Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI,...

41
1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka Teori A.1. Teori Tujuan Hukum Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata „‟tujuan‟‟ dapat diartikan sebagai „‟arah atau sasaran‟‟ yang hendak dicapai. Secara umum tujuan hokum dapat kita lihat melalui aliran konvensional antara lain yaitu : 1 1. Aliran Etis, yang mengatakan bahwa tujuan hukum adalah semata-mata untuk mencapai keadilan yang ditentukan oleh keyakinan yang etis tentang adil dan yang tidak adil. Hukum bertujuan untuk merealisir atau mewujudkan keadilan. 2. Aliran Utilistis, tujuan hukum adalah semata-mata untuk menciptakan kemanfaatan atau kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi manusia dan warga masyarakat dalam jumlah yang sebanyak-banyaknya (ajaran moral praktis). 3. Aliran Yuridis Dokmatig, tujuan hukum adalah semata-mata untuk menciptakan kepastian hukum, karena dengan adanya kepastian hukum, fungsi hukum dapat berjalan dan mampu mempertahankan ketertiban. Kepastian hukum adalah syarat mutlak setiap 1 https://bolmerhutasoit.wordpress.com/tag/asas-prioritas-gustav-radbruch di unduh pada 11/04/2014 pukul 09:06

Transcript of Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI,...

Page 1: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

1

BAB II

KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT

BUKTI

A. Kerangka Teori

A.1. Teori Tujuan Hukum

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata „‟tujuan‟‟ dapat diartikan

sebagai „‟arah atau sasaran‟‟ yang hendak dicapai. Secara umum tujuan hokum

dapat kita lihat melalui aliran konvensional antara lain yaitu :1

1. Aliran Etis, yang mengatakan bahwa tujuan hukum adalah semata-mata untuk

mencapai keadilan yang ditentukan oleh keyakinan yang etis tentang adil dan yang tidak

adil. Hukum bertujuan untuk merealisir atau mewujudkan keadilan.

2. Aliran Utilistis, tujuan hukum adalah semata-mata untuk menciptakan kemanfaatan

atau kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi manusia dan warga masyarakat dalam

jumlah yang sebanyak-banyaknya (ajaran moral praktis).

3. Aliran Yuridis Dokmatig, tujuan hukum adalah semata-mata untuk menciptakan

kepastian hukum, karena dengan adanya kepastian hukum, fungsi hukum dapat berjalan

dan mampu mempertahankan ketertiban. Kepastian hukum adalah syarat mutlak setiap

1 https://bolmerhutasoit.wordpress.com/tag/asas-prioritas-gustav-radbruch di unduh pada

11/04/2014 pukul 09:06

Page 2: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

2

aturan, persoalan keadilan dan kemanfaatan hukum bukan alasan pokok dari tujuan

hukum tetapi yang penting adalah kepastian hukum.

Berbagai pakar di bidang hukum maupun bidang ilmu sosial lainnya,

mengemukakan pandangannya masing-masing tentang tujuan hukum, sesuai

dengan titik tolak serta sudut pandang mereka, diantaranya :2

1. Wirjono Prodjodikoro, dalam bukunya “Perbuatan Melanggar Hukum”

mengemukakan bahwa tujuan hukum adalah mengadakan keselamatan,

kebahagiaan dan tata tertib dalam masyarakat.

2. Subekti, dalam bukunya “Dasar-dasar Hukum dan Pengadilan” mengemukakan

bahwa hukum itu mengabdi pada tujuan negara yang intinya ialah mendatangkan

kemakmuran dan kebahagiaan rakyatnya, dengan cara menyelenggarakan

“keadilan” dan “ketertiban”.

3. Apeldoorn. dalam bukunya “Inleiden tot de studie van het Nederlandse recht”

menyatakan bahwa tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam masyarakat

secara damai dan adil.

4. Aristoteles, dalam bukunya “Rhetorica”, mencetuskan teorinya bahwa, tujuan

hukum menghendaki semata-mata dan isi dari pada hukum ditentukan oleh

kesadaran etis mengenai apa yang dikatakan adil dan apa yang tidak adil.

5. Jeremy Bentham, dalam bukunya “Introduction to the moral and legislation”

mengatakan bahwa hukum bertujuan semata-mata apa yang berfaedah bagi orang.

6. Van Kan. berpendapat bahwa hukum bertujuan menjaga kepentingan tiap-tiap

manusia supaya kepentingan-kepentingan itu tidak dapat diganggu.

2 http://www.blogster.com/stainmanado/analisis-tentang-tujuan diunduh pada 11/04/2014 pada

pukul 09:27

Page 3: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

3

Berbicara mengenai tujuan hukum pada umumnya menurut Gustav

Radbruch memakai asas prioritas. Asas prioritas tersebut dijadikan sebagai

sebagai tiga nilai dasar tujuan hukum yaitu : keadilan, kemanfaatan dan kepastian

hukum. Setiap hukum yang diterapkan memiliki tujuan spesifik. Misalnya, hukum

pidana memiliki tujuan spesifik dibandingkan dengan hukum perdata, hukum

formal mempunyai tujuan spesifik jika dibandingkan dengan hukum materil.

Tujuan hukum adalah sekaligus keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum

maka faktanya hal tersebut akan menimbulkan masalah. Tidak jarang antara

kepastian hukum berbenturan dengan kemanfaatan, antara keadilan dengan

kepastian hukum, dan antara keadilan terjadi benturan dengan kemanfaatan.

Hukum memiliki fungsi tidak hanya menegakkan keadilan tetapi juga

menegakkan kepastian dan kemanfaatan. Berkaitan dengan hal tersebut asas

prioritas yang telah ditelurkan Gustav Radbruch menjadi titik terang dalam

masalah ini. Prioritas keadilan dari segala aspek lain adalah hal penting.

Kemanfaatan dan kepastian hukum menduduki strata dibawah keadilan. Faktanya

sampai saat ini diterapkannya asas prioritas ini membuat proses penegakan dan

pemberlakuan hukum positif di Indonesia masih dapat berjalan.3

A.2. Teori Pembuktian Pidana Dan Perdata

Subekti menyatakan bahwa membuktikan adalah meyakinkan hakim tentang

kebenaran dalil atau dalil-dalil yang dikemukakan dalam suatu persengketaan.4

a. Teori –teori dalam hukum acara pidana yaitu :5

3 ibid

4 Subekti , Hukum Acara Perdata, Bandung: Binacipta, 1977, hal. 78.

Page 4: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

4

1. System atau teori pembuktian berdasarkan keyakinan hakim semata

conviction in time. Yaitu sistim ini menganut ajaran bahwa bersalah

tidaknya terdakwa terhadap perbuatan yang didakwakan, sepenuhnya

tergantung pada penilaian atas keyakinan hakim semata. Sehingga

bersalah atau tidaknya terdakwa tergantung pada keyakinan hakim.

2. Teori pembuktian berdasarkan berdasarkan keyakinan hakim ataas alas

an yang logis Conviction In Raisone. Pada teori ini keyakinan hakim

tetap memagang peran penting dalam pengambilan keputusan. Akan

tetapi pada teori ini keyakinan hakim di batasi. Keyakinan hakim harus

didukung oleh alas an-alasan yang jelas. Hakim harus mendasarkan

putusannya terhadap seorang terdakwa berdasarkan alasan dan dapat

diterima oleh akal. Hakim wajib menguraikan dan menjelaskan alas

an-alasan apa yang mendasari keyakinan atas kesalahan terdakwa.

3. Teori pembuktian menurut undang-undang secara positif. Menurut

teori ini Sistem ini berpedoman pada prinsip pembuktian dengan alat-

alat bukti yang ditentukan undang-undang, yakni untuk membuktikan

salah atau tidaknya terdakwa semata-mata “digantungkan kepada alat-

alat bukti yang sah”. Terpenuhinya syarat dan ketentuan pembuktian

menurut undang-undang, sudah cukup menentukan kesalahan

terdakwa tanpa mempersoalkan keyakinan hakim, yakni apakah hakim

yakin atau tidak tentang kesalahan terdakwa, bukan menjadi masalah.

4. Teori pembuktian menurut undang-undang secara negative ( negatief

wettelijke stelsel). Sistem pembuktian menurut undang-undang secara

5 http://www.psychologymania.com/2013/01/teori-pembuktian-dalam-hukum-acara.html

diunduh pada tanggal 4/4/2014 12:30

Page 5: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

5

negatif merupakan teori antara sistem pembuktian menurut undang-

undang secara positif dengan sistem pembuktian menurut keyakinan

atau conviction-in time. Sistem ini memadukan unsur “objektif” dan

“subjektif” dalam menentukan salah atau tidaknya terdakwa, tidak ada

yang paling dominan diantara kedua unsur tersebut.Terdakwa dapat

dinyatakan bersalah apabila kesalahan yang didakwakan kepadanya

dapat dibuktikan dengan cara dan dengan alat-alat bukti yang sah

menurut undang-undang serta sekaligus keterbuktian kesalahan itu

“dibarengi” dengan keyakinan hakim.

Berdasarkan sistem pembuktian undang-undang secara negatif, terdapat dua

komponen untuk menentukan salah atau tidaknya seorang terdakwa, yaitu:

a. Pembuktian harus dilakukan menurut cara dan dengan alat-alat

bukti yang sah menurut undang-undang

b. Keyakinan hakim yang juga harus didasarkan atas cara dan

dengan alat-alat bukti yang sah menurut undang-undang.

Menurut undang-undang alat bukti dapat di bedakan menjadi alat bukti

perdata dan alat bukti pidana antara lain:

Alat bukti acara pidana pasal 184

KUHAP

Alat bukti acara perdata pasal 164

HIR, 1866 BW

Keterangan saksi Tulisan/ surat

Keterangan ahli Saksi-saksi

Surat Persangkaan

Petunjuk Pengakuan

Keterangan terdakwa Sumpah

Tabel 2. Pembeda Alat Bukti

Page 6: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

6

Adapun penjelasan alat bukti menurut Hukum Acara Pidana dan Acara Perdata

adalah sebagai beriut:

1. Keterangan saksi

Menurut Pasal 1 butir 27 KUHAP, keterangan saksi adalah salah satu alat

bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai

suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami

sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu.

2. Keterangan ahli

Menurut Pasal 1 butir 28 KUHAP, keterangan ahli adalah keterangan yang

diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang

diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan

pemeriksaan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-

undang.

3. Surat

Menurut Pasal 187 KUHAP, Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184

ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan

sumpah, adalah:

berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat

umum yang berwenang atau yang dibuat di hadapannya, yang memuat

keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau

yang dialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas

tentang keterangannya itu;

Page 7: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

7

surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan

atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenal hal yang termasuk dalam

tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan

bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan.

surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan

keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta

secara resmi dan padanya;

surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi

dari alat pembuktian yang lain.

4. Petunjuk

Menurut Pasal 188 KUHAP ayat (1), Petunjuk adalah perbuatan, kejadian

atau keadaan, yang karena persesuaiannya, baik antara yang satu dengan

yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa

telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.

5. Keterangan terdakwa

Menurut Pasal 189 ayat (1) KUHAP, Keterangan terdakwa adalah apa

yang terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang dilakukan atau

yang ia ketahui sendiri atau ia alami sendiri.

c. Pembuktian menurut Hukum Acara Perdata adalah sebagai berikut :

1. Alat bukti tulis/surat

Pembuktian dengan tulisan atau surat dilakukan dengan tulisan otentik

atau dengan tulisan dibawah tangan pasal 1867 KUH Perdata.

Page 8: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

8

Akta autentik adalah akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan

undang-undang oleh atau dihadapan pejabat yang berwenang untuk itu

ditempat akta dibuat‟ (ps. 1868 KUH Perdata). Sedangkan akta dibawah

tangan ialah akta yang sengaja dibuat untuk pembuktian oleh para pihak

tanpa bantuan dari seorang pejabat. Jadi semata-mata dibuat antara para

pihak yang berkepentingan. Akta dibawah tangan dirumuskan dalam Pasal

1874 KUH Perdata, yang mana menurut pasal diatas, akata dibawah

tangan ialah :

a) Tulisan atau akta yang ditandatangani dibawah tangan,

b) Tidak dibuat atau ditandatangani pihak yang berwenang.

c) Secara khusus ada akta dibawah tangan yang bersifat partai yang

dibuat oleh paling sedikit dua pihak.

2. Alat Bukti Saksi

Kesaksian adalah kepastian yang diberikan kepada hakim dipersidangan

tentang peristiwa yang dipersengketakan dengan jalan pemberitahuan

secara lisan dan pribadi oleh orang yang bukan salah satu pihak dalam

perkara, yang dipanggil dalam persidangan.6

Syarat-syarat alat bukti saksi adalah sebagai berikut:7

a) Orang yang Cakap

Orang yang cakap adalah orang yang tidak dilarang menjadi saksi menurut

Pasal 145 HIR, Pasal 172 RBG dan Pasal 1909 KUH Perdata antara lain,

6 Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H., Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta:

Liberty Yogyakarta) Ed. 7, 2006, h 166 7 http://rahmatyudistiawan.wordpress.com/2013/01/23/perang-salib-dan-invasi-

mongol-oleh-rahmat-yudistiawan di unduh pada 05/04/2014 pukul 07:55

Page 9: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

9

pertama keluarga sedarah dan semenda dari salah satu pihak menurut garis

lurus, kedua suami atau istri dari salah satu pihak meskipun sudah bercerai

(Vide Putusan MA No.140 K/Sip/1974. Akan tetapi mereka dalam perkara

tertentu dapat menjadi saksi dalam perkara sebagaimana diatur dalam

Pasal 145 ayat (2) HIR dan Pasal 1910 ayat (2) KUH Perdata. Ketiga anak-

anak yang belum cukup berumur 15 (lima belas) tahun (Vide Pasal 145 ke-

3 HIR dan Pasal 1912 KUH Perdata), keempat orang gila meskipun

terkadang terang ingatannya (Vide Pasal 1912 KUH Perdata), kelima

orang yang selama proses perkara sidang berlangsung dimasukkan dalam

tahanan atas perintah hakim (Vide Pasal 1912 KUH Perdata).

b) Keterangan Disampaikan di Sidang Pengadilan

Alat bukti saksi disampaikan dan diberikan di depan sidang pengadilan,

sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 144 HIR, Pasal 171 RBG dan Pasal

1905 KUH Perdata. Menurut ketentuan tersebut keterangan yang sah

sebagai alat bukti adalah keterangan yang disampaikan di depan

persidangan.

c) Diperiksa Satu Persatu

Syarat ini diatur dalam Pasal 144 ayat (1) HIR dan Pasal 171 ayat (1)

RBG. Menurut ketentuan ini, terdapat beberapa prinsip yang harus

dipenuhi agar keterangan saksi yang diberikan sah sebagai alat bukti. Hal

ini dilakukan dengan cara, pertama menghadirkan saksi dalam

persidangan satu per satu, kedua memeriksa identitas saksi (Vide Pasal

Page 10: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

10

144 ayat (2) HIR), ketiga menanyakan hubungan saksi dengan para pihak

yang berperkara.

d) Mengucapkan Sumpah

Syarat formil yang dianggap sangat penting ialah mengucapkan sumpah di

depan persidangan, yang berisi pernyataan bahwa akan menerangkan apa

yang sebenarnya atau voir dire, yakni berkata benar. Pengucapan sumpah

oleh saksi dalam persidangan, diatur dalam Pasal 147 HIR, Pasal 175

RBG, dan Pasal 1911 KUH Perdata, yang merupakan kewajiban saksi

untuk bersumpah/berjanji menurut agamanya untuk menerangkan yang

sebenarnya, dan diberikan sebelum memberikan keterangan yang disebut

dengan ”Sistim Promisoris”.

e) Keterangan Saksi Tidak Sah Sebagai Alat Bukti

Menurut Pasal 169 HIR dan Pasal 1905 KUH Perdata, keterangan seorang

saksi saja tidak dapat dipercaya, sehingga minimal dua orang saksi (unus

testis nullus testis) harus dipenuhi atau ditambah alat bukti lain.

f) Keterangan Berdasarkan Alasan dan Sumber Pengetahuan

Keterangan berdasarkan alasan dan sumber pengetahuan diatur dalam

Pasal 171 ayat (1) HIR dan Pasal 1907 ayat (1) KUH Perdata. Menurut

ketentuan ini keterangan yang diberikan saksi harus memiliki landasan

pengetahuan dan alasan serta saksi juga harus melihat, mendengar dan

mengalami sendiri.

Page 11: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

11

g) Saling Persesuaian

Saling persesuaian diatur dalam Pasal 170 HIR dan Pasal 1908 KUH

Perdata. Dalam ketentuan ini ditegaskan bahwa, keterangan saksi yang

bernilai sebagai alat bukti, hanya terbatas pada keterangan yang saling

bersesuain atau mutual confirmity antara yang satu dengan yang lain.

Artinya antara keterangan saksi yang satu dengan yang lain atau antara

keterangan saksi dengan alat bukti yang lain, terdapat kecocokan, sehingga

mampu memberi dan membentuk suatu kesimpulan yang utuh tentang

persitiwa atau fakta yang disengketakan.

2. Bukti Prasangka

persangkaan adalah suatu kesimpulan yang diambil dari suatu peristiwa

yang sudah terang dan nyata.8 Hal ini sejalan dengan pengertian yang

termaktub dalam pasal 1915 KUH Perdata “Persangkaan adalah

kesimpulan yang oleh undang-undang atau oleh hakim ditarik dari satu

peristiwa yang diketahui umum ke arah suatu peristiwa yang tidak

diketahui umum”. Persangkaan dapat dibagi menjadi dua macam

sebagaimana berikut:9

1). Persangkaan Undang-undang (wattelijk vermoeden)

Persangkaan undang-undang adalah suatu peristiwa yang oleh undang-

undang disimpulkan terbuktinya peristiwa lain. Misalnya dalam hal

8 Subekti, S.H., Op. cit, h. 181

9 Opcit http://rahmatyudistiawan.wordpress.com 05/04/2014 08:33

Page 12: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

12

pembayaran sewa maka dengan adanya bukti pembayaran selama tiga kali

berturut-turut membuktikan bahwa angsuran sebelumnya telah dibayar.

2). Persangkaan Hakim (rechtelijk vermoeden)

Yaitu suatu peristiwa yang oleh hakim disimpulkan membuktikan

peristiwa lain. Misalnya perkara perceraian yang diajukan dengan alasan

perselisihan yang terus menerus. Alasan ini dibantah tergugat dan

penggugat tidak dapat membuktikannya. Penggugat hanya mengajukan

saksi yang menerangkan bahwa antara penggugat dan tergugat telah

berpisah tempat tinggal dan hidup sendiri-sendiri selama bertahun-tahun.

Dari keterangan saksi hakim menyimpulkan bahwa telah terjadi

perselisihan terus menerus karena tidak mungkin keduanya dalam keadaan

rukun hidup berpisah dan hidup sendiri-sendiri selama bertahun-tahun.

3. Bukti Pengakuan

Pengakuan (bekentenis, confession) adalah alat bukti yang berupa

pernyataan atau keterangan yang dikemukakan salah satu pihak kepada

pihak lain dalam proses pemeriksaan, yang dilakukan di muka hakim atau

dalam sidang pengadilan. Pengakuan tersebut berisi keterangan bahwa apa

yang didalilkan pihak lawan benar sebagian atau seluruhnya (Vide Pasal

1923 KUH Perdata dan Pasal 174 HIR). Secara umum hal-hal yang dapat

diakui oleh para pihak yang bersengketa adalah segala hal yang berkenaan

dengan pokok perkara yang disengketakan. Tergugat dapat mengakui

semua dalil gugatan yang dikemukakan penggugat atau sebaliknya

Page 13: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

13

penggugat dapat mengakui segala hal dalil bantahan yang diajukan

tergugat. Pengakuan tersebut dapat berupa, pertama pengakuan yang

berkenaan dengan hak, kedua pengakuan mengenai fakta atau peristiwa

hukum. Lalu yang berwenang memberi pengakuan menurut Pasal 1925

KUH Perdata yang berwenang memberi pengakuan adalah sebagai

berikut:

a) dilakukan principal (pelaku) sendiri yakni penggugat atau tergugat

(Vide Pasal 174 HIR);

b) kuasa hukum penggugat atau tergugat.

Kemudian bentuk pengakuannya, berdasarkan pendekatan analog dengan

ketentuan Pasal 1972 KUH Perdata, bentuk pengakuan dapat berupa

tertulis dan lisan di depan persidangan dengan cara tegas (expressis

verbis), diam-diam dengan tidak mengajukan bantahan atau sangkalan dan

mengajukan bantahan tanpa alasan dan dasar hokum.10

4. Bukti Sumpah

Sumpah sebagai alat bukti ialah suatu keterangan atau pernyataan yang

dikuatkan atas nama Tuhan, dengan tujuan agar orang yang memberi

keterangan tersebut takut akan murka Tuhan bilamana ia berbohong.

Sumpah tersebut diikrarkan dengan lisan diucapkan di muka hakim dalam

persidangan dilaksanakan di hadapan pihak lawan dikarenakan tidak

adanya alat bukti lain. Sedangkan Soedikno berpendapat bahwa “Sumpah

10 Opcit http://rahmatyudistiawan.wordpress.com 05/04/2014 08:39

Page 14: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

14

pada umumnya adalah suatu pernyataan yang hikmat yang diberikan atau

diucapkan pada waktu memberi janji atau keterangan dengan mengingat

akan sifat maha kuasa dari pada Tuhan, dan percaya bahwa siapa yang

memberi keterangan atau janji yang tidak benar akan dihukum oleh-

Nya”11

A.3. Teori Perlindungan Hukum

Dalam tiap Negara sudah pasti memiliki hukum untuk mengatur warga

negaranya. Adanya hubungan yang terjalin antara warga Negara dan Negara ini

melahirkan hak dan kewajiban, baik itu Negara maupun warga negaranya. Negara

wajib memberukan perlundungan hukum yang pasti bagi warga negaranya.

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 1 ayat 3 yang berbunyi : Indonesia

adalah negara hukum. Ini berarti bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan

atas hukum. Dengan sendirinya perlindungan hukum menjadi unsur esensial serta

menjadi konsekuensi dalam negara hukum. Negara wajib menjamin hak-hak

hukum warga negaranya.

Perlindungan hukum merupakan pengakuan terhadap harkat dan martabat

warga negaranya sebagai manusia. Karena Teori Perlindungan Hukum ini menjadi

sangat penting. Ada beberapa pengertian tentang perlindungan hukum menurut

para ahli yaitu : 12

1. Perlindungan Hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi

manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan

11 Ibid 12

http://fitrihidayat-ub.blogspot.com/2013/07/perlindungan-hukum-unsur-esensial-dalam.html diunduh pada 11/04/2014 pukul 8:48.

Page 15: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

15

kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang

diberikan oleh hukum.

2. Perlindungan Hukum adalah perlindungan akan harkat dan martabat, serta

pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek

hukum berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan.

3. Perlindungan Hukum adalah berbagai upaya hukum yang harus diberikan

oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara

pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak

manapun.

4. Perlindungan Hukum adalah Sebagai kumpulan peraturan atau kaidah

yang akan dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya. Berkaitan dengan

konsumen, berarti hukum memberikan perlindungan terhadap hak-hak

pelanggan dari sesuatu yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak

tersebut.

5. Perlindungan Hukum adalah penyempitan arti dari perlindungan, dalam

hal ini hanya perlindungan oleh hukum saja. Perlindungan yang diberikan

oleh hukum, terkait pula dengan adanya hak dan kewajiban, dalam hal ini

yang dimiliki oleh manusia sebagai subyek hukum dalam interaksinya

dengan sesama manusia serta lingkungannya. Sebagai subyek hukum

manusia memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan suatu tindakan

hukum.

Menurut Fitzgerald, dia menjelaskan teori pelindungn hukum Salmond

bahwa hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai

kepentingan dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan,

Page 16: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

16

perlindungan terhadap kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara

membatasi berbagai kepentingan di lain pihak.13

Kepentingan hukum adalah

mengurusi hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas

tertinggi untuk menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan

dilindungi.14

Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir

dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh

masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat tersebut

untuk mengatur hubungan prilaku antara anggota-anggota masyarakat dan antara

perseoranan dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingak masyarakat.

Menurut Satijipto Raharjo, perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman

terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan

itu di berikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang

diberikan oleh hukum.15

B. Temuan Data dan Pembahasan

B.1.Definisi Rekam Medis dan Isi Rekam Medis

Ada bayak penafsiran tentang definisi dari rekam medis itu sendiri. Rekam

medeis mempunyai peran yang sangat penting dalam menyelenggarakan

pelayanan kesehatan. Pengisian data tentang rekam medis dilakukan oleh dokter

atau tenaga ahli dibidang kesehatan. Membuat rekam medis adalah salah satu

13 Satijipto Raharjo, “Ilmu Hukum’, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000, hal.53. 14

Ibied.hal 69. 15 Ibied.hal 54.

Page 17: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

17

kewajiban dari dokter yang dapat dilihat pada pasal 46 ayat(1) sampai dengan ayat

(3) serta Pasal 47 ayat (1) sampai dengan ayat (3)UU praktik Kedokteran.

Menurut Amir menyatakan bahwa peranan rekam medis sangat penting dan

melekat erat dengan kegiatan pelayanan kedokteran maupun pelayana kesehatan.

Bahkan ada yang mengungkapkan bahwa rekam medis di anggap sebagai orang

ketiga yang hadir pada saat dokter menerima pasiennya.16

Dalam PERMENKES

No.269/MENKES/PER/III/2008 Tentang Rekam Medis dalam Pasal 1 ayat (1)

berbunyi: “ Rekam Medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang

identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah

diberikan kepada pasien”. Dan dalam UU No.29 Tahun 2004 Tentang Praktek

Kedokteran Pasal 46 ayat (1) “Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan

praktik kedokteran wajib membuat rekam medis”, ayat (2)” Rekam medis

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi setelah pasien

selesai menerima pelayanan kesehatan, ayat (3)” Setiap catatan rekam medis harus

dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan

atau tindakan”. Sedangkan dalam Penjelasan Pasal 46 ayat (1) berbunyi:” Rekam

Medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien,

pemeriksaan, pengobatan, tindakan,dan pelayanan lain yang telah diberikan

kepada pasien”.

Pengaertian rekam medis menurut beberapa ahli :17

a. Menurut Edna K Huffman: Rekam Medis adalab berkas yang

menyatakan siapa, apa, mengapa, dimana, kapan dan bagaimana

16

Anny Isfandyarie.buku 1.2006.Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi bagi

Dokter.Jakarta:Persentasi Pustaka hal 165 17http://medicalrecord.webs.com/definisirekammedis.htm 19 november 2013

Page 18: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

18

pelayanan yang diperoleb seorang pasien selama dirawat atau

menjalani pengobatan.

b. Menurut Gemala Hatta Rekam Medis merupakan kumpulan fakta

tentang kehidupan seseorang dan riwayat penyakitnya, termasuk

keadaan sakit, pengobatan saat ini dan saat lampau yang ditulis oleb

para praktisi kesehatan dalam upaya mereka memberikan pelayanan

kesehatan kepada pasien.

c. Waters dan Murphy Kompendium (ikhtisar) yang berisi informasi

tentang keadaan pasien selama perawatan atau selama pemeliharaan

kesehatan”.

d. IDI :Sebagai rekaman dalam bentuk tulisan atau gambaran aktivitas

pelayanan yang diberikan oleh pemberi pelayanan medik/kesehatan

kepada seorang pasien.

Devinisi Rekam Medis yang lain :

a. Menurut Undang- Undang Praktik Kedokteran No.29 Tahun 2004

penjelasan pada Pasal 46 ayat 1 adalah berkas yang berisikan catatan

dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,

tindakan dan pelayanan lain yang telah di berikan kepada pasien.

b. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor749a/Menkes/Per/XII/1989, Rekam Medis merupakan berkas

yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien,

pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan

pada pasien oleh sarana pelayanan kesehatan.

Page 19: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

19

c. Menurut Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 5 tahun 2013 tentang

Penyelenggaraan Pekerjaan Perekam Medis ,rekam medis adalah

berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien

pemeriksaaan, pengobata, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien

pada fasilitas pelayanan kesehatan.

Secara umum isi Rekam Medis dapat dibagi dalam dua kelompok data yaitu:18

a. Data medis atau data klinis:

Yang termasuk data medis adalah segala data tentang riwayat penyakit,

hasil pemeriksaan fisik, diagnosis, pengobatan serta basilnya, laporan

dokter, perawat, hasil pemeriksaan laboratorium, ronsen dsb. Data ini

merupakan data yang bersifat rabasia (confidential) sebingga tidak

dapat dibuka kepada pibak ketiga tanpa izin dari pasien yang

bersangkutan kecuali jika ada alasan lain berdasarkan peraturan atau

perundang-undangan yang memaksa dibukanya informasi tersebut.

b. Data sosiologis atau data non-medis:

Yang termasuk data ini adalah segala data lain yang tidak berkaitan

langsung dengan data medis, seperti data identitas, data sosial

ekonomi, alamat dsb. Data ini oleh sebagian orang dianggap bukan

rahasia, tetapi menurut sebagian lainnya merupakan data yang juga

bersifat rahasia (confidensial).

18 Ibid

Page 20: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

20

B.2. Hubungan Hukum Antara Dokter Dengan Pasien

Hubungan hukum yang terjadi antara dokter dan pasien merupakan bentuk

hubungan antara subjek hukum dengan subjek hukum. Dokter sebagai subjek

hukum dan pasien sebagai subjek hukum secara sukarela dan tanpa paksaan saling

mengikatkan diri dalam sebuah perjanjian atau kontrak yang disebut kontrak

terapeutik. Dalam hubungan hukum ini maka segala sesuatu yang dilaukan oleh

dokter terhadap pasiennya dalam upaya peyembuhan penyakit pasien adalah

merupakan perbuatan hukum yang kepadanya dapat dimintai pertanggug jawaban

hukum. Mungkin masih banyak teman sejawat dokter yang melaksanakan tugas

profesionalnya, memberikan pelayanan medik kepada pasien tidak menyadari

bahwa perbuatannya adalah sebuah perbuatan hukum. Dalam benak para teman

sejawat tiada lain hanyalah melakukan tindakan profesional kedokteran sesuai

dengan kode etik profesional dan sumpah jabatan dokter, yaitu melakukan

tindakan medis, pengobatatan penyakit dan perawatan kesehatan untuk

meningkatkan derajat kesehan masyarakat yang setinggi-tingginya.19

Beberapa ahli yang telah melakukan penelitian tentang hubungan antara

dokter dan pasien, baik di bidang medis, sosiologis maupun antropologi

menyatakan sebagai berikut :

a. Russel,menyatakan bahwa hubungan antara dokter dan

pasien lebih merupakan hubungan kekuasaan, yaitu

hubungan antara pihak yang memiliki wewenang

(dokter) sebagai pihak yang aktif, dengan pasien yang

menjalankan peran kebergantungan sebagai pihak yang

pasif dan lemah;

19http://drampera.blogspot.com/2011/04/hubungan-hukum-dokter-pasien, di unduh16 november 2013

Page 21: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

21

b. Freidson, Freeborn dan Darsky, menyebutkan bahwa

hubungan antara dokter dan pasien merupakan

pelaksanaan kekuasaan medis oleh dokter terhadap

pasien;

c. Schwarz dan Kart, mengungkapkan adanya pengaruh

jenis praktik dokter terhadap perimbangan kekuasaan

antara pasien dengan dokter dalam hubungan pelayanan

kesehatan. Dalam praktik dokter umum, kendali ada

pada pasien karena kedatangannya sangat diharapkan

oleh dokter tersebut, sedangkan pada praktik dokter

spesialis, kendali ada pada dokter umum sebagai pihak

yang merujuk pasiennya untuk berkonsultasi pada dokter

spesialis yang dipilihnya. Hal ini berarti bahwa

hubungan pasien dengan dokter umum lebih seimbang

daripada hubungan pasien dengan dokter spesialis.

d. Kisch dan Reeder, meneliti seberapa jauh pasien dapat

memegang kendali hubungan dan menilai penampilan

kerja suatu mutu pelayanan medis yang diberikan dokter

kepada pasiennya. Dalam penelitian ini ditemukan

adanya beberapa faktor yang dapat mempengaruhi peran

pasien dalam hubungan pelayanan medis, antara lain

jenis praktik dokter (praktik individual atau praktik

bersama), atau sebagai dokter dalam suatu lembaga

kedokteran. Masing-masing kedudukan tersebut

merupakan variabel yang diperlukan yang dapat

memberikan dampak terhadap mutu pelayanan medis

yang diterimanya;

e. Szasz dan Hollender, mengemukakan tiga jenis prototip

hubungan antara dokter dan pasiennya, yaitu hubungan

antara orang tua dan anak, antara orang tua dan remaja,

dan prototip hubungan antara orang dewasa.20

Menurut Hermein Hadiati Koeswadji hubungan antara dokter dan pasien

terdapat 2 (dua) pola hubungan, yakni : pola hubungan vertikal yang paternalistik

dan pola hubungan horizontal yang kontraktual. Dalam hubungan vertikal,

kedudukan antara dokter sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan tidak sederajat

dengan pasien sebagai pengguna/ penerima jasa pelayanan kesehatan, sedangkan

dalam pola hubungan horizontal yang kontraktual, kedudukan antara penerima

20 Anny Isfandyarie.buku 1.2006.Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi bagi

Dokter.Jakarta:Persentasi Pustaka,hal 91-92

Page 22: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

22

jasa layanan kesehatan dan pemberi jasa pelayanan kesehatan mempunyai

kedudukan yang sederajat.21

Dalam hubungannya dengan hal di atas Soejono Soekanto mengemukakan

pendapatnya yang mengatakan bahwa :

“Hubungan antara dokter dan pasien pada dasarnya

merupakan hubungan hukum keperdataan, di mana pasien

datang kepada dokter untuk disembuhkan penyakitnya dan

dokter berjanji akan berusaha mengobati atau menyembuhkan

penyakit pasien tersebut. Hubungan keperdataan merupakan

hubungan hukum yang dilakukan oleh pihak-pihak yang

berada dalam kedudukan yang sederajat”22

Thiroux membagi hubungan yang seharusnya antara dokter dan pasien

dalam 3 (tiga) sudut pandang, yakni :23

a. Pandangan Paternalisme, menghendaki dokter untuk berperan

sebagai orang tua terhadap pasien atau keluarganya. Menurut

pandangan ini, segala keputusan tentang pengobatan dan perawatan

berada dalam tangan dokter sebagai pihak yang mempunyai

pengetahuan tentang pengobatan, sementara pasien dianggap tidak

mempunyai pengetahuan di bidang pengobatan. Informasi yang

dapat diberikan kepada pasien seluruhnya merupakan kewenangan

dokter dan asisten profesionalnya, dan pasien tidak boleh ikut

campur di dalam pengobatan yang dianjurkan.

b. Pandangan Individualisme, beranggapan bahwa pasien mempunyai

hak mutlak atas tubuh dan nyawanya sendiri. Oleh karena itu,

21http://indraachmadi.blogspot.com/2012/04/hubungan-hukum-dokter-dan-pasien-

dalam, di unduh 17 november 2013 22

loc cit 23

Ibid hal 93-93

Page 23: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

23

semua keputusan tentang pengobatan dan perawatan sepenuhnya

berada di tangan pasien yang mempunyai hak atas dirinya sendiri.

c. Pandangan Resiprocal dan Collegial, yang mengelompokkan

pasien dan keluarganya sebagai inti, dalam kelompok, sedangkan

dokter, perawat dan para profesional kesehatan lainnya harus

bekerja sama untuk melakukan yang terbaik bagi pasien dan

keluarganya. Hak pasien atas tubuh dan nyawanya tidak dipandang

sebagai hal yang mutlak menjadi kewenangan pasien, tatapi dokter

dan staf medis lainnya harus memandang tubuh dan nyawa pasien

sebagai prioritas utama yang menjadi tujuan pelayanan kesehatan

yang dilakukan. Keputusan yang diambil dalam perawatan dan

pengobatan harus bersifat resiprokal yang artinya bersifat memberi

dan menerima, dan collegial yang berarti pendekatan yang

dilakukan merupakan pendekatan kelompok yang setiap

anggotanya mempunyai masukan dan tujuan yang sama.

Hubungan hukum yang timbul antara pasien dan rumah sakit dapat

dibedakan pada dua macam perjanjian yaitu :24

a. Perjanjian perawatan dimana terdapat kesepakatan antara rumah sakit dan

pasien bahwa pihak rumah sakit menyediakan kamar perawatan dan

dimana tenaga perawatan melakukan tindakan perawatan.

b. Perjanjian pelayanan medis dimana terdapat kesepakatan antara rumah

sakit dan pasien bahwa tenaga medis pada rumah sakit akan berupaya

24

Shita Febriana dan Titik Triwulan Tutik.2010. Perlindungan Hukum Bagi Pasien.

Persentasi Pustaka,hal 24

Page 24: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

24

secara maksiumaluntuk menyembuhkan pasien melalui tindakan medis

(inspanings verbentenis).

Berdasarkan ketentuan tersebut hubungan hukum yang terjadi antara dokter

dan pasien, ini pada dasarnya sering di sebut dengan perjanjian terapeutik. Dapat

dikatakan demikian, karena adanya kesanggupan dari dokter untuk mengupayakan

kesehatan atau dokter berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan

penyembuhan si pasien dari penderitaan sakitnya. Dengan demikian antara dokter

dan pasien diharuskan bersama-sama memenuhi syarat sebgaimana sahnya suatu

perjanjian. Syarat sahnya suatu perjanjian dapat di lihat pada pasal 1320 KUH

Perdata yang dimana terdapat unsur-unsur meliputi :

a. Adanya kata sepakat

b. Adanya kecakapan antar para pihak

c. Suatu hal tertentu

d. Suatu sebab yang halal

Perjanjian yang terjadi antara dokter, pasien dan rumah sakit ini berlaku

secara sah dan mengikat bagi para pihak yag terlibat dalam pembuatannya.

Perjanjian itu harus berdasarkan itikad baik dari pasien dan dokkter serta rumah

sakit dan diwajibkan para pihak mengerti akan posisi serta hak dan kewajiban

masing-masing.

Perjanjian antara dokter dan pasien ini sering disebut perjanjian terapiutik

atau transaksi terapiutik sendiri adalah perjanjian antara dokter dengan pasien

yang memberikan kewenangan kepada dokter untuk melakukan kegiatan

memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien berdasarkan keahlian dan

Page 25: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

25

ketrampilan yang dimiliki oleh dokter tersebut.25

Dari hubungan hukum yang

demikian maka akan terlahir hak serta kewajiban dari masing-masing pihak, yang

mana pasien mempunnyai hak dan kewajibannya sebagai seorang pasien begitu

juga sebaliknya seorang dokter.

Beberapa pengertian menurut para ahli mengenai perjanjian terapiutik :26

1. Menurut Hermien Hadiati Koeswadji, dalam makalah

“Beberapa Permasalahan Mengenai Kode Etik Kedokteran”

yang disampaikan dalam dalam Forum Diskusi oleh IDI Jawa

Timur:

“Transaksi teraupetik adalah transaksi (perjanjian/verbintenis)

untuk mencari/menentukan terapi yang paling tepat bagi

pasien oleh dokter.”

2. Menurut Veronica Komalawati, dalam buku “Peranan

Informed Consent dalam Transaksi Teraupetik”:

“Transaksi teraupetik adalah hubungan hukum antara dokter

dan pasien dalam pelayanan medik secara professional,

didasarkan kompetensi yang sesuai dengan keahlian dan

keterampilan tertentu di bidang kedokteran.”

Timbulnya hubungan hukum antara dokter dan pasien, dalam praktik sehari-

hari dapat disebabkan dalam berbagai hal. Hubungan itu terjadi antara lain

disebabkan pasien yang mendatangi dokter untuk meminta pertolongan agar

menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Keadaan ini terjadi adanya persetujuan

25Anny Isfandyarie.buku 1.2006.Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi bagi

Dokter.Jakarta:Persentasi Pustaka,hal 57 26

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl13/perlindungan-hukum-bagi-pasien 16 novermber 2013

Page 26: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

26

kehendak diantara kedua belah pihak. Hubungan hukum ini bersumber pada

kepercayaan si pasien kepada dokter, sehingga si pasien bersedia memberikan

persetujuan kepada dokter untuk melakukan tindakan medis ( Informed Consent ).

Secara yuridis, Informed Consent dalam pelayanan kesehatan telah memperoleh

pembenaran melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

585/Menkes/1989. Di sisi lain, alasan lain yang menyebabkan timbulnya

hubungan antara dokter dengan pasien adalah karena keadaan mendesak untuk

segera mendapatkan pertolongan dari dokter. Misalnya, dalam keadaan terjadinya

kecelakaan lalu lintas ataupun karena adanya situasi lain yang menyebabkan

keadaan pasien sudah gawat (emergency) dimana dokter langsung dapat

melakukan tindakan. Keadaan seperti ini yang disebut dengan Zaakwaarneming

sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1354 KUH Perdata. Dengan demikian,

selain hubungan hukum antara dokter dan pasien terbentuk karena transaksi

terapuetik (Ius Contracto), maka hubungan hukum antara dokter dan pasien juga

bisa terbentuk didasarkan pada zaakwaarneming dan atau disebabkan karena

undang-undang ( Ius delicto ). hubungan hukum antara dokter dan pasien yang

seperti ini merupakan salah satu ciri dari transaksi terapeutik yang membedakan

dengan perjanjian (transaksi) pada umumnya sebagaimana yang diatur dalam

KUH Perdata.27

Hubungan dokter dan pasien yang didasarkan pada transaksi terapeutik,

pada prinsipnya harus tetap memperhatikan objek sahnya suatu perjanjian

27http://feriantonisurbakti.blogspot.com/2013/08/hubungan-hukum-antara-dokter-dan-

pasien,di unduh 18november 2013.

Page 27: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

27

sebagaimana yang dimaksudkan dalam ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata, yang

unsur-unsurnya sebagai berikut: 28

a. Adanya kesepakatan dari mereka yang saling mengikatkan dirinya

(Toesteming van degene die zich verbiden) ;

b. Adanya kecakapan untuk membuat suatu perikatan ( de

bekwaamheid om eene verbitenis aan te gaan ) ;

c. Mengenai sesuatu hal tertentu ( een bepaald onderwerp )

d. Suatu sebab yang halal atau diperbolehkan(eene

geoorloofdeoorzaak)

Hubungan antara dokter dan pasien atau lazim disebut dengan perjanjian

(transaksi) terapeutik dikatagorikan pada perjanjian Inspaningverbitenis (suatu

perikatan upaya). Seorang dokter berkewajiban di dalam memberikan pelayanan

kesehatan harus dengan penuh kesungguhan, dengan mengerahkan seluruh

kemampuannya sesuai dengan standar ilmu pengetahuan kedokteran yang baik.

Sehingga yang dituntut dari dokter adalah upaya maksimal dalam melakukan

terapi yang tepat guna kesembuhan pasien. Penyimpangan yang dilakukan oleh

seorang dokter dari prosedur medis, maka bisa saja dokter telah melakukan cidera

janji (wanprestasi) sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1329 KUHPerdata dan

apabila tindakan dokter tersebut berakibat merugikan pasien dan merupakan

perbuatan yang melawan hukum, sehingga ketentuan Pasal 1365 dan Pasal 1366

KUHPerdata sebagai dasar untuk mengajukan tuntutan.29

28 Ibid 29 Ibid

Page 28: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

28

B.3. Rekam Medis Sebagai Alat Bukti

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Praktik Kedokteran No 29

tahun 2004 Pasal 46-47 yang mengatakan bahwa rekam medis adalah berkas yang

berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,

tindak dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Lebih lanjut pada

Permenkes no. 269/MENKES/PER/III/2008 pada Pasal 13 ayat (1) yang

mengatakan bahwa rekam medis dapat dimanfaatkan/digunakan sebagai alat bukti

dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran oleh MKDKI, penegakan

etika kedokteran dan kedokteran gigi bagi profesi kedokteran. Pada sisi lain dalam

Pasal 2 ayat (1) Permenkes tersebut ditegaskan bahwa rekam medis harus dibuat

secara tertulis, lengkap, dan jelas atau secara elektronik dalam penjelasan Pasal 46

ayat (3) bahwa penggunaan teknologi informasi elektronik dimungkinkan dalam

pencatatan rekam medis. Apa yang ditegaskan pada Pasal 2 ayat (1)

Permenkes/PER/III/2008 yang memungkinkan dipilihnya dua cara, yaitu rekam

medis ditulis secara lengkap “atau” dengan menggunakan elektronik. Artinya

bahwa rekam medis dapat saja memilih salah satu cara tersebut tertulis atau

elektronik.30

Bila diamati apa yang diatur dalam kitab Undang-Undang Acara Pidana dan

Hukum Acara Perdata (HIR) tidak ada satu ketegasan mengatur bahwa catatan

elektronik ditempatkan sebagai alat bukti utama. HIR pasal 164 menegaskan

bahwa alat-alat bukti terdiri dari, bukti dengan surat, bukti dengan saksi,

30

http://excellent-lawyer.blogspot.com/2010/04/rekam-medis-sebagai-alat-bukti-hukum.19 november 2013

Page 29: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

29

persangkaan-persangkaan, pengakuan dan sumpah. Begitu pula dalam Hukum

Acara Pidana pasal 184 menegaskan bahwa alat bukti yang sah ialah keterangan

saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa. Berdasarkan

kedua ketentuan atau peraturan tersebut di atas, tidak satupun yang menempatkan

alat bukti elektronik sebagai alat bukti utama. Akan tetapi Dalam Undang-Undang

No.11 tahun 2008 Pasal 5 ayat 1) mengatakan bahwa informasi elektronik dan

atau dokumen elektronik dan atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum

yang sah. Sehingga rekam medis yang dalam bentuk elektronik dapat dijadikan

alat bukti utama karena dalam pasal ini ada pengembagan tentang alat bukti yang

berasal dari KUHP dan KUHA Perdata.

Pembuktian merupakan sebuah proses dalam persidangan. M. Yahya

Harahap (1985:793) menjelaskan bahwa:“Pembuktian adalah ketentuan-ketentuan

yang berisi penggarisan dan pedoman tentang cara-cara yang dibenarkan undang-

undang membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa. Pembuktian

juga merupakan ketentuan yang mengatur alat-alat bukti yang dibenarkan undang-

undang yang boleh dipergunakan hakim membuktikan kesalahan yang

didakwakan”.

B.4. Perlindungan Hukum Bagi Pasien

Undang- Undang Kesehatan:

Pada Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 Pasal 56 mengatakan bahwa :

1) Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh

tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah

Page 30: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

30

menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut

secara lengkap.

2) Hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

tidak berlaku pada:

a) penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara cepat

menular ke dalam masyarakat yang lebih luas;

b) keadaan seseorang yang tidak sadarkan diri;

c) gangguan mental berat.

3) Ketentuan mengenai hak menerima atau menolak sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur sesuaidengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 57 :

1) Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatanpribadinya yang

telah dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan.

2) Ketentuan mengenai hak atas rahasia kondisi kesehatan pribadi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal:

a) perintah undang-undang;

b) perintah pengadilan;

c) izin yang bersangkutan;

d) kepentingan masyarakat;

e) kepentingan orang tersebut.

Pasal 58 :

1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang,

tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang

Page 31: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

31

menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam

pelayanan kesehatan yang diterimanya.

2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan

penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam

keadaan darurat.

3) Ketentuan mengenai tata cara pengajuan tuntutan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Undang-Undang Perlindungan Konsumen

Pada undang-undang No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen

menyebutkan bahwa :

Pasal 45

1) Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha

melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara

konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di

lingkungan peradilan umum.

2) Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui

pengadilan atau diluar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela

para pihak yang bersengketa.

Page 32: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

32

3) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) tidak menghilangkan tanggung jawab pidana

sebagaimana diatur dalam Undangundang.

4) Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di

luar pengadilan, gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh

apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu

pihak atau oleh para pihak yang bersengketa.

Pasal 46

1) Gugatan atas pelanggaran pelaku usaha dapat dilakukan oleh:

a) seorang konsumen yang dirugikan atau ahli waris yang

bersangkutan;

b) kelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang

sama;

c) embaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang

memenuhi syarat,yaitu berbentuk badan hukum atau

yayasan, yang dalam anggaran dasarnya menyebutkan

dengan tegas bahwa tujuan didirikannya organisasi tersebut

adalah untuk kepentingan perlindungan konsumen dan telah

melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya;

d) pemerintah dan/atau instansi terkait apabila barang dan/atau

jasa yang dikonsumsi atau dimanfaatkan mengakibatkan

kerugian materi yang besar dan/atau korban yang tidak

sedikit.

Page 33: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

33

2) Gugatan yang diajukan oleh sekelompok konsumen, lembaga

perlindungan konsumen swadaya masyarakat atau pemerintah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c,atau huruf d

diajukan kepada peradilan umum.

3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kerugian materi yang besar

dan/atau korban yang tidak sedikit sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf d diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Sengketa konsumen adalah sengketa yang berkenaan dengan pelanggaran

hak-hak konsumen. Ruang lingkup pencakupannya semua segi hokum, baik itu

hokum perdata , pidana, maupun tata usaha Negara. Menurut UUPK pihak yang

bersengketa dapat menyelesaikan sengetanya melalui beberapa lingkungan

peradilan ataupun bisa memilih menyelesaikan sengketa diluar pengadilan.

Dalam kasus perdata di pengadilan negeri,pihak konsumen yang diberi hak

mengajukan gugatan menurut pasal 46 ayat 1 (a)sampai (d) KUHPerdata.Pada

ayat 1(a) seorang konsumen atau ahli warisnya dapat melayangkan gugatan

terhadap Majelis Kode Etik Kedokteran (MKEK) jika merasa dirugikan. Maka

dapat menggugat ganti rugi kepada pihak dokter/tenaga kesehatan dan rumah sakit

karena telah melakukan perbuatan melawan hukum.31

31

Shita Febriana dan Titik Triwulan Tutik.2010. Perlindungan Hukum Bagi Pasien.

Persentasi Pustaka,hal 67

Page 34: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

34

Gugatan dapat dilakukan oleh sekelompok konsumen yang mempunyai

kepentingan yang sama penjelasan pasal 46 ayat 1(b) Undang-Undang No 8

Tahun 1999 Perlindungan Konsumen:32

“undang-undang ini mengakui gugatan kelompok atau class

action. Gugatan kelompok harus di ajukan oleh konsumen yang

benar-benar merasa dirugikan dan dapat dibuktikan secara

hokum, salah satu diantaranya adalah bukti transaksi.”

Dengan demikian seorang pasien mengetahui ketentuan-ketentuna dalam

memperoleh layanan kesehatan. Mengetahui hubungan yang seharusnya yang

menimbulkan hak dan kewajiban yang beertimbal balik antara penyedia jasa

kesehatan dan pasien. Apabila terjadi sengketa antara para penyedia jasa

kesehatan dan pasien dapat ditempuh dua jalur penyelesaian sengketa yaitu jalur

peradilan (litigasi) dan jalur di luar pengadilan (nonlitigasi). Prosesnya dapat

dilakukan dengan keinginan para pihak masing-masing.

Mengingat tentang pelanggaran yang terjadi di Indonesia dengan

mengkaitkan kasus dari Prita Mulyasari yang meminta haknya untuk mengetahui

informasi yang ada dalam rekam medisnya tidak dapat di penuhi oleh pihak

Rumah Sakit Ommi Internasional. Pihak rumah sakit seakan-akan

menyembunyikan tentang riwayan Prita yang mana pada waktu itu sebagai pasien

di rumah sakit Ommi. Sebagaimana kita ketahui bahwa pada dasarnya pasien

mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang segala penyakit yang

dideritanya. Dalam pasal 52 Undang-Undang No 29 Tahun 2004 Tentang Praktik

Kedokteran, yang menyebutkan bahwa :

32 Ibid hal 68

Page 35: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

35

„’pasien dalam menerima pelayanan kedokteran,mempnyai hak

dalam mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan

medis’’.

Pada dasarnya rekam medis memiliki peran dan fungsi sangat penting

dalam bidang kesehatan termasuk upaya penegakan hukum terutama di dalam

rangka pembuktian dugaan malpraktek medis. Rekam medis di dalam hukum

acara pidana mempunyai kedudukan sebagai alat bukti surat karena pembuatan

rekam medis telah memenuhi ketentuan sebagaimana yang terdapat di dalam

Pasal 187 KUHAP. Hal ini juga sesuai dengan Pasal 13 ayat (1) huruf c Peraturan

Menteri Kesehatan No. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis yang

menyatakan:

“Pemanfaatan Rekam medis dapat dipakai sebagai alat bukti

dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran dan

kedokteran gigi dan penegakan etika kedokteran dan

kedokteran gigi.”33

Sebagai mana kita ketahui dalam Pasal 184 Kitab UndangUndang Hukum

Acara Pidana mengatakan alat bukti yang sah adalah :

1. Keterangansaksi

Menurut Pasal 1 butir 27 KUHAP, keterangan saksi adalah

salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa

keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia

dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri dengan

menyebut alasan dari pengetahuannya itu.

2. Keterangan ahli

33

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4dc198540e66c/bagaimana-kekuatan-rekam-medis-sebagai-alat-bukti diunduh pada 23 maret 2014

Page 36: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

36

Menurut Pasal 1 butir 28 KUHAP, keterangan ahli adalah

keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian

khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang

suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan dalam hal

serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang.

3. Surat

Menurut Pasal 187 KUHAP, Surat sebagaimana tersebut pada

Pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau

dikuatkan dengan sumpah, adalah:

a. Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat

oleh pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat di

hadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian atau

keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri,

disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang

keterangannya itu;

b. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-

undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenal hal

yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung

jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu

hal atau sesuatu keadaan.

c. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat

berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu

keadaan yang diminta secara resmi dan padanya;

Page 37: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

37

d. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya

dengan isi dari alat pembuktian yang lain.

4. Petunjuk

Dalam KUHAP, alat bukti petunjuk dapat dilihat dalam

Pasal 188, yang berbunyi sebagai berikut:

1. Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan,

yang karena persesuaiaan, baik antara satu dengan yang

lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri,

menandakan bahwa telah terjadi sesuatu tindak pidana

dan siapa pelakunya.

2. Petunjuk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

hanya dapat diperoleh dari:

a. Ketrangan saksi;

b. Surat;

c. Keterangan terdakwa.

3. Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu

petunjuk dalam setiap keadaan tertentu dilakukan oleh

hakim denga arif lagi bijaksana, setelah ia mengadakan

pemeriksaan dengan penuh kecermatan dan kesaksian

berdasarkan hati nuraninya.

5. Keterangan Terdakwa

Mengenai keterangan terdakwa diatur dalam KUHAP pada

Pasal 189 yang berbunyi sebagai berikut:

Page 38: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

38

(1) Keterangan terdakwa ialah apa yang terdkwa nyatakan

di sidang tentang perbuatan yang ia ketahui sendiri atau

alami sendiri.

(2) Keteranga terdakwa yang diberikan diluar sidang dapat

digunakan untuk membantu menemukan bukti di sidang,

asalkan keterangan itu didukung oleh suatu alat bukti yang

sah sepanjang mengenai hal yang didakwakan kepadanya.

(3) Keterangan terdakwa hanya dapat digunakan terhadaap

dirinya sendiri.

(4) Keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk

membuktikan bahwa ia bersalah melakukan perbuatan yang

didakwakan kepadanya, melainkan harus disertai dengan

alat bukti yang lain.

Fungsi legal dari rekam medis sendiri ialah karena rekam medis dapat

berfungsi sebagai alat bukti bila terjadi silih pendapat / tuntutan dari pasien dan

dilain pihak sebagai perlindungan hukum bagi dokter. Yang penting ialah bahwa

rekam medis yang merupakan catatan mengenai dilakukannya tindakan medis

tertentu itu secara implisit juga mengandung Persetujuan Tindakan Medik, karena

tindakan medis tertentu itu tidak akan dilakukan bila tidak ada persetujuan dari

pasien. Apabila rekam medis yang mempunyai multifungsi tersebut dikaitkan

dengan pasal 184 KUHAP, maka rekam medis selain berfungsi sebagai alat bukti

Page 39: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

39

surat juga berfungsi sebagai alat bukti keterangan ahli yang dituangkan dan

merupakan isi rekam medis.34

Yang perlu di ketahui ialah rekam medis ini merupakan data tentang riwayat

penyakit milik pasien dan sebagai mana pada Pasal 12 ayat (2) yaitu isi rekam

medis merupakan melik pasien. Dalam hal rekam medis diperlukan untuk alat

bukti dalam prose pengadilan maka sesuai ketentuan pada pasal 10 ayat 2

Permenkes Nomor 269 /2008 informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat

penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal

antara lain untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur

penegak hokum dalam rangka penegakan hukum atas perintah pengadilan,

permintaan dan persetujuan pasien sendiri, permintaan institusi/ lembaga

berdasarkan ketentuan perundang-undangan dan untuk kepentingan

pendidikan,penelitian dan audit medis sepanjang tidak menyebutkan identitas

pasien. Segingga diluar ketentuan pada Pasal 10 ayat 2) ini rekam medis bersifat

rahasia.

B.5. Manfaat Rekam Medis

Rekam medis merupakan catatan-catatan dari identitas, pemeriksaan,

diagnosis, pengobatan, perawatan dan tindakan medis yang diberikan pada pasien

34

http://khoirulanam31.blogspot.de/2009/06/rekam-medis-sebagai-alat-bukti.html diunduh pada 23 maret 2014

Page 40: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

40

untuk mengatasi penyakit yang dideritanya. Rekam medis memiliki beberapa

menfaat baik bagi dokter, pasien maupun rumah sakit antara lain:35

1. Dapat digunakan sebagai acuan dokter dan tenaga kesehatan dalam

memberikan pelayanan kesehatan baik dalam menentukan diagnosis,

memberikan pengobatan, tindakan medis dan pelayanan selanjutnya

bagi pasien.

2. Rekam medis yang baik, benar, lengkap dan jelas dapat meningkatkan

pelayanan kesehatan bagi pasien.

3. Rekam medis yang baik, benar, lengkap dapat memberikan kemudahan

bagi Dokter dan tenaga kesehatan dalam menangani suatu penyakit.

4. Rekam medis yang baik, benar, lengkap dapat memberikan perlindungan

bagi Dokter dan tenaga kesehatan dalam ketika terjadi kasus-kasus

tertentu (hukum).

5. Rekam medis dapat menjadi informasi tentang perkembangan penyakit,

pengobatan, tindakan medis terutama untuk perkembangan ilmu

pengetahuan dalam pengajaran dan penelitian.

6. Rekam medis juga dapat digunakan untuk menentukan jumlah biaya yang

harus dibayar oleh pasien dalam pelayanan kesehatan.

35

http://ef-ka-em.blogspot.com/2010/03/teori-rekam-medis.html diunduh pada 06/04/2014 06:43

Page 41: Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis sebagai Alat Bukti · 2016. 8. 29. · 1 BAB II KERANGKA TEORI, TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN TINJAUAN YURIDIS REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI A. Kerangka

41

7. Dengan rekam medis dapat ditentukan angka statistik kasus penyakit,

angka kematian, angka kelahiran dan hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan.

8. Rekam medis juga dapat digunakan dalam pembuktian masalah hukum

atau merupakan alat bukti untuk menyelesaikan kasus hukum misalnya

malpraktek, atau pelanggaran lainnya.

Sebagian fungsi rekam medis telah disampaikan. Karena begitu pentingnya

rekam medis maka diharapkan dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan dapat

melakukan peraturan-peraturan dalam pembuatan rekam medis dalam pelayanan

kesehatan.