Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

87
Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa Penanam Modal Asing Dalam Kepemilikan Saham Perseroan Terbatas Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Oleh : Mochamad Fahruroji NIM : 109048000027 KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M

Transcript of Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

Page 1: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa Penanam

Modal Asing Dalam Kepemilikan Saham Perseroan Terbatas

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh :

Mochamad Fahruroji

NIM : 109048000027

KONSENTRASI HUKUM BISNIS

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

Page 2: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

Thianan Hulmm Perjanjlan Nonftas Toftrdap Pcmberian Kuasa Penanam Modal

Asitrg Dalrm Kcpemililen Sshrm Pemcroan Terbstrs

Skripsi

Diajukan Kepada Fakulks S)rariah dan Hulnrm Untrk Memenuhi

Salah Satu Pecsyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SfD

Oleh:

Mochamad FahrurojiNIM:10904E000027

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing 1 Pembimbing 2

1Nf''/,-il]-*sH,;

NIP. I 97302 I 5 1 99903 I 002

KONSENTERASI ET]KI]M BISMSPROGRAM STUDI ILMU EUKUM

FAKT]LTAS SYARIAE DAIY HUKTIMUMT{ERSITAS ISLAM IYEGERI

SYARIT'HIDAYATULI"AEJAKART^A,

1436 H/2015 M

q-bu,'rs-

Drs. H. Ahrnad Yani, NdA

NIP. I 96404 12 199403 1004

Page 3: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul Tinjauan Ifukum Perjanjian Nominee TerhadapPemberian Kuasa Penanam N{odal Asing Dalam Kepemilikan SahamPerserodn Terbatas telah diajukan dalam sidang *unuquuyih Fakultas Syariahdan Hukunr Program Studi Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta pada tanggal 02 April 2015. Skripsi ini telah diterimasebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Starata Satu(S-1) Pada Program Studi Ilmu Hukum.

Jakarta,02 April2015Mengesahkan

PANITIA SIDANG MUNAQASYAH

l. Ketua :Dr. D.iawahir Hejazziey. SH..MA..MH.NrP. r955 101 5 197903 1002

2. Sekertaris :Arip Purqon- SH.I..MA.NIP. 1 9790 427 2003 t2 I 002

3. Pembimbing I :Nahrowi. SH. MH.NIP.197302ts199903rcA2

4. Pembimbing2 :Drs. tl Ahmad Yani. MA.MP. 1 9640 4 t2 199 403 1 004

5. Penguji I :Dra. Hj. Ipah Farihah.. M.H.NrP. 150268593

:DeM.t96tt10l 1993031002

)/toa4

........)

P+:............. .........)&

-1 ,,ffi

luti

Fakultas Syariah dan Hukum

6. Pengr-rji 2

Page 4: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

l. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakana.

Sumber-sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah lakata.

Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2.

3.

2015

lll

Page 5: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

iv

ABSTRAK

Mochamad Fahruroji. NIM 109048000027. TINJAUAN HUKUM PERJANJIAN

NOMINEE TERHADAP PEMBERIAN KUASA PENANAM MODAL ASING

DALAM KEPEMILIKAN SAHAM PERSEROAN TERBATAS. Program Studi Ilmu

Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H / 2015 M. x + 78 halaman + halaman

lampiran.

Skripsi ini bertujuan untuk Untuk mengetahui praktik perjanjian nominee di

Indonesia, serta untuk mengetahui tinjauan hukum perjanjian nominee terhadap

pemberian kuasa penanam modal asing dalam kepemilikan saham perseroan terbatas.

Pada penelitian ini penulis memilih objek penelitian yaitu Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif dengan menggunakan

sistem studi pustaka, serta menggunakan bahan-bahan lainnya seperti makalah, jurnal,

dan kamus.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa praktik nominee masih marak terjadi di

Indonesia walaupun dalam bentuk nominee arrangement. Sedangkan Nominee

arrangement ini tidaklah bertentangan dengan pasal 33 ayat (1) dan (2) Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Serta untuk masalah nominee

agreement (perjanjian) dan nominee statement (pernyataan) yang dilakukan di luar negeri

berdasarkan sistem hukum yang mengenal konsep nominee tidaklah serta merta

melanggar dan dapat dibatalkan pasal 33 ayat (1) dan (2) UU Penanaman Modal. Oleh

karena itu karena penulis merasa perlu adanya penyempurnaan terhadap peraturan

perundang-undangan yang mengatur tentang penanaman modal, perseroan terbatas, dan

pasar modal yang tidak bertentangan dengan UUD 1945 dan sesuai dengan sifat, watak,

dan cita-cita Bangsa Indonesia yang dilakukan oleh Presiden, DPR, serta lembaga-

lembaga lainnya yang mengurus perihal penanaman modal. Selain itu, Lembaga-lembaga

terkait penanaman modal seperti Kementrian, pemerintahan daerah, BKPM, dan

lembaga-lembaga lainnya yang memberi izin dan mengawasi kegiatan penanaman modal,

hendaknya menyeleksi dan mengawasi dengan ketat agar praktik nominee tidak

menjamur di Indonesia.

Kata kunci: Nominee, Penanaman Modal, Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2007

Pembimbing 1 : Nahrowi, SH., MH.

Pembimbing 2 : Drs. H. Ahmad Yani, MA.

Daftar Pustaka : Tahun 1977 s.d. Tahun 2011

Page 6: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

v

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada ilahi robbi yang telah menganugerahkan

rahmatnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat dan

salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Rosulullah SAW beserta keluarga, para sahabat

dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa terselesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak, oleh karena itu penulis ucapkan rasa terimakasih tidak terhingga kepada bapak :

1. DR. Asep Saepudin Jahar, MA. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum beserta

jajarannya yang telah banyak memberikan pengarahan dan perhatiannya selama

menjalani proses perkuliahan.

2. Dr. Djawahir Hejazziey, SH. MA., MH selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum Jurusan

Hukum Bisnis yang telah memberikan spirit kepada setiap anak didiknya seperti saya.

3. Arip Purkon,MA selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum Jurusan Hukum Bisnis

yang telah memberikan spirit kepada setiap anak didiknya seperti saya.

4. Nahrowi, SH.,MH Sebagai pembimbing satu yang senantiasa memberikan perhatian,

dukungan dan bimbingan serta selalu meluangkan waktunya untuk membimbing skripsi

5. Drs. Ahmad Yani M.A Sebagai pembimbing kedua yang senantiasa memberikan

perhatian, dukungan dan bimbingan serta selalu meluangkan waktunya untuk

membimbing skripsi.

6. Yang tercinta dan teristimewa untuk bapak Drs. H.M. Najib M.Si dan ibu Dra. Hj. Leni

Yuliani orang Tua penulis yang telah berjuang , memberikan do’a, dukungan dana dan

Page 7: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

vi

kasih sayang kepada penulis. Harapan mereka untuk melihat penulis menyelesaikan

studinya dan menjadi orang yang berhasil menjadi motivasi terbesar bagi penulis.

Jakarta, 02 April 2015

Mochamad Fahruroji

Page 8: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………..i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN.…………………………………………….ii

LEMBAR PERNYATAAN…………………………………………………..…iii

ABSTRAK…………………………...…………………………………………..iv

KATA PENGANTAR…………………………………………………………....v

DAFTAR ISI………………………………………………………………...…..vii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...................................................................1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah.................................................4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................5

D. Review Studi Terdahulu...................................................................6

E. Kerangka Konseptual………………...............................................7

F. Metode Penelitian.............................................................................9

BAB II TINJAUAN UMUM PEMBERIAN KUASA DAN PERJANJIAN

NOMINEE DI INDONESIA..............................................................14

A. Pemberian Kuasa Pada Umumnya.................................................14

B. Perjanjian Nominee Di Indonesia...................................................16

1. Pengertian Perjanjian…………………………..……………...16

2. Jenis-Jenis Perjanjian………………………………..………...19

3. Perjanjian Nominee……………………………………..…………..20

Page 9: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

viii

4. Perbedaan Antara Pemberian Kuasa Pada Umumnya Dengan

Perjanjian Nominee…………………………………………..…….23

BAB III PENANAMAN MODAL ASING MENURUT UNDANG –

UNDANG PENANAMAN MODAL DAN PERSEROAN

TERBATAS........................................................................................25

A. Undang – Undang Penanaman Modal dan Undang – Undang

Perseroan Terbatas.........................................................................25

B. Penanaman Modal Asing di Indonesia….......................................34

BAB IV TINJAUAN HUKUM PERJANJIAN NOMINEE TERHADAP

PEMBERIAN KUASA PENANAM MODAL ASING DALAM

KEPEMILIKAN SAHAM PERSEROAN

TERBATAS........................................................................................53

A. Praktik Perjanjian Nominee di Indonesia.......................................53

B. Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa

Penanam Modal Asing Dalam Kepemilikan Saham Perseroan

Terbatas…………………………………………...………….......67

BAB V PENUTUP..........................................................................................72

A. Kesimpulan....................................................................................72

B. Saran...............................................................................................73

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................75

LAMPIRAN

Page 10: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak terjadinya krisis ekonomi, iklim investasi di Indonesia

banyak menghadapi kendala yang timbul dari dalam maupun dari luar negeri.

Kendala yang berasal dari dalam negeri antara lain adalah belum adanya

kepastian hukum, masalah perburuhan, minimnya infrastruktur, prosedur

perizinan yang panjang dan memerlukan biaya tinggi serta masalah

pertanahan.1Sedangkan kendala yang berasal dari luar negeri adalah

munculnya negara-negara pesaing, yang berpacu menarik investasi asing

dengan memberikan insentif yang lebih menarik ketimbang Indonesia.2

Dengan banyaknya peminat penanam modal asing untuk

menginvestasikan dananya ke Indonesia tentunya ini menjadi sebuah peluang

bagi pemerintah Indonesia, karena penanam modal asing berpengaruh

terhadap kemajuan perekonomian negara Indonesia.

Menurut Pasal 1 ayat 6 UU No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman

Modal Penanam modal asing adalah perseorangan warga negara asing, badan

usaha asing, dan atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di

wilayah Negara Republik Indonesia. Sebagai tempat untuk melakukan

kegiatan investasi, negara Indonesia memiliki potensi yang sangat besar,

antara lain:

1. Wilayah yang luas dan subur dengan kekayaan alam yang melimpah,

1 Munir Fuady, Hukum Perusahaan “Dalam Paradigma Hukum Bisnis”

(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2008), h. 29

2 Suparji, Penanaman Modal Asing Di Indonesia – insentif vs. pembatasan

(Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Al-Azhar Indonesia, 2008), cet.1, h.209.

Page 11: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

2

2. Upah buruh yang relatif rendah,

3. Pasar yang sangat besar,

4. Lokasi yang strategis,

5. Adanya upaya sungguh-sungguh dari pemerintah untuk mendorong iklim

investasi yang sehat,

6. Tidak adanya pembatasan atas arus devisa, termasuk atas modal dan

keuntungan, dan lain-lain.3

Peraturan hukum yang mengatur mengenai penanaman modal

banyak mengalami perubahan, agar dapat menyesuaikan dengan iklim

investasi di indonesia. Dengan banyaknya peminat penanam modal asing

yang masuk ke Indonesia, maka pemerintah melakukan berbagai upaya agar

terjadi sebuah kepastian hukum terhadap penanam modal asing sebagaimana

dijelaskan dalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 yang

berbunyi: “Setiap penanam modal berhak mendapat:

a. Kepastian hak, hukum dan perlindungan;

b. Informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya;

c. Hak pelayanan; dan

d. Berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Dengan adanya hak-hak yang pasti akan didapat seperti yang

diterangkan di atas, maka penanam modal asing diharapkan dapat lebih

merasa aman dan nyaman ketika memutuskan untuk menanamkan modal di

3 Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal

(Jakarta: Sinar Grafika, 2009), cet. 1, h. 56.

Page 12: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

3

Indonesia. Ketika penanam modal asing merasa aman dan nyaman, tentu

penanam modal asing akan berdatangan untuk menginvestasikan modalnya

ke Indonesia. Dengan banyaknya penanam modal asing yang datang ke

Indonesia tentu menjadi sebuah kebaikan bagi perekonomian Indonesia.

Perjanjian saham pinjam nama atau biasa disebut dengan nominee

agreement adalah suatu perjanjian dimana seseorang yang ditunjuk oleh pihak

lain untuk mewakilinya dalam melakukan suatu perbuatan hukum tertentu

sesuai dengan kesepakatan para pihak, dan perbuatan hukum yang dilakukan

oleh nominee terbatas pada apa yang telah diperjanjikan sebelumnya dengan

pihak pemberi kuasa.4 Hal tersebut sejalan dengan pengertian nominee

sebagaimana tercantum dalam Black’s Law Dictionary.

Nominee agreement memang banyak praktiknya dilakukan oleh

para pihak dalam kegiatan investasi di Indonesia, khusunya oleh para

penanam modal asing. Dalam sejarah perundang-undangan di Indonesia yang

mengatur tentang perjanjian nominee agreement, memang banyak mengalami

perubahan ditujukan agar dapat menyesuaikan dengan iklim investasi di

Indonesia.

Berbicara nominee agreement sebetulnya jika ditinjau dari Pasal 33

ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman

Modal, ini dilarang sebagaimana berbunyi “ Penanam modal dalam negeri

dan penanam modal asing dilarang membuat perjanjian dan/atau pernyataan

yang menegaskan bahwa kepemilikan saham dalam perseroan terbatas untuk

4 Salim H.S., Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat Di Indonesia (Jakarta:

Sinar Grafika, 2008), h. 49.

Page 13: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

4

dan atas nama orang lain “. Jika ada perjanjian semacam itu, maka perjanjian

tersebut dinyatakan batal demi hukum. Jadi, tidak ada cara yang sah untuk

bisa menjamin si pemegang saham yang namanya dipinjam akan menjual

kembali sahamnya kepada penanam modal yang sebenarnya.

Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal

telah melarang praktik nominee, namun praktik ini masih saja ditemukan di

Indonesia. Sudah barang tentu ini menjadi sebuah masalah yang tidak dapat

dihindari oleh pemerintah Indonesia selaku tuan rumah. Disamping itu,

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) membutuhkan dana dari

penanam modal asing untuk meningkatkan perekonomian negara, tetapi

pembatasan yang dilakukan oleh Pemerintah ini menjadi sebuah dilema bagi

penanam modal asing yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

mengangkat judul penelitian “Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee

Terhadap Pemberian Kuasa Penanam Modal Asing Dalam Kepemilikan

Saham Dalam Perseroan Terbatas” untuk diteliti lebih lanjut.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini mencakup hal-hal yang

berkaitan dengan ketentuan peraturan dalam penanaman modal, khususnya

tinjauan hukum perjanjian nominee terhadap pemberian kuasa Penanam

Modal Asing dalam kepemilikan saham perseroan terbatas.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan peristiwa yang terjadi di masyarakat dalam hal

penanaman modal khususnya kepastian hukum bagi penanam modal asing,

Page 14: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

5

maka perlu kiranya penulis mengemukakan permasalahan-permasalahan yang

ada dalam penelitian ini. Adapun permasalahannya sebagai berikut:

a. Bagaimana praktik perjanjian nominee di Indonesia?

b. Bagaimana tinjauan hukum perjanjian nominee terhadap pemberian

kuasa penanam modal asing dalam kepemilikan saham perseroan

terbatas?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui praktik perjanjian nominee di Indonesia.

b. Untuk mengetahui tinjauan hukum perjanjian nominee terhadap

pemberian kuasa penanam modal asing dalam kepemilikan saham

perseroan terbatas.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penulisan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

a. Teoritis :

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan

informasi terhadap anggota masyarakat pada umumnya dan

khususnya terhadap mereka yang memang terlibat dalam perjanjian

nominee.

b. Praktis :

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai jawaban

dari berbagai persoalan yang terjadi dalam lingkup perjanjian

Page 15: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

6

nominee agreement, khususnya bagi pihak-pihak yang terlibat

secara langsung dalam perjanjian nominee.

D. Review Studi Terdahulu

Salah satu penelitian yang digunakan oleh penulis sebagai tinjauan

kajian terdahulu yaitu skripsi yang berjudul “Larangan Terhadap

Pemegang Saham Nominee Dalam Peraturan Perundang-undangan

Indonesia” yang disusun oleh Ahmad Aman, Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara, pada Agustus 2010. Dalam skripsi ini penulis membahas

mengenai pengaturan pemegang saham dalam Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, kemudian kedudukan pemegang

saham nominee sebelum dan sesudah adanya larangan undang-undang.

Dengan melihat rumusan masalah yang ada, maka dapat dibedakan dengan

masalah yang ingin saya angkat dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini

saya akan lebih menekankan dalam hal praktik perjanjian nominee di

Indonesia dan penegakan hukum terhadap para pihak yang melakukan

perjanjian nominee di Indonesia.

Selanjutnya yang menjadi kajian terdahulu adalah tesis yang

berjudul “Perjanjian Nominee Dalam Kaitannya Dengan Kepastian

Hukum Bagi Pihak Pemberi Kuasa Ditinjau Dari Undang-Undang

Pokok Agraria Dan Undang-Undang Kewarganegaraan” yang disusun

oleh Miggi Sahabati, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, Juli

2011. Dalam tesis ini penulis membahas mengenai pengaturan perjanjian

nominee dalam Undang-Undang Pokok Agraria dan Undang-Undang

Page 16: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

7

Kewarganegaraan, kemudian membahas mengenai kepastian hukum bagi

pihak pemberi kuasa dalam perjanjian nominee yang ditinjau dari Undang-

Undang Pokok Agraria dan Undang-Undang Kewarganegaraan. Serta

membahas mengenai pengembangan investasi dibidang properti di Indonesia

yang dimana perjanjian nominee dapat menjadi jalan alternatif yang

menguntungkan. Hal yang membedakan tesis tersebut dengan penelitian yang

akan saya angkat adalah saya membahas lebih dalam tentang praktik

perjanjian nominee di Indonesia dan tinjauan hukum perjanjian nominee

terhadap pemberian kuasa penanam modal asing dalam kepemilikan saham

perseroan terbatas.

E. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah kerangka yang menggambarkan

hubungan antara konsep-konsep khusus, yang ingin atau yang diteliti.5

Kerangka konseptual berisi uraian konsep-konsep yang berhubungan dengan

variabel penelitian, yaitu rumusan konsep-konsep dari variabel yang diteliti

yang digunakan oleh peneliti/penulis dalam penelitian atau penulisan.

Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman mengenai istilah-

istilah yang digunakan dalam uraian, maka di bawah ini diberikan penjelasan

mengenai beberapa istilah tersebut, yaitu:

1. Hukum, Hukum adalah undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

mengatur pergaulan hidup masyarakat.6

5 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2010), cetakan keenam, h. 31. 6 Sudarsono, Kamus Hukum (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2007), cet. 5, h. 167.

Page 17: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

8

2. Perjanjian, Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji

kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk

melaksanakan suatu hal.7

3. Nominee, Nominee is one designated to act for another as his

representative in a rather limited sense. It is used sometimes to signify an

agent or trustee. It has connotation however, other than that of acting for

another, in representation of another, or as the grantee of another.8

4. Penanaman Modal, Menurut UU No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman

Modal Pasal 1 ayat 4 Penanam modal adalah segala bentuk kegiatan

menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun

penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara

Republik Indonesia.

5. Penanam Modal Asing, Menurut UU No 25 Tahun 2007 Tentang

Penanaman Modal Pasal 1 ayat 6 Penanam modal asing adalah

perseorangan warga Negara asing, badan usaha asing, dan atau

pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah Negara

Republik Indonesia.

6. Modal Asing, Menurut UU No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman

Modal Pasal 1 ayat 8 Modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara

asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum

7 Subekti, Hukum Perjanjian (Jakarta : PT Intermasa, 2002) cet. 19, h. 1.

8 Brayan A. Garner, Black’s Law Dictionary With Guide To Pronunciation (St.

Paul: West Publishing, 1999), cet. 7 h. 1072.

Page 18: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

9

asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh

modalnya dimiliki oleh pihak asing.

F. Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian

Oleh karena penelitian ini bersifat penelitian pustaka (Library

Research), maka metode yang dipergunakan adalah metode yuridis normatif,

untuk memperoleh data yang dikehendaki penelitian ini dengan melakukan

telaah bahan pustaka yang nantinya penulis dapat mengetahui lebih dalam.9

2. Pendekatan Masalah

Pendekatan yang dipakai dalam menjawab persoalan yang telah

dirumuskan adalah menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute

approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach).

Pendekatan Undang-undang (statute approach) dilakukan dengan

menelaah semua Undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan

isu hukum yang sedang ditangani. Bagi penelitian untuk kegiatan praktis,

pendekatan Undang-undang ini akan membuka kesempatan bagi peneliti

untuk mempelajari adakah konsistensi dan kesesuaian antara suatu Undang-

undang dengan Undang-undang lainnya atau antara Undang-undang dengan

Undang-undang Dasar atau antara regulasi dan Undang-undang. Hasil dari

telaah tersebut merupakan suatu argument untuk memecahkan suatu isu yang

dihadapi.10

9 Sulistyowati Irianto dan Sidharta, Metode Penelitian Hukum Konstelasi dan

Refleksi (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2009), h. 170. 10

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2010), cet. 6, h. 93.

Page 19: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

10

Pendekatan konseptual (conceptual approach) beranjak dari

pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang didalam suatu

ilmu hukum. Dengan mempelajari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin

di dalam ilmu hukum, peneliti akan menemukan ide-ide yang melahirkan

pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep hukum dan asas-asas hukum

yang relevan dengan isu yang dihadapi. Pemahaman akan pandangan-

pandangan dan doktrin-doktrin tersebut merupakan sandaran bagi peneliti

dalam membangun suatu argumentasi hukum dalam memecahkan isu yang

dihadapi.11

3. Sumber Hukum

Penelitian ini menggunakan jenis data, yang meliputi:

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mempunyai

kekuatan mengikat berupa peraturan perundang-undangan.Selain

peraturan perundang-undangan, yang termasuk dalam bahan

hukum primer yaitu catatan-catatan resmi atau risalah dalam

pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim.

Peraturan perundang-undangan yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, UU No 25 Tahun

2007 Tentang Penanaman modal, dan peraturan perundang-

undangan yang terkait dengan perjanjian nominee dalam

penanaman modal.

11

Ibid., h 95.

Page 20: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

11

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang erat kaitannya

dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa,

memahami, dan menjelaskan bahan hukum primer. Yang termasuk

dalam bahan hukum sekunder yaitu semua publikasi tentang hukum

yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi12

, misalnya dapat

berupa hasil karya dari kalangan hukum, penelusuran internet,

majalah, surat kabar, dan sebagainya.

c. Bahan Hukum (Tersier)

Bahan hukum (tersier) yaitu bahan hukum yang memberikan

petunjuk maupun penjelasan atas bahan hukum primer dan

sekunder, misalnya Ensiklopedi dan Kamus.

4. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum

Data primer, data sekunder dan data tersier yang telah disusun

secara sistematis kemudian dianalisa secara perspektif dengan menggunakan

metode deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan dengan cara

menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap

permasalahan konkret yang dihadapi, sedangkan metode induktif dilakukan

dengan menerjemahkan berbagai sumber yang berhubungan dengan topik

dalam skripsi ini, sehingga diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan

penelitian yang telah dirumuskan.

5. Tehnik Penulisan

Tehnik penulisan yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini

mengacu pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2012”.

6. Sistematika Penelitian

12

Ibid., h. 142.

Page 21: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

12

Untuk memudahkan penulisan dalam penelitian ini, maka penulis

menguraikannya dengan sistematika penulisan yang terdiri dari 5 (lima) bab,

dan masing-masing bab berisikan sub-sub bab dengan rincian sebagai berikut:

BAB I Pada bab ini merupakan Pendahuluan, yang berisi Latar

Belakang, Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah, Tujuan

dan Manfaat Penelitian, Tinjauan (Review) Studi Terdahulu,

Kerangka Konseptual, Metode Penelitian, Tehnik Penulisan dan

Sistematika Penulisan.

BAB II Pada bab ini merupakan tinjauan umum pemberian kuasa

dan perjanjian nominee di Indonesia, yang berisi Pemberian

Kuasa Pada Umumnya, Pengertian Perjanjian, Jenis-Jenis

Perjanjian, Perjanjian Nominee, Perbedaan Antara Pemberian

Kuasa Pada Umumnya Dengan Perjanjian Nominee.

BAB III Pada bab ini merupakan pembahasan mengenai penanaman

modal asing Undang-Undang Penanaman Modal dan Undang-

undang Perseroan Terbatas, yang berisi Undang-Undang

Penanaman Modal, Undang-Undang Perseroan Terbatas,

Pengertian Penanaman Modal, Penanaman Modal Asing di

Indonesia.

BAB IV Pada bab ini membahas mengenai tinjauan hukum perjanjian

nominee terhadap pemberian kuasa penanam modal asing

dalam kepemilikan saham perseroan terbatas, yang berisi

mengenai praktik perjanjian nominee di Indonesia, tinjauan hukum

perjanjian nominee terhadap pemberian kuasa penanam modal

asing dalam kepemilikan saham perseroan terbatas.

Page 22: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

13

BAB V Pada bab ini merupakan bab terakhir atau Penutup, yang

memuat kesimpulan dari semua pembahasan hasil penelitian yang

telah dilakukan dan saran-saran yang berkaitan dengan hasil

penelitian yang dapat dijadikan pertimbangan lebih lanjut.

Page 23: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

14

BAB II

TINJAUAN UMUM PEMBERIAN KUASA DAN PERJANJIAN

NOMINEE DI INDONESIA

A. Pemberian Kuasa Pada Umumnya

Secara umum, kuasa diatur dalam bab ke-16, Buku III KUHPerdata dan

secara khusus diatur dalam hukum acara perdata. Pasal 1792 KUHPerdata

menyatakan bahwa, “Pemberian kuasa adalah suatu perjanjian dengan mana

seorang memberikan kekuasaan kepada seorang lain, yang menerimanya,

untuk atas namanya menyelenggarakan suatu urusan.13

Pemberian kuasa dapat

dilakukan secara khusus, yaitu hanya mengenai satu kepentingan tertentu

atau lebih, atau dapat dilakukan secara umum, yaitu meliputi segala

kepentingan pemberi kuasa.

Pemberian kuasa (last giving) yang terdapat dalam pasal 1792

KUHPerdata tersebut mengandung unsur:

1. Persetujuan

2. Memberikan kekuasaan untuk menyelenggarakan suatu urusan dan

3. Atas nama pemberi kuasa.

Dalam hal ini, bentuk-bentuk kuasa dapat diberikan dan diterima dalam suatu

akta umum, dalam suatu tulisan di bawah tangan, bahkan dalam sepucuk

surat ataupun dengan lisan (Pasal 1793 ayat (1) KUHPerdata), dan sejumlah

ketentuan Undang-Undang mewajibkan surat kuasa terikat pada bentuk

tertentu, antara lain pasal 1171 ayat (1) dan ayat (2) KUHPerdata yang

13

Subekti R. dan Tjitrosudibio R., Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2004), cet. 34, h. 457.

Page 24: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

15

menyatakan kuasa untuk memberikan hipotik harus dibuat dengan suatu akta

otentik, pasal 85 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas yang menyatakan bahwa kuasa yang mewakili pemegang

saham ketika menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) harus

didasarkan pada surat, Pasal 1683 ayat (1) KUHPerdata yang menyatakan

bahwa si penerima hibah dapat memberi kuasa pada seseorang lain dengan

suatu akta otentik untuk menerima penghibahan. Sehingga pada dasarnya,

memberikan kuasa dapat dilakukan baik secara tertulis maupun secara lisan.

Dalam perkembangan hukum Belanda melalui Nieuw Burgerlijke

Wetbook, sebuah kitab revisi Burgerlijke Wetbook (BW), telah diatur

pengertian tentang kuasa (volmacht) dan pemberian kuasa (last giving). Pada

prinsipnya, volmacht berbeda dengan last giving. Volmacht merupakan

tindakan hukum sepihak yang memberi wewenang kepada penerima kuasa

untuk mewakili pemberi kuasa dalam melakukan suatu tindakan hukum

tertentu (Hoge Raad 24 Juni 1938 NJ 19939, 337). Adapun last giving dan

pada dasarnya pemberian kuasa ini bersifat cuma-Cuma, sebagaimana

dimaksudkan dalam pasal 1794 KUHPerdata. Dengan demikian, last giving

merupakan perjanjian pembebanan perintah yang menimbulkan kewajiban

bagi si penerima kuasa untuk melaksanakan kuasa, sedangkan volmacht

merupakan kewenangan mewakili. Suatu last giving tidak selalu memberikan

wewenang untuk mewakili pemberi kuasa sebab dalam last giving

dimungkinkan adanya wewenang mewakili (volmacht), akan tetapi tidak

selalu volmacht merupakan bagian dari last giving. Apabila wewenang

Page 25: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

16

tersebut diberikan berdasarkan persetujuan pemberian kuasa, maka akan

terjadi perwakilan yang bersumber dari persetujuan.

B. Perjanjian Nominee Di Indonesia

1. Pengertian Perjanjian

Buku III KUHPerdata tidak memberikan rumus tentang perikatan.

Menurut ilmu pengetahuan hukum perdata, perikatan adalah hubungan

hukum yang terjadi antara 2 (dua) orang atau lebih, yang terletak di dalam

lapangan harta kekayaan, di mana pihak yang satu berhak atas prestasi dan

pihak lainnya wajib memenuhi prestasi itu.

Perikatan lebih umum di pakai di Indonesia. Perikatan artinya hal yang

mengikat orang yang satu terhadap orang yang lain. Perikatan dirumuskan

sebagai hubungan hukum yang terjadi antara orang yang satu dengan orang

yang lainnya karena perbuatan, peristiwa atau keadaan.14

Adapun perikatan yang dimaksudkan dengan perikatan menurut

subekti:15

Perikatan adalah suatu hubungan hukum kekayaan antara dua atau

beberapa pihak yang mengakibatkan, bahwa pihak yang satu berhak atas

sesuatu dari pihak lain, sedangkan pihak yang akhir ini berkewajiban berbuat

sesuatu bagi pihak yang pertama. Pihak yang berhak dinamakan kreditur, dan

pihak yang berkewajiban dinamakan debitur. Perbuatan debitur dinamakan

prestasi.

14

Sofwan Sri Soedewi Machun, Hukum Perjanjian Perhutangan (Yogyakarta:

Terjemahan Seksi Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, 2004), h. 21.

15

Subekti, Hukum Perjanjian. h. 4.

Page 26: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

17

Definisi perikatan tersebut diatas mengandung 2 (dua) segi yakni aktif

(hak) dan pasif (kewajiban), yang berarti suatu keharusan untuk melakukan

prestasi tertentu.

Salah satu unsur dari perikatan adalah adanya suatu prestasi (pasal 1234

KUHPerdata) yaitu:

1. Memberikan sesuatu

2. Berbuat suatu

3. Tidak berbuat sesuatu

Perjanjian diatur dalam KUHPerdata buku III bab II yang berjudul

tentang perikatan-perikatan yang dilahirkan dari kontrak atau perjanjian.

Perjanjian sebagai suatu peristiwa hukum, maksudnya peristiwa-peristiwa

yang akibatnya diatur oleh hukum. Perjanjian ini melahirkan sebuah

hubungan hukum antara pihak yang terkait. Sebab dari peristiwa hukum

itulah timbul hak atas prestasi serta kewajiban untuk berprestasi. Pasal 1313

KUHPerdata:

“suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau

lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”

Perjanjian adalah suatu hubungan hukum mengenai harta benda kekayaan

antara dua belah pihak, dalam mana suatu pihak berjanji atau dianggap

berjanji untuk melakukan suatu hal, sedangkan pihak lain berhak menuntut

pelaksanaan janji itu.16

16

Prodjodikoro Wirdjono, Azas-azas Hukum Perjanjian (Bandung: CV Mandar

Maju, 2004), h. 7.

Page 27: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

18

Sebelum kata sepakat terjadi masing-masing pihak menyatakan

kehendaknya, kemudian kehendak tersebut dinyatakan dalam kata-kata yang

diucapkan maupun dalam bentuk tertulis dengan tujuan agar kehendak itu

dapat diketahui dan disetujui oleh pihak lain Jadi kata sepakat berarti

persesuaian kehendak yang melahirkan perjanjian kedua belah pihak,

berdasarkan asas konsensualitas, dan dengan kata sepakat yang diucapkan

tersebut lahirlah perjanjian. Selanjutnya R. Subekti menyebutkan:

Pada dasarnya perjanjian dan perikatan yang timbul karenanya itu sudah

dilahirkan sejak detik tercapainya kesepakatan. Artinya perjanjian itu sudah

sah bila sudah sepakat mengenai hal yang pokok dan tidak diperlukan sesuatu

formalitas.17

Perjanjian merupakan terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa

belanda overenskomst. Perjanjian juga diartikan sebagai suatu persetujuan

dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk

melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan.18

Hukum yang mengatur tentang perjanjian ini disebut hukum perjanjian

(law of contract). Perumusan ini erat hubungannya dengan pembicaraan

adanya consensus, terletak dalam lapangan harta kekayaan. Pengertian

perjanjian ini memiliki unsur sebagai berikut:

1. Ada pihak-pihak, sedikitnya dua orang

2. Ada persetujuan antara pihak-pihak tersebut

17

Subekti, Hukum Perjanjian, h. 15.

18

Kusumahadi, Asas-Asas Hukum Perdata (Yogyakarta: Yayasan Badan Penerbit

Gadjah Mada, 2001), h. 77.

Page 28: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

19

3. Ada tujuan yang akan dicapai

4. Ada prestasi yang akan dilaksanakan.19

Selain perjanjian, Undang-undang juga merupakan sumber perikatan

sebagaimana disebutkan dalam pasal 1352 KUHPerdata:

“perikatan-perikatan yang dilahirkan demi Undang-Undang, timbul dari

Undang-Undang saja atau dari Undang-Undang sebagai akibat perbuatan

orang”.

2. Jenis-Jenis Perjanjian

Pada dasarnya, perjanjian menurut jenisnya dibagi menjadi dua macam

yaitu:

1. Perjanjian Nominaat

Merupakan perjanjian yang dikenal di dalam kitab Undang-undang

Hukum Perdata. Hal-hal yang termasuk dalam perjanjian nominaat adalah

jual beli, tukar menukar, sewa menyewa, persekutuan, perdata, hibah,

penitipan barang, pinjam pakai, pinjam meminjam, pemberian kuasa,

penangguhan hutang, perdamaian dan lain-lain.

2. Perjanjian Innominaat

Perjanjian yang timbul, tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Jenis

perjanjian ini belum dikenal pada saat KUHPerdata diundangkan, salah

satunya adalah perjanjian Nominee.20

19

Ibid., h. 79.

20

HS H Salim. “Perkembangan Hukum kontrak di luar KUHPerdata” (Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 1.

Page 29: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

20

Perjanjian juga dapat diklasifikasi menjadi perjanjian tertulis dan

perjanjian lisan. Dilihat dari segi kekuatan mengikatnya, maka perjanjian

dapat diklasifikasikan menjadi perjanjian dibawah tangan dan perjanjian

dengan akta otentik yang dibuat dihadapan Notaris-PPAT sebagai pejabat

umum.

Pembuatan akta-akta perjanjian sebagai salah satu bentuk perbuatan

hukum dilakukan oleh subyek hukum (orang atau badan hukum) dalam

lapangan hukum perdata berdasarkan norma hukum yang berlaku, memiliki

kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum, dan menimbulkan akibat

hukum.

Mengenai bentuk perjanjian yang dipilih sebagai instrumen hukum

penguasaan tanah atau saham 100 persen oleh orang asing untuk mengikat

warga Negara Indonesia secara empiris dilakukan melalui perjanjian tertulis

yang dibuat dalam bentuk akta dibawah tangan dan akta otentik yang dibuat

dihadapan Notaris. Kualifikasi akta yang dibuat dihadapan Notaris termasuk

akta para pihak bukan akta jabatan. Spirit akta yang dibuat dihadapan Notaris

adalah adanya akses kebebasan berkontrak sebagaimana diatur dalam buku

III KUHPerdata.

3. Perjanjian Nominee

Perjanjian nominee dikategorikan sebagai salah satu bentuk dari perjanjian

innominaat karena belum ada pengaturan secara khusus tentangnya dan tidak

secara tegas disebutkan dalam pasal-pasal KUHPerdata. Apabila hanya

dilihat dari sisi pemenuhan prestasi para pihak yang terlibat di dalam

Page 30: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

21

perjanjian, perjanjian nominee sebetulnya dapat dimasukkan dalam jenis

perjanjian atas beban.

Dalam system hukum di Indonesia, perjanjian nominee sebagai salah satu

bentuk dari perjanjian innominaat tidak diatur secara tegas dan khusus,

namun dalam praktiknya beberapa pihak banyak yang menggunakan

perjanjian nominee untuk membeli property atau berinvestasi di Indonesia.

Nominee adalah seseorang yang bertindak untuk nama pihak lain sebagai

wakil dalam arti yang terbatas. Terkadang istilah tersebut digunakan untuk

menandakan sebagai agen atau wali.21

Perjanjian nominee dalam praktiknya tidak hanya digunakan oleh pihak

asing (WNA) untuk berinvestasi di Indonesia, namun juga digunakan oleh

pasangan perkawinan campuran beda kewarganegaraan (yang tidak membuat

perjanjian perkawinan) untuk memiliki property di Indonesia. Sehingga

keberadaan perjanjian nominee di Indonesia cenderung lebih banyak

digunakan sebagai salah satu cara untuk melakukan penyulundupan hukum.

Contoh sederhana dari perjanjian nominee yang terjadi di Indonesia adalah

sebagai berikut:

Contoh pertama, seorang perempuan WNI (A) menikah dengan

seorang pria WNA (B), dan keduanya tidak membuat perjanjian

perkawinan. Akibat dari tidak dibuatnya perjanjian perkawinan adalah

bahwa A tidak dapat memiliki hak milik atas property di Indonesia

lebih dari satu tahun. Agar tetap dapat memiliki property, A membuat

21

Brayan A. Garner, Black’s Law Dictionary With Guide To Pronunciation, h.

1072.

Page 31: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

22

perjanjian nominee dengan saudaranya, yaitu C. dalam perjanjian

tersebut A akan memberikan sejumlah uang kepada C untuk membeli

property di Indonesia dengan menggunakan nama C. sebagai imbalan,

C akan menerima fee dari A setiap bulannya.

Contoh kedua, A dan B sebelum melangsungkan perkawinan telah

membuat perjanjian perkawinan. Kemudian di masa perkawinan, B

bermaksud untuk membeli property di Indonesia. Mengingat statusnya

sebagai WNA yang tidak berhak atas hak milik di Indonesia, maka B

membuat perjanjian nominee dengan A. dalam perjanjian tersebut

dinyatakan bahwa B menggunakan nama A untuk membeli property di

Indonesia, dan kemudian property tersebut digunakan sebagai modal

untuk melakukan usaha di Indonesia.

Contoh Ketiga, Ny.Andrea, seorang warga Negara Inggris, ingin

membeli saham PT.XYZ. dalam proses pembelian saham dimaksud,

NY.Andrea tidak menggunakan namanya sendiri melainkan

menggunakan nama Tuan Aris sebagai pialangnya. Sebelum

dilakukannya proses pembelian saham, antara NY.Andrea sebagai

benefical owner dan Tuan Aris sebagai nominee. Bentuk perjanjian

nominee antara para pihak tersebut dibuat dalam bentuk loan

agreement.

Berdasarkan beberapa contoh tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa

nominee adalah seseorang yang ditunjuk oleh pihak lain untuk

mewakilinya dalam melakukan suatu perbuatan hukum tertentu sesuai

Page 32: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

23

dengan kesepakatan para pihak, dan perbuatan hukum yang dilakukan oleh

nominee terbatas pada apa yang telah diperjanjikan sebelumnya dengan

pihak pemberi kuasa. Hal tersebut sejalan dengan pengertian nominee

sebagaimana tercantum dalam Black’s Law Dictionary.

Pada dasarnya, perjanjian nominee di Indonesia bukanlah suatu bentuk

perjanjian yang melanggar ketentuan dalam hukum perjanjian, meskipun

belum diatur secara tegas dan khusus. Namun, apabila materi atau objek

yang diperjanjikan oleh para pihak tersebut tidak sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, maka hal tersebut dapat

menimbulkan permasalahan hukum. Khususnya apabila salah satu pihak

melakukan wanprestasi atas kesepakatan bersama dalam perjanjian yang

dimaksud.

4. Perbedaan Antara Pemberian Kuasa Pada Umumnya Dengan

Perjanjian Nominee

Secara impilisit, suatu perjanjian nominee memiliki unsur-unsur

sebagai berikut:22

1. adanya perjanjian pemberian kuasa antara dua pihak, yaitu Benefical

Owner sebagai pemberi kuasa dan Nominee sebagai penerima kuasa,

yang didasarkan pada adanya kepercayaan dari Benefical Owner

kepada Nominee.

2. kuasa yang diberikan bersifat khusus dengan jenis tindakan hukum

yang terbatas.

22

Purba Natalia Christine, Keabsahan Perjanjian Innominaat Dalam Bentuk

Nominee agreement (Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2006) , h. 45-46.

Page 33: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

24

3. Nominee bertindak seakan-akan (as if) sebagai perwakilan dari

Benefical Owner di depan hukum.

Sekilas terlihat bahwa perjanjian nominee dengan pemberian kuasa

pada umumnya adalah sama karena keduanya memerlukan pihak yang

berperan sebagai pemberi kuasa dan penerima kuasa. Namun apabila

dikaji secara seksama, keduanya merupakan hal yang serupa tetapi tidak

sama. Perjanjian nominee dari sifatnya adalah sama dengan perjanjian

timbal-balik, dimana para pihak memiliki kewajiban untuk memenuhi

prestasi masing-masing pihak yang tercantum di dalam perjanjian. Hal

tersebut disebabkan kuasa yang terdapat di dalam perjanjian nominee

lebih bersifat last giving, dimana kuasa yang diberikan lebih menekankan

kepada pemberian beban perintah kepada si penerima kuasa untuk

melaksanakan prestasi yang diperjanjikan. Adapun pemberian kuasa pada

umumnya dibuat merupakan perjanjian sepihak yang bersifat volmacht

karena hanya memberikan kewenangan pada si penerima kuasa untuk

mewakili si pemberi kuasa. Selain itu, dalam pemberian kuasa bersifat

volmacht, pihak pemberi kuasa dapat mencabut kuasanya sewaktu-waktu

dengan berpedoman pada pasal 1813 – pasal 1819 KUHPerdata.

Page 34: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

25

BAB III

PENANAMAN MODAL ASING MENURUT UNDANG-UNDANG

PENANAMAN MODAL DAN UNDANG-UNDANG

PERSEROAN TERBATAS

A. Undang-Undang Penanaman Modal dan Undang-Undang Perseroan

Terbatas

1. Undang-Undang Penanaman Modal

Dalam mengatasi perkembangan dunia investasi di Indonesia, pada tahun

2007 lahirlah Undang-Undang Penanaman Modal yang baru, yaitu Undang-

Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal (UUPM)

menggantikan Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman

Modal Asing dan Undang-Undang No. 6 Tahun 1968 Tentang Penanaman

Modal Dalam Negeri. Dalam Undang-Undang Penanaman Modal yang

berlaku sekarang, masalah penanaman modal asing maupun dalam negeri

diatur dalam satu kesatuan.23

Lahirnya UUPM ini tidak terlepas dari empat

alasan penting yang mendasari keberadaannya, yaitu24

:

1) Legal certainty atau kepastian hukum adalah salah satu keharusan

untuk datangnya modal asing ke suatu Negara, disamping faktor

economy opportunity dan political stability.

23

David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing Di Indonesia, h. 11

24

Suparji, Penanaman Modal Asing Di Indonesia – insentif vs. pembatasan, h. 5-

6

Page 35: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

26

2) System hukum terdiri dari substansi, aparatur dan legal culture.

Ketiga unsur tersebut sama peranannya dalam menciptakan

predictability, stability, dan fairness.

3) Keanggotan Indonesia dalam World Trade Organization (WTO)

telah menyebabkan terjadinya pembauran undang-undang

penanaman modal Indonesia.

4) Substansi UUPM dan pelaksanaannya harus sebanding dengan

UndangUndang Penanaman Modal di Negara-negara pesaing

Indonesia dalam hal menarik minat pemodal asing.

Pasal 6 ayat (1) UUPM menyebutkan bahwa pemerintah memberikan

perlakuan yang sama kepada semua penanam modal yang berasal dari Negara

manapun yang melakukan kegiatan penanaman modal di Indonesia sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kemudian dalam pasal 6

ayat (2) UUPM, disbutkan bahwa perlakuan tersebut tidak berlaku bagi

penanam modal dari suatu Negara yang memperoleh hak istimewa

berdasarkan perjanjian dengan Indonesia. Ketentuan ini merupakan ketentuan

yang disesuaikan dengan prinsip yang dianut oleh Trade Related Investment

Measures – WTO (TRIMs)

Substansi dalam UUPM ini telah sejalan dengan prinsip WTO, yaitu the

most favored nations, yaitu suatu ketentuan yang diberlakukan oleh suatu

Negara haruslah diperlakukan pula kepada semua Negara anggota WTO.

Ketentuan tersebut bertujuan untuk menegakan prinsip non diskriminasi yang

dianut oleh WTO. Prinsip non diskriminasi mengharuskan Negara tuan

Page 36: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

27

rumah untuk tidak membedakan perlakuan antara penanam modal asing

dengan penanam modal dalam negeri25

.

Substansi baru lainnya dalam UUPM adalah ketentuan tentang tanggung

jawab penanam modal, yaitu dalam pasal 16 UUPM, yang berisi sebagai

berikut:

1) Menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak

bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan;

2) Menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian

jika penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau

menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan

ketentuan perturan perundang-undangan;

3) Menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik

monopoli, dan hal lain yang merugikan Negara;

4) Menjaga kelestarian lingkungan hidup;

5) Menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan

kesejahteraan pekerja; dan

6) Mematuhi semua peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan ketentuan dalam pasal 16 UUPM tersebut diatas, baik

penanam modal asing, maupun penanam modal dalam negeri memiliki

tanggung jawab hukum serta kewajiban untuk mentaati hukum Indonesia.

2. Undang-Undang Perseroan Terbatas

25

J. H. Jack, International Competition In Services: A Constitutional Framework

(Washington DC: America Institute For Public Policy Research, 1988), h.27

Page 37: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

28

Perseroan terbatas diatur dalam KUHD yang sudah berumur lebih dari

seratus Tahun. Selama perjalanan waktu tersebut telah banyak terjadi

perkembangan ekonomi dan dunia usaha, baik nasional maupun

internasional. Hal ini mengakibatkan KUHD tidak sesuai lagi dengan

tuntutan perkembangan. Di samping itu, di luar KUHD masih terdapat pula

pengaturan badan semacam perseroan terbatas bagi golongan bumiputera

sehingga timbul dualism badan hukum perseroan yang berlaku bagi warga

Negara Indonesia.

Untuk mengatasi hal ini dan untuk memenuhi kebutuhan hukum yang

sesuai dengan tuntutan perkembangan dan pembangunan nasional, sudah tiba

waktunya untuk mengadakan pembaruan hukum tentang perseroan terbatas.

Pada tahun 1995 mulailah babak baru karena pada tanggal 7 maret 1995

diundangkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan

Terbatas. Undang-undang ini mencabut ketentuan pasal 36-56 KUHD tentang

Perseroan Terbatas dan berikut segala perubahannya terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1971 dan Stb. Nomor 569 dan Nomor 717

Tahun 1939 tentang Ordonansi Maskapai Andil Indonesia. Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1995 terdiri dari 12 bab dengan 129 pasal dan mulai berlaku

satu tahun kemudian terhitung sejak tanggal diundangkan.

Namun dalam perkembangan berlakunya selama 12 (dua belas) tahun,

ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tersebut dipandang

tidak lagi memenuhi perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat

karena keadaan ekonomi serta perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,

Page 38: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

29

dan informasi sudah berkembang begitu pesat khususnya pada era

globalisasi. Disamping itu, meningkatnya tuntutan masyarakat akan layanan

yang cepat, kepastian hukum, serta tuntutan akan perkembangan dunia usaha

yang sesuai dengan prinsip pengelolaan perusahaan yang baik (good

corporate governance) menuntut penyempurnaan dan penggantian Undang-

Undnag Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.

Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 disempurnakan

dan diganti dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas, yang diundangkan melalui Lembaran Negara Nomor 106

Tahun 2007. Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.26

Terhadap Perseroan Terbatas ini dalam beberapa bahasa disebut sebagai

berikut :

1) Dalam bahasa Inggris disebut dengan Limited (Ltd.) Company atau

Limited Liability Company ; ataupun Limited (Ltd) Corporation.

2) Dalam bahasa Belanda disebut dengan Naamlooze Vennotschap

atau yang sering disingkat dengan NV saja.

3) Dalam bahasa Jerman terhadap perseroan terbatas ini disebut

dengan Gesellschaft mit Beschrankter Haftung.

4) Dalam bahasa Spanyol disebut dengan Sociedad De

Responsabilidad Limitada. 27

26

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia (Bandung: Citra Aditya

Bakti, 2010), cet. 4, h. 104-105

27

Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru (Bandung: Citra Aditya

Bakti, 2003), h. 4

Page 39: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

30

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 mendefinisikan Perseroan

Terbatas yaitu:

“Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan

hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha

dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi

persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini serta peraturan

pelaksanaannya.”

Dari batasan yang diberikan tersebut di atas ada 5 (lima) hal pokok yang

dapat kita kemukakan disini :28

1) Perseroan terbatas merupakan suatu badan hukum

2) Didirikan berdasarkan perjanjian

3) Menjalankan usaha tertentu

4) Memiliki modal yang terbagi dalam saham-saham

5) Memenuhi persyaratan Undang –Undang

Sementara itu Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan

Terbatas mendefinisikan:

“Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan

hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,

melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi

dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-

Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.”

28

Ahmad Yani & Gunawan Widjaya, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas

(Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000), h. 7

Page 40: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

31

Undang-undang ini menambahkan hal pokok yang tidak disebutkan dalam

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, yaitu merupakan persekutuan modal.

Sebagai Konsekuensi dari dianutnya paham yang dianut Undang-Undang

Perseroan Terbatas, yang menyatakan PT adalah badan hukum yang didirikan

berdasarkan Perjanjian, maka pasal 7 ayat (1) Undang – Undang Perseroan

Terbatas mensyaratkan bahwa PT harus didirikan dua orang atau lebih istilah

orang di sini bermakna orang perorangan (natural person) atau badan

hukum(legal enitity). Dengan demikian pemegang saham PT dapat berupa

orang perorangan maupun badan hukum.

Syarat sahnya pendirian perseroan, jika diteliti ketentuan yang diatur pada

bagian Kesatu dimaksud, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi

supaya pendirian perseroan sah sebagai badan hukum yang terdiri atas:

1) Harus didirikan oleh 2 orang atau lebih;

2) Pendirian Berbentuk Akta Notaris;

3) Dibuat dalam Bahasa Indonesia;

4) Setiap pendiri wajib mengambil saham; dan

5) Mendapat pengesahan dari MENKUM & HAM (Menteri).

Dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2007 Pasal 7 ayat (1)

menerangkan, bahwa, Yang dimaksud dengan “orang” adalah orang

perseorangan, baik warga negara Indonesia maupun asing atau badan hukum

Indonesia atau asing. Ketentuan dalam ayat ini menegaskan prinsip yang

berlaku berdasarkan Undang-Undang ini bahwa pada dasarnya sebagai badan

Page 41: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

32

hukum, Perseroan didirikan berdasarkan perjanjian, karena itu mempunyai

lebih dari 1 (satu) orang pemegang saham.

Mengenai Klasifikasi Perseroan Terbuka yang diatur dalam UUPT 2007,

tersurat dan tersirat pada pasal 1 ayat 7 dan pasal 1 ayat 8. Berdasar ketentuan

pasal dimaksud, Klasifikasi Perseroan Terbuka, dapat dijelaskan dalam

uraian di bawah ini :

1) Perseroan Terbuka

2) Perseroan Publik

Klasifikasi Perseroan Terbuka ( Perseroan Tbk), sebagaimana yang

dinyatakan pada pasal 1 ayat (7) UUPT 2007, yang berbunyi : Perseroan

Terbuka adalah Perseroan publik atau Perseroan yang melakukan penawaran

umum saham, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan di

bidang pasar modal. Jadi yang dimaksud dengan Perseroan Tbk menurut

pasal 1 ayat 7 UUPT 2007, adalah Perseroan Publik yang telah memenuhi

ketentuan pasal 1 ayat 22 UU No.8 Tahun 1995 yakni memiliki pemegang

saham sekurang – kurangnya 300 (tiga ratus) orang, modal disetor sekurang –

kurangnya Rp3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah), Perseroan yang melakukan

penawaran umum (public offering) saham di Bursa Efek. Maksudnya

Perseroan tersebut, menawarkan atau menjual saham atau efeknya kepada

masyarakat luas.

Hanya Emiten yang boleh melakukan penawaran umum. Menurut Pasal 1

ayat 6 UUPM, Emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum dan

penawaran umum baru dapat dilakukan emiten, setelah lebih dulu mendaftar

Page 42: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

33

ke Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), sesuai dengan ketentuan

pasal 3 UUPM, BAPEPAM berfungsi melakukan pembinaan, pengaturan,

dan pengawasan sehari – hari kegiatan pasar modal. BAPEPAM berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan.

Perseroan Publik terdapat pada pasal 1 ayat (8) UUPT 2007, yang

berbunyi Perseroan Publik adalah perseroan yang telah memenuhi kriteria

jumlah pemegang saham dan modal disetor sesuai dengan ketentuan

peraturan. Rujukan peraturan perundang – undangan yang dimaksud pasal 1

angka 8 UUPT 2007 adalah UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

(selanjutnya, UUPM) dalam hal ini pasal 1 ayat 22. Menurut pasal ini, agar

Perseroan menjadi Perseroan publik, harus memenuhi kriteria sebagai

berikut:

1) Saham Perseroan yang bersangkutan, telah dimiliki sekurang –

kurangnya, 300 (tiga ratus) pemegang saham,

2) Memiliki modal disetor (gestort capital, paid up capital) sekurang

- kurangnya Rp3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah),

3) Atau suatu jumlah pemegang saham dengan jumlah modal disetor

yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah.

Faktor yang disebut di ataslah yang menjadi landasan hukum menentukan

kriteria suatu Perseroan menjadi Perseroan publik. Apabila pemegang

sahamnya telah mencapai 300 (tiga ratus) orang, dan modal disertai mencapai

Rp3.000.000.000,- Perseroan tersebut telah memenuhi kriteria sebagai

Perseroan publik. Kalau Perseroan yang telah memenuhi kriteria yang disebut

Page 43: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

34

diatas, Perseroan itu harus mematuhi ketentuan Pasal 24 UUPT 2007.

Menurut pasal ini :

1) Perseroan yang telah memenuhi kriteria sebagai Perseroan Publik,

wajib mengubah Anggaran Dasar (AD) menjadi Perseroan Terbuka

(Perseroan Tbk),

2) Perubahan AD dimaksud, harus dilakukan dalam jangka waktu 30

hari terhitung sejak terpenuhi kriteria tersebut,

3) Selanjutnya, Direksi Perseroan “wajib” mengajukan pernyataan

pendaftaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –

undangan di bidang pasar modal.

B. Penanaman Modal Asing di Indonesia

1. Pengertian Penanaman Modal

Istilah penanaman modal atau investasi merupakan istilah yang dikenal

dalam kegiatan bisnis sehari-hari maupun dalam bahasa perundang-

undangan. Istilah investasi merupakan istilah yang populer dalam dunia

usaha, sedangkan istilah penanaman modal lazim digunakan dalam

perundang-undangan. Namun pada dasarnya kedua istilah tersebut

mempunyai pengertian yang sama, sehingga kadangkala digunakan secara

interchangeable.29

Investasi memiliki pengertian yang lebih luas karena dapat mencakup baik

investasi langsung (direct investment) maupun investasi tidak langsung

29

Ida Bagus Rachmadi Supancana, Kerangka Hukum & Kebijakan Investasi

Langsung di Indonesia (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2006), h. 1

Page 44: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

35

(portofolio investment), sedangkan dalam penanaman modal lebih memilik

konotasi kepada investasi langsung.30

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal pasal 1

ayat (1), mendefinisikan penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan

menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam

modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Indonesia.

Secara umum investasi atau penanaman modal dapat diartikan sebagai

suatu kegiatan yang dilakukan baik oleh pribadi (natural person) maupun

badan hukum (judicial person) dalam upaya untuk meningkatkan dan/atau

mempertahankan nilai modalnya, baik yang berbentuk uang tunai (cash

money), peralatan (equipment), aset tidak bergerak, hak atas kekayaan

intelektual, maupun keahlian.31

Dari beberapa pengertian diatas, dapat ditarik unsur-unsur terpenting dari

kegiatan investasi atau penanaman modal, yaitu:

1) Adanya motif untuk meningkatkan atau setidak-tidaknya

mempertahankan nilai modalnya.

2) Bahwa “modal” tersebut tidak hanya mencakup hal-hal yang

bersifat kasat mata dan dapat diraba (tangible), tetapi

jugamencakup sesuatu yang bersifat tidak kasat mata dan tidak

dapat diraba (intangible). Intangible mencakup keahlian,

30

Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal: Tinjauan Terhadap

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2007), h. 10

31

Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal. h. 3

Page 45: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

36

pengetahuan jaringan, dan sebagainya yang dalam berbagai

kontrak kerja sama (Joint venture agreement) biasanya disebut

valuable services.32

Kegiatan investasi penanaman modal pada hakikatnya dapat dibedakan

dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu sebagai berikut33

:

1) Penanaman modal langsung (Direct Investment) atau dikenal juga

sebagai penanaman modal jangka panjang

2) Penanaman modal tidak langsung (Indirect Investment) yang lebih

dikenal sebagai Portofolio Investment yang pada umumnya

merupakan penanaman modal jangka pendek.34

Perbedaan investasi langsung dengan investasi tak langsung adalah

sebagai berikut35

:

1) Pada investasi tak langsung, pemegang saham tidak memiliki

kontrol pada pengelolaan perseroan sehari-hari.

2) Pada investasi tak langsung, biasanya resiko ditanggung sendiri

oleh pemegang saham sehingga pada dasarnya tidak dapat

mengganggu perusahaan yang menjalankan kegiatannya.

3) Kerugian pada investasi tak langsung, pada umumnya tidak

dilindungi oleh hukum kebiasaan internasional.

32

Ida Supancana, Kerangka Hukum & Kebijakan Investasi Langsung di

Indonesia, h. 2

33

Endang Purwaningsih, Hukum Bisnis (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h.259

34

Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal. h. 4-5

35

Endang Purwaningsih, Hukum Bisnis, h. 259-260

Page 46: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

37

Investasi atau penanaman modal dalam UU No. 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal, membagi macam-macam penanaman modal yaitu sebagai

berikut36

:

1) Penanaman Modal Dalam Negeri

2) Penanaman Modal Asing

2. Penanaman Modal Asing di Indonesia

Mengenai definisi atau pengertian tentang penanaman modal asing, dalam

pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal

asing, ialah Pengertian penanaman modal asing di dalam Undang-undang ini

hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan

menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang ini dan yang

digunakan untuk menjalankan Perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa

pemilik modal secara langsung menanggung reziko dari penanaman modal

tersebut.

Sedangkan dalam Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2007, dijelaskan bahwa Penanam modal asing adalah perseorangan warga

negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan

penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia.

Selain itu, dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

tentang Penanaman Modal telah ditentukan secara jelas tentang bentuk

hukum perusahaan penanaman modal asing. Untuk badan usaha yang

36

Ibid., h. 259

Page 47: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

38

berstatus sebagai penanaman modal asing, pembentuk undang-undang

mensyaratkan badan usahanya berbentuk hukum Perseroan Terbatas (PT).37

dimana UU itu berbunyi:

“penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas

berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di wilayah negara Republik

Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.”38

Pembahasan mengenai latar belakang investasi, khususnya penanaman

modal asing di Indonesia, berkaitan erat dengan sejarah peraturan perundang-

undangan bidang penanaman modal asing yang pengaturannya sudah sejak

lama mendapatkan perhatian dari pemerintah, jauh sebelum masa Orde Baru.

Namun hal tersebut belum dapat terlaksana karena pada masa itu berkembang

anggapan bahwa masuknya modal asing justru akan menghambat

pertumbuhan ekonomi rakyat karena akan memeras bangsa dan sumber-

sumber kekayaan alam Indonesia.

Terlepas dari pendapat pro dan kontra terhadap kehadiran investasi asing,

namun secara teoritis kiranya dapat dikemukakan, bahwa kehadiran investor

asing di suatu negara mempunyai manfaat yang cukup luas (multiplier effect).

Manfaat yang dimaksud, yakni kehadiran investor asing dapat menyerap

tenaga kerja di negara penerima modal, dapat menciptakan demand bagi

produk dalam negeri sebagai bahan baku, menambah devisa apalagi investor

asing yang berorientasi ekspor, dapat menambah penghasilan negara dari

37

Sentosa Sembiring, Hukum Investasi. Pembahasan dilengkapi dengan Undang-

Undang no 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal (Bandung: Nuansa Aulia, 2007), h.

200 38

Salim HS. dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, h. 174.

Page 48: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

39

sektor pajak, adanya alih teknologi (transfer of technology) maupun alih

pengetahuan (transfer of know how). Dilihat dari sudut pandang ini terlihat

bahwa, kehadiran investor cukup berperan dalam pembangunan ekonomi

suatu negara, khususnya pembangunan ekonomi di daerah dimana FDI

menjalankan aktifitasnya.39

John W. Head mengemukakan tujuh keuntungan investasi, khususnya

investasi asing. Ketujuh investasi asing itu adalah:40

1) menciptakan lowongan kerja bagi penduduk negara tuan rumah

sehingga mereka dapat meningkatkan penghasilan dan standar

hidup mereka;

2) menciptakan kesempatan penanaman modal bagi penduduk negara

tuan rumah sehingga mereka dapat berbagi dari pendapatan

perusahaan-perusahaan baru;

3) meningkatkan ekspor dari negara tuan rumah, mendapatkan

penghasilan tambahan dari luar yang dapat dipergunakan untuk

berbagai keperluan bagi kepentingan penduduknya;

4) menghasilkan pengalihan teknis dan pengetahuan yang dapat

digunakan oleh penduduk untuk mengembangkan perusahaan dan

industri lain;

5) memperluas potensi keswasembadaan negara tuan rumah dengan

memproduksi barang setempat untuk menggantikan barang impor;

39

Hendrik Budi Untung, Hukum Bisnis Pasar Modal (Yogyakarta: Andi

Publisher, 2011), h. 41-42.

40

Salim HS. dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia (Jakarta: Rajawali

Pers, 2008), h. 86-87

Page 49: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

40

6) menghasilkan pendapatan pajak tambahan yang dapat digunakan

untuk berbagai keperluan, demi kepentingan penduduk negara tuan

rumah;

7) membuat sumber daya negara tuan rumah baik sumber daya alam

maupun sumber daya manusia, agar lebih baik pemanfaatanya dari

semula.

Arti pentingnya kehadiran investor asing dikemukakan Gunarto Suhardi:41

“investasi langsung lebih baik jika dibandingkan dengan investasi portofolio,

karena langsung lebih permanen. Selain itu investasi langsung:

1) memberikan kesempatan kerja bagi penduduk;

2) mempunyai kekuatan penggandaan dalam ekonomi lokal;

3) memberikan residu baik berupa peralatan maupun alih teknologi;

4) apabila produksi diekspor memberikan jalan atau jalur pemasaran

yang dapat dirunut oleh pengusaha lokal disamping seketika

memberikan tambahan devisa dan pajak bagi negara;

5) lebih tahan terhadap fluktuasi bunga dan valuta asing;

6) memberikan perlindungan politik dan keamanan wilayah karena bila

investor berasal dari negara kuat niscaya bantuan keamanan juga akan

diberikan.”

Dengan semakin maraknya PMA di Indonesia dan penyebarannya lebih

merata di seluruh wilayah jelas akan memberikan kontribusi cukup besar bagi

pertumbuhan ekonomi daerah-daerah, khususnya daerah yang relatif belum

berkembang. Manfaat ekonomi lainnya dari investasi asing ini adalah,

41

Hendrik Budi Untung, Hukum Bisnis Pasar Modal, h. 42.

Page 50: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

41

dimungkinkannya transfer teknologi dari negara asal, peningkatan skala

produksi untuk tujuan ekspor, menyerap banyak tenaga kerja, serta

mempengaruhi perkembangan sektor-sektor ekonomi lainnya.42

Bagi investor/penanam modal atau yang dalam hal ini Perusahaan

Multinasional, manfaat dari kegiatan penanaman modal asing secara langsung

(foreign direct investment) yang mereka lakukan pada dasarnya sama dengan

alasan mereka untuk melakukan investasi secara langsung tersebut.

Sementara bagi negara asal (home country) manfaat dari kegiatan penanaman

modal secara langsung (foriegn direct investment) pada dasarnya sama juga

dengan motif mereka untuk melakukan investasi secara langsung.

Adapun motivasi dari negara maju untuk berinvestasi dapat dikemukakan

secara analogi dari hasil penelitian Edward K.Y. Chen sebagai berikut:43

1) Lower cost and rent;

2) Lower labour cost;

3) Diversification of risk;

4) To make fuller use of the technical and production know-how

developed or adopted by investee;

5) To avoid or reduce the pressure of competition from other corporation

in investee countries;

6) To make use outdated machinery used in the investee corporation;

7) Higher rates of profits;

8) Avalability of higher levels of technology;

42

Bambang Sunggono, Metedologi Penelitian Hukum (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada), h. 38

43

Hendrik Budi Untung, Hukum Bisnis Pasar Modal, h. 30

Page 51: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

42

9) Lower capability;

10) Defending the existing market by directly investing there;

11) To build up a vertically integrated structure;

12) To circumvent tariffs and quotas imposed by develop countries;

13) Establishing a subsidiary overseas is similar to investing in financial

market overseas;

14) Availability of technical and skilled labour force;

15) Availibility of management manpowert;

16) To open up new markets by directly investing there;

17) Availability of raw materials and or intermediate products.

Rancangan Undang-Undang Penanaman Modal Asing untuk pertama kali

diajukan pada tahun 1952 pada masa kabinet Ali Sastromidjojo I. Akan tetapi

Rancangan Undang-Undang tersebut belum sempat diajukan ke parlemen

karena jatuhnya masa kabinet yang bersangkutan. Pada masa kabinet Ali

Sastromidjojo II, untuk kedua kalinya Rancangan Undang-Undang Tentang

Penanaman Modal Asing kembali diajukan. Namun pengajuan tersebut

ditolak oleh pihak parlemen. Kedua Rancangan Undang-Undang tersebut

bermaksud untuk mengadakan pembatasan-pembatasan tertentu supaya

anggapan yang selama ini negatif di dalam masyarakat terhadap keberadaan

modal asing dapat dieliminir44

.

Pada awalnya, yaitu pada masa orde lama dan awal orde baru, dalam hal

penanaman modal atau investasi di bedakan menjadi 2 jenis yaitu penanaman

44

Panjaitan Hulman dan Sianipar Anner Mangatur, Hukum Penanaman Modal

Asing (Jakarta: IND-HILL CO, 2003), cet. 1 h. 1.

Page 52: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

43

modal dalam negeri dan penanaman modal dalam negeri. Sehingga ini

berpengaruh pada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang

penanaman modal. Yaitu Undang-undang No. 1 Tahun 1967 tentang

Penanaman Modal Asing (UUPMA) dan Undang-Undang No. 6 Tahun 1968

tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (UUPMDN).45

Pada kurun waktu tahun 1996 – 1967 sebelum diundangkannya Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1967, terdapat kekosongan hukum bidang

penanaman modal asing. Kemudian berdasarkan amanat TAP MPRS

No.XXIII/ MPRS/ 1966 dikeluarkanlah Undang – Undang Nomor 1 Tahun

1967 tentang Penanaman Modal Asing. Dalam kurun waktu dimaksud,

keadaan ekonomi Indonesia sangat memprihatinkan dan dari sejarah

diketahui bahwa pembangunan nasional yang direncanakan tidak dapat

berjalan dengan baik. Memperhatikan kondisi perekonomian nasional yang

memprihatinkan, Majelis Permusyawaratan Sementara (MPRS) memutuskan

suatu kebijaksanaan perekonomian Indonesia melalui Ketetapan MPRS

No.XXIII/ MPRS/ 1966 tentang Pembaharuan Kebijaksanaan Landasan

Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan, khususnya ketentuan dalam Pasal 9

dan Pasal 1046

.

Sebelum Indonesia melahirkan Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1967

tentang Penanaman Modal Asing, Presiden Soeharto mengemukakan

kebijakan dasar untuk menerbitkan Undang – Undang Penanaman Modal

45

David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing Di Indonesia (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2013), h. 11

46

Ibid, h. 2-3.

Page 53: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

44

Asing dalam konferensi yang diselenggarakan di Genewa pada tahun 1967,

yang antara lain menyatakan47

:

“We have made a beginning of revamping of our internal economy,

seeking top balance the government’s budget, initiate austerity and

give market forces a greater role in the allocation of resources. We

are only at the beginning and still have to pull cursives uphill for a

long way. We realize that foreign aid, foreign technical assistance

and foreign private investment by them selves can never make a

country viable economy, but their role in a recovery period can be

crucial.”

Berdasarkan konferensi tersebut, Pemerintah Indonesia menyimpulkan

adanya persoalan-persoalan penanaman modal asing, yaitu:

“Pertama, kebijaksanaan yang overall mengenai penanaman

modal asing dianggap lebih baik daripada unilateral deals yang

bersifat ad hoc. Untuk itu perlu adanya jaminan bagi investor

asing terhadap perubahan sewenang – wenang dalam peraturan

perundang – undangan, terutama yang menyangkut barang –

barang impor yang diperlukan bagi produksi. Kedua, jangka waktu

berusaha 30 tahun sebagaimana tercantum dalam Undang – undang

No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing bagi industri

yang kapital dan labor intensif seperti dalam mining dan

manufacturing dianggap terlalu singkat jika dibandingkan dengan

47

Suparji, Penanaman Modal Asing Di Indonesia – insentif vs. pembatasan, h.

38.

Page 54: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

45

resiko yang mungkin terjadi. Ketiga, pada umumnya

penyederhanaan struktur pajak sangat diinginkan investor asing

agar dengan mudah dapat membayar pajak secara lumsum (flat

company tax rate) dan tidak harus menghitung berbagai macam

pajak yang diwajibkan. Oleh karenanya, pajak keuntungan sebesar

60% dianggap terlalu tinggi dan ketentuan undang – undang lalu

lintas devisa yang mengizinkan transfer US $ 400 sebulan

dianggap terlalu rendah. Keempat, peraturan – peraturan yang

wajar diperlakukan untuk memungkinkan hubungan kerja yang

baik antara manajemen dan buruh. Kelima, diskriminasi perlakuan

terhadap investor asing dibandingkan dengan perusahaan nasional

mempunyai akibat yang kurang baik. Keenam, diperlukan

ketentuan – ketentuan lebih lanjut mengenai hak atas tanah bagi

investor asing. Ketujuh, pelabuhan, jalan – jalan dan

pengangkutan udara dengan fasilitas yang cukup baik merupakan

insentif bagi penanaman modal asing. Kedelapan, diperlukan

adanya iklim usaha yang favorable, seperti prosedur yang

sederhana dan tidak terlalu banyak instansi yang diberi wewenang

untuk memberikan izin penanaman modal asing. Kesembilan,

diperlukan adanya peraturan mengenai perusahaan yang lengkap

untuk mempermudah para investor asing dalam menjalankan

usahanya48

.”

48

Ilmar Aminuddin, Hukum Penanaman Modal Asing (Jakarta: Prenada Media,

Page 55: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

46

Undang – undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing

pada dasarnya merupakan tindak lanjut dari Ketetapan MPRS No. XXIII/

MPRS/ 1966 tentang Pembaharuan Kebijaksanaan Landasan Ekonomi,

Keuangan dan Pembangunan, khususnya Pasal 9 No. XXIII/ MPRS/ 1966

yang menyebutkan bahwa dalam rangka mencapai sasaran pembangunan,

maka pemerintah merangsang sebanyak mungkin dana dan tenaga baik di

dalam sector pemerintah sendiri maupun dalam sector swasta, baik yang

berasal dari dalam negeri maupun luar negeri49

. Undang-Undang Penanaman

Modal Asing pada dasarnya dibuat dalam rangka memanfaatkan modal asing

dalam perekonomian Indonesia dan untuk membuka perekonomian serta

menggiatkan kembali dunia usaha.

Penanaman modal asing di Indonesia dapat dilakukan oleh pihak

asing/perorangan atau badan hukum ke dalam suatu perusahaan yang seratus

persen diusahakan oleh pihak asing atau dengan menggabungkan modal asing

itu dengan modal nasional.

Menurut Ismail Suny ada 3 (tiga) macam kerjasama antara modal asing

dengan modal nasional berdasarkan undang-undang penanaman modal asing

No. 1 Tahun 1967 yaitu joint venture, joint enterprise dan kontrak karya.50

Dalam hal joint venture para pihak tidak membentuk badan hukum yang

2004), h. 31-33.

49

Suparji, Penanaman Modal Asing Di Indonesia – insentif vs. pembatasan, h.

40.

50

Ismail Suny dan Rochmat Rudiro, Tinjauan dan Pembahasan Undang-Undang

Penanaman Modal Asing dan Kredit Luar Negeri, (Jakarta: Pradjna Paramita, 1998),

h. 108.

Page 56: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

47

baru, akan tetapi kerjasama semata-mata bersifat kontraktuil, sedangkan

dalam joint enterprise terjadi penggabungan modal asing dengan modal

nasional ke dalam satu badan hukum Indonesia dan dalam kontrak kerja

pihak asing membentuk suatu badan hukum Indonesia dan badan hukum

Indonesia ini bekerjasama dengan badan hukum (nasional) Indonesia yang

lain.

Adapun kebijakan yang diterapkan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun

1967 menganut system terbuka dan liberal, dimana undang-undang

inimemberikan insentif dan fasilitas kepada para penanam modal asing,

yaitu51

:

Pertama, pasal 9 Undang-Undang Nonmor 1 Tahun 1967 tentang

Penanaman Modal Asing menyebutkan bahwa pemilik modal mempunyai

wewenang sepenuhnya dimana modalnya ditanam. Di samping itu,

perusahaan-perusahaan modal asing juga diijinkan 1untuk mendatangkan

dan menggunakan warga Negara asing bagi jabatan-jabatan yang belum

dapat diisi dengan tenaga kerja warga Negara Indonesia (Pasal 11 Undang-

Undang No. 1 Tahun 1967)

Kedua, pasal 14 Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman

Modal Asing menyebutkan bahwa, untuk keperluan perusahaan-

perusahaan modal asing dapat diberikan tanah dengan hak guna bangunan,

hak guna usaha, dan hak pakai menurut peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

51

Suparji, Penanaman Modal Asing Di Indonesia – insentif vs. pembatasan, h.

41-46

Page 57: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

48

Ketiga, Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal

Asing juga mennyediakan insentif berupa kelonggaran perpajakan. Pasal

15 menyebutkan bahwa, penanaman modal asing diberikan pembebasan

dari pajak perseroan atas keuntungan untuk jangka waktu tertentu yang

tidak melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung dari saat usaha mulai

berproduksi , pembebasan pajak devisa atas bagian laba yang dibayarkan

kepada pemegang saham dengan syarat laba tersebut diperoleh dalam

waktu yang tidak melebihi waktu 5 (lima) tahun terhitung dari saat usaha

mulai berproduksi, pembebasan pajak perseroan atas keuntungan yang

ditanam dalam perusahaan bersangkutan di Indonesia untuk jangka waktu

tertentu yang tidak melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung dari

saat penanaman modal kembali, pembebasan bea masuk pada waktu

perusahaan barang-barang perlengkapan tetap kedalam wilayah Indonesia

dan bea materai modal atas penempatan modal yang berasal dari

penanaman modal asing. Selain itu, Undang-Undang No. 1 Tahun 1967

tentang Penanaman Modal Asing juga menyediakan keringanan atas

pengenaan pajak perseroan dengan suatu tarif yang proporsional dan

setinggi-tingginya 50% untuk jangka waktu yang tidak melebihi 5 (lima)

tahun sudah jangka waktu pembebasan, dengan cara memperhitungkan

kerugian yang diderita selama jangka waktu pembebasan dan dengan

mengizinkan penyusutan yang dipercepat atas alat-alat perlengkapan tetap.

Fasilitas di bidang perpajakan tersebut diubah dengan Undang-Undang

Page 58: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

49

No. 11 Tahun 1970 Tentang perubahan dan tambahan Undang-Undang

No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing.

Keempat, perusahaan penanam modal asing diberikan insentif berupa hak

transfer sebagaimana disebutkan dalam pasal 19 Undang-Undang No. 1

Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, yaitu bahwa kepada

perusahaan modal asing diberikan hak transfer dalam valuta asing.dari

modal atas dasar nilai tukar yang berlaku untuk keuntungan yang

diperoleh modal sesudah dikurangi pajak-pajak dan kewajiban

pembayaran lain di Indonesia serta biaya-biaya yang berhubungan dengan

tenaga asing yang dipekerjakan di Indonesia.

Kelima, Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal

Asing memberikan jaminan tidak ada nasionalisasi dan pemberian

kompensasi jika ada nasionalisasi, sebagaimana diatur dalam pasal 21 dan

pasal 22 ayat (1).

Keenam, penyelesaian sengketa diserahkan kepada arbitrase internasional.

Hal ini menunjukan bahwa Indonesia tidak bersikap subjektif apabila

terjadi sengketa dengan penanam modal asing. Tindak lanjut dari

ketentuan ini, Pemerintah Indonesia telah meratifikasi kenvensi

International Centre for Settlement of Investment Disputes (ICSID)

dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 1968 tentang penyelesaian

perselisihan antara negara dan warga negara asingmengenai penanaman

modal.

Page 59: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

50

Di samping menegenai insentif bagi para penanam modal asing, Undang-

Undang No. 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing juga mengatur

pembatasan-pembatasan terhadap modal asing, yaitu52

:

1) Ketentuan pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No. 1 Tahun 1967

Tentang Penanaman Modal Asing menyebutkan bahwa kegiatan

penanaman modal dijalankan melalui perusahaan badan hukum

yang berkedudukan di Indonesia, dan selanjutnya pemerintah akan

menetapkan apakah suatu perusahaan dijalankan untuk seluruhnya

atau bagian terbesar di Indonesia sebagai kesatuan perusahaan.

Berdasarkan ketentuan pasal 3 ayat (1) ini Undang-Undang No. 1

Tahun 1967 terlihat dua materi pokok yang dapat dijadikan dasar

untuk menentukan status hukum dari perusahaan penanam modal

asing, yaitu kesatuan perusahaan yang tersendiri. Hal ini berarti

bahwa perusahaan yang didirikan di Indonesia dalam rangka

penanaman modal asing di Indonesia adalah perusahaan baru yang

berdiri sendiri dan atau terlepas dari perusahaan prinsipial yang ada

diluar negeri maupun dalam negeri. Selain itu perusahaan baru

yang dibentuk secara khusus itu didirikan menurut hukum yang

berlaku di Indonesia dan oleh sebab itu perusahaan tersebut

merupakan Badan Hukum Indonesia. Secara aspek teoritis Hukum

Perdata Intersional, ketentuan pasal 3 tersebut menganut doctrine

of the place of incorporation. Sementara dalam praktek di beberapa

52

Ibid, h. 46-48

Page 60: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

51

Negara, status hukum Negara penerima lazim pula ditemui pada

perusahaan-perusahaan cabang milik asing di luar negeri.53

2) Ketentuan pasal 5 ayat (1) Undang-Undang No. 1 Tahun 1967

Tentang Penanaman Modal Asing menyebutkan bahwa semua

bidang usaha terbuka bagi kegiatan penanama modal asing kecuali

yang dinyatakan tertutup atau terbuka dengan persyaratan. Sector

yang dinyatakan tertutup adalah sektor tersebut menguasai hajat

hidup orang banyak atau menduduki peranan penting bagi

pertahanan Negara.

3) Perusahaan-perusahaan modal asing diwajibkan untuk

menggunakan tenaga kerja Indonesia sebanyak mungkin kecuali

apabila jabatan-jabatan yang diperlukan belum dapat diisi dengan

tenaga kerja Indonesia, dapat digunakan tenaga ahli WNA. Selain

itu perusahaan-perusahaan modal asing juga berkewajiban

menyelenggarakam dan/atau menyediakan fasilitas-fasilitas latihan

dan pendidikan bagi WNI

4) Jangka waktu izin perusahaan penanaman modal asing dibatasi.

Hal ini terlihat pada pasal 18 Undang-Undang No. 1 Tahun 1967

Tentang Penanaman Modal Asing. Disamping itu, perusahaan

penanam modal asing juga diwajibkan untuk melakukan

pembukuan tersendiri dari modal asing dan tiap tahun diwajibkan

53

Sunaryati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia (Bandung:

Binacipta, 1982), h. 116.

Page 61: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

52

untuk menyampaikan kepada pemerintah suatu ikhtisiar dari modal

asingnya.

5) Perusahaan penanam modal asing diwajibkan memberikan

partisipasi bagi modal nasional (pasal 27 Undang-Undang No. 1

Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing).

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

memberikan ketentuan terhadap investor asing yang akan menanamkan

modalnya (melakukan kegiatan usaha) di Indonesia harus mendirikan badan

usaha yang berbentuk perseroan terbatas (PT), juga karena para usahawan itu

sendiri yang memilih untuk mendirikan badan usaha yang berbentuk

perseroan terbatas (PT) dalam melakukan aktivitas usahanya. Pemilihan itu

tentunya bukan tidak beralasan karena PT sebagai bentuk badan usaha dirasa

mempunyai kelebihan dibanding badan usaha lainnya.54

54

Agus Budiarto, Kedudukan Hukum Dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan

Terbatas (Jakarta: Ghalia Indonesia,2002), h. 13

Page 62: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

53

BAB IV

TINJAUAN HUKUM PERJANJIAN NOMINEE TERHADAP

PEMBERIAN KUASA PENANAM MODAL ASING DALAM

KEPEMILIKAN SAHAM PERSEROAN TERBATAS

A. Praktik Perjanjian Nominee di Indonesia

Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisaa Ayat 29 :

55

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu

dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan

suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu[287];

Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.(QS : An-nisa : Ayat 29 )

Ayat ini menerangkan hukum transaksi secara umum, lebih khusus kepada

transaksi perdagangan, bisnis jual beli. Sebelumnya telah diterangkan transaksi

muamalah yang berhubungan dengan harta, seperti harta anak yatim, mahar, dan

sebagainya. Dalam ayat ini Allah mengharamkan orang beriman untuk memakan,

memanfaatkan, menggunakan, (dan segala bentuk transaksi lainnya) harta orang

lain dengan jalan yang batil, yaitu yang tidak dibenarkan oleh syari’at. Kita boleh

melakukan transaksi terhadap harta orang lain dengan jalan perdagangan dengan

asas saling ridha, saling ikhlas. Dan dalam ayat ini Allah juga melarang untuk

bunuh diri, baik membunuh diri sendiri maupun saling membunuh. Dan Allah

55

AL-Qur’an Terjemahan Departemen agama

Page 63: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

54

menerangkan semua ini, sebagai wujud dari kasih sayang-Nya, karena Allah itu

Maha Kasih Sayang kepada kita

kegiatan penanaman modal asing disuatu negara dibatasi oleh peraturan-

peraturan dari negara asal investor asing tersebut (governance by the home

nation), negara tuan rumah di mana investor asing menanamkan modalnya

(governance by the host nation) dan juga hukum internasional yang terkait

(governance by multi nation organization and international law).56

Pengaturan pembatasan-pembatasan dibidang penanaman modal asing oleh

negara tuan rumah pada dasarnya merupakan kewenangan negara tersebut

yang berasal dari kedaulatannya (sovereignty).57

Namun demikian kedaulatan

negara tuan rumah tersebut juga dibatasi oleh hukum internasional termasuk

konvensi-konvensi internasional dimana negara tersebut menjadi pesertanya,

seperti kesepakatan World Trade Organization di bidang Trade Related

Investment Measures.58

Di Indonesia, pembatasan-pembatasan tersebut dimanifestasikan antara

lain melalui pengaturan daftar bidang-bidang usaha yang terbuka dengan

persyaratan di bidang penanaman modal atau sering disebut sebagai

investment negative list atau daftar negatif investasi (negative list).

Sesuai dengan ketentuan pasal 12 UU No 25 Tahun 2007 Tentang

Penanaman Modal, maka Pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden yang

56

Ralph H. Folsom, dkk, Principles of International Buisness Transactions,

Trade, & Economic Relations (St. Paul: Thomson West, 2005), h. 557

57

M. Sornarajah, The International Law of Foreign Investment

(Cambridge:Cambridge University Press, 2004), h. 97

58

David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing Di Indonesia, h. 65

Page 64: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

55

mengatur kriteria dan persyaratan bidang usaha yang tertutup dan yang

terbuka dengan persyaratan, yaitu Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007

tentang Kriteria Dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup

dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman

Modal. Sedangkan untuk negative list Pemerintah Peraturan Presiden Nomor

77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang

Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.59

Peraturan Presiden No 77 Tahun 2007 yang memuat negative list pada saat

baru lahirnya UU Penanaman Modal pada tahun 2007 mengatur bahwa

Peraturan Presiden Tersebut berlaku tiga tahun sejak diundangkan atau

apabila dipandang perlu dapat ditinjau sesuai kebutuhan dan perkembanagan

keadaan. Dalam kenyataannya dalam kurun waktu kurang dari setengah

tahun sejak berlakunya Perpres 77/2007 tersebut, Peraturan Presiden Tersebut

telah diubah berdasarkan Perpres No. 111 Tahun 2007 tentang Perubahan

atas Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha

yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di

Bidang Penanaman Modal.

Negative list sebagaimana diatur dalam Perpres No.77/2007 juncto Perpres

111/2007 pada akhirnya diubah kembali pada tahun 2010 berdasarkan

Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang

59

Ibid., h. 68-69

Page 65: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

56

Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang

Penanaman Modal yang mencabut Perpres 77/2007 dan Perpres 111/2007.60

Adapun pembatasan-pembatasan yang dilakukan oleh pemerintah

Indonesia antara lain sebagai berikut61

:

1) Menetapkan Bidang-Bidang Usaha yang Tertutup untuk Kegiatan

Penanaman Modal Asing

2) Penetapan Persyaratan Investasi Minimal Bagi Perusahaan

Penanam Modal Asing

3) Keharusan Membentuk Perusahaan Patungan Di Bidang

Penanaman Modal Asing

4) Keharusan untuk Melakukan Divestasi

5) Pembatasan Mengenai Jangka Waktu Investasi

6) Pembatasan atas Hak-Hak atas Tanah.

Dalam pasal 5 Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007, dijelaskan

bahwa, dalam menentukan bidang usaha yang tertutup, dan terbuka dengan

persyaratan menggunakan prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:

1) Penyederhanaan

2) Kepatuhan terhadap perjanjian atau komitmen internasional

3) Transparansi

4) Kepastian hukum

5) Kesatuan wilayah Indonesia sebagai pasar tunggal.

60

Ibid., h. 69-70

61

Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal. h. 67-69.

Page 66: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

57

Kemudian dalam pasal 6 Perpres Nomor 76 Tahun 2007, dijelaskan bahwa

yang dimaksud dengan:

1) Prinsip penyederhanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5

angka 1 adalah bahwa bidang usaha yang dinyatakan tertutup dan

bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan, berlaku secara

nasional dan bersifat sederhana serta terbatas pada bidang usaha

yang terkait dengan kepentingan nasional sehingga merupakan

bagian kecil dari keseluruhan ekonomi dan bagian kecil dari setiap

sektor dalam ekonomi.

2) Prinsip kepatuhan terhadap perjanjian atau komitmen internasional

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 angka 2 adalah bahwa

bidang usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan

persyaratan tidak boleh bertentangan dengan kewajiban Indonesia

yang termuat dalam perjanjian atau komitmen internasional yang

telah diratifikasi.

3) Prinsip transparansi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 angka 3

adalah bahwa bidang usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka

dengan persyaratan harus jelas, rinci, dapat diukur, dan tidak multi-

tafsir serta berdasarkan kriteria tertentu.

4) Prinsip kepastian hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5

angka 4 adalah bahwa bidang usaha yang dinyatakan tertutup dan

terbuka dengan persyaratan tidak dapat diubah kecuali dengan

Peraturan Presiden.

Page 67: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

58

5) Prinsip kesatuan wilayah Indonesia sebagai pasar tunggal

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 angka 5 adalah bahwa

bidang usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan

persyaratan tidak menghambat kebebasan arus barang, jasa, modal,

sumber daya manusia dan informasi di dalam wilayah kesatuan

Republik Indonesia.

Mengenai Kriteria Bidang Usaha Yang Tertutup, diatur di dalam Perpres

Nomor 76 Tahun 2007 Pasal 8-10, yaitu:

Bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, baik asing maupun

dalam negeri ditetapkan dengan berdasarkan kriteria kesehatan, keselamatan,

pertahanan dan keamanan, lingkungan hidup dan moral/budaya (K3LM) dan

kepentingan nasional lainnya.

Kriteria K3LM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dapat dirinci antara

lain :

1) memelihara tatanan hidup masyarakat;

2) melindungi keaneka ragaman hayati;

3) menjaga keseimbangan ekosistem;

4) memelihara kelestarian hutan alam;

5) mengawasi penggunaan Bahan Berbahaya Beracun;

6) menghidari pemalsuan dan mengawasi peredaran barang dan/atau

jasa yang tidak direncanakan;

7) menjaga kedaulatan negara, atau

8) menjaga dan memelihara sumber daya terbatas.

Page 68: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

59

Bidang usaha yang dinyatakan tertutup berlaku secara nasional di seluruh

wilayah Indonesia baik untuk kegiatan penanaman modal asing maupun

untuk kegiatan penanaman modal dalam negeri.

Sedangkan untuk hal bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan diatur

di dalam Perpres Nomor 76 Tahun 2007 Pasal 12, yaitu:

1) Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan terdiri dari :

a. Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan perlindungan

dan pengembangan terhadap UMKMK.

b. Bidang usaha yang terbuka dengan syarat kemitraan.

c. Bidang usaha yang terbuka berdasarkan kepemilikan modal.

d. Bidang usaha yang terbuka berdasarkan persyaratan lokasi

tertentu.

e. Bidang usaha yang terbuka berdasarkan persyaratan perizinan

khusus.

2) Bidang usaha yang terbuka sebagaimana dimaksud pada ayat 1

huruf a hanya dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan

kewajaran dan kelayakan ekonomi untuk melindungi UMKMK.

3) Bidang usaha yang terbuka sebagaimana dimaksud pada ayat 1

huruf b, terdiri atas bidang usaha yang dicadangkan dan bidang

usaha yang tidak dicadangkan dengan pertimbangan kelayakan

bisnis.

Page 69: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

60

4) Bidang usaha yang terbuka sebagaimana dimaksud pada ayat 1

huruf c memberikan batasan kepemilikan modal bagi penanam

modal asing.

5) Bidang usaha yang terbuka sebagaimana dimaksud pada ayat 1

huruf d memberikan pembatasan wilayah administratif untuk

penanaman modal.

6) Bidang usaha yang terbuka sebagaimana dimaksud pada ayat 1

huruf e dapat berupa rekomendasi dari instansi/lembaga

pemerintah atau non pemerintah yang memiliki kewenangan

pengawasan terhadap suatu bidang usaha termasuk merujuk

ketentuan peraturan perundangan yang menetapkan monopoli atau

harus bekerjasama dengan Badan Usaha Milik Negara, dalam

bidang usaha tersebut.

7) Persyaratan yang diberikan kepada penanam modal untuk dapat

memulai beroperasi/berproduksi komersial yang bersifat teknis dan

yang non teknis diatur dalam Pedoman Tata-cara Perizinan Bidang

Usaha yang ditetapkan oleh Menteri Teknis/pimpinan lembaga

yang memiliki kewenangan terkait dengan bidang usaha tersebut.

Mengenai hal batasan kepemilikan modal asing, diatur dalam pasal 5

sampai pasal 7 Perturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010, antara lain:

Dalam hal terjadi perubahan kepemilikan modal akibat penggabungan,

pengambilalihan, atau peleburan dalam perusahaan penanaman modal yang

bergerak di bidang usaha yang sama, berlaku ketentuan sebagai berikut:

Page 70: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

61

a. Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam

perusahaan penanaman modal yang menerima penggabungan

adalah sebagaimana yang tercantum dalam surat persetujuan

perusahaan tersebut.

b. Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam

perusahaan penanaman modal yang mengambil alih adalah

sebagaimana tercantum dalam surat persetujuan perusahaan

tersebut.

c. Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam

perusahaan baru hasil peleburan adalah sebagaimana ketentuan

yang berlaku pada saat terbentuknya perusahaan baru hasil

peleburan dimaksud.

Dalam hal penanaman modal asing melakukan perluasan kegiatan usaha

dalam bidang usaha yang sama dan perluasan kegiatan usaha tersebut

membutuhkan penambahan modal melalui penerbitan saham dengan hak

memesan efek terlebih dahulu (rights issue) dan penanam modal dalam

negeri tidak dapat berpartisipasi dalam penambahan modal tersebut, maka

berlaku ketentuan mengenai hak mendahului bagi penanam modal asing,

sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan di bidang perseroan

terbatas.

Dalam hal penambahan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mengakibatkan jumlah kepemilikan modal asing melebihi batasan maksimum

Page 71: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

62

yang tercantum dalam Surat Persetujuan, maka dalam jangka waktu 2 (dua)

tahun, kelebihan jumlah kepemilikan modal asing tersebut harus disesuaikan

dengan batas maksimum yang tercantum dalam surat persetujuan, melalui

cara:

a. Penanam modal asing menjual kelebihan saham yang dimilikinya

kepada penanam modal dalam negeri;

b. Penanam modal asing menjual kelebihan sahamnya melalui

penawaran umum yang dilakukan oleh perusahaan yang sahamnya

dimiliki oleh penanam modal asing tersebut pada pasar modal

dalam negeri; atau

c. Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b membeli

kelebihan jumlah saham yang dimiliki penanam modal asing

tersebut dan diperlakukan sebagai treasury stocks, dengan

memperhatikan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas.

Walaupun pemerintah telah banyak mengeluarkan peraturan yang

membatasi Penanaman modal Asing, namun seringkali ditemukan praktik

kepemilikan modal atau saham secara nominee dalam suatu perusahaan di

Indonesia, untuk mengatasi pembatasan-pembatasan tersebut.

Sebagaimana diketahui hukum di Indonesia pada dasrnya tidak mengenal

konsep trust atau trustee sebagaimana dikenal dalam system hukum common

law. Dalam system Hukum di Indonesia tidak dikenal perbedaan antara

beneficial owner dan legal owner, walaupun dalam beberapa hal khususnya

Page 72: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

63

dalam penitipan kolektif sebagaimana diatur dalam pasal 56 Undang-Undang

Pasar Modal atau praktik pasar modal lainnya seperti “wali amanat” dalam

penerbitan obligasi, konsep trustee tersebut sebenarnya sudah dikenal dalam

peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal.62

Penggunaan konsep nominee yang dapat ditemukan dalam beberapa

transaksi bisnis, antara lain dalam kepemilikan saham (nominee shareholder)

oleh pihak asing, kepemilikan tanah oleh Warga Negara Asing dengan status

hak milik di Indonesia, serta penunjukan seseorang untuk menjabat sebagai

direktur dari perusahaan (nominee director).

Latar belakang dari penggunaan konsep nominee dalam kepemilikan

saham oleh pihak asing adalah untuk mencari jalan keluar dari pembatasan-

pembatasan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Pihak asing yang menunjuk

pihak Indonesia sebagai nominee tentunya memiliki kepentingan komersial

tertentu, yaitu untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan dengan

melakukan investasi dalam bidang usaha yang tertutup bagi investasi di

Indonesia. Dengan tujuan untuk kepentingan komersial tersebut, pihak asing

memiliki keinginan untuk tidak diketahui oleh khalayak umum ataupun

pemerintah Indonesia sebagai pihak yang sebenarnya memiliki saham.

Dengan menggunakan konsep nominee, maka nama dan identitas dari

pemilik saham yang sebenarnya akan dapat dirahasiakan dari khalayak umum

dan pemerintah Indonesia karena nama dan identitas yang tercatat sebagai

62

Felix Oentoeng Soebagjo, Hukum Tentang Akuisisi Perusahaan di Indonesia

(Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum, 2006), h.17

Page 73: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

64

pemilik dari saham tersebut adalah nama dan identitas dari pihak nominee

yang ditunjuk.

Di dalam Pasal 13 ayat (2) UUPM telah ditentukan daftar bidang usaha

tertutup bagi investasi, baik investasi domestik maupun investasi asing yang

meliputi:

1) produksi senjata;

2) mesiu;

3) alat peledak;

4) peralatan perang; dan

5) bidang usaha yang dinyatakan eksplisit tertutup berdasarkan

undang-undang (Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2007 tentang Penanaman Modal).63

Penggunaan nominee dalam kepemilikan saham oleh pihak asing dan

kepemilikan tanah oleh Warga Negara Asing mempunyai tujuan yang hampir

sama, yaitu untuk mengatasi pembatasan-pembatasan yang ditetapkan oleh

pemerintah Indonesia. Secara garis besar dapat dilihat bahwa tujuan dari

penggunaan nominee dalam kepemilikan saham oleh pihak asing dan

kepemilikan tanah oleh Warga Negara Asing adalah agar nama dan identitas

dari pihak beneficiary tidak diketahui oleh khalayak umum dan pemerintah.

Penggunaan nominee dalam pengelolaan perusahaan oleh Direktur Nominee

hampir memiliki tujuan yang sama juga dengan kepemilikan saham oleh

pihak asing dan kepemilikan tanah oleh Warga Negara Asing, yaitu agar

63

Salim. dan Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, hlm. 54.

Page 74: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

65

nama dan identitas diri dari pihak yang sesungguhnya mengendalikan

perusahaan tidak diketahui oleh khalayak umum. Hal ini dapat disebabkan

karena adanya antipati ataupun respon negatif dari masyarakat terhadap figur

pihak tertentu, sehingga untuk menghindari hal tersebut diperlukan

penggunaan nominee dalam direksi perusahaan. Pihak yang mendapai respon

negatif akan menunjuk seseorang untuk menjadi Direktur Nominee

perusahaan. Direktur Nominee seolah-olah melakukan tindakan pengelolaan

perusahaan, namun sebenarnya setiap tindakan yang dilakukan ataupun

kebijakan yang ditetapkan oleh Direktur Nominee atas perusahaan harus

berdasarkan perintah beneficiary. Pihak yang pada umumnya menjadi

beneficiary adalah para pemegang saham mayoritas dari perusahaan yang

bersangkutan .

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan konsep nominee

baik dalam kepemilikan saham oleh pihak asing, kepemilikan tanah oleh

Warga Negara Asing dan kepengurusan perusahaan oleh Direktur Nominee

memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk menjaga kerahasiaan nama dan

identitas asli dari pihak yang memiliki benda tersebut (saham, tanah atau

wewenang pengelolaan perusahaan) dari khalayak umum dan pemerintah

Indonesia, sehingga pihak yang diakui dan memiliki kedudukan secara

hukum adalah pihak nominee. Tujuan lain yang tentunya ingin dicapai dalam

penggunaan nominee adalah untuk menghindari pembatasan-pembatasan

yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 75: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

66

Praktik nominee yang diketahui oleh umum ialah antara lain, nominee

arrangement, nominee agreement, dan nominee statement. Praktik nominee

arrangement antara pricipal Investor dengan nominee shareholder biasanya

dilakukan berdasarkan seperangkat dokumen dan perjanjian yang dikenal

secara umum dalam pranata hukum Indonesia, seperti perjanjian kredit,

perjanjian gadai saham, perjanjian cessi, dan surat kuasa. Oleh karenanya

dalam praktik, principal investor dan nominee shareholder tidak

menandatangani nominee agreement atau nominee statement, melainkan

melakukan nominee arrangement. Berikut adalah penjelasan mengenai

perjanjian dalam rangka nominee arrangement yang sering dilakukan di

Indonesia:

1) Perjanjian kredit antara principal investor selaku kreditur dan

nominee shareholder di mana perjanjian tersebut akan digunakan

oleh debitur untuk membayar setoran modal saham pada

perusahaan yang dimaksud;

2) Perjanjian gadai saham antara principal investor selaku penerima

gadai (pledgee) dengan nominee shareholder (pledgor), dimana

saham yang diterbitkan atas setoran yang dilakukan dengan

menggunakan uang pinjaman tersebut digadaikan oleh nominee

shareholder kepada principal investor;

3) Perjanjian cessi atas deviden antara principal investor dengan

nominee shareholder, dimana hak atas deviden yang dibagikan

Page 76: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

67

oleh perusahaan kepada nominee shareholder selaku pemegang

saham dialihkan kepada principal investor;

4) Surat kuasa mutlak untuk RUPS di mana nominee shareholder

selaku pemegang saham pada perusahaan tersebut memberikan

kuasa mutlak kepada principal investor untuk dapat meminta

diadakannya RUPS, menghadiri dan mengeluarkan suara dalam

RUPS perusahaan yang bersangkutan.

5) Surat Kuasa Mutlak untuk menjual saham yang diberikan oleh

nominee shareholder kepada principal investor, dimana dalam hal

terjadi kejadian tertentu principal investor dapat menjual saham-

saham yang dimiliki oleh nominee shareholder.

Selain dokumen-dokumen diatas nominee arrangement sering juga

dilengkapi dengan dokumen-dokumen lainnya seperti option agreement,

perjanjian kredit dengan perusahaan yang dijadikan target dengan dilengkapi

dengan jaminan berupa aset yang dimiliki oleh perusahaan yang

bersangkutan.64

B. Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa

Penanam Modal Asing Dalam Kepemilikan Saham Perseroan Terbatas

Dalam pasal 33 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007,

diatur bahwa:

64

David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing Di Indonesia, h. 92-

93

Page 77: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

68

1) Penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing yang

melakukan penanaman modal dalam bentuk perseoran terbatas

dilarang membuat perjanjian dan/atau pernyataan yang

menegaskan bahwa kepemilikan saham dalam perseroan terbatas

untuk dan atas nama orang lain.

2) Dalam hal penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing

membuat perjanjian dan/atau pernyataan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), perjanjian dan/atau pernyataan itu dinyatakan batal

demi hukum.

Penjelasan ayat (1) pasal 33 UU Penanaman Modal tersebut menegaskan

bahwa tujuan pengaturan ayat ini adalah menghindari terjadinya perseroan

yang secara normative dimiliki seseorang, tetapi secara materi atau substansi

pemilik perseroan tersebut adalah orang lain.65

Dan dalam pasal 33 ayat (1) ini jelas dan tegas bahwa nominee agreement

dan/atau nominee statement dilarang untuk dilakukan oleh penanam modal

dala negeri dan penanam modal asing.

Apabila dianalisis ketentuan pasal 33 ayat (1) dan (2) UU Penanaman

Modal tersebut merupakan penegasan bahwa nominee

agreement/documentation tidak dikenal dalam sistem hukum Indonesia,

dimana pembedaan antara legal/registered owner dan beneficial owner tidak

dipisahkan dalam sistem hukum Indonesia.66

65

Ibid., h. 91 66

Ibid., h. 91

Page 78: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

69

Dalam hal pemberian kuasa berupa Surat Kuasa Mutlak terhadap penanam

modal asing, yang mana merupakan salah satu bentuk dari nominee

arrangement, bukan nominee agreement atau nominee statement, maka

pemberian kuasa ini adalah tidak bertentangan dengan pasal 33 UU

Penanaman Modal.

Namun demikian keabsahan nominee arrangement tentu dapat

dipertanyakan apabila ditinjau dari Pasal 1320 KUHPer yang mengatur

tentang syarat-syarat sahnya suatu perjanjian, yaitu:

1) Adanya kesepakatan untuk mengikatkan diri;

2) Adanya kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

3) Adanya suatu hal tertentu; dan

4) Adanya suatu sebab yang halal atau sah.

Dua persyaratan pertama apabila tidak terpenuhi, mengakibatkan

perjanjian “dapat dibatalkan” (voidable) sedangkan dua persyaratan terakhir

apabila tidak terpenuhi mengakibatkan suatu perjanjian menjadi batal demi

hukum (null and void).67

Dapat dibatalkan artinya salah satu pihak dapat memintakan pembatalan

itu. Perjanjiannya sendiri tetap mengikat kedua belah pihak, selama tidak

dibatalkan (oleh hakim) atas permintaan pihak yang berhak meminta

pembatalan tadi (pihak yang tidak cakap atau pihak yang memberikan

sepakatnya secara tidak bebas).

67

Subekti, Hukum Perjanjian, h. 17

Page 79: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

70

Sedangkan batal demi hukum artinya adalah dari semula dianggap tidak

pernah ada dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan.

Simak pula artikel Batalnya Suatu Perjanjian.

Jadi, bila perjanjian dibuat dengan anak di bawah umur, tidak serta merta

membuat perjanjian tersebut batal demi hukum, tapi harus dimintakan

pembatalannya ke Pengadilan Negeri.

Nominee arrangement yang dilakukan dalam rangka penghindaran suatu

pembatasan kepemilikan modal asing dalam negative list dapat dikategorikan

sebagai kesepakatan yang berlaku atau dengan kata lain tidak memilik sebab

yang halal dan sah, sehingga dengan demikian batal demi hukum (null and

void).68

Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu, bahwa larangan dan konsekuensi

atas pelanggaran larangan sebagaimana tercantum dalam pasal 33 ayat (1)

dan (2) UU Penanaman Modal pada dasarnya tidak serta merta membatalkan

suatu nominee agreement yang dibuat oleh para pihak di luar negeri

berdasarkan sistem hukum yang menegnal konsep nominee atau yang

mengenal pemisahan antara legal owner dan benficial owner.69

Karena,

dalam “hak-hak yang telah diperoleh” atau “perlanjutan keadaan hukum”

dalam Hukum Perdata Internasional merupakan suatu alasan untuk

melaksanakan hukum perdata asing.70

68

David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing Di Indonesia, h. 94

69

Ibid., h. 95

70

Wiryono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Perdata Internasional, (Bandung:

Sumur Bandung, 1979), h. 36

Page 80: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

71

Pengakuan prinsip-prinsip “hak-hak yang telah diperoleh” ini hanya dapat

dihentikan jika hak-hak yang telah diperoleh dari luar negeri akan

mengakibatkan tersinggungnya perasaan keadilan dari rakyat negara sang

hakim, sedemikian rupasehingga kelanjutan hukum itu tidak dapat

dipertanggung jawabkan. Dalam hal demikian muncul lagi alasan untuk

Ketertiban Umum dari negara hakim. Oleh karena itu maka pemakaian

Ketertiban Umum tersebut dapat diperlunak atau diperbaiki oleh alasan hak-

hak yang telah diperoleh, atau pelanjutan keadaan hukum.71

71

Sudargo Gautama, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia,

(Jakarta: Bina Cipta, 1977), h. 213

Page 81: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

72

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa:

1. Praktik Nominee masih dilakukan dalam bidang penanaman modal

dengan cara membuat nominee arrangement, yang berupa perjanjian

kredit, perjanjian gadai saham, perjanjian cessi atas deviden, Surat

Kuasa Mutlak untuk RUPS, Surat Kuasa Mutlak untuk menjual saham,

dan perjanjian-perjanjian sejenisnya yang dikenal dalam pranata hukum

Indonesia, sebagaimana diatur dalam KUH Perdata.

2. Pasal 33 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

melarang penanam modal asing dan penanam modal dalam negeri

untuk membuat nominee agreement (perjanjian) dan nominee statement

(pernyataan) kepemilikan saham dalam perseroan terbatas untuk dan

atas nama orang lain, namun tidak berlaku untuk nominee arrangement.

3. Pemberian kuasa penanam modal asing dalam kepemilikan saham

Perseroan Terbatas yang berupa Surat Kuasa Mutlak adalah tidak

bertentangan dengan pasal 33 ayat (1) dan ayat (2) UU Penanaman

Modal, karena pemberian kuasa tersebut adalah merupakan nominee

arrangement yang tidak dilarang oleh pasal pasal 33 ayat (1) dan (2)

UU Penanaman Modal tersebut.

4. Pemberian kuasa penanam modal asing dalam kepemilikan saham

Perseroan Terbatas yang berupa Surat Kuasa Mutlak adalah batal demi

Page 82: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

73

hukum jika nominee arrangement tersebut dilakukan untuk

penghindaran suatu pembatasan kepemilikan modal asing dalam

negative list.

5. Pasal 33 ayat (1) dan ayat (2) UU Penanaman Modal, tidak serta-merta

dapat membatalkan nominee agreement atau nomine statement yang

dilakukan di luar negeri.berdasarkan sistem hukum yang mengenal

konsep nominee.

B. Saran

Dari hasil penelitian ini, peneliti ingin memberikan saran dan masukan

terhadap pengaturan nominee di Indonesia, antara lain:

1. Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat hendaknya

menyempurnakan kembali peraturan perundang-undangan yang

mengatur tentang penanaman modal, perseroan terbatas,

beserta batasan kepemilikan saham dalam perseroan terbatas

terhadap penanam modal asing di Indonesia, agar praktik

nominee yang terjadi dapat berkurang dan hilang sama sekali di

Indonesia.

2. Lembaga-lembaga terkait penanaman modal seperti

Kementrian, pemerintahan daerah, BKPM, dan lembaga-

lembaga lain yang memberi izin dan mengawasi kegiatan

penanaman modal, hendaknya menyeleksi dan mengawasi

Page 83: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

74

dengan ketat agar praktik nominee tidak menjamur di

Indonesia.

Page 84: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

75

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Kamus

Alqur’an

Aminuddin, Ilmar. “Hukum Penanaman Modal Asing”. Jakarta: Prenada Media,

2004

Budiarto, Agus. Kedudukan Hukum Dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan

Terbatas. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002

Christine, Purba Natalia. Keabsahan Perjanjian Innominaat Dalam Bentuk

Nominee agreement. Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2006.

Folsom, Ralph H., dkk. Principles of International Buisness Transactions, Trade,

& Economic Relations. St. Paul: Thomson West, 2005

Fuady, Munir. Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis. Bandung:

Citra Aditya Bakti, 2008.

----------. Perseroan Terbatas Paradigma Baru. Bandung: Citra Aditya Bakti,

2003

Garner, Brayan A. Black’s Law Dictionary With Guide To Pronunciation.cet. 7

St. Paul: West Publishing, 1999.

Gautama, Sudargo. Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia. Jakarta:

Bina Cipta, 1977

Harjono, Dhaniswara K. Hukum Penanaman Modal: Tinjauan Terhadap Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2007

Hartono, Sunaryati. Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia. Bandung:

Binacipta, 1982

HS, H Salim. Perkembangan Hukum kontrak di luar KUHPerdata. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2006.

----------, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat Di Indonesia. Jakarta: Sinar

Grafika, 2008.

HS., Salim dan Budi Sutrisno. Hukum Investasi di Indonesia. Jakarta: Rajawali

Pers, 2008

Page 85: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

76

Hulman, Panjaitan dan Sianipar Anner Mangatur. Hukum Penanaman Modal

Asing. Jakarta: IND-HILL CO, 2003

Irianto, Sulistyowati dan Sidharta. Metode Hukum Konstelasi dan Refleksi.

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009.

Jack, J. H. International Competition In Services: A Constitutional Framework.

Washington DC: America Institute For Public Policy Research, 1988

Kairupan, David. Aspek Hukum Penanaman Modal Asing Di Indonesia.Jakarta;

Kencana Prenada Media Group, 2013.

Kusumahadi, Asas-Asas Hukum Perdata. Yogyakarta: Yayasan Badan Penerbit

Gadjah Mada, 2001.

Machun, Sofwan Sri Soedewi. Hukum Perjanjian Perhutangan. Yogyakarta:

Terjemahan Seksi Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Gajah

Mada, 2004

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum. cet. 6. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2010.

Muhammad, Abdulkadir. Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung: Citra Aditya

Bakti, 2010.

Pakpahan, Normin S. Hukum Perusahaan Indonesia Tinjauan Terhadap Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Jakarta:

Proyek ELIPS, 1995.

Prodjodikoro, Wiryono. Asas-Asas Hukum Perdata Internasional. Bandung:

Sumur Bandung, 1979

---------. Azas-azas Hukum Perjanjian. Bandung: CV Mandar Maju, 2004

Purwaningsih, Endang Hukum Bisnis. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010

R.,Subekti dan Tjitrosudibio R., Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta:

PT Pradnya Paramita, 2004.

Rokhmatussa’dyah, Ana dan Suratman. Hukum Investasi dan Pasar Modal.

Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

Sembiring, Sentosa. Hukum Investasi. Pembahasan dilengkapi dengan Undang-

Undang no 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Bandung: Nuansa

Aulia, 2007

Soebagjo, Felix Oentoeng. Hukum Tentang Akuisisi Perusahaan di Indonesia.

Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum, 2006

Sornarajah, M. The International Law of Foreign Investment. Cambridge:

Cambridge University Press, 2004

Page 86: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

77

Subekti. Hukum Perjanjian. cet. 19 Jakarta : PT Intermasa, 2002.

Sudarsono. Kamus Hukum. cet. 5 Jakarta : PT Rineka Cipta, 2007.

Supancana, Ida Bagus Rachmadi Kerangka Hukum & Kebijakan Investasi

Langsung di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2006.

Suparji. Penanaman Modal Asing Di Indonesia – insentif vs. pembatasan Jakarta:

Fakultas Hukum Universitas Al-Azhar Indonesia, 2008.

Suny, Ismail dan Rochmat Rudiro, Tinjauan dan Pembahasan Undang-Undang

Penanaman Modal Asing dan Kredit Luar Negeri. Jakarta: Pradjna

Paramita, 1998

Untung, Hendrik Budi. Hukum Bisnis Pasar Modal. Yogyakarta: Andi Publisher,

2011

Yani, Ahmad & Gunawan Widjaya. Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas.

Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000

Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria Dan Persyaratan

Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka

dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal

Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang

Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang

Penanaman Modal

Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan

Presiden Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang

Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang

Penanaman Modal

Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang

Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang

Penanaman Modal

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 Tentang Penanaman Modal Dalam Negeri

Page 87: Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa ...

78

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas