Tinjauan Pustaka
-
Upload
wulan-sri-rahayu -
Category
Documents
-
view
421 -
download
0
Transcript of Tinjauan Pustaka
5/11/2018 Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55a2384bf26d3 1/5
Tinjauan Pustaka
a. Rhodamin B
Rhodamin B adalah salah satu pewarna sintetik yang tidak boleh dipergunaan untuk
makanan, selain itu pewarna lainnya yang dilarang adalah Metanil Yellow Rhodamin B memilikirumus molekul C28H31N2O3Cl, dengan berat molekul sebesar 479.000. Rhodamin B berbentuk
kristal hijau atau serbuk-unggu kemerah-merahan, sangat mudah larut dalam air yang akan
menghasilkan warna merah kebiru-biruan dan berflourensi kuat. Selain mudah larut dalam air juga
larut dalam alkohol, HCl dan NaOH. Rhodamin B ini biasanya dipakai dalam pewarnaan kertas, di
dalam laboratorium digunakan sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg, dan Th.
Rhodamin B merupakan zat warna golongan xanthenes dyes. Rhodamin adalah bahan kimia
yang digunakan untuk pewarna merah pada industri tekstil dan plastik. Makanan yang diberi zat
pewarna ini biasanya berwarna lebih terang dan memiliki rasa agak pahit.
Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang berasal dari metanlinilat dan dipanel alanin yang
berbentuk serbuk kristal berwarna kehijauan, berwarna merah keunguan dalam bentuk terlarut
pada konsentrasi tinggi dan berwarna merah terang pada konsentrasi rendah. Rhodamin B sering
diselahgunakan untuk pewarna pangan (kerupuk,makanan ringan,es-es dan minuman yang sering
dijual di sekolahan) serta kosmetik dengan tujuan menarik perhatian konsumen. Rhodamine B
(C28N31N2O3Cl) adalah bahan kimia sebagai pewarna dasar untuk berbagai kegunaan, semula zat
ini digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai keperluan yang
berhubungan dengan sifatnya yang berfluorensi dalam sinar matahari (com’s, Hj, 1969).
Rhodamin termasuk senyawa atau molekul yang memberikan warna akibat adanya gugus
kromofor, dimana gugus kromofor tersebut yaitu quinoid. Kuantitas warna yang ditimbulkan
rhodamin B sangat tajam, hal ini disebabakan oleh adanya dua gugus auksokrom, dimana gugus
auksokrom tersebut adalah dimetil ammin. Proses pembuatan zat warna sintetik biasanya melalui
perlakuan pemberian asam sulfat dan asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh logam berat
seperti arsen, atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik
sebelum mencapai produk akhir harus melalui suatu senyawa antara dulu, yang kadang-kadang
berbahaya. Sering kali dalam proses reaksi tersebut terbentuk senyawa baru yang berbahaya yang
lebih tertinggal sebagai residu dalam bahan pewarna tersebut.
Rhodamin B Termasuk golaongan xanthenes dyes :
5/11/2018 Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55a2384bf26d3 2/5
Terlihat bahwa semua jenis rhodamin mengandung gugus auksokrom, ini mengakibatkan
intensitas warna dari rhodamin sangat tajam bila dibandingkan dengan jenis pewarna lain. Pewarna
makanan merupakan bahan tambahan pangan yang dapat memperbaiki tampilan makanan. Secara
garis besar, pewarna dibedakan menjadi dua, yaitu pewarna alami dan sintetis. Selain itu, khusus
untuk makanan dikenal pewarna khusus makanan (food grade). Ironisnya, di Indonesia terutama
industri kecil dan industri rumah tangga makanan masih banyak menggunakan pewarna
nonmakanan-pewarna untuk pembuatan cat dan tekstil (Edi Setyo Mudjajanto,2006,dalam Kompas
Minggu,15 Januari 2006, Jakarta).
Dampak Rhodamin terhadap tubuh
Rhodamine 6G menyebabkan kerusakan sel yang parah dan rhodamine B secara signifikan
mengurangi jumlah sel. Rhodamine 123 tidak memiliki efek yang berarti, sedangkan. Lebih jauh lagi,
rhodamine B mengurangi jumlah sel vaskuler endothelial pada pembuluh darah sapi dan sel otot
polos pada pembuluh darah hewan berkulit duri setelah 72 jam dalam kultur. Sehingga tidak
berlebihan jika studi ini menyimpulkan bahwa rhodamine B menghambat proses proliferasi lipo
fibroblast pada manusia.
b. Deteksi Zat Pewarna
Teknik Analisa Canggih
Di laboratorium yang maju, analisis pewarna makanan sudah secara rutin dilakukan, dengan
berbagai metoda, teknik dan cara. Sebagian besar dari cara analisa tersebut masih berdasarkan
suatu prinsip kromatografi atau pun menggunakan alat spektrophotometer. Cara tersebut digunakan
untuk mendeteksi zat pewarna tersebut secara teliti, karena itu minimal diperlukan fasilitas yang
cukup canggih serta dituntut tersedianya berbagai pelarut organik, yang biasanya cukup mahal
harganya. Di samping itu teknik tersebut juga memerlukan tenaga terampil yang profesional. Grafik
tersebut di atas merupakan molar extinction coefficient Rhodamin B yang dilarutkan dalam etanol.
Molar extinction coefficient Rhodamin B adalah 106,000 M- 1cm-1 pada panjang gelombang 542,75
nm.
Babu & Indushekhar S (1990) dari NIN Hyderabad India, telah melaporkan hasil
penelitiannya, bahwa deteksi zat pewarna sintetik dapat dilakukan secara sederhana dengan
menggunakan peralatan yang sederhana, seperti gelas, air dan kertas saring. Sehingga tidak
diperlukan adanya pelarut ataupun memerlukan tersedianya peralatan khusus. Metoda ini dapat
dikerjakan di rumah maupun di lapangan. Keistimewaan atau keuntungan penting dari metoda
tersebut adalah karena cara analisisnya tidak membutuhkan ketersediaan zat pewarna-pewarna
standar apapun.
5/11/2018 Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55a2384bf26d3 3/5
Ide dari metoda sederhana ini didasarkan pada kemampuan zat pewarna tekstil yang
berbeda dengan zat pewarna makanan sintetis, di antaranya karena daya kelarutannya dalam air
yang berbeda. Zat pewarna tekstil seperti misalnya Rhodamin B (merah), Methanil Yellow (kuning),
dan Malachite Green (hijau), bersifat tidak mudah larut dalam air. Pada Tabel 1, dapat dilihat daftar
beberapa pewarna sintetik yang mudah larut dan tidak mudah larut dalam air. Sedangkan prinsip
kerjanya adalah kromatograph kertas dengan pelarut air (PAM, destilata, atau air sumur). Setelah zat
pewarna diteteskan di ujung kertas rembesan (elusi), air dari bawah akan mampu menyeret zat-zat
pewrna yang larut dalam air (zat pewarn makanan) lebih jauh dibandingkan dengan zat pewarna
tekstil.
Kromatografi
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada
dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase tetap ( stationary) dan yang lain fase
bergerak (mobile); pemisahan-pemisahan tergantung pada gerakan relative dari dua fase ini
(Sastrohamidjojo,1991).
Kromatografi kertas
Prinsip kerjanya adalah kromatography kertas dengan pelarut air (PAM, destilata, atau air
sumur). Setelah zat pewarna diteteskan di ujung kertas rembesan (elusi), air dari bawah akan
mampu menyeret zat-zat pewrna yang larut dalam air (zat pewarn makanan) lebih jauh
dibandingkan dengan zat pewarna tekstil.
Kromatrogafi lapis tipis
Diantara berbagai jenis teknik kromatrografi, kromatografi lapis tipis (KLT) adalah yang
paling cocok untukk analisis obat di laboratorium farmasi (Stahl,1985). Kromatografi Lapis Tipis
dapat digunakan untuk memisahkan berbagai senyawa seperti ion-ion organik, kompleks senyawa-
senyawa organik dengan anorganik, dan senyawa-senyawa organik baik yang terdapat di alam dan
senyawa-senyawa organik sintetik. KLT merupakan kromatografi adsorbs dan adsorben bertindak
sebagai fase stasioner. Empat macam adsorbs dan adsorben bertindak sebagai fase stasioner. Empat
macam adsorben yang umum dipakai ialah silica gel ( asam silikat ), alumina ( aluminum oxydae ) ,
kieselguhr ( diatomeus earth ) dan selulosa. Dari keempat jenis adsorben tersebut yang paling
bnayak dipakai adalah silica gel karena hampir semua zat dapat dipisahkan oleh jenis adsorban ini.
Sifat sifat umum dari penyerapan-penyerap untuk kromatografi lapis tipis ini adalah mirip dengan
sifat-sifat penyerap untuk kromatografi kolom. Dua sifat yang penting dari penyerap adalah besar
partikel dan homogenitasnya, karena adhesi terhadap penyokong sangat bergantung pada mereka.
Fase gerak ialah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Ia bergerak dalam di
dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori , karena ada gaya kapiler. Jika fase gerak dan fase diam
telah dipilih dengan tepat, bercak cuplikan awal dipisahkan menjadi sederet bercak, masing-masing
bercak diharapkan merupakan komponen tunggal dari campuran. Perbedaan migrasi merupakan
dasar pemisahan kromatografi, tanpa perbedaan dalam kecepatan migrasi dari senyawa,tidak
mungkin terjadi pemisahan.
c. Terasi
5/11/2018 Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55a2384bf26d3 4/5
Terasi adalah bumbu masak yang dibuat dari ikan dan atau udang yang di fermentasikan,
berbentuk seperti pasta dan berwarna hitam-coklat, kadang ditambahi bahan pewarna sehingga
menjadi kemerahan. Terasi memiliki bau yang tajam dan biasanya digunakan untuk membuat
sambal terasi, tapi juga ditemukan dalam berbagai resep tradisional Indonesia. Beberapa produsen
menambahkan rhodamin B pada terasi untuk memberi warna merah segar pada terasinya.
Metodelogi
P e m e rik s aan Ku alitatif
Kurva Serapan
Metode spektofotometri sinar tampak berdasarkan prosedur dari BBPOM 2006.6 Masing-masing sampel ditimbang dan pewarna dari masing-masing zat makanan diekstraksi dengan teknik
standar menggunakan larutan NaOH lOVo, dietll eter, NaOH 0, 5 %, as am klorida 0, 1 N. B aku
pembanding dan sampel diukur dengan menggunakan spektofotometer sinar tampak pada panjang
gelombang 450- 750 nm.6 Kurva serapan dari bahan baku dibandingkan dengan kurva serapan dari
ekstrak sampel.
Kromatografi Lapis Tipis
Metode Kromatografi Lapis Tipis (KIIT) dilakukan berdasarkan prosedur dari Ditjen POM
(2000).8 Sampel yang digunakanmasing-masing 30 gram. Baku pembanding dibuat dengan cara
melarutkan 50 mg rhodamin B dengan 100 mL akuades. Campuran sampel dan baku pembanding
dibuat dengan cara melarutkan 30 mg dari masing-masing sampe dalam 50 mL akuades,
ditambahkan 50 mg dari rhodamin B dalam masing-masing larutan sampel, dicampur homogen,
ditam-bahkan asam asetat 6Vo,kemtdian dibuat perlakuan yang sama dengan pembuatan larutan
sampel.s plat KLT berukuran 20 x2O cm diaktifkan dengan cara dipanaskan di dalam oven pada suhu
100"C selama 30 menit. Masingmasing larutan sampel, baku pembanding, campuran sampel dan
baku pembanding, ditotolkan pada plat dengan menggunakan pipa kapiler p ada jarck2 cmdari
bagian bawah plat sertajarak antar toda2 cm kemudian dibiarkan beberapa saat hingga mengering.
Plat KLT yang telah mengandung cuplikan dimasukkan ke dalart chamber yang terlebih dahulu telah
dijenuhkan dengan fase gerak yaitu n-butanol, asam asetat glasial, dan akuades (40:IO:24), dibiarkanfasa bergerak naik sampai hampir mendekati batas atas plat. plat KLT lalu diangkat dan dipisah serta
dibiarkan kering di udara. Noda yang terjadi diamati secara visual kemudian dihitung nilai Rf-nya di
bawah sinar UV. Jika secara visual noda berwarna merah jambu dan di bawah sinar UV 254 nm
berfluoresensi kuning dengan Rf yang sama, hal tersebut menunjukkan adanya rhodamin B.8
Penetapan Kadar Kurva Absorbansi dan Kalibrasi larutan Baku Rhodamin B Larutan induk
baku I (LIB I) dan larutan induk baku II (LIB II dengan konsentrasi 50 mcg/ml) dibuat sesuai prosedur
BPPOM 2006. Larutan induk baku II diencerkan sehinggamemilikikonsentras2i mcg/ml dand iukur
serapan maksimum pada panjang gelombang 450-j5O nm. Sebagai blanko digunakan HCI 0,1N. Kurva
kalibrasi dibuat denganlarutan baku (konsentrasi 1; 1,5;2;2,5; dan 3 mcg/rnl),
5/11/2018 Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55a2384bf26d3 5/5
Penetuan kadar rhodamin B di dalam Sampel
Sampel yang sudah ditimbang diekstraksi dengan prosedur standar sehingga menjadi larutan
yang dapat diukur serapannya. Serapan larutan diukur pada panjang gelombang 557 nm. Larutan HCI
0,lN digunakan sebagai blanko.6 Rumus Perhitungan kadar rhodamin B adalah sebagai berikut:
K =
K = Kadar total rhodamin B dalam sampel (mcg/g)
X = kadar rhodamin B sesudah pengenceran (mcg/g)
V=Volumesampel(mL)
Fp = Falctor Pengenceran
BS = Berat sampel
Uji Validasi Metode Analisis
Validasi dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis yang dilakukan akurat, spesifik,
dapat di ulang dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis. Uji validasi yang digunakan yaitu
uji akurasi dengan parameter uji perolehan kembali, batas deteksi, batas kuantitasi.e Uji perolehan
kembali dilakukan dngan menambahkan larutan baku Rhodamin B konsentrasi 50 mcg/ml sebanyak
1 ml kedalam sampelkemudian dianalisis denganperlakuan yang sama pada sampel. Perolehan
kembali dapat dihitung menurut rumus sebasai berikut:
% Perolehan Kembali =
x 100 %
Keterangan:
Cp = konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan laruta baku (mcg/ml)
Cn = konsentrasi sampel sebelum panambahan baku (mcg/ml)
= konsentrasi larutan baku yang ditambahkan (mcg/ml)