TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL...

119
1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI Tugas Akhir – 465D5206 PERIODE II Tahun 2013-2014 Sebagai Persyaratan Untuk Ujian Sarjana Arsitektur Program Studi Pengembangan Wilayah dan Kota Oleh : RASDIANA. A D521 09 260 PRODI PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Transcript of TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL...

Page 1: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

1

TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOLDAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE

SKRIPSITugas Akhir – 465D5206

PERIODE IITahun 2013-2014

Sebagai Persyaratan Untuk UjianSarjana Arsitektur

Program Studi Pengembangan Wilayah dan Kota

Oleh :

RASDIANA. AD521 09 260

PRODI PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA

JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

2

PENGESAHAN

SKRIPSI

PROYEK : TUGAS SARJANA PROGRAM STUDI

PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KOTA

JUDUL : TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR

SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA

PAREPARE

PENYUSUN : RASDIANA. A

NO. STB : D 521 09 260

PERIODE : II-TAHUN 2013/2014

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Pembimbing I

Prof. Dr. Ir. Ananto Yudono, M.EngNip. 19481212 197602 1 001

Pembimbing II

Dr. Ir. Arifuddin Akil, M.TNip. 19630504 199512 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan ArsitekturFakultas Teknik

Universitas Hasanuddin

Baharuddin Hamzah, S.T.,M.Arch.,P.hDNip. 19690308 199512 1 001

Ketua Program Studi PWKJurusan Arsitektur Fakultas Teknik

Universitas Hasanuddin

Dr. Ir. Arifuddin Akil, M.TNip. 19630504 199512 1 001

Page 3: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

3

TINJAUAN PEDAGANG KAKILIMAPASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA

DI KOTA PAREPARE

Rasdiana1, Ananto Yudono2, Arifuddin Akil2e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Pasar senggol sebagai pasar malam tradisional Parepare merupakan daya tarikbagi para pedagang kaki lima. Dengan semakin berkembangnya Kawasan Pasartersebut pada saat ini, berpengaruh pada komponen kawasan antara lain:Volume lalulintas, perparkiran, arus pejalan kaki meningkat, infrastruktur, adanyabisnis sektor formal dan informal serta adanya interaksi sosial di kawasan Pasar.Namun yang menjadi salah satu masalah adalah keberadaan para pedagangkaki lima yang tidak direncanakan. Kajian ini bertujuan untuk megetahui faktor-faktor yang menyebabkan kegiatan PKL mengganggu lingkungan perkotaan,mengetahui keinginan dari pedagang kakilima yang ada di lokasi penelitian sertamengetahui ide penataan PKL yang kondusif. Jenis penelitian ini menggunakananalisis korelasi dan analisis deskriptif, data didapatkan dari wawancara sertakuisioner dari populasi pedagang kakilima di kawasan tersebut. Hasil analisismenunjukkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya permasalahanlingkungan adalah sarana usaha pasca dagang yang dipengaruhi oleh jaraklokasi dagang dengan rumah tinggal pedagang, buangan limbah PKL,kemacetan lalu lintas serta lapak berjualan pedagang kakilima. penataan PKLjuga didasarkan atas keterpaduan keinginan PKL, Warga Masyarakat Kota, danPemerintah Kota parepare.

Kata Kunci : Pedagang kaki lima, aktivitas pedagang kakilima,permasalahan pedagang kaki lima

1)Mahasiswa Program Studi Pengembangan Wilayah dan Kota, JurusanArsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.

2)Dosen Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.

Page 4: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

4

REVIEW OF STREET VENDORSAT SENGGOL MARKET AND SURROUNDING

IN PAREPARE

Rasdiana1, Ananto Yudono2, Arifuddin Akil2e-mail: [email protected]

ABSTRACT

Senggol market as a traditional night market in Parepare City is an attraction forthe street vendors With the growing in the market area at this time, an effect onregional components include: Volume of traffic, parking, pedestrian flowincreases, the infrastructure, the formal and informal sector businesses and thethe social interaction in the Market area. However, the one problem is thepresence of the vendors that are not planned. This study aims to know the factorsthat cause the activities of street vendors disturbing urban environment, knowingthe desire of the street vendors in location and know the conducive arrangementideas of street vendors. This research uses a descriptive analysis and correlationanalysis, the data obtained from interviews and questionnaires of the populationof street vendors in the area. Analysis revealed that the factors that causeenvironmental problems are business facilities after the trade is affected by thelocation distance residential houses with trade location, street vendors wastedisposal, traffic jams and the stalls selling street vendors. Street Vendorsarrangement is based on the integration of street vendors desire, Citizen and CityGovernment of Parepare.

Keywords : street vendors, street vendors activity, street vendors problems

1)Undergraduate of Urban and Regional Development Study Program ,Architecture Department, Engineering Faculty, Hasanuddin University.

2)Lecturer of Architecture Department, Engineering Faculty, HasanuddinUniversity.

Page 5: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

5

KATA PENGANTAR

Assalamu’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, segala pujian dan kesyukuran penulis

haturkan kehadirat Allah SWT yang menumpahkan diri kepada hamba-

hamba-Nya dengan segala sifat keagungan-Nya, menyinari hati hamba-

Nya dengan mengakui sifat kebesaran-Nya, memperkenalkan diri pada

mereka dengan segala nikmat-Nya, dan dengan segala rahmat dalam

penyusunan tugas akhir ini dapat diwujudkan sebagai persyaratan dalam

menyelesaikan perkuliahan dalam jenjang S1 Program Studi

Pengembangan Wilayah dan Kota Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik

Universitas Hasanuddin.

Tugas akhir yang berjudul “Tinjauan Pedagang Kaki Lima Pasar

Senggol dan Sekitarnya di Kota Parepare”. Diharapkan tulisan ini dapat

lebih memperkaya pengetahuan dan wawasan bagi semua pihak

mengenai keberadaan pedagang kaki lima terhadap lingkungan

perkotaan.

Dalam menyusun tugas akhir ini, penulis menyadari masih terdapat

banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan

kritik yang membangun agar tugas akhir ini menjadi lebih baik lagi di masa

mendatang dan dapat bermanfaat demi kemajuan ilmu pengetahuan.

Makassar, November 2013

Rasdiana. A

Page 6: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

6

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan berkat

anugerah-Nya, terkhusus dalam proses penyelesaian skripsi ini. Untuk

setiap kesehatan, kesabaran, semangat, dan setiap hal yang membuat

penulis selalu mengucap syukur. Tak lupa juga setiap orang yang

membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini, antara lain:

1. Kedua orangtua, ayahanda Alimin. G dan Ibunda Dra. Hj. Citrayang sudah melahirkan dan membesarkan dengan segala cinta dan

kasih sayangnya. Penulis mengucapkan terima kasih yang tak

terhingga atas segala doa, perhatian, nasehat, dorongan dan

pengorbanan baik moril maupun material selama penulis dalam

pendidikan hingga selesai.

2. Kepada saudara penulis satu-satunya Nurhamda Alimin, C.SKom.yang banyak membantu baik doa maupun membantu penulis untuk

survey. Terima kasih atas segala yang telah diberikan selama ini.

3. Untuk Keluarga besar Tante-tante, Om-om dan sepupu-sepupu yang

juga tetap memberikan semangat dari jauh, Terima kasih.

4. Dosen Pembimbing Tugas Akhir, Bapak Prof. Dr. Ir. AnantoYudono, M.Eng, selaku pembimbing pertama dan Dr. Ir. ArifuddinAkil, MT, selaku pembimbing kedua. Terima kasih untuk setiap

waktu yang sudah disisihkan, ilmu yang sudah diberikan, bimbingan,

semangat, dan setiap hal berharga yang telah memperkaya penulis

sehingga dapat menjadi lebih bijak dalam mengerjakan segala

sesuatu.

5. Dosen Penguji Tugas Akhir, ibu Isfa Sastrawati, ST.,MT , Ir. H.Moh. Yoenus Osman,MSP , Ir. Louis Santoso, M.Si, terima kasih

untuk semangat yang diberikan dan masukan yang memperkaya isi

tugas akhir penulis.

Page 7: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

7

6. Kepala Studio Tugas Akhir Prodi Pengembangan Wilayah Kota, Ir.Hj. Suriana La Tanrang, M.Si, terima kasih untuk setiap

kesabaran, bimbingan, dan setiap hal yang telah membantu penulis

dalam menyelesaikan tugas akhir ini tepat waktu.

7. Staff tata usaha Jurusan Arsitektur, Pak Jhon, Pak Haerul, PakHafid, Ibu Tik Nok, dan staff Fakultas Teknik, terima kasih untuk

setiap bantuan dalam kepengurusan administrasi dan keperluan

perkuliahan penulis.

8. Teman-teman seperjuangan yang sudah Sarjana lebih dulu AgnesST, Pheo ST, Friza ST, Raslan ST, Wirman ST, Nahrul ST TaufikST, Uun ST, Mimin ST, Fasta ST, Kia ST, Eka ST, Lela dan AriniST. Terima kasih atas bantuan doa dan semangat untuk penulis.

9. Teman-teman se-studio Saddam ST, Emil ST, Ikram ST, Saba ST,Anwar ST, Adnan C.ST, Ihsan C.ST, Wanda ST, Erna ST, TyaST, Winda ST, Iin ST, Ana ST dan Murni C,ST. Terima kasih telah

bersama di studio kurang lebih selama 3 bulan, berbagi canda tawa

suka dan duka, serta dorongan dan semangat.

10.Teman-teman seperjuangan lainnya yang bakal menjadi generasi

berikut di studio akhir Endang CST, Yani C.ST, Nunu C.ST, TantiC.ST, Asta C.ST, dan teman-teman C.ST lainnya.

11.Saudara-saudariku Jurusan Aristektur angkatan 09, High Voltage’09, Keluarga besar OKJA FT-UH. Terima kasih untuk segalanya

terlebih rasa persaudaraan yang penulis rasakan dan setiap

pengalaman yang penulis dapatkan.

12.Berbagai pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu per

satu, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas

akhir ini.

Page 8: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

8

DAFTAR ISI

Halaman

Sampul................................................................................................. i

Pengesahan Skripsi ............................................................................. ii

Abstrak................................................................................................. iii

Abstract................................................................................................ iv

Ucapan Terima Kasih .......................................................................... vi

Kata Pengantar .................................................................................... viii

Daftar Isi .............................................................................................. viii

Daftar Tabel ......................................................................................... xi

Daftar Gambar ..................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 4

F. Sistematika Penulisan............................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Sektor Informal.......................................................................... 6

B. Pedagang Kaki Lima ................................................................. 9

1. PKL sebagai Activity Support............................................... 11

2. Karakteristik Pedagang Kaki Lima ....................................... 13

3. Okupasi Public Space oleh PKL .......................................... 18

4. Permasalahan pada Ruang Publik ...................................... 21

5. Sifat Pelayanan Aktivitas PKL.............................................. 22

C. Faktor Penyebab Munculnya Pedagang Kaki Lima................... 23

D. Aspek Ekonomi ......................................................................... 25

Page 9: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

9

E. Aspek Sosial ............................................................................. 27

F. Aspek Lingkungan..................................................................... 29

G. Penanganan Pedagang Kaki Lima di Negara Lain.................... 30

H. Kebijakan Penangan Pedagang Kaki Lima di Indonesia ........... 37

I. Kebijakan Pedagang Kaki Lima di Kota Parepare..................... 38

J. Studi Penelitian Terdahulu ........................................................ 41

BAB III METODE PENELITIANA. Jenis Penelitian ......................................................................... 42

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................... 42

C. Populasi Penelitian.................................................................... 43

D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 44

E. Teknik Analisis Data.................................................................. 46

F. Variabel Penelitian .................................................................... 47

G. Kerangka Pikir........................................................................... 49

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kota Parepare............................................... 50

B. Gambaran Umum Pasar Senggol .............................................. 54

C. Gambaran Umum Pedagang Kaki Lima..................................... 57

1. Jenis Dagangan .................................................................... 58

2. Sarana Usaha Dagang.......................................................... 60

3. Luasan Lapak Sarana Usaha ............................................... 62

4. Waktu Operasional PKL........................................................ 65

5. Bentuk Kepemilikan Usaha .................................................. 68

6. Penghasilan Pedagang Kaki Lima ....................................... 70

7. Retribusi Pedagang Kaki Lima ............................................. 69

D. Analisis dan Pembahasan.......................................................... 71

1. Permasalahan Lingkungan yang Terjadi di Lokasi Penelitian 71

2. Keinginan Pedagang Kaki Lima ............................................ 85

3. Ide Penataan Pedagang Kaki Lima....................................... 87

Page 10: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

10

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 94

B. Saran......................................................................................... 95

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

11

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Studi Penelitian Terdahulu ................................................... 41

Tabel 3.2 Variabel Penelitian ............................................................... 47

Tabel 4.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan................ 52

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk tiap Kecamatan ...................................... 52

Tabel 4.3 Jumlah dan Persentase Penduduk ...................................... 53

Tabel 4.4 Jumlah Pedagang Kaki Lima ............................................... 58

Tabel 4.5 Bentuk Sarana Fisik PKL ..................................................... 60

Tabel 4.6 Jumlah Pedagang Kaki Lima Berdasarkan Bentuk Sarana.. 62

Tabel 4.7 Luasan Sarana Usaha Dagang............................................ 62

Tabel4.8 Waktu Operasional PKL........................................................ 65

Tabel 4.9 Hasil Korelasi Sarana Usaha Dagang.................................. 73

Tabel 4.10 Keinginan Pedagang Kaki Lima ......................................... 85

Tabel 4.11 Ide Penataan Pedagang Kaki Lima.................................... 88

Page 12: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

12

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pola Penyebaran Mengelompok ...................................... 16

Gambar 2.2 Pola Penyebaran Memanjang.......................................... 17

Gambar 3.1 Peta Citra Lokasi Penelitian ............................................. 40

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kota Parepare ..................................... 50

Gambar 4.2 Pasar Senggol ................................................................. 55

Gambar 4.3 Sebaran Pedagang Kaki Lima ......................................... 57

Gambar 4.4 Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima ................................. 59

Gambar 4.5 Peta Tunjuk Lokasi Gambar............................................. 63

Gambar 4.6 Peta Sebaran Kaki Lima Berdasarkan Waktu .................. 66

Gambar 4.7 Pengunjung PKL di pagi hari............................................ 67

Gambar 4.8 Pedagang Kaki Lima di siang hari.................................... 67

Gambar 4.9 Aktifitas PKL pada malam hari ......................................... 68

Gambar 4.10 Diagram Pie Bentuk Kepemilikan Usaha ...................... 68

Gambar 4.11 Pedagang Kaki Lima Menyediakan Fasilitas.................. 70

Gambar 4.12 Peta Lokasi Permasalahan Lingkungan......................... 72

Gambar 4.13 Diagram Jarak Rumah Tinggal dengan Lokasi Dagang. 74

gambar 4.14 Sarana Dagang Paska Dagang ...................................... 75

Gambar 4.15 Sarana Dagang yang tidak dibongkar Setelah Berjualan... 76

Gambar 4.16 Sarana Dagang Setelah Berjualan................................. 76

gambar 4. 17 Limbah yang Ada Pada Lokasi Penelitian...................... 77

Gambar 4.18 Peta Lokasi Buangan Limbah ........................................ 78

Gambar 4.19 Lokasi Pedagang yang Berjualan di trotoar ................... 80

Gambar 4.20 Pedagang Stiker yang Berjualan di Trotoar ................... 77

Gambar 4.21 Trotoar Dijadikan sebagai Tempat Berdagang............... 77

Gambar 4.22 Peta Lokasi Kemacetan Lalu Lintas ............................... 83

Gambar 4.23 Pedagang Kaki Lima Menempati Badan Jalan .............. 84

Gambar 4.24 Kemacetan yang Terjadi di Lokasi Penelitian ................ 84

Gambar 4.25 Kendaraan para Pengunjung Pedagang Kaki Lima ....... 85

Gambar 4.26 Diagram Persentase Keinginan Pedagang Kaki Lima.... 86

Page 13: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

13

Gambar 4.27 Penataan Pedagang Kaki Lima...................................... 90

Gambar 4.28 Alternatif Desain sarana Usaha ..................................... 91

Gambar 4.29 ilustrasi Sarana usaha PKL............................................ 92

Gambar 4.30 Penataan Kapling PKL .................................................. 92

Gambar 4.31 Konsep Penataan PKL di Trotoar................................... 93

Page 14: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

14

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Daerah perkotaan merupakan ruangan pemukiman daratan

dimana terdapat konsentrasi penduduk dengan segala kegiatannya,

yang membutuhkan tersedianya sarana dan prasarana perkotaan

dalam jumlah dan kualitas yang cukup dan memadai. Daerah

perkotaan mempunyai daya tarik yang kuat, yaitu menjanjikan

kesempatan kerja yang lebih luas, pendapatan yang lebih tinggi, dan

berbagai kemudahan lainnya yang beraneka ragam.

Perkembangan kota secara pesat (rapid urban growth) yang

tidak disertai dengan pertumbuhan kesempatan pekerjaan yang

memadai mengakibatkan kota-kota menghadapi berbagai ragam

problem sosial yang sangat pelik (Alisjahbana, 2003). Tumbuh

suburnya sektor ekonomi informal adalah jawaban dari kondisi

tersebut. Bentuk sektor ekonomi informal yang menonjol dan sering

ditemui di perkotaan salah satunya adalah Pedagang Kaki Lima

(PKL).

Keberadaan PKL mengundang dilematis. Disatu sisi, PKL

dibutuhkan karena memiliki potensi ekonomi berupa: menciptakan

kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

meningkatkan ouput sektor riil, mengembangkan jiwa kewirausahaan

dan sektor pariwisata. Bahkan jika PKL dikelola dengan baik dan bijak

dapat menjadi sumber bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Kompas,

2003). PKL juga memiliki manfaat antara lain meningkatkan

kemandirian perekonomian rakyat, menyerap tenaga kerja dalam

jumlah tidak terbatas, mendukung industri secara makro, serta

meningkatkan PAD.

Page 15: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

15

Keberadaan PKL dapat menciptakan lapangan kerja,

sedangkan dilain pihak keberadaan PKL yang tidak diperhitungkan

dalam perencanaan tata ruang telah menjadi beban bagi kota. PKL

beraktivitas pada ruang-ruang publik kota tanpa mengindahkan

kepentingan umum, sehingga terjadinya distorsi fungsi dari ruang

tersebut. PKL telah memberikan dampak negatif terhadap tatanan

kota, sedangkan terhadap masyarakat keberadaan PKL selain

memberikan dampak negatif juga memberikan manfaat/dampak positif

terhadap masyarakat.

PKL merusak estetika kota dengan kesemrawutan dan

kekumuhannya. PKL menghambat lalu lintas dan merampas hak

pejalan kaki. Keberadaannya dinilai sudah mengganggu kenyamanan

dan keindahan kota, meski disatu sisi eksistensinya tetap dibutuhkan

sebagai roda penggerak perekonomian masyarakat kecil (Pikiran

Rakyat, 2004 dalam Resmi Setia M 2008). Selama ini PKL identik

dengan penyakit kota (biang kekumuhan dan kesemrawutan kota),

menempati wilayah yang secara hukum dilarang; mengganggu

kenyamanan pengguna jalan, dan terkesan tidak peduli dengan

ketertiban lingkungan sekitar.

Sektor ekonomi ini banyak digeluti masyarakat di kota

Parepare. Meskipun yang berprofesi disektor ini tidak semua

merupakan warga Parepare asli, akan tetapi pedagang kaki lima

dalam kehidupannya memunculkan berbagai permasalahan bagi

ketertiban kota Parepare.

Pasar senggol sebagai pasar malam tradisional Parepare

merupakan daya tarik bagi para pedagang kaki lima. dengan semakin

berkembangnya Kawasan Pasar tersebut pada saat ini, berpengaruh

pada komponen kawasan antara lain: Volume lalulintas, rasio

perparkiran, arus pejalan kaki meningkat, infrastruktur, lansekap,

Page 16: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

16

adanya bisnis sektor formal dan informal serta adanya interaksi sosial

di kawasan Pasar. Namun yang menjadi salah satu masalah adalah

keberadaan para pedagang kaki lima yang tidak direncanakan secara

terintegrasi dalam perancangan kota, sehingga mereka muncul secara

spontan di ruang publik (ruang terbuka, pedestrian dan jalan) dan baru

dilakukan pengaturan bila pengguna ruang publik merasa ‘terganggu‘

atau untuk kepentingan lainnya. Berdasarkan hal tersebut, maka

pemahaman pedagang akan tata kehidupan kota mutlak diperlukan.

Sehingga untuk mengatasi permasalahan ketertiban masyarakat kota

Parepare tidak hanya dari pemerintah kota saja, akan tetapi terbentuk

dari partisipasi aktif dari elemen masyarakat kota Parepare, salah

satunya pedagang kaki lima.

Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah

dikemukakan, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul

“Tinjauan Pedagang Kaki Lima Pasar Senggol dan Sekitarnya di Kota

Parepare”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang muncul dari penelitian Kajian

Pedagang Kaki Lima Pasar Senggol dan Sekitarnya sebagai berikut:

1. Apa faktor-faktor yang menyebabkan kegiatan PKL mengganggu

lingkungan perkotaan?

2. Apa keinginan para pedagang Kaki Lima yang ada di lokasi

penelitian?

3. Bagaimana ide penataan usaha Pedagang Kaki Lima yang

kondusif?

Page 17: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

17

C. Tujuan PenelitianDari rumusan masalah di atas, adapun tujuan-tujuan yang ingin

dicapai dari penelitian ini sebagai berikut,

1. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kegiatan PKL

mengganggu lingkungan.

2. Mengetahui keinginan para pedagang kaki lima yang ada di lokasi

penelitian.

3. Mengetahui ide penataan tempat usaha Pedagang Kaki Lima

yang kondusif di lokasi penelitian.

D. Manfaat PenelitianAda beberapa manfaat dari hasil penelitian tersebut adalah:

1. Bagi Pemerintah

Sebagai masukan terhadap pemerintah untuk menghadapi

Pedagang Kaki Lima dan permasalahannya.

2. Bagi Masyarakat

Sebagai tambahan wawasan tentang kehidupan social ekonomi

Pedagang Kaki Lima.

4. Ruang Lingkup Penelitiana. Kawasan Pasar Senggol dan sekitarnya meliputi Jalan Sultan

Hasanuddin, Kelurahan Ujung Sabbang, Kecamatan Ujung,

Parepare.

b. Ruang Lingkup Materi: Karakteristik Pedagang Kaki Lima dan

.Permasalahan yang muncul yang diakibatkan para Pedagang

Kaki Lima terhadap Lingkungan Perkotaan.

Page 18: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

18

5. Sistematika PenulisanAdapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini, yaitu:

Bagian Pertama berisi tentang pendahuluan, menguraikan tentang

latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, ruang lingkup penelitian, serta sistematika penulisan.

Bagian kedua adalah landasan kajian, yang menguraikan tentang

studi literatur yang menjadi landasan kajian dalam hal sektor informal yaitu

pedagang kaki lima, penelitian terdahulu serta kebijakan pedaagang kaki

lima yang ada di Kota Parepare.

Bagian ketiga berisi tentang metode penelitian. Secara umum

menguraikan tentang jenis penelitian, teknik pengumpulan data, lokasi

dan waktu penelitian, populasi penelitian, jumlah responden, , teknik

analisis data, kebutuhan data, variabel penelitian, definisi operasional dan

kerangka penelitian.

Bagian keempat ini merupakan hasil analisis dan pembahasan

mengenai permasalahan-permasalahan yang muncul di lokasi penelitian

yang disebabkan oleh pedagang kaki lima serta ide penataan pedagang

kaki lima yang kondusif berdasarkan harapan pedagang kaki lima,

harapan masyarakat serta peraturan yang ada dari pemerintah Kota

Parepare.

Bagian Kelima berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian secara

keseluruhan dan saran mengenai pedagang kaki lima pasar senggol dan

sekitarnya.

Page 19: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

19

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Sektor InformalPengertian sektor informal adalah pembagian sektor usaha

yang biasanya dengan skala usaha kecil. Istilah sektor informal

pertama kali dikemukakan oleh Hart (1971) seorang antropolog

Inggris, dalam rangka memecahkan masalah ketenagakerjaan di

Kenya, dengan menggambaran sektor informal sebagai bagian dari

angkatan kerja di kota yang ada di luar pasar kerja yang teroganisir.

Mulai saat ini, sektor informal telah disebut sebagai suatu konsep

yang memberikan harapan dan disempurnakan lagi oleh ILO

(International Labour Organization) yang mempelajari kesempatan

kerja di Kenya dalam rangka program kesempatan kerja dunia. (dalam

Dessy Arifianto 2006)

Dalam laporan ILO tersebut dan dari berbagai penelitian

tentang sektor informal di Indonesia, telah menghasilkan 10 ciri pokok

sektor informal sebagai berikut:

1. Kegiatan usaha tidak terorganisasikan secara baik, karena

timbulnya unit usaha tidak mempergunakan fasilitas/kelembagaan

yang tersedia di sektor formal

2. Pada umumnya unit usaha tidak mempunyai izin usaha.

3. Pola kegiatan usaha tidak teratur baik dalam arti lokasi maupun

jam kerja.

4. Pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu

golongan ekonomi lemah tidak sampai ke sektor ini.

5. Unit usaha mudah keluar masuk dari satu subsektor ke lain sub

sektor.

6. Teknologi yang dipergunakan bersifat primitif.

Page 20: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

20

7. Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasi

juga relatif kecil.

Pada umumnya unit usaha termasuk golongan one-man-enter

prises dan kalau mempekerjakan buruh berasal dari keluarga.

Sumber dana modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan

sendiri atau dari lembaga keuangan yang tidak resmi. Hasil produksi

atau jasa terutama dikonsumsikan oleh masyarakat desa/kota yang

berpenghasilan rendah.

Ciri-ciri umum sektor informal di negara dunia ketiga, menurut

Mazumdar (1991), antara lain :

1. sebagian pekerja dalam sektor ini tidak termasuk dalam kelompok

usia kerja 25-50 tahun, kebanyakan wanita dan berpendidikan

rendah;

2. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa sektor ini memainkan

peranan penting untuk melicinkan jalan masuk ke pasar tenaga

kerja di kota bagi pendatang;

3. rendahnya penghasilan yang dipengaruhi oleh jenis usaha, namun

penghasilan mereka cukup bervariasi, dan belum ada bukti bahwa

penghasilannya secara menyeluruh lebih rendah daripada pekerja

formal;

4. tidak diketahui berapa banyak orang dalam sektor ini, yang

mengalami mobilitas dan peningkatan penghasilannya.

Disamping itu ILO menemukan adanya kegiatan-kegiatan

ekonomi yang selalu lolos dari pencacahan, pengaturan dan

perlindungan oleh pemerintahan tetapi mempunyai makna ekonomi

karena bersifat kompetitif dan padat karya, memakai input dan

teknologi lokal serta beroperasi atas dasar kepemilikan sendiri oleh

masyarakat lokal. Kegiatan-kegiatan inilah yang kemudian dinobatkan

sebagai sektor informal (Permatasari, 2008).

Page 21: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

21

Sektor informal pada umumnya ditandai oleh beberapa

karakteristik khas seperti sangat bervariasinya bidang kegiatan

produksi barang dan jasa, berskala kecil, unit-unit produksinya dimiliki

secara perorangan atau keluarga, banyak menggunakan tenaga kerja

dan teknologi yang dipakai relatif sederhana. Para pekerja yang

menciptakan sendiri lapangan kerjanya.

Di sektor informal biasanya tidak memiliki pendidikan

formal.Pada umumnya mereka tidak mempunyai ketrampilan khusus

dan kekurangan modal. Oleh sebab itu produktivitas dan pendapatan

mereka cenderung lebih rendah daripada kegiatan-kegiatan bisnis

yang ada di sektor formal. Selain itu mereka yang berada di sektor

informal tersebut juga tidak memiliki jaminan keselamatan kerja dan

fasilitas kesejahteraan.

Sektor informal di kota selama era pembangunan ini antara

lain dipadati oleh kelompok migrant sekuler. Motif utama mereka

bermigrasi adalah alasan ekonomi. Hal ini didasari atas adanya

perbedaan tingkat perkembangan ekonomi antara daerah pedesaan

dan perkotaan. Di kota terdapat kesempatan ekonomi yang lebih luas

dibandingkan dengan di pedesaan (Todaro 1999 dalam Tumpal

Hasiholan 2010).

Sektor informal ini memiliki banyak keterkaitan dengan sektor-

sektor lainnya dalam perekonomian perkotaan, bahkan nasional

secara keseluruhan. Pertama-tama sektor informal ini terkait dengan

sektor pedesaan dalam pengertian kawasan atau sektor pedesaan

merupakan sumber kelebihan tenaga kerja miskin. Yang kemudian

mengisi sektor informal di daerah perkotaan guna menghindari

kemiskinan dan pengangguran di desa.

Selain itu sektor informal juga terkait erat dengan sektor formal

perkotaan dalam pengertian sektor formal sesungguhnya tergantung

Page 22: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

22

pada sektor informal dalam penyediaan input-input produksi dan

tenaga kerja murah. Keterbatasan modal kerja merupakan kendala

utama bagi kegiatan-kegiatan sektor informal. Oleh karena itu

pemberian kredit lunak akan sangat membantu unit-unit usaha kecil

dalam sektor informal untuk berkembang dan membuahkan

keuntungan yang lebih banyak, sehingga pada akhirnya akan mampu

menciptakan pendapatan dan lapangan kerja yang lebih banyak lagi.

Lebih dari itu sektor informal itu sendiri telah membuktikan

kemampuan dalam menciptakan lapangan kerja dan pendapatan bagi

angkatan kerja di daerah-daerah perkotaan.

Karakteristik yang melekat pada sektor informal bisa

merupakan kelebihan atau kekuatannya yang potensial. Di sisi lain

pada kekuatan tersebut tersirat kekurangan atau kelemahan yang

justru menjadi penghambat perkembangannya (growth constraints).

Kombinasi dari kekuatan dan kelemahan serta interaksi keduanya

dengan situasi eksternal akan menentukan prospek perkembangan

sektor informal di Indonesia.

B. Pedagang Kaki LimaDefinisi Pedagang kaki lima, atau yang sering disebut PKL

merupakan sebuah komunitas pedagang, yang kebanyakan berjualan

dengan memanfaatkan area pinggir jalan raya. Mereka menggelar

dagangannya, atau gerobaknya, di pinggir perlintasan jalan raya.

Dilihat dari sejarahnya di Indonesia, PKL sudah ada sejakmasa

penjajahan Kolonial Belanda.Pada masa penjajahan kolonial,

peraturan pemerintahan menetapkan bahwa setiap jalan raya yang

dibangun hendaknya menyediakan sarana untuk parapedestrian atau

pejalan kaki (sekarang ini disebut dengan trotoar). Lebar ruas untuk

sarana bagi para pejalan kaki atau trotoar ini adalah lima kaki.

Pemerintahan pada waktu itu juga menghimbau agar sebelah luar dari

Page 23: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

23

trotoar diberi ruang yang agak lebar atau agak jauh dari pemukiman

penduduk. Ruang ini untuk dijadikan taman sebagai penghijauan dan

resapan air. Dengan adanya tempat atau ruang yang agak lebar itu

kemudian para pedagang mulai banyak menempatkan gerobaknya

untuk sekedar beristirahat sambil menunggu adanya para pembeli

yang membeli dagangannya. Seiring perjalanan waktu banyak

pedagang yang memanfaatkan lokasi tersebut sebagai tempat untuk

berjualan, sehingga mengundang para pejalan kaki yang kebetulan

lewat untuk membeli makanan, minuman sekaligus beristirahat.

Berawal dari situ maka Pemerintahan Kolonial Belanda menyebut

mereka sebagai Pedagang Lima Kaki (buah pikirandari pedagang

yang berjualan di area pinggir perlintasan para pejalan kaki atautrotoar

yang mempunyai lebar Lima Kaki).

Dewasa ini, di beberapa kota besar, PKL identik dengan

masalah kemacetan lalu lintas dan kesemwarutan, karena kelompok

pedagang ini memanfaatkan trotoar dan fasilitas umum lainnya

sebagai media berdagang. Namun bagi sekelompok masyarakat, PKL

justru menjadi solusi untuk mendapatkan barang dengan harga

miring/murah. Dengan kata lain di satu sisi keberadaan PKL dianggap

menimbulkan berbagai masalah perkotaan, namun di sisi lain memiliki

manfaat ekonomi bagi sebagian masyarakat. Menurut Pena (1999

dalam Tumpal Hasiholan 2010), terdapat tiga pilihan mengatasi PKL,

pertama, negara harus menjadi kunci dalam mengatur PKL, karena

keberadaan Negara sangat penting dalam proses pembangunan,

kedua, organisasi PKL dibiarkan untuk terus mengatur kegiatan

mereka sendiri, ketiga, menyarankan pemerintah dan PKL untuk

menegosiasikan ruang-ruang aksinya (lokasi usaha).

Masalah PKL merupakan masalah kehidupan masyarakat

banyak yang tidak pernah selesai dari waktu ke waktu. Untuk

mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan dari keberadaan PKL,

maka diperlukan kesatuan pemahaman antara pihak pemerintah

Page 24: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

24

(selaku regulator) dengan pihak PKL itu sendiri. Artinya, sikap

pemerintah sudah seharusnya tidak anti PKL dan lebih bertindak

persuasif, begitupun juga sebaliknya, para pedagang harus memiliki

kesadaran dalam menentukan lokasi usaha dengan tidak

mengesampingkan kepentingan masyarakat banyak terhadap fasilitas

umum. Disamping itu, peranan pengusaha/perusahaan besar untuk

memberikan dukungan modal ataupun kemitraan, juga sangat

diperlukan guna pengembangan usaha. Proses pemahaman inilah

yang perlu dirumuskan dalam suatu strategi kebijakan penanganan

PKL, sehingga dapat memenuhi tujuan/keinginan berbagai pihak.

PKL adalah seseorang yang menjalankan usaha perdagangan

barang atau jasa dengan mempergunakan sarana perlengkapan yang

dapat dipindahkan, dibongkar pasang dan melakukan kegiatan

usahanya pada tempat-tempat umum seperti trotoar, lapangan,

terminal angkutan, tepi jalan umum atau tempat-tempat lainnya yang

berada di bawah kuasa pengawasan/pengelolaan Pemerintah Daerah.

(Peraturan Daerah Kota Parepare No. 6 Tahun 2008)

Istilah Pedagang Kaki Lima (PKL) menurut Sidharta (2002

Resmi Setia 2008) erat kaitannya dengan istilah di Perancis tentang

pedestrian untuk pejalan kaki di sepanjang jalan raya, yaitu Trotoir

(baca: trotoar). Di sepanjang jalan raya kebanyakan berdiri bangunan

bertingkat. Pada lantai paling bawah biasanya disediakan ruang untuk

pejalan kaki (trotoir) selebar 5kaki (5 feet setara dengan 1,5 m). Pada

perkembangan berikutnya para pedagang informal akan menempati

trotoir tersebut, sehingga disebut dengan istilah Pedagang Lima Kaki

(di Indonesia disebut Pedagang Kaki Lima = PKL).

1. PKL sebagai Pendukung Kegiatan (Activity Support)

Dalam perancangan kota, pedagang kaki lima dapat

dikategorikan sebagai elemen perancangan kota, apa yang

disebut activity support. Menurut Hamid Shirvani (dalam Retno

Page 25: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

25

Wijayanti 2009), aktivitas pendukung (activity support) dapat

meliputi semua penggunaan dan kegiatan yang membantu

memperkuat ruang public perkotaan, karena aktivitas dan ruang

fisik selalu menjadi ruang pelengkap satu sama lain. Yang

nampaknya menjadi masalah kritis dan penting dari aktivitas

pendukung adalah bagaimana perilaku aktifitas pendukung dan

kesempatan yang dikembangkan, dikoordinasikan dan

diintegrasikan ke dalam susunan fisik perkotaan yang ada. Untuk

terjadinya suatu aktivitas perlu didukung oleh kebersediaan orang

mengunjungi suatu tempat ataupun ruang

Publik yang menurut D.J. Wamsley (1988), di pengaruhi

ketersediaan waktu dan modal perjalanan. Pedagang kaki lima

walaupun dikategorikan aktivitas pendukung suatu perkotaan,

sebagai bisnis eceran, pada dasarnya memiliki masalah yang

sama sebagaimana pedagang pengecer umum lainnya.

Berdasar tinjauan di atas PKL tergolong sektor informal.

Menurut wirosandjojo (1985) dalam Harris Koentjoro (1994), sektor

informal merupakan bagian dari ekonomi marginal (kecil-kecilan),

yang memiliki ciri-ciri antara lain:

a. Pola kegiatannya tidak teratur, baik waktu, permodalan

maupun penerimaan;

b. Modal, peralatan dan perlengkapan maupun omsetnya kecil

dan diusahakan berdasar hitungan harian;

c. umumnya tidak memiliki tempat usaha yang permanen dan

terpisah dari tempat tinggalnya;

d. tidak memiliki keterikaitan dengan usaha lain yang besar;

e. umumnya dilakukaan oleh dan melayani masyarakat yang

berpenghasilan rendah;

f. tidak membutuhkan keahlian atau ketrampilan khusus,

sehingga secara luwes dapat menyerap bermacam-macam

tingkat pendidikan dan ketrampilan kerja;

Page 26: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

26

g. umumnya tiap-tiap satuan usaha mempekerjakan tenaga yang

sedikit dan dari kerabat keluarga, kenalan atau berasal dari

daerah yang sama; dan

h. tidak mengenal sistem perbankan, pembukuan dan

perkreditan formal (Wirosandjojo, 1985).

2. Karakteristik Pedagang Kaki Lima

Menurut Firdausy 1995 (dalam Tumpal Hasiholan 2010),

mendeskripsikan karakteristik dan masalah yang dihadapi PKL

dalam beberapa aspek, sebagai berikut :

a. Aspek Ekonomi: PKL merupakan kegiatan ekonomi skala kecil

dengan modal relatif minim. Aksesnya terbuka sehingga

mudah dimasuki usaha baru,

b. konsumen lokal dengan pendapatan menengah ke bawah,

c. Teknologi sederhana/tanpa teknologi, jaringan usaha terbatas,

kegiatan usaha dikelola satu orang atau usaha keluarga

dengan pola manajemen yang relative tradisional. Selain itu,

jenis komoditi yang diperdagangkan cenderung komoditi yang

tidak tahan lama, seperti makanan dan minuman.

d. Aspek Sosial-Budaya: sebagian besar pelaku berpendidikan

rendah dan migran (pendatang) dengan jumlah anggota

rumah tangga yang besar. Mereka juga bertempat tinggal di

pemukiman kumuh.

e. Aspek Lingkungan: kurang memperhatikan kebersihan dan

relokasi di tempat yang padat lalu lintas.

Menurut Mc Gee dan Yeung 1977 dalam (Retno Wijayanti

2009) pola ruang aktivitas PKL sangat dipengaruhi oleh aktivitas

sektor formal dalam menjaring konsumennya. Lokasi PKL sangat

dipengaruhi oleh hubungan langsung dan tidak langsung dengan

berbagai kegiatan formal dan kegiatan informal atau hubungan

PKL dengan konsumennya. Untuk dapat mengenali penataan

Page 27: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

27

ruang kegiatan PKL, maka harus mengenal aktivitas PKL melalui

pola penyebaran, pemanfaatan ruang berdasarkan waktu

berdagang dan sarana berdagang.

Komponen penataan ruang sektor informal, antara lain

meliputi:

a. Lokasi

Berdasarkan hasil studi oleh Ir. Goenadi Malang Joedo ( dalam

Retno Wijayanti 2009), penentuan lokasi yang diminati oleh

sektor informal atau pedagang kaki lima adalah sebagai berikut:

Terdapat akumulasi orang yang melakukan kegiatan

bersama-sama pada waktu yang relatif sama, sepanjang

hari.

Berada pada kawasan tertentu yang merupakan pusat-

pusat kegiatan perekonomi kota dan pusat non ekonomi

perkotaan, tetapi sering dikunjungi dalam jumlah besar

Mempunyai kemudahan untuk terjadi hubungan antara

pedagang kaki lima dengan calon pembeli, walaupun

dilakukan dalam ruang relatif sempit

Tidak memerlukan ketersediaan fasilitas dan utilitas

pelayanan umum.

Mc.Gee dan Yeung (dalam Retno Wijayanti 2009) menyatakan

bahwa PKL beraglomerasi pada simpul-simpul pada jalur

pejalan yang lebar dan tempat-tempat yang sering dikunjungi

orang dalam jumlah besar yang dekat dengan pasar publik,

terminal, daerah komersial.

b. Waktu berdagang

Menurut McGee dan Yeung (dalam Retno Wijayanti 2009) dari

penelitian di kota-kota di Asia Tenggara menunjukkan bahwa

pola aktivitas PKL menyesuaikan terhadap irama dari ciri

kehidupan masyarakat sehari-hari. Penentuan periode waktu

kegiatan PKL didasarkan pula atau sesuai dengan perilaku

Page 28: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

28

kegiatan formal. Dimana perilaku kegiatan keduanya cenderung

sejalan, walaupun pada saat tertentu kaitan aktivitas keduanya

lemah atau tidak ada hubungan langsung antara keduanya.

c. Sarana fisik perdagangan

Berdasarkan hasil dari penelitian oleh Waworoentoe (dalam

Retno Wijayanti 2009) sarana fisik perdagangan pedagang kaki

lima dapat dikelompokkan sebagai berikut :

Pikulan/Keranjang, bentuk sarana ini digunakan oleh para

pedagang yang keliling (mobile hawkers) atau semi

menetap (semi static). Bentuk ini dimaksudkan agar barang

dagangan mu-dah untuk dibawa berpindah-pindah tempat.

Gelaran/alas, pedagang menjajakan barang dagangannya

diatas kain, tikar, dan lain-lain. Bentuk sarana ini

dikategorikan PKL yang semi menetap (semi static).

Jongko/meja, bentuk sarana berdagang yang

menggunakan meja/jongko dan beratap atau tidak beratap.

Sarana ini dikategorikan jenis PKL yang menetap.

Gerobak/kereta dorong, bentuk sarana terdapat dua jenis,

yaitu beratap dan tidak beratap. Sarana ini dikategorikan

jenis PKL yang menetap dan tidak menetap. Biasanya

untuk menjajakan makanan dan minuman,rokok.

Warung semi permanen, terdiri dari beberapa gerobak yang

diatur bereret yang dilengkapi dengan meja dan bangku-

bangku panjang. Bentuk sarana ini beratap dari bahan

terpal atau plastik yang tidak tembus air. PKL dengan

bentuk sarana ini dikategorikan PKL menetap dan biasanya

berjualan makanan dan minuman.

Kios, pedagang yang menggunakan bentuk sarana ini

dikategorikan pedagang yang menetap, karena secara fisik

jenis ini tidak dapat dipindahkan. Biasanya merupakan

bangunan semi permanen yang dibuat dari papan.

Page 29: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

29

Masing-masing jenis bentuk sarana berdagang, memiliki ukuran

yang berbeda-beda, sehingga berbeda pula ukuran ruang yang

diperlukan. Besaran ruang mempengaruhi dalam pengaturan dan

penataan ruang untuk PKL.

d. Pola penyebaran PKL

Menurut Mc Gee dan Yeung (dalam Retno Wijayanti 2009) pola

penyebaran PKL dipengaruhi oleh aglomerasi dan aksesibilitas.

Aglomerasi, aktivitas PKL selalu akan memanfaatkan

aktivitas-aktivitas di sektor formal dan biasanya pusat-pusat

perbelanjaan menjadi salah satu daya tarik lokasi sektor informal

untuk menarik konsumennya. Adapun cara PKL menarik

konsumen dengan cara berjualan berkelompok (aglomerasi). Para

PKL cenderung melakukan kerjasama dengan pedagang PKL

lainnya yang sama jenis dagangannya atau saling mendukung

seperti penjual makanan dan minuman. Pengelompokan PKL juga

merupakan salah satu daya tarik bagi konsumen, karena mereka

dapat bebas memilih barang atau jasa yang diminati konsumen.

Gambar 2.1 Pola Penyebaran mengelompok(Menurut Mc. Gee dan Yeung 1977 dalam Dessy Arifianto 2006)

Pedagang informal pada tipe ini pada umumnya terdapat

pada ujung jalan, ruang-ruang terbuka, sekeliling pasar, ruang-

Page 30: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

30

ruang parkir, taman-taman dan lain sebagainya (Gambar 2.1).

Pola penyebaran seperti ini biasanya banyak dipengaruhi oleh

adanya pertimbangan aglomerasi, yaitu suatu pemusatan atau

pengelompokkan pedagang sejenis atau pedagang yang

mempunyai sifat komoditas yang sama atau menunjang.

Aksesibilitas, para PKL lebih suka berlokasi di sepanjang

pinggir jalan utama dan tempat-tempat yang sering dilalui pejalan

kaki.

Gambar 2.2 Pola Penyebaran Memanjang(Menurut Mc. Gee dan Yeung 1977 dalam Dessy Arifianto 2006)

Pada umumnya pola penyebaran memanjang atau linier

concentration terjadi di sepanjang atau di pinggir jalan utama

(main street) atau pada jalan yang menghubungkan jalan utama

(Gambar 2.2). Dengan kata lain pola perdagangan ini ditentukan

oleh pola jaringan jalan itu sendiri. Pola kegiatan linier lebih

banyak dipengaruhi oleh pertimbangan aksesibilitas yang tinggi

pada lokasi yang bersangkutan. Dilihat dari segi pedagang

informal itu sendiri, hal ini sangat menguntungkan, sebab dengan

menempati lokasi yang beraksesibilitas yang tinggi akan

mempunyai kesempatan yang tinggi dalam meraih konsumen.

Page 31: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

31

Berdasarkan Absori et.al. 2006 (dalam Niniek Anggriani

2011), PKL memiliki dimensi kegiatan yang sangat kompleks, baik

terkait dengan aspek ekonomi, teknis, sosial, lingkungan maupun

ketertiban umum. Beberapa aspek tersebut antara lain:

PKL sering menggunakan public space (tempat umum) secara

permanen seperti trotoar, jalur lambat, badan jalan, bahu

jalan, lapangan dan sebagainya;

PKL seringkali mengganggu kelancaran lalu lintas;

Lahan yang dimanfaatkan oleh PKL sering bertolak belakang

dengan aturan peruntukan lahan perkotaan;

Limbah PKL sering mengganggu lingkungan dan kebersihan

kota;

Keberadaan PKL sering mengganggu ketertiban umum,

terutama pemakai jalan dan pemakai bangunan formal di

sekitar PKL; dan

PKL sangat sulit ditata atau diatur.

3. Okupasi Public Space oleh PKL

Pertumbuhan dan perkembangan kota-kota di Indonesia

tidak dapat dipisahkan dari kegiatan Pedagang Kaki Lima (PKL).

Kehadiran PKL mulai menimbulkan konflik ketika mereka

menggunakan/ menyerobot ruang-ruang publik yang mereka

anggap strategis secara ekonomis, seperti jalan, trotoar, jalur hijau

(taman) dan sebagainya. Urban Space yang mestinya berfungsi

publik, seringkali diokupasi secara permanen oleh PKL. Pengguna

lain kehilangan wadah untuk beraktivitas (Fosterharoldas 2004

dalam Niniek Anggriani 2011).

Ruang umum atau ruang publik adalah tempat yang timbul

karena kebutuhan akan suatu tempat bagi pertemuan bersama,

dengan adanya pertemuan bersama dan relasi antar orang

banyak maka akan timbul bermacam-macam kegiatan. Carr 1992

Page 32: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

32

(dalam Dessy Arifianto 2006) menjelaskan ruang publik sebagai

tempat berkumpulnya warga kota untuk melakukan aktivitas-

aktivitasnya yang dapat mempererat ikatan sebagai suatu

komunitas. Sedangkan menurut Hakim (dalam Dessy Arifianto

2006) memberikan pengertian ruang umum sebagai suatu wadah

yang dapat menampung aktivitas/kegiatan tertentu dari

masyarakatnya, baik secara individu maupun kelompok. Dari

pengertian di atas ruang publik kota merupakan suatu ruang baik

di dalam atau di luar bangunan yang menjadi tempat aktivitas atau

kegiatan bersama atau individu dalam berinteraksi sosial dan

komunikasi pada suatu lingkungan atau kawasan, namun

demikian ruang publik kota biasanya bersifat terbuka dan dapat

dijangkau oleh publik baik perorangan maupun kelompok. Dalam

penelitian ini ruang publik yang dimaksud adalah trotoar dan bahu

jalan yang fungsinya menurut Danisworo (dalam Dessy Arifianto

2006) sebagai jalur pedestrian yang dipergunakan oleh pejalan

kaki dalam melakukan perjalanan berupa suatu lintasan yang

berbentuk jalur atau lintasan, yang biasanya dibedakan dengan

perkerasan jalan untuk kendaraan. Hampir di semua kota-kota di

Indonesia kondisi trotoar dan bahu jalan sangat memprihatinkan

karena dijadikan sebagai lokasi aktivitas oleh PKL, terutama di

kawasan perdagangan.

a. TrotoarMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia trotoar adalah tepi

jalan besar yang sedikit lebih tinggi dari pada jalan tersebut,

tempat orang berjalan kaki. Sebagai jalur bagi pejalan kaki maka

salah satu fungsi trotoar menurut Danisworo (dalam Dessy

Arifianto 2006) adalah sebagai jalur untuk melihat-lihat jenis

barang dagangan dalam etalase yang dijual oleh toko, pejalan

kaki atau pembeli diharapkan dapat melihat dengan jelas dan

selanjutnya tertarik untuk membeli. Trotoar yang berada di depan

Page 33: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

33

pertokoan saat ini banyak yang ditempati oleh PKL untuk

beraktivitas sehingga trotoar menjadi tidak nyaman untuk dilalui.

b. Bahu JalanBahu jalan/ambang pengaman jalan (road shoulder) adalah

struktur (bagian dari jalan) yang berdampingan dengan jalur gerak

untuk melindungi perkerasan, menjamin kebebasan samping, dan

menyediakan ruang untuk tempat berhenti sementara, parkir dan

kadang-kadang dipakai oleh pejalan kaki atau bersepeda (Kamus

Tata Ruang 1998 dalam tata ruang). Dari pengertian diatas,

fungsi dari bahu jalan yaitu sebagai tempat berhenti sementara

atau parkir dan sebagai ruang pergerakan pejalan kaki, namun

demikian bahu jalan seringkali digunakan oleh PKL untuk

beraktivitas.

c. Pemanfaatan TrotoarPemanfaatan trotoar sebagai ruang publik salah satunya

sebagai ruang pergerakan aktivitas sosial maupun ekonomi warga

kota. Fungsinya dapat memberikan ciri khas bagi suatu kota dan

pada umumnya memiliki fungsi interaksi sosial bagi masyarakat

dan kegiatan ekonomi. Darmawan 2003 dalam Dessy Arifianto

2006) menjelaskan salah satu fungsi fungsi ruang publik adalah

sebagai tempat kegiatan pedagang kaki lima yang menjajakan

makanan, minuman, pakaian, souvenir, dan jasa entertainment

seperti tukang sulap, tarian kera, ular dan sebagainya terutama

dimalam hari. Ruang publik yang menarik akan selalu dikunjungi

oleh masyarakat luas dengan berbagai tingkat kehidupan sosial,

ekonomi dan budaya, tingkat pendidikan, perbedaan umur,

motivasi atau tingkat kepentingan yang berlainan. Lebih jauh

menyebutkan kriteria ruang publik secara esensial yang dapat

juga diterapkan pada trotoar, sebagai berikut :

Page 34: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

34

1) Tanggap terhadap semua keinginan pengguna dan dapat

mengakomodir kegiatan yang ada pada ruang terbuka tersebut

(responsive)

2) Dapat menerima kehadiran berbagai lapisan masyarakat

dengan bebas tanpaada diskriminasi (democratic)

3) Dapat memberi makna atau arti bagi masyarakat setempat

secara individual maupun kelompok (meaningful).

Jadi warga kota dapat memanfaatkan trotoar untuk aktivitas

baik secara individu maupun berkelompok, namun kekebasan

dalam memanfaatkan trotoar ini yang seringkali menimbulkan

permasalahan, democratic tidak diartikan sebagai kekebasan

yang tanpa aturan untuk itu diperlukan pengendalian dalam

pemanfaatan trotoar tersebut.

4. Permasalahan pada Ruang Publik

Berdasarkan pemanfaatan ruang, aktivitas PKL dapat dikatakan

hampir menempati semua ruang yang tersedia baik itu ruang umum atau

ruang privat atau pribadi yang ada. Dimana ruang umum merupakan jenis

ruang yang dimiliki pemerintah yang diperuntukkan bagi kepentingan

masyarakat luas. Contoh dari ruang umum adalah taman kota, trotoar,

ruang terbuka, lapangan, dan sebagainya serta fasilitas-fasilitas atau

sarana-sarana yang terdapat di ruang umum tersebut, seperti halte,

jembatan penyeberangan, dan sebagainya. Sedangkan ruang privat atau

pribadi adalah jenis ruang yang dimiliki oleh individu atau kelompok

tertentu. Misalnya lahan pribadi yang dimiliki oleh pemilik pertokoan,

perkantoran, dan sebagainya. Karena penggunaan ruang-ruang inilah

yang akhirnya menimbulkan conflict of interest, karena lahan tersebut

seharusnya dipergunakan oleh berbagai pihak dengan berbagai

kepentingan, tidak saja bagi PKL. Pada kawasan perdagangan, aktivitas

PKL dengan menempati trotoar dan bahu jalan yang berhadapan dengan

Page 35: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

35

pertokoan berpotensi untuk menimbulkan persaingan dan konflik terbuka,

karena kawasan menjadi kumuh dan semrawut. Sebagai elemen penting

dalam kota, keberadaan ruang publik seringkali tidak berfungsi dengan

baik. Berikut ini permasalahan di ruang publik :

1) Terbatasnya ruang publik dalam menampung semua aktivitas warga

serta belum adanya penataan ruang tersebut seringkali menimbulkan

pertentangan dalam penggunannya.

2) Motivasi pengembangan ruang terbuka umumnya tidak merefleksikan

kebutuhan penggunanya dengan baik. Perubahan gaya hidup

masyarakat mempengaruhi pengembangan ruang terbuka. Apabila hal

ini diabaikan akan mengakibatkan kegagalan dalam desain dan

manajemen ruang terbuka tersebut. (Carr 1992 dalam Dessy Arifianto

2006).

3) Ketidakjelasan fungsi dan arahan kegiatan didalamnya mengakibatkan

ruang publik dimanfaatkan untuk kegiatan yang tidak sesuai.

Sempitnya ruang publik dalam hal ini trotoar dan banyaknya aktivitas

PKL di atasnya menimbulkan permasalahan ruang publik menjadi

rumit danb kompleks.

5. Sifat Pelayanan Aktivitas PKL

Sifat pelayanan PKL menurut Mc. Gee dan Yeung 1977 (dalam

Retno Wijayanti 2009) dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :

a. Pedagang menetap (static).

Pedagang menetap adalah suatu bentuk layanan yang

mempunyai cara atau sifat menetap pada suatu lokasi tertentu.

Dalam hal ini setiap pembeli atau konsumen harus datang

sendiri ke tempat pedagang dimana ia berada.

b. Pedagang semi menetap (semi static).

Pedagang semi menetap merupakan suatu bentuk layanan

pedagang yang mempunyai sifat menetap yang sementara,

yaitu hanya pada saat-saat tertentu saja. Dalam hal ini dia akan

Page 36: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

36

menetap bila ada kemungkinan datangnya pembeli yang cukup

besar. Biasanya pada saat bubaran bioskop, para pegawai

masuk/keluar kantor atau saat ramainya pengunjung di pusat

kota. Apabila tidak ada kemungkinan pembeli yang cukup

besar, maka pedagang tersebut akan berkeliling.

c. Pedagang keliling (mobile)

Pedagang keliling yaitu suatu bentuk layanan pedagang yang

dalam melayani konsumennya mempunyai sifat yang selalu

berusaha mendatangi atau mengejar konsumen. Biasanya

pedagang yang mempunyai sifat ini adalah pedagang yang

mempunyai volume dagangan yang kecil.

C. Faktor Penyebab Munculnya Pedagang Kaki Lima

Sejak tahun 1970-an, isu sektor informal telah menarik

perhatian minat banyak ahli perkotaan (Todaro dan Smith 2006 dalam

Tumpal Hasiholan 2010). Sesudah diadakan serangkaian observasi di

beberapa negara berkembang, yang sejumlah besar tenaga kerja

perkotaannya tidak memperoleh tempat atau pekerjaan di sektor

modern yang formal, maka diketahui bahwa PKL umumnya tidak

terorganisir dan tertata secara khusus melalui peraturan. Menurut

Todaro dan Smith (dalam Tumpal Hasiholan 2010), dalam tulisannya

yang berjudul ’Dilema Migrasi dan Urbanisasi’, menyatakan dilema

yang paling kompleks dari proses pembangunan adalah perpindahan

penduduk (migrasi) secara besar-besaran dari berbagai daerah

pedesaan ke daerah perkotaan.

Migrasi ini memperburuk ketidak seimbangan struktural antara

desa dan kota secara langsung dalam dua hal, yang pertama, sisi

penawaran, migrasi internal secara berlebihan akan meningkatkan

jumlah pencari kerja di perkotaan yang melampaui tingkat atau

batasan pertumbuhan penduduk, yang sedianya masih dapat

Page 37: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

37

didukung oleh segenap kegiatan ekonomi dan jasa-jasa pelayanan

yang ada di daerah perkotaan. Kehadiran para pendatang tersebut

cenderung melipat gandakan tingkat penawaran tenaga kerja di

perkotaan, sementara ketersediaan tenaga kerja di pedesaan semakin

tipis; dan kedua, sisi permintaan, penciptaan kesempatan kerja di

daerah perkotaan lebih sulit dan jauh lebih mahal dari pada

penciptaan lapangan kerja di pedesaan, karena kebanyakan jenis

pekerjaan sektor-sektor industri di perkotaan membutuhkan aneka

input-input komplementer yang sangat banyak jumlah maupun

jenisnya. Disamping itu, tekanan kenaikan upah, tunjangan

kesejahteraan dan metode atau teknologi produksi canggih yang

hemat tenaga kerja juga membuat para produsen enggan menambah

karyawan karena peningkatan output sektor modern tidak harus

dicapai melalui peningkatan produktifitas atau jumlah pekerja. Artinya

permintaan tenaga kerja di daerah perkotaan cenderung menurun.

Dengan demikian pada akhirnya masalah ketidak seimbangan

antara tenaga kerja dan lapangan kerja formal menjadi masalah yang

sangat kronis, karena terciptanya surplus tenaga kerja perkotaan yang

besar yang tidak dapat terserap. Pembangunan yang tidak merata

antara daerah pedesaan dengan perkotaan merupakan salah satu

penyebab migrasi penduduk dari desa ke kota.

Pergeseran lahan pertanian dengan perubahan fungsinya

menjadi pemukiman, area industri atau lahan komersil lainnya,

berakibat semakin sempitnya kesempatan kerja disektor pertanian,

juga mendorong tenaga kerja pedesaan pergi ke perkotaan untuk

mencari kerja, akibatnya terjadi ekses tenaga kerja di perkotaan.

Ekses tenaga kerja yang berlebihan ini dan terbatasnya lapangan

kerja formal, mendorong penduduk lokal maupun pendatang baru,

masuk ke pekerjaan sektor informal, dalam hal ini pedagang kaki lima.

Page 38: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

38

D. Aspek EkonomiPemberdayaan PKL (usaha mikro) perlu diselenggarakan

secara menyeluruh, optimal dan berkesinambungan dengan

menumbuhkan iklim usaha yang kondusif, pemberian kesempatan

berusaha, dukungan, perlindungan dan pengembangan usaha yang

seluas-luasnya, sehingga mampu meningkatkan potensinya dalam

meningkatkan pendapatan, penciptaan lapangan kerja dan

pengentasan kemiskinan.

Menurut Bromley (dalam Tumpal Hasiholan 2010), kegiatan

ekonomi formal dan informal tidak terpisah, bahkan terus menerus

saling berinteraksi, maka dukungan pemerintah kepada dua sektor

tersebut harus seimbang, dan tetap menumbuhkan iklim kompetisi

bagi usaha kecil. Keaneka-ragaman kegiatan usaha di sektor informal

juga memerlukan kebijakan yang berbeda-beda. Penumbuhan iklim

usaha tersebut, sesuai UU Nomor 20 Tahun 2008,

dilakukan melalui peraturan dan kebijakan yang meliputi segi :

a. Pendanaan, yaitu memfasilitasi dan memperluas sumber

pendanaan untuk dapat mengakses kredit perbankan dan

lembaga keuangan selain bank; memberikan kemudahan dalam

memperoleh pendanaan secara cepat, tepat murah dan tidak

diskriminatif.

b. Sarana dan prasarana, yaitu mengadakan sarana umum yang

dapat mendorong dan mengembangkan pertumbuhan usaha

mikro dan kecil; memberikan keringanan tarif prasarana tertentu

bagi usaha mikro dan kecil.

c. Informasi usaha, yaitu membentuk dan mempermudah

pemanfaatan bank data dan jaringan informasi bisnis;

menyebarluaskan informasi mengenai pasar, sumber

pembiayaan, komoditas, penjaminan, teknologi dan mutu;

memberikan jaminan tranparansi dan akses yang sama bagi

semua pelaku usaha.

Page 39: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

39

d. Kemitraan, yaitu mewujudkan kemitraan antara usaha mikro, kecil,

menengah dan usaha besar; mendorong hubungan dan kerja

sama yang saling menguntungkan serta persaingan usaha yang

sehat.

e. Perijinan usaha, yaitu menyederhanakan tata cara dan jenis

perijinan dengan sistem pelayanan terpadu satu pintu dan

membebaskan biaya perijinan bagi usaha mikro.

f. Kesempatan berusaha, yaitu menentukan peruntukkan tempat

usaha yang meliputi pemberian lokasi di pasar, ruang pertokoan,

lokasi sentra industri, lokasi yang wajar bagi PKL dan lokasi

lainnya; menetapkan alokasi waktu berusaha untuk usaha mikro

dan kecil di sub sektor perdagangan retail; memberikan bantuan

konsultasi hukum dan pembelaan.

g. Promosi dagang, meningkatkan promosi produk di dalam dan luar

negeri; memperluas sumber pendanaan untuk promosi;

memberikan insentif bagi pelaku usaha yang mampu

menyediakan pendanaan untuk promosi secara mandiri;

memfasilitasi pemilikan hak atas kekayaan intelektual atas produk

usaha.

h. Dukungan kelembagaan, meningkatkan teknik produksi dan

pengolahan serta kemampuan manajemen; menyediakan tenaga

konsultan profesional dalam bidang pemasaran; membentuk dan

mengembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan untuk

melakukan pendidikan, pelatihan, penyuluhan motivasi dan

kreatifitas bisnis, dan penciptaan wirausaha baru. Sedangkan

pengembangan usaha dimaksudkan untuk mendukung

pemberdayaan usaha PKL, meliputi bidang :

1) Produksi dan pengolahan, dilakukan dengan cara :

a) Meningkatkan teknik produksi dan pengolahan serta

kemampuanmanajemen bagi UMKM.

Page 40: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

40

b) Memberikan kemudahan dalam pengadaan sarana dan

prasarana, produksidan pengolahan, bahan baku dan

kemasan bagi UMKM.

2) Pemasaran, dilakukan dengan cara :

a) Melaksanakan penelitian dan pengkajian pemasaran.

b) Menyebarluaskan informasi pasar.

c) Meningkatkan kemampuan manajemen dan teknik

pemasaran.

d) Menyediakan sarana pemasaran yang meliputi

penyelenggaraan uji coba pasar, lembaga pemasaran,

penyediaan rumah dagang, dan promosi Usaha Mikro dan

Kecil.

e) Memberikan dukungan promosi produk, jaringan

pemasaran, dan distribusi.

f) Menyediakan tenaga konsultan profesional dalam bidang

pemasaran.

3) Sumber daya manusia, dilakukan dengan cara :

a) Memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan.

b) Meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial.

E. Aspek SosialBerkaitan dengan strategi penanganan PKL, aspek sosial

dimaksud antara lain mencakup: penguatan kelembagaan, kualitas

SDM (pendidikan dan keterampilan), migrasi penduduk, kriminalitas.

Penguatan kelembagaan merupakan hal sangat esensial dalam

penanganan PKL, secara umum ada dua jenis lembaga dalam

penanganan PKL, yaitu instansi pemerintah dan organisasi non

pemerintah (LSM). Tujuannya adalah untuk memperkuat pemerintah

daerah/kota dalam pemberian pelayanan publik yang lebih efektif.

Penguatan kelembagaan tersebut meliputi: kewenangan, tanggung

Page 41: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

41

jawab, personil, anggaran, interaksi antar lembaga, dan penegakan

hukum.

Menurut Pena ((dalam Tumpal Hasiholan 2010), peran dan

fungsi institusi informal organisasi pedagang jalanan sangat penting,

termasuk dalam proses pembuatan kebijakan. Fungsi utama dari

organisasi tersebut, yaitu:

a. organisasi sebagai perunding (negotiatiors) atau pembuat

kesepakatan (deal-makers); melalui organisasi, para pedagang

dapat mengatasi berbagai persoalan yang sulit dihadapi seorang

diri;

b. organisasi sebagai pengelola (managers) aset sosial; berperan

dalam membatasi keanggotaan dan akses terhadap pasar

informal serta mengatasi konflik diantara para pedagang.

Sedangkan keterlibatan organisasi non pemerintah (LSM)

dapat berfungsi sebagai: pengumpulan dan penyebarluasan informasi

dan menghindarkan permasalahan; pelaksana penanganan PKL;

melakukan penyuluhan dan partisipasi masyarakat, memperkuat

lembaga lokal dan kepercayaan diri masyarakat.

Menurut Jhingan 2008 (dalam Tumpal Hasiholan 2010),

perkerja tidak terampil, meski bekerja dengan jam kerja panjang, akan

memperoleh pendapatan perkapita yang rendah. Tenaga kerja yang

tidak terlatih tidak dapat diharapkan untuk menjalankan dan

memelihara mesin yang canggih. Sesuai dengan rendahnya tingkat

pendidikian yang dimiliki oleh sebagian besar PKL, maka melalui

program pendidikan, pelatihan dan keterampilan baik dilakukan oleh

instansi pemerintah maupun lembaga non pemerintah, diharapkan

dapat meningkatkan pendapatan para pedagang.

Tingginya tingkat migrasi ke perkotaan dan terbatasnya

lapangan kerja yang tersedia berimbas pada bertumbuhnya usaha

kaki lima. Hal ini juga berakibat menambah permasalahan baru bagi

pemerintah daerah/kota, mengingat semakin terbatasnya ruang publik

Page 42: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

42

yang dapat digunakan sebagai lokasi usaha kaki lima maupun dalam

menyediakan area pemukiman baru. Menurut De Soto (dalam Tumpal

Hasiholan 2010), munculnya sektor informal di perkotaan negara

sedang berkembang, karena pajak yang tinggi, suap, dan birokrasi

yang berbelit-belit. Aktivitas PKL yang tidak tertampung dalam lokasi

usaha yang resmi, akan mencari lokasi baru yang mereka anggap

paling strategis. Mereka rela membayar pungutan (pungli) kepada

kelompok-kelompok tertentu/preman, sebagai jasa keamanan di lokasi

tidak resmi/liar tersebut.Kondisi ini berpotensi terhadap timbulnya

kriminalitas di sekitar lokasi tersebut.

F. Aspek LingkunganKondisi lokasi PKL secara umum tidak lepas dari masalah

kebersihan dan keindahan lingkungan, dimana aspek ini dapat

memiliki nilai jual (citra) dari lokasi usaha tersebut. Peningkatan

kebersihan lingkungan di lokasi PKL merupakan hal yang penting,

karena menyangkut kenyamanan para pembeli. Hambatan utama

penataan kebersihan adalah kurangnya kesadaran kolektif para

pedagang akan kebersihan, mereka cenderung mengabaikan

kebersihan dan menyerahkan sepenuhnya kepada petugas

kebersihan. Disamping itu sistem drainase lingkungan yang buruk,

saluran air yang kurang memadai juga mempengaruhi kualitas

lingkungan di sekitar lokasi PKL. Contohnya, jika hujan lokasi PKL

tergenang air sehingga mengganggu proses transaksi jual-beli.

Permasalahan kebersihan lingkungan pada dasarnya dapat

diselesaikan secara teknis dan non teknis. Secara teknis meliputi:

perbaikan sistem saluran, peningkatan sarana dan prasarana

kebersihan, dan peningkatan sistem layanan pengangkutan sampah.

Sedangkan secara non teknis meliputi: kesadaran

masyarakat/pedagang akan arti penting kebersihan serta dengan

pemberian sanksi yang tegas (penegakan hukum) atas pelanggaran

Page 43: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

43

kebersihan lingkungan. Salah satu langkah penegakan hukum

dituangkan dalam Perda 8 Tahun 2007 pasal 21 huruf b, yang

menyatakan bahwa ‘setiap orang atau badan dilarang membuang dan

menumpuk sampah di jalan, jalur hijau, taman, sungai dan tempat-

tempat lain yang dapat merusak keindahan dan kebersihan

lingkungan. Dimana terhadap pelanggaran tersebut dikenakan

ancaman hukuman pidana kurungan paling singkat 10 hari dan paling

lama 60 hari, atau denda paling sedikit Rp. 100.000,- dan paling

banyak Rp. 20.000.000,-.

G. Penanganan Pedagang Kaki Lima di Negara Lain1. Amerika

Street vendor, atau di Indonesia kita menyebutnya Pedagang Kaki

Lima (PKL), merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Kota

New York. Sejarah PKL di kota NY terhitung lebih dari 200 tahun. New

York merupakan kota para imigran dari berbagai belahan di dunia,

menjadi PKL merupakan cara paling mudah untuk bisa bertahan

sesampainya para imigran di New York. Mereka menjual makanan,

buah-buahan, buku atau publikasi, tas, dasi, baju, dan berbagai jenis

barang lainnya. Hampir segala jenis barang dijual oleh PKL di New

York.

Hingga saat ini, lebih dari 10.000 PKL terdapat di kota New York,

sebagian sumber bahkan menyebutkan 20.000 orang PKL. Mayoritas

PKL berasal dari Timur Tengah, Amerika Latin, China, Banglades,

Afrika (Nigeria dan Senegal), serta warga negara Amerika sendiri.

Para PKL tersebut terbagi ke dalam lima kriteria, yaitu:

Food Vendors, yaitu PKL penjual makanan dengan foodcart atau

gerobak.

General Merchandise Vendors, yaitu PKL yang berbagai barang

selain makanan dan barang publikasi.

Page 44: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

44

1st Amendment Vendors, yaitu PKL yang menjual berbagai benda

yang menggambarkan kebebasan berekspresi, seperti buku,

lukisan, gambar, poster, pamphlet, CD, dan lain-lain. Disebut 1st

Amendment Vendors karena 1st Amendment dalam konstitusi

Amerika merupakan hak atas kebebasan berekspresi. Hal

tersebut menjadikan 1st Amendment Vendors tidak memerlukan

izin yang rumit seperti food vendors.

Veteran Vendors, yaitu PKL yang merupakan veteran perang AS.

Jumlahnya cukup besar, yaitu sekitar 1500 orang. Hal ini

dikarenakan mereka telah kehilangan pekerjaan dan/atau tidak

mampu mencari pekerjaan setelah pulang dari tugas militer atau

perang. Pemerintah kota memberi keistimewaan dengan

kemudahan pengurusan izin dan akses yang lebih terhadap lokasi

berjualan.

Unlicensed Vendors, yaitu PKL yang tidak memiliki lisensi dan

seringkali berpindah-pindah untuk menghindari polisi dan petugas

pemerintahan.

Adapun peraturan pertama terkait pedagang makanan dengan

gerobak disebut dengan The Thirty Minute Law, setiap gerobak

makanan harus berpindah tempat dalam waktu 30 menit. Ketentuan

tersebut sulit dilaksanakan, kemudian pada tahun 1886 di Hester

street beberapa pedagang makanan memutuskan untuk bertahan

lebih dari 30 menit dan menciptakan semacam pasar yang berisikan

berbagai gerobak makanan. Pada era Depresi Ekonomi di Amerika,

PKL kemudian menjamur dan menjadi jalan keluar yang cepat bagi

penduduk untuk bertahan hidup. Walikota New York kemudian

memberlakukan berbagai larangan, membuka “indoor street market”

untuk relokasi, dan juga memberlakukan kewajiban membayar sewa.

Lambat laun, kebijakan terhadap PKL semakin merugikan, banyak

jalan yang kemudian dinyatakan tidak boleh digunakan oleh PKL.

Pada tahun 1970an kemudian keluar peraturan hanya 3000 gerobak

Page 45: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

45

PKL penjual makanan yang diperbolehkan dan tidak pernah ada

tambahan hingga Walikota Bloomberg pada tahun 2008

mengeluarkan program “Green Cart Initiative”, yaitu 1600 lisensi untuk

PKL penjual sayuran dan buah di titik-titik tertentu di kota New York.

Saat ini terdapat ratusan pasal terkait larangan dan pengaturan PKL

yang tersebar di berbagai peraturan. Walikota Bloomberg yang saat ini

masih menjabat, bahkan beberapa kali menaikkan denda maksimum

terhadap PKL hingga menjadi $1000.

Karena mahalnya biaya kehidupan di kota New York (perumahan,

sekolah, kebutuhan hidup, dan lain-lain), sulitnya berjualan, dan

berbagai jenis denda yang dikenakan, menjadikan PKL merupakan

salah satu kelompok masyarakat yang sangat terpinggirkan.

Walaupun di sisi lain pemilik izin gerobak makanan banyak yang

merupakan orang yang mampu dan cukup mempekerjakan buruh

PKL. Hal tersebut dikarenakan izin yang dikeluarkan terbatas,

permintaan sangat banyak sehingga hanya yang memiliki uanglah

yang mampu memperoleh izin. Hal lain yang dihadapi PKL adalah

keterbatasan dalam berbahasa Inggris yang menyebabkan mereka

menjadi sasaran empuk petugas kepolisian dan pemerintah kota New

York.

Peraturan mengenai PKL di New York dapat dikatakan sangat

rumit dan tersebar di berbagai peraturan. Adapun berbagai ketentuan

terkait PKL antara lain:

Setiap pedagang harus memiliki izin berdagang dan

mengalungkan izin tersebut di lehernya.

Luas meja tidak boleh melebihi panjang 8 kaki, lebar 3 kaki, dan

tinggi 2 kaki.

Jarak meja atau gerobak tidak boleh kurang dari 10 kaki dari sudut

jalan, kurang dari 20 kaki dari pintu toko atau bangunan, tidak

boleh berdagang di trotoar yang kurang dari 12 kaki, dan tidak

boleh lebih dari 1,3 meter dari badan jalan.

Page 46: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

46

Barang-barang tidak boleh diletakkan di samping meja atau

gerobak. Barang-barang harus diletakkan di bawah meja atau di

dalam gerobak.

Tidak boleh berdagang di daerah dan/atau waktu yang dilarang.

Bagi pedagang makanan aturan lebih rumit lagi mulai dari aturan

jenis bahan makanan yang diperbolehkan, pemakaian sarung tangan,

adanya keran air panas dan air dingin, gerobak yang harus selalu

dibersihkan, hingga makanan yang harus dipertahankan sesuai

dengan standar.

Pelanggaran yang dilakukan PKL terhadap peraturan tersebut

dapat berakibat dikenakannya denda maksimal $1000 atas setiap

pelanggaran, terlebih jika pelanggaran dilakukan berulang. Hal

tersebut memang sangat memberatkan, bandingkan dengan toko

yang memasang iklan “sale” sehingga menghalangi jalan ancaman

denda maksimal adalah $100, sedangkan mobil yang melanggar

aturan parkir ancaman denda maksimal adalah $65.

Setiap tahun setidaknya terdapat 50.000 kasus denda terhadap

PKL. SVP sendiri setiap tahunnya menangani kurang lebih 4000

kasus denda terhadap PKL karena setiap anggota pertahun bisa

mendapatkan tiket denda hingga 5 tiket, bahkan lebih.

Adapun terkait penanganan kasus denda terhadap PKL tersebut, SVP

memberikan pengetahuan kepada anggotanya mengenai hak-haknya

dan bagaimana menghadapi petugas yang memberikan tiket denda

dengan memberikan pelatihan dan poster panduan. Materinya antara

lain:

Mengambil photo atau video pada saat petugas memberikan tiket

denda. Misalnya jika petugas mengatakan bahwa jarak meja

dengan pintu toko kurang dari 20 kaki, sementara faktanya lebih

dari 20 kaki, maka PKL yang mengambil photo jarak meja dan juga

petugas di saat yang sama berkemungkinan besar untuk

memenangkan kasus dendanya.

Page 47: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

47

Mencatat nama petugas yang memberikan tiket denda.

Menghadiri sidang.

Sebagian besar kasus denda yang datang ke SVP diwakili di

Pengadilan Administrasi Kota New York. Sebagian sidang dihadiri

bersama PKL jika dibutuhkan kesaksian yang dapat meyakinkan

hakim bahwa pelanggaran yang dilakukan tidak benar. Sidang

administrasi hanya sekali dan dilakukan dengan waktu yang cukup

singkat 5 hingga 20 menit, tergantung dari kasus yang ditangani.

Pengacara SVP pun dapat melakukan penjadwalan ulang sidang

menyesuaikan dengan banyaknya kasus yang harus ditangani.

(Spring 2011)

2. Singapura

Singapura merupakan satu-satunya negara di dunia yang

memberikan ijin resmi kepada semua PKL. Pemerintah mempunyai

lembaga yang bertugas mengecek bahwa tidak ada PKL yang tanpa

ijin dan mengecek masalah perijinan bagi pedagang yang ingin

berusaha di trotoar. Seperti di kebanyakan negeranegara di Asia

tenggara, PKL yang menjual makanan juga sangat mendominasi.

Pada tahun 1971, program nasional yang bertujuan untuk

membangun pasar dan pusat makanan untuk menampung PKL resmi

dijalankan. Program ini menyediakan fasilitas kios dan layanan air

bersih, listrik serta sarana kebersihan. Pada tahun 1996, seluruh PKL

telah tertampung di pasar-pasar tersebut.

Pada tahun 1988, dari 23.331 PKL yang ada tersebar di 184

pusat makanan, 18.878 merupakan pedagang makanan yang diolah

(dimasak). Sekarang terdapat sekitar 50.000 pedagang di negara ini.

Lembaga yang mengurus PKL memainkan peran aktif dalam

memastikan lingkungan lokasi PKL yang bersih dan tidak

mengganggu para pejalan kaki. Para petugas mengawasi seluruh kios

dan kepatuhan pedagang sesuai UU Kesehatan Lingkungan Tahun

Page 48: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

48

1968. Lembaga ini juga mengadakan pelatihan-pelatihan kesehatan

dan gizi makanan. Dari tahun 1990 sampai 1996 lembaga ini telah

melatih lebih dari 10.000 pedagang. Komposisi populasi PKL di kota

berubah, pedagang muda yang lebih terdidik bermunculan.

Perubahan ini disebabkan oleh meningkatnya angka pengangguran

dari 13.000 lulusan baru yang tidak mendapat pekerjaan. Sebagian

besar dari mereka memilih menjadi PKL dan dapat dilihat dari

bertambahnya pedagang makanan. Berbagai makanan yang

ditawarkan lebih banyak dari sebelumnya. Para pedagang makanan

yang terdidik mencoba menyajikan menu internasional dan telah

meningkatkan popularitas mereka. Pemerintah memutuskan untuk

meningkatkan kualitas kios-kios di wilayah pemukiman padat

penduduk.

Pada tahun 2003, sebanyak 45 lokasi PKL telah ditingkatkan

kualitasnya, meskipun harga sewa yang dibebankan oleh pemerintah

meningkat, para pedagang tetap ramai pelanggan karena harga

barang dagangannya lebih murah daripada di pertokoan. Fakta

penting tentang PKL di Singapura adalah selama 30 tahun terakhir

mereka telah membantu menjaga biaya hidup rendah untuk

kebutuhan sehari-hari bagi pekerja rendahan, mahasiswa dan

masyarakat miskin lainnya. (dalam Tumpal Hasiholan 2010)

3. Bangkok (Thailand)

Hampir di sepanjang trotoar jalan di Thailand banyak gerai PKL

yang menjual makanan, minuman, buah-buahan segar, pakaian dan

aksesoris wanita serta dagangan lainnya. Pemerintah kota Bangkok

telah menetapkan sebanyak 287 lokasi PKL termasuk 14 lokasi di

atas tanah pribadi. Namun lokasi tersebut tidak dapat menampung

seluruh PKL di kota Bangkok, diperkirakan terdapat 407 lokasi PKL

yang tidak resmi.

Menurut penelitian FAO pada tahun 1993 terdapat 6.040 PKL

resmi atau 30 persen dari keseluruhan jumlah PKL yang ada (sekitar

Page 49: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

49

20.000 pedagang). Sedangkan pada tahun 2001, jumlah PKL resmi

meningkat sebanyak 26.000 pedagang dan diperkirakan total PKL

sebanyak 100.000 pedagang. Peningkatan tersebut disebabkan oleh

beberapa alasan, yaitu budaya masyarakat setempat untuk makan

diluar, pesatnya urbanisasi yang berdampak pada upah pekerja yang

murah dan jam kerja yang panjang sehingga memiliki waktu sedikit

untuk memasak, berdagang makanan dapat menarik para turis yang

berburu makanan lokal, keluarga dengan penghasilan rendah

cenderung membeli makanan murah dari PKL dan ini merupakan

manfaat tersendiri bagi mereka.

Salah satu lokasi PKL yaitu pasar akhir pekan Chatuchak

(Chatuchak Week End Market) di Bangkok. Pasar ini dirancang

khusus untuk menampung para PKL untuk menjual barang

dagangannya. Sesuai namanya, pada hari kerja lokasinya berubah

menjadi lahan kosong yang dimanfaatkan untuk area parkir. Mereka

mulai berdagang pada sabtu pagi hingga minggu malam dengan

system tenda bongkar pasang (tidak permanen) dan langsung dibawa

pulang (tidak boleh dititipkan di suatu tempat di kawasan pasar).

Komitmen pemerintah Thailand terhadap kelangsungan hidup

rakyatnya seperti petani, nelayan, pengrajin dan PKL sangat tinggi.

Dominasi produk local di pasar Thailand rata-rata mencapai 90 %

berasal dari dagangan PKL, terlebih pemerintah Thailand

mencanangkan konsepsi ”One Village One Product” (satu desa

mempunyai satu produk unggulan) sejak tahun 2004, dan gencar

dipromosikan di media massa termasuk ke CNN.

Kebijakan tersebut mendorong kemunculan keanekaragaman

produk pertanian dan perikanan unggulan serta pengayaan produk

kerajinan yang inovatif. Dengan demikian timbul gerakan peningkatan

produktifitas secara bersama-sama di hampir semua desa dan ini

membawa dampak pada peningkatan pendapatan perseorangan dan

pendapatan daerah. (dalam Tumpal Hasiholan 2010)

Page 50: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

50

H. Kebijakan Penanganan Pedagang Kaki Lima di IndonesiaKebijakan yang kondusif menjadi dasar utama, agar

pengembangan usaha kaki lima dapat mencapai tujuan yang

diharapkan. Menurut Firdausy (dalam Tumpal Hasiholan 2010),

kebijakan tersebut dilakukan di tingkat makro dan mikro. Kebijakan

makro, berupa pengakuan dan perlindungan Pemda terhadap

keberadaan PKL di perkotaan. Hal yang perlu dilakukan adalah

merubah iklim kebijakan pemerintah, dari yang bersifat elitis menjadi

non-elitis kerakyatan.Kebijakan tersebut dapat diwujudkan dengan

memantapkan aspek hukum perlindungan bagi keberadaan PKL,

perbaikan kelembagaan dan administrasi ke arah non-birokratis, dan

mempermudah akses PKL terhadap sumber-sumber ekonomi yang

tersedia. Sedangkan kebijakan di tingkat mikro, adalah upaya untuk

meningkatkan produktivitas dan tingkat pendapatan PKL, dengan

cara:

1. peningkatan efisiensi ekonomi dari usaha kaki lima,

2. peningkatan produksi usaha dagang,

3. meningkatkan usaha PKL yang kurang potensial menjadi usaha

yang lebih ekonomis potensial.

Menurut Firdausy (dalam Tumpal Hasiholan 2010),

ketidakberhasilan kebijakan dan program pemerintah dalam

mengembangkan PKL di Indonesia, terkait berbagai hal, seperti:

a. pendekatan pemerintah yang masih bersifat ”supply side”

oriented pengaturan, penataan, dan bantuan terhadap PKL

dilakukan tanpa melakukan komunikasi dan kerjasama dengan

PKL sendiri);

b. pelaksanaan kebijakan/ program bagi PKL sarat dengan

keterlibatan berbagai aparat ”pembina”; dan

c. penertiban dan pengendalian PKL lebih didasari pada adanya

keterlibatan

Page 51: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

51

d. pemerintah dalam pelaksanaan proyek daripada semangat

membangun sektor informal sebagai salah satu basis

perekonomian rakyat.

Kebijakan pemerintah pusat yang telah dijalankan (disampaikan dalam

seminar nasional ”Krisis Keuangan Global dan Implikasinya Terhadap

Sektor Riil dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia”

(22/11/2008 dalam Tumpal Hasiholan 2010), yaitu:

a) Pengendalian impor antara lain dilakukan dengan meningkatkan

penggunaan produk dalam negeri untuk pengadaan barang dan

jasa yang dilakukan pemerintah serta meningkatkan pengawasan

barang beredar dalam negeri.

b) Meningkatkan keselarasan antara APBN dan APBD agar peran

pengeluaran negara dapat maksimal dalam mendorong

pertumbuhan ekonomi dan sekaligus meningkatkan iklim

investasi.

c) Menggerakkan sektor riil dan menggalakkan penggunaan produk

dalam negeri.

d) Mengembangkan kebijakan perkreditan agar likuiditas tersedia

untuk sektor riil melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR).

I. Kebijakan Pedagang Kaki Lima di Kota Parepare1. Kebijakan Pemerintah dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Memberikan bantuan permodalan “dagu Pengmas” atau dana

bergulir pengembangan masyarakat 5 juta/orang dari 135 juta, dan

juga bantuan gerobak dan lemari jualan peralatan siap saji.

2. Dari Dispenda, Untuk para pedagang kaki lima yang ada di sekitar

pasar senggol ada biaya retribusi, dan para pedagang kaki lima

tidak menganggu badan jalan dan menjaga kebersihan dan

keamanan.

Page 52: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

52

Dalam Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 6 Tahun 2008 Tentang

Pembinaan Dan Penataan Pedagang Kaki Lima, setiap PKL yang telah

memperoleh izin dan tanda daftar harus melaksanakan kegiatan

usahanya paling lama 3 (tiga) bulan sejak terbitnya izin dan tanda

daftar.

1. Setiap PKL berhak untuk menjalankan usahanya dan mendapatkan

fasilitas serta kemudahan dari Pemerintah Daerah sesuai dengan

standar kelayakan dan ketentuan yang berlaku.

2. Selain hak sebagaimana dimaksud, setiap PKL melalui

Asosiasinya, berhak untuk:

a. menyampaikan usul kepada Pemerintah Daerah dalam rangka

memenuhi kebutuhan untuk pengembangan usaha PKL secara

wajar; serta

b. menyatakan keberatan atas pelayanan dan perlakuan yang

tidak sesuai dengan norma hukum, etika dan profesionalisme.

Setiap PKL wajib mematuhi peraturan perundang-undangan yang

berlaku serta memenuhi setiap kewajiban fiskal yang dibebankan

kepadanya.

1. Setiap PKL juga diwajibkan untuk senantiasa :

a. memelihara ketertiban, keamanan, keasrian dan kesehatan

lingkungan di lokasi/tempat usahanya;

b. menjaga dan memelihara norma etika, susila,

kejujuran/kebenaran dan kepribadian bangsa dalam kaitannya

dengan pelayanan kepada konsumen;

c. tidak menggunakan dan tidak memfasilitasi jual beli barang-

barang/bahan yang dilarang oleh peraturan perundang-

undangan atau bertentangan dengan norma hukum agama;

d. mematuhi aturan internal, serta menjaga dan memelihara nama

baik Asosiasi PKL.

Page 53: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

53

Ketentuan Perda untuk larangan yang diberlakukan untuk para pedagang

kaki lima, Setiap PKL dilarang:

1. membangun/mendirikan tempat berjualan yang bersifat permanen,

kecuali apabila tempat tersebut oleh Pemerintah Daerah sendiri

telah ditetapkan sebagai tempat semi permanen;

2. melakukan kegiatan usaha dengan cara merusak atau mengubah

bentuk fasilitas umum yang ditempati tanpa persetujuaj dari

Pemerintah Daerah;

3. menggunakan lahan yang luasnya melebihi ketentuan yang telah

ditetapkan;

4. menjadikan tempat berjualan sebagai tempat tinggal atau

melakukan aktivitas kerumahtanggaan yang tidak berkitan dengan

usaha;

5. menggunakan badan jalan, atau menempatkan peralatan/barang

pada tempat yang dapat mengganggu arus lalu lintas atau pejalan

kaki, kecuali pada lokasi yang memang diperbolehkan untuk itu;

6. membiarkan peralatan atau komponen/rangka/tenda tempat

berjualan berserakan setelah usai waktu berjualan, sehingga

mengganggu keindahan lingkungan atau dapat disalahgunakan

oleh pihak lain untuk hal-hal yang merugikan;

7. menjual minuman beralkohol atau barang/bahan terlarang lainnya;

8. melakukan aktivitas yang mengganggu/melanggar norma agama,

etika dan kesusilaan; serta

9. menempatkan barang/bahan secara tidak aman, yang dapat

menyebabkan timbulnya bahaya kebakaran atau musibah lainnya.

Bagi PKL yang menggunakan kendaraan untuk kegiatan berjualan,

dilarang melakukan kegiatannya pada tempat-tempat larangan parkir,

pemberhentian, trotoar, dan pada tempat yang jaraknya 15 meter dari

persimpangan jalan.

Page 54: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

54

J. Studi Penelitian TerdahuluTabel 2.1 Studi Penelitian Terdahulu

Peneliti/Judul/Tahun Tujuan ObjekPenelitian Variabel Penelitian (Input) Teknik Analisis Output

Atika Febriani

KONSEP PENATAANPKL

DI KORIDOR JALANKEDUNGDORO

SURABAYA

2012

1. Faktor apa sajayangmempengaruhi citrakawasan dijalanKedongdoro terkaitdengan keberadaanPKL?

KarakteristikPKL danpermasalahan

1. jenis dagangan2. sarana usaha3. pola penyebaran PKL4. fungsi pelayanan5. pengguna6. Skala7. Waktu8. Sifat Pola pengelolaan9. Interaksi sosial

Analisis Deskriptif Faktor yangmempengaruhicitra kawasanterkait dengankeberadaanPedagang KakiLima

2. Bagaimana konsepyang tepat untukmenciptakankesinambunganantara potensi PKLdgn lingkungannya,sehinggamenghilangkankesan kumuh dandapatmeningkatkan citra

1. Karakteristik PKL2. Permasalahan

Analisis Deskriptif Konsep penataanantara potensiPKL danlingkungannya

Page 55: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

55

Peneliti/Judul/Tahun Tujuan ObjekPenelitian Variabel Penelitian (Input) Teknik Analisis Output

kawasan?

Page 56: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

56

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Jenis PenelitianDalam melaksanakan penelitian ini, dilakukan dengan dua metode,

yaitu: metode kualitatif dan metode kuantitatif dengan menggunakan

metode penelitian yang tertuju pada pemecahan masalah dengan cara

mengumpulkan data, menyusun data, menganalisis data, serta menarik

kesimpulan yang terbatas pada objek penelitian (Surakhmad, 1989).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kota Parepare tepatnya pada Pasar

Senggol dan sekitarnya.Selama 2 bulan terhitung mulai dari bulan

Agustus sampai September 2013.

• Waktu survey : 2 minggu

• Gambaran Umum : 2 minggu

• Analisis : 3 Minggu

• Penulisan Laporan : 3 minggu

2. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi batasan lokasi penelitian yakni Pasar Senggol

dan sekitarnya, meliputi Jalan Sultan Hasanuddin, Kelurahan Ujung

Sabbang, Kecamatan Ujung, Parepare. Penetapan lokasi didasarkan

pada beberapa pertimbangan sebagai berikut:

Pasar Senggol merupakan pasar malam yang terdiri dari Pedagang

Kaki Lima yang mempunyai permasalah-permasalahan yang diakibatkan

oleh adanya Pedagang kaki lima. Dengan dampak pada perkembangan

kawasan tersebut diantaranya adalah merebaknya sektor informal yang

ditandai dengan banyaknya para pedagang kaki lima di kawasan pada

Page 57: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

57

luar Pasar Senggol. Tumbuhnya pedagang kaki lima di kawasan tersebut

sangat pesat dengan menempati area publik.

C. Populasi PenelitianPopulasi ialah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono

dalam Riduwan 2009).

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah keseluruhan Pedagang

Kaki Lima di sekitar Pasar senggol. Adapun jumlah populasi PKL pada

Gambar 3.1 Peta Citra Lokasi PenelitianSumber: ArcGIS, bing map, 2013

Page 58: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

58

lokasi tersebut jumlahnya sebanyak 54 Pedagang kaki Lima. Karena

jumlah populasi yang sedikit maka yang dilakukan adalah penelitian

populasi.

D. Teknik Pengumpulan DataDalam penelitian ini memerlukan 2 jenis data yaitu data primer dan

data sekunder. Berikut teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

a. Obeservasi

Dirunut secara etimologis, kata observasi berasal dari bahasa Inggris

observation. Dalam kamus bahasa Inggris The Concise Oxford Dictionary

of Current English, terdapat lima makna mengenai kata tersebut. Salah

satu yang paling tepat dalam kaitannya dengan pengumpulan data

diartikan sebagai berikut: observation is accurate watching and noting of

phenomena as they occur in nature with regard to cause and effect of

mutual ralations. Hal yang perlu menjadi tekanan perhatian dalam hal ini

adalah ungkapan accurate watching of phenomena, noting of phenomena,

nature dan mutual relations.

Suatu observasi harus diikuti dengan pengdokumentasian mengenai

apa yang diteliti secara mendalam, akurat dan cermat. Dengan demikian

kegiatan observasi tidak dapat lepas dari kegiatan untuk membuat

dokumen mengenai gejala itu sendiri. Fungsi dokumen atau catatan, atau

rekaman atau keterangan atau informasi atau apapun namanya mengenai

apa yang diamati merupakan hal yang teramat penting dalam penelitian

karena dokumen yang diperoleh tersebut merupakan data sebagai dasar

analisis (Hadi Sabari, Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer, 2010).

Dalam penelitian ini objek visual yang diteliti adalah kondisi eksisting

pedagang kaki lima pasar senggol dan sekitarnya serta permasalahan

yang muncul di lingkungan sekitar dengan adanya pedagang kaki lima.

Page 59: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

59

b. Wawancara

Wawancara adalah kegiatan pengumulan data yang dilakukan peneliti

dengan cara menanyakan secara langsung pada sumber informasi (Hadi

Sabari, Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer, 2010). Dalam hal ini,

sumber informasi adalah penduduk yang dapat memberikan keterangan

melalui media oral. Hal ini dapat dilakukan secara langsung dalam

pengertian bahwa pewawancara dan yang diwawancara bertatap muka

secara langsung, namun dapat dilakukan pula secara tidak langsung

melalui media telekomunikasi. Dalam melakukan kegiatan wawancara ada

dua hal penting yang perlu dipahami oleh pewawancara yaitu:

1) Persiapan wawancara,

2) Pelaksanaan pewawancara

c. Angket

Angket tidak lain juga merupakan alat pengumpul yang berupa daftar

pertanyaan, namun diisi sendiri oleh responden (Hadi Sabari, Metodologi

Penelitian Wilayah Kontemporer, 2010). Cara pengisian daftar pertanyaan

dapat dilaksanakan melalui dua cara yaitu:

1) Dilakukan sendiri oleh responden tanpa kehadiran peneliti

2) Dilakukan sendiri oleh responden

Dalam penelitian ini memerlukan teknik angket untuk memeperoleh

variabel yang dibutuhkan dalam analisis penelitian terkait pedagang kaki

lima.

2. Data Sekunder

yaitu data yang diperoleh melalui kajian pustaka, internet dan data

yang dikeluarkan oleh instansi terkait.

a. Dalam hal ini, kami melakukan studi literatur terkait hal – hal yang

berkaitan dengan penelitian yang kami lakukan, baik itu bersumber

buku, journal maupun dari internet.

b. Peraturan dan kebijakan terkait penataan pedagang kaki lima yang

ada di kota Parepare.

Page 60: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

60

E. Teknik Analisis DataAnalisis data merupakan tahapan untuk menentukan permasalahan

yang dihadapi. Adapun teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah analisis yang bertujuan untuk memberikan

gambaran (deskripsi) tentang suatu data, seperti rata-rata, jumlah varians,

nilai minimum dan maksimum, dan sebagainya.

2. Analisis Korelasi

Korelasi digunakan untuk menganalisis bila peneliti bermaksud

mengetahui pengaruh atau hubungan variabel independen dengan

dependen, yaitu penelitian ini menggunakan metode pearson correlation

karena skala data variabel Y yang akan dibandingkan dengan X.

a) Signifikansi dan Korelasi (Ada/Tidaknya Hubungan)

Dari baris Pearson Correlation dan Sig. (2-tailed) apabila Hasil nilai

korelasi yang didapatkan < 0,05 berarti memiliki hubungan dengan faktor

X dan Y. begitupun sebaliknya apabila nilai Sig. (2-tailed) nya > 0,05

berarti faktor X dan Y di korelasikan tidak memiliki hubungan.

b) Kekuatan Korelasi

Dilihat dari baris Pearson Correlation maka akan diketahui hasil-hasil

korelasi apabila Pearson Correlation-nya terdapat tanda 2 bintang (**)

berarti memiliki hubungan yang sangat signifikan antara faktor X dan Y.

Dan apabila Pearson Correlation-nya hanya terdapat tanda 1 bintang (*)

berarti memiliki hubungan yang signifikan antara faktor X dan Y.

Page 61: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

61

F. VARIABEL PENELITIANRumusan Masalah Variabel Sumber Data Teknik Analisis OUTPUT

1. Apa faktor-faktor yangmenyebabkan kegiatanPKL mengganggulingkungan?

• Usia• Asal• Pendidikan• Jarak (dari rumah ke

tempat dagang)• Waktu dagang PKL• Pendapatan/hari• Jumlah keluarga yang

ditanggung• Sarana usaha dagang

PKL (pikulan, gelaran,gerobak, warung semipermanen)

• Jenis tempat PKL (trotoar,badan jalan,taman dll)

• Jenis Dagangan• Buangan limbah PKL

Angket AnalisisKorelasi

AnalisisDeskriptif

Faktor-faktorpenyebabsehingga PKLmengganggulingkungan.

2. Apa keinginan dariPedagang Kaki Lima yangberada di lokasipenelitian.

Keinginan PKL Angket AnalisisDeskriptif

Harapan-harapanserta keinginandari PedagangKaki Lima di

Page 62: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

62

Lokasi Penelitian.

3. Bagaimana ide penataantempat usaha PedagangKaki Lima yang kondusifdi pasar senggol dansekitarnya?

Karakteristik danpermasalahan PKL sertakeinginan para PKL

Observasi,Wawancara,dokumentasi

AnalisisDeskriptifKualitatif

Ide penataanPedagang kakilima.

Page 63: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

50

G. Kerangka penelitian

Input Analisis Output

PKL keberadaannya dapatmenciptakan lapangan kerja,dilain pihak keberadaan PKLyang tidak diperhitungkandalam perencanaan tata ruangtelah menjadi beban bagi kota

Perlu adanya ide penataan pedagangkaki lima sehingga pedagang kaki limatetap dapat berjualan dan tidakmenimbulkan permasalahan dilingkungan perkotaan

tinjauan pedagang kakilima pasar senggol dansekitarnya di KotaParepare

Tinjauan Pustaka:1. Sektor Informal2. Karakteristik

Pedagang kaki lima3. Faktor penyebab

munculnya pedagangkaki lima

4. Kebijakan

1. Apa faktor-faktor yangmenyebabkan kegiatan PKLmengganggu lingkunganperkotaan?

2. Apa keinginan para pedagangkaki lima yang ada di lokasi?

3. Bagaimana ide penataanpedagang kaki lima yangkondusif di lokasi penelitian?

Ide penataan pedagangkaki lima yang kondusifdi sektar pasar Senggol.

Page 64: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

51

Metode Penelitian:1. Jenis penelitian2. Lokasi dan waktu3. Jenis dan sumber

data4. Teknik pengumpulan

data5. Teknik analisis6. Variabel penelitian7. Kerangka penelitian

1. Jenis penelitian deskriptifkuantitatif.

2. Jenis data primer dan sekunder.3. Pengumpulan data: observasi,

kuesioner, wawancara, studikepustakaan.

1. Analisis yangdigunakan dalampenelitian ini.

2. Penentuan variabel

1. Karakteristik PKL dilokasi penelitian

2. Permasalahan yangdiakibatkan olehadanya pedagang kakilima

Analisis Permasalahan Lingkunganyang diakibatkan oleh pedagan

kaki lima

(Analisis Korelasi dan deskriptif)

3. Keinginan pedagangkaki lima yang ada padalokasi penelitian

Faktor-faktor yangmenyebabkan kegiatanPKL mengganggulingkunganperkotaanlingkungan

Keinginan parapedagang kaki lima

Keinginan para pedagang kaki limayang ada pada lokasi penelitian

(Analisis deskriptif)

Page 65: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

52

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kota Parepare

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kota Parepare

Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah kota Parepare

Kota Parepare secara geografis terletak pada jalur perlintasantransportasi darat maupun laut untuk bagian tengah Propinsi Sulawesi

Page 66: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

53

Selatan, baik arah utara-selatan maupun arah timur-barat. Sesuai denganarahan pengembangan wilayah, maka Kota Parepare ditetapkan sebagaiPusat Pelayanan Antar Wilayah (PPAW) untuk bagian tengah PropinsiSulawesi Selatan. Pemaknaan pusat pelayanan antar wilayahditerjemahkan oleh Pemerintah daerah Kota Parepare dalam visinyasebagai Bandar Madani dengan Masyarakat yang Mandiri, religius danberkomitmen Lingkungan. Dalam rencana strategis pembangunan daerahKota Parepare secara garis besar dapat digambarkan sebagai sebuahkota dengan fungsi dan peran yang perlu didukung dengan berbagaikebijakan-kebijakan pembangunan dalam menunjang perwujudan danpencapaian visi yang telah ditetapkan tersebut, sehingga dengandemikian, maka fasilitas pelayanan antar wilayah banyak dikembangkan dikota ini.

Kota Parepare secara administrasi berbatasan dengan:

Timur : Kabupaten Sidrap

Selatan : Kabupaten Barru

Barat : Selat Makassar

Utara : Kabupaten Pinrang

Dengan luas 99,33 Km², Kota Parepare berada pada posisi3º57’39”-4º04’49” Lintang Selatan dan 119º36’24” - 119º43’40” BujurTimur, dengan kondisi topografi secara umum terbagi dalam 2 (dua)morfologi, yakni; dataran dan perbukitan. Bentuk lahan dataran terletak diwilayah pesisir pantai, dan secara umum merupakan daerah yang cukuppadat, pusat aktifitas kota, disebut sebagai Kota Bawah dengan luassekitar 30% dari luas wilayah. Sementara itu, sekitar 70% dari luaswilayah lainnya adalah lahan perbukitan yang merupakan wilayahdominan di Kota Parepare, serta memanjang dari arah utara selatan dantimur barat. Wilayah ini merupakan wilayah pengembangan yang sifatnyaterbatas, karena ada sebagian kondisi topografi yang mempunyai tingkatkelerengan yang curam.

Page 67: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

54

Tabel 4.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatannya Dirinci tiapKecamatan di Kota Parepare Tahun 2011

Kecamatan/Tahun Luas Wilayah(Km2)

JumlahPenduduk

KepadatanPenduduk

Bacukiki 66,70 14.622 219

Bacucuki Barat 13,00 39.486 3.037

Ujung 11,30 32.562 2.881

Soreang 8,33 43.912 5.271

Jumlah 99,33 130.582 1.314

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Parepare

Secara administratif, Kota Parepare terbagi dalam 4 (empat)kecamatan dan 22 (dua puluh dua) kelurahan. Kecamatan di KotaParepare terdiri dari Kecamatan Bacukiki, Bacukiki Barat, Ujung, danSoreang. Jumlah penduduk dirinci tiap kecamatan dapat dilihat pada table4.2 berikut.

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk dirinci tiap kecamatan di Kota Pareparekeadaan Tahun 2007-2011

KecamatanTahun

2007 2008 2009 2010 2011

Bacukiki 48.369 13.857 14.068 14.477 14.622

Bacukiki Barat - 36.482 37.036 39.085 39.486

Ujung 29.681 29.150 2.619 32.231 32.562

Soreang 38.259 37.574 38.145 43.469 43.912

jumlah 116.309 117.063 118.842 129.262 130.582

Page 68: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

55

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Parepare

Lapangan usaha utama penduduk Kota Parepare yang berumur 15tahun ke atas terdiri dari Pertanian, perikanan, kehutanan, industripengolahan, perdagangan hotel dan restoran, Jasa perorangan dankemasayarakatan dan pekerjaan lainnya. Rincian jumlah penduduk danpersentase menurut lapangan usaha dapat dilihat pada table 4.3.

Tabel. 4.3 Jumlah dan persentase penduduk berumur 15 tahun ke atasyang dalam seminggu bekerja menurut lapangan usaha utamadi kota Parepare tahun 2011

Lapangan usaha utama Penduduk Persentase

1. Pertanian, perikanan,kehutanan

2.200 4,33

2. Industri Pengolahan 2.138 4,21

3. Perdagangan, hoteldan restoran

18. 972 37,33

4. Jasa perorangan dankemasyarakatan

15.984 31,45

5. Lainnya 11.535 22,69

Jumlah 50.829 100,00

sumber: Survei tenaga kerja Nasional (SAKERNAS) 2011

Penyelenggaraan Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah KotaParepare

Urusan ini dilaksanakan oleh Dinas Perdagangan, Perindustrian,Koperasi, UKM dengan alokasi anggaran belanja yang ditetapkan sebesar

Rp.842.500.000,- dengan realisasi anggaran Rp.627.995.500,- atau 74,54

persen, yang dilaksanakan dalam program dengan masing-masingkegiatannya, sebagai berikut :

Page 69: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

56

1) Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif

UMKM, dilaksanakan penagihan dan penyelesaian dana bergulir pada

tahun 2011 dilaksanakan dalam bentuk penagihan dan penyelesaian

dana bergulir. Diharapkan melalui kegiatan ini akan mampu

mendukung upaya peningkatan kualitas pengelolaan penggunaan

dana pemerintah.

2) Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi UMKM,

dilaksanakan melalui peningkatan jaringan kerjasama antar lembaga

dalam upaya peningkatan jaringan kerjasama antar lembaga

perbankan dan UMKM, pelatihan metode penyusunan proposal untuk

pengajuan bantuan kredit kepada pihak perbankan, promosi produk

usaha mikro kecil menengah, penyelenggaraan pameran

pembangunan, pembinaan koperasi dan studi kredit UMKM.

3) Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi, dilaksanakan

melalui sosialisasi prinsip-prinsip pemahaman perkoperasian,

pembinaan, pengawasan dan penghargaan koperasi berprestasi,

untuk 80 koperasi berprestasi di Kota Parepare. Selain itu telah

dilaksanakan kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan

koperasi dalam bentuk pendataan dan pelaporan kinerja koperasi

aktif. Untuk tahun 2011 terdapat 71 unit koperasi yang telah

melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT), pencapaian SHU pada

tahun 2011 mencapai Rp.3.129.137.000,-. Untuk perkembangan

jumlah modal koperasi hingga tahun 2011 yang menggunakan modal

sendiri adalah sebesar Rp.29.966.298.000,- untuk modal luar adalah

sebesar Rp.31.260.408.000 dengan jumlah anggota sebanyak 19.976

orang. Jumlah modal koperasi tersebut menunjukkan bahwa

keberadaan koperasi di Kota Parepare sudah layak diperhitungkan

bilamana dilihat dari jumlah volume usaha koperasi tahun 2011 yang

berkisar pada Rp 11.173.850.000,-. Bahkan dalam menunjang

pengelolaan manajemen koperasi, digelar Pelatihan Manajemen

Page 70: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

57

Pengelolaan Koperasi yang diikuti oleh 90 koperasi dengan maksud

agar tercapainya pengelolaan koperasi yang mandiri.

B. Gambaran Umum Pasar Senggol Kota Parepare

Pasar Senggol merupakan pasar tradisional di Kota Parepare,dibawah naungan Pemerintah Daerah (Pemda) Kota Parepare.Dinamakan demikian karena hampir setiap hari Pasar Malam Senggoldipadati pengunjung, bahkan seakan tidak ada celah untuk bergeraksehingga pengunjung saling bersenggolan. Pasar Senggol merupakantempat belanja yang sangat digemari karena setiap malam dipadatipengunjung, baik dari Parepare maupun dari luar daerah sepertiKabupaten Pinrang, Barru, Sidrap, Soppeng, dan bahkan dari KotaMakassar. Mereka sengaja datang ke pasar ini untuk membeli berbagaikeperluan sehari-hari, terutama kebutuhan sandang seperti sepatu, kaoskaki, celana, ikat pinggang, baju, jaket, jas, selimut, tas, dompet, bahkanpakaian dalam dengan berbagai merek terkenal dari luar negeri.

Gambar 4.2 Pasar Senggol

Sumber: Google Earth. 2013

Letak geografis Pasar Senggol adalah sebagai berikut :

1) Sebelah Barat : Teluk Parepare

Page 71: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

58

2) Sebelah Timur : Mesjid Agung Parepare

3) Sebelah Selatan : Pelabuhan Nusantara

4) Sebelah Utara : Pelabuhan cappa Ujung

Tenaga kerja di Pasar Senggol dapat diklasifikasi sebagai berikut :1) Tenaga Honorer : 21 orang

2) PNS (Pengelola) : 8 orang

3) Staf Adm. Sukarela : 5 orang

4) Satpam : 4 orang

5) Petugas kebersihan : 5 orang

Pasar Senggol tidak memiliki kantor sendiri, pasar ini bernaungbersama UPTD Pengelola Pasar Lakessi, sehingga kita dapat menemuistaf pengelola pasar dikantor UPTD Pasar Lakessi.

Fasilitas yang dimiliki Pasar Senggol dapat diklasifikasikan sebagaiberikut:

1) Area parkir : 5 buah

2) TPS : 1 buah

Dengan keberdaan Pasar Senggol ini pihak pengelola punberharap Pemkot Parepare dapat memberikan perhatian yang lebihterhadap lingkungan di seputar Pasar Senggol, yang bukan hanyamenjadi tanggung jawab pihak pengelola, seperti jalan dan kios-kios diluar area Pasar malam Senggol. Pemerintah Kota Parepare bisa lebihpeduli khususnya untuk ketertiban jalan dan arus lalu lintas di seputarPasar Senggol Parepare. Sehingga Pasar ini dapat berkonstribusi bagiekonomi kota Parepare baik secara seoial dan ekonomi.

Page 72: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

59

C. Gambaran Umum Pedagang Kaki Lima di Lokasi Penelitian

Page 73: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

60

Gambar 4.3 Gambar sebaran pedagang kaki lima

Sumber: Observasi peneliti. 2013

Berdasarkan hasil observasi peneliti, Jumlah pedagang kaki Limayang berada pada lokasi penelitian terdapat 54 pedagang yang tersebar disekitar pasar senggol Kota Parepare. Adapun Karakteristik pedagang kakilima yang berada pada lokasi penelitian adalah sebagai berikut:

1. Jenis Dagangan

Dari 54 pedagang kaki lima tersebut terdiri dari beberapa jenisdagangan yang mereka dagangkan, yaitu makanan dan minumancepat saji, buah-buahan, dan lain-lain, untuk lebih rinci dapat diliatpada tabel 4.4 di bawah ini.

Tabel 4.4 Jumlah Pedagang Kaki Lima yang berada pada lokasipenelitian berdasarkan jenis dagangan

No Jenis Dagangan Jumlah Pedagang

1 Makanan dan minuman cepatsaji 35

2 Buah-buahan 5

3 Pakaian/tekstil/mainananak/kelontong 10

4 Barang cetakan/stiker 3

5 Jasa perorangan 1

Jumlah 54

Sumber: Observasi Peneliti.2013

Dari beberapa jenis dagangan yang didagangkan, jenis dagangakan mempengaruhi bentuk sarana usaha yang mereka gunakan.

Page 74: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

61

Berikut gambar sebaran pedagang kaki lima dapat dilihat padagambar 4.4.

Page 75: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

62

Gambar 4.4 Peta sebaran pedagang kaki lima di lokasi penelitian

Sumber: Observasi Peneliti. 2013

Page 76: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

63

2. Sarana Usaha Dagang

Di lokasi penelitian ada beberapa sarana dagang yang digunakanpara pedagang kaki lima, serta mempunyai sifat pelayanan menetap dantidak menetap. Bentuk sarana yang digunakan pedagang kaki lima yangada di lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut,

Tabel 4.5 Bentuk Sarana Fisik Pedagang Kaki Lima yang ada dilokasi penelitian

NoSarana Fisik

Pedagang Kaki LimaFoto Keterangan

1 Pikulan/Keranjang,

bentuk sarana ini

digunakan oleh para

pedagang yang keliling

atau semi menetap

(semi static).

Bentuk sarana

ini agar barang

dagangan

mudah untuk

dibawa

berpindah-

pindah tempat.

2 Gelaran/alas,

pedagang menjajakan

barang dagangannya

diatas kain, tikar, dan

lain-lain.

Bentuk sarana

ini mempunyai

sifat pelayanan

semi menetap.

Page 77: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

64

3 Jongko/meja, bentuk

sarana berdagang

yang menggunakan

meja/jongko dan

beratap atau tidak

beratap.

Dikategorikan

sebagai PKL

menetap

4 Gerobak/kereta

dorong, bentuk sarana

terdapat dua jenis,

yaitu beratap dan tidak

beratap.

Sarana ini

dikategorikan

jenis PKL yang

menetap dan

tidak menetap.

5 Warung semi

permanen, terdiri dari

beberapa gerobak

yang diatur bereret

yang dilengkapi

dengan meja dan

bangku-bangku

panjang. Bentuk

sarana ini beratap dari

bahan terpal atau

plastik yang tidak

tembus air.

PKL dengan

bentuk sarana

ini dikategorikan

PKL menetap

dan berjualan

makanan dan

minuman cepat

saji.

Page 78: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

65

Sumber: Observasi peneliti. 2013

Dari seluruh pedagang kaki lima di sekitar pasar senggol adapunjumlah pedagang berdasarkan sarana usaha yang digunakan, dapatdilihat pada tabel 4.6 di bawah,

Tabel 4.6 Jumlah Pedagang kaki lima berdasarkan bentuk saranausaha

No. Bentuk sarana usaha Jumlah PKL

1. Gerobak /kereta 8

2. Pikulan 3

3. Warung Semi permanen 26

4. Meja 11

5. Gelaran / Alas 6

Jumlah 54

Sumber: Hasil Observasi Peneliti. 2013

3. Luasan Lapak Sarana Usaha PKL

6 Kios, pedagang yang

menggunakan bentuk

sarana ini

dikategorikan

pedagang yang

menetap,

secara fisik jenis

ini tidak dapat

dipindahkan.

merupakan

bangunan semi

permanen yang

dibuat dari

papan.

Page 79: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

66

Dari hasil observasi peneliti, selain bentuk sarana dagang yangdigunakan, Jenis dagangan juga mempengaruhi luas lapak saranausaha dagang pedagang kaki lima, untuk lebih jelasnya dapat dilihatpada tabel 4.7.

Tabel 4.7 Luasan Lapak Sarana Usaha Dagang Pedagang Kaki Lima

No Jenis Barangdagangan

Saranausaha

Dimensi(m)Luas (m2)

JumlahPKL

Persentase

1

Makanan danminuman

Gerobak,Meja, kursi,tenda

2x1m=2m²

3x2m=6m²

3x3m=9m²

2384

42%

17%

7%

2 Buah-buahan Meja 2x1m=2m² 5 9 %

3Mainan anak/pakaian/kelontong

Meja,Alas /gelaran

2x1m=2m² 10 18 %

4 Barangcetakan/stiker

gelaran 2x1 m=2m² 3 6 %

5 Jasaperorangan

gerobak 2x1 m=2m² 1 2 %

Sumber: Hasil observasi peneliti.2013

Sarana usaha PKL mempunyai luasan berkisar 2m² sampaidengan 9m². Pada tabel diatas terlihat bahwa selain mempengaruhibentuk sarana usaha, jenis dagangan ternyata juga mempengaruhiluasannya. Luasan terbesar adalah sarana usaha milik PKL makanandan minuman, yaitu 9m².

Lapak pedagang kaki lima tidak bergerak begitu saja, Lapakyang ditempati berdagang selalu di tempat semula atau pada hari-harisebelumnya. Apabila pedagang kaki lima yang lain tidak berjualan,Lapak pedagang yang sedang beroperasi tetap tidak bergerak.

Page 80: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

67

Gambar 4.5 Peta Eksisting PKL

Sumber: ArchGIS dan analisis peneliti.2013

1

2

3

Page 81: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

68

1.

2.

Page 82: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

69

3.

Page 83: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

70

4. Waktu operasional

Keberadaan pedagang kaki lima yang berada pada lokasi penelitianwaktu operasional pedagang ada yang beroperasi pagi hari, siangsampai sore hari serta sore hari sampai malam. Pedagang kaki limayang banyak beroperasi yaitu pada jam-jam 4 sore sampai denganjam 11 malam sesuai waktu operasional pasar senggol yang sebagaialasan pedagang kaki lima berjualan di lokasi tersebut.

Tabel 4.8 Waktu Operasional Pedagang Kaki Lima

No Jenis Barangdagangan

Saranausaha

WaktuOperasional

JumlahPKL

1

Makanan danminuman

GerobakGerobakMeja, kursi,tenda

07.00-11.0016.00-22.0008.00-18.00

3

28

4

2 Buah-buahan Meja 15.00-21.00 5

3Mainan anak/pakaian/kelontong

Meja,Alas /gelaran

16.00-21.00 10

4 Barangcetakan/stiker

gelaran 16.00-21.00 3

5 Jasaperorangan

gerobak 16.00-20.00 1

Jumlah 54

Sumber: Hasil Observasi Peneliti.2013

Page 84: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

71

Gambar 4.6 Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Berdasarkan Waktu OperasionalSumber: Hasil Analisis Peneliti. 2013

a. PKL yang beroperasi pada jam 07.00-11.00 adalah pedagang

yang berdagang di pinggir pantai, banyaknya pengunjung yang

datang di pagi hari merupakan daya tarik untuk PKL.

PETA SEBARAN PEDAGANG KAKILIMA BERDASARKAN WAKTU

OPERASIONAL

Page 85: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

72

Gambar 4.7 Pengunjung pedagang kaki lima di pagi hariSumber: Dokumentasi Peneliti. 2013

Pada pagi hari masyarakat Kota Parepare banyak yang berkunjungdi pinggir pantai baik hanya untuk melihat pandangan pantai,berenang, dan sekaligus menikmati hidangan daganganpedagang kaki lima yang ada. Karena banyaknya pengunjung dipinggir pantai merupakan kesempatan pedagang kaki lima untukmenjajakan dagangannya.

b. PKL yang beroperasi pada jam 08.30-18.00 adalah pedagang

minuman, Lokasi PKL ini dapat dilihat pada gambar 4.6 di atas,

yaitu PKL ini terletak di sekitar kawasan pendidikan dan pusat

kegiatan lainnya yang merupakan target konsumen.

c. PKL yang beroperasi pada jam 16.00-22.00 adalah pedagang

yang mengikuti waktu operasional pasar senggol dimana

banyaknya pengunjung yang datang di sekitar pasar.

Gambar 4.9 Aktifitas Pedagang Kaki Lima pada malam hariSumber: Dokumentasi Peneliti. 2013

5. Bentuk Kepemilikan Usaha

Adapun bentuk kepemilikan usaha dagang yang berada pada lokasipenelitan dibagi menjadi 3 yaitu, milik pribadi, kerja sama dan milik oranglain. Berikut persentase kepemilikan usaha dapat dilihat pada gambar4.10 berikut.

Gambar 4.8 Pedagang Kaki Lima di siang hari

Sumber: Dokumentasi Peneliti. 2013

Page 86: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

73

Gambar 4.10 Diagram pie bentuk kepemilikan usaha yang ada pada lokasipenelitian

Sumber: Hasil Survey. 2013

Dari diagram diatas dapat dilihat dari jumlah pedagang kaki limayang ada pada lokasi penelitian, 76% merupakan usaha dagang milikpribadi atau sebanyak 41 pedagang, 15% merupakan usaha kerja samaatau sebanyak 8 pedagang dan 9% atau 5 pedagang merupakanmenjalan usaha milik orang lain.

6. Penghasilan Pedagang Kaki Lima

Tingkat pendapatan yang di hasilkan berasal dari penyebarankuisioner terhadap responden yaitu pedagang kaki lima yang berada padapasar senggol dan sekitarnya meliputi Jalan Sultan Hasanuddin dan JalanJati Diri. Adapun hasil dari kuisioner penghasilan pedagang kaki limasebagai berikut,

Pendapatan minimum/hari : Rp 100.000Pendapatan Maksimum/hari : Rp 400.000

Responden yang memiliki pendapatan di bawah rata-rata ada 21pedagang dengan interval pendapatan Rp 100.000 sampai Rp 200.000.Sedangkan responden yang memiliki pendapatan diatas rata-ratasebanyak 33 pedagang.

76%

9%

15%

persentase bentuk kepemilikan usaha

pribadi

kerja sama

milik orang lain

Page 87: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

74

Tinggi rendahnya pendapatan yang diperoleh pedagang kaki limadengan lokasi mempunyai hubungan, dan lokasi mempengaruhi tinggirendahnya pendapatan yang diperoleh pedagang kaki lima. Sifathomogenitas barang yang dijual merupakan ciri-ciri dari pasar persaingansempurna. Pedagang kaki lima yang menjual barang berbeda (variasibarang) akan memperoleh pendapatan yang besar. Hal ini disebabkankarena konsumen tertarik membeli barang yang baru, sehingga pedagangkaki lima pada umumnya harus kreatif dalam menciptakan atau membuatvariasi barang yang dijual.

Selain lokasi dan jenis dagangan yang dapat mempengaruhipendapatan pedagang, daya tarik atau fasilitas yang disediakan olehpedagang juga mempengaruhi pendapatan pedagang kaki lima.

Gambar 4.11 Pedagang kaki lima menyediakan fasilitas untuk konsumenSumber: Dokumentasi Peneliti. 2013

Pada lokasi penelitian, ada 4 pedagang Kaki Lima yangmenyediakan fasilitas layar tancap untuk menarik minat konsumen. Dalampenyediaan fasilitas untuk para pembeli, pedagang mengharapkan dapatmenghasilkan pendapatan yang lebih.

7. Retribusi Pedagang Kaki Lima

Retribusi adalah biaya yang wajib dibayar oleh PKL sebagaiimbalan atas pemberian izin oleh Pemerintah Daerah Kota Parepare.Struktur dan besarnya tarif retribusi izin PKL ditetapkan berdasarkan biayapenyelenggaraan perizinan. Besarnya tarif retribusi sebesar Rp.60.000perbulan. Retribusi perizinan usaha PKL berlaku dan dipungut di dalamwilayah daerah. Seluruh hasil pemungutan retribusi perizinan PKL disetorke Kas Pemerintah Daerah.

Page 88: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

75

D. Analisis dan Pembahasan

Dalam analisis dan pembahasan ini akan dibahas mengenai hasilanalisis dari rumusan masalah I dan II.

1. Permasalahan lingkungan yang terjadi di Lokasi penelitian

Beberapa permasalahan yang di temukan pada lokasi penelitianadalah:a. Kumuh

Kawasan yang dipenuhi pedagang kaki lima menjadi kumuh dantidak tertata, sampah, dan drainase menjadi permasalahan. Darihasil observasi, yang menyebabkan kekumuhan pada lokasipenelitian adalah sarana dagang pasca berdagang, serta limbahatau sampah.1) Sarana usaha dagang pasca berjualan

Salah satu permasalahan yang timbul akibat keberadaanPedagang Kaki Lima di lokasi penelitian adalah sarana usahadagang pasca berjualan yang dibiarkan dilokasi berdagangserta penumpukan sarana dagang yang tidak teratur danberkesan tidak menjaga keindahan lingkungan, Lokasipermasalahan ini dapat dilihat pada gambar 4.12 di bawah,

Page 89: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

76

Page 90: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

77

Gambar 4.12 Peta Lokasi permasalahan lingkungan yang diakibatkan olehsarana dagang pedagang kaki lima

sumber: observasi peneliti. 2013

a) analisis korelasi variabel

Dalam menyelesaian rumusan masalah ini digunakanteknik analisis korelasi untuk melihat hubungan dari kedua variableyaitu X dan Y menggunakan SPSS dan analisis deskriptif untukmenjelaskan hasil interpretasi dari nilai statistik analisis korelasi.

Untuk melihat korelasi antarvariabel, hal yang diperhatikanyaitu nilai Sig. (2-tailed) < 0,05 karena nilai ini menunjukkan adanyahubungan yang signifikan antarvariabel. Sedangkan untuk melihattingkat signifikansinya, dapat dilihat pada correlation coefficientdengan nilai negatif berarti hubungan antarvariabel tidak searahbegitupun sebaliknya jika nilai positif.

Tabel 4.9 Hasil korelasi sarana usaha dagang pedagang kaki lima

Correlations

bentukkepemilikan

usaha

saranausaha

dagangpasca jual

jarakrumah ke

tempatusaha

saranausaha

dagang

bentuk kepemilikan Pearson 1 .116 -.049 .226

Page 91: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

78

usaha Correlation

Sig. (2-tailed) .404 .723 .101

N 54 54 54 54

sarana usahadagang, bawapulang atau tidak

PearsonCorrelation .116 1 .446(**) .168

Sig. (2-tailed) .404 .001 .226

N 54 54 54 54

jarak rumah ketempat usaha

PearsonCorrelation -.049 .446(**) 1 .225

Sig. (2-tailed) .723 .001 .102

N 54 54 54 54

sarana usahadagang

PearsonCorrelation .226 .168 .225 1

Sig. (2-tailed) .101 .226 .102

N 54 54 54 54

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber: SPSS & Hasil Interpretasi Peneliti. 2013

Berdasarkan hasil tabel analisis SPSS, dapat kita lihat hubunganSarana usaha dagang yang di bawa pulang atau tidak (Y), terhadapbentuk kepemilikan usaha (X1), jarak rumah tempat tinggal (X2), dansarana usaha dagang yang digunakan (X3) sebagai berikut :

- Signifikansi dan Korelasi (Ada/Tidaknya Hubungan)

Dilihat dari baris Pearson Correlation dan Sig. (2-tailed) maka akandiketahui hasil-hasil berikut:

i. Variabel sarana pasca berjualan memiliki hubungan dengan jarak

rumah tinggal dengan lokasi dagang, karena nilai Sig. (2-tailed)-nya

0,001 artinya < 0,05 dan memiliki hubungan yg positif (+) karena

nilai Pearson Correlation-nya tidak terdapat tanda negatif .

- Kekuatan Korelasi

Page 92: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

79

Dilihat dari baris Pearson Correlation maka akan diketahui hasil-hasilberikut:

i. Variabel jarak rumah tinggal dengan lokasi dagang memiliki

hubungan yang sangat signifikan terhadap sarana dagang pasca

berjualan, karena Pearson Correlation-nya terdapat tanda 2 bintang

(**).

Berdasarkan hasil interpretasi statistik di atas dapat disimpulkanbahwa variabel jarak rumah tinggal dengan lokasi dagang memilikihubungan dengan kondisi sarana usaha dagang pasca berjualan.

Gambar 4.13 Diagram pie jarak rumah tinggal pedagang dengan lokasidagang

Sumber: hasil survey peneliti. 2013

Berdasarkan diagram diatas, jarak antara rumah tinggal dan lokasipenelitian dikelompokkan menjadi 3 yaitu dengan jarak < 1km sebanyak

18%

52%

30%

Jarak rumah tinggal dengan lokasidagang

< 1 km

antara 1-2 km

>3 km

Page 93: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

80

18% atau 10 pedagang kaki lima, dengan jarak antara 1 – 2 km sebanyak52% atau sebanyak 28 pedagang, dan dengan jarak > 3km sebanyak 30%atau 16 pedagang dengan jarak rumah tinggal dengan lokasi dagang.

Gambar 4.14 Sarana usaha dagang pasca dagang

Sumber: Hasil peneliti. 2013

Berdasarkan dari diagram diatas, 54% pedagang kaki limamembawa pulang kembali sarana dagang yang mereka gunakan pascajualan ke tempat tinggal mereka dan untuk para pedagang yangmenyimpan sarana dagang usaha mereka di tempat dagang merekasebayak 46% atau 25 pedagang kaki lima.

Dari kesimpulan yang didapatkan adalah pedagang kaki limadengan jarak rumah tinggal ke lokasi dagang < 1 km membawa saranadagang mereka kembali ke tempat tinggal mereka, dan sedangkan untukyang berjarak > 3 km dari tempat tinggal tidak membawa sarana dagangmereka kembali ke tempat tinggal.

54%

46%

Sarana usaha dagang pasca dagang

bawa pulang

disimpan di lokasidagang

Page 94: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

81

Gambar 4.15 Sarana dagang yang tidak dibongkar setelah berjualan

Sumber: Hasil Observasi peneliti.2013

Untuk pedagang yang tidak membawa sarana dagang merekasetelah berjualan, banyak yang membiarkan barang dagangan yangdisimpan begitu saja di lokasi dagang, tidak membongkar sarana usahadan menumpuk di pinggir jalan.

Gambar 4.16 Sarana dagang setelah berjualan ditumpuk di pinggir jalan

Sumber: Hasil Observasi Peneliti. 2013

2) Limbah

Limbah yang dimaksudkan yang terdapat pada lokasi penelitianadalah sampah buangan yang ada pada sekitar pedagang kaki limadan berasal dari PKL yang tersebut.

Gambar 4.17 Limbah yang ada pada lokasi penelitianSumber: Hasil Observasi Peneliti. 2013

Page 95: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

82

Dilihat dari letak lokasi pedang kaki lima yang terletak di pinggirlaut, tidak sedikit sampah yang langsung dibuang ke laut olehpedagang kaki lima maupun para konsumen pedagang kaki lima.

Sampah yang dibuang ke laut dibagi menjadi 2 pengelompokanyaitu, sisa makanan dan sampah pelastik dan logam. Sampah sisamakanan yang dibuang ke laut bisa dijadikan makanan untuk ikanyang berada di laut sedangkan untuk sampah yang pelastik dan logammencemari air laut dan sampah tersebut tidak dapat diurai di dalamair.

Page 96: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

83

Gambar 4.18 Peta Lokasi buangan Limbah di lokasi penelitian

Sumber: Observasi Peneliti.2013

Page 97: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

84

Dari hasil observasi, ada beberapa variabel yang menyebabkankekumuhan, adapun sebagai berikut.- Jenis dagangan

Makin banyak jenis dagangan yang dijual maka akan makinkumuh. Dalam hal ini yang dinilai paling menyebabkan kekumuhanadalah PKL yang berjualan makanan. Jenis dagangan yang dijualpedagang kaki lima yaitu makanan siap saji yang menghasilkansampah dari makanan yang didagangkan.- Sarana usaha dagang

Sarana usaha dianggap mempengaruhi kekumuhan baik ituwarung permanen, warung semi permanen, gerobak maupungelaran. Karena sarana usaha ini biasanya hanya mengutamakanfungsi untuk berjualan dan tidak memperhatikan estetika daribentuknya.

Sarana usaha ini harus memperhatikan aspek bentuk secarafisik. Jika bentuk sarana PKL tertata dan memenuhi baik dari fungsimaupun estetika. Maka akan dapat memberikan support positifterhadap peningkatan citra kawasan.

b. PKL berjualan di sepanjang trotoar

Trotoar yang pada awalnya sebagai jalur pejalan kaki berubahfungsi menjadi tempat berjualan pedagang kaki lima tanpamengindahkan kepentingan umum. Lokasi pedagang yang berjualandi trotoar dapat dilihat pada gambar 4.19 di bawah.

Page 98: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

85

Page 99: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

86

Gambar 4.19 Lokasi Pedagang yang berjualan di trotoar

Sumber: Observasi Peneliti.2013

Page 100: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

87

Pedagang kaki lima yang menggunakan trotoar sebagai tempatberdagang adalah pedagang makanan dan minuman denganmenggunakan sarana usaha gerobak , meja dan kursi dan pedagang stikerdengan menggelarkan barang dagangan di trotoar.

4.20 Pedagang stiker yang menggelarkan barang dagangan di trotoar

Sumber: dokumentasi peneliti. 2013

Pedagang stiker menggelarkan barang dagangannya sertamenggantung di trotoar tanpa melihat kondisi para pejalan kaki. Dari hasilwawancara peneliti, alasan pedagang kaki lima memilih berjualan di atastrotoar karena berdasarkan jenis dagangan yang mereka dagangkan yaitustiker untuk kendaraan bermotor sehingga mereka dapat menarik langsungpara target konsumennya yang lewat di jalan sehingga mereka memilihmenggelarkan dagangannya di pinggir jalan yaitu trotoar.

Page 101: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

88

Gambar 4.21 Trotoar dijadikan sebagai tempat berdagang

Sumber: Dokumentasi Peneliti. 2013

Untuk para pedagang kaki lima yang berjualan dengan menggunakansarana gerobak, meja dan kursi menempati trotoar sebagai tempat untukberdagang, meja dan kursi di tata di atas trotoar tanpa menyisahkan ruangbagi pejalan kaki sebagai pengguna trotoar.

Waktu berdagang pedagang kaki lima yang berjualan di trotoarberdasarkan waktu operasional pasar senggol yaitu jam 4 sore sampaidengan jam 10 malam. Jadi, para pengguna trotoar tidak dapat menikmatitrotoar pada jam-jam tersebut.

c. Kemacetan lalu lintas

Kemacetan lalu lintas yang terjadi yang diakibatkan oleh adanyapedagang kaki lima di lokasi penelitian oleh sarana dagang pedagang kakilima yang berada pada jalan jalan sehingga menimbulkan kemacetan lalulintas.

Page 102: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

89

Page 103: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

90

Gambar 4.22 Peta Lokasi kemacetan lalu lintas

Sumber: Hasil Peneliti. 2013

Sarana dagang yang digunakan oleh pedagang kaki lima pada lokasimacet yaitu gerobak yang berada pada badan jalan sehingga mengganggukendaraan yang melintas di jalan Sultan Hasanuddin.

Gambar 4.23 Pedagang kaki lima menempati badan jalan

Sumber: Observasi Peneliti. 2013

Page 104: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

91

Akibat pedagang kaki lima menempati badan jalan sehinggamengakibatkan kemacetan lalu lintas yaitu berkurangnya lebar jalan yangdigunakan oleh kendaraan yang melintas.

Gambar 4.24 Kemacetan yang terjadi di lokasi penelitian

Sumber Observasi Peneliti. 2013

Kemacetan juga diakibatkan oleh para pengunjung dari pedagang kakilima. Tidak adanya tempat parkir yang disediakan oleh pedagang kaki limayang berdagang sehingga para konsumen menempati badan jalan.Sebagian dari pengunjung pedagang kaki lima menggunakan parkir untukpara pengunjung pasar. Pasar Senggol sendiri sudah menyiapkan 5 tempatparkir.

Page 105: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

92

Gambar 4.25 Kendaraan para pengunjung pedangan kaki lima

Sumber: Dokumentasi peneliti. 2013

2. Keinginan pedagang kaki lima

Dari hasil penelitian, keinginan pedagang kaki lima dikelompokkanmenjadi 4 yaitu keinginan akan retribusi yang murah, bantuan permodalan,terhindar dari premanisme serta lapak berjualan yang jelas.

Tabel 4.10 Keinginan Pedagang Kaki LimaKeinginan PKL Jumlah PKL

Keinginan akan retribusi yang murah 17

Terhindar dari premanisme 11

Ingin memiliki akses pinjaman modal 20

Lapak jualan yang jelas 6

Jumlah 54

Sumber: Hasil Observasi Peneliti. 2013

Dari tabel di atas, dapat dilihat pedagang kaki lima yang memilihkeinginan akan retribusi yang murah sebanyak 17 pedagang, dan yangberkeinginan terhindar dari premanisme sebanyak 11 pedagang kaki lima,pedagang yang berkeinginan akses untuk mencari modal ada 20 pedagangserta keinginan Lapak berdagang PKL jelas dan menentu sebanyak 6pedagang.

32%

20%

37%

11%

Keinginan Pedagang Kaki Lima

Keinginan akan retribusi yang murah

Terhindar dari premanisme

ingin memiliki akses pinjaman modal

lapak jualan yang jelas

Page 106: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

93

Gambar 4.26 Diagram persentase keinginan pedagang kaki lima

Sumber: Hasil peneliti. 2013

a. Keinginan pedagang kaki lima akan retribusi murah

Sebanyak 17 pedagang kaki lima merasa retribusi yang dikenakan olehPemerintah mahal dimana tidak berdasarkan sesuai pendapatan sertawaktu berdagang pedagang. Keinginan akan retribusi yang murah yangsesuai dengan kondisi PKL akan sangat meringankan beban PKL.

b. Keinginan untuk tetap berjualan tanpa adanya gangguan dari

“preman”

Pedagang kaki lima di lokasi penelitian memiliki keluhan adanyagangguan seperti preman yang meminta pajak dari pedagang yangbukan dari pemerintah. Pedagang kaki lima tersrebut merasa tergangguadanya preman tersebut.

c. Keinginan untuk memiliki akses pinjaman modal

Sebanyak 20 pedagang yang menginginkan akses untuk dapatmeminjam modal serta bantuan lainnya. Pemerintah telah menyediakanbantuan dana serta bantuan peralatan seperti gerobak dan peralatansiap saji untuk para pedagang makanan dan minuman, tetapi beberapapedagang tidak mendapatkan hak tersebut serta mengalami kesulitanuntuk mendapatkan bantuan.

d. Keinginan kejelasan lapak berjualan

Sebanyak 6 pedagang kaki lima tidak memiliki kejelasan lapakberdagang dan mereka harus membayar biaya retribusi Rp.60.000setiap bulan tapi lapak mereka berjulan kadang digunakan oleh oranglain.

3. Ide Penataan Pedagang Kaki Lima

Page 107: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

94

a. Pola penataan Pedagang Kaki Lima berdasarkan tinjauan aspek

sosial ekonomi yaitu berdasarkan dengan keinginan PKL,

Keinginan warga serta keinginan Pemerintah Kota Parepare.

Page 108: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

95

Konsep pola penataan juga didasarkan atas paduan kepentingan PKL, Warga Masyarakat Kota, dan PemerintahKota parepare. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.11 Konsep Penataan Pedagang Kaki Lima berdasarkan tinjauan aspek Sosial Ekonomi

Keinginan PKLKeinginan Warga Peraturan Daerah Kota

Pareparepola Penataan Pedagang

Kaki Lima

Page 109: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

96

Keinginan pedagang kaki lima akan

retribusi murah

Terpenuhinya beberapa

Kebutuhan dari

pelayanan

PKL

Pemerintah Daerah

berkewajiban melakukan

pembinaan terhadap PKL

yang ada di daerah.

Pembinaan sebagaimana

dimaksudkan dilakukan

dalam bentuk pemberian

bimbingan untuk

peningkatan modal usaha,

pengelolaan usaha,

keterampilan usaha serta

pendataan, pengawasan

dan pengendalian.

Memberdayakan usahasektor informal PKLdengan jaminanperlindungan, pembinaandan pengaturan usahaagar lebih berdaya

guna dan berhasil gunaserta dapat meningkatkankesejahteraan PKL

khususnya danmasyarakat kotaumumnya.

Keinginan PKLKeinginan Warga Peraturan Daerah Kota

ParepareIde Penataan Pedagang

Kaki Lima

Page 110: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

97

Sumber: Analsis Peneliti. 2013

Keinginan untuk tetap berjualan tanpaadanya gangguan dari “preman”

Layanan jasa

PKL lebih baik danmemuaskan sehinggadapat tetap menikmatidari daganganpedagang kaki lima.

Lingkungan tempattinggal dan lingkungankota yang asri dan tertib

Tersedianya fasilitasumum yang memadai

Pemerintah Daerah wajibmemberikan kemudahanpelayanan bagi usahaPKL, serta wajibmengupayakan terciptanyajaminan perlindunganberusaha, iklim berusahayang aman dan nyaman,serta jaminan kepastianhukum

Memberdayakan usahaPKL agar dapatmenampung tenaga kerjadan menciptakan iklimberusaha yang aman dannyaman.

mencari modal dari lembaga pembiayaanformal.

Pemberian fasilitasbantuan permodalan danpemberian bantuanpinjaman lunak sarana/peralatan usaha kepadaPKL dilakukan olehPemerintah Daerahsetelahmempertimbangkanrekomendasi atau usulandari Asosiasi PKLParepare.

Page 111: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

98

b. Ilustrasi penataan PKL berdasarkan karakteristik

1) PKL dikelompokkan sesuai jenis dagangan

Makanan saji merupakan jenis dagangan yang paling banyakdijual oleh pedagang kaki lima di sekitar pasar senggol. Makasemua PKL makanan saji diatur terletak berderet dalam jajaranyang sama. Sedangkan beberapa pedagang kaki lima yangberjualan rokok berada pada bagian awal dari pasar

.

Pedagang makanan siap saji

Pedagang eceran lain

Page 112: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

99

Gambar 4.27 Penataan Pedagang Kaki Lima Berdasarkan Jenis dagangan

Sumber: Analis Peneliti. 2013

PKL yang berdagang makanan saji dikelompokkan untukmemudahkan organisir sampah dan distribusi bahan mentah.Makanan saji merupakan jenis dagangan yang paling banyak dijualoleh PKL disepanjang lokasi. Maka semua PKL makanan saji diaturterletak berderet dalam jajaran yang sama.

2) Bentuk Sarana Dagang PKL

Sarana usaha PKL bisa dibongkar pasang dan harus dibawa

pulang seusai jam operasional.

Sarana usaha semi permanen yang diperbolehkan meliputi

tenda, gerobak beroda, dan perlengkapan meja-kursi.

Sarana usaha harus memiliki fungsi tempat berjualan,

sarana penyimpanan dan sarana pengangkutan barang.

Gambar 4.28 Alternatif Desain Sarana UsahaSumber: Atika Febriani.2012

Page 113: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

100

Gambar 4.29 Ilustrasi sarana usaha PKLSumber: Atika Febriani.2012

Sarana usaha ditata menempati kapling-kapling yang telah ditentukan

sebelumnya.

2 meter

Gambar 4.30 Penataan Kapling PKL

Luasan kapling PKL

masing‐masing 2x2

meter.Luasandisesuaikan

dengan desain pola

Page 114: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

101

Gambar 4.31 Konsep Penataan PKL di Trotoar

Page 115: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

102

Lokasi usaha PKL tidak bercampur dengan alur lalu lintas

Parkir kendaraan pengunjung dilokalisir hanya dititik-titik yang telah

ditentukan.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Keberadaan PKL dapat menciptakan lapangan kerja, sedangkan

dilain pihak keberadaan PKL yang tidak diperhitungkan dalam

perencanaan tata ruang telah menjadi beban bagi kota. PKL

beraktivitas pada ruang-ruang publik kota tanpa mengindahkan

kepentingan umum, sehingga terjadinya perubahan fungsi dari

ruang tersebut.

2. Masalah PKL merupakan masalah kehidupan masyarakat banyak

yang tidak pernah selesai dari waktu ke waktu. Untuk mengatasi

dampak negatif yang ditimbulkan dari keberadaan PKL, maka

diperlukan kesatuan pemahaman antara pihak pemerintah dengan

pihak PKL itu sendiri.

Page 116: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

103

3. PKL banyak digeluti masyarakat di kota Parepare. Meskipun yang

berprofesi disektor ini tidak semua merupakan warga Parepare

asli, akan tetapi pedagang kaki lima dalam kehidupannya

memunculkan berbagai permasalahan lingkungan perkotaan di

kota Parepare.

4. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya permasalahan

lingkungan di Lokasi penelitian, antara lain:

a. Sarana usaha pasca berjualan

Pedagang kaki lima dengan jarak rumah tinggal ke lokasidagang <1km membawa sarana dagang mereka kembali ketempat tinggal mereka, dan sedangkan untuk yang berjarak > 3km dari tempat tinggal tidak membawa sarana dagang merekakembali ke tempat tinggal.

b. Buangan limbah PKL

Limbah atau sampah yang berasal dari pedagang kaki lima ada2 macam yaitu sisa makanan dan pembungkus makanan atauminuman yang langsung di buang ke laut.

c. Lapak berjualan pedagang kaki lima

Sepanjang trotoar Jl. Sultan Hasanuddin ditempati berjualanoleh beberapa pedagang kaki lima dan tidak menyisahkanruang untuk pejalan kaki. Hal ini mengganggu arus pejalan kakidan kelancaran kendaaraan bermotor.

d. Kemacetan lalu lintas

Kemacetan lalu lintas terjadi akibat beberapa PKLmenggunakan badan jalan sebagai lokasi sarana usahadagang. Di samping itu, lebih diperparah lagi akibat parakonsumen pedagang kaki lima cenderung memarkirkendaraannya pada badan jalan akibat tidak tersedianya ruangparkir.

Page 117: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

104

5. Keinginan PKL yang diidentifikasi antara lain, keinginan PKL atas

retribusi yang murah, kejelasan lokasi lapak, terhindar oleh adanya

premanisme serta keinginan mendapat modal

6. Sarana usaha PKL ditata menempati kapling-kapling yang telah

ditentukan dan dilengkapi dengan penyediaan sarana

persampahan. pola penataan PKL berdasarkan tinjauan aspek

social ekonomi juga didasarkan atas keterpaduan kepentingan

PKL, Warga Masyarakat Kota, dan Pemerintah Kota parepare

B. Saran

1. Diperlukan penyuluhan dan pembinaan manajerial oleh Pemkot

dan elemen masyarakat lain agar usaha PKL dapat mandiri dan

berkembang.

2. Pembinaan dan penataan nonfisik bertujuan mengubah mental dan

perilaku PKL yang menganut prinsp “pokoknya” menjadi warga

yang sadar hukum dan berwawasan lingkungan.

3. Penertiban dan penegakan Perda secara rutin yang bertujuan agar

perundangundangan dan peraturan dipatuhi bersama.

Page 118: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

105

DAFTAR PUSTAKA

Agustinus, Tumpal,H. 2010. Strategi Penanganan Pedagang Kaki Lima.Skripsi. Fakulatas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta

Anggriani Niniek. 2011. Ruang Terbuka Hiaju Perkotaan. Edisi Pertama.Cetakan Pertama. Yayasan Humaniora. Klaten

Arifianto Dessy. 2006. Kajian Interaksi Aktivitas Pertokoan dan PedagangKaki Lima Pada Trotoar Di Kawasan Perdagangan BanjaranKabupaten Tegal. Tesis. Program Studi Magister PembangunanWilayah dan Kota Universitas Dipenogoro. Semarang

Febriani Atika. 2012. Konsep Penataan Pedagang Kaki Lima pada KoridorKedungdoro Surabaya. Tesis. Institut Teknologi SepuluhNopember.

Hariyono, P. 2011. Sosiologi kota untuk Arsitek. Bumi Aksara. Jakarta

Mualim, Kismartini. 2008. Analisis Kebijakan Penataan Pedagang KakiLima (Pkl) Di Simpang Lima Kabupaten Pati. Jurnal IlmuAdministrasi Dan Kebijakan Publik. (Vol. 5, No. 1)

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 41 Tahun

2012 Tentang Pedoman Penataan Dan Pemberdayaan Pedagang

Kaki Lima. Jakarta.

Page 119: TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1 TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR SENGGOL DAN SEKITARNYA DI KOTA PAREPARE SKRIPSI

106

Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 208 Tentang Pembinaan dan Penataan

Pedagang Kaki Lima. Parepare.

Ruth,N. 2012. Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Kaki Lima. JurnalMahasiswa ilmu sosiatri. (Volume 1 Nomor 1).

Werdiningsih Hermin. 2008. Kajian PKL di Kawasan Simpang LimaSemarang. Jurnal ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman(Enclosure vol. 7 No.1)

Widjajanti Retno. 2009. Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima PadaKawasan Komersial di Pusat Kota (TEKNIK – Vol. 30 No.3)