35), urbanisasi ini menyebabkan beberapa

masalah dan problema-problema bagi kota-kota yang jumlahnya tidak sedikit

yaitu;

1. Kepadatan penduduk kota menimbulkan masalah kesehatan lingkungan,

masalah perumahan;

2. Pertambahan penduduk kota yang menimbulkan masalah kesempatan dan

mendapatkan pekerjaan yang layak dan memadai, masalah pengangguran

dan gelandangan;

3. Penyempitan ruang dengan segala akibat negatifnya di kota karena

banyaknya orang, bertambahnya bangunan untuk perumahan, perkantoran,

kegiatan industri dan bertambahnya kendaraan bermotor yang terus

membanjiri kota- kota di negara berkembang;

4. Masalah lalu lintas, kemacetan jalan dan masalah parkir yang menghambat

kelancaran kota;

5. Industrialisasi di kota yang menimbulkan polusi udara, polusi air dan polusi

kebisingan.

38

42

42

Page 34: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

Gambar 2.4.

Diagram paradigma urbanisasi

Sumber: Bintarto (1986:63)

Berdasarkan Gambar 2.4. dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Banyaknya kegiatan di bidang ekonomi dan perdagangan serta kemungkinan

penanaman modal di pusat wilayah banyak menarik modal daerah tepi untuk

dikembangkan di kota atau di pusat wilayah. Arusnya akan lebih besar arus ke

pusat wilayah dibanding arus dari pusat wilayah ke daerah tepi;

2. Kemampuan inovasi di berbagai bidang yang dimiliki oleh pusat wilayah

banyak yang mengalir mempengaruhi daerah pedesaan atau daerah tepi;

3. Demikian pula halnya pengaruh pemerintahan pusat banyak yang mengarah

ke pedesaan baik berupa berbagai anjuran dan informasi pembangunan dan

pengembangan daerah pedesaaan dan daerah tepi;

4. Kemudian mengenai daya dorong-tarik migrasi yang dapat mempengaruhi

pola pemukiman dipusat wilayah maupun di daerah tepi banyak dipengaruhi

Keterangan:

I: Pusat atau inti wilayah

D: Daerah tepi

E: Aktivitas ekonomi

S: Potensi sosial budaya

P: Kekuatan politik

M: Migrasi

D D

D D

E S

M P

I

43

Page 35: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

oleh daya tarik kota, karena adanya berbagai potensi pengembangan yang

tersimpan dipusat wilayah. Daya tarik inilah yang menyebabkan tingkat

urbanisasi menjadi semakin membesar.

2. 5. Model Penelitian

Model penelitian adalah abstraksi dan sintesis antara teori dan

permasalahan penelitian yang digambarkan dalam bentuk gambar, bagan, grafik

dan lain sebagainya. Model penelitian yang berjudul Perkembangan Permukiman

Pasca Kegiatan Konsolidasi Tanah (LC) di Desa Sumerta Kelod Kota Denpasar

ini dapat diuraikan sebagai berikut:

Sebelum dilaksanakan kegiatan LC, sebagian besar wilayah Desa Sumerta

Kelod merupakan areal persawahan yang subur, sedangkan areal permukimannya

masih sedikit. Pada saat itu sarana dan prasarana umum di wilayah ini masih

minim, akses jalan belum memadai, kondisi kapling tanah belum teratur serta

tidak seluruh bidang tanah memperoleh akses jalan. Setelah dilaksanakan

kegiatan LC maka terjadi perubahan bentuk, luas dan letak bidang-bidang tanah

serta terjadi perubahan penggunaan dan pemanfaatan tanah. Di samping itu

dengan adanya prasarana jalan yang terbangun dengan baik, maka seluruh bidang

tanah pada kawasan pelaksanaan kegiatan LC tersebut bisa menghadap ke jalan

dan fasilitas umum serta fasilitas sosial terpenuhi dengan baik.

Keteraturan kapling-kapling tanah serta tersedianya fasilitas umum dan

sosial dengan baik mendorong masyarakat di Desa Sumerta Kelod maupun

masyarakat luar wilayah desa untuk membangun permukiman. Sehingga dari

44

Page 36: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

waktu ke waktu terjadi perubahan penggunaan tanah dari kawasan pertanian

menjadi kawasan permukiman. Kondisi permukiman di kawasan tersebut cukup

padat dan pada umumnya teratur, tertib dan asri, namun muncul pula

permukiman yang tidak teratur (kumuh). Perkembangan permukiman tersebut

dipengaruhi oleh pertambahan jumlah penduduk (alami maupun akibat adanya

migrasi), tingkat ekonomi penduduk dan aksesibilitas penduduk terhadap mata

pencaharian mereka maupun lokasi kegiatan lainnya. Perkembangan permukiman

tersebut juga berdampak positif maupun negatif terhadap citra kota, sehingga

perlu dilakukan suatu kajian yang merujuk pada berbagai teori terkait dengan

rumusan permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Selanjutnya diharapkan

dapat diperoleh rekomendasi yang tepat sasaran terhadap pengendalian

perkembangan permukiman khususnya di Kota Denpasar. Untuk lebih jelasnya

model penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.5. berikut.

45

Page 37: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...

Gambar 2.5.Diagram model penelitian

Sumber: Penulis, 2015

39

41

EVALUASI SUMMATIF PROGRAM KONSOLI DASI TANAH (LC)DI DESA SUMERTA KELOD, KOTA DENPASAR

Pertanyaanpenelitian

Bagaimana perubahanpenggunaan dan

pemanfaatan bidang-bidang tanah pasca

konsolidasi tanah di DesaSumerta kelod?

Apa saja faktor-faktoryang mempengaruhi

perkembanganpermukiman pascakonsolidasi tanah di

Desa Sumerta kelod?

Bagaimana dampak fisikperkembangan permukimanpasca konsolidasi tanah di

Desa Sumerta kelod?

Teori

Teori migrasi dan urbanisasi

Teori perkembangan permukiman

Teori perubahan penggunaan danpemanfaatan tanah

1. Terjadi penyimpangan pemanfaatan ruang2. Muncul titik-titik kumuh

Masalah penelitian

46

Page 38: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, … 2.pdf · TINJAUAN PUSTAKA, KERANGAKA BERPIKIR, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Bab ini tediri dari beberapa subbab, ...