TINJAUAN PUSTAKA
description
Transcript of TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
Carpal Tunnel Syndrome
I.1. Anatomi
Terowongan carpal terletak pada pergelangan tangan yang kerangkanya dibentuk oleh 8
tulang carpal yang tersusun atas 2 deretan. Bagian proksimal (terdiri dari lateral dan medial :
naviculare, lunatum, triquertum dan psiformis) dan bagian distal (trapezium, trapezoideum,
capitatum dan hamatum). Tulang-tulang tangan susunannya membusur dengan bagian konkaf
menghadap kearah telapak tangan. Bagian tersebut terdiri dari ruangan yang tertutup oleh
ligamentum carpi transversum sehingga terbentuk suatu terusan yang sempit yang disebut
terowongan carpal.
Terowongan terdiri dari banyak struktur yaitu : a) empat tendon dari m. Flexsor
digitorum supervisialis, b) empat dari m. Flexsor digitorum profundus, c) tendon dari m. Flexor
pollicis longus, d) n medianus (De Wolf, 1994).
N. Medianus dibentuk dari persatuan radiks lateral N. medianus dan radiks medial N.
Medianus. Saraf ini akan berjalan ke bawah pada sisi lateral a. brachialis. Pada pertengahan
lengan atas, saraf ini menyilang a. brachialis dan terus berjalan ke bawah pada sisi medial a.
brachialis. Oleh karena itu saraf, seperti juga arteri, terletak superfisial, tetapi pada siku saraf ini
disilang oleh aponeurosis bicipitalis. Pada lengan atas N. medianus tidak mempunyai
percabangan kecuali untuk saraf vasomotor kecil untuk a. brachialis. N. medianus meninggalkan
fossa cubiti dengan berjalan di antara kedua caput m.pronantor teres dan terpisah dari a.ulnaris
oleh caput ulnare tersebut. Saraf ini berjalan ke bawah di bawah m.flexor digitorum superficialis
dan melekat ke permukaan dalam otot ini melalui jaringan ikat. Saraf ini terletak posterior dari
m. flexor digitorum profundus. Pada pergelangan tangan, N. Medianus keluar dari pinggir lateral
m. flexor digitorum profundus, dan terletak di belakang tendo m.palmaris longus. Cabang-
cabang N.Medianus pada ruang fasial anterior lengan bawah :
13
1. R. Muscularis : pada fossa cubiti, mempersarafi m.pronator teres, m.fleksor carpi radialis,
m.palmaris longus, dan m. fleksor digitorum profundus
2. R. Articularis : ke sendi siku
3. N. interosseus anterior : M.fleksor pollicis longus, M. pronator quadratus, dan setengah
bagian lateral m.fleksor digitorum profundus, sendi pergelangan tangan, art.radioulnaris, dan
sendi-sendi tapak tangan.
4. R. cutaneus palmaris : berasal dari sepertiga bawah lengan bawah, menyilang di depan
retinaculum flexorum dan mempersarafi kulit pada setengah bagian lateral telapak tangan..
Gambar 1 : Perjalanan N. Medianus
14
Carpal Tunnel
Permukaan anterior tulang tapak tangan sangat cekung dan membentuk saluran tulang.
Saluran tersebut menjadi terowongan karena adanya retinakulum flexorum. Tendo panjang m.
fleksor digitorum dan m. fleksor pollicis longus berjalan melalui canalis carpi dan berjalan
bersama N. Medianus.
Di lateral ke delapan tendo m.fleksor digitorum superfisialis dan profundus diliputi
selubung sinozial bersama. Ini memungkinkan suplai darah ke tendo dari sisi lateral.
Tendo m.fleksor pollicis longus berjalan melalui bagian lateral canalis carpalai di dalam
selubung sinovialnya sendiri.
N. medianus berjalan di bawah retinaculum fleksorum di dalam ruang yang menyempit di
antara m.fleksor digitorum superfisial dan m.fleksor carpi radialis.
Memasuki pergelangan tangan N. Medianus berjalan dibawah retinaculum flexorum;
urutan dari medial ke lateral :
1. Tendo m. fleksor digitorum superfisialis dan posterior terhdadap tendo tersebut adalah tendo
m. fleksor digitorum profundus, kedua kelompok tendo tersebut mempunyai selubung
sinovial bersama.
2. N. Medianus : mempersarafi tiga otot thenar, dua m. lumbricales yang pertama, dan r.
digitalis palmaris 31/2 jari lateral (inervasi sensorik pada kulit permukaan palmar tiga
setengah jari lateral, termasuk kuku pada dorsum manus)
3. Tendo M.fleksor pollicis longus, dikelilingi oelh selubung sinovial
4. Tendo M.flexor carpi radialis yang membelah di retinakulum fleksorum.
15
Gambar 2 : Carpal Tunnel
Gambar 3. Anatomi terowongan karpal dan penyusun-penyusunnya
16
Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam dasar pergelangan tangan.
Sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianus berjalan di dalam canalis carpi yang dikelilingi
dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang – tulang carpal. Nervus dan tendon memberikan fungsi,
sensibilitas dan pergerakan pada jari – jari tangan. Jari tangan dan otot – otot fleksor pada
pergelangan tangan beserta tendon – tendonnya berorigo pada epicondilus medial pada regio
cubiti dan berinsersi pada tulang – tulang metaphalangeal, interphalangeal proksimal dan
interphalangeal distal yang membentuk jari tangan dan jempol. Canalis carpi berukuran hampir
sebesar ruas jari jempol dan terletak di bagian distal lekukan dalam pergelangan tangan dan
berlanjut ke bagian lengan bawah di regio cubiti sekitar 3 cm.
Tertekannya N. Medianus dapat disebabkan oleh berkurangnya ukuran canalis carpi,
membesarnya ukuran alat yang masuk di dalamnya (pembengkakan jaringan lubrikasi pada
tendon – tendon fleksor) atau keduanya. Gerakan fleksi dengan sudut 90 derajat dapat
mengecilkan ukuran canalis.
Penekanan terhadap N. Medianus yang menyebabkannya semakin masuk di dalam
ligamentum carpi transversum dapat menyebabkan atrofi eminensia thenar, kelemahan pada otot
fleksor pollicis brevis, otot opponens pollicis dan otot abductor pollicis brevis yang diikuti
dengan hilangnya kemampuan sensorik ligametum carpi transversum yang dipersarafi oleh
bagian distal N. Medianus.
Cabang sensorik superfisial dari N. Medianus yang mempercabangkan persarafan
proksimal ligamentum carpi transversum yang berlanjut mempersarafi bagian telapak tangan dan
jari jempol.
I.2. Epidemiologi
Insiden pada kasus ini diantaranya : (1) wanita beresiko 3 kali lipat lebih banyak dari
pada pria, (2) 10% banyak terjadi pada orang dewasa, (3) usia terbanyak 40-50 tahun, (4) angka
kejadian kurang lebih 515/1000 populasi (Parjoto, 2000).
17
Gambaran epidemiologi Keterangan
Frekuensi CTS merupakan kasus tersering dari
peripheral compressive neuropaty
Insidensi 0,1% pada dewasa
Prevalensi keseluruhan sekitar 2,7%
Mortalitas/Morbiditas dengan pengobatan yang adekuat pada awal
terjadinya CTS Kelainan neurologi yang
timbul reversible.
Bila CTS tidak diobati atrofi thenar,
kelemahan tangan yang kronik.
Jenis Kelamin Wanita > Laki-laki
Usia Umumnya usia pertengahan
I.3. Definisi Carpal Tunnel Syndrome
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan tanda dan gejala klinik yang timbul akibat
tekanan terhadap N. Medianus yang berjalan melalui canalis carpi. Sindroma ini juga bisa
diakibatkan karena penekanan arteri dan vena sehingga suplai darah ke nerves medianus
berkurang. Menyebabkan parestesia, mati rasa/rasa kebas, kelemahan otot di tangan, kesemutan
dan nyeri. Penyempitan ruang saraf ini, dapat disebabkan berbagai hal, dan yang paling sering
terutama akibat edema atau pembengkakan jaringan.
Meningkatnya tekanan dalam terowongan karpal menyebabkan saraf medianus terjepit
sehingga aliran darah ke tangan menurun akibatnya otot pergelangan tangan akan kekurangan
nutrisi dan O2. Apabila dibiarkan dalam jangka waktu yang lama otot yang kekurangan makanan
tadi akan mengecil sehingga tenaga otot berkurang bahkan bisa menimbulkan cacat permanen.
18
I.4. Etiologi Carpal Tunnel Syndrome
Mayoritas kasus carpal tunnel syndrome tak diketahui etiologinya secara pasti (idiopatik).
Carpal tunnel syndrome dapat dihubungkan dengan beragam keadaan yang memicu penekanan
terhadap N. Medianus pada pergelangan tangan. Beberapa kondisi yang dapat memicu timbulnya
carpal tunnel syndrome, antara lain: obesitas, hipotiroidisme, arthritis, diabetes dan trauma.
Penyebab lainnya, faktor intrinsik dengan tekanan kuat dari dalam pada canalis dan
faktor ekstrinsik dengan tekanan kuat berasal dari luar canalis, yang dikarenakan oleh tumor
jinak berupa lipoma, ganglioma, dan malformasi vaskuler. Hingga saat ini masih belum
ditemukan hubungan yang jelas antara pekerjaan dan timbulnya carpal tunnel syndrome atau
dikarenakan adanya masalah kesehatan lain yang tak teridentifikasi.
Hubungan carpal tunnel syndrome dengan penyakit – penyakit lain :
Beragam faktor yang dapat memicu timbulnya CTS (carpal tunnel syndrome) yakni faktor
keturunan, ukuran dari ruas canalis carpi, hubungan penyakit secara lokal dan sistemik, dan
kebiasaan hidup. Penyebab non-traumatik secara umum dapat timbul setelah lewat suatu periode
waktu, dan tidak dipicu oleh hal lain. Kebanyakan faktor pemicu ini dikarenakan manifestasi
penuaan secara fisiologi, antara lain:
Rheumatoid arthritis dan penyakit inflamasi lainnya yang dapat menyebabkan
peradangan pada tendon – tendon fleksor.
Kehamilan dan hipotiroidisme, terjadinya retensi cairan dalam jaringan menyebabkan
pembengkakan pada tenosynovium.
Perempuan hamil beresiko tinggi terkena CTS dikarenakan perubahan hormonal dan
retensi cairan yang sering terjadi pada masa kehamilan.
Cedera di waktu lalu berupa fraktur pada pergelangan tangan.
Kesalahan pengobatan dapat memicu terjadinya retensi cairan atau timbulnya inflamasi
berupa: artritis inflamasi, fraktur Colles, amyloidosis, hipotiroidisme, diabetes mellitus,
acromegaly, dan penggunaan kortikosteroid dan estrogen secara berlebihan.
Carpal tunnel syndrome berhubungan dengan aktivitas repetitif pada tangan dan
pergelangan tangan, bersamaan dengan adanya pemaksaan dan postur yang kaku.
19
Acromegaly, kelainan hormon pertumbuhan yang menekan persarafan akibat
pertumbuhan tulang abnormal pada tangan dan pergelangan tangan.
Tumor, biasanya tumor jinak, yakni ganglion atau lipoma, dapat menimbulkan menekan
secara aktif ke dalam canalis carpi dan mengurangi ukuran ruang dalam canalis carpi.
Kejadian ini jarang terjadi (kurang dari 1% dari total insidensi).
Obesitas juga dapat meningkatkan resiko CTS. Individu yang termasuk di dalam
kelompok obese (BMI>29) memiliki resiko 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan individu
yang bertubuh kurus (BMI < 20).
Mutasi heterozygot dalam gen dengan kode SH3TC2 berhubungan dengan Charcot-
Marie-Tooth yang menimbulkan neuropathy termasuk CTS.
I.5. Perubahan patologi
Sindrom CTS terjadi akibat gerakan ekstrim dari pergelangan tangan. Umumnya adalah
gerakan menekuk, membengkok dan menekan dalam waktu lama dan berulang-ulang. Tanpa
disadari gerakan yang terus kontinyu itu mengakibatkan penjepitan dan peradangan otot dan
syaraf di pergelangan tangan. Pengaruh pada pergelangan tangan tidak terasa dalam hitungan
menit kerusakan yang terjadi pada otot atau jaringan syaraf tubuh lainnya karena melakukan
sesuatu secara berulang-ulang dan berlangsung selama bertahun-tahun. Hal ini dapat
menyebabkan nyeri pada otot dan jaringan syaraf yang berawal dari suatu perobekan.
Kontraksi otot secara berulang-ulang atau terus-menerus dan statik akan menimbulkan
spasme sehingga sirkulasi darah menjadi tidak lancar. Hal ini akan menyebabkan penumpukan
asam laktat dan zat-zat kimia seperti bradikinin dan histamine. Ketika terjadi penumpukan zat-
zat tersebut akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris (nosiseptor) dan akan dihantarkan ke
medula spinalis selanjutnya oleh saraf acendent disampaikan ke otak dan akan diinterprestasikan
menjadi rasa nyeri. Dengan adanya rasa nyeri tadi bisa mengakibatkan spasme otot yang
merupakan perlindungan dari adanya nyeri dan penderitanya akan membatasi pergerakannya
terutama yang menimbulkan rasa nyeri. Selanjutnya dalam jangka waktu yang lama dapat timbul
kelemahan otot yang akhirnya menimbulkan gangguan fungsi dan gerak yang berhubungan
dengan fungsi tangan.
20
CTS terjadi jika n. Medianus mengalami kompresi dalam struktur anatomis terowongan
carpal. Terjadinya kompresi dapat disebabkan oleh meningkatnya volume dalam terowongan
carpal, pembesaran n. Medianus atau berkurangnya cross-sectional dalam terowongan carpal.
Dari berbagai penyebab tersebut yang menjadi penyebab terbanyak adalah meningkatnya volume
terowongan carpal namun apa yang menjadi penyebab meningkatnya volume ini masih belum
jelas hingga saat ini.
Kompresi ringan pada saraf tepi akan menurunkan aliran darah epineural. Transport
aksonal akan terganggu, akibat kompresi aksonal tekanan dalam endoneural akan meningkat dan
menyebabkan parastesia. Oleh Caillet (1994) kelainan saraf dikategorikan menjadi dua stadium
yaitu (Caillet, 1994).
1) Stadium I
Distensi kapiler intrafasikuler akan meningkatkan tekanan intrafasikuler sehingga
menimbulkan kontriksi kapiler. Selanjutnya terjadi gangguan nutrisi dan hipereksitabilitas
serabut saraf. Jika tekanan terus-menerus sehingga mengganggu sirkulasi vena akan terjadi
odema sehingga terjadi gangguan saraf lebih lanjut.
2) Stadium II
Terjadi kompresi kapiler sehingga menyebabkan anoxia dan berakibat kerusakan endotel
kapiler. Protein masuk ke dalam jaringan dan menyebabkan terjadinya odema lebih lanjut.
Protein tidak dapat keluar melalui perineurium sehingga terjadi akumulasi cairan dalam
endoneurial yang akan menghambat metabolisme dan nutrisi aksonal. Poliferasi fibroblas terjadi
akibat iskemia dan terbentuk jaringan parut yang akan menyebabkan kontriksi jaringan lunak
sekitarnya. Pada stadium akhir ini lesi saraf dapat menjadi ireversibel dan menyebabkan
gangguan motorik dan sensorik permanen.
21
Patomekanisme
I.6. Gejala Klinik Carpal Tunnel Syndrome
Carpal Tunnel Syndrome yang tidak diobati (terjadi atrofi otot thenar)
22
Carpal tunnel syndrom menimbulkan beragam gejala khas dari gejala sakit sedang
hingga gejala sakit yang berat. Gejala – gejala ini akan semakin bertambah berat dan penderita
yang telah didiagnosis dengan carpal tunnel syndrome akan mengeluhkan sensasi mati rasa
(numbness), kesemutan, dan sensasi terbakar pada jari jempol, jari telunjuk dan jari tengah
dimana ketiga jari tersebut diinervasi oleh N. Medianus. Pada beberapa penderita juga sering
mengeluhkan rasa sakit pada tangan atau pergelangan tangan dan hilangnya kekuatan
menggenggam. Rasa nyeri juga timbul pada lengan dan pundak serta benjolan pada tangan; rasa
nyeri ini akan terasa teramat sakit terutama di malam hari saat tidur.
Tanda dan gejala :
1) Gangguan sensorik
Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja. Gejala awal biasanya
adalah parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa jari seperti terkena aliran listrik (tingling)
pada jari dan setengah sisi radial jari, walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai seluruh jari,
keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala lainya adalah nyeri ditangan
yang juga dirasakan lebih memberat di malam hari sehingga sering membangunkan penderita
dari tidurnya (Coannaly, 1981). Rasa nyeri umunya agak berkurang bila penderita memijat atau
menggerak-gerakan tangannya atau dengan meletakan tangannya pada posisi yang lebih tinggi.
Nyeri juga akan berkurang bila penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya. Bila
penyakit berlanjut rasa nyeri dapat bertambah berat dengan frekuensi serangan yang semakin
sering bahkan dapat menetap. Kadang-kadang nyeri dapat terasa sampai kelengan atas dan leher,
sedangkan parestesia umumnya terbatas di daerah distal pergelangan tangan (Rambe, 2004).
Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekakuan pada jari-jari tangan dan pergalangan
tangan terutama di pagi hari. Gejala ini akan berkurang setelah penderita menggunakan
tangannya. Hiperetesia dapat dijumpai pada daerah yang implus sensoriknya diinervasi oleh
nevus medianus (Coannaly, 1981).
2) Gangguan motoris
Pada tahap lebih lanjut penderita mengeluh jari-jarinya menjadi kurang terampil misalnya
saat atau memungut benda-benda kecil. Kelemahan pada tangan juga sering dinyatakan dengan
keluhan adanya kesulitan yang penderita sewaktu menggenggam. Pada penderita CTS ini pada
23
tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar dan otot-otot lainya yang diinervasi oleh
nervus medianus (Maxey, 1990).
I.7. Klasifikasi Carpal Tunnel Syndrome
a. Derajat 0 : asimptomatik
1) Tidak ada gejala dan tanda CTS.
2) Pemeriksaan konduksi saraf sensorik dan motorik mungkin ditemukan kelainan pada
sekitar 20% populasi.
3) Tidak memerlukan terapi.
b. Derajat 1 : simtomatik intermite
1) Parastesia tangan intermiten
2) Tidak ada defisit neurologis
3) Salah satu tes provokasi mungkin positif
4) Pemeriksaan konduksi saraf sensorik dan motorik mungkin tidak normal
5) Terapi konservatif
c. Derajat 2 : simptomatik persisten
1) Defisit neurologis sesuai dengan distribusi saraf medianus
2) Tes provokasi positif
3) Pemeriksaan konduksi saraf sensorik dan motorik tidak normal
4) Terapi konservatif atau operatif
d. Derajat 3 : berat
1) Atrofi otot thenar
2) Pemeriksaan elektromiografis : fibrilasi atau neuropati unit motorik
3) Terapi operatif
24
I.8. Diagnosis Carpal Tunnel Syndrome
Diagnosa CTS ditegakkan selain berdasarkan gejala-gejala di atas juga didukung oleh
beberapa pemeriksaan yaitu :
1. Pemeriksaan fisik
Harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan perhatian khusus pada
fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi yang
dapat membantu menegakkan diagnosa CTS adalah 1,8 :
a) Flick's sign. Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-gerakkan jari-
jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong diagnosa CTS. Harus
diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai pada penyakit Raynaud.
b) Thenar wasting. Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot
thenar.
c) Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual maupun
dengan alat dinamometer. Penderita diminta untuk melakukan abduksi maksimal
palmar lalu ujung jari 1 dipertemukan dengan ujung jari lainnya. Di nilai juga kekuatan
jepitan pada ujung jari-jari tersebut. Ketrampilan/ketepatan dinilai dengan meminta
penderita melakukan gerakan yang rumit seperti menulis atau menyulam.
d) Wrist extension test. Penderita melakukan ekstensi tangan secara maksimal, sebaiknya
dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila dalam 60 detik
timbul gejala-gejala seperti CTS, maka tes ini menyokong diagnosa CTS.
e) Phalen's test. Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam waktu 60
detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa. Beberapa penulis
berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan diagnosa CTS.
f) Torniquet test. Dilakukan pemasangan tomiquet dengan menggunakan tensimeter di atas
siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala
seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.
g) Tinel's sign. Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri pada daerah
distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada terowongan karpal dengan
posisi tangan sedikit dorsofleksi.
25
h) Pressure test. Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan menggunakan ibu
jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini
menyokong diagnosa.
i) Luthy's sign (bottle's sign). Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari telunjuknya
pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya
dengan rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung diagnosa.
j) Pemeriksaan sensibilitas. Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-point
discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus, tes dianggap
positif dan menyokong diagnosa.
k) Pemeriksaan fungsi otonom. Diperhatikan apakah ada perbedaan keringat, kulit yang
kering atau licin yang terbatas pada daerah innervasi nervus medianus. Bila ada akan
mendukung diagnosa CTS.
2. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)
a) Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik, gelombang positif dan
berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot thenar. Pada beberapa kasus tidak
dijumpai kelainan pada otot-otot lumbrikal. EMG bisa normal pada 31 % kasus CTS.
b) Kecepatan Hantar Saraf (KHS). Pada 15-25% kasus, KHS bisa normal. Pada yang
lainnya KHS akan menurun dan masa laten distal (distal latency) memanjang,
menunjukkan adanya gangguan pada konduksi safar di pergelangan tangan. Masa laten
sensorik lebih sensitif dari masa laten motorik.
3. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan sinar X terhadap pergelangan tangan dapat membantu melihat apakah ada
penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto polos leher berguna untuk menyingkirkan
adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT scan dan MRI dilakukan pada kasus yang
selektif terutama yang akan dioperasi.
4. Pemeriksaan laboratorium
Bila etiologi CTS belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa adanya gerakan
tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan seperti kadar gula darah , kadar
hormon tiroid ataupun darah lengkap.
26
I.9. Diagnosis Banding Carpal Tunnel Syndrome
1. Cervical radiculopathy. Biasanya keluhannya berkurang bila leher diistirahatkan dan
bertambah bila leher bergerak. Distribusi gangguan sensorik sesuai dermatomnya.
2. lnoracic outlet syndrome. Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya selain otot-otot thenar.
Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan dan lengan bawah.
3. Pronator teres syndrome. Keluhannya lebih menonjol pada rasa nyeri di telapak tangan
daripada CTS karena cabang nervus medianus ke kulit telapak tangan tidak melalui tunnel
karpal.
4. de Quervain's syndrome. Tenosinovitis dari tendon muskulus abduktor pollicis longus dan
ekstensor pollicis brevis, biasanya akibat gerakan tangan yang repetitif. Gejalanya adalah
rasa nyeri dan nyeri tekan pada pergelangan tangan di dekat ibu jari. KHS normal.
Finkelstein's test : palpasi otot abduktor ibu jari pada saat abduksi pasif ibu jari, positif bila
nyeri bertambah.
I.10. Penatalaksanaan Carpal Tunnel Syndrome
Selain ditujukan langsung terhadap Carpal Tunnel Syndrome terapi juga harus diberikan
terhadap keadaan atau penyakit lain yang mendasari terjadinya Carpal Tunnel Syndrome. Oleh
karena itu sebaiknya terapi Carpal Tunnel Syndrome dibagi atas 2 kelompok, yaitu :
1. Terapi langsung terhadap Carpal Tunnel Syndrome.
a. Terapi konservatif.
1. Istirahatkan pergelangan tangan.
2. Obat anti inflamasi non steroid.
3. Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai dapat dipasang terus-
menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3 minggu.
4. lnjeksi steroid. Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25 mg atau
metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam terowongan karpal dengan
menggunakan jarum no.23 atau 25 pada lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat
pergelangan tangan di sebelah medial tendon musculus palmaris longus. Bila belum
27
berhasil, suntikan dapat diulangi setelah 2 minggu atau lebih. Tindakan operasi dapat
dipertimbangkan bila hasil terapi belum memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan.
5. Kontrol cairan, misalnya dengan pemberian diuretika.
6. Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa salah satu penyebab
Carpal Tunnel Syndrome adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka menganjurkan
pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan. Tetapi beberapa penulis lainnya
berpendapat bahwa pemberian piridoksin tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan
neuropati bila diberikan dalam dosis besar
7. Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan tangan.
b. Terapi operatif.
Tindakan operasi pada Carpal Tunnel Syndrome disebut neurolisis nervus medianus pada
pergelangan tangan. Operasi hanya dilakukan pacta kasus yang tidak mengalami perbaikan
dengan terapi konservatif atau hila terjadi gangguan sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-
otot thenar. Pada Carpal Tunnel Syndrome bilateral biasanya operasi pertama dilakukan pada
tangan yang paling nyeri walaupun dapat sekaligus dilakukan operasi bilateral. Penulis lain
menyatakan bahwa tindakan operasi mutlak dilakukan hila terapi konservatif gagal atau bila ada
atrofi otot-otot thenar, sedangkan indikasi relatif tindakan operasi adalah hilangnya sensibilitas
yang persisten.
28
Biasanya tindakan operasi Carpal Tunnel Syndrome dilakukan secara terbuka dengan
anestesi lokal, tetapi sekarang telah dikembangkan teknik operasi secara endoskopik. Operasi
endoskopik memungkinkan mobilisasi penderita secara dini dengan jaringan parut yang minimal,
tetapi karena terbatasnya lapangan operasi tindakan ini lebih sering menimbulkan komplikasi
operasi seperti cedera pada saraf.. Beberapa penyebab Carpal Tunnel Syndrome seperti adanya
massa atau anomali maupun tenosinovitis pacta terowongan karpal lebih baik dioperasi secara
terbuka
2. Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari Carpal Tunnel Syndrome.
Keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya Carpal Tunnel Syndrome harus
ditanggulangi, sebab bila tidak dapat menimbulkan kekambuhan Carpal Tunnel Syndrome
kembali. Pada keadaan di mana Carpal Tunnel Syndrome terjadi akibat gerakan tangan yang
repetitif harus dilakukan penyesuaian ataupun pencegahan.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya Carpal Tunnel Syndrome
atau mencegah kekambuhannya antara lain :
Usahakan agar pergelangan tangan selalu dalam posisi netral
Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda. Gunakanlah seluruh tangan dan jari-
jari untuk menggenggam sebuah benda, jangan hanya menggunakan ibu jari dan telunjuk.
Batasi gerakan tangan yang repetitif.
Istirahatkan tangan secara periodik.
Kurangi kecepatan dan kekuatan tangan agar pergelangan tangan memiliki waktu untuk
beristirahat.
Latih otot-otot tangan dan lengan bawah dengan melakukan peregangan secara teratur
29
Di samping itu perlu pula diperhatikan beberapa penyakit yang sering mendasari
terjadinya Carpal Tunnel Syndrome seperti: trauma akut maupun kronik pada pergelangan
tangan dan daerah sekitarnya, gagal ginjal, penderita yang sering dihemodialisa,myxedema akibat
hipotiroidi, akromegali akibat tumor hipofise, kehamilan atau penggunaan pil kontrasepsi,
penyakit kolagen vaskular, artritis, tenosinovitis, infeksi pergelangan tangan, obesitas dan
penyakit lain yang dapat menyebabkan retensi cairan atau menyebabkan bertambahnya isi
terowongan karpal.
I.11. Prognosis
Secara umum prognosa untuk CTS adalah baik dengan terapi yang tepat.dan prognosis
lebih bak pada gejala yang ringan, dan pada beberapa pasien yang sudah diterapi masih terdapat
gejala sisa seperti baal pada ujung-ujung jari . Pada penderita yang mendapat terapi konservatif
atau operasi hanya akan ditemukan gejala sisa atau kerusakan saraf yang minimal. Tetapi bila
gejala awal CTS dibiarkan, maka penyakitnya akan menjadi progresif. CTS yang kronis dapat
berakhir pada kerusakan saraf yang permanent, seperti baal, atrofi dan parese otot.
Prognosa operasi juga baik, tetapi karena operasi hanya melakukan pada penderita yang
sudah lama menderita CTS penyembuhan post ratifnya bertahap. Perbaikan yang paling cepat
dirasakan adalah hilangnya rasa nyeri yang kemudian diikuti perbaikan sensorik. Biasanya
perbaikan motorik dan otot-otot yang mengalami atrofi baru diperoleh kemudian. Keseluruhan
proses perbaikan CTS setelah operasi ada yang sampai memakan waktu 18 bulan 1.
Bila setelah dilakukan tindakan operasi, tidak juga diperoleh perbaikan maka
dipertimbangkan kembali kemungkinan berikut ini 1,8 :
1. Kesalahan menegakkan diagnosa, mungkin jebakan/tekanan terhadap nervus medianus
terletak di tempat yang lebih proksimal.
2. Telah terjadi kerusakan total pada nervus medianus.
3. Terjadi CTS yang baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti akibat edema, perlengketan,
infeksi, hematoma atau jaringan parut hipertrofik.
30
I.12. Komplikasi Carpal Tunnel Syndrome
Komplikasi yang dapat dijumpai adalah kelemahan dan hilangnya sensibilitas yang
persisten di daerah distribusi nervus medianus. Komplikasi yang paling berat adalah reflek
sympathetic dystrophy yang ditandai dengan nyeri hebat, hiperalgesia, disestesia dan ganggaun
trofik.
Sekalipun prognosa Carpal Tunnel Syndrome dengan terapi konservatif maupun operatif
cukup baik ,tetapi resiko untuk kambuh kembali masih tetap ada. Bila terjadi kekambuhan,
prosedur terapi baik konservatif atau operatif dapat diulangi kembali.
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Sabiston, 1999, Buku Ajar Bedah, Bagian 2, EGC, Jakarta, Cetakan I, hal 347.
2. Mardjono, prof. Dr. Mahar. Neurologi Klinis Dasar : Gangguan Somestesia Akibat
neuritis N. Medianus. Dian rakyat. Jakarta. 1981. Hal : 108-109.
3. www.assh.org/content/navigation_menu/CTS/2001 .
4. http://medicastore.com/penyakit/591/Sindrom_Carpal_Tunnel__.html 5
5. www.medicinet.com/CTS/2002
6. http://www.wesleyhandcentre.com.au/pdf/carpal-tunnel-syndrome.pdf
7. http://www.myraffaell.com/blog/soal-carpal-tunnel-syndrome-cts/
32