Tinjauan Pusataka Tumor Tulang
-
Upload
ahmad-farozi -
Category
Documents
-
view
1.006 -
download
12
Transcript of Tinjauan Pusataka Tumor Tulang
PENDAHULUAN
1. Definisi
Tumor tulang merupakan kelainan pada sitem mukuloskeletal yang bersifat
neoplastik. Istilah tumor umumnya dipakai untuk benjolan abnormal pada tubuh
manusia, tetapi belum tentu berarti pertumbuhan baru, sedangkan setiap pertumbuhan
yang baru dan abnormal disebut neoplasma.
Tumor dapat bersifat jinak atau ganas. Tumor ganas tulang dapat bersifat
primer yang berasal dari unsur-unsur tulang sendiri atau sekunder dari metastasis
tumor-tumor ganas organ lain ke dalam tulang.
2. Insidens
Dari seluruh tumor tulang primer 65,8% bersifat jinak dan 34,2% bersifat
ganas. Tumor ganas tulang menempati urutan kesebelas dari seluruh tumor ganas
yang ada, perbandingan insidens tumor tulang pada pria dan wanita adalah sama.
Tumor jinak primer tulang yang paling sering ditemukan adalah osteoma
(39,3%), osteokondroma (32,5%), kondroma (9,8%) dan sisanya oleh tumor tulang
jinak yang lain.Tumor ganas primer tulang yang paling sering ditemukan adalah
osteogenik sarkoma (45,8%), diikuti giant sel tumor (17,5%), chondrosarkoma (10%)
dan sisanya adalah tumor tulang ganas yang lain.
3. Klasifikasi Tumor Tulang
Ada beberapa cara penggolongan tumor tulang yang disusu, yang banyak
digunakan adalah klasifikasi menurut Aegerter Klasifikasi (Aergeter 1975):
3.1. Reactive Bone Lesions
A. Osteogenic
- Osteoid Osteoma
- Benign Osteoblastoma
B. Collagenic
- Subperiosteal Costical defect
- Non-Osteogenic Fibroma
1 | P a g e
3.2. Hamartoma Affecting Bone
A. Osteogenic
- Osteoma
- Osteochondroma
B. Chondrogenic
- Enchondroma
C. Collagenic
- Angioma
- Aneurysmal Bone Cyst
3.3. True Neoplasma of Bone
A. Osteogenic
- Osteosarcoma
- Parosteal Sarcoma
- Osteoclastoma
B. Chondrogenic
- Benign chondroblastoma
- Chondromyxoid Fibroma
- Chondrosarcoma
C. Collagenic
- Fibrosarcoma
- Angiosarcoma
D. Myelogenic
- Plasma cell myeloma
- Ewing’s tumor
- Reticulum cell sarcoma
- Hodgkin’s dissease
Klasifikasi tumor tulang menurut WHO
Klasifikasi menurut WHO ditetapkan berdasarkan atas kriteria histologis, jenis
diferensiasi sel-sel tumor yang diperlihatkan dan jenis interseluler matriks yang
diproduksi. Dalam hal ini dipertimbangkan sifatsifat tumor, asal usul serta
pemeriksaan histologis menetapkan jenis tumor bersifat jinak atau ganas.
2 | P a g e
Sel-sel dari muskuloskeletal berasal dari mesoderm tapi kemudian
berdiferensiasi menjadi beberapa sel osteoklas, kondroblas, fibroblas dan mieloblas.
Oleh karena itu sebaiknya klasifikasi tumor tulang berdasarkan atas asal sel, yaitu
bersifat osteogenik, kondrogenik atau mielogenik. Meskipun demikian terdapat
kelompok yang tidak termasuk dalam kelompok tumor yaitu kelainan reaktif (reactive
bone) atau hamartoma yang sebenarnya berpotensi menjadi ganas.
Beberapa hal yang penting sehubungan dengan penetapan klasifikasi, yaitu :
1. Jaringan yang mudah menyebar tidak selalu harus merupakan jaringan asal
2. Tidak ada hubungan patologis atau klinis dalam kategori khusus
3. Sering tidak ada hubungan antara kelainan jinak dan ganas dengan unsur-
unsur jaringannya, misalnya osteoma dan osteosarkoma.
Klasifikasi tumor tulang menurut WHO tahun1972
ASAL SEL JINAK GANAS
Osteogenik
Osteoblastoma
Osteoma
Osteoblastoma
Osteoid Osteoma
Osteosarkoma
Parosteal osteosarkoma
Kondrogenik
Fibroma kondromiksoid
Kondroma
Osteokondroma
Kondrosarkoma
Kondrosarkoma juksta kortikal
Kondrobalstoma
Fibroma kondromiksoid
Kondrosarkoma mesenkim
Giant cell tumor Osteoklastoma
Mielogenik Sarkoma Ewing
Sarkoma Retikulum
Limfosarkoma
Mieloma
Vaskuler
Intermediate:
Hemangio-endotelioma
Hemangio-peristoma
Hemangimona
Limfangioma
Tumor glomus
Angisarkoma
3 | P a g e
Jaringan Lunak Fibroma desmoplastik
Lipoma
Fibrosarkoma
Liposarkoma
Mesenkimoma ganas
Sarkoma tak berdiferensiasi
Tumor Lain Neurinoma
Neurofibroma
Kordoma
Adamantimoma
Tumor tanpa klasifikasi Kista Soliter
Kista Aneurisma
Kista juksta-artikuler
Defek Metafisis
Granuloma eosinofil
Displasia fibrosa
Miositis osifikans
Tumor Brown
Hiperparatiroidisme
4. Patogenesis
Patogenesis suatu tumor tulang suatu tumor tulang sesuai dengan gambaran
Rontgennya. Satu hal yang harus dipahami ialah bahwa sel neoplasma tidak
menghancurkan tulang, tetapi merangsang resorbi tulang di tempat tersebut secara
osteoklastik. Selain itu sel neoplasma tertentu merangsang pembentukan tulang secara
osteoblastik sehingga terjadi apa yang dinamakn “reactive bone”
Neoplasma yang bersifat osteogenik (membentuk tulang) dapat menhabiskan
osteoid dan tulang ini disebut “tumor bone” atau neoplastic bone”. Maka suatu lesi
yang mengenai ulang akan terlihat gambaran radiologis berupa resorbsi dan deposisi
tulang dengan perbandingan tertentu. Resorbsi tulang akan terlihat sebagai osteolisis
dan deposisi tulang akan terlihat sebagai osteosclerosis.
Suatu lesi tulang yang tumbuh lambat akan menyebabkan reaksi dalam tulang
disekitarnya dimana reactive bone yang terbentuk dapat menyelubungi/menutupi
neoplasma dibawahnya. Dalam lesi seperti ini yang lambat tumbuhnya, permukaan
cortex sebelah dalam mengalami erosi secara lambat, sementara periosteum
4 | P a g e
membentuk tulang aru pada permukaan cortex sebelah luar. Keadan ini menyebakan
bertambah besarnya tulang.
5. Diagnosis
Untuk menetapkan diagnosis tumor tulang diperlukan beberapa hal, yaitu:
5.1. Anamnesis
Anamnesis penting artinya untuk mengetahui riwayat kelainan atau trauma
sebelumnya. Perlu pula ditanyakan riwayat keluarga apakah ada yang menderita
penyaki yang sejenis misalnya diafisial aklasia yang bersifat herediter.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam anamnesis adalah:
a. Umur
Umur penderita sangat penting untuk diketahui karena banyak tumor tulang
yang mempunyai kekhasan dalam umur terjadinya, misalnya osteogenik
sarkoma ditemukan pada anak sampai sebelum dewasa muda, kondrosarkoma
pada umur 40 tahun, giant cell tumor jarang ditemukan dibawah umur 20
tahun.
b. Lama dan perkembangan (progesifitas) tumor
Tumor jinak biasanya berkembang secara perlahan dan bila terjadi
perkembangan yangcepat dalam waktu singkat atau suatu tumor yang jinak
tiba-tiba menjadi besar maka perlu dicurigai adanya keganasan.
c. Nyeri
Nyeri merupakan keluhan utama pada tumor ganas. Adanya nyeri menunjukan
tanda ekspansi tumor yang cepat dan penekanan ke jaringan sekitarnya,
perdarahan atau degenerasi.
d. Pembengkakan
Kadang-kadang penderita mengeluhkan adanya suatu pembengkakan, yang
timbul secara perlahan-lahan dalam jangka yang lama atau secara tiba-tiba.
5.2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain meliputi;
1. Inspeksi
- Lokasi tumor, ukuran tumor, kondisi tumor, hiperemis/tidak, pelebaran
pembuluh darah/tidak, ada ulkus/tidak
2. Palpasi
- Besarnya massa, ada nyeri/tidak, permukaan, konsistensi, hangat/tidak
5 | P a g e
3. Gerakan
- Ada gangguan pergerakan/tidak, terfiksasi/dapat digerakan, ada/tidaknya
fluktuasi, ada/tidaknya spasme otot, ada/tidaknya kekuan tulang,
ada/tidaknya fraktur.
Hal-hal yang penting pada pemeriksaan klinik adalah:
a. Lokasi
Beberapa jenis tumor mempunyai lokasi yang klasik dan tempat-tempat
predileksi tertentu seperti di daerah epifisis,metafisis tulang atau menyerang
tulang-tulang tertentu misalnya osteoma pada daerah tengkorak, osteogenik
sarkoma pada daerah metafisis, osteoblastoma di daerah vertebra.
b. Besar, bentuk, batas dan sifat tumor
Tumor yang kecil kemungkinansuatu tumor jinak, sedangkan tumor yang
besar kemungkinan adalh tumor ganas. Penting pula diperhatikan bentuk tuor
apakah disertai pelebaran pembuluh darah atau ulkus yang merupakan
karakteristik suatu tumor ganas. Tanda-tanda efusi sendi mungkin dapat
ditemukan pada tumor yang berdekatan dengan sendi.
c. Gangguan pergerakan sendi
Pada tumor yang besar di sekitar sendi akan memberikan ganguan pergerakan
sendi.
d. Sapasme otot dan kekakuan tulang belakang
Apabila tumor terdapat pada daerah tulang belakang, baik jinak atau ganas,
dapat memberikan spasme/kekakuan otot tulang belakang.
e. Fraktur patologis
Beberapa tumor ganas dapat memberikan komplikasi fraktur patologis oleh
karena terjadi kerapuhan pada tulang sehingga akan datang dengan gejala
fraktur.
5.3. Pemeriksaan Neurologis
Bila terdapat gejala gangguan neurologis pada penderita, maka pemeriksaan
neurologis perlu dilakukan secara cermat untuk menentukan apakah gangguan ini
timbul oleh karena penekanan tumor pada saraf tertentu. Kemudian kita lihat pada
saraf sensorik, kota lihat dermatomnya sedangkan pada saraf motorik kita lihat
reflek dan kekuatannya.
Kriteria kekuatan otot:
6 | P a g e
Derajat 0 : Tidak bergerak sama sekali
Derajat 1 : Hanya kontraksi otot saja
Derajat 2 : Dapat menggeser anggota geraknya
Derajat 3 : Dapat mengangkat anggota geraknya tanpa beban
Derajat 4 : Dapat mengangkat anggota geraknya dengan tahanan ringan
Derajat 5 : dapat mengangkat anggota geraknya dengan tahanan berat
5.4. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis merupakan salah satu pemeriksaan yang sangat penting
dalam menegakan diagnosis tumor tulang. Dilakkan foto polos lokal pada lokasi
lesi atau foto survei seluruh tulang (bone survey) apabila dicurigai adanya tumor
yang bersifat metastasis atau tumor primer yang dapat mengenai beberapa bagian
tulang.
Foto polos tulang dapat memberikan gamabaran tentang:
- Lokasi lesi yang lebih akurat apakah pada daerah epifisis, metafisis, diafisis
atau pada organ-organ tertentu.
- Apakah jenis tumor bersifat soliter atau multiple
- Jenis tulang yang terkena
- Dapat memberikan gambaran sifat-sifat tumor yaitu:
- Batas: apakah berbatas tegas atau tidak, mengandung kalsifikasi atau
tidak
- Sifat-sifat tumor: apakah bersifat uniform atau bervariasi, apakah
jaringan lunak sekitarnya terinfiltrasi, apakah memberikan reaksi pada
periosteum yang berupa:
1. Codman’s Triangle → pertumbuhan neoplasma yang cepat, yang
mengakibatkan terangkatnya periosteum dan tulang reaktif terbentuk
antara periosteum yang terangkat dengan tulang (periosteum tulang
yang baru dapat tertimbin dekat tempat lesi)
2. Soap Bubble Apearence → lesi kistik pada ujung-ujung tulang yang
dibatasi tulang subkondrol, kortex tulang terlihat menipis dan
menggelembung (berbentuk balon), biasanya pada satu sisi
permukaan sendi bayang tumor bersifat radiolusen dan dapat
ditemukan adanya trabekulasi berbentuk seperti gelembung sabun,
yang terlihat sebagai daerah yang radiolusen.
7 | P a g e
3. Onion Skin Appearence → efek kulit bawang yang terbentuk dari
tepi lesi yang tidak tegas, menunjukan bahwa adanya proses invasi
tumor ke jaringan tulang, lesi ini tumbuh cepat sehingga tulang tidak
mempunyai cukup waktu untuk mengadakan respon penebalan untuk
bereaksi melawan massa tersebut, tumor menembus kortex lalu
periosteum terkelupas lalu mengadakan respon dengan menimbun
suatu lapisan tipis tulang teaktif lalu tulang akan terangkat dan reaksi
periosteal ini berulang kembali.
4. Sun Burst Appearence → suatu keadaan dimana terjadi penjalaran
sel tumor yang mengikuti pertumbuhan pembuluh darah, sehingga
pada rontgen terlihat seperti pancaran sinar matahari.
- Sifat lesi : apakh berbentuk kistik atau seperti gelembung sabun
Pemeriksaan radiologis lain yang dapat dilakukan yaitu:
- Radionuklida scanning
Pemeriksaan ini biasanya dipergunakan pada lesi yang kecil seperti
osteoma.
- CT-Scan
Pemeriksaan Ct-Scan dapat memberikan informasi tentang keberadaan
tumor apakah intraoseus atau ekstraoseus.
- MRI
MRI dapat memberikan informasi apakah tumor berada dalam tulang,
apakah tumor berekspansi ke dalam sendi atau ke jaringan lunak.
5.5. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan tambahan/penunjang dalam
membantu menegakan diagnosis tumor
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi:
- Darah
Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan laju endap darah, hemoglobin, serum
alkali fosfatase, serum elektroforesis protein , serum asam fosfatase yang
memberikan yang mempberikan nilai diagnostik pada tumor ganas tulang.
- Urin
Pemeriksaan urin yang penting adalah pemeriksaan protein Bence-Jones
8 | P a g e
5.6. Pemeriksaan Biopsi
Tujuan pengambilan biopsi adalah memperoleh material yang cukup untuk
pemeriksaan histologis, untuk membantu menetapkan diagnosis serta stagging
tumor. Waktu pelaksanaan biopsi sangat penting sebab dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan radiologis yang dipergunakan pada stagging. Apabila pemeriksaan
CT-Scan dibuat setelah dilakukan biopsi, maka akan tampak perdarahan pada
jaringan lunak yang memberikan kesan gambaran suatu keganasan pada jaringan
lunak.
Dikenal dua metode pemeriksaan biopsi yaitu biopsi secara tertutup dan secara
terbuka:
1. Biopsi Tertutup
Biopsi tertutup dengan menggunakan jarum halus (fine needle aspiration,
FNA) untuk melakukan sitodiagnosis, merupakan salah satu cara biopsi untuk
melakukan diagnosa pada tumor.
Keuntungan dari FNA adalah :
- Tidak perlu perawatan penderita
- Resiko komplikasi seperti perdarahan dan infeksi dapat dihindarkan
- Mencegah penyebaran tumor\dibandingkan dengan biops terbuka, maka
dengan biopsi jarum dapat diambil material dari beberapa bagian tumor.
- Hasil awal dapat diketahui dalam 15-20 menit setelah biopsi
- Dapat ditentukan rencana pemeriksaan selanjutnya serta anjuran terapi
sessat setelah hasil biopsi yang diketahui dengan cepat.
Biopsi tertutup dilakukan pada:
- Tumor sumsum tulang, misalnya pada mieloma multiple
- Untuk konfirmasi pada metastasis suatu tumor
- Untuk mendiagnosis suatu kisat tulang yang sederhana
- Membedakan infeksi dan penyakit granuloma eosinofilik
- Konfirmasi penemuan histologik sarkoma
- Konfirmasi rekuren lokal
Yang perlu diingat pada pemeriksaan ini adalah biopsi tertutup dengan
jarum tidak dianjurkan pada tumor ganas tulang primer lainnya.
9 | P a g e
2. Biopsi Terbuka
Biopsi terbuka adalah metode biopsi melalui tindakan operatif.
Keunggulan biopsi terbuka dibanding dengan biopsi tertututp yaitu dapat
diambil jaringan yang lebih besar untuk pemeriksaan histologik dan
pemeriksaan ultramikroskopik, mengurangi kecenderungan perbedaan
diagnostik tumor jinak dan tumor ganas seperti antara enkondroma dan
kondrosarkoma, osteoblastoma dan osteosarkoma. Biopsi terbuka tidak boleh
dilakukan bila dapat menimbulkan kesulitan pada prosedur operasi
berikutnya, misalnya pada reseksi en-bloc.
Untuk itu, biopsi terbuka dilakukan dengan cara seperti berikut:
- Sekecil mungkin tetapi jaringan yang diambil tepat
- Diambil secara longitudinal dan tidak secara horizontal
- Menghindari struktur-struktur neovaskuler yang besar
Biopsi terbuka dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
- Biopsi Insisional
Biopsi insisional dilakukan melalui pengambilan sebagian jaringan
tumor
- Biopsi Eksisional
Dilakukan dengan mengeluarkan seluruh tumor baik dengan hanya
seluruh jaringan tumor saja dikeluarkan bersama-sama dengan anggota
gerak (amputasi)
5.7. Mikroskop elektron
Disamping pemeriksaan histopatologik dengan mikroskop biasa, pemeriksaan
juga dapat mempergunakan mikroskop elektron. Pemeriksaan dengan mikroskop
elektron mempunyai peran arti diagnostik yang kecil dan biasanya untuk
memberikan dukungan bila diagnosis secara histolis meragukan, misalnya pada
sel mieloma plasma dimana dibutuhkan identifikasi sel yang tepat.
10 | P a g e
6. Diagnosis Banding
Diagnosis banding perlu dilakukan dengan sangat hati-hati oleh karena kelainan-
kelainan lain seperti infeksi, miositis osifikans, hematoma dapat memberikan
gambaran klinis dan radiologik yang menyerupai gambaran suatu tumor ganas tulang.
Kelainan-kelainan yang dapat memberikan gambaran klinis dan radiologik yang
menyerupai tumor antara lain:
- Hematoma subperiosteal atau pada jaringan lunak yang akan memberikan
benjolan yang disertai nyeri.
- Osteomielitis dapat memberikan gejala seperti tumor ganas osteosarkoma atau
tumor ganas Ewing
- Fraktur stres: ini akan memberikan gejala nyeri dan gambaran adanya fraktur
- Miositis osifikans
- Artritis gout
7. Grading dan Staging Tumor Ganas Tulang
Grading
Dikenal dua jenis grading pada tumor ganas tulang, yaitu:
1. Grading secara histologik
Grading ini di tetapkan berdasarkan tingkat anaplasia dari sel dan dibagi lagi
dalam:
- Tingkat 1
Anaplasia sangat minimal dan sangat sulit dibedakan dengan jaringan normal.
Harus dibandingkan pemeriksaan kliniko-radiologis.
- Tingkat 2
Anaplasia dengan tingkat sedang. Di sini dapat diketahui tingkat anaplasia
sebagai suatu tumor ganas hanya dengan melakukan pemeriksaan sitologi
semata-mata.
- Tingkat 3
Anaplasia yang hebat dimana terlihat banyak perubahan-perubahan sel dengan
sel yang besar dengan nuklei yang besar pula serta mitosis yang banyak.
11 | P a g e
2. Grading secara biologik
- Tingkat 1
Pertumbuhan dan metastasis tumor lambat, kurang dari 10% dalam 5 tahun.
Misalnya pada tingkat 2 dan 3 secara histologik dari osteogenik sarkoma
periosteal.
- Tingkat 2
Pertumbuhan tumor cepat dan metastasis antara 1150% dalam 5 tahun.
Misalnya pada osteosarkoma sklerosing tingkat 1 secara histologik.
- Tingkat 3
Pertumbuhan sangat cepat, dalam waktu 5 tahun lebih 50% sudah
bermetastasis. Sebagai contoh sarkoma Ewing dan osteogenik saroma
intermeduler tingkat 2 dan 3 secara histologik.
Stagging
Stagging tumor dibagi dalam:
1. Stagging secara klinis
Stagging secara klinis membantu dalam memberikan informasi tentang adanya
perluasan keganasan sebelum operasi dilakukan. Penentuan staging berdasarkan
atas sifat alami tumor ganas, besarnya, pinggirnya serta ada/ tidaknya penyebaran
regional pada kelenjar limfe atau metastasi jauh.
Tujuan stagging adalah sebagai berikut:
- Membantu mengevaluasi prognosis
- Mengadakan kerangka perencanaan pengobatan untuk mengoptimalisasi
keunggulan dari setiap metode yag berbeda, misalnya kemoterapi, radioterapi,
operasi, embolisasi
- Membuat metodelogi standar untuk dibandingkan hasilnya dengan institusi
lain
2. Stagging operasi
Kriteria ditentukan atas:
- Gradingoperasi (G1 dan G2)
o Yang masuk dalam G1 adalah low grade malignant misalnya pada
periosteal sarkoma
12 | P a g e
o Yang masuk dalam G2 adalah high grade malignant misalnya pada
sarkoma Ewing
- Lokasi operasi
o Intrakompartemen (T1)
o Ekstrakompartemen (T2)
- Ekstensi
o Bila belum terdapat metastasis maka tumor dikelompokan dalam M0
o Bila sudah terdapat metastasis maka tumor dikelompokan dalam M1
8. Penatalaksanann
Operasi
Eksisi tumor dengan cara operasi dapat dilakukan dengan beberapa tehnik (gambar
dibawah).
8.1. Intralesional atau intrakapsuler
Tehnik ini dilakukan dengan cara eksisi/kuretase tumor, tidak dianjurkan pada
tumor ganas dan biasanya dilakukan pada kelompok tumor low grade tumor,
misalnya giant cell tumor.
8.2. Eksisi marginal
Eksisi marginal adalah pengeluaran tumor di kapsulnya. Tehnik ini terutama
dilakukan pada tumor jinak atau tumor ganas jenis low grade malignancy.
8.3. Eksisi luas (eksisi en-bloc)
Pada eksisi luas, tumor dikeluarkan secara utuh disertai jaringan disekitar tumor
yang berupa paseudo-kapsul atau jaringan yang bereaksi diluar tumor. Tindakan
eksisi luas dilakukan pada tumor ganas dan biasanya dikombinasi dengan
pemberian kemoterapi atau radioterapi pada pre/pasca operasi.
8.4. Operasi Radikal
Operasi radikal dilakukan seperti eksisi luas dan ditambah dengan pengeluaran
seluruh tulang serta sendi dan jaringan sebagai satu bagian yang utuh.
Cara ini biasanya berupa maputasi anggota gerak di atasnya dan disertai
pengeluaran sendi di atasnya.
Dengan staging yang tepat serta pemberian kemoterapi untuk mengkontrol
penyebaran tumor, tindakan amaputasi dapat dihindarkan dengan suatu tehnik yang
13 | P a g e
disebut limb-sparing surgery (limb saving procedure) yaitu berupa eksisi yang luas
disertai dengan penggantian anggota gerak dengan mempergunakan bone graft atau
protesis yang disesuaikan dengan anggota gerak tersebut yang dibuat khusus secara
individu.
Radioterapi
Radiasi dengan energi tinggi merupakan suatu cara untuk eradikasi tumo-
tumor ganas yang radiosensitif dan dapat juga sebagai pengobatan awal sebelum
tindakan operasi dilakukan. Kombinasi radioterapi dapat pula diberikan bersama-sama
dengan kemoterapi. Radioterapi dilakukan pada keadaan-keadaan yang in-operable
misalnya adanya metastasis atau keadaan lokal yang tidak memungkinkanuntuk
tindakan operasi.
Kemoterapi
Kemoterapi merupakan suatu pengobatan tambahan pada tumor ganas tulang
dan jaringan lunak. Obat-obatan yang dipergunakan adalah metotreksat, adriamisin,
siklofosfamid, vinkristin, siplatinum. Pemerian kemoterapi biasanya dilakukan pada
pre/pasca operasi.
9. Jenis-jenis Tumor Tulang
9.1. Lesi reaktif pada tulang
9.1.1.Osteoid Osteoma
Kelainan ini merupakan lesi reaktif. Agak jarang ditemui. Biasa
terjadinya pada anak-anak atau remaja, terutama anak laki-laki, dan kadang-
kadang pada orang dewasa muda. Bisa timbul pada setiap tulang, tetapi yang
sering adalah pada tungkai bawah yaitu femur atau tibia. Etiologinya tidak jelas.
Nyeri bersifat ringan tetapi menetap, terutama terasa pada malam hari.
Bila lesi terdapat dekat sendi, terjadi rangsang yang menambah cairan sendi
(synovial effusion) dan dapat menganggu gerakan sendi.
Tetapi secara operatif yaitu eksisi inti osteoid disertai sedikit tulang
sekitarnya untuk mencegah residif. Tulang reaktif yang tertinggal lambat laun
akan hilang.
9.1.2.Monostotic Fibrous Dysplasia
Merupakan proliferasi jaringan fibrosa di daerah tulang cancellous.
Sering terjadi pada anak-anak atau dewasa muda. Lesi akan bertambah besar
14 | P a g e
dan jaringan tulang diganti jaringan fibrosa sehingga daerah tersebut menjadi
lemah dan mudah patah.
9.1.3.Simple Bone Cyst
Lesi ini juga bukan neoplasma sesungguhnya, tetapi bisa menyerupai
neoplasma. Terjadi pada nak-anak dan remaja. Tulang yang sering terkena:
- Ujung atas humerus
- Ujung atas femur
- Ujung atas tibia
- Ujung bawah radius
Lesi berkembang hingga memenuhi metafisis dan terkadang
perkembangannya sangat lambat dan sedikit.
9.2. Hamartoma
9.2.1.Osteochondroma / Osteocartilagineous Exotosis
Lesi yang berupa penumbuhan tulang diluar batas tulang. Biasanya terjadi pada
orang muda, tetapi bisa juga ditemukan pada orang dewasa yaitu bila exotosis
yang timbul pada waktu muda tidak dioperasi dan menetap hingga umur
dewasa.
Lesi biasanya timbul di daerah metafisis:
- Ujung bawah femur
- Ujung atas tibia
- Ujung atas humerus
Yaitu tulang-tulang yang palin aktif pertumbuhannya. Arah tonjolan selalu
mejauhi epifisis. Diatas penonjolan akan timbul bursa synovialis karena
pergesekan.
Ada 2 jenis Ostechondroma yaitu:
1. Bertangkai panjang dan dasar kecil (pedunculated)
2. Bertangkai pendek dan dasar lebar (sessile type).
Pada kelainan ini dapat terjadi degenerasi maligna, yaitu berubah menjadi
Chondrosarcoma (1%). Lesi ini boleh dioperasi, boleh juga dibiarkan. Bila
kelihatan menggangu secara kosmetik atau menghambat fungsi organ-organ
sekitarnya perlu dilakukan extirpasi.
15 | P a g e
9.2.2.Enchondroma
Lesi ini terdiri dari sel tulang rawan yang normal, tetapi berbeda di
dalam tulang. Sering dianggap sebagai tumor jinak, tetapi sebetulnya, melainkan
merupakan pertumbuhan abnormal dari sel-sel yang normal. Keadaan ini baru
diketahui pada waktu remaja atau dewasa muda. Lokasi paling sering pada
tulang-tulang panjang pada tangan dan kaki, yaitu:
- Phalanx
- Metatarsal
- Metacarpal
Reabsorpsi tulang melebihi deposisi (penghancuran dari pada
pembentukan). Bentuk tulang tersebut bertambah besar tetapi cortexnya
semakin tipis. Secara histologis sukar dibedakan dengan Chondrosarcoma.
Biasanya tidak ada rasa sakit dan baru diketahui bila timbul benjolan atau bila
terjadi fraktur patologis. Tetapi sebaiknya curretage dan bone grafting.
9.2.3.Angioma
Angioma berarti tumor pembuluh, ada 2 jenis angioma, yaitu:
1. Hemangioma
2. Lymphangioma
Hemagioma
Yaitu tumor pembuluh darah. Kelainan ini merupakan hamartoma
yang bersifat vaskuler, terbentuk dalam tulang. Biasanya pada tulang tengkorak
dan corpus vertebrae. Jarang menimbulkan gejala, sehingga biasanya
terdiagnosa.
Lymphangioma
Jenis ini dapat tumbuh dan berkembang dengan cepat dan
menyebabkan destruksi tulang yang hebat pada suatu atau beberapa tulang.
Keadaan ini kadang-kadang menyebabkan suatu tulang hilang (phantom bone).
16 | P a g e
9.2.4.Aneurysmal Bone Cyst
Juga berasal atau berhubungan dengan pembuluh. Biasanya bermula di
dalam sumsum tulang atau di dalam tulang cancellous. Terjadi biasanay pada
remaja atau dewasa muda, yaitu tulang belakang dan kadang-kadang pada
metafisis tulang panjang sperti humerus.
Bersifat destruktif secara lokal, merusak cortex dari sebelah dalam, sementara di
sebelah luar terjadi deposisi tulang reaktif. Perkembangannya cepat, biasanya
menimbulkan rasa sakit tetapi jarang mengakibatkan fraktur patologis. Secara
rontgen terlihat suatu lesi yang bersifat osteolitik yang besar dan kelihatannya
seperti aneurysma.
Terapi: curratage dan bone grafting. Dapat juga dilakukan terapi radiasi pada
lesi yang berbeda di tempat yang dalam.
9.3. Neoplasma Primer
9.3.1. Osteogenic
1. Osteosarcoma
Tumor ini sangat ganas. Berasal dari sel-sel daerah metafisis tulang
panjang. Terjadi pada orang muda mulai dari anak-anak, remaja samapi
dewasa muda. Paling sering mengenai:
- Ujung bawah femur
- Ujung atas tibia/fibula
- Ujung atas humerus
Pada orang tua dapat juga terjadi Osteosarcoma yaitu sebagai
komplikasi Paget’s disease. Pertumbuhan cepat dan destruktif, kadang-
kadang membentuk banyak tulang tumor (neoplastic bone), sehingga secara
Rontgen terlihat sklerotik. Yang lebih banyak bersifat osteolitik.
Sementara tumbuh tumor mengakat periosteum sehingga terbentuk
reactive bone pada sudut-sudut dimana periosteum terankat, dan ini disebut
Codman’s triangle. Selain itu reactive bone terbentuk sepanjang aliran darah
dan ini disebut Sunburst. Ini terlihat pada kira-kira 50% kasus
Osteosarcoma, tetapi tidak bersifat pathogomonik. Artinya tanda-tanda ini
bisa juga ditemukan pada kasus yang bukan Osteosarcoma. Osteosarcoma
mengadakan metastase ke paru-paru pada saat dini. Gejala yang paling
17 | P a g e
sering ialah rasa sakit, mula-lmula ringan dan intermitent, makin lama
makin hebat dan menetap.
Karena timbul pada daerah metafisis, yaitu dekat persendian, maka
dapat mengganggu fungsi sendi. Masa tumor membesar dan biasanya nyeri
tekan. Karena banyak mengandung pembuluh darah maka kulit sekitarnya
agak hangat dan vena-venanya melebar.
Prognosa sangat buruk, karena cepatnya metastase ke paru-paru
melalui pembuluh darah. Lebih dari 90% akan meninggal dalam 3 tahun
meskipun sudah diusahakan tetapi secra intensif termasuk amputasi.
Osteosarcoma tidak sensitif terhadap penyinaran. Bila secara Rontgen
belum terlihat metastase di paru-paru maka terapi satu-satunya yang dapat
diusahakan adalah amputasi. Meskipun sudah metastase, kadng-kadang
diperlukan juga amputasi yaitu untuk mengatasi rasa sakit yang hebat.
2. Parosteal Sarcoma
Sedikit lebih jarang dari Osteosarcoma. Biasanya mengenai remaja dan
dewasa muda. Sering pada ujung bawah femur.
Lesi ini berasal dari sel osteoblastik pada periosteum. Pertumbuhannya di
sisi tulang sehingga disebut “para-osteal”. Secara Rontgen terlihat tumor
yang sklerotik (pekat). Pertumbuhannya agak lambat dibanding dengan
Osteosarcoma. Tidak menimbulkan rasa nyeri dan jarang terjadi fraktur
patologis.
Metastase ke paru-paru lambat, maka prognosisinya lebih baik dari
Osteosarcoma. Dengan terapi amputasi diharapkan penderita akan selamat.
3. Osteoclastoma (Giant Cell Tumor)
Giant cell tumor tulang adalah neoplasma khas berdiferensiasi buruk.
giant cell multinuklear ternyata hasil dari fusi proliferasi sel mononuclear,
dan meskipun faktanya mereka adalah sel mononuklear, giant cell
osteoclast-like, dengan atau tanpa modifikasi, terjadi dalam berbagai kondisi
patologis tulang. Terdapat suatu kebingungan dalam menemukan giant cell
tumor, di beberapa literatur baru giant cell tumor menyertakan kondisi
18 | P a g e
seperti fibroma nonosteogenic, benign chondroblastoma, fibroma
chondromyxoid, kista tulang unikameral dengan lapisan seluler, granuloma
giant cell reparative (epulis), tulang aneurysmal kista, hyperparathyroidsm,
osteosarcoma yang mengandung giant cell. Ini disebut juga "varian" giant
cell tumor.
Kondisi yang membingungkan dengan giant cell tumor, yang kadang-
kadang bertemu jinak, sering fibrogenic, dan dapat ditemukan tidak cocok
dengan salah satu kategori yang dikenal. Giant cell tumor ini langka
ditemukan, proliferasi tulang baru yang mungkin ditemukan di tulang
belakang atau tulang kecil tangan dan kaki, mungkin juga suatu reaksi aneh
di tulang dan memiliki prognosis yang baik.Banyak pendapat seputar
neoplasma ini; asal osteoclast tidak diketahui dan bahkan tidak ada kesepakatan
bahwa osteoclast adalah sel neoplastik utama sebuah osteoclastoma. sebelumnya,
beberapa neoplasma jinak, dan bahkan lesi non-neoplasmic yang mengandung
osteoklas, atau giant cell, dianggap osteoclastoma. sekarang ini kurang serius
"varian giant cell" telah dikeluarkan, apa yang tersisa sebagai osteoclastoma sejati
adalah neoplasma yang tangguh.
Secara lokal neoplasma osteoclastoma merusak cancellous dan tulang
kortikal yang diserap dari dalam dan secara bersamaan, deposit periousteum di
luar tulang sehingga ujung tulang akhirnya menjadi diperluas. pertumbuhan
mungkin lambat, atau relatif cepat, tergantung pada aggresivitas dari lesi
tertentu. dua-pertiga dari neoplasma yang jinak dalam perilaku mereka, satu-
keenam secara lokal agresif dan seperenam terus terang menjadi ganas.
Giant cell tumor ini tidak dapat didiagnosis kecuali dengan bukti
histologis giant cell tumor ditemukan dalam lesi atau pernah ditunjukkan
sebelumnya di jaringan yang sama. jika sel-sel stroma dari tumor yang kaya
akan giant cell jinak yang ganas diseluruhnya, dengan bentuk lain sebuah
osteo atau fibrosarcoma. Kejadian giant cell tumor banyak didominasi oleh
perempuan. 57,9% terjadi pada wanita dengan kejadian 74% dari perempuan
dalam usia kurang dari 20 tahun. Sedangkan peristiwa tumor-tumor lain
sebagian besar terjadi pada laki-laki. Tumor ini terjadi pada orang dewasa muda
setelah selesai pertumbuhan lempeng epifisis menjadi tulang kaku. Paling sering
terjadi antara usia 15 dan 35 tahun. Multiple tumor yang mengandung benign
19 | P a g e
giant cell tumor sangat memungkinkan bahwa pasien tersebut menderita
penyakit lain, seperti masalah metabolic.
LOKASI:
Kebanyakan daerah predileksi giant cell tumor adalah pada epiphysis tulang
simetris dari tulang panjang, seperti tulang proksimal tibia, distal femur, dan distal
radius. Lebih dari setengah dari lesi terjadi di sekitar lutut. Juga dapat ditemukan
di pelvis, sacrum, fibula, distal tibia, corpus vertebrae, sphenoid, tulang rusuk dan
tulang di atas sacrum. "varian" yang lain lebih umum muncul dalam tulang
tarsal, phalang, dan manubrium.
Beberapa giant cell tumor tidak memanjang sepenuhnya ke kartilago
artikular, meskipun sebagian besar dari mereka melakukannya. dalam
beberapa kasus tumor dapat mencapai metaphyseal.
STAGING:
1. Stage I
- Bening latent dari giant cell tumor
- Tidak ada aktivitas agrasif lokal
2. Stage II
- Benign active giant cell tumor
- Pada pencitraan terlihat gambaran alterasi struktur tulang cortical
3. Stage III
- Agresif local tumor
- Pada pencitraan terlihat gambaran lesi litik mengelilingi medulla dan korteks
tulang
- Tumor dapat melewati korteks dan penetrasi ke jaringan lunak
MANIFESTASI KLINIS:
Anamnesa:
1. Gejala umum : kelemahan.
2. Gejala lokal :
- Kesakitan hampir selalu gejala dominan
- Pasien mengeluh sakit lokal, bersifat kronis, konstan, persisten,
didaerah sendi progresif semakin parah, lebih parah pada malam
20 | P a g e
hari dan meningkat dengan aktivitas. Tingkat keparahan yang
berkaitan dengan laju pertumbuhan neoplsma tersebut
PEMERIKSAAN FISIK
1. Look :
o Pembengkakan di daerah yang terkena dampak. ujung tulang
meluas ke satu sisi, dan kulit di atasnya meregang.
o Efusi ke dalam sendi yang berdekatan, panas dan kemerahan
daerah setempat.
o Kontras dengan osteosarcoma, kulit tidak menampilkan vasodilatasi
pembuluh darah.
o Mungkin ada atrofi otot karena tidak digunakan
2. Feel :
o Tekanan akibat pembengkakan menghasilkan terdengar dan teraba
berderak (crackling) oleh karena rupturnya korteks tulang.
o Keras, kadang-kadang crepitant dan massa yang menyakitkan
ditemukan lebih dari 80% pasien.
3. Move :
o Jika lesi berbatasan dengan tulang rawan artikular, hampir selalu ada
beberapa gangguan fungsi sendi, keterbatasan gerakan sendi
o Tanda fraktur patologis : terjadi kemudian akibat hancurnya
sebagian besar tulang kortikal dan cancellous.
21 | P a g e
TEMUAN RADIOLOGI:
1. Rontgen:
Menurut Gee dan Pugh, 1958, giant cell tumor dapat digambarkan sebagai
suatu zona radiolusen yang meluas terletak eksentris pada akhir tulang panjang orang
dewasa. Penampilan tidak spesifik giant cell tumor diproduksi oleh semua tumor.
tampilan radiologi mungkin telah diubah oleh fraktur patologis atau dengan terapi
sebelumnya. batas antara tumor dan tulang normal ditandai dengan perubahan
bertahap densitas, dan tidak ada sklerosis reaktif pada pertemuannya pada tumor ini
yang tidak diobati. Tumor jinak giant cell yang implan ke dalam jaringan lunak atau
bahkan ketika metastasis sering menghasilkan gambaran pinggiran osifikasi. Lesi
metaphyseal hampir pasti bukan giant cell tumor, dan sangat sedikit kasus yang
tersebut yang telah dilaporkan.
Giant cell tumor dapat terjadi pada lesi penyakit Paget, komplikasi jarang
memiliki kecenderungan pada tulang tengkorak dan wajah., sebuah tumor iliaka,
berkembang pada osteitis deformans. Lesi lain, terutama fibrosarcoma, dapat
menghasilkan gambaran radiologi seperti giant cell tumor.
Gambar: Giant cell tumor pada tulang trapeziometacarpal
22 | P a g e
Gambar 1. gambaran radiologis terlihat daerah osteolitik di epifisis dengan adanya soap bubble
1. CT Scan: Dapat menentukan lokasi yang tepat
2. Bone Scans: Menurunan uptake radioisotope pada pusat lesin (doughnut sign)
3. MRI: Membantu menunjukkan luasnya destruksi tulang akibat tumor, dan
struktur neovaskular yang terlibat, serta dapat digunakan untuk
mengevaluasi penetrasi subchondral.
TEMUAN MAKROSKOPIS:
Karakteristik jaringan tumor berkonsistensi lunak, rapuh, dan berwarna abu-
abu hingga merah. Gambaran lebih tegas dapat dilihat sebagai hasil dari fraktur
sebelumnya, pengobatan, atau degenerasi, yang semuanya dapat menyebabkan
fibrosis dan produksi osteoid. Bagian kistik atau nekrosis kecil, kadang-kadang penuh
dengan darah, mungkin ada, tetapi ini biasanya merupakan bentuk lesi signifikan yang
tidak diobati atau berubah akibat fraktur sebelumnya. cystifikasi ini mungkin cukup
menonjol dalam neoplasma berulang, ini membingung dengan kista tulang
aneurysmal. Giant cell tumor biasanya agresif, ukurannya membesar jika tidak
diobati. Spesimen tumor secara makroskopis menunjukkan derajat ekspansi tulang
yang terkait dengan atenuasi atau kerusakan korteks tulang tersebut. Sisa struktur
osseus di wilayah tumor sudah benar-benar diganti oleh tumor. Tumor hampir selalu
meluas ke kartilago artikular, dan itu hanya batas cukup baik dibatasi dari tulang dan
tulang rawan yang berdekatan. bahkan dengan lesi yang sangat besar, periosteum
yang jarang terkena.
Giant cell tumor multiple sangat langka, Ditemukan kasus giant cell tumor
mengembangkan setelah eksisi tibia atas dari sphenoid-nya. Ditemukan pula pada
23 | P a g e
kasus-kasus lain, tumor reccurent dari ujung atas humerus dan ilium berkembang
setelah curretage dan grafting, pada tumor yang berlokasi di humerus.
Gambar: Makroskopis giant cell tumor pada tulang tibia.
Gambar: Intraoperatif giant cell tumor pada tendon kaki.
TEMUAN MIKROSKOPIS:
Dasarnya, sel berkembang biak memiliki bentuk bulat hingga oval atau
bahkan inti berbentuk spindel. Di mana diagnostik giant cell tumor, inti dikelilingi
oleh zona sitotplasmic yang tak jelas, dan tidak terlihat adanya substansi antarsel yang
diproduksi. Mitosis dapat ditemukan hampir di setiap lesi, dan dalam beberapa
ditemukan sangat banyak. Inti ini kekurangan hiperkromatism dan bervariasi dalam
ukuran dan bentuk berkarakteristik sarcoma. Namun, kita memang kadang-kadang
menjumpai osteosarcoma dengan small cell maligna yang tidak biasa dan kelimpahan
giant cell jinak. Tumor tersebut dapat menimbulkan masalah yang sulit dalam
diferensiasi secara histologis dari giant cell tumor, tetapi mereka hampir selalu
metaphyseal di lokasi dan dalam kelompok usia lebih muda. histokimia dan metode
ultrastruktur untuk membedakan giant cell tumor dari varian yang belum dapat nilai,
24 | P a g e
sehingga ahli patologi harus membuat diferensiasi pada dasar sitologi dan gambaran
histologis dikorelasikan dengan penemuan rontgen.
Bukti bahwa giant cell berasal dari fusi sel mononuclear, termasuk kesamaan
inti sel mereka. di daerah tertentu, terutama setelah patah tulang atau pengobatan
tidak berhasil, beberapa sel menunjukkan berkembang biak menjadi metaplasia, jenis
yang mampu memproduksi kolagen atau bahkan jaringan osteoid, osteoid dan bahkan
tulang yang sering terlihat di pinggiran implan jaringan lunak atau dalam bentuk
deposito metastatis tumor jinak giant cell. diferensiasi bertulang rawan tidak biasa,
dan kehadirannya mengindikasikan chondroblastoma jinak, terutama jika cenderung
dikret berpulau-pulau. foci chondroid bahkan kemungkinan seseorang tersebut
mengalami suatu osteosarcoma. Zona yang mengandung banyak sel-sel busa (foam
cells) atau iron pigmen phagocytized merupakan hasil dari pendarahan kronis atau
nekrosis. foci nekrotik mungkin hadir dan kadang-kadang luas. fragmen kecil dari
jaringan yang mengandung beberapa giant cell yang tidak memadai untuk verifikasi
benar giant cell tumor; demikian, biopsi aspirasi memiliki kegunaan terbatas dalam
diagnosis neoplasma ini.
Pada sediaan hasil kuretase, Stroma yang vaskuler dengan banyak sel-sel
datia/giant cell. Ditemukan mitosis dengan mudah pada perbesaran 4x dan 10x.
beberapa tempat terdapat sel fibrihistiocit dan xantoma sel.
Gambar 2. gambaran patologis terdapat sel datia dan mitosis sel tumor.
25 | P a g e
Gambar: Giant cell tumor pada tendon yang meluas ke tulang tangan.
DIAGNOSA BANDING:
Giant cell sering ditemukan pada lesi lain, disebut “varian” giant cell tumor.
Lesi ini termasuk nonossifying fibroma, kista tulang unikameral, fibrosis osteitis
lokal, kista tulang aneurysmal, fibroma chondromyxoid, benign chondroblastoma, dan
"tumor cokelat" kadang-kadang ditemukan di hiperparatiroidisme. Karakteristik khas
giant cell tumor adalah:
1. Hampir semua penderitanya adalah orang dewasa muda.
2. Sebagian besar GCT terjadi pada ujung tulang panjang dimana bagian yang
selama tahun-tahun merupakan pertumbuhan epiphysis.
3. Nyeri, umumnya dan yang sering terjadi terutama pada malam hari serta
selama beraktivitas. Sebaliknya, rasa sakit hampir tidak pernah dikaitkan
dengan kista tulang soliter, displasia fibrosa, atau nonossifying fibroma.
4. Bengkak terjadi pada awal penyakit, dapat diraba dan sakit.
5. Korteks yang diperluas seperti kertas tipis dan mungkin berderak ketika
diraba.
6. Gambaran rontgen menunjukkan osteolytic terbatas tetapi expansile tumor,
dan tidak jarang tulang korteks tipis yang diperluas berlubang (perforasi).
Pada giant cell tumor yang lebih besar dapat muncul multilocular dan
menyerupai gelembung sabun (soap bubbles).
7. Pembentukan tulang periosteal baru tidak terlihat pada gambaran rontgen.
8. Sel-sel stroma di giant cell tumor menunjukkan pertumbuhan yang lebih besar
dan multiplikasi dan morfologinya bervariasi dibandingkan sel-sel stroma dari
lesi lain yang biasanya mengandung sel-giant cell.
26 | P a g e
9. Sel stroma dan raksasa dalam giant cell tumor mengandung asam fosfatase
tapi tidak alkaline fosfatase.
10. Pada lesi lain, giant cell lebih sedikit jumlahnya. sel stroma dari lesi yang
tidak giant cell tumor hanya mengandung alkaline fosfatase dan tidak pernah
asam fosfatase.
TATALAKSANA:
Operasi kuret yang diikuti dengan pengisian bone graft atau bone cement.
Dan beberapa terapi adjuvant dengan phenol, insersi PMMA
(polymethylmetacrylate), cryoterapi setelah curetase. Pada beberapa hal dapat
dilakukan reseksi tumor, eksisi luas yang disertai tindakan rekontruksi. Kadang-
kadang juga memerlukan amputasi. Fraktur patologis harus diatasi terlebih dahulu
sebelum dilakukan operasi.
1. Stage I dan II
o Eksisi intra-lesional
Eksisi adalah membuat lubang/jalan keluar yang besar pada korteks, lubang
tersebut harus cukup besar untuk mengeluarkan lesi dari setiap sudut. Buang
5mm tulang dari lesi. Tutup lubang dengan bone graft.
2. Stage III, lesi rekurens, fraktur patologis mayor,
oKategori ini termasuk fraktur patologis mayor, penetrasi tumor ke articular
atau cortical;
o block eksisi
obiasanya termasuk pengangkatan satu sisi sendi, jika diperlukan dilakukan
prosedur rekonstruksi.
Pengangkatan tumor oleh curretage adalah jenis terapi yang paling banyak
diterima. Banyak kauterisasi kimia atau termal dinding cavitas, dan defek biasanya
dipenuh dengan lempengan tulang. Total eksisi tumor dan kulit sekitarnya dari
periosteum tulang kadang-kadang merupakan terapi pilihan, terutama bila tulang
kecil seperti fibula atau radius yang terlibat. beberapa percaya bahwa reseksi total
diindikasikan, bahkan pada lutut, meskipun dapat menyebabkan hilangnya fungsi dari
sendi. Penyambungan tulang atau beberapa perangkat mungkin diperlukan
penggantian. Dalam beberapa lesi besar dengan kehancuran tulang juxta-artikular,
amputasi primer diperlukan. Setelah beberapa kambuh, amputasi atau eksisi radikal
harus dipertimbangkan karena bahaya transformasi ganas.
27 | P a g e
Osteoclastoma memiliki kecenderungan kambuh setelah pengobatan bedah
lokal seperti kuretase, sehingga operasi yang baik harus sama luas yang diperlukan
untuk menghapus semua jaringan neoplastik, Kekambuhan lokal setelah kuretase
merupakan indikasi untuk eksisi lesi lengkap secara menyeluruh dan penggantian
bagian tulang dengan autogenous bone graft, sebuah allograft osteocartilaginous atau
endoprothesis custom-made, termasuk penggantian sendi palsu. Untuk osteoclastoma
paling agresif, dahulu biasanya dilakukan amputasi, namun sekarang ini dapat
dilakukan penggantian tulang dengan bone graft sebesar tulang yang dihilangkan.
Kuretase dan bone graft
Kuretase sendiri memiliki tingkat kekambuhan 85%, dan kekambuhan
penambahan bone graft berkurang sekitar 40%. Kuretase jaringan harus diperluas ke
dalam tulang normal sehingga ada lebih sedikit kesempatan untuk meninggalkan
jaringan tumor di belakang, dan paparan dari bantalan vaskular normal siap
menyediakan sumber dari osteogenesis. Opsional, dinding cacat bedah mungkin
terbakar, tetapi ini tidak terbukti mengurangi tingkat kekambuhan. Kuret dan
penyambungan tulang yang tidak cocok bila tumor telah menghancurkan baik
kondilus maupun memanjang melewati tulang subchondral dengan dukungan kolaps
artikularis. Untuk tumor seperti ini, terapi yang sesuai adalah reseksi en blok atau
amputasi.
Reseksi
Karena kecenderungan tumor berulang dan potensi untuk transformasi ganas,
terutama bila tumor berperilaku agresif dan menampilkan karakteristik sitologis
atipikal, prosedur awal pilihan adalah reseksi luas. Sebuah reseksi en blok harus jika
mungkin mempertahankan sebagian dari korteks yang tidak terlibat, memberikan
dukungan tambahan dengan struts tulang kortikal, dan defek diisi penuh dengan
autogenous cancellous bone. Tumor ini dihilangkan dengan pembungkus tulang
disekitarnya dan periosteum dan sebagian jaringan lunak. Sebuah lesi besar di
epiphysis dari femur, tibia, atau radius dilakukan reseksi dengan arthrodesis,
penggantian dilakukan dengan allograft beku-kering, atau penggantian dengan sebuah
prothesa. Lokasi tumor dimana hal tersebut boleh dilakukan misalnya, ulna distal,
proksimal fibula, tulang belikat, dan tulang kecil dari tangan atau kaki, total eksisi
dapat dilakukan.
Kuretase dan sementasi akrilik
28 | P a g e
Bila tumor besar dan mengganggu plateau tulang subchondral, kuretase
menyeluruh dan pengisian rongga dengan semen akrilik akan mempertahankan tulang
rawan artikular, menyediakan stabilitas, memungkinkan mobilitas awal dan penuh,
dan menggunakan sisa tulang kortikal sepenuh-penuhnya untuk stabilitas struktural.
Ketidaktahuan kekuatan metil metakrilat tidak muncul untuk melemahkan perlawanan
dari semen-tulang komposit dengan beban tegangan vertikal. Periode follow-up
berlangsung selama 7 tahun menunjukkan tingkat kekambuhan yang rendah, metode
ini tidak dapat digabungkan dengan alternatif lain. Polimerisasi panas dapat
menghancurkan sel-sel sisa stroma dan giant cell. Komplikasi jarang terjadi, dan
termasuk degenerasi osteoarthritis dari tulang rawan artikular, fraktur patologis, dan
infeksi.
Kuretase dan cryosurgery
Kuret menyeluruh harus, jika mungkin, hindari pengorbanan luas sekitar
jaringan tulang normal yang diperlukan untuk pelestarian fungsi sendi dan
rekonstruksi selanjutnya mungkin. Focus-focus jaringan tumor yang melewati
lingkaran massa tumor utama dapat diberantas oleh cryosurgery. Kuret menyeluruh
dari tumor diikuti oleh nitrogen cair berangsur-angsur muncul untuk mengurangi
tingkat kekambuhan tumor lokal, dan sebelumnya dilaporkan tingkat transformasi
ganas (15%) berkurang secara signifikan (1,9%). Alasannya adalah untuk
menghancurkan tumor sisa pada batas kuretase oleh proses pembekuan dan pencairan
berulang.
Penggantian masif dengan allograft
Reseksi lokal en blok luas untuk secara tumor ganas lokal agresif atau
terbatas dapat memberikan kontrol yang efektif dari lesi seperti giant cell tumor,
chondrosarcoma grade rendah, adamantinoma, aliran fibrosarcoma grade, dan
osteosarcoma parosteal. Sebuah defek yang besar yang dibuat sesuai dengan segmen
yang direseksi dari tulang panjang (defek intercalary), atau adalah hasil dari
pembuangan sebagian besar ujung tulang panjang yang mencakup permukaan
artikular berdekatan (defek osteoarticular). Seperti limb-sparing reseksi lokal
ekstensif yang luas memerlukan penggantian dengan cangkokan tulang besar,
kebutuhan, harus diperoleh dari mayat yang baru meninggal, diproses untuk
mengurangi antigenisitas, dan disimpan di bank tulang untuk ketersediaan siap.
Penanaman masif allograft
29 | P a g e
Teknik ini menjelaskan bagian bank tulang-tulang allograft-cadevar. Karena
banyak cangkokan seperti osteoarticular dan viabilitas seluler dari tulang rawan
artikular harus dijaga, setidaknya sebagian, prinsip-prinsip berikut ini harus diamati.
Grafts benar-benar dilepaskan dari periosteum. Semua insersi otot dan ligamen
dipertahankan dan ditinggalkan minimal 2 cm. Kapsul seluruh bahu dan lutut
dipertahankan untuk digunakan dalam perbaikan. Glycerolisasi tulang rawan artikular
akan menjaga kelangsungan hidup chondrosit minimal 50% selama pembekuan dan
pencairan dengan mencegah pembentukan kristal es. Permukaan artikular dari segmen
yang akan ditanam direndam dalam larutan gliserol 10% selama 1 jam. Allografts
dibungkus dalam kantong plastik steril dan diperiksa sinar X dalam dua pesawat.
Kemudian mereka didinginkan pada -4 C selama 18 jam (untuk memungkinkan
gliserol untuk menembus matriks dan sel-sel tulang rawan), kemudian beku -70 C dan
disimpan di dalam unit-freeze sampai dibutuhkan. Pada pembedahan, allograft cepat
dibawa ke suhu kamar dengan perendaman dalam larutan ringer's pada 50 C. Skema
ini disebut "slow freeze-rapid thaw” lambat beku-cepat mencair yang menyediakan
tingkat tertinggi kelangsungan hidup sel-sel tulang rawan artikular.
Gambar : Reseksi distal femoral mayor dengan alloimplantasi
Modifikasi :
Tergantung pada lokasi dan luasnya reseksi, prosedur pembedahan dan jenis
allograft bisa diubah sesuai kebutuhan.
o Hemi-joint allograft replacement
30 | P a g e
Reseksi tidak mencakup seluruh bentangan tulang. Penggantian terdiri dari
segmen yang tidak termasuk seluruh permukaan kartilaginosa.
o Intercalary allograft replacement
Sebuah graft tulang segmental, tidak termasuk permukaan artikular.
o Graft segmental ditambah endoprosthesis
Digunakan di pinggul, cangkok segmental diadakan di long-stem oleh Austin
Moore endoprosthesis.
Amputasi
Amputasi diindikasikan untuk tumor agresif luas dengan invasi ke jaringan
lunak, kambuh berulang-ulang, dan tumor ganas sekarang dapat dilakukan
penggantian tulang dengan bone graft sebesar tulang yang dihilangkan. Kadang-
kadang pada usia lanjut, hasil sitologi, perilaku tumor, dan penyakit penyerta lain
yang tidak terkait memungkinkan kebutuhan akan amputasi.
METASTASIS PULMONAL:
Sekitar 5% giant cell tumor akan bermetastasis ke paru, Bahkan pada giant
cell tumor yang secara histologis jinak dapat berperilaku agresif secara lokal,
menyerang pembuluh darah regional, dan menghasilkan lesi metastasis di paru-paru.
Biasanya suatu "benign" muncul tumor, tumor ganas primer, atau yang telah
berkembang dari tumor jinak baik secara spontan atau sebagai akibat dari radiasi,
yang telah metastasis ke paru-paru, membawa prognosis yang buruk. Namun
demikian, ketika lesi paru soliter ditemukan, dan dapat diakses, itu harus dihilangkan
karena kelangsungan hidup jangka panjang belum dapat dinilai. Lesi pada paru dapat
disembuhkan dengan reseksi lesi tersebut.
PROGNOSIS:
Tumor sel raksasa dapat menunjukkan perilaku ganas dan bermetastasis
dalam 1-9% dari pasien (umumnya tidak memiliki prognosis buruk).
Tumor sel raksasa tulang memiliki perilaku biologis yang tak terduga.
Meskipun dianggap sebagai neoplasma jinak, mereka dapat secara lokal agresif, dan
1% sampai 3% memberikan metastasis ke paru-paru, sedangkan 3% sampai 5%
muncul sebagai sarkoma sel raksasa. Giant cell tumor biasanya tumbuh perlahan-
lahan tapi kadang-kadang tumbuh dengan cepat, menghancurkan korteks dan
menyerang jaringan sekitarnya. Lesi dengan gambaran benigna dapat bermetastasis,
5% bermetastasis ke paru.
31 | P a g e
Telah dikenal perubahan kearah keganasan terjadi selama bertahun-tahun
setelah terapi primer. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa tingkat
kekambuhan giant cel tumor adalah > 50%, ini berhubungan dengan tumor yang
diobati terutama dengan kuretase dan radiasi. Kuretase diikuti oleh kekambuhan
pada hampir 50% kasus. ukuran tumor, tulang yang terlibat, durasi gejala pra-operasi,
kauterisasi cavitas tumor, bone grafting, penampilan selular, dan terapi tambahan
radiasi tidak memiliki pengaruh yang dikenali pada tingkat kekambuhan. Reseksi
lengkap, sekarang jadi sering mungkin dilakukan dengan alat pengganti yang lebih
baru, nyata meningkatkan prognosis.
Amputasi atau eksisi total merupakan terapi kuratif, tapi amputasi
diindikasikan sebagai pengobatan primer hanya untuk lesi besar, giant cell tumor
yang terabaikan.Perubahan ganas sekunder biasanya dalam bentuk fibrosarkoma
murni atau osteosarkoma. Ditemukan setelah verifikasi tumor jinak giant cell dan
terapi, kematian untuk pasien dengan sarkoma ini sekitar 80%.
Implantasi jaringan lunak giant cell tumor dekat jaringan osseus merupakan
satu hal yang tidak biasa. Kemampuan untuk implantasi menekankan kualitas
neoplastik dari lesi dan menekankan pencegahan, harus dilakukan pembedahan dalam
upaya untuk mencegah komplikasi ini. seperti massa jaringan lunak sering memiliki
pembungkus ossified. Dalam beberapa kasus, giant cell tumor ternyata sudah
tertanam dari jaringan asli mereka ke lokasi tulang yang dilakukan grafting.
Sebuah studi baru-baru ini menyelesaikan dari tiga puluh satu GCT
melibatkan vertebra di atas sakrum menunjukkan prognosis yang lebih baik dari
tumor di jaringan yang lebih konvensional. Walaupun sel-sel mononuklear cenderung
lebih kecil dan lebih tinggi dan kurus daripada di giant cell tumor lain, lesi ini tidak
memiliki karakteristik "varian" seperti kista tulang aneurysmal atau osteoblastoma
jinak.
9.3.2. Chondrogenic
1. Chondroblastoma Benigna
Tumor ini bersifat jinak. Jarang ditemukan, timbul pada daerah epifisis
pada nak-anak yang besar dan remaja, terutama pada:
Proksimal tibia
Distal femur
Proximal humerus
32 | P a g e
Karena letaknya dekat persendian (akibat rawan sendi) penderitanya
mengeluh sakit dan gerak sendi terganggu.Pertumbuhan tumor lambat.
Lesi dilingkupi oleh tulang yang reaktif yang sklerotik sehingga lesi sukar
terlihat secara Rontgen. Tetapi dengan curretage dan bone grafting.
2. Chondromyxoid Fibroma
Kelainan ini lebih bersifat chondroma daripada fibroma karena berasal
dari chondroblast. Tumbuh pada daerah epifisis tulang panjang dan tulang-
tulang kecil. Terjadi pada remaja dan dewasa muda. Biasanya bersifat
benigna tetapi dapat menjadi maligna (potentially malignant). Tumbuh
lambat. Cortex sekitarnya bertambah besar. Tumor ini juga di kelilingi
tulang reaktif yang bersifat sklerotik. Tetapi sebaliknya excisi lokal untuk
membuang jaringan tumor dan menyertakan tulang yang sehat.
3. Chondrosarcoma
Lesi ini bersifat maligna tetapi pertumbuhannya sedikit lambat. Timbul
secara spontan pada tulang yang normal atau sebagai degenerasi maligna
suatu :
1. Enchondroma
2. Osteochondroma
Biasanya terjadi pada orang dewasa diatas umur 30 tahun. Timbulnya
pada tulang-tulang panjang yang besar. Secara histologis terdiri dari sel-
sel cartilage (tulang rawan) dengan diferensiasi yang rendah dan terdapat
sedikit sel-sel mitosis. Pertumbuhannya lambat, gejala nyeri tidak jelas
dan pronosisnya agak baik, lebih baik dari prognosis Osteosarcoma tidak
sensitif terhadap radiasi. Terapi sebaiknya operatif dengan mengangkat
seluruh neoplasma dan ini biasanya berarti amputasi. Dengan terapi ini
kemungkinan sembuh kira-kira 35%.
9.3.3. Collagenic
1. Fibrosarcoma
Tumor ini jarang ditemukan. Terjadi pada tulang panjang orang dewasa
muda, terutama pada:
Tibia
33 | P a g e
Femur
Humerus
Pertumbuhan lambat, jarang menimbulkan rasa sakit.
Secara rontgen terlihat defek osteolitik dengan sedikit reaksi pada tulang
sekitarnya. Metastase lambat. Prognosisnya dapat baik. Terapi dengan
mengangkat lesi secara menyeluruh dan sering diperlukan amputasi.
9.3.4. Myelogenic
1. Plasma Cell Myelogenic
Ini merupakan tumor yang tersebar luas. Timbul dari jaringan
hemopoetik sumsum tulang. Terjadi pada orang dewasa di atas umur 40
tahun. Kadang-kadang dapat menetap di suatu tempat berupa
Plasmacytoma soliter selama beberapa tahun dan kemudian berubah
menjadi multicentric (banyak inti dan tersebar).
Pada orang yang agak tua jaringan hemopoetik lebih banyak terdapat pada:
Tulang belakang
Pelvis
Tulang tenggorok
Sehingga tempat-tempat tersebutlah yang sering terkena tumor ini.
Lesi yang terjadi terasa nyeri. Destruksi terjadi dengan cepat dan reactive
bone hanya sedikit sehingga dapat terjadi fraktur patologis.
Sel plasma menghasilkan gamma globulin yang diekskresi melalui urine dan
ini dapat menganggu fungsi ginjal. Didalam urine didapatkan protein Bence-
Jones pada 50% penderita. Diagnosis dapat ditegakan dengan biopsi aspirasi
dengan jarum (needle aspiration biopsy, yaitu pada:
Crista iliaca
Sternum
Prognosis buruk. Biasanya penderita meninggal 2 tahun setelah diagnosis
ditegakan.
34 | P a g e
2. Ewing’s Tumor
Kelainan ini bersifat ganas. Tumbuh dengan cepat, dari sel primitif di dalam
sumsum tulang panjang pada dewasa muda. Diantara tumor ganas tulang, maka
urutan sering terjadinya adalah:
1. Plasma Cell Myeloma
2. Osteosarcoma
3. Ewing’s tumor
Penderita biasanya anak-anak, remaja atau dewasa muda.
Tulang yang terkena:
Femur
Tibia/fibula
Metatarsal
Mulai dari rongga sumsum tulang tumor akan membesar sampai menembus
kortex lalu mengangkat periosteum . pengangkatan periosteum secra berulang-
ulang menyebabkan pembentukan reactive bone secara berlapis-lapis, disebut
“onion’s skin”.
Tumor ini menimbulkan metastase dini, tidak hanya ke paru-paru, tetapi juga
ke tulang-tulang lain. Pertumbuhan begitu cepat sehingga penambahan pembuluh
darah tertinggal. Dengan demikian kebutuhan darah tidak terpenuhi sehingga dari
tumor akan mengalami degenerasi. Produk degenerasi tersebut masuk aliran
darah dan mengakibatkan manifestasi sistemik berupa:
Demam
Leukositosis
LED meningkat
Selain itu supaly darah yangkurang dapat menyebabkan nekrosis vaskuler
pada tulang, dengan gejala nyeri yang hebat. Pada perbedaan didapatkan massa
soft tissue dengan batas yang tidak jelas dan bersifat tender (nyeri). Mula-mula
terdapat sedikit destruksi tulang, tetapi banyak rective bone dari periosteum.
Rasa nyeri, gejala sistemik dan gambaran Rontgen bisa menyerupai:
Osteomyelitis kronis
Eosinophilic Granuloma
35 | P a g e
Diagnosis ditegakan dengan biopsi dan pemeriksaan histologis. Prognosis
sangat buruk. Dengan terapi bedah atau penyinaran mortalitasnya masih sekitar
90%.
Tumor ini sangat radiosensitif. Dengan terapi radiasi mungkin terlihat lesi
lokal mengecil dan menghilang, tetapi metastase tetap akan timbul. Terapi
biasanya kombinasi. Mila-mula radiasi kemudian amputasi. Tetapi mengingat
prognosis yang buruk mungkin terapi operatif tidak diperlukan. Juga dilakukan
terapi dengan obat-obatan sitostatik, tetapi ini pun tidak begitu bermanfaat.
3. Reticulum Cell Sarcoma
Jenis ini jarang ditemukan, tetapi perlu dikenal dan dibedakan dengan
Ewing;s Tumor, karena prognosisnya lebih baik. Terutama pada orang dewasa.
Tumbuh lebih lambat dan nyeri lebih ringan dari Ewing’s Tumor. Tetapi jenis ini
bersifat lebih destruktif secara lokal sehingga menyebabkan fraktur patologis.
Tumor ini bersifat lebih radiosensitif. Terapi radiasi menyembuhkan 30%
penderita, dan ini dianggap terapi yang paling tepat.
10. Metastase Neoplasma
Secara umum neoplasma maligna yang paling sering di dalam tulang adalah
metastase dari tempat lain. Pada orang dewasa metastase tersebut berasal dari
Carsinoma sedangkan pada anak-anak yang paling sering berasal dari Neuroblastoma
Penyebaran tumor kedalam tulang dapat terjadi melalui:
1. Pembuluh darah (hematogen)
2. Pembuluh lymph (lymphogen)
3. Penyebaran langsung (percontinuitatum)
Agaknya sel-sel hetopoetik dalam sumsum tulang merupakan tempat yang
baik untuktumbuhnya sel Carsinoma, sehingga predileksi lokasi metastase karsinoma
yang palin sering ialah pada:
o Vertebra
o Pelvis
Kemudian berlanjut pada costae, femur proximal, humerus proximal. Sumber
yang paling sering ialah pada mamae, prostat, paru-paru, ginjal. Metastase neoplasma
tersebut bersifat destruktif dan terlihat seperti lesi osteolitik, kecuali yang berasal dari
36 | P a g e
Ca prostat. Yang ini banyak menyebabkan reaksi osteoblastik (membentuk tulang)
sehingga terjadi lesi yang bersifat osteosklerotik (padat,warna putih pada gambar
Rontgen).
Gejala utama metastase pada tulang:
o Nyeri yang hebat dan terus –menerus
o Fraktur patologis (juga menyebabkan rasa nyeri)
Maka penderita akibat metastase Ca meninggal dalam kesakitan. Reabsorpsi
tulang menyebabkan terlepasnya kalsium dalam aliran darah sehingga kalsium
dalam serum meningkat. Pembentukan tulang reaktif menyebabkan meningkatnya
fosfatase alkali dalam serum, sedangkan oeninggian fosfatase asam hampir selalu
merupakan pertanda Ca prostat yang bermetastase ke tulang. Tetapi metastase
neoplasma dalam tulang bersifat paliatif. Radiasi lokal dapat memperlambat
pertumbuhan metastase, sehingga mengurangi rasa sakit. Beberapa bentuk terapi lain
ialah:
o Terapi hormon
o Operasi endokrin : kebiri (castration), mengangkat adrenal dan hipofisis.
Dengan cara-cara itu pertumbuhan metastase diperlambat dan dapat sedikit
memperpanjang umur penderita. Untuk menghilangkan rasa sakit maka fraktur
patologis pada tulang panjang ditolong dengan fiksasi interna. Fraktur vertebra
ditolong dengan imobilisasi gips sekeliling badan. Pada ank-anak neuroblastoma
merupakan suatu tumor ganas yang terdapat pada suprarenal/adrenal. Tumor ini
dapat menyebabkan metastase multiple dalam tulang, yaitu pada:
o Vertebra
o Tenggorak
o Metafisis tulang panjang
Teapi berupa obat-obat sitotoksik dan radiasi. Ini dapat mengurangi
pertumbuhan metastase dan mengurangi rasa nyeri, tetapi tidak menyembuhkan.
37 | P a g e
38 | P a g e