TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN …pusatkrisis.kemkes.go.id/__pub/files892208. BUKU...
Transcript of TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN …pusatkrisis.kemkes.go.id/__pub/files892208. BUKU...
TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN
TAHUN 2012
KEMENTERIAN KESEHATAN
PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia pada tahun 2012 mengalami berbagai kejadian bencana yang
menimbulkan krisis kesehatan. Berdasarkan data Pusat Penanggulangan Krisis
Kesehatan dalam tiga tahun terakhir, sejak tahun 2010 - 2012 terjadi 1015 kali
kejadian bencana di Indonesia. Tahun 2010 terjadi 315 kejadian, 2011 dengan
211 kejadian dan 489 kejadian bencana di tahun 2012. Tingginya angka
kejadian bencana ini menggambarkan tingkat kerawanan bencana di Indonesia.
Ini terjadi karena kondisi geografis, geologis, hidrologis, demografis serta akibat
pengaruh perubahan iklim di Indonesia.
Bila dikelompokkan secara khusus bencana alam maka untuk tahun 2010 terjadi
210 kejadian, tahun 2011 terjadi 189 kejadian dan tahun 2012 terjadi
234 kejadian. Dari data tersebut sangat beralasan bila United Nations
International Stategy for Disaster Reduction (UNISDR ; Badan PBB untuk
Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana), pada tahun 2011,
menempatkan Indonesia menjadi negara rawan bencana alam di dunia. Untuk
beberapa jenis bencana alam, Indonesia menduduki peringkat pertama dalam
paparan terhadap penduduk atau jumlah manusia yang menjadi korban
meninggal akibat bencana alam.
Berdasarkan daftar peringkat UNISDR terhadap jumlah korban pada 4 jenis
bencana alam yang meliputi tsunami, tanah longsor, banjir dan gempa bumi
menempatkan Indonesia sebagai negara yang tidak luput dari berbagai kejadian
bencana alam. Berikut rincian jumlah korban pada 4 jenis bencana alam di
beberapa negara :
Tabel 1.1
Jumlah Korban Bencana di Beberapa Negara Berdasarkan Jenis Bencana
No JENIS BENCANA NEGARA JUMLAH KORBAN (orang)
1 Tsunami Indonesia 5.402.239
Jepang 4.497.645
Bangladesh 1.598.546
India 1.114.388
Filipina 894.848
2 Tanah Longsor Indonesia 197.372
India 180.254
Cina 121.488
Filipina 110.704
Ethiopia 64.470
3 Gempa Bumi Jepang 13.404.870
Filipina 12.182.454
Indonesia 11.056.806
Cina 8.139.068
Taiwan 6.625.479
4 Banjir Bangladesh 19.279.960
India 15.859.640
Cina 3.972.502
Vietnam 3.403.041
Kamboja 1.765.674
Indonesia 1.101.507
Pada Konferensi Tingkat Menteri Negara-Negara Asia ke-5 Dalam Pengurangan
Risiko Bencana (The 5th Asian Ministerial Conference on Disaster Risk Reduction
(AMCDRR) yang berlangsung di Yogyakarta, menghasilkan Deklarasi Yogyakarta
dalam Pengurangan Risiko Bencana di Asia Pasifik 2012. Deklarasi Yogyakarta
mengandung tujuh butir inti kesepakatan sebagai berikut, (1) mengintegrasikan
upaya pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim dalam program
pembangunan nasional, (2) melakukan kajian terhadap risiko finansial di tingkat
lokal, (3) menguatkan tata kelola risiko dan kemitraan di tingkat lokal, (4)
membangun ketangguhan masyarakat, (5) mengindentifikasi hal-hal yang akan
dicapai pasca Hyogo Framework for Action (HFA) 2015, (6) mengurangi faktor-faktor
yang menjadi akar risiko bencana, dan (7) mengimplementasikan isu-isu lintas
sektor dalam Kerangka Kerja Hyogo (Hyogo Framework of Action (HFA).
Sesuai dengan perubahan paradigma penanggulangan bencana yang
menitikberatkan pada upaya sebelum terjadi bencana dengan pengurangan risiko
bencana Pemerintah Indonesia juga telah menyusun Rencana Nasional
Penanggulangan Bencana (Renas PB) 2010 – 2014 yang merupakan dokumen
perencanaan berjangka waktu 5 tahun yang disusun berdasarkan amanat Pasal 35-
36 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 82 menjelaskan
bahwa pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas
ketersediaan sumber daya, fasilitas, dan pelaksanaan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan berkesinambungan pada keadaan bencana. Upaya penanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana meliputi upaya pada tahap pra bencana
(pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan), upaya pada saat bencana (mobilisasi
sumber daya dan logistik) dan upasa pasca bencana (pemulihan, rehabilitasi dan
rekonstruksi) menjadi tanggung jawab pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat. Upaya-upaya tersebut diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan
pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara
terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan.
Keputusan Menkes RI No. HK.03.01/160/I/2010 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010 – 2014 juga memuat tentang upaya
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana berupa upaya penguatan kapasitas
masyarakat dalam manajemen bencana dan manajemen krisis kesehatan sebagai
salah satu dari 8 prioritas pembangunan kesehatan.
Pusat Penanggulangan Kementerian Kesehatan telah melaksanakan program
dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana. Sasaran program yaitu meningkatnya koordinasi
pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukungan manajemen
penanggulangan krisis kesehatan. Salah satu indikator tercapainya sasaran hasil
pada tahun 2014 adalah jumlah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang mempunyai
kemampuan tanggap darurat dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana dengan kriteria memiliki petugas terlatih dalam manajemen dan teknis
penanggulangan krisis kesehatan (Manajemen Bencana, Tim Reaksi Cepat dan RHA,
Pengelolaan Data dan Informasi, Penggunaan Alat Komunikasi Bencana untuk
Penangulangan Krisis Kesehatan dan Penyusunan Rencana Kontinjensi) dan memiliki
sarana penunjang penanggulangan krisis kesehatan (Emergency Kit, Personal Kit
dan Alat Pengolah Data) sebanyak 300 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sampai
tahun 2012 jumlah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang telah memiliki
kemampuan tanggap darurat dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana sebanyak 200 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Salah satu unsur penting dalam upaya membangun sistem penanggulangan krisis
kesehatan adalah dengan mengevaluasi dan mengambil pelajaran penting dari
kegiatan atau sistem penanggulangan krisis kesehatan yang sudah dilakukan selama
ini. Kekuatan dan kelemahan maupun keberhasilan dan kekurangan dalam
penanggulangan krisis kesehatan yang telah dilakukan akan menjadi pelajaran
penting untuk pelaksanaan upaya penanggulangan krisis kesehatan yang lebih baik
di masa yang akan datang.
Sebagai bahan pembelajaran dari kejadian krisis kesehatan yang telah terjadi
diperlukan data-data dan informasi terkait, antara lain informasi mengenai jenis
bencana dan frekuensinya, jumlah korban, fasilitas kesehatan yang rusak serta
upaya-upaya yang telah dilakukan baik pada pra bencana, saat tanggap darurat
maupun pasca bencana. Diharapkan data-data tersebut dapat memberikan
gambaran kekuatan dan kelemahan setiap daerah, sehingga dapat dijadikan bahan
masukan untuk pengambil kebijakan dalam rangka peningkatan upaya
penanggulangan krisis kesehatan untuk pengurangan risiko krisis kesehatan.
2. Tujuan
A. Tujuan umum:
Tersedianya informasi kejadian dan upaya penanggulangan krisis
kesehatan tahun 2012
B. Tujuan khusus:
Tersedianya informasi :
a. Krisis Kesehatan di Indonesia tahun 2012 meliputi frekuensi kejadian
bencana, korban (meninggal, hilang, luka/dirawat, dan pengungsi)
serta fasilitas kesehatan yang rusak berdasarkan jenis bencana dan
provinsi.
b. Upaya penanggulangan krisis kesehatan oleh Kementerian Kesehatan
di tingkat nasional baik pada pra bencana, saat tanggap darurat
maupun pasca bencana serta permasalahannya.
c. Upaya penanggulangan krisis kesehatan oleh Kementerian Kesehatan
di tingkat internasional baik pada pra bencana dan saat tanggap
darurat.
3. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
d. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan
Pengelolaan Bantuan Bencana
e. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga
Internasional dan Lembaga Asing Non-Pemerintah dalam Penanggulangan
Bencana.
f. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan
g. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 131/MENKES/SK/II/2004 tentang Sistem
Kesehatan Nasional.
h. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 064/MENKES/SK/II/2006 tentang
Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana.
i. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 145/MENKES/SK/I/2007 tentang
Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan.
4. Ruang Lingkup
Tinjauan penanggulangan krisis kesehatan tahun 2012 membahas tentang krisis
kesehatan akibat bencana di Indonesia dan upaya penanggulangannya baik pada
saat pra bencana, saat bencana maupun pasca bencana, yang terjadi selama tahun
2012 serta peran Kementerian Kesehatan dan lintas sektor terkait dalam upaya
penanggulangan krisis kesehatan.
Informasi yang disajikan mencakup:
1. Frekuensi kejadian krisis kesehatan berdasarkan jenis bencana;
2. Korban dan pengungsi yang meliputi korban meninggal, hilang, luka/dirawat;
3. Kerusakan fasilitas kesehatan;
4. Upaya yang dilakukan Kementerian Kesehatan dan lintas sektor terkait ;
5. Permasalahan;
6. Peran Kementerian Kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan di luar
negeri serta kegiatan-kegiatan internasional.
8
BAB II
METODOLOGI
2.1 Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis Data
Buku Tinjauan ini menggunakan desain studi deskriptif berdasarkan laporan
penanggulangan krisis kesehatan. Data yang dikumpulkan berupa laporan
harian PPKK yang berasal dari daerah dan unit kerja terkait di lingkungan
Kementerian Kesehatan serta petugas yang berada di lokasi kejadian. Metode
pengumpulan data menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif.
Pengumpulan serta pengolahan data dilakukan sesuai dengan Kepmenkes No.
064/MENKES/SK/II/2006 tentang Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan
Krisis Akibat Bencana.
Data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis untuk menghasilkan
informasi kejadian krisis kesehatan yang terjadi di Indonesia menurut frekuensi
kejadian, lokasi kejadian, situasi korban dan pengungsi, kerusakan fasilitas
kesehatan, dan upaya penanggulangan.
2.2 Penyajian Informasi
Informasi disajikan dalam bentuk narasi, tabel, grafik, peta, dan foto sehingga
dapat memberikan informasi kejadian dan upaya penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana di Indonesia selama tahun 2012.
9
BAB III
GAMBARAN KRISIS KESEHATAN TAHUN 2012
Berbagai macam kejadian bencana terjadi di Indonesia selama tahun 2012, baik berupa
bencana alam, bencana non alam maupun bencana karena konflik sosial. Berikut adalah
data kejadian bencana di Indonesia selama tahun 2012 serta permasalahan kesehatan
yang terjadi.
3.1 Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan
Jumlah total kejadian krisis kesehatan yang terjadi selama tahun 2012 sebanyak 489
kejadian. Bila dilihat dari frekuensi kejadian krisis kesehatan berdasarkan provinsi maka
yang paling tinggi adalah Provinsi Jawa Barat sebanyak 76 kali (15,54%). Jika dilihat
dari data frekuensi kejadian bencana ada 5 provinsi yang memiliki frekuensi kejadian
bencana lebih dari 25 kali, yaitu Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Berdasarkan wilayah Regional maka yang
paling banyak terkena bencana adalah Regional DKI Jakarta.
10
Grafik 3.1
Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Berdasarkan Provinsi
Peta 3.1
Peta Frekuensi Kejadian Bencana
Keterangan : (frekuensi kejadian)
0 1 – 10 kali 11 – 25 kali >25 kali
11
Grafik 3.2
Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Berdasarkan Regional
Grafik 3.3
Proporsi Kejadian Krisis Kesehatan Berdasarkan Sumber dan penyebabnya
Berdasarkan sumber dan penyebabnya maka kejadian krisis kesehatan yang
tertinggi pada tahun 2012 adalah Bencana Alam dengan jumlah kejadian 235 kali
(48%). Jika dilihat per bulan Kejadian krisis kesehatan yang tertinggi sepanjang tahun
2012 terjadi pada bulan April dengan 65 kali kejadian.
12
Grafik 3.3
Trend Kejadian Krisis Kesehatan Per Bulan pada Tahun 2012
Gambaran frekuensi krisis kesehatan berdasarkan jenis bencana pada tahun 2012 yang
tinggi berturut-turut adalah kebakaran 78 kali (15,95%), kecelakaan transportasi 75 kali
(15,34%) dan banjir 69 kali (14,11%). Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.4
Grafik 3.4
Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Berdasarkan Jenis Bencana
13
3.1 Korban dan Pengungsi
3.1.1 Korban Meninggal
Total korban meninggal akibat krisis kesehatan sepanjang tahun 2012 yang
tercatat di Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan sebanyak 675 orang. Korban
meninggal yang paling tinggi disebabkan oleh bencana non alam yaitu 437 orang (65%)
sedangkan yang paling rendah disebabkan akibat krisis kesehatan sosial yaitu 65 orang
(10%). Jika dilihat korban meninggal berdasarkan jenis bencana maka paling tinggi
adalah akibat kecelakaan transportasi sebanyak 314 orang (47%).
Korban meninggal per provinsi yang paling tinggi adalah di Provinsi Jawa Barat
sebanyak 133 orang dan jika dilihat per Regional maka yang paling banyak korban
meninggal berada di Regional DKI Jakarta sebanyak 206 orang.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Grafik 3.5
Proporsi Korban Meninggal Berdasarkan Sumber dan Penyebabnya
Grafik 3.6
Jumlah Korban Meninggal Berdasarkan Jenis Bencana
16
Pada tahun 2012 jumlah korban hilang sebanyak 256 orang yang tertinggi
diakibatkan oleh kecelakaan transportasi yaitu 175 orang. Jika dilihat per provinsi maka
jumlah korban hilang paling tinggi di provinsi Banten yaitu sebesar 100 orang.
Grafik 3.10
Jumlah Korban Hilang Berdasarkan Jenis Bencana
Grafik 3.11
Jumlah Korban Hilang Berdasarkan Provinsi
3.1.3 Korban Luka Berat/Rawat Inap
17
Total korban luka berat/rawat inap sebanyak 2.338 orang dengan rincian 1.733
orang (74%) akibat bencana non alam, 336 orang (14%) akibat bencana alam dan 269
orang (12%) akibat bencana sosial. Berdasarkan jenis bencana maka korban luka
berat/rawat inap yang paling tinggi disebabkan oleh kejadian keracunan/KLB sebanyak
1.030 orang (44%).
Jumlah korban luka berat/rawat inap berdasarkan provinsi yang paling banyak
adalah di provinsi Jawa Timur sebanyak 566 orang dan Provinsi Jawa Barat sebanyak
493 orang, sedangkan berdasarkan regional maka yang paling tinggi adalah regional
DKI Jakarta sebanyak 655 dan regional Jawa Timur sebanyak 566 orang .
Grafik 3.12
Proporsi Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Sumber dan Penyebabnya
Grafik 3.13
18
Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Jenis Bencana
Grafik 3.15
Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Provinsi
19
Grafik 3.13
Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Regional
3.1.4 Korban Luka Ringan /Rawat Jalan
Total korban luka ringan/rawat jalan sebanyak 6.858 orang dengan rincian 1.848
orang (27%) akibat bencana non alam, 3.386 orang (49%) akibat bencana alam dan
1.624 orang (24%) akibat bencana sosial, sedangkan jika dilihat berdasarkan jenis
bencana yang paling banyak berturut-turut adalah akibat krisis kesehatan banjir
sebanyak 2.381 orang, konflik sosial sebanyak 1.624 orang dan keracunan/KLB
sebanyak 1.009 orang .
Grafik 3.16
Proporsi Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Bencana
20
Grafik 3.17
Jumlah Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Bencana
Jumlah korban luka ringan/rawat jalan berdasarkan provinsi, 5 (lima) provinsi yang
paling tinggi adalah Provinsi DKI Jakarta (1.757), Jawa Barat (1.044), Lampung (802),
Papua (504) dan Sumatera Utara (455). Sedangkan jumlah korban luka ringan/rawat
jalan berdasarkan regional yang paling tinggi adalah Regional DKI Jakarta.
21
Grafik 3.18
Jumlah Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan Provinsi
Grafik 3.18
Jumlah Korban Luka Ringan/Dirawat Jalan Berdasarkan Regional
22
3.1.5 Pengungsi
Total pengungsi akibat krisis kesehatan yaitu sebanyak 71.141 orang dengan pengungsi
terbanyak disebabkan oleh bencana alam sebanyak 58.842 orang (83 %). Berdasarkan
jenis bencana maka jumlah pengungsi tertinggi adalah akibat kejadian banjir yaitu
34.454 orang.
Grafik 3.20
Proporsi Pengungsi Berdasarkan Sumber dan Penyebabnya
diganti
Grafik 3.2.1.
Jumlah Pengungsi Berdasarkan Jenis Bencana
23
Jumlah pengungsi berdasarkan provinsi yang tertinggi adalah di Provinsi Kalimantan
Tengah yaitu sebanyak 25.174 orang (34 %) diakibatkan banjir di Kab. Barito Utara
Prov. Kalimantan Utara pada tanggal 5 Desember 2012.
Grafik 3.22
Jumlah Pengungsi Berdasarkan Provinsi
3.3. KERUSAKAN FASILITAS KESEHATAN
Total fasilitas kesehatan yang rusak akibat kejadian bencana pada tahun 2012 adalah 51
unit. Fasilitas kesehatan yang rusak paling banyak adalah Puskesmas Pembantu (Pustu)
sebanyak 33 unit (65%). Kerusakan fasilitas ini disebabkan paling tinggi adalah akibat
krisis kesehatan gempa bumi sebesar 39 buah.
24
Grafik 3.24
Proporsi Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Rusak Akibat krisis kesehatan
Tahun 2012
Grafik 3.25
Kerusakan Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Jenis Bencana
Jika dilihat jumlah fasilitas kesehatan yang rusak berdasarkan provinsi maka yang
terbanyak adalah di provinsi Aceh dibandingkan dengan provinsi lainnya yaitu
sebanyak 39 unit disebabkan Gempa Bumi yang terjadi pada tanggal 12 April 2012 dan
yang paling tinggi per regional adalah regional Sumatera Utara
25
Grafik 3.27
Kerusakan Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Provinsi
Grafik 3.26
Kerusakan Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Regional
35
BAB IV UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN
Upaya penanggulangan krisis kesehatan harus dilakukan secara menyeluruh
dan terpadu mulai dari pra bencana, saat bencana dan pasca bencana.
Penanggulangan krisis kesehatan pada tahap pra bencana meliputi upaya
pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan, pada saat bencana dengan
melakukan upaya tanggap darurat, serta pasca bencana melakukan upaya
pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi.
Gambar Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan
Siklus penanggulangan krisis diatas menggambarkan upaya penanggulangan
krisis kesehatan yang dilakukan pada tahapan pra, saat dan pasca bencana.
Upaya tersebut dilakukan pada semua tahapan siklus manajemen
penanggulangan krisis, yang membedakan pada besaran atau fokus kegiatan.
Upaya terbesar yang dilakukan pada saat pra bencana adalah pencegahan,
mitigasi dan kesiapsiagaan, tapi upaya ini tetap dilakukan pada saat bencana
dan pasca bencana dengan porsi kegiatan yang lebih kecil. Demikian pula untuk
upaya tanggap darurat dan upaya pemulihan rehabilitasi dan rekonstruksi.
36
4.1 UPAYA PRA BENCANA
Upaya penanggulangan krisis kesehatan pada tahap pra bencana mencakup
upaya pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan. Upaya-upaya pra bencana
merupakan kegiatan yang sangat penting untuk mendukung keberhasilan
penanggulangan krisis kesehatan secara keseluruhan. Upaya yang telah
dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2012 pada tahap pra
bencana antara lain: penyusunan kebijakan, pedoman peningkatan kapasitas
petugas kesehatan, pengembangan sistem informasi penanggulangan krisis
kesehatan, penyiapan logistik kesehatan, pemetaan kesiapsiagaan serta
penyiapan anggaran penanggulangan krisis kesehatan.
Kementerian Kesehatan dalam hal ini Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan
pada tahun 2012 juga telah ditetapkan menjadi WHO Collaborating Center
(WHO CC) untuk pelatihan dan penelitian dalam hal pengurangan resiko
bencana, penetapan ini berlaku selama 4 tahun. Penetapan Pusat
Penanggulangan Krisis Kesehatan sebagai WHO CC ini bertujuan untuk
mengupayakan pengurangan risiko bencana bidang kesehatan, melalui
penerapan rencana kerja, memperkuat manajemen resiko di daerah rawan
bencana, memperkuat kesiapsiagaan fasilitas kesehatan untuk menghadapi
bencana, memperkuat koordinasi sektor/kluster dan mobilisasi sumber daya
dalam rangka pengurangan resiko bencana. Keberadaan Pusat Penanggulangan
Krisis Kesehatan – WHO CC juga akan melakukan kajian di bidang penelitian
berdasarkan pengalaman yang dimiliki Indonesia dalam penanggulangan krisis
kesehatan.
4.1.1 Penyusunan Kebijakan/Pedoman
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian Kesehatan adalah
menyusun pedoman/kebijakan terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana. Selama tahun 2012 telah dilakukan penyusunan
kebijakan/pedoman/modul terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana sebanyak 31 kebijakan. Dari 31 kebijakan tersebut sebanyak 8 produk
berasal dari Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan berupa pedoman, Standar
37
Operasional Prosedur (SOP), Peraturan, Modul, Poster dan Leaflet . Sebanyak
23 produk lainnya dihasilkan dari unit lintas program dan lintas sektor terkait,
antara lain Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan, Direktorat Pengendalian
Penyakit Bersumber Binatang, Direktorat Penyehatan Lingkungan, Direktorat
Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra, Direktorat Bina Gizi,
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat Bina
Kesehatan Jiwa, Direktorat Bina Kesehatan Ibu dan Pusdokkes POLRI. Pada
tahun 2012 juga dilakukan pencetakan dan penterjemahan buku oleh
Emergency and Humanitarian Action Unit (EHA) WHO, yaitu buku Pedoman
Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan dalam Situasi Bencana, buku
Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Letusan Gunung Merapi 2010 dan
buku Profil Penanggulangan Kesiapsiagaan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Tahun 2010.
Tabel 4.1 Kebijakan/Pedoman/Modul Yang Disusun Pada Tahun 2012
No Unit Kerja Kebijakan/Pedoman/Modul
Keterangan
1
Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan (PPKK)
Pedoman Penilaian Kerusakan dan Kerugian Bidang Kesehatan
Dalam Proses Penetapan
Pedoman Teknis Kader Pemberdayaan Masyarakat Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan
SOP Bagian Tata Usaha PPKK
SOP Bidang Pencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan
SOP Bidang Tanggap Darurat dan Pemulihan
SOP Bidang Pemantauan dan Informasi
2 Pusdokkes POLRI
Pedoman tentang Penatalaksanaan Disaster Victim Identification (DVI) Bagi Polri (Edisi Revisi)
Nomor : PL/002/VI/2010/Pusdokkes
38
No Unit Kerja Kebijakan/Pedoman/Modul
Keterangan
3 Direktorat P2B2
Pedoman Penggunaan Insektisida (Edisi Revisi)
Leaflet Pengendalian Vektor
4 Direktorat Bina Gizi
Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana (konfirmasi tahun pembuatan)
Dikirim ke 33 propinsi
Standar antropometri Penilaian Pertumbuhan anak
Dikirim ke 33 propinsi
Modul Pelatihan Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak Bagi Motivator/kader
Dikirim ke 33 propinsi
5 Direktorat Penyehatan Lingkungan
Panduan Rapid Health Assesment pada situasi kedaruratan
Tahap finalisasi
Petunjuk teknis kesehatan lingkungan pada situasi kedaruratan
Tahap finalisasi
Poster dan leaflet 5 kunci ketahanan pangan.
Leaflet tips mengelola makanan pada situasi darurat
Leaflet tips memilih makanan dan minuman waktu mudik
6
Direktorat Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra
Petunjuk Teknis PP dan PL Dalam Penanggulangan Bencana
Dalam tahap penyusunan -finalisasi
Pedoman Penanggulangan
Keadaan Darurat Bidang Kesehatan Pada Kecelakaan Pesawat Udara di Bandar Udara (2012)
Dalam proses
penyusunan
7
Direktorat Bina Kesehatan Ibu
Penyempurnaan pedoman
Pelayanan kesehatan reproduks
pada situasi darurat bencana
Kegiatan masih berlanjut sampai tahun 2013.
39
No Unit Kerja Kebijakan/Pedoman/Modul
Keterangan
8
Direktorat Bina Kesehatan Jiwa
Pedoman teknis bagi petugas siaga bencana di daerah rawan bencana/konflik
Dalam proses penetapan
9
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan kesehatan
Pedoman Pemusnahan Sediaan Farmasi
Dalam Proses Finaslisasi
10
Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan
Penyusunan modul algoritme SPGDT call center
Dalam proses penetapan
Modul Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Maternal neonatal
Dalam proses penetapan
11
Emergency and Humanitarian Action Unit (EHA) WHO
A. Pencetakan buku dan penterjemahan ke dalam Bahasa Inggris : 1)Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan dalam Situasi Bencana 2012 2)Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Letusan Gunung Merapi 2012 3)Profil Penanggulangan Kesiapsiagaan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2010 B. Pengembangan mapping software komputerisasi
Proses Pencetakan Ulang
4.1.2 Peningkatan Kapasitas SDM
Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan telah melakukan upaya
peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam penanggulangan krisis
40
kesehatan baik dalam hal manajemen maupun teknis, yaitu sebanyak 57
kegiatan, terdiri dari kegiatan peningkatan kapasitas, workshop, lokakarya,
sosialisasi, geladi penanggulangan krisis kesehatan dan konferensi nasional
dan internasional.Sasaran peningkatan kapasitas adalah petugas kesehatan
di tingkat provinsi maupum kabupaten/kota. Kegiatan tersebut
diselenggarakan oleh 8 unit kerja di Kementerian Kesehatan yaitu Pusat
Penanggulangan Krisis Kesehatan, Direktorat Bina Gizi, Direktorat Bina
Upaya Kesehatan Rujukan, Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Direktorat Bina
Kesehatan Jiwa, Direktorat Penyehatan Lingkungan, Direktorat
Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Direktorat Surveilans Imunisasi
Karantina dan Kesehatan Matra dan Direktorat Bina Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatn kapasisas SDM juga dilakukan oleh Pusdokkes POLRI
dan Emergency and Humanitarian Action Unit (EHA) WHO.
4.1.2.1 Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan sebagai unit di Kementerian Kesehatan
yang setiap tahun melakukan kegiatan peningkatan kapasitas sumber daya
manusia di bidang penanggulangan krisis kesehatan. Kegiatan peningkatan
kapasitas SDM di Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan selama tahun 2012
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Penanggulangan Krisis
Kesehatan yang dilakukan oleh Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Selama Tahun 2012
No Bidang/Bagian Jenis Kegiatan Asal Peserta Jumlah Peserta
1 Pencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan
Peningkatan kesiapsiagaan Dengan Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan Bencana Tanah Longsor di Kab. Sukabumi, Jawa Barat
PPKK Dinkes Prov.
Jawa Barat Dinkes Kab.
Sukabumi BPBD Kab.
Sukabumi
Dinsos Kab. Sukabumi
150 orang
41
PMI Kab. Sukabumi
Badan SAR Daerah
Puskesmas Kabandungan
Puskesmas Cibadak
Kodim 0622 Kab. Sukabumi
Koramil 2205 Kab.Sukabumi
Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan Bencana Banjir Lahar Dingin Gunung Gamalama di Kota Ternate, Maluku Utara
PPKK
Dinkes Prov. Maluku Utara
Dinkes Kota Ternate
RSUD Hasan Boecheri
BPBD Kota Ternate
SAR Daerah Maluku Utara
TNI POLRI Unit Lintas
Sektor
120 orang
Peningkatan Kapasitas Fasilitator Tenaga Kesehatan Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan
35 Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
46 orang
Peningkatan Kapasitas Tenaga
Kesehatan Dalam Manajemen Bencana Bidang Kesehatan
53 Dinas Kesehatan Kab/Kota
1 Dinas Kesehatan Provinsi
56 orang
Pendampingan Penyusunan Rencana Kontinjensi Kesehatan
Peserta kegiatan berasal dari : 29 kabupaten 5 kota 1 provinsi
152 orang
42
Kabupaten/Kota, dilaksanakan di Provinsi Riau, NTT, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara dan Jawa Barat
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan
Dinkes Prov. DKI Jakarta 5 Sudinkes Prov. DKI Jakarta AGD 118 9 unit Lintas Program
50 orang
2 Tanggap Darurat dan Pemulihan
Peningkatan Kapasitas Tim Reaksi Cepat (TRC) Dalam Melakukan Penilaian Cepat dan Pelayanan Kesehatan, diselenggarakan di Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta
38 Kabupaten 2 Kota 2 Rumah Sakit 15 KKP 13 Unit Lintas Sektor 2 Unit Lintas Program
152 orang
Pendampingan Petugas Kabupaten/Kota dalam Penyusunan Perencanaan Rumah Sakit dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
8 Provinsi (Jambi, Kep. Bangka Belitung, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara) 17 Rumah Sakit
278 orang
3 Pemantauan dan Informasi Pengelolaan
Data dan Informasi
2 kota 32 kabupaten 1 KKP (disebut dalam lampiran)
41 orang
Penggunaan Alat Komunikasi Bencana
6 kota 23 kabupaten (disebut dalam
34 orang
43
lampiran) 1 KKP 1 provinsi
Pemetaan Kesiapsiagaan Kabupaten/Kota Rawan Bencana
20 provinsi 15 kota 73 kabupaten 2 KKP (disebut dalam, lampiran)
98 orang
4 Tata Usaha Gelar Rumah Sakit Lapangan di Cibubur
PPKK RSUPN Cipto Mangunkusumo RS PMI Bogor
70 orang
Gelar Rumah Sakit Lapangan di Sentul, Bogor
PPKK Kementerian Pertahanan Puskes TNI RSUPN Cipto Mangunkusumo
Upaya Peningkatan Motivasi dan Kinerja Pegawai Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan
PPKK
65 orang
44
Gambar 4.1 Peningkatan Kapasitas Petugas Dalam Pengelolaan Data dan Informasi
Penanggulanagan Krisis Kesehatan
Gambar 4.2 Peningkatan Kesiapsiagaan melalui
Gelar Rumah Sakit Lapangan di Sentul, Jawa Barat
45
Gambar 4.3 Peningkatan kesiapsiagaan Dengan Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan
Bencana Tanah Longsor di Kab. Sukabumi, Jawa Barat
Gambar 4.4 Peningkatan Kapasitas Petugas Kab/Kota Dalam Penggunaan Alat Komunikasi
Penanggulangan Krisis Kesehatan
46
Gambar 4.5
Pendampingan Penyusunan Perencanaan Rumah Sakit Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan di RSU Anutapura Kota Palu, Sulawesi Tengah
Gambar 4.6
Pendampingan Penyusunan Rencana Kontinjensi Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat
47
Gambar 4.7 Peningkatan Kapasitas Petugas Kesehatan Tim Reaksi Cepat Dalam Melakukan
Penilaian Cepat dan Pelayanan Kesehatan
Gambar 4.8 Peningkatan Kapasitas Tenaga Kesehatan Dalam Manajemen Bencana
Bidang Kesehatan
48
Gambar 4.9
Upaya Peningkatan Motivasi dan Kinerja Pegawai Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan
Gambar 4.10
Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan Lahar Dingin Gunung Gamalama di Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara
49
Gambar 4.11
Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan Lahar Dingin Gunung Gamalama di Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara
4.1.2.2 Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Salah satu upaya peningkatan kapasitas SDM yang dilakukan oleh Direktorat Bina Kesehatan Jiwa adalah Peningkatan Keterampilan Kesehatan Jiwa Petugas Siaga Bencana di Daerah Rawan Bencana, yang dilaksanakan pada tanggal 8 – 11 Agustus 2012 di Bogor, Jawa Barat. Pelatihan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilanpetugas pelayanan kesehatan jiwa di daerah rawan bencana, dan diharapkan agar setiap regional memiliki tim reaksi cepat siaga bencana yang dapat memberikan bantuan psikologik dan kesehatan jiwa pertama serta siap dimobilisasi bila terjadi bencana dalam regional masing-masing, dalam rangka mempercepat akses pemberian bantuan psikologidan kesehatan jiwa kepada korban bencana. Materi yang diberikan selama pelatihan, antara lain tentang:
Kebijakan kesehatan jiwa dalam siaga bencana Konsep dasar penatalaksanaan kesehatan jiwa di daerah bencana Deteksi dini dan penapisan masalah kesehatan jiwa Psychological First Aid (PFA)
Konseling dasar masalah kesehatan jiwa akibat bencana Penilaian masalah psikososial akibat bencana Manajemen stress Koordinasi dan need assessment layanan kesehatan pada bencana
50
Pelatihan tersebut diikuti oleh 52 peserta, dengan rincian: 1. Peserta Pusat
Unit Lintas Program/Lintas Sektor terkait :
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat Promosi Kesehatan Pusat Intelejensia Kesehatan Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik
Yayasan Pulih Pusat Krisis UI
2. Peserta Daerah
a) Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Banten, Provinsi Bali, Provinsi NTB, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan, Provinsi Riau, Kota Tangerang, Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Magelang, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Poso, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Nias Selatan, Kota Padang.
b) Rumah Sakit RSKetergantungan Obat, RSJiwa Daerah Bali, RSKD Sulawesi Selatan, RSUD Maluku Utara, RS Jiwa Daerah Kalimantan Selatan, RSJiwa Riau
Gambar 4.12
Pertemuan Pelayanan Kesehatan Jiwa di Daerah Rawan Bencana
51
4.1.2.3 Direktorat Bina Gizi Upaya peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Gizi selama tahun 2012 antara lain :
1. Peningkatan Kapasitas Petugas Pengelola Program Gizi Dinkes Provinsi tentang Surveilans Gizi dan Kedaruratan Gizi. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan
kesiapsiagaan pengelola kegiatan pembinaan gizi provinsi dalam mengantisipasi kejadian bencana.
Jumlah peserta kegiatan ini berjumlah 58 orang berasal dari 33 provinsi dan unit lintas program terkait di Kementerian Kesehatan
2. Pelatihan Konseling Menyusui di Daerah Rawan Bencana
Tujuan dari pelatihan ini adalah tersedianya konselor menyusuipada situasi normal maupun bencana.
Jumlah peserta pelatihan ini sebanyak 1.017 orang berasal dari 9 provinsi, yaitu Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Lampung, Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Sulawesi Tenggara.
Tim yang dilatih adalah Tim Konselor Menyusui sebanyak 1.017 orang,sehingga kumulatif tenaga konselor menyusui sampai tahun 2012 ada sebanyak 3.929 orang yang terdiri dari Dokter (Spesialis Obstetri dan Ginekologi dan Spesialis Anak), Bidan, dan Ahli Gizi dari rumah sakit dan puskesmas perawatan.
3. Pelatihan Fasilitator Pelatihan Konseling Menyusui Tujuan dari pelatihan ini adalah tersedianyafasilitator pelatihan
konseling menyusui pada situasi normal maupun bencana. Jumlah peserta pelatihan ini sebanyak 31 orang dari 5 provinsi.
Jumlah kumulatif fasilitator konseling menyusui sampai akhir tahun 2012 adalah 388 orang.
4. Pelatihan Konseling Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) di Daerah Rawan Bencana
Tujuan dari pelatihan ini adalah tersedianya konselor MP-ASIuntuk pelaksanaan konseling MP-ASI pada situasi normal maupun bencana
Peserta pelatihan ini berjumlah 40 orang berasal dari 8 provinsi, yaitu Provinsi Aceh, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Jumlah kumulatif tenaga konselor MP ASI sampai tahun 2012 adalah 388 orang terdiri dari dokter, bidan, perawat dan ahli gizi dari rumah sakit dan puskesmas perawatan.
52
5. Pelatihan Konseling MP ASI di Daerah Rawan Bencana Tujuan dari pelatihan ini adalah tersedianya fasilitator untuk pelatihan
konseling MP ASI pada situasi normal maupun situasi bencana. Peserta pelatihan ini berjumlah 13 orang dari 3 provinsi yaitu Provinsi
Sumatera Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Jumlah kumulatif fasilitator pelatihan konseling MP ASI sampai tahun 2012 sebanyak 51 orang.
6. Sosialisasi Pedoman Kegiatan Gizi dalam Penanggulangan Bencana Pada tahun 2012 dilakukan sosialisasi Pedoman Kegiatan GiziDalam
Penanggulangan Bencana ke 13 provinsi, yaitu : 1. Provinsi Aceh 2. Provinsi Sumatera Utara 3. Provinsi Sumatera Barat, 4. Provinsi Jawa Tengah 5. Provinsi DI Yogyakarta 6. Provinsi Nusa Tenggara Barat 7. Provinsi Nusa Tenggara Timur 8. Provinsi Kalimantan Selatan 9. Provinsi Sulawesi Utara 10. Provinsi Sulawesi Selatan 11. Provinsi Sulawesi Tenggara 12. Provinsi Maluku 13. Provinsi Maluku Utara
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan kesiapsiagaan pengelola kegiatan pembinaan gizi provinsi dalam mengantisipasi kejadian bencana.
Sasaran kegiatan pembinaan teknis lebih difokuskan kepada pengelola kegiatan pembinaan gizi di Dinkes Provinsi/Kabupaten/Kota
Tabel 4.3 Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Gizi Selama
Tahun 2012
No Jenis Kegiatan Asal Peserta Jumlah Peserta
1 Peningkatan Kapasitas Petugas Pengelola Program Gizi Dinkes Provinsi tentang Surveilans Gizi dan Kedaruratan Gizi
33 provinsi Unit Lintas Program
58 orang
53
2 Pelatihan Konseling Menyusui di Daerah Rawan Bencana
9 Provinsi 1.017 orang
3 Pelatihan Fasilitator Pelatihan Konseling Menyusui
5 Provinsi 31 orang
4 Pelatihan Konseling MPASI Di Daerah Rawan Bencana
8 Provinsi 40 orang
5 Pelatihan Fasilitator Pelatihan Konseling MP ASI
Kementerian Kesehatan
13 orang
6 Sosialisasi Pedoman Kegiatan Gizi dalam Penanggulangan Bencana pada setiap kegiatan Bimtek dan Monev ke Propinsi/Kabupaten/Kota
13 Provinsi
Gambar 4.13 Kegiatan Pelatihan Konseling Menyusui di Daerah Rawan Bencana
54
4.1.2.4 Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Upaya peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan selama tahun 2012 antara lain :
1. Peningkatan kapasitas petugas kesehatan di rumah sakit yang menangani
PONEK
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas tenaga medis
dalam menangani kegawatan maternal neonatal .
Peserta kegiatan ini adalah dokter spesialis kebidanan dan kandungan,
dokter spesialis anak, dokter umum, bidan dan perawat untuk
kegawatan maternal neotatal.
Jumlah peserta sebanyak 80 orang yang terdiri dari dokter, perawat dan
bidan di Provinsi Papua dan Aceh.
2. Workshop Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)
Untuk dapat meningkatkan kemampuan petugas kesehatan di rumah sakit
dan mengenalkan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu Direktorat
Bina Upaya Kesehatan Rujukan pada tahun 2012 melakukan workshop
SPGDT di kota Bandung dan Jakarta. Peserta pada kegiatan ini berjumlah
80 orang.
Tabel 4.4
Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Upaya
Kesehatan Rujukan Selama Tahun 2012
No Jenis Kegiatan Jenis Tenaga Medis
Asal Peserta Jumlah Peserta
1 Peningkatan Kapasitas Petugas Dokter Spesialis Kebidanan dan
Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan
Provinsi Papua Provinsi Aceh
80 orang
55
kandungan untuk kegawatan maternal neonatal
2 Peningkatan Kapasitas Dokter Umum untuk kegawatan maternal neonatal
Dokter Umum Provinsi Papua Provinsi Aceh
80 orang
3 Peningkatan Kapasitas Dokter Spesialis Anak untuk kegawatan maternal neonatal
Dokter Spesialis Anak
Provinsi Papua Provinsi Aceh
80 orang
4 Peningkatan Kapasitas Bidan untuk kegawatan maternal neonatal
Bidan Provinsi Papua Provinsi Aceh
80 orang
5 Peningkatan Kapasitas Perawat untuk kegawatan maternal neonatal
Perawat Provinsi Papua Provinsi Aceh
80 orang
6 Workshop Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)
Jakarta dan Bandung
80 orang
56
Gambar 4.14 Kegiatan Workshop Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)
4.1.2.5 Direktorat Surveilans Epidemiologi, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matra Upaya peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Surveilans Epidemiologi, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matraselama tahun 2012 antara lain :
No Jenis Kegiatan Asal Peserta Jumlah Peserta
1 Pelatihan Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik
2 KKP 15 Dinkes Provinsi
17 orang
2 Pelatihan Kesehatan Penerbangan
17 KKP 20 orang
3 Pelatihan Penanggulangan Bencana Bidang PP dan PL
KKP BTKL PP Dinkes Provinsi
38 orang
57
Gambar 4.15 Hypobaric Chamber pada Kegiatan Pelatihan Kesehatan Penerbangan
4.1.2.6 Direktorat Penyehatan Lingkungan Direktorat Penyehatan Lingkungan melakukan kegiatan peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan, antara lain :
No Jenis Kegiatan Asal Peserta Jumlah Peserta
1 Food Safety Training
Direktorat Penyehatan Lingkungan
12 orang
2 Investigasi KLB keracunan pangan
Direktorat Penyehatan Lingkungan
12 orang
3 Pelatihan Penggunaan peralatanfood contamination kit
9 Provinsi 59 Kab/kota
Tiap kab/kota 3 orang total 285 orang
4.1.2.7 Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang selama tahun 2012 menyelenggarakan kegiatan peningkatan kapasitas SDM, antara lain :
No Jenis Kegiatan Asal Peserta Jumlah Peserta
1 Pelatihan Entomolog Kesehatan
KKP BBTKL PP DinkesProvinsi/Kabupaten
60 orang 2 Angkatan
58
2 Pelatihan Pengendalian Vektor Malaria
Dinkes Provinsi Dinkes Kabupaten
30 orang
3 Pelatihan pengendalian vektor dan pemantauan air bersih
Pertamina 30 orang
4
Pentaloka Pengendalian Vektor
Tenaga teknis pengendalian vektor dari BB/BTKL, KKP, Dinkes Kabupaten dan Dinkes
Provinsi
30 orang
5 Pelatihan pengendalian vektor di pelabuhan
KKP Tanjung Balai Karimun
30 orang
6 Pelatihan pengendalian vektor di daerah
24 Dinas Kesehatan Kabupaten
24 orang
Gambar 4.16 Kegiatan Pelatihan Entomologi Kesehatan
59
4.1.2.8 Direktorat Bina Kesehatan Ibu Untuk Direktorat Bina Kesehatan Ibu kegiatan peningkatan kapasaitas SDM yang dilaksanakan selama tahun 2012, antara lain : 1. Peningkatan Kapasitas Pengelola Pelayanan Kesehatan Reproduksi
pada Situasi Darurat di 6 Provinsi. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kapasitas petugas kesehatan dalam menangani masalah kesehatan reproduksi pada kejadian krisis kesehatan. Peserta kegiatan ini berasal dari beberapa institusi, yaitu :
Dinas Kesehatan Provinsi Dinas Kesehatan Kabupaten Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Rumah Sakit Umum Daerah Ikatan Bidan Indonesia
Kegiatan ini dilaksanakan di 6 provinsi, yaitu : a. Provinsi Bengkulu
Jumlah Peserta 30 orang, berasal dari :
Provinsi Bengkulu Kota Bengkulu Kabupaten Bengkulu Selatan Kabupaten Bengkulu Utara
Kabupaten Seluma Kabupaten Muko-muko Kabupaten Kaur
b. Provinsi Gorontalo Jumlah Peserta 36 orang, berasal dari :
Provinsi Gorontalo Kota Gorontalo Kabupaten Gorontalo Kabupaten Bone Bolango Kabupaten Gorontalo Utara
Kabupaten Boalemo Kabupaten Pohuwato
c. Provinsi Kalimantan Tengah Peserta berasal dari Provinsi Kalimantan Tengah dan seluruh kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Tengah.
d. Provinsi Nusa Tenggara Barat Jumlah peserta 36 orang berasal dari : Provinsi NTB
Kabupaten Lombok Utara Kabupaten Dompu
Kabupaten Sumbawa Kabupaten Sumbawa Barat Kabupaten Lombok Timur Kabupaten Bima
60
e. Provinsi Sulawesi Tenggara Jumlah peserta 33 orang, berasal dari :
Provinsi Sulawesi Tenggara Kabupaten Muna
Kabupaten Kolaka Utara Kabupaten Bombana Kabupaten Wakatobi Kabupaten Konawe Selatan Kabupaten Konawe Utara
2. Pelatihan Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM)
Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) adalah paket intervensi minimum yang diperlukan unutk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan reproduksi pada situasi bencana. Tujuan pelatihan ini adalah meningkatkan kapasitas petugas kesehatan dalam menangani masalah kesehatan reproduksi dalam kejadian krisis kesehatan dengan melakukan Paket Pelayanan Awal Minimum. Pada tahun 2012 pelatihan PPAM ini dilaksanakan sebanyak 3 kali, yaitu : 1. Regional Kalimantan Selatan
Dilaksanakan di Banjarmasin, pada tanggal 26 – 30 November 2012. Narasumber dan fasilitator dari Direktorat Bina Kesehatan Ibu dan Ousat Penanggulangan Krisis Kesehatan Peserta pelatihan ini berjumlah 37 orang, berasal dari :
Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Direktorat Bina Kesehatan Ibu Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Laut Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Dinas Kesehatan Kota Palangkaraya
Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Utara Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Kartanegara Dinas Kesehatan Kota Samarinda
2. Regional Sulawesi Selatan Dilaksanakan di Makassar pada tanggal 25 – 29 September 2012 Narasumber dan fasilitator berasal dari Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan dan Ikatan Bidan Indonesia Peserta pelatihan ini berjumlah 40 orang, berasal dari :
Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Direktorat Bina Kesehatan Ibu UNFPA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
61
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Dinas Kesehatan Kabupaten Mamasa Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju Utara
3. Provinsi Gorontalo Dilaksanakan di Gorontalo dengan jumlah peserta 30 orang berasal dari 6 kabupaten/kota di Provinsi Gorontalo.
3. Sosialisasi dan advokasi pelayanan kesehatan reproduksi pada situasi darurat Dilakukan di 7 provinsi , yaitu : a. Provinsi Sumatera Utara
Kabupaten Nias Kabupaten Nias Selatan
b. Provinsi Sulawesi Barat
Kabupaten Mamasa Kabupaten Mamuju Utara
c. Provinsi Aceh d. Provinsi Sumatera Selatan e. Provinsi Lampung f. Provinsi Sulawesi Utara g. Provinsi Papua Barat
Tabel 4.5 Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Penanggulangan Krisis
Kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Kesehatan Ibu Selama Tahun 2012
No Jenis Kegiatan Asal Peserta Jumlah Peserta
1 Peningkatan Kapasitas Pengelola Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Situasi Darurat di 5 Provinsi.
6 Provinsi 30 Kabupaten/Kota
Total 288 orang
2 Pelatihan PPAM Regional Kalimantan Selatan
3 Provinsi 7 Kabupaten/Kota
37 orang
3 Pelatihan PPAM Regional Sulawesi Selatan
2 Provinsi 2 Kabupaten UNFPA
40 orang
4 Sosialisasi dan advokasi pelayanan kesehatan reproduksi pada situasi darurat
2 Provinsi (Sumut dan Sulbar) 4 Kabupaten (Nias, Nias Selatan, Mamasa, dan Mamuju Utara)
60 orang
62
5 Peningkatan kapasitas pengelola pelayanan kesehatan reproduksi pada situasi darurat di Provinsi Kalimantan Tengah (2 kali). (Dana Dekonsentrasi)
Provinsi Kalimantan Tengah Seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah
33 orang
6 Sosialisasi dan orientasi pelayanan kesehatan reproduksi pada situasi darurat diProvinsi Aceh, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Utara, dan Papua Barat. (dana Dekonsentrasi)
5 Provinsi (Aceh, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Utara, Papua Barat)
Aceh: 44 orang Sumsel: 38 orang
Lampung: 25 orang
Sulut: 35 orang Papua barat: 25
orang
7 Pelatihan PPAMkesehatan reproduksi di Provinsi Gorontalo. (Dana Dekonsentrasi)
Provinsi Gorontalo Seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo (6 Kabupaten/Kota)
30 orang
64
Gambar 4.18 Kegiatan Pelatihan Paket Pelayanan Awal Minumum (PPAM)
4.1.2.9 Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan hanya melakukan 1 kegiatan peningkatan kapasitas SDM selama tahun 2012, yaitu Peningkatan Kinerja SDM Pengelola Obat di Instalasi Farmasi Pusat dengan peserta pelatihan berjumlah 26 orang yang merupakan para pengelola kefarmasian di unit-unit Kementerian Kesehatan. 4.1.2.10 Pusat Kedokteran Kesehatan (Pusdokkes) POLRI Pusdokkes POLRI merupakan unit lintas sektor yang selalu bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan.
Peran Pusdokkes POLRI ini sangat terlihat dalam hal identifikasi korban meninggal pada kejadian seperti kecelakaan transportasi (darat, udara, laut) dan ledakan bom. Proses identifikasi korban meninggal ini dilakukan oleh unit Disaster Victim Investigation (DVI) yang berada dalam Pusdokkes POLRI. Salah satu peran Pusdokkes POLRI/DVI yang terlihat jelas pada tahun 2012 adalah pada proses indentifikasi korban meninggal pada kejadian jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100 di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat. Selama tahun 2012 Pusdokkes POLRI banyak melakukan kegiatan peningkatan SDM nya, terutama SDM unit DVI. Kegiatan yang dilakukan antara lain berupa :
65
1. Pelatihan-pelatihan DVI, baik tingkat nasional dan internasional 2. Konferensi/kongres/pertemuan Internasional dalam hal DVI 3. Sosialisasi program-program DVI ke beberapa provinsi di Indonesia
Tabel 4.6 Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Penanggulangan Krisis
Kesehatan yang dilakukan oleh Pusdokkes POLRI Selama Tahun 2012
No
Jenis Kegiatan Tempat Pelaksanaa
n
Waktu Pelaksanaa
n
Skala Kegiatan
Jumlah Pesert
a
1 5thInternational Dental DVI Management and Forensic Dentistry Course, JCLEC.
Semarang, Jawa Tengah
10 – 27 Juli 2012
Internasional
20 orang
2 6thInternational DVIMortuary Management Course, JCLEC
Semarang, Jawa Tengah
17 – 28 September
2012
Internasional
20 orang
3 1stInternational DVIBasic Training for Mobile Brigade, JCLEC
Semarang, Jawa Tengah
17 – 28 September
2012
Internasional
20 orang
4 4thInternational DVICommander Workshop, JCLEC
Semarang, Jawa Tengah
17 – 28 September
2012
Internasional
20 orang
5 4thInternational DVI Course for DVI Province Commander and Interdepartmental Institution, JCLEC
Semarang, Jawa Tengah
8 – 19 Oktober 2012
Internasional
20 orang
6 Sosialisasi DVIPolda DI Yogyakarta
Yogyakarta 19 – 21 November
2012
Nasional 75 orang
7 Sosialisasi DVIPolda Kalimantan Timur
Kalimantan Timur
27 – 29 November
2012
Nasional 75 orang
66
8 Sosialisasi DVIPolda Kalimantan Barat
Pontianak, Kalimantan
Barat
10 – 12 Desember
2012
Nasional 75 orang
4.1.3 Pertemuan Koordinasi
Upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat lakukan secara
optimal apabila seluruh program dan kegiatan dilaksanakan dengan cara
berintegrasi serta berkoordinasi baik lintas program maupun lintas sektor. Pada
tahun 2012, Kementerian Kesehatan telah menyelenggarakan 19 kali
pertemuan koordinasi.
Tabel 4.7
Pertemuan Koordinasi Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan yang Diselenggarakan Unit-unit Kemenkes pada Tahun 2012
No Unit Organisasi Kegiatan Peserta
1
Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan (PPKK)
Rapat Evaluasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Tahun 2011 dan Koordinasi Kesiapsiagaan menghadapi Krisis Kesehatan Tahun 2012
9 unit LP
6 unit LS 3 RS Vertikal 3 Dinkes Provinsi Media cetak &
elektronik
Pertemuan Evaluasi Upaya Tanggap Darurat dan Pemulihan Krisis Kesehatan
55 orang
PPKK 9 PPK Regional 2 PPK Sub
Regional
3 unit LP 2 KKP 1 BTKL 1 RS Jiwa Vertikal
2 Dinkes Kabupaten
2 Dinkes Kota
9 RSUD 1 RS Swasta 1 unit LS
67
No Unit Organisasi Kegiatan Peserta
(Basarnas)
Pertemuan Evaluasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Jatuhnya Pesawat Sukhoi SSJ 100
PPKK
DVI Pusdokkes POLRI
Dinkes Kab. Bogor
Dinkes Prov. DKI Jakartta
Dinkes Prov. Jawa Barat
Persiapan Pelembagaan Pusat Penanggulangan Krisis Regional
PPKK Biro Hukum &
Organisasi
Pertemuan lintas program dan lintas sektor dalam penanggulangan krisis kesehatan
PPKK 9 PPK Regional 2 PPK Sub Regional 33 Dinkes Provinsi
Balitbangkes WHO BNPB Bapeten BNPT
Kemensos Poltekkes FKM UI RS Vertikal RSUD Fakultas
Kedokteran PMI
MPBI Kompas
Rapat Koordinasi Teknis PPK Regional dan Sub Regional di Bukittinggi dan Bogor
PPKK 9 PPK Regional
2 PPK Sub Regional
Pertemuan kesiapsiagaan Gn Lokon, Rokatenda, Banjir DKI
PPKK Dinkes Provinsi Dinkes Kab/Kota
68
No Unit Organisasi Kegiatan Peserta
Workshop Implementasi dan Pengembangan Sistem Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan
PPKK PPK Regional/Sub
Regional
WHO Pusdokkes POLRI PMI Univ. Sumatera
Utara IKABI
Jasa raharja ARVI POGI Dit.Bina
Keperawatan
Dit. Kesehatan Jiwa Dit. Kesehatan
Kerja
Dit. Gizi Dit. Kesehatan Ibu
Dit. Obat Publik Dit. PL Dit. Sepimkesma
2 DVI Pusdokkes POLRI Rapat evaluasi Operasi Sukhoi di PPK Kemenkes
DVI Pusdokkes POLRI
PPKK Dinkes Kab. Bogor Dinkes Prov. DKI
Jakartta
Dinkes Prov. Jawa Barat
3 Direktorat Bina Kesehatan Ibu
Pertemuan koordinasi kesehatan reproduksi tingkat pusat. (2 kali)
PPKK
subdit AIDS
Direktorat Anak
IBI
UNFPA
Kementerian Pemberdayaan Perempuan &Perlindungan Anak (KNPP&PA), BKKBN, POGI.
69
No Unit Organisasi Kegiatan Peserta
4
Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang
Membuat jejaring kerja pengendalian vektor (dalam rangka pembuatan Draft Baku Mutu vektor dan Binatang pengganggu)
5
Direktorat Penyehatan Lingkungan
Rapat koordinasi dengan lintas program terkait persiapan penanggulangan bencana
Sosialisasi advokasi penanggulangan bencana dan kedaruratan
Rapat koordinasi LS & LP terkait pengendalian risiko makanan menjelang arus mudik
Advokasi dan sosialisasi pengendalian risiko makanan pada situasi darurat
6
Direktorat Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra
Rapat Koordinasi Pokja Bencana Bidang PP dan PL
Rapat Koordinasi Kesiapsiagaan Mudik Lebaran 2012, Mudik Natal 2012 dan Tahun Baru 2013
Rapat Koordinasi Kesiapsiagaan Bidang PP dan PL Sail Morotai 2012
Penyusunan Pedoman Penaggulangan Keadaan darurat Bidang Kesehatan Pada Kecelakaan Pesawat Udara di Bandar Udara
7
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Rapat konsultasi teknis obat publik dan perbekalan kesehatan
Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota
8 Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Rapat Koordinasi SPGDT 2
Dinas kesehatan Provinsi, RS vertikal RS daerah, ARVI, ARSADA, Telkom
9 Emergency and Humanitarian Action Unit
Pertemuan Kluster Kesehatan Dalam Kesiapsiagaan Bencana
20 organisasi 39 orang
70
No Unit Organisasi Kegiatan Peserta
(EHA) WHO
Gambar 4.19
Kegiatan Workshop Implementasi dan Pengembangan Sistem Penanganan
Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan
71
Gambar 4.20
Rapat Evaluasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Tahun 2011 dan Koordinasi
Kesiapsiagaan menghadapi Krisis Kesehatan Tahun 2012
4.1.4 Penguatan Kerjasama
Dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana sangat
diperlukan penguatan kerjasama lintas program maupun lintas sektor.
Kerjasama pada masa pra krisis selama tahun 2012 adalah :
Tabel 4.8
Kerjasama Lintas Program, Lintas Sektor dan Internasional
No Unit Organisasi Instansi Terkait
Bentuk Kerjasama
1 Direktorat Bina Kesehatan Ibu UNFPA
Pelatihan PPAM Penyediaan
Reproductive Health Kit, Individual kits
Dukungan teknis dan manajemen
72
No Unit Organisasi Instansi Terkait
Bentuk Kerjasama
2
Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan
Kementerian Pertahanan
Kerjasama dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
3
Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang
Universitas, Swasta Pertemuan Komisi Ahli Pengendalian Vektor
4 Direktorat Penyehatan Lingkungan
Dit. SIMKAR dan KESMA, Dit. P2B2, Dit. P2ML, Dit. PPTM
Koordinasi dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan/darurat (pra, Saat, pasca) dan situasi khusus
Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kab/Kota Perguruan tinggi
Pembinaan dan Narasumber
5
Direktorat Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra
POSSI, Promkes, Dit. Kesja dan Olahraga, Dit. Pengobatan Tradisional dan Komplementer, PERDOKLA, Kementerian Kelautan dan Perikanan
Jejaring Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik
Diskes AU, Perdospi, LAKESPRA, Angkasa Pura, Maskapai, Ditjen Perhub. Udara, Otban, KKP, Balai Kes. Penerbangan
Jejaring Kesehatan Penerbangan
PPKK, Dinkes Prov, Jejaring Pokja Bencana
73
No Unit Organisasi Instansi Terkait
Bentuk Kerjasama
KKP, BBTKL-PP, Dit. PL, Dit. PTM, Dit. P2ML, Dit. P2B2
PP dan PL
PPKK, Pusdatin, Promkes, Puskomlik, Korlantas, Pusdokkes, DLLAJ, Jasa Raharja, Dit. PL, Dit PPTM, Dinkes Prov, Kab/ Kota, KKP, B/BTKL-PP
Jejaring Kerja Kesehatan Situasi Khusus
5
Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan
PT. Telkom Dukungan teknis untuk call center 119 untuk SPGDT
Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota
Penguatan call center di daerah
6
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
CHAI (Community Health Pharmacy International)
Dukungan Teknis dan Manajemen
7
Emergency and Humanitarian Action Unit (EHA)
WHO
Konsultasi Regional Terhadap Pedoman Keamanan Fasilitas Kesehatan Terkait dengan Bencana Air
1. Dukungan Teknis
2. Dukungan Pendanaan
Fasilitasi Kunjungan Ke Kobe Center Jepang
Fasilitasi Kegiatan Konsultasi Regional Dalam Penanggulangan Bencana Di Sektor Kesehatan, Bangkok, Thailand
Dukungan untuk pelaksanaan Workshop
74
No Unit Organisasi Instansi Terkait
Bentuk Kerjasama
Penguatan Kesiapsiagaan Tanggap Darurat Rumah Sakit melalui Peningkatan SPGDT dan Sistem Akreditasi Rumah Sakit
Fasilitasi Kegiatan Pertemuan Regional Asia Tenggara Dalam Pendanaan Tanggap Darurat Kesehatan
Fasilitasi Proses Pembentukan Pusat Kolaborasi WHO (WHO Collaborating Center) Untuk Pelatihan dan Penelitian Dalam Bidang Pengurangan Resiko Bencana
75
Gambar 4.21
Penandatangan Kerjasama Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat
Bencana antara PPKK dan Kementerian Pertahanan
4.1.5 Pemetaan Kesiapsiagaan
Untuk mempercepat pengambilan keputusan dalam upaya
penanggulangan krisis kesehatan, diperlukan peta kekuatan sumber
daya kesehatan dan kerentanan setiap wilayah di Indonesia yang
didapat melalui kegiatan pemetaan kesiapsiagaan penanggulangan krisis
kesehatan.
Pada tahun 2012 pemetaan kesiapsiagaan dilaksanakan oleh Pusat
Penanggulangan Krisis Kesehatan dan Direktorat Pengendalian Penyakit
Bersumber Binatang .
76
Tabel.4.9
Kegiatan Pemetaan Kesiapsiagaan
NO Jenis Pemetaan Unit Pelaksana Lokasi
1 Pemetaan Kesiapsiagaan Kabupaten/Kota Rawan Bencana
Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan
20 Provinsi 75 Kabupaten
15 Kota
2 Pemetaan Vektor
Penyakit
Direktorat
Pengendalian Penyakit
Bersumber Binatang
Pasir Ganting-
Sumatera Barat,
Kalimantan Timur,
NTT
Gambar 4.22
Kegiatan Pemetaan Kesiapsiagaan Kabupaten/Kota Rawan Bencana
4.1.6 Kegiatan Kesiapsiagan Pada Situasi Khusus
Situasi khusus merupakan kegiatan berskala besar yang melibatkan banyak
orang dan memiliki kerentanan serta risiko terjadinya krisis kesehatan.
Kegiatan Kesiapsiagaan Pada Situasi Khusus yang dilaksanakan oleh
Kementerian Kesehatan selama tahun 2012 antara lain; Sail Morotai, Pekan
Olah Raga Nasional Ke XVIII, Mudik Lebaran dan beberapa Kejadian Luar Biasa
77
penyakit bersumber binatang (misalnya,Tomcat, Malaria, Demam Berdarah
Dengue dan Chikungunya). Unit di Kementerian Kesehatan yang melaksanakan
Kesiapsiagaan Pada Situasi Khusus, antara lain; Pusat Penanggulangan Krisis
Kesehatan, Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Direktorat
Penyehatan Lingkungan, Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan, Direktorat
Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan dan Direktorat Surveilans
Epidemiologi, Imunisasi, Karantina Kesehatan dan Kesehtan Matra.
Tabel 4.10 Kegiatan Kesiapsiagaan pada Situasi Khusus yang dilakukan oleh
Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan pada tahun 2012
No Jenis Situasi Khusus Waktu dan
Tempat Kegiatan
1 Sail Morotai Pulau Morotai & Kota Ternate Provinsi Maluku
mobilisasi fasilitas
kesehatan RS
lapangan
Penyelenggaraan
Geladi
Penyusunan
Rencana
Kontinjensi
Gambar 4.23
78
Penyiapan Rumah Sakit Lapangan Pada Kegiatan Sail Morotai
Gambar 4.24
Penyiapan Rumah Sakit Lapangan Pada Kegiatan Sail Morotai
Tabel 4.10
Kegiatan Kesiapsiagaan pada Situasi Khusus yang dlakukan oleh
Direktorat Jenderal P2PL pada tahun 2012
No Jenis Situasi
Khusus Waktu dan
Tempat Kegiatan
1 Pekan Olah Raga Nasional
Agustus 2012, Provinsi Riau
Koordinasi dengan Dinkes Prov, KKP Pekanbaru; Assessment persiapan pelaksanaan PON; Aktivasi Pos Kesehatan oleh KKP Pekanbaru; dukungan Logistik
2. Sail Morotai 2012 Februari – Agustus 2012
Rapat Koordinasi dengan LP dan LS terkait di Jakarta
79
Maret 2012 Pengambilan sampel kualitas air minum oleh KKP kelas III Ternate
Maret 2012 Survei awal bid. PP dan PL, termasuk survey vektor, penyakit, dan kesling
Juni 2012 dan Agustus 2012
Rapat Koordinasi Bid. PP dan PL di Morotai dan di Ternate
Minggu III - IV Agustus
Mapping Homestay, Pengambilan dan pengujian kualitas air minum oleh BTKL- PP Manado dan Dinkes Kab. Morotai
Minggu II – III Juli dan Minggu III – IV Agustus 2012
Penyemprotan venues oleh Dinkes Kab. Morotai didukung oleh KKP Kelas III Ternate
4 Mudik Lebaran 2012
Jakarta, Juni 2012
Rapat Koordinasi Kesiapsiagaan Mudik Lebaran 2012
Jakarta, 9 Agustus 2012
Apel Siaga Mudik Lebaran Bid. Kesehatan
Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Batam, Banjarbaru (Agustus 2012)
Pemeriksaan sampel makanan, minuman di Rumah Makan, Terminal, Bandara, dan TTU lainnya oleh BBTKL-PP
Jakarta, Manado, Yogyakarta, Surabaya, Palembang, (Agustus 2012)
Pemeriksaan FR kesehatan pengemudi (TD, alkohol, amphetamine, GD) oleh Dt. PPTM, BBTKL-PP, dan Dinkes Prov
80
Gambar 4.25
Rapat Koordinasi Bidang PP & PL Pada Kegiatan Sail Morotai
Gambar 4.26
Pelepasan Tim Kesehatan Mudik Lebaran Tahun 2012 oleh Menteri
Kesehatan
81
Tabel 4.11 Kegiatan Kesiapsiagaan pada Situasi Khusus yang dilakukan oleh Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang
pada tahun 2012
No Jenis Situasi Khusus Waktu dan
Tempat Kegiatan
1
Sail Morotai 2012
Pulau Morotai, Juni 2012
Koordinasi dengan Dinkes Propinsi dan Kabupaten, KKP, Puskesmas
Mapping breeding places DBD, Malaria dan Culicoides (agas).
Pengamatan lingkungan Breeding places,
Survei penangkapan nyamuk dewasa Anopheles, culex dan Agas
Fogging 1 – 2 minggu sebelum pelaksanaan Sail Morotai 2012.
Penyemprotan IRS sebelum pelaksanaan Sail Morotai 2012.
2
Pengendalian wabah Pederus sp. (Tomcat)
Surabaya, Maret 2012
Pengendalian Populasi Paederus sp. di permukiman.
Standarisasi tatalaksana kasus akibat investasi
Paederus sp.
3 KLB cikungunya
Kecamatan Gandapura, Kabupaten Bireun – Propinsi NAD /7-12 Februari2012
Survey vektor (jentik) di genangan air
Menghitung House Index (HI), Container Index (CI), ANJ
82
4 KLB DBD
Desa Nagari Pasir Ganting, Kecamatan Pancung Kabupaten Pesisir Selatan, Propinsi Sumbar / 23-28 April 2012
Mengidentifikasi wilayah penyebaran kasus
Survei faktor resiko(breeding places dan lingkungan vektor) terjadinya KLB
Identifikasi vektor Dinkes Kabupaten
Pesisir Selatan melakukan : Penyuluhan/sosialisasi, larvasidasi dan fogging.
Diagnosa kasus DBD diPuskesmas berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik.
5
Terjadinya peningkatan kepadatan populasi nyamuk
Kota Cirebon
- Survey vektor (nyamuk) malam hari
- Survey tempat perindukan potensial (survey jentik )dan lingkungan
- Larvasidasi menggunakan vectobac
6
Dalam rangka
mendukung
eliminasi malaria di
Kepulauan Seribu,
propinsi DKI
Jakarta.
Kepulauan Seribu, Propinsi DKI Jakarta / Oktober 2012
- Mapping vektor dengan cara survey tempat perkembangbiakan potensial vektor malaria
- Survei kondisi lingkungan tempat perindukan vektor malaria (mengukur parameter lingkungan)
83
Tabel 4.12 Kegiatan Kesiapsiagaan pada Situasi Khusus yang dilakukan
Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan pada tahun 2012
No Jenis Situasi Khusus Waktu dan
Tempat Kegiatan
1 Pekan Olah raga Nasional
Agustus 2012 Provinsi Riau
Mobilisasi Tim Kesehatan, Penyiapan Rumah Sakit Rujukan
2 Sail Morotai
Pulau Morotai (Kab. Kepulauan Morotai Provinsi Maluku Utara), bulan Agustus 2012
Mobilisasi Tim Kesehatan, Penyiapan Rumah Sakit Rujukan
Gambar 4.27
Kesiapsiagaan Pelayanan Kesehatan pada PON XVIII Riau 2012
84
Gambar 4.28
Fasilitas Kesehatan di Lokasi Venue PON XVIII Riau 2012
Tabel 4.13 Kegiatan Kesiapsiagaan pada Situasi Khusus yang dilakukan
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan pada tahun 2012
No Jenis Situasi Khusus
Waktu dan Tempat
Kegiatan
1 Sail Morotai
Maluku Utara Dukungan obat dan perbekalan kesehatan
85
Tabel 4.14
Kegiatan Kesiapsiagaan pada Situasi Khusus yang dilakukan
Pusdokkes POLRI pada tahun 2012
No Jenis Situasi Khusus Tempat Pelaksanaan Kegiatan
1 Sail Morotai Pulau Morotai
Provinsi Maluku
Kesehatan Lapangan
DVI
Pelaksanaan Food
Security
2 Kesiapsiagaan dalam
situasi kontinjensi
Operasi Nusa Aman
4.1.7 Dukungan sarana, prasarana, logistik dan dana operasional
Kementerian Kesehatan pada tahun 2012 telah memobilisasi sarana, prasarana
dan logistik untuk kegiatan penanggulangan krisis kesehatan.
a. Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan
Mengirimkan bantuan dalam rangka penguatan 45 kabupaten/kota
dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana berupa
personal kit dan emergencykit serta alat pengolah data (laptop dan
modem).
N
O KEGIATAN Unit
Jumlah
1 50 Kab/Kota memiliki sarana
penunjang penanggulangan
krisis kesehatan
1. Emergency kit
2. Personal Kit
3. Alat Pengolah Data
@ 2 paket
@ 5 unit
@ 1 unit
100
250
50
2. Mengirimkan Tenda Pelayanan
Kesehatan ke 9 Regional dan
2 sub Regional
@ 15
165
86
Sarana penunjang penanggulangan krisis kesehatan meliputi :
- Emergency Kit (airway kit, diagnostic equipment, trauma kit, dan
bag pack)
- Personal Kit (backpack, sleeping bag, perlengkapan masak portable,
sepatu boot, ponco, raincoat, sarung tangan, kupluk, pisau lipat,
global positioning system, lampu kepala, senter dan matras);
- Alat Pengolah Data meliputi laptop dan modem yang diharapkan
dapat mempercepat akses informasi dari Kab/Kota wilayah bencana
Melengkapi sarana prasarana PPK Regional dan Sub Regional:
- Tenda, Vel bed dan Personal Kit untuk seluruh regional
- Emergency kit dan emergency tool di 7 regional
Pembangunan gudang kantor PPK Sub Regional Sumatera Barat
Penyediaan Alat Kesehatan RS Lapangan untuk Kementerian
Kesehatan
Memobilisasi logistik kesehatan untuk penanggulangan krisis
kesehatan
Memberikan dana operasional tanggap darurat penanggulangan krisis
kesehatan
Tabel 4.15
Logistik Yang Telah Dimobilisasi PPKK Pada Tahun 2012
No. Nama Barang Jumlah Bulan Tujuan Keterangan
1 MP-ASI 5 Ton Januari Dinkes Prov
KALBAR
Banjir dan perubahan
iklim
2 MP-ASI 2 Ton Januari Klinik Waluya Sejati abadi
3 MP-ASI 2 Ton Januari DPR PDIP Prov Jambi
4 MP-ASI 2 Ton Januari DPR PDIP
Prov Bengkulu
5 MP-ASI 2 Ton Januari DPR PDIP
Prov Banten
87
6 MP-ASI 2 Ton Januari
Kantor perwakilan
Maluku Utara Ternate
7 MP-ASI 2 Ton Januari DPR PDIP Prov Riau
8 MP-ASI 2 Ton Januari DPR PDIP
Prov JABAR
9 MP-ASI 2 Ton Januari DPR PDIP
Prov Lampung
10 MP-ASI 2 Ton Januari DPR PDIP Prov Bali
11 Masker 20000 lembar Januari Dinkes Prov
NTT
Gnung Lie Lewotolok
Kab Lembata
12 Velbet Life Jacket
100 6
buah buah
Januari
RCSM
13
Masker Tenda Yankes Velbet Polibag Kaporit
1000 2 5
5000 1
Buah Unit Buah
Lembar galon
Februari
Dinkes Prov Banten
Banjir
14 MP-ASI 10 Ton Februari Dinkes Prov
Banten
15 MP-ASI 5 Ton Februari Dinkes Prov
KALBAR
16 MP-ASI 7 Ton Februari Dinkes Prov
JATENG Kesiapsiagan
17 Topi Rompi
50 50
Buah buah
Februari BUK Dasar
18 MP-ASI 3 Ton Februari Dinkes Prov
DIY Kesiapsiagan
19 MP-ASI 4 Ton Februari Dinkes Prov
DIY
20 MP-ASI 4 Ton Februari Dinkes Prov
Bantul
21 MP-ASI 1 Ton Februari SUDINKES
22 MP-ASI 4 Ton Februari Dinkes Prov
JATENG
23 MP-ASI 3 Ton Februari Dinkes Prov
DIY
24 MP-ASI 15 Ton Februari Dinkes Prov
JATIM
25 MP-ASI 1,5 Ton Februari Dinkes Prov
Papua
88
26
Tenda Invatable
Kantong mayat Velbet
2 100 20
Unit Lembar buah
Februari Dinkes Prov
Papua
27
Perahu karet Mesin temple Tenda Yankes Velbet
1 1 1 10
Unit Unit Set
buah
Februari Dinkes Kab Ponorogo
28 Masker 20000 lembar Februari Dinkes Prov
SULUT
29 Abate Kaporit
10 10
Drum Drum
Maret Dinkes Kab
Belu
30 MP-ASI 10 Ton Maret Dinkes Prov
JATIM
31 Velbet 10 buah Maret Dinkes Prov
Aceh
32 MP-ASI 200 Dos Maret Dinkes Kan
Belu
33
Kantong mayat Masker MP-ASI Velbet
50 50000
1 50
Buah Lember
Ton Buah
Maret Dinkes Prov
JABAR
34 MP-ASI 3 Ton Maret Dinkes Kab Halmahera
Selatan
35 MP-ASI 3 Ton Maret Dinkes Kab Kebumen
36 MP-ASI 3 Ton Maret Dinkes Kab Majalengka
37 MP-ASI 2 Ton Maret Dinkes Kab
Maluku Tenggara
38 MP-ASI 2 Ton Maret Dinkes Kab
Lombok Timur
39 MP-ASI 3 Ton Maret Dinkes Kab Sumbawa
40 MP-ASI 3 Ton Maret Dinkes Kab
Sleman
41 MP-ASI 3 Ton Maret Dinkes Kab Waropen
42 Tenda Yankes Velbet
3 90
Unit buah
April Dinkes Prov
Maluku Utara
43 Kantong mayat 20 Buah April KKP kelas 1
SOEHAT
89
44 Rompi + topi Masker
150 10000
Buah lembar
Mei Dinkes Prov
SULUT
45 Sepatu boot Velbet Tenda Yankes
50 6 3
Pasang Buah unit
Mei Dinkes Prov
Aceh
46 Masker 20000 buah Mei Dinkes Prov
SULUT
47
Perahu karet Motor temple Kantong mayat Tenda yankes Masker Velbet
4 4
150 2
2000 25
Set Unit
Lembar Set
Buah buah
Juni Bupati Kab Paser Prov
KALTIM
48 Hygiene kit Bumil kit Built kit
300 50 50
Paket Paket paket
Juni Dinkes Prov Papua Barat
Kebakaran di Kab Sorong
49 Velbet 10 buah Juli Dinkes Prov SULTENG
50 Perahu karet Motor temple Tenda yankes
2 2 2
Set Unit Set
Agustus Dinkes Kab
Tulang Bawang
51 Perahu karet Rompi
1 20
Set buah
November Dinkes Kota
Mataram
52
Kantong mayat Dewasa
Kantong mayat Anak
40
10
Buah
Buah
November RSCM
53 Perahu karet Tenda yankes
2 1
Set Set
Desember Bupati Kab
Mesuji
54 Perahu Karet 2 Set Desember Dinkes Prov Kepulauan
BABEL
90
Tabel 4.16
Bantuan Dana Operasional Tanggap Darurat
Penanggulangan Krisis Kesehatan
Selama Tahun 2012
NO JENIS
BENCANA
PROVINSI JUMLAH RINCIAN JUMLAH
1 Peningkatan
Aktivitas
Gunung Ijen
Jawa Timur Rp.76.500.000 Dinkes Kab.
Banyuwangi
Rp.19.987.500,-
Dinkes
Kab.Bondowoso
Rp.21.600.000,-
Dinkes Kab.
Situbondo
Rp. 7.312.500,-
Dinkes Provinsi
Jawa Timur
Rp.27.600.000,-
2 Banjir Bandang
dan Angin
Puting Beliung
Nusa
Tenggara
Barat
Rp. 55.431.000 Dinkes Kab.
Sumbawa
Rp.18.391.000,-
Dinkes Kab.
Dompu
Rp. 4.000.000,-
Dinkes Kab.
Lombok Utara
Rp. 3.000.000,-
Dinkes Provinsi
NTB
Rp.30.040.000,-
3 Banjir Sumatera
Barat
Rp.56.025.000,- Dinkes Kab.
Pasaman
Rp.56.025.000,-
4 Banjir Bandang Aceh Rp. 16.000.000 Dinkes Kab.
Pidie
Rp.13.000.000,-
Dinkes Provinsi
Aceh
Rp. 3.000.000,-
5 Banjir Jawa Timur Rp.17.720.000,- Dinkes
Kab. Blitar
Rp.4.000.000,-
91
Dinkes
Kab. Pasuruan
Rp. 6.380.000,-
Dinkes Kab.
Probolinggo
Rp. 4.000.000,-
Dinkes
Kab. Jember
Rp. 1.340.000,-
PPK Regional
Jawa Timur
Rp. 2.000.000,-
6 Peningkatan
aktivitas
Gunung Semeru
Jawa Timur Rp.12.725.000 Dinkes Kab.
Lumajang
Rp. 8.125.000,-
Dinkes Provinsi
Jawa Timur
Rp. 4.600.000,-
7 Konflik Sosial Kab.
Tolikara
Papua
Rp.
48.900.000,-
Dinkes
Provinsi Papua
Rp.48.900.000,-
8 Banjir Bandang Aceh Rp. 5.750.000,- Dinkes
Kab. Pidie
Rp. 5.750.000,-
9 Banjir Bandang Sumatera
Utara
Rp.12.600.000,- Dinkes Kab.
Mandailing
Natal
Rp.12.600.000,-
10 Banjir Nusa
Tenggara
Barat
Rp.34.940.000 Dinkes Kab.
Lombok Timur
Rp.15.000.000,-
Dinkes Kab.
Sumbawa
Rp. 5.400.000,-
Dinkes Provinsi
NTB
Rp.14.540.000,-
11 Banjir Bandang Aceh Rp.26.300.000,- Dinkes Kab.
Aceh Tenggara
Rp.26.300.000,-
12 Kecelakaan
Transportasi
Jawa Barat Rp.49.120.000 Dinkes
Kab. Bogor
Rp.49.120.000
92
Pesawat Sukhoi
13 Kegiatan Pasific
Partnership
Sulawesi
Utara
Rp.36.910.000,- Dinkes Prov.
Sulawesi Utara
Rp.36.910.000,-
14 Bantuan Dana
Operasional DVI
Jawa Timur Rp.107.507.400 POLDA
Jawa Timur
Rp.107.507.400
15 Bantuan
Operasional
Pertemuan
Konsolidasi Tim
Penanggulangan
Krisis Kesehatan
Aceh
Aceh Rp.16.000.000 Dinkes Provinsi
Aceh
Rp.16.000.000
16 Banjir Bandang Sumatera
Barat
Rp.61.437.500 Dinkes Prov.
Sumatera Barat
Rp.61.437.500
17 Banjir Bandang
dan Tanah
Longsor
Maluku Rp. 77.000.000 Dinkes Provinsi
Maluku
Rp. 77.000.000
18 Gempa Bumi Sulawesi
Tengah,
Kab. Parigi
Moutong
Rp.86.517.500 Dinkes Provinsi
Sulawesi
Tengah
Rp.86.517.500
19 Banjir Bandang Gorontalo,
Kab. Bone
Bolango
Rp.19.720.000 Dinkes Provinsi
Gorontalo
Rp.19.720.000
20 Banjir Bandang Aceh, Kab.
Aceh
Tenggara
Rp.21.190.000 Dinkes Provinsi
Aceh
Rp.21.190.000
21 Banjir Bandang Sulawesi
Tengah,
Kab. Parigi
Rp.66.595.000 Dinkes Provinsi
Sulawesi
Tengah
Rp.66.595.000
93
Moutong
22 Konflik Sosial NTB, Kab.
Bima
Rp.42.696.000 Dinkes Provinsi
NTB
Rp.42.696.000
23 Kecelakaan
Industri dan
Kabut Asap
Sumatera
Selatan
Rp.17.160.000 Dinkes Prov.
Sumatera
Selatan
Rp.12.240.000,-
,
Dinkes Kab.
Musi Banyuasin
Rp. 2.940.000,-
Dinkes Kab.
Ogan Ilir
Rp. 330.000,-,
Dinkes Kab.
Ogan Komering
Ilir
Rp. 330.000,-
Dinkes
Kab. Banyuasin
Rp. 440.000,-
Dinkes Kab.
Prabumulih
Rp. 440.000,-
Dinkes Kota
Palembang
Rp. 440.000,-
24 Banjir Aceh Rp.22.660.000 Dinkes Kab.
Aceh Singkil
Rp.22.660.000
25 Konflik Sosial Lampung Rp.76.987.500 Dinkes Kab.
Lampung
Selatan
Rp.76.987.500
26 Peningkatan
Aktivitas
Gunung Raung
Jawa Timur Rp.116.495.000 PPK Regional
Jawa Timur
Rp.116.495.000
27 Peningkatan
Aktivitas
Gunung
Nusa
Tenggara
Timur
Rp.153.535.000 Dinkes Provinsi
NTT
Rp.153.535.000
94
Rokatenda
28 Bantuan
Operasional
Pelatihan
Penanggulangan
Kegawatan
Dampak Akibat
Gunung Meletus
Sumatera
Barat
Rp.122.237.000 Dinkes Provinsi
Sumatera Barat
Rp.122.237.000
b. Direktorat Bina Gizi
Dukungan logistik yang diberikan oleh Direktorat Bina Gizi dalam
pelaksanaan upaya penanggulangan krisis kesehatan adalah dengan
memobilisasi MP ASI. Mobilisasi MP ASI dilakukan baik pada tahap pra
krisis sebagai bufferstock di PPK Regional, maupun pada tahap tanggap
darurat untuk memenuhi kebutuhan MP ASI di Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota yang mengalami kejadian krisis kesehatan untuk
selanjutnya didistribusikan ke lokasi-lokasi pengungsian.
Tabel 4.17
Logistik Yang Telah Dimobilisasi
Direktorat Bina Gizi Pada Tahun 2012
No Nama Barang
Jumlah Tujuan
1
MP-ASI biskuit untuk baduta*) 320.794 kg
27 propinsi, aksi sosial dan luar negeri (Filipina) *)
95
2
Antropometri Kit (alat ukur panjang badan, tinggi badan, timbangan Dacin, pita LILA)*) 740 Set
33 provinsi
Ket : *) Daftar distribusi terlampir
Tabel 4.18 Distribusi MP-ASI Tahun 2012
No. Provinsi Jumlah MP-ASI (Kg)
1 Sumut 3,000
2 Sumbar 7,500
3 Riau 2,000
4 Jambi 2,000
5 Bengkulu 2,000
6 Lampung 2,000
7 DKI Jakarta 9,335
8 Jabar 26,378
9 Jateng 43,081
10 DI Yogyakarta 19,000
11 Jatim 37,000
12 Banten 32,000
13 Bali 2,000
14 NTB 24,000
15 NTT 19,000
16 Kalbar 7,000
17 Kalsel 17,000
18 Kaltim 2,000
19 Sulut 6,000
20 Sulteng 5,000
21 Sulsel 4,000
22 Sultra 7,000
23 Gorontalo 5,000
24 Maluku 5,000
25 Malut 14,500
26 Papua Barat 1,000
27 Papua 7,000
Aksi Sosial 5,000
Luar Negeri (Filipina) 5,000
Jumlah 320,794
96
c. Direktorat Bina Kesehatan Ibu
Direktorat Bina Kesehatan Ibu memobilisasi logistik berupa kit-kit/peralatan
kesehatan reproduksi yang digunakan oleh ibu hamil, ibu bersalin, bayi dan
wanita usia subur.
Logistik kesehatan reproduksi tersebut dimobilisasi ke Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota yang mengalami kejadian krisis kesehatan untuk
selanjutnya didistribusikan ke lokasi-lokasi pengungsian.
Tabel 4.19 Logistik Yang Telah Dimobilisasi
Direktorat Bina Kesehatan Ibu Pada Tahun 2012
No Jenis
Logistik
Jumlah Tujuan
1 Kit Ibu Hamil 283 set Jawa Barat
Sumatera Barat
Nusa Tenggara Barat
Gorontalo
Bengkulu
Banten (Pandeglang)
Kalimantan Selatan
2 Kit Ibu Bersalin 283 set
3 Kit Bayi 160 set
4 Kit Higienis 1.173
set
d. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Direktorat Jenderal P2PL memobilisasi logistik untuk keperluan sanitasi
lingkungan dan penyediaan air bersih pada situasi darurat. Unit yang
melakukan mobilisasi logistik sanitasi lingkungan dan penyediaan air bersih
di Direktorat Jenderal P2PL adalah Direktorat Penyehatan Lingkungan dan
Direktorat Surveilans Epidemiologi, Imunisasi dan Kesehatan Matra.
Untuk keperluan bufferstock di Dinas Kesehatan Provinsi dan PPK Regional,
Direktorat Jenderal P2PL memobilisasi beberapa jenis logistik diantaranya:
97
repellent lalat, repellent nyamuk, kaporit, insektisida lalat, polybag sampah,
masker, mesin fogging, mist blower, sarung tangan, jerigen air bersih,
penyemprot lalat/nyamuk, lysol dan sepatu boot, serta air rahmat, penjernih
air cepat (PAC) dan aquatab.
Gambar 4.28
Penyerahan Simbolis Bantuan Logistik PP & PL kepada Dinkes Kab. Morotai
Tabel 4.20 Logistik Yang Telah Dimobilisasi Direktorat Jenderal P2PL
Pada Tahun 2012
NO TUJUAN JENIS LOGISTIK JUMLAH KET
1
Dinkes Prov. Jawa Timur
Hygene kit 200 set Desember 2012, Kesiapsiagaan banjir wilayah Jawa Timur
Repellent Lalat 3 dus
PAC 1500 sacet
Aquatab 3000 tablet
Kaporit 75 Kg
Air Rahmat 40 dus
Jerigen air bersih 20 buah
Insektisida lalat 10 liter
Polybag sampah
1500 buah
98
2
Dinkes Kab Garut
Masker non kain 2000 buah
Februarai 2012, Kesiapsiagaan Erupsi G. Galunggung
PAC 1000 sacet
Air Rahmat 120 botol
Insektisida lalat 10 liter
Insektisida lalat 10 liter
Insektisida nyamuk 10 liter
Repellent lalat 2 dus
Polybag sampah 1000 buah
Emergency kit 2 set
3
Dinkes Kab. Tasikmalaya
Masker non kain 1000 buah
Februarai 2012 Kesiapsiagaan Erupsi G. Galunggung
PAC 1500 sachet
Hygiene kit 70 set
Kaporit 30 kg
Insektisida lalat 10 liter
Insktisda nyamuk 20 liter
Repellent lalat 3 dus
Polybag sampah 1500 buah
Emergency kit 2 set
4
Dinkes Prov. Riau
Kelambu Malaria 75 buah Kesiapsiagaan PON XXVI, Juni 2012
Polybag sampah 1500 buah
Replant Lalat 5 dus
Penyemprot lalat 2 buah
Emergency kit 2 set
5
Dinkes Kab. Pulau Morotai
Larvasida 50 kg Juni 2013, Kesiapsiagaan Sail Morotai
Kelambu 500 buah
PAC 1000 sacet
Aquatab 1000 tablet
Polybag sampah 1500
99
buah
Insektisida lalat 10 liter
Air rahmat 240 liter
Kaporit 20 kg
Replent lalat 4 dus
maker non kain 500 buah
Emergency kit
2 set
6
KKP Ternate
Polybag sampah 2000 buah
Juni 2012 Kesiapsiagaan Sail Morotai
PAC
2000 sacet
Aquatab 3000 tablet
insektisida lalat 20 dus
Replant lalat 20 dus
replant nyamuk 1000 sacet
Kelambu 150 buah
Masker non kain 1000 buah
Food hygiene kit 10 set
7
Ketua Gerakan Pramuka Kwartir Nasional Jakarta
Polybag sampah 1500 buah
Jambore Nasional Raimuna Papua, Desember 2012
Replent lalat 5 dus
Kelambu 200 buah
Kaporit 50 kg
Larvasida (abate) 50 kg
Insektisida lalat
50 liter
8
PPKK – Setjen Kemkes
Repelent nyamuk 100 sacet Juni 2012,
Pelatihan Manajemen Penanggulangan Bencana Bid. Kesehatan
Masker 250 buah
Kaporit 3 kg
air rahmat 120 botol
Aquatab 750 tablet
PAC 25 sacet
Polybag sampah 500
100
buah
Tabel 4.21 Logistik yang Disiapkan untuk Kesiapsiagaan Krisis
Kesehatan Direktorat Penyehatan Lingkungan Pada Tahun 2012
No. Nama Barang Jumlah
A Bahan Kimia : 1 Kaporit 400 Kg
2 Chlorine cair 12.423 Botol
3 Chlorine tablet 50 Tablet
4 Insektisida lalat 240 Botol
5 Lysol 880 Liter
6 Penjernih Air Cepat 7.475 Sachet
B Bahan habis pakai : 7 Polybag 55.800 Lembar
8 Repelent lalat 487 Dus
9 Repelent nyamuk 20.128 Sachet
10 Personal Hygiene Kit 320 Kit
C Alat Pelindung Diri : 11 Masker kain 5.086 Pcs
12 Masker Non Kain 15.400 Pcs
13 Sepatu boot 25 Set
14 Sarung tangan karet 65 Set
D Peralatan Kesehatan Lingkungan :
15 Purifier (penjernih air bersih) 47 Buah
16 Mist blower 5 Buah
17 Penyemprot lalat/nyamuk (sprycant)
31 Buah
18 Jerigen Air Bersih 235 Buah
19 Food Hygiene Kit 700 Kit
20 Kelambu Refelent 650 Buah
Sumber : Direktorat Bina Penyehatan Lingkungan
101
e. Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Pada tahap pra bencana, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan memobilisasi obat-obatan dan bahan habis pakai untuk buffer
stok keperluan pelayanan kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota jika terjadi krisis kesehatan, dengan rincian sebagai
berikut :
20% - 30% dari pemakaian rutin di daerah yang tidak rawan bencana
100% dari pemakaian rutin di daerah yang rawan bencana
Obat dan perbekalan kesehatan yang dimobilisasi berupa paket-paket obat
dan perbekalan kesehatan sesuai jenis kejadian bencana/krisis kesehatan
yangterjadi, seperti paket bencana banjir, paket bencana gempa bumi,
paket bencana letusan gunung api.
f. Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang
Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang memobilisasi logistik
peralatan dan bahan habis pakai untuk pengendalian vektor penyakit.
Logistik pada tahap pra bencana disiapkan sebagai buffer stock di Dinas
Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota untuk kesiapsiagaan, sedang pada
tahap tanggap darurat krisis kesehatan buffer stock dimobilisasi ke lokasi
bencana. Logistik tersebut berupa peralatan mesin fogging dan spraycan.
serta bahan habis pakai berupa insektisida dan larvasida.
Tabel 4.22
Logistik yang Disiapkan untuk Kesiapsiagaan Krisis Kesehatan Tahun 2012
No Nama Barang/Bahan Jumlah Satuan
1 Mesin fog 14 unit
2 Insektisida vektor DBD (metil pirimifos) 400 liter
3 Insektisida vektor DBD (cypermethrin) 200 liter
4 Larvasida vektor DBD (Temephos) 5000 kg
5 RDT Chikungunya 2110 unit
102
No Nama Barang/Bahan Jumlah Satuan
6 Larvasida vektor malaria (Altosit briket)
7 Spraycan (Sulawesi-Kalimantan) /GF Round 8
8 Mikroskop stereo untuk BTKL, KKP , Dinkes propinsi 90 unit
4.2 UPAYA TANGGAP DARURAT KRISIS KESEHATAN
Upaya tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan penanggulangan krisis
kesehatan yang dilakukan pada saat terjadinya krisis kesehatan untuk
menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan. Setiap kejadian krisis
kesehatan direspon secara berjenjang oleh jajaran kesehatan mulai dari
tingkat, Kabupaten/ Kota, Provinsi sampai Nasional. Pusat Penanggulangan
Krisis Kesehatan bersama lintas program terkait selama tahun 2012 telah
memobilisasi bantuan untuk penanggulangan krisis kesehatan Adapun kegiatan
mobilisasi yang dilakukan pada saat tanggap darurat meliputi mobilisasi SDM
kesehatan, logistik, bantuan dana operasional, klaim biaya pengobatan bagi
korban bencana.
4.2.1 Upaya Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan
Pada masa tanggap darurat kejadian krisis kesehatan PPKK melaksanakan
upaya-upaya sebagai berikut :
1. Melakukan pemantauan untuk memperoleh informasi kejadian bencana.
2. Melakukan koordinasi upaya penanggulangan krisis kesehatan dengan Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD), dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota, dan rumah sakit
3. Mengkoordinasi upaya tanggap darurat krisis kesehatan yang dilakukan oleh
unit-unit lintas program terkait di Kementerian Kesehatan terkait mobilisasi
SDM dan Logistik.
4. Mengkoordinasikan mobilisasi sumberdaya lintas program di Kementerian
Kesehatan dan lintas sektor terkait.
103
5. Mobilisasi sumber daya PPK Regional dan Sub Regional ke wilayah yang
mengalami kejadian krisis kesehatan.
6. Pemberian dukungan dana operasional penanggulangan krisis kesehatan
pada masa tanggap darurat kepada PPK Regional/Sub Regional, Dinas
Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota yang mengalami kejadian krisis
kesehatan.
Tabel 4.23
Mobilisasi Sumber Daya
Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan
Selama Tahun 2012
No Lokasi Jenis
Kejadian
Mobilisasi
SDM Kes Logistik Dukungan
operasional
1 Kab. Lebak Prov. Banten
Banjir dan Tanah Longsor
3 orang tim kesehatan
1 paket obat banjir 500 polybag 45 kg Kaporit 90 botol Lysol 100 tablet aquatab 13 rompi tim kesehatan 10 topi tim kesehatan 3 pasang sepatu boat 3 jas hujan
-
2 Kab/kota di pantai barat di Prov. Aceh
Gempa
Bumi
Tim Kesehatan (7 orang)
-
-
3 Kec. Cijeruk Kab. Bogor Prov. Jawa Barat
Kecelakaan Transportasi Pesawat Sukhoi
Tim Kesehatan (5 orang)
50 kantong mayat
-
104
No Lokasi Jenis
Kejadian
Mobilisasi
SDM Kes Logistik Dukungan
operasional
4 Kota Ambon Prov. Maluku
Banjir dan Tanah Longsor
Tim RHA (4 orang)
20 dus MP ASI
-
5 Kota Cilegon Prov. Banten
Kecelakaan transportasi KMP Bahuga Jaya
Tim RHA (3 orang)
50 buah kantong mayat
Jumlah Biaya Operasional
Gambar 4.29
Penyerahan Bantuan Logistik Kesehatan Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten
Lebak pada Kejadian Banjir di Kab. Lebak
105
Gambar 4.30
Pos Kesehatan di Bandara Halim Perdanakusuma untuk memberi pelayanan
kesehatan kepada keluarga korban Kecelakaan Pesawat Sukhoi Super Jet 100
Gambar 4.31
Mobil Jenazah yang stand by di Bandara Halim Perdanakusuma untuk
mengevakuasi jenazah korban kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100
106
Pusat Penanggulangan Krisis Regional dan Sub Regional Pusat Penangulangan Krisis Regional dan Sub Regional berperan untuk mempercepat dan mendekatkan fungsi bantuan kesehatan dan masing-masing dilengkapi dengan SDM kesehatan terlatih dan sarana, bahan, obat serta perlengkapan kesehatan.
Pusat Regional Penanganan Krisis Kesehatan berfungsi:
1. sebagai pusat komando dan pusat informasi (media centre) kesiapsiagaan
dan penanggulangan kesehatan akibat bencana dan krisis kesehatan
lainnya;
2. fasilitasi buffer stock logistik kesehatan (bahan, alat dan obat-obatan);
3. menyiapkan dan menggerakkan Tim Reaksi Cepat dan bantuan SDM
kesehatan yang siap digerakkan di daerah yang memerlukan bantuan
akibat bencana dan krisis kesehatan lainnya;
4. sebagai pusat networking antara 3 komponen kesehatan dalam regional
tersebut yaitu dinas kesehatan, fasilitas kesehatan dan perguruan tinggi.
Tabel 4.24
Mobilisasi Sumber Daya
Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional dan Sub Regional
Selama Tahun 2012
No
Regional/Sub Regional
Lokasi Kejadian
Jenis Kejadian
Upaya yang dilakukan
Mobilisasi
SDM Logistik
1 Papua Kab. Tolikara, Prov.Papua
Konflik Sosial
Evakuasi korban
- Tim RHA
- 5 dokter umum
- 5perawat
30 veltbed
Pelayanan Kesehatan di RSUD Jayapura
Berkoordinasi dengan Sekda Papua dan
107
Dinsos Papua untuk penanganan korban pasca perawatan
Melakukan Triase di Bandara Sentani
2 Kalimantan Selatan
Kab. Hulu Sungai Tengah Prov. Kalimantan Selatan
Banjir Bandang
Evakuasi Korban
- Tim RHA
5 kantong jenazah
Mendirikan Pos Kesehatan
2 spanduk pos kesehatan
200 lembar kantong sampah
3 Sumatera Utara
Kota Medan Kebakaran
Evakuasi Korban
Tim RHA -
Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
4 Sumatera Utara
Kab. Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara
Banjir Evakuasi Korban Pelayanan Kesehatan
Tim RHA -
5 DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta
Banjir - Evakuasi Korban
- Mendirikan Pos Kesehatan
- Pelayanan Kesehatan
- Tim RHA
- Tim Kesehatan
-
108
4.2.2. Upaya Pelayanan Kesehatan
Mobilisasi bantuan kesehatan telah dilakukan oleh Kementerian Kesehatan
melalui unit-unit lintas program terkait maupun UPT yang ada di daerah serta
dari PPK Regional, Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota.
Pelayanan kesehatan menjadi sangat penting pada saat terjadinya krisis
kesehatan, dimana semakin cepat pelayanan kesehatan dilakukan, semakin
banyak nyawa yang terselamatkan. Pelayanan kesehatan diberikan mulai dari
lokasi kejadian sampai fasilitas kesehatan rujukan dengan menggunakan Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu Bencana. Pelayanan kesehatan pada
saat masa tanggap darurat tidak hanya memberikan pelayanan kegawat
daruratan, akan tetapi juga memberikan pelayanan kesehatan ke pada
pengungsi.
Gambar 4.32
Pelayanan Kesehatan di Pos Kesehatan pada Kejadian Banjir
di Kab. Lebak, Provinsi Banten
109
Gambar 4.33
Pelayanan Kesehatan di RSUD Jayapura bagi korban Konflik Sosial di Kab.
Tolikara, Provinsi Papua
110
4.2.3 Upaya Pelayanan Gizi
a. Melakukan Screening Masalah Gizi
Screening masalah gizi pada bayi, balita dan ibu hamil pada saat darurat
dilakukan dengan menggunakan pita lila (pengukuran lingkar lengan
atas). Setelah kondisi stabil akan dilakukan screening dengan mengukur
tinggi badan dan berat badan.
b. Melakukan Surveilans Gizi Darurat
Surveilans gizi darurat dengan melakukan registrasi pengungsi,
pengumpulan data dasar gizi dan screening masalah gizi.
c. Konseling Menyusui
Konseling menyusui dilakukan di pengungsian, Rumah Sakit lapangan
dan tempat pelayanan kesehatan lainnya yang ada dilokasi krisis
kesehatan;
d. Pengawasan Distribusi Susu Formula
Pendistribusian dan pemanfaatan susu formula/PASI harus diawasi
secara ketat oleh petugas kesehatan, puskesmas dan dinas kesehatan
setempat karena penyiapan dan pemberian susu formula yang tidak
benar dapat menimbulkan timbulnya wabah diare di pengungsian yang
dapat memperburuk status gizi anak.
Memfasilitasi penyediaan tenaga relawan pengawas distribusi susu
formula di posko pengungsi (mahasiswa jurusan gizi/kesehatan). Tenaga
relawan mengawasi apakah pemberian susu formula sudah sesuai aturan
dan distribusi susu formula sudah sesuai peruntukannya.
e. Memfasilitasi penyediaan tenaga relawan pengawas dan perancang
susunan menu di posko pengungsi (mahasiswa tingkat akhir jurusan gizi
Poltekkes atau FKM). Tenaga relawan bertugas membantu menyusun
menu di posko pengungsi dari bahan-bahan yang ada dan mengawasi
pengolahan makanan di dapur umum.
111
Kegiatan penanganan gizi pada situasi bencana berkoordinasi dengan
Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan (PPKK) baik di pusat maupun
dan regional/sub regional melibatkan lintas program dan lintas sektor
termasuk LSM nasional maupun meliputi antara lain :
1. Perhitungan kebutuhan Ransum
2. Penyusunan menu 2.100 kkal,50 g protein dan 40 gr lemak
3. Penyusunan menu untuk kelompok rentan
4. Pendampingan penyelenggaraan makanan sejak dari persiapan
sampai pendistribusian
5. Pengawasan logistik bantuan bahan makanan, termasuk bantuan
susu formula bayi
6. Pelaksanaan surveilans gizi untuk memantau keadaan gizi
pengungsi khususnya balita dan ibu hamil dan tindak lanjutnya
7. Konseling gizi khususnya konseling menyusui dan MP-ASI
8. Suplementasi gizi meliputi : pemberian MP-ASI biskuit, pemberian
kapsul vitamin A untuk balita dan tablet besi untuk ibu hamil.
Pada tahun 2012, kegiatan penanganan gizi di daerah bencana dilaksanakan
oleh pelaksana program gizi di kabupaten/kota dan puskesmas berkoordinasi
dengan BPBD setempat. Kegiatan penanganan gizi yang dilakukan berupa
pemberian MP-ASI biskuit, pemberian kapsul vitamin A kepada ibu nifas dan
balita 6-59 bulan, tablet Fe untuk ibu hamil tetap dilaksanakan baik di
pengungsian maupun di fasilitas kesehatan.
Pada situasi bencana atau darurat, kelompok rentan (bayi dan anak, ibu hamil,
ibu menyusui, dan kelompok lanjut usia) perlu mendapat prioritas pemberian
makanan. Sampai tahun 2012, bufferstok makanan yang tersedia adalah untuk
bayi dan anak. Sementara untuk pemberian makanan untuk orang dewasa
dapat diupayakan dari bahan makanan lokal yang tersedia di daerah setempat.
112
Tabel 4.25 Distribusi Logistik Gizi Saat Tanggap Darurat
No Lokasi Jenis
Kejadian
Logistik Jumlah
1 Sulawesi Utara Letusan Gunung Soputan
MP ASI 2 Ton
2 Maluku Utara (Ternate)
Letusan Gunung Gamalama
MP ASI 2 Ton
3 Maluku (Ambon) Banjir MP ASI 1 Ton
Gambar 4.34
Kegiatan Pengawasan Susu Formula oleh Petugas Gizi
113
4.2.4 Upaya Pelayanan Kesehatan Jiwa
Upaya pelayanan kesehatan jiwa dan psikososial di daerah bencana
bertujuan untuk memberikan bantuan bagi korban bencana yang
memerlukan penanganan khusus di bidang kesehatan jiwa untuk
pemulihan dampak traumatik akibat bencana dan peningkatan derajat
kesehatan jiwanya.
Dalam melaksanakan upaya pelayanan kesehatan jiwa, Direktorat Bina
Kesehatan Jiwa di tingkat Pusat berkoordinasi dengan CMHN
(Community Mental Health Nursing) dan PPKK, sedangkan di tingkat
Provinsi/Kabupaten/kota berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan, Rumah
Sakit Umum dan Rumah Sakit Jiwa setempat.
Upaya pelayanan kesehatan jiwa yang dilakukan selama tahun 2012
antara lain :
1. Mobilisasi tenaga kesehatan jiwa pada kejadian konflik sosial di
Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.
Tenaga kesehatan yang bertugas terdiri dari :
- Tim dari Kementerian Kesehatan : 2 orang dari Direktorat Bina
Kesehatan Jiwa, 1 orang dari Community Mental Health Nursing
dan 1 orang sarjana psikologi dari Pusat Penanggulangan
Krisis Kesehatan.
- Tim daerah beranggotakan 10 orang yang berasal dari Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, Dinas Kesehatan
Kabupaten Sigi, dan Puskesmas di Kabupaten Sigi.
Tim Pusat memberikan pembekalan kepada tim daerah sebelum
menuju lokasi pengungsian, materi yang diberikan:
o Manajemen bencana bidang kesehatan
o Deteksi dini permasalahan kesehatan jiwa
o Manajemen stress.
Tim Pusat dan Tim daerah dibagi menjadi 3 kelompok yang
menuju tiga titik pengungsian untuk melakukan sosialisasi
menajemen stres dan melakukan penilaian (assessment) dengan
114
menggunakan instrumen assessment masalah kejiwaan (self
Reporting questionaire), untuk mengetahui individu yang
memerlukan pelayanan kesehatan jiwa. Dari 150 orang yang
diperiksa terdapat 27 pasien yang dirujuk ke dokter spesialis jiwa
dengan sebagian besar diagnosis adalah psikosomatis dan
ansietas.
2. Upaya pelayanan kesehatan jiwa pada kejadian konflik sosial di
Kabupaten Sampang, Provinsi Jawa Timur
Tenaga Kesehatan yang bertugas terdiri dari :
- Tim dari Kementerian Kesehatan terdiri dari: 3 orang dari
Direktorat Bina Kesehatan Jiwa dan 1 orang sarjana psikologi dari
Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan.
- Tim daerah 9 orang yang terdiri dari Dinas Kesehatan Provinsi,
Dinas Kesehatan Kabupaten, CMHN Jatim, RSJ Lawang, RSJ
Menur dan Puskesmas di Kabupaten Sampang.
Tim Pusat memberikan pembekalan kepada tim daerah sebelum
menuju lokasi pengungsian, materi yang diberikan:
- Manajemen bencana bidang kesehatan
- Psychological First Aid (PFA)
- Manajemen stress
- Praktek manajemen stres
Jumlah pengungsi sebanyak 294 orang terkonsentrasi pada 1 tempat
pengungsian yaitu di GOR Kabupaten Sampang.
Tim dibagi menjadi 2 kelompok, kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Memberikan praktek manajemen stress kepada pengungsi
2. Melakukan penilaian (assessement) menggunakan Self Report
Questioner(SRQ) untuk mengukur individu yang perlu
mendapatkan tindak lanjut masalah kesehatan jiwa, jika
terindikasi mengalami kesehatan jiwa maka langsung di rujuk ke
dokter spesialis jiwa.
3. Melakukan intervensi psikolsosial pada anak-anak di pengungsian
115
Dari 54 orang yang di ukur mengunakan Self Report Questioner
(SRQ) terdapat 4 orang yang mengalami masalah Kesehatan jiwa
dan dirujuk ke dokter spesialis jiwa.
Gambar 4.35
Kegiatan Konseling Kesehatan Jiwa bagi Pengungsi Konflik Sosial
Di Kabupaten Sampang, Provinsi Jawa Timur
116
Gambar 4.36
Kegiatan Konseling Kesehatan Jiwa bagi Pengungsi Konflik Sosial
Di Kabupaten Sampang, Provinsi Jawa Timur
3. Upaya pelayanan kesehatan jiwa pada kejadian konflik sosial di Dusun
Napal, Desa Sidomulyo, Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten Lampung
Selatan, Provinsi Lampung.
Tenaga Kesehatan yang bertugas berasal dari RS Jiwa Daerah
Lampung dan Community Mental Health Nursing (CMHN).
Kegiatan yang dilaksanakan:
1. Pengkajian dampak psikososial pasca konfilk
2. Terapi individu
3. Terapi keluarga
4. Terapi kelompok
5. Pengajuan pembentukan UKS Jiwa
6. Sosialisasi, pelatihan CMHN di puskesmas dan pengajuan
pembentukan desa siaga sehat jiwa
Jumlah pengungsi : 300 jiwa.
117
Jumlah Kasus yang mengalami masalah kesehatan jiwa :
1. Reaksi stress akut: 50 orang
2. Gangguan cemas menyeluruh : 2 orang
3. Depresi: 2 orang
Gambar 4.37
Kegiatan Pelayanan Kesehatan Jiwa Bagi Anak-Anak di Pengungsian
Pada Kejadian Konflik Sosial di Desa Sidomulyo, Kecamatan Sidomulyo,
Kabupaten Lampung selatan
118
Gambar 4.38
Kegiatan Pelayanan Kesehatan Jiwa Bagi Masyarakat di Pengungsian
Pada Kejadian Konflik Sosial di Desa Sidomulyo, Kecamatan Sidomulyo,
Kabupaten Lampung selatan
4. Upaya pelayanan kesehatan jiwa akibat kejadian konflik sosial di Desa
Balinuraga, Kecamatan Waipanji, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi
Lampung.
Tenaga kesehatan yang bertugas berasal dari RSJiwa Daerah
Lampung dan Community Mental Health Nursing (CMHN)
Kegiatan yang dilaksanakan :
1. Pengkajian dampak psikososial pasca konfilk
2. Terapi individu
3. Terapi keluarga
4. Terapi kelompok
5. Proses rujukan dan perawatan klien di Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Lampung
119
Jumlah pengungsi 1994 jiwa
Jumlah pengungsi yang mengalami masalah kesehatan jiwa sebanyak 75
orang, terdiri dari :
1. Reaksi stress akut: 67 orang
2. Depresi: 4 orang
3. Skizofrenia: 4 orang
Jumlah pengungsi yang dirujuk dan dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa
sebanyak 3 orang.
Dari hasil kegiatan pelayanan kesehatan jiwa pada kejadian krisis kesehatan
dapat disimpulkan bahwa :
1. Apabila terjadi bencana yang menyebabkan konsentrasi massa di
pengungsian perlu ada intervensi psikososial dan kesehatan jiwa, untuk
mengantisipasi timbulnya gangguan kejiwaan yang serius dan
berkelanjutan pasca bencana
2. Masyarakat di pengungsian perlu diajarkan praktek manajemen stress agar
dapat beradaptasi dengan lebih baik terhadap bencana yang terjadi.
3. Masyarakat di pengungsian perlu diajak melakukan kegiatan-kegiatan
positif yang dapat menguatkan mentalnya seperti aktifitas keagamaan
(sholat berjamah/ berdoa bersama, ceramah) sehingga meningkatkan
kepasrahan pada Tuhan dan menguatkan mental. Selain itu kegiatan
bersama seperti senam, atau diajari membuat keterampilan/kerajinan
tertentu (untuk pengungsian yang waktunya lama), sehingga dapat
mengurangi kesedihan akibat bencana, dan menggugah masyarakat untuk
bangkit.
120
Tabel 4.26
Upaya Pelayanan Kesehatan Jiwa pada
Kejadian Krisis Kesehatan
Selama tahun 2012
No Lokasi Jenis kejadian
bencana Pelayanan kesehatan
Unit yang terlibat
1 Dusun napal –Desa sidomulyo – Kec Sidomulyo - Kab Lampung selatan
Konflik sosial (Perang antar suku)
Pendampingan psikososial pada penyintas konflik (pengungsi 300 orang, 75 KK), kegiatan:
7. Pengkajian dampak psikososial pasca konfilk
8. Terapi individu 9. Terapi keluarga 10. Terapi
kelompok 11. Pengajuan
pembentukan UKS Jiwa
12. Sosialisasi, pelatihan CMHN di puskesmas dan pengajuan pembentukan desa siaga sehat jiwa
RSJD Lampung Sejak 24 Januari 2012 intensif 1 bulan, dilanjutkan secara berkala sampai April 2012
2 Kab Sigi – Sulawesi Tengah
Banjir Pelayanan kesehatan jiwa (Psychological First Aid /PFA dan manajemen stres) di lokasi pengungsian Kec kulawi Kab Sigi.
Ditkeswa, CMHN, PPKK. 13 – 15 September 2012
3 Kab Sampang – Jawa Timur
Konflik sosial Pelayanan kesehatan jiwa (Psychological First Aid /PFA dan manajemen stres) di lokasi pengungsian
Ditkeswa, CMHN, PPKK. 3 – 5 Oktober 2012
121
No Lokasi Jenis kejadian
bencana Pelayanan kesehatan
Unit yang terlibat
di Kab Sampang.
4 Desa Balinuraga – Kec Waipanji – Kab Lampung Selatan
Konflik sosial
(antar warga)
Pendampingan psikososial pada penyintas konflik (1944 jiwa), kegiatan:
1. Pengkajian dampak psikososial pasca konfilk
2. Terapi individu 3. Terapi keluarga 4. Terapi kelompok 5. Proses rujukan dan
perawatan klien di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung
RSJD Lampung –sejak 28 Oktober 2012
4.2.2 Upaya Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
(PP&PL)
1. Banjir di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten yang terjadi
pada Bulan Januari 2012
Upaya PP & PL yang dilakukan sebagai berikut :
a. Berkoordinasi dengan BPDB setempat, Dinas Kesehatan Provinsi Banten dan Dinas Kesehatan Kabupatan Lebak untuk membantu evakuasi korban
b. Memobilisasi Tim untuk melakukan RHA dan need assessment c. Mendirikan pos kesehatan di beberapa titik lokasi banjir dengan
posko kendali di Dinkes Kab. Lebak. d. Melakukan penguatan surveilans penyakit berpotensi KLB e. Melakukan upaya sanitasi darurat f. Kaporisasi sumber air bersih (sumur) dan pembagian Lysol
untuk membersihkan rumah – rumah penduduk. g. Upaya pengendalian vektor di 3 lokasi bencana di Kecamatan
Rangkas Bitung berupa penyemprotan dan pembagian repellent lalat.
h. Distribusi Logistik PP & PL
122
2. Konflik sosial di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi
Lampung yang terjadi pada Bulan Oktober 2012.
Upaya PP & PL yang dilakukan sebagai berikut :
Melakukan koordinasi dengan PPKK, KKP Panjang, Dinkes Prov
Lampung dan Dinkes Kab. Lampung Selatan
KKP Panjang mendirikan pos kesehatan di lokasi kejadian
Berkoordinasi dengan dokter kepolisian, Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Dinkes Kabupaten Lampung Selatan untuk mengaktifkan sistem surveilans penyakit berpotensi KLB
Melakukan upaya sanitasi darurat
Distribusi Logistik PP & PL
Berkoordinasi dengan Dinas Sosial dan PDAM setempat untuk pemenuhan air bersih
Melakukan koordinasi dengan dinas Pekerjaan umum untuk penyediaan sarana MCK darurat
3. Erupsi Gunung Lokon dan Gunung Soputan, Kota Tomohon
dan Kabupaten Minahasa Tenggara, Provinsi Sulawesi Utara
yang terjadi pada Bulan September 2012
Upaya PP & PL yang dilakukan antara lain :
Melakukan koordinasi dengan BTKL-PP Manado, PPKK, Dinkes Prov Sulut, Dinkes Kota Tomohon, Dinkes Kab. Minahasa Tenggara dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Tim Ditjen PP dan PL ( Dit. Simkar Kesma dan Dit. PL) telah menerjunkan tim ke lokasi bencana berkoordinasi dengan BTKL - PP kelas I Manado dan Dinkes Kab. Minahasa Tenggara.
BTKL - PP kelas I Manado melakukan pengukuran kualitas udara pada kedua Gunung tersebut (parameter fisika, PM10, dan TSP). Pemeriksaan di Gunung Lokon dilakukan di 3 titik (Paniki bawah lingkungan 10, pusat Kota Manado depan gereja Sentrum, dan perempatan Jl. Agustus). Hasilnya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi TSP.
123
Melakukan pemeriksaan di 4 titik Gunung Soputan (Tugu KB kompleks Pasar Ratahan, Kantor Bupati, Depan Bank Sulut Ratahan, Desa Noongan II). Hasilnya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi TSP dan PM10 melampaui baku mutu pada semua lokasi pengukuran.
Pengaktifkan sistem surveilans penyakit di pos kesehatan maupun
puskesmas.
Memberikan dukungan Logistik kepada BTKL - PP Kelas I Manado : Polybag sampah 500 lembar, masker 3000 ribu buah, tas ransel untuk petugas lapangan 10 buah. Sebagian logistik (seperti masker) telah didistribusikan kepada Dinkes Kab. Minahasa Tenggara
Gambar 4.39
Koordinasi dengan Dinkes Kab. Minahasa Tenggara
Terkait Letusan Gunung Soputan
124
4. Kecelakaan Pesawat Sukhoi Super Jet 100 di Kabupaten
Bogor, Provinsi Jawa Barat yang terjadi pada Bulan Mei
2012
Upaya PP & PL yang dilakukan antara lain :
Melakukan koordinasi dengan PPKK dan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta untuk memobilisasi tim pemantauan di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta
Bersama dengan PPKK mendirikan pos kesehatan di terminal
kedatangan Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta untuk mengantisipasi anggota keluarga yang sakit di bawah komando Korwil KKP wilayah kerja Bandara Halim Perdanakusuma. Petugas jaga terdiri dari 1 dokter umum dan 2 perawat, dan mendapat bantuan dari KKP Tanjung Priok (2 perawat) dan PMI (2 perawat). Petugas pos kesehatan bertugas selama 24 jam.
KKP Bandara Soekarno-Hatta wilayah kerja Bandara Halim
Perdanakusuma menyiagakan 1 ambulans
KKP Tanjung Priok menyiagakan 1 unit ambulans di Bandara Halim Perdanakusuma
Penyediaan logistik kesehatan untuk pelayanan di pos kesehatan
5. Erupsi Gunung Gamalama, Kota Ternate, Provinsi Maluku
Utara yang terjadi pada Bulan September 2012
Upaya PP & PL yang dilakukan antara lain :
Melakukan koordinasi penanganan bidang kesehatan dengan PPKK, Dinkes Provinsi Maluku Utara, Dinkes Kota Ternate, KKP Ternate, dan BPBD Provinsi Maluku Utara.
Memobilisasi Tim PP & PL untuk melakukan Rapid Health
Assessment (RHA)
KKP Ternate mendistribusikan masker kepada masyarakat di pelabuhan.
125
6. Banjir Bandang di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat
yang terjadi pada Bulan Juli 2012
Upaya PP & PL yang dilakukan antara lain :
Melakukan koordinasi dengan Dinkes Prov Sumbar, Dinkes Kota Padang, KKP Padang dan PPKK
KKP Kelas II Padang memobilisasi tim untuk melakukan RHA
Dinkes Provinsi Sumatera Barat dan Dinkes Kota Padang serta KKP Kelas II Padang mendirikan pos kesehatan dan melakukan pelayanan kesehatan di lokasi pengungsian masyarakat/ korban antara lain: Pos Kesehatan Kelurahan Limau Manis, Pos Kesehatan Kel. Limau Manis Selatan, Pos Kesehatan Banuaran, Pos Kesehatan Parak Laweh, Pos Kesehatan Tabing Banda Gadang I, Pos Kesehatan Tabing Banda Gadang II.
Mengaktifkan sistem surveilans perkembangan kondisi kesehatan masyarakat sejak hari pertama terutama dalam rangka antisipasi KLB.
Memberikan penyuluhan tentang kesehatan kepada masyarakat korban bencana.
Tim P2P Dinkes Provinsi Sumatera Barat dan Dinkes Kota Padang melakukan penguatan tata laksana diare dan ISPA, leptospirosis, campak dan penyakit kulit lainnya.
Dinkes Provinsi Sumatera Barat melakukan pemeriksaan air ( bakteriologis dan kimia) terhadap sumber air yang digunakan.
Ditjen P2PL Kementerian Kesehatan menurunkan Tim Surveilance dan Rapid Health Asessment. Kegiatan yang dilakukan :
- Melakukan penguatan tata laksana diare dan ISPA, Leptospirosis, Campak dan Penyakit Kulit lainnya
- Melakukan surveilans perkembangan kondisi kesehatan masyarakat sejak hari pertama terutama dalam rangka antisipasi KLB dan selanjutnya tetap akan dilakukan pelaporan harian perkembangan penyakit untuk mencegah terjadinya KLB
- Memberikan tehnik penjernihan air sederhana. - Mendistribusikan PAC, kaporit. - Melakukan pemeriksaan air bakteriologis dan kimia terhadap
sumber air yang digunakan - Melakukan pemantauan ketat dan penyemprotan bila diperlukan
pada beberapa daerah endemis DBD
126
7. Peningkatan Status Gunung Galunggung di Kabupaten
Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat yang terjadi pada Bulan
Februari 2012
Upaya PP & PL yang dilakukan antara lain :
Melakukan koordinasi dengan PPKK, BPBD Provinsi Jawa Barat,
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Dinas Kesehatan Kabupaten
Tasikmalaya dan Dinas Kesehatan Kabupaten Garut.
Ditjen PP dan PL dan BBTKL – PP Jakarta memobilisasi tim untuk melakukan analisa awal berkoordinasi dengan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan, Dinkes Provinsi Jawa Barat, Dinkes Kab. Tasikmalaya dan Dinkes Kab. Garut.
BBTKL – PP Jakarta bersama – sama tim Ditjen PP dan PL dan
Dinkes Kabupaten Tasikmalaya melakukan pemeriksaan kualitas udara ambient dan kualitas air di beberapa titik di sekitar Gunung Galunggung (hasil masih menunggu ± 1 minggu), yaitu di : a. Outlet kawah, sekitar 500 meter dari kawah Gunung
Galunggung, pemeriksaan kualitas udara ambient dan pengambilan sampel air yang keluar dari kanal Galunggung (air kawah).
b. Balai Desa Linggajati untuk pemeriksaan kualitas udara ambient, dan melakukan pengambilan sampel air bersih di Dusun Gedong Nyungcung (saluran perpipaan air kawah, sumur gali, dan air sumur gali yang telah dimasak).
c. Lapangan Kompleks Pondok Pesantren Cipasung yang direncanakan akan dipersiapkan sebagai salah satu lokasi pengungsian, berlokasi sekitar 13 km dari pusat kawah, dilakukan pemeriksaan kualitas udara.
d. Lapangan Arjasari yang juga dipersiapkan sebagai salah satu lokasi pengungsian warga, pemeriksaan kualitas udara.
127
Gambar 4.40
Pemeriksaan Kualitas Udara oleh Tim BTKL-PP dan Ditjen PP&PL
Di Lokasi Peningkatan Aktivitas Gunung Galunggung
8. Banjir di Provinsi DKI Jakarta yang terjadi pada Bulan
Februari 2012
Upaya PP & PL yang dilakukan antara lain:
Melakukan koordinasi dengan Pusat Penanggulangan Krisis
Kesehatan, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dalam penganan banjir
dan tanah longsor bidang kesehatan
Tim Ditjen PP dan PL melakukan pemantauan ke beberapa lokasi
banjir seperti di Kampung Pulo dan Kampung Melayu, juga
memantau pintu air manggarai dan pos pengendali operasi di
Sudinkes Jakarta Timur.
Mendistribusikan logistik PP & PL.
128
9. Banjir Bandang di Kota Ambon, Provinsi Maluku yang terjadi
pada Bulan Agustus 2012
Upaya PP & PL yang dilakukan antara lain :
Melakukan koordinasi dengan Dinkes Provinsi Maluku, Dinkes Kota
Ambon, PPKK, dan BTKL Ambon.
Memobilisasi Tim untuk melakukan RHA dan penilaian kebutuhan.
BTKL Ambon melakukan pemeriksaan kualitas air.
Melakukan upaya sanitasi darurat.
Mendistribusikan logistik PP & PL
Tabel 4.27
Distribusi Logistik P2PL Saat Tanggap Darurat
Selama Tahun 2012
No Tujuan Jenis logistik Jumlah Ket
1. Dinkes Provinsi Banten
Actellick 20 liter Januari 2012, banjir Kab. Lebak, Provinsi Banten
PAC 500 sachet
Aquatab 500 tablet
Lysol 50 liter
Insektisida lalat 5 liter
Air rahmat 5dus
Spanduk pos kesehatan
Jerigen air bersih
10 buah
Repellent lalat 1 dus
Atribut lapangan
Polybag sampah 500 lembar
Hygiene Kit 3 dus
2. Dinkes Kab. Lebak PAC 500 sachet
Januari 2012, Banjir Kab. Lebak, Provinsi Banten Actellick 30 liter
Jerigen air bersih
10 buah
Aquatab 500 tablet
Kaporit 2 pail
129
Polybag sampah 500 lembar
Air rahmat 5dus
Hygiene Kit 3 dus
Insektisida lalat 5 liter
Repellent lalat 1 dus
Emergency Kit 1 set
Spanduk pos kesehatan
Atribut lapangan
3. Dinkes Kab. Tasikmalaya
Masker 2000 buah
Februari 2012, Peningkatan status Gunung Galunggung
Polybag sampah 1500 buah
Air rahmat 5dus
Kaporit 3 pail
PAC 1000 sachet
Hygiene Kit 3 dus
Repellent lalat 3 dus
Actellick 20 liter
3. Dinkes Kab. Garut Masker 2000 buah
Februari 2012, Peningkatan status Gunung Galunggung
Polybag sampah 1500 buah
Air rahmat 5dus
Kaporit 3 pail
PAC 1000 sachet
Hygiene Kit 3 dus
Repellent lalat 2 dus
Actellick 20 liter
4. KKP Lhokseumawe
Lisol 50 liter Maret 2012; Banjir bandang Kec. Tangse Kab. Pidie Aceh
PAC 1000 sachet
Insektisida lalat 10 liter
Polybag sampah 500 buah
Hygiene kit 100 set
Aquatab 2000 tablet
Actelic 25 liter
Kaporit 45 kg
130
5. BTKL-PP Manado Masker non kain
Polybag sampah
15.000 buah 500 lembar
September 2012; Erupsi Gn. Lokon – Soputan
6. Dinkes Kab. Lampung Selatan
Polybag sampah 500 buah Oktober 2012; Kerusuhan Lampung Selatan
Paket obat 2 paket
Emergency kit 1 paket
7. KKP Kelas I Soekarno Hatta wilker Halim Perdana Kusuma
Emergency Kit 1 paket Mei 2012; Kecelakaan Pesawat Sukhoi Super Jet
Atribut lapangan 5 set
Paket Obat – obatan
2 paket
Polybag sampah 200 lembar
8. Dinkes Prov Riau Masker non Kain 10.000 buah
Juli 2012; Kebakaran Hutan
9.
Dinkes Prov. DKI Jakarta
Kaporit Acetellick Repellent nyamuk Hygiene Kit Air Rahmat Polybag Bubuk Abate Repellent Lalat Lisol
200 kg 20 liter 3000 sachet 20 paket 480 botol 2500 lembar 50 kg 10 dus 100 liter
Banjir Provinsi DKI Jakarta
10. Dinkes Maluku Kaporit ? Banjir Bandang Ambon; Agustus 2012
Polybag ?
Repellent lalat ?
Air Rahmat ?
131
4.2.3 Upaya Penyediaan Dan Distribusi Obat Serta Perbekalan
Kesehatan
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Farmasi dan Alat Kesehatan telah
mendukung penyediaan logistik obat dan perbekalan kesehatan, upaya
penyediaan dan distribusi obat dilakukan dengan buffer stock di Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi, apabila pada daerah bencana kekurangan
dapat meminta melalui PPKK maupun langsung ke Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan juga telah
mendukung penyediaan SDM Kefarmasian (Apoteker/Asisten Apoteker) ke
lokasi kejadian krisis kesehatan, yaitu pada bencana banjir di Provinsi Gorontalo
dan kecelakaan pesawat Sukhoi di Pos Kesehatan Bandara Halim
Perdanakusuma untuk membantu Dinas Kesehatan setempat dalam
pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan saat tanggap darurat krisis
kesehatan.
Gambar 4.41
Pelayanan Farmasi di Pos Kesehatan
pada Kejadian Banjir di Kab. Lebak, Provinsi Banten
132
Gambar 4.42
Distribusi Obat dan Logistik Kesehatan pada
Kejadian Banjir di Kab. Lebak, Provinsi Banten
Tabel 4.28 Logistik Yang Telah Dimobilisasi
Direktorat Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Pada Tahun 2012
No
Nama Obat dan Perbekalan Kesehatan
Jumlah Tujuan
1. Paket Bencana Banjir 258 Koli Dinkes Provinsi Gorontalo
2. Paket Bencana Banjir 28 Koli Dinkes Kabupaten Lebak
3. Paket Pelayanan Kesehatan Dasar 3 Koli Pos Kesehatan Kecelakaan Pesawat Sukhoi SSJ 100
4. Paket Gunung Meletus 20 Koli Dinkes Provinsi Maluku Utara
5. Paket Longsor 6 Koli PPKK Kemenkes RI
6. Paket Banjir 15 Koli PPKK Kemenkes RI
7. Paket Banjir 3 Koli PPKK Kemenkes RI
133
4.3 UPAYA PASCA KRISIS KESEHATAN
Upaya yang dilakukan pasca krisis kesehatan terdiri dari dua kegiatan yaitu
rehabilitasi dan rekonstruksi. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan
semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai
pada wilayah pasca krisis kesehatan dengan sasaran utama untuk normalisasi
atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pascabencana. Rekonstruksi adalah pembangunan
kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah
pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan
sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan
budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta
masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah
pascabencana. Sesuai dengan UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana. Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi
masyarakat dan lingkungan hidupyang terkena bencana dengan memfungsikan
kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya
rehabilitasi.
Upaya pelayanan pasca krisis dilaksanakan oleh unit utama sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya antara lain:
4.3.1 Upaya Pasca Krisis Kesehatan oleh Pusat Penanggulangan Krisis
Kesehatan
Upaya pasca krisis kesehatan yang dilakukan oleh Pusat Penanggulangan
Krisis Kesehatan selama tahun 2012 antara lain:
A. Melakukan pertemuan evaluasi :
1. Pertemuan Evaluasi Upaya Tanggap Darurat dan Pemulihan Krisis
Kesehatan yang dilaksanakan di Bandung, Jawa Barat
Pertemuan ini membahas evaluasi penanggulangan krisis
kesehatan :
a. Penanganan Permasalahan Kesehatan Jiwa Pasca Kejadian
Konflik Sosial di Kabupaten Sampang, Provinsi Jawa Timur
134
b. Pelaksanaan SPGDT pada kejadian kecelakaan Kapal Feri
Bahuga di Selat Sunda, Provinsi Banten
c. Penanganan Permasalahan Kesehatan Lingkungan Saat dan
Pasca Bencana Banjir Bandang di Kota Ambon dan Kota
Padang.
2. Pertemuan Evaluasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat
Jatuhnya Pesawat Sukhoi SSJ 100
B. Bersama dengan Direktorat Bina Kesehatan Jiwa melakukan
pelayanan kesehatan jiwa, pendampingan psikologis dan deteksi
adanya gangguan kesehatan jiwa pada pengungsi
1. Kejadian Konflik Sosial di Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi
Tengah
2. Kejadian Konflik Sosial di Kabupaten Sampang, Provinsi Jawa
Timur
C. Melakukan pembayaran klaim tagihan rumah sakit atas pelayanan
pasien korban bencana pada masa tanggap darurat.
Setelah berakhirnya masa tanggap darurat, Pusat Penanggulangan
Krisis Kesehatan membayar klaim tagihan dari rumah sakit yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada korban bencana pada
masa tanggap darurat. Pembayaran klaim tagihan rumah sakit yang
dilakukan oleh PPKK selama tahun 2012 total berjumlah sebesar Rp.
160.386.340,-
Dari seluruh pembayaran klaim tagihan rumah sakit untuk tahun
2012, proporsi terbesar merupakan akibat kejadian letusan Gunung
Merapi tahun 2010 di Provinsi DI Yogyakarta.
135
Tabel 4.29
Pembayaran Klaim Tagihan RS Tahun 2012 Belum ada data
NO NAMA BENCANA PROVINSI Biaya Klaim (Rp)
1 Klaim RS Walet Cirebon untuk perawatan Pasien korban ledakan bom
Jawa Barat Rp. 37.197.100
2
Klaim RS Condong Catur untuk perawatan pasien korban bencana letusan Gunung Merapi
DI Yogyakarta Rp. 26.330.000
3
Klaim RSUP Persahabatan untuk perawatan pasien korban bencana kerusuhan Ambon
DKI Jakarta Rp. 2.885.000
4
Pembayaran Klaim Rumah Sakit Korban Bencana Ledakan Bom di RS Pertamina Cirebon
Jawa Barat Kota Cirebon
Rp. 6.051.117
5
Pembayaran Klaim Rumah Sakit Korban Bencana Ledakan Bom di Rumah Sakit Dr. Oen Surakarta
Jawa Tengah Kota Solo
Rp. 20.971.159
6 Pembayaran klaim rumah sakit korban bencana letusan gunung merapi
DI Yogyakarta Rp. 66.951.964
JUMLAH Rp. 160.386.340
4.3.2 Upaya Pasca Krisis Yang dilakukan Oleh Ditjen Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
a. Upaya Surveilans Epidemiologi
Aktivasi lanjutan surveilans epidemiologi pasca bencana yang
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan setempat
136
b. Upaya Penyehatan Lingkungan
Upaya lanjutan penyehatan lingkungan yang dilaksanakan oleh Dinas
Kesehatan setempat :
a) Pengawasan dan perbaikan kualitas sarana dan kualitas air
bersih. dengan melakukan disinfeksi sarana air bersih dengan
kaporisasi chlorine cair, chlorine tablet
b) Pengawasan dan penyediaan sarana pembuangan kotoran
terhadap pembuangan kotoran manusia terutama ditujukan untuk
mengurangi pencemaran terhadap sumber / penyediaan air bersih
yang ada dari tinja, sedangkan penyediaan sarana dilakukan
dengan membuat sarana pembuangan kotoran darurat dengan
berkoordinasi dengan instansi pekerjaan umum dan LSM serta
melibatkan pengungsi.
c) Pengawasan dan pengendalian pembuangan sampah terhadap
pembuangan sampah dilakukan untuk mengisolir sampah agar
tidak menimbulkan masalah bagi kesehatan pengungsi, serta
untuk mengurangi risiko pencemaran lingkungan dan mengurangi
tingkat kepadatan vektor.
d) Pengawasan dan pengendalian vektor di tempat penampungan
pengungsi yang perlu mendapat perhatian adalah lalat, tikus dan
nyamuk.
e) Pengawasan dan pengamanan makanan dan minuman pengungsi
dilakukan termasuk pengolahannya yang disediakan bagi
pengungsi bertujuan untuk mencegah terjadinya penularan
penyakit melalui makanan / minuman.
f) Sanitasi tempat penampungan pengungsi perlu mendapat
perhatian, sehingga tidak menjadi tempat berkembangnya
penyakit yang ditularkan melalui pernafasan dan udara.
g) Pemberdayaan Masyarakat masyarakat pengungsi ini ditujukan
untuk meningkatkan peran mereka dalam menyediakan fasilitas
yang diperlukan oleh mereka sendiri beserta keluarganya dengan
cara melibatkan dalam setiap kegiatan penyehatan lingkungan
darurat yang dibangun atau dilaksanakan di tempat penampungan
pengungsi.
137
h) Penyuluhan Kesehatan diarahkan untuk mewujudkan perilaku
hidup bersih dan sehat agar pengungsi terhindar dari penularan
penyakit baik melalui air, tangan, serangga maupun tanah.
i) Perbaikan lingkungan permukiman khususnya di perumahan
dengan melakukan disinfeksi lantai
4.3.3 Upaya Pasca Krisis Yang Dilakukan Oleh Direktorat Bina Gizi
Melaksanakan kegiatan pembinaan gizi sebagai tindak lanjut atau
respon dari informasi yang diperoleh secara terintegrasi dengan
kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat (public health response)
untuk meningkatkan dan mempertahankan status gizi dan kesehatan
pengungsi. Tahun 2012 telah dilaksanakan pembinaan teknis pada
kejadian :
Bencana Gunung Gamalama Ternate – Maluku Utara
Bencana Gunung Lokon Tomohon – Sulut
Bencana banjir di Ambon – Maluku
Bencana banjir Sumatera Barat
Sebagai tindak lanjut dari monitoring dan evaluasi, ke depan
direcanakan akan mengembangkan penanganan gizi pada situasi
bencana yaitu :
Advokasi dan sosialisasi Pemberian Makan Bayi dan Anak Pada
Situasi bencana.
Kegiatan penyediaan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) anak 6-
24 bulan perlu diadakan di dapur umum.
Penyediaan materi KIE terkait Pemberian makanan bayi dan anak
pada situasi darurat (Gizi ibu hamil, pemberian ASI dan MP-ASI,
pengawasan pemberian susu formula)
138
4.3.4 Upaya Pasca Krisis Kesehatan Yang Dilakukan Oleh Direktorat
Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang
Sosialisasi dan advokasi kepada Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
mengenai seranggga Tomcat (Paederus Sp).
Pengendalian vektor pasca bencana dilakukan ketika terdapatnya
tumpukan sampah di sekitar lokasi bencana.
4.3.5 Upaya Pasca Krisis Yang dilakukan Oleh Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Pada tahap pasca krisis kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan melakukan kegiatan sebagai berikut :
1. Inventarisasi ketersediaan jumlah dan jenis obat dan perbekalan
kesehatan yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan
2. Penarikan kembali jika ditemukan obat-obat psikotropik & narkotik.
3. Perencanaan pemanfaatkan kembali obat sisa pelayanan
4. Memisahkan obat yang sudah rusak dan kadaluarsa untuk
dilakukan pemusnahan dengan berita acara pemeriksaan dan
pemusnahannya.
BAB V
PERAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM PENANGGULANGAN KRISIS
KESEHATAN INTERNASIONAL
Perserikatan Bangsa-Bangsa, merilis data laporan bencana di seluruh dunia dalam 1 tahun terakhir menyebutkan, Asia sebagai kawasan paling rawan bencana. "Asia masuk daftar teratas sebagai kawasan paling rawan bencana. Baik berdasarkan jumlah korban dan frekuensi terjadinya bencana," kata Direktur Badan Bencana PBB (UNISDR) Elizabeth Longworth di Markas PBB, New York, Amerika Serikat (AS), seperti dilansir Philstar (plasamsn.com.April 2013).
Sementara itu The Nature Conservancy (TNC), German Alliance for Development Works (Alliance) dan United Nations University Institute for Environment and Human Security (UNU-EHS) di akhir Tahun 2012 ,menerbitkan Laporan Resiko Dunia 2012 di Brussels, Belgia. Bagian penting dari laporan ini adalah Indeks Resiko Dunia, yang dikembangkan oleh UNU-EHS bekerjasama dengan Alliance, untuk menentukan resiko menjadi korban bencana sebagai akibat dari bahaya alam untuk 173 negara di seluruh dunia. Di Kepulauan Pasifik, negara Vanuatu dan Tonga memiliki resiko bencana tertinggi. Malta dan Qatar menghadapi resiko terendah di seluruh dunia.
Indonesia sendiri dalam laporan tersebut berada pada peringkat risiko ke-33 dengan nilai 10,74% dan termasuk negara berisiko tinggi dan sangat tinggi terkena empat jenis bencana alam yaitu gempa bumi, badai, banjir dan kenaikan air laut.
Dari laporan kedua lembaga tersebut memerlukan perhatian dari masyarakat Internasional dalam penanggulangan bencana dan mengingatkan kembali kepada semua negara dari berbagai benua terutama kawasan Asia, untuk saling memperkuat kerjasama regional guna meningkatkan kedamaian, stabilitas, kemajuan regional serta untuk saling memupuk rasa persaudaraan dan solidaritas terutama di saat salah satu anggotanya tertimpa bencana.
Selama tahun 2012, kejadian bencana di kawasan Asia tidak terlalu menonjol. Namun di akhir tahun 2012 terjadi bencana besar yaitu Topan Pablo yang terjadi di Pulau Mindanao, Filipina, Desember 2012. Angin topan tersebut telah menyebabkan 1.900 orang tewas dan meluluh lantakkan 210 ribu rumah, bangunan-bangunan dan lahan pertanian. Bencana tersebut telah menimbulkan berbagai kerusakan terhadap sendi kehidupan masyarakatnya, yaitu kegagalan di sektor pertanian, perekonomian dan terganggunya pelayanan kesehatan. Dampak dari bencana tersebut juga menyebabkan korban jiwa, meningkatnya angka kesakitan dan arus pengungsian skala besar di Pulau Mindanao, Filipina.
Sebagai sesama negara yang terhimpun dalam ASEAN dan memiliki ikatan kerjasama dalam penanggulangan bencana dan tanggap darurat yang tertuang dalam Deklarasi Jakarta (2005), musibah tersebut telah menumbuhkan keprihatinan. Oleh karenanya sebagai rasa simpati atas penderitaan yang dialami oleh masyarakat Filipina, Kementerian Kesehatan melalui Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat telah memberikan bantuan MP ASI sebanyak 5 Ton kepada Pemerintah Filipina.
PENANGANAN PERMASALAHAN KESEHATAN TKI
Pelaksanaan kesehatan TKI mengacu kepada Inpres No 106 tahun 2004 tentang Tim Koordinasi Pemulangan Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah dan Keluarganya dari Malaysia (TK-PTKIB) yang berada dalam koordinasi Menkokesra dengan melibatkan berbagai Kementerian dan Lembaga terkait. Menyesuaikan dengan perkembangan situasi saat ini, Inpres No 106 tahun 2004 tentang Tim Koordinasi Pemulangan Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah dan Keluarganya dari Malaysia sedang dalam proses revisi oleh kemenkokesra, mengingat pemulangan TKIB tidak hanya dari Malaysia seperti dari Jeddah, Jordania, dan lainnya. Kementerian Kesehatan mengkoordinasikan kegiatan bidang kesehatan dalam melakukan pemeriksaan dan pelayanan kesehatan terhadap TKIB dan keluarganya. Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Ditjen PP & PL, serta LP terkait lainnya di lingkungan Kementerian Kesehatan telah menyelenggarakan upaya penanganan bidang kesehatan bagi TKIB beserta keluarganya sejak dipulangkan hingga sampai ke daerah asal yaitu melalui kegiatan pelayanan kesehatan di pelabuhan debarkasi oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan, pelayanan kesehatan di penampungan sementara oleh Puskesmas dan di RS rujukan. Saat ini di Lingkup Kemenkes telah dibentuk Komite Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja Indonesia sesuai SK Menkes No 348/Menkes/SK/IX/2012. Komite tersebut terdiri dari 4 Subkomite yaitu Subkomite Fasilitas Pelayanan Kesehatan Calon Tenaga Kerja Indonesia, Subkomite Penempatan Kesehatan Tenaga Kerja Indonesia Selama di Negara Penempatan, Subkomite Penempatan Kesehatan Tenaga Kerja Indonesia Purna Penempatan, Subkomite Penempatan Kesehatan Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah. Sebagai koordinator pelaksana adalah Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga Ditjen GiKIA. Disamping itu Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan No. HK.02.04/III/1576/11 tentang Pedoman Penanganan Masalah Kesehatan Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah (TKI B) dari Luar Negeri saat ini sedang direvisi. Pedoman ini berisi tentang tata cara pengajuan klaim pelayanan kesehatan bagi TKI. Klaim pengajuan penanganan kesehatan bagi TKI hanya ditujukan untuk kasus - kasus gawat darurat dan yang mengancam jiwa. Beberapa RS dan KKP telah ditetapkan sebagai tempat rujukan penanganan kesehatan bagi TKI
Tujuan Penanganan Kesehatan TKI adalah untuk mewujudkan Tenaga Kerja Indonesia
yang sehat sejak pra pemberangkatan, saat perjalanan berangkat, saat menjalani masa
kerja di luar negeri dan saat kembali ke daerah asal.
Tujuan Khusus :
Menurunnya mortalitas, morbiditas & disabilitas Tenaga Kerja Indonesia Terlaksananya pelayanan kesehatan dan rujukan bagi Tenaga Kerja Indonesia Terkoordinasinya kegiatan cegah tangkal penyakit menular dan potensial wabah
yang kemungkinan terbawa oleh Tenaga Kerja Indonesia melalui kegiatan pengamatan penyakit, pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.
KEGIATAN PENANGANAN KESEHATAN TKI MELIPUTI : A. Pelayanan Kesehatan (Posko Kesehatan) di pelabuhan debarkasi dan di
penampungan sementara, meliputi : Live saving / emergency response / kegawat daruratan Pengobatan sederhana Stabilisasi dan imobilisasi Transportasi / rujukan ke Rumah Sakit
B. Pengendalian Penyakit / Pengendalian risiko lingkungan di wilayah pelabuhan dan penampungan sementara , meliputi :
Penyediaan sanitasi darurat (Air Bersih, Jamban, sampah, limbah, dan penampungan sementara)
Pengawasan Makanan dan Minuman Pengendalian vektor penyakit
C. Pengamatan penyakit / Surveilans Epidemiologi D. Rapat koordinasi satgas pemulangan TKIB daerah di :
- Nunukan
- Dumai E. Penanganan Pemulangan WNIO Arab Saudi (dengan empty flight Hajj
Garuda) F. Monitoring / Pendampingan Pusat ke Daerah ( Nunukan, Batam, Tanjung
Pinang, dan Dumai)
Pelabuhan debarkasi / entry point pemulangantkib dan keluarganya adalah : 1. Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjung Pinang Kep. Riau 2. Pelabuhan Tanon Taka Nunukan Kalimantan Timur (akan dipindah ke
Pelabuhan Liem Hie Djung Nunukan) 3. Pos Lintas Batas Darat Entikong Kalimantan Barat 4. Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta 5. Pelabuhan Batam 6. Pelabuhan Balai Asahan Medan 7. Pelabuhan Dumai 8. Pelabuhan Tanjung Balai Karimun 9. Pelabuhan Tanjung Mas Semarang
10. Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya 11. Pelabuhan Pare-pare, Makasar 12. Pelabuhan Mataram 13. Bandar Udara Soekarno Hatta Jakarta
HASIL KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MIGRAN TAHUN 2012
URAIAN TAHUN 2012
1. Total Jumlah TKIB 15.947
- Tanjung Pinang 3.623
- Tanjung Priok 6.005
- Entikong 963
- Nunukan 3.126
- Jakarta 2.230
2. Jumlah TKIB
Berobat 1.566
- Tanjung Pinang 265
- Tanjung Priok 667
- Entikong 137
- Nunukan 475
- Jakarta 22
3. Jumlah TKIB
Dirujuk 39
- Tanjung Pinang 3
- Tanjung Priok 20
- Entikong 0
- Nunukan 11
- Jakarta 5
ENTRY POINT TANJUNG PINANG ( s.d. Oktober 2012)
NO BULAN
JUMLAH
JU
MLA
H TKI
Yang
Sakit
JENIS
KELAMIN
RA
WA
T
JA
LA
N
RU
JU
K
Ket. L P A
L P
1 Januari
256
100 6
362
1 0 1 1 0
2 Februari
275
105
12
392 24 10 14 24 0
3 Maret
295
153
21
469 5 0 5 5 0
4 April
266
127
15
408
21 7 14 21 3
5 Mei
290
146
17
453 19 13 6 19 0
6 Juni
337
163
26
526 43 14 29 43 0
7 Juli
436
252
28
716 28 9 19 28 0
8 Agustus
500
257
28
785 41 24 17 41 0
9 September
420
158 9
587
21 8 13 21 0
10 Oktober
548
246
32
826 62 14 48 62 0
11 November
12 Desember
JUMLAH
3,623
1,707
194
5,524 265
99
166
265
3
78
BAB VI ANALISIS
6.1 Analisis Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2012
Kejadian maupun dampak krisis kesehatan pada tahun 2012 terlihat mengalami
kenaikan dan penurunan bila dibandingkan krisis kesehatan 2 tahun
sebelumnya yaitu tahun 2010 dan 2011. Namun bila dilihat Frekuensi, kejadian
pada tahun 2012 mengalami kenaikan bila dibandingkan frekuensi kejadian dua
tahun sebelumnya. Korban meninggal pada tahun 2012 mengalami kenaikan
bila dibandingkan tahun 2011 namun mengalami penurunan bila di bandingkan
tahun 2010. Korban luka berat/rawat inap pada tahun 2012 mengalami
kenaikan bila dibandingkan tahun 2011 namun mengalami penurunan bila di
bandingkan tahun 2010. Korban luka ringan/rawat jalan dan pengungsi
mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2010 dan 2011. Korban Hilang
mengalami kenaikan jika dibandingkan tahun 2010 dan 2011. pengungsi serta
fasilitas kesehatan yang rusak lebih rendah dibandingkan tahun 2010 maupun
2011. Lengkapnya dapat dilihat pada tabel 6.1
Tabel 6.1 Frekuensi Kejadian dan Korban Akibat Krisis Kesehatan
Tahun 2010 - 2012
URAIAN TAHUN
2010 2011 2012
Frekuensi kejadian krisis kesehatan (kali)
315 211 489
Korban
Meninggal (orang) 1.385 565 675
Luka Berat / Rawat Inap (orang)
4.085 1.164 2.338
Luka Ringan / Rawat Jalan (orang)
98.235 12.429 6.858
Hilang (orang) 247 232 256
Pengungsi (orang) 618.880 96.082 74.141
Faskes yang Rusak
Faskes rusak (unit) 233 56 49
79
Bila ditinjau dari jenis penyebab kejadian krisis kesehatan, pada tahun 2012
terjadi penurunan proporsi bencana alam dibandingkan 2 tahun sebelumnya.
Sebaliknya, proporsi bencana non alam mengalami peningkatan. Untuk
bencana sosial, tahun 2012 lebih tinggi dari tahun 2010 dan tahun 2011. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 6.1.
Grafik 6.1 Proporsi Kejadian Krisis Kesehatan
Tahun 2010 – 2012
Trend kejadian bencana tiap bulan pada tahun 2012 memiliki kemiripan dengan
trend pada tahun 2010 maupun 2012 di mana terjadi penurunan pada bulan
Juni kemudian mengalami peningkatan mulai bulan Juli. Untuk trend setelah
bulan Juni, tahun 2012 hampir sama dengan tahun 2011 dan 2010 yaitu terjadi
peningkatan kejadian krisis kesehatan dari bulan Juli hingga puncaknya pada
bulan Desember, namun pada kejadian tahun 2012 ter Hal ini berbeda dengan
tahun 2010 yang menunjukkan fluktuasi, dengan puncaknya pada bulan
September untuk selanjutnya mengalami penurunan hingga bulan Desember.
Jelasnya pada grafik 6.2.
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%28%
19%
11%
4%
7%
3% 3%
0% 0%
9%
1%
10%
0%
3%
27%
15%
8%
1%
9%
1% 2% 1% 2%
8%
3% 6%
9%
7%
14%
9% 10%
0,6%
6%
0,5%
3%
0,8% 0,8%
10%
1,8%
16% 15%
12,5%
2010 2011 2012
80
Grafik 6.2 Trend Kejadian Bencana Tiap Bulan Tahun 2010 - 2012
Proporsi korban meninggal akibat bencana non alam mengalami peningkatan
yang sangat pesat pada tahun 2012 yaitu sebesar 64%, dibandingkan tahun
2010 dan 2011 yang hanya berkisar 3%. Korban meninggal akibat bencana
sosial pun mengalami peningkatan walaupun tidak sedrastis akibat bencana non
alam. Sebaliknya, proporsi korban meninggal akibat bencana alam pada tahun
2012 mengalami penurunan yang sangat tajam, dengan selisih lebih dari 60%
dibandingkan 2 tahun sebelumnya.
Tidak jauh berbeda dengan korban meninggal, korban luka berat/dirawat inap
akibat bencana non alam pada tahun 2012 juga mengalami peningkatan yang
sangat signifikan dibandingkan 2 tahun sebelumnya dengan selisih hampir
mencapai 70%. Kondisi sebaliknya terjadi pada korban luka berat/dirawat inap
akibat bencana alam, di mana terjadi penurunan proporsi yang sangat drastis
yaitu sebesar 16% pada tahun 2012 dibandingkan tahun 2010 dan 2011 yang
mencapai 91% dan 83%.
0
20
40
60
80
100
120
140
Tahun 2012
Tahun 2011
Tahun 2010
81
Untuk lebih jelasnya mengenai proporsi korban meninggal maupun luka/berat
dirawat inap berdasarkan jenis penyebabnya, dapat dilihat pada grafik 6.3 dan
grafik 6.4.
Grafik 6.3 Proporsi Korban Meninggal
Akibat Krisis Kesehatan Tahun 2010 – 2012 Berdasarkan Jenis Penyebabnya
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
2%
9%
1%
16%
1% 1% 2%
28%
2%
38%
2%
15%
1% 4%
10%
1% 0% 0%
6%
0% 1% 1%
51%
8%
1%
8%
3% 1%
6% 3% 2%
0%
10%
0%
16%
0%
47%
7%
2010 2011 2012
82
Grafik 6.4 Proporsi Korban Luka Berat/Dirawat Inap
Akibat Krisis Kesehatan Tahun 2010 – 2012 Berdasarkan Jenis Penyebabnya
Proporsi korban luka ringan/dirawat jalan maupun pengungsi akibat krisis
kesehatan tahun 2012 akibat bencana alam tidak banyak mengalami perubahan
dibandingkan 2 tahun sebelumnya yaitu lebih dari 90%. Terlihat peningkatan
proporsi korban luka ringan/dirawat jalan serta pengungsi akibat bencana non
alam. Lengkapnya dapat dilihat pada grafik 6.5 dan grafik 6.6.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
1% 1% 2% 4%
0% 1% 0% 0%
68%
8%
1% 0% 1%
8%
4%
0% 0% 1% 1%
4% 3% 0% 1%
4%
1% 4%
10%
3% 4% 1%
35%
0%
26%
1% 1% 2% 2% 4%
0%
4%
0% 1% 0%
12%
0% 0%
6%
44%
0%
23%
3%
2010 2011 2012
83
Grafik 6.5 Proporsi Korban Luka Ringan/Dirawat Jalan Akibat Krisis Kesehatan Tahun 2010 – 2012
Berdasarkan Jenis Penyebabnya
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
6%
0% 0%
6%
0% 0% 1%
64%
0% 0% 0% 0% 0% 0%
22%
5%
1% 0% 1%
6%
0%
4%
72%
2% 0% 0% 0%
2% 4% 2%
35%
3% 1%
3% 3% 0% 0% 0%
24%
0% 0% 4%
15%
8% 5%
2010 2011 2012
84
Grafik 6.6 Proporsi Pengungsi
Akibat Krisis Kesehatan Tahun 2010 – 2012 Berdasarkan Jenis Penyebabnya
Ditinjau dari frekuensi kejadian di tiap PPK Regional, tahun 2012 tidak banyak
mengalami perubahan dibandingkan 2 tahun sebelumnya, di mana PPK
Regional DKI Jakarta dan PPK Regional Sulawesi Selatan selalu menempati
posisi 2 teratas. Sebanyak 6 PPK Regional mengalami penurunan dibandingkan
tahun 2010, bahkan 5 di antaranya frekuensinya juga lebih rendah
dibandingkan tahun 2010. Sebanyak 2 PPK regional mengalami peningkatan
dibandingkan tahun 2010 maupun 2010 yaitu Bali dan Sumatera Selatan. Hal ini
dapat dilihat pada grafik 6.7
0%10%20%30%40%50%60%70%
15%
0% 1% 3% 0% 1% 0% 2%
69%
7% 2% 0% 0% 0% 0%
62%
0% 0% 5%
0% 0% 0% 1%
16%
5% 0% 0%
3% 7%
0%
46%
1% 1% 7%
0%
8%
0%
14%
1% 5%
0% 0% 0% 0%
16%
2010 2011 2012
85
Grafik 6.7 Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2010 – 2012
Berdasarkan PPK Regional
Pada tahun 2012, korban meninggal di 2 PPK Regional mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2010 maupun 2010, yaitu DKI Jakarta dan Sumatera Utara.
Bahkan untuk PPK Regional Sumatera Utara, penurunannya dari tahun ke tahun
terlihat sangat drastis. Penurunan yang cuku3p mencolok juga terjadi pada
PPK Regional Jawa Tengah, yaitu bila dibandingkan dengan tahun 2010. Di lain
pihak, sebanyak 2 PPK Regional yaitu Jawa Timur dan Kalimantan Selatan,
terjadi peningkatan jumlah korban yang cukup signikan dibandingkan 2 tahun
sebelumnya. Hal ini dapat dilihat pada grafik 6.8.
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
7.94% 6.35%
1.90%
32.38%
10.79% 8.89%
3.49% 5.40% 4.44%
14.92%
3.49%
8.53%
3.79% 3.32%
16.59%
12.32% 14.69%
3.79%
9.00%
6.16% 4.74%
1.90%
8.79%
2.86% 3.07%
28.63%
10.84% 10.22%
5.73% 6.13%
3.68% 5.52%
2.04%
2010 2011 2012
86
Grafik 6.8 Jumlah Korban Meninggal
Akibat Krisis Kesehatan Tahun 2010 – 2012 Berdasarkan PPK Regional
Untuk korban luka berat/dirawat inap, sebanyak 4 regional mengalami
penurunan dibandingkan setahun sebelumnya, yaitu PPK Regional Jawa Timur,
Jawa Tengah, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan. Penurunan di PPK
Regional Jawa Tengah terlihat sangat drastis. Sedangkan untuk PPK Regional
Sumatera Utara, penurunan jumlah korban tampak konsisten dari tahun 2010
hingga 2012. Peningkatan jumlah korban luka berat/dirawat inap terjadi di 3
PPK Regional yaitu DKI Jakarta, Sulawesi Utara dan Kalimantan Selatan.
Lengkapnya dapat dilihat pada grafik 6.9.
Dalam hal jumlah pengungsian pada tahun 2012, sebanyak 6 PPK Regional
menunjukkan penurunan dibandingkan 2 tahun sebelumnya. Bahkan PPK
Regional Jawa Tengah tampak menurun dengan sangat signifikan. Hanya 1
PPK Regional yang menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2010
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
40.00%
0.94%
37.48%
0.07%
7.91%
30.22%
2.37% 1.87% 1.65% 0.72%
3.09%
13.67%
8.70%
1.45% 2.36%
12.32%
6.34%
31.70%
11.59%
5.62%
1.81%
10.69%
7.43%
9.19%
3.11% 1.63%
30.52%
10.96% 10.67%
8.74%
3.11%
10.37% 10.22%
1.48%
2010 2011 2012
87
maupun 2010, yaitu Sulawesi Utara. Sedangkan 2 PPK Regional yaitu
Sumatera Utara dan Jawa Timur, mengalami penurunan dibandingkan salah
satu tahun sebelumnya. Jelasnya dapat dilihat pada grafik 6.10.
Grafik 6.9 Jumlah Korban Luka Berat/Dirawat Inap
Akibat Krisis Kesehatan Tahun 2010 – 2012 Berdasarkan PPK Regional
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
40.00%
2.07%
12.91%
0.49%
18.88%
24.48%
16.20%
1.40% 1.46% 0.37%
6.33%
15.41%
0.83% 1.91%
0.19%
35.39%
8.40% 8.53% 7.51%
19.48%
8.98% 8.47%
0.32%
6.72%
3.93%
6.20%
28.19%
4.32%
24.21%
0.90%
3.29%
4.58%
12.32%
5.35%
2010
2011
2012
88
Grafik 6.10 Jumlah Pengungsi
Akibat Krisis Kesehatan Tahun 2010 – 2012
Berdasarkan PPK Regional
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
2.64% 1.27% 1.90%
63.37%
0.19%
6.07%
11.56%
0.00%
5.96%
0.85%
6.19% 5.69%
69.61%
1.34% 1.78%
5.04% 4.04%
0.04% 0.93%
7.29%
4.11%
0.14%
11.85%
0.00% 1.07%
18.32%
5.93%
0.00%
35.49%
1.60%
17.69%
2.37%
5.67%
2010
2011
2012
89
6.2 Analisis Upaya yang Telah Dilakukan
Upaya penanggulangan krisis kesehatan tahun 2012 dilakukan di seluruh tahap
yaitu pada pra bencana, saat tanggap darurat maupun pasca krisis kesehatan.
Berikut akan dibahas analisis per tahapan kegiatan penanggulangan krisis
kesehatan.
a. Upaya Pra Bencana
Upaya pra bencana Kementerian Kesehatan pada tahun 2012 telah mencakup
seluruh indikator kegiatan yaitu sebanyak 16 indikator, yang terdapat di
Kepmenkes No. 876 tahun 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Penanganan
Krisis dan Masalah Kesehatan Lain. Tabel berikut adalah pembahasan ke-16
indikator tersebut dibandingkan dengan upaya yang telah dilakukan sepanjang
tahun 2012.
Tabel 6.2 Upaya Pra Bencana Tahun 2012
No Upaya Pra Bencana Sesuai Kepmenkes No. 876/2006
Upaya Pra Bencana Tahun 2012
1 Menyusun pedoman, protap dan juklak/juknis penanganan krisis dan masalah kesehatan lain (PKMKL) di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota
- Menyusun 13 produk kebijakan (pedoman dan modul) termasuk di antaranya Pedoman Penanggulangan Krisis Kesehatan Bidang Kesehatan dan Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan (daftar pedoman ada tabel 4.1) .
- Kerja sama dengan RAPI untuk Sistem Pelayan Informasi dan
Komunikasi Penanggulangan Krisis Kesehatan dan Masalah Kesehatan Lain.
2 Menyusun, mengembangkan sistem informasi dan komunikasi dalam PKMKL
3 Melakukan analisis risiko yang berdampak pada krisis dan masalah kesehatan lain.
- Pemetaan Kesiapsiagaan 33 provinsi.
- Penyusunan 6 renkon provinsi dan 50 kabupaten. 4 Menyusun rencana-rencana
PKMKL dengan melibatkan instansi terkait, pihak swasta,
90
No Upaya Pra Bencana Sesuai Kepmenkes No. 876/2006
Upaya Pra Bencana Tahun 2012
LSM dan masyarakat.
5 Memfasilitasi dan melaksanakan pertemuan koordinasi dan kemitraan lintas program/lintas
- Melakukan 13 pertemuan koordinasi (kesiapsiagaan dan evaluasi tanggap darurat) melibatkan LP dan LS
- Membuat 11 kerja sama dengan lintas sektor, lintas program serta LSM nasional dan internasional , antara lain sistem informasi, pelatihan, dukungan teknis dan manajemen
6 Melaksanakan pengembangan pendidikan dan pelatihan bagi petugas dan masyarakat (termasuk gladi)
Melakukan 19 jenis pelatihan (manajemen dan teknis)
7 Melakukan pengembangan media penyebarluasan informasi PKMKL
- Mengirim bantuan alat pengolah data ke 45 kabupaten/kota rawan bencana.
- Kerja sama dengan RAPI untuk sistem pelayan informasi dan komunikasi penanggulangan krisis dan masalah kesehatan lain
- Pengembangan website
8 Melakukan sosialisasi upaya PKMKL
Melalui media website dan pada saat acara pelatihan maupun pertemuan koordinasi.
9 Melakukan advokasi upaya PKMKL
Advokasi pada seluruh direktur Poltekkes Kemenkes agar manajemen bencana masuk dalam kurikulum mata kuliah Poltekkes.
10 Menyusun, mengembangkan sistem manajemen untuk PKMKL hingga ke tingkat desa
Pembinaan PPK Regional dan Sub Regional, Dinkes Provinsi dan Dinkes Kabupaten/Kota termasuk di
antaranya pembentukan TRC Keterangan : - PPK Regional dan Sub Regional
telah dibentuk pada tahun 2006 - Desa siaga terbentuk pada tahun 2006
11 Mendorong terbentuknya unit kerja yang menangani masalah kesehatan akibat bencana di setiap jenjang administrasi
12 Mendorong terbentuknya satgas Kesehatan dalam PKMKL di setiap jenjang administrasi
91
No Upaya Pra Bencana Sesuai Kepmenkes No. 876/2006
Upaya Pra Bencana Tahun 2012
13 Mendorong terbentuknya pusat pengendali operasional dalam PKMKL di tingkat provinsi dan kabupaten/kota
14 Menyiapkan pusat-pusat regional PKMKL
15 Mengadakan dan menyiagakan sumber daya
- -Mengirim bantuan emergency kit dan personal kit ke 45 kabupaten/kota rawan bencana.
- Mengirim bantuan radio komunikasi ke 3 PPK Regional
- Mengirim bantuan logistik lainnya seperti buffer stock MP ASI, dukungan paket individual kit dalam yankespro, dsb.
- Mengalokasikan pembiayaan. - Menyiagakan tim kesehatan pada
situasi khusus - Berperan dalam penanggulangan
krisis kesehatan internasional
16 Mengembangkan sistem kewaspadaan dini.
Kerja sama dengan RAPI untuk Sistem Pelayan Informasi dan Komunikasi Penanggulangan Krisis Kesehatan dan Masalah Kesehatan Lain. Keterangan : Kewaspadaan dini telah diimplementasikan melalui pemantauan harian serta Pemasangan alarm gempa di PPKK Kemenkes, PPK Reg Sumut , Sulsel, Sulut sejak tahun 2008. Kerjasama dengan BMKG untuk informasi gempa dan tsunami (Tsunami Early warning Sistem)
92
Sebagai tahapan rencana strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010 - 2014,
maka pada tahun 2012 Kepala PPKK telah menetapkan target 45
kabupaten/kota rawan bencana yang harus memiliki kemampuan tanggap
darurat dalam penanganan bencana sesuai indikator sebagai berikut :
1. Memiliki perlengkapan tanggap darurat yang terdiri dari emergency kit dan
personal kit
2. Memiliki alat pengolah data yang terdiri dari laptop dan modem.
3. Memiliki SDM kesehatan yang terlatih dalam bidang :
i. Manajemen bencana bidang kesehatan
ii. Penyusunan rencana kontinjensi bidang kesehatan
iii. Peningkatan kapasitas TRC dan Tim RHA di Daerah Rawan Bencana
iv. Pengelolaan data dan informasi
v. Penggunaan alat komunikasi bencana
Proporsi pencapaian target kabupaten/kota rawan bencana tahun 2012 yang
telah memiliki perlengkapan tanggap darurat serta alat pengolah data telah
mencapai 100%. Sedangkan untuk SDM Kesehatan yang terlatih, sebagian
besar target telah tercapai. Jelasnya sebagaimana grafik berikut ini.
Grafik 6.11
Proporsi Pencapaian Target Renstra Penanggulangan Krisis Kesehatan Tahun 2012
93
Proporsi 75% untuk kepemilikan SDM Kesehatan Terlatih, merupakan proporsi
rata-rata dari pencapaian target 5 jenis pelatihan yang menjadi indikator. Bila
dirinci, dari 5 jenis pelatihan tersebut, sebanyak 4 di antaranya telah dilatihkan
pada lebih dari 70% kabupaten/kota target Renstra tahun 2012. Sedangkan 1
jenis pelatihan yaitu penyusunan rencana kontinjensi bidang kesehatan,
pencapaiannya pada tahun 2012 ini sebesar 27%. Untuk jelasnya dapat dilihat
pada grafik 6.12.
Grafik 6.12 Proporsi Pencapaian Target Renstra PKK tahun 2012
untuk SDM Kesehatan Terlatih
b. Upaya Tanggap darurat
Upaya tanggap darurat Kementerian Kesehatan pada tahun 2012 mencakup
hampir seluruh indikator upaya yang terdapat di Kepmenkes No. 876 tahun
2006 yaitu sebanyak 7 dari 10 indikator. Beberapa indikator tidak langsung
dilakukan oleh tingkat pusat melainkan oleh daerah yang terkena krisis
kesehatan. Sedangkan tingkat pusat melakukan supervisi dan dukungan
terhadap kegiatan tersebut. Tabel berikut adalah pembahasan ke-10 indikator
tersebut dibandingkan dengan upaya yang telah dilakukan sepanjang tahun
2012.
94
Tabel 6.3 Upaya Saat Tanggap Darurat Tahun 2012
No Upaya Tanggap Darurat Sesuai Kepmenkes No. 876/2006
Upaya Saat Tanggap Darurat Tahun 2012
1 Menyusun rencana operasi dan melaksanakannya secara terpadu dengan melibatkan instansi terkait, pihak swasta, LSM, masyarakat dan mitra kerja Internasional.
Rencana operasi disusun oleh wilayah yang menghadapi krisis kesehatan. Tim Pusat melakukan supervisi
2 Melaksanakan pemulihan fasilitas dan penyediaan tenaga kesehatan dengan melibatkan instansi terkait, pihak swasta, LSM dan masyarakat serta mitra kerja internasional agar dapat berfungsi kembali.
Mobilisasi SDM Kesehatan dan atau logistik dan atau dukungan dana operasional dan atau klaim RS untuk 31 daerah yang mengalami krisis kesehatan .
3 Memobilisasi sumber daya, termasuk yang ada di pusat-pusat regional bila diperlukan
4 Membantu pelaksanaan pencarian dan penyelamatan korban.
Penyelamatan korban dilakukan oleh tenaga kesehatan di wilayah yang mengalami krisis kesehatan. Tim Pusat melakukan dukungan.
5 Mengaktifkan pusat pengendali operasional PKMKL
Pusat Pengendali Operasi sektor kesehatan berada Dinas Kesehatan wilayah terkena krisis kesehatan.
6 Melakukan penilaian cepat kesehatan Mengirim Tim dari PPKK, Lintas Program dan PPK Regional/Sub Regional untuk melakukan dukungan
7 Melakukan pelayanan kesehatan darurat
- Melakukan upaya pelayanan kesehatan
- Melakukan pelayanan gizi - Upaya penyediaan dan distribusi
obat dan bekkes
8 Melakukan pelayanan kesehatan rujukan
9 Melakukan surveilans epidemiologi penyakit potensial wabah dan faktor risiko
Melakukan upaya pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
10 Monitoring evaluasi Monitoring dan evaluasi dilakukan melalui pemantauan perkembangan kejadian berdasarkan data yang dikirim dari Dinas Kesehatan setempat.
95
Upaya tanggap darurat dilakukan oleh seluruh jajaran kesehatan dari tingkat
kelurahan/desa, kecamatan, kab/kota, provinsi maupun pusat. Berbagai upaya
dilakukan secara terintegrasi baik lintas program di jajaran kesehatan maupun
lintas sektor. Kegiatan dilakukan oleh jajaran kesehatan di tingkat kab/kota,
apabila diperlukan akan dibantu oleh sumberdaya yang ada ditingkat provinsi
maupun tingkat pusat. Hal itu dilakukan berdasarkan besarnya dampak
bencana maupun kemampuan wilayah setempat, sehingga memerlukan
bantuan dari tingkat administrasi yang lebih tinggi. Pengiriman bantuan yang
dilakukan oleh Kemeneterian Kesehatan secara umum yaitu pengiriman
bantuan tenaga kesehatan, logistik kesehatan maupun dana. Berikut akan
dianalisis lebih jauh mengenai pengiriman bantuan tersebut.
1. Pengiriman Bantuan Tenaga Kesehatan
Berdasarkan data Bidang Pemantauan dan Informasi PPKK, dari 211 kejadian
bencana yang terpantau, PPKK mengirimkan bantuan tenaga kesehatan pada
21 kejadian. Pengiriman bantuan tenaga kesehatan dilakukan untuk
mendukung manajemen penanggulangan bencana maupun untuk membantu
pelayanan kesehatan di lokasi bencana.
Grafik 6.13. Proporsi Bantuan Tim PPKK Saat Tanggap Darurat
Terhadap Jumlah Krisis Kesehatan Tahun 2012
10%
90%
Pengiriman Bantuan Tim
96
Grafik 6.14
Frekuensi Mobilisasi Tim Kesehatan Saat Tanggap Darurat Berdasarkan Nama Unit di Kementerian Kesehatan yang Mengirimkan
Pada grafik dapat dilihat bahwa dari 211 kejadian yang terpantau oleh PPKK,
sebanyak 10% yang memerlukan dukungan bantuan tenaga kesehatan yaitu
berupa dukungan manajemen penanggulangan krisis kesehatan karena
kejadian bencana reltif kecil dan dapat ditangani oleh Pemerintah setempat.
Pengiriman bantuan tenaga kesehatan dapat dilakukan oleh PPKK maupun
PPKK bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan dan Lintas
Sektor. Lintas Program yang tercatat bersama-sama dengan PPKK mengirimkan
bantuan tenaga kesehatan dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan
akibat bencana yaitu Direktorat Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, Direktorat Bina Gizi, Direktorat Kesehatan Jiwa, Direktorat Bina
Upaya Kesehatan Dasar dan Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan.
97
Grafik 6.15 Frekuensi Mobilisasi Bantuan Tenaga Kesehatan
Saat Tanggap Darurat oleh PPKK dan Lintas Program di Kementerian kesehatan
Berdasarkan Jenis Bencana
Pada grafik 6.15 dapat dilihat bahwa pengiriman bantuan tenaga kesehatan
paling sering dilakukan pada kejadian bencana peningkatan aktivitas gunung
sampai terjadinya erupsi. Selama tahun 2012 terdapat 6 gunung yang
terpantau PPKK dan dilakukan pengiriman bantuan tenaga kesehatan kelokasi
yaitu Gunung Soputan di Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara, Gunung
Lokon di Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara, Gunung Dieng di Kabupaten
Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah, Gunung Gamalama di Kota Ternate
Provinsi Maluku Utara, Gunung Karangetang di Kabupaten Sitaro Provinsi
Sulawesi Utara dan Gunung Ijen di Kabupaten Situbondo - Kabupaten
Bondowoso – Kabupaten Banyuwangi.
2. Pengiriman Bantuan Logistik Kesehatan
Salah satu bentuk bantuan yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan dalam
upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana adalah bantuan logistik
kesehatan diantaranya seperti obat-obatan, MP ASI, alat kesehatan,
perelengkapan bahan-bahan kesehatan lingkungan dan sebagainya. Logistik
98
kesehatan yang diberikan disesuaiakan dengan kebutuhan upaya kesehatan
dilokasi bencana. Permintaan kebutuhan logistik kesehatan ditujukan kepada
lintas program melalui PPKK dalam meneruskan permintaan kebutuhan logistik
kesehatan yang disebutkan,.
Grafik 6.16 Frekuensi Pengiriman Bantuan Logistik Kesehatan
Saat Tanggap Darurat Tahun 2012 Berdasarkan Unit di Kemenkes yang Mengirimkan
Pada grafik 6.16 dapat dilihat bahwa pengiriman bantuan logistik kesehatan
telah dilakukan oleh lintas program dilingkungan Kementerian Kesehatan.
Pengiriman bantuan logistik kesehatan tersebut dapat dilakukan oleh masing-
masing unit kerja,atau terkoordinir oleh PPKK.
3. Pengiriman Bantuan Dana Penanggulangan Krisis Kesehatan
Akibat Bencana
Untuk mendukung upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
pada saat tanggap darurat PPKK Kementerian Kesehatan dapat memberikan
bantuan dana berupa dana operasional. Bantuan dana operasional dapat
diberikan apabila ada permintaan dari daerah yang mengalami krisis kesehatan
akibat bencana.
99
Grafik 6.17 Proporsi Kejadian yang Diberi Bantuan Dana Operasional
Dibandingkan Jumlah Kejadian Krisis Kesehatan
Pada grafik 6.17 dapat dilihat bahwa dari 211 kejadian krisis kesehatan yang
terpantau oleh PPKK, terdapat 16 (7%) kejadian yang memerlukan bantuan
dana operasional dengan kumulatif nominal Rp. 1.081.742.000. Hal itu
disebabkan antara lain karena dampak kejadian krisis kesehatan yang terjadi
selama tahun 2012 tidak terlalu besar, serta daerah setempat mampu
menangani permasalahan kesehatan yang timbul.
c. Upaya Pasca Krisis Kesehatan
Kegiatan pasca krisis kesehatan dilakukan oleh lintas program, lintas sektor
maupun LSM. Namun data komprehensif hasil kegiatan pasca krisis kesehatan
belum dapat dikumpulkan secara lengkap. Tabel berikut adalah pembahasan
ke-14 indikator upaya penanggulangan krisis kesehatan sesuai Kepmenkes No.
876/2006 dibandingkan dengan upaya yang telah dilakukan sepanjang tahun
2012.
100
Tabel 6.4 Upaya Pasca Krisis Kesehatan Tahun 2012
No Upaya Pasca Krisis Kesehatan Sesuai Kepmenkes No. 876/2006
Upaya Pasca Krisis Kesehatan Tahun 2012
1 Melaksanakan pemulihan kesehatan masyarakat dengan melibatkan instansi terkait, pihak swasta, LSM dan masyarakat serta mitra kerja internasional
Tidak ada data
2 Melaksanakan pemulihan fasilitas dan penyediaan tenaga kesehatan dengan melibatkan instansi terkait, pihak swasta, LSM dan masyarakat serta mitra kerja internasional agar dapat berfungsi kembali.
PPKK memberikan bantuan pembiayaan untuk pembelian alat kesehatan di RSUD Prov. NTB .
3 Memberdayakan masyarakat dalam upaya pemulihan.
-
4 Mengendalikan vektor dan penyakit berpotensial wabah
Upaya surveilans epidemiologi
5 Melakukan suveilans penyakit potensial wabah dan faktor risiko
Upaya penyehatan lingkungan
6 Memantau kualitas air bersih dan sanitasi
Upaya sanitasi dan pemeriksaan kualitas air bersih
7 Mengendalikan faktor risiko kesehatan Tidak ada data
8 Menanggulangi masalah kesehatan jiwa dan psikososial
Upaya kesehatan jiwa di pengungsian Gunung Lokon
9 Melakukan analisis dampak kesehatan Analisis dampak kesehatan dilakukan oleh unit-unit teknis terkait di tingkat wilayah sesuai besaran bencana. PPKK melakukan penilaian kerusakan dan kerugian sektor kesehatan bersama BNPB untuk rehab rekon pasca letusan Gunung Merapi tahun 2010
10 Melaksanakan pelayanan Kespro -
11 Melakukan perbaikan gizi masyarakat Upaya pelayanan gizi
12 Melakukan upaya rehabilitasi medik Dalam bentuk dukungan pembiayaan yang dialokasikan dalam program Jamkesmas.
13 Melakukan upaya rekonstrusi sumber daya kesehatan
-
101
No Upaya Pasca Krisis Kesehatan Sesuai Kepmenkes No. 876/2006
Upaya Pasca Krisis Kesehatan Tahun 2012
14 Monitoring dan evaluasi Evaluasi tanggap darurat banjir bandang di Kab. Gorontalo, gempa bumi di Prov. Bali, kebakaran RSUD Mataram dan banjir lahar dingin Gn. Merapi di Prov. DIY dan Jateng
* Keterangan : - , tidak ada data
BAB VII
PERMASALAHAN
Permasalahan yang ditemui dalam melaksanakan upaya penanggulangan krisis
kesehatan baik pada tahap pra krisis kesehatan, saat krisis kesehatan dan pasca krisis
kesehatan berdasarkan kategori sumber daya manusia, manajemen, keuangan, sumber
daya dan logistik).
1. Upaya Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
A. Tahap pra krisis kesehatan :
a. Sumber Daya Manusia
SDM kefarmasian masih ada masih banyak yang belum pernah mengikuti
pelatihan pengelolaan obat bencana.
b. Manajemen
1. Kesulitan dalam merencanakan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan
baik dalam jumlah maupun jenis.
2. Pembagian tugas dan tanggung jawab pengelolaan obat di daerah belum
sepenunhnya dilaksanakan.
B. Tahap Krisis Kesehatan :
a. Manajemen
1. Koordinasi dalam permintaan obat dan perbekalan kesehatan belum
berjalan dengan baik.
2. Pelayanan kefarmasian hanya dilakukan di pelayanan kesehatan belum
pada pelayanan di Instalasi Farmasi.
3. Pencatatan dan pelaporan belum berjalan dengan baik
b. Sumber Daya dan Logistik
1. Penyediaan obat-obat spesialistik belum memadai
2. Sarana dan prasarana dalam menunjang kegiatan kefarmasian belum
memadai.
c. Keuangan
Biaya operasional pengelolaan obat tidak dianggarkan.
C. Tahap Pasca Krisis Kesehatan
a. Manajemen
Kesulitan dalam inventarisasi sisa obat dan perbekalan kesehatan yang
sudah tidak dalam kemasan yang utuh.
b. Keuangan
1. Keterbatasan biaya operasional dalam penarikan obat dan perbekalan
kesehatan yang sudah tidak dipakai.
2. Biaya pelaksanaan pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan tidak ada
2. Upaya Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang
A. Tahap Pra Krisis Kesehatan
a. Manajemen
1. Belum adanya peta penyebaran vektor untuk semua wilayah endemis
penyakit
2. Penggunaan insektisida dalam pengendalian vektor belum diatur secara
konsisten
3. Mekanisme dan sistem penggunaan pestisida dan alat pengendalian vektor
yang standar belum dilaksanakan di semua sektor yang terkait.
4. Permenkes Nomor 374/Menkes/Per/III/2010, masih belum disosialisasikan
ke KKP, Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota dan BTKL.
5. Buku pedoman pengendalian vektor, masih ada beberapa kesalahan ketik
dan perlu dilakukan revisi.
6. Kegiatan pengendalian vektor saat ini dilakukan oleh masing-masing
program.
7. Intervensi vektor yang dilakukan masih belum optimal didukung dan
memanfaatkan data dan informasi vektor.
b. Sumber daya dan logistik
1. Keterbatasan sumber daya (tenaga dan logistik)
2. Jumlah tenaga Entomologi Kesehatan di Subdit Pengendalian Vektor setiap
tahun terus berkurang, sehingga baik secara kualitas maupun kuantitas
jumlah tenaga tersebut masih kurang
3. Beberapa instansi KKP dan BBTKL mempunyai sebagian alat perlengkapan
pengendalian vektor, akan tetapi masih lebih banyak yang tidak memiliki
peralatan tersebut termasuk Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota.
4. Usulan agar KKP dan semua BBTKL/BTKL termasuk dinas kesehatan
Kabupaten dan Kota mempunyai alat Pengendalian Vektor sendiri sudah
dilakukan, namun usulan tersebut belum bisa dilaksanakan secara optimal.
c. Keuangan
Anggaran untuk kegiatan sub direktorat pengendalian vektor tahun ini sangat
kurang bila dibandingkan dengan tanggungjawab yang harus dilakukan
berhubungan dengan penyelenggaraan pengendalian vektor.
B. Tahap Krisis Kesehatan
Manajemen
1. Pada saat terjadi KLB untuk penyakit demam berdarah dengue, malaria
dalam pengendalian vektor menggunakan bahan insektisida dengan
pengadaan sendiri walaupun sebagian dari pengiriman pusat. Penggunaan
bahan-bahan tersebut masih memakai bahan insektisida yang sudah
resisten dan tidak efektif lagi.
2. Faktor risiko lingkungan yang memungkinkan tersebarluasnya jenis-jenis
vektor.
3. Meningkatnya resistensi vektor terhadap insektisida.
3. Upaya Pelayanan Gizi
a. Manajemen
Masih ditemukan pendistribusian susu formula untuk bayi dibawah 6 bulan
Dapur umum tidak menyediakan makanan bagi bayi dan balita
Penerapan di lapangan yang belum sesuai dengan yang diharapkan
b. Sumber daya dan logistik
Saat kejadian bencana sering ditemukan makanan bantuan yang hampir
mencapai masa kadaluarsa.
4. Upaya Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
A. Manajemen
1. Petugas kesehatan bidang PP dan PL di daerah yang terkena bencana masih
mengalami hambatan baik koordinasi, sarana dan pra sarana
2. Surveilans penyakit bencana yang belum optimal dan tercatat dengan baik
3. Belum seluruh pedoman ditetapkan menjadi Permenkes
B. Sumber Daya dan Logistik
1. Terbatasnya tenaga PP dan PL di daerah (sanitarian, epidemiolog,
entomolog), termasuk masih kurangnya kapasitas petugas kesehatan dalam
penanggulangan bidang PP dan PL
2. Terbatasnya ketersediaan logistik PP dan PL di pusat dan daerah
3. Atribut kesehatan petugas lapangan yang terbatas, sehingga sering dianggap
sektor kesehatan belum melakukan upaya
C. Keuangan
1. Keterbatasan biaya operasional untuk petugas penanggulangan bencana PP
dan PL baik di pusat dan daerah
2. Keterbatasan handling cost
5. Upaya Pelayanan Kesehatan Jiwa
A. Manajemen
Dalam melakukan komunikasi (assessment dan intervensi) di Kab Sampang,
tim mengalami kendala bahasa, karena banyak penyintas yang tidak bisa
bahasa Indonesia
B. Sumber daya dan Logistik
Petugas siaga bencana di lapangan masih kurang memahami materi
kesehatan jiwa pada situasi bencana seperti Psychological First Aid (PFA),
diharapkan pelatihan kesehatan jiwa pada stuasi bencana ditambah, atau
dapat integrasi materi kesehatan jiwa ke pelatihan TRC (Tim reaksi cepat)
bencana yang diadakan oleh PPKK
Kurangnya persediaan obat – obatan untuk kesehatan jiwa di Puskesmas
setempat
6. Direktorat Bina Kesehatan Ibu
A. Manajemen
1. PPAM kesehatan reproduksi belum menjadi prioritas dalam upaya
penanggulangan bencana pada kelompok rentan.
2. Pedoman yang sekarang masih digunakan merupakan cetakan tahun 2003.
Saat ini Direktorat Ibu sedang melakukan adaptasi modul PPAM dari IASC
tahun 2010. Target selesai tahun 2013.
3. Penerapan di lapangan belum sesuai yang diharapkan.
B. Sumber daya dan Logistik
1. Terbatasnya jumlah fasilitator yang masih aktif: perlu 3-4 orang per pelatihan.
2. Kesulitan dalam penyimpanan dan distribusi kit individual.
3. Kit Kespro dari UN yang sering tidak sesuai dengan kondisi lokal (ukuran).