TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM...

84
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM BERALKOHOL ( Analisis Atas Pendapat KH Abdul Wahab Khafidz dan Ustadz Sulkhan di Pondok Pesantren Putri Al Irsyad Kauman Kab. Rembang) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Syariah Disusun Oleh : Siti Rifaah 072311014 JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012

Transcript of TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM...

Page 1: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN

PARFUM BERALKOHOL

( Analisis Atas Pendapat KH Abdul Wahab Khafidz dan Ustadz

Sulkhan di Pondok Pesantren Putri Al Irsyad Kauman Kab.

Rembang)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Syariah

Disusun Oleh :

Siti Rifaah

072311014

JURUSAN MUAMALAH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2012

Page 2: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : 4 Naskah eks.

Hal : Naskah Skripsi

Sdri. Siti Rifaah

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syariah

IAIN Walisongo Semarang

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan

seperlunya, bersama ini saya kirimkan naskah skripsi saudari:

Nama : Siti Rifaah

Nim : 072311014

Judul Skripsi : “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemakaian

Parfum Beralkohol (Analisis Atas Pendapat K.H Abdul Wahab

Khafidz dan Ustadz Sulkhan di Pondok Pesantren Putri Al-

Irsyad Kauman Kab. Rembang).

Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudari tersebut

dapat segera dimunaqosahkan.

Demikian harap menjadi maklum.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Semarang, 13 Desember 2011

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. H. Muhibbin, M. Ag Drs. Moh. Solek, MA

NIP. 19600312 198703 1 007 NIP.19660318 199303 1004

Page 3: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

iii

PENGESAHAN

Nama : Siti Rifaah

NIM : 072311014

Jurusana : Muamalah

Judul Skripsi : Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Pemakaian Parfum Beralkohol (Analisis Atas

Pendapat KH Abdul Wahab Khafidz dan Ustadz

Sulkhan di Pondok Pesantren Putri Al-Irsyad

Kauman Kab. Rembang)

Telah dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syari’ah Institut Agama

Islam Negeri Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus, pada tanggal : 27

Desember 2011. Dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar

sarjana Strata 1 tahun akademik 2011 / 2012

Semarang, 9 Januari 2012

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Ahmad Arief Budiman, M. Ag. Drs. Mohammad Solek, MA.

NIP. 19691031 199503 1002 NIP. 19660318 199303 1004

Penguji I, Penguji II,

Drs. H. Nur Khoirin, M. Ag. DR. Ali Murtadho, M. Ag

NIP. 19630801 199203 1001 NIP. 19710830 199803 1003

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. H. Muhibbin, M. Ag Drs. Moh. Solek. MA.

NIP. 19600312 198703 1 007 NIP. 19660318 199303 1003

Page 4: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

iv

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis

menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi

yang telah pernah ditulis orang lain atau diterbitkan.

Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun

pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang

terdapat dalam refrensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 07 Desember 2012

Deklarator,

Siti Rifaah

Nim 072311014

Page 5: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

v

MOTTO

كل مسكر خمر وكل مسكر حرم

(رواه الجماعة اال البخار وابن ماجه)

“Setiap yang memabukkan adalah khamer, dan setiap yang memabukkan adalah haram”

Page 6: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk orang-orang yang telah dengan

ikhlas berkorban dan membantu penulis dalam mengarungi perjalanan panjang

menggapai cita-cita.

1. Untuk Bapak Karnyoto dan Ibu Sutarmi, kedua orang tua yang

sangat penulis cintai. Tiada henti-hentinya penulis panjatkan doa

kepada Alloh Swt, semoga dan ibu selalu ada dalam rahmat dan

karunia-Nya di dunia dan akhirat. Tentunya adik penulis yang

selalu mendorong penulis untuk segara lulus.

2. Segenap pimpinan Rektorat IAIN Walisongo Semarang dan

pegawainya. Para pimpinan Fakultas Syariah dan para pegawainya.

Tidak mungkin penulis lupakan jasa-jasa para dosen yang telah

membekali penulis dengan ilmu pengetahuan.

3. K.H Abdul Wahab Khafidz dan Nyai. Masyrifah, pengasuh Ponpes

Al-Irsyad Kauman Rembang sekaligus murrabbi ruh penulis yang

telah membekali ilmu yang tidak ternilai harganya. Sebagai alumni

santri, penulis selalu mengharap ridlo serta menanti fatwa dan

mau’idzoh khasanahnnya.

4. Segenap sahabat-sahabat kos ungu yang tak bisa disebutkan satu

persatu selalu menghibur penulis disaat pusing selama

mengerjakan skripsi.

5. Aktifis Justisia (Ainung, Sholi, Nasron, Kholik, Ubed dkk, kapan

mau diskusi lagi?).

6. Mas Misbah, Terimakasih untuk dukungan, dan semangat serta

doronganmu selama penulis kuliah.

7. Posko 86 KKN Desa Krikil (Muslich, Sovil kordes, Murwati,

Kholifah, Nurul, Kuncup, Ida, Dian, Faiz, Rohadi).

8. Teman-teman MUA Kholifah, Neli, Widi, dkk maupun MUB 07,

kenangan yang tak dapat dilupakan. Terkhusus orang selalu

mendukung suka, duka, dan bahagia dalam mengerjakan skripsi.

Page 7: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

vii

ABSTRAK

Siti Rifaah (NIM. 072311014). Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Pemakaian Parfum Beralkohol (Analisis Atas Pendapat K.H Abdul Wahab

Khafidz dan Ustadz Sulkhan di Pondok Pesantren Putri Al-Irsyad Kauman

Kab. Rembang). Skripsi. Semarang, Fakultas Syariah, Jurusan Muamalah

(Hukum Ekonomi Islam) IAIN Walisongo Semarang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Bagaimana pendapat KH

Abdul Wahab dan ustadz Sulkhan di pondok Pesantren Putri Al-Irsyad Kauman

kab. Rembang? Serta Bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap pendapat KH

Abdul Wahab dan ustadz Sulkhan di Pondok Pesantren Putri Al-Irsyad Kauman

Kab. Rembang?”.

Parfum merupakan salah satu jenis kosmetik yang banyak digandrungi

manusia.apalagi dalam perkembangan zaman, parfum baik yang beralkohol atau

non beralkohol sangatlah diperlukan untuk menunjang penampilan dalam bergaul

agar tampak lebih sempurna. Memakai parfum merupakan salah satu bentuk

perbuatan yang dianjurkan nabi Saw. Namun dewasa ini sebagian besar parfum

yang berada dipasaran mengandung alkohol yang digunakan sebagai pelarut.

Padahal dalam hukum Islam, alkohol merupakan salah satu zat yang diharamkan

karena efek yang ditimbulkan.

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu

mengumpulkan data yang dilakukan dengan penelitian ditempat terjadinya segala

yang diselidiki.

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yaitu tradisi tertentu

dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental tergantung pada manusia

dalam kawasannya tersendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut

dalam bahasannya dengan dengan bahasannya dan dalam peristilahannya.

Untuk mengelola data yang diperoleh, penulis menggunakan data.

Deskriptif normative yaitu, menggambarkan atau memaparkan secara kritis dalam

rangka memberikan perbaikan, solusi terhadap permasalahan yang dihadapi

sekarang. Kaidahnya dimaksudkan agar nantinya peraturan mengenai pemakaian

parfum beralkohol dapat jelas kedudukkannya dalam peraturan di dalam pondok

pesantren putri Al-Irsyad Kauman Kab. Rembang.

KH Abdul Wahab secara tegas mengharamkan pemakaian parfum baik

non alkohol ataupun beralkohol bagi santriwati dalam lingkungan ataupun diluar

pesantren. Dan menurut ustadz Sulkhan diperbolehkan jika syaratnya terpenuhi,

hukumnya menjadi haram jika kadar lakohol pada minyak wangi ini tinggi (lebih

dari 50%) sehingga bisa memabukkan

Page 8: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat ilahi rabbi, karena hanya dengan rahmat dan

hidayahnya skripdi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga selalu

tercurahkan kepada nabi Muhammad Saw, yang telah membawa Islam sebagai

agama dan rahmat bagi seluruh alam.

Skripsi ini yang berjudul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemakaian

Parfum Beralkohol (Analisis Atas Pendapat KH Abdul Wahab Khafidz dan

Ustadz Sulkhan di Pondok Pesantren Putri Al-Irsyad Kauman Kab. Rembang).

Yang dilatar belakangi oleh permasalahan sebagai berikut: Bagaimana pendapat

KH Abdul Wahab Khafidz dan Ustadz Sulkhan terhadap pemakaian parfum

beralkohol di pondok pesantren putri kauman kab. Rembang. Bagaimana tinjauan

hukum Islam terhadap pemakaian parfum yang mengandung alcohol. Diharapkan

di dalam kajian skripsi ini akan ditemukan kesimpulan yang berguna untuk

perkembangan ekonomi syariah yang akan datang.

Penulis sangat sadar, bahwa hanya karena pertolongan Allah Swt dan

dukungan semua pihak lahir maupun batin, akhirnya penulis dapat melalui semua

rintangan dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh karena itu penulis

mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada;

1. Yth. Prof. Dr. H. Muhibbin, M. Ag, selaku Rektor IAIN Walisongo

dan sekaligus pembimbing I. Atas bimbingan, masukan dan arahannya

meskipun banyak halangan dan rintangan menghandang. Juga atas

luangan waktu yang diberikan.

2. Yth. Dr. Imam Yahya (Dekan Fakultas Syariah). Semoga dibawah

pimpinannya Fakultas Syariah akan lebih baik.

3. Drs. Moh. Solek, MA. Atas bimbingan, koreksian dan gagasan yang

telah diberikan, tentunya banyak pengetahuan baru yang penulis

dapatkan.

Page 9: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

ix

4. Yth. Kajur, Sekjur dan Biro judul skripsi Muamalah. Beserta segenap

dosen Fakultas Syariah yang telah memberikan ilmunya tanpa pamrih.

Juga segenap pegawai Fakultas Syariah yang selalu direpotkan

mahasiswa.

5. Bapak serta Ibu, kedua orang tua yang telah berkorban segalanya demi

masa depan penulis. Ungkapan yang tidak dapat terucap dengan kata-

kata, hanya doa yang dapat penulis panjatkan untuk kebahagian tanpa

akhir bagi keduanya di dunia dan akhirat. Adik Saib Fauzi, yang selalu

memotifasi penulis agar segera menyelesaikan kuliahnya.

Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan apa-apa, hanya

untaian terimakasih dan semoga menjadi amal yang baik (shaleh) dan

mendapatkan pahala yang berlipat dari Allah SWT.

Penulis sadar bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan karena

keterbatasan penulis dalam banyak hal, oleh karena itu saran dan kritik yang

membangun dari pembaca sangat penulis harapkan.

Semarang, 07 Desember 2011

Penulis,

Siti Rifaah

072311014

Page 10: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i

HALAMAN NOTA PEMBIMBING.................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

HALAMAN DEKLARASI................................................................................... iv

HALAMAN MOTTO............................................................................................ v

HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................ vi

HALAMAN ABSTRAKSI................................................................................... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR..................................................................... viii

HALAMAN DAFTAR ISI.................................................................................... x

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah..................................................................... 10

C. Tujuan Penelitian...................................................................... 10

D. Telaah Pustaka.......................................................................... 11

E. Metode Penelitian......................................................................13

F. Sistematikan Penulisan..............................................................16

BAB II : KONSEPSI PARFUM BERALKOHOL DALAM PANDANGAN

HUKUM ISLAM DAN ILMU KIMIA SERTA SUMBER

HUKUMNYA A. Parfum Beralkohol Dalam Islam ............................................. 17

1. Pengertian Parfum Beralkohol.......................................... 17

2. Pendapat tentang kesucian khamer dan Alkohol.............. 20

B. Parfum Alkohol Dalam Ilmu Kimia........................................ 23

C. Sumber Hukum Parfum Beralkohol........................................ 28

Page 11: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

ii

BAB III : PENDAPAT KH ABDUL WAHAB KHAFIDZ DAN USTADZ

SULKHAN DI PONDOK PESANTREN

A. Gambaran Umum Pesantren..................................................... 34

B. Pendapat KH Abdul Wahab Khafidz Dan Ustadz Sulkhan......40

1. Biografi dan Pendapat K.H Abdul Wahab........................40

2. Biografi dan Pendapat Ustadz Sulkhan............................ 49

BAB IV : KRITIK TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM BERALKOHOL

DARI KH ABDUL WAHAB KHAFIDZ SERTA USTADZ

SULKHAN DI PONDOK PESANTREN

A. Analisis Terhadap Pendapat KH Abdul Wahab Khafidz........... 53

B. Analisis Terhadap Pendapat Ustadz Sulkhan............................ 68

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................66

B. Saran-Saran..............................................................................67

C. Penutup.................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

1

BAB I

TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM

BERALKOHOL

(Analisis Atas Pendapat K.H Abdul Wahab dan Ustadz Sulkhan di Pondok

Pesantren Putri Al-Irsyad Kauman Kab. Rembang )

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Parfum atau minyak wangi merupakan salah satu jenis kosmetika

yang digandrungi oleh manusia. Khususnya kaum wanita. Apalagi dalam

perkembangan yang semakin maju dan modern saat ini, parfum baik itu yang

beralkohol atau non alkohol sangatlah diperlukan untuk menunjang

penampilan dalam bergaul agar tampak lebih sempurna. Disamping itu,

memakai parfum merupakan salah satu bentuk perbuatan yang dianjurkan

rasulullah SAW, terutama dalam melaksanakan ibadah. Namun, dewasa ini

sebagian besar parfum yang berada dipasaran mengandung alkohol yang

digunakan sebagai pelarut. Padahal dalam hukum Islam, alkohol merupakan

salah satu zat yang diharamkan karena efek yang ditimbulkannya.

Banyak kritik dan solusi yang dilontarkan oleh para ahli hukum Islam

dari dulu sampai sekarang dalam menyelesaikan masalah pemakaian parfum

yang mengandung alkohol. Fakta diatas bukan hanya berlaku pada anak-anak

gaya metropolitan, tapi pemakaian parfum berlaku bagi seluruh masyarakat

Page 13: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

2

Indonesia tak terkecuali santriwati pondok pesantren kauman Rembang yang

terkenal dengan salafnya.

Terlepas dari itu semua, agama Islam adalah agama yang selalu

sesuai dengan zaman sehingga tidak menolak perkembangan. Sebagai agama

yang rahmatan lil‟alamin tentunya tidak ada masalah yang tidak dapat

ditemukan jawabannya dalam agama Islam.

Sebagai orang salaf sabar, alim, ulet, zuhud, bersahaja (KH Abdul

Wahab Khafidz dan Nyai Masrifah ) yang masih memegang keteguhan hukum

yang ada dikitab kuning, tidak mengizinkan santri, terutama santriwatinya

memakai parfum, terutama parfum-parfum yang mengandung alkohol dengan

alasan. Pertama, tidak sah buat sholat. Sebagaimana halnya seorang Muslim

agar dalam keadaan suci dari hadats jika ia ingin sholat, maka ia juga dituntut

agar suci tubuh, pakaian, dan tempatnya.1 Najis adalah kotoran tertentu yang

menyebabkan shalat tidak sah. Di antaranya adalah khamer, darah bangkai,

kencing, dll.2 Sesuai dengan firman Alloh surat al Muddatstsir ayat 4

وثيابك فطهر

Artinya; “dan pakaianmu bersihkanlah”

Kedua menghindari adanya kemaksiatan lantaran bau yang

ditimbulkan. Karena secara historis Abdul Wahab Khafidz mempunyai alasan

1 Saleh Al-Fauzan, Fiqh Sehari-hari, Jakarta: Gema Insani Press, 2005, hlm 46

2 Ibid, hlm 74

Page 14: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

3

sosiologis. Sebagai pengasuh generasi kedua dari ayahandanya K.H

Abdullaoh Khafidz, Abdul Wahab mempunyai tanggung jawab untuk

membenahi gaya hidup para santrinya. Abdul Wahab sangat menjaga dan

menghindari hal-hal yang dapat menjerumuskan dirinya, keluarganya dan

anak didiknya dalam jurang kemaksitan.

Faktor kehatian-hatian inilah yang digunakan ketika terjadi

permasalahan yang melanggar syariat Islam, ketegasan dalam menyelesaikan

sebuah masalah mutlak dibutuhkan bagi seorang pemimpin. Terkait dengan

maraknya pemakaian parfum beralkohol pada saat ini menuntutnya untuk

memecahkan permasalahan sesuai dengan kemaslahatan.

Alasan Abdul Wahab melarang pemakaian parfum beralkohol tetap

berpijak pada ketetapan al Quran dan Hadits, adapun faktor sosiologis

menjadi landasan permasalahan yang harus diselesaikan dengan merujuk

keduanya.

Didalam salah satu kaidah fiqh yaitu;

الضرر والضرر

“ Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh memberi

bahaya (mudarat) kepada orang lain”.3

Menurut jumhur ulama, khamer itu hukumnya najis.4 Kebanyakan

kitab-kitab fiqh mutakhkhrin bahwa arak (segala sesuatu yang memabukkan)5

3 Diriwayatkan oleh Drs. Moh. Adib Bisri, Terjemah Al-Faraidul Bahiyyah

(Risalah Qawaid Fiqh), Menara Kudus, hlm. 21

Page 15: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

4

itu najis. Kalau kena badan atau kain wajib dicuci, lebih parahnya orang-orang

madzhab Hanafi, bahwa tangan yang kena arak musti dipotong.6

Pendapat ini berdasarkan nash-nash al-Quran surat al-Maidah ayat

90-91

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum)

khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah,

adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu

agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud

hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran

(meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat

Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan

itu).7

Dalam kedua ayat tersebut ditegaskan keharaman khamer melalui

beberapa cara;

a. Alloh memberitahu perkara-perkara tersebut dengan istilah rijs (perbuatan

keji). Istilah ini tidak digunakan dalam al-Quran kecuali untuk menyebut

4 Syaikh Kamil Muhammad , „Uwaidah Muhammad, Fiqih Wanita, Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 1998, hlm. 18 5 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994, hlm. 18 6 Mutakhkhrin „Ulama yang sesudah abad ke III atau th, ke 400 H. A. Hasan dkk,

Soal Jawab, Bandung, 1984, hlm. 40 7 Departemen Agama Republik Indonesia Jkt, Al-Quran dan Terjemahnya, PT.

Kumudasmoro Grafindo Semarang, Edisis Revisi, 1994, hlm

Page 16: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

5

berhala dan daging babi, hal ini menunjukkan larangan keras agar orang

menjauhinya.

b. Alloh menegaskan larangan “menjauhi” dengan maksud agar mendapatkan

keberuntungan, dengan firman-Nya: “ supaya kamu mendapat

keberuntungan”. Hal ini menunjukkan bahwa menjauhi (Khamer dan lainnya)

merupakan kewajiban yang lazim.8

c. Diterangkan dalam kitab Kanzul „Ummal, bahwa Khalid bin Walid r.a. masuk

kamar mandi, kemudian ia menggosok badannya dengan bekas kapur,

digosok sekali lagi dengan roti ushfur yang dicampur dengan khamer. Lalu

Umar berkirim surat kepadanya “telah sampai suatu berita kepadaku, bahwa

engkau menggosok tubuhmu dengan khamer, padahal khamer telah

diharamkan baik bendanya (dhahir) maupun hukumnya (batin), dan

diharamkan menyentuh khamer seperti halnya haram meminumnya. Oleh

sebab itu, janganlah menyentuhnya pada tubuhmu, karena barang tersebut

adalah najis”.9

d. Bahwa benda-benda tersebut seandainya tidak termasuk dalam kategori

memabukkan dan melemahkan, maka ia termasuk dalam jenis khabaits

(sesuatu yang buruk) dan membahayakan, sedangkan di antara ketetapan

8 Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer jilid I, Jakarta, Gema Insani Press,

1995, hlm.812 9 Muhammad Abdul Aziz Al-Halawi, Fatwa dan Ijtihad Umar bin Khaththab,

Surabaya: Risalah Gusti, 1999, hal 46

Page 17: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

6

syara‟: bahwa Islam mengharamkan sesuatu yang buruk dan

membahayakan.10

e. Setelah ditunjukkan „illat (alasan) perintah menjauhinya dengan menjelaskan

sebagian mudharat khamer, baik mudharat (bahaya) kemasyarakatannya

maupun keagamaannya.11

Ini sesuai dengan nash al Qur‟an yang telah

menetapkan keharaman khamer dengan lafal tahrim, sebagaimana firman-Nya

dalam surat Al-A‟raf: 33;

Artinya : "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik

yang nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak

manusia tanpa alasan yang benar”12

Kalau ditinjau dari kandungan kalimat „ijtanibuuhu‟ (maka jauhilah)

dalam ayat diatas maka penggunaannya dilarang secara mutlak, karena

khamer harus dijauhi secara mutlak, baik meminumnya atau menggunakannya

sebagai minyak wangi atau sebangsanya.

Sehubungan pelarangan yang disampaikan K.H Abdul Wahab

Khafidz dan sebagaian guru-guru yang ada di dalam pondok pesantren yang

telah dibahas perihal pelarangnya diatas, santriwati mencoba mencari solusi

11Yusuf Qardhawi, Loc. cit., hlm 793-794 12 Departemen Agama Republik Indonesia Jkt, Al-Quran dan Terjemahnya, PT.

Kumudasmoro Grafindo Semarang, Edisis Revisi, 1994, hlm

Page 18: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

7

kepada guru yang kontemporer yang baginya dirasa lebih mudah, dan bisa

memakai parfum untuk menunjang penampilan.

Karena dalam kehidupan sehari-hari santriwati sebagai mahluk yang

sama-sama punya keinginan berpenampilan sempurna. Disini mereka akan

mencari jawaban yang memperbolehkannya memakai parfum beralkohol, ia

juga salah satu pengasuh dan guru dipondok pesantren (bapak Sulkhan)

menantu dari KH Abdul Wahab Khafidz. Dengan alasan kadar alkohol tidak

sampai 50%-keatas, karena kadar sekian persen itu tentu tidak menimbulkan

efek membahayakan atau memabukkan.

Disini Sulkhan juga berpijak dalam al Quran dan Hadits yang

digunakan untuk landasan. Karena hakikatnya minyak wangi dapat

menenangkan hati, melapangkan dada, menyegarkan jiwa, membangkitkan

tenaga dan kegairahan dalam bekerja. Sebagai landasan atas hal ini adalah

hadits Anas ra., ia berkata, Rasulullah saw. Bersabda,

انى ي انذ يا انسأ وانطيب و جعم قرة عيي في انصالةحبب إني ي

“Telah ditambatkan kesenangan bagiku dalam urusan dunia,

perempuan (istri), wangi-wangian, dan telah dijadikan ketenangan bagiku

dalam shalat...”(HR Ahmad dan Nasai)

Dari abu Hurairah ra, ia berkata, Rasullulah saw. bersabda,

ي عرض عهي ريحا فاليرد فأ خفيف انحم طيب انريح

Page 19: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

8

“Barang siapa yang ditawarkan padanya minyak wangi, hendaknya

ia tidak menolak. Sebab, ia mudah dibawa dan baunya harum.”(HR Muslim,

Nasai dan Abu Daud)13

Adapun dalil Rasulullah yang menerangkan;

كم يسكرخر وكم : انبى صهى اهلل عهي وان وسهى قالعرا اب و ع

( را انجاعت االانبخار واب ياج)يسكرحرو “ Setiap yang memabukkan adalah Khamer. Setiap yang

memabukkan pastilah haram” 14

Yang jadi illah (sebab) pengharaman khamer adalah karena

memabukkan. Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsamanin; khamer

diharamkan karena illah (sebab pelarangan) yang ada di dalamnya yaitu

memabukkan. Jika illah tersebut hilang, maka pengharamannya pun hilang.

Karena sesuai kaedah “al hukmu yaduuru ma‟a illatihi wa‟adaman (hokum itu

ada dilihat dari ada atau tidak adanya illah)”, illah dalam pengharaman

khamer adalah memabukkan dan illah berasal dari al-Quran, As Sunnah dan

ijma‟ (kesepakatan ulama kaum muslimin).15

Sebab inilah kenapa khamer diharamkan karena memabukkan. Oleh

karenanya, tidak tepat jika dikatakan bahwa khamer itu diharamkan karena

alkohol yang terkadung di dalamnya. Walaupun tidak memungkiri bahwa

yang jadi patokan dalam menilai keras atau tidaknya minuman keras adalah

karena alkohol di dalamnya.

13 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Jakarta; Cakrawala Publishing, 2008, hlm 64-65 14 Tengku Muhammad Hashbi Ash Shiddieqy, Koleksi-Koleksi Hadits Hukum Jilid

9, Jakarta; PT. Pustaka Rezki Putra, 2001. Hlm.380 15

Majmu‟ Fatwa wa Rosa-il Ibnu „Utsaimin, 11/195, Asy Syamilah

Page 20: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

9

Parfum beralkohol yang berbentuk minyak dengan kadar alkohol

rendah bukanlah najis, tetapi bisa menjadi haram, jika minyak wangi ini

berkadar alkohol tinggi sehingga bisa memabukkan.

Namun perlu diingat, alkohol bukan satu-satunya zat yang dapat

menimbulkan efek memabukkan, masih ada zat lainnya dalam minuman keras

yang juga sifatnya sama-sama toksik (beracun).

Oleh karena itu sangat diperlukan sekali jalan alternatif kejelasan dari

larangan dan diperbolehkannya memakai parfum-parfum yang beralkohol

agar tidak terjadi kesimpang siuran dalam memberikan peraturan di dalam

pondok. Kalau tidak diberikan kejelasan yang sebenar-benarnya, disini

pastinya para santri akan memilih menggunakan parfum agar berpenampilan

lebih pede, karena bau badannya yang segar. Dengan dalih segala sesuatu

tergantung pada niatnya.

Tapi disisi lain, mereka yang memakai parfum ini akan terkesan

melanggar larangan dari pengasuh, dan jika melanggar setiap larangan ujung-

ujungnya tidak akan mendapatkan ilmu barokah.

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis terdorong ingin mengetahui

lebih dalam mengenai pemakaian parfum beralkohol pada lingkungan pondok

pesantren al-Irsyad kauman Rembang yang notabennya berbentuk salaf.

Akhirnya, dalam proses kerja penulisan karya ilmiah ini penulis akan

memberi judul “ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemakaian Parfum

Page 21: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

10

Beralkohol (Studi Kritik Atas Pendapat KH Abdul Wahab dan Ustadz

Sulkhan di Pondok Pesantren Putri Al-Irsyad kauman Kab. Rembang).

B. PERMASALAHAN

Merujuk Jujun S. Suriasumantri, permasalahan merupakan upaya

untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin

dicarikan jawabannya.16

Menilik pada latar belakang yang telah dipaparkan di

atas, kiranya bisa diambil pokok-pokok permasalahan yang menjadi bahan

kajian dalam penelitian ini agar lebih fokus, dimaksudkan agar pembahasan

karya tulis ini, tidak melebar dari apa yang dikehedaki. apapun permasalahan

yang bisa diklarifikasi antara lain sebagai berikut:

Bagaimana pendapat KH Abdul Wahab dan ustadz Sulkhan terhadap

pemakaian parfum beralkohol di pondok Pesantren Putri Al-Irsyad kauman

Kab. Rembang )?

Bagaimana tinjuan hukum Islam terhadap pemakaian parfum yang

mengandung alkohol?

16

Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, Jakarta:

Pustaka Sinar harapan, 1993, hlm. 312.

Page 22: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

11

C. TUJUAN PENELITIAN

a. Tujuan Formal

untuk memenuhi salah satu syarat Akademik, guna memperoleh gelar

Sarjana (S-1) Hukum Islam Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam

Walisongo Semarang.

b. Tujuan Materiil

berdasarkan pada tujuan yang hendak dicapai pada rumusan

permasalahan yang ada di atas, kemudian dianalisa berdasarkan data-data

yang berkaitan dan mendukung pembahasan penelitian ini, maka data-data

tersebut dimaksudkan untuk menjawab pokok pemasalahan yang ada, dan

diharapkan menghasilkan manfaat untuk:

Bagaimana pendapat KH Abdul Wahab dan ustadz Sulkhan terhadap

pemakaian parfum beralkohol di pondok Pesantren Putri Al-Irsyad

kauman Kab. Rembang )?

Bagaimana tinjuan hukum Islam terhadap pemakaian parfum yang

mengandung alkohol?

Page 23: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

12

D. TELAAH PUSTAKA

Sejalan dengan permasalahan yang telah penulis paparkan diatas,

penulis ini bertujuan untuk mengetahui ketentuan hukum atas kebijakan

peraturan KH Wahab Khafidz dan ustadz Sulkhan bagi santriwati dalam

pemakaian parfum beralkohol, dan alasannya secara spesifik dari sumber

hukum dan pendapat para ulama klasik maupun kontemporer, serta

memberikan kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.

Alam pikiran manusia bersifat sinambung. Pikiran yang baru

dikatakan baru untuk membedakannya dengan yang lama, dan justru

karenanya alam pikiran yang baru terikat kepada alam pikiran yang lama.17

Karena itu, memeriksa atas hasil kajian terdahulu setidaknya berfungsi

sebagai pembuka jalan atau semacam pemberi inspirasi bagi kajian

sesudahnya. Pasalnya, orisinalitas kajian justru akan tampak pada saat

khazanah lama dibuka dan dipetakan. Meski statemen ini tidak bermaksud

untuk menutup kemungkinan munculnya kajian yang betul-betul genuine.

Diantaranya skripsi karya Jajang Nurjaman dengan judul, Tinjauan

Hukum Islam terhadap Jual Beli Parfum Beralkohol, Fakultas Syari‟ah

Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2009.

Skripsi ini berisi tentang rukun dan akad jual beli parfum beralkohol.

Meskipun dalam beberapa contoh dibahas tentang kenajisan alcohol yang

17

Bernard Delfgaauw, Filsafat Abad 20, Terj. Soejono Soemargono, Yogyakarta:

Tiara Wacana, 1988, hlm. 3

Page 24: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

13

terkandung di dalam parfum beralkohol, tetapi tidak membahas tentang

pemakaian sehingga tidak menjawab seputar permasalahan tersebut.

Tapi sampai saat ini penulis belum menemukan ada pembahasan

yang spesifik terkait pemahaman tentang alkohol, khamer, serta perbedaan

yang digunakan untuk campuran parfum dalam tinjuan Hukum Islam. Oleh

sebab itu, penulis merasa perlu melakukan penelitian dan membuat karya

ilmiah ini.

E. METODE PENELITIAN

Penelitian ini akan difokuskan kepada ketentuan hukum dari

peraturan yang ditetapkan KH Wahab dan ustadz Sulkhan yang berlandasan

sumber hukum, selama ini ditemukan banyaknya perbedaan pendapat dari

kalangan ahli fikih. Permasalahan tersebut terkait dengan peraturan

pelarangan pemakaian parfum beralkohol dan batasan kadar diperbolehkannya

menggunakan parfum beralkohol.

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field

research) yaitu mengumpulkan data yang dilakukan dengan penelitian di

tempat terjadinya segala yang telah diselidiki.18

Dalam penelitian ini penulis

18 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta; Andi Offset, 1995, hlm. 6

Page 25: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

14

akan melakukan penelitian di pondok pesantren Al-Irsyad Kauman Rembang

untuk memperoleh data.

Adapun jenis penelitiannya adalah kualitatif, yaitu tradisi tertentu

dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada

manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang

tersebut dalam bahasannya dengan bahasannya dan dalam peristilahannya.19

b. Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data itu dapat diperoleh.20

Sumber data itu sendiri terbagi menjadi dua sumber, sumber primer (pokok)

dan sumber sekunder(tambahan). Sumber primer hasil dari keseharian penulis

ketika dulu pernah ikut (mengabdi) kepada KH Abdul Wahab Khafidz dan

Nyai Masyrifah. Karena apa yang dikerjakan disetiap harinya pasti akan ada

ilmu yang dapat diambil. Bukan sebatas itu untuk mencari kevalidan

penelitian, penulis akan melakukan wawancara terhadap pengasuh generasi

setelah KH Abdul Wahab, ustadz ustadzah yang menjadi pengajar, dan santri

pondok pensantren kauman Rembang. Wawancara di sini adalah percakapan

19 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung; PT. Remaja

Rosda Karya, 2001, hlm ttd 20

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, suatu pendekatan pratek, Jakarta:

Rineka Cipta, 1993, hlm. 114

Page 26: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

15

dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu

pewancara (interviewer) dengan pihak yang diwancara (interviewee).21

Sumber kedua adalah sumber sekunder (tambahan) berupa buku atau

literatur-literatur yang mempunyai sifat melengkapi dan menguatkan dari

sumber-sumber pokok yang ada, tentu saja tentang segala sesuatu yang

berhubungan dengan pembahasan. Dalam hal ini penulis akan menggunakan

penelitian kepustakaan (library research), yaitu kegiatan penelitian yang

dilakukan dengan pengumpulan dan penelusuran data-data serta pengolahan

(buku-buku, literatur dan bahan pustaka) yang berkaitan dengan topik

pembahasan.22

c. Metode Analisis Data

Analisa data adalah proses menyusun data agar data tersebut dapat

ditafsirkan.23

Adapun metode atau teknik analisis data dalam skripsi ini

menggunakan deskriptif normative, maksudnya adalah menggambarkan atau

memaparkan secara kritis dalam rangka memberikan perbaikan, solusi

terhadap permasalahan yang dihadapi sekarang.24

Dimaksudkan agar nantinya

peraturan mengenai pemakaian parfum beralkohol dapat jelas kedudukannya

dalam peraturan di dalam pondok pesantren al-Irsyad kauman Rembang.

21

Lexy J. moleong Op. Cit, hlm. 17 22

Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2004, hlm. 3 23 Dadang K Ahmad, Metode Penelitian Agama, Bandung: CV. Pustaka Setia,

2000, hlm. 102 24 Suharsimi Arikunto, op, cit,. hlm. 236

Page 27: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

16

F. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI

Untuk memudahkan pembahasan dan pemahaman yang lebih lanjut

serta jelas dalam membaca penelitian ini, maka disusunlah sistematika

penulisan penelitian ini. Dengan garis besarnya adalah sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan.

Berisi aspek-aspek utama peneltian yang meliputi: Latar Belakang

Masalah, Rumusan Permasalahan, Tinjauan Penelitian, Telaah

Pustaka, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab II : Konsepsi Parfum beralkohol meliputi, parfum beralkohol dalam

Islam: Pengertian parfum beralkohol, pendapat tentang kesucian

khamer dan alkohol, Parfum beralkohol dalam ilmu Kimia, Sumber

Hukum parfum beralkohol, sumber yang memperbolehkan dan sumber

yang tidak memperbolehkan.

Bab III : Pendapat KH Abdul Wahab Khafidz dan Ustadz Sulkhan tentang

pemakaian Parfum beralkohol didalam kenyataan Pondok Pesantren,

meliputi: gambaran umum pondok pesantren, biografi dan pendapat

KH Abdul Wahab Khafidz dan ustadz Sulkhan,

Bab IV : Analisis terhadap pendapat dari KH Wahab Khafidz serta ustadz

Sulkhan di Pondok Pesantren dan Solusi yang Ditawarkan.

Bab V : Penutup, meliputi: Kesimpulan, Saran-saran, Penutup

Page 28: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

17

BAB II

KONSEPSI PARFUM BERALKOHOL DALAM ISLAM DAN ILMU

KIMIA SERTA SUMBER HUKUMNYA

A. KONSEPSI PARFUM BERALKOHOL

a. Pengertian Parfum Beralkohol

Dalam perspektif Islam atau kamus besar lainnya secara umum

tidak ada pengertian parfum beralkohol secara spesifik. Dua kata itu

mempunyai dua pengertian tersendiri. Alkohol asalnya dari bahasa arab

yaitu alghaul atau al khuhul1. Khamer artinya raksasa, nama itu diberi

kepada pati arak, lantaran khasiatnya yang seperti raksasa. Selain itu dapat

diartikan minuman yang memabukkan.2

Keterangan dari kitab al-Mabahitsa al-Wafiyyah, pengertian

alkohol sebagaimana yang kami dapatkan dari pernyataan orang yang

mengetahui hakekatnya serta yang kami lihat dari peralatan industri

pembuatannya adalah, merupakan unsur yang dapat menguap yang

terdapat pada minuman yang memabukkan. Keberadaannya akan

mengakibatkan mabuk. Alkohol ini juga terdapat pada selain minuman,

seperti pada rendaman air bunga dan buah-buahan dibuat untuk wangi-

1 Ali Mutahar, Kamus Bahasa Arab,Surabaya; al-Hikmah, hlm, 805

2 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran,

Jakarta; Lentera hati, 2002, hlm. 34

Page 29: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

18

wangian dan lainnya, sebagaimana juga terdapat pada kayu-kayuan yang

diproses dengan mempergunakan peralatan khusus dari logam. Dan yang

akhir terakhir ini merupakan alkohol dengan kadar paling rendah,

sedangkan yang terdapat pada perasan anggur merupakan alkohol dengan

kadar tertinggi.3

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Alkohol yaitu cairan tidak

berwarna yang mudah menguap, mudah terbakar, di pakai dalam industri

atau pengobatan, merupakan unsur yang memabukkan, dll. Kebanyakan

minuman keras, C2H5OH, etanol, senyawa organik dengan gugus OH pada

atom karbon jenuh.4

Pengertian alkohol menurut kamus Ilmiah Populer ialah zat kimia

cair yang dapat memabukkan.5

Parfum menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah minyak

wangi, bau wangi-wangian yang berupa cairan, zat pewangi.6

3 Ahkamul Fuqaha, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, Keputusan

Muktamar, Munas dan Konbes Nahdlatul Ulama (1926-2004), penerjemah Teks Arab,

Prof. Dr. H. M. Djamaluddin Miri, Lc, Ma. Pengantar, DR. KH. MA. Sahal Mahfudh

4 Kam. Kamus besar Bahasa Indonesia/tim penyusun kamus pusat pembinaan

dan pengembangan bahasa-ed. 2.- cet. , Jakarta: Balai Pusaka, 1994, hlm, 27

5 M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya; Arkola, 1994, hlm. 22

6 Kam. Kamus besar Bahasa Indonesia/tim penyusun kamus pusat pembinaan

dan pengembangan bahasa, op. cit.., hlm. 730

Page 30: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

19

Menurut Prof. dr. Muhammad Sa‟id al-Suyuthi, alkohol merupakan

istilah yang diarabkan dari sebuah kata berbahasa Perancis, yaitu alcool,

dengan kata cohol.7

Sedangkan parfum menurut kamus Ilmiah Populer adalah zat

pewangi tubuh, wewangian.8

Dari banyaknya definisi tentang alkohol tersebut, meskipun dalam

redaksinya berbeda tapi hakikat dan tujuannya sama, yaitu sama-sama zat

cair yag dapat memabukkan. Dan segala sesuatu yang diarakkan serta

memabukkan hukumnya najis.9

Selain kata alkohol sesuatu yang memabukkan itu ada yang cair

sesuai dengan asalnya, seperti khamer dan nabidz, dan ada pula yang

padat. Seperti candu dan ganja.10

Terlepas candu dan ganja dalam

pembahasan kali ini agar tidak melebar, penulis hanya memfokuskan

masalah alkohol dalam campuran yang digunakan pada parfum.

7 KH Ali Mustapa Yaqub, Kriteria Hala Haram Untuk Pangan, Obat, dan

Kosmetika Menurut al-Quran dan Hadits, Jakarta; PT. Pustaka Firdaus, hlm 121

8 M. Dahlan Al Barry, op. cit,,. hlm. 570

9 Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Bandung; CV. Diponegoro, hlm 36

10 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Ja’fari, ditejemahkan oleh Samsuri

Rifa‟i, dkk, Jakarta: Lentera, 1996, hlm. 25

Page 31: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

20

b. Pendapat Tentang Kesucian Khamer dan Alkohol

Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata, mayoritas ulama memandang

dan menghukumi bahwa khamer/alkohol adalah haram. Dengan

pandangan syariat tentang buruk dan kotornya, serta perintah untuk

menjauhinya,menunjukkan bahwa Khamer itu najis.

Menurut para imam madzab yang empat sepakat bahwa alkohol

dan khamer adalah najis. Karena dalam firman Allah, “Rijs” menunjukkan

bahwa khamer itu najis. Karena “al-Rijs” dalam arti kebahasaan adalah

najis. Kemudian, seandainya kita tidak memutuskan sebuah syara kecuali

ketika menemukan nashnya, maka syariat akan banyak yang terbuang,

karena nash-nash tentang syariat dibanding permasalahan yang ada sedikit

jumlahnya.

Apakah ada nash (secara tekstual) yang menyatakan tentang

najisnya air kencing, kotoran, darah, bangkai dan lain sebagainya?

Kenajisan itu semua berdasarkan aspek pemahaman, keumuman, dan

analogi semata. Demikianlah pendapat imam al-Qurthubi.11

Menurut Rabi‟ah al-Ra‟y guru Imam Malik, Imam al-Hasan al-

Bashri, al-Muzani (murid Syafi‟i) Imam al-Laits bin Sa‟d dan beberapa

11 KH. Ali Mustafa Yaqub, Kriteria Halal dan Haram Untuk Pangan, Obat dan

Kosmetik Menurut al-Quran dan Hadits, Jakarta; PT. Pustaka Firdaus, 2009, hlm 74-75

Page 32: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

21

ulama muta’akhirin dari Baghdad dan Irak. Mereka berpendapat bahwa

khamer dan alkohol adalah suci.

Sa‟id bin al-Haddad al-Qurawi berdalil tentang kesucian khamer

atau alkohol dengan alasana bahwa ketika itu, khamer ditumpahkan di

jalanan kota Madinah. Menurutnya, seandainya khamer itu najis, mana

mungkin para sahabat r.a akan melakukan hal itu, dan Rasulullah SAW

tentu akan melarangnya sebagaimana beliau melarang buang air besar di

jalanan.12

Pendapat Sa‟id al-Haddad al-Qurawi tentang kesuciannya

dipatahkan oleh imam al-Qurthubi bahwa ditumpahkannya khamer di

ruas-ruas jalan Madinah bukan lantas hukum alkohol ataupun khamer

suci. Hal ini dapat dijawab bahwa pendapat Sa‟id tersebut merupakan

qiyas ma’a al-fariq (menganalogikan dua objek yang sifatnya berlainan).

Buang air besar di jalanan adalah perilaku yang tidak sejalan

dengan akhlak yang mulia. Sebab, ketika setiap orang diperbolehkan

buang air besar di jalanan, tentu kebiasaan ini akan berlanjut pada masa

berikutnya. Padahal perilaku ini mengandung unsur bahaya, karena

pengguna jalan merasa terganggu dengan kondisi jalanan yang selalu najis

dan kotor.

12 Ibid 74

Page 33: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

22

Berbeda halnya dengan khamer ataupun alkohol yang hanya

ditumpahkan pada saat pengharamannya, tidak dilakukan berulang kali

setiap saat pengharamannya, tidak dilakukan berulang kali setiap saat

seperti yang terjadi ketika buang air besar di jalanan.13

Dengan begitu, perbedaan pendapat diatas akan berimbas pada

hukum menggunakan zat cair yang memabukkan dalam alat-alat

kosmetika, seperti parfum. Bagi ulama yang berpendapat bahwa khamer

atau alkohol itu najis, maka menggunakan parfum yang mengandung zat

tersebut adalah haram. Keharamannya ini mencakup dengan

menggunakan, mengkonsumsi bahan-bahan najis atau yang mengandung

najis, baik untuk makan, minum, atau penggunaan yang lain.

Sedangkan bagi ulama yang berpendapat bahwa khamer atau

alkohol itu suci, maka memakai parfum yang mengandung zat tersebut

adalah boleh.

Seiring dengan perkembangan zaman yang begitu canggih, maka

pendapat ulama kontemporer berkenanan alkohol dan khamer itu berbeda

hukumnya. Alkohol hukumnya suci dan khamer hukumnya haram. Karena

partikel yang terkandung dari keduanya berbeda.14

13 Ibid, 76 14 Ibid, hlm 122

Page 34: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

23

B. PARFUM ALKOHOL DALAM ILMU KIMIA

Dalam kimia, alkohol adalah istilah yang lebih umum untuk

senyawa organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang

terikat pada atom karbon, yang alkohol sendiri terikat pada atom hidrogen

atau karbon lain.15

Sebagaimana sumber yang ada dari Wikipedia, terdapat info

sebagai berikut: minyak biasanya dilarutkan dengan menggunakan solvent

(pelarut), solvent yang digunakan untuk minyak wangi adalah etanol atau

campuran antara etanol dan air. Minyak wangi juga bisa dilarutkan dalam

minyak yang sifatnya netral seperti dalam fraksi minyak kelapa, atau

dalam larutan lak (lilin) seperti dalam minyak jojoba (salah satu jenis

tanaman, pen).16

Beberapa kegunaan etanol sebagai berikut;

a. Sebagai pelarut (solvent), misalnya pada parfum, perasa,

pewarna makanan dan obat-obatan

b. Sebagai bahan sintesis (feedstock) untuk menghasilkan bahan

kimia lain, seperti dalam pembuatan asam asetat (sebagaimana

terdapat pada cuka)

c. Sebagai bahan alternatif. Bahan bakar etanol telah banyak

dikembangkan di negara Brasil sejak mereka mengalami krisis

15 Riswiyanto, Kimia Organik, Jakarta; Erlangga, 1995, hlm 146 16 Sumber: http//en. Wikipedia.org/wiki/parfume

Page 35: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

24

energi. Brasil adalah negara yang memiliki industri etanol

terbesar untuk memproduksi bahan bakar.

d. Sebagai penangkal racun (antidote)

e. Sebagai antiseptik (penangkal infeksi)

f. Sebagai deodorant (penghilang bau tidak enak atau bau busuk)

LP POM MUI, alkohol yang dimaksudkan dalam parfum adalah

etanol. Menurut fatwa MUI, etanol yang merupakan senyawa murni bukan

berasal dari industri minuman khamer sifatnya tidak najis. Hal ini berbeda

dengan khamer yang bersifat najis. Oleh karena itu, etanol tersebut dijual

sebagai pelarut parfum, yang notabene memang dipakai diluar (tidak

dimaksudkan ke dalam tubuh).

Etanol disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut

atau alkohol saja. Etanol merupakan sejenis yang mudah menguap

(volatile), mudah terbakar (flammable), tak berwarna (colorless), memiliki

wangi yang khas dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan

dalam kehidupan sehari-hari.17

Etanol dibuat melalui fermentasi molase yaitu residu yang didapat

dari pemurnian gula tebu. Pati dari padi-padian, kentang dan beras dan

difermentasi dengan cara yang sama menjadi etanol, sehingga hasilnya

sering dinamakan alkohol padi-padian (grain alkohol). 18

17 Donald C. Kleinfelter dan Jesse H. Wood, Ilmu Kimia Untuk Universitas,

diterjemahkan oleh Aloysius, Hadyana Pudjaatmaka Jakarta; Erlangga, 1992, hlm 402 18

Harold Hart, Kimia Organik, diterjemahkan oleh Suminar

Achmadi, Jakarta: Erlangga 1983, hlm. 176

Page 36: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

25

Selain fermentasi, etanol juga dibuat melalui hidrasi etilena dengan

katalis asam. Dengan katalis asam sulfat atau katalis asam lainnya.

Pertama-tama melibatkan konversi ezimatik pati menjadi gula, gula itu

kemudian diubah menjadi etanol dan karbondioksida oleh kerja zimase,

suatu zimase yang dihasilkan oleh sel-sel ragi yang hidup. 19

Etanol dibuat kebanyakan dengan dua metode; pertama, peragian

dari molase (tetes) dari tebu. Kedua, adisi air kepada etilena dengan

hadirnya suatu katalis asam.

Maka dari itu, etanol adalah zat yang suci, ada tiga point yang

dibuat pertimbangan dari kesimpulan diatas;

a. Hukum asal etanol jika ia berdiri sendiri dan tidak bercampur

dengan zat lain adalah halal.

b. Etanol bisa berubah statusnya jadi haram, jika ia menyatu

dengan minuman yang haram seperti miras.

c. Etanol ketika berada dalam miras yang dihukumi adalah

campuran mirasnya dan bukan etanolnya lagi.

jika melihat etanol (alkohol) yang ada dalam parfum, maka penulis

dapat katakan bahwa yang jadi solvent (pelarut) dalam parfum tersebut

adalah etanol yang suci, bukanlah khamer.

Banyak orang yang menyamakan minuman beralkohol dengan

alkohol, maka disinilah sering kurang difahami dan ini menjadi titik

19

Kleinfelter Wood, loc. cit, 1992, hlm. 382-383

Page 37: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

26

masalah oleh sebagian orang yang menghukumi haramnya parfum

beralkohol, karena mengira bahwa alkohol yang terdapat dalam parfum

adalah khamer.

Khamer itu mau diminum cuma setetes atau mau ditengak

seember, sama-sama haram. Alkohol tidak sama atau tidak identik dengan

khamer. Karena orang tak akan sanggup meminum alkohol dalam bentuk

murni, karena akan menyebabkan kematian.

Alkohol memang merupakan komponen kimia terbesar setelah air

yang terdapat pada minuman keras, akan tetap alkohol bukan satu-satunya

senyawa kimia yang dapat menyebabkan mabuk, karena banyak senyawa-

senyawa lain yang terdapat pada minuman keras yang juga bersifat

memabukkan jika diminum pada konsentrasi cukup tinggi. Secara umum,

golongan alkohol bersifat narcosis (memabukkan), demikian juga

komponen-komponen lain yang terdapat pada minuman keras seperti

aseton, beberapa ester. Secara umum, senyawa-senyawa organik

mikromolekul dalam bentuk murni juga bersifat racun.20

Disini penulis katakan bahwa alkohol adalah senyawa kimia,

sedangkan khamer adalah karakter suatu bahan makanan, minuman atau

benda yang dikonsumsi. Definisi khamer tidak terletak pada sub kimianya,

tapi definisinya terletak pada efek yang dihasilkannya, yaitu al-iskar

20 http://lppommuikaltim.multiply.com/journal/item/9/STATUS KEHALALAN

ALKOHOL

Page 38: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

27

(memabukkan). Maka benda apapun yang kalau dimakan atau diminum

akan memberikan efek mabuk, dikategorikan sebagai khamer.

Menurut IUPAC penamaan alkohol sama seperti penamaan alkana

dengan menambahkan akhiran ol, yaitu;

a. Rantai terpanjang yang mengandung gugus hidroksil diberi

nama dengan mengganti akhiran –na dengan –ol

b. Penomoran rantai cabang dilakukan dengan memberi atom

karbon yang mengandung gugus hidroksil dengan nomor yang

paling kecil

c. Jika terdapat banyak rantai pada rantai utama, penamaan rantai

cabang berdasarkan alfabet.21

Maka definisi khamer yang benar menurut para ulama adalah

segala yang memberikan efek iskar (memabukkan).22

Dan jelaslah disini

bukanlah semua makanan yang mengandung alkohol. Sebab menurut para

ahli kesehatan, secara alami beberapa makanan seperti, singkong, duren,

dan buah lainnya malah mengandung alkohol. Tapi kenapa tidak pernah

menyebut bahwa makanan itu haram karena mengandung alkohol.

Dan karena definisinya segala benda yang memberikan efek iskar,

maka ganja, opium, drug, mariyuana dan sejenisnya, tetap bisa

21 Riswiyanto, Kimia Organik, Jakarta; Erlangga, 1995 hlm 49

22 http://rumaysho.com/

Page 39: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

28

dimasukkan sebagai khamer. Padahal benda itu malah tidak mengandung

alkohol, jika senyawa alkohol sendiri kalau kita minum, bukan efek al-

iskar (mabuk) yang dihasilkan, melainkan efek mati.

Padahal pemakaian parfum beralkohol tidaklah menikmatinya dan

tidak merasakan rasa dari kandungan alkohol tersebut, apalagi membuat

orang pingsan atau mabuk. Kalau khamer itu pasti akan membuat mabuk

dan orang akan menikmatinya.

Alkohol (etanol) dan minuman beralkohol adalah dua hal yang

berbeda. Minuman beralkohol sudah pasti memabukkan dan diharamkan

sedangkan alkohol (etanol) belum tentu demikian. Alkohol (etanol) adalah

sebagaimana hukum zat pada asalnya yaitu halal. Etanol bisa menjadi

haram jika memang menimbulkan dampak negatif.

Page 40: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

29

C. SUMBER HUKUM PARFUM BERALKOHOL

a. Sumber Hukum Tidak Memperbolehkan

a. Al-Quran

1. Surat al-Maidah ayat 90-91

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya

(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib

dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah

perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.

Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan

dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi

itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka

berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).

2. Surat al-A‟raf; 157

Page 41: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

30

Artinya: yaitu orang-orang yang mengikut Rasul, nabi yang ummi,

yang namanya mereka temukan tertulis di dalam Taurat dan Injil yang

ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang mungkar,

menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi

mereka segala yang buruk, membuang dari mereka beban dan belenggu-

belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman

kepadanya memuliankannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang

terang yang diturunkan kepadanya (al-Quran), mereka itulah orang-orang

yang beruntung.23

Ayat ini menjelaskan tentang keharaman khaba’its (hal-hal yang

buruk). Sebagaimana sudah dikemukakan, khaba’its adalah bentuk jamak

dari khabitsah. Najis sendiri masuk dalam kategori khaba’its.

3. Surat al-Baqorah; 219

“ Mereka bertanya kepadamu tentang khamer dan judi.

Katakanlah pada keduanya itu terdapat dosa dan beberapa manfaat bagi

manusia, tapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”

b. Al- Hadits

c. كم : انب صه اهلل عه ان سهى قالعزا اب ع

( را انجاعت االانبخار اب ياج)يسكزخزكم يسكزحزو

“setiap yang memabukkan adalah Khamer, dan setiap yang

memabukkan adalah haram”24

يااسكز كثز فقهه حزاو :ع اب عز ع انب صه اهلل عه ان سهى قال

(را احد اب ياج اندار قط صحح)

23 Departemen Agama Republik Indonesia Jkt, Al-Quran dan Terjemahnya, PT Kumudasmoro

Grafindo Semarang, Edisi Revisi, 1994, hlm 246 24 Tengku Muhammad Hashbi Ash Shiddieqy, Koleksi-Koleksi Hadits Hukum

Jilid 9, Jakarta; PT. Pustaka Rezki Putra, 2001. Hlm. 380

Page 42: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

31

“sesuatu yang banyaknya memabukkan, maka sedikitnya pun

haram”(HR. Ahmad, Ibn Majah, dan al-Daruquthni serta

menshahihkannya)25

Kalau ditinjau dari kandungan kalimat „ijtanibuuhu‟ (maka

jauhilah) dalam ayat diatas maka penggunaannya dilarang secara mutlak,

karena khamer harus dijauhi secara mutlak, baik meminumnya atau

menggunakannya sebagai minyak wangi atau sebangsanya.

b. Sumber Hukum yang Memperbolehkan

Sesungguhnya penggunaan parfum merupakan anjuran Rasulullah

SAW, sehingga hukumnya sunnah. Karena Rasulullah Saw sendiri secara

pribadi memang menyukai parfum, sebab nabi menyukai wewangian

secara fitrah

جعم قزة ع ف انصالة, انطبأانس: اندا حبب إن و

“ Telah dijadikan aku menyukai bagian dari dunia yaitu, menyukai

wanita dan parfum. Dan dijadikan sebagai qurratu a’yun di dalam

shalat”26

Bahkan di dalam beribadah, umat Islam dianjurkan untuk memakai

wewangian, agar suasana ibadah bisa semakin khusu‟.

قال رسل اهلل صه اهلل عه سهى إ ذا و : ب عباس رض اهلل عا قال ع

إ , انجعت فهغتسم, عهكى بانساك يكى إنأف ج, عد جعه اهلل نهسه

كا طب فهس ي

25 Ibid; 383 26 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Jakarta; Cakrawala Publishing, 2008, hlm. 64

Page 43: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

32

“ dari ibni Abbas ra berakata Rasulullah SAW bersabda, hari ini

adalah hari besar yang dijadikan Alloh untuk muslimin. Siapa di antara

kamu yang datang shalat jumat hendaklah mandi dan bila punya parfum

hendaklah dipakainya. Dan hendaklah kalian bersiwak”

, ع أب ززة رض اهلل ع طب انزجال يا ظز رح خف ن

طب انساء يا خف رح ظز ن را انتزيذ انسائ

" Dari Abi Hurairah ra, "Parfum laki-laki adalah yang aromanya

kuat tapi warnanya tersembunyi. Parfum wanita adalah yang aromanya

lembut tapi warnanya kelihatan jelas.” (HR. At-Tirmizi dan Nasa'i)27

Maka dari itu, didalam al-Quran dan hadits atau sahabat-sahabat

tidak ada satupun keterangan yang menunjukkan bahwa khamer itu najis.

Diantara alasannya;

a. Tidak ada dalil tegas yang menyatakan khamer itu najis

b. Terdapat dalil yang menyatakan khamer itu suci. Sebagaimana

hal ini dapat kita lihat pada hadits dari Anas bin Malik tentang

kisah pengharaman khamer. Pada saat Rasululloh SAW

menyeru dengan berkata, “ ketahuilah, khamer telah

diharamkan.”28

Dalam hadits tersebut disebutkan bahwa ketika

bejana-bejana khamer pun dihancurkan dan tumpahlah dijalan-

jalan kota Madinah dengan khamer, pastinya orang-orang akan

melewatinya.

27 Terjemahan Shahih Bukhari Juz VII, oleh; Achmad Sunarto dkk, Semarang;

CV. Asy Syifa‟, hlm. 412

28 HR. Bukhari 2464 dan Muslim 1980 dari Anas

Page 44: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

33

Jika khamer najis, maka Nabi akan menyuruh membersihkan

sebagaimana Nabi memerintahkan untuk membersihkan

kencing orang Badui. Dan jika khamer itu najis tentunya nabi

tak akan membiarkan orang-orang membuangnya di jalan

begitu saja.

c. Hukum asal segala sesuatu adalah suci.29

Jika sudah jelas zat

khamer itu suci da tidak najis, maka tiak menjadi masalah

dengan parfum beralkohol.

Alasan pada poin terakhir diperjelas oleh pendapat Imam Ash

Shan‟ani, bahwa pokok pada semua kewajiban adalah suci. Sedangkan

semua yang haram itu belum tentu najis. Hasyisy (opium) itu haram, akan

tetapi ia suci. Semua yang dihukumi najis itu sudah pasti diharamkan.30

Dengan kata lain, setiap yang najis itu sudah tentu diharamkan dan tidak

semua yang diharamkan itu najis.

Karena hukum yang diberlakukan pada sesuatu yang dihukumi

najis itu adalah larangan menyentuhnya, bagaimanapun bentuknya.

Sesuatu yang najis sudah pasti diharamkan. Sebaliknya, sesuatu yang

diharam tidak dapat dipastikan sebagai hal yang najis. Pemakaian sutera

dan emas itu diharamkan (bagi laki-laki). Sementara keduanya suci

29 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Ja’fari, diterjemahkan oleh Samsuri

Rifa‟i, Ibrahim, dkk, Jakarta; Lentera, 1996, hlm. 26

30 Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah, Fiqih Wanita, diterjemahkan oleh M.

Abdul Ghofur, Jakarta; Pustaka Al-Kautsar, 1998, hlm. 18

Page 45: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

34

menurut pandangan syariat Islam maupun ijma‟ (bagi wanita). Apabila

seseorang telah memahami hal tersebut, maka ia akan mengerti bahwa

diharamkannya khamer yang didasarkan pada banyak nash tidak berarti

khamer itu najis, kecuali jika ada dalil lain yang menyatakan kenajisannya.

Jika tidak ada, maka khamer tetap berada pada kedudukan dasarnya yaitu

suci.31

31 Ibid, hlm. 18

Page 46: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

35

BAB III

PENDAPAT K.H ABDUL WAHAB KHAFIDZ DAN USTADZ SULKHAN

DI PONDOK PESANTREN PUTRI AL-IRSYAD KAUMAN KAB.

REMBANG

A. GAMBARAN UMUM PESANTREN

Secara historis, asal usul pesantren tidak dapat lepas dari sejarah

pengaruh Walisongo abad 15-16 di Jawa. Pesantren merupakan lembaga

pendidikan Islam yang unik di Indonesia. Lembaga pendidikan ini telah

berkembang, khususnya di Jawa selama berabad-abad. Dalam catatan

sejarah walisongo yang mempunyai peran penting dalam perkembangan di

pondok pesantren.1

Pesantren adalah sebuah kehidupan yang unik, sebagaimana dapat

disimpulkan dari gambaran lahiriahnya. Pesantren merupakan sebuah

kompleks dengan lokasi yang umumnya terpisah dari kehidupan

disekitarnya.2 Dalam komplek terdiri beberapa bangunan seperti; rumah

kediaman pengasuh, sebuah surau atau aula, tempat pengajaran (madrasah

kitab), dan asrama tempat tinggal santri.

Dipesantren memang diciptakan semacam kehidupan yang

memiliki sifat dan ciri tersendiri, dimulai dengan jadwal kegiatan yang

memang menyimpang dari rutinitas masyarakat pada umumnya. Dimensi

1 Saifuddin Zuhri, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di

Indonesia, Bandung; Al-Ma‟arif, 1979, hlm. 263 2 Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Pesantren, Yogyakarta; LKiS, 2001,

hlm. 3

Page 47: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

36

waktu yang unik ini, tercipta karena kegiatan pokok pesantren dipusatkan

pada pemberian pengajian buku-buku teks (al-kutub al-muqarrarah) pada

tiap-tiap habis menjalani sembayang wajib.

Corak yang tersendiri dari kehidupan pesantren dapat dilihat juga

dari struktur pengajaran yang diberikan. Selain kurikulum pelajaran yang

sedemikian lentur (luwes), keunikan pengajaran di pesantren juga dapat

ditemui pada cara pemberian pelajarannya, dan kemudian dalam

penggunaan materi yang telah diajarkan dan dikuasai oleh para santri.

Karena semua mata pengajian yang diberikan bersifat aplikatif,

dalam artian harus dijalankan dalam perbuatan dan amalan sehari-hari,

tentu saja segi kemampuan para santri untuk mengaplikasikan pelajaran

yang diterimanya menjadi perhatian pokok kiai. Karena hampir setiap

kehidupan pondok pesantren langsung bersentuhan dengan pengajian yang

diberikan mulai dari; cara-cara menyucikan diri untuk beribadat, ritual

hingga pada ketentuan-kentuan prosedural tata niaga yang diperankan oleh

agama, maka pemberian pengajian oleh sang kiai kepada para santrinya

sama saja artinya dengan sebuah proses pembentukan nilai yang lengkap,

dengan cara penilain dan orientasinya sendiri.3

Nilai-nilai yang tercipta dalam bentuk serangkaian perbuatan

sehari-hari inilah yang kemudian dikenal dengan nama cara kehidupan

santri. Struktur pengajaran yang unik dan memiliki ciri khas ini tentu saja

menghasilkan pandangan hidup dan aspirasi yang khas dan unik pula.

3 Ibid; hlm. 4

Page 48: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

37

Visi dalam pondok pesantren yang tertinggi adalah segala sesuatu

kegiatannya selalu disandarkan dengan keridhaan Alloh dan menempati

kedudukan tertinggi dimata-Nya. Visi ini lebih terkenal dengan

keikhlasannya, keikhlasan dalam pondok pesantren berbeda pengertiannya

dengan lingkungan masyarakat, dalam keikhlasan dipondok pesantren

lebih ditekankan dengan menerima, memberikan, dan melakukan sesuatu

di antara sesama mahluk.

Visi diatas berorientasi ke arah kehidupan alam akhirat, dan ini

ditekankan pada pengerjaan agama seteliti dan selengkap mungkin,

merupakan pokok dasar kehidupan pesantren, sebagaimana dapat

ditemukan pada literatur yang diwajibkan didalamnya. Wajah lain dari

pandangan hidup ini adalah kesedian yang tulus untuk menerima apa saja

kadar yang diberikan oleh kehidupan, terutama bila dipandang dari sudut

kehidupan material, asalkan bisa mencapai keridhaan Allah.4

Walaupun kedengarannya aneh dan penuh sikap fatalistis bila

ditinjau dari ukuran-ukuran yang terdapat di luar pesantren, pandangan

hidup semacam ini memiliki segi positifnya seperti, kemampuan

menciptakan penerimaan perubahan-perubahan status dalam kehidupan

dengan mudah, serta fleksibilitas para santri untuk menempu karir masing-

masing kelak.

Ke dalam praktik kehidupan pesantren tercermin sebagai berikut;

pertama, ketaatan beribadat ritual secara maksimal, penerimaan atas

4 Ibid, hlm 6

Page 49: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

38

kondisi material yang serba kurang (kesederhanaan), dan kesadaran

kelompok yang tinggi.

Kedua, pengekangan ini melatih satri untuk disiplin sosial yang

ketat dalam pondok pesantren. Kesetiaan tunggal pada pesantren adalah

dasar pokok disiplin ini. Kesetian pada ilmu fiqh berbentuk kesediaan

untuk mengikuti seseorang dalam hal-hal yang tidak bersifat maksiat.

Pengertian ini jauh berbeda pula dengan pengertian sehari-hari di

masyarakat, di mana kesetiaan diartikan sebagai pembelaan kepada

seseorang dalam segala hal dan persoalan.

Sedangkan ta‟zir (hukuman) yang dijatuhkan atas

pembakangannya semata-mata hanya konsekuensi para santri yang tak

tunduk pada peraturan pondok. Jika ta‟zir belum bisa mendisplinkan

santri yang suka bangkang, maka pengusiran adalah jalan terakhir

peraturan pondok pesantren keluarkan untuk memberikan pelajaran.

Terciptanya pola kehidupan yang memiliki unsur peniruan dan

pengekangan yang demikian ketat merupakan keharusan bagi pendiri atau

pengasuh pesantren untuk memiliki kepribadian yang sangat kuat,

terutama dalam ketekuanan dan penguasaan diri yang berkadar tinggi.

Yang termasuk dalam warga pesantren adalah kiai yang menjadi

pendiri sekaligus pengasuh dan pimpinan tertinggi, para guru, dan para

santri. Kepengurusan pesantren adakalanya berbentuk sederhana, dimana

kiai memegang pimpinan mutlak dalam segala hal, sedangkan

Page 50: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

39

kepemimpinannya itu sering kali diwakilkan kepada ustadz senior selaku

lurah pondok.

Menurut Walisongo, mendidik adalah tugas dan panggilan agama.

Mendidik murid atau santri sama halnya mendidik anak kandung sendiri.

Pesan mereka dalam konteks ini adalah sayangi, hormati dan jagalaha

santrimu, hargailah tingkah laku mereka sebagaimana engkau

memperlakukan anak turunmu. Beri mereka makanan dan pakaian hingga

mereka dapat menjalankan syariat Islam dan memegang teguh ajaran

agama tanpa keraguan.5

Tugas lurah membentuk susunan oraganisasi atau pengurus,

lengkap dengan tugas masing-masing pengurus untuk melaksanakan

segala sesuatu yang berhubungan dengan jalannya pesantren sehari-hari,

tapi tetap saja kekuasaan mutlak berada ditangan kiai.

Kiai bertugas mengajarkan berbagai pengajian untuk tingkat

pengajaran di pesantrennya, dan terserah kepada santri untuk memilih

mana yang akan ditempuhnya. Kalau santri ingin mengikuti semua jenis

pengajian yang diajarkan, tentu saja akan membutuhkan waktu yang

sangat lama, bahkan belasan tahun. Akan tetapi, pengajaran tidak

ditentukan berapa lama dan panjang masa santri mengaji tapi ukuran yang

digunakan adalah ketundukan seorang santri kepada kiai, keluarga kiai,

ustadz utadzahnya, dalam kemampuannya untuk memperoleh ilmu.

5 Abdurrahman Mas‟ud, Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta; Gama

Media, 2000, hlm 223-224

Page 51: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

40

Dengan demikian, barokah yang selalu diharapkan oleh para santri yang

ingin mendapatkan ilmu bermanfaat.

Ustadz, ustadzah mempunyai tugas pokok sebagai latihan

penumbuhan kemampuannya untuk menjadi kiai dikemudian hari dan

sebagai pembantu kiai dalam mendidik para santri.

Santri adalah siswa tunggal yang tinggal di pesantren, guna

menyerahkan diri dan hatinya untuk selalu tunduk dan patuh terhadap

semua ketentuan yang berlaku dalam pondok pesantren.6 Itu merupakan

syarat mutlak untuk memungkinkan diri santri untuk menjadi anak didik

kiai dalam arti yang sepenuhnya. Santri harus mencari keralaan sang kiai

dengan mengikuti segenap kepentingannya.

Pengabdian harus dianggap sebagai tugas kehormatan yang

merupakan ukuran penyerahan diri. Kerelaan ini yang biasa dikenal dalam

lingkungan pesantren adalah barakah, adalah alasan tempat berpijak santri

di dalam menuntut ilmu dengan tekanan pada kebutuhan memperoleh

kerelaan kiai inilah diciptakan mekanisme konsensus dalam pembentukan

tata nilai di pondok pesantren.

Status sebagai seorang santri di pesantren, dengan demikian

memiliki fungsi sebagai medium guna menciptakan ketundukan pada tata

nilai yang berlaku di pesantren itu sendiri. Oleh karena itu, tidaklah tepat

untuk menggunakan drop out bagi para santri yang tidak menyelesaikan

pelajaran di pesantren atau tidak mampu mendirikan pesantren sendiri.

6 Pradjarta Dirdjosanjoto, Memelihara Umat Kiai Pesantren-Kiai Langgar di

Jawa, Yogyakarta; LKiS, 1999, hlm 144

Page 52: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

41

Selama santri dapat diolah menjadi manusia yang tunduk pada tata

nilai yang berlaku di pesantren tempatnya dahulu belajar, dengan harapan

ia akan mampu berpegang pada tata nilai itu dalam hidupan di masyarakat

luar nanti, ia dianggap telah berhasil menjadi santri yang baik.

Demikian halnya dengan pondok pesantren Al-Irsyad Rembang

yang didirikan sejak tahun 1957 oleh KH Abdullah Chafidz (Almarhum)

terus berupaya dalam pembentukan kepribadian bangsa yang berakhlaqul

karimah menuju muslim yang kaffah.

Setelah KH Abdullah chafidz wafat, pondok pesantren Al-Irsyad

dipimpin oleh KH Abdul Wahab Chafidz, LAS, putra sulung almarhum

dan ia alumnus Universitas Al-Azhar Kairo.

B. PENDAPAT K.H ABDUL WAHAB CHAFIDZ DAN USTADZ

SULKHAN

a. Biografi dan Pendapat K.H Abdul Wahab

Abdul wahab Khafidz lahir di Rembang, 05 Agustus 1949,

ayahandanya Abdullah Khafidz (Pengasuh pertama ), dan ibundanya

Shofiyah Khafidz. Wahab mempunyai satu adik, yang bernama KH.

Manshur Khafidz. KH. Manshur juga mempunyai pondok pesantren di

Pandean tak jauh dengan letak pondok pesantren al-Irsyad.

Pondok pesantren Al-Irsyad Kauman Rembang tempatnya terletak

dijantung kota Rembang. Dekat dengan alun-alun, hanya berjarak tiga

Page 53: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

42

meter untuk menuju terminal, dan lebih tepatnya terletak dibelakang

masjid Agung kebanggaan masyarakat Rembang.

Sebagai pengasuh sekaligus ustadz dalam pondok pesantren

menuntut KH Abdul Wahab untuk selalu mendidik keluarga dan santrinya

untuk tetap di jalan yang telah disyariatkan agama. Sebagai orang yang

salaf dan zuhud, setiap tingkah laku dan tindakan Wahab selalu berhati-

hati agar tidak melarang syariat. Karena kehatian-hatian inilah K.H Wahab

melarang hal-hal yang dianggap melarang syariat, misalnya dalam

pemakaian parfum beralkohol.

Maka berdasarkan sumber hukum dari bab II ditegaskan bahwa

bagi siapa saja muslimah terutama santriwati dilarang keras menggunakan

parfum beralkohol dan ketika keluar akan terkena ancaman. Alasannya

juga jelas, bahwa akan membangkitkan syahwat kaum laki-laki.

Yang demikian itu dikatakan Syauqi bahwa itu disebut berzina

karena wangi-wangian yang dikenakan wanita membangkitkan syahwat

laki-laki dan menarik perhatian mereka. Laki-laki yang melihatnya berarti

telah berzina mata dan wanita itu akan melakukan perbuatan dosa.

Dan menurutnya ada hadis yang lain pula dijelaskan, bahwa

meninggalkan perkara yang diragui kehalalan dan keharaman sesuatu

perkara adalah menandakan kesungguhan seseorang itu dalam memelihara

agama dan kehormatannya. Manakala membuat perkara yang masih di

dalam kesamaran akan membawa kepada melakukan perkara yang haram.

Page 54: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

43

Begitu pula menurut putri pertama KH Wahab bernama Noor

Roikhana Zulfa, Jika memakai wangi-wangian saja diharamkan bagi

wanita yang hendak keluar masjid, maka tidak diragukan lagi hukumnya,

hal ini akan jauh lebih haram dan berdosa besar.

Pelarang keharaman khamer disini melalui beberapa cara;

a. Alloh memberitahu perkara-perkara tersebut dengan istilah rijs

(perbuatan keji). Istilah ini tidak digunakan dalam al-Quran kecuali

untuk menyebut berhala dan daging babi, hal ini menunjukkan

larangan keras agar orang menjauhinya.

b. Alloh menegaskan larangan “menjauhi” dengan maksud agar

mendapatkan keberuntungan, dengan firman-Nya: “ supaya kamu

mendapat keberuntungan”. Hal ini menunjukkan bahwa menjauhi

(Khamer dan lainnya) merupakan kewajiban yang lazim.7

c. Diterangkan dalam kitab Kanzul „Ummal, bahwa Khalid bin Walid r.a.

masuk kamar mandi, kemudian ia menggosok badannya dengan bekas

kapur, digosok sekali lagi dengan roti ushfur yang dicampur dengan

khamer. Lalu Umar berkirim surat kepadanya “telah sampai suatu

berita kepadaku, bahwa engkau menggosok tubuhmu dengan khamer,

padahal khamer telah diharamkan baik bendanya (dhahir) maupun

hukumnya (batin), dan diharamkan menyentuh khamer seperti halnya

7 Qardhawi Yusuf, Fatwa-Fatwa Kontemporer jilid I, Jakarta, Gema Insani

Press, 1995, hlm.812

Page 55: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

44

haram meminumnya. Oleh sebab itu, janganlah menyentuhnya pada

tubuhmu, karena barang tersebut adalah najis”.8

d. Bahwa benda-benda tersebut seandainya tidak termasuk dalam

kategori memabukkan dan melemahkan, maka ia termasuk dalam jenis

khabaits (sesuatu yang buruk) dan membahayakan, sedangkan di

antara ketetapan syara‟: bahwa Islam mengharamkan sesuatu yang

buruk dan membahayakan.9

e. Setelah ditunjukkan „illat (alasan) perintah menjauhinya dengan

menjelaskan sebagian mudharat khamer, baik mudharat (bahaya)

kemasyarakatannya maupun keagamaannya. Ini sesuai dengan nash al

Qur‟an yang telah menetapkan keharaman khamer dengan lafal tahrim,

sebagaimana firman-Nya surat Al-A‟raf: 33;

Artinya : "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik

yang nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa,

melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar”10

Alasan diatas juga diamini sebagian ulama Kontemprer seperti Dr.

Shalih bin Abd al-Aziz Alu Manshur dalam kitabnya Mauqif al-Islam min

al-Khamr, setelah menguraikan tentang makna khamer secara etimologi

dan terminologi, ia berkata, berdasarkan hal tersebut, maka khamer adalah

8 Al-Halawi Muhammad Abdul, Fatwa dan Ijtihad Umar bin Khaththab,

Surabaya: Risalah Gusti, 1999, hal 46 9 Qardhawi Yusuf, Loc. cit., hlm 793-794

10 Yusuf Qardhawi, loc. cit.,813

Page 56: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

45

setiap yang memabukkan, baik dalam pengertian etimologi maupun

terminologi, dari jenis apa saja, baik berupa minuman maupun makanan,

baik dengan cara dihirup, disuntik, maupun dengan cara lainnya.11

Imam „Ala al-Din al-Samarqandi (w.540) dari kalangan Hanafiyah

berkata bahwa Khamer itu haram meminumnya baik sedikit maupun

banyak, dan haram memanfaatkannya, baik untuk pengobatan maupun

untuk yang lainnya.

Para ulama dari kalangan empat madzhab sepakat atas najisnya

cairan-cairan yang memabukkan, sebab mengandung alkohol. Kenajisan

alkohol bukan berdasarkan metode qiyas kepada khamer, melainkan

sebuah fakta bahwa alkohol merupakan zat yang memabukkan, karenanya

khamer diharamkan.12

Pelarangan Wahab sangatlah beralasan, karena selalu berpijak

dalam al-Quran dan al-Hadits. Diantaranya; Karena alkohol dianggap

najis. Kata rijsun berasal dari rajisa-yarjasu-rajasan-wa rijasan, yang

berarti najis.13

Sebagai orang muslim dan muslimah agar selalu dalam

keadaan suci dari hadats jika ia ingin melakukan sholat.14

Najis adalah

kotoran yang dapat meyebabkan seseorang tak sah dalam sholat. Misalnya,

khamer, darah, bangkai, kencing dan masih banyak lagi yang lainnya.15

Al-Quran surat al Muddatstsir ayat 4

11 KH Ali Mustapa Yaqub, Kriteria Hala Haram Untuk Pangan, Obat, dan

Kosmetika Menurut al-Quran dan Hadits, Jakarta; PT. Pustaka Firdaus, hlm. 110 12

Ibid, hlm, 159 13

Ibid, hlm 226 14 Saleh Al-Fauzan, Fiqh Sehari-hari, Jakarta; Gema Insani Press, 2005, hlm. 46 15

Imam Al-Ghazali, Ihya‟ Ulumuddin, Bandung; C.V Diponegoro, hlm. 36

Page 57: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

46

Artinya; “dan pakaianmu bersihkanlah”

Al-Hadits

طيارة االعضأ مه انحذث :أشرائط انصال ة قبم انذ خل فييا خمست اشي (فصم)

اننجس ستر انعرة بهباس طاىر انقف عه مكان طاىرانعهم بذخل انقت

استقبال انقبهت

“Syarat-syarat sahnya sholat itu ada lima: menyucikan anggota

tubuh dari hadats dan najis, menutup aurat dengan pakaian yang suci,

berdiri dari tempat yang suci, mengetahui masuknya waktu sholat dan

menghadap kiblat”16

Syeikh al-Islam Zakariyah al-Anshari dan Syeikh al-Khatib al-

Syarbani berkata sesuatu yang diharamkan bukan karena kemuliaannya,

bukan karena sesuatu yang diharamkan dan bukan karena dipandang jijik,

juga bukan karena mengandung bahaya, menunjukkan atas kenajisannya.17

Melihat pernyataan kedua syeikh ini ingin mengatakan bahwa kriteria najis

itu adalah keharamannya, bukan kemuliaannya, dipandang jijik atau

bahayanya.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas menjaga kesucian diri

(wara‟) dibagi menjadi empat tingkatan;

16

Abi Syuja‟ Ahmad Al-Ashfahani, Matan Ghoya Wat Taqrib, Jakarta; Pustaka

Amani, 1995, hlm 26 17 KH Ali Mustapa Yaqub, Kriteria Hala Haram Untuk Pangan, Obat, dan

Kosmetika Menurut al-Quran dan Hadits, Jakarta; PT. Pustaka Firdaus, hlm 67

Page 58: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

47

a) Wara‟ul Udhul (menjaga kesucian diri demi sifat dalilnya). Yaitu

sesuatu yang membuat orang menjadi fasik apabila melecehkannya,

dan sifat adilnya menjadi gugur/hilang serta positif maksiat dan

mengharapkan neraka karena perbuatannya ini, yaitu menjaga diri dari

apa yang diharamkan menurut fatwa para ahli fiqih.

b) Wara‟us Shalihin (menjaga kesucian diri bagi orang-orang salih) yaitu

menghindari apa-apa yang bisa menjerumuskan ke arah haram,

walaupun fatwa dari seorang ahli memperbolehkan hal itu. Sebab

menurut lahiriah barang tersebut termasuk barang yang ada

kemungkinannya mengandung syubhat.

Sabda Rasulullah SAW,

(راه اننساء)دع مايريبك ان مااليريبك

Artinya: “tinggalkanlah hal-hal yang meragukanmu kepada hal-

hal yang tidak meragukanmu. (HR. Nasai)18

c) Barang yang diharamkan oleh fatwa ulama, dan tidak diragukan

halalnya tetapi dikuatirkan bisa membawa kepada yang haram, yaitu

meninggalkan barang yang tak mengapa karena dikuatirkan

dampaknya, dan ini sifat wara‟ para ahli taqwa.

Rasulullah SAW bersabda:

(راه ماجو)اليبهغ انعبذ درجت انمتقيه حت يذع ماالباس بو مخافت مابو باس

Artinya;”seorang hamba belum sampai ke tingkat ahli taqwa

sebelum ia meninggalkan hal yang tak mengapa (sepele), karena takut

bisa membawa kepada yang ada apa-apanya.” (HR. Ibnu Majah)

18

Imam Al-Ghazali, Halal Haram dan Syubhat, diterjemahkan oleh

AbdulHamid Zahwan, Solo; CV. Pustaka Mantiq, 1995, hlm.32

Page 59: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

48

d) Meninggalkan sesuatu yang sebenarnya tidak apa-apa kalau dilakukan,

tetapi takut jikalau memperoleh (dilakukannya) bukan karena Alloh

atau didasarkan pada taqwallah. Atau cara mendapatkannya dicampuri

oleh hal yang makruh atau bersifat dosa. Menghindari hal yang

semacam ini sifatnya wara‟ para ahli kebenaran.19

Para ahli kebenaran

ini memandang haram segala sesuatu yang bukan karena Allah, sesuai

firman Allah Ta‟ala;

Artinya; “Katakanlah Allah-lah (yang menurunkannya), kemudian

(sesudah kamu menyampaikan Al Qur'an kepada mereka), biarkanlah

mereka bermain-main dalam kesesatannya”

Ini adalah taraf ahli tauhid yang telah melepaskan segala

keuntungan diri dan menyatukan tujuan kepada Allah Ta‟ala secara sadar.

Tiada diragukan lagi, bahwa orang yang bersifat wara‟ dengan

menghindarkan segala yang bisa menjadi jalan atau penolong untuk

berbuat maksiat, tentu bersifat wara‟ pula menghindarkan segala barang

yang dalam menghasilkannya tersangkut maksiat ataupun hal yang tak

baik.20

Diriwayatkan dari Imam Shadiq, jika pakaianmu terkena khamer,

nabidz, atau sesuatu yang memabukkan, jika kamu tahu tempatnya cucilah

19 Imam Al-Ghazali, Halal & Haram, diterjemahkan oleh Achmad Sunarto,

Jakarta; Pustaka Amani, 1989, hlm

20 Ibid, hlm. 39-40

Page 60: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

49

semuanya. Dan jika tahu setelah mengerjakan sholat dengan pakaian yang

terkena barang yang mabukkan meskipun sedikit, ulangilah sholatmu. 21

Pernyataan diatas sesuai dengan pendapat Jumhur fukaha bahwa

khamer hukumnya najis. Dengan alasan bahwa Alloh tidak mengharamkan

khamer karena khamernya, tetapi karena akibatnya. Maka, semua yang

mempunyai akibat memabukkan sama dengan akibat khamer adalah

khamer.22

Dan penjelasan diatas dipertegas oleh pendapat Imam Syafi‟i,

sekalipun kadar najis itu sedikit. Bagi Imam Syafi‟i tetaplah najis, karena

yang namanya najis sedikit atau banyak itu mempunyai konsekuensi

hukum yang sama.23

Konsep Islam sungguh sangat menghormati, menyayangi umatnya,

karena Islam tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh

memberi bahaya (mudarat) kepada orang lain.24

21 Ibid., hlm. 25 22 Ibid., 25-26 23 Al-Fakih Abul Walid Muhammad bin Ahmad, Bidayatul Mujtahid wa

Nihayatul Muqtashid, diterjemahkan oleh Imam Ghazali Said, Jakarta: Pustaka

Amani, 2002, hlm. 173 24 Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Majah dari ibnu Abbas, dan

diriwayatkan Ibnu majah sendiri dari Ubadah, dan para ulama hadits

mengesahkannya karena banyak jalannya.

Page 61: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

50

b. Biografi dan Pendapat Ustadz Sulkhan

Sulkhan lahir dan dibesarkan di Salatiga 9 Juli 1978, ayahnya

Abdurrahman dan ibunya Hantamah. Ia anak sulung dari tiga

bersaudara. Ia alumnus pondok pesantren Krapayak Yogyakarta.

Sekalipun ia terhitung pendatang baru dibandingkan dengan

pengasuh, pengurus dan ustadz yang lebih awal bergelut didalam

pondok pesantren. Kemampuan, keahlian serta potensi ilmu agama

yang dimiliki Sulkhan tak diragukan lagi.

Sulkhan merupakan menantu dari putri KH Wahab yang terakhir

bernama Khaidar Muna, ia lulusan dari pondok pesantren Krapayak

Yogyakarta. Sebagai ustadz dan pengasuh, Sulkhan juga berhak

memberikan solusi bagi kemaslahatan bagi pondok pesantren Al-

Irsyad agar kedepannya lebih baik.

Disaat hiruk pikuknya para santriwati mempermasalahkan

pemakaian parfum beralkohol, Sulkhan memberikan kelonggaran

kepada santriwatinya untuk memakai parfum beralkohol, dengan

alasan selama kandungan alkohol didalam parfum itu tidak mencapai

50% tak menjadi masalah, jika melebihi kadar ia tetap sama

menghukumi bahwa pemakaian parfum alkohol adalah najis. Dan

melarang keras santriwatinya untuk memakai parfum beralkohol.

Page 62: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

51

Ini sesuai dengan madzhab Hanafi yaitu imam „Ala al-Din al-

Samarqandi25

(w.540 H) dari kalangan Hanafiyah berkata, adapun

najis yang sedikit, baik dalam kategori berat (mughallazhah) atau pun

paling ringan (mukhaffah), maka statusnya tidak menghalangi sahnya

shalat, dengan alasan istihsan.

Ulama lainnya berpendapat bahwa kriteria najis yang sedikit dan

ditoleransi adalah seukuran satu dirham. Imam Ibn „Abidin

menambahkan dalam kitab al-Hilyah dikatakan, ukuran satu dirham

merupakan kata kinayah (kiasan) yang berarti tempat keluarnya hadats

dari dubur. Seperti dituturkan Ibrahim al-Nakha‟i dalam perkataannya,

mereka tidak suka menyebut dubur di dalam majelis-majelis pengajian.

Makanya mereka menggunakan kata dirham sebagai kiasan semata.

Ukuran kadar kenajisan yang tetapkan diatas ini berbeda ketika

Umar menjawab pertanyaan yang dilontarkan para syeikh, apabila

najis tersebut seperti kuku tanganku ini, maka ia tidak menghalangi

sahnya shalat. Para syeikh berkata, bahwa kuku Umar hampir sama

dengan ukuran telapak tangan kita.

Ketika berbicara tentang najis ma‟fu dalam madzhab Hanafi,

Syeikh Wahbah al-Zuhaili berkata, mereka (ulama Hanafiyah)

25

Ia adalah Muhammad bin Ahmad bin Abu Ahmad, Abu Bakar „ala al-Din al-

Samarqandi. Ia merupakan seorang pakar dari kalangan tokoh ulama Hanafiyyah.

Page 63: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

52

menentukan batasan ma‟fu berdasarkan kategori najis. Mughallazhah

(berat) atau mukhaffah (ringan). 26

Pendapat Sulkhan pun sesuai dengan keputusan Muktamar, Munas,

dan Konbes berpendapat najis hukumnya, karena alkohol itu menjadi

arak. Adapun minyak wangi yang dicampuri alkohol itu, kalau

campurannya hanya sekedar menjaga kebaikannya, maka dimaafkan.

Begitupun halnya obat-obatan.

Pengertian alkohol sebagaimana dari Aisyah anak Analisis

Kesehatan Universitas 17 Agustus, merupakan unsur yang dapat

menguap yang terdapat pada minuman yang memabukkan.

Keberadaanya akan mengakibatkan mabuk. Alkohol ini juga terdapat

pada rendaman air bunga dan buah-buahan yang dibuat wewangian

dan lainnya, sebagimana juga terdapat pada kayu-kayuan yang

diproses dengan mempergunakan peralatan khusus logam.

Termasuk najis yang dima‟fu (ditoleransi) adalah cairan-cairan

najis yang dicampurkan untuk komposisi obat-obatan dan parfum.

Cairan tersebut bisa ditoleransi dengan kadar yang memang diperlukan

untuk komposisi yang seharusnya.

Menurut penjelasan syaikh Muhammad Rosyid Ridho dalam

fatwanya, alkohol adalah zat yang suci dan mensucikan. Alkohol

merupakan zat yang sangat urgen dalam dunia farmasi dan pengobatan

26

KH Ali Mustapa Yaqub, Kriteria Hala Haram Untuk Pangan, Obat, dan

Kosmetika Menurut al-Quran dan Hadits, Jakarta; PT. Pustaka Firdaus, hlm 81

Page 64: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

53

dalam kedokteraan serta pabrik-pabrik. Alkohol telah tercampur dalam

banyak obat-obatan. Pengharaman penggunaan alkohol bagi kaum

muslimin menghalangi mereka untuk bisa menjadi pakar dalam banyak

ilmu dan teknologi. Hal ini malah akan menyebabkan orang-orang

kafir unggul atas kaum muslimin dalam bidang kimia, farmasi,

kedokteraan, pengobatan dan industri. Pengharaman alkohol bisa jadi

penyebab terbesar meninggalnya orang-orang yang sakit, luka yang

lama sembuh dan semakin parah.

Memakai parfum yang mengandung alkohol halal hukumnya.

Alkohol menjadi haram jika digunakan untuk mabuk-mabukkan. Jika

dipakai untuk tujuan yang baik, misalnya untuk bahan bakar

hukumnya tidak haram. Alkohol tidak najis.27

27 Mutawalli Asy Sya‟rani, Anda Bertanya Islam Menjawab, Jakarta; Gema

Insani Press, 1994, hlm. 419

Page 65: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

54

BAB IV

ANALISIS TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM BERALKOHOL

PENDAPAT DARI K.H ABDUL WAHAB KHAFIDZ SERTA USTADZ

SULKHAN DI PONDOK PESANTREN PUTRI AL-IRSYAD KAUMAN

KAB. REMBANG

A. ANALISIS TERHADAP PENDAPAT K.H ABDUL WAHAB

KHAFIDZ

Diera modern ini, pemakaian parfum disatu sisi memang membawa

dampak positif, namun disisi lain dapat menimbulkan perbedaan faham,

perselisihan pendapat, maupun ketimpangan dalam memberikan peraturan

dalam pondok pesantren, sebagai akibat para santri merasa kebingungan

dalam melaksanakan dan menjalankan peraturan. Karena semua tindakan,

sikap, tingkah laku sehari-hari selalu berusaha mengharapkan barokah serta

keridhoan kiai.

Permasalahan mendasar yang terkesan berbeda dari KH Wahab

Khafidz, karena ia secara tegas mengharamkan pemakaian parfum beralkohol

maupun parfum non beralkohol tanpa ada kelonggaran sedikitpun, karena

pelanggaran pemakaian parfum beralkohol telah mendarah daging. Larangan

itu pasti mempunyai tujuan yang sangatlah mulia, yaitu jika parfum itu

mengandung alkohol, menurut ia alkohol hukumnya najis. Disamping itu,

bahaya fitnah akibat memakai parfum beralkohol karena dapat menarik lawan

jenis untuk menikmati bau yang ditimbulkan.

Page 66: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

55

Kekuatiran Wahab sangatlah logis, disamping ia mempunyai tanggung

jawab yang besar terhadap anak didiknya agar selalu dalam syariat Islam, di

era modern banyak merebak kemaksiatan yang ditimbulkan, serta kerusakan

moral berujung pada lahirnya orang-orang yang meremehkan agama. Langkah

antisipasi, Wahab melihat kemaslahatan syar’i sebagai tujuan utama. Wahab

mencoba menerapkan esensi dan nilai subtansi dari kedua sumber yaitu al-

Quran dan al-Hadits, meskipun terkesan mengeyampingkan kebutuhan

santriwati pada era modern seperti saat ini.

Karena zat yang memabukkan ini menjadikan khamer dihukumi haram

adalah kandungan alkohol didalamnya. Pendapat mengenai perbedaan hukum

alkohol dengan khamer karena partikelnya yang berbeda, bagi Wahab

merupakan pendapat yang lemah dasarnya, karena ijma’ para sahabat dan para

imam empat lebih dulu menghukumi bahwa khamer beserta alkohol haram

hukumnya.

Ia sebut berzina karena wangi-wangian yang dikenakan wanita

dapat membangkitkan syahwat laki-laki dan menarik perhatian mereka. Laki-

laki yang melihatnya berarti telah berzina dengan mata dan dengan demikian

wanita itu telah melakukkan perbuatan dosa..

Sehubungan dengan pelarangan yang dilakukan Wahab terkait

pelarangan pemakaian parfum beralkohol, tidak hanya sebatas menjaga diri

karena kenajisan yang terkandung dalam alkohol ataupun khamer.

Sehubungan hal-hal tersebut diatas, menjaga kesucian diri (wara’) dibagi

menjadi empat tingkatan;

Page 67: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

56

a. Wara‟ul udhul

b. Wara‟us shalihin1

c. Wara‟ul muttaqin

d. Wara‟us shaddiqin2

Kembali kepada pembahasan haram yang telah disebutkan tadi, yaitu

haram yang harus dihindarkan sebagai syarat seorang dinilai menjaga diri di

samping menghapus kefasikan. Haram tersebut diklasifikasikan ke dalam

beberapa tingkat. Untuk menghindarinya menurut Wahab, maka orangnya

harus menjaga dirinya dari hal-hal sepele yang masih diragukan hukumnya

sekalipun.

Imam al-Qurthubi berkata, jika dikatakan bahwa kenajisan khamer

merupakan syara yang tidak berdasarkan nash ( teks-teks al-Quran dan

hadits), begitu pula bukan suatu kelaziman bahwa sesuatu yang haram pasti

najis. Karena betapa banyak yang diharamkan oleh syara dalam firman Alloh

rijs menunjukkan bahwa khamer itu najis hukumnya.

Diterangkan dalam kitab Kanzul Ummal, bahwa Khalid bin Walid r.a.

masuk kamar mandi, kemudian ia menggasok badannya dengan bekas kapur,

digosok sekali lagi dengan roti ushfur yang dicampur dengan khamer. Lalu

Umar berkirim surat kepadanya, telah sampai suatu berita kepadaku, bahwa

engkau menggosok tubuhnya dengan khamer, padahal khamer telah

diharamkan baik bendanya (dhahir) maupun hukumnya (batin), dan

1 Imam Al-Ghazali, Halal Haram dan Syubhat, diterjemahkan oleh Abdul

Hamid Zahwan, Solo; CV. Pustaka Mantiq, 1995, hlm. 32 2 Imam Al-Ghazali, Halal &Haram, diterjemahkan oleh Achmad Sunarto,

Jakarta; Pustaka Amani, 1989, hlm,

Page 68: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

57

diharamkan menyentuh khamer seperti halnya haram meminumnya. Oleh

sebab itu, janganlah menyentuhkannya pada tubuhmu, karena barang tersebut

najis.3

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Malik dan al-Bazzar, dari Aslam

(bekas budak Umar), bahwa ada bau harum tercium oleh Umar, pada saat itu

ia berada di bawah sebuah pohon, lalu Umar bertanya,”Dari siapa bau harum

ini?” Mu’awiyah bin Abi Sufyan menjawab, “Dariku wahai Amirul

Mukminin.” Umar menandaskan, “Darimu...! Demi Alloh!” Mu’awiyah

berkata, “Sesungguhnya Ummu Habibah yang memberi parfum ini kepadaku

wahai Amirul Mukminin.” Umar berkata, “Aku meminta engkau kembali,

kemudian cucilah!”4

Dalam pembahasan tentang istihalah (perubahan dari najis menjadi

suci, atau dari haram menjadi halal), para ulama dari empat madzhab telah

sepakat, bahwa zat-zat yang najis tidak dapat menjadi suci dengan meng-

istihalah-kannya dari satu sifat ke sifat lainnya atau dari satu hakikat ke

hakikat lainnya, kecuali khamer yang berubah menjadi cuka dengan

sendirinya. Maka intinya bahwa kalangan Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’iyah

dan hanabilah, sepakat bahwa khamer itu najis. Sekalipun kadar yang buat

campuran alkohol itu sedikit. Karena hakikat barang najis adalah najis.

Dari pendapat Wahab diatas, pertama-tama yang harus diperhatikan

adalah, kemaslahatan syar’i sebagai tujuan utama. Karena Wahab mencoba

menerapkan esensi dan nilai substansi dari kedua sumber yaitu al Quran dan

3Muhammad Abdul Aziz al-Halawi, Fatwa dan Ijtihad Umar bin Khaththab Ensiklopedia

Berbagai Persoalan Fiqih, Surabaya; Risalah Gusti, 1999, hlm 46 4 Ibid, hlm. 133

Page 69: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

58

al-Hadits. Dan berdasarkan kemaslahatan syar’i sebagai tujuan utama, dapat

disimpulkan ada dua kemungkinan. Pertama, agar anak didiknya selalu dalam

syariat Islam terutama dalam menjaga diri dari kenajisan yang terkandung

dalam alkohol dan khamer. mengacu terhadap pemeliharaan terhadap

memelihara agama (al-muhafazhah ala al-din).5 Dalam rangka memelihara

dan mempertahankan kehidupan beragama serta membentengi jiwa dengan

nilai-nilai keagamaan itulah, maka berbagai macam pelarangan dilakukan

dalam pondok pesantren putri al-Irsyad.

Kedua, menjaga kesucian diri. Ini juga termasuk dalam memelihara

jiwa (al-muhafazhah ala an-nafs). Memelihara jiwa ialah hak untuk hidup

secara terhormat dan memelihara jiwa akan terhindar dari berbagai hal yang

tak diinginkan seperti zina mata. .

Menurut hemat penulis atas pendapat Wahab, semata-mata berperan

untuk selalu mengarahkan para santri pondok pesantren tetap dijalan yang

diridhoi Alloh. Selama perbuatan itu untuk kebaikan alangkah baiknya

dijalankan untuk kehati-hatian dan menjaga diri kita dari hal-hal yang bisa

menimbulkan fitnah pada diri kita sendiri. Hidup didunia hanya sekali,

alangkah baiknya menebarkan kebaikan dan manfaat bagi sesama.

Mari kita fahami hadits rasululloh SAW, dari abu Hurairah: “Bahwa

seorang wanita berpapasan dengan laki-laki dan bau wewangian (parfum)

menerpanya. Maka abu Hurairah berkata: “Wahai hamba Allah! Apakah kamu

hendak ke masjid?” ia menjawab: “Ya!” Abu Hurairah kemudian berkata lagi:

5 Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, Jakarta; Pustaka Firdaus, 2003. hlm, ttd

Page 70: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

59

“Pulanglah saja, lalu mandilah! Karena sesungguhnya aku telah mendengar

Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda: “Jika seorang wanita keluar

menuju masjid sedangkan bau wewangiannya menghembus maka Allah tidak

menerima shalatnya, sehingga ia pulang lagi menuju rumahnya lalu mandi

(baru kemudian shalat ke masjid)”.

Dan hadits dari Thariq bin Suwaid ra bertanya kepada Nabi saw

tentang khamer (arak) dan beliau melarangnya. Lalu Thariq berkata, “aku

hanya menjadikannya campuran untuk obat.” Lalu nabi saw berkata lagi, “ itu

bukan obat tetapi penyakit.” Jika dilogika dari kedua hadits tersebut, untuk

campuran obat yang kebaikannya lebih banyak saja dilarang, apalagi parfum

yang kebaikannya lebih sedikit ketimbang manfaatnya.

Jika di dalam khamer ini tidak ada alkohol, tentu tidak dinamakan

khamer, karenanya lebih tepat untuk mengatakan bahwa alkohol sebagai zat

yang najis dan haram. Menetapkan najisnya alkohol ini bukan berdasarkan

qiyas, yaitu dengan menganalogikannya kepada khamer, melainkan karena

alkohol itu sendiri yang menjadikan khamer itu dihukumi najis dan haram.

B. ANALISIS TERHADAP PENDAPAT USTADZ SULKHAN

Pada dasarnya kedua pendapat pengasuh dari generasi ke generasi

mulai dari K.H Abdul Wahab sampai saat ini sama, sama-sama menghukumi

najis dalam pemakaian parfum beralkohol. Tapi setelah datangnya menantu

dari putri bungsu Wahab, ustadz Sulkhan namanya, ada sedikit kelonggaran

dalam pemakaian parfum beralkohol sebagai generasi yang kontemporer.

Page 71: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

60

Meskipun ada kelonggaran peraturan yang diberikan Sulkhan dalam

pondok pesantren, ia tetap mempunyai tujuan yang mulia untuk kemaslahatan

bagi santri terutama santriwati. Meskipun terkesan ada ketimpangan peraturan

dari keduanya.

Parfum dan wanita merupakan bagian yang tak terpisahkan di dalam

kehidupan nyata. Saking pentingnya banyak kaum hawa tak terpercaya diri

bila tidak memakai benda ini. Sekejap saja keluar rumah, jalan, di pasar, di

tempat keramaian maka akan dengan mudah hidung kita mencium bau yang

semerbak dari wewangi-wangian parfum.

Maka dari itu, Sulkhan sedikit memberikan solusinya terhadap

pemakaian parfum beralkohol, karena alkohol merupakan salah satu zat kimia

yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Selama ini sering sekali

alkohol diidentikkan dengan mabuk-mabukkan. Dengan kata lain, tiap kali

mendengar kata alkohol adalah minuman keras. Padahal jika dikaji lebih jauh,

alkohol tidak selalu berkaitan dengan minuman keras. Alkohol juga dipakai

untuk obat, operasi, pewangi, dan masih banyak lagi.

Meskipun najis termasuk hal yang menghalangi sahnya shalat, dan

dikategorikan sebagai salah satu kriteria haram dalam hal makanan, minuman,

obat, alat-alat kosmetika terlebih parfum beralkohol sebagaimana pendapat

K.H Wahab. Sulkhan tetap menghargai dan menghormati pendapat

mertuanya, tetapi Sulkhan tetap memberikan sumbangsih dalam memberikan

peraturan dengan mengatakan bahwa para ulama telah menetapkan batasan

najis yang ditoleransi. Jika terpenuhi, maka najis kategori ini tidak

Page 72: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

61

menghalangi sahnya shalat, juga diperbolehkannya untuk digunakan dalam

makanan, minuman, obat, alat kosmetik terutama parfum beralkohol.

Dan ia juga menambahkan parfum beralkohol yang berbentuk minyak

dengan kadar rendah bukanlah najis, tetapi bisa menjadi haram. Hukumnya

menjadi haram jika kadar alkohol pada minyak wangi ini tinggi (lebih dari

50%), sehingga bisa memabukkan. Dan jika hukumnya menjadi haram,

pemakaianpun dilarang menurutnya kecuali dengan keadaan mendesak.

Karena semua yang memabukkan dapat menutup akal, dalam salah

satu Maqasid Syariah yaitu memelihara akal (al-muhafadzah ala al-„aql)6.

Memelihara akal sangatlah penting sekali, terjaminnya akal pikiran dari

kerusakan yang menyebabkan orang bersangkutan tak berguna di tengah

masyarakat, menjadi sumber kejahatan. Upaya pencegahan yang bersifat

prefentif yang dilakukan pondok pesantren putrid al-Irsyad sesungguhnya

ditujukan untuk meningkatkan kemampuan akal pikiran dan menjaganya dari

berbagai hal yang membahayakan.

Jika suatu campuran tidak memiliki pengaruh pada benda yang

dicampuri, maka campuran ini tidak memiliki pengaruh hukum dan campuran

ini hukumnya mubah. Jadi prosentase yang kecil pada parfum beralkohol atau

yang lainnya, jika tidak memabukkan meskipun diminum orang dalam jumlah

yang banyak, maka ia bukanlah khamer. Dan hukum khamer tidak berlaku

pada campuran ini. Sebagaimana misalnya, ada setetes kencing jatuh di air,

6Ibid, ttd

Page 73: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

62

lalu air itu tidak berubah, maka air itu tetap suci. Bagitu juga misalnya setetes

khamer jatuh pada sesuatu dan tidak terpengaruh karenanya, maka tidak lantas

menjadi khamer.

Mengacu dengan pendapat amirul mukminin Umar bin Khattab r.a,

khamer adalah segala sesuatu yang menutup akal. Yakni yang mengacu,

menutup, dan mengeluarkan akal dari tabi’atnya yang dapat membedakan

antara sesuatu dan mampu menetapkan sesuatu. Benda-benda ini akan

mempengaruhi akal dalam menghukumi ataupun menetapkan sesuatu,

sehingga terjadi kekacauan dan ketidaktentuan, yang jauh dipandang dekat

dan yang dekat dipandang jauh. Dan menurut al-mufattir ialah sesuatu yang

menjadikan tubuh loyo tidak bertenaga.

Imam Abidin berkata dalam kitab al-Minah disebutkan bahwa

berdasarkan kesepakatan para ahli bahasa Arab, nama khamer ini digunakan

khusus untuk minuman. Ia juga tidak mengatakan bahwa setiap yang

memabukkan itu khamer, karena derivasi kata khamer ini diambil dari kata

mukhamarah ( ketertutupan akal). Seperti halnya bejana tidak disebut botol

(qarurah) karena diamnya air (qarar) disitu.7

Pernyataan diatas sama halnya Imam al-Nasa’i tatkala menjelaskan

bab tentang khamer dalam kitabnya, ia berkata bahwa penetapan ini jelas

sekali, bahwa khamer bagi setiap minuman. Sedangkan zat-zat yang bukan

minuman, meskipun memabukkan tidak dinamakan khamer.8

7 KH Ali Mustapa Yaqub, Kriteria Halal, Haram Untuk Pangan, Obat, dan Kosmetika

Menurut al-Quran dan Hadits, Jakarta; PT. Pustaka Firdaus, hlm. 111 8 Ibid, hlm. 116

Page 74: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

63

Dan menurut Rabi’ah al-Ra’y guru Imam Malik, Imam al-Hasan al-

Bashri, al-Muzani (murid Syafi’i), Imam al-Laits bin Said dan beberapa ulama

mua‟akhirin dari Baghdad dan Irak. Mereka berpendapat bahwa khamer dan

alkohol adalah suci.

Said al-Hadad al-Qurawi tentang kesucian khamer dan alkohol dengan

alasan bahwa ketika itu khamer ditumpahkan di jalanan kota Madinah.

Menurutnya, seandainya khamer itu najis, mana mungkin para sahabat r.a

akan melakukan hal itu, dan Rasulullah barang tentu akan melarangnya

sebagaimana beliau melarang buang air besar di jalanan. Hal ini didukung

dengan surat al Shaffat ayat 47

ال فيا غل الم عىا يىزفن

Artinya; “ tidak ada dalam khamer itu alkohol dan mereka tidak

mabuk karenanya”9

Sedangkan ulama yang berpendapat khamer itu suci, maksudnya

bendanya suci. Dengan kata lain, khamer itu najis secara maknawi bukan

bendanya. Mereka mengatakan bahwa Alloh dalam surat al-Maidah: 90,

mengaitkan kata-kata rijsun adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan.

Jadi khamer itu rijsun secara amaliyah, bukan benda atau zatnya yang najis.

Dan kita tahu bahwa judi, berhala serta anak panah tidaklah najis.

Maka pernyataan empat perkara ini, yaitu khamer, judi, berhala dan anak

panah dalam satu lingkup sifat, berarti keempatnya memiliki sifat yang sama.

9Departemen Agama Republik Indonesia Jkt, al-Quran dan Terjemahnya, PT

Kumudasmoro Grafindo Semarang, Edisi Revisi, 1994, hlm. 720

Page 75: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

64

Jika yang tiga (judi, berhala dan panah) najisnya maknawi, maka begitu juga

khamer, najisnya bersifat maknawi, karena juga termasuk perbuatan setan.

Sudah jelas perbedaan antara alkohol dengan khamer bukan. Tapi

disisi lain, khamer juga mengandung alkohol. Tapi tidak semua alkohol adalah

khamer. Kendati demikian ulama kontemporer berpendapat bahwa alkohol itu

suci.

Maka disinilah jelas perbedaan alkohol dengan khamer, khamer itu

mau diminum Cuma setetes atau mau ditengak seember, sama-sama haram.

Disini alkohol tidak sama atau tidak idententik dengan khamer. Karena orang

tak akan sanggup meminum alkohol dalam bentuk murni, karena akan

menyebabkan kematian.

Menurut Prof. Dr. Muhammad Sa’id al-Suyuti dalam kitabnya

Mu‟jizat fi al-Thib li al-Nabi al-Arabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa

Sallam. Berpendapat bahwa alkohol itu suci. Ia berkata mengqiyaskan alkohol

dengan khamer adalah bentuk qiyas yang tak relevan (al-qiyas ma‟a al-Fariq)

dan tidak benar karena susunan partikel yang berbeda.10

Pendapat diatas juga diamini oleh Prof. Al-Suyuthi, ia mengatakan

orang yang mengkaitkan najis pada alkohol sesungguhnya ia tidak mengetahui

persis zat-zat seperti minyak bumi, bensin, chloroform (obat bius), chrloral

(cairan berminyak tanpa warna tersebut chlorine dan alkohol), padahal semua

itu memiliki dampak memabukkan juga. Sebagaimana ia juga tidak

10 Ibid, hlm 123

Page 76: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

65

memahami produk yang dihasilkan dari alkohol. Ia telah menggunakan qiyas

yang salah (fasid) karena memberatkan dan membahayakan.11

Dari pendapat ustadz Sulkhan menurut hemat penulis bahwa alkohol

itu suci sebagai berikut;

a. Pendapat yang menghukumi bahwa alkohol itu najis adalah dengan

mengqiyaskan alkohol dengan khamer. Mengqiyaskan ini seperti

mengqiyaskan dua hal yang berbeda (al-qiyas ma‟a al-fariq)

seperti yang dikatakan Prof. Suyuthi, karena partikel masing-

masing berbeda.

b. Alkohol dapat ditemukan pada minyak bumi dan bensin, tetapi

kenapa hanya parfum beralkohol yang dihukumi najis, sedangkan

yang lainnya tidak?

c. Banyak orang yang menyamakan minuman beralkohol dengan

alkohol, maka disinilah sering kurang difahami dan ini menjadi

titik perdebatan oleh sebagian orang yang menghukumi haram dan

diperbolehkannya menggunakan parfum beralkohol. Kebanyakan

orang yang menghukumi haram bahwasaannya alkohol yang

terdapat dalam parfum beralkohol.

d. Alkohol merupakan senyawa kimia, sedangkan khamer adalah

karakter suatu bahan makanan, minuman, atau benda yang

dikonsumsi. Definisi khamer tidak terletak pada sub kimianya, tapi

terletak pada efek yang dihasilkannya, yaitu memabukkan. Maka

11 Ibid, hlm. 124

Page 77: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

66

benda apapun yang kalau dimakan dan diminum akan memberikan

efek mabuk dikategorikan sebagai khamer.

e. Memakai parfum yang mengandung alkohol halal hukumnya.

Alkohol menjadi haram kalau diminum untuk mabuk-mabukkan.12

Adapaun alkohol yang terdapat minyak wangi, maka penulis

katakan sah-sah saja menggunakan parfum beralkohol, bagi yang

berpendapat najis maka termasuk kategori rukhshah (kondisi dispensasi

yang menjadikan tidak boleh menjadi boleh), itupun jika benar pemakaian

parfum beralkohol itu najis.

Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata, Rasulullah saw bersabda,

مه :قال رسل اهلل صل اهلل علي سلم: عه اب ريرة رض اهلل عي قال

(راي مسلم)فاو خفيف المحمل طيب الريح , عرض علي ريحان فالن فاليردي

Artinya;“barang siapa yang ditawarkan padanya minyak wangi,

hendaknya ia tidak menolaknya. Sebab, ia mudah dibawa dan baunya

harum.” (HR Muslim, Nasai dan Abu Daud)

راي )عه اوس به مالك رض اهلل عى ان الىب صل اهلل علي سلم اليرد الطيب

(البخار

Artinya; “ dari Anas bin Malik ra. Bahwasannya nabi saw. Tidak

pernah menolak harum-haruman. (Bukhari).13

Sebab sekarang ini dalam kehidupan sehari-hari tak akan terlepas

dengan pemakaian parfum beralkohol untuk menunjang penampilan.

Karena kita hidup bermasyarakat, tak terkecuali kehidupan pondok

pesantren. Pondok pesantren merupakan potret kecil kehidupan

12 Mutawalli, Asy Sya’rawi, Anda Bertanya Islam Menjawab, Jakarta; Gema Insani Press,

1994, hlm. 419 13 Terjemahan Riyadlus Shalihin oleh Muslich Shabir, Semarang; CV. Toha Putra

Semarang, hlm. 576

Page 78: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

67

bermasyarakat, disana banyak aktifitas yang wajib bagi para santriwati

lakukan, sehingga tak menutup kemungkinan keringat yang

dikeluarkanpun banyak. Demi kemaslahatan bersama maka sah

menggunakan parfum baik beralkohol ataupun tak mengandung alkohol.

Meskipun sah-sah saja, sebaiknya para wanita (santriwati) jika

memakai parfum beralkohol ataupun yang tidak mengandung alkohol

sebaiknya agak mengurangi volume penggunaannya. Maka pilihlah yang

soft dan tak terkesan terlalu keras. Dan harus diperhatikan agar jangan

sampai terlalu dekat dengan laki-laki dalam pergaulan, agar tidak sampai

jatuh pada ancaman dari rasulullah.

Page 79: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan;

KH Wahab Khafidz secara tegas mengharamkan pemakaian

parfum beralkohol baik santriwan dan santriwati dalam

lingkungan, bahkan harapannya sampai para santrinya keluar dari

pondok pesantren. Dengan banyak alasan, termasuk alasan yang

paling mendasar selain kenajisan yang ditimbulkan dari alkohol

yang terkandung dalam parfum beralkohol, disamping itu bahaya

fitnah parfum beralkohol jika dipakai santriwati, agar tak menarik

lawan jenis untuk menikmati harum akibat parfum beralkohol diera

yang serba modern saat ini.

Menurut Ustadz Sulkhan, Jika syaratnya terpenuhi, maka najis

kategori ini tidak menghalangi sahnya shalat, juga

diperbolehkannya untuk digunakan dalam makanan, minuman,

obat, alat kosmetika terlebih parfum beralkohol. Hukumnya

menjadi haram jika kadar alkohol pada minyak wangi ini tinggi (

lebih dari 50%) sehingga bisa memabukkan.

Dari berbagai sumber tentang perbedaan kenajisan dan

kesucian alkohol terlebih dalam campuran parfum beralkohol yang

kita pakai sehari-hari sebagai judul skripsi penulis sebagai berikut;

Page 80: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

69

a. Pendapat yang mengatakan bahwa alkohol itu najis, tidak

mengqiyaskan alkohol kepada khamer, melainkan dengan

cara mencari illat (al-ta’lil),

b. Adapun alkohol yang terdapat pada minyak wangi, maka

penulis katakan sah-sah saja. Menggunakan parfum

beralkohol, bagi yang berpendapat najis maka termasuk

kategori rukhshah (kondisi dispensasi yang menjadikan

tidak boleh menjadi boleh). Itupun jika benar pemakaian

parfum beralkohol itu najis.

B. Saran-saran

Dari uraian tentang simpang siur pendapat dibolehkan atau

dilarangnya penggunaan parfum beralkohol, ada beberapa hal yang

perlu diingat di zaman yang sudah modern seperti ini;

a. Para santri harus selalu meneladani perintah yang telah

ditetapkan oleh almarhum dalam menjaga para santri dari

jurang kemaksiatan.

b. Dari perbedaan dari KH Abdul Wahab dan ustadz Sulkhan

mengenai diperbolehkannya menggunakan pemakaian parfum

beralkohol tetap menjadi khazanah keilmuan yang perlu

penulis hormati.

c. Dalam menentukan hukum seharusnya membedakan dahulu

antara khamer dan alkohol.

Page 81: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

70

C. Penutup

puji syukur ke hadirat Ilahi rabbi, karena berkat rahmat dan

Hidayahnya penulis dapat merampungkan penulisan skipsi ini.

Terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu

kelancaran penggarapan tulisan yang sederhana ini.

Manusia tak luput dari dosa, begitu juga dengan skripsi ini.

Dengan diiringi kesadaran yang sedalam-dalamnya meskipun

usaha maksimal telah ditempuh, namun antara harapan dengan

kenyataan kadang berbeda dengan yang tampak, tentu masih

banyak kekurangan dan kesalahan. Saran dan kritik sangat penulis

harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Page 82: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Al-Halawi, Muhammad, Fatwa Dan Ijtihad Umar bin

Khathtab, Surabaya; Risalah Gusti, 1999

Ahkamul Fuqaha, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, Keputusan

Muktamar, Munas dan Konbes Nahdlatul Ulama (1926-2004), penerjemah

Teks Arab, Prof. Dr. H. M. Djamaluddin Miri, Lc, Ma. Pengantar, DR.

KH. MA. Sahal Mahfudh

Ahmad Al-Ashfahani, Abi Syuja’, Matan Ghoya Wat Taqrib, Jakarta;

Pustaka Amani, 1995

Ahmad, Dadang K, Metode Penelitian Agama, Bandung; CV. Pustaka

Setia, 2000

Al Barry, M. Dahlan, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya; Arloka, 1994

Al-Fauzan, Saleh, Fiqh Sehari-hari, Jakarta; Gema Insani Press, 2005

Al-Fakih Abul Walid Muhammad bin Ahmad, Bidayatul Mujtahid wa

Nihayatul Muqtashid, diterje oleh Imam Ghazali Said, Jakarta; Pustaka

Amani, 2002

Al Ghazali, Imam, Ihya’ Ulumuddin, Bandung; CV. Diponegoro

Al Ghazali, Imam, Halal Haram dan Syubhat, diterj oleh Abdul Hamid

Zahwan, Solo; CV. Pustaka Mantiq, 1995

Al Ghazali, Imam, Halal & Haram, diterj oleh Achmad Sunarto, Jakarta;

Pustaka Amani

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, suatu pendekatan pratek,

Jakarta; Rineka Cipta, 1993

Asy Sya’rani, Mutawalli, Anda Bertanya Islam Menjawab, Jakarta; Gema

Insani Press, 1994

Bisri, Drs. Moh Adib, Terjemahan Al-Faraidul Bahiyyah (Risalah Qawaid

Fiqh), Menara Kudus,

Delfgaauw, Bernard, Filsafat Abad 20, terj. Soejono Soemargono,

Yogyakarta; Tiara Wacana, 1988

Departemen Agama Republik Jkt, Al-Quran dan Terjemahnya, PT

Kumudasmoro Grafindo Semarang, Edisi Revisi

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta; Andi Offset, 1995,

Hart, Harold, Kimia Organik, diterjemahkan oleh Suminar Achmadi,

Jakarta; Erlangga 1983

Hasan dkk, A. H, Soal Jawab, Bandung, 1984

Hashbi Ash Shiddieqy, Tengku Muhammad, Koleksi-Koleksi Hadits

Hukum Jilid 9, Jakarta; PT. Pustaka Rezki Putra, 2001

Page 83: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Kamus Besar Bahasa Indonesia/tim penyusun kamus pusat pembinaan dan

pengembangan Bahasa-ed. 2-cet., Jakarta; Balai Pusaka, 1994

Kleinfelter, Donald C dkk, Ilmu Kimia Untuk Universitas, diterjemahkan

oleh Aloysius, Hadyana Pudjaatmaka, Jakarta; Erlangga, 1992

Mas’ud, Abdurrahman, Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta; Gama

Media, 2000

Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung; PT Remaja

Rosda Karya, 2001

Mughniyah, Muhammad Jawad, Fiqh Ja’fari, diterjemahkan oleh Samsuri

Rifai’i, dkk, Jakarta; Lentera, 1996

Mutahar, Ali, Kamus Bahasa Arab, Surabaya; al-Hikmah

Qardhawi, Yusuf, Fatwa-Fatwa Kontemporer Jilid I dan II, Jakarta, Gema

Insani Press, 1995

Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994

Riswiyanto, Kimia Organik, Jakarta; Erlangga, 1995

Terjemahan Shahih Bukhari Juz VII, oleh; Achmad Sunarto dkk.

Semarang; CV. Asy Syifa’

Terjemahan Riyadlus Shalihin oleh Muslich Shabir, Semarang; CV. Toha

Putra Semarang

Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah, Jakarta; Cakrawala Publishing, 2008

Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-

Quran, Jakarta; Lentera Hati, 2002

Sumber; http//en.Wikipedia.org/wiki/parfume

Suriasumantri, Jujun S, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan, 1993

Pradjarta, Dirdjosanjoto, Memelihara Umat Kiai Pesantren-Kiai Langgar

di Jawa, Yogyakarta; LkiS, 1999

Uwaidah Muhammad, Syaikh Kamil Muhammad, Fikih Wanita, Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 1998

Wahid, Abdurrahman, Menggerakkan Pesantren, Yogyakarta; LkiS, 2001

Yaqub, KH Ali Mustpa, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat, dan

Kosmetika Menurut al-Quran dan Hadits, Jakarta; Pustaka Firdaus

Zed, Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta; Yayasan Obor

Indonesia, 2004

Zuhri, Saifuddin, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangan Di

Indonesia, Bandung; Al-Ma’arif, 1979

Page 84: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKAIAN PARFUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Siti Rifaah

Nim : 072311014

TTL : Rembang, 05 Agustus 1988

Alamat : Dk. Semambung Rt. 01/02, desa Wiroto, Rembang

Bapak : Karnyoto

Pekerjaan : Tani

Ibu : Sutarmi

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : 1. SDN Wiroto Tahun 2000

2. Mts Mualimin Mualimat Rembang Tahun 2003

3. MA. Mualimin Mualimat Rembang Tahun 2007

Organisasi : Pimred Just News Justisia

Sekretaris Majalah Justisia

Pimred Majalah Justisia

Semarang, 13 Desember 2011

Siti Rifaah

NIM. 072311014