TINJAUAN PUSTAKA -...

25
BAB BAB BAB BAB II II II II TINJAUAN TINJAUAN TINJAUAN TINJAUAN PUSTAKA PUSTAKA PUSTAKA PUSTAKA 2.1 2.1 2.1 2.1 Konsep Konsep Konsep Konsep Posyandu Posyandu Posyandu Posyandu 2.1.1 2.1.1 2.1.1 2.1.1 Pengertian Pengertian Pengertian Pengertian Posyandu Posyandu Posyandu Posyandu Pos Pelayanan terpadu atau Posyandu adalah unit kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dengan pembimbing dari tenaga kesehatan dari Puskesmas yang bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2009). Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS). Posyandu atau pos pelayanan terpadu, merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk masyarakat dengan dukungan tehnis dari petugas kesehatan (Nurul .C, 2009) Dengan melihat beberapa pengertian di atas, maka posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih tekhnologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dan keluarga berencana yang dilaksanakan oleh masyarakat, dari masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan, yang mempunyai nilai strategis untu pengembangan sumber daya manusia sejak dini dalam rangka pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan untuk menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan ibu sampai usia balita (R. Fallen dan R. Budi Dwi K, 2010) 2.1.2 2.1.2 2.1.2 2.1.2 Tujuan Tujuan Tujuan Tujuan Posyandu Posyandu Posyandu Posyandu

Transcript of TINJAUAN PUSTAKA -...

Page 1: TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/5226/5/2013-1-14201-841409082-bab2-31072013065557.pdf · a. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (Ibu hamil,

BABBABBABBAB IIIIIIII

TINJAUANTINJAUANTINJAUANTINJAUAN PUSTAKAPUSTAKAPUSTAKAPUSTAKA

2.12.12.12.1 KonsepKonsepKonsepKonsep PosyanduPosyanduPosyanduPosyandu

2.1.12.1.12.1.12.1.1 PengertianPengertianPengertianPengertian PosyanduPosyanduPosyanduPosyandu

Pos Pelayanan terpadu atau Posyandu adalah unit kegiatan yang dilakukan

oleh masyarakat dengan pembimbing dari tenaga kesehatan dari Puskesmas yang

bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2009).

Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang

dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis

dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian Norma Keluarga Kecil Bahagia

Sejahtera (NKKBS).

Posyandu atau pos pelayanan terpadu, merupakan salah satu bentuk pelayanan

kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk masyarakat dengan

dukungan tehnis dari petugas kesehatan (Nurul .C, 2009)

Dengan melihat beberapa pengertian di atas, maka posyandu adalah suatu

wadah komunikasi alih tekhnologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dan

keluarga berencana yang dilaksanakan oleh masyarakat, dari masyarakat dan untuk

masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas

kesehatan, yang mempunyai nilai strategis untu pengembangan sumber daya

manusia sejak dini dalam rangka pembinaan kelangsungan hidup anak (Child

Survival) yang ditujukan untuk menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin

dalam kandungan ibu sampai usia balita (R. Fallen dan R. Budi Dwi K, 2010)

2.1.22.1.22.1.22.1.2 TujuanTujuanTujuanTujuan PosyanduPosyanduPosyanduPosyandu

Page 2: TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/5226/5/2013-1-14201-841409082-bab2-31072013065557.pdf · a. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (Ibu hamil,

a. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (Ibu hamil,

melahirkan dan nifas)

b. membudayakan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagis Sejahtera).

c. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk

mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang

menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.

d. sebagai wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan Ketahan

Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera (R. Fallen dan R. Budi

Dwi K, 2010).

2.1.32.1.32.1.32.1.3 StrataStrataStrataStrata PosyanduPosyanduPosyanduPosyandu

Strata posyandu menurut R. Fallen dan R. Budi Dwi K (2010) dapat dikelompokan

menjadi empat :

a). Posyandu Pratama :

• belum mantap.

• kegiatan belum rutin.

• kader terbatas.

b). Posyandu Madya :

• kegiatan lebih teratur

• Jumlah kader 5 orang

c). Posyandu Purnama :

• kegiatan sudah teratur.

• cakupan program/kegiatannya baik.

• jumlah kader 5 orang

Page 3: TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/5226/5/2013-1-14201-841409082-bab2-31072013065557.pdf · a. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (Ibu hamil,

• mempunyai program tambahan

d). Posyandu Mandiri :

• kegiatan secara terahir dan mantap

• cakupan program/kegiatan baik.

• memiliki Dana Sehat dan JPKM yang mantap.

2.1.42.1.42.1.42.1.4 SasaranSasaranSasaranSasaran PosyanduPosyanduPosyanduPosyandu

Yang menjadi sasaran dalam pelayanan kesehatan di posyandu adalah untuk :

a) Bayi yang berusia kurang dari satu tahun

b) Anak balita usia 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun

c) Ibu hamil/ibu menyusui

d) Ibu menyusui

e) Ibu nifas

f) WUS dan PUS (R. Fallen dan R. Budi Dwi K, 2010).

2.1.52.1.52.1.52.1.5 KegiatanKegiatanKegiatanKegiatan PosyanduPosyanduPosyanduPosyandu

Lima kegiatan posyandu (Panca Krida Posyandu) :

a). Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

b). Keluarga Berencana (KB)

c). Imunisasi

d). Peningkatan Gizi

e). Penatalaksanaan Diare

Tujuh kegiatan Posyandu (Sapta Krida Posyandu) :

a). Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

b). Keluarga Berencana (KB)

Page 4: TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/5226/5/2013-1-14201-841409082-bab2-31072013065557.pdf · a. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (Ibu hamil,

c). Imunisasi

d). Peningkatan Gizi

e). Penatalaksanaan Diare

f). Sanitasi Dasar

g). Penyediaan Obat Esensial (R. Fallen dan R. Budi Dwi K, 2010).

2.1.62.1.62.1.62.1.6 PembentukanPembentukanPembentukanPembentukan PosyanduPosyanduPosyanduPosyandu

Posyandu dibentuk dari pos–pos yang telah ada seperti :

a). Pos penimbangan balita

b). Pos immunisasi

c). Pos keluarga berencana desa

d). Pos kesehatan

e). Pos lainnya yang di bentuk baru (R. Fallen dan R. Budi Dwi K, 2010).

2.1.72.1.72.1.72.1.7 SyaratSyaratSyaratSyarat PosyanduPosyanduPosyanduPosyandu

a). Penduduk Lingkungan tersebut paling sedikit terdapat 100 orang balita

b). Terdiri dari 120 kepala keluarga

c). Disesuaikan dengan kemampuan petugas (bidan desa)

d). Jarak antara kelompok rumah, jumlah KK dalam satu tempat atau kelompok

tidak terlalu jauh (R. Fallen dan R. Budi Dwi K, 2010).

2.1.82.1.82.1.82.1.8 AlasanAlasanAlasanAlasan PendirianPendirianPendirianPendirian PosyanduPosyanduPosyanduPosyandu

a. Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam upaya

pencegahan penyakit dan PPPK sekaligus dengan pelayanan KB.

b. Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat, sehingga

menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam bidang kesehatan

Page 5: TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/5226/5/2013-1-14201-841409082-bab2-31072013065557.pdf · a. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (Ibu hamil,

dan keluarga berencana (R. Fallen dan R. Budi Dwi K, 2010).

2.1.92.1.92.1.92.1.9 PenyelenggaraanPenyelenggaraanPenyelenggaraanPenyelenggaraan PosyanduPosyanduPosyanduPosyandu

a). Pelaksana kegiatan

Adalah anggota masyarakat yang telah di latih menjadi kader kesehatan

setempat dibawah bimbingan puskesmas.

b). Pengelola posyandu

Adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari kader PKK,

tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan yang ada di

wilayah tersebut (Depkes RI, 2009).

2.1.102.1.102.1.102.1.10LokasiLokasiLokasiLokasi PosyanduPosyanduPosyanduPosyandu

a).Berada di tempat yang mudah didatangi

b). Ditentukan oleh masyarakat itu sendiri

c). Dapat merupakan lokal itu sendiri

d). Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan dirumah penduduk, balai desa,

pos RT/RW atau pos yang lainnya (R. Fallen dan R. Budi Dwi K, 2010).

2.1.112.1.112.1.112.1.11PelayananPelayananPelayananPelayanan KesehatanKesehatanKesehatanKesehatan YangYangYangYang didididi JalankanJalankanJalankanJalankan PosyanduPosyanduPosyanduPosyandu

a).Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita

• Penimbangan bulanan

• Pemberian makanan tambahan bagi yang berat badannya kurang

• Imunisasi bayi 3 – 14 bulan.

• Pemberian oralit untuk menanggulangi diare.

• pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama.

b). Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur.

Page 6: TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/5226/5/2013-1-14201-841409082-bab2-31072013065557.pdf · a. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (Ibu hamil,

• Pemeriksaan kesehatan umum

• Pemeriksaan kehamilan dan nifas

• Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil penambah

darah.

• Imunisasi TT untuk ibu hamil

• Penyuluhan kesehatan dan KB

• Pemberian alat kontrasepsi KB

• Pemberian oralit pada ibu yang menderita diare

• Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama.

• Pertolongan pertama pada kecelakaan (R. Fallen dan R. Budi Dwi K, 2010).

2.1.122.1.122.1.122.1.12SistemSistemSistemSistem LimaLimaLimaLima MejaMejaMejaMeja

a). Meja I

• Pendaftaran

• Pencatatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur.

b). Meja II

• Penimbangan balita

• Ibu hamil

c). Meja III

• Pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat)

d). Meja IV

• Diketahui berat badan anak yang naik/tidak naik, ibu hamil dengan resiko

tinggi, PUS yang belum mengikuti KB

• Penyuluhan kesehatan

Page 7: TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/5226/5/2013-1-14201-841409082-bab2-31072013065557.pdf · a. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (Ibu hamil,

• Pelayanan TMT, oralit, vitamin A, tablet zat besi, pil ulangan, kondom

e). Meja V

• Pemberian imunisasi

• Pemeriksaan kehamilan

• Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan

• Pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan.

Untuk meja I sampai IV dilaksanakan oleh kader kesehatan dan untuk meja

V dilaksanakan oleh petugas kesehatan diantaranya : dokter, bidan, perawat, juru

immunisasi dan sebagainya (R. Fallen dan R. Budi Dwi K, 2010).

2.1.132.1.132.1.132.1.13LangkahLangkahLangkahLangkah ––––langkahlangkahlangkahlangkah PembentukanPembentukanPembentukanPembentukan PosyanduPosyanduPosyanduPosyandu

a). Persiapan Sosial

• Persiapan masyarakat sebagai pengelola dan pelaksanaan posyandu

• Persiapan masyarakat umum sebagai pemakai jasa posyandu

b). Perumusan Masalah

• Survei Mawas Diri

• Penyajian hasil survey (loka karya mini)

c). Perencanaan Pemecahan Masalah

• Kaderisasi sebagai pelaksana posyandu

• Pembentukan pengurus sebagai pengelola posyandu

• Menyusun rencana kegiatan posyandu

d). Pelaksanaan Kegiatan

• Kegiatan di posyandu 1 kali sebulan atau lebih

• Pengumpulan dana sehat.

Page 8: TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/5226/5/2013-1-14201-841409082-bab2-31072013065557.pdf · a. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (Ibu hamil,

• Pencatatan dan laporan kegiatan posyandu (R. Fallen dan R. Budi Dwi K,

2010).

2.22.22.22.2 KonsepKonsepKonsepKonsep PartisipasiPartisipasiPartisipasiPartisipasi

2.2.12.2.12.2.12.2.1 PengertianPengertianPengertianPengertian PartisipasiPartisipasiPartisipasiPartisipasi

Pengertian partisipasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hal turut

berperan serta dalam suatu kegiatan. Secara umum partisipasi merupakan ikut

sertanya dalam suatu kegiatan dibidang kesehatan dengan tujuan memecahkan

masalah kesehatan yang dihadapi (Notoadmodjo, 2012).

Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam

proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi,

perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan. Kontribusi tersebut bukan

hanya terbatas pada dana dan finansial saja, tetapi berbentuk daya (tenaga), ide

(pikiran), atau dalam bentuk materil (PTO PNPM PPK, 2007; Notoadmodjo, 2012).

Partisipasi dianggap sebagai proses aktif dimana hubungan kerjasama

ditetapkan antara pemerintah dan penduduk dalam perencanaan, pelaksanaan dan

pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan tujuan untuk mencapai otonomi daerah

yang lebih baik dan kontrol infastruktur dan teknologi dalam pelayanan kesehatan

primer (Vasquez et al 2008 dalam Murphy, 2010). Selebihnya, Partisipasi berarti

dimana masyarakat setempat bertanggung jawab untuk mendiagnosis dan bekerja

untuk memecahkan masalah kesehatan mereka sendiri dan masalah pembangunan

(Morgan 2009 dalam Murphy, 2010).

Partisipasi masyarakat umumnya dipandang sebagai suatu bentuk perilaku.

Salah satu bentuk perilaku kesehatan adalah partisipasi ibu balita dalam program

Page 9: TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/5226/5/2013-1-14201-841409082-bab2-31072013065557.pdf · a. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (Ibu hamil,

Posyandu, yang mewujudkan dengan membawa anak mereka untuk ditimbang berat

badannya ke Posyandu secara teratur setiap bulan, karena perilaku keluarga sadar

akan tumbuh kembang anak salah satunya dapat dilihat dari indikator menimbang

berat badan balita secara teratur ke Posyandu. Penimbangan balita dikatakan baik

apabila minimal ada enam kali anak balita ditimbang ke Posyandu secara

berturut-turut dalam setahun dan dikatakan tidak baik apabila kurang dari enam kali

secara berturut-turut ke Posyandu dalam satu tahun (Depkes RI, 2006).

Partisipasi masyarakat merutut Hetifah Sj. Soemarto (2003) adalah proses

ketika warga sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil

peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan

kebijakan kebijakan yang langsung mempengaruhi kehiduapan mereka.

Mengingat pentingnya partisipasi masyarakat atau peran serta masyarakat

sehingga diatur dalam UU nomor 36 2009 Bab XVI, dicantumkan tentang peran

serta masyarakat dan salah satu pasalnya yaitu pasal 174 ayat (1) yang menyatakan

bahwa masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan serta dalam rangka

membantu mempercepat pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya, artinya peran serta masyarakat atau partisipasi masyarakat

khususnya dalam pembangunan dilindungi oleh undang-undang.

2.2.22.2.22.2.22.2.2 DasarDasarDasarDasar –––– dasardasardasardasar filosofifilosofifilosofifilosofi MasyarakatMasyarakatMasyarakatMasyarakat

Dalam hubungannya dengan fasilitas dan tenaga kesehatan, partisipasi

masyarakat dapat di arahkan untuk mencapai kelangkaan tersebut. Dengan kata lain,

partisipasi masyarakat dapat menciptakan fasilitas dan tenaga kesehatan. Pelayanan

kesehatan yang diciptakan dengan adanya partisipasi masyarakat di dasarkan

Page 10: TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/5226/5/2013-1-14201-841409082-bab2-31072013065557.pdf · a. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (Ibu hamil,

kepada idealisme (Notoadmodjo, 2007) :

1. Community felt need

Apabila pelayanan itu diciptakan oleh masyarakat itu sendiri, ini berarti bahwa

masyarakat itu memerlukan pelayanan tersebut. Sehingga adanya pelayanan

kesehatan bukan karena diturunkan di atas, yang belum dirasakan perlunya,

tetapi tumbuh dari bawah yang diperlukan masyarakat dan untuk masyarakat.

2. Organisasi pelayanan kesehatan masyarakat yang berdasarkan partisipasi

masyarakat adalah salah satu bentuk pengorganisasian masyarakat. Hal ini

berarti bahwa fasilitas pelayanan kesehatan itu timbul dari masyarakat sendiri.

3. Pelayanan kesehatan tersebut akan dikerjakan oleh masyarakat sendiri. Artinya

tenaganya dan penyelenggaraanya akan ditangani oleh masyarakat itu sendiri

yang dasarnya sukarela.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa filosofi partisipasi masyarakat

dalam pelayanan kesehatan adalah terciptanya suatu pelayanan untuk masyarakat,

dari masyarakat dan oleh masyarakat.

2.2.32.2.32.2.32.2.3 TipologiTipologiTipologiTipologi PartisipasiPartisipasiPartisipasiPartisipasi

Penumbuhan dan pengembangan partisipasi masyrakat seringkali terhambat

oleh persepsi yang kurang tepat, yang menilai masyarakat “sulit diajak maju” oleh

sebab itu kesulitan penumbuhan dan pengembangan partisipasi masyrakat juga

disebabkan karena sudah adanya campur tangan dari pihak penguasa. Berikut

adalah macam tipologi partisipasi masyarakat menurut Mibrath dan Goel (2003):

a. Partisipasi Pasif / manipulatif dengan karakteristik masyarakat diberitahu apa

Page 11: TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/5226/5/2013-1-14201-841409082-bab2-31072013065557.pdf · a. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (Ibu hamil,

yang sedang atau telah terjadi, pengumuman sepihak oleh pelaksanaan proyek

tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat dan informasi yang diperlukan

terbatas pada kalangan profesional di luar kelompok sasaran.

b. Partisipasi Informatif memilki kararkteristik dimana masyarakat menjawab

pertanyaan-pertanyaan penelitian, masyarakat tidak diberi kesempatan untuk

terlibat dan mempengaruhi proses penelitian dan akuarasi hasil penelitian

tidak dibahas bersama masyarakat.

c. Partisipasi konsultatif dengan karateristik masyarakat berpartisipasi dengan

cara berkonsultasi, tidak ada peluang pembatasan keputusan bersama, dan

para profesional tidak berkewajiban untuk mengajukan pandangan masyarakat

(sebagai masukan) atau tindak lanjut

d. Partisipasi intensif memiliki karakteristik masyarakat memberikan

pengorbanan atau jasanya untuk memperoleh imbalan berupa intensif/upah.

Masyarakat tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran atau

eksperimen-eksperimen yang dilakukan dan masyarakat tidak memiliki andil

untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan setelah intensif dihentikan.

e. Partisipasi Fungsional memiliki karakteristik masyarakat membentuk

kelompok untuk mencapai tujuan proyek, pembentukan kelompok biasanya

setelah ada keptusan-keputusan utama yang di sepakati, pada tahap awal

masyarakat tergantung terhadap pihak luar namun secara bertahap

menunjukkan kemandiriannya.

f. Partisipasi interaktif memiliki ciri dimana masyarakat berperan dalam analisis

untuk perencanaan kegiatan dan pembentukan penguatan kelembagaan dan

Page 12: TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/5226/5/2013-1-14201-841409082-bab2-31072013065557.pdf · a. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (Ibu hamil,

cenderung melibatkan metoda interdisipliner yang mencari keragaman

prespektif dalam proses belajar mengajar yang terstuktur dan sistematis.

Masyarakat memiliki peran untuk mengontrol atas (pelaksanaan)

keputusan-keputusan mereka, sehingga memiliki andil dalam keseluruhan

proses kegiatan.

g. Self mobilization (mandiri) memiliki karakter masyarakat mengambil inisiatif

sendiri secara bebas (tidak dipengaruhi oleh pihak luar) untuk mengubah

sistem atau nilai-nilai yang mereka miliki. Masyarakat mengambangkan

kontak dengan lembaga-lemabaga lain untuk mendapatkan bantuan-bantuan

teknis dan sumber daya yang diperlukan. Masyarakat memegang kendali atas

pemanfaatan sumber daya yang ada dan atau digunakan.

2.2.42.2.42.2.42.2.4 Tahap-tahapTahap-tahapTahap-tahapTahap-tahap PartisipasiPartisipasiPartisipasiPartisipasi

Banyak cara yang dilakukan untuk mengajak atau menumbuhkan partisipasi

masyarakat, yaitu dengan dua cara (Notoadmodjo, 2007) :

a. Tahap partisipasi dengan paksaan

Artinya memaksa masyarakat untuk berkontribusi dalam suatu program

baik melalui perundang-undangan, peraturan-peraturan maupun dengan

perintah lisan saja. Cara ini akan lebih cepat hasilnya dan mudah. Tetapi

msyarakat akan takut, merasa dipaksa dan kaget karena dasarnya bukan

kesadaran tetapi ketakutan. Akibatnya masyarakat tidak akan mempunyai rasa

memiliki terhadap program.

b.Partisipasi dengan persuasi dan edukasi

Yaitu suatu partisipasi yang didasari pada kesadaran, sukar ditumbuhkan

Page 13: TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/5226/5/2013-1-14201-841409082-bab2-31072013065557.pdf · a. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (Ibu hamil,

dan akan memakan waktu yang lama. Tetapi bila tercapai hasilnya akan

mempunyai rasa memiliki dan rasa memelihara. Partisipasi ini dimulai dengan

pendidikan dan sebagainya baik secara langsung maupun tidak langsung.

Persayaratan utama masyarakat untuk berpartisipasi adalah motivasi. Tanpa

motivasi, masyarakat sangat sulit untuk berpartisipasi disegala program.

Timbulnya motivasi harus dari masyarakat itu sendiri dan pihak luar hanya

merangsangnya saja. Untuk itu, pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam

rangka merangsang tumbuhnya motivasi.

2.2.52.2.52.2.52.2.5 TingkatTingkatTingkatTingkat KesukarelaanKesukarelaanKesukarelaanKesukarelaan partisipasipartisipasipartisipasipartisipasi

Dusseldorp (1981) membedakan adanya beberapa jenjang kesukarelaan sebagai

berikut:

a. Partisipasi spontan, yaitu peran serta yang tumbuh karena motivasi intrinsik

berupa pemahaman, penghayatan, dan keyakinannya sendiri.

b. Partisipasi terinduksi, yaitu peran serta yang tumbuh karena terinduksi oleh

adanya motivasi ekstrinsik (berupa bujukan, pengaruh, dorongan) dari luar;

meskipun yang bersangkutan tetap memiliki kebebasan penuh untuk

berpartisipasi.

c. Partisipasi tertekan oleh kebiasaan, yaitu peran serta yang tumbuh karena adanya

tekanan yang dirasakan sebagaimana layaknya warga masyarakat pada umumnya,

atau peran serta yang dilakukan untuk mematuhi kebiasaan, nilai-nilai, atau

norma yang dianut oleh masyarakat setempat. Jika tidak berperan serta, khawatir

akan tersisih atau dikucilkan masyarakatnya.

d. Partisipasi tertekan oleh alasan sosial-ekonomi, yaitu peran serta yang dilakukan

Page 14: TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/5226/5/2013-1-14201-841409082-bab2-31072013065557.pdf · a. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (Ibu hamil,

karena takut akan kehilangan status sosial atau menderita kerugian/tidak

memperoleh bagian manfaat dari kegiatan yang dilaksanakan.

e. Partisipasi tertekan oleh peraturan, yaitu perans erta yang dilakukan karena takut

menerima hukuman dari peraturan/ketentuan-ketentuan yang sudah

diberlakukan.

2.2.62.2.62.2.62.2.6 SyaratSyaratSyaratSyarat TumbuhTumbuhTumbuhTumbuh PartisipasiPartisipasiPartisipasiPartisipasi

Margono Slamet (1985) menyatakan bahwa tumbuh dan berkembangnya partisipasi

masyarakat dalam pembangunan, sangat ditentukan oleh 3 (tiga) unsur pokok, yaitu:

a. Adanya kemauan yang diberikan kepada masyarakat, untuk berpartisipasi

b. Adanya kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi

c. Adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi

Lebih rinci Slamet menjelaskan tiga persyaratan yang menyangkut kemauan,

kemampuan dan kesempatan untuk berpartisipasi adalah sebagai berikut

a) Kemauan

Secara psikologis kemauan berpartisipasi muncul oleh adanya motif

intrinsik (dari dalam sendiri) maupun ekstrinsik (karena rangsangan, dorongan

atau tekanan dari pihak luar). Tumbuh dan berkembangnya kemauan

berpartisipasi sedikitnya diperlukan sikap-sikap yang:

1) Sikap untuk meninggalkan nilai-nilai yang menghambat pembangunan.

2) Sikap terhadap penguasa atau pelaksana pembangunan pada umumnya.

3) Sikap untuk selalu ingin memperbaiki mutu hidup dan tidak cepat puas

sendiri.

Page 15: TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/5226/5/2013-1-14201-841409082-bab2-31072013065557.pdf · a. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (Ibu hamil,

4) Sikap kebersamaan untuk dapat memecahkan masalah, dan tercapainya

tujuan pembangunan.

5) Sikap kemandirian atau percaya diri atas kemampuannya untuk memperbaiki

mutu hidupnya

b). Kemampuan

Beberapa kemampuan yang dituntut untuk dapat berpartisipasi dengan baik itu

antara lain adalah:

1) Kemampuan untuk mengidentifikasi masalah.

2) Kemampuan untuk memahami kesempatan-kesempatan yang dapat dilakukan

untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan memanfaatkan sumber

daya yang tersedia.

3) Kemampuan untuk melaksanakan pembangunan sesuai dengan pengetahuan

dan keterampilan serta sumber daya lain yang dimiliki

Robbins (1998) kemampuan adalah kapasitas individu melaksanakan

berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Lebih lanjut Robbins (1998) menyatakan

pada hakikatnya kemampuan individu tersuusun dari dua perangkat faktor yaitu

kemampuan intelektual dan kemampuan fisik

c). Kesempatan

Berbagai kesempatan untuk berpartisipasi ini sangat dipengaruhi oleh:

1) Kemauan politik dari penguasa/pemerintah untuk melibatkan masyarakat

dalam pembangunan.

2) Kesempatan untuk memperoleh informasi.

3) Kesempatan untuk memobilisasi dan memanfaatkan sumberdaya.

Page 16: TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/5226/5/2013-1-14201-841409082-bab2-31072013065557.pdf · a. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (Ibu hamil,

4) Kesempatan untuk memperoleh dan menggunakan teknologi tepat guna.

5) Kesempatan untuk berorganisasi, termasuk untuk memperoleh dan

mempergunakan peraturan, perizinan dan prosedur kegiatan yang harus

dilaksanakan.

6) Kesempatan untuk mengembangkan kepemimpinan yang mampu

menumbuhkan, menggerakkan dan mengembangkan serta memelihara

partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Sementara Mardikanto (1994) menyatakan bahwa pembangunan yang

partisipatoris tidak sekedar dimaksudkan untuk mencapai perbaikan

kesejahteraan masyarakat (secara material), akan tetapi harus mampu

menjadikan warga masyarakatnya menjadi lebih kreatif. Karena itu setiap

hubungan atau interaksi antara orang luar dengan masyarakat sasaran yang

sifatnya asimetris (seperti: menggurui, hak yang tidak sama dalam berbicara,

serta mekanisme yang menindas) tidak boleh terjadi. Dengan demikian, setiap

pelaksanaan aksi tidak hanya dilakukan dengan mengirimkan orang dari luar ke

dalam masyarakat sasaran, akan tetapi secara bertahap harus semakin

memanfaatkan orang-orang dalam untuk merumuskan perencanaan yang

sebaik-baiknya dalam masyarakatnya sendiri.

Mardikanto (2003) menjelaskan adanya kesempatan yang diberikan,

sering merupakan faktor pendorong tumbuhnya kemauan, dan kemauan akan

sangat menentukan kemampuannya.

2.32.32.32.3 Faktor-faktorFaktor-faktorFaktor-faktorFaktor-faktor yangyangyangyang berhubunganberhubunganberhubunganberhubungan dengandengandengandengan partisipasipartisipasipartisipasipartisipasi ibuibuibuibu balitabalitabalitabalita dalamdalamdalamdalam

mengikutimengikutimengikutimengikuti kegiatankegiatankegiatankegiatan posyandu.posyandu.posyandu.posyandu.

Page 17: TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/5226/5/2013-1-14201-841409082-bab2-31072013065557.pdf · a. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (Ibu hamil,

2.3.12.3.12.3.12.3.1 UmurUmurUmurUmur IbuIbuIbuIbu

Umur dapat mempengaruhi seseorang berperilaku. Kematangan dalam

mengambil keputusan salah satunya dipengaruhi oleh faktor umur, semakin

bertambah umur, secara psikologis maka kedewasaan seseorang dalam bertindak

semakin baik. Freud Erikson 2009, menggambarkan tahapan perkembangan usia

seseorang, yaitu dewasa muda / Early Adultthood (20-29 tahun), dewasa madya /

Middle Adultthood (30-60 tahun), dan dewasa akhir / late Adultthood ( > 60 tahun ).

Dengan kata lain bahwa semakin dewasa umur seseorang, maka akan semakin baik

perilakunya. Demikian juga dengan umur ibu semakin dewasa umurnya maka akan

semakin meningkat motivasinya dalam memanfaatkan posyandu. (Siagian, 2005).

Umur berpengaruh terhadap terbentuknya kemampuan, Karena kemampuan

yang dimiliki dapat diperoleh melalui pengalaman sehari-hari di luar faktor

pendidikannya (sedioetama, 2006). Umur orang tua terutama ibu yang relatif muda,

cenderung untuk mendahulukan kepentingan sendiri. Sebagian besar ibu yang

masih muda memiliki sedikit sekali pengetahuan tentang pengalaman dalam

mengasuh anak. Sedangkan Ibu dari kelompok usia menengah ke atas memiliki

keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap dan

cenderung lebih banyak yang berpartisipasi dari pada mereka yang dari kelompok

usia lainnya (Mardikanto, 2003).

Umur akan berpengaruh terhadap perilaku seseorang seiring dengan

perkembangan fisik dan mental orang tersebut sehingga perilakunya akan semakin

matang dengan bertambahnya umur (Gunarsa, 2000). Penelitian Anderson dan

Andersen (1972) ( dalam sudarti, 2008) mengenai penggunaan dan pemanfaatan

Page 18: TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/5226/5/2013-1-14201-841409082-bab2-31072013065557.pdf · a. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (Ibu hamil,

pelayanan kesehatan menunjukan bahwa pelayanan kesehatan lebih banyak

dimanfaatkan oleh orang yang berusia sangat muda (anak-anak) dan berusia tua.

Berdasarkan hasil penelitian yamin (2003) menunjukan adanya hubungan

bermakna antara umur ibu dengan pemanfaatan pelayanan posyandu balita. Dari

hasil penelitian ini menunjukan bahwa ibu balita yang berusia >30 tahun memiliki

tingkat pemanfaatan posyandu baik dibandingkan dengan kelompok usia ibu< 30

tahun.

2.3.22.3.22.3.22.3.2 TingkatTingkatTingkatTingkat PendidikanPendidikanPendidikanPendidikan IbuIbuIbuIbu

Pendidikan adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi oleh

pemberi bahan atau materi kepada sasaran guna mencapai perubahan tingkah laku

(Notoadmodjo, 2010).

Tingkat pendidikan seseorang dapat dilihat berdasarkan lamanya atau jenis

pendidikan yang dialami seseorang (Khosman, 2007). Pendidikan dapat berfungsi

sebagai dasar seseorang untuk berperilaku sesuai dengan tingkatan dan jenis

pendidikan yang diikutinya. Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang

penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik, orang

tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan

anak yang baik, bagimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan

sebaginya (Khalimah, 2007).

Tingkat pendidikan ibu yang rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan

ibu dalam menghadapi masalah, terutama dalam berpartisipasi aktif dalam kegiatan

posyandu. Pengetahuan ini diperoleh baik secara formal maupun informal.

Sedangkan ibu- ibu yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi umumnya terbuka

Page 19: TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/5226/5/2013-1-14201-841409082-bab2-31072013065557.pdf · a. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (Ibu hamil,

menerima perubahan atau hal – hal baru guna pemeliharaan kesehatan anaknya

(Depke RI, 2009). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Harianto (1992) yang

menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan responden

dengan partisipasi masyarakat.

Dalam penelitian Anderson dan Andersen (1972) (dalam Sudarti, 2008)

bahwa seseorang yang mendapat pendidikan formal biasanya lebih banyak

mengunjungi ahli kesehatan

2.3.32.3.32.3.32.3.3 StatusStatusStatusStatus pekerjaanpekerjaanpekerjaanpekerjaan ibuibuibuibu

Menurut Pandji Anoraga, 1998 (dalam Khalimah (2007), kerja merupakan

sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu bisa bermacam-macam,

berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh pelakunya.

Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya dan orang berharap

bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada sesuatu

keadaan yang lebih memuaskan dari pada keadaan sebelumnya.

Suatu penelitian yang dilakukan oleh Tuti Pradianto tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi ketidak hadiran Ibu Balita dan Penggunaan Posyandu di

Kecamatan Botumoito membuktikan bahwa ada faktor pekerjaan (status pekerjaan)

ibu berhubungan signifikan dengan penggunaan posyandu (Sudarti, 2008).

Pekerjaan berhubungan dengan pendidikan dan pendapatan serta berperan

penting dalam kehidupan sosial ekonomi dan memiliki keterkaitan dengan faktor

lain seperti kesehatan (Gabriel, 2008). Hal ini sesuai dengan penelitian Khomsan

(2007) bahwa pekerjaan termasuk dalam salah satu sumber pendapatan dalam

keluarga. Dengan adanya pekerjaan tetap dalam suatu keluarga, maka keluarga

Page 20: TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/5226/5/2013-1-14201-841409082-bab2-31072013065557.pdf · a. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (Ibu hamil,

tersebut relative terjamin pendapatannya setiap bulan. Jika keluarga tidak memiliki

pekerjaan tetap, maka pendapatan keluarga setiap bulannya juga tidak dapat

dipastikan.

Seseorang yang mempunyai pekerjaan dengan waktu yang cukup padat akan

mempengaruhi ketidak hadiran dalam pelaksanaan posyandu. Pada umumnya orang

tua tidak mempunyai waktu luang, sehingga semakin tinggi aktivitas pekerjaan

orang tua semakin sulit datang ke posyandu. Hal ini sesuai dengan penelitian

Sambas (2002) yang menyatakan bahwa ibu balita yang tidak bekerja berpeluang

baik untuk berkunjung ke posyandu dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Widiastuty (2006) juga ditemukan bahwa ibu yang

bekerja menyebabkan tidak membawa anaknya ke posyandu untuk di timbang.

2.3.42.3.42.3.42.3.4 TingkatTingkatTingkatTingkat PengetahuanPengetahuanPengetahuanPengetahuan IbuIbuIbuIbu

Tingkat pengetahuan merupakan hasil dari tahu seseorang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Perilaku yang dilakukan

dengan berdasarkan pada pengetahuan akan bertahan lebih lama dan kemungkinan

menjadi perilaku yang melekat pada seseorang dibandingkan jika tidak berdasarkan

pengetahuan (Notoadmodjo, 2007). Penelitian yang dilakukan Rogers (1974) yang

dikutip (Notoadmodjo, 2007) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang

melakukan perilaku yang baru bagi dirinya, lebih dahulu dalam diri orang tersebut

akan terjadi proses yang berurutan, yaitu :

1. Awerness (kesadaran), yakni kesadaran seseorang dalam arti mengetahui

stimulus (objek) terlebih dahulu.

Page 21: TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/5226/5/2013-1-14201-841409082-bab2-31072013065557.pdf · a. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (Ibu hamil,

2. Interest, yaitu mulai tertarik kepada stimulus

3. Evaluation, proses menimbang baik dan buruk stimulus bagi pribadi.

4. Trial, mencoba perilaku baru dari hasil evaluasi stimulus.

5. Adoption, Seseorang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Pengetahuan gizi adalah segala bentuk informasi yang berkaitan dengan

pangan dan gizi. Seseorang dapat memperoleh pengetahuan gizi melalui berbagai

sumber seperti buku-buku pustaka, majalah, televisi, radio, surat kabar, dan orang

lain (teman, tetangga, saudara dll) (Khosman Et al, 2007). Dalam Penelitian

Maharsi (2007), pengetahuan ibu berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke

posyandu. Pengetahuan ibu dengan perilaku ibu menimbangkan anaknya di

Posyandu memiliki hubungan yang bermakna secara statistik.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers dan Sudarti (2008)

menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap

tersebut diatas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui

proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang

positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku

tidak didasari oleh pengetahuan maka kesadaran tidak berlangsung lama.

2.3.52.3.52.3.52.3.5 DukunganDukunganDukunganDukungan TokohTokohTokohTokohMasyarakatMasyarakatMasyarakatMasyarakat

Keluarga merupakan bagian dari masyarakat sehingga perilaku keluarga

tidak dapat dipisahkan dari perilaku masyarakat disekitarnya. Jika dalam kegiatan

yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa tokoh-tokoh masyarakat yang

disegani ikut serta maka mereka akan tertarik juga untuk berpartisipasi. Hal ini

Page 22: TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/5226/5/2013-1-14201-841409082-bab2-31072013065557.pdf · a. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (Ibu hamil,

sesuai dengan Notoadmodjo (2005) yang menyatakan bahwa tokoh masyarakat

jembatan antara sektor kesehatan dengan masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa

keterlibatan tokoh masyarakat sebagai pendukung kegiatan posyandu sangat

dibutuhkan.

2.42.42.42.4 KerangkaKerangkaKerangkaKerangka BerpikirBerpikirBerpikirBerpikir

Berdasarkan tinjauan teori yang telah di bahas sebelumnya, peneliti merangkumnya

dalam kerangka teori berikut ini.

- Pengertian

partisipasi

- Dasar-dasar

filosofi

masyarakat

- Tipologi

partisipasi

- Tahap-tahap

partisipasi

- Tingkat

kesukarelaan

partisipasi

- Syarat tumbuh

Partisipasi Faktor-Fakto

Faktor

Internal

- Usia

- Pengetahua

Faktor

Eksternal

- Pendidikan

- Status

pekerjaan

- Dukungan

Posyandu

- Pengertian posyandu

- Tujuan posyandu

- Strata posyandu

- Kegiatan posyandu

- Pembentukan

posyandu

- Syarat posyandu

- Alasan pendirian

posyandu

- Penyelenggaraan

posyandu

- Lokasi posyandu

- Pelayanan kesehatan

yang dijalankan

Page 23: TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/5226/5/2013-1-14201-841409082-bab2-31072013065557.pdf · a. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (Ibu hamil,

Sumber : Notoadmodjo (2007); Sudarti (2008)

GambarGambarGambarGambar 2.12.12.12.1 KerangkaKerangkaKerangkaKerangka TeoriTeoriTeoriTeori2.52.52.52.5 KerangkaKerangkaKerangkaKerangka KonsepKonsepKonsepKonsep

Faktor Internal yang di teliti meliputi Usia dan pengetahuan. Selanjutnya

Faktor Eksternal yang diteliti meliputi pendidikan dan dukungan tokoh masyarakat.

FaktorFaktorFaktorFaktor InternalInternalInternalInternal

FaktorFaktorFaktorFaktor EksternalEksternalEksternalEksternal

KegiatanPosyanduAktif :

Kehadiara

n ibu

balita

dalam

kegiatan

Tidak Aktif :

Ketidakhadira

n ibu balita

dalam

kegiatan

Usia

Tingkat Pengetahuan

Partisipasi Ibu

Tingkat pendidikan

Status pekerjaan

Dukungan tokohmasyarakat

Page 24: TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/5226/5/2013-1-14201-841409082-bab2-31072013065557.pdf · a. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (Ibu hamil,

Ket : : Variabel yang di teliti

: Variabel Independent

: Variabel Dependent

Gambar 2.2 : Kerangka Konsep Berhubungan Dengan Partisipasi Ibu Balita.

Gambar 2.2 : Kerangka Konsep

2.62.62.62.6 HipotesisHipotesisHipotesisHipotesis PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian (Ha)(Ha)(Ha)(Ha)2.6.1. Ada hubungan antara Usia ibu dengan dengan partisipasi ibu balita dalam

kegiatan posyandu.

2.6.2 Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan partisipasi ibu balita dalam

kegiatan posyandu.

2.6.3 Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan partisipasi ibu balita dalam

kegiatan posyandu..

2.6.4 ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan partisipasi ibu balita

dalam kegiatan posyandu.

2.6.5 Ada hubungan antara dukungan tokoh masyarakat dengan partisipasi ibu

balita dalam kegiatan posyandu.

2.72.72.72.7 HipotesisHipotesisHipotesisHipotesis StatistikaStatistikaStatistikaStatistika (Ho)(Ho)(Ho)(Ho)

2.7.1 Tidak ada hubungan antara usia ibu dengan dengan partisipasi ibu balita

dalam kegiatan posyandu.

2.7.2 Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan dengan partisipasi ibu

balita dalam kegiatan posyandu.

2.7.3 Tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan dengan partisipasi ibu

balita dalam kegiatan posyandu.

2.7.4 Tidak ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan dengan partisipasi

Page 25: TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/5226/5/2013-1-14201-841409082-bab2-31072013065557.pdf · a. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (Ibu hamil,

ibu balita dalam kegiatan posyandu.

2.7.5 Tidak ada hubungan antara dukungan tokoh masyarakat dengan dengan

partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu.