TINJAUAN MATA KULIAH

23
 TINJAUAN MATA KULIAH Strategi dalam mata kuliah ini diartikan sebagai rencana yang cermat dalam rangka mencapai suatu tujuan. Dengan demikian mata kuliah Strategi Pe mbelajaran Bahasa Indonesi a  berisi segala sesuatu yang dapat digunakan dalam menyusun rencana pembelajaran bahasa Indonesia secara cermat yang mengacu pada tujuan pembelajaran. Materi-materi atau pembahasan dalam mata kuliah ini meliputi kajian teoretis dan prinsip-  prinsip pembelajaran, pengembangan basil kajian yang berupa model pembelajaran atau desain/rancangan pembe lajaran bahasa Indonesia di SMP dan SMA. Melalui latihan menyusun rencana/rancang an/desain pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan mahasiswa dapat melaksanakan pembelajaran bahasa dan Sastra Indonesia di SMP dan SMA dengan  benar. Kajian teoretis dan pemahaman terhadap prinsip-prinsip pembelajaran secara umum diuraikan di dalam modul satu sampai enam, sedangkan modul tujuh sampai dua belas berisi latihan-latihan menyusun strategi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP dan SMA. Penyusunan strategi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berpedoman pada kurikulum sekolah (SMP dan SMA) yang berlaku. Di samping itu, mata kuliah ini juga dilengkapi dengan media belajar berupa video. Penyediaan media ini bertujuan memperjelas uraian tentang pelaksanaan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah. Pelaksanaan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia secara benar memiliki nilai positif baik  bagi siswa maupun bagi guru. Sesuai dengan salah satu fungsi mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang tercantum dalam kurikulum dinyatakan bahwa, mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia berfungsi sebagai sarana pengembang an penalaran. Salah satu tujuan umum pengajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah siswa memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial. Dalam rambu-rambu dituliskan bahwa pembelajaran  bahasa selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Selain itu, juga diarahkan untuk mempertajam kepekaan perasaan siswa (Depdiknas, 2004). Dengan kemampuan menyusun strategi pembelajaran bahasa Indonesia kami mengharapkan Anda sebagai lulusan program studi pendidikan bahasa Indonesia FKIP-UT akan menjadi guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang profesional sehingga mampu mencapai tujuan mata pelajaran seperti yang tertuang di dalam kurikulum tersebut. Semoga harapan ini menjadi kenyataan. Amin. MODUL 1: STRATEGI PEMBELAJARAN Kegiatan Belajar 1: Hakikat Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi  pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberi pengalaman belajar kepada siswa. Strategi pembelajaran terdiri dari teknik (prosedur) dan metode yang akan membawa siswa pada pencapaian tujuan. Jadi, strategi lebih luas daripada metode dan teknik. Ada dua kutub pendekatan yang bertolak  belakang, yaitu ekspositori dan discovery. Kedua pendekatan tersebut bermuara dari teori Ausubel yang menggunakan penalaran deduktif (ekspositori) dan teori Bruner yang

Transcript of TINJAUAN MATA KULIAH

Page 1: TINJAUAN MATA KULIAH

5/12/2018 TINJAUAN MATA KULIAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-mata-kuliah-55a35c6a80700 1/23

TINJAUAN MATA KULIAH

Strategi dalam mata kuliah ini diartikan sebagai rencana yang cermat dalam rangka

mencapai suatu tujuan. Dengan demikian mata kuliah Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia

 berisi segala sesuatu yang dapat digunakan dalam menyusun rencana pembelajaran bahasa

Indonesia secara cermat yang mengacu pada tujuan pembelajaran.

Materi-materi atau pembahasan dalam mata kuliah ini meliputi kajian teoretis dan prinsip- prinsip pembelajaran, pengembangan basil kajian yang berupa model pembelajaran atau

desain/rancangan pembelajaran bahasa Indonesia di SMP dan SMA. Melalui latihan

menyusun rencana/rancangan/desain pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan mahasiswa

dapat melaksanakan pembelajaran bahasa dan Sastra Indonesia di SMP dan SMA dengan benar.

Kajian teoretis dan pemahaman terhadap prinsip-prinsip pembelajaran secara umumdiuraikan di dalam modul satu sampai enam, sedangkan modul tujuh sampai dua belas berisi

latihan-latihan menyusun strategi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP danSMA.

Penyusunan strategi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berpedoman padakurikulum sekolah (SMP dan SMA) yang berlaku. Di samping itu, mata kuliah ini juga

dilengkapi dengan media belajar berupa video. Penyediaan media ini bertujuan memperjelasuraian tentang pelaksanaan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah.Pelaksanaan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia secara benar memiliki nilai positif baik 

 bagi siswa maupun bagi guru. Sesuai dengan salah satu fungsi mata pelajaran bahasa dansastra Indonesia yang tercantum dalam kurikulum dinyatakan bahwa, mata pelajaran bahasa

dan sastra Indonesia berfungsi sebagai sarana pengembangan penalaran. Salah satu tujuanumum pengajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah siswa memiliki kemampuan

menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematanganemosional, dan kematangan sosial. Dalam rambu-rambu dituliskan bahwa pembelajaran

 bahasa selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa juga untuk meningkatkankemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Selain itu, juga

diarahkan untuk mempertajam kepekaan perasaan siswa (Depdiknas, 2004).

Dengan kemampuan menyusun strategi pembelajaran bahasa Indonesia kami

mengharapkan Anda sebagai lulusan program studi pendidikan bahasa Indonesia FKIP-UT

akan menjadi guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang profesional sehingga

mampu mencapai tujuan mata pelajaran seperti yang tertuang di dalam kurikulum tersebut.

Semoga harapan ini menjadi kenyataan. Amin.

MODUL 1: STRATEGI PEMBELAJARAN

Kegiatan Belajar 1: 

Hakikat Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi

 pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan

yang dapat memberi pengalaman belajar kepada siswa. Strategi pembelajaran terdiri dari

teknik (prosedur) dan metode yang akan membawa siswa pada pencapaian tujuan. Jadi,

strategi lebih luas daripada metode dan teknik. Ada dua kutub pendekatan yang bertolak  belakang, yaitu ekspositori dan discovery. Kedua pendekatan tersebut bermuara dari teori

Ausubel yang menggunakan penalaran deduktif (ekspositori) dan teori Bruner yang

Page 2: TINJAUAN MATA KULIAH

5/12/2018 TINJAUAN MATA KULIAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-mata-kuliah-55a35c6a80700 2/23

menggunakan penalaran induktif (discovery). Kedua pendekatan tersebut merupakan suatu

kontinum. Dari titik-titik yang terdapat sepanjang garis kontinum itu, terdapat metode-metode

 pembelajaran dari metode yang berpusat pada guru (ekspositori), seperti ceramah, tanya

 jawab, demonstrasi, sampai dengan metode yang berpusat pada siswa (discovery/inquiry),

seperti eksperimen.

Kegiatan Belajar 2: 

Berbagai Jenis Strategi Pembelajaran

Strategi deduktif dimulai dari penampilan prinsip-prinsip yang diketahui ke prinsip-

 prinsip yang belum diketahui. Sebaliknya, dengan strategi induktif, pembelajaran dimulai dari

 prinsip-prinsip yang belum diketahui. Strategi ekspositori langsung merupakan strategi yang

 berpusat pada guru. Guru menyampaikan informasi terstruktur dan memonitor pemahaman

 belajar, serta memberikan balikan.

Strategi belajar tuntas merupakan suatu strategi yang memberi kesempatan belajar 

secara individual sampai pebelajar menuntaskan pelajaran sesuai irama belajar masing-masing. Ceramah dan demonstrasi merupakan dua strategi yang pada hakikatnya sama, yaitu

guru menyampaikan fakta dan prinsip-prinsip, namun pada demonstrasi sering kali gurumenunjukkan (mendemonstrasikan) suatu proses.

Antara pertanyaan dan resitasi terdapat kesamaan yaitu, resitasi juga dapat berupa pertanyaansecara lisan. Praktik merupakan implementasi materi yang telah dipelajari, sedangkan drill

dilakukan untuk mengulangi informasi sehingga pebelajar benar-benar memahami materiyang dipelajari. Reviu dilakukan untuk membantu guru menentukan penguasaan materi para

 pebelajar, baik materi untuk prasyarat maupun materi yang telah diajarkan. Bagi pebelajar,reviu berguna sebagai kesempatan untuk melihat kembali topik tertentu pada waktu lain.

DAFTAR PUSTAKA

 _______. (1984). Strategi Belajar Mengajar suatu Pengantar. Jakarta: PPLPTK.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1982). Konsep CBSA dan Berbagai StrategiBelajar Mengajar. Program Akta VB Modul 11. Jakarta: Ditjen Pendidikan Tinggi

Frelberg, H.J. and Driscoll, A. (1992). Universal Teaching Strategies. Boston: Allyn &

Bacon.

Gerlach, V.S. & Ely, D.P. (1980). Teaching and Media a Systematic Approach. New Jersey:

Prentice Hall.

Raka Joni, T. (1993). Cara Belajar Siswa Aktif, Implikasinya terhadap Sistem Penyampaian.

Jakarta: PPLPTK.

Semiawan, C. dkk. (1988). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia.

Una Kartawisata dan kawan-kawan. (1980). Penemuan sebagai Metode Belajar Mengajar.

Jakarta: P3G- PPLPTK.

Winarno Surakhmad. (1986). Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung: Tarsito.

Page 3: TINJAUAN MATA KULIAH

5/12/2018 TINJAUAN MATA KULIAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-mata-kuliah-55a35c6a80700 3/23

Zubair Amin and Khoo Horn Eng. (2003). Basic in Medical Education. Singapore: World

Scientific.

MODUL 2: PROSEDUR UMUM PEMBELAJARAN DAN PEMBELAJARAN YANG

EFEKTIF

Kegiatan Belajar 1 

Prosedur Umum Pelaksanaan Pembelajaran

Prosedur umum pelaksanaan pembelajaran menurut Dick & Carey ada 5 tahap, yaitu

kegiatan pra-pembelajaran, penyajian informasi, partisipasi siswa, evaluasi, dan tindak lanjut.

Secara garis besar kelima prosedur tersebut dapat disingkat menjadi 3, yaitu persiapan,

 penyajian, dan evaluasi dan tindak lanjut. Kegiatan persiapan atau pra-pembelajaran terbagi

menjadi 2, yaitu (1) persiapan sebelum pembelajaran yang terdiri dari persiapan tertulis,

 persiapan media dan alat pelajaran, serta persiapan diri, dan (2) pembukaan pelajaran yang

 berisi kegiatan memotivasi siswa, menunjukkan tujuan, dan menginformasikan keterampilan prasyarat.

Penyajian informasi dan contoh, serta partisipasi siswa merupakan kegiatan inti pembelajaran, sedangkan kegiatan terakhir adalah penilaian, yang secara umum terdiri dari

 pretest dan postest, serta penilaian formatif yang dilakukan sepanjang proses pembelajaran.Hasil penilaian ini akan diikuti dengan kegiatan-kegiatan tindak lanjut. Kegiatan ini dapat

 berupa remediasi bagi siswa yang belum mencapai tingkat keberhasilan yang diharapkan dankegiatan pengayaan bagi siswa yang sukses. Akhir tahap ini, dapat dilakukan reviu strategi

untuk mempertimbangkan perlunya memorisasi dan transfer.

Kegiatan Belajar 2: 

Pembelajaran yang Efektif.

Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor guru maupun

 pebelajar itu sendiri. Faktor guru yang terutama, yaitu perencanaan guru, yang berkaitan

dengan isu-isu, seperti materi yang dipilih, strategi pembelajaran, media pembelajaran, pengelolaan kelas, iklim kelas, dan evaluasi pembelajaran. Faktor-faktor yang berkaitan

dengan kegiatan pembelajaran, yaitu isi pelajaran, bahan, strategi, perilaku guru, susunan pelajaran, lingkungan belajar, pebelajar, durasi dan alokasi pembelajaran. Demikian pula

karakteristik guru juga mempengaruhi efektivitas pembelajaran.Karakteristik guru, meliputi pengalaman mengajar, filosofi belajar dan mengajar,

 pengetahuan tentang isi pelajaran, pengorganisasian, penataan kelas, dan rasa aman. Guruyang efektif melakukan reviu harian, menyiapkan materi baru, melakukan praktik terbimbing,

menyediakan balikan dan koreksi, melaksanakan praktik mandiri, reviu mingguan dan

 bulanan. Pendekatan pembelajaran yang efektif, yaitu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada pebelajar, seperti belajar mandiri, pembelajaran terpadu, dan pembelajaran berdasarkan

masalah.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W. (1987). The Effective Teacher. New York: McGraw Hill Book Company.

Burdon, P.R. & Byrd, D.M. (1999). Methods for Effective Teaching. Boston: Allyn & Bacon.

Page 4: TINJAUAN MATA KULIAH

5/12/2018 TINJAUAN MATA KULIAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-mata-kuliah-55a35c6a80700 4/23

 

Cannon, R. & Newble, D. (2000). A Handbook for Teachers in University and Colleges. A

Guide to Improving Teaching Method. London: Kogan Page

MODUL 3: KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR 

Kegiatan Belajar 1: 

Keterampilan Bertanya dan Keterampilan MemberikanPenguatan

Dalam setiap kegiatan pembelajaran, guru tidak dapat lepas dari penggunaan teknik 

 bertanya. Oleh karena itu, fungsi pertanyaan guru adalah sebagai alat mengajar. Pertanyaan

yang diajukan oleh guru mempunyai tujuan bermacam-macam. Satu pertanyaan yang

diajukan dapat sekaligus mencapai beberapa tujuan. Dalam menggunakan pertanyaan, guru

harus menunjukkan kehangatan serta sikap antusias sehingga dapat mendorong siswa untuk 

lebih bergairah dan sungguh-sungguh menjawab pertanyaan. Selain itu, masih ada beberapa

kebiasaan yang perlu dihindari, yaitu:

1. mengulangi pertanyaan sendiri,

2. mengulangi jawaban siswa,3. menjawab pertanyaan sendiri,

4. mengajukan pertanyaan yang memancing jawaban serentak,

5. mengajukan pertanyaan ganda, dan6. menunjuk siswa tertentu sebelum bertanya.

Keterampilan bertanya dibagi menjadi dua, yaitu keterampilan bertanya dasar danketerampilan bertanya lanjut. Masing-masing keterampilan itu mempunyai beberapa

komponen. Perlu diperhatikan bahwa komponen bertanya dasar juga masih dipakai dalammenerapkan keterampilan bertanya lanjut.

Komponen keterampilan bertanya dasar:1. pengajuan pertanyaan secara jelas dan singkat,

2. pemberian acuan,

3. pemusatan,

4. pemindahan giliran,

5. penyebaran,

6. pemberian waktu berpikir,

7. sambutan yang hangat,

8. pemberian tuntunan

Komponen keterampilan bertanya lanjut:

1. pengubahan tuntutan tingkat kognitif,

2. pengaturan urutan pertanyaan,

3. penggunaan pertanyaan pelacak,

4. peningkatan terjadinya interaksi.Dalam menggunakan keterampilan bertanya tersebut, perlu diingat bahwa ada

tingkatan pertanyaan dari pertanyaan tingkat yang paling rendah sampai pada tingkatan yangtertinggi. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa perlu mendapat penghargaan apabila telah

melakukan tugas dengan baik. Penghargaan tersebut akan merupakan penguatan bagi siswaagar mau berusaha untuk mengulangi penampilan yang sama. Dalam menggunakan

 penguatan, guru harus memperhatikan prinsip penguatan, yaitu kehangatan dan keantusiasan,kebermaknaan, serta menghindari respons yang negatif. Penguatan dapat diberikan kepada

Page 5: TINJAUAN MATA KULIAH

5/12/2018 TINJAUAN MATA KULIAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-mata-kuliah-55a35c6a80700 5/23

siswa secara individu (kepada pribadi tertentu), kepada kelompok, dan penguatan tersebut

harus diberikan dengan segera. Agar tidak membosankan, penguatan hendaknya bervariasi,

sebab penguatan yang serupa bila diberikan secara terus-menerus akan menjadi kurang

efektif. Komponen keterampilan memberi penguatan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

 penguatan verbal dan nonverbal. Penguatan verbal dapat berwujud kata-kata, seperti bagus,

 baik, betul, sedangkan penguatan nonverbal dapat berupa mimik dan gerakan badan,

 penguatan dengan cara mendekat, penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, penguatan

dengan sentuhan, penguatan berupa simbol atau benda, dan penguatan tidak penuh.

Kegiatan Belajar 2: 

Keterampilan Mengadakan Variasi dan Keterampilan

Menjelaskan

Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang tidak terbebas dari kejenuhan apabila melihat

serta mendengarkan hal yang sama. Demikian pula dalam bidang pembelajaran. Siswa akan

menjadi bosan apabila setiap hari hanya menjumpai hal-hal yang rutin, seperti mendengarkan

uraian guru semata. Untuk mengatasi kebosanan tersebut, guru dapat memberikan variasi

dalam kegiatan pembelajaran. Variasi yang dapat dilakukan guru mencakup.1. Variasi suara, meliputi:

a. pemusatan perhatian,

 b. kesenyapan,c. kontak pandang,

d. gerakan dan mimik, sertae. pergantian posisi.

2. Variasi penggunaan media dan alat pembelajaran, mencakup:a. variasi media dan alat yang dapat dilihat,

 b. variasi media dan alat yang dapat didengar, sertac. variasi media atau alat yang diraba atau dimanipulasi.

3. Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa

Pola ini sangat beragam, dari pola yang didominasi oleh guru sampai dengan pola

yang memberi kesempatan siswa untuk bekerja sendiri sepenuhnya.

Suatu penjelasan merupakan penyajian informasi lisan yang diorganisasikan secara

sistematis untuk menunjukkan penyajian suatu hubungan, seperti sebab akibat dalil dan

contoh, antara sesuatu yang telah diketahui dengan sesuatu yang belum diketahui. Dalam

tugas sehari-hari, guru tidak pernah lepas dari tugas menjelaskan sesuatu kepada siswa. Oleh

karena itu, keterampilan ini perlu ditingkatkan efektivitasnya. Untuk dapat lebih

mengefektifkan keterampilan menjelaskan, guru perlu memahami komponen-komponennya

secara garis besar. Keterampilan menjelaskan dikelompokkan menjadi dua komponen, yaitu

keterampilan merencanakan dan menyajikan penjelasan.

Komponen-komponen merencanakan penjelasan, mencakup:

1. hal-hal yang berhubungan dengan isi pesan, dan2. hal-hal yang berhubungan dengan siswa sebagai penerima pesan.

Kegiatan Belajar 3: 

Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran serta

Keterampilan Membimbing

Page 6: TINJAUAN MATA KULIAH

5/12/2018 TINJAUAN MATA KULIAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-mata-kuliah-55a35c6a80700 6/23

Diskusi Kelompok Kecil

Guru terlebih dahulu harus membuka pelajaran dengan maksud menciptakan suasana siap

mental para siswa untuk menerima pelajaran. Pembukaan pelajaran itu tidak saja dilakukan

 pada awal pelajaran, tetapi juga dilakukan pada setiap penggal pelajaran. Demikian pula

dengan kegiatan menutup pelajaran. Kegiatan menutup pelajaran tidak hanya dilakukan guru

 pada akhir pelajaran, melainkan juga dilakukan pada setiap akhir penggal kegiatan. Kegiatan

menutup pelajaran dilakukan dengan maksud memperoleh gambaran tentang materi yang

dipelajari. Komponen-komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi kegiatan menarik  perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi acuan, dan membuat kaitan.

Komponen-komponen menutup pelajaran meliputi kegiatan meninjau kembali dan

mengevaluasi.

Diskusi merupakan pembicaraan 2 orang atau lebih untuk saling mengemukakan

 pendapat. Diskusi kelompok merupakan suatu pembicaraan yang melibatkan kelompok danmerupakan suatu cara langsung untuk saling bertukar pengalaman atau pendapat dalam

rangka memecahkan masalah. Kegiatan ini harus dilatihkan kepada para siswa untuk menanamkan sikap demokratis dalam pemecahan masalah. Agar siswa dapat berlatih dengan

 baik maka guru juga harus terlatih dengan baik. Oleh karena itu, guru harus menguasaiketerampilan ini, agar dapat menjadi contoh bagi siswa. Pemimpin diskusi tidak harus guru

sendiri, melainkan secara bertahap harus dialihkan kepada siswa agar mereka belajar menjadi pemimpin. Langkah-langkah yang dilakukan untuk melaksanakan diskusi adalah memilihtopik atau masalah, menyiapkan berbagai informasi yang dapat menunjang diskusi, dan

menetapkan jumlah anggota dan tempat duduk.Komponen-komponen keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil meliputi pemusatan

 perhatian, penjelasan masalah, menganalisis pandangan siswa, meningkatkan kontribusisiswa, mendistribusikan partisipasi siswa, dan menutup siswa.

Kegiatan Belajar 4: 

Keterampilan Mengelola Kelas

Mengelola kelas merupakan suatu keterampilan guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang serasi tanpa gangguan. Guru harus memelihara kondisi belajar yang

menyenangkan dan berusaha mengembalikan, apabila terdapat hal-hal yang dapatmengganggu kelancaran belajar. Penggunaan keterampilan ini dalam pembelajaran hendaknya

memperhatikan prinsip-prinsip adanya sikap yang hangat dari guru serta antusias dalam

mengelola kelas, serta memberikan bahan, tindakan atau kata-kata yang memberikan

tantangan kepada siswa untuk belajar. Dalam mengelola kelas sebaiknya guru bertitik tolak 

dari hal-hal yang positif walaupun dituntut adanya kedisiplinan yang tinggi, namun tidak 

 berarti disiplin yang kaku, melainkan luwes.

Adapun komponen-komponen keterampilan mengelola kelas dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu keterampilan yang bersifat preventif (penciptaan dan pemeliharaan kondisi yang

optimal), dan keterampilan yang bersifat represif (pengembalian kondisi belajar yangmengganggu.

Keterampilan yang bersifat preventif mencakup berikut ini.

1. Menunjukkan sikap tanggap terhadap perhatian dan keterlibatan siswa yang dapat

dilakukan melalui pandangan mata, gerakan/posisi guru, pernyataan guru, dan reaksi guru.

2. Membagi perhatian dengan cara kesiapsiagaan dan menuntut pertanggungjawaban siswa.

Keterampilan yang bersifat represif mencakup berikut ini.

Page 7: TINJAUAN MATA KULIAH

5/12/2018 TINJAUAN MATA KULIAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-mata-kuliah-55a35c6a80700 7/23

1. Perilaku yang mengganggu, melalui penguatan atau hukuman.

2. Memodifikasi pengelolaan kelompok.

3. Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah.

Pembelajaran kelompok kecil, biasanya diikuti oleh 3-5 orang atau maksimal 8 orang.

Pembelajaran perorangan (individual) merupakan suatu pembelajaran yang memperhatikan

 perbedaan individual sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan tujuan, materi, prosedur 

serta waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan belajar tertentu. Dalam mengajar 

kelompok kecil dan perorangan terjadi hubungan interpersonal yang akrab antara guru-siswamaupun antarsiswa. Siswa belajar sesuai dengan kecepatan, cara, kemampuan, dan minat

masing-masing. Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan mencakup

 berikut ini.

1. Keterampilan mengadakan hubungan antarpribadi, yang ditunjukkan dengan:a. kehangatan dan kepekaan,

 b. mendengarkan dan memberikan respons kepada siswa,c. rasa saling percaya,

d. memberi bantuan, dane. menerima perasaan siswa mengendalikan emosi siswa.

2. Keterampilan mengorganisasikan kegiatan, yang mencakup keterampilan melakukan:a. orientasi,

 b. variasi kegiatan,c. pengaturan kelompok,

d. koordinasi,

e. pembagian perhatian, dan

f. kegiatan mengakhiri kegiatan.

3. Keterampilan membimbing dan memberikan fasilitas belajar, yang mencakup

keterampilan:

a. memberikan penguatan,

 b. mengembangkan supervisi proses awal

c. mengembangkan supervisi proses lanjut, dan

d. mengadakan supervisi pemaduan

4. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, yang mencakup:

a. membantu siswa menetapkan tujuan belajar, b. merencanakan kegiatan pembelajaran bersama siswa,

c. berperan sebagai penasihat siswa, sertad. membantu menilai siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. (1984/1985). Pengajaran Mikro. Program AktaMengajar V B. Modul 17. Jakarta: Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan Tinggi.

Sri Anitah, W. (1987). Microteaching dan Supervisi Klinis. Surakarta: FKIP UNS.

Turney, C. at.al. (1975). Sydney Micro Skills. Handbook. Sydney: Sydney University Press.

MODUL 4: METODE MENGAJAR  

Kegiatan Belajar 1: 

Jenis-jenis Metode Mengajar

Page 8: TINJAUAN MATA KULIAH

5/12/2018 TINJAUAN MATA KULIAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-mata-kuliah-55a35c6a80700 8/23

1. Metode ceramah merupakan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelas.

2. Metode tanya jawab merupakan metode mengajar di mana guru menanyakan hal-hal yang

sifatnya faktual.

3. Metode diskusi, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya menggunakan

informasi yang telah dipelajari untuk memecahkan suatu masalah.

4. Metode kerja kelompok, dengan metode ini siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai

suatu kelompok atau dibagi atas kelompok-kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan

tertentu.5. Metode demonstrasi dan eksperimen, dengan demonstrasi guru atau narasumber atau siswa

mengadakan suatu percobaan.

6. Metode sosiodrama dan bermain peran merupakan metode mengajar dengan cara

mendramatisasikan masalah-masalah hubungan sosial.7. Metode pemberian tugas belajar dan resitasi, dengan metode ini guru memberikan tugas,

siswa mempelajari kemudian melaporkan hasilnya.8. Metode karyawisata, merupakan suatu metode mengajar di mana guru mengajak siswa ke

suatu objek tertentu dalam kaitannya dengan mata pelajaran di sekolah.9. Drill atau pemberian latihan merupakan cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan

terhadap apa yang dipelajari.Metode pemecahan masalah merupakan suatu metode mengajar yang mendorong siswa

mencari dan memecahkan persoalan

Kegiatan Belajar 2: 

Metode-metode Mengajar secara Kelompok 

Selain metode mengajar yang biasa dilakukan guru di dalam kelas, guru juga perlu mengenal

metode-metode mengajar secara kelompok. Metode tersebut, antara lain berikut ini.

1. Seminar merupakan suatu pembahasan yang bersifat ilmiah walaupun yang dibahas adalah

masalah kehidupan sehari-hari. Pembahasan bertitik tolak dari suatu kertas kerja (makalah),

dan akhirnya diambil suatu kesimpulan.

2. Simposium merupakan serangkaian pidato pendek di depan pengunjung. Di bawah seorang pimpinan, simposium menampilkan beberapa orang pembicara yang mengemukakan

 pandangan dari segi yang berbeda tentang suatu topik yang sama. Biasanya pembicara terdiri

dan pembahas utama dan penyanggah, yang hasilnya disebarluaskan.

3. Forum merupakan suatu gelanggang terbuka, yang memberi kesempatan berbicara kepada

khalayak yang ditekankan pada pengungkapan pikiran dan perasaan. Pada akhirnya pimpinan

forum mengemukakan ikhtisar pembicaraan.

4. Panel merupakan diskusi yang terdiri dari para ahli yang dianggap sebagai regu guru.

Panelis terdiri dari 3 - 6 orang di bawah seorang moderator. Pada diskusi panel, tidak diambil

suatu kesimpulan.

5. Musyawarah kerja merupakan pertemuan antara sekelompok massa tertentu yang

 berkecimpung dalam bidang kerja sejenis. Raker ini bermaksud untuk tukar pengalaman,

mengevaluasi program yang telah dilaksanakan atau untuk mengembangkan sesuatu yang baru.

6. Simulasi merupakan suatu metode mengajar yang bertujuan memberikan pengalaman

kepada pembelajar mempelajari suatu keterampilan tertentu, dalam situasi yang sengaja

diciptakan sesuai keadaan riil.

Dengan membaca rangkuman tersebut, Anda dapat memeriksa kembali sejauh mana

Page 9: TINJAUAN MATA KULIAH

5/12/2018 TINJAUAN MATA KULIAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-mata-kuliah-55a35c6a80700 9/23

 penguasaan Anda terhadap materi tentang metode-metode mengajar kelompok. Apabila ada

hal-hal yang belum Anda kuasai, cobalah baca sekali lagi bagian-bagian yang dimaksud.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. (1984/1985). Pengajaran Mikro. Program Akta

Mengajar V B. Modul 17. Jakarta: Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan Tinggi.

Sri Anitah, W. (1987). Microteaching dan Supervisi Klinis. Surakarta: FKIP UNS.

Turney, C. et.al. (1975). Sydney Micro Skills. Handbook. Sydney: Sydney University Press.

MODUL 5: MEDIA PEMBELAJARAN Kegiatan Belajar 1: 

Media Pembelajaran

Antara alat peraga dan media tidak berbeda dari segi substansi (bendanya), namun hanya berbeda dari segi fungsinya. Bahwa alat peraga hanya sekadar alat bantu, sedangkan media

merupakan bagian integral dalam PBM, yang di dalamnya ada pembagian tanggung jawabantara guru dengan media. Agar Anda dapat menggunakan berbagai media secara bervariasi

maka Anda perlu mengenal jenis-jenis media yang dimaksud. Berbagai jenis media visualyang dapat dipelajari adalah Media visual yang tidak diproyeksikan, terdiri dari gambar mati,

ilustrasi, karikatur, poster, bagan, diagram, grafik, peta, realia, berbagai jenis papan, sketsa.Media visual yang diproyeksikan, antara lain OHP, slide, filmstrip, opaque projector.

Kegiatan Belajar 2: 

Karakteristik dan Jenis Media AudioSebagian besar dari pelajaran, diterima siswa melalui pendengaran. Guru dapat mengajarkan

 program ini di kelas dengan menggunakan tape recorder (pita perekam), radio, dan piringanhitam. Program audio membawakan pesan yang memadukan elemen-elemen suara, bunyi, dan

musik beberapa jenis program audio, antara lain berikut ini.1. Program wicara, berisi suatu pembicaraan yang bersahabat.

2. Wawancara, pembicaraan yang berpangkal pada pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara.

3. Diskusi, pembicaraan yang berisi pertukaran ide antara dua orang atau lebih.4. Buletin, merupakan suatu siaran kilat.

5. Warta berita, suatu siaran yang berisi berbagai berita tentang sejumlah kesaksian mata,

laporan suatu kejadian, pidato, komentar, pembicaraan pendek, dan wawancara.6. Program dokumenter, program mengenai peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi.

7. Program feature dan majalah udara, program feature terbatas pada satu tema dalam seluruh

acara, sedangkan majalah udara mempunyai dua tema atau lebih dalam satu acara.

8. Drama audio, suatu sandiwara yang mengandung masalah atau konflik kejiwaan.

Kegiatan Belajar 3: 

Page 10: TINJAUAN MATA KULIAH

5/12/2018 TINJAUAN MATA KULIAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-mata-kuliah-55a35c6a80700 10/23

Karakteristik dan Jenis Media Audiovisual

Media audiovisual adalah media yang menunjukkan suara dan pendengaran, jadi dapatdipandang maupun didengar suaranya. Ada dua jenis media audiovisual yang dapat digunakan

oleh guru pada saat ini. Namun, tidak berarti bahwa media lain yang ditunjukkan dengan

 berbagai jenis proyektor tidak termasuk dalam klasifikasi ini. Media lain, seperti film 8 mm

maupun 16 mm, misalnya selain sukar didapat dan mahal, juga sulit didapatkan perangkat

lunaknya kalau tidak membuat sendiri.

Jenis pertama yang dapat dirangkum di sini adalah slide suara yang merupakan sejumlah slide

yang dipadukan dalam suatu cerita atau suatu pengetahuan yang diproyeksikan pada layar 

dengan iringan suara. Beberapa jenis slide, yaitu slide untuk promosi, berupa anjuran, untuk 

 penerangan dan penyuluhan, ilmu pengetahuan khusus, pengetahuan populer, dokumenter.

Jenis kedua adalah televisi merupakan suatu program yang memperlihatkan sesuatu dari jarak 

 jauh program ini dibedakan menjadi 2, yaitu jaringan televisi sekitar (CCTV) dan program

televisi siaran. Televisi sebagai media memiliki 3 fungsi, yaitu penerangan, pendidikan, dan

hiburan.

Kegiatan Belajar 4: 

Faktor-faktor Pemilihan Media Pembelajaran

Dalam memilih media untuk keperluan pembelajaran, guru perlu mempertimbangkan

 beberapa faktor, yaitu variabel tugas, variabel siswa, lingkungan belajar, lingkungan

 pengembangan, ekonomi dan budaya, serta faktor-faktor praktis. Pertimbangan yang lebihsingkat dalam pemilihan media adalah tujuan pembelajaran, siswa/mahasiswa, ketersediaan,

ketepatgunaan, biaya, dan mutu teknis.Untuk mengembangkan media grafis, sebaiknya memperhatikan prinsip-prinsip umum, yaitu

kesederhanaan, kesatuan, penekanan, dan keseimbangan formal maupun informal. Alat-alatvisual yang dapat membantu keberhasilan penggunaan prinsip-prinsip tersebut adalah garis,

 bentuk, ruang, tekstur, dan warna. Apabila Anda memiliki beberapa gambar, bentuk-bentuk,kata-kata atau simbol-simbol lain yang akan dipajang dalam suatu papan, misalnya Anda

 perlu menyusunnya terlebih dahulu dalam suatu layout (tata letak) agar susunan yang Anda

ciptakan tampak harmonis.

Agar penggunaan media dalam pembelajaran berhasil dengan baik, diperlukan langkah

umum, seperti persiapan, pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut. Molenda, dkk.,

mengemukakan suatu model penggunaan media yang dinamakan model ASSURE, yang

merupakan akronim dari kata-kata dalam bahasa Inggris yang, artinya analisis karakteristik 

siswa, menentukan tujuan, memilih materi, memanfaatkan materi, menuntut respons siswa,

dan mengevaluasi hasil belajar.

DAFTAR PUSTAKA

AECT. (1977). The Definition of Educational Technology. Washington: AECT.

Briggs,L. (1967). Instructional Media. Pittsburg: AIR.

Dale, E. (1963). Audio-Visual Methods in Teaching. New York: The Dryden Press.

Gerlach, V.S. and Ely, D.P. (1980). Teaching and Media. New York: Prentice Hall, Inc.

Page 11: TINJAUAN MATA KULIAH

5/12/2018 TINJAUAN MATA KULIAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-mata-kuliah-55a35c6a80700 11/23

Heinich, R., Molenda, M., and Russel, J.D. (1994). Instructional Media. New York: John

Wiley and Sons.

Kemp, J.E. (1980). Planning & Producing Audiovisual Materials. New York: Harper & Row,

Publishers.

MODUL 6: MODEL-MODEL BELAJAR DAN RUMPUN MODEL MENGAJAR Kegiatan Belajar 1: 

Model-model Belajar

Belajar kolaboratif adalah suatu cara belajar antara 2 orang atau lebih dengan tujuan yang

sama dan adanya ketergantungan satu sama lain. Dalam belajar kolaboratif pebelajar dapat

mengembangkan pengetahuan bersama maupun pengetahuan individu. Belajar kooperatif juga

merupakan suatu cara belajar bekerja sama, namun para anggota belum tentu mempunyai

tujuan yang sama. Antarpebelajar yang saling bantu hanya sebatas apa yang dibutuhkan olehtemannya.

Belajar kuantum merupakan suatu kegiatan belajar dengan suasana yang menyenangkankarena guru menggubah (mengorkestrasi) segala sesuatu yang ada di sekelilingnya sehingga

 pebelajar bergairah belajar.Belajar tematik pada hakikatnya merupakan suatu jenis pembelajaran yang memadukan

 beberapa bidang studi berdasarkan suatu tema sebagai payung (kerangka isi). Dengandemikian, pebelajar diharapkan memahami hubungan antarbidang studi (mata pelajaran)

secara terpadu.

Kegiatan Belajar 2: 

Tes dan Pengukuran Selama Proses dan Akhir Program

Dalam Kegiatan Belajar 2 ini Anda mempelajari 4 rumpun model mengajar, yaitu model

sosial, pemrosesan informasi, model personal, dan model sistem perilaku. Rumpun model

sosial dirancang untuk menilai keberhasilan dan tujuan akademik, termasuk studi tentangnilai-nilai sosial, kebijakan publik, memecahkan konflik. Model mengajar sosial diciptakan

untuk membentuk masyarakat belajar.Model pemrosesan informasi menekankan pada cara meningkatkan pembawaan seseorang

memahami dunia dengan memperoleh dan mengorganisasikan data, memahami masalah danmencari pemecahannya, serta mengembangkan konsep-konsep dan bahasa untuk 

menyampaikannya.Model belajar personal dimulai dari pandangan tentang harga diri individu. Seseorang

 berusaha memahami diri sendiri dengan lebih baik, bertanggung jawab atas pendidikannya

sendiri, dan belajar mencapai pengembangan yang baru dengan lebih kuat, lebih sensitif, danlebih kreatif dalam meraih kehidupan yang berkualitas tinggi.

Model sistem perilaku sering disebut teori belajar sosial, modifikasi perilaku, terapi perilaku,

dan cybernetic. Manusia memiliki sistem komunikasi koreksi diri yang memodifikasi perilaku

dalam merespon informasi tentang seberapa jauh keberhasilan tugas-tugas yang dikehendaki.

Secara bertahap, perilaku disesuaikan dengan balikan sampai ada kemajuan dalam meniti

anak tangga dengan aman.

Page 12: TINJAUAN MATA KULIAH

5/12/2018 TINJAUAN MATA KULIAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-mata-kuliah-55a35c6a80700 12/23

DAFTAR PUSTAKA

Boud, D. & Feletti, G.I. (Ed.). (1997). The Callenge of Problem-Based Learning. Boston:

Allyn & Bacon.

Bouhuiys, A.A.J., Schmidt, H.G., Berkel, H.J.M. (Eds.). (1993). Problem-Based Learning on

Educational Strategy. Netherlands: Network Publishers.

Elaine, B. (2002). Contextual Teaching & Learning. California: Corwin Press, Inc.

Frazee, B.M. & Rudnitski, R.A. (1995). Integrated Teaching Methods. Washington: Delamr 

Publishers.

Hill, S. & Hill, T. (1996). The Collaborative Classroom. Australia: Leanor Curtain

Publishing.

Slavin, R.E. (1995). Cooperative Learning. Theory, Research and Practice. Boston: Allyn &Bacon.

Yoice, B. & Marsha, W. (2000). Models of Teaching. Boston: Allyn & Bacon.

MODUL 7: HAKIKAT PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Kegiatan Belajar 1: 

Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia

Karakteristik bahasa Indonesia adalah ciri khas atau sifat pembelajaran bahasa Indonesia

sebagai sebuah ilmu. Adapun karakteristik pembelajaran bahasa Indonesia adalah bersifat

kontekstual, bersifat komunikatif, bersifat sistematis, menantang pembelajar untuk 

memecahkan masalah-masalah nyata, membawa pembelajar ke arah pembelajaran yang aktif,

dan penyusunan bahan pembelajaran dilakukan oleh guru sesuai dengan minat dan kebutuhan pembelajar.

Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya tergolong ke dalam 3 jenis tujuan, yaitu

tujuan afektif, kognitif, dan psikomotorik. Tujuan afektif berkaitan dengan penanaman rasa

 bangga dan menghargai bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi. Tujuan kognitif 

 berkaitan dengan proses pemahaman bentuk, makna, dan fungsi bahasa Indonesia. Tujuan

 psikomotorik berkaitan dengan kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk berbagai

kepentingan.

Fungsi pembelajaran bahasa Indonesia dapat digolongkan ke dalam 2 jenis, yaitu fungsi

instrumentatif dan fungsi intrinsik. Fungsi instrumentatif adalah fungsi pembelajaran bahasa

Indonesia sebagai sarana komunikasi. Fungsi intrinsik adalah fungsi pembelajaran bahasa

Indonesia sebagai proses pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia.

Manfaat pembelajaran bahasa Indonesia dapat bersifat praktis dan strategis. Adapun yangmenjadi manfaat pembelajaran bahasa Indonesia adalah meningkatkan kemampuan

komunikasi, pembentuk perilaku positif, sarana pengembang ilmu pengetahuan, sarana

memperoleh ilmu pengetahuan, sarana pengembang nilai norma kedewasaan, sarana ekspresi

imajinatif; sarana penghubung dan pemersatu masyarakat Indonesia, dan sarana transfer 

kultural.

Kegiatan Belajar 2: 

Page 13: TINJAUAN MATA KULIAH

5/12/2018 TINJAUAN MATA KULIAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-mata-kuliah-55a35c6a80700 13/23

Pendekatan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pendekatan komunikatif dalam pengajaran bahasa bermula dari suatu teori yang memandang bahwa bahasa adalah alat komunikasi. Tujuan pengajaran bahasa ialah mengembangkan apa

yang oleh Hymes (1972) diacu sebagai kompetensi komunikatif.

Pembelajaran komunikatif memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut.

1. Pembelajar akan belajar bahasa dengan baik apabila ia diperlakukan sebagai individu yang

memiliki kebutuhan dan minat.

2. Pembelajar akan belajar bahasa dengan baik apabila ia diberikan kesempatan untuk 

 berpartisipasi. dalam penggunaan bahasa sasaran (bahasa yang sedang dipelajari) secara

komunikatif dalam berbagai macam aktivitas.

3. Pembelajar akan belajar bahasa dengan baik jika ia dilibatkan ke dalam data komunikatif 

yang bisa dipahami dan relevan dengan kebutuhan dan minatnya.

4. Pembelajar akan belajar bahasa degan baik apabila ia secara sengaja memfokuskan

 pembelajarannya kepada bentuk, keterampilan, dan strategi untuk mendukung pemerolehan

 bahasa.

5. Pembelajar akan belajar bahasa dengan baik apabila ia dibeberkan dalam data sosiokulturaldan pengalaman langsung dengan budaya menjadi bagian dari bahasa sasaran.

6. Pembelajar akan belajar bahasa dengan baik jika ia menyadari akan peran dan hakikat bahasa dan budaya.

7. Pembelajar akan belajar bahasa dengan baik jika ia diberi kesempatan untuk mengatur  pembelajaran mereka sendiri.

Pendekatan terpadu dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah model pembelajaran

kegiatan berbahasa berdasarkan fungsi utama bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Para

siswa dituntut untuk terampil berbahasa, yaitu terampil menyimak, membaca, berbicara, dan

menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut harus dilakukan secara terpadu dalam satu

 proses pembelajaran dengan fokus satu keterampilan. Misalnya, para siswa sedang belajar 

keterampilan berbicara maka ketiga keterampilan yang lainnya harus dilatihkan juga, tetapi

kegiatan tersebut tetap difokuskan untuk mencapai peningkatan kualitas berbicara.

Whole language sebagai sebuah pandangan terhadap hakikat proses belajar bahasadikembangkan berdasarkan wawasan dan hasil penelitian dari berbagai bidang ilmu, di

antaranya pemerolehan bahasa, psikolinguistik, sosiolinguistik, kognitif, psikologi

 perkembangan, antropologi, dan pendidikan. Selain itu, whole language juga dikembangkan

 berdasarkan pengalaman praktis guru-guru yang telah melaksanakan pembelajaran di kelas

 berdasarkan pandangan dan wawasan dari berbagai ilmu tersebut. Dengan demikian, whole

language sebagai suatu pandangan merupakan sinergitas antara teori dan praktik belajar  bahasa.

Prinsip-prinsip pelaksanaan whole language adalah sebagai berikut.1. Whole language merupakan pandangan yang berlandaskan pada pertautan berbagai disiplin

yang mencakup psikologi kognitif, teori belajar, psikolinguistik, sosiolinguistik, antropologi,filsafat, dan pendidikan.

2. Pandangan whole language didasarkan pada pengamatan yang menggambarkan anak-anak  berkembang dan belajar apabila mereka aktif dalam proses pembelajarannya.

3. Untuk mempercepat membaca dan menulis, whole language berusaha meniru strategi yang

digunakan para orang tua yang telah berhasil mendorong anak-anaknya dalam pemerolehan

 bahasa dan pemerolehan kemampuan baca tulis secara alamiah.

4. Pengajaran whole language didasarkan pada pengamatan pada anak yang lebih banyak 

mempelajari sesuatu melalui proses pembelajaran langsung.

5. Dalam whole language, guru-guru melaksanakan pembelajaran langsung yang berbeda

Page 14: TINJAUAN MATA KULIAH

5/12/2018 TINJAUAN MATA KULIAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-mata-kuliah-55a35c6a80700 14/23

dengan cara-cara tradisional.

6. Pembelajaran whole language bergerak dari keseluruhan menuju bagian-bagian kecil.

7. Bahasa dan kemampuan baca tulis lebih baik dikembangkan melalui penggunaan secara

fungsional. Oleh sebab itu, dalam penerapan whole language guru seharusnya melibatkan

siswa dalam membaca dan menulis, berbicara dan menyimak dalam kegiatan nyata.

8. Pandangan whole language menegaskan, guru dan siswa harus bersama-sama menjadi

 pembelajar, pengambil risiko, dan pembuat keputusan melalui tanggung jawab masing-

masing di kelas.9. Dalam kelas whole language, pembelajaran selalu dipercepat melalui interaksi sosial.

10. Dalam kelas whole language, siswa diperlakukan sebagai orang yang memiliki

kemampuan yang terus berkembang.

11. Dalam kelas whole language, terdapat beberapa masalah perilaku tertentu bukan hanyakarena siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, melainkan juga karena diberikan kesempatan

mengembangkan kemampuan dirinya dan tidak hanya mengikuti pengendalian guru.12. Dalam kelas whole language, penilaian dijalin dalam proses pembelajaran.

13. Pandangan whole language mencerminkan dan mendorong konsep kemampuan baca tulisyang berbeda dibandingkan dengan kelas tradisional.

Kelas whole language mendorong sikap dan perilaku yang diperlukan untuk kemajuantekonologi dan masyarakat demokratis.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP

dan SMA. Jakarta: Pusat Kurikulum.

Mulyana, D. (2003). Filsafat Ilmu dan Segi-segi Pemikiran Ilmiah. Bandung: Rosdakarya

MODUL 8: PEMBELAJARAN MENYIMAK 

Kegiatan Belajar 1: 

Metode Pembelajaran Menyimak 

Tidak ada satu metode pun yang dianggap paling baik di antara metode-metode yang lain.

Setiap metode memiliki karakteristik tertentu dengan segala keunggulan dan kelemahan

masing-masing. Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, materi tertentu, serta

situasi dan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak baik untuk kondisi yang lain. Adakalanya

 juga suatu metode sangat ampuh bila digunakan oleh pengajar tertentu, tetapi tidak bagi yang

lain.

Sesuai dengan prinsip dasar bahwa proses pembelajaran itu adalah sebuah sistem, berikut ini

akan disampaikan sejumlah kriteria yang dapat digunakan sebagai landasan dalam melakukan

 pemilihan metode pembelajaran:

1. karakteristik siswa (raw input);

2. karakteristik lingkungan (environmental input);

3. karakteristik bahan, media, dan instrumen pendukung yang lain (instrumental input);4. butir-butir tujuan yang diharapkan tercapai dari suatu proses pembelajaran (output).

Adapun metode pembelajaran menyimak yang dapat Anda pilih adalah sebagai berikut.

1. Simak-terka.

2. Simak-tulis.3. Memperluas kalimat.

4. Identifikasi kata kunci.

Page 15: TINJAUAN MATA KULIAH

5/12/2018 TINJAUAN MATA KULIAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-mata-kuliah-55a35c6a80700 15/23

5. Identifikasi kalimat topik.

6. Menjawab pertanyaan.

7. Menyelesaikan cerita.

8. Merangkum.

9. Parafrase.

Kegiatan Belajar 2: 

Media dan Penilaian Pembelajaran Menyimak 

Konsep media pendidikan mencakup dua segi yang tak terpisahkan antara yang satu dengan

yang lain, yaitu materi/bahan yang disebut perangkat lunak (software) dan peralatan yang

disebut perangkat keras (hardware). Adapun ragam media yang dapat digunakan dalam

  pembelajaran menyimak:

1. media audio, contohnya kaset dan radio;

2. media audio-visual, contohnya video dan televisi.

Langkah terakhir dari proses pembelajaran adalah tahap penilaian. Penilaian dalam proses belajar-mengajar biasanya ditujukan pada 2 hal sebagai berikut.

1. Penilaian program pembelajaran.2. Penilaian hasil belajar.

Kegiatan Belajar 3: 

Desain Pembelajaran Menyimak 

Efektivitas pembelajaran menyimak sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam

mendesain pembelajaran menyimak yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Oleh

sebab itu, implikasi dari kondisi ini perlu dipilih sebuah model pembelajaran menyimak yang

 baik dan menarik. Model pembelajaran menyimak yang cukup menarik dan mudah untuk 

dilaksanakan antara lain metode bisik berantai, membaca berita, dan membacakan cerita.Metode bisik berantai baik sekali diterapkan dalam pembelajaran menyimak terutama untuk 

melatih konsentrasi siswa dalam menyimak. Metode ini dapat dilakukan secara klasikal

dengan melibatkan beberapa siswa. Konsentrasi siswa akan terlatih dengan baik karenamereka dituntut untuk memperoleh informasi yang persis/tepat dari sumber berita.

Metode membacakan berita merupakan metode pembelajaran menyimak yang difungsikanuntuk melatih daya simak siswa terhadap suatu informasi. Hal yang harus diperhatikan dalam

 pembelajaran menyimak dengan menggunakan metode ini adalah memilih berita yang sesuaidengan kebutuhan pembelajar. Dengan menyimak berita siswa diharapkan dapat memaknai

informasi itu sebagai sebuah pengalaman belajar.Metode membacakan cerita merupakan metode pembelajaran menyimak yang difungsikan

untuk melatih apresiasi siswa terhadap karya imajinatif. Hal yang harus diperhatikan dalam

 pembelajaran menyimak dengan menggunakan metode ini adalah memilih cerita yang sesuaidengan perkembangan kognisi dan psikologi pembelajar. Cerita yang akan digunakan pun

harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu kriteria pendidikan, kriteria sastra, dan kriteria

 bahasa.

DAFTAR PUSTAKA

Fasya, Mahmud, dkk. (2005). Cakrawala Bahasa Jilid 1 - 3. Jakarta: Ricardo.

Page 16: TINJAUAN MATA KULIAH

5/12/2018 TINJAUAN MATA KULIAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-mata-kuliah-55a35c6a80700 16/23

Tarigan, Djago. (1988). Pengembangan Keterampilan Berbicara. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Tarigan, Djago. (1990). Pendidikan Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Universitas Terbuka.

Tarigan, Henry Guntur. (1987). Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:

Angkasa.

MODUL 9: PEMBELAJARAN BERBICARA

Kegiatan Belajar 1: 

Apa, Mengapa, dan Bagaimana Penilaian Proses

Tidak ada metode pembelajaran berbicara yang sempurna. Guru dituntut untuk mampu

memilih dan menentukan metode yang paling sesuai dengan situasi yang dihadapinya di

kelas. Adapun metode pembelajaran berbicara yang dapat dipilih adalah:1. ulang-ucap;

2. lihat-ucapkan;3. memerikan;

4. menjawab pertanyaan;5. bertanya;

6. pertanyaan menggali;7. melanjutkan cerita;

8. menceritakan kembali;9. percakapan;

10. parafrase;

11. reka cerita gambar;

12. bercerita;

13. memberi petunjuk;

14. melaporkan;15. bermain peran;

16. wawancara;

17. diskusi;

18. bertelepon;

19. dramatisasi.

Kegiatan Belajar 2: 

Media dan Penilaian Pembelajaran Berbicara

Guru tidak dapat melepaskan diri dari bantuan media dalam melakukan pembelajaran berbicara. Dengan dukungan media, guru berharap dapat menciptakan kondisi yang

memungkinkan siswa untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang akan

membentuk keterampilan berbicaranya.

Dalam kegiatan bermain peran, wawancara, diskusi, bertelepon, dan dramatisasi, misalnya

guru dapat memanfaatkan media video untuk menampilkan model-model dari setiap kegiatan

tersebut. Di samping itu, guru dapat memanfaatkan media gambar untuk kegiatan reka cerita

gambar, memberi petunjuk, melaporkan, atau kegiatan lain yang membutuhkan bantuan

Page 17: TINJAUAN MATA KULIAH

5/12/2018 TINJAUAN MATA KULIAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-mata-kuliah-55a35c6a80700 17/23

konkretisasi.

Berkaitan dengan aspek evaluasi dalam pembelajaran berbicara tersebut, ada sejumlah

 pertanyaan kunci yang pantas diajukan oleh seorang guru. Adapun pertanyaan tersebut adalah

sebagai berikut.

1. Apakah pelaksanaan penilaian sesuai dengan yang direncanakan?

2. Apakah penilaian itu benar-benar mengukur pencapaian kompetensi dasar?

3. Apakah penjenjangan soal penilaian yang digunakan sudah benar?

4. Apakah bentuk dan jenis tes yang digunakan sesuai dengan karakteristik?

Selanjutnya, guru harus memahami aspek-aspek penting yang dijadikan dasar penilaian

kemampuan berpidato siswa. Aspek-aspek yang dimaksud adalah (1) isi pidato, (2) bahasa

 pidato, dan (3) teknik pidato.

Kegiatan Belajar 3: 

Desain Pembelajaran Berbicara

Kemampuan membuat desain pembelajaran merupakan fokus kompetensi yang harus Anda

kuasai sebagai calon guru bahasa Indonesia. Alasannya, kemampuan mendesain pembelajaransangat berkaitan langsung dengan pelaksanaan tugas Anda di lapangan sebagai pemegang

kendali proses pembelajaran yang berlangsung di kelas.Adapun beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran berbicara

adalah (1) bercerita, (2) berpidato, (3) tanya jawab, (4) percakapan, (5) wawancara, (6)diskusi, dan (7) dramatisasi.

DAFTAR PUSTAKA 

Fasya, Mahmud, dkk. (2005). Cakrawala Bahasa Jilid 1- 3. Jakarta: Ricardo.

Tarigan, Djago. (1988). Pengembangan Keterampilan Berbicara. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Tarigan, Djago. (1990). Pendidikan Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Universitas Terbuka.

Tarigan, Henry Guntur. (1981). Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:

Angkasa.

MODUL 10: PEMBELAJARAN MEMBACA 

Kegiatan Belajar 1: 

Metode Pembelajaran Membaca

Membaca merupakan kemampuan yang kompleks. Membaca bukan hanya kegiatan

memandangi lambang-lambang tertulis semata, tetapi berupaya mengubah lambang-lambang

yang dilihatnya itu menjadi lambang-lambang yang bermakna baginya.

Banyak metode yang dapat merangsang siswa dalam kegiatan membaca khususnya berkaitan

dengan pembelajaran membaca. Metode-metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran

membaca, antara lain sebagai berikut.

1. SQ3R.

Page 18: TINJAUAN MATA KULIAH

5/12/2018 TINJAUAN MATA KULIAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-mata-kuliah-55a35c6a80700 18/23

2. Membaca Cepat.

3. Scramble.

4. Isian Rumpang.

Banyak manfaat yang dapat diambil dari mempelajari metode-metode membaca tersebut.

Melalui metode SQ3R, siswa akan dapat menentukan apakah materi yang dihadapinya itu

sesuai dengan keperluannya atau tidak, memberikan kesempatan kepada mereka untuk 

membaca dengan pengaturan kecepatan membaca yang fleksibel, membekali mereka dengansuatu metode studi (belajar) yang sistematis. Melalui metode membaca cepat, siswa dapat

meninjau kembali secara cepat materi yang pernah dibacanya dan dapat memperoleh

 pengetahuan yang luas tentang apa yang dibacanya.

Melalui metode Scramble, siswa dapat dilatih berkreasi menyusun kata, kalimat, atau wacanayang acak susunannya dengan susunan bare yang bermakna dan mungkin lebih baik dari

susunan aslinya. Metode pembelajaran ini akan memungkinkan siswa untuk belajar sambil bermain. Mereka dapat berekreasi sekaligus belajar dan berpikir, mempelajari sesuatu secara

santai dan tidak membuatnya stres atau tertekan.Metode isian rumpang sangat bermanfaat untuk melatih kemampuan dan keterampilan

membaca siswa dalam hal penggunaan isyarat sintaksis, penggunaan isyarat semantik, pengunaan isyarat skematik, peningkatan kosakata, dan peningkatan daya nalar dan sikap

kritis siswa terhadap bahan bacaan.

Kegiatan Belajar 2: 

Media dan Penilaian Pembelajaran Membaca .

Karya nonfiksi bersifat faktualitas (benar-benar terjadi). Sedangkan karya fiksi bersifat

realitas (yang dapat terjadi, tetapi belum tentu terjadi).

Dalam fiksi dikenal dengan istilah licentia poetica, yaitu pengarang dapat mengkreasi,

memanipulasi, dan menyiasati berbagai masalah kehidupan yang dialami (baik secara nyata

maupun tidak nyata) dan diamatinya menjadi berbagai kemungkinan kebenaran yang bersifat

hakiki dan universal dalam karya fiksinya.Prinsip-prinsip dan masalah-masalah teknis dalam penulisan karya fiksi, yaitu:

1. permulaan dan eksposisi (beginning and exposition);

2. pemerian dan latar (description and setting);

3. suasana (atmosphere);

4. pilihan dan saran (selection and suggestion);

5. saat penting (key moment);

6. puncak; klimaks (climax);

7. pertentangan, konflik (conflict);

8. rintangan; komplikasi (complication);

9. pola atau model (pattern or design);

10. kesudahan; kesimpulan (denouement);

11. tokoh dan aksi (character and action),12. pusat minat (focus of interest),

13. pusat tokoh (focus of character),

14. pusat narasi (focus of narration: point of view),

15. jarak (distance),

16. skala (scale), dan17. langkah (pace) (Brooks and Warren dalam Tarigan 1987:75).

Page 19: TINJAUAN MATA KULIAH

5/12/2018 TINJAUAN MATA KULIAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-mata-kuliah-55a35c6a80700 19/23

Ada beberapa hal yang harus dinilai dalam kemampuan membaca. Ditinjau dari kemampuan

yang menjadi sasaran tes membaca, Harsiati (2003) membatasi cakupan kemampuan yang

akan diukur dalam tes membaca, yaitu (1) kemampuan literal (kemampuan memahami isi teks

 berdasarkan aspek kebahasaan yang tersurat), (2) kemampuan inferensia (kemampuan

memahami isi teks yang tersirat/menyimpulkan isi yang tidak langsung ada dalam teks), (3)

kemampuan reorganisasi (penyarian/penataan kembali ide pokok dan ide penjelas dalam

 paragraf maupun ide-ide pokok paragraf yang mendukung tema bacaan), (4) kemampuan

evaluatif (untuk menilai keakuratan, kemanfaatan, kejelasan isi teks), dan (5) kemampuanapresiasi (kemampuan menghargai teks)

Kegiatan Belajar 3: 

Model-model Pembelajaran Membaca

Seorang guru dapat menggunakan berbagai alternatif model pembelajaran membaca, di

antaranya model pembelajaran membaca SQ3R, model pembelajaran membaca scramble, dan

model pembelajaran membaca isian rumpang.Model pembelajaran membaca SQ3R dapat dilakukan seorang guru dengan langkah-langkah

sebagai berikut.1. Guru menugaskan siswa untuk membaca buku dan menelaah suatu buku.

2. Guru memberikan apersepsi tujuannya untuk mengarahkan siswa agar lebih paham.3. Guru bersama siswa melakukan survei buku.

4. Guru melatih siswa membuat pertanyaan.5. Guru menyuruh siswa membaca secara mandiri.

6. Guru menyuruh siswa membuat pertanyaan dari bacaan yang dibacanya.7. Siswa meninjau ulang kegiatan dan hasil Baca

Model pembelajaran membaca scramble dapat dilakukan seorang guru dengan langkah-

langkah sebagai berikut.

1. Guru menyiapkan sebuah wacana, kemudian keluarkan kalimat-kalimat yang terdapat

dalam wacana tersebut ke dalam kartu-kartu kalimat.2. Setiap kelompok siswa diminta untuk membuat kartu-kartu kalimat sejenis dalam kertas

karton.

3. Berilah nomor lain yang tidak sama urutannya dengan urutan nomor kalimat pada wacana

aslinya.

4. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-6 orang siswa

dalam satu kelompok.

5. Guru merencanakan langkah-langkah kegiatan serta menentukan waktu yang dibutuhkan

dalam pembelajaran.

Model pembelajaran membaca Isian Rumpang dapat dilakukan seorang guru dengan langkah-

langkah sebagai berikut.

1. Guru menyediakan wacana.2. Guru melakukan penghilangan (delisi) pada bagian-bagian tertentu dari wacana tersebut

secara beraturan, misalnya setiap kata yang ke-5 dan ke-6.

3. Guru menyuruh siswa mengisi bagian-bagian yang hilang tersebut.

4. Guru menyediakan kunci jawaban.

5. Guru menyuruh siswa menghitung jumlah lesapan yang dianggap benar untuk mengujikemampuan mereka.

Page 20: TINJAUAN MATA KULIAH

5/12/2018 TINJAUAN MATA KULIAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-mata-kuliah-55a35c6a80700 20/23

DAFTAR PUSTAKA

Harjasujana, S.A., Mulyati, Y. (1997). Membaca 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

kebudayaan.

Harsiati, T. (2003). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

 Nurhadi. (1987). Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru.

Soedarso. (1989). Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: PT. Gramedia.

Tarigan, H. G. (1979). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

MODUL 11: PEMBELAJARAN MENULIS Kegiatan Belajar 1: 

Metode Pembelajaran Menulis

Menulis merupakan kegiatan pembelajaran yang sering dilakukan oleh setiap orangkhususnya kita sebagai mahasiswa. Untuk itu banyak metode pembelajaran yang diajarkan di

sekolah berkaitan dengan kegiatan menulis, di antaranya metode pembelajaran menulis narasi,deskripsi, argumentasi, persuasi, dan eksposisi. Sebagai suatu metode yang dapat membantu

mahasiswa dalam membuat sebuah tulisan ataupun memahami sebuah tulisan.Metode pembelajaran menulis yang diberikan dan diajarkan di sekolah tersebut umumnya

tidak begitu saja dapat diterima oleh siswa atau mahasiswa tanpa didukung pemberian contohtulisan atau karangannya sehingga pembelajaran menulis dapat diterima oleh siswa atau

mahasiswa dengan baik.

Contoh tulisan narasi, seperti cerita pengisahan (biografi), cerita yang disertai alur,

 penokohan, latar, gaya penceritaan, dan pemilihan detail peristiwa.

Contoh tulisan deskripsi seperti suasana kampung yang begitu damai, tenteram, dan

masyarakatnya yang saling menolong atau suasana di jalan raya, tentang hiruk-pikuknya lalulintas dapat dilukiskan dalam karangan deskripsi.

Contoh bentuk karangan ilmiah yang bercorak argumentasi antara lain makalah paper 

(seminar, simposium, dan lokakarya), esai, skripsi, tesis, disertasi, dan naskah-naskah, yaitu

tuntutan pengadilan, pembelaan, pertanggungjawaban ataupun surat keputusan.

Contoh tulisan karangan persuasi ini biasanya dipakai dalam dunia politik, pendidikan

advertensi, dan dunia propaganda.

Contoh tulisan karangan eksposisi, misalnya petunjuk menggunakan obat atau di mana letak 

gedung pertemuan.

Kegiatan Belajar 2: 

Media dan Penilaian Pembelajaran Menulis

Ada 3 media yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis, yaitu media audiovisual,

media gambar, dan media lingkungan. Media audiovisual dalam pembelajaran menulis

dimaksudkan sebagai bahan yang mengandung pesan dalam bentuk pesan suara dan gambar 

yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan menulis siswa sehingga

terjadi proses belajar mengajar. Media gambar merupakan media visual dua dimensi di atas

Page 21: TINJAUAN MATA KULIAH

5/12/2018 TINJAUAN MATA KULIAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-mata-kuliah-55a35c6a80700 21/23

 bidang yang tidak transparan.

Lingkungan sebagai media pembelajaran menulis bagi para siswa dapat dioptimalkan dalam

 proses pembelajaran untuk memperkaya bahan dan kegiatan menulis di sekolah. Prosedur 

 belajar untuk memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran menulis ditempuh

melalui beberapa cara, antara lain survei, berkemah, karyawisata pendidikan, dan

mengundang manusia sumber. 4 macam lingkungan belajar, yakni lingkungan sosial,

 personal, lingkungan alam, dan lingkungan kultural.

Cara menilai kemampuan menulis dilakukan melalui tes menulis langsung dan tes menulistidak langsung. Sedangkan hal-hal yang harus dinilai dalam kemampuan menulis meliputi

indikator mengurutkan, indikator mengembangkan, indikator memvariasikan/mengubah, dan

indikator menyunting.

DAFTAR PUSTAKA

Akhmadi, M. (1990). Dasar-dasar Komposisi Bahasa Indonesia. Malang: Yayasan Asah AsihAsuh.

Gie, The Liang. (1992). Pengantar Dunia Karang Mengarang. Yogyakarta: Liberty.

Parera, J.D. (1983). Menulis Tertib dan Sistematik. Jakarta: Erlangga.

Suparno dan Yunus, M. (2003). Keterampilan Dasar Menulis (Modul). Jakarta: Universitas

Terbuka.

MODUL 12: PEMBELAJARAN BAHASA TERPADU 

Kegiatan Belajar 1: 

Strategi Pembelajaran Bahasa Lisan-Tulis

Tujuan pengajaran keterampilan berbahasa adalah menumbuhkan dan mengembangkan

keterampilan berbahasa. Terampil berbahasa berarti terampil menyimak, terampil membaca,terampil berbicara, dan terampil menulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan ketika merumuskan tujuan pembelajaran

 berbahasa lisan-tulis, yaitu perumusan tujuan pembelajaran sebaiknya diawali untuk mencapai

kemampuan berbahasa secara reseptif (menyimak), kemudian diikuti dengan pencapaian

tujuan produktif (menulis). Pencapaian tujuan pembelajaran berbahasa yang menyeluruh ini

menggambarkan bahwa pembelajaran berbahasa, seperti ini merupakan desain pembelajaran

 berbahasa dengan pendekatan keterpaduan (integratif).

Langkah-langkah pembelajaran berbahasa lisan-tulis dapat disusun dengan memperhatikan

orientasi pembelajaran dan harus mencerminkan pengalaman belajar. Langkah-langkah

 pembelajaran ini merupakan aktivitas inti dalam pelaksanaan pembelajaran. Oleh karena itu,

langkah-langkah pembelajaran harus dirancang secara sistematis.

Materi pembelajaran yang akan ditampilkan tentunya harus memenuhi beberapa kriteria.Pertama, materi itu harus relevan dengan tujuan pembelajaran. Selain itu, materi yang akan

disajikan harus memenuhi kriteria perkembangan dan kemampuan kognitif siswa. Materi

yang baik ialah materi yang berguna bagi siswa, baik sebagai pengembangan pengetahuannya

dan keperluan tugas perkembangannya kelak sebagai anggota masyarakat. Materi

 pembelajaran itu harus menarik dan merangsang aktivitas siswa. Sebelum disampaikankepada siswa bahan itu harus disusun secara sistematis dengan memperhatikan prinsip-prinsip

 pembelajaran, yaitu bertahap dan berjenjang. Materi pembelajaran berbahasa lisan-tulis dapat

Page 22: TINJAUAN MATA KULIAH

5/12/2018 TINJAUAN MATA KULIAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-mata-kuliah-55a35c6a80700 22/23

 berupa audio, video, dan audiovisual. Prinsip utama yang harus diperhatikan dalam

 pengembangan materi pembelajaran berbahasa lisan-tulis adalah bahan pembelajaran harus

sesuai dengan tujuan dan kebutuhan pembelajar.

Desain pembelajaran lisan-tulis adalah silabus yang merupakan pedoman bagi guru dan murid

dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran. Silabus tersebut merupakan acuan dan harus

mencerminkan pengalaman belajar yang relevan dengan tujuan pembelajaran. Desain

 pembelajaran berbahasa lisan tulis merupakan pedoman aktivitas guru dan murid dalam

melaksanakan proses pembelajaran yang berfokus pada bahasa lisan menuju bahasa tulis.

Kegiatan Belajar 2: 

Strategi Pembelajaran bahasa Tulis-Lisan

Pengajaran keterampilan berbahasa tulis-lisan adalah pembelajaran yang berfokus pada

keterampilan berbahasa tulis. Artinya, pembelajaran ini dapat dimulai dari keterampilan

membaca dilanjutkan dengan berbicara dan menyimak atau dimulai dari menulis ke berbicara

dan menyimak.Sebagaimana pembelajaran keterampilan berbahasa yang lain, pembelajaran keterampilan

 berbahasa tulis-lisan dapat berjalan dengan baik dan memperoleh basil yang maksimal,diperlukan adanya persiapan mengajar yang berupa rancangan pembelajaran atau silabus.

Silabus disusun berdasarkan kompetensi yang diharapkan dan indikator- indikator yangmenjadi pedoman pelaksanaan pengalaman belajar bagi siswa. Penyusunan silabus harus

 berpedoman pada kurikulum yang berlaku.Berdasarkan rancangan pembelajaran atau silabus pembelajaran keterampilan berbahasa tulis-

lisan, guru menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang keberhasilansiswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan belajarnya. Sarana dan prasarana dapat berupa

 buku sumber, media cetak (majalah, surat kabar, bulletin, dan lain-lain) dan noncetak (audio,

video), serta alat bantu belajar yang lain.

Materi pembelajaran yang akan ditampilkan harus memenuhi beberapa kriteria. Pertama-

tama, materi harus relevan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan.

Selain itu, materi yang akan disajikan harus memenuhi kriteria perkembangan dankemampuan kognitif siswa. Materi yang baik adalah materi yang berguna bagi siswa. Artinya,

materi tersebut dapat membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuannya dan dapat

dimanfaatkannya kelak sebagai anggota masyarakat. Materi pembelajaran juga harus dapat

menarik dan merangsang aktivitas siswa dalam belajar. Sebelum disampaikan kepada siswa,

 bahan-bahan harus disusun secara sistematis dengan memperhatikan prinsip pembelajaran,

yaitu bertahap dan berjenjang.

Penilaian dalam pembelajaran keterampilan berbahasa lebih menekankan pada penilaian

 proses, kemudian penilaian hasil belajar. Instrumen atau alat penilaian proses dapat berupa

format observasi dan portofolio, sedangkan untuk penilaian hasil guru harus membuat format

 penilaian untuk menilai kemampuan berbahasa siswa (menyimak, berbicara, membaca atau

menulis).

DAFTAR PUSTAKA

Alha Pangeran. (1998). BMP Pendidikan Pancasila. Jakarta: Penerbit Karunika.

Bertens. (1989). Filsafat Barat Abad XX. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Depdiknas. (2004). Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMP. Jakarta:

Puskur, Litbang Depdiknas.

Page 23: TINJAUAN MATA KULIAH

5/12/2018 TINJAUAN MATA KULIAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-mata-kuliah-55a35c6a80700 23/23