TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi II.pdf · Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah:...

29
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan, ada awal dan akhir, dan umumnya berjangka pendek (Ervianto, 2002). Proyek konstruksi mempunyai tiga karakteristik yang dapat dipandang secara tiga dimensi, yaitu bersifat unik, dibutuhkan sumber daya, dan organisasi. Dalam proses mencapai tujuan dari suatu proyek perlu ditentukan batasan yaitu besar biaya yang dialokasikan, jadwal serta mutu yang harus dipenuhi (Soeharto, 1995). Ketiga batasan tersebut sering disebut tiga kendala (Triple Constrain) yaitu biaya, mutu, dan waktu. Proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis kelompok bangunan (Ervianto, 2002), yaitu: 1. Bangunan gedung: Rumah, kantor, pabrik, dan lain-lain. Ciri-ciri dari kelompok bangunan ini adalah: 1) Proyek konstruksi menghasilkan tempat untuk orang bekerja atau tinggal. 2) Pekerjaan dilaksanakan dalam lokasi yang sempit dan kondisi pondasi umumnya sudah diketahui. 3) Dibutuhkan manajemen terutama untuk progres pekerjaan. 2. Bangunan sipil: Jalan, bendungan, dan infrastruktur lainnya. Ciri-ciri dari kelompok bangunan ini adalah: 1) Proyek konstruksi dilaksanakan untuk mengendalikan alam agar berguna bagi manusia. 2) Pekerjaan dilaksanakan dalam lokasi yang luas atau panjang dan kondisi pondasi sangat berbeda satu sama lain dalam suatu proyek. 3) Manajemen dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan.

Transcript of TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi II.pdf · Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah:...

Page 1: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi II.pdf · Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah: (1 ) Pra Kualifikasi (2 ) Dokumen Kontrak ... mobilisasi, dan lain-lain yang terkait

3

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali

dilaksanakan, ada awal dan akhir, dan umumnya berjangka pendek (Ervianto, 2002).

Proyek konstruksi mempunyai tiga karakteristik yang dapat dipandang secara tiga

dimensi, yaitu bersifat unik, dibutuhkan sumber daya, dan organisasi.

Dalam proses mencapai tujuan dari suatu proyek perlu ditentukan batasan

yaitu besar biaya yang dialokasikan, jadwal serta mutu yang harus dipenuhi

(Soeharto, 1995). Ketiga batasan tersebut sering disebut tiga kendala (Triple

Constrain) yaitu biaya, mutu, dan waktu.

Proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis kelompok bangunan

(Ervianto, 2002), yaitu:

1. Bangunan gedung: Rumah, kantor, pabrik, dan lain-lain.

Ciri-ciri dari kelompok bangunan ini adalah:

1) Proyek konstruksi menghasilkan tempat untuk orang bekerja atau tinggal.

2) Pekerjaan dilaksanakan dalam lokasi yang sempit dan kondisi pondasi

umumnya sudah diketahui.

3) Dibutuhkan manajemen terutama untuk progres pekerjaan.

2. Bangunan sipil: Jalan, bendungan, dan infrastruktur lainnya.

Ciri-ciri dari kelompok bangunan ini adalah:

1) Proyek konstruksi dilaksanakan untuk mengendalikan alam agar berguna

bagi manusia.

2) Pekerjaan dilaksanakan dalam lokasi yang luas atau panjang dan kondisi

pondasi sangat berbeda satu sama lain dalam suatu proyek.

3) Manajemen dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan.

Page 2: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi II.pdf · Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah: (1 ) Pra Kualifikasi (2 ) Dokumen Kontrak ... mobilisasi, dan lain-lain yang terkait

4

2.2 Tahap kegiatan dalam Proyek Konstruksi

Kegiatan konstruksi adalah kegiatan yang harus melalui proses yang panjang,

dan didalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan (Ervianto, 2002).

Disamping itu, dalam kegiatan konstruksi terdapat suatu rangkaian yang berurutan

dan berkaitan. Tahapan-tahapan tersebut biasanya adalah:

1) Tahap ide, yang biasanya muncul dari suatu kebutuhan.

2) Tahap studi kelayakan.

Tujuan dari tahap ini adalah untuk meyakinkan pemilik proyek bahwa proyek

konstruksi yang diusulkan layak untuk dilaksanakan, baik dari aspek

perencanaan dan perancangan, aspek ekonomi (biaya dan sumber

pendanaan), maupun aspek lingkungannya.

3) Tahap Penjelasan (Briefing)

Tujuan dari tahap ini adalah untuk memungkinkan pemilik proyek untuk

menjelaskan fungsi proyek dan biaya yang diijinkan, sehingga konsultan

perencana dapat secara tepat menafsirkan keinginan pemilik proyek dan

membuat taksiran biaya yang diperlukan.

4) Tahap Perancangan (Design)

Tujuan tahap ini adalah untuk melengkapi penjelasan proyek dan menentukan

tata letak, rancangan, metode konstruksi, dan taksiran biaya agar

mendapatkan persetujuan dari pemilik proyek dan pihak berwenang yang

terlibat, untuk mempersiapkan informasi pelaksanaan yang diperlukan,

termasuk gambar rencana, dan spesifikasi serta untuk melengkapi semua

dokumen tender.

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah:

(1) Mengembangkan ikhtiar proyek menjadi penyelesaian akhir.

(2) Memeriksa masalah teknis.

(3) Mempersiapkan:

a) Rancangan skema (pra-rancangan)

b) Rancangan terinci

c) Gambar kerja, spesifikasi, dan jadwal

Page 3: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi II.pdf · Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah: (1 ) Pra Kualifikasi (2 ) Dokumen Kontrak ... mobilisasi, dan lain-lain yang terkait

5

d) Daftar kuantitas

e) Tafsiran biaya akhir

f) Program pelaksanaan pendahuluan termasuk jadwal waktu.

5) Tahap pengadaan atau pelelangan (Procurement/Tender)

Tujuan dari tahap ini adalah untuk menunjuk kontraktor sebagai pelaksana

atau sejumlah kontraktor sebagai sub-kontraktor yang akan melaksanakan

konstruksi di lapangan.

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah:

(1) Pra Kualifikasi

(2) Dokumen Kontrak

6) Tahap pelaksanaan (construction)

Tujuan tahap ini adalah untuk mewujudkan bangunan yang dibutuhkan oleh

pemilik proyek yang sudah dirancang oleh konsultan perencana dalam

batasan biaya dan waktu yang telah disepakati yang dilaksanakan adalah

merencanakan, mengkoordinasikan, mengendalikan semua operasional di

lapangan.

7) Tahap pemeliharaan dan persiapan penggunaan (maintenance & start up)

Tujuan dari tahap ini adalah untuk menjamin agar pembangunan yang telah

selesai sesuai dengan dokumen kontrak, dan semua fasilitas bekerja

sebagaimana mestinya. Selain itu pada tahap ini juga dibuat catatan mengenai

konstruksi berikut petunjuk operasinya dan melatih staf dalam menggunakan

fasilitas yang tersedia.

2.3 Biaya Konstruksi

Pada proyek konstruksi, penawaran harus dilakukan sebelum proses produksi

terjadi. Hal ini menyebabkan industri jasa konstruksi memuat resiko yang cukup

tinggi. Untuk membuat harga penawaran yang cukup rendah, tetapi masih

mendapatkan cukup keuntungan (profit) maka diperlukan seorang estimator

(penaksiran biaya). Penaksiran anggaran biaya adalah proses perhitungan volume

pekerjaan, harga, dari berbagai macam bahan dan pekerjaan yang akan terjadi pada

Page 4: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi II.pdf · Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah: (1 ) Pra Kualifikasi (2 ) Dokumen Kontrak ... mobilisasi, dan lain-lain yang terkait

6

suatu konstruksi. Karena taksiran dibuat sebelum dimulainya pembangunan maka

nilai harga yang diperoleh adalah “taksiran biaya” atau estimation cost, bukan “biaya

sebenarnya” atau actual cost. Tentang cocok atau tidaknya suatu taksiran biaya yang

sebenarnya sangat tergantung dari kepandaian dan keputusan yang diambil oleh

estimator berdasarkan pengalamannya.

Terdapat banyak metode dan tingkat kecermatan untuk mempersiapkan biaya

modal suatu proyek konstruksi. Setiap metode mempunyai segi keunggulan dan

keterbatasannya, ada beberapa jenis biaya dimana termasuk dalam modal tetap yang

berhubungan dengan pembiayaan suatu proyek konstruksi yang dapat dibedakan

menjadi dua jenis yaitu biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung

(indirect cost).

2.3.1 Jenis-jenis Biaya Proyek

Jenis-jenis biaya proyek dikelompokkan atas biaya langsung dan biaya tidaklangsung.

1) Biaya Langsung (Direct Cost)

Biaya langsung adalah semua biaya yang langsung berhubungan dengan

pelaksanaan pekerjaan konstruksi di lapangan. Biaya langsung dapat diperoleh

dengan mengalikan volume atau kuantitas suatu pekerjaan dengan harga satuan

pekerjaan tersebut. Harga satuan pekerjaan terdiri atas harga bahan, upah buruh, dan

biaya peralatan yang diperlukan (Suparditha, 2014).

Biaya-biaya yang dikelompokkan dalam biaya langsung adalah sebagai

berikut:

1. Biaya bahan/material

Biaya bahan atau material terdiri dari biaya pembelian material, biaya

transportasi, biaya penyimpanan material dan kerugian akibat kehilangan atau

kerusakan material.

2. Biaya pekerja atau upah

Page 5: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi II.pdf · Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah: (1 ) Pra Kualifikasi (2 ) Dokumen Kontrak ... mobilisasi, dan lain-lain yang terkait

7

Biaya pekerja atau upah adalah biaya yang dikeluarkan untuk menggaji para

pekerja yang melaksanakan proyek.

3. Biaya peralatan

Biaya peralatan terdiri dari biaya pembelian peralatan, biaya sewa (bila

menyewa), biaya operasi, biaya pemeliharaan, biaya operator, biaya

mobilisasi, dan lain-lain yang terkait dengan peralatan.

2) Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)

Biaya tidak langsung adalah semua biaya proyek yang tidak secara langsung

berhubungan dengan konstruksi di lapangan tetapi biaya ini harus ada dan tidak

dapat dilepaskan dari proyek tersebut (Suparditha, 2014).

Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tidak langsung (Indirect Cost)

adalah:

1. Biaya overhead

Biaya overhead adalah biaya untuk operasi perusahaan secara keseluruhan,

terlepas dari ada atau tidak adanya kontrak yang sedang ditangani. Misalnya,

biaya pemasaran, advertensi, gaji eksekutif, sewa kantor, telepon, atau

komputer (Soeharto, 2001).

2. Biaya tak terduga (contingence)

Contingence adalah cadangan biaya dari suatu perkiraan biaya atau anggaran

untuk dialokasikan pada butir-butir yang belum ditentukan, dimana menurut

pengalaman dan statistik menunjukkan selalu diperlukan (Soeharto, 1997).

3. Keuntungan/profit

Keuntungan disini adalah keuntungan yang diterima kontraktor yang telah

dimasukkan dalam biaya proyek keseluruhan.

Penjumlahan dari biaya langsung dan biaya tak langsung ini merupakan biaya

total yang digunakan selama pelaksanaan proyek. Besarnya biaya ini sangat

bergantung oleh lamanya waktu penyelesaian proyek. Keduanya berubah sesuai

Page 6: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi II.pdf · Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah: (1 ) Pra Kualifikasi (2 ) Dokumen Kontrak ... mobilisasi, dan lain-lain yang terkait

8

dengan kemajuan proyek. Meskipun tidak ada rumus tertentu, umumnya makin lama

proyek berjalan makin tinggi biaya komulatif yang diperlukan (Soeharto, 1999).

2.3.2 Estimasi Biaya Proyek

Kegiatan estimasi dalam proyek konstruksi dilakukan dengan tujuan tertentu,

tergantung pada siapa yang membuatnya. Pihak owner membuat estimasi dengan

tujuan untuk mendapatkan informasi sejelas-jelasnya tentang biaya yang harus

disediakan untuk merealisasikan proyeknya. Hasil estimasi ini disebut dengan OE

(Owner Estimate) atau EE (Engineer Estimate). Pihak kontraktor membuat estimasi

dengan tujuan memperoleh gambaran besarnya biaya suatu proyek konstruksi,

sehingga memudahkan kontraktor dalam mengajukan nilai penawaran terhadap

proyek tersebut (Ervianto, 2002).

Estimasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:

1) Estimasi kelayakan

Untuk menentukan apakah proyek tersebut layak dibangun. Biaya yang

diperlukan diperhitungkan dalam estimasi ini mencakup biaya perancangan,

depresiasi, pajak, bunga modal, pemeliharaan dan perbaikan tahunan, dan lain-

lain.

2) Estimasi konseptual

Estimasi yang dilakukan selama proses perancangan berlangsung. Untuk setiap

revisi estimasi, tingkat ketelitian biaya akan meningkat sesuai tahap perancangan.

Jenis estimasi konseptual adalah sebagai berikut:

a. Estimasi harga satuan fungsional, yang menggunakan fungsi dari fasilitas

sebagai dasar penetapan biaya.

b. Estimasi biaya satuan per meter persegi, metode ini mengandalkan data dari

proyek sejenis yang pernah dibangun, metode ini ketelitiannya rendah.

c. Estimasi biaya satuan permeter kubik, dapat digunakan pada bangunan yang

mementingkan volume. Metode ini hanya dapat diandalkan untuk fase awal

perencanaan dan perancangan.

Page 7: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi II.pdf · Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah: (1 ) Pra Kualifikasi (2 ) Dokumen Kontrak ... mobilisasi, dan lain-lain yang terkait

9

d. Estimasi faktorial, digunakan pada proyek yang mempunyai tipe sama.

Metode ini sangat berguna untuk proyek-proyek yang komponen utamanya

sama. Biaya komponen utama ini akan berfungsi sebagai faktor dasar dan

semua komponen yang lain harganya merupakan fungsi dari komponen

utama.

e. Estimasi sistematis, proyek dibagi atas sistem fungsionalnya kemudian harga

satuan ditentukan oleh penjumlahan tiap harga satuan elemen dalam setiap

sistem atau mengalikan dengan data faktor pengali yang ada.

3) Estimasi detail

Umumnya dilakukan oleh kontraktor umum. Langkah awal yang dilakukan

adalah membuat pengukuran terhadap kuantitas item-iteem pekerjaan

berdasarkan pada gambar gambar pekerjaan di lapangan (quantity take off ),

kemudian menyatukan biaya material, tenaga kerja, peralatan, subkontraktor, dan

biaya lainnya seperti overhead dan keuntungan.

4) Sistem estimasi subkontraktor

Dipakai pada bagian konstruksi khusus yang disubkontrakan.

5) Estimasi pekerjaan tambah kurang.

Dimana pekerjaan tambah kurang dapat terjadi karena kebutuhan pemilik,

kesalahan dalam dokumen kontrak, atau perubahan kondisi lokasi proyek.

6) Estimasi kemajuan

Tujuan adalah sebagai dasar permintaan pembayaran dan sebagai pembanding

terhadap keuntungan dan kerugian yang telah diramalkan sebelumnya.

2.4 Pelelangan (Tender)

Pelelangan yaitu pengadaan barang/jasa yang dilakukan secara terbuka

(untuk umum) dengan pengumuman secara luas melalui media cetak dan papan

pengumuman resmi sehingga masyarakat luas/dunia usaha yang berminat dan

memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya. Bila calon penyedia barang atau jasa

terbatas jumlahnya karena karakteristik, komplesitas dan kecanggihan teknologi

pekerjaan, kelangkaan tenaga ahli atau terbatasnya perusahaan yang mampu

Page 8: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi II.pdf · Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah: (1 ) Pra Kualifikasi (2 ) Dokumen Kontrak ... mobilisasi, dan lain-lain yang terkait

10

mengerjakan pekerjaan tersebut, pengadaan barang atau jasa tetap dilakukan dengan

cara pelelangan (Ervianto, 2002).

2.4.1 Jenis-jenis pelelangan

Berdasarkan Perpres No.70 Tahun 2012. Pemilihan penyedia pekerjaan

konstruksi dilakukan dengan:

1) Pelelangan umum.

Adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa

Lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia

Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang memenuhi syarat.

2) Pelelangan terbatas.

Adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi dengan

jumlah Penyedia yang mampu melaksanakan diyakini terbatas dan untuk

pekerjaan yang kompleks.

3) Pemilihan langsung.

Adalah metode pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi untuk pekerjaan

yang bernilai paling tinggi Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

4) Penunjukkan langsung.

Adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa dengan cara menunjuk

langsung 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa.

5) Pengadaan Langsung

Adalah Pengadaan Barang/Jasa langsung kepada Penyedia Barang/Jasa, tanpa

melalui Pelelangan/ Seleksi.

6) Pengadaan secara elektronik atau E-Procurement.

Adalah Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan

teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan.

Page 9: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi II.pdf · Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah: (1 ) Pra Kualifikasi (2 ) Dokumen Kontrak ... mobilisasi, dan lain-lain yang terkait

11

2.4.2 Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)

Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) merupakan system E-

Procurement yang mengoperasikan system bernama System Pengadaan Secara

Elektronik (SPSE) yang dikembangkan dengan basis free licence untuk diterapkan

diseluruh instansi pemerintah di Indonesia. Sehingga instansi pemerintah dengan

anggaran yang terbatas tetap dapat menerapkan SPSE karena tidak diperlukan biaya

lisensi kecuali pembelian server dan sewa akses internet. Selain itu LPSE merupakan

unit yang dibentuk oleh sebuah instansi untuk mengoperasikan system E-

Procurement LPSE. Pada proses pengadaan LPSE hanya berfungsi sebagai fasilitator

yang tidak ikut dalam proses pengadaan. Pelaksanaan proses pengadaan sepenuhnya

dilakukan oleh panitia pengadaan atau Unit Layanan Pengadaan (ULP).

2.4.3 Pihak yang terlibat dalam Proses Pelelangan

Dalam proses pelelangan ada beberapa pihak yang terlibat dalam proses

pelelangan berdasarkan Perpres No.70 Tahun 2012 yaitu:

1) Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi, yang

selanjutnya disebut K/L/D/I adalah instansi/institusi yang menggunakan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

2) Pengguna Barang/Jasa adalah Pejabat pemegang kewenangan penggunaan

Barang dan/atau Jasa milik Negara/Daerah di masing-masing K/L/D/I.

3) Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya

disebut LKPP adalah lembaga Pemerintah yang bertugas mengembangkan

dan merumuskan kebijakan Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud

dalam Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga

Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

4) Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat

daerah sebagai unsure penyelenggara pemerintahan daerah.

5) Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah Pejabat pemegang

kewenangan penggunaan anggaran Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja

Page 10: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi II.pdf · Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah: (1 ) Pra Kualifikasi (2 ) Dokumen Kontrak ... mobilisasi, dan lain-lain yang terkait

12

Perangkat Daerah atau Pejabat yang disamakan pada Institusi Pengguna

APBN/APBD.

6) Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah pejabat

yang ditetapkan oleh PA untuk menggunakan APBN atau ditetapkan oleh

Kepala Daerah untuk menggunakan APBD.

7) Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat

yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.

8) Unit Layanan Pengadaan yang selanjutnya disebut ULP adalah unit

organisasi Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi yang berfungsi

melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang bersifat permanen, dapat berdiri

sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada.

9) Pejabat Pengadaan adalah personil yang ditunjuk untuk melaksanakan

Pengadaan Langsung.

10) Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah panitia/pejabat yang

ditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil

pekerjaan.

11) Aparat Pengawas Intern Pemerintah atau pengawas intern pada institusi lain

yang selanjutnya disebut APIP adalah aparat yang melakukan pengawasan

melalui audit, review, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain

terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi.

12) Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang

menyediakan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya.

Didalam mengajukan penawarannya Penyedia Barang/Jasa dalam pelaksanaan

Pengadaan Barang/Jasa wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Memenuhi ketentuan peraturan perundangundangan untuk menjalankan

kegiatan/usaha.

b. Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial untuk

menyediakan Barang/Jasa.

Page 11: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi II.pdf · Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah: (1 ) Pra Kualifikasi (2 ) Dokumen Kontrak ... mobilisasi, dan lain-lain yang terkait

13

c. Memperoleh paling kurang 1 (satu) pekerjaan sebagai Penyedia Barang/Jasa

dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik di lingkungan pemerintah

maupun swasta, termasuk pengalaman subkontrak.

d. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf c, dikecualikan bagi Penyedia

Barang/Jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun.

e. Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan dan fasilitas lain yang

diperlukan dalam Pengadaan Barang/Jasa.

f. Dalam hal Penyedia Barang/Jasa akan melakukan kemitraan, Penyedia

Barang/Jasa harus mempunyai perjanjian kerja sama operasi/ kemitraan yang

memuat persentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan

tersebut.

g. Memiliki kemampuan pada bidang pekerjaan yang sesuai untuk Usaha

Mikro, Usaha Kecil, dan koperasi kecil serta kemampuan pada subbidang

pekerjaan yang sesuai untuk usaha non-kecil.

h. Memiliki Kemampuan Dasar (KD) untuk usaha nonkecil, kecuali untuk

Pengadaan Barang dan Jasa Konsultansi.

i. Khusus untuk Pelelangan dan Pemilihan Langsung Pengadaan Pekerjaan

Konstruksi memiliki dukungan keuangan dari bank.

j. Khusus untuk Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Lainnya, harus

memperhitungkan Sisa Kemampuan Paket (SKP) sebagai berikut.

SKP = KP – P

KP = nilai Kemampuan Paket, dengan ketentuan:

a) Untuk Usaha Kecil, nilai Kemampuan Paket (KP) ditentukan sebanyak 5

(lima) paket pekerjaan, dan

b) Untuk usaha non kecil, nilai Kemampuan Paket (KP) ditentukan

sebanyak 6 (enam) atau 1,2 (satu koma dua) N.

P = jumlah paket yang sedang dikerjakan.

N = jumlah paket pekerjaan terbanyak yang dapat ditangani pada saat

bersamaan selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir.

Page 12: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi II.pdf · Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah: (1 ) Pra Kualifikasi (2 ) Dokumen Kontrak ... mobilisasi, dan lain-lain yang terkait

14

k. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak

sedang dihentikan dan/ atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama

perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana, yang dibuktikan

dengan surat pernyataan yang ditandatangani Penyedia Barang/Jasa.

l. Sebagai wajib pajak sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan

telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir (PPTK Tahunan) serta

memiliki laporan bulanan PPh Pasal 21, PPh Pasal 23 (bila ada transaksi),

PPh Pasal 25/Pasal 29 dan PPN (bagi Pengusaha Kena Pajak) paling kurang 3

(tiga) bulan terakhir dalam tahun berjalan.

m. Secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada Kontrak;

n. Tidak masuk dalam Daftar Hitam.

o. Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan jasa

pengiriman.

p. Menandatangani Pakta Integritas.

Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan menyusun dan menetapkan metode

pemasukan Dokumen Penawaran. Metode pemasukan Dokumen Penawaran terdiri

atas:

a. Metode satu sampul

Metode satu sampul digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa yang

sederhana, dimana evaluasi teknis tidak dipengaruhi oleh harga dan memiliki

karakteristik sebagai berikut:

1) Pekerjaan yang bersifat sederhana dengan standar harga yang telah

ditetapkan Pemerintah

2) Pengadaan Jasa Konsultansi dengan KAK (kerangka acuan kerja) yang

sederhana.

3) Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang spesifikasi

teknis atau volumenya dapat dinyatakan secara jelas dalam Dokumen

Pengadaan.

b. Metode dua sampul

Page 13: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi II.pdf · Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah: (1 ) Pra Kualifikasi (2 ) Dokumen Kontrak ... mobilisasi, dan lain-lain yang terkait

15

Metode dua sampul digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa dimana

evaluasi teknis dipengaruhi oleh penawaran harga, dan digunakan untuk:

1) Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang

menggunakan evaluasi sistem nilai atau sistem biaya selama umur

ekonomis.

2) Pengadaan Jasa Konsultansi yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

a) Dibutuhkan penilaian yang terpisah antara persyaratan teknis dengan

harga penawaran, agar penilaian harga tidak mempengaruhi

penilaian teknis.

b) Pekerjaan bersifat kompleks sehingga diperlukan evaluasi teknis

yang lebih mendalam.

c. Metode dua tahap

Metode dua tahap digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan

Konstruksi/Jasa Lainnya yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Pekerjaan bersifat kompleks.

2) Memenuhi kriteria kinerja tertentu dari keseluruhan sistem, termasuk

pertimbangan kemudahan atau efisiensi pengoperasian dan pemeliharan

peralatannya.

3) Mempunyai beberapa alternatif penggunaan sistem dan desain penerapan

teknologi yang berbeda.

4) Membutuhkan waktu evaluasi teknis yang lama.

5) Membutuhkan penyetaraan teknis.

2.4.4 Proses Pelelangan

Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya berdasarkan

Perpres No. 70 Tahun 2012 dengan metode Pelelangan Umum meliputi tahapan

sebagai berikut:

1. Persiapan pengadaan

a. PA/KPA menetapkan Rencana Umum Pengadaan (RUM)

Page 14: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi II.pdf · Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah: (1 ) Pra Kualifikasi (2 ) Dokumen Kontrak ... mobilisasi, dan lain-lain yang terkait

16

b. PPK menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang

meliputi: spesifikasi teknis, HPS (Harga Perkiraan Sendiri) dan

rancangan kontrak.

c. Panitia/Pokja ULP Pengadaan memasukkan ke dalam SPSE:

1. Kategori paket pekerjaan

2. Metode pemilihan penyedia barang/jasa dan penyampaian

dokumen penawaran yang meliputi:

a. E-lelang Umum Pra Kualifikasi dua file

b. E-lelang Umum Pasca Kualifikasi satu file

c. E-lelang Umum Pasca Kualifikasi dua file

3. Metode Evaluasi pemilihan penyedia barang/jasa.

4. Harga Perkiraan Sendiri.

5. Persyaratan kualifikasi.

6. Jenis kontrak .

7. Jadwal pelaksanaan pengadaan barang/jasa dan

8. Dokumen Pemilihan

2. Pengumuman pengadaan barang/jasa.

a. Setelah mendapatkan penetapan PPK, paket pekerjaan yang

bersangkutan akan tercantum dalam website LPSE dan panitia/pokja

ULP pengadaan mengumumkan paket pengadaan barang/jasa sesuai

dengan keperluan yang berlaku.

b. Masyarakat umum dapat melihat pengumuman pengadaan di website

LPSE yang bersangkutan.

3. Pendaftaran peserta pengadaan barang/jasa.

a. Penyedia barang/jasa yang sudah mendapat hak akses dapat memilih

dan mendaftar sebagai peserta pengadaan barang/jasa pada paket-

paket pekerjaan yang diminati.

b. Dengan mendaftar sebagai peserta pengadaan barang/jasa pada paket

pekerjaan yang diminati maka penyedia barang/jasa dianggap telah

menyetujui pakta integritas.

Page 15: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi II.pdf · Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah: (1 ) Pra Kualifikasi (2 ) Dokumen Kontrak ... mobilisasi, dan lain-lain yang terkait

17

c. Dengan mendaftar sebagai peserta pengadaan barang/jasa pada paket

pekerjaan yang diminati penyedia barang/jasa dapat mengunduh

(download) dokumen pengadaan/lelang paket pekerjaan tersebut.

4. Penjelasan pengadaan barang/jasa

a. Proses penjelasan pengadaan barang/jasa dilakukan secara online

tanpa tatap muka melalui website LPSE yang bersangkutan

b. Dalam hal waktu penjelasan pengadaan barang/jasa telah berakhir,

panitia/pokja ULP pengadaan masih mempunyai waktu untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin belum terjawab

c. Jika dianggap perlu dan tidak dimungkinkan memberikan informasi

lapangan ke dalam dokumen pemilihan, panitia/Pokja ULP pengadaan

dapat melaksanakan proses penjelasan di lapangan/lokasi pekerjaan

5. Penyampaian penawaran

a. Pada tahap penyampaikan penawaran, penyedia barang/jasa yang

sudah menjadi peserta pengadaan barang/jasa dapat mengirimkan

dokumen (file) penawarannya dengan terlebih dahulu melakukan

enkripsi/penyandian terhadap file penawaran dengan menggunakan

Aplikasi Pengaman Dokumen (APENDO) yang tersedia dalam

website LPSE.

b. Pengguna wajib mengetahui dan melaksanakan ketentuan penggunaan

APENDO yang tersedia dan dapat diketahui pada saat mengoprasikan

APENDO

6. Proses evaluasi

a. Pada tahap pembukaan file penawaran, panitia/pokja ULP pengadaan

dapat mengunduh (download) dan melakukan dekripsi file penawaran

tersebut dengan menggunakan APENDO.

b. Terhadap file penawaran yang oleh tidak dapat dibuka,

c. Panitia/pokja ULP pengadaan wajib menyampaikan file penawaran

terenkripsi yang tidak dapat dibuka kepada LPSE untuk dilakukan

Page 16: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi II.pdf · Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah: (1 ) Pra Kualifikasi (2 ) Dokumen Kontrak ... mobilisasi, dan lain-lain yang terkait

18

analisa dan bila dianggap perlu LPSE dapat menyampaikan file

penawaran tersebut kepada direktorat E-Procurement LKPP.

d. Terhadap penyampaian file penawaran terenkripsi yang tidak dapat

dibuka (dekripsi), LKPP melakukan analisa terhadap file penawaran

tersebut dan dapat merekomendasikan langkah-langkah yang perlu

diambil oleh panitia/pokja ULP pengadaan.

e. Dengan adanya proses penyampaian informasi sebagaimana huruf b

diatas panitia /Pokja ULP pengadaan dimungkinkan melakukan

pemunduran jadwal pada paket pekerjaan tersebut.

f. Proses evaluasi (administrasi dan teknis, harga, kualifikasi) terhadap

file penawaran dilakukan secara manual (off line) di luar SPSE, dan

selanjutnya hasil evaluasi tersebut dimasukkan kedalam SPSE.

g. Proses evaluasi kualifikasi dapat dilakukan dengan meminta dan

memeriksa semua dokumen penawaran asli calon pemenang

pengadaan barang/ jasa.

7. Proses pengadaan barang/ jasa gagal dan di ulang

a. Dalam hal panitia/Pokja ULP pengadaan memutuskan untuk

melakukan proses pengadaan barang/jasa ulang,maka terlebih dahulu

panitia /Pokja ULP pengadaan harus membatalkan proses pengadaan

barang atau jasa paket pekerjaan yang sedang berjalan (pada tahap

apapun) pada SPSE dan memasukkan alasan penyebab proses

pengadaan barang /jasa harus diulang .

b. Informasi tentang proses pengadaan barang/jasa ulang ini secara

otomatis akan terkirim melalui email kepada semua peserta lelang

paket pekerjaan tersebut.

c. Termasuk dalam SPSE gagal karena teknik oprasional LPSE

8. Pengumuman calon pemenang pengadaan barang /jasa.

Pada tahap pengumuman pemenang dan PPK telah menetapkan

pemenang pengadaan barang/jasa suatu paket pekerjaan, SPSE secara

otomatis akan menampilkan informasi pengumuman pemenang paket

Page 17: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi II.pdf · Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah: (1 ) Pra Kualifikasi (2 ) Dokumen Kontrak ... mobilisasi, dan lain-lain yang terkait

19

pekerjaan dimaksud, dan juga mengirim informasi ini melalui email kepada

seluruh peserta pengadaan barang /jasa paket pekerjaan tersebut.

9. Sanggah

a. Peserta pengadaan barang/jaasa hanya dapat mengirimkan 1(satu) kali

sanggahan kepada PPK suatu paket pekerjaan yang dilakukan secara

online melalui SPSE

b. SPSE memungkinkan PPK untuk merlakukan jawaban terhadap

sanggahan peserta pengadaan barang/jasa yang dikirimkan setelah

batas akhir waktu sanggah.

c. Dalam hal terdapat sanggah banding, proses tersebut dilakukan diluar

SPSE dan peserta pengadaan barang/jasa mengirimkan kepada pejabat

terkait.

d. Proses sanggah banding menghentikan tahapan pengadaan barang/jasa

selanjutnya pada SPSE.

10. Pasca proses pengadaan

a. Proses pengadaan suatu paket selesai apabila PPK telah menetapkan

pemenang pengadaan barang/jasa dan panitia / Pokja ULP pengadaan

mengirimkan pengumuman permenang pengadaan barang/ jasa

kepada peserta pengadaan barang/jasa melalui SPSE serta masa

sanggah telah dilalui.

b. SPSE secara otomatis akan mengirim pemberitahuan kepada

pemenang pengadaan barang/jasa dan meminta untuk menyelesaikan

proses selanjutnya yang pelaksanaannya diluar SPSE.

c. Dengan selesainya proses pengadaan melalui SPSE, PPK wajib

membuat dan menyampaikan surat penetapan pemenang kepada

pemenang pengadaan barang/jasa secara tertulis.

d. Disertai dengan asli dokumen penawaran paket pekerjaan tertentu,

pemenang pengadaan barang/jasa melakukan penandatanganan

kontrak dengan pejabat terkait yang dilakukan diluar SPSE.

Page 18: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi II.pdf · Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah: (1 ) Pra Kualifikasi (2 ) Dokumen Kontrak ... mobilisasi, dan lain-lain yang terkait

20

e. Proses pengadaan belum resmi/sah menjadi transaksi pengadaan

apabila masing-masing pihak belum melakukan kewajiban dan

haknya sesuai dengan ketentuan yang telah berlaku atau di tetapkan

oleh kementrian/lembaga/pemerintah daerah terkait.

f. Pemenang proses pengadaan barang/jasa wajib untuk menyelesaikan

proses pengadaan barang/jasa diluar SPSE dengan pejabat

kementrian/lembaga/ pemerintah daerah terkait.

g. Setelah pemenang di tetapkan melalui website LPSE, pejabat

kementrian/lembaga/pemerintah daerah terkait dapat menghubungi

pemenang untuk menyelesaikan transaksi pengadaannya segera

setelah berakhirnya pengadaan.

h. Pengguna dan masyarakat pada akhir proses pengadaan dapat

menghetahui pemenang pengadaan barang/jasa paket pekerjaan

tertentu melalui website LPSE terkait.

11. Pembatalan/ pemutusan

Panitia Pokja ULP pengadaan berhak/dapat membatalkan/

memutuskan proses pengadaan apabila memenuhi Pasal 28 Keppres Nomor

80 Tahun 2003 dan dalam hal sedang berlangsungnya proses pengadaan

barang/jasa, karena suatu dan lain hal yang mengakibatkan proses

pengadaan barang/jasa tidak dapat melaksanakan dengan sempurna (terjadi

gangguan teknis dan atau non teknis, keadaan kahar)

12. Penilaian

Apabila penyedia barang/jaasa memiliki catatan kinerja (track record)

yang buruk, maka panitia/Pokja ULP pengadaan berhak/dapat

menggugurkan penawaran penyedia dan atau memasukkan kedalam daftar

hitam (black list) dalam kurun waktu tertentu. Untuk keperluan ini panitia/

Pokja ULP pengadaan memberitahukan secara tertulis kepada LPSE agar

diumumkan dalam website LPSE.

Page 19: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi II.pdf · Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah: (1 ) Pra Kualifikasi (2 ) Dokumen Kontrak ... mobilisasi, dan lain-lain yang terkait

21

2.5 Penawaran

Penawaran adalah suatu usulan oleh satu pihak untuk mengerjakan sesuatu

bagi pihak lain menurut persyaratan yang telah ditentukan dan disepakati bersama

(Patmadjaja, 1999). Penawaran diajukan dalam suatu pelelangan atau tender. Bila

calon penyedia barang atau jasa terbatas jumlahnya karena karakteristik,

kompleksitas, dan atau kecanggihan teknologi pekerjaannya, dan atau tenaga ahli,

atau terbatasnya perusahaan yang mampu mengerjakan pekerjaan tersebut,

pengadaan barang atau jasa tetap dilakukan dengan cara pelelangan.

Penawaran memuat harga pekerjaan yang diajukan oleh kontraktor terhadap

pemilik dan bersifat mengikat atas dasar dokumen kontrak lainnya (gambar rencana,

spesifikasi, syarat umum kontrak, dan risalah penjelasan pekerjaan).

Berdasarkan Perpres No.70 Tahun 2012 metode evaluasi penawaran dalam

pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya terdiri atas:

1) Sistem gugur

Metode evaluasi penawaran untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan

Konstruksi/Jasa Lainnya pada prinsipnya menggunakan penilaian sistem

gugur.

2) Sistem nilai

Evaluasi sistem nilai digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan

Konstruksi/Jasa Lainnya yang memperhitungkan keunggulan teknis sepadan

dengan harga, mengingat penawaran harga sangat dipengaruhi oleh kualitas

teknis.

Sistem nilai dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Besaran bobot biaya antara 70% (tujuh puluh perseratus) sampai dengan

90% (sembilan puluh perseratus) dari total bobot keseluruhan.

b. Unsur yang dinilai harus bersifat kuantitatif atau yang dapat

dikuantifikasikan.

c. Tata cara dan kriteria penilaian harus dicantumkan dengan jelas dan rinci

dalam Dokumen Pengadaan.

3) Sistem penilaian biaya selama umur ekonomis.

Page 20: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi II.pdf · Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah: (1 ) Pra Kualifikasi (2 ) Dokumen Kontrak ... mobilisasi, dan lain-lain yang terkait

22

Evaluasi sistem penilaian biaya selama umur ekonomis digunakan untuk

Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang

memperhitungkan faktor-faktor umur ekonomis, harga, biaya operasional,

biaya pemeliharaan, dan jangka waktu operasi tertentu.

2.5.1 Strategi Penawaran

Yang dimaksud dengan strategi adalah suatu upaya yang dapat digunakan

oleh pemakai dalam mendekatkan permasalahan pada kondisi yang nyata. Konsep

dasar dalam menentukan strategi penawaran sebenarnya cukup sederhana yaitu

hanya ada satu penawar terbaik dalam mengkombinasikan dua hal (Ervianto, 2004),

yaitu:

1) Memperoleh profit dari harga penawaran yang diajukan.

2) Kemungkinan untuk mendapatkan proyek dapat tercapai.

Dalam pelaksanaan lelang banyak cara peserta lelang berusaha

memenangkan lelang dengan menerapkan berbagai strategi (Ervianto, 2004),

antara lain:

1) Strategi kompetitif, merupakan strategi penawaran yang paling ideal

dengan mengasumsikan seluruh pesaing menggunakan strategi yang jujur

dalam kompetisi.

2) Strategi menurunkan harga, digunakan oleh peserta lelang untuk

memenangkan lelang dengan cara menurunkan harga dan rela

mendapatkan keuntungan minimal.

3) Strategi merugi, bertujuan untuk memperoleh simpati dari owner dengan

harapan untuk mendapatkan proyek berikutnya.

4) Strategi pembayaran dengan kelonggaran, bertujuan memberikan

kelonggaran kepada owner dalam hal pembayaran termin.

5) Strategi perundingan bawah meja, bertujuan mendapatkan nilai OE

dalam suasana tidak normal.

Berbagai metode pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan

strategi penawaran, dengan tujuan agar kontraktor dapat membuat penawaran

Page 21: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi II.pdf · Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah: (1 ) Pra Kualifikasi (2 ) Dokumen Kontrak ... mobilisasi, dan lain-lain yang terkait

23

menjadi lebih akurat dan efektif terhadap suatu proyek. Dipahami dan

diaplikasikannya salah satu metode pendekatan dalam pengajuan sebuah harga

penawaran akan lebih baik dibandingkan tidak sama sekali. Metode yang sering

digunakan sebagai alat untuk mendapatkan harga penawaran yang kompetitif dan

profit yang optimum adalah Model Friedman, Model Gates, dan Model Ackoff &

Sasieni.

2.5.2 Model-model Strategi Penawaran

Ada banyak model penawaran yang biasa digunakan sebagai strategi dalam

suatu penawaran pada tender proyek konstruksi diantaranya adalah:

1. Model Friedman

Perhitungan Model Friedman (Ervianto,2004)

(1) Perhitungan probabilitas mengalahkan tawaran satu pesaing,

dengan rumus:

(2.1)

Rumus ini digunakan dengan menentukan biaya tidak langsung dari data

tender tahun lalu dimana owner estimate yang kemudian dibagi untuk

menentukan biaya mark-up, setelah di dapat nilai mark-up dari data tahun

lalu tersebut dikomulatifkan dan didapat jumlah total tawaran, komulatif

tawaran di ambil dari salah satu nilai mark-up yang sudah di dapat. Jumlah

tawaran di dapat dari jumlah seluruh data komulatif.

(2) Perhitungan Probabilitas mengalahkan tawaran dua/lebih pesaing,

dengan rumus:

P(ko menang) = [P(ko<k1)]n (2.2)

Dimana:

ko = Tawaran kontraktor yang akan mengalahkan tawaran para

pesaing.

23

menjadi lebih akurat dan efektif terhadap suatu proyek. Dipahami dan

diaplikasikannya salah satu metode pendekatan dalam pengajuan sebuah harga

penawaran akan lebih baik dibandingkan tidak sama sekali. Metode yang sering

digunakan sebagai alat untuk mendapatkan harga penawaran yang kompetitif dan

profit yang optimum adalah Model Friedman, Model Gates, dan Model Ackoff &

Sasieni.

2.5.2 Model-model Strategi Penawaran

Ada banyak model penawaran yang biasa digunakan sebagai strategi dalam

suatu penawaran pada tender proyek konstruksi diantaranya adalah:

1. Model Friedman

Perhitungan Model Friedman (Ervianto,2004)

(1) Perhitungan probabilitas mengalahkan tawaran satu pesaing,

dengan rumus:

(2.1)

Rumus ini digunakan dengan menentukan biaya tidak langsung dari data

tender tahun lalu dimana owner estimate yang kemudian dibagi untuk

menentukan biaya mark-up, setelah di dapat nilai mark-up dari data tahun

lalu tersebut dikomulatifkan dan didapat jumlah total tawaran, komulatif

tawaran di ambil dari salah satu nilai mark-up yang sudah di dapat. Jumlah

tawaran di dapat dari jumlah seluruh data komulatif.

(2) Perhitungan Probabilitas mengalahkan tawaran dua/lebih pesaing,

dengan rumus:

P(ko menang) = [P(ko<k1)]n (2.2)

Dimana:

ko = Tawaran kontraktor yang akan mengalahkan tawaran para

pesaing.

23

menjadi lebih akurat dan efektif terhadap suatu proyek. Dipahami dan

diaplikasikannya salah satu metode pendekatan dalam pengajuan sebuah harga

penawaran akan lebih baik dibandingkan tidak sama sekali. Metode yang sering

digunakan sebagai alat untuk mendapatkan harga penawaran yang kompetitif dan

profit yang optimum adalah Model Friedman, Model Gates, dan Model Ackoff &

Sasieni.

2.5.2 Model-model Strategi Penawaran

Ada banyak model penawaran yang biasa digunakan sebagai strategi dalam

suatu penawaran pada tender proyek konstruksi diantaranya adalah:

1. Model Friedman

Perhitungan Model Friedman (Ervianto,2004)

(1) Perhitungan probabilitas mengalahkan tawaran satu pesaing,

dengan rumus:

(2.1)

Rumus ini digunakan dengan menentukan biaya tidak langsung dari data

tender tahun lalu dimana owner estimate yang kemudian dibagi untuk

menentukan biaya mark-up, setelah di dapat nilai mark-up dari data tahun

lalu tersebut dikomulatifkan dan didapat jumlah total tawaran, komulatif

tawaran di ambil dari salah satu nilai mark-up yang sudah di dapat. Jumlah

tawaran di dapat dari jumlah seluruh data komulatif.

(2) Perhitungan Probabilitas mengalahkan tawaran dua/lebih pesaing,

dengan rumus:

P(ko menang) = [P(ko<k1)]n (2.2)

Dimana:

ko = Tawaran kontraktor yang akan mengalahkan tawaran para

pesaing.

Page 22: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi II.pdf · Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah: (1 ) Pra Kualifikasi (2 ) Dokumen Kontrak ... mobilisasi, dan lain-lain yang terkait

24

k1 = Tawaran kontraktor para pesaing berdasarkan data tahun

sebelumnya

n = Jumlah pesaing

(3) Perhitungan keuntungan harapan bila mengalahkan satu pesaing,

dengan rumus:

E(P) = mo x P(ko<k1) (2.3)

Dimana :

E(P) = Keuntungan harapan (expected profit)

mo = Mark-up yang diberikan kontraktor

ko = Tawaran kontraktor yang akan mengalahkan tawaran para

pesaing.

k1 = Tawaran kontraktor para pesaing berdasarkan data tahun

sebelumnya

(4) Perhitungan keuntungan harapan bila mengalahkan dua/lebih

pesaing, dengan rumus:

E(P) = mo x [P(ko<k1)]n (2.4)

Dimana:

E(P) = Keuntungan harapan (expected profit)

mo = Mark-up yang diberikan kontraktor

ko = Tawaran kontraktor yang akan mengalahkan tawaran para

pesaing.

k1 = Tawaran kontraktor para pesaing berdasarkan data tahun

sebelumnya

n = Jumlah pesaing

2. Model Gates

Model Gates (Patmadjaja, 1999) menggunakan dua buah perumusan

probabilitas untuk menang sebagai berikut:

(1) Perhitungan probabilitas mengalahkan tawaran untuk satu pesaing,

dengan rumus:

Page 23: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi II.pdf · Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah: (1 ) Pra Kualifikasi (2 ) Dokumen Kontrak ... mobilisasi, dan lain-lain yang terkait

25

P(CoWin/Bo) =1

1+∑ 1-P(Bo<Bi)P(Bo<Bi)n

i=0

(2.4)(2.5)

Dimana :

P(CoWin/Bo) = probabilitas menang terhadap satu pesaing.

P(Bo<Bi) = probabilitas menang terhadap pesaing i.

(2) Perhitungan probabilitas mengalahkan tawaran dua/lebih pesaing,

dengan rumus:

P(CoWin/Bo) =1

1+n1-P(Bo<Ba)P(Bo<Ba) (2.5) (2.6)

Dimana :

P(Co Win/Bo) = Probabilitas menang terhadap dua atau lebih

pesaing.

Ba = Harga penawaran rata-rata

n = Jumlah pesaing

Dilanjutkan menghitung nilai expected profit dengan perumusan sebagai

berikut:

E(P) = Bo-C P(Cowins/Bo) (2.6)

(2.7)

Dimana:

E(P) = Expected Profit

Bo = Harga Penawaran Kontraktor

C = Biaya estimasi proyek

Gates menganggap biaya estimasi sama dengan biaya aktual.

2.5.3 Hubungan antara Mark-up, Probabilitas menjadi penawar terendah danExpected profit

Pada gambar 2.1 diperlihatkan pengaruh dari harga penawaran dengan

kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan/proyek, dalam kondisi hanya ada satu

kompetitor. Kontraktor pasti menjadi penawar terendah jika mengajukan penawaran

Page 24: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi II.pdf · Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah: (1 ) Pra Kualifikasi (2 ) Dokumen Kontrak ... mobilisasi, dan lain-lain yang terkait

26

yang terdiri dari komponen biaya langsung saja. Jika mengajukan harga penawaran

dengan kenaikan sebesar 10% dari biaya langsung, maka harapan untuk menjadi

penawaran terendah 60%, jika mengajukan harga penawaran dengan kenaikan

sebesar 20% dari biaya langsung, maka kesempatan menjadi penawar terendah

adalah 20%, dan jika dengan kenaikan sebesar 25%, maka hilang kesempatan untuk

menjadi penawar terendah (Ervianto, 2004).

Gambar 2.1 Hubungan antara mark-up dengan probabilitas menjadipenawar terendah (Ervianto, 2004)

Dapat diperlihatkan berbagai keadaan antara keuntungan yang dapat dicapai

dengan harga penawaran sebagai berikut:

1) Jika menawar dari komponen biaya langsung saja, maka pasti akan

mendapatkan pekerjaan tetapi tidak mendapatkan keuntungan.

2) Jika menawar 5% di atas biaya langsung, kesempatan menjadi penawar

terendah adalah 80%, maka keuntungan yang dapat dicapai adalah 5%

dari 80% = 4%

3) Jika menawar 10% di atas biaya langsung, kesempatan menjadi penawar

terendah adalah 60%, maka keuntungan yang dapat dicapai adalah 10%

dari 60%=6%

26

yang terdiri dari komponen biaya langsung saja. Jika mengajukan harga penawaran

dengan kenaikan sebesar 10% dari biaya langsung, maka harapan untuk menjadi

penawaran terendah 60%, jika mengajukan harga penawaran dengan kenaikan

sebesar 20% dari biaya langsung, maka kesempatan menjadi penawar terendah

adalah 20%, dan jika dengan kenaikan sebesar 25%, maka hilang kesempatan untuk

menjadi penawar terendah (Ervianto, 2004).

Gambar 2.1 Hubungan antara mark-up dengan probabilitas menjadipenawar terendah (Ervianto, 2004)

Dapat diperlihatkan berbagai keadaan antara keuntungan yang dapat dicapai

dengan harga penawaran sebagai berikut:

1) Jika menawar dari komponen biaya langsung saja, maka pasti akan

mendapatkan pekerjaan tetapi tidak mendapatkan keuntungan.

2) Jika menawar 5% di atas biaya langsung, kesempatan menjadi penawar

terendah adalah 80%, maka keuntungan yang dapat dicapai adalah 5%

dari 80% = 4%

3) Jika menawar 10% di atas biaya langsung, kesempatan menjadi penawar

terendah adalah 60%, maka keuntungan yang dapat dicapai adalah 10%

dari 60%=6%

26

yang terdiri dari komponen biaya langsung saja. Jika mengajukan harga penawaran

dengan kenaikan sebesar 10% dari biaya langsung, maka harapan untuk menjadi

penawaran terendah 60%, jika mengajukan harga penawaran dengan kenaikan

sebesar 20% dari biaya langsung, maka kesempatan menjadi penawar terendah

adalah 20%, dan jika dengan kenaikan sebesar 25%, maka hilang kesempatan untuk

menjadi penawar terendah (Ervianto, 2004).

Gambar 2.1 Hubungan antara mark-up dengan probabilitas menjadipenawar terendah (Ervianto, 2004)

Dapat diperlihatkan berbagai keadaan antara keuntungan yang dapat dicapai

dengan harga penawaran sebagai berikut:

1) Jika menawar dari komponen biaya langsung saja, maka pasti akan

mendapatkan pekerjaan tetapi tidak mendapatkan keuntungan.

2) Jika menawar 5% di atas biaya langsung, kesempatan menjadi penawar

terendah adalah 80%, maka keuntungan yang dapat dicapai adalah 5%

dari 80% = 4%

3) Jika menawar 10% di atas biaya langsung, kesempatan menjadi penawar

terendah adalah 60%, maka keuntungan yang dapat dicapai adalah 10%

dari 60%=6%

Page 25: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi II.pdf · Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah: (1 ) Pra Kualifikasi (2 ) Dokumen Kontrak ... mobilisasi, dan lain-lain yang terkait

27

4) Jika menawar 12,5% di atas biaya langsung, kesempatan menjadi

penawar terendah adalah 50%, maka keuntungan yang dapat dicapai

adalah 12,5% dari 50%=6,25%

5) Jika menawar 15% di atas biaya langsung, kesempatan menjadi penawar

terendah adalah 40%, maka keuntungan yang dapat dicapai adalah 15%

dari 40%=6%

6) Jika menawar 20% di atas biaya langsung, kesempatan menjadi penawar

terendah adalah 20%, maka keuntungan yang dapat dicapai adalah 20%

dari 20%=4%

7) Jika menawar 25% di atas biaya langsung, maka tidak akan mendapatkan

proyek dengan sendirinya tidak mendapatkan keuntungan.

Dalam gambar 2.2 diperlihatkan estimasi besarnya keuntungan yang

diharapkan dengan cara mengkombinasikan antara mark-up dan probabilitas menjadi

penawar terendah (dengan satu kompetitor). Dalam contoh ini kontraktor dapat

menghasilkan keuntungan dengan melakukan penawaran sebesar 12,5%. Maka

12,5% adalah angka optimum yang dapat digunakan sebagai dasar penawaran,

dengan kata lain kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan dengan probabilitas

60% dan dengan mark-up 10% akan lebih realistis dibanding dengan probabilitas

mendapatkan pekerjaan 40% dan dengan mark-up 15%. Akan tetapi, dengan

semakin besarnya mark-up dalam suatu penawaran akan memperkecil resiko yang

akan ditanggung oleh kontraktor.

Page 26: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi II.pdf · Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah: (1 ) Pra Kualifikasi (2 ) Dokumen Kontrak ... mobilisasi, dan lain-lain yang terkait

28

Gambar 2.2 Grafik hubungan antara mark-up dengan expected profit

(Ervianto, 2004)

2.5.4 Probabilitas Menjadi Penawar Terendah

Dalam usaha menempatkan harga penawaran yang kompetitif dapat

dilakukan perhitungan probabilitas dari kompetitor yang mengajukan penawaran

dalam proyek tersebut. Dalam gambar 2.1 diperlihatkan grafik antara probabilitas

dengan besarnya mark-up yang ditunjukkan berupa garis linier. Rentang probabilitas

dimulai dari 100% hingga 0% sedangkan rentang perubahan mark-up berturut-turut

dari 0% sampai dengan 25%.

Jika peserta pelelangan (tender) menempatkan harga penawaran berdasarkan

mark-up mengikuti distribusi normal seperti diperlihatkan dalam Gambar 2.3. Dalam

contoh ini frekwensi harga penawaran kompetitor berkisar antara 0-5% dari estimasi

biaya langsung adalah 5%, antara 5-10% sebanyak 40%; antara 10-15% sebanyak

40%, dari 15-20% sebanyak 25% dan dari 20-25% sebanyak 5%

Gambar 2.3 Distribusi dari kompetitor mengikuti distribusi normal

(Ervianto, 2004)

Page 27: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi II.pdf · Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah: (1 ) Pra Kualifikasi (2 ) Dokumen Kontrak ... mobilisasi, dan lain-lain yang terkait

29

2.5.5 Expected Profit

Keuntungan yang diharapkan dapat digambarkan berdasarkan kurva

probabilitas. Kurva keuntungan ini diperlihatkan dalam gambar 2.4

tentang hubungan antara expected profit dengan mark-up adalah nilai

mark-up 10% yang akan memberikan profit yang maksimum.

Rumusan dari expected profit adalah:

E (P) = p (b - c)

P = Probabilitas menang

b = Penawaran

c = Biaya estimasi

Dengan mencoba-coba besaran mark-up maka akan didapatkan nilai

maksimum dari expected profit, dimana besarnya mark-up yang menghasilkan

expected profit yang maksimum disebut mark-up optimum, yang nantinya dipakai

dalam penawaran suatu tender dan akan cukup terlihat berapa besarnya profit yang

akan digunakan. Keuntungan yang diharapkan dapat digambarkan berdasarkan kurva

probabilitas dan gambar dibawah ini menunjukkan nilai mark-up 10% yang akan

memberikan profit maksimum.

Gambar 2.4 Expected profit berdasarkan distribusi normal

(Ervianto, 2004)

Page 28: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi II.pdf · Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah: (1 ) Pra Kualifikasi (2 ) Dokumen Kontrak ... mobilisasi, dan lain-lain yang terkait

30

2.5.6 Mark Up

Bentuk-bentuk penyelewengan biaya proyek yang menyebabkan biaya

ekonomi tinggi biasanya disepakati oleh semua pihak (terutama masyarakat luas)

sebagai bentuk “mark-up” proyek konstruksi. Mark-up proyek ini diartikan

dipertanggung jawabkan secara hukum, sehingga bentuk apapun biaya

penyelewengan proyek biasanya selalu dikaitkan dengan mark-up yang terjadi. Bila

dipandang dari kacamata manajemen proyek, ternyata ada ketidaksamaan persepsi

tentang kalimat mark-up proyek konstruksi yang selama ini dipahami oleh

masyarakat dengan konsepsi manajemen proyek itu sendiri, sehingga perlu dilakukan

pengkajian ulang agar didapat persepsi mark-up proyek konstruksi secara fair dan

benar. Dalam dunia manajemen proyek istilah mark-up merupakan istilah biasa dan

memiliki nilai normal dalam artian tidak menjadikan suatu istilah yang

menggambarkan suatu pemolesan biaya yang tidak dapat dipertanggung jawabkan.

Menurut Tenah dan Coulter III (dalam Suparditha, 2014), Mark-up

merupakan sejumlah biaya yang ditambahkan kedalam biaya langsung proyek pada

harga penawaran untuk menutupi biaya yang tidak langsung yang meliputi biaya

overhead perusahaan, biaya resiko dan keuntungan proyek. Jumlah dan rincian mark-

up dari suatu kontraktor biasanya merupakan sesuatu yang sifatnya rahasia. Oleh

karena itu pada penawaran, rincian biaya tak langsung tidak ditampakkan melainkan

tersebar kedalam harga satuan tiap item pekerjaan.

Di Negara-negara maju seperti Amerika besaran mark-up berkisar antara 4%-

10% dan hal ini diwadahi dalam bentuk peraturan jasa konstruksi yang berlaku.

Aturan pelelangan yang berlaku di negara kita dalam hal mencantukan biaya

overhead dan keuntungan, sehingga dengan ketentuan tersebut, pihak kontraktor

biasanya merubah harga satuan dengan sejumlah biaya overhead dan keuntungan

tersebut. Dengan demikian telah terjadi perubahan harga dari harga satuan menjadi

harga penawaran dan hal ini lumrah dan biasa terjadi dalam dunia bisnis, dalam

konsep mencari keuntungan. Dalam menentukan besarnya mark-up kontraktor

membutuhkan hasil kumpulan data-data penawaran yang lalu (historical data) dari

para pesaing-pesaing sebagai petunjuk dalam penawaran (Patmadjaja, 1999).

Page 29: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi II.pdf · Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah: (1 ) Pra Kualifikasi (2 ) Dokumen Kontrak ... mobilisasi, dan lain-lain yang terkait

31

Cara menentukan besaran mark-up dimana biaya proyek dihitung oleh

masing-masing kontraktor dengan asumsi-asumsi/standar-standar biaya yang telah

ditetapkan oleh masing-masing kontraktor. Pada perhitungan ini digunakan asumsi

sebagai brikut:

Biaya Langsung = OE – Biaya tak langsung

Dimana, biaya tak langsung meliputi :

Profit = 7 %x RC

Overhead = 2 % x RC

Biaya cadangan = 1% x RC

PPH = 1,5% x RC

PPN = 10% x RC +

Jumlah = 21,5% x RC

Maka, Biaya Langsung= [100% - (21,5% x RC )] x OE

= [100% - (21,5% x 1/1,1)] x OE

= [100% - 19,5%] x OE

Biaya Langsung = 80,5% x OE