TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN …pusatkrisis.kemkes.go.id/__pub/files892208. BUKU...

167
TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN TAHUN 2012 KEMENTERIAN KESEHATAN PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013

Transcript of TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN …pusatkrisis.kemkes.go.id/__pub/files892208. BUKU...

TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

TAHUN 2012

KEMENTERIAN KESEHATAN

PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

2013

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Indonesia pada tahun 2012 mengalami berbagai kejadian bencana yang

menimbulkan krisis kesehatan. Berdasarkan data Pusat Penanggulangan Krisis

Kesehatan dalam tiga tahun terakhir, sejak tahun 2010 - 2012 terjadi 1015 kali

kejadian bencana di Indonesia. Tahun 2010 terjadi 315 kejadian, 2011 dengan

211 kejadian dan 489 kejadian bencana di tahun 2012. Tingginya angka

kejadian bencana ini menggambarkan tingkat kerawanan bencana di Indonesia.

Ini terjadi karena kondisi geografis, geologis, hidrologis, demografis serta akibat

pengaruh perubahan iklim di Indonesia.

Bila dikelompokkan secara khusus bencana alam maka untuk tahun 2010 terjadi

210 kejadian, tahun 2011 terjadi 189 kejadian dan tahun 2012 terjadi

234 kejadian. Dari data tersebut sangat beralasan bila United Nations

International Stategy for Disaster Reduction (UNISDR ; Badan PBB untuk

Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana), pada tahun 2011,

menempatkan Indonesia menjadi negara rawan bencana alam di dunia. Untuk

beberapa jenis bencana alam, Indonesia menduduki peringkat pertama dalam

paparan terhadap penduduk atau jumlah manusia yang menjadi korban

meninggal akibat bencana alam.

Berdasarkan daftar peringkat UNISDR terhadap jumlah korban pada 4 jenis

bencana alam yang meliputi tsunami, tanah longsor, banjir dan gempa bumi

menempatkan Indonesia sebagai negara yang tidak luput dari berbagai kejadian

bencana alam. Berikut rincian jumlah korban pada 4 jenis bencana alam di

beberapa negara :

Tabel 1.1

Jumlah Korban Bencana di Beberapa Negara Berdasarkan Jenis Bencana

No JENIS BENCANA NEGARA JUMLAH KORBAN (orang)

1 Tsunami Indonesia 5.402.239

Jepang 4.497.645

Bangladesh 1.598.546

India 1.114.388

Filipina 894.848

2 Tanah Longsor Indonesia 197.372

India 180.254

Cina 121.488

Filipina 110.704

Ethiopia 64.470

3 Gempa Bumi Jepang 13.404.870

Filipina 12.182.454

Indonesia 11.056.806

Cina 8.139.068

Taiwan 6.625.479

4 Banjir Bangladesh 19.279.960

India 15.859.640

Cina 3.972.502

Vietnam 3.403.041

Kamboja 1.765.674

Indonesia 1.101.507

Pada Konferensi Tingkat Menteri Negara-Negara Asia ke-5 Dalam Pengurangan

Risiko Bencana (The 5th Asian Ministerial Conference on Disaster Risk Reduction

(AMCDRR) yang berlangsung di Yogyakarta, menghasilkan Deklarasi Yogyakarta

dalam Pengurangan Risiko Bencana di Asia Pasifik 2012. Deklarasi Yogyakarta

mengandung tujuh butir inti kesepakatan sebagai berikut, (1) mengintegrasikan

upaya pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim dalam program

pembangunan nasional, (2) melakukan kajian terhadap risiko finansial di tingkat

lokal, (3) menguatkan tata kelola risiko dan kemitraan di tingkat lokal, (4)

membangun ketangguhan masyarakat, (5) mengindentifikasi hal-hal yang akan

dicapai pasca Hyogo Framework for Action (HFA) 2015, (6) mengurangi faktor-faktor

yang menjadi akar risiko bencana, dan (7) mengimplementasikan isu-isu lintas

sektor dalam Kerangka Kerja Hyogo (Hyogo Framework of Action (HFA).

Sesuai dengan perubahan paradigma penanggulangan bencana yang

menitikberatkan pada upaya sebelum terjadi bencana dengan pengurangan risiko

bencana Pemerintah Indonesia juga telah menyusun Rencana Nasional

Penanggulangan Bencana (Renas PB) 2010 – 2014 yang merupakan dokumen

perencanaan berjangka waktu 5 tahun yang disusun berdasarkan amanat Pasal 35-

36 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 82 menjelaskan

bahwa pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas

ketersediaan sumber daya, fasilitas, dan pelaksanaan pelayanan kesehatan secara

menyeluruh dan berkesinambungan pada keadaan bencana. Upaya penanggulangan

krisis kesehatan akibat bencana meliputi upaya pada tahap pra bencana

(pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan), upaya pada saat bencana (mobilisasi

sumber daya dan logistik) dan upasa pasca bencana (pemulihan, rehabilitasi dan

rekonstruksi) menjadi tanggung jawab pemerintah, pemerintah daerah, dan

masyarakat. Upaya-upaya tersebut diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan

pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara

terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan.

Keputusan Menkes RI No. HK.03.01/160/I/2010 tentang Rencana Strategis

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010 – 2014 juga memuat tentang upaya

penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana berupa upaya penguatan kapasitas

masyarakat dalam manajemen bencana dan manajemen krisis kesehatan sebagai

salah satu dari 8 prioritas pembangunan kesehatan.

Pusat Penanggulangan Kementerian Kesehatan telah melaksanakan program

dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis penanggulangan krisis

kesehatan akibat bencana. Sasaran program yaitu meningkatnya koordinasi

pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukungan manajemen

penanggulangan krisis kesehatan. Salah satu indikator tercapainya sasaran hasil

pada tahun 2014 adalah jumlah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang mempunyai

kemampuan tanggap darurat dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat

bencana dengan kriteria memiliki petugas terlatih dalam manajemen dan teknis

penanggulangan krisis kesehatan (Manajemen Bencana, Tim Reaksi Cepat dan RHA,

Pengelolaan Data dan Informasi, Penggunaan Alat Komunikasi Bencana untuk

Penangulangan Krisis Kesehatan dan Penyusunan Rencana Kontinjensi) dan memiliki

sarana penunjang penanggulangan krisis kesehatan (Emergency Kit, Personal Kit

dan Alat Pengolah Data) sebanyak 300 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sampai

tahun 2012 jumlah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang telah memiliki

kemampuan tanggap darurat dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat

bencana sebanyak 200 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Salah satu unsur penting dalam upaya membangun sistem penanggulangan krisis

kesehatan adalah dengan mengevaluasi dan mengambil pelajaran penting dari

kegiatan atau sistem penanggulangan krisis kesehatan yang sudah dilakukan selama

ini. Kekuatan dan kelemahan maupun keberhasilan dan kekurangan dalam

penanggulangan krisis kesehatan yang telah dilakukan akan menjadi pelajaran

penting untuk pelaksanaan upaya penanggulangan krisis kesehatan yang lebih baik

di masa yang akan datang.

Sebagai bahan pembelajaran dari kejadian krisis kesehatan yang telah terjadi

diperlukan data-data dan informasi terkait, antara lain informasi mengenai jenis

bencana dan frekuensinya, jumlah korban, fasilitas kesehatan yang rusak serta

upaya-upaya yang telah dilakukan baik pada pra bencana, saat tanggap darurat

maupun pasca bencana. Diharapkan data-data tersebut dapat memberikan

gambaran kekuatan dan kelemahan setiap daerah, sehingga dapat dijadikan bahan

masukan untuk pengambil kebijakan dalam rangka peningkatan upaya

penanggulangan krisis kesehatan untuk pengurangan risiko krisis kesehatan.

2. Tujuan

A. Tujuan umum:

Tersedianya informasi kejadian dan upaya penanggulangan krisis

kesehatan tahun 2012

B. Tujuan khusus:

Tersedianya informasi :

a. Krisis Kesehatan di Indonesia tahun 2012 meliputi frekuensi kejadian

bencana, korban (meninggal, hilang, luka/dirawat, dan pengungsi)

serta fasilitas kesehatan yang rusak berdasarkan jenis bencana dan

provinsi.

b. Upaya penanggulangan krisis kesehatan oleh Kementerian Kesehatan

di tingkat nasional baik pada pra bencana, saat tanggap darurat

maupun pasca bencana serta permasalahannya.

c. Upaya penanggulangan krisis kesehatan oleh Kementerian Kesehatan

di tingkat internasional baik pada pra bencana dan saat tanggap

darurat.

3. Dasar Hukum

a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana.

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan.

c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.

d. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan

Pengelolaan Bantuan Bencana

e. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga

Internasional dan Lembaga Asing Non-Pemerintah dalam Penanggulangan

Bencana.

f. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan

g. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 131/MENKES/SK/II/2004 tentang Sistem

Kesehatan Nasional.

h. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 064/MENKES/SK/II/2006 tentang

Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana.

i. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 145/MENKES/SK/I/2007 tentang

Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan.

4. Ruang Lingkup

Tinjauan penanggulangan krisis kesehatan tahun 2012 membahas tentang krisis

kesehatan akibat bencana di Indonesia dan upaya penanggulangannya baik pada

saat pra bencana, saat bencana maupun pasca bencana, yang terjadi selama tahun

2012 serta peran Kementerian Kesehatan dan lintas sektor terkait dalam upaya

penanggulangan krisis kesehatan.

Informasi yang disajikan mencakup:

1. Frekuensi kejadian krisis kesehatan berdasarkan jenis bencana;

2. Korban dan pengungsi yang meliputi korban meninggal, hilang, luka/dirawat;

3. Kerusakan fasilitas kesehatan;

4. Upaya yang dilakukan Kementerian Kesehatan dan lintas sektor terkait ;

5. Permasalahan;

6. Peran Kementerian Kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan di luar

negeri serta kegiatan-kegiatan internasional.

8

BAB II

METODOLOGI

2.1 Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis Data

Buku Tinjauan ini menggunakan desain studi deskriptif berdasarkan laporan

penanggulangan krisis kesehatan. Data yang dikumpulkan berupa laporan

harian PPKK yang berasal dari daerah dan unit kerja terkait di lingkungan

Kementerian Kesehatan serta petugas yang berada di lokasi kejadian. Metode

pengumpulan data menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif.

Pengumpulan serta pengolahan data dilakukan sesuai dengan Kepmenkes No.

064/MENKES/SK/II/2006 tentang Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan

Krisis Akibat Bencana.

Data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis untuk menghasilkan

informasi kejadian krisis kesehatan yang terjadi di Indonesia menurut frekuensi

kejadian, lokasi kejadian, situasi korban dan pengungsi, kerusakan fasilitas

kesehatan, dan upaya penanggulangan.

2.2 Penyajian Informasi

Informasi disajikan dalam bentuk narasi, tabel, grafik, peta, dan foto sehingga

dapat memberikan informasi kejadian dan upaya penanggulangan krisis

kesehatan akibat bencana di Indonesia selama tahun 2012.

9

BAB III

GAMBARAN KRISIS KESEHATAN TAHUN 2012

Berbagai macam kejadian bencana terjadi di Indonesia selama tahun 2012, baik berupa

bencana alam, bencana non alam maupun bencana karena konflik sosial. Berikut adalah

data kejadian bencana di Indonesia selama tahun 2012 serta permasalahan kesehatan

yang terjadi.

3.1 Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan

Jumlah total kejadian krisis kesehatan yang terjadi selama tahun 2012 sebanyak 489

kejadian. Bila dilihat dari frekuensi kejadian krisis kesehatan berdasarkan provinsi maka

yang paling tinggi adalah Provinsi Jawa Barat sebanyak 76 kali (15,54%). Jika dilihat

dari data frekuensi kejadian bencana ada 5 provinsi yang memiliki frekuensi kejadian

bencana lebih dari 25 kali, yaitu Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,

Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Berdasarkan wilayah Regional maka yang

paling banyak terkena bencana adalah Regional DKI Jakarta.

10

Grafik 3.1

Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Berdasarkan Provinsi

Peta 3.1

Peta Frekuensi Kejadian Bencana

Keterangan : (frekuensi kejadian)

0 1 – 10 kali 11 – 25 kali >25 kali

11

Grafik 3.2

Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Berdasarkan Regional

Grafik 3.3

Proporsi Kejadian Krisis Kesehatan Berdasarkan Sumber dan penyebabnya

Berdasarkan sumber dan penyebabnya maka kejadian krisis kesehatan yang

tertinggi pada tahun 2012 adalah Bencana Alam dengan jumlah kejadian 235 kali

(48%). Jika dilihat per bulan Kejadian krisis kesehatan yang tertinggi sepanjang tahun

2012 terjadi pada bulan April dengan 65 kali kejadian.

12

Grafik 3.3

Trend Kejadian Krisis Kesehatan Per Bulan pada Tahun 2012

Gambaran frekuensi krisis kesehatan berdasarkan jenis bencana pada tahun 2012 yang

tinggi berturut-turut adalah kebakaran 78 kali (15,95%), kecelakaan transportasi 75 kali

(15,34%) dan banjir 69 kali (14,11%). Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.4

Grafik 3.4

Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Berdasarkan Jenis Bencana

13

3.1 Korban dan Pengungsi

3.1.1 Korban Meninggal

Total korban meninggal akibat krisis kesehatan sepanjang tahun 2012 yang

tercatat di Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan sebanyak 675 orang. Korban

meninggal yang paling tinggi disebabkan oleh bencana non alam yaitu 437 orang (65%)

sedangkan yang paling rendah disebabkan akibat krisis kesehatan sosial yaitu 65 orang

(10%). Jika dilihat korban meninggal berdasarkan jenis bencana maka paling tinggi

adalah akibat kecelakaan transportasi sebanyak 314 orang (47%).

Korban meninggal per provinsi yang paling tinggi adalah di Provinsi Jawa Barat

sebanyak 133 orang dan jika dilihat per Regional maka yang paling banyak korban

meninggal berada di Regional DKI Jakarta sebanyak 206 orang.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Grafik 3.5

Proporsi Korban Meninggal Berdasarkan Sumber dan Penyebabnya

Grafik 3.6

Jumlah Korban Meninggal Berdasarkan Jenis Bencana

14

Grafik 3.7

Jumlah Korban Meninggal Berdasarkan Provinsi

15

Grafik 3.8

Jumlah Korban Meninggal Berdasarkan Regional

3.1.2 Korban Hilang

16

Pada tahun 2012 jumlah korban hilang sebanyak 256 orang yang tertinggi

diakibatkan oleh kecelakaan transportasi yaitu 175 orang. Jika dilihat per provinsi maka

jumlah korban hilang paling tinggi di provinsi Banten yaitu sebesar 100 orang.

Grafik 3.10

Jumlah Korban Hilang Berdasarkan Jenis Bencana

Grafik 3.11

Jumlah Korban Hilang Berdasarkan Provinsi

3.1.3 Korban Luka Berat/Rawat Inap

17

Total korban luka berat/rawat inap sebanyak 2.338 orang dengan rincian 1.733

orang (74%) akibat bencana non alam, 336 orang (14%) akibat bencana alam dan 269

orang (12%) akibat bencana sosial. Berdasarkan jenis bencana maka korban luka

berat/rawat inap yang paling tinggi disebabkan oleh kejadian keracunan/KLB sebanyak

1.030 orang (44%).

Jumlah korban luka berat/rawat inap berdasarkan provinsi yang paling banyak

adalah di provinsi Jawa Timur sebanyak 566 orang dan Provinsi Jawa Barat sebanyak

493 orang, sedangkan berdasarkan regional maka yang paling tinggi adalah regional

DKI Jakarta sebanyak 655 dan regional Jawa Timur sebanyak 566 orang .

Grafik 3.12

Proporsi Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Sumber dan Penyebabnya

Grafik 3.13

18

Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Jenis Bencana

Grafik 3.15

Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Provinsi

19

Grafik 3.13

Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Regional

3.1.4 Korban Luka Ringan /Rawat Jalan

Total korban luka ringan/rawat jalan sebanyak 6.858 orang dengan rincian 1.848

orang (27%) akibat bencana non alam, 3.386 orang (49%) akibat bencana alam dan

1.624 orang (24%) akibat bencana sosial, sedangkan jika dilihat berdasarkan jenis

bencana yang paling banyak berturut-turut adalah akibat krisis kesehatan banjir

sebanyak 2.381 orang, konflik sosial sebanyak 1.624 orang dan keracunan/KLB

sebanyak 1.009 orang .

Grafik 3.16

Proporsi Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Bencana

20

Grafik 3.17

Jumlah Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Bencana

Jumlah korban luka ringan/rawat jalan berdasarkan provinsi, 5 (lima) provinsi yang

paling tinggi adalah Provinsi DKI Jakarta (1.757), Jawa Barat (1.044), Lampung (802),

Papua (504) dan Sumatera Utara (455). Sedangkan jumlah korban luka ringan/rawat

jalan berdasarkan regional yang paling tinggi adalah Regional DKI Jakarta.

21

Grafik 3.18

Jumlah Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan Provinsi

Grafik 3.18

Jumlah Korban Luka Ringan/Dirawat Jalan Berdasarkan Regional

22

3.1.5 Pengungsi

Total pengungsi akibat krisis kesehatan yaitu sebanyak 71.141 orang dengan pengungsi

terbanyak disebabkan oleh bencana alam sebanyak 58.842 orang (83 %). Berdasarkan

jenis bencana maka jumlah pengungsi tertinggi adalah akibat kejadian banjir yaitu

34.454 orang.

Grafik 3.20

Proporsi Pengungsi Berdasarkan Sumber dan Penyebabnya

diganti

Grafik 3.2.1.

Jumlah Pengungsi Berdasarkan Jenis Bencana

23

Jumlah pengungsi berdasarkan provinsi yang tertinggi adalah di Provinsi Kalimantan

Tengah yaitu sebanyak 25.174 orang (34 %) diakibatkan banjir di Kab. Barito Utara

Prov. Kalimantan Utara pada tanggal 5 Desember 2012.

Grafik 3.22

Jumlah Pengungsi Berdasarkan Provinsi

3.3. KERUSAKAN FASILITAS KESEHATAN

Total fasilitas kesehatan yang rusak akibat kejadian bencana pada tahun 2012 adalah 51

unit. Fasilitas kesehatan yang rusak paling banyak adalah Puskesmas Pembantu (Pustu)

sebanyak 33 unit (65%). Kerusakan fasilitas ini disebabkan paling tinggi adalah akibat

krisis kesehatan gempa bumi sebesar 39 buah.

24

Grafik 3.24

Proporsi Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Rusak Akibat krisis kesehatan

Tahun 2012

Grafik 3.25

Kerusakan Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Jenis Bencana

Jika dilihat jumlah fasilitas kesehatan yang rusak berdasarkan provinsi maka yang

terbanyak adalah di provinsi Aceh dibandingkan dengan provinsi lainnya yaitu

sebanyak 39 unit disebabkan Gempa Bumi yang terjadi pada tanggal 12 April 2012 dan

yang paling tinggi per regional adalah regional Sumatera Utara

25

Grafik 3.27

Kerusakan Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Provinsi

Grafik 3.26

Kerusakan Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Regional

35

BAB IV UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN

Upaya penanggulangan krisis kesehatan harus dilakukan secara menyeluruh

dan terpadu mulai dari pra bencana, saat bencana dan pasca bencana.

Penanggulangan krisis kesehatan pada tahap pra bencana meliputi upaya

pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan, pada saat bencana dengan

melakukan upaya tanggap darurat, serta pasca bencana melakukan upaya

pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi.

Gambar Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan

Siklus penanggulangan krisis diatas menggambarkan upaya penanggulangan

krisis kesehatan yang dilakukan pada tahapan pra, saat dan pasca bencana.

Upaya tersebut dilakukan pada semua tahapan siklus manajemen

penanggulangan krisis, yang membedakan pada besaran atau fokus kegiatan.

Upaya terbesar yang dilakukan pada saat pra bencana adalah pencegahan,

mitigasi dan kesiapsiagaan, tapi upaya ini tetap dilakukan pada saat bencana

dan pasca bencana dengan porsi kegiatan yang lebih kecil. Demikian pula untuk

upaya tanggap darurat dan upaya pemulihan rehabilitasi dan rekonstruksi.

36

4.1 UPAYA PRA BENCANA

Upaya penanggulangan krisis kesehatan pada tahap pra bencana mencakup

upaya pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan. Upaya-upaya pra bencana

merupakan kegiatan yang sangat penting untuk mendukung keberhasilan

penanggulangan krisis kesehatan secara keseluruhan. Upaya yang telah

dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2012 pada tahap pra

bencana antara lain: penyusunan kebijakan, pedoman peningkatan kapasitas

petugas kesehatan, pengembangan sistem informasi penanggulangan krisis

kesehatan, penyiapan logistik kesehatan, pemetaan kesiapsiagaan serta

penyiapan anggaran penanggulangan krisis kesehatan.

Kementerian Kesehatan dalam hal ini Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

pada tahun 2012 juga telah ditetapkan menjadi WHO Collaborating Center

(WHO CC) untuk pelatihan dan penelitian dalam hal pengurangan resiko

bencana, penetapan ini berlaku selama 4 tahun. Penetapan Pusat

Penanggulangan Krisis Kesehatan sebagai WHO CC ini bertujuan untuk

mengupayakan pengurangan risiko bencana bidang kesehatan, melalui

penerapan rencana kerja, memperkuat manajemen resiko di daerah rawan

bencana, memperkuat kesiapsiagaan fasilitas kesehatan untuk menghadapi

bencana, memperkuat koordinasi sektor/kluster dan mobilisasi sumber daya

dalam rangka pengurangan resiko bencana. Keberadaan Pusat Penanggulangan

Krisis Kesehatan – WHO CC juga akan melakukan kajian di bidang penelitian

berdasarkan pengalaman yang dimiliki Indonesia dalam penanggulangan krisis

kesehatan.

4.1.1 Penyusunan Kebijakan/Pedoman

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian Kesehatan adalah

menyusun pedoman/kebijakan terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat

bencana. Selama tahun 2012 telah dilakukan penyusunan

kebijakan/pedoman/modul terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat

bencana sebanyak 31 kebijakan. Dari 31 kebijakan tersebut sebanyak 8 produk

berasal dari Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan berupa pedoman, Standar

37

Operasional Prosedur (SOP), Peraturan, Modul, Poster dan Leaflet . Sebanyak

23 produk lainnya dihasilkan dari unit lintas program dan lintas sektor terkait,

antara lain Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan, Direktorat Pengendalian

Penyakit Bersumber Binatang, Direktorat Penyehatan Lingkungan, Direktorat

Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra, Direktorat Bina Gizi,

Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat Bina

Kesehatan Jiwa, Direktorat Bina Kesehatan Ibu dan Pusdokkes POLRI. Pada

tahun 2012 juga dilakukan pencetakan dan penterjemahan buku oleh

Emergency and Humanitarian Action Unit (EHA) WHO, yaitu buku Pedoman

Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan dalam Situasi Bencana, buku

Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Letusan Gunung Merapi 2010 dan

buku Profil Penanggulangan Kesiapsiagaan Krisis Kesehatan Akibat Bencana

Tahun 2010.

Tabel 4.1 Kebijakan/Pedoman/Modul Yang Disusun Pada Tahun 2012

No Unit Kerja Kebijakan/Pedoman/Modul

Keterangan

1

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan (PPKK)

Pedoman Penilaian Kerusakan dan Kerugian Bidang Kesehatan

Dalam Proses Penetapan

Pedoman Teknis Kader Pemberdayaan Masyarakat Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan

SOP Bagian Tata Usaha PPKK

SOP Bidang Pencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan

SOP Bidang Tanggap Darurat dan Pemulihan

SOP Bidang Pemantauan dan Informasi

2 Pusdokkes POLRI

Pedoman tentang Penatalaksanaan Disaster Victim Identification (DVI) Bagi Polri (Edisi Revisi)

Nomor : PL/002/VI/2010/Pusdokkes

38

No Unit Kerja Kebijakan/Pedoman/Modul

Keterangan

3 Direktorat P2B2

Pedoman Penggunaan Insektisida (Edisi Revisi)

Leaflet Pengendalian Vektor

4 Direktorat Bina Gizi

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana (konfirmasi tahun pembuatan)

Dikirim ke 33 propinsi

Standar antropometri Penilaian Pertumbuhan anak

Dikirim ke 33 propinsi

Modul Pelatihan Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak Bagi Motivator/kader

Dikirim ke 33 propinsi

5 Direktorat Penyehatan Lingkungan

Panduan Rapid Health Assesment pada situasi kedaruratan

Tahap finalisasi

Petunjuk teknis kesehatan lingkungan pada situasi kedaruratan

Tahap finalisasi

Poster dan leaflet 5 kunci ketahanan pangan.

Leaflet tips mengelola makanan pada situasi darurat

Leaflet tips memilih makanan dan minuman waktu mudik

6

Direktorat Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra

Petunjuk Teknis PP dan PL Dalam Penanggulangan Bencana

Dalam tahap penyusunan -finalisasi

Pedoman Penanggulangan

Keadaan Darurat Bidang Kesehatan Pada Kecelakaan Pesawat Udara di Bandar Udara (2012)

Dalam proses

penyusunan

7

Direktorat Bina Kesehatan Ibu

Penyempurnaan pedoman

Pelayanan kesehatan reproduks

pada situasi darurat bencana

Kegiatan masih berlanjut sampai tahun 2013.

39

No Unit Kerja Kebijakan/Pedoman/Modul

Keterangan

8

Direktorat Bina Kesehatan Jiwa

Pedoman teknis bagi petugas siaga bencana di daerah rawan bencana/konflik

Dalam proses penetapan

9

Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan kesehatan

Pedoman Pemusnahan Sediaan Farmasi

Dalam Proses Finaslisasi

10

Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan

Penyusunan modul algoritme SPGDT call center

Dalam proses penetapan

Modul Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Maternal neonatal

Dalam proses penetapan

11

Emergency and Humanitarian Action Unit (EHA) WHO

A. Pencetakan buku dan penterjemahan ke dalam Bahasa Inggris : 1)Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan dalam Situasi Bencana 2012 2)Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Letusan Gunung Merapi 2012 3)Profil Penanggulangan Kesiapsiagaan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2010 B. Pengembangan mapping software komputerisasi

Proses Pencetakan Ulang

4.1.2 Peningkatan Kapasitas SDM

Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan telah melakukan upaya

peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam penanggulangan krisis

40

kesehatan baik dalam hal manajemen maupun teknis, yaitu sebanyak 57

kegiatan, terdiri dari kegiatan peningkatan kapasitas, workshop, lokakarya,

sosialisasi, geladi penanggulangan krisis kesehatan dan konferensi nasional

dan internasional.Sasaran peningkatan kapasitas adalah petugas kesehatan

di tingkat provinsi maupum kabupaten/kota. Kegiatan tersebut

diselenggarakan oleh 8 unit kerja di Kementerian Kesehatan yaitu Pusat

Penanggulangan Krisis Kesehatan, Direktorat Bina Gizi, Direktorat Bina

Upaya Kesehatan Rujukan, Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Direktorat Bina

Kesehatan Jiwa, Direktorat Penyehatan Lingkungan, Direktorat

Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Direktorat Surveilans Imunisasi

Karantina dan Kesehatan Matra dan Direktorat Bina Obat Publik dan

Perbekalan Kesehatn kapasisas SDM juga dilakukan oleh Pusdokkes POLRI

dan Emergency and Humanitarian Action Unit (EHA) WHO.

4.1.2.1 Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan sebagai unit di Kementerian Kesehatan

yang setiap tahun melakukan kegiatan peningkatan kapasitas sumber daya

manusia di bidang penanggulangan krisis kesehatan. Kegiatan peningkatan

kapasitas SDM di Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan selama tahun 2012

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2 Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Penanggulangan Krisis

Kesehatan yang dilakukan oleh Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Selama Tahun 2012

No Bidang/Bagian Jenis Kegiatan Asal Peserta Jumlah Peserta

1 Pencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan

Peningkatan kesiapsiagaan Dengan Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan Bencana Tanah Longsor di Kab. Sukabumi, Jawa Barat

PPKK Dinkes Prov.

Jawa Barat Dinkes Kab.

Sukabumi BPBD Kab.

Sukabumi

Dinsos Kab. Sukabumi

150 orang

41

PMI Kab. Sukabumi

Badan SAR Daerah

Puskesmas Kabandungan

Puskesmas Cibadak

Kodim 0622 Kab. Sukabumi

Koramil 2205 Kab.Sukabumi

Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan Bencana Banjir Lahar Dingin Gunung Gamalama di Kota Ternate, Maluku Utara

PPKK

Dinkes Prov. Maluku Utara

Dinkes Kota Ternate

RSUD Hasan Boecheri

BPBD Kota Ternate

SAR Daerah Maluku Utara

TNI POLRI Unit Lintas

Sektor

120 orang

Peningkatan Kapasitas Fasilitator Tenaga Kesehatan Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan

35 Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

46 orang

Peningkatan Kapasitas Tenaga

Kesehatan Dalam Manajemen Bencana Bidang Kesehatan

53 Dinas Kesehatan Kab/Kota

1 Dinas Kesehatan Provinsi

56 orang

Pendampingan Penyusunan Rencana Kontinjensi Kesehatan

Peserta kegiatan berasal dari : 29 kabupaten 5 kota 1 provinsi

152 orang

42

Kabupaten/Kota, dilaksanakan di Provinsi Riau, NTT, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara dan Jawa Barat

Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan

Dinkes Prov. DKI Jakarta 5 Sudinkes Prov. DKI Jakarta AGD 118 9 unit Lintas Program

50 orang

2 Tanggap Darurat dan Pemulihan

Peningkatan Kapasitas Tim Reaksi Cepat (TRC) Dalam Melakukan Penilaian Cepat dan Pelayanan Kesehatan, diselenggarakan di Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta

38 Kabupaten 2 Kota 2 Rumah Sakit 15 KKP 13 Unit Lintas Sektor 2 Unit Lintas Program

152 orang

Pendampingan Petugas Kabupaten/Kota dalam Penyusunan Perencanaan Rumah Sakit dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana

8 Provinsi (Jambi, Kep. Bangka Belitung, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara) 17 Rumah Sakit

278 orang

3 Pemantauan dan Informasi Pengelolaan

Data dan Informasi

2 kota 32 kabupaten 1 KKP (disebut dalam lampiran)

41 orang

Penggunaan Alat Komunikasi Bencana

6 kota 23 kabupaten (disebut dalam

34 orang

43

lampiran) 1 KKP 1 provinsi

Pemetaan Kesiapsiagaan Kabupaten/Kota Rawan Bencana

20 provinsi 15 kota 73 kabupaten 2 KKP (disebut dalam, lampiran)

98 orang

4 Tata Usaha Gelar Rumah Sakit Lapangan di Cibubur

PPKK RSUPN Cipto Mangunkusumo RS PMI Bogor

70 orang

Gelar Rumah Sakit Lapangan di Sentul, Bogor

PPKK Kementerian Pertahanan Puskes TNI RSUPN Cipto Mangunkusumo

Upaya Peningkatan Motivasi dan Kinerja Pegawai Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

PPKK

65 orang

44

Gambar 4.1 Peningkatan Kapasitas Petugas Dalam Pengelolaan Data dan Informasi

Penanggulanagan Krisis Kesehatan

Gambar 4.2 Peningkatan Kesiapsiagaan melalui

Gelar Rumah Sakit Lapangan di Sentul, Jawa Barat

45

Gambar 4.3 Peningkatan kesiapsiagaan Dengan Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan

Bencana Tanah Longsor di Kab. Sukabumi, Jawa Barat

Gambar 4.4 Peningkatan Kapasitas Petugas Kab/Kota Dalam Penggunaan Alat Komunikasi

Penanggulangan Krisis Kesehatan

46

Gambar 4.5

Pendampingan Penyusunan Perencanaan Rumah Sakit Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan di RSU Anutapura Kota Palu, Sulawesi Tengah

Gambar 4.6

Pendampingan Penyusunan Rencana Kontinjensi Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat

47

Gambar 4.7 Peningkatan Kapasitas Petugas Kesehatan Tim Reaksi Cepat Dalam Melakukan

Penilaian Cepat dan Pelayanan Kesehatan

Gambar 4.8 Peningkatan Kapasitas Tenaga Kesehatan Dalam Manajemen Bencana

Bidang Kesehatan

48

Gambar 4.9

Upaya Peningkatan Motivasi dan Kinerja Pegawai Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Gambar 4.10

Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan Lahar Dingin Gunung Gamalama di Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara

49

Gambar 4.11

Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan Lahar Dingin Gunung Gamalama di Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara

4.1.2.2 Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Salah satu upaya peningkatan kapasitas SDM yang dilakukan oleh Direktorat Bina Kesehatan Jiwa adalah Peningkatan Keterampilan Kesehatan Jiwa Petugas Siaga Bencana di Daerah Rawan Bencana, yang dilaksanakan pada tanggal 8 – 11 Agustus 2012 di Bogor, Jawa Barat. Pelatihan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilanpetugas pelayanan kesehatan jiwa di daerah rawan bencana, dan diharapkan agar setiap regional memiliki tim reaksi cepat siaga bencana yang dapat memberikan bantuan psikologik dan kesehatan jiwa pertama serta siap dimobilisasi bila terjadi bencana dalam regional masing-masing, dalam rangka mempercepat akses pemberian bantuan psikologidan kesehatan jiwa kepada korban bencana. Materi yang diberikan selama pelatihan, antara lain tentang:

Kebijakan kesehatan jiwa dalam siaga bencana Konsep dasar penatalaksanaan kesehatan jiwa di daerah bencana Deteksi dini dan penapisan masalah kesehatan jiwa Psychological First Aid (PFA)

Konseling dasar masalah kesehatan jiwa akibat bencana Penilaian masalah psikososial akibat bencana Manajemen stress Koordinasi dan need assessment layanan kesehatan pada bencana

50

Pelatihan tersebut diikuti oleh 52 peserta, dengan rincian: 1. Peserta Pusat

Unit Lintas Program/Lintas Sektor terkait :

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat Promosi Kesehatan Pusat Intelejensia Kesehatan Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik

Yayasan Pulih Pusat Krisis UI

2. Peserta Daerah

a) Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Banten, Provinsi Bali, Provinsi NTB, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan, Provinsi Riau, Kota Tangerang, Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Magelang, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Poso, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Nias Selatan, Kota Padang.

b) Rumah Sakit RSKetergantungan Obat, RSJiwa Daerah Bali, RSKD Sulawesi Selatan, RSUD Maluku Utara, RS Jiwa Daerah Kalimantan Selatan, RSJiwa Riau

Gambar 4.12

Pertemuan Pelayanan Kesehatan Jiwa di Daerah Rawan Bencana

51

4.1.2.3 Direktorat Bina Gizi Upaya peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Gizi selama tahun 2012 antara lain :

1. Peningkatan Kapasitas Petugas Pengelola Program Gizi Dinkes Provinsi tentang Surveilans Gizi dan Kedaruratan Gizi. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan

kesiapsiagaan pengelola kegiatan pembinaan gizi provinsi dalam mengantisipasi kejadian bencana.

Jumlah peserta kegiatan ini berjumlah 58 orang berasal dari 33 provinsi dan unit lintas program terkait di Kementerian Kesehatan

2. Pelatihan Konseling Menyusui di Daerah Rawan Bencana

Tujuan dari pelatihan ini adalah tersedianya konselor menyusuipada situasi normal maupun bencana.

Jumlah peserta pelatihan ini sebanyak 1.017 orang berasal dari 9 provinsi, yaitu Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Lampung, Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Sulawesi Tenggara.

Tim yang dilatih adalah Tim Konselor Menyusui sebanyak 1.017 orang,sehingga kumulatif tenaga konselor menyusui sampai tahun 2012 ada sebanyak 3.929 orang yang terdiri dari Dokter (Spesialis Obstetri dan Ginekologi dan Spesialis Anak), Bidan, dan Ahli Gizi dari rumah sakit dan puskesmas perawatan.

3. Pelatihan Fasilitator Pelatihan Konseling Menyusui Tujuan dari pelatihan ini adalah tersedianyafasilitator pelatihan

konseling menyusui pada situasi normal maupun bencana. Jumlah peserta pelatihan ini sebanyak 31 orang dari 5 provinsi.

Jumlah kumulatif fasilitator konseling menyusui sampai akhir tahun 2012 adalah 388 orang.

4. Pelatihan Konseling Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) di Daerah Rawan Bencana

Tujuan dari pelatihan ini adalah tersedianya konselor MP-ASIuntuk pelaksanaan konseling MP-ASI pada situasi normal maupun bencana

Peserta pelatihan ini berjumlah 40 orang berasal dari 8 provinsi, yaitu Provinsi Aceh, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Jumlah kumulatif tenaga konselor MP ASI sampai tahun 2012 adalah 388 orang terdiri dari dokter, bidan, perawat dan ahli gizi dari rumah sakit dan puskesmas perawatan.

52

5. Pelatihan Konseling MP ASI di Daerah Rawan Bencana Tujuan dari pelatihan ini adalah tersedianya fasilitator untuk pelatihan

konseling MP ASI pada situasi normal maupun situasi bencana. Peserta pelatihan ini berjumlah 13 orang dari 3 provinsi yaitu Provinsi

Sumatera Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Jumlah kumulatif fasilitator pelatihan konseling MP ASI sampai tahun 2012 sebanyak 51 orang.

6. Sosialisasi Pedoman Kegiatan Gizi dalam Penanggulangan Bencana Pada tahun 2012 dilakukan sosialisasi Pedoman Kegiatan GiziDalam

Penanggulangan Bencana ke 13 provinsi, yaitu : 1. Provinsi Aceh 2. Provinsi Sumatera Utara 3. Provinsi Sumatera Barat, 4. Provinsi Jawa Tengah 5. Provinsi DI Yogyakarta 6. Provinsi Nusa Tenggara Barat 7. Provinsi Nusa Tenggara Timur 8. Provinsi Kalimantan Selatan 9. Provinsi Sulawesi Utara 10. Provinsi Sulawesi Selatan 11. Provinsi Sulawesi Tenggara 12. Provinsi Maluku 13. Provinsi Maluku Utara

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan kesiapsiagaan pengelola kegiatan pembinaan gizi provinsi dalam mengantisipasi kejadian bencana.

Sasaran kegiatan pembinaan teknis lebih difokuskan kepada pengelola kegiatan pembinaan gizi di Dinkes Provinsi/Kabupaten/Kota

Tabel 4.3 Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Gizi Selama

Tahun 2012

No Jenis Kegiatan Asal Peserta Jumlah Peserta

1 Peningkatan Kapasitas Petugas Pengelola Program Gizi Dinkes Provinsi tentang Surveilans Gizi dan Kedaruratan Gizi

33 provinsi Unit Lintas Program

58 orang

53

2 Pelatihan Konseling Menyusui di Daerah Rawan Bencana

9 Provinsi 1.017 orang

3 Pelatihan Fasilitator Pelatihan Konseling Menyusui

5 Provinsi 31 orang

4 Pelatihan Konseling MPASI Di Daerah Rawan Bencana

8 Provinsi 40 orang

5 Pelatihan Fasilitator Pelatihan Konseling MP ASI

Kementerian Kesehatan

13 orang

6 Sosialisasi Pedoman Kegiatan Gizi dalam Penanggulangan Bencana pada setiap kegiatan Bimtek dan Monev ke Propinsi/Kabupaten/Kota

13 Provinsi

Gambar 4.13 Kegiatan Pelatihan Konseling Menyusui di Daerah Rawan Bencana

54

4.1.2.4 Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Upaya peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan selama tahun 2012 antara lain :

1. Peningkatan kapasitas petugas kesehatan di rumah sakit yang menangani

PONEK

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas tenaga medis

dalam menangani kegawatan maternal neonatal .

Peserta kegiatan ini adalah dokter spesialis kebidanan dan kandungan,

dokter spesialis anak, dokter umum, bidan dan perawat untuk

kegawatan maternal neotatal.

Jumlah peserta sebanyak 80 orang yang terdiri dari dokter, perawat dan

bidan di Provinsi Papua dan Aceh.

2. Workshop Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)

Untuk dapat meningkatkan kemampuan petugas kesehatan di rumah sakit

dan mengenalkan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu Direktorat

Bina Upaya Kesehatan Rujukan pada tahun 2012 melakukan workshop

SPGDT di kota Bandung dan Jakarta. Peserta pada kegiatan ini berjumlah

80 orang.

Tabel 4.4

Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Upaya

Kesehatan Rujukan Selama Tahun 2012

No Jenis Kegiatan Jenis Tenaga Medis

Asal Peserta Jumlah Peserta

1 Peningkatan Kapasitas Petugas Dokter Spesialis Kebidanan dan

Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan

Provinsi Papua Provinsi Aceh

80 orang

55

kandungan untuk kegawatan maternal neonatal

2 Peningkatan Kapasitas Dokter Umum untuk kegawatan maternal neonatal

Dokter Umum Provinsi Papua Provinsi Aceh

80 orang

3 Peningkatan Kapasitas Dokter Spesialis Anak untuk kegawatan maternal neonatal

Dokter Spesialis Anak

Provinsi Papua Provinsi Aceh

80 orang

4 Peningkatan Kapasitas Bidan untuk kegawatan maternal neonatal

Bidan Provinsi Papua Provinsi Aceh

80 orang

5 Peningkatan Kapasitas Perawat untuk kegawatan maternal neonatal

Perawat Provinsi Papua Provinsi Aceh

80 orang

6 Workshop Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)

Jakarta dan Bandung

80 orang

56

Gambar 4.14 Kegiatan Workshop Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)

4.1.2.5 Direktorat Surveilans Epidemiologi, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matra Upaya peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Surveilans Epidemiologi, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matraselama tahun 2012 antara lain :

No Jenis Kegiatan Asal Peserta Jumlah Peserta

1 Pelatihan Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik

2 KKP 15 Dinkes Provinsi

17 orang

2 Pelatihan Kesehatan Penerbangan

17 KKP 20 orang

3 Pelatihan Penanggulangan Bencana Bidang PP dan PL

KKP BTKL PP Dinkes Provinsi

38 orang

57

Gambar 4.15 Hypobaric Chamber pada Kegiatan Pelatihan Kesehatan Penerbangan

4.1.2.6 Direktorat Penyehatan Lingkungan Direktorat Penyehatan Lingkungan melakukan kegiatan peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan, antara lain :

No Jenis Kegiatan Asal Peserta Jumlah Peserta

1 Food Safety Training

Direktorat Penyehatan Lingkungan

12 orang

2 Investigasi KLB keracunan pangan

Direktorat Penyehatan Lingkungan

12 orang

3 Pelatihan Penggunaan peralatanfood contamination kit

9 Provinsi 59 Kab/kota

Tiap kab/kota 3 orang total 285 orang

4.1.2.7 Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang selama tahun 2012 menyelenggarakan kegiatan peningkatan kapasitas SDM, antara lain :

No Jenis Kegiatan Asal Peserta Jumlah Peserta

1 Pelatihan Entomolog Kesehatan

KKP BBTKL PP DinkesProvinsi/Kabupaten

60 orang 2 Angkatan

58

2 Pelatihan Pengendalian Vektor Malaria

Dinkes Provinsi Dinkes Kabupaten

30 orang

3 Pelatihan pengendalian vektor dan pemantauan air bersih

Pertamina 30 orang

4

Pentaloka Pengendalian Vektor

Tenaga teknis pengendalian vektor dari BB/BTKL, KKP, Dinkes Kabupaten dan Dinkes

Provinsi

30 orang

5 Pelatihan pengendalian vektor di pelabuhan

KKP Tanjung Balai Karimun

30 orang

6 Pelatihan pengendalian vektor di daerah

24 Dinas Kesehatan Kabupaten

24 orang

Gambar 4.16 Kegiatan Pelatihan Entomologi Kesehatan

59

4.1.2.8 Direktorat Bina Kesehatan Ibu Untuk Direktorat Bina Kesehatan Ibu kegiatan peningkatan kapasaitas SDM yang dilaksanakan selama tahun 2012, antara lain : 1. Peningkatan Kapasitas Pengelola Pelayanan Kesehatan Reproduksi

pada Situasi Darurat di 6 Provinsi. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kapasitas petugas kesehatan dalam menangani masalah kesehatan reproduksi pada kejadian krisis kesehatan. Peserta kegiatan ini berasal dari beberapa institusi, yaitu :

Dinas Kesehatan Provinsi Dinas Kesehatan Kabupaten Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Rumah Sakit Umum Daerah Ikatan Bidan Indonesia

Kegiatan ini dilaksanakan di 6 provinsi, yaitu : a. Provinsi Bengkulu

Jumlah Peserta 30 orang, berasal dari :

Provinsi Bengkulu Kota Bengkulu Kabupaten Bengkulu Selatan Kabupaten Bengkulu Utara

Kabupaten Seluma Kabupaten Muko-muko Kabupaten Kaur

b. Provinsi Gorontalo Jumlah Peserta 36 orang, berasal dari :

Provinsi Gorontalo Kota Gorontalo Kabupaten Gorontalo Kabupaten Bone Bolango Kabupaten Gorontalo Utara

Kabupaten Boalemo Kabupaten Pohuwato

c. Provinsi Kalimantan Tengah Peserta berasal dari Provinsi Kalimantan Tengah dan seluruh kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Tengah.

d. Provinsi Nusa Tenggara Barat Jumlah peserta 36 orang berasal dari : Provinsi NTB

Kabupaten Lombok Utara Kabupaten Dompu

Kabupaten Sumbawa Kabupaten Sumbawa Barat Kabupaten Lombok Timur Kabupaten Bima

60

e. Provinsi Sulawesi Tenggara Jumlah peserta 33 orang, berasal dari :

Provinsi Sulawesi Tenggara Kabupaten Muna

Kabupaten Kolaka Utara Kabupaten Bombana Kabupaten Wakatobi Kabupaten Konawe Selatan Kabupaten Konawe Utara

2. Pelatihan Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM)

Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) adalah paket intervensi minimum yang diperlukan unutk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan reproduksi pada situasi bencana. Tujuan pelatihan ini adalah meningkatkan kapasitas petugas kesehatan dalam menangani masalah kesehatan reproduksi dalam kejadian krisis kesehatan dengan melakukan Paket Pelayanan Awal Minimum. Pada tahun 2012 pelatihan PPAM ini dilaksanakan sebanyak 3 kali, yaitu : 1. Regional Kalimantan Selatan

Dilaksanakan di Banjarmasin, pada tanggal 26 – 30 November 2012. Narasumber dan fasilitator dari Direktorat Bina Kesehatan Ibu dan Ousat Penanggulangan Krisis Kesehatan Peserta pelatihan ini berjumlah 37 orang, berasal dari :

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Direktorat Bina Kesehatan Ibu Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Laut Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Dinas Kesehatan Kota Palangkaraya

Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Utara Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Kartanegara Dinas Kesehatan Kota Samarinda

2. Regional Sulawesi Selatan Dilaksanakan di Makassar pada tanggal 25 – 29 September 2012 Narasumber dan fasilitator berasal dari Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan dan Ikatan Bidan Indonesia Peserta pelatihan ini berjumlah 40 orang, berasal dari :

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Direktorat Bina Kesehatan Ibu UNFPA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

61

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Dinas Kesehatan Kabupaten Mamasa Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju Utara

3. Provinsi Gorontalo Dilaksanakan di Gorontalo dengan jumlah peserta 30 orang berasal dari 6 kabupaten/kota di Provinsi Gorontalo.

3. Sosialisasi dan advokasi pelayanan kesehatan reproduksi pada situasi darurat Dilakukan di 7 provinsi , yaitu : a. Provinsi Sumatera Utara

Kabupaten Nias Kabupaten Nias Selatan

b. Provinsi Sulawesi Barat

Kabupaten Mamasa Kabupaten Mamuju Utara

c. Provinsi Aceh d. Provinsi Sumatera Selatan e. Provinsi Lampung f. Provinsi Sulawesi Utara g. Provinsi Papua Barat

Tabel 4.5 Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Penanggulangan Krisis

Kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Kesehatan Ibu Selama Tahun 2012

No Jenis Kegiatan Asal Peserta Jumlah Peserta

1 Peningkatan Kapasitas Pengelola Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Situasi Darurat di 5 Provinsi.

6 Provinsi 30 Kabupaten/Kota

Total 288 orang

2 Pelatihan PPAM Regional Kalimantan Selatan

3 Provinsi 7 Kabupaten/Kota

37 orang

3 Pelatihan PPAM Regional Sulawesi Selatan

2 Provinsi 2 Kabupaten UNFPA

40 orang

4 Sosialisasi dan advokasi pelayanan kesehatan reproduksi pada situasi darurat

2 Provinsi (Sumut dan Sulbar) 4 Kabupaten (Nias, Nias Selatan, Mamasa, dan Mamuju Utara)

60 orang

62

5 Peningkatan kapasitas pengelola pelayanan kesehatan reproduksi pada situasi darurat di Provinsi Kalimantan Tengah (2 kali). (Dana Dekonsentrasi)

Provinsi Kalimantan Tengah Seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah

33 orang

6 Sosialisasi dan orientasi pelayanan kesehatan reproduksi pada situasi darurat diProvinsi Aceh, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Utara, dan Papua Barat. (dana Dekonsentrasi)

5 Provinsi (Aceh, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Utara, Papua Barat)

Aceh: 44 orang Sumsel: 38 orang

Lampung: 25 orang

Sulut: 35 orang Papua barat: 25

orang

7 Pelatihan PPAMkesehatan reproduksi di Provinsi Gorontalo. (Dana Dekonsentrasi)

Provinsi Gorontalo Seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo (6 Kabupaten/Kota)

30 orang

63

Gambar 4.17 Kegiatan Pelatihan Paket Pelayanan Awal Minumum (PPAM)

64

Gambar 4.18 Kegiatan Pelatihan Paket Pelayanan Awal Minumum (PPAM)

4.1.2.9 Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan hanya melakukan 1 kegiatan peningkatan kapasitas SDM selama tahun 2012, yaitu Peningkatan Kinerja SDM Pengelola Obat di Instalasi Farmasi Pusat dengan peserta pelatihan berjumlah 26 orang yang merupakan para pengelola kefarmasian di unit-unit Kementerian Kesehatan. 4.1.2.10 Pusat Kedokteran Kesehatan (Pusdokkes) POLRI Pusdokkes POLRI merupakan unit lintas sektor yang selalu bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan.

Peran Pusdokkes POLRI ini sangat terlihat dalam hal identifikasi korban meninggal pada kejadian seperti kecelakaan transportasi (darat, udara, laut) dan ledakan bom. Proses identifikasi korban meninggal ini dilakukan oleh unit Disaster Victim Investigation (DVI) yang berada dalam Pusdokkes POLRI. Salah satu peran Pusdokkes POLRI/DVI yang terlihat jelas pada tahun 2012 adalah pada proses indentifikasi korban meninggal pada kejadian jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100 di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat. Selama tahun 2012 Pusdokkes POLRI banyak melakukan kegiatan peningkatan SDM nya, terutama SDM unit DVI. Kegiatan yang dilakukan antara lain berupa :

65

1. Pelatihan-pelatihan DVI, baik tingkat nasional dan internasional 2. Konferensi/kongres/pertemuan Internasional dalam hal DVI 3. Sosialisasi program-program DVI ke beberapa provinsi di Indonesia

Tabel 4.6 Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Penanggulangan Krisis

Kesehatan yang dilakukan oleh Pusdokkes POLRI Selama Tahun 2012

No

Jenis Kegiatan Tempat Pelaksanaa

n

Waktu Pelaksanaa

n

Skala Kegiatan

Jumlah Pesert

a

1 5thInternational Dental DVI Management and Forensic Dentistry Course, JCLEC.

Semarang, Jawa Tengah

10 – 27 Juli 2012

Internasional

20 orang

2 6thInternational DVIMortuary Management Course, JCLEC

Semarang, Jawa Tengah

17 – 28 September

2012

Internasional

20 orang

3 1stInternational DVIBasic Training for Mobile Brigade, JCLEC

Semarang, Jawa Tengah

17 – 28 September

2012

Internasional

20 orang

4 4thInternational DVICommander Workshop, JCLEC

Semarang, Jawa Tengah

17 – 28 September

2012

Internasional

20 orang

5 4thInternational DVI Course for DVI Province Commander and Interdepartmental Institution, JCLEC

Semarang, Jawa Tengah

8 – 19 Oktober 2012

Internasional

20 orang

6 Sosialisasi DVIPolda DI Yogyakarta

Yogyakarta 19 – 21 November

2012

Nasional 75 orang

7 Sosialisasi DVIPolda Kalimantan Timur

Kalimantan Timur

27 – 29 November

2012

Nasional 75 orang

66

8 Sosialisasi DVIPolda Kalimantan Barat

Pontianak, Kalimantan

Barat

10 – 12 Desember

2012

Nasional 75 orang

4.1.3 Pertemuan Koordinasi

Upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat lakukan secara

optimal apabila seluruh program dan kegiatan dilaksanakan dengan cara

berintegrasi serta berkoordinasi baik lintas program maupun lintas sektor. Pada

tahun 2012, Kementerian Kesehatan telah menyelenggarakan 19 kali

pertemuan koordinasi.

Tabel 4.7

Pertemuan Koordinasi Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan yang Diselenggarakan Unit-unit Kemenkes pada Tahun 2012

No Unit Organisasi Kegiatan Peserta

1

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan (PPKK)

Rapat Evaluasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Tahun 2011 dan Koordinasi Kesiapsiagaan menghadapi Krisis Kesehatan Tahun 2012

9 unit LP

6 unit LS 3 RS Vertikal 3 Dinkes Provinsi Media cetak &

elektronik

Pertemuan Evaluasi Upaya Tanggap Darurat dan Pemulihan Krisis Kesehatan

55 orang

PPKK 9 PPK Regional 2 PPK Sub

Regional

3 unit LP 2 KKP 1 BTKL 1 RS Jiwa Vertikal

2 Dinkes Kabupaten

2 Dinkes Kota

9 RSUD 1 RS Swasta 1 unit LS

67

No Unit Organisasi Kegiatan Peserta

(Basarnas)

Pertemuan Evaluasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Jatuhnya Pesawat Sukhoi SSJ 100

PPKK

DVI Pusdokkes POLRI

Dinkes Kab. Bogor

Dinkes Prov. DKI Jakartta

Dinkes Prov. Jawa Barat

Persiapan Pelembagaan Pusat Penanggulangan Krisis Regional

PPKK Biro Hukum &

Organisasi

Pertemuan lintas program dan lintas sektor dalam penanggulangan krisis kesehatan

PPKK 9 PPK Regional 2 PPK Sub Regional 33 Dinkes Provinsi

Balitbangkes WHO BNPB Bapeten BNPT

Kemensos Poltekkes FKM UI RS Vertikal RSUD Fakultas

Kedokteran PMI

MPBI Kompas

Rapat Koordinasi Teknis PPK Regional dan Sub Regional di Bukittinggi dan Bogor

PPKK 9 PPK Regional

2 PPK Sub Regional

Pertemuan kesiapsiagaan Gn Lokon, Rokatenda, Banjir DKI

PPKK Dinkes Provinsi Dinkes Kab/Kota

68

No Unit Organisasi Kegiatan Peserta

Workshop Implementasi dan Pengembangan Sistem Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan

PPKK PPK Regional/Sub

Regional

WHO Pusdokkes POLRI PMI Univ. Sumatera

Utara IKABI

Jasa raharja ARVI POGI Dit.Bina

Keperawatan

Dit. Kesehatan Jiwa Dit. Kesehatan

Kerja

Dit. Gizi Dit. Kesehatan Ibu

Dit. Obat Publik Dit. PL Dit. Sepimkesma

2 DVI Pusdokkes POLRI Rapat evaluasi Operasi Sukhoi di PPK Kemenkes

DVI Pusdokkes POLRI

PPKK Dinkes Kab. Bogor Dinkes Prov. DKI

Jakartta

Dinkes Prov. Jawa Barat

3 Direktorat Bina Kesehatan Ibu

Pertemuan koordinasi kesehatan reproduksi tingkat pusat. (2 kali)

PPKK

subdit AIDS

Direktorat Anak

IBI

UNFPA

Kementerian Pemberdayaan Perempuan &Perlindungan Anak (KNPP&PA), BKKBN, POGI.

69

No Unit Organisasi Kegiatan Peserta

4

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang

Membuat jejaring kerja pengendalian vektor (dalam rangka pembuatan Draft Baku Mutu vektor dan Binatang pengganggu)

5

Direktorat Penyehatan Lingkungan

Rapat koordinasi dengan lintas program terkait persiapan penanggulangan bencana

Sosialisasi advokasi penanggulangan bencana dan kedaruratan

Rapat koordinasi LS & LP terkait pengendalian risiko makanan menjelang arus mudik

Advokasi dan sosialisasi pengendalian risiko makanan pada situasi darurat

6

Direktorat Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra

Rapat Koordinasi Pokja Bencana Bidang PP dan PL

Rapat Koordinasi Kesiapsiagaan Mudik Lebaran 2012, Mudik Natal 2012 dan Tahun Baru 2013

Rapat Koordinasi Kesiapsiagaan Bidang PP dan PL Sail Morotai 2012

Penyusunan Pedoman Penaggulangan Keadaan darurat Bidang Kesehatan Pada Kecelakaan Pesawat Udara di Bandar Udara

7

Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

Rapat konsultasi teknis obat publik dan perbekalan kesehatan

Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota

8 Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Rapat Koordinasi SPGDT 2

Dinas kesehatan Provinsi, RS vertikal RS daerah, ARVI, ARSADA, Telkom

9 Emergency and Humanitarian Action Unit

Pertemuan Kluster Kesehatan Dalam Kesiapsiagaan Bencana

20 organisasi 39 orang

70

No Unit Organisasi Kegiatan Peserta

(EHA) WHO

Gambar 4.19

Kegiatan Workshop Implementasi dan Pengembangan Sistem Penanganan

Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan

71

Gambar 4.20

Rapat Evaluasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Tahun 2011 dan Koordinasi

Kesiapsiagaan menghadapi Krisis Kesehatan Tahun 2012

4.1.4 Penguatan Kerjasama

Dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana sangat

diperlukan penguatan kerjasama lintas program maupun lintas sektor.

Kerjasama pada masa pra krisis selama tahun 2012 adalah :

Tabel 4.8

Kerjasama Lintas Program, Lintas Sektor dan Internasional

No Unit Organisasi Instansi Terkait

Bentuk Kerjasama

1 Direktorat Bina Kesehatan Ibu UNFPA

Pelatihan PPAM Penyediaan

Reproductive Health Kit, Individual kits

Dukungan teknis dan manajemen

72

No Unit Organisasi Instansi Terkait

Bentuk Kerjasama

2

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Pertahanan

Kerjasama dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana

3

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang

Universitas, Swasta Pertemuan Komisi Ahli Pengendalian Vektor

4 Direktorat Penyehatan Lingkungan

Dit. SIMKAR dan KESMA, Dit. P2B2, Dit. P2ML, Dit. PPTM

Koordinasi dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan/darurat (pra, Saat, pasca) dan situasi khusus

Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kab/Kota Perguruan tinggi

Pembinaan dan Narasumber

5

Direktorat Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra

POSSI, Promkes, Dit. Kesja dan Olahraga, Dit. Pengobatan Tradisional dan Komplementer, PERDOKLA, Kementerian Kelautan dan Perikanan

Jejaring Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik

Diskes AU, Perdospi, LAKESPRA, Angkasa Pura, Maskapai, Ditjen Perhub. Udara, Otban, KKP, Balai Kes. Penerbangan

Jejaring Kesehatan Penerbangan

PPKK, Dinkes Prov, Jejaring Pokja Bencana

73

No Unit Organisasi Instansi Terkait

Bentuk Kerjasama

KKP, BBTKL-PP, Dit. PL, Dit. PTM, Dit. P2ML, Dit. P2B2

PP dan PL

PPKK, Pusdatin, Promkes, Puskomlik, Korlantas, Pusdokkes, DLLAJ, Jasa Raharja, Dit. PL, Dit PPTM, Dinkes Prov, Kab/ Kota, KKP, B/BTKL-PP

Jejaring Kerja Kesehatan Situasi Khusus

5

Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan

PT. Telkom Dukungan teknis untuk call center 119 untuk SPGDT

Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota

Penguatan call center di daerah

6

Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

CHAI (Community Health Pharmacy International)

Dukungan Teknis dan Manajemen

7

Emergency and Humanitarian Action Unit (EHA)

WHO

Konsultasi Regional Terhadap Pedoman Keamanan Fasilitas Kesehatan Terkait dengan Bencana Air

1. Dukungan Teknis

2. Dukungan Pendanaan

Fasilitasi Kunjungan Ke Kobe Center Jepang

Fasilitasi Kegiatan Konsultasi Regional Dalam Penanggulangan Bencana Di Sektor Kesehatan, Bangkok, Thailand

Dukungan untuk pelaksanaan Workshop

74

No Unit Organisasi Instansi Terkait

Bentuk Kerjasama

Penguatan Kesiapsiagaan Tanggap Darurat Rumah Sakit melalui Peningkatan SPGDT dan Sistem Akreditasi Rumah Sakit

Fasilitasi Kegiatan Pertemuan Regional Asia Tenggara Dalam Pendanaan Tanggap Darurat Kesehatan

Fasilitasi Proses Pembentukan Pusat Kolaborasi WHO (WHO Collaborating Center) Untuk Pelatihan dan Penelitian Dalam Bidang Pengurangan Resiko Bencana

75

Gambar 4.21

Penandatangan Kerjasama Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat

Bencana antara PPKK dan Kementerian Pertahanan

4.1.5 Pemetaan Kesiapsiagaan

Untuk mempercepat pengambilan keputusan dalam upaya

penanggulangan krisis kesehatan, diperlukan peta kekuatan sumber

daya kesehatan dan kerentanan setiap wilayah di Indonesia yang

didapat melalui kegiatan pemetaan kesiapsiagaan penanggulangan krisis

kesehatan.

Pada tahun 2012 pemetaan kesiapsiagaan dilaksanakan oleh Pusat

Penanggulangan Krisis Kesehatan dan Direktorat Pengendalian Penyakit

Bersumber Binatang .

76

Tabel.4.9

Kegiatan Pemetaan Kesiapsiagaan

NO Jenis Pemetaan Unit Pelaksana Lokasi

1 Pemetaan Kesiapsiagaan Kabupaten/Kota Rawan Bencana

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

20 Provinsi 75 Kabupaten

15 Kota

2 Pemetaan Vektor

Penyakit

Direktorat

Pengendalian Penyakit

Bersumber Binatang

Pasir Ganting-

Sumatera Barat,

Kalimantan Timur,

NTT

Gambar 4.22

Kegiatan Pemetaan Kesiapsiagaan Kabupaten/Kota Rawan Bencana

4.1.6 Kegiatan Kesiapsiagan Pada Situasi Khusus

Situasi khusus merupakan kegiatan berskala besar yang melibatkan banyak

orang dan memiliki kerentanan serta risiko terjadinya krisis kesehatan.

Kegiatan Kesiapsiagaan Pada Situasi Khusus yang dilaksanakan oleh

Kementerian Kesehatan selama tahun 2012 antara lain; Sail Morotai, Pekan

Olah Raga Nasional Ke XVIII, Mudik Lebaran dan beberapa Kejadian Luar Biasa

77

penyakit bersumber binatang (misalnya,Tomcat, Malaria, Demam Berdarah

Dengue dan Chikungunya). Unit di Kementerian Kesehatan yang melaksanakan

Kesiapsiagaan Pada Situasi Khusus, antara lain; Pusat Penanggulangan Krisis

Kesehatan, Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Direktorat

Penyehatan Lingkungan, Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan, Direktorat

Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan dan Direktorat Surveilans

Epidemiologi, Imunisasi, Karantina Kesehatan dan Kesehtan Matra.

Tabel 4.10 Kegiatan Kesiapsiagaan pada Situasi Khusus yang dilakukan oleh

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan pada tahun 2012

No Jenis Situasi Khusus Waktu dan

Tempat Kegiatan

1 Sail Morotai Pulau Morotai & Kota Ternate Provinsi Maluku

mobilisasi fasilitas

kesehatan RS

lapangan

Penyelenggaraan

Geladi

Penyusunan

Rencana

Kontinjensi

Gambar 4.23

78

Penyiapan Rumah Sakit Lapangan Pada Kegiatan Sail Morotai

Gambar 4.24

Penyiapan Rumah Sakit Lapangan Pada Kegiatan Sail Morotai

Tabel 4.10

Kegiatan Kesiapsiagaan pada Situasi Khusus yang dlakukan oleh

Direktorat Jenderal P2PL pada tahun 2012

No Jenis Situasi

Khusus Waktu dan

Tempat Kegiatan

1 Pekan Olah Raga Nasional

Agustus 2012, Provinsi Riau

Koordinasi dengan Dinkes Prov, KKP Pekanbaru; Assessment persiapan pelaksanaan PON; Aktivasi Pos Kesehatan oleh KKP Pekanbaru; dukungan Logistik

2. Sail Morotai 2012 Februari – Agustus 2012

Rapat Koordinasi dengan LP dan LS terkait di Jakarta

79

Maret 2012 Pengambilan sampel kualitas air minum oleh KKP kelas III Ternate

Maret 2012 Survei awal bid. PP dan PL, termasuk survey vektor, penyakit, dan kesling

Juni 2012 dan Agustus 2012

Rapat Koordinasi Bid. PP dan PL di Morotai dan di Ternate

Minggu III - IV Agustus

Mapping Homestay, Pengambilan dan pengujian kualitas air minum oleh BTKL- PP Manado dan Dinkes Kab. Morotai

Minggu II – III Juli dan Minggu III – IV Agustus 2012

Penyemprotan venues oleh Dinkes Kab. Morotai didukung oleh KKP Kelas III Ternate

4 Mudik Lebaran 2012

Jakarta, Juni 2012

Rapat Koordinasi Kesiapsiagaan Mudik Lebaran 2012

Jakarta, 9 Agustus 2012

Apel Siaga Mudik Lebaran Bid. Kesehatan

Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Batam, Banjarbaru (Agustus 2012)

Pemeriksaan sampel makanan, minuman di Rumah Makan, Terminal, Bandara, dan TTU lainnya oleh BBTKL-PP

Jakarta, Manado, Yogyakarta, Surabaya, Palembang, (Agustus 2012)

Pemeriksaan FR kesehatan pengemudi (TD, alkohol, amphetamine, GD) oleh Dt. PPTM, BBTKL-PP, dan Dinkes Prov

80

Gambar 4.25

Rapat Koordinasi Bidang PP & PL Pada Kegiatan Sail Morotai

Gambar 4.26

Pelepasan Tim Kesehatan Mudik Lebaran Tahun 2012 oleh Menteri

Kesehatan

81

Tabel 4.11 Kegiatan Kesiapsiagaan pada Situasi Khusus yang dilakukan oleh Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang

pada tahun 2012

No Jenis Situasi Khusus Waktu dan

Tempat Kegiatan

1

Sail Morotai 2012

Pulau Morotai, Juni 2012

Koordinasi dengan Dinkes Propinsi dan Kabupaten, KKP, Puskesmas

Mapping breeding places DBD, Malaria dan Culicoides (agas).

Pengamatan lingkungan Breeding places,

Survei penangkapan nyamuk dewasa Anopheles, culex dan Agas

Fogging 1 – 2 minggu sebelum pelaksanaan Sail Morotai 2012.

Penyemprotan IRS sebelum pelaksanaan Sail Morotai 2012.

2

Pengendalian wabah Pederus sp. (Tomcat)

Surabaya, Maret 2012

Pengendalian Populasi Paederus sp. di permukiman.

Standarisasi tatalaksana kasus akibat investasi

Paederus sp.

3 KLB cikungunya

Kecamatan Gandapura, Kabupaten Bireun – Propinsi NAD /7-12 Februari2012

Survey vektor (jentik) di genangan air

Menghitung House Index (HI), Container Index (CI), ANJ

82

4 KLB DBD

Desa Nagari Pasir Ganting, Kecamatan Pancung Kabupaten Pesisir Selatan, Propinsi Sumbar / 23-28 April 2012

Mengidentifikasi wilayah penyebaran kasus

Survei faktor resiko(breeding places dan lingkungan vektor) terjadinya KLB

Identifikasi vektor Dinkes Kabupaten

Pesisir Selatan melakukan : Penyuluhan/sosialisasi, larvasidasi dan fogging.

Diagnosa kasus DBD diPuskesmas berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik.

5

Terjadinya peningkatan kepadatan populasi nyamuk

Kota Cirebon

- Survey vektor (nyamuk) malam hari

- Survey tempat perindukan potensial (survey jentik )dan lingkungan

- Larvasidasi menggunakan vectobac

6

Dalam rangka

mendukung

eliminasi malaria di

Kepulauan Seribu,

propinsi DKI

Jakarta.

Kepulauan Seribu, Propinsi DKI Jakarta / Oktober 2012

- Mapping vektor dengan cara survey tempat perkembangbiakan potensial vektor malaria

- Survei kondisi lingkungan tempat perindukan vektor malaria (mengukur parameter lingkungan)

83

Tabel 4.12 Kegiatan Kesiapsiagaan pada Situasi Khusus yang dilakukan

Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan pada tahun 2012

No Jenis Situasi Khusus Waktu dan

Tempat Kegiatan

1 Pekan Olah raga Nasional

Agustus 2012 Provinsi Riau

Mobilisasi Tim Kesehatan, Penyiapan Rumah Sakit Rujukan

2 Sail Morotai

Pulau Morotai (Kab. Kepulauan Morotai Provinsi Maluku Utara), bulan Agustus 2012

Mobilisasi Tim Kesehatan, Penyiapan Rumah Sakit Rujukan

Gambar 4.27

Kesiapsiagaan Pelayanan Kesehatan pada PON XVIII Riau 2012

84

Gambar 4.28

Fasilitas Kesehatan di Lokasi Venue PON XVIII Riau 2012

Tabel 4.13 Kegiatan Kesiapsiagaan pada Situasi Khusus yang dilakukan

Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan pada tahun 2012

No Jenis Situasi Khusus

Waktu dan Tempat

Kegiatan

1 Sail Morotai

Maluku Utara Dukungan obat dan perbekalan kesehatan

85

Tabel 4.14

Kegiatan Kesiapsiagaan pada Situasi Khusus yang dilakukan

Pusdokkes POLRI pada tahun 2012

No Jenis Situasi Khusus Tempat Pelaksanaan Kegiatan

1 Sail Morotai Pulau Morotai

Provinsi Maluku

Kesehatan Lapangan

DVI

Pelaksanaan Food

Security

2 Kesiapsiagaan dalam

situasi kontinjensi

Operasi Nusa Aman

4.1.7 Dukungan sarana, prasarana, logistik dan dana operasional

Kementerian Kesehatan pada tahun 2012 telah memobilisasi sarana, prasarana

dan logistik untuk kegiatan penanggulangan krisis kesehatan.

a. Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Mengirimkan bantuan dalam rangka penguatan 45 kabupaten/kota

dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana berupa

personal kit dan emergencykit serta alat pengolah data (laptop dan

modem).

N

O KEGIATAN Unit

Jumlah

1 50 Kab/Kota memiliki sarana

penunjang penanggulangan

krisis kesehatan

1. Emergency kit

2. Personal Kit

3. Alat Pengolah Data

@ 2 paket

@ 5 unit

@ 1 unit

100

250

50

2. Mengirimkan Tenda Pelayanan

Kesehatan ke 9 Regional dan

2 sub Regional

@ 15

165

86

Sarana penunjang penanggulangan krisis kesehatan meliputi :

- Emergency Kit (airway kit, diagnostic equipment, trauma kit, dan

bag pack)

- Personal Kit (backpack, sleeping bag, perlengkapan masak portable,

sepatu boot, ponco, raincoat, sarung tangan, kupluk, pisau lipat,

global positioning system, lampu kepala, senter dan matras);

- Alat Pengolah Data meliputi laptop dan modem yang diharapkan

dapat mempercepat akses informasi dari Kab/Kota wilayah bencana

Melengkapi sarana prasarana PPK Regional dan Sub Regional:

- Tenda, Vel bed dan Personal Kit untuk seluruh regional

- Emergency kit dan emergency tool di 7 regional

Pembangunan gudang kantor PPK Sub Regional Sumatera Barat

Penyediaan Alat Kesehatan RS Lapangan untuk Kementerian

Kesehatan

Memobilisasi logistik kesehatan untuk penanggulangan krisis

kesehatan

Memberikan dana operasional tanggap darurat penanggulangan krisis

kesehatan

Tabel 4.15

Logistik Yang Telah Dimobilisasi PPKK Pada Tahun 2012

No. Nama Barang Jumlah Bulan Tujuan Keterangan

1 MP-ASI 5 Ton Januari Dinkes Prov

KALBAR

Banjir dan perubahan

iklim

2 MP-ASI 2 Ton Januari Klinik Waluya Sejati abadi

3 MP-ASI 2 Ton Januari DPR PDIP Prov Jambi

4 MP-ASI 2 Ton Januari DPR PDIP

Prov Bengkulu

5 MP-ASI 2 Ton Januari DPR PDIP

Prov Banten

87

6 MP-ASI 2 Ton Januari

Kantor perwakilan

Maluku Utara Ternate

7 MP-ASI 2 Ton Januari DPR PDIP Prov Riau

8 MP-ASI 2 Ton Januari DPR PDIP

Prov JABAR

9 MP-ASI 2 Ton Januari DPR PDIP

Prov Lampung

10 MP-ASI 2 Ton Januari DPR PDIP Prov Bali

11 Masker 20000 lembar Januari Dinkes Prov

NTT

Gnung Lie Lewotolok

Kab Lembata

12 Velbet Life Jacket

100 6

buah buah

Januari

RCSM

13

Masker Tenda Yankes Velbet Polibag Kaporit

1000 2 5

5000 1

Buah Unit Buah

Lembar galon

Februari

Dinkes Prov Banten

Banjir

14 MP-ASI 10 Ton Februari Dinkes Prov

Banten

15 MP-ASI 5 Ton Februari Dinkes Prov

KALBAR

16 MP-ASI 7 Ton Februari Dinkes Prov

JATENG Kesiapsiagan

17 Topi Rompi

50 50

Buah buah

Februari BUK Dasar

18 MP-ASI 3 Ton Februari Dinkes Prov

DIY Kesiapsiagan

19 MP-ASI 4 Ton Februari Dinkes Prov

DIY

20 MP-ASI 4 Ton Februari Dinkes Prov

Bantul

21 MP-ASI 1 Ton Februari SUDINKES

22 MP-ASI 4 Ton Februari Dinkes Prov

JATENG

23 MP-ASI 3 Ton Februari Dinkes Prov

DIY

24 MP-ASI 15 Ton Februari Dinkes Prov

JATIM

25 MP-ASI 1,5 Ton Februari Dinkes Prov

Papua

88

26

Tenda Invatable

Kantong mayat Velbet

2 100 20

Unit Lembar buah

Februari Dinkes Prov

Papua

27

Perahu karet Mesin temple Tenda Yankes Velbet

1 1 1 10

Unit Unit Set

buah

Februari Dinkes Kab Ponorogo

28 Masker 20000 lembar Februari Dinkes Prov

SULUT

29 Abate Kaporit

10 10

Drum Drum

Maret Dinkes Kab

Belu

30 MP-ASI 10 Ton Maret Dinkes Prov

JATIM

31 Velbet 10 buah Maret Dinkes Prov

Aceh

32 MP-ASI 200 Dos Maret Dinkes Kan

Belu

33

Kantong mayat Masker MP-ASI Velbet

50 50000

1 50

Buah Lember

Ton Buah

Maret Dinkes Prov

JABAR

34 MP-ASI 3 Ton Maret Dinkes Kab Halmahera

Selatan

35 MP-ASI 3 Ton Maret Dinkes Kab Kebumen

36 MP-ASI 3 Ton Maret Dinkes Kab Majalengka

37 MP-ASI 2 Ton Maret Dinkes Kab

Maluku Tenggara

38 MP-ASI 2 Ton Maret Dinkes Kab

Lombok Timur

39 MP-ASI 3 Ton Maret Dinkes Kab Sumbawa

40 MP-ASI 3 Ton Maret Dinkes Kab

Sleman

41 MP-ASI 3 Ton Maret Dinkes Kab Waropen

42 Tenda Yankes Velbet

3 90

Unit buah

April Dinkes Prov

Maluku Utara

43 Kantong mayat 20 Buah April KKP kelas 1

SOEHAT

89

44 Rompi + topi Masker

150 10000

Buah lembar

Mei Dinkes Prov

SULUT

45 Sepatu boot Velbet Tenda Yankes

50 6 3

Pasang Buah unit

Mei Dinkes Prov

Aceh

46 Masker 20000 buah Mei Dinkes Prov

SULUT

47

Perahu karet Motor temple Kantong mayat Tenda yankes Masker Velbet

4 4

150 2

2000 25

Set Unit

Lembar Set

Buah buah

Juni Bupati Kab Paser Prov

KALTIM

48 Hygiene kit Bumil kit Built kit

300 50 50

Paket Paket paket

Juni Dinkes Prov Papua Barat

Kebakaran di Kab Sorong

49 Velbet 10 buah Juli Dinkes Prov SULTENG

50 Perahu karet Motor temple Tenda yankes

2 2 2

Set Unit Set

Agustus Dinkes Kab

Tulang Bawang

51 Perahu karet Rompi

1 20

Set buah

November Dinkes Kota

Mataram

52

Kantong mayat Dewasa

Kantong mayat Anak

40

10

Buah

Buah

November RSCM

53 Perahu karet Tenda yankes

2 1

Set Set

Desember Bupati Kab

Mesuji

54 Perahu Karet 2 Set Desember Dinkes Prov Kepulauan

BABEL

90

Tabel 4.16

Bantuan Dana Operasional Tanggap Darurat

Penanggulangan Krisis Kesehatan

Selama Tahun 2012

NO JENIS

BENCANA

PROVINSI JUMLAH RINCIAN JUMLAH

1 Peningkatan

Aktivitas

Gunung Ijen

Jawa Timur Rp.76.500.000 Dinkes Kab.

Banyuwangi

Rp.19.987.500,-

Dinkes

Kab.Bondowoso

Rp.21.600.000,-

Dinkes Kab.

Situbondo

Rp. 7.312.500,-

Dinkes Provinsi

Jawa Timur

Rp.27.600.000,-

2 Banjir Bandang

dan Angin

Puting Beliung

Nusa

Tenggara

Barat

Rp. 55.431.000 Dinkes Kab.

Sumbawa

Rp.18.391.000,-

Dinkes Kab.

Dompu

Rp. 4.000.000,-

Dinkes Kab.

Lombok Utara

Rp. 3.000.000,-

Dinkes Provinsi

NTB

Rp.30.040.000,-

3 Banjir Sumatera

Barat

Rp.56.025.000,- Dinkes Kab.

Pasaman

Rp.56.025.000,-

4 Banjir Bandang Aceh Rp. 16.000.000 Dinkes Kab.

Pidie

Rp.13.000.000,-

Dinkes Provinsi

Aceh

Rp. 3.000.000,-

5 Banjir Jawa Timur Rp.17.720.000,- Dinkes

Kab. Blitar

Rp.4.000.000,-

91

Dinkes

Kab. Pasuruan

Rp. 6.380.000,-

Dinkes Kab.

Probolinggo

Rp. 4.000.000,-

Dinkes

Kab. Jember

Rp. 1.340.000,-

PPK Regional

Jawa Timur

Rp. 2.000.000,-

6 Peningkatan

aktivitas

Gunung Semeru

Jawa Timur Rp.12.725.000 Dinkes Kab.

Lumajang

Rp. 8.125.000,-

Dinkes Provinsi

Jawa Timur

Rp. 4.600.000,-

7 Konflik Sosial Kab.

Tolikara

Papua

Rp.

48.900.000,-

Dinkes

Provinsi Papua

Rp.48.900.000,-

8 Banjir Bandang Aceh Rp. 5.750.000,- Dinkes

Kab. Pidie

Rp. 5.750.000,-

9 Banjir Bandang Sumatera

Utara

Rp.12.600.000,- Dinkes Kab.

Mandailing

Natal

Rp.12.600.000,-

10 Banjir Nusa

Tenggara

Barat

Rp.34.940.000 Dinkes Kab.

Lombok Timur

Rp.15.000.000,-

Dinkes Kab.

Sumbawa

Rp. 5.400.000,-

Dinkes Provinsi

NTB

Rp.14.540.000,-

11 Banjir Bandang Aceh Rp.26.300.000,- Dinkes Kab.

Aceh Tenggara

Rp.26.300.000,-

12 Kecelakaan

Transportasi

Jawa Barat Rp.49.120.000 Dinkes

Kab. Bogor

Rp.49.120.000

92

Pesawat Sukhoi

13 Kegiatan Pasific

Partnership

Sulawesi

Utara

Rp.36.910.000,- Dinkes Prov.

Sulawesi Utara

Rp.36.910.000,-

14 Bantuan Dana

Operasional DVI

Jawa Timur Rp.107.507.400 POLDA

Jawa Timur

Rp.107.507.400

15 Bantuan

Operasional

Pertemuan

Konsolidasi Tim

Penanggulangan

Krisis Kesehatan

Aceh

Aceh Rp.16.000.000 Dinkes Provinsi

Aceh

Rp.16.000.000

16 Banjir Bandang Sumatera

Barat

Rp.61.437.500 Dinkes Prov.

Sumatera Barat

Rp.61.437.500

17 Banjir Bandang

dan Tanah

Longsor

Maluku Rp. 77.000.000 Dinkes Provinsi

Maluku

Rp. 77.000.000

18 Gempa Bumi Sulawesi

Tengah,

Kab. Parigi

Moutong

Rp.86.517.500 Dinkes Provinsi

Sulawesi

Tengah

Rp.86.517.500

19 Banjir Bandang Gorontalo,

Kab. Bone

Bolango

Rp.19.720.000 Dinkes Provinsi

Gorontalo

Rp.19.720.000

20 Banjir Bandang Aceh, Kab.

Aceh

Tenggara

Rp.21.190.000 Dinkes Provinsi

Aceh

Rp.21.190.000

21 Banjir Bandang Sulawesi

Tengah,

Kab. Parigi

Rp.66.595.000 Dinkes Provinsi

Sulawesi

Tengah

Rp.66.595.000

93

Moutong

22 Konflik Sosial NTB, Kab.

Bima

Rp.42.696.000 Dinkes Provinsi

NTB

Rp.42.696.000

23 Kecelakaan

Industri dan

Kabut Asap

Sumatera

Selatan

Rp.17.160.000 Dinkes Prov.

Sumatera

Selatan

Rp.12.240.000,-

,

Dinkes Kab.

Musi Banyuasin

Rp. 2.940.000,-

Dinkes Kab.

Ogan Ilir

Rp. 330.000,-,

Dinkes Kab.

Ogan Komering

Ilir

Rp. 330.000,-

Dinkes

Kab. Banyuasin

Rp. 440.000,-

Dinkes Kab.

Prabumulih

Rp. 440.000,-

Dinkes Kota

Palembang

Rp. 440.000,-

24 Banjir Aceh Rp.22.660.000 Dinkes Kab.

Aceh Singkil

Rp.22.660.000

25 Konflik Sosial Lampung Rp.76.987.500 Dinkes Kab.

Lampung

Selatan

Rp.76.987.500

26 Peningkatan

Aktivitas

Gunung Raung

Jawa Timur Rp.116.495.000 PPK Regional

Jawa Timur

Rp.116.495.000

27 Peningkatan

Aktivitas

Gunung

Nusa

Tenggara

Timur

Rp.153.535.000 Dinkes Provinsi

NTT

Rp.153.535.000

94

Rokatenda

28 Bantuan

Operasional

Pelatihan

Penanggulangan

Kegawatan

Dampak Akibat

Gunung Meletus

Sumatera

Barat

Rp.122.237.000 Dinkes Provinsi

Sumatera Barat

Rp.122.237.000

b. Direktorat Bina Gizi

Dukungan logistik yang diberikan oleh Direktorat Bina Gizi dalam

pelaksanaan upaya penanggulangan krisis kesehatan adalah dengan

memobilisasi MP ASI. Mobilisasi MP ASI dilakukan baik pada tahap pra

krisis sebagai bufferstock di PPK Regional, maupun pada tahap tanggap

darurat untuk memenuhi kebutuhan MP ASI di Dinas Kesehatan

Provinsi/Kabupaten/Kota yang mengalami kejadian krisis kesehatan untuk

selanjutnya didistribusikan ke lokasi-lokasi pengungsian.

Tabel 4.17

Logistik Yang Telah Dimobilisasi

Direktorat Bina Gizi Pada Tahun 2012

No Nama Barang

Jumlah Tujuan

1

MP-ASI biskuit untuk baduta*) 320.794 kg

27 propinsi, aksi sosial dan luar negeri (Filipina) *)

95

2

Antropometri Kit (alat ukur panjang badan, tinggi badan, timbangan Dacin, pita LILA)*) 740 Set

33 provinsi

Ket : *) Daftar distribusi terlampir

Tabel 4.18 Distribusi MP-ASI Tahun 2012

No. Provinsi Jumlah MP-ASI (Kg)

1 Sumut 3,000

2 Sumbar 7,500

3 Riau 2,000

4 Jambi 2,000

5 Bengkulu 2,000

6 Lampung 2,000

7 DKI Jakarta 9,335

8 Jabar 26,378

9 Jateng 43,081

10 DI Yogyakarta 19,000

11 Jatim 37,000

12 Banten 32,000

13 Bali 2,000

14 NTB 24,000

15 NTT 19,000

16 Kalbar 7,000

17 Kalsel 17,000

18 Kaltim 2,000

19 Sulut 6,000

20 Sulteng 5,000

21 Sulsel 4,000

22 Sultra 7,000

23 Gorontalo 5,000

24 Maluku 5,000

25 Malut 14,500

26 Papua Barat 1,000

27 Papua 7,000

Aksi Sosial 5,000

Luar Negeri (Filipina) 5,000

Jumlah 320,794

96

c. Direktorat Bina Kesehatan Ibu

Direktorat Bina Kesehatan Ibu memobilisasi logistik berupa kit-kit/peralatan

kesehatan reproduksi yang digunakan oleh ibu hamil, ibu bersalin, bayi dan

wanita usia subur.

Logistik kesehatan reproduksi tersebut dimobilisasi ke Dinas Kesehatan

Provinsi/Kabupaten/Kota yang mengalami kejadian krisis kesehatan untuk

selanjutnya didistribusikan ke lokasi-lokasi pengungsian.

Tabel 4.19 Logistik Yang Telah Dimobilisasi

Direktorat Bina Kesehatan Ibu Pada Tahun 2012

No Jenis

Logistik

Jumlah Tujuan

1 Kit Ibu Hamil 283 set Jawa Barat

Sumatera Barat

Nusa Tenggara Barat

Gorontalo

Bengkulu

Banten (Pandeglang)

Kalimantan Selatan

2 Kit Ibu Bersalin 283 set

3 Kit Bayi 160 set

4 Kit Higienis 1.173

set

d. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Direktorat Jenderal P2PL memobilisasi logistik untuk keperluan sanitasi

lingkungan dan penyediaan air bersih pada situasi darurat. Unit yang

melakukan mobilisasi logistik sanitasi lingkungan dan penyediaan air bersih

di Direktorat Jenderal P2PL adalah Direktorat Penyehatan Lingkungan dan

Direktorat Surveilans Epidemiologi, Imunisasi dan Kesehatan Matra.

Untuk keperluan bufferstock di Dinas Kesehatan Provinsi dan PPK Regional,

Direktorat Jenderal P2PL memobilisasi beberapa jenis logistik diantaranya:

97

repellent lalat, repellent nyamuk, kaporit, insektisida lalat, polybag sampah,

masker, mesin fogging, mist blower, sarung tangan, jerigen air bersih,

penyemprot lalat/nyamuk, lysol dan sepatu boot, serta air rahmat, penjernih

air cepat (PAC) dan aquatab.

Gambar 4.28

Penyerahan Simbolis Bantuan Logistik PP & PL kepada Dinkes Kab. Morotai

Tabel 4.20 Logistik Yang Telah Dimobilisasi Direktorat Jenderal P2PL

Pada Tahun 2012

NO TUJUAN JENIS LOGISTIK JUMLAH KET

1

Dinkes Prov. Jawa Timur

Hygene kit 200 set Desember 2012, Kesiapsiagaan banjir wilayah Jawa Timur

Repellent Lalat 3 dus

PAC 1500 sacet

Aquatab 3000 tablet

Kaporit 75 Kg

Air Rahmat 40 dus

Jerigen air bersih 20 buah

Insektisida lalat 10 liter

Polybag sampah

1500 buah

98

2

Dinkes Kab Garut

Masker non kain 2000 buah

Februarai 2012, Kesiapsiagaan Erupsi G. Galunggung

PAC 1000 sacet

Air Rahmat 120 botol

Insektisida lalat 10 liter

Insektisida lalat 10 liter

Insektisida nyamuk 10 liter

Repellent lalat 2 dus

Polybag sampah 1000 buah

Emergency kit 2 set

3

Dinkes Kab. Tasikmalaya

Masker non kain 1000 buah

Februarai 2012 Kesiapsiagaan Erupsi G. Galunggung

PAC 1500 sachet

Hygiene kit 70 set

Kaporit 30 kg

Insektisida lalat 10 liter

Insktisda nyamuk 20 liter

Repellent lalat 3 dus

Polybag sampah 1500 buah

Emergency kit 2 set

4

Dinkes Prov. Riau

Kelambu Malaria 75 buah Kesiapsiagaan PON XXVI, Juni 2012

Polybag sampah 1500 buah

Replant Lalat 5 dus

Penyemprot lalat 2 buah

Emergency kit 2 set

5

Dinkes Kab. Pulau Morotai

Larvasida 50 kg Juni 2013, Kesiapsiagaan Sail Morotai

Kelambu 500 buah

PAC 1000 sacet

Aquatab 1000 tablet

Polybag sampah 1500

99

buah

Insektisida lalat 10 liter

Air rahmat 240 liter

Kaporit 20 kg

Replent lalat 4 dus

maker non kain 500 buah

Emergency kit

2 set

6

KKP Ternate

Polybag sampah 2000 buah

Juni 2012 Kesiapsiagaan Sail Morotai

PAC

2000 sacet

Aquatab 3000 tablet

insektisida lalat 20 dus

Replant lalat 20 dus

replant nyamuk 1000 sacet

Kelambu 150 buah

Masker non kain 1000 buah

Food hygiene kit 10 set

7

Ketua Gerakan Pramuka Kwartir Nasional Jakarta

Polybag sampah 1500 buah

Jambore Nasional Raimuna Papua, Desember 2012

Replent lalat 5 dus

Kelambu 200 buah

Kaporit 50 kg

Larvasida (abate) 50 kg

Insektisida lalat

50 liter

8

PPKK – Setjen Kemkes

Repelent nyamuk 100 sacet Juni 2012,

Pelatihan Manajemen Penanggulangan Bencana Bid. Kesehatan

Masker 250 buah

Kaporit 3 kg

air rahmat 120 botol

Aquatab 750 tablet

PAC 25 sacet

Polybag sampah 500

100

buah

Tabel 4.21 Logistik yang Disiapkan untuk Kesiapsiagaan Krisis

Kesehatan Direktorat Penyehatan Lingkungan Pada Tahun 2012

No. Nama Barang Jumlah

A Bahan Kimia : 1 Kaporit 400 Kg

2 Chlorine cair 12.423 Botol

3 Chlorine tablet 50 Tablet

4 Insektisida lalat 240 Botol

5 Lysol 880 Liter

6 Penjernih Air Cepat 7.475 Sachet

B Bahan habis pakai : 7 Polybag 55.800 Lembar

8 Repelent lalat 487 Dus

9 Repelent nyamuk 20.128 Sachet

10 Personal Hygiene Kit 320 Kit

C Alat Pelindung Diri : 11 Masker kain 5.086 Pcs

12 Masker Non Kain 15.400 Pcs

13 Sepatu boot 25 Set

14 Sarung tangan karet 65 Set

D Peralatan Kesehatan Lingkungan :

15 Purifier (penjernih air bersih) 47 Buah

16 Mist blower 5 Buah

17 Penyemprot lalat/nyamuk (sprycant)

31 Buah

18 Jerigen Air Bersih 235 Buah

19 Food Hygiene Kit 700 Kit

20 Kelambu Refelent 650 Buah

Sumber : Direktorat Bina Penyehatan Lingkungan

101

e. Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

Pada tahap pra bencana, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan memobilisasi obat-obatan dan bahan habis pakai untuk buffer

stok keperluan pelayanan kesehatan di Dinas Kesehatan

Provinsi/Kabupaten/Kota jika terjadi krisis kesehatan, dengan rincian sebagai

berikut :

20% - 30% dari pemakaian rutin di daerah yang tidak rawan bencana

100% dari pemakaian rutin di daerah yang rawan bencana

Obat dan perbekalan kesehatan yang dimobilisasi berupa paket-paket obat

dan perbekalan kesehatan sesuai jenis kejadian bencana/krisis kesehatan

yangterjadi, seperti paket bencana banjir, paket bencana gempa bumi,

paket bencana letusan gunung api.

f. Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang memobilisasi logistik

peralatan dan bahan habis pakai untuk pengendalian vektor penyakit.

Logistik pada tahap pra bencana disiapkan sebagai buffer stock di Dinas

Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota untuk kesiapsiagaan, sedang pada

tahap tanggap darurat krisis kesehatan buffer stock dimobilisasi ke lokasi

bencana. Logistik tersebut berupa peralatan mesin fogging dan spraycan.

serta bahan habis pakai berupa insektisida dan larvasida.

Tabel 4.22

Logistik yang Disiapkan untuk Kesiapsiagaan Krisis Kesehatan Tahun 2012

No Nama Barang/Bahan Jumlah Satuan

1 Mesin fog 14 unit

2 Insektisida vektor DBD (metil pirimifos) 400 liter

3 Insektisida vektor DBD (cypermethrin) 200 liter

4 Larvasida vektor DBD (Temephos) 5000 kg

5 RDT Chikungunya 2110 unit

102

No Nama Barang/Bahan Jumlah Satuan

6 Larvasida vektor malaria (Altosit briket)

7 Spraycan (Sulawesi-Kalimantan) /GF Round 8

8 Mikroskop stereo untuk BTKL, KKP , Dinkes propinsi 90 unit

4.2 UPAYA TANGGAP DARURAT KRISIS KESEHATAN

Upaya tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan penanggulangan krisis

kesehatan yang dilakukan pada saat terjadinya krisis kesehatan untuk

menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan. Setiap kejadian krisis

kesehatan direspon secara berjenjang oleh jajaran kesehatan mulai dari

tingkat, Kabupaten/ Kota, Provinsi sampai Nasional. Pusat Penanggulangan

Krisis Kesehatan bersama lintas program terkait selama tahun 2012 telah

memobilisasi bantuan untuk penanggulangan krisis kesehatan Adapun kegiatan

mobilisasi yang dilakukan pada saat tanggap darurat meliputi mobilisasi SDM

kesehatan, logistik, bantuan dana operasional, klaim biaya pengobatan bagi

korban bencana.

4.2.1 Upaya Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Pada masa tanggap darurat kejadian krisis kesehatan PPKK melaksanakan

upaya-upaya sebagai berikut :

1. Melakukan pemantauan untuk memperoleh informasi kejadian bencana.

2. Melakukan koordinasi upaya penanggulangan krisis kesehatan dengan Badan

Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD), dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota, dan rumah sakit

3. Mengkoordinasi upaya tanggap darurat krisis kesehatan yang dilakukan oleh

unit-unit lintas program terkait di Kementerian Kesehatan terkait mobilisasi

SDM dan Logistik.

4. Mengkoordinasikan mobilisasi sumberdaya lintas program di Kementerian

Kesehatan dan lintas sektor terkait.

103

5. Mobilisasi sumber daya PPK Regional dan Sub Regional ke wilayah yang

mengalami kejadian krisis kesehatan.

6. Pemberian dukungan dana operasional penanggulangan krisis kesehatan

pada masa tanggap darurat kepada PPK Regional/Sub Regional, Dinas

Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota yang mengalami kejadian krisis

kesehatan.

Tabel 4.23

Mobilisasi Sumber Daya

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Selama Tahun 2012

No Lokasi Jenis

Kejadian

Mobilisasi

SDM Kes Logistik Dukungan

operasional

1 Kab. Lebak Prov. Banten

Banjir dan Tanah Longsor

3 orang tim kesehatan

1 paket obat banjir 500 polybag 45 kg Kaporit 90 botol Lysol 100 tablet aquatab 13 rompi tim kesehatan 10 topi tim kesehatan 3 pasang sepatu boat 3 jas hujan

-

2 Kab/kota di pantai barat di Prov. Aceh

Gempa

Bumi

Tim Kesehatan (7 orang)

-

-

3 Kec. Cijeruk Kab. Bogor Prov. Jawa Barat

Kecelakaan Transportasi Pesawat Sukhoi

Tim Kesehatan (5 orang)

50 kantong mayat

-

104

No Lokasi Jenis

Kejadian

Mobilisasi

SDM Kes Logistik Dukungan

operasional

4 Kota Ambon Prov. Maluku

Banjir dan Tanah Longsor

Tim RHA (4 orang)

20 dus MP ASI

-

5 Kota Cilegon Prov. Banten

Kecelakaan transportasi KMP Bahuga Jaya

Tim RHA (3 orang)

50 buah kantong mayat

Jumlah Biaya Operasional

Gambar 4.29

Penyerahan Bantuan Logistik Kesehatan Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten

Lebak pada Kejadian Banjir di Kab. Lebak

105

Gambar 4.30

Pos Kesehatan di Bandara Halim Perdanakusuma untuk memberi pelayanan

kesehatan kepada keluarga korban Kecelakaan Pesawat Sukhoi Super Jet 100

Gambar 4.31

Mobil Jenazah yang stand by di Bandara Halim Perdanakusuma untuk

mengevakuasi jenazah korban kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100

106

Pusat Penanggulangan Krisis Regional dan Sub Regional Pusat Penangulangan Krisis Regional dan Sub Regional berperan untuk mempercepat dan mendekatkan fungsi bantuan kesehatan dan masing-masing dilengkapi dengan SDM kesehatan terlatih dan sarana, bahan, obat serta perlengkapan kesehatan.

Pusat Regional Penanganan Krisis Kesehatan berfungsi:

1. sebagai pusat komando dan pusat informasi (media centre) kesiapsiagaan

dan penanggulangan kesehatan akibat bencana dan krisis kesehatan

lainnya;

2. fasilitasi buffer stock logistik kesehatan (bahan, alat dan obat-obatan);

3. menyiapkan dan menggerakkan Tim Reaksi Cepat dan bantuan SDM

kesehatan yang siap digerakkan di daerah yang memerlukan bantuan

akibat bencana dan krisis kesehatan lainnya;

4. sebagai pusat networking antara 3 komponen kesehatan dalam regional

tersebut yaitu dinas kesehatan, fasilitas kesehatan dan perguruan tinggi.

Tabel 4.24

Mobilisasi Sumber Daya

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional dan Sub Regional

Selama Tahun 2012

No

Regional/Sub Regional

Lokasi Kejadian

Jenis Kejadian

Upaya yang dilakukan

Mobilisasi

SDM Logistik

1 Papua Kab. Tolikara, Prov.Papua

Konflik Sosial

Evakuasi korban

- Tim RHA

- 5 dokter umum

- 5perawat

30 veltbed

Pelayanan Kesehatan di RSUD Jayapura

Berkoordinasi dengan Sekda Papua dan

107

Dinsos Papua untuk penanganan korban pasca perawatan

Melakukan Triase di Bandara Sentani

2 Kalimantan Selatan

Kab. Hulu Sungai Tengah Prov. Kalimantan Selatan

Banjir Bandang

Evakuasi Korban

- Tim RHA

5 kantong jenazah

Mendirikan Pos Kesehatan

2 spanduk pos kesehatan

200 lembar kantong sampah

3 Sumatera Utara

Kota Medan Kebakaran

Evakuasi Korban

Tim RHA -

Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit

4 Sumatera Utara

Kab. Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara

Banjir Evakuasi Korban Pelayanan Kesehatan

Tim RHA -

5 DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta

Banjir - Evakuasi Korban

- Mendirikan Pos Kesehatan

- Pelayanan Kesehatan

- Tim RHA

- Tim Kesehatan

-

108

4.2.2. Upaya Pelayanan Kesehatan

Mobilisasi bantuan kesehatan telah dilakukan oleh Kementerian Kesehatan

melalui unit-unit lintas program terkait maupun UPT yang ada di daerah serta

dari PPK Regional, Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota.

Pelayanan kesehatan menjadi sangat penting pada saat terjadinya krisis

kesehatan, dimana semakin cepat pelayanan kesehatan dilakukan, semakin

banyak nyawa yang terselamatkan. Pelayanan kesehatan diberikan mulai dari

lokasi kejadian sampai fasilitas kesehatan rujukan dengan menggunakan Sistem

Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu Bencana. Pelayanan kesehatan pada

saat masa tanggap darurat tidak hanya memberikan pelayanan kegawat

daruratan, akan tetapi juga memberikan pelayanan kesehatan ke pada

pengungsi.

Gambar 4.32

Pelayanan Kesehatan di Pos Kesehatan pada Kejadian Banjir

di Kab. Lebak, Provinsi Banten

109

Gambar 4.33

Pelayanan Kesehatan di RSUD Jayapura bagi korban Konflik Sosial di Kab.

Tolikara, Provinsi Papua

110

4.2.3 Upaya Pelayanan Gizi

a. Melakukan Screening Masalah Gizi

Screening masalah gizi pada bayi, balita dan ibu hamil pada saat darurat

dilakukan dengan menggunakan pita lila (pengukuran lingkar lengan

atas). Setelah kondisi stabil akan dilakukan screening dengan mengukur

tinggi badan dan berat badan.

b. Melakukan Surveilans Gizi Darurat

Surveilans gizi darurat dengan melakukan registrasi pengungsi,

pengumpulan data dasar gizi dan screening masalah gizi.

c. Konseling Menyusui

Konseling menyusui dilakukan di pengungsian, Rumah Sakit lapangan

dan tempat pelayanan kesehatan lainnya yang ada dilokasi krisis

kesehatan;

d. Pengawasan Distribusi Susu Formula

Pendistribusian dan pemanfaatan susu formula/PASI harus diawasi

secara ketat oleh petugas kesehatan, puskesmas dan dinas kesehatan

setempat karena penyiapan dan pemberian susu formula yang tidak

benar dapat menimbulkan timbulnya wabah diare di pengungsian yang

dapat memperburuk status gizi anak.

Memfasilitasi penyediaan tenaga relawan pengawas distribusi susu

formula di posko pengungsi (mahasiswa jurusan gizi/kesehatan). Tenaga

relawan mengawasi apakah pemberian susu formula sudah sesuai aturan

dan distribusi susu formula sudah sesuai peruntukannya.

e. Memfasilitasi penyediaan tenaga relawan pengawas dan perancang

susunan menu di posko pengungsi (mahasiswa tingkat akhir jurusan gizi

Poltekkes atau FKM). Tenaga relawan bertugas membantu menyusun

menu di posko pengungsi dari bahan-bahan yang ada dan mengawasi

pengolahan makanan di dapur umum.

111

Kegiatan penanganan gizi pada situasi bencana berkoordinasi dengan

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan (PPKK) baik di pusat maupun

dan regional/sub regional melibatkan lintas program dan lintas sektor

termasuk LSM nasional maupun meliputi antara lain :

1. Perhitungan kebutuhan Ransum

2. Penyusunan menu 2.100 kkal,50 g protein dan 40 gr lemak

3. Penyusunan menu untuk kelompok rentan

4. Pendampingan penyelenggaraan makanan sejak dari persiapan

sampai pendistribusian

5. Pengawasan logistik bantuan bahan makanan, termasuk bantuan

susu formula bayi

6. Pelaksanaan surveilans gizi untuk memantau keadaan gizi

pengungsi khususnya balita dan ibu hamil dan tindak lanjutnya

7. Konseling gizi khususnya konseling menyusui dan MP-ASI

8. Suplementasi gizi meliputi : pemberian MP-ASI biskuit, pemberian

kapsul vitamin A untuk balita dan tablet besi untuk ibu hamil.

Pada tahun 2012, kegiatan penanganan gizi di daerah bencana dilaksanakan

oleh pelaksana program gizi di kabupaten/kota dan puskesmas berkoordinasi

dengan BPBD setempat. Kegiatan penanganan gizi yang dilakukan berupa

pemberian MP-ASI biskuit, pemberian kapsul vitamin A kepada ibu nifas dan

balita 6-59 bulan, tablet Fe untuk ibu hamil tetap dilaksanakan baik di

pengungsian maupun di fasilitas kesehatan.

Pada situasi bencana atau darurat, kelompok rentan (bayi dan anak, ibu hamil,

ibu menyusui, dan kelompok lanjut usia) perlu mendapat prioritas pemberian

makanan. Sampai tahun 2012, bufferstok makanan yang tersedia adalah untuk

bayi dan anak. Sementara untuk pemberian makanan untuk orang dewasa

dapat diupayakan dari bahan makanan lokal yang tersedia di daerah setempat.

112

Tabel 4.25 Distribusi Logistik Gizi Saat Tanggap Darurat

No Lokasi Jenis

Kejadian

Logistik Jumlah

1 Sulawesi Utara Letusan Gunung Soputan

MP ASI 2 Ton

2 Maluku Utara (Ternate)

Letusan Gunung Gamalama

MP ASI 2 Ton

3 Maluku (Ambon) Banjir MP ASI 1 Ton

Gambar 4.34

Kegiatan Pengawasan Susu Formula oleh Petugas Gizi

113

4.2.4 Upaya Pelayanan Kesehatan Jiwa

Upaya pelayanan kesehatan jiwa dan psikososial di daerah bencana

bertujuan untuk memberikan bantuan bagi korban bencana yang

memerlukan penanganan khusus di bidang kesehatan jiwa untuk

pemulihan dampak traumatik akibat bencana dan peningkatan derajat

kesehatan jiwanya.

Dalam melaksanakan upaya pelayanan kesehatan jiwa, Direktorat Bina

Kesehatan Jiwa di tingkat Pusat berkoordinasi dengan CMHN

(Community Mental Health Nursing) dan PPKK, sedangkan di tingkat

Provinsi/Kabupaten/kota berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan, Rumah

Sakit Umum dan Rumah Sakit Jiwa setempat.

Upaya pelayanan kesehatan jiwa yang dilakukan selama tahun 2012

antara lain :

1. Mobilisasi tenaga kesehatan jiwa pada kejadian konflik sosial di

Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.

Tenaga kesehatan yang bertugas terdiri dari :

- Tim dari Kementerian Kesehatan : 2 orang dari Direktorat Bina

Kesehatan Jiwa, 1 orang dari Community Mental Health Nursing

dan 1 orang sarjana psikologi dari Pusat Penanggulangan

Krisis Kesehatan.

- Tim daerah beranggotakan 10 orang yang berasal dari Dinas

Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, Dinas Kesehatan

Kabupaten Sigi, dan Puskesmas di Kabupaten Sigi.

Tim Pusat memberikan pembekalan kepada tim daerah sebelum

menuju lokasi pengungsian, materi yang diberikan:

o Manajemen bencana bidang kesehatan

o Deteksi dini permasalahan kesehatan jiwa

o Manajemen stress.

Tim Pusat dan Tim daerah dibagi menjadi 3 kelompok yang

menuju tiga titik pengungsian untuk melakukan sosialisasi

menajemen stres dan melakukan penilaian (assessment) dengan

114

menggunakan instrumen assessment masalah kejiwaan (self

Reporting questionaire), untuk mengetahui individu yang

memerlukan pelayanan kesehatan jiwa. Dari 150 orang yang

diperiksa terdapat 27 pasien yang dirujuk ke dokter spesialis jiwa

dengan sebagian besar diagnosis adalah psikosomatis dan

ansietas.

2. Upaya pelayanan kesehatan jiwa pada kejadian konflik sosial di

Kabupaten Sampang, Provinsi Jawa Timur

Tenaga Kesehatan yang bertugas terdiri dari :

- Tim dari Kementerian Kesehatan terdiri dari: 3 orang dari

Direktorat Bina Kesehatan Jiwa dan 1 orang sarjana psikologi dari

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan.

- Tim daerah 9 orang yang terdiri dari Dinas Kesehatan Provinsi,

Dinas Kesehatan Kabupaten, CMHN Jatim, RSJ Lawang, RSJ

Menur dan Puskesmas di Kabupaten Sampang.

Tim Pusat memberikan pembekalan kepada tim daerah sebelum

menuju lokasi pengungsian, materi yang diberikan:

- Manajemen bencana bidang kesehatan

- Psychological First Aid (PFA)

- Manajemen stress

- Praktek manajemen stres

Jumlah pengungsi sebanyak 294 orang terkonsentrasi pada 1 tempat

pengungsian yaitu di GOR Kabupaten Sampang.

Tim dibagi menjadi 2 kelompok, kegiatan yang dilakukan adalah :

1. Memberikan praktek manajemen stress kepada pengungsi

2. Melakukan penilaian (assessement) menggunakan Self Report

Questioner(SRQ) untuk mengukur individu yang perlu

mendapatkan tindak lanjut masalah kesehatan jiwa, jika

terindikasi mengalami kesehatan jiwa maka langsung di rujuk ke

dokter spesialis jiwa.

3. Melakukan intervensi psikolsosial pada anak-anak di pengungsian

115

Dari 54 orang yang di ukur mengunakan Self Report Questioner

(SRQ) terdapat 4 orang yang mengalami masalah Kesehatan jiwa

dan dirujuk ke dokter spesialis jiwa.

Gambar 4.35

Kegiatan Konseling Kesehatan Jiwa bagi Pengungsi Konflik Sosial

Di Kabupaten Sampang, Provinsi Jawa Timur

116

Gambar 4.36

Kegiatan Konseling Kesehatan Jiwa bagi Pengungsi Konflik Sosial

Di Kabupaten Sampang, Provinsi Jawa Timur

3. Upaya pelayanan kesehatan jiwa pada kejadian konflik sosial di Dusun

Napal, Desa Sidomulyo, Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten Lampung

Selatan, Provinsi Lampung.

Tenaga Kesehatan yang bertugas berasal dari RS Jiwa Daerah

Lampung dan Community Mental Health Nursing (CMHN).

Kegiatan yang dilaksanakan:

1. Pengkajian dampak psikososial pasca konfilk

2. Terapi individu

3. Terapi keluarga

4. Terapi kelompok

5. Pengajuan pembentukan UKS Jiwa

6. Sosialisasi, pelatihan CMHN di puskesmas dan pengajuan

pembentukan desa siaga sehat jiwa

Jumlah pengungsi : 300 jiwa.

117

Jumlah Kasus yang mengalami masalah kesehatan jiwa :

1. Reaksi stress akut: 50 orang

2. Gangguan cemas menyeluruh : 2 orang

3. Depresi: 2 orang

Gambar 4.37

Kegiatan Pelayanan Kesehatan Jiwa Bagi Anak-Anak di Pengungsian

Pada Kejadian Konflik Sosial di Desa Sidomulyo, Kecamatan Sidomulyo,

Kabupaten Lampung selatan

118

Gambar 4.38

Kegiatan Pelayanan Kesehatan Jiwa Bagi Masyarakat di Pengungsian

Pada Kejadian Konflik Sosial di Desa Sidomulyo, Kecamatan Sidomulyo,

Kabupaten Lampung selatan

4. Upaya pelayanan kesehatan jiwa akibat kejadian konflik sosial di Desa

Balinuraga, Kecamatan Waipanji, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi

Lampung.

Tenaga kesehatan yang bertugas berasal dari RSJiwa Daerah

Lampung dan Community Mental Health Nursing (CMHN)

Kegiatan yang dilaksanakan :

1. Pengkajian dampak psikososial pasca konfilk

2. Terapi individu

3. Terapi keluarga

4. Terapi kelompok

5. Proses rujukan dan perawatan klien di Rumah Sakit Jiwa Provinsi

Lampung

119

Jumlah pengungsi 1994 jiwa

Jumlah pengungsi yang mengalami masalah kesehatan jiwa sebanyak 75

orang, terdiri dari :

1. Reaksi stress akut: 67 orang

2. Depresi: 4 orang

3. Skizofrenia: 4 orang

Jumlah pengungsi yang dirujuk dan dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa

sebanyak 3 orang.

Dari hasil kegiatan pelayanan kesehatan jiwa pada kejadian krisis kesehatan

dapat disimpulkan bahwa :

1. Apabila terjadi bencana yang menyebabkan konsentrasi massa di

pengungsian perlu ada intervensi psikososial dan kesehatan jiwa, untuk

mengantisipasi timbulnya gangguan kejiwaan yang serius dan

berkelanjutan pasca bencana

2. Masyarakat di pengungsian perlu diajarkan praktek manajemen stress agar

dapat beradaptasi dengan lebih baik terhadap bencana yang terjadi.

3. Masyarakat di pengungsian perlu diajak melakukan kegiatan-kegiatan

positif yang dapat menguatkan mentalnya seperti aktifitas keagamaan

(sholat berjamah/ berdoa bersama, ceramah) sehingga meningkatkan

kepasrahan pada Tuhan dan menguatkan mental. Selain itu kegiatan

bersama seperti senam, atau diajari membuat keterampilan/kerajinan

tertentu (untuk pengungsian yang waktunya lama), sehingga dapat

mengurangi kesedihan akibat bencana, dan menggugah masyarakat untuk

bangkit.

120

Tabel 4.26

Upaya Pelayanan Kesehatan Jiwa pada

Kejadian Krisis Kesehatan

Selama tahun 2012

No Lokasi Jenis kejadian

bencana Pelayanan kesehatan

Unit yang terlibat

1 Dusun napal –Desa sidomulyo – Kec Sidomulyo - Kab Lampung selatan

Konflik sosial (Perang antar suku)

Pendampingan psikososial pada penyintas konflik (pengungsi 300 orang, 75 KK), kegiatan:

7. Pengkajian dampak psikososial pasca konfilk

8. Terapi individu 9. Terapi keluarga 10. Terapi

kelompok 11. Pengajuan

pembentukan UKS Jiwa

12. Sosialisasi, pelatihan CMHN di puskesmas dan pengajuan pembentukan desa siaga sehat jiwa

RSJD Lampung Sejak 24 Januari 2012 intensif 1 bulan, dilanjutkan secara berkala sampai April 2012

2 Kab Sigi – Sulawesi Tengah

Banjir Pelayanan kesehatan jiwa (Psychological First Aid /PFA dan manajemen stres) di lokasi pengungsian Kec kulawi Kab Sigi.

Ditkeswa, CMHN, PPKK. 13 – 15 September 2012

3 Kab Sampang – Jawa Timur

Konflik sosial Pelayanan kesehatan jiwa (Psychological First Aid /PFA dan manajemen stres) di lokasi pengungsian

Ditkeswa, CMHN, PPKK. 3 – 5 Oktober 2012

121

No Lokasi Jenis kejadian

bencana Pelayanan kesehatan

Unit yang terlibat

di Kab Sampang.

4 Desa Balinuraga – Kec Waipanji – Kab Lampung Selatan

Konflik sosial

(antar warga)

Pendampingan psikososial pada penyintas konflik (1944 jiwa), kegiatan:

1. Pengkajian dampak psikososial pasca konfilk

2. Terapi individu 3. Terapi keluarga 4. Terapi kelompok 5. Proses rujukan dan

perawatan klien di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung

RSJD Lampung –sejak 28 Oktober 2012

4.2.2 Upaya Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

(PP&PL)

1. Banjir di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten yang terjadi

pada Bulan Januari 2012

Upaya PP & PL yang dilakukan sebagai berikut :

a. Berkoordinasi dengan BPDB setempat, Dinas Kesehatan Provinsi Banten dan Dinas Kesehatan Kabupatan Lebak untuk membantu evakuasi korban

b. Memobilisasi Tim untuk melakukan RHA dan need assessment c. Mendirikan pos kesehatan di beberapa titik lokasi banjir dengan

posko kendali di Dinkes Kab. Lebak. d. Melakukan penguatan surveilans penyakit berpotensi KLB e. Melakukan upaya sanitasi darurat f. Kaporisasi sumber air bersih (sumur) dan pembagian Lysol

untuk membersihkan rumah – rumah penduduk. g. Upaya pengendalian vektor di 3 lokasi bencana di Kecamatan

Rangkas Bitung berupa penyemprotan dan pembagian repellent lalat.

h. Distribusi Logistik PP & PL

122

2. Konflik sosial di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi

Lampung yang terjadi pada Bulan Oktober 2012.

Upaya PP & PL yang dilakukan sebagai berikut :

Melakukan koordinasi dengan PPKK, KKP Panjang, Dinkes Prov

Lampung dan Dinkes Kab. Lampung Selatan

KKP Panjang mendirikan pos kesehatan di lokasi kejadian

Berkoordinasi dengan dokter kepolisian, Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Dinkes Kabupaten Lampung Selatan untuk mengaktifkan sistem surveilans penyakit berpotensi KLB

Melakukan upaya sanitasi darurat

Distribusi Logistik PP & PL

Berkoordinasi dengan Dinas Sosial dan PDAM setempat untuk pemenuhan air bersih

Melakukan koordinasi dengan dinas Pekerjaan umum untuk penyediaan sarana MCK darurat

3. Erupsi Gunung Lokon dan Gunung Soputan, Kota Tomohon

dan Kabupaten Minahasa Tenggara, Provinsi Sulawesi Utara

yang terjadi pada Bulan September 2012

Upaya PP & PL yang dilakukan antara lain :

Melakukan koordinasi dengan BTKL-PP Manado, PPKK, Dinkes Prov Sulut, Dinkes Kota Tomohon, Dinkes Kab. Minahasa Tenggara dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

Tim Ditjen PP dan PL ( Dit. Simkar Kesma dan Dit. PL) telah menerjunkan tim ke lokasi bencana berkoordinasi dengan BTKL - PP kelas I Manado dan Dinkes Kab. Minahasa Tenggara.

BTKL - PP kelas I Manado melakukan pengukuran kualitas udara pada kedua Gunung tersebut (parameter fisika, PM10, dan TSP). Pemeriksaan di Gunung Lokon dilakukan di 3 titik (Paniki bawah lingkungan 10, pusat Kota Manado depan gereja Sentrum, dan perempatan Jl. Agustus). Hasilnya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi TSP.

123

Melakukan pemeriksaan di 4 titik Gunung Soputan (Tugu KB kompleks Pasar Ratahan, Kantor Bupati, Depan Bank Sulut Ratahan, Desa Noongan II). Hasilnya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi TSP dan PM10 melampaui baku mutu pada semua lokasi pengukuran.

Pengaktifkan sistem surveilans penyakit di pos kesehatan maupun

puskesmas.

Memberikan dukungan Logistik kepada BTKL - PP Kelas I Manado : Polybag sampah 500 lembar, masker 3000 ribu buah, tas ransel untuk petugas lapangan 10 buah. Sebagian logistik (seperti masker) telah didistribusikan kepada Dinkes Kab. Minahasa Tenggara

Gambar 4.39

Koordinasi dengan Dinkes Kab. Minahasa Tenggara

Terkait Letusan Gunung Soputan

124

4. Kecelakaan Pesawat Sukhoi Super Jet 100 di Kabupaten

Bogor, Provinsi Jawa Barat yang terjadi pada Bulan Mei

2012

Upaya PP & PL yang dilakukan antara lain :

Melakukan koordinasi dengan PPKK dan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta untuk memobilisasi tim pemantauan di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta

Bersama dengan PPKK mendirikan pos kesehatan di terminal

kedatangan Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta untuk mengantisipasi anggota keluarga yang sakit di bawah komando Korwil KKP wilayah kerja Bandara Halim Perdanakusuma. Petugas jaga terdiri dari 1 dokter umum dan 2 perawat, dan mendapat bantuan dari KKP Tanjung Priok (2 perawat) dan PMI (2 perawat). Petugas pos kesehatan bertugas selama 24 jam.

KKP Bandara Soekarno-Hatta wilayah kerja Bandara Halim

Perdanakusuma menyiagakan 1 ambulans

KKP Tanjung Priok menyiagakan 1 unit ambulans di Bandara Halim Perdanakusuma

Penyediaan logistik kesehatan untuk pelayanan di pos kesehatan

5. Erupsi Gunung Gamalama, Kota Ternate, Provinsi Maluku

Utara yang terjadi pada Bulan September 2012

Upaya PP & PL yang dilakukan antara lain :

Melakukan koordinasi penanganan bidang kesehatan dengan PPKK, Dinkes Provinsi Maluku Utara, Dinkes Kota Ternate, KKP Ternate, dan BPBD Provinsi Maluku Utara.

Memobilisasi Tim PP & PL untuk melakukan Rapid Health

Assessment (RHA)

KKP Ternate mendistribusikan masker kepada masyarakat di pelabuhan.

125

6. Banjir Bandang di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat

yang terjadi pada Bulan Juli 2012

Upaya PP & PL yang dilakukan antara lain :

Melakukan koordinasi dengan Dinkes Prov Sumbar, Dinkes Kota Padang, KKP Padang dan PPKK

KKP Kelas II Padang memobilisasi tim untuk melakukan RHA

Dinkes Provinsi Sumatera Barat dan Dinkes Kota Padang serta KKP Kelas II Padang mendirikan pos kesehatan dan melakukan pelayanan kesehatan di lokasi pengungsian masyarakat/ korban antara lain: Pos Kesehatan Kelurahan Limau Manis, Pos Kesehatan Kel. Limau Manis Selatan, Pos Kesehatan Banuaran, Pos Kesehatan Parak Laweh, Pos Kesehatan Tabing Banda Gadang I, Pos Kesehatan Tabing Banda Gadang II.

Mengaktifkan sistem surveilans perkembangan kondisi kesehatan masyarakat sejak hari pertama terutama dalam rangka antisipasi KLB.

Memberikan penyuluhan tentang kesehatan kepada masyarakat korban bencana.

Tim P2P Dinkes Provinsi Sumatera Barat dan Dinkes Kota Padang melakukan penguatan tata laksana diare dan ISPA, leptospirosis, campak dan penyakit kulit lainnya.

Dinkes Provinsi Sumatera Barat melakukan pemeriksaan air ( bakteriologis dan kimia) terhadap sumber air yang digunakan.

Ditjen P2PL Kementerian Kesehatan menurunkan Tim Surveilance dan Rapid Health Asessment. Kegiatan yang dilakukan :

- Melakukan penguatan tata laksana diare dan ISPA, Leptospirosis, Campak dan Penyakit Kulit lainnya

- Melakukan surveilans perkembangan kondisi kesehatan masyarakat sejak hari pertama terutama dalam rangka antisipasi KLB dan selanjutnya tetap akan dilakukan pelaporan harian perkembangan penyakit untuk mencegah terjadinya KLB

- Memberikan tehnik penjernihan air sederhana. - Mendistribusikan PAC, kaporit. - Melakukan pemeriksaan air bakteriologis dan kimia terhadap

sumber air yang digunakan - Melakukan pemantauan ketat dan penyemprotan bila diperlukan

pada beberapa daerah endemis DBD

126

7. Peningkatan Status Gunung Galunggung di Kabupaten

Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat yang terjadi pada Bulan

Februari 2012

Upaya PP & PL yang dilakukan antara lain :

Melakukan koordinasi dengan PPKK, BPBD Provinsi Jawa Barat,

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Dinas Kesehatan Kabupaten

Tasikmalaya dan Dinas Kesehatan Kabupaten Garut.

Ditjen PP dan PL dan BBTKL – PP Jakarta memobilisasi tim untuk melakukan analisa awal berkoordinasi dengan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan, Dinkes Provinsi Jawa Barat, Dinkes Kab. Tasikmalaya dan Dinkes Kab. Garut.

BBTKL – PP Jakarta bersama – sama tim Ditjen PP dan PL dan

Dinkes Kabupaten Tasikmalaya melakukan pemeriksaan kualitas udara ambient dan kualitas air di beberapa titik di sekitar Gunung Galunggung (hasil masih menunggu ± 1 minggu), yaitu di : a. Outlet kawah, sekitar 500 meter dari kawah Gunung

Galunggung, pemeriksaan kualitas udara ambient dan pengambilan sampel air yang keluar dari kanal Galunggung (air kawah).

b. Balai Desa Linggajati untuk pemeriksaan kualitas udara ambient, dan melakukan pengambilan sampel air bersih di Dusun Gedong Nyungcung (saluran perpipaan air kawah, sumur gali, dan air sumur gali yang telah dimasak).

c. Lapangan Kompleks Pondok Pesantren Cipasung yang direncanakan akan dipersiapkan sebagai salah satu lokasi pengungsian, berlokasi sekitar 13 km dari pusat kawah, dilakukan pemeriksaan kualitas udara.

d. Lapangan Arjasari yang juga dipersiapkan sebagai salah satu lokasi pengungsian warga, pemeriksaan kualitas udara.

127

Gambar 4.40

Pemeriksaan Kualitas Udara oleh Tim BTKL-PP dan Ditjen PP&PL

Di Lokasi Peningkatan Aktivitas Gunung Galunggung

8. Banjir di Provinsi DKI Jakarta yang terjadi pada Bulan

Februari 2012

Upaya PP & PL yang dilakukan antara lain:

Melakukan koordinasi dengan Pusat Penanggulangan Krisis

Kesehatan, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dalam penganan banjir

dan tanah longsor bidang kesehatan

Tim Ditjen PP dan PL melakukan pemantauan ke beberapa lokasi

banjir seperti di Kampung Pulo dan Kampung Melayu, juga

memantau pintu air manggarai dan pos pengendali operasi di

Sudinkes Jakarta Timur.

Mendistribusikan logistik PP & PL.

128

9. Banjir Bandang di Kota Ambon, Provinsi Maluku yang terjadi

pada Bulan Agustus 2012

Upaya PP & PL yang dilakukan antara lain :

Melakukan koordinasi dengan Dinkes Provinsi Maluku, Dinkes Kota

Ambon, PPKK, dan BTKL Ambon.

Memobilisasi Tim untuk melakukan RHA dan penilaian kebutuhan.

BTKL Ambon melakukan pemeriksaan kualitas air.

Melakukan upaya sanitasi darurat.

Mendistribusikan logistik PP & PL

Tabel 4.27

Distribusi Logistik P2PL Saat Tanggap Darurat

Selama Tahun 2012

No Tujuan Jenis logistik Jumlah Ket

1. Dinkes Provinsi Banten

Actellick 20 liter Januari 2012, banjir Kab. Lebak, Provinsi Banten

PAC 500 sachet

Aquatab 500 tablet

Lysol 50 liter

Insektisida lalat 5 liter

Air rahmat 5dus

Spanduk pos kesehatan

Jerigen air bersih

10 buah

Repellent lalat 1 dus

Atribut lapangan

Polybag sampah 500 lembar

Hygiene Kit 3 dus

2. Dinkes Kab. Lebak PAC 500 sachet

Januari 2012, Banjir Kab. Lebak, Provinsi Banten Actellick 30 liter

Jerigen air bersih

10 buah

Aquatab 500 tablet

Kaporit 2 pail

129

Polybag sampah 500 lembar

Air rahmat 5dus

Hygiene Kit 3 dus

Insektisida lalat 5 liter

Repellent lalat 1 dus

Emergency Kit 1 set

Spanduk pos kesehatan

Atribut lapangan

3. Dinkes Kab. Tasikmalaya

Masker 2000 buah

Februari 2012, Peningkatan status Gunung Galunggung

Polybag sampah 1500 buah

Air rahmat 5dus

Kaporit 3 pail

PAC 1000 sachet

Hygiene Kit 3 dus

Repellent lalat 3 dus

Actellick 20 liter

3. Dinkes Kab. Garut Masker 2000 buah

Februari 2012, Peningkatan status Gunung Galunggung

Polybag sampah 1500 buah

Air rahmat 5dus

Kaporit 3 pail

PAC 1000 sachet

Hygiene Kit 3 dus

Repellent lalat 2 dus

Actellick 20 liter

4. KKP Lhokseumawe

Lisol 50 liter Maret 2012; Banjir bandang Kec. Tangse Kab. Pidie Aceh

PAC 1000 sachet

Insektisida lalat 10 liter

Polybag sampah 500 buah

Hygiene kit 100 set

Aquatab 2000 tablet

Actelic 25 liter

Kaporit 45 kg

130

5. BTKL-PP Manado Masker non kain

Polybag sampah

15.000 buah 500 lembar

September 2012; Erupsi Gn. Lokon – Soputan

6. Dinkes Kab. Lampung Selatan

Polybag sampah 500 buah Oktober 2012; Kerusuhan Lampung Selatan

Paket obat 2 paket

Emergency kit 1 paket

7. KKP Kelas I Soekarno Hatta wilker Halim Perdana Kusuma

Emergency Kit 1 paket Mei 2012; Kecelakaan Pesawat Sukhoi Super Jet

Atribut lapangan 5 set

Paket Obat – obatan

2 paket

Polybag sampah 200 lembar

8. Dinkes Prov Riau Masker non Kain 10.000 buah

Juli 2012; Kebakaran Hutan

9.

Dinkes Prov. DKI Jakarta

Kaporit Acetellick Repellent nyamuk Hygiene Kit Air Rahmat Polybag Bubuk Abate Repellent Lalat Lisol

200 kg 20 liter 3000 sachet 20 paket 480 botol 2500 lembar 50 kg 10 dus 100 liter

Banjir Provinsi DKI Jakarta

10. Dinkes Maluku Kaporit ? Banjir Bandang Ambon; Agustus 2012

Polybag ?

Repellent lalat ?

Air Rahmat ?

131

4.2.3 Upaya Penyediaan Dan Distribusi Obat Serta Perbekalan

Kesehatan

Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Farmasi dan Alat Kesehatan telah

mendukung penyediaan logistik obat dan perbekalan kesehatan, upaya

penyediaan dan distribusi obat dilakukan dengan buffer stock di Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi, apabila pada daerah bencana kekurangan

dapat meminta melalui PPKK maupun langsung ke Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan juga telah

mendukung penyediaan SDM Kefarmasian (Apoteker/Asisten Apoteker) ke

lokasi kejadian krisis kesehatan, yaitu pada bencana banjir di Provinsi Gorontalo

dan kecelakaan pesawat Sukhoi di Pos Kesehatan Bandara Halim

Perdanakusuma untuk membantu Dinas Kesehatan setempat dalam

pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan saat tanggap darurat krisis

kesehatan.

Gambar 4.41

Pelayanan Farmasi di Pos Kesehatan

pada Kejadian Banjir di Kab. Lebak, Provinsi Banten

132

Gambar 4.42

Distribusi Obat dan Logistik Kesehatan pada

Kejadian Banjir di Kab. Lebak, Provinsi Banten

Tabel 4.28 Logistik Yang Telah Dimobilisasi

Direktorat Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Pada Tahun 2012

No

Nama Obat dan Perbekalan Kesehatan

Jumlah Tujuan

1. Paket Bencana Banjir 258 Koli Dinkes Provinsi Gorontalo

2. Paket Bencana Banjir 28 Koli Dinkes Kabupaten Lebak

3. Paket Pelayanan Kesehatan Dasar 3 Koli Pos Kesehatan Kecelakaan Pesawat Sukhoi SSJ 100

4. Paket Gunung Meletus 20 Koli Dinkes Provinsi Maluku Utara

5. Paket Longsor 6 Koli PPKK Kemenkes RI

6. Paket Banjir 15 Koli PPKK Kemenkes RI

7. Paket Banjir 3 Koli PPKK Kemenkes RI

133

4.3 UPAYA PASCA KRISIS KESEHATAN

Upaya yang dilakukan pasca krisis kesehatan terdiri dari dua kegiatan yaitu

rehabilitasi dan rekonstruksi. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan

semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai

pada wilayah pasca krisis kesehatan dengan sasaran utama untuk normalisasi

atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan

masyarakat pada wilayah pascabencana. Rekonstruksi adalah pembangunan

kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah

pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan

sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan

budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta

masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah

pascabencana. Sesuai dengan UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana. Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi

masyarakat dan lingkungan hidupyang terkena bencana dengan memfungsikan

kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya

rehabilitasi.

Upaya pelayanan pasca krisis dilaksanakan oleh unit utama sesuai dengan

tugas pokok dan fungsinya antara lain:

4.3.1 Upaya Pasca Krisis Kesehatan oleh Pusat Penanggulangan Krisis

Kesehatan

Upaya pasca krisis kesehatan yang dilakukan oleh Pusat Penanggulangan

Krisis Kesehatan selama tahun 2012 antara lain:

A. Melakukan pertemuan evaluasi :

1. Pertemuan Evaluasi Upaya Tanggap Darurat dan Pemulihan Krisis

Kesehatan yang dilaksanakan di Bandung, Jawa Barat

Pertemuan ini membahas evaluasi penanggulangan krisis

kesehatan :

a. Penanganan Permasalahan Kesehatan Jiwa Pasca Kejadian

Konflik Sosial di Kabupaten Sampang, Provinsi Jawa Timur

134

b. Pelaksanaan SPGDT pada kejadian kecelakaan Kapal Feri

Bahuga di Selat Sunda, Provinsi Banten

c. Penanganan Permasalahan Kesehatan Lingkungan Saat dan

Pasca Bencana Banjir Bandang di Kota Ambon dan Kota

Padang.

2. Pertemuan Evaluasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat

Jatuhnya Pesawat Sukhoi SSJ 100

B. Bersama dengan Direktorat Bina Kesehatan Jiwa melakukan

pelayanan kesehatan jiwa, pendampingan psikologis dan deteksi

adanya gangguan kesehatan jiwa pada pengungsi

1. Kejadian Konflik Sosial di Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi

Tengah

2. Kejadian Konflik Sosial di Kabupaten Sampang, Provinsi Jawa

Timur

C. Melakukan pembayaran klaim tagihan rumah sakit atas pelayanan

pasien korban bencana pada masa tanggap darurat.

Setelah berakhirnya masa tanggap darurat, Pusat Penanggulangan

Krisis Kesehatan membayar klaim tagihan dari rumah sakit yang

memberikan pelayanan kesehatan kepada korban bencana pada

masa tanggap darurat. Pembayaran klaim tagihan rumah sakit yang

dilakukan oleh PPKK selama tahun 2012 total berjumlah sebesar Rp.

160.386.340,-

Dari seluruh pembayaran klaim tagihan rumah sakit untuk tahun

2012, proporsi terbesar merupakan akibat kejadian letusan Gunung

Merapi tahun 2010 di Provinsi DI Yogyakarta.

135

Tabel 4.29

Pembayaran Klaim Tagihan RS Tahun 2012 Belum ada data

NO NAMA BENCANA PROVINSI Biaya Klaim (Rp)

1 Klaim RS Walet Cirebon untuk perawatan Pasien korban ledakan bom

Jawa Barat Rp. 37.197.100

2

Klaim RS Condong Catur untuk perawatan pasien korban bencana letusan Gunung Merapi

DI Yogyakarta Rp. 26.330.000

3

Klaim RSUP Persahabatan untuk perawatan pasien korban bencana kerusuhan Ambon

DKI Jakarta Rp. 2.885.000

4

Pembayaran Klaim Rumah Sakit Korban Bencana Ledakan Bom di RS Pertamina Cirebon

Jawa Barat Kota Cirebon

Rp. 6.051.117

5

Pembayaran Klaim Rumah Sakit Korban Bencana Ledakan Bom di Rumah Sakit Dr. Oen Surakarta

Jawa Tengah Kota Solo

Rp. 20.971.159

6 Pembayaran klaim rumah sakit korban bencana letusan gunung merapi

DI Yogyakarta Rp. 66.951.964

JUMLAH Rp. 160.386.340

4.3.2 Upaya Pasca Krisis Yang dilakukan Oleh Ditjen Pengendalian

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

a. Upaya Surveilans Epidemiologi

Aktivasi lanjutan surveilans epidemiologi pasca bencana yang

dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan setempat

136

b. Upaya Penyehatan Lingkungan

Upaya lanjutan penyehatan lingkungan yang dilaksanakan oleh Dinas

Kesehatan setempat :

a) Pengawasan dan perbaikan kualitas sarana dan kualitas air

bersih. dengan melakukan disinfeksi sarana air bersih dengan

kaporisasi chlorine cair, chlorine tablet

b) Pengawasan dan penyediaan sarana pembuangan kotoran

terhadap pembuangan kotoran manusia terutama ditujukan untuk

mengurangi pencemaran terhadap sumber / penyediaan air bersih

yang ada dari tinja, sedangkan penyediaan sarana dilakukan

dengan membuat sarana pembuangan kotoran darurat dengan

berkoordinasi dengan instansi pekerjaan umum dan LSM serta

melibatkan pengungsi.

c) Pengawasan dan pengendalian pembuangan sampah terhadap

pembuangan sampah dilakukan untuk mengisolir sampah agar

tidak menimbulkan masalah bagi kesehatan pengungsi, serta

untuk mengurangi risiko pencemaran lingkungan dan mengurangi

tingkat kepadatan vektor.

d) Pengawasan dan pengendalian vektor di tempat penampungan

pengungsi yang perlu mendapat perhatian adalah lalat, tikus dan

nyamuk.

e) Pengawasan dan pengamanan makanan dan minuman pengungsi

dilakukan termasuk pengolahannya yang disediakan bagi

pengungsi bertujuan untuk mencegah terjadinya penularan

penyakit melalui makanan / minuman.

f) Sanitasi tempat penampungan pengungsi perlu mendapat

perhatian, sehingga tidak menjadi tempat berkembangnya

penyakit yang ditularkan melalui pernafasan dan udara.

g) Pemberdayaan Masyarakat masyarakat pengungsi ini ditujukan

untuk meningkatkan peran mereka dalam menyediakan fasilitas

yang diperlukan oleh mereka sendiri beserta keluarganya dengan

cara melibatkan dalam setiap kegiatan penyehatan lingkungan

darurat yang dibangun atau dilaksanakan di tempat penampungan

pengungsi.

137

h) Penyuluhan Kesehatan diarahkan untuk mewujudkan perilaku

hidup bersih dan sehat agar pengungsi terhindar dari penularan

penyakit baik melalui air, tangan, serangga maupun tanah.

i) Perbaikan lingkungan permukiman khususnya di perumahan

dengan melakukan disinfeksi lantai

4.3.3 Upaya Pasca Krisis Yang Dilakukan Oleh Direktorat Bina Gizi

Melaksanakan kegiatan pembinaan gizi sebagai tindak lanjut atau

respon dari informasi yang diperoleh secara terintegrasi dengan

kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat (public health response)

untuk meningkatkan dan mempertahankan status gizi dan kesehatan

pengungsi. Tahun 2012 telah dilaksanakan pembinaan teknis pada

kejadian :

Bencana Gunung Gamalama Ternate – Maluku Utara

Bencana Gunung Lokon Tomohon – Sulut

Bencana banjir di Ambon – Maluku

Bencana banjir Sumatera Barat

Sebagai tindak lanjut dari monitoring dan evaluasi, ke depan

direcanakan akan mengembangkan penanganan gizi pada situasi

bencana yaitu :

Advokasi dan sosialisasi Pemberian Makan Bayi dan Anak Pada

Situasi bencana.

Kegiatan penyediaan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) anak 6-

24 bulan perlu diadakan di dapur umum.

Penyediaan materi KIE terkait Pemberian makanan bayi dan anak

pada situasi darurat (Gizi ibu hamil, pemberian ASI dan MP-ASI,

pengawasan pemberian susu formula)

138

4.3.4 Upaya Pasca Krisis Kesehatan Yang Dilakukan Oleh Direktorat

Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang

Sosialisasi dan advokasi kepada Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

mengenai seranggga Tomcat (Paederus Sp).

Pengendalian vektor pasca bencana dilakukan ketika terdapatnya

tumpukan sampah di sekitar lokasi bencana.

4.3.5 Upaya Pasca Krisis Yang dilakukan Oleh Direktorat Jenderal

Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Pada tahap pasca krisis kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian

dan Alat Kesehatan melakukan kegiatan sebagai berikut :

1. Inventarisasi ketersediaan jumlah dan jenis obat dan perbekalan

kesehatan yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan

2. Penarikan kembali jika ditemukan obat-obat psikotropik & narkotik.

3. Perencanaan pemanfaatkan kembali obat sisa pelayanan

4. Memisahkan obat yang sudah rusak dan kadaluarsa untuk

dilakukan pemusnahan dengan berita acara pemeriksaan dan

pemusnahannya.

BAB V

PERAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM PENANGGULANGAN KRISIS

KESEHATAN INTERNASIONAL

Perserikatan Bangsa-Bangsa, merilis data laporan bencana di seluruh dunia dalam 1 tahun terakhir menyebutkan, Asia sebagai kawasan paling rawan bencana. "Asia masuk daftar teratas sebagai kawasan paling rawan bencana. Baik berdasarkan jumlah korban dan frekuensi terjadinya bencana," kata Direktur Badan Bencana PBB (UNISDR) Elizabeth Longworth di Markas PBB, New York, Amerika Serikat (AS), seperti dilansir Philstar (plasamsn.com.April 2013).

Sementara itu The Nature Conservancy (TNC), German Alliance for Development Works (Alliance) dan United Nations University Institute for Environment and Human Security (UNU-EHS) di akhir Tahun 2012 ,menerbitkan Laporan Resiko Dunia 2012 di Brussels, Belgia. Bagian penting dari laporan ini adalah Indeks Resiko Dunia, yang dikembangkan oleh UNU-EHS bekerjasama dengan Alliance, untuk menentukan resiko menjadi korban bencana sebagai akibat dari bahaya alam untuk 173 negara di seluruh dunia. Di Kepulauan Pasifik, negara Vanuatu dan Tonga memiliki resiko bencana tertinggi. Malta dan Qatar menghadapi resiko terendah di seluruh dunia.

Indonesia sendiri dalam laporan tersebut berada pada peringkat risiko ke-33 dengan nilai 10,74% dan termasuk negara berisiko tinggi dan sangat tinggi terkena empat jenis bencana alam yaitu gempa bumi, badai, banjir dan kenaikan air laut.

Dari laporan kedua lembaga tersebut memerlukan perhatian dari masyarakat Internasional dalam penanggulangan bencana dan mengingatkan kembali kepada semua negara dari berbagai benua terutama kawasan Asia, untuk saling memperkuat kerjasama regional guna meningkatkan kedamaian, stabilitas, kemajuan regional serta untuk saling memupuk rasa persaudaraan dan solidaritas terutama di saat salah satu anggotanya tertimpa bencana.

Selama tahun 2012, kejadian bencana di kawasan Asia tidak terlalu menonjol. Namun di akhir tahun 2012 terjadi bencana besar yaitu Topan Pablo yang terjadi di Pulau Mindanao, Filipina, Desember 2012. Angin topan tersebut telah menyebabkan 1.900 orang tewas dan meluluh lantakkan 210 ribu rumah, bangunan-bangunan dan lahan pertanian. Bencana tersebut telah menimbulkan berbagai kerusakan terhadap sendi kehidupan masyarakatnya, yaitu kegagalan di sektor pertanian, perekonomian dan terganggunya pelayanan kesehatan. Dampak dari bencana tersebut juga menyebabkan korban jiwa, meningkatnya angka kesakitan dan arus pengungsian skala besar di Pulau Mindanao, Filipina.

Sebagai sesama negara yang terhimpun dalam ASEAN dan memiliki ikatan kerjasama dalam penanggulangan bencana dan tanggap darurat yang tertuang dalam Deklarasi Jakarta (2005), musibah tersebut telah menumbuhkan keprihatinan. Oleh karenanya sebagai rasa simpati atas penderitaan yang dialami oleh masyarakat Filipina, Kementerian Kesehatan melalui Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat telah memberikan bantuan MP ASI sebanyak 5 Ton kepada Pemerintah Filipina.

PENANGANAN PERMASALAHAN KESEHATAN TKI

Pelaksanaan kesehatan TKI mengacu kepada Inpres No 106 tahun 2004 tentang Tim Koordinasi Pemulangan Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah dan Keluarganya dari Malaysia (TK-PTKIB) yang berada dalam koordinasi Menkokesra dengan melibatkan berbagai Kementerian dan Lembaga terkait. Menyesuaikan dengan perkembangan situasi saat ini, Inpres No 106 tahun 2004 tentang Tim Koordinasi Pemulangan Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah dan Keluarganya dari Malaysia sedang dalam proses revisi oleh kemenkokesra, mengingat pemulangan TKIB tidak hanya dari Malaysia seperti dari Jeddah, Jordania, dan lainnya. Kementerian Kesehatan mengkoordinasikan kegiatan bidang kesehatan dalam melakukan pemeriksaan dan pelayanan kesehatan terhadap TKIB dan keluarganya. Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Ditjen PP & PL, serta LP terkait lainnya di lingkungan Kementerian Kesehatan telah menyelenggarakan upaya penanganan bidang kesehatan bagi TKIB beserta keluarganya sejak dipulangkan hingga sampai ke daerah asal yaitu melalui kegiatan pelayanan kesehatan di pelabuhan debarkasi oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan, pelayanan kesehatan di penampungan sementara oleh Puskesmas dan di RS rujukan. Saat ini di Lingkup Kemenkes telah dibentuk Komite Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja Indonesia sesuai SK Menkes No 348/Menkes/SK/IX/2012. Komite tersebut terdiri dari 4 Subkomite yaitu Subkomite Fasilitas Pelayanan Kesehatan Calon Tenaga Kerja Indonesia, Subkomite Penempatan Kesehatan Tenaga Kerja Indonesia Selama di Negara Penempatan, Subkomite Penempatan Kesehatan Tenaga Kerja Indonesia Purna Penempatan, Subkomite Penempatan Kesehatan Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah. Sebagai koordinator pelaksana adalah Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga Ditjen GiKIA. Disamping itu Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan No. HK.02.04/III/1576/11 tentang Pedoman Penanganan Masalah Kesehatan Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah (TKI B) dari Luar Negeri saat ini sedang direvisi. Pedoman ini berisi tentang tata cara pengajuan klaim pelayanan kesehatan bagi TKI. Klaim pengajuan penanganan kesehatan bagi TKI hanya ditujukan untuk kasus - kasus gawat darurat dan yang mengancam jiwa. Beberapa RS dan KKP telah ditetapkan sebagai tempat rujukan penanganan kesehatan bagi TKI

Tujuan Penanganan Kesehatan TKI adalah untuk mewujudkan Tenaga Kerja Indonesia

yang sehat sejak pra pemberangkatan, saat perjalanan berangkat, saat menjalani masa

kerja di luar negeri dan saat kembali ke daerah asal.

Tujuan Khusus :

Menurunnya mortalitas, morbiditas & disabilitas Tenaga Kerja Indonesia Terlaksananya pelayanan kesehatan dan rujukan bagi Tenaga Kerja Indonesia Terkoordinasinya kegiatan cegah tangkal penyakit menular dan potensial wabah

yang kemungkinan terbawa oleh Tenaga Kerja Indonesia melalui kegiatan pengamatan penyakit, pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.

KEGIATAN PENANGANAN KESEHATAN TKI MELIPUTI : A. Pelayanan Kesehatan (Posko Kesehatan) di pelabuhan debarkasi dan di

penampungan sementara, meliputi : Live saving / emergency response / kegawat daruratan Pengobatan sederhana Stabilisasi dan imobilisasi Transportasi / rujukan ke Rumah Sakit

B. Pengendalian Penyakit / Pengendalian risiko lingkungan di wilayah pelabuhan dan penampungan sementara , meliputi :

Penyediaan sanitasi darurat (Air Bersih, Jamban, sampah, limbah, dan penampungan sementara)

Pengawasan Makanan dan Minuman Pengendalian vektor penyakit

C. Pengamatan penyakit / Surveilans Epidemiologi D. Rapat koordinasi satgas pemulangan TKIB daerah di :

- Nunukan

- Dumai E. Penanganan Pemulangan WNIO Arab Saudi (dengan empty flight Hajj

Garuda) F. Monitoring / Pendampingan Pusat ke Daerah ( Nunukan, Batam, Tanjung

Pinang, dan Dumai)

Pelabuhan debarkasi / entry point pemulangantkib dan keluarganya adalah : 1. Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjung Pinang Kep. Riau 2. Pelabuhan Tanon Taka Nunukan Kalimantan Timur (akan dipindah ke

Pelabuhan Liem Hie Djung Nunukan) 3. Pos Lintas Batas Darat Entikong Kalimantan Barat 4. Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta 5. Pelabuhan Batam 6. Pelabuhan Balai Asahan Medan 7. Pelabuhan Dumai 8. Pelabuhan Tanjung Balai Karimun 9. Pelabuhan Tanjung Mas Semarang

10. Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya 11. Pelabuhan Pare-pare, Makasar 12. Pelabuhan Mataram 13. Bandar Udara Soekarno Hatta Jakarta

HASIL KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MIGRAN TAHUN 2012

URAIAN TAHUN 2012

1. Total Jumlah TKIB 15.947

- Tanjung Pinang 3.623

- Tanjung Priok 6.005

- Entikong 963

- Nunukan 3.126

- Jakarta 2.230

2. Jumlah TKIB

Berobat 1.566

- Tanjung Pinang 265

- Tanjung Priok 667

- Entikong 137

- Nunukan 475

- Jakarta 22

3. Jumlah TKIB

Dirujuk 39

- Tanjung Pinang 3

- Tanjung Priok 20

- Entikong 0

- Nunukan 11

- Jakarta 5

ENTRY POINT TANJUNG PINANG ( s.d. Oktober 2012)

NO BULAN

JUMLAH

JU

MLA

H TKI

Yang

Sakit

JENIS

KELAMIN

RA

WA

T

JA

LA

N

RU

JU

K

Ket. L P A

L P

1 Januari

256

100 6

362

1 0 1 1 0

2 Februari

275

105

12

392 24 10 14 24 0

3 Maret

295

153

21

469 5 0 5 5 0

4 April

266

127

15

408

21 7 14 21 3

5 Mei

290

146

17

453 19 13 6 19 0

6 Juni

337

163

26

526 43 14 29 43 0

7 Juli

436

252

28

716 28 9 19 28 0

8 Agustus

500

257

28

785 41 24 17 41 0

9 September

420

158 9

587

21 8 13 21 0

10 Oktober

548

246

32

826 62 14 48 62 0

11 November

12 Desember

JUMLAH

3,623

1,707

194

5,524 265

99

166

265

3

78

BAB VI ANALISIS

6.1 Analisis Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2012

Kejadian maupun dampak krisis kesehatan pada tahun 2012 terlihat mengalami

kenaikan dan penurunan bila dibandingkan krisis kesehatan 2 tahun

sebelumnya yaitu tahun 2010 dan 2011. Namun bila dilihat Frekuensi, kejadian

pada tahun 2012 mengalami kenaikan bila dibandingkan frekuensi kejadian dua

tahun sebelumnya. Korban meninggal pada tahun 2012 mengalami kenaikan

bila dibandingkan tahun 2011 namun mengalami penurunan bila di bandingkan

tahun 2010. Korban luka berat/rawat inap pada tahun 2012 mengalami

kenaikan bila dibandingkan tahun 2011 namun mengalami penurunan bila di

bandingkan tahun 2010. Korban luka ringan/rawat jalan dan pengungsi

mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2010 dan 2011. Korban Hilang

mengalami kenaikan jika dibandingkan tahun 2010 dan 2011. pengungsi serta

fasilitas kesehatan yang rusak lebih rendah dibandingkan tahun 2010 maupun

2011. Lengkapnya dapat dilihat pada tabel 6.1

Tabel 6.1 Frekuensi Kejadian dan Korban Akibat Krisis Kesehatan

Tahun 2010 - 2012

URAIAN TAHUN

2010 2011 2012

Frekuensi kejadian krisis kesehatan (kali)

315 211 489

Korban

Meninggal (orang) 1.385 565 675

Luka Berat / Rawat Inap (orang)

4.085 1.164 2.338

Luka Ringan / Rawat Jalan (orang)

98.235 12.429 6.858

Hilang (orang) 247 232 256

Pengungsi (orang) 618.880 96.082 74.141

Faskes yang Rusak

Faskes rusak (unit) 233 56 49

79

Bila ditinjau dari jenis penyebab kejadian krisis kesehatan, pada tahun 2012

terjadi penurunan proporsi bencana alam dibandingkan 2 tahun sebelumnya.

Sebaliknya, proporsi bencana non alam mengalami peningkatan. Untuk

bencana sosial, tahun 2012 lebih tinggi dari tahun 2010 dan tahun 2011. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 6.1.

Grafik 6.1 Proporsi Kejadian Krisis Kesehatan

Tahun 2010 – 2012

Trend kejadian bencana tiap bulan pada tahun 2012 memiliki kemiripan dengan

trend pada tahun 2010 maupun 2012 di mana terjadi penurunan pada bulan

Juni kemudian mengalami peningkatan mulai bulan Juli. Untuk trend setelah

bulan Juni, tahun 2012 hampir sama dengan tahun 2011 dan 2010 yaitu terjadi

peningkatan kejadian krisis kesehatan dari bulan Juli hingga puncaknya pada

bulan Desember, namun pada kejadian tahun 2012 ter Hal ini berbeda dengan

tahun 2010 yang menunjukkan fluktuasi, dengan puncaknya pada bulan

September untuk selanjutnya mengalami penurunan hingga bulan Desember.

Jelasnya pada grafik 6.2.

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%28%

19%

11%

4%

7%

3% 3%

0% 0%

9%

1%

10%

0%

3%

27%

15%

8%

1%

9%

1% 2% 1% 2%

8%

3% 6%

9%

7%

14%

9% 10%

0,6%

6%

0,5%

3%

0,8% 0,8%

10%

1,8%

16% 15%

12,5%

2010 2011 2012

80

Grafik 6.2 Trend Kejadian Bencana Tiap Bulan Tahun 2010 - 2012

Proporsi korban meninggal akibat bencana non alam mengalami peningkatan

yang sangat pesat pada tahun 2012 yaitu sebesar 64%, dibandingkan tahun

2010 dan 2011 yang hanya berkisar 3%. Korban meninggal akibat bencana

sosial pun mengalami peningkatan walaupun tidak sedrastis akibat bencana non

alam. Sebaliknya, proporsi korban meninggal akibat bencana alam pada tahun

2012 mengalami penurunan yang sangat tajam, dengan selisih lebih dari 60%

dibandingkan 2 tahun sebelumnya.

Tidak jauh berbeda dengan korban meninggal, korban luka berat/dirawat inap

akibat bencana non alam pada tahun 2012 juga mengalami peningkatan yang

sangat signifikan dibandingkan 2 tahun sebelumnya dengan selisih hampir

mencapai 70%. Kondisi sebaliknya terjadi pada korban luka berat/dirawat inap

akibat bencana alam, di mana terjadi penurunan proporsi yang sangat drastis

yaitu sebesar 16% pada tahun 2012 dibandingkan tahun 2010 dan 2011 yang

mencapai 91% dan 83%.

0

20

40

60

80

100

120

140

Tahun 2012

Tahun 2011

Tahun 2010

81

Untuk lebih jelasnya mengenai proporsi korban meninggal maupun luka/berat

dirawat inap berdasarkan jenis penyebabnya, dapat dilihat pada grafik 6.3 dan

grafik 6.4.

Grafik 6.3 Proporsi Korban Meninggal

Akibat Krisis Kesehatan Tahun 2010 – 2012 Berdasarkan Jenis Penyebabnya

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

2%

9%

1%

16%

1% 1% 2%

28%

2%

38%

2%

15%

1% 4%

10%

1% 0% 0%

6%

0% 1% 1%

51%

8%

1%

8%

3% 1%

6% 3% 2%

0%

10%

0%

16%

0%

47%

7%

2010 2011 2012

82

Grafik 6.4 Proporsi Korban Luka Berat/Dirawat Inap

Akibat Krisis Kesehatan Tahun 2010 – 2012 Berdasarkan Jenis Penyebabnya

Proporsi korban luka ringan/dirawat jalan maupun pengungsi akibat krisis

kesehatan tahun 2012 akibat bencana alam tidak banyak mengalami perubahan

dibandingkan 2 tahun sebelumnya yaitu lebih dari 90%. Terlihat peningkatan

proporsi korban luka ringan/dirawat jalan serta pengungsi akibat bencana non

alam. Lengkapnya dapat dilihat pada grafik 6.5 dan grafik 6.6.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

1% 1% 2% 4%

0% 1% 0% 0%

68%

8%

1% 0% 1%

8%

4%

0% 0% 1% 1%

4% 3% 0% 1%

4%

1% 4%

10%

3% 4% 1%

35%

0%

26%

1% 1% 2% 2% 4%

0%

4%

0% 1% 0%

12%

0% 0%

6%

44%

0%

23%

3%

2010 2011 2012

83

Grafik 6.5 Proporsi Korban Luka Ringan/Dirawat Jalan Akibat Krisis Kesehatan Tahun 2010 – 2012

Berdasarkan Jenis Penyebabnya

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

6%

0% 0%

6%

0% 0% 1%

64%

0% 0% 0% 0% 0% 0%

22%

5%

1% 0% 1%

6%

0%

4%

72%

2% 0% 0% 0%

2% 4% 2%

35%

3% 1%

3% 3% 0% 0% 0%

24%

0% 0% 4%

15%

8% 5%

2010 2011 2012

84

Grafik 6.6 Proporsi Pengungsi

Akibat Krisis Kesehatan Tahun 2010 – 2012 Berdasarkan Jenis Penyebabnya

Ditinjau dari frekuensi kejadian di tiap PPK Regional, tahun 2012 tidak banyak

mengalami perubahan dibandingkan 2 tahun sebelumnya, di mana PPK

Regional DKI Jakarta dan PPK Regional Sulawesi Selatan selalu menempati

posisi 2 teratas. Sebanyak 6 PPK Regional mengalami penurunan dibandingkan

tahun 2010, bahkan 5 di antaranya frekuensinya juga lebih rendah

dibandingkan tahun 2010. Sebanyak 2 PPK regional mengalami peningkatan

dibandingkan tahun 2010 maupun 2010 yaitu Bali dan Sumatera Selatan. Hal ini

dapat dilihat pada grafik 6.7

0%10%20%30%40%50%60%70%

15%

0% 1% 3% 0% 1% 0% 2%

69%

7% 2% 0% 0% 0% 0%

62%

0% 0% 5%

0% 0% 0% 1%

16%

5% 0% 0%

3% 7%

0%

46%

1% 1% 7%

0%

8%

0%

14%

1% 5%

0% 0% 0% 0%

16%

2010 2011 2012

85

Grafik 6.7 Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2010 – 2012

Berdasarkan PPK Regional

Pada tahun 2012, korban meninggal di 2 PPK Regional mengalami penurunan

dibandingkan tahun 2010 maupun 2010, yaitu DKI Jakarta dan Sumatera Utara.

Bahkan untuk PPK Regional Sumatera Utara, penurunannya dari tahun ke tahun

terlihat sangat drastis. Penurunan yang cuku3p mencolok juga terjadi pada

PPK Regional Jawa Tengah, yaitu bila dibandingkan dengan tahun 2010. Di lain

pihak, sebanyak 2 PPK Regional yaitu Jawa Timur dan Kalimantan Selatan,

terjadi peningkatan jumlah korban yang cukup signikan dibandingkan 2 tahun

sebelumnya. Hal ini dapat dilihat pada grafik 6.8.

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

35.00%

7.94% 6.35%

1.90%

32.38%

10.79% 8.89%

3.49% 5.40% 4.44%

14.92%

3.49%

8.53%

3.79% 3.32%

16.59%

12.32% 14.69%

3.79%

9.00%

6.16% 4.74%

1.90%

8.79%

2.86% 3.07%

28.63%

10.84% 10.22%

5.73% 6.13%

3.68% 5.52%

2.04%

2010 2011 2012

86

Grafik 6.8 Jumlah Korban Meninggal

Akibat Krisis Kesehatan Tahun 2010 – 2012 Berdasarkan PPK Regional

Untuk korban luka berat/dirawat inap, sebanyak 4 regional mengalami

penurunan dibandingkan setahun sebelumnya, yaitu PPK Regional Jawa Timur,

Jawa Tengah, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan. Penurunan di PPK

Regional Jawa Tengah terlihat sangat drastis. Sedangkan untuk PPK Regional

Sumatera Utara, penurunan jumlah korban tampak konsisten dari tahun 2010

hingga 2012. Peningkatan jumlah korban luka berat/dirawat inap terjadi di 3

PPK Regional yaitu DKI Jakarta, Sulawesi Utara dan Kalimantan Selatan.

Lengkapnya dapat dilihat pada grafik 6.9.

Dalam hal jumlah pengungsian pada tahun 2012, sebanyak 6 PPK Regional

menunjukkan penurunan dibandingkan 2 tahun sebelumnya. Bahkan PPK

Regional Jawa Tengah tampak menurun dengan sangat signifikan. Hanya 1

PPK Regional yang menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2010

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

35.00%

40.00%

0.94%

37.48%

0.07%

7.91%

30.22%

2.37% 1.87% 1.65% 0.72%

3.09%

13.67%

8.70%

1.45% 2.36%

12.32%

6.34%

31.70%

11.59%

5.62%

1.81%

10.69%

7.43%

9.19%

3.11% 1.63%

30.52%

10.96% 10.67%

8.74%

3.11%

10.37% 10.22%

1.48%

2010 2011 2012

87

maupun 2010, yaitu Sulawesi Utara. Sedangkan 2 PPK Regional yaitu

Sumatera Utara dan Jawa Timur, mengalami penurunan dibandingkan salah

satu tahun sebelumnya. Jelasnya dapat dilihat pada grafik 6.10.

Grafik 6.9 Jumlah Korban Luka Berat/Dirawat Inap

Akibat Krisis Kesehatan Tahun 2010 – 2012 Berdasarkan PPK Regional

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

35.00%

40.00%

2.07%

12.91%

0.49%

18.88%

24.48%

16.20%

1.40% 1.46% 0.37%

6.33%

15.41%

0.83% 1.91%

0.19%

35.39%

8.40% 8.53% 7.51%

19.48%

8.98% 8.47%

0.32%

6.72%

3.93%

6.20%

28.19%

4.32%

24.21%

0.90%

3.29%

4.58%

12.32%

5.35%

2010

2011

2012

88

Grafik 6.10 Jumlah Pengungsi

Akibat Krisis Kesehatan Tahun 2010 – 2012

Berdasarkan PPK Regional

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

2.64% 1.27% 1.90%

63.37%

0.19%

6.07%

11.56%

0.00%

5.96%

0.85%

6.19% 5.69%

69.61%

1.34% 1.78%

5.04% 4.04%

0.04% 0.93%

7.29%

4.11%

0.14%

11.85%

0.00% 1.07%

18.32%

5.93%

0.00%

35.49%

1.60%

17.69%

2.37%

5.67%

2010

2011

2012

89

6.2 Analisis Upaya yang Telah Dilakukan

Upaya penanggulangan krisis kesehatan tahun 2012 dilakukan di seluruh tahap

yaitu pada pra bencana, saat tanggap darurat maupun pasca krisis kesehatan.

Berikut akan dibahas analisis per tahapan kegiatan penanggulangan krisis

kesehatan.

a. Upaya Pra Bencana

Upaya pra bencana Kementerian Kesehatan pada tahun 2012 telah mencakup

seluruh indikator kegiatan yaitu sebanyak 16 indikator, yang terdapat di

Kepmenkes No. 876 tahun 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Penanganan

Krisis dan Masalah Kesehatan Lain. Tabel berikut adalah pembahasan ke-16

indikator tersebut dibandingkan dengan upaya yang telah dilakukan sepanjang

tahun 2012.

Tabel 6.2 Upaya Pra Bencana Tahun 2012

No Upaya Pra Bencana Sesuai Kepmenkes No. 876/2006

Upaya Pra Bencana Tahun 2012

1 Menyusun pedoman, protap dan juklak/juknis penanganan krisis dan masalah kesehatan lain (PKMKL) di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota

- Menyusun 13 produk kebijakan (pedoman dan modul) termasuk di antaranya Pedoman Penanggulangan Krisis Kesehatan Bidang Kesehatan dan Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan (daftar pedoman ada tabel 4.1) .

- Kerja sama dengan RAPI untuk Sistem Pelayan Informasi dan

Komunikasi Penanggulangan Krisis Kesehatan dan Masalah Kesehatan Lain.

2 Menyusun, mengembangkan sistem informasi dan komunikasi dalam PKMKL

3 Melakukan analisis risiko yang berdampak pada krisis dan masalah kesehatan lain.

- Pemetaan Kesiapsiagaan 33 provinsi.

- Penyusunan 6 renkon provinsi dan 50 kabupaten. 4 Menyusun rencana-rencana

PKMKL dengan melibatkan instansi terkait, pihak swasta,

90

No Upaya Pra Bencana Sesuai Kepmenkes No. 876/2006

Upaya Pra Bencana Tahun 2012

LSM dan masyarakat.

5 Memfasilitasi dan melaksanakan pertemuan koordinasi dan kemitraan lintas program/lintas

- Melakukan 13 pertemuan koordinasi (kesiapsiagaan dan evaluasi tanggap darurat) melibatkan LP dan LS

- Membuat 11 kerja sama dengan lintas sektor, lintas program serta LSM nasional dan internasional , antara lain sistem informasi, pelatihan, dukungan teknis dan manajemen

6 Melaksanakan pengembangan pendidikan dan pelatihan bagi petugas dan masyarakat (termasuk gladi)

Melakukan 19 jenis pelatihan (manajemen dan teknis)

7 Melakukan pengembangan media penyebarluasan informasi PKMKL

- Mengirim bantuan alat pengolah data ke 45 kabupaten/kota rawan bencana.

- Kerja sama dengan RAPI untuk sistem pelayan informasi dan komunikasi penanggulangan krisis dan masalah kesehatan lain

- Pengembangan website

8 Melakukan sosialisasi upaya PKMKL

Melalui media website dan pada saat acara pelatihan maupun pertemuan koordinasi.

9 Melakukan advokasi upaya PKMKL

Advokasi pada seluruh direktur Poltekkes Kemenkes agar manajemen bencana masuk dalam kurikulum mata kuliah Poltekkes.

10 Menyusun, mengembangkan sistem manajemen untuk PKMKL hingga ke tingkat desa

Pembinaan PPK Regional dan Sub Regional, Dinkes Provinsi dan Dinkes Kabupaten/Kota termasuk di

antaranya pembentukan TRC Keterangan : - PPK Regional dan Sub Regional

telah dibentuk pada tahun 2006 - Desa siaga terbentuk pada tahun 2006

11 Mendorong terbentuknya unit kerja yang menangani masalah kesehatan akibat bencana di setiap jenjang administrasi

12 Mendorong terbentuknya satgas Kesehatan dalam PKMKL di setiap jenjang administrasi

91

No Upaya Pra Bencana Sesuai Kepmenkes No. 876/2006

Upaya Pra Bencana Tahun 2012

13 Mendorong terbentuknya pusat pengendali operasional dalam PKMKL di tingkat provinsi dan kabupaten/kota

14 Menyiapkan pusat-pusat regional PKMKL

15 Mengadakan dan menyiagakan sumber daya

- -Mengirim bantuan emergency kit dan personal kit ke 45 kabupaten/kota rawan bencana.

- Mengirim bantuan radio komunikasi ke 3 PPK Regional

- Mengirim bantuan logistik lainnya seperti buffer stock MP ASI, dukungan paket individual kit dalam yankespro, dsb.

- Mengalokasikan pembiayaan. - Menyiagakan tim kesehatan pada

situasi khusus - Berperan dalam penanggulangan

krisis kesehatan internasional

16 Mengembangkan sistem kewaspadaan dini.

Kerja sama dengan RAPI untuk Sistem Pelayan Informasi dan Komunikasi Penanggulangan Krisis Kesehatan dan Masalah Kesehatan Lain. Keterangan : Kewaspadaan dini telah diimplementasikan melalui pemantauan harian serta Pemasangan alarm gempa di PPKK Kemenkes, PPK Reg Sumut , Sulsel, Sulut sejak tahun 2008. Kerjasama dengan BMKG untuk informasi gempa dan tsunami (Tsunami Early warning Sistem)

92

Sebagai tahapan rencana strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010 - 2014,

maka pada tahun 2012 Kepala PPKK telah menetapkan target 45

kabupaten/kota rawan bencana yang harus memiliki kemampuan tanggap

darurat dalam penanganan bencana sesuai indikator sebagai berikut :

1. Memiliki perlengkapan tanggap darurat yang terdiri dari emergency kit dan

personal kit

2. Memiliki alat pengolah data yang terdiri dari laptop dan modem.

3. Memiliki SDM kesehatan yang terlatih dalam bidang :

i. Manajemen bencana bidang kesehatan

ii. Penyusunan rencana kontinjensi bidang kesehatan

iii. Peningkatan kapasitas TRC dan Tim RHA di Daerah Rawan Bencana

iv. Pengelolaan data dan informasi

v. Penggunaan alat komunikasi bencana

Proporsi pencapaian target kabupaten/kota rawan bencana tahun 2012 yang

telah memiliki perlengkapan tanggap darurat serta alat pengolah data telah

mencapai 100%. Sedangkan untuk SDM Kesehatan yang terlatih, sebagian

besar target telah tercapai. Jelasnya sebagaimana grafik berikut ini.

Grafik 6.11

Proporsi Pencapaian Target Renstra Penanggulangan Krisis Kesehatan Tahun 2012

93

Proporsi 75% untuk kepemilikan SDM Kesehatan Terlatih, merupakan proporsi

rata-rata dari pencapaian target 5 jenis pelatihan yang menjadi indikator. Bila

dirinci, dari 5 jenis pelatihan tersebut, sebanyak 4 di antaranya telah dilatihkan

pada lebih dari 70% kabupaten/kota target Renstra tahun 2012. Sedangkan 1

jenis pelatihan yaitu penyusunan rencana kontinjensi bidang kesehatan,

pencapaiannya pada tahun 2012 ini sebesar 27%. Untuk jelasnya dapat dilihat

pada grafik 6.12.

Grafik 6.12 Proporsi Pencapaian Target Renstra PKK tahun 2012

untuk SDM Kesehatan Terlatih

b. Upaya Tanggap darurat

Upaya tanggap darurat Kementerian Kesehatan pada tahun 2012 mencakup

hampir seluruh indikator upaya yang terdapat di Kepmenkes No. 876 tahun

2006 yaitu sebanyak 7 dari 10 indikator. Beberapa indikator tidak langsung

dilakukan oleh tingkat pusat melainkan oleh daerah yang terkena krisis

kesehatan. Sedangkan tingkat pusat melakukan supervisi dan dukungan

terhadap kegiatan tersebut. Tabel berikut adalah pembahasan ke-10 indikator

tersebut dibandingkan dengan upaya yang telah dilakukan sepanjang tahun

2012.

94

Tabel 6.3 Upaya Saat Tanggap Darurat Tahun 2012

No Upaya Tanggap Darurat Sesuai Kepmenkes No. 876/2006

Upaya Saat Tanggap Darurat Tahun 2012

1 Menyusun rencana operasi dan melaksanakannya secara terpadu dengan melibatkan instansi terkait, pihak swasta, LSM, masyarakat dan mitra kerja Internasional.

Rencana operasi disusun oleh wilayah yang menghadapi krisis kesehatan. Tim Pusat melakukan supervisi

2 Melaksanakan pemulihan fasilitas dan penyediaan tenaga kesehatan dengan melibatkan instansi terkait, pihak swasta, LSM dan masyarakat serta mitra kerja internasional agar dapat berfungsi kembali.

Mobilisasi SDM Kesehatan dan atau logistik dan atau dukungan dana operasional dan atau klaim RS untuk 31 daerah yang mengalami krisis kesehatan .

3 Memobilisasi sumber daya, termasuk yang ada di pusat-pusat regional bila diperlukan

4 Membantu pelaksanaan pencarian dan penyelamatan korban.

Penyelamatan korban dilakukan oleh tenaga kesehatan di wilayah yang mengalami krisis kesehatan. Tim Pusat melakukan dukungan.

5 Mengaktifkan pusat pengendali operasional PKMKL

Pusat Pengendali Operasi sektor kesehatan berada Dinas Kesehatan wilayah terkena krisis kesehatan.

6 Melakukan penilaian cepat kesehatan Mengirim Tim dari PPKK, Lintas Program dan PPK Regional/Sub Regional untuk melakukan dukungan

7 Melakukan pelayanan kesehatan darurat

- Melakukan upaya pelayanan kesehatan

- Melakukan pelayanan gizi - Upaya penyediaan dan distribusi

obat dan bekkes

8 Melakukan pelayanan kesehatan rujukan

9 Melakukan surveilans epidemiologi penyakit potensial wabah dan faktor risiko

Melakukan upaya pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan

10 Monitoring evaluasi Monitoring dan evaluasi dilakukan melalui pemantauan perkembangan kejadian berdasarkan data yang dikirim dari Dinas Kesehatan setempat.

95

Upaya tanggap darurat dilakukan oleh seluruh jajaran kesehatan dari tingkat

kelurahan/desa, kecamatan, kab/kota, provinsi maupun pusat. Berbagai upaya

dilakukan secara terintegrasi baik lintas program di jajaran kesehatan maupun

lintas sektor. Kegiatan dilakukan oleh jajaran kesehatan di tingkat kab/kota,

apabila diperlukan akan dibantu oleh sumberdaya yang ada ditingkat provinsi

maupun tingkat pusat. Hal itu dilakukan berdasarkan besarnya dampak

bencana maupun kemampuan wilayah setempat, sehingga memerlukan

bantuan dari tingkat administrasi yang lebih tinggi. Pengiriman bantuan yang

dilakukan oleh Kemeneterian Kesehatan secara umum yaitu pengiriman

bantuan tenaga kesehatan, logistik kesehatan maupun dana. Berikut akan

dianalisis lebih jauh mengenai pengiriman bantuan tersebut.

1. Pengiriman Bantuan Tenaga Kesehatan

Berdasarkan data Bidang Pemantauan dan Informasi PPKK, dari 211 kejadian

bencana yang terpantau, PPKK mengirimkan bantuan tenaga kesehatan pada

21 kejadian. Pengiriman bantuan tenaga kesehatan dilakukan untuk

mendukung manajemen penanggulangan bencana maupun untuk membantu

pelayanan kesehatan di lokasi bencana.

Grafik 6.13. Proporsi Bantuan Tim PPKK Saat Tanggap Darurat

Terhadap Jumlah Krisis Kesehatan Tahun 2012

10%

90%

Pengiriman Bantuan Tim

96

Grafik 6.14

Frekuensi Mobilisasi Tim Kesehatan Saat Tanggap Darurat Berdasarkan Nama Unit di Kementerian Kesehatan yang Mengirimkan

Pada grafik dapat dilihat bahwa dari 211 kejadian yang terpantau oleh PPKK,

sebanyak 10% yang memerlukan dukungan bantuan tenaga kesehatan yaitu

berupa dukungan manajemen penanggulangan krisis kesehatan karena

kejadian bencana reltif kecil dan dapat ditangani oleh Pemerintah setempat.

Pengiriman bantuan tenaga kesehatan dapat dilakukan oleh PPKK maupun

PPKK bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan dan Lintas

Sektor. Lintas Program yang tercatat bersama-sama dengan PPKK mengirimkan

bantuan tenaga kesehatan dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan

akibat bencana yaitu Direktorat Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan, Direktorat Bina Gizi, Direktorat Kesehatan Jiwa, Direktorat Bina

Upaya Kesehatan Dasar dan Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan.

97

Grafik 6.15 Frekuensi Mobilisasi Bantuan Tenaga Kesehatan

Saat Tanggap Darurat oleh PPKK dan Lintas Program di Kementerian kesehatan

Berdasarkan Jenis Bencana

Pada grafik 6.15 dapat dilihat bahwa pengiriman bantuan tenaga kesehatan

paling sering dilakukan pada kejadian bencana peningkatan aktivitas gunung

sampai terjadinya erupsi. Selama tahun 2012 terdapat 6 gunung yang

terpantau PPKK dan dilakukan pengiriman bantuan tenaga kesehatan kelokasi

yaitu Gunung Soputan di Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara, Gunung

Lokon di Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara, Gunung Dieng di Kabupaten

Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah, Gunung Gamalama di Kota Ternate

Provinsi Maluku Utara, Gunung Karangetang di Kabupaten Sitaro Provinsi

Sulawesi Utara dan Gunung Ijen di Kabupaten Situbondo - Kabupaten

Bondowoso – Kabupaten Banyuwangi.

2. Pengiriman Bantuan Logistik Kesehatan

Salah satu bentuk bantuan yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan dalam

upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana adalah bantuan logistik

kesehatan diantaranya seperti obat-obatan, MP ASI, alat kesehatan,

perelengkapan bahan-bahan kesehatan lingkungan dan sebagainya. Logistik

98

kesehatan yang diberikan disesuaiakan dengan kebutuhan upaya kesehatan

dilokasi bencana. Permintaan kebutuhan logistik kesehatan ditujukan kepada

lintas program melalui PPKK dalam meneruskan permintaan kebutuhan logistik

kesehatan yang disebutkan,.

Grafik 6.16 Frekuensi Pengiriman Bantuan Logistik Kesehatan

Saat Tanggap Darurat Tahun 2012 Berdasarkan Unit di Kemenkes yang Mengirimkan

Pada grafik 6.16 dapat dilihat bahwa pengiriman bantuan logistik kesehatan

telah dilakukan oleh lintas program dilingkungan Kementerian Kesehatan.

Pengiriman bantuan logistik kesehatan tersebut dapat dilakukan oleh masing-

masing unit kerja,atau terkoordinir oleh PPKK.

3. Pengiriman Bantuan Dana Penanggulangan Krisis Kesehatan

Akibat Bencana

Untuk mendukung upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,

pada saat tanggap darurat PPKK Kementerian Kesehatan dapat memberikan

bantuan dana berupa dana operasional. Bantuan dana operasional dapat

diberikan apabila ada permintaan dari daerah yang mengalami krisis kesehatan

akibat bencana.

99

Grafik 6.17 Proporsi Kejadian yang Diberi Bantuan Dana Operasional

Dibandingkan Jumlah Kejadian Krisis Kesehatan

Pada grafik 6.17 dapat dilihat bahwa dari 211 kejadian krisis kesehatan yang

terpantau oleh PPKK, terdapat 16 (7%) kejadian yang memerlukan bantuan

dana operasional dengan kumulatif nominal Rp. 1.081.742.000. Hal itu

disebabkan antara lain karena dampak kejadian krisis kesehatan yang terjadi

selama tahun 2012 tidak terlalu besar, serta daerah setempat mampu

menangani permasalahan kesehatan yang timbul.

c. Upaya Pasca Krisis Kesehatan

Kegiatan pasca krisis kesehatan dilakukan oleh lintas program, lintas sektor

maupun LSM. Namun data komprehensif hasil kegiatan pasca krisis kesehatan

belum dapat dikumpulkan secara lengkap. Tabel berikut adalah pembahasan

ke-14 indikator upaya penanggulangan krisis kesehatan sesuai Kepmenkes No.

876/2006 dibandingkan dengan upaya yang telah dilakukan sepanjang tahun

2012.

100

Tabel 6.4 Upaya Pasca Krisis Kesehatan Tahun 2012

No Upaya Pasca Krisis Kesehatan Sesuai Kepmenkes No. 876/2006

Upaya Pasca Krisis Kesehatan Tahun 2012

1 Melaksanakan pemulihan kesehatan masyarakat dengan melibatkan instansi terkait, pihak swasta, LSM dan masyarakat serta mitra kerja internasional

Tidak ada data

2 Melaksanakan pemulihan fasilitas dan penyediaan tenaga kesehatan dengan melibatkan instansi terkait, pihak swasta, LSM dan masyarakat serta mitra kerja internasional agar dapat berfungsi kembali.

PPKK memberikan bantuan pembiayaan untuk pembelian alat kesehatan di RSUD Prov. NTB .

3 Memberdayakan masyarakat dalam upaya pemulihan.

-

4 Mengendalikan vektor dan penyakit berpotensial wabah

Upaya surveilans epidemiologi

5 Melakukan suveilans penyakit potensial wabah dan faktor risiko

Upaya penyehatan lingkungan

6 Memantau kualitas air bersih dan sanitasi

Upaya sanitasi dan pemeriksaan kualitas air bersih

7 Mengendalikan faktor risiko kesehatan Tidak ada data

8 Menanggulangi masalah kesehatan jiwa dan psikososial

Upaya kesehatan jiwa di pengungsian Gunung Lokon

9 Melakukan analisis dampak kesehatan Analisis dampak kesehatan dilakukan oleh unit-unit teknis terkait di tingkat wilayah sesuai besaran bencana. PPKK melakukan penilaian kerusakan dan kerugian sektor kesehatan bersama BNPB untuk rehab rekon pasca letusan Gunung Merapi tahun 2010

10 Melaksanakan pelayanan Kespro -

11 Melakukan perbaikan gizi masyarakat Upaya pelayanan gizi

12 Melakukan upaya rehabilitasi medik Dalam bentuk dukungan pembiayaan yang dialokasikan dalam program Jamkesmas.

13 Melakukan upaya rekonstrusi sumber daya kesehatan

-

101

No Upaya Pasca Krisis Kesehatan Sesuai Kepmenkes No. 876/2006

Upaya Pasca Krisis Kesehatan Tahun 2012

14 Monitoring dan evaluasi Evaluasi tanggap darurat banjir bandang di Kab. Gorontalo, gempa bumi di Prov. Bali, kebakaran RSUD Mataram dan banjir lahar dingin Gn. Merapi di Prov. DIY dan Jateng

* Keterangan : - , tidak ada data

98

BAB VII

PERMASALAHAN

Permasalahan yang ditemui dalam melaksanakan upaya penanggulangan krisis

kesehatan baik pada tahap pra krisis kesehatan, saat krisis kesehatan dan pasca krisis

kesehatan berdasarkan kategori sumber daya manusia, manajemen, keuangan, sumber

daya dan logistik).

1. Upaya Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan

A. Tahap pra krisis kesehatan :

a. Sumber Daya Manusia

SDM kefarmasian masih ada masih banyak yang belum pernah mengikuti

pelatihan pengelolaan obat bencana.

b. Manajemen

1. Kesulitan dalam merencanakan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan

baik dalam jumlah maupun jenis.

2. Pembagian tugas dan tanggung jawab pengelolaan obat di daerah belum

sepenunhnya dilaksanakan.

B. Tahap Krisis Kesehatan :

a. Manajemen

1. Koordinasi dalam permintaan obat dan perbekalan kesehatan belum

berjalan dengan baik.

2. Pelayanan kefarmasian hanya dilakukan di pelayanan kesehatan belum

pada pelayanan di Instalasi Farmasi.

3. Pencatatan dan pelaporan belum berjalan dengan baik

b. Sumber Daya dan Logistik

1. Penyediaan obat-obat spesialistik belum memadai

2. Sarana dan prasarana dalam menunjang kegiatan kefarmasian belum

memadai.

c. Keuangan

Biaya operasional pengelolaan obat tidak dianggarkan.

C. Tahap Pasca Krisis Kesehatan

a. Manajemen

Kesulitan dalam inventarisasi sisa obat dan perbekalan kesehatan yang

sudah tidak dalam kemasan yang utuh.

b. Keuangan

1. Keterbatasan biaya operasional dalam penarikan obat dan perbekalan

kesehatan yang sudah tidak dipakai.

2. Biaya pelaksanaan pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan tidak ada

2. Upaya Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang

A. Tahap Pra Krisis Kesehatan

a. Manajemen

1. Belum adanya peta penyebaran vektor untuk semua wilayah endemis

penyakit

2. Penggunaan insektisida dalam pengendalian vektor belum diatur secara

konsisten

3. Mekanisme dan sistem penggunaan pestisida dan alat pengendalian vektor

yang standar belum dilaksanakan di semua sektor yang terkait.

4. Permenkes Nomor 374/Menkes/Per/III/2010, masih belum disosialisasikan

ke KKP, Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota dan BTKL.

5. Buku pedoman pengendalian vektor, masih ada beberapa kesalahan ketik

dan perlu dilakukan revisi.

6. Kegiatan pengendalian vektor saat ini dilakukan oleh masing-masing

program.

7. Intervensi vektor yang dilakukan masih belum optimal didukung dan

memanfaatkan data dan informasi vektor.

b. Sumber daya dan logistik

1. Keterbatasan sumber daya (tenaga dan logistik)

2. Jumlah tenaga Entomologi Kesehatan di Subdit Pengendalian Vektor setiap

tahun terus berkurang, sehingga baik secara kualitas maupun kuantitas

jumlah tenaga tersebut masih kurang

3. Beberapa instansi KKP dan BBTKL mempunyai sebagian alat perlengkapan

pengendalian vektor, akan tetapi masih lebih banyak yang tidak memiliki

peralatan tersebut termasuk Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota.

4. Usulan agar KKP dan semua BBTKL/BTKL termasuk dinas kesehatan

Kabupaten dan Kota mempunyai alat Pengendalian Vektor sendiri sudah

dilakukan, namun usulan tersebut belum bisa dilaksanakan secara optimal.

c. Keuangan

Anggaran untuk kegiatan sub direktorat pengendalian vektor tahun ini sangat

kurang bila dibandingkan dengan tanggungjawab yang harus dilakukan

berhubungan dengan penyelenggaraan pengendalian vektor.

B. Tahap Krisis Kesehatan

Manajemen

1. Pada saat terjadi KLB untuk penyakit demam berdarah dengue, malaria

dalam pengendalian vektor menggunakan bahan insektisida dengan

pengadaan sendiri walaupun sebagian dari pengiriman pusat. Penggunaan

bahan-bahan tersebut masih memakai bahan insektisida yang sudah

resisten dan tidak efektif lagi.

2. Faktor risiko lingkungan yang memungkinkan tersebarluasnya jenis-jenis

vektor.

3. Meningkatnya resistensi vektor terhadap insektisida.

3. Upaya Pelayanan Gizi

a. Manajemen

Masih ditemukan pendistribusian susu formula untuk bayi dibawah 6 bulan

Dapur umum tidak menyediakan makanan bagi bayi dan balita

Penerapan di lapangan yang belum sesuai dengan yang diharapkan

b. Sumber daya dan logistik

Saat kejadian bencana sering ditemukan makanan bantuan yang hampir

mencapai masa kadaluarsa.

4. Upaya Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

A. Manajemen

1. Petugas kesehatan bidang PP dan PL di daerah yang terkena bencana masih

mengalami hambatan baik koordinasi, sarana dan pra sarana

2. Surveilans penyakit bencana yang belum optimal dan tercatat dengan baik

3. Belum seluruh pedoman ditetapkan menjadi Permenkes

B. Sumber Daya dan Logistik

1. Terbatasnya tenaga PP dan PL di daerah (sanitarian, epidemiolog,

entomolog), termasuk masih kurangnya kapasitas petugas kesehatan dalam

penanggulangan bidang PP dan PL

2. Terbatasnya ketersediaan logistik PP dan PL di pusat dan daerah

3. Atribut kesehatan petugas lapangan yang terbatas, sehingga sering dianggap

sektor kesehatan belum melakukan upaya

C. Keuangan

1. Keterbatasan biaya operasional untuk petugas penanggulangan bencana PP

dan PL baik di pusat dan daerah

2. Keterbatasan handling cost

5. Upaya Pelayanan Kesehatan Jiwa

A. Manajemen

Dalam melakukan komunikasi (assessment dan intervensi) di Kab Sampang,

tim mengalami kendala bahasa, karena banyak penyintas yang tidak bisa

bahasa Indonesia

B. Sumber daya dan Logistik

Petugas siaga bencana di lapangan masih kurang memahami materi

kesehatan jiwa pada situasi bencana seperti Psychological First Aid (PFA),

diharapkan pelatihan kesehatan jiwa pada stuasi bencana ditambah, atau

dapat integrasi materi kesehatan jiwa ke pelatihan TRC (Tim reaksi cepat)

bencana yang diadakan oleh PPKK

Kurangnya persediaan obat – obatan untuk kesehatan jiwa di Puskesmas

setempat

6. Direktorat Bina Kesehatan Ibu

A. Manajemen

1. PPAM kesehatan reproduksi belum menjadi prioritas dalam upaya

penanggulangan bencana pada kelompok rentan.

2. Pedoman yang sekarang masih digunakan merupakan cetakan tahun 2003.

Saat ini Direktorat Ibu sedang melakukan adaptasi modul PPAM dari IASC

tahun 2010. Target selesai tahun 2013.

3. Penerapan di lapangan belum sesuai yang diharapkan.

B. Sumber daya dan Logistik

1. Terbatasnya jumlah fasilitator yang masih aktif: perlu 3-4 orang per pelatihan.

2. Kesulitan dalam penyimpanan dan distribusi kit individual.

3. Kit Kespro dari UN yang sering tidak sesuai dengan kondisi lokal (ukuran).