TINJAUAN PUSTAKA

28
TINJAUAN PUSTAKA Carpal Tunnel Syndrome I.1. Anatomi Terowongan carpal terletak pada pergelangan tangan yang kerangkanya dibentuk oleh 8 tulang carpal yang tersusun atas 2 deretan. Bagian proksimal (terdiri dari lateral dan medial : naviculare, lunatum, triquertum dan psiformis) dan bagian distal (trapezium, trapezoideum, capitatum dan hamatum). Tulang-tulang tangan susunannya membusur dengan bagian konkaf menghadap kearah telapak tangan. Bagian tersebut terdiri dari ruangan yang tertutup oleh ligamentum carpi transversum sehingga terbentuk suatu terusan yang sempit yang disebut terowongan carpal. Terowongan terdiri dari banyak struktur yaitu : a) empat tendon dari m. Flexsor digitorum supervisialis, b) empat dari m. Flexsor digitorum profundus, c) tendon dari m. Flexor pollicis longus, d) n medianus (De Wolf, 1994). N. Medianus dibentuk dari persatuan radiks lateral N. medianus dan radiks medial N. Medianus. Saraf ini akan berjalan ke bawah pada sisi lateral a. brachialis. Pada pertengahan lengan atas, saraf ini menyilang a. brachialis dan terus berjalan ke bawah pada sisi medial a. brachialis. Oleh karena itu saraf, seperti juga arteri, terletak superfisial, tetapi pada siku 13

description

ggrr

Transcript of TINJAUAN PUSTAKA

Page 1: TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA

Carpal Tunnel Syndrome

I.1. Anatomi

Terowongan carpal terletak pada pergelangan tangan yang kerangkanya dibentuk oleh 8

tulang carpal yang tersusun atas 2 deretan. Bagian proksimal (terdiri dari lateral dan medial :

naviculare, lunatum, triquertum dan psiformis) dan bagian distal (trapezium, trapezoideum,

capitatum dan hamatum). Tulang-tulang tangan susunannya membusur dengan bagian konkaf

menghadap kearah telapak tangan. Bagian tersebut terdiri dari ruangan yang tertutup oleh

ligamentum carpi transversum sehingga terbentuk suatu terusan yang sempit yang disebut

terowongan carpal.

Terowongan terdiri dari banyak struktur yaitu : a) empat tendon dari m. Flexsor

digitorum supervisialis, b) empat dari m. Flexsor digitorum profundus, c) tendon dari m. Flexor

pollicis longus, d) n medianus (De Wolf, 1994).

N. Medianus dibentuk dari persatuan radiks lateral N. medianus dan radiks medial N.

Medianus. Saraf ini akan berjalan ke bawah pada sisi lateral a. brachialis. Pada pertengahan

lengan atas, saraf ini menyilang a. brachialis dan terus berjalan ke bawah pada sisi medial a.

brachialis. Oleh karena itu saraf, seperti juga arteri, terletak superfisial, tetapi pada siku saraf ini

disilang oleh aponeurosis bicipitalis. Pada lengan atas N. medianus tidak mempunyai

percabangan kecuali untuk saraf vasomotor kecil untuk a. brachialis. N. medianus meninggalkan

fossa cubiti dengan berjalan di antara kedua caput m.pronantor teres dan terpisah dari a.ulnaris

oleh caput ulnare tersebut. Saraf ini berjalan ke bawah di bawah m.flexor digitorum superficialis

dan melekat ke permukaan dalam otot ini melalui jaringan ikat. Saraf ini terletak posterior dari

m. flexor digitorum profundus. Pada pergelangan tangan, N. Medianus keluar dari pinggir lateral

m. flexor digitorum profundus, dan terletak di belakang tendo m.palmaris longus. Cabang-

cabang N.Medianus pada ruang fasial anterior lengan bawah :

13

Page 2: TINJAUAN PUSTAKA

1. R. Muscularis : pada fossa cubiti, mempersarafi m.pronator teres, m.fleksor carpi radialis,

m.palmaris longus, dan m. fleksor digitorum profundus

2. R. Articularis : ke sendi siku

3. N. interosseus anterior : M.fleksor pollicis longus, M. pronator quadratus, dan setengah

bagian lateral m.fleksor digitorum profundus, sendi pergelangan tangan, art.radioulnaris, dan

sendi-sendi tapak tangan.

4. R. cutaneus palmaris : berasal dari sepertiga bawah lengan bawah, menyilang di depan

retinaculum flexorum dan mempersarafi kulit pada setengah bagian lateral telapak tangan..

Gambar 1 : Perjalanan N. Medianus

14

Page 3: TINJAUAN PUSTAKA

Carpal Tunnel

Permukaan anterior tulang tapak tangan sangat cekung dan membentuk saluran tulang.

Saluran tersebut menjadi terowongan karena adanya retinakulum flexorum. Tendo panjang m.

fleksor digitorum dan m. fleksor pollicis longus berjalan melalui canalis carpi dan berjalan

bersama N. Medianus.

Di lateral ke delapan tendo m.fleksor digitorum superfisialis dan profundus diliputi

selubung sinozial bersama. Ini memungkinkan suplai darah ke tendo dari sisi lateral.

Tendo m.fleksor pollicis longus berjalan melalui bagian lateral canalis carpalai di dalam

selubung sinovialnya sendiri.

N. medianus berjalan di bawah retinaculum fleksorum di dalam ruang yang menyempit di

antara m.fleksor digitorum superfisial dan m.fleksor carpi radialis.

Memasuki pergelangan tangan N. Medianus berjalan dibawah retinaculum flexorum;

urutan dari medial ke lateral :

1. Tendo m. fleksor digitorum superfisialis dan posterior terhdadap tendo tersebut adalah tendo

m. fleksor digitorum profundus, kedua kelompok tendo tersebut mempunyai selubung

sinovial bersama.

2. N. Medianus : mempersarafi tiga otot thenar, dua m. lumbricales yang pertama, dan r.

digitalis palmaris 31/2 jari lateral (inervasi sensorik pada kulit permukaan palmar tiga

setengah jari lateral, termasuk kuku pada dorsum manus)

3. Tendo M.fleksor pollicis longus, dikelilingi oelh selubung sinovial

4. Tendo M.flexor carpi radialis yang membelah di retinakulum fleksorum.

15

Page 4: TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2 : Carpal Tunnel

Gambar 3. Anatomi terowongan karpal dan penyusun-penyusunnya

16

Page 5: TINJAUAN PUSTAKA

Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam dasar pergelangan tangan.

Sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianus berjalan di dalam canalis carpi yang dikelilingi

dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang – tulang carpal. Nervus dan tendon memberikan fungsi,

sensibilitas dan pergerakan pada jari – jari tangan. Jari tangan dan otot – otot fleksor pada

pergelangan tangan beserta tendon – tendonnya berorigo pada epicondilus medial pada regio

cubiti dan berinsersi pada tulang – tulang metaphalangeal, interphalangeal proksimal dan

interphalangeal distal yang membentuk jari tangan dan jempol. Canalis carpi berukuran hampir

sebesar ruas jari jempol dan terletak di bagian distal lekukan dalam pergelangan tangan dan

berlanjut ke bagian lengan bawah di regio cubiti sekitar 3 cm.

Tertekannya N. Medianus dapat disebabkan oleh berkurangnya ukuran canalis carpi,

membesarnya ukuran alat yang masuk di dalamnya (pembengkakan jaringan lubrikasi pada

tendon – tendon fleksor) atau keduanya. Gerakan fleksi dengan sudut 90 derajat dapat

mengecilkan ukuran canalis.

Penekanan terhadap N. Medianus yang menyebabkannya semakin masuk di dalam

ligamentum carpi transversum dapat menyebabkan atrofi eminensia thenar, kelemahan pada otot

fleksor pollicis brevis, otot opponens pollicis dan otot abductor pollicis brevis yang diikuti

dengan hilangnya kemampuan sensorik ligametum carpi transversum yang dipersarafi oleh

bagian distal N. Medianus.

Cabang sensorik superfisial dari N. Medianus yang mempercabangkan persarafan

proksimal ligamentum carpi transversum yang berlanjut mempersarafi bagian telapak tangan dan

jari jempol.

I.2. Epidemiologi

Insiden pada kasus ini diantaranya : (1) wanita beresiko 3 kali lipat lebih banyak dari

pada pria, (2) 10% banyak terjadi pada orang dewasa, (3) usia terbanyak 40-50 tahun, (4) angka

kejadian kurang lebih 515/1000 populasi (Parjoto, 2000).

17

Page 6: TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran epidemiologi Keterangan

Frekuensi CTS merupakan kasus tersering dari

peripheral compressive neuropaty

Insidensi 0,1% pada dewasa

Prevalensi keseluruhan sekitar 2,7%

Mortalitas/Morbiditas dengan pengobatan yang adekuat pada awal

terjadinya CTS Kelainan neurologi yang

timbul reversible.

Bila CTS tidak diobati atrofi thenar,

kelemahan tangan yang kronik.

Jenis Kelamin Wanita > Laki-laki

Usia Umumnya usia pertengahan

I.3. Definisi Carpal Tunnel Syndrome

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan tanda dan gejala klinik yang timbul akibat

tekanan terhadap N. Medianus yang berjalan melalui canalis carpi. Sindroma ini juga bisa

diakibatkan karena penekanan arteri dan vena sehingga suplai darah ke nerves medianus

berkurang. Menyebabkan parestesia, mati rasa/rasa kebas, kelemahan otot di tangan, kesemutan

dan nyeri. Penyempitan ruang saraf ini, dapat disebabkan berbagai hal,  dan yang paling sering

terutama akibat  edema atau pembengkakan jaringan.

Meningkatnya tekanan dalam terowongan karpal menyebabkan saraf medianus terjepit

sehingga aliran darah ke tangan menurun akibatnya otot pergelangan tangan akan kekurangan

nutrisi dan O2. Apabila dibiarkan dalam jangka waktu yang lama otot yang kekurangan makanan

tadi akan mengecil sehingga tenaga otot berkurang bahkan bisa menimbulkan cacat permanen.

18

Page 7: TINJAUAN PUSTAKA

I.4. Etiologi Carpal Tunnel Syndrome

Mayoritas kasus carpal tunnel syndrome tak diketahui etiologinya secara pasti (idiopatik).

Carpal tunnel syndrome dapat dihubungkan dengan beragam keadaan yang memicu penekanan

terhadap N. Medianus pada pergelangan tangan. Beberapa kondisi yang dapat memicu timbulnya

carpal tunnel syndrome, antara lain: obesitas, hipotiroidisme, arthritis, diabetes dan trauma.

Penyebab lainnya, faktor intrinsik dengan tekanan kuat dari dalam pada canalis dan

faktor ekstrinsik dengan tekanan kuat berasal dari luar canalis, yang dikarenakan oleh tumor

jinak berupa lipoma, ganglioma, dan malformasi vaskuler. Hingga saat ini masih belum

ditemukan hubungan yang jelas antara pekerjaan dan timbulnya carpal tunnel syndrome atau

dikarenakan adanya masalah kesehatan lain yang tak teridentifikasi.

Hubungan carpal tunnel syndrome dengan penyakit – penyakit lain :

Beragam faktor yang dapat memicu timbulnya CTS (carpal tunnel syndrome) yakni faktor

keturunan, ukuran dari ruas canalis carpi, hubungan penyakit secara lokal dan sistemik, dan

kebiasaan hidup. Penyebab non-traumatik secara umum dapat timbul setelah lewat suatu periode

waktu, dan tidak dipicu oleh hal lain. Kebanyakan faktor pemicu ini dikarenakan manifestasi

penuaan secara fisiologi, antara lain:

Rheumatoid arthritis dan penyakit inflamasi lainnya yang dapat menyebabkan

peradangan pada tendon – tendon fleksor.

Kehamilan dan hipotiroidisme, terjadinya retensi cairan dalam jaringan menyebabkan

pembengkakan pada tenosynovium.

Perempuan hamil beresiko tinggi terkena CTS dikarenakan perubahan hormonal dan

retensi cairan yang sering terjadi pada masa kehamilan.

Cedera di waktu lalu berupa fraktur pada pergelangan tangan.

Kesalahan pengobatan dapat memicu terjadinya retensi cairan atau timbulnya inflamasi

berupa: artritis inflamasi, fraktur Colles, amyloidosis, hipotiroidisme, diabetes mellitus,

acromegaly, dan penggunaan kortikosteroid dan estrogen secara berlebihan.

Carpal tunnel syndrome berhubungan dengan aktivitas repetitif pada tangan dan

pergelangan tangan, bersamaan dengan adanya pemaksaan dan postur yang kaku.

19

Page 8: TINJAUAN PUSTAKA

Acromegaly, kelainan hormon pertumbuhan yang menekan persarafan akibat

pertumbuhan tulang abnormal pada tangan dan pergelangan tangan.

Tumor, biasanya tumor jinak, yakni ganglion atau lipoma, dapat menimbulkan menekan

secara aktif ke dalam canalis carpi dan mengurangi ukuran ruang dalam canalis carpi.

Kejadian ini jarang terjadi (kurang dari 1% dari total insidensi).

Obesitas juga dapat meningkatkan resiko CTS. Individu yang termasuk di dalam

kelompok obese (BMI>29) memiliki resiko 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan individu

yang bertubuh kurus (BMI < 20).

Mutasi heterozygot dalam gen dengan kode SH3TC2 berhubungan dengan Charcot-

Marie-Tooth yang menimbulkan neuropathy termasuk CTS.

I.5. Perubahan patologi

Sindrom CTS terjadi akibat gerakan ekstrim dari pergelangan tangan. Umumnya adalah

gerakan menekuk, membengkok dan menekan dalam waktu lama dan berulang-ulang. Tanpa

disadari gerakan yang terus kontinyu itu mengakibatkan penjepitan dan peradangan otot dan

syaraf di pergelangan tangan. Pengaruh pada pergelangan tangan tidak terasa dalam hitungan

menit kerusakan yang terjadi pada otot atau jaringan syaraf tubuh lainnya karena melakukan

sesuatu secara berulang-ulang dan berlangsung selama bertahun-tahun. Hal ini dapat

menyebabkan nyeri pada otot dan jaringan syaraf yang berawal dari suatu perobekan.

Kontraksi otot secara berulang-ulang atau terus-menerus dan statik akan menimbulkan

spasme sehingga sirkulasi darah menjadi tidak lancar. Hal ini akan menyebabkan penumpukan

asam laktat dan zat-zat kimia seperti bradikinin dan histamine. Ketika terjadi penumpukan zat-

zat tersebut akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris (nosiseptor) dan akan dihantarkan ke

medula spinalis selanjutnya oleh saraf acendent disampaikan ke otak dan akan diinterprestasikan

menjadi rasa nyeri. Dengan adanya rasa nyeri tadi bisa mengakibatkan spasme otot yang

merupakan perlindungan dari adanya nyeri dan penderitanya akan membatasi pergerakannya

terutama yang menimbulkan rasa nyeri. Selanjutnya dalam jangka waktu yang lama dapat timbul

kelemahan otot yang akhirnya menimbulkan gangguan fungsi dan gerak yang berhubungan

dengan fungsi tangan.

20

Page 9: TINJAUAN PUSTAKA

CTS terjadi jika n. Medianus mengalami kompresi dalam struktur anatomis terowongan

carpal. Terjadinya kompresi dapat disebabkan oleh meningkatnya volume dalam terowongan

carpal, pembesaran n. Medianus atau berkurangnya cross-sectional dalam terowongan carpal.

Dari berbagai penyebab tersebut yang menjadi penyebab terbanyak adalah meningkatnya volume

terowongan carpal namun apa yang menjadi penyebab meningkatnya volume ini masih belum

jelas hingga saat ini.

Kompresi ringan pada saraf tepi akan menurunkan aliran darah epineural. Transport

aksonal akan terganggu, akibat kompresi aksonal tekanan dalam endoneural akan meningkat dan

menyebabkan parastesia. Oleh Caillet (1994) kelainan saraf dikategorikan menjadi dua stadium

yaitu (Caillet, 1994).

1) Stadium I

Distensi kapiler intrafasikuler akan meningkatkan tekanan intrafasikuler sehingga

menimbulkan kontriksi kapiler. Selanjutnya terjadi gangguan nutrisi dan hipereksitabilitas

serabut saraf. Jika tekanan terus-menerus sehingga mengganggu sirkulasi vena akan terjadi

odema sehingga terjadi gangguan saraf lebih lanjut.

2) Stadium II

Terjadi kompresi kapiler sehingga menyebabkan anoxia dan berakibat kerusakan endotel

kapiler. Protein masuk ke dalam jaringan dan menyebabkan terjadinya odema lebih lanjut.

Protein tidak dapat keluar melalui perineurium sehingga terjadi akumulasi cairan dalam

endoneurial yang akan menghambat metabolisme dan nutrisi aksonal. Poliferasi fibroblas terjadi

akibat iskemia dan terbentuk jaringan parut yang akan menyebabkan kontriksi jaringan lunak

sekitarnya. Pada stadium akhir ini lesi saraf dapat menjadi ireversibel dan menyebabkan

gangguan motorik dan sensorik permanen.

21

Page 10: TINJAUAN PUSTAKA

Patomekanisme

I.6. Gejala Klinik Carpal Tunnel Syndrome

Carpal Tunnel Syndrome yang tidak diobati (terjadi atrofi otot thenar)

22

Page 11: TINJAUAN PUSTAKA

Carpal tunnel syndrom menimbulkan beragam gejala khas dari gejala sakit sedang

hingga gejala sakit yang berat. Gejala – gejala ini akan semakin bertambah berat dan penderita

yang telah didiagnosis dengan carpal tunnel syndrome akan mengeluhkan sensasi mati rasa

(numbness), kesemutan, dan sensasi terbakar pada jari jempol, jari telunjuk dan jari tengah

dimana ketiga jari tersebut diinervasi oleh N. Medianus. Pada beberapa penderita juga sering

mengeluhkan rasa sakit pada tangan atau pergelangan tangan dan hilangnya kekuatan

menggenggam. Rasa nyeri juga timbul pada lengan dan pundak serta benjolan pada tangan; rasa

nyeri ini akan terasa teramat sakit terutama di malam hari saat tidur.

Tanda dan gejala :

1) Gangguan sensorik

Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja. Gejala awal biasanya

adalah parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa jari seperti terkena aliran listrik (tingling)

pada jari dan setengah sisi radial jari, walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai seluruh jari,

keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala lainya adalah nyeri ditangan

yang juga dirasakan lebih memberat di malam hari sehingga sering membangunkan penderita

dari tidurnya (Coannaly, 1981). Rasa nyeri umunya agak berkurang bila penderita memijat atau

menggerak-gerakan tangannya atau dengan meletakan tangannya pada posisi yang lebih tinggi.

Nyeri juga akan berkurang bila penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya. Bila

penyakit berlanjut rasa nyeri dapat bertambah berat dengan frekuensi serangan yang semakin

sering bahkan dapat menetap. Kadang-kadang nyeri dapat terasa sampai kelengan atas dan leher,

sedangkan parestesia umumnya terbatas di daerah distal pergelangan tangan (Rambe, 2004).

Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekakuan pada jari-jari tangan dan pergalangan

tangan terutama di pagi hari. Gejala ini akan berkurang setelah penderita menggunakan

tangannya. Hiperetesia dapat dijumpai pada daerah yang implus sensoriknya diinervasi oleh

nevus medianus (Coannaly, 1981).

2) Gangguan motoris

Pada tahap lebih lanjut penderita mengeluh jari-jarinya menjadi kurang terampil misalnya

saat atau memungut benda-benda kecil. Kelemahan pada tangan juga sering dinyatakan dengan

keluhan adanya kesulitan yang penderita sewaktu menggenggam. Pada penderita CTS ini pada

23

Page 12: TINJAUAN PUSTAKA

tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar dan otot-otot lainya yang diinervasi oleh

nervus medianus (Maxey, 1990).

I.7. Klasifikasi Carpal Tunnel Syndrome

a. Derajat 0 : asimptomatik

1) Tidak ada gejala dan tanda CTS.

2) Pemeriksaan konduksi saraf sensorik dan motorik mungkin ditemukan kelainan pada

sekitar 20% populasi.

3) Tidak memerlukan terapi.

b. Derajat 1 : simtomatik intermite

1) Parastesia tangan intermiten

2) Tidak ada defisit neurologis

3) Salah satu tes provokasi mungkin positif

4) Pemeriksaan konduksi saraf sensorik dan motorik mungkin tidak normal

5) Terapi konservatif

c. Derajat 2 : simptomatik persisten

1) Defisit neurologis sesuai dengan distribusi saraf medianus

2) Tes provokasi positif

3) Pemeriksaan konduksi saraf sensorik dan motorik tidak normal

4) Terapi konservatif atau operatif

d. Derajat 3 : berat

1) Atrofi otot thenar

2) Pemeriksaan elektromiografis : fibrilasi atau neuropati unit motorik

3) Terapi operatif

24

Page 13: TINJAUAN PUSTAKA

I.8. Diagnosis Carpal Tunnel Syndrome

Diagnosa CTS ditegakkan selain berdasarkan gejala-gejala di atas juga didukung oleh

beberapa pemeriksaan yaitu :

1. Pemeriksaan fisik

Harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan perhatian khusus pada

fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi yang

dapat membantu menegakkan diagnosa CTS adalah 1,8 :

a) Flick's sign. Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-gerakkan jari-

jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong diagnosa CTS. Harus

diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai pada penyakit Raynaud.

b) Thenar wasting. Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot

thenar.

c) Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual maupun

dengan alat dinamometer. Penderita diminta untuk melakukan abduksi maksimal

palmar lalu ujung jari 1 dipertemukan dengan ujung jari lainnya. Di nilai juga kekuatan

jepitan pada ujung jari-jari tersebut. Ketrampilan/ketepatan dinilai dengan meminta

penderita melakukan gerakan yang rumit seperti menulis atau menyulam.

d) Wrist extension test. Penderita melakukan ekstensi tangan secara maksimal, sebaiknya

dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila dalam 60 detik

timbul gejala-gejala seperti CTS, maka tes ini menyokong diagnosa CTS.

e) Phalen's test. Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam waktu 60

detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa. Beberapa penulis

berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan diagnosa CTS.

f) Torniquet test. Dilakukan pemasangan tomiquet dengan menggunakan tensimeter di atas

siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala

seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.

g) Tinel's sign. Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri pada daerah

distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada terowongan karpal dengan

posisi tangan sedikit dorsofleksi.

25

Page 14: TINJAUAN PUSTAKA

h) Pressure test. Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan menggunakan ibu

jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini

menyokong diagnosa.

i) Luthy's sign (bottle's sign). Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari telunjuknya

pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya

dengan rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung diagnosa.

j) Pemeriksaan sensibilitas. Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-point

discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus, tes dianggap

positif dan menyokong diagnosa.

k) Pemeriksaan fungsi otonom. Diperhatikan apakah ada perbedaan keringat, kulit yang

kering atau licin yang terbatas pada daerah innervasi nervus medianus. Bila ada akan

mendukung diagnosa CTS.

2. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)

a) Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik, gelombang positif dan

berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot thenar. Pada beberapa kasus tidak

dijumpai kelainan pada otot-otot lumbrikal. EMG bisa normal pada 31 % kasus CTS.

b) Kecepatan Hantar Saraf (KHS). Pada 15-25% kasus, KHS bisa normal. Pada yang

lainnya KHS akan menurun dan masa laten distal (distal latency) memanjang,

menunjukkan adanya gangguan pada konduksi safar di pergelangan tangan. Masa laten

sensorik lebih sensitif dari masa laten motorik.

3. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan sinar X terhadap pergelangan tangan dapat membantu melihat apakah ada

penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto polos leher berguna untuk menyingkirkan

adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT scan dan MRI dilakukan pada kasus yang

selektif terutama yang akan dioperasi.

4. Pemeriksaan laboratorium

Bila etiologi CTS belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa adanya gerakan

tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan seperti kadar gula darah , kadar

hormon tiroid ataupun darah lengkap.

26

Page 15: TINJAUAN PUSTAKA

I.9. Diagnosis Banding Carpal Tunnel Syndrome

1. Cervical radiculopathy. Biasanya keluhannya berkurang bila leher diistirahatkan dan

bertambah bila leher bergerak. Distribusi gangguan sensorik sesuai dermatomnya.

2. lnoracic outlet syndrome. Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya selain otot-otot thenar.

Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan dan lengan bawah.

3. Pronator teres syndrome. Keluhannya lebih menonjol pada rasa nyeri di telapak tangan

daripada CTS karena cabang nervus medianus ke kulit telapak tangan tidak melalui tunnel

karpal.

4. de Quervain's syndrome. Tenosinovitis dari tendon muskulus abduktor pollicis longus dan

ekstensor pollicis brevis, biasanya akibat gerakan tangan yang repetitif. Gejalanya adalah

rasa nyeri dan nyeri tekan pada pergelangan tangan di dekat ibu jari. KHS normal.

Finkelstein's test : palpasi otot abduktor ibu jari pada saat abduksi pasif ibu jari, positif bila

nyeri bertambah.

I.10. Penatalaksanaan Carpal Tunnel Syndrome

Selain ditujukan langsung terhadap Carpal Tunnel Syndrome terapi juga harus diberikan

terhadap keadaan atau penyakit lain yang mendasari terjadinya Carpal Tunnel Syndrome. Oleh

karena itu sebaiknya terapi Carpal Tunnel Syndrome dibagi atas 2 kelompok, yaitu :

1. Terapi langsung terhadap Carpal Tunnel Syndrome.

a. Terapi konservatif.

1. Istirahatkan pergelangan tangan.

2. Obat anti inflamasi non steroid.

3. Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai dapat dipasang terus-

menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3 minggu.

4. lnjeksi steroid. Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25 mg atau

metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam terowongan karpal dengan

menggunakan jarum no.23 atau 25 pada lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat

pergelangan tangan di sebelah medial tendon musculus palmaris longus. Bila belum

27

Page 16: TINJAUAN PUSTAKA

berhasil, suntikan dapat diulangi setelah 2 minggu atau lebih. Tindakan operasi dapat

dipertimbangkan bila hasil terapi belum memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan.

5. Kontrol cairan, misalnya dengan pemberian diuretika.

6. Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa salah satu penyebab

Carpal Tunnel Syndrome adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka menganjurkan

pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan. Tetapi beberapa penulis lainnya

berpendapat bahwa pemberian piridoksin tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan

neuropati bila diberikan dalam dosis besar

7. Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan tangan.

b. Terapi operatif.

Tindakan operasi pada Carpal Tunnel Syndrome disebut neurolisis nervus medianus pada

pergelangan tangan. Operasi hanya dilakukan pacta kasus yang tidak mengalami perbaikan

dengan terapi konservatif atau hila terjadi gangguan sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-

otot thenar. Pada Carpal Tunnel Syndrome bilateral biasanya operasi pertama dilakukan pada

tangan yang paling nyeri walaupun dapat sekaligus dilakukan operasi bilateral. Penulis lain

menyatakan bahwa tindakan operasi mutlak dilakukan hila terapi konservatif gagal atau bila ada

atrofi otot-otot thenar, sedangkan indikasi relatif tindakan operasi adalah hilangnya sensibilitas

yang persisten.

28

Page 17: TINJAUAN PUSTAKA

Biasanya tindakan operasi Carpal Tunnel Syndrome dilakukan secara terbuka dengan

anestesi lokal, tetapi sekarang telah dikembangkan teknik operasi secara endoskopik. Operasi

endoskopik memungkinkan mobilisasi penderita secara dini dengan jaringan parut yang minimal,

tetapi karena terbatasnya lapangan operasi tindakan ini lebih sering menimbulkan komplikasi

operasi seperti cedera pada saraf.. Beberapa penyebab Carpal Tunnel Syndrome seperti adanya

massa atau anomali maupun tenosinovitis pacta terowongan karpal lebih baik dioperasi secara

terbuka

2. Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari Carpal Tunnel Syndrome.

Keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya Carpal Tunnel Syndrome harus

ditanggulangi, sebab bila tidak dapat menimbulkan kekambuhan Carpal Tunnel Syndrome

kembali. Pada keadaan di mana Carpal Tunnel Syndrome terjadi akibat gerakan tangan yang

repetitif harus dilakukan penyesuaian ataupun pencegahan.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya Carpal Tunnel Syndrome

atau mencegah kekambuhannya antara lain :

Usahakan agar pergelangan tangan selalu dalam posisi netral

Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda. Gunakanlah seluruh tangan dan jari-

jari untuk menggenggam sebuah benda, jangan hanya menggunakan ibu jari dan telunjuk.

Batasi gerakan tangan yang repetitif.

Istirahatkan tangan secara periodik.

Kurangi kecepatan dan kekuatan tangan agar pergelangan tangan memiliki waktu untuk

beristirahat.

Latih otot-otot tangan dan lengan bawah dengan melakukan peregangan secara teratur

29

Page 18: TINJAUAN PUSTAKA

Di samping itu perlu pula diperhatikan beberapa penyakit yang sering mendasari

terjadinya Carpal Tunnel Syndrome seperti: trauma akut maupun kronik pada pergelangan

tangan dan daerah sekitarnya, gagal ginjal, penderita yang sering dihemodialisa,myxedema akibat

hipotiroidi, akromegali akibat tumor hipofise, kehamilan atau penggunaan pil kontrasepsi,

penyakit kolagen vaskular, artritis, tenosinovitis, infeksi pergelangan tangan, obesitas dan

penyakit lain yang dapat menyebabkan retensi cairan atau menyebabkan bertambahnya isi

terowongan karpal.

I.11. Prognosis

Secara umum prognosa untuk CTS adalah baik dengan terapi yang tepat.dan prognosis

lebih bak pada gejala yang ringan, dan pada beberapa pasien yang sudah diterapi masih terdapat

gejala sisa seperti baal pada ujung-ujung jari . Pada penderita yang mendapat terapi konservatif

atau operasi hanya akan ditemukan gejala sisa atau kerusakan saraf yang minimal. Tetapi bila

gejala awal CTS dibiarkan, maka penyakitnya akan menjadi progresif. CTS yang kronis dapat

berakhir pada kerusakan saraf yang permanent, seperti baal, atrofi dan parese otot.

Prognosa operasi juga baik, tetapi karena operasi hanya melakukan pada penderita yang

sudah lama menderita CTS penyembuhan post ratifnya bertahap. Perbaikan yang paling cepat

dirasakan adalah hilangnya rasa nyeri yang kemudian diikuti perbaikan sensorik. Biasanya

perbaikan motorik dan otot-otot yang mengalami atrofi baru diperoleh kemudian. Keseluruhan

proses perbaikan CTS setelah operasi ada yang sampai memakan waktu 18 bulan 1.

Bila setelah dilakukan tindakan operasi, tidak juga diperoleh perbaikan maka

dipertimbangkan kembali kemungkinan berikut ini 1,8 :

1. Kesalahan menegakkan diagnosa, mungkin jebakan/tekanan terhadap nervus medianus

terletak di tempat yang lebih proksimal.

2. Telah terjadi kerusakan total pada nervus medianus.

3. Terjadi CTS yang baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti akibat edema, perlengketan,

infeksi, hematoma atau jaringan parut hipertrofik.

30

Page 19: TINJAUAN PUSTAKA

I.12. Komplikasi Carpal Tunnel Syndrome

Komplikasi yang dapat dijumpai adalah kelemahan dan hilangnya sensibilitas yang

persisten di daerah distribusi nervus medianus. Komplikasi yang paling berat adalah reflek

sympathetic dystrophy yang ditandai dengan nyeri hebat, hiperalgesia, disestesia dan ganggaun

trofik.

Sekalipun prognosa Carpal Tunnel Syndrome dengan terapi konservatif maupun operatif

cukup baik ,tetapi resiko untuk kambuh kembali masih tetap ada. Bila terjadi kekambuhan,

prosedur terapi baik konservatif atau operatif dapat diulangi kembali.

31

Page 20: TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

1. Sabiston, 1999, Buku Ajar Bedah, Bagian 2, EGC, Jakarta, Cetakan I, hal 347.

2. Mardjono, prof. Dr. Mahar. Neurologi Klinis Dasar : Gangguan Somestesia Akibat

neuritis N. Medianus. Dian rakyat. Jakarta. 1981. Hal : 108-109.

3. www.assh.org/content/navigation_menu/CTS/2001 .

4. http://medicastore.com/penyakit/591/Sindrom_Carpal_Tunnel__.html 5

5. www.medicinet.com/CTS/2002

6. http://www.wesleyhandcentre.com.au/pdf/carpal-tunnel-syndrome.pdf

7. http://www.myraffaell.com/blog/soal-carpal-tunnel-syndrome-cts/

32