Tinjauan Pancasila Terhadap Islam Radikal Edit

15
Gerakan Radikalisme di Indonesia dalam Prespektif Pancasila Oleh Kelompok 5 Rizka Amalia (1231410067) Romy Prasetyo Hadi (1231410103) Rully Afis Hadiani (1231410045) JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI MALANG 2014 Gerakan Radikalisme di Indonesia dalam Prespektif Pancasila

description

Makalah pada mata kuliah Pancasila tentang Islam radikal dalam tinjauan Pancasila.

Transcript of Tinjauan Pancasila Terhadap Islam Radikal Edit

TINJAUAN ISLAM TERHADAP ISLAM RADIKAL

Gerakan Radikalisme di Indonesia dalam Prespektif Pancasila

Oleh Kelompok 5

Rizka Amalia

(1231410067)

Romy Prasetyo Hadi

(1231410103)

Rully Afis Hadiani

(1231410045)

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2014

Gerakan Radikalisme di Indonesia dalam Prespektif Pancasila

Oleh: kelompok 5

I.PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Di era reformasi yang memberi ruang keterbukaan dan kebebasan sekarang ini, dalam masyarakat Indonesia telah muncul berbagai gerakan Islam yang cukup radikal. Gerakan ini disebut radikal karena para pengikutnya terkadang melakukan aksi-aksi yang menurut ukuran normal tergolong sangat kasar, karena mereka, misalnya, menghancurkan segala hal yang dianggap tidak sesuai dengan norma dan ajaran agama mereka. Beberapa tempat hiburan, misalnya, didatangi dan dirusak oleh kalangan ini karena dianggap sebagai pusat sarana maksiat.

Para pengikut gerakan ini melihat bahwa dalam kehidupan nyata dimasyarakat telah terjadi jurang yang begitu dalam antara harapan seperti yang dikonsepkan oleh agama mereka dengan kenyataan yang ada di hadapan mereka. Sementara itu, untuk merealisir apa yang diidealkan agama tersebut tidak bisa tercapai tanpa memakai kekuatan karena elemen pendukung baik kultural maupun struktural dianggap tidak kondusif bagi direalisasikannya harapan mereka.

Ajaran yang ada yang mempengaruhi tingkah laku dan tindakan seorang muslim berasal dari Quran dan hadist (mungkin juga ijma). Ajaran ini diinterpretasi dan diinternalisasi. Karena ajaran yang ada sangat umum, hal ini memungkinkan munculnya berbagai interpretasi. Hal ini juga dimungkinkan karena setiap anggota masyarakat muslim mengalami sosialisasi primer yang berbeda, disamping pengalaman pendidikan dan tingkatan ekonomi mereka juga tidak sama.

Sikap ini adalah kelanjutan dari penafsiran terhadap ajaran agama Islam. Diasumsikan bahwa ada beberapa sikap umum yang muncul setelah masyarakat menafsirkan ajaran Islam. Sikap ini tersimbolkan terhadap pemahaman muslim terhadap ajaran agama mereka. Dalam hal ini ada tiga golongan : sekuler atau nisbi, substansialis, dan skripturalis.

Menurut A.M. Hendropriyono, secara epistemologis, radikal berarti berakar atau mendalam. Namun kini makna radikal atau radikalisme tertuju bagi kalangan yang menyukai kekerasan. Selain itu, juga dikenalderadikalisasi, yang dimaksudkan sebagai suatu upaya mengembalikan keadaan yang tidak normal menjadi normal. Yaitu, kembali kepada norma, moderat, mendalam, tidak sekedar menggebu-gebu, atau emosional.

Sesungguhnya, pemaknaan terhadap deradikalisasi yang selama ini berlangsung adalah kontrabrainwash. Pelaku teroris yang tertangkap hidup-hidup, digalang untuk dilakukan kontrabrainwash, karena pada dasarnya mereka adalah korbanbrainwashyang perlu dibina, Sehingga bisa menyadari bahwa apa-apa yang mereka pahami dan laksanakan (menjadi pelaku bom bunuh diri dan sebagainya) adalah sebuah kekeliruan. Upaya penculikan yang dilakukan aparat intelijen menjadi sangat penting, dalam rangka kontra brainwashtadi. Upaya tersebut dimaksudkan digalang, dimanfaatkan dalam upaya memerangi terorisme.

Isu ini menjadi penting untuk dibahas karena radikalisme yang terjadi di Indonesia secara jangka panjang maupun jangka pendeknya akan berdampak buruk bagi stabilitas negara. Jangka pendeknya yaitu maraknya terjadi aksi-aksi radikal yang sering membuat masyarakat resah dan tidak nyaman. Jangka panjangnya, apabila ideologi radikalisme ini terus bercokol di Indonesia, maka dampaknya akan berimbas kepada pergeseran moral dan nilai dalam perkembangan generasi penerus bangsa, selain itu juga akan menodai agama Islam yang dinilai suci oleh para penganutnya.

Ideologi radikalisme yang berkembang di masyarakat khusunya Islam ini perlu dibenahi guna keutuhan dan persatuan bangsa Indonesia. Negara sebagai tempat berlindung masyarakatnya wajib memberikan rasa aman sebagai kebutuhan dasar manusia. Negara juga harus bisa mengarahkan rakyatnya untuk senantiasa berkepribadian baik, bermoral, dan berakhlak luhur. Hal tersebut tentu tidak cukup dengan pendidikan biasa, namun metode dalam memahami agama Islam yang harus dibenahi.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasar latar belakang yang telah dipaparkan di atas, rumusan masalah dalam tulisan ini sebagai berikut:

Mengapa terjadinya gerakan radikalisme Islam di Indonesia?

Apa pengaruh munculnya gerakan radikalisme Islam di Indonesia?

Apa upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi radikalisme di Indonesia?

1.3.Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:

Dapat menganalisis terjadinya gerakan radikalisme Islam di Indonesia.

Dapat memahami pengaruh gerakan radikalisme Islam di Indonesia.Dapat mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi radikalisme di Indonesia.II.PEMBAHASAN

2.1. Latar Belakang Terjadinya Gerakan Radikalisme Islam di IndonesiaDalam lembaran sejarah Islam di Indonesia, proses penyebaran agama tersebut terbilang cukup lancar serta tidak menimbulkan konfrontasi dengan para pemeluk agama sebelumnya. Pertama kali masuk melalui Pantai Aceh, Islam dibawa oleh para perantau dari berbagai penjuru, seperti Arab Saudi dan sebagian dari mereka juga ada yang berasal dari Gujarat (India). Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya proses Islamisasi secara damai itu karena kepiawaian para muballighnya dalam memilih media dakwah, seperti pendekatan sosial budaya, tata niaga (ekonomi), serta politik. Dalam penggunaan media budaya, sebagian muballigh memanfaatkan wayang sebagai salah satu media dakwah. Dengan ketrampilan yang cukup piawai, Sunan Kalijaga misalnya, mampu menarik simpati rakyat Jawa yang selama ini sudah sangat akrab dengan budaya yang banyak dipengaruhi oleh tradisi Hindu-Budha tersebut.

Selain menggunakan media tradisi dan budaya, para pembawa panji Islam itu juga memanfaatkan aspek ekonomi (tata niaga) untuk mengembangkan nilai-nilai serta ajaran Islam. Dari berbagai literatur terungkap bahwa aspek tersebut menempati posisi cukup strategis dalam upaya untuk melakukan Islamisasi di bumi Nusantara. Hal itu bisa dipahami karena sebagian besar para pedagang kala itu telah memeluk agama Islam, seperti pedagang dari Arab Saudi, maupun dari daerah lain, seperti Gujarat, termasuk juga Cina. Salah satu faktor yang mendorong minat masyarakat Nusantara untuk mengikuti agama para pedagang tersebut, karena tata cara dagang serta perilaku sehari-hari lainnya dianggap cukup menarik dan lebih mengenai dalam sanubari masyarakat setempat.

Namun seiring perjalanan waktu, Dalam konteks ke Indonesiaan dakwah dan perkembangan Islam mengalami kemunduran dan penuh dengan penodaan. Gejala kekerasan melalui gerakan radikalisme mulai bermunculan. Terlebih setelah Kehadiran orang-orang Arab muda dari Hadramaut Yaman ke Indonesia yang membawa ideologi baru ke tanah air telah mengubah konstelasi umat Islam di Indonesia. Ideologi baru yang lebih keras dan tidak mengenal toleransi itu banyak dipengaruhi oleh mazhab pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab atau Wahabi yang saat ini menjadi ideologi resmi pemerintah Arab Saudi. Padahal sebelumnya hampir semua para pendatang Arab yang datang ke Asia Tenggara adalah penganut mazhab Syafii yang penuh dengan teloransi.

Dalam konteks Internasional, realitas politik standar ganda Amerika Serikat (AS) dan sekutunya merupakan pemicu berkembangnya radikalisme Islam. Perkembangan ini semakin menguat setelah terjadinya tragedi WTC pada 11 September 2001. Mengenai tragedi ini AS dan sekutunya disamping telah menuduh orang-orang Islam sebagai pelakunya juga telah mnyamakan berbagai gerakan Islam militan dengan gerakan teroris. Selain itu, AS dan aliansinya bukan hanya menghukum tertuduh pemboman WTC tanpa bukti, yakni jaringan Al Qaeda serta rezim Taliban Afganistan yang menjadi pelindungnya, tetapi juga melakukan operasi penumpasan terorisme yang melebar ke banyak geraka Islam lain di beberapa Negara, termasuk Indonesia.

Realitas politik domestik maupun Internasional yang demikian itu dirasa telah menyudutkan Islam, di mana hal ini telah mendorong kalangan Islam fundamentalis untuk bereaksi keras dengan menampilkan diri sebagai gerakan radikal, yang diantaranya menampilkan simbol-simbol anti Amerika Serikat dan sekutunya. Kondisi ini telah menyebabkan sebagian Muslim memberikan reaksi yang kurang proporsional. Mereka bersikukuh dengan nilai Islam, seraya memberikan perlawanan yang sifatnya anarkhis. Sikap sebagian Muslim seperti ini kemudian diidentifikasi sebagai gerakan radikal. Kemunculan gerakan radikal ini kemudian menimbulkan wacana radikalisme yang dipahami sebagai aliran Islam garis keras di Indonesia.

Radikalisme Islam Indonesia lahir dari hasil persilangan Mesir dan Pakistan, nama-nama seperti Hassan al-Banna, Sayyid Qutb dan al-Maududi terbukti sangat memengaruhi pelajar-pelajar Indonesia yang belajar di Mesir dan Pakistan. Pemikiran mereka membangun cara memahami Islam ala garis keras, setiap Islam disuarakan, nama mereka semakin melekat dalam ingatan. Bahkan, sampai tahun 1970-1980-an ikut menyemangati perkembangan komunitas usroh di banyak kampus atau organisasi Islam, seperti FPI (Front Pembela Islam), HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) dan PKS (Partai Keadilan Sejahtera).

2.2.Analisis Pengaruh Munculnya Gerakan Radikalisme Islam di IndonesiaRadikalisme dipahami sebagai akibat adanya perubahan sosial ekonomi yang tidak dibarengi dengan perubahan sistem regulasi, sehingga masyarakat atau individu merasa bingung menghadapi kondisi perubahan tersebut. Ketika nilai yang hendak diperoleh dalam masyarakat tidak memiliki ketersediaan sarana dalam proses pencapaian tujuan, maka terjadi penyimpangan dari keteraturan. Misalnya dalam hal radikalisme, sehingga radikalisme merupakan bentuk respon yang alamiah terhadap situasi yang ada.

Pengaruh radikalisme di Indonesia dapat dianalisis dari perilaku masyarakatnya. Media massa marak menayangkan pemberitaan tentang radikalisme Islam di tanah air, namun hanya sebatas pada gerakan yang nyata terlihat, seperti aksi-aksi yang dilancarkan oleh FPI (Front Pembela Islam). Aksi-aksi tersebut kadang berkembang menjadi perilaku yang radikal karena dampak yang ditimbulkan berimbas pada kerugian yang bersifat material. Perilaku yang dilakukan tersebut sudah menunjukkan pemikiran radikal yang dibawa oleh mereka.

Perilaku radikal yang dibawa FPI masih dikategorikan belum terlalu membahayakan karena masih belum sampai dalam ranah kekuasaan. Perilaku radikal yang harus diwaspadai merupakan mereka yang bergerak secara sistematis, adanya upaya cuci otak Islam radikal dari pemahaman Pancasila serta yang memiliki upaya dalam pengambilan kekuasaan. Perilaku gerakan radikal berasal dari Timur Tengah yang dalam perkembangannya hadir di Indonesia pada akhir abad ke-20, sebagai contoh Hizbut Tahrir, Ikhwanul Muslimin, dan kelompok-kelompok salafi. Aliran gerakan radikal tersebut terbagi menjadi dua bagian yaitu kelompok Islamis dan kelompok salafis.

Kelompok Islamis dan salafis terjadi karena adanya perbedaan perilaku dengan apa yang harus dilakukan. Secara historis, aliran Islamis menyelesaikan perbedaan perilaku yang terjadi dengan mendirikan negara Islam melalui tindakan politik atau revolusi. Sebaliknya, bagi sebagian besar aliran salafis menyelesaikan perbedaan perilaku dengan keselamatan personal melalui iman dan praktik Islam yang benar (kaffah), khususnya dengan menghindari segala sesuatu yang dianggap bidah, syirik, atau taklid. Kelompok salafis percaya bahwa syariat adalah satu-satunya hukum yang harus ditaati oleh setiap Muslim tetapi mereka tidak memandang perbedaan dan tetap memaksakan untuk wajib mewujudkan terbentuknya negara Islam.

2.3.Upaya Penanggulan Radikalisme Umat Beragama di IndonesiaBerbagai upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi radikalisme umat beragama di Indonesia pada umunya dapat dilakukan secara tepat dengan menganalisis pokok permasalahanya. Diantara upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi radikalisme umat beragama di Indonesia sebagai berikut.Dari sisi hubungan internasional, pemerintah dapat terus memelihara kerjasama dalam mengatasi terorisme dengan secara bilateral, regional, maupun internasional. Pemerintah dapat dengan serius mengimplementasikan beberapa agenda antiterorisme yang telah disepakati oleh para anggota ASEAN.

Upaya penggalangan aksi untuk menolak sikap kekerasan dan terorisme. Aksi ini melibatkan seluruh kelompok-kelompok dalam agama-agama di Indonesia yang tidak menghendaki hal demikian. Terorisme dan kekerasan adalah bentuk pelecehan atas nama agama dan kemanusiaan.

Menumbuhkan karakter keberagamaan yang moderat. Memahami dinamika kehidupan ini secara terbuka dengan menerima pemikiran lain, yang ada di luar kelompoknya atau agamanya. Keberagaman yang moderat akan melunturkan polarisasi antara fundamentalisme dan sekularisme dalam menyikapi modernitas dan perubahan.

Pendidikan formal harus dilakukan pemerintah dengan memberikan muatan materi pengetahuan pada kurikulum pendidikan meliputi mata pelajaran kewarganegaraan, kewiraan, tata krama dan budi pekerti sesuai dengan tingkat pendidikan mulai dan tingkat pendidikan dasar sampai dengan universitas.Reorientasi pemahaman agama yang tekstual, rigid, dan sempit menjadi pemahaman yang kontekstual, fleksibel, terbuka baik melalui pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan informal.

Melakukan modernisasi kehidupan umat beragama secara selektif, dengan mengakomodir sisi positifnya dan mengeliminasi sisi negatifnya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 didukung dengan nilai dan norma yang berlaku dalam agama.

III.KESIMPULAN

3.1.Lemahnya organisasi Islam moderat dan kurangnya usaha pemerintah dalam menangani kasus radikalisme menjadi pemicu berkembangnya gerakan radikalisme Islam di Indonesia.

3.2.Pengaruh radikalisme di Indonesia berimbas pada sektor sosio-politik masyarakat, kaum Islamis mempropagandakan pendirian negara Islam sedangkan kaum salafis yang mempropagandakan penegakkan keimanan melalui praktik Islam yang benar (kaffah, murni), menghindarkan dari bidah, syirik, atau taklid.3.3.Upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi radikalisme yaitu terus memelihara kerjasama dalam mengatasi terorisme, upaya penggalangan aksi untuk menolak sikap kekerasan dan terorisme, memahami dinamika kehidupan secara terbuka dengan menerima pemikiran lain yang ada di luar kelompoknya atau agama, pemerintah dengan memberikan muatan materi pengetahuan pada kurikulum pendidikan, reorientasi pemahaman agama, melakukan modernisasi kehidupan umat beragama secara selektif, dengan mengakomodir sisi positifnya dan mengeliminasi sisi negatifnya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 didukung dengan nilai dan norma yang berlaku dalam agama.DAFTAR PUSTAKA

Afadlal, et al. 2005. Islam dan Radikalisme di Indonesia. Jakarta: LIPI press.

Effendi, Yusuf. 2010. Radikalisme Islam di Indonesia. dalam http://yusufeff84.wordpress.com/2010/04/21/radikalisme-islam-di-indonesia/#_ftn1 diakses 19 November 2014

Fealy, G. & Bubalo, A. 2007. Jejak Kafilah: Pengaruh Radikalisme Timur Tengah di Indonesia. Bandung: PT. Mizan Pustaka.

Ghifarie, Ibn. 2011. Radikalisme Agama, Pancasila, dan Frustasi. dalam http://filsafat.kompasiana.com/2011/05/09/radikalisme-agama-pancasila-dan-frustasi-361403.html diakses 18 November 2014

Hendropriyono, A.M. 2014. Implementasi Kewaspadaan Nasional Menghadapi Terorisme, Radikalisme, dan Separatisme. dalam http://www.hendropriyono.com/2014/04/menghadapi-terorisme-radikalisme-dan-separatisme/ diakses 18 November 2014

Mulyono, Hardi. 2014. Revitalisasi Pancasila Mampu Tekan Paham Radikalisme. dalam http://beritasore.com/2014/09/11/revitalisasi-pancasila-mampu-tekan- paham-radikalisme/ diakses 19 November 2014

Rahmat, M. Imdadun,et al. 2003. Islam Pribumi. Jakarta: Erlangga

Syafiie, Inu Kencana. 1996. AlQuran dan Ilmu Politik. Jakarta: Rineka Cipta

Tebba, Sudirman. 1993. Islam Orde Baru Perubahan Politik dan Keagamaan. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Tibi, Bassam. 2000. Ancaman Fundamentalisme Rajutan Islam Politik dan Kekacauan Dunia Baru. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya

Vine, Margaret Wilson. An Introduction to Sociological Theory. dalam Hermansyah. 2011. Op Cit. dalam http://hermansyahfh.blogspot.com/2011/11/radikalisme.html diakses 18 November 2014 Rizka Amalia, Romy Prasetyo Hadi, dan Rully Afis Hardiani,

Afadlal, dkk. 2005. Islam dan Radikalisme di Indonesia. Jakarta: LIPI press. hlm. 1

Afadlal, dkk. Ibid. hlm. 1

Ijma adalah kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum dalam agama berdasarkan Al-Quran dan hadits dalam suatu perantara yang terjadi.

Afadlal, dkk. Ibid. hlm. 10

Sekuler adalah perilaku yang memisahkan/tidak menghubungkan antara kehidupan duniawi dengan keagamaan.

Substansialis adalah suatu pemahaman objek (dalam hal ini Al-Quran) yang mengambil nilai-nilai/ inti/ substansi/ konteks dari objek tersebut (Al-Quran). Substasialis juga dapat disebut sebagai pemahaman kontekstual.

Skripturalis adalah suatu pemahaman objek (Al-Quran) yang memahami dari segi teks, dari makna literalnya, dari sisi permukaan saja. Skripturalis dissebut juga sebagai pemahaman tekstual.

Afadlal. Ibid. hlm. 10

Hendropriyono, A.M. 2014. Implementasi Kewaspadaan Nasional, Menghadapi Terorisme, Radikalisme, dan Separatisme, dalam Persepsi Intelijen Negara RI. dalam HYPERLINK "http://www.hendropriyono.com/2014/04/menghadapi-terorisme-radikalisme-dan-separatisme/" http://www.hendropriyono.com

/2014/04/menghadapi-terorisme-radikalisme-dan-separatisme/ diakses 26 November 2014

Hendropriyono, A.M. Ibid.

IAIN Syarif Hidayatullah. 1992. Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta: Djambatan dalam Effendi, Y. 2010. Radikalisme Islam di Indonesia. dari HYPERLINK "http://yusufeff84.wordpress.com/2010/04/21" http://yusufeff84.wordpress.com/2010/04/21/radikalisme-islam-

di-indonesia/

Al-Faruqi, I.R., Al-Faruqi, L.L.. 2001. Atlas Budaya Islam. Jakarta: Mizan dalam Effendi, Y. Ibid.

Effendi, Y. 2010. Radikalisme Islam di Indonesia. dalam HYPERLINK "http://yusufeff84.wordpress.com/2010/04/21" http://yusufeff84.wordpress.com/2010/04/

21/radikalisme-islam-di-indonesia/

Afadlal. Op cit. hlm. 2

Effendi, Y. Loc cit.

Effendi, Y. Ibid.

Hermansyah. 2011. Radikalisme, Tafsir Ideologis Atas Sebuah Isme. HYPERLINK "http://hermansyahfh.blogspot.com/2011/11/radikalisme.html" http://hermansyahfh.blogspot

.com/2011/11/radikalisme.html diakses 26 November 2014

Fealy, G. & Bubalo, A.. 2007. Jejak Kafilah: Pengaruh Radikalisme Timur Tengah di Indonesia. Bandung: PT. Mizan Pustaka. hlm. 69

Fealy, G. & Bubalo, A.. Ibid. hlm. 69