TINJAUAN PUSTAKA
-
Upload
ahmad-junianto -
Category
Documents
-
view
22 -
download
0
Transcript of TINJAUAN PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1.1 Masa Nifas
a. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah bayi dan plasenta lahir,
mencakup enam minggu sampai delapan minggu berikutnya yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan seperti kondisi sebelum hamil (Mochtar, 1998). Masa nifas
merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-
minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang
normal (Marmi, 2011).
Pelayanan masa nifas harus diberikan secara menyeluruh karena periode ini
merupakan periode transisi kritis bagi ibu, bayi, dan keluarganya karena rentan terjadi
komplikasi apabila tidak mendapatkan perhatian khusus. Oleh karena itu, petugas kesehatan
khususnya bidan setelah menolong persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam
setelah melahirkan (Hadijono S dalam Saifuddin, 2009).
1. Kebutuhan ibu nifas
Kebutuhan ibu pada masa nifas adalah sebagai berikut :
1) Ambulasi
Umumnya ibu sangat lelah setelah bersalin terlebih jika mengalami persalinan
yang cukup lama, untuk itu ibu harus beristirahat, tidur telentang selama delapan jam pasca
persalinan. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya
trombosis dan tromboemboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan,
dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas mempunyai
variasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka. (Anggraini
Y, 2010).
2) Diet
Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang
mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran, dan buah-buahan. (Mochtar, 1998)
3) Eliminasi
a) Buang Air Kecil (BAK)
Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya. Miksi normal bila dapat
BAK spontan setiap tiga sampai empat jam. Kesulitan BAK dapat disebabkan karena sfingter
uretra tertekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulo sfingter ani selama
persalinan, atau dikarenakan oedema kandung kemih selama persalinan. Lakukan kateterisasi
apabila kandung kemih penuh dan sulit berkemih.
b) Buang Air Besar (BAB)
Ibu diharapkan dapat BAB sekitar tiga sampai empat hari postpartum. Apabila
mengalami kesulitan BAB atau obstipasi, lakukan diet teratur, cukup cairan, konsumsi
makanan berserat, olahraga, berikan obat rangsangan per oral atau per rektal atau lakukan
klisma bilamana perlu. (Marmi, 2011)
1. Tahapan Masa Nifas
Menurut Mochtar tahun 1998 , masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu :
1) Puerperium dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan.
2) Puerperium intermedial
Suatu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih
enam sampai delapan minggu.
3) Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna
terutama ibu apabila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi. Waktu
untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, atau tahunan.
1. Perubahan Fisiologi Masa Nifas
Pada masa nifas terjadi perubahan baik perubahan fisiologi maupun psikologi. Pada
perubahan fisiologi dikenal istilah trias nifas, yaitu tiga komponen penting yang biasanya
diamati selama masa nifas, yaitu :
1) Proses involusi Uterus
Involusi uterus adalah pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus
kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Proses Involusi uterus
adalah sebagai berikut :
a) Iskemia miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus stelah
pengeluaran plasenta menyebabkan serat otot atrofi.
b) Atrofi jaringan
Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon estrogen saat
pelepasan plasenta.
c) Autolysis
Autolysis merupakan proses pengancuran diri sendiri yang terjadi di dalam
otot uterine dan dibantu oleh enzim proteolitik yang akan memendekkan jaringan otot.
d) Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga
menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus.
Menurut Varney, 2001, indikator involusi uterus adaalah penurunan tinggi
fundus uteri dan pengeluaran lokia.
Tabel 1.
Tinggi Fundus Uteri Menurut Masa Involusi
No. Involusi Tinggi Fundus Uteri
1. 24 jam dan hari pertama
postpartum
Setinggi pusat
2. Hari kedua postpartum Dua jari dibawah pusat
3. Hari ketiga postpartum Tiga jari dibawah pusat
4. Hari keempat postpartum Empat jari dibawah pusat
5. Hari kelima postpartum Setengah pusat symfisis
6. Hari keenam postpartum Empat jari diatas symfisis
7. Hari ketujuh postpartum Tiga jari diatas symfisis
8. Hari kedelapan postpartum Dua jari diatas symfisis
9. Hari kesembilan
postpartum
Satu jari diatas symfisis
10. Hari kesepuluh postpartum Tidak teraba
2) Proses Lokia
Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari decidua yang mengelilingi
situs plasenta akan menjadi nekrotik. Decidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa
cairan . Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa
atau alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam
yang ada pada vagina normal. Selama dua jam pertama setelah bayi lahir, jumlah cairan yang
keluar dari uterus tidak boleh lebih dari jumlah maksimal yang keluar selama menstruasi.
Setelah waktu tersebut, aliran lokia yang keluar harus semakin berkurang. (Maryunani,
2011).
Tabel 2
Pengeluaran Lokia Dapat Dibagi Berdasarkan Waktu Dan Warnanya
Lokia Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra 1-3 hari Merah
kehitaman
Terdiri dari sel
decidua, verniks
caseosa, rambut
lanugo, sisa
mekoneum dan sisa
darah.
Sanguilenta 3-7 hari Putih
bercampur merah
Sisa darah
bercampur lendir
Serosa 7-14
hari
Kekuningan
atau kecoklatan
Lebih sedikit
darah dan lbih banyak
serum, juga terdiri
dari leukosit dan
robekan plasenta
Alba >14
hari
Putih Mengandung
leukosit, selaput
lendir serviks dan
serabut jaringan mati.
(Marmi, 2011)
Sumber : Maryunani, Asuhan Kebidanan Masa Nifas, 2010
Lokia rubra yang menetap pada awal periode pasca persalinan menunjukkan
perdarahan berlanjut sebagai akibat fragmen plasenta atau membran yang tertinggal.
Terjadinya perdarahan ulang setelah hari kesepuluh pascapartum menandakan adanya
perdarahan pada bekas tempat plasenta yang mulai memulih, namun setelah tiga sampai
empat minggu, perdarahan mungkin disebabkan oleh infeksi atau subinvolusi. Lokia serosa
atau alba yang berlanjut bisa menandakan endometritis, terutama jika disertai demam, rasa
sakit atau nyeri tekan pada abdomen yang dihubungkan dengan pengeluaran cairan (Bobak,
2005).
3) Proses Laktasi
a) Pengertian laktasi
Menurut Marmi tahun 2011, laktasi mempunyai dua pengertian, yaitu : produksi dan
pengeluaran Air Susu Ibu (ASI). Setelah persalinan kadar estrogen dan progesteron menurun
dengan lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan
terhadap prolaktin dan estrogen. Oleh karena itu, air susu ibu segera keluar. Biasanya,
pengeluaran air susu dimulai pada hari kedua atau ketiga setelah kelahiran . Setelah
persalinan , segera susu-kan bayi karena akan memacu lepasnya prolaktin dari hipofise
sehingga pengeluaran air susu bertambah lancar. Ada beberapa refleks yang berpengaruh
terhadap kelancaran laktasi, yaitu refleks prolaktin, refleks aliran (let down reflex), reflex
menangkap (rooting reflex), reflex mengisap (sucking reflex), reflex menelan (swallowing
reflex) sebagai berikut :
(1). Refleks prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung syaraf peraba yang terdapat pada putting susu
terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak,
lalu dilanjutkan ke bagian depan kelenjar hipofise yang memacu pengeluaran hormon
prolaktin ke dalam darah.
Melalui sirkulasi, prolaktin memacu sel kelenjar memproduksi air susu. Jadi, semakin
sering bayi menyusu, semakin banyak prolaktin yang dilepas oleh hipofise, sehingga semakin
banyak air susu yang diproduksi oleh sel kelenjar.
(2). Refleks aliran
Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar sampai bagian
belakang kelenjar hipofise yang akan melepaskan hormon oksitosin masuk ke dalam darah.
Oksitosin akan memacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktuli berkontraksi
sehingga memeras air susu dari alveoli, duktuli, dan sinus menuju putting susu. Keluarnya air
susu karena kontraksi otot polos tersebut disebut refleks aliran. Dengan seringnya menyusui,
penciutan rahim akan semakin cepat dan makin baik.
(3). Refleks menangkap (rooting reflex)
Jika disentuh pipinya, bayi akan menoleh ke arah sentuhan. Jika bibirnya dirangsang
atau disentuh, bayi akan membuka mulut dan berusaha mencari putting untuk menyusu.
Keadaan tersebut dikenal dengan istilah refleks menangkap.
(4). Refleks mengisap (sucking reflex)
Refleks mengisap pada bayi akan timbul jika putting merangsang langit-langit
(palatum) dalam mulutnya. Oleh karena itu, sebagian besar areola harus tertangkap oleh
mulut bayi. Dengan demikian, sinus laktiferus yang berada di bawah areola akan tertekan
oleh gusi, lidah, serta langit-langit sehingga air susu diperas secara sempurna ke dalam mulut
bayi.
(5). Refleks menelan (swallowing reflex)
Pada saat bayi menyusu, akan terjadi peregangan putting susu dan areola untuk
mengisi rongga mulut. Oleh karena itu, sebagian besar areola harus ikut ke dalam mulut.
Lidah bayi akan menekan ASI keluar dari sinus laktiferus yang berada di bawah areola.
b) Perkembangan Air Susu Ibu (ASI)
Air Susu Ibu (ASI) dibedakan dalam tiga stadium, yaitu :
(1) Kolostrum
Kolostrum merupakan ekskresi cairan dengan viskositas kental, lengket dan berwarna
kekuningan pada hari pertama sampai hari keempat postpartum. Kolostrum mengandung
tinggi protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi
daripada ASI matur.
(2) ASI Transisi atau Peralihan
ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari
keempat sampai hari kesepuluh. Selama dua minggu, volume ASI bertambah banyak dan
berubah warna serta komposisinya. Kadar immunoglobulin dan protein menurun, sedangkan
lemak dan laktosa meningkat.
(3) ASI Matur
ASI matur disekresi pada hari kesepuluh dan seterusnya, tampak berwarna putih,
kandungannya relatif konstan. Air susu yang mengalir pertama kali disebut foremilk.
Foremilk lebih encer dan mempunyai kandungan rendah lemak dan tinggi laktosa, gula,
protein, mineral dan air. Selanjutnya, air susu berubah menjadi hindmilk, kaya akan lemak
dan nutrisi.
2. Senam nifas
1. Pengertian Senam Nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan
setiap hari sampai hari kesepuluh, dimana senam ini dilakukan pada saat sang ibu benar-
benar pulih. (Maryunani dkk, 2011). Organ-organ fisik yang mengalami perubahan selama
kehamilan antara lain rahim, mulut rahim, vagina, dan otot-otot dasar panggul maupun otot-
otot perut. Adanya perubahan fisik yang terjadi pada proses persalinan diharapkan dapat
kembali seperti semula dalam waktu beberapa minggu ditunjang dengan tindakan senam
nifas.
Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam 24 jam setelah persalinan, secara
teratur setiap hari. Kendala yang sering ditemui adalah tidak sedikit ibu yang setelah
melakukan persalinan takut untuk melakukan mobilisasi karena takut merasa sakit atau
menambah pendarahan. Anggapan ini tidak tepat karena enam jam setelah persalinan normal,
ibu sudah dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini. Tujuan mobilisasi ini agar terutama
peredarahan darah ibu dapat berjalan baik, membantu memulihkan kembali kekuatan otot-
otot dasar panggul, mengencangkan otot dinding perut dan perineum, dan mencegah
komplikasi. Selanjutnya ibu dapat melakukan senam nifas. Dengan melakukan senam nifas
tepat waktu dan dilakukan secara bertahap hari demi hari, maka hasil yang didapat pun bisa
maksimal. (Marmi, 2011)
a. Manfaat Senam Nifas
Ada beberapa manfaat senam nifas, antara lain : (Anggraini Y, 2010)
1. Mengencangkan otot perut, liang senggama, otot-otot sekitar vagina maupun otot-otot
dasar panggul, disamping melancarkan sirkulasi darah.
2. Memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki sikap tubuh setelah hamil dan melahirkan,
memperbaiki tonus otot pelvis, memperbaiki regangan otot abdomen atau perut setelah hamil,
memperbaiki regangan otot tungkai bawah, dan meningkatkan kesadaran untuk melakukan
relaksasi otot-otot dasar panggul.
3. Dengan melakukan senam nifas, kondisi umum menjadi lebih baik, contohnya :
kemungkinan terkena infeksi pun kecil karena sirkulasi darahnya bagus.
4. Menumbuhkan atau memperbaiki nafsu makan hingga asupan makannya bisa
mencukupi kebutuhannya. Dengan melakukan senam nifas, ibu tak terlihat lesu ataupun
emosional.
b. Cara Melakukan Senam Nifas
Menurut Sulistyawati, 2009 teknik atau gerakan senam nifas dilakukan dari hari
pertama sampai hari kesepuluh masa nifas, sebagai berikut :
1. Hari pertama
Posisi tidur telentang tanpa bantal dengan kedua kaki lurus. Tarik napas dalam
(pernapasan perut) melalui hidung sambil merelaksasikan otot perut. Keluarkan napas pelan
sambil mengontraksikan otot perut. Tahan napas hingga hitungan kelima detik untuk
relaksasi. Ulangi gerakan sebanyak 8 kali.
2. Hari kedua
Posisi tidur telentang tanpa bantal dengan kedua kaki lurus. Kedua tangan ditarik
lurus ke atas sampai kedua tangan bertemu lalu turunkan tangan sampai kedua tangan
bertemu. Ulangi gerakan sebanyak 8 kali.
3. Hari ketiga
Posisi tidur telentang. Kedua tangan berada di samping badan. Kedua kaki ditekuk
membentuk sudut 450, bokong diangkat ke atas, kembali ke posisi semula. Ulangi gerakan
sebanyak 8 kali.
4. Hari keempat
Posisi tidur telentang kaki ditekuk 450, tangan kanan di atas perut, kepala ditekuk
sampai dagu menyentuh dada. Kerutkan anus sekuat mungkin. Ulangi gerakan sebanyak 8
kali.
5. Hari kelima
Posisi telentang, kaki ditekuk, gerakkan tangan kanan ke arah kaki kiri, kepala
ditekuk sampai dagu menyentuh dada. Lakukan gerakkan tersebut secara bergantian.
6. Hari keenam
Posisi tidur terlentang, kaki lurus, dan kedua tangan di samping badan, kemudian
lutut ditekuk ke arah perut 90 derajat secara bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan.
Jangan menghentak ketika menurunkan kaki, lakukan perlahan namun bertenaga.
Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali.
7. Hari ketujuh
Posisi tidur telentang, kedua kaki lurus. Kedua kaki diangkat dalam keadaan lurus.
Turunkan kaki secara perlahan. Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali.
8. Hari kedelapan
Posisi nungging, napas melalui pernapasan perut. Kerutkan anus, tahan lima
sampai sepuluh hitungan, kemudian lepaskan. Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali.
9. Hari kesembilan
Posisi tidur telentang, kedua tangan di samping badan. Kedua kaki diangkat 900,
lalu turunkan perlahan. Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali.
10. Hari kesepuluh
Posisi tidur telentang, kedua tangan ditekuk di belakang kepala. Bangun sampai
posisi duduk dengan kedua tangan tetap di belakang kepala lalu tidur kembali.
Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali.
B. Landasan Teori
1. Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai segera setelah kelahiran bayi
dan plasenta, mencakup enam sampai delapan minggu berikutnya yang diperlukan oleh alat
kandungan seperti sebelum hamil. Penyebab utama komplikasi yang terjadi pada masa nifas
24 jam pertama postpartum adalah perdarahan. Oleh karena itu, pelayanan masa nifas harus
diberikan secara menyeluruh agar mencegah berbagai komplikasi yang mungkin terjadi.
Pada masa nifas terjadi perubahan fisiologi yang dikenal dengan Trias Nifas. Ada
tiga hal pokok yang dikaji, yaitu :
1. Proses involusi uterus
Involusi uterus adalah proses kembalinya uterus seperti kondisi sebelum hamil.
Proses involusi uterus dimulai dari kontraksi dan retraksi otot-otot miometrium yang
mengakibatkan serat otot atrofi dilanjutkan dengan proses autolisis yang dibantu oleh enzim
proteolitik untuk memendekkan jaringan otot. Dengan efek oksitosin terjadi kontraksi dan
retraksi yang akan menekan pembuluh darah sehingga suplai darah ke uterus berkurang.
Umumnya, pada hari kesepuluh postpartum tinggi fundus uteri mulai tidak teraba, namun jika
masih dapat teraba maka telah terjadi ganggguan proses involusi yang dikenal dengan
subinvolusi.
2. Proses Lokia
Proses involusi berhubungan dengan pengeluaran lokia. Lokia adalah ekskresi
cairan uterus akibat lapisan decidua yang mati dan nekrotik. Pengeluaran lokia dapat
dibedakan berdasarkan waktu dan warnanya, dimulai dari lokia rubra sampai lokia alba.
Lokia rubra yang menetap pada awal masa nifas menunjukkan perdarahan akibat sisa
plasenta atau membran yang tertinggal. Lokia serosa atau alba yang berlanjut bisa
menandakan endometritis, sehingga sangat mengganggu proses involusi.
3. Proses Laktasi
Pada proses laktasi, dikenal dua poses penting, yaitu proses produksi (prolaktin)dan
proses pengeluaran (okstitosin). Kedua proses ini berawal ketika setelah persalinan terjadi
penurunan hormon estrogen dan progesteron sehingga tidak ada yang menghambat produksi
hormon prolaktin sehingga prolaktin tetap tinggi. Segera susu-kan bayi, sehingga isapan bayi
akan merangsang kelenjar hipofise posterior untuk mengeluarkan hormon oksitosin yang
berperan dalam membantu kontraksi uterus sehingga mencegah perdarahan.
2. Senam Nifas
Komplikasi yang muncul pada masa nifas seperti subinvolusi merupakan masalah
besar jika tidak mendapat perhatian yang serius dari awal. Salah satu kebutuhan ibu nifas
yaitu ambulasi, ibu nifas dapat melaksanakan senam kegel yang dilanjutkan dengan senam
nifas untuk mencegah komplikasi yang muncul pada masa ini.
Senam nifas adalah senam yang dilakukan untuk memperbaiki kembali organ-
organ yang mengalami perubahan selama kehamilan. Senam ini sebaiknya dilakukan dalam
24 jam pertama postpartum. Tujuan dari mobilisasi dini adalah untuk melancarkan sirkulasi,
proses involusi, laktasi, dan mencegah komplikasi. Ada banyak manfaat yang dihasilkan dari
senam nifas ini, jika dilakukan secara teratur maka hasil yang diperoleh pun bisa maksimal.
Gerakan dalam senam nifas ini bertahap, dilakukan sampai hari kesepuluh postpartum untuk
membantu pemulihan kembali kondisi ibu.