TINJAUAN HUKUM TENTANG DISKRESI PEJABAT PEMERINTAHAN...

12
BPK RI Perwakilan Provinsi Riau Halaman 1 TINJAUAN HUKUM TENTANG DISKRESI PEJABAT PEMERINTAHAN, LARANGAN PENYALAHGUNAAN WEWENANG TERKAIT DISKRESI MENURUT UUAP Sumber: http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt57b510afc8b68/bahasa-hukum--diskresi-pejabat- pemerintahan A. Pendahuluan Terbitnya UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan selanjutnya disebut UUAP, dimaksudkan untuk lebih menciptakan tertib penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan, menciptakan kepastian hukum, mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang, menjamin akuntabilitas Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan, memberikan perlindungan hukum kepada Warga Masyarakat dan aparatur pemerintahan, melaksanakan ketentuan peraturan peraturan perundang-undangan dan menerapkan Azas-azas Umum Pemerintahan Yang Baik (AUPB), dan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada Warga Masyarakat. Beberapa hal yang menarik terkait terbitnya UUAP ini diantaranya adalah ketentuan yang mengatur secara tegas penggunaan diskresi oleh pejabat pemerintahan. Pasal 6 UUAP menyatakan: (1) Pejabat Pemerintahan memiliki hak untuk menggunakan Kewenangan dalam mengambil Keputusan dan/atau Tindakan. (2) Hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. melaksanakan Kewenangan yang dimiliki berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan AUPB; b. menyelenggarakan aktivitas pemerintahan berdasarkan Kewenangan yang dimiliki;

Transcript of TINJAUAN HUKUM TENTANG DISKRESI PEJABAT PEMERINTAHAN...

Page 1: TINJAUAN HUKUM TENTANG DISKRESI PEJABAT PEMERINTAHAN ...pekanbaru.bpk.go.id/wp-content/uploads/2016/12/Diskresi-Pejabat... · perundang-undangan dan menerapkan Azas-azas Umum Pemerintahan

BPK RI Perwakilan Provinsi Riau Halaman 1

TINJAUAN HUKUM TENTANG DISKRESI PEJABAT PEMERINTAHAN,

LARANGAN PENYALAHGUNAAN WEWENANG TERKAIT DISKRESI

MENURUT UUAP

Sumber: http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt57b510afc8b68/bahasa-hukum--diskresi-pejabat-

pemerintahan

A. Pendahuluan

Terbitnya UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan

selanjutnya disebut UUAP, dimaksudkan untuk lebih menciptakan tertib

penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan, menciptakan kepastian hukum,

mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang, menjamin akuntabilitas Badan

dan/atau Pejabat Pemerintahan, memberikan perlindungan hukum kepada Warga

Masyarakat dan aparatur pemerintahan, melaksanakan ketentuan peraturan peraturan

perundang-undangan dan menerapkan Azas-azas Umum Pemerintahan Yang Baik

(AUPB), dan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada Warga

Masyarakat.

Beberapa hal yang menarik terkait terbitnya UUAP ini diantaranya adalah

ketentuan yang mengatur secara tegas penggunaan diskresi oleh pejabat

pemerintahan. Pasal 6 UUAP menyatakan:

(1) Pejabat Pemerintahan memiliki hak untuk menggunakan Kewenangan dalam

mengambil Keputusan dan/atau Tindakan.

(2) Hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. melaksanakan Kewenangan yang dimiliki berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan dan AUPB;

b. menyelenggarakan aktivitas pemerintahan berdasarkan Kewenangan yang

dimiliki;

Page 2: TINJAUAN HUKUM TENTANG DISKRESI PEJABAT PEMERINTAHAN ...pekanbaru.bpk.go.id/wp-content/uploads/2016/12/Diskresi-Pejabat... · perundang-undangan dan menerapkan Azas-azas Umum Pemerintahan

BPK RI Perwakilan Provinsi Riau Halaman 2

c. menetapkan Keputusan berbentuk tertulis atau elektronis dan/atau

menetapkan Tindakan;

d. menerbitkan atau tidak menerbitkan, mengubah, mengganti, mencabut,

menunda, dan/atau membatalkan Keputusan dan/atau Tindakan;

e. menggunakan Diskresi sesuai dengan tujuannya;

f. mendelegasikan dan memberikan Mandat kepada Pejabat Pemerintahan

lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

g. menunjuk pelaksana harian atau pelaksana tugas untuk melaksanakan tugas

apabila pejabat definitif berhalangan;

h. menerbitkan Izin, Dispensasi, dan/atau Konsesi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundangundangan;

i. memperoleh perlindungan hukum dan jaminan keamanan dalam

menjalankan tugasnya;

j. memperoleh bantuan hukum dalam pelaksanaan tugasnya;

k. menyelesaikan Sengketa Kewenangan di lingkungan atau wilayah

kewenangannya;

l. menyelesaikan Upaya Administratif yang diajukan masyarakat atas

Keputusan dan/atau Tindakan yang dibuatnya; dan

m. menjatuhkan sanksi administratif kepada bawahan yang melakukan

pelanggaran sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Selain penggunaan diskresi, hal yang menarik lainnya adalah pengaturan

larangan penyalahgunaan wewenang beserta penyelesaian hukum dalam koridor

administrasi atas dugaan penyalahgunaan wewenang. Antara diskresi dengan

larangan penyalahgunaan wewenang terdapat korelasi, dikarenakan diskresi

merupakan pelaksanaan kewenangan dalam hal kondisi yang khusus.

Atas hal tersebut, BPK Perwakilan Provinsi Riau telah menyusun tulisan

hukum mengenai “Tinjauan Hukum tentang Diskresi Pejabat Pemerintahan,

Larangan Penyalahgunaan Wewenang Terkait Diskresi Menurut UUAP”.

B. Permasalahan

Pokok permasalahan yang akan dibahas adalah:

1. Apakah pengertian, tujuan, lingkup dan syarat dari diskresi?

2. Bagaimana prosedur penggunan diskresi ?

Page 3: TINJAUAN HUKUM TENTANG DISKRESI PEJABAT PEMERINTAHAN ...pekanbaru.bpk.go.id/wp-content/uploads/2016/12/Diskresi-Pejabat... · perundang-undangan dan menerapkan Azas-azas Umum Pemerintahan

BPK RI Perwakilan Provinsi Riau Halaman 3

3. Bagaimana akibat hukum diskresi serta kaitannya dengan larangan

penyalahgunaan wewenang?

4. Bagaimana pengawasan terhadap larangan penyalahgunaan wewenang dalam

ranah diskresi kewenangan?

C. Pembahasan

1. Pengertian, tujuan, lingkup dan syarat dari Diskresi

Diskresi adalah Keputusan dan/atau Tindakan yang ditetapkan dan/atau

dilakukan oleh Pejabat Pemerintahan untuk mengatasi persoalan konkret yang

dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam hal peraturan perundang-

undangan yang memberikan pilihan, tidak mengatur, tidak lengkap atau tidak

jelas, dan/atau adanya stagnasi pemerintahan1.

Dari definisi diatas, dapat diketahui bahwa diskresi hanya dapat dilakukan

oleh pejabat pemerintahan yang memiliki wewenang, dimana disebutkan

definisi dari badan dan/atau pejabat pemerintahan adalah Badan dan/atau Pejabat

Pemerintahan unsur yang melaksanakan Fungsi Pemerintahan, baik di

lingkungan pemerintah maupun penyelenggara negara lainnya2.

Sedangkan wewenang memiliki definisi hak yang dimiliki oleh Badan

dan/atau Pejabat Pemerintahan atau penyelenggara negara lainnya untuk

mengambil keputusan dan/atau tindakan dalam penyelenggaraan

pemerintahan3.

Sehingga dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa setiap unsur yang

melaksanakan fungsi dari pemerintahan di lingkungan pemerintah maupun

penyelenggaraan negara lainnya memiliki kewenangan sebagai suatu hak dalam

lingkup penyelenggaraan administrasi pemerintahan termasuk diskresi.

Sebagai suatu hak penyelenggaraan administrasi pemerintahan, penggunaan

diskresi pejabat pemerintahan bertujuan untuk4:

1 UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, Pasal 1 ayat (9) dan Penjelasan 2 Ibid., Pasal 1 ayat (3) dan Penjelasan; 3 Ibid., Pasal 1 ayat (5) dan Penjelasan; 4 Ibid., Pasal 22 ayat (2) dan Penjelasan;

Tujuan diskresi

Diskresi hanya

dimiliki pejabat

yang memiliki

wewenang

Definisi Diskresi

Page 4: TINJAUAN HUKUM TENTANG DISKRESI PEJABAT PEMERINTAHAN ...pekanbaru.bpk.go.id/wp-content/uploads/2016/12/Diskresi-Pejabat... · perundang-undangan dan menerapkan Azas-azas Umum Pemerintahan

BPK RI Perwakilan Provinsi Riau Halaman 4

a. melancarkan penyelenggaraan pemerintahan;

b. mengisi kekosongan hukum;

c. memberikan kepastian hukum; dan

d. mengatasi stagnasi pemerintahan dalam keadaan tertentu guna kemanfaatan

dan kepentingan umum. Yang dimaksud dengan “stagnasi pemerintahan”

adalah tidak dapat dilaksanakannya aktivitas pemerintahan sebagai akibat

kebuntuan atau disfungsi dalam penyelenggaraan pemerintahan, contohnya:

keadaan bencana alam atau gejolak politik.

Selain itu, penggunaan hak diskresi oleh pejabat lingkupnya meliputi5:

a. Pengambilan Keputusan dan/atau Tindakan berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang memberikan suatu pilihan

Keputusan dan/atau Tindakan

Hal diatas dicirikan dengan kata dapat, boleh, atau diberikan kewenangan,

berhak, seharusnya, diharapkan, dan kata-kata lain yang sejenis dalam

ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan yang dimaksud pilihan

Keputusan dan/atau Tindakan adalah respon atau sikap Pejabat Pemerintahan

dalam melaksanakan atau tidak melaksanakan Administrasi Pemerintahan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. Pengambilan Keputusan dan/atau Tindakan karena peraturan

perundang-undangan tidak mengatur

Yang dimaksud dengan “peraturan perundang-undangan tidak mengatur”

adalah ketiadaan atau kekosongan hukum yang mengatur penyelenggaraan

pemerintahan dalam suatu kondisi tertentu atau di luar kelaziman;

c. Pengambilan Keputusan dan/atau Tindakan karena peraturan

perundang-undangan tidak lengkap atau tidak jelas

Peraturan perundang-undangan tidak lengkap atau tidak jelas apabila dalam

peraturan perundang-undangan masih membutuhkan penjelasan lebih lanjut,

peraturan yang tumpang tindih (tidak harmonis dan tidak sinkron), dan

peraturan yang membutuhkan peraturan pelaksanaan, tetapi belum dibuat;

dan

d. Pengambilan Keputusan dan/atau Tindakan karena adanya stagnasi

pemerintahan guna kepentingan yang lebih luas

5 UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, Pasal 23 dan Penjelasan

Lingkup diskresi

Page 5: TINJAUAN HUKUM TENTANG DISKRESI PEJABAT PEMERINTAHAN ...pekanbaru.bpk.go.id/wp-content/uploads/2016/12/Diskresi-Pejabat... · perundang-undangan dan menerapkan Azas-azas Umum Pemerintahan

BPK RI Perwakilan Provinsi Riau Halaman 5

Kepentingan yang lebih luas dalam hal ini adalah kepentingan yang

menyangkut hajat hidup orang banyak, penyelamatan kemanusiaan dan

keutuhan negara, antara lain: bencana alam, wabah penyakit, konflik sosial,

kerusuhan, pertahanan dan kesatuan bangsa.

Selain itu, penggunaan hak diskresi oleh pejabat harus memenuhi persyaratan6:

a. Sesuai dengan tujuan Diskresi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat

(2);

b. Tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. Sesuai dengan AUPB;

d. Berdasarkan alasan-alasan yang objektif. Yang dimaksud alasan objektif

adalah alasan-alasan yang diambil berdasarkan fakta dan kondisi faktual,

tidak memihak, dan rasional serta berdasarkan AUPB;

e. Tidak menimbulkan Konflik Kepentingan; dan

f. Dilakukan dengan iktikad baik. Yang dimaksud dengan “iktikad baik”

adalah Keputusan dan/atau Tindakan yang ditetapkan dan/atau dilakukan

didasarkan atas motif kejujuran dan berdasarkan AUPB.

2. Prosedur Penggunaan Diskresi

Pejabat pemerintahan yang mempunyai hak diskresi pejabat dalam menerapkan

dikresi yang dimiliki menggunakan prosedur sebagai berikut7:

a. Penggunaan Diskresi yang berpotensi mengubah alokasi anggaran

wajib memperoleh persetujuan dari Atasan Pejabat sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan, dimana Persetujuan tersebut

dilakukan apabila penggunaan diskresi dilakukan dalam kondisi:

1. Pejabat mengambil Keputusan dan/atau Tindakan berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang memberikan suatu pilihan

Keputusan dan/atau Tindakan;

2. Pejabat mengambil Keputusan dan/atau Tindakan karena peraturan

perundang-undangan tidak mengatur;

3. Pejabat mengambil Keputusan dan/atau Tindakan karena peraturan

perundang-undangan tidak lengkap atau tidak jelas.

6 UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, Pasal 24 dan Penjelasan 7 Ibid., Pasal 25-28 dan Penjelasan

Prosedur diskresi

Syarat diskresi

Page 6: TINJAUAN HUKUM TENTANG DISKRESI PEJABAT PEMERINTAHAN ...pekanbaru.bpk.go.id/wp-content/uploads/2016/12/Diskresi-Pejabat... · perundang-undangan dan menerapkan Azas-azas Umum Pemerintahan

BPK RI Perwakilan Provinsi Riau Halaman 6

Ketiga kondisi diatas menimbulkan akibat hukum yang berpotensi

membebani keuangan negara. Permohonan tertulis atas persetujuan dari

atasan pejabat wajib menguraikan maksud, tujuan, substansi, serta dampak

administrasi dan keuangan. Dalam waktu 5 (lima) hari kerja setelah berkas

permohonan atas persetujuan diterima, Atasan Pejabat menetapkan

persetujuan, petunjuk perbaikan, atau penolakan. Apabila ditolak, atasan

pejabat wajib memberikan alasan penolakan secara tertulis kepada pejabat

yang mengajukan permohonan.

b. Dalam hal penggunaan Diskresi menimbulkan keresahan masyarakat,

keadaan darurat, mendesak dan/atau terjadi bencana alam, Pejabat

Pemerintahan wajib memberitahukan kepada Atasan Pejabat sebelum

penggunaan Diskresi dan melaporkan kepada Atasan Pejabat setelah

penggunaan Diskresi.

Pemberitahuan sebelum penggunaan Diskresi dilakukan dalam hal

apabila penggunaan Diskresi dalam kondisi pengambilan Keputusan

dan/atau Tindakan karena adanya stagnasi pemerintahan guna

kepentingan yang lebih luas, in casu berpotensi menimbulkan

keresahan masyarakat. Permohonan kepada atasan pejabat dilakukan

secara tertulis atau lisan wajib menguraikan maksud, tujuan, substansi, dan

dampak administrasi yang berpotensi mengubah pembebanan keuangan

negara dalam waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sebelum diskresi akan

digunakan oleh pejabat bersangkutan.

Pelaporan setelah penggunaan Diskresi dilakukan dalam hal apabila

penggunaan Diskresi dalam kondisi pengambilan Keputusan dan/atau

Tindakan karena adanya stagnasi pemerintahan guna kepentingan yang

lebih luas, in casu dalam keadaan darurat, keadaan mendesak, dan/atau

terjadi bencana alam. Pelaporan kepada atasan pejabat dilakukan secara

tertulis wajib menguraikan maksud, tujuan, substansi, dan dampak yang

ditimbulkan dengan waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak penggunaan

diskresi oleh pejabat yang bersangkutan.

Page 7: TINJAUAN HUKUM TENTANG DISKRESI PEJABAT PEMERINTAHAN ...pekanbaru.bpk.go.id/wp-content/uploads/2016/12/Diskresi-Pejabat... · perundang-undangan dan menerapkan Azas-azas Umum Pemerintahan

BPK RI Perwakilan Provinsi Riau Halaman 7

Atas penggunaan hak diskresi oleh pejabat pemerintahan sebagaimana telah

disebutkan diatas, maka pejabat pemerintahan tersebut tidak memiliki kewajiban

untuk memberitahukan kepada Warga Masyarakat8.

3. Akibat hukum diskresi serta kaitannya dengan larangan penyalahgunaan

wewenang

Pejabat pemerintahan yang memiliki hak diskresi perlu mencermati beberapa

akibat hukum dari diskresi yang digunakan yaitu9:

a. Akibat Hukum Diskresi atas Penggunaan Diskresi dikategorikan

melampaui Wewenang, apabila:

1) bertindak melampaui batas waktu berlakunya Wewenang yang diberikan

oleh ketentuan peraturan perundang-undangan;

2) bertindak melampaui batas wilayah berlakunya Wewenang yang

diberikan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan; dan/atau

3) tidak sesuai dengan ketentuan mengenai prosedur penggunaan diskresi.

Akibat hukum dari penggunaan Diskresi kategori melampaui wewenang

adalah penggunaan diskresi tersebut menjadi tidak sah apabila telah diuji dan

ada putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

b. Akibat Hukum Diskresi atas Penggunaan Diskresi dikategorikan

mencampuradukkan Wewenang, apabila:

1) menggunakan Diskresi tidak sesuai dengan tujuan Wewenang yang

diberikan;

2) tidak sesuai dengan ketentuan mengenai prosedur penggunaan diskresi;

dan/atau

3) bertentangan dengan AUPB.

Akibat hukum dari penggunaan Diskresi kategori mencampuradukkan

Wewenang adalah penggunaan diskresi tersebut dapat dibatalkan apabila

telah diuji dan ada Putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

8 UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, Pasal 29 dan Penjelasan 9 UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, Pasal 17-19 Juncto 30-32 dan penjelasan

Akibat hukum

diskresi

Page 8: TINJAUAN HUKUM TENTANG DISKRESI PEJABAT PEMERINTAHAN ...pekanbaru.bpk.go.id/wp-content/uploads/2016/12/Diskresi-Pejabat... · perundang-undangan dan menerapkan Azas-azas Umum Pemerintahan

BPK RI Perwakilan Provinsi Riau Halaman 8

c. Akibat Hukum Diskresi atas Penggunaan Diskresi dikategorikan

sebagai tindakan sewenang-wenang apabila dikeluarkan oleh pejabat

yang tidak berwenang

Akibat hukum dari penggunaan Diskresi oleh pejabat yang tidak berwenang

adalah penggunaan diskresi tersebut menjadi tidak sah apabila telah diuji dan

ada putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

Selain itu, keputusan dan/atau tindakan Badan dan/atau Pejabat

Pemerintahan dikategorikan bertindak sewenang-wenang apabila

bertentangan dengan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

4. Pengawasan terhadap larangan penyalahgunaan wewenang dalam ranah

diskresi kewenangan

Dalam konteks UUAP, pengawasan terhadap larangan penyalahgunaan

wewenang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)10.

Larangan penyalahgunaan wewenang dalam hal ini merujuk pada penggunaan

wewenang dalam kondisi yang normal maupun penggunaan wewenang

dalam bentuk diskresi kewenangan.

Hasil pengawasan aparat pengawasan intern pemerintah atas larangan

penyalahgunaan wewenang berupa11:

a. tidak terdapat kesalahan;

b. terdapat kesalahan administratif; atau

apabila terdapat kesalahan administratif, maka akan dilakukan tindak lanjut

dalam bentuk penyempurnaan administrasi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

c. terdapat kesalahan administratif yang menimbulkan kerugian

keuangan negara.

apabila terdapat kesalahan administratif yang menimbulkan kerugian

keuangan negara, maka akan dilakukan tindak lanjut dalam bentuk

pengembalian kerugian keuangan negara paling lama 10 (sepuluh) hari kerja

terhitung sejak diputuskan dan diterbitkannya hasil pengawasan oleh APIP.

10 UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, Pasal 20 ayat (1) dan Penjelasan 11 Ibid., Pasal 20 ayat (2) dan Penjelasan

Hasil pengawasan

APIP

Pengawasan

larangan

penyalahgunaan

wewenang

Page 9: TINJAUAN HUKUM TENTANG DISKRESI PEJABAT PEMERINTAHAN ...pekanbaru.bpk.go.id/wp-content/uploads/2016/12/Diskresi-Pejabat... · perundang-undangan dan menerapkan Azas-azas Umum Pemerintahan

BPK RI Perwakilan Provinsi Riau Halaman 9

Apabila kesalahan administratif terjadi bukan karena adanya unsur

penyalahgunaan wewenang, maka pengembalian kerugian negara

dibebankan kepada Badan Pemerintahan.

Atas hasil pengawasan APIP, badan/pejabat pemerintahan dapat mengajukan

permohonan kepada pengadilan in casu pengadilan tata usaha negara yang

berwenang menerima, memeriksa dan memutuskan ada atau tidak ada unsur

penyalahgunaan wewenang dalam keputusan dan/atau tindakan paling lama 21

(dua puluh satu) hari kerja sejak permohonan diajukan. Atas putusan pengadilan

tata usaha negara tersebut dapat diajukan permohonan banding ke pengadilan

tinggi tata usaha negara untuk diputuskan paling lama 21 (dua puluh satu) hari

kerja sejak permohonan banding diajukan. Putusan pengadilan tata usaha negara

bersifat final dan mengikat12.

Menindaklanjuti ketentuan UUAP, Mahkamah Agung menerbitkan Peraturan

Mahkamah Agung (Perma) No. 4 Tahun 2015 tentang Pedoman Beracara dalam

Penilaian Unsur Penyalahgunaan Wewenang.

Perma tersebut menyebutkan bahwa pengadilan tata usaha negara berwenang

menerima, memeriksa, dan memutus permohonan dari badan dan/atau pejabat

pemerintahan yang merasa kepentingannya dirugikan oleh hasil pengawasan

aparat pengawasan intern pemerintah untuk menilai ada atau tidak ada

penyalahgunaan wewenang dalam keputusan dan/atau tindakan pejabat

pemerintahan sebelum adanya proses pidana setelah adanya hasil pengawasan

aparat pengawasan intern pemerintah13.

Badan dan/atau pejabat pemerintahan dalam permohonannya ke pengadilan tata

usaha negara dapat berupa14:

a. dalam hal pemohonon Badan Pemerintahan yaitu:

mengabulkan permohonan pemohonn in casu, badan pemerintahan

seluruhnya;

menyatakan keputusan dan/atau tindakan pejabat pemerintahan ada

12 UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, Pasal 21 dan penjelasan 13 Perma No. 4 Tahun 2015, Pasal 2 14 Ibid., Pasal 4, ayat (1) huruf d

Permohonan oleh

badan

pemerintahan

dan/atau pejabat

pemerintahan

PTUN menilai

ada/tidaknya

penyalahgunaan

wewenang

sebelum proses

pidana

Page 10: TINJAUAN HUKUM TENTANG DISKRESI PEJABAT PEMERINTAHAN ...pekanbaru.bpk.go.id/wp-content/uploads/2016/12/Diskresi-Pejabat... · perundang-undangan dan menerapkan Azas-azas Umum Pemerintahan

BPK RI Perwakilan Provinsi Riau Halaman 10

unsur penyalahgunaan wewenang;

menyatakan batal atau tidak sah keputusan dan/atau tindakan pejabat

pemerintahan.

b. dalam hal pemohonon Pejabat Pemerintahan yaitu:

mengabulkan permohonan pemohon in casu, pejabat pemerintahan

seluruhnya;

menyatakan keputusan dan/atau tindakan pejabat pemerintahan tidak ada

unsur penyalahgunaan wewenang;

memerintahkan kepada negara untuk mengembalikan kepada pemohon

uang yang telah dibayar, dalam hal pemohon telah mengembalikan

kerugian negara sebagaimana dimaksud dalam UU No. 30 Tahun 2014

Pasal 20 ayat (4) dan ayat (6).

Atas permohonan badan dan/atau pejabat pemerintahan tersebut diatas,

pengadilan tata usaha negara setelah melalui proses persidangan akan

memutuskan sebagai berikut15:

a. Menyatakan permohonan pemohon tidak dapat diterima, dalam hal

permohonan tidak memenuhi syarat formal, pengadilan tidak berwenang,

dan/atau pemohon tidak mempunyai kedudukan hukum (legal standing);

b. Dalam hal pemohon badan pemerintahan:

mengabulkan permohonan pemohon;

menyatakan keputusan dan/atau tindakan pejabat pemerintahan ada

unsur penyalahgunaan wewenang;

menyatakan batal atau tidak sah keputusan dan/atau tindakan pejabat

pemerintahan.

c. Dalam hal pemohon pejabat pemerintahan:

Mengabulkan permohonan pemohon;

Menyatakan Keputusan dan/atau tindakan pejabat pemerintahan tidak

ada unsur penyalahgunaan wewenang;

Memerintahkan kepada Negara untuk mengembalikan kepada pemohon

uang yang telah dibayar, dalam hal pemohon telah mengembalikan

15 Perma No. 4 Tahun 2015, Pasal 17

Putusan PTUN atas

permohonan

badan dan/atau

pejabat

pemerintahan

Page 11: TINJAUAN HUKUM TENTANG DISKRESI PEJABAT PEMERINTAHAN ...pekanbaru.bpk.go.id/wp-content/uploads/2016/12/Diskresi-Pejabat... · perundang-undangan dan menerapkan Azas-azas Umum Pemerintahan

BPK RI Perwakilan Provinsi Riau Halaman 11

kerugian negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (4) dan ayat

(6) UU No. 30 Tahun 2014.

d. Menolak Permohonan Pemohon, dalam hal Keputusan dan/atau Tindakan

Pejabat Pemerintahan tidak ada unsur penyalahgunaan wewenang apabila

permohonannya Badan Pemerintahan, atau dalam hal Keputusan dan/atau

Tindakan Pemohon ada unsur penyalahgunaan wewenang apabila

Pemohonnya Pejabat Pemerintahan; atau

e. Menyatakan Permohonan gugur, dalam hal pemohon tidak hadir dalam

persidangan 2 (dua) kali berturut-turut pada sidang pertama dan kedua tanpa

alasan yang sah atau Pemohon tidak serius.

D. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Setiap unsur yang melaksanakan fungsi dari pemerintahan di lingkungan

pemerintah maupun penyelenggaraan negara lainnya memiliki kewenangan

sebagai suatu hak dalam lingkup penyelenggaraan administrasi pemerintahan

termasuk diskresi;

2. Pengadilan tata usaha negara berwenang menerima, memeriksa, dan memutus

permohonan dari badan dan/atau pejabat pemerintahan yang merasa

kepentingannya dirugika oleh hasil pengawasan aparat pengawasan intern

pemerintah untuk menilai ada atau tidak ada penyalahgunaan wewenang dalam

keputusan dan/atau tindakan pejabat pemerintahan sebelum adanya proses

pidana setelah adanya hasil pengawasan aparat pengawasan intern pemerintah;

BPK RI Perwakilan Provinsi Riau

Page 12: TINJAUAN HUKUM TENTANG DISKRESI PEJABAT PEMERINTAHAN ...pekanbaru.bpk.go.id/wp-content/uploads/2016/12/Diskresi-Pejabat... · perundang-undangan dan menerapkan Azas-azas Umum Pemerintahan

BPK RI Perwakilan Provinsi Riau Halaman 12

E. Daftar Pustaka

1. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

2. UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab

Keuangan Negara;

3. UU No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan;

4. UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan;

5. Peraturan BPK No. 3 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyelesaian Ganti

Kerugian Negara Terhadap Bendahara;

6. Peraturan Mahkamah Agung (Perma) No. 4 Tahun 2015 tentang Pedoman

Beracara dalam Penilaian Unsur Penyalahgunaan Wewenang.

Penulis:

Andre Setyarso

Disclaimer:

Seluruh informasi yang disediakan dalam Tulisan Hukum adalah bersifat

umum dan disediakan untuk tujuan pemberian informasi hukum semata dan

bukan merupakan pendapat instansi