TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

76
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN RUMAH KONTRAKAN DI PERUMAHAN ASTON VILLA JAMBI S K R I P S I YUHENDRATA SHE.151845 Dr. H. Bahrul Ma’ani, M.Ag Mustiah RH, S.Ag., M.Sy PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019 PEMBIMBING

Transcript of TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

Page 1: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI

KERUSAKAN RUMAH KONTRAKAN DI PERUMAHAN

ASTON VILLA JAMBI

S K R I P S I

YUHENDRATA

SHE.151845

Dr. H. Bahrul Ma’ani, M.Ag

Mustiah RH, S.Ag., M.Sy

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI

2019

PEMBIMBING

Page 2: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …
Page 3: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …
Page 4: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …
Page 5: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

MOTTO

Artinya: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah

(Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa

takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).

Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang

berbuat baik.1

1 Al-Ar‟af (7) : 56

Page 6: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

ABSTRAK

Salah satu bentuk muamalah dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia adalah

ijarah. Sewa-menyewa rumah kontrakan adalah sebuah usaha yang bergerak

dalam sewa menyewa barang dan perlengkapan lainnya. Pemilik usaha

menyediakan perlengkapan yang dibutuhkan oleh konsumen untuk tempat tinggal.

Pda saat pembuatan akad hal mengenai ketentuan ganti rugi dan persentase biaya

ganti rugi yang dibebankan tidak dijelaskan yang mana sewakti-waktu bias saja

terjadi kerusakan. Dalam sudut pandang fiqh muamalah, apabila kerusakan rumah

kontrakan yang telah diamanahkan, maka pihak penyewa wajib membayar ganti

rugi atas kerusakan tersebut akan tetapi, jika kerusakan tersebut terjadi tanpa

unsur kesengajaan, maka pihak pemilik tidak boleh menuntut ganti rugi kepada

pihak penyewa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan

sewa menyewa rumah kontrakan di perumahan Aston Villa Jambi dan bagaimana

pandangan Islam terhadap gantirugi kerusakan rumah kontrakan di perumahan

Aston Villa Jambi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif

yang bersifat deskriptif analisis. Adapun metode pengumpulan data pada

penelitian ini adalah melalui data lapangan dan data pustaka. Teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara wawancara observasi dan dokumentasi sehingga

peneliti bisa mendapatkan yang akurat untuk data penelitian. Hasil penelitian

menunjukkan pada saat pembuatan akad hal yang disepakati adalah mengenai

harga sewa rumah kontrakan, pasilitas rumah kontrakan dan lain sebagainya.

Pemilik tidak mengatakan mengenai hal ketentuan gantirugi dan persentase biaya

ganti rugi yang dibebankan karena menurut pemilik kerusakan pada rumah

kontrakan ini jarang terjadi. Namun jika terjadi kerusakan maka pemilik akan

menuntut penyewa untuk mengganti rugisecara keseluruhan. Berkaitan dengan hal

itu, peneliti menyarankan kepada pemilik rumah kontrakan agar membuat

perjanjian mengenai pembebanan ganti rugi pada saat pembuatan akad

berlangsung. Namun sebaiknya pemilik tidak boleh langsung memintak ganti

rugi, karena jika kerusakan tersebut terjadi karena factor ketidak sengajaan

penyewa, akan tetapi pemilik meminta ganti rugi atas kerusakan tersebut, maka itu

merupakan suatu kedzaliman.

Kata kunci :Ganti Rugi, Kerusakan Rumah Kontrakan, Hukum Islam.

Page 7: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

PERSEMBAHAN

Karya ini akan penulis persembahkan kepada :

Allah SWT atas segala kasih sayang, anugrah dan kemudahan bagi penulis

Dalam hidup dan kehidupan penulis

Rasulullah SAW yang telah menjadi contoh yang baik dan memberikan petunjuk

kepada umat manusia di dunia

Orang tua tercinta, Ayahanda M.Tarmizi dan ibunda Ramlah yang telah

membimbing, mendidik,memberi semangat, motivasi dan memberikan kesempatan

pendidikan yang terbaik untuk penulis dan juga telah memberikan cinta dan kasih

sayang yang tak terhingga dan doa yang tak pernah letih mendoakan penulis,

sampai kapan pun penulis tidak akan bisa membalas seperti apa yang telah kalian

berikan kepada penulis, ( Ya Allah .... ampunilah dosa- dosa mereka dan sayangi

mereka sebagaimana mereka menyanyangi penulis sejak kecil)

Terima kasih kepada keluarga besar penulis. Kakak penulis Khairul Romi, Herma

Wati,SE, Dedi Hardiansyah, S.Kep tercinta. Paman dan Bibi penulis

Jangcik,S.Pd, Pauziah. Sepupu penulis Riki Gunawan,SE, Irma Wani,S.Kep,

Diana Iguna,SH, Rhido Ilham, S.Pd, M. Fadli yang tersayang, terima kasih atas

kasih sayang dan motivasinya.

Teman-teman seperjuangan kampus UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,

Khususnya keluarga besar Hukum Ekonomi Syariah.

Terima kasih atas suka dukanya memberikan semangat mengingatkan kepada

Wisuda tanpa henti-hentinya. Tak lupa sahabat-sahabat yang telah memberikan

berbagai macam batuan materilMaupun non materil, Bella Utary,S.Pd, M.

Jaka,S.IP, Duo Andi, Nico, Lubi Nugroho,S.IP, Ipang, Safaat, Saiit, Alek, Iwan.

kalian luar biasa.

Semoga menjadi amal kebaikan sepanjang masa. Amin…

Page 8: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang mana dalam

penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Disamping itu, tidak lupa pula

iringan shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi

Muhammad SAW.

Skripsi ini diberi judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Ganti Rugi

Kerusakan Rumah Kontrakan di Perumahan Aston Villa Jambi”. Skripsi ini

disusun guna melengkapi dan memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Strata Satu (S.1) di UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi pada Fakultas

Syariah jurusan Hukum Ekonomi Syariah.

Dalam penulisan skripsi ini, tentu masih banyak terdapat kesalahan dan

kekurangan, hal ini di karenakan terbatasnya ilmu dan kemampuan penulis. Oleh

sebab itu dalam penyelesaiannya tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak

yang telah membantu penulis, terutama sekali kepada Yang Terhormat:

1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN Sulthan Thata Saifuddin

Jambi.

2. Bapak Dr. A. Miftah. M. Ag, selaku Dekan Fakultas Syariah UIN Sulthan

Thata Saifuddin Jambi.

3. Bapak H. Hermanto Harun, Lc., M. HI., Ph.D, selaku Wakil Dekan I bidang

akademik Fakultas Syariah UIN Sulthan Thata Saifuddin Jambi.

4. Ibu Dr. Rahmi Hidayanti, M.HI, selaku Wakil Dekan II bidang akademik

Fakultas Syariah UIN Sulthan Thata Saifuddin Jambi.

5. Ibu Dr. Yuliatin, S. Ag., M.HI, selaku Wakil Dekan III bidang akademik

Fakultas Syariah UIN Sulthan Thata Saifuddin Jambi.

6. Ibu Dr. Maryani, S. Ag., M.HI dan Ibu Pidayan Sasnifa, SH., M. Sy, selaku

ketua dan sekretaris Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah UIN

Sulthan Thata Saifuddin Jambi.

7. Ibu Mustiah RH, S.Ag, M.Sy dan Bapak Dr. H. Bahrul Ma‟ani, M.Ag selaku

Pembimbing I dan Pembimbing II skripsi ini.

Page 9: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

8. Bapak dan Ibu dosen, dan seluruh karyawan/karyawati Fakultas Syariah UIN

Sulthan Thata Saifuddin Jambi,dan Semua pihak yang terlibat dalam

penyusunan skripsi ini, baik langsung maupun tidak langsung.

Disamping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari kata

kesempurnaan. Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat

memberikan kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah SWT

kita memohon ampunan-Nya kepada manusia kita memohon kemanfaatannya.

Semoga amal kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah SWT.

Jambi September 2019

Penulis

Yuhendrata

SHE 151845

Page 10: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an sebagai kitab suci umat Islam bukan hanya sekedar

mengatur masalah ibadah, tetapi juga memberikan petunjuk yang sempurna

bagi seluruh umat manusia. Al-Qur‟an mengandung prinsip-prinsip dan

petunjuk-petunjuk untuk setiap permasalahan manusia, termasuk masalah-

masalah yang berhubungan dengan aktifitas muamalah.

Di dalam Islam dikenal konsep muamalah, Islam mengenai muamalah

amat baik, karena menguntungkan semua pihak yang terlibat didalamnya.

Fiqih muamalah merupakan aturan yang membahas tentang hubungan

manusia dengan manusia lainnya dalam sebuah masyarakat. Segala tindakan

manusia yang bukan merupakan ibadah termasuk ke dalam kategori ini.

Secara sempit muamalah adalah aturan Allah yang mengatur hubungan

manusia dengan manusia dalam usahanya untuk mendapatkan alat-alat

keperluan jasmaninya dengan cara yang paling baik (Idris Ahmad), sedangkan

secara sempit muamalah adalah tukar menukar barang atau sesuatu yang

sangat bermanfaat dengan cara-cara yang telah ditentukan (Rasyid Ridho)

Page 11: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

Secara bahasa kata Muamalah adalah masdar dari kata asmala-

yu’amilu mu’amalatan yang berarti saling bertindak, saling berbuat, dan

saling beramal. Dalam Fiqih muamalah memiliki dua macam pengertian yaitu

pengertian muamalah secara sempit dan pengertian muamalah secara luas.

Salah satu jenis transaksi ekonomi yang dibahas dalam fiqih

muamalah ialah ijaarah (sewa-menyewa). Ijarah merupakan salah satu bentuk

transaksi muamalah yang banyak dilakukan manusia untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya.2 Di dalam pelaksanaan ijarah ini yang menjadi objek

transaksinya adalah manfaat yang terdapat pada sebuah zat.

Ijarah artinya menyewakan, yaitu suatu akad menyerahkan manfaat

yang tertentu lagi di kehendaki yang boleh diberikan serta halal, dengan

pembayaran sekian-sekian. Sewa menyewa adalah menyewakan manfaat

maksudnya manfaat itu diserahkan oleh penyewa kepada orang yang

menyewa, dengan demikian manfaat itu dimiliki oleh penyewa. Manfaat yang

tertentu yang boleh diberikan seperti menyewa warung untuk tempat jualan.

Muamalah merupakan bagian dari hukum Islam yang mengatur

hubungan antara seseorang dengan orang lain. Contoh hukum Islam yang

termasuk muamalah salah satunya adalah Ijarah atau sewa-menyewa. Sewa-

menyewa merupakan suatu persetujuan yang mana pihak yang satu

mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lain kenikmatan

2 Subekti Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Jakarta: PT. Pradya

Paramita, 2008), hlm. 381

Page 12: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

dari suatu barang, selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu

harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu disanggupi pembayarannya.

Tidak sedikit kaum muslim yang lalai mempelajari sewa-menyewa

maupun jual beli bahkan melupakannya, sehingga tidak memperdulikan apa

yang dilakukan dalam sewa-menyewa dan jual beli itu haram atau tidak.

Keadaan seperti itu merupakan kesalahan besar yang harus dicegah.

Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan Allah SWT agar dalam

melakukan kegiatan muamalah jangan sampai memakan harta sesama secara

batil. Sewa menyewa harus dilaksanakan dengan persetujuan kedua bela pihak

dengan suka rela dalam menjalankan akad. Sesuai dengan firman Allah SWT

dalam QS: surat al-Baqarah ayat 233 yang berbunyi:

Artinya:”Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada

dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.

Bertakwalah.”3

Prinsip ini memuat kententuan bahwa segala bentuk mumalah boleh.

Kecuali telah ditentukan oleh al-Qur‟an dan al-sunnah, muamalah dilakukan atas

dasar suka rela tanpa mengandung unsur paksaan, muamalah dilakukan atas dasar

3 QS. al-Baqarah (2) : 233

Page 13: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

pertimbangan manfaat dan menghindarkan mudharat dalam kehidupan

masyarakat.

Sewa-menyewa termasuk bagian yang sangat penting untuk diperhatikan

hukumnya secara khusus oleh syariat Islam dari sisi karakter akadnya, oleh karna

itu akan membicarakan karakteristik dan hukum dalam pembahasan mengenai

sewa-menyewa barang sebagai harta milik tidak sempurna.4

Dalam Islam sewa menyewa biasa disebut dengan Ijarah barang yang

mungkin diambil manfaat atau jasanya saja. Barang yang disewakan di anggap

sah apabila kemanfaatannya dapat ditentukan dengan salah satu dari dua

perkara yaitu: masa dan perbuatan/tenaga. Ijarah dapat diartikan melakukan

akad dengan mengambil manfaat barang atau jasa yang diterima dari orang

lain dengan cara membayar sesuatu sesuai dengan kesepakatan yang telah

ditentukan. 5

Berdasarkan wawancara di lapangan yang penulis lakukan dengan

saudara MJ dan AH salah satu penyewa di perumahan Aston Villa Jambi

bahwa kerusakan yang terjadi pada perumahan yang disewa ditanggung oleh

si penyewa.6 Sedangkan menurut syariat Islam kewajiban dalam mengganti

rugi kerusakan rumah kontrakan ditanggung oleh si pemilik rumah kontrakan

tersebut.

4 Ahmad Azhar Basyir, Asas-asa Hukum Muamalat, (Yogyakarta: UII Press 1993), hlm.

15-16

5 Ibid

6 Wawancara dengan Saudara Muhammad Jaka dan Aisyah Selaku Penyewa Rumah

Kontrakan Hari Rabu 14 Mei 2019.

Page 14: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

Berdasarakan masalah di atas penulis tertarik untuk mengangkat

mengangkat masalah ini denngan sebuah judul “Tinjauan Hukum Islam

Terhadap Ganti Rugi Kerusakan Rumah Kontrakan di Perumahan

Aston Villa Jambi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang yang dikemukakan di atas,

maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana proses sewa-menyewa kontrakan di perumahan Aston Villa

Jambi?

2. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap ganti rugi kerusakan dalam

sewa-menyewa rumah kontrakan di perumahan Aston Villa Jambi?

C. Batasan Masalah

Untuk lebih terarahnya dan memproleh hasil penelitian yang lebih

mendalam, maka perlu diadakan pembatasan masalah. Maka dalam hal ini

penulis akan memberikan batasan-batasan mengenai tinjauan hukum Islam

terhadap ganti rugi kerusakan dalam sewa-menyewa rumah kontrakan di

perumahan Aston Villa Jambi.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui Proses sewa-menyawa rumah kontrakan di

perumahan Aston Villa Jambi.

Page 15: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

b. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap ganti rugi

kereusakan dalam sewa-menyewa rumah kontrakan di perumahan

Aston Villa Jambi.

2. Kegunaan Penelitian

Selain ada tujuan yang ingin dicapai diharapakan juga dapat

memberi manfaat atau kegunaan penelitian antara lain sebagai berikut:

a. Sebagai sarana bagi menulis untuk mengaplikasikan ilmu

pengetahuan dari aspek teoritis demi pengembangan ilmu hukum.

b. Untuk menambah cakrawala berfikir bagi penulis dan semoga dapat

menjadi referensi untuk menambah keilmuan yang dipersembahkan

kepada mahasiswa khususnya di Fakultas Syariah di Universitas

Islam Negri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

c. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu

(S1) pada Fakultas Syariah bagi Jurusan Hukum Ekonomi Syariah di

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

E. Kerangka Teori

1. Pengertian Sewa-Menyewa (Ijārah)

Menurut bahasa, ijarah bararti upah, sewa, jasa, atau imbalan.

Dalam pembahasan ilmu fikih sewa dan upah disebut ijarah, adapun sewa

ialah imbalan atau ganti rugi bagi manfaat yang diterima dari suatu barang

milik pihak lain. Sewa disebut juga al-ijarah al-„ain yang berkaitan dengan

Page 16: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

benda atau barang yang jelas wujudnya dan jelas manfaatnya, misalnya,

menyewa rumah, kendaraan, dan sebagainya.7

Sedangkan upah ialah imbalan bagi manfaat yang diterima dari jasa

atau pekerjaan pihak lain. Upah disebut juga ijarah pengakuan yang berkaitan

dengan orang yang memberikan jasa melalui pekerjaan atau keahliannya

meskipun jasa tersebut tidak dirasakan secara langsung pada saat itu.8

Ada beberapa definisi ijarah menurut para ulama fikih, diantaranya

yaitu menurut ulama mazhab Hanafi, beliau mendefinisikan ijarah adalah

transaksi terhadap suatu manfaat dengan imbalan. Adapun ulama mazhab

Syafi‟i, mazhab Maliki dan Hanbali mendefenisikan ijarah adalah pemilikan

manfaat sesuatu yang dibolehkan dalam waktu tertentu dengan

suatu imbalan.9Ada juga yang mengemukakan bahwa ijarah adalah bai‟u al-

manfaat (menjual manfaat). Ada yang menerjemahkan, ijarah sebagai jual-beli

jasa (upah-mengupah), yakni mengambil manfaat tenaga manusia, ada pula

yang menerjemahkan sewa-menyewa, yakni mengambil manfaat dari

barang.10

Jumhur ulama fiqih berpendapat bahwa ijarah adalah menjual

manfaat dan yang boleh disewakan adalah manfaatnya bukan bendanya. Oleh

karena itu, mereka melarang menyewakan pohon untuk diambil buahnya,

7 Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat, (Jakarta: Hamzah, 2015), hlm. 315

8 Ibid

9 Ibid

10 Ibid

Page 17: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

domba untuk diambil susunya, sumur untuk diambil airnya dan lain-lain,

semua itu bukan merupakan manfaatnya akan tetapi bendanya.11

Sedangkan menurut Ijma‟, umat Islam pada masa sahabat telah

berijma‟ bahwa ijarah dibolehkan sebab bermamfaat bagi manusia. Secara

umum, pengertian ijarah adalah akad atas mamfaat yang diperbolehkan

penggunaannya, yang jelas, yang mempunyai tujuan dan maksud, yang

memungkinkan untuk memberikan dengan tidak mengurangi nilai barang

yang dipinjam, dengan pengganti (upah) yang jelas.12

Barang tersebut dapat diserahkan kepada penyewa dengan ongkos

yang jelas atau pasti. Akad persewaan ini adalah akad yang tetap, artinya

keduan orang melakukan akad sewa-menyewa ini tidak boleh menghentikan

akan sekendaknya, kecuali telah selesai atau habis waktunya menurut

perjanjian yang telah ditetapkan.13

Dari pengertian di atas dapat ditarik bahwa pengertian ijarah adalah

suatu jenis perikatan atau perjanjian yang bertujuan mengambil manfaat suatu

benda yang diterima dari orang lain dengan jalan membayar upah sesuai

dengan perjanjian dengan kerelaan kedua belah pihak dengan rukun dan syarat

yang telah di tentukan.

11

Dr. H. Hendi Suhendi, M.SI. Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2005),

hlm 117

12 Ibid

13 Ibid

Page 18: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

Dengan demikian ijarah itu adalah suatu bentuk muamalah yang

melibatkan dua bela pihak, yaitu penyewa sebagai orang yang memberikan

barang yang dapat dimanfaatkan dengan pergantian atau tukaran yang telah

ditentukan oleh syara‟ tanpa diakhiri dengan kepemilikan.

2. Dasar Hukum Ijarah

Para fuqaha sepakat bahwa ijarah merupakan akad yang di bolehkan

oleh syara‟, kecuali beberapa ulama, seperti Abu Bakar Al-Asham, Isma‟il Bin

„Aliyah, Hasan Al-Bashri, Al-Qasyani, Nahrawi, dan Ibnu Kisan. Mereka

tidak membolehkan ijarah karena ijarah adalah jual beli mamfaat pada saat

dilakukannya akad, tidak bisa diserah terimakan. Setelah beberapa waktu

barulah manfaat itu dapat di nikmati sedikit demi sedikit. Sedangkan sesuatu

yang tidak ada waktu akad tidak boleh di perjual belikan. Akan tetapi,

pendapat tersebut di sanggah oleh Ibnu Rusyd bahwa mamfaat walaupun pada

waktu belum ada, tetapi pada galibnya ia (manfaat) akan terwujud, dan inilah

yang menjadi perhatian serta pertimbangan syara‟.14

Alasan jumhur ulama tentang di bolehkannya ijarah adalah:

a. QS. Ath-Thalaq (65) ayat 6:

14

Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2015), hlm 318

Page 19: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

Artinya: “kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu

untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya”.15

b. Hadis Ibnu Abbas

ا قال: احتجى انبي صه الله ع عباس اب ع اعط سظي الله ع سهى هي

انحجاو أجش

Artinya: “Dari Ibnu Abbas ia berkata Nabi Muhammad SAW

berbekam dan beliau memeberikan kepada tukang bekam

itu upahnya”. 16

Di samping al-Quran dan sunnah, dasar hukum ijarah adalah ijma‟.

Sejak zaman sahabat sampai sekarang ijarah telah disepakati oleh para ahli

hukum Islam, kecuali beberapa ulama yang disebutkan di atas. Hal tersebut

dikaranakan masyarakat sangat membutuhkan akad ini. Dalam kenyataan

kehidupan sehari-hari, ada orang kaya memeliki beberapa tempat tinggal tidak

ditempati. Di sisi lain ada orang lain yang tidak memiliki tempat tinggal.

Dengan diperbolehkannya ijarah maka orang yang tidak memiliki tempat

tinggal bisa menempati rumah orang lain yang tidak di gunakan untuk beberpa

waktu tertentu, dengan memberikan imbalan berupa uang sewa yang

disepakati bersama, tanpa harus membeli rumahnya.17

3. Rukun dan Syarat Ijārah

a. Rukun Ijārah

15

QR. Ath-Thalaq (65) : 6 16

Ibid 17

Ibid

Page 20: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

Rukun-rukun dan syarat-syarat ijarah adalah sebagai berikut:

1) Mu‟jir dan musta‟jir yaitu orang yang melakukan akad sewa-

menyewa atau upah-mengupah. Mu‟jir adalah yang memberikan

yang menyewakan, Musta‟jir adalah orang yang menerima yang

menyewa sesuatu, disyaratkan pada mu‟jir dan musta‟jir adalah

baligh, berakal, cakap melakukan tasharruf (mengendalikan harta),

dan saling meridhai. Allah SWT berfirman:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,

kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan

suka sama-suka di antara kamu.”18

Bagi orang yang berakad ijarah juga disyaratkan mengetahui

manfaat barang yang diakadkan dengan sempurna sehingga dapat mencega

terjadinya perselisihan.

2) Sighat adalah Ijab qabul antara mu‟jir dan musta‟jir, ijab qabul sewa-

menyewa dan upah-mengupah, ijabkabul sewa-menyewa misalnya: “aku

sewakan mobil ini setiap hari Rp.500.000”, maka musta‟jir menjawab

“aku terima sewa mobil tersebut dengan harga demikian setiap hari”. Ijab

18

QS. An-Nisa: 29

Page 21: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

qabul upah-mengupah misalnya seseorang berkata “kuserahkan kebun ini

kepadamu untuk dicangkuli dengan upah setiap hari Rp. 5.000”, kemudian

musta‟jir menjawab “aku akan kerjakan pekerjaan itu sesuai dengan apa

yang engkau ucapkan”19

3) Ujrah disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua bela pihak, baik dalam

sewa-menyewa maupun dalam upah-mengupah.20

4) Barang yang disewakan atau sesuai dengan yang dikerjakan dalam upaha-

mengupah, disyaratkan barang yang disewakan dengan beberapa syarat

berikut ini

a) Hendaklah barang yang menjadi objek akad sewa-menyewa dan

upah-mengupah dapat dimanfaatkan kegunaannya.

b) Hendaklah benda yang menjadi objek sewa-menyewa dan upah-

mengupah dapat diserahkan kepada penyewa dan pekerja berikut

kegunaannya (khusus dalam sewa-menyewa)

c) Manfaat dari benda yang disewakan adalah perkara yang mubah

(boleh) menurut syara‟ bukan hal yang dilarang (diharamkan).

d) Benda yang disewakan disyaratkan kekal‟ain (zat)-nya hingga waktu

yang ditentukan menurut perjanjian dalam akad.21

b. Syarat Ijarah

19

Ibid

20 Ibid

21 Ibid

Page 22: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

Keabsahan ijarah sangat berkaitan dengan „aqid (orang yang

berakad), ma‟qud „alaih (barang yang menjadi objek akad), ujrah

(upah), dan zat akad (nafs‟ al-akad). Adapun syarat-syarat ijarah itu

antara lain:

1. Adanya keridhaan antara dua belah pihak.

2. Syarat ini didasarkan pada firman Allah SWT.

3. Adanya mamfaat dalam suatu yang diperjanjikan, untuk menghindari

terjadinya perselisihan. Dengan adanya kejelsaan mamfaat maka akan

menghilangkan perselisihan dan pertentangan. Jika suatu yang

diperjanjikan tidak diketahui mamfaatnya yang akan mendorong

perselisihan maka perjanjian tersebut tidak sah. Adapun cara untuk

mengetahui yang diperjanjikan harus dengan menjelaskan

mamfaatnya, pembatasan waktu, atau kejelasan jenis pekerjaan.

4. Sesuatu yang diperjanjikan dapat dilaksanakan dalam realita dan sesuai

dengan hukum syara‟. Dari syarat ini dalam realita atau hakikat tidak

sah menyewa hewan untuk berbicara dengan anaknya, sebab itu hal

yang mustahil dipandang tidak sah menyewa seorang perempuan yang

sedang haid untuk membersihkan masjid sebab diharamkan syara‟.

5. Kemamfaatan diperjanjikan dibolehkan menurut syara‟. Pemamfaatan

barang harus digunakan untuk perkara-perkara yang dibolehkan syara‟,

seperti menyewa rumah untuk ditempati atau menyewa jaring untuk

menangkap ikan dan lain-lain. Para ulama sepakat melarang ijarah,

baik benda ataupun orang untuk berbuat maksiat atau dosa.

Page 23: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

6. Tidak menyewa untuk pekerjaan yang diwajibkan kepadanya, diantara

contoh adalah menyewa orang untuk mengerjakan shalat fardhu,

puasa, dan lain-lain. Serta dilarang menyewa istri untuk melayaninya

sebab itu merupakan kewajiban si istri.

7. Tidak mengambil mamfaat bagi diri orang yang disewa. Tidak

menyewakan diri untuk perbuatan ketaatan sebab-sebab mamfaat dari

ketaatan tersebut adalah untuk dirinya. Juga tidak mengambil mamfaat

dari hasil pekerjaanya, seperti menggiling gandum dan mengambil

bubuknya atau tepungnya untuk dirinya. Hal ini didasarkan pada hadist

yang diriwayatkan dari Darulqhutni bahwa Rasullah SAW melarang

untuk mengambil bekas gilingan gandum, Ulama Syafi‟ah

menyampaikannya dan Ulama Hanabilah serta Malikiyah

membolehkannya jika ukurannya jelas sebab hadist tersebut dipandang

tidak shaih.

8. Mamfaat yang diperjanjikan sesuai dengan keadaan yang umum. Tidak

boleh menyewa pohon untuk dijadikan jemuran atau tempat berlindung

sebab tidak sesuai mamfaat pohon yang dimaksud dalam ijarah.

Adapun syarat utama bagi pihak yang melakukan akad ijarah, adalah:

berakal sehat bisa membedakan mana perbuatan baik dan tidak baik.

Oleh sebab itu orang yang gila atau anak kecil yang belum mumayyiz

tidak sah melakukan ijarah, demikian pulah orang yang mabuk dan

orang yang kadang-kadang datang sakit ingatannya, tidak sah

melakukan ijarah ketika ia dalam keadaan sakit Karena begitu

Page 24: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

pentingnya kecakapan dalam bertindak itu sebagai persyaratan untuk

melakukan suatu akad, maka golongan Syafi‟iyah dan Hanabilah

menambahkan bahwa mereka yang melakukan akad itu harus orang

yang sudah dewasa dan tidak cukup hanya orang yang sudah

mumayyiz saja.22

4. Macam-macam Ijarah dan Hukumnya

Ada dua macam:

a. Ijarah atas manfaat, disebut juga sewa-menyewa. Dalam ijarah

bagian pertama ini, objek akadnya adalah manfaat dari suatu

benda.

b. Ijarah atas pekerjaan, di sebut juga upah mengupah. Dalam ijarah

bagian kedua ini, objek akadnya adalah amal atau pekerjaan

seseorang. 23

5. Hal-hal yang Membatalkan Ijarah

Sewa-menyewa adalah jenis akad lain yang salah satu pihak yang

berakad ini tidak mempunyai hak untuk membtalkan transaksi ijarah

tersebut. Bahkan jika salah satu pihak yang menyewakan atau yang

menyewa meninggal, perjanjian tidak akan menjadi batal, asalkan yang

menjadi objek ijarah masih tetap ada. Sebab salah satu pihak meninggal

maka kedudukannya di ganti oleh ahli warisnya.24

22

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Bandung: PT. Al-Ma‟arif, 1988), hlm. 15 23

Ibid 24

Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian dalam Islam, (Jakarta: Sinar, Grafika, 2004),

hlm 57

Page 25: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

Namun tidak menutup kemungkinan pembatalan akad ijarah oleh

salah satu pihak jika alasan atau dasar yang kuat untuk itu, adapun sebab

batalnya atau berakhirnya sewa-menyewa menurut Sayyid Sabiq adalah

disebabkan hal-hal sebagai berikut.25

a. Terjadi cacat pada barang sewaan, terjadinya cacat itu karena

kesalahan penyewa.

b. Rusaknya barang yang disewakan, seperti rumah menjadi runtuh

dan kebakaran.

c. Terpenuhinya manfaat yang di akadkan, berakhirnya masa yang

telah ditentukan dan selesainya suatu pekerjaan.

d. Rusaknya barang yang di upahkan, seperti baju yang di upahkan

untuk di jahitkan.

e. Menurut mazhab Hanafi apabila ada uzur seperti rumah disita,

maka akad berakhir. Sedangkan menurut jumhur ulama, bahwa

uzur yang membatalkan ijarah itu apabila objeknya mengandung

cacat atau manfaatnya hilang seperti kebakaran dan dilanda banjir.

6. Cara Memanfaatkan Barang Sewaan

Apabila seorang menyewa rumah, toko, atau kios, maka ia boleh

memanfaakannya sesuai dengan kehendaknya, baik dimanfaatkan sendiri

atau untuk orang lain, bahkan boleh disewakan lagi, atau dipinjamkan

kepada orang lain. Hanya saja tidak boleh menempatkan barang-barang

25 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Bandung: PT. Al- Maa‟rif, 1988) hlm 33-34

Page 26: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

atau alat-alat berat yang nantinya akan membebani dan merusak bangunan

yang disewanya.26

7. Memperbaiki Barang Sewaan

Menurut Hanafiah, apabila barang sewaan itu mengalami

kerusakan seperti pintu yang rusak, atau tembok yang roboh, dan lain-

lainnya maka yang berkewajiban memperbaikinya adalah pemiliknya,

bukan penyewa tersebut karena barang yang disewa itu milik mu‟jir, dan

yang harus memperbaiki adalah pemiliknya. Hanya saja ia (mu‟jir) tidak

bisa dipakai untuk memperbaiki kerusaan tersebut. Apabila musta‟jir

melakukan perbaikan tanpa persetujuan mu‟jir maka perbaikan tersebut di

anggap suka rela, dan ia tidak bisa menuntut penggantian biaya perbaikan.

Akan tetapi, apabila perbaikan tersebut atas permintaan dan persetujuan

mu‟jir maka biaya perbaikan bisa diperhitungkan sebagai beban yang

harus di ganti oleh mu‟jir.27

8. Berakhirnya Akad Ijarah

Akad ijarah dapat berakhir karena hal-hal berikut ini:

a. Meninggalnya salah satu pihak yang melakukan akad. Ini meurut

pendapat Hanafiah. Sedangkan menurut jumhur ulama, kematian

salah satu pihak tidak mengakibatkan fasakh atau berakhirnya akad

ijarah. Hal tersebut dikarenakan ijarah merupakan akad yang lazim,

seperti halnya jual beli, dimana musta‟jir memiliki manfaat atas

26

Ibid 27

Ibid

Page 27: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

barang yang disewakan dengan sekaligus sebagai hak milik yang

tetap, sehingga bisa berpindah kepada ahli waris.

b. Iqalah, yaitu pembatalan oleh dua belah pihak. hal ini karena ijarah

adalah akad mu‟awadhah (tukar-menukar), harta dengan harta

sehingga memungkinkan untuk melakukan pembatalan (iqalah)

seperti halnya jual beli.

c. Rusaknya barang yang disewakan, sehingga ijarah tidak mungkin

untuk diteruskan.

d. Telah selesainya masa sewa, kecuali ada udzur. Minsalnya sewa-

menyewa tanah untuk ditanami, tetapi ketika masa sewa sudah

habis, tanaman belum dipanen. Dalam hal ini ijarah di anggap

belum selesai.28

9. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Ijarah

Perjanjian atau adat, termasuk akad ijarah menimbulkan hak dan

kewajiban para pihak yang membuatnya hak-hak dan kewajiban para

pihak dalam perjanjian ijarah sebagai berikut:

a. Hak dan kewajiban pihak pemilik objek perjanjian sewa-menyewa atau

pihak yang menyewakan.

1) Pemilik wajib menyewakan barang yang disewakan kepada pihak

penyewa.

2) Memelihara barang yang disewakan sedemikian rupa sehingga

barang itu dapat di pakai untuk keperluan di maksudkan.

28

Ibid

Page 28: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

3) Memberi penyewa kenikmatan atau manfaat atas barang yang

disewakan selama waktu berlangsungnya sewa-menyewa.

4) Pemilik mennggung semua cacat dari barang yang disewakan, yang

merintangi pemakaian barang.

5) Pemilik berhak atas uang sewa yang besarnya sesuai dengan yang

telah di perjanjikan.

6) Menerima barang kembali barang objek perjanjian di akhir ijarah.

b. Hak dan kewajiban para pihak penyewa.

1) Penyewa wajib memakai barang yang disewa sebagai tuang rumah

yang baik, sesuai dengan tujuan yang diberikan pada barang itu

menurut perjanjian sewanya.

2) Membayar harga sewa pada waktu yang ditentukan.

3) Menerima ganti rugi, jika terdapat cacat terhadap barang yang

disewa.

4) Penyewa berhak menerima mafaat dari barang yang disewa.

5) Tdak mendapatkan ganguan dari pihak lain selama memanfaatkan

barang yang disewa.

Kewajiban untuk memakai barang sewa berarti kewajiban untuk

memakainya seakan-akan arang itu kepunyaan sendiri. Jika pihak penyewa

memakai barang yang disewa untuk keperluan lain yang menjadi tujuan

pemakainya, atau satu keperluan sedemikian rupa hingga dapat menimbulkan

kerugian kepada pihak yang menyewakan, maka pihak ini menurut keadaan

Page 29: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

dapat meminta pembatalan sewanya, minsalnya sebuah rumah kediaman yang

disewakan untuk tempat tingga dipakai untuk perusahaan atau bengkel.29

F. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini mengkaji tentang tinjauan hukum Islam terhadap ganti

rugi kerusakan dalam sewa-menyewa rumah kontrakan di perumahan Aston

Villa Jambi. Setelah dicari penulis menemukan yang mendekati penjelasan

yang mengenai penelitian ini baik dari al-Qur‟an maupun hadist dan pendapat

ulama.

Tinjauan pustaka perlu dilakukan untuk menambah wawasan peneliti

sebelum peneliti melangkah lebih jauh dalam permasalahan yang ditemukan.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka yang mendekati

penelitian ini. Pertama skripsi yang ditulis oleh Nabila yang berjudul

“Tinjauan hukum Islam terhadap akad perjanjian sewa-menyewa rumah” studi

kasus kampung Joyodiningratan Kratonan Surakarta.30

Skripsi kedua juga membahas tentang sewa-menyewa rumah yang

disusun oleh Dendi Purwagandi dengan judul “Tinjauan hukum Islam

terhadap praktek sewa-menyewa rumah kontrakan” studi kasus di desa

Situgadung Kabupaten Tanggerang.31

29

Abdul Ghofur Anshori, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia,

(Yogyakarta: Citra Media, 2006), hlm 51 30

Nabila, Skirpsi Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akad Perjanjian Sewa-menyewa

Rumah, (Surakarta: Univers itas Muhammadiyah Surakarta, 2015), hlm. 48 31

Dendi Purwandi, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Sewa-menyewa Rumah

Kontrakan di Desa Situgadunng Kabupaten Tanggerang, (Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2019) hlm. 54

Page 30: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

Skripsi ketiga membahas tentang sistem ganti rugi yang disusun oleh

Andi Arianda Putra dengan judul “Sistem ganti rugi objek event organizer di

kecamatan Johan Pahlawan Meulaboh dalam Prespektif Ijarah Bi Al-

Manfa‟ah”.32

Dari ketiga pembahasan di atas mengenai penelitian sebelumnya,

penyusun dalam penelitian ini akan lebih mengkaji tentang Tinjauan Hukum

Islam terhadap ganti rugi sewa-menyewa rumah kontrakan di perumahan

Aston Villa Jambi.

32

Andi Arianda Putra, Sistem Ganti Rugi Objek Sewa Event Organizer di Kecamatan

Johan Pahlawan Meulaboh dalam Perspektif Ijarah Bi Al-Manfa’ah, (Banda Aceh: UIN Ar-

Raniry Darussalam, 2018), hlm. 62

Page 31: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Reseach), yaitu

mencari data dengan melakukan penelitian langsung di lapangan. Adapun

lokasi penelitian yang akan penulis lakukan untuk memproleh data dan

informasi adalah pad a kontrakan di perumahan Aston Villa Jambi.

Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandasan pada

filsafat pospotivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi yang ilmiah,

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrumen

kunci, tehnik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan),

Page 32: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

analisis dan bersifat induktif/ kualitatif. Dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna dari pada generalisasi.33

Penelitian deskripsi kualitatif dalam penelitian ini adalah penelitain

yang memaparkan apa yang terjadi dalam lapangan dan membuat kesimpulan

berdasarkan data yang di temukan oleh peneliti dengan tehnik triangulasi

(gabungan) dan bersifat indukatif.34

Penelittian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar

alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan

dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.

B. Pendekatan Penelitian

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan deskriptif, yaitu untuk mendapatkan informasi atau data yang

terkumpul kemudian dihubungkan dengan ketentuan hukum dan senantiasa

berpedoman pada al-Qur‟an, hadis serta pendapat ulama. Melihat dan memilih

data-data tentang sewa menyewa kontrakan di permuahan Aston Villa Jambi,

dalam hal ini penulis mencari dan mengumpulkan data untuk mendapatkan

informasi tentang pelaksanaan sewa menyewa kontrakan sehingga dapat diketahui

dalam perspektif ekonomi Islam.

C. Subjek dan Objek Penelitian

33

Tim Penulis Fakultas Syariah, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi: Syariah Press

Fakultas Syariah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2014), hlm. 34. 34

Ibid

Page 33: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

a. Sebagai subjek dalam penelitian adalah orang yang menyewa kontrakan di

perumahan Aston Villa Jambi.

b. Sebagai objek penelitian sewa menyewa ini adalah rumah kontrakan

tersebut.

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

skunder:

1. Data Perimer

Data primer yaitu data pokok yang diperlukan dalam penelitian, data

yang diperoleh langsung dari sumber-sumbernya, baik melalui wawancara,

observasi, maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian

diolah oleh penelitian.35

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung

dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan

yang melakukannya. Data primer yang peneliti maksud adalah informasi-

informmasi yang diperoleh secara pokok permasalahan dalam peneliti secara

langsung maupun pihak-pihak tertentu.36

Data primer ini digunakan untuk medapatkan informasi mengenai

tinjauan hukum Islam terhadap ganti rugi kerusakan rumah kontrakan di

perumahan Aston Villa Mendalo Darat Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro

Jambi, Provinsi Jambi. Adapun data primer dalam penelitian orang yang

35

Tim Penulis Fakultas Syariah, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi: Syariah Press

Fakultas Syariah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2014), hlm. 34 36

.Ibid

Page 34: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

mengontrak, pemilik rumah kontrakan, dan ganti rugi kerusakan pada rumah

kontrakan.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data atau sejumlah keterangan yang diperoleh

secara tidak langsung, data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi,

buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil penelitian dalam

bentuk laporan, skripsi, disertasi, thesis, dan peraturan perundangan-undngan.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber lain,

sebagai pendukung data primer yang dipandang berkaitan dengan pokok

kajian yang diteliti.37

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dan

fakta penelitian.

1. Observasi

Observasi merupakan salah satu tekhnik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian. Observasi adalah kegiatan yang berhubungan

dengan pengawasan, peninggalan, dan penyelidik riset. Observasi atau

pengamatan merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara

sistematis.38

Observasi adalah tekhnik pengumpulan data yang mempunyai ciri

yang spesifik, tidak hanya berkomunikasi dan terbatas pada manusia, tetapi

37

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2004), hlm 30 38

Ibid

Page 35: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

juga objek-objek lain. Observasi terbagi menjadi dua bagian, pertama

participant observation (observasi berperan serta), yang kedua nonparticipant

observation.39

Dalam penelitian ini penulis hanya sebagai nonparticipant observation

tersebut, maka penulis mengadakan pengamatan terhadap penelitian dalam

tinjauan hukum Islam terhadap ganti rugi kerusakan rumah kontrakan di

perumahan Aston Villa Mendalo Darat, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi

Jambi.

2. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan

ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu

topik tertentu dan suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk

memperoleh informasi langsung dari sumber dalam kaitannya dengan

penelitian ini bertanya langsung kepada pengontrak dan pemilik kontrakan

tersebut tentang sistem sewa-menyewa yang dilakukan di perumahan Aston

Villa Mandalo Darat, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.40

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan peristiwa yang sudah berlaku, documen itu

bias berupa tulisan, gambar, atau karya-karya, monumental dari seseorang.

Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan

wawancara dalam penelitian kualitatif.41

39

Ibid 40

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,

2011), hlm. 310. 41

Ibid

Page 36: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

F. Tekhnik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara induktif, yaitu

penulis mengakat dari fakta-fakta dan ketentuan-ketentuan yang bersifat

khusus kemudian membuat generalisasi analisis sehingga dapat ditarik

kesimpulan yang bersifat umum. Kegiatan analisis data dalam penelitian ini

menggunakan tiga tahap, yaitu:

1. Reduksi Data

Dalam proses reduksi data peneliti menganalisi bahan-bahan yang

telah terkumpul. Menyusunnya secara sistematis, dan menonjolkan pokok-

pokok permesalahannya.

2. Penyajian Data

Dalam tahap ini, peneliti menyajikan sekumpulan informasi yang

tersusun, memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan, dan

pengambilan tindakan.

3. Penarikan Kesimpulan

Data yang telah diperoleh, difokuskan dan disusun secara sistematis

sesuai kategori yang telah disusun berdasarkan temuan peneliti.

G. Sistematika Penulisan

Rangkaian sistematika ini terdiri dari lima bab. Masing-masing bab

diperinci lagi dengan beberapa sub bab yang saling berhubungan antara satu

sama lainnya. Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Page 37: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

BAB I Merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang latar belakang

masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan

kegunaan penelitian, kerangka teori, dan tinjauan pustaka.

BAB II Pada bab ini untuk memeberika landasan pada bab berikutnya

yang akan dibahas tentang gambaran umum lokasi penelitian

mengenai sewa-menyewa rumah kontrakan guna mendukung

dalam bab empat. Dalam bab ini penulis membahas pengertian

akad, sewa-menyewa, rukun dan syarat ijarah.

BAB III Lokasi penelitian yang berkaitan dengan masalah yang akan

diteliti adalah di perumahan Aston Villa Mendalo, Jambi luar

kota. Oleh karena itu didalam bab tiga dipaparkan gambaran

umum tentang sewa-menyewa untuk mengetahui kondisi

pelaksanaan sewa-menyewa yang terjadi antara pemilik dengan

penyewa kontrakan.

BAB IV Merupakan analisa tinjauan hukum Islam terhadap ganti rugi

kerusakan sewa-menyewa kontrakan.

BAB V Membahas yang mana di dalamnya mencakup kesimpulan dari

hasil penelitian, dan juga saran.

Page 38: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

H. Jadwal Penelitian

Catatan jadwal bisa berubah sewaktu-waktu.

Page 39: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

BAB III

GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

A. Gambaran Umum Perumahan Aston Villa Jambi

No

Kegiatan

2019

Juli

Agustu

s

Sep

tember

Okto

ber

Novem

ber

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan

judul

2 Pembuatan

proposal

3 Perbaikan

proposal

dan

seminar

4 Surat izin

riset

5 Pengumpul

an data

6 Pengolahan

data

7 Pembuatan

laporan

8 Bimbingan

dan

perbaikan

9 Agenda

dan ujian

skripsi

10 Perbaikan

dan

penjilidan

Page 40: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

Perumahan Aston Villa adalah perumahan yang berlokasi di tepi jalan

lintas Simpang Aurduri, dengan taman dan patung liberty di bagian depannya,

merupakan komplek strategis di gerbang kota jambi. Aston villa menyediakan

ratusan rumah siap huni dengan prasarana yang telah siap seperti jalan

beraspal, jaringan listrik dn air bersih telah siap tersulur ke setiap rumah.

Selain itu rumah sudah berlantai kramik, plafon dan cat luar dalam. Ada

beberapa tipe rumah yang terdapat di perumahan aston villa, mulai dari tipe 29

(RSH lantai kramik), tipe 36, tipe 45, dan pertokoan K 36. 42

Lingkungan perumahan Aston Villa Jambi telah tertata dengan rapi

dan juga bersih, dengan adanya blok perumahan dari A sampai dengan blok Z

untuk menyusun letak rumah-rumah yang ada di perumahan Aston Villa jambi

tersebut. Di setiap blok mempunyai taman kecil untuk bermain bagi

masyarakat yang tinggal di perumahan tersebut. Akan tetapi, taman utamanya

terletak di depan gerbang masuk perumahan Aston Villa.43

Bentuk rumah di

perumahan aston Villa adalah perumahan minimalis yang memiliki satu

sampai dengan dua kamar tidur, satu dapur, satu ruang tamu, dan satu kamar

mandi. Kemudian di depan rumah memiliki halaman kecil untuk parkir

kendaraan pemilik rumah.

Di perumahan Aston Villa memiliki satpam untuk menjaga keamanan

lingkungan perumahan tersebut, dan memiliki petugas pembersih lingkungan

42

Gambaran Umum Per umahan Aston Villa Jambi, 27 Agustus 2019 43

Wawancara dengan Bapak Aan selaku Pegawai Perumahan Aston Villa pada Hari Rabu

27 Agustus 2019

Page 41: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

perumahan dengan di gaji oleh masyarakat setempat, setiap rumah memberi

iyuran sebesar Rp. 40.000 rupiah untuk uang keamanan dan uang kebersihan.

Perumahan Aston Villa merupakan bagian dari PT Niaga Guna

Kencana hadir untuk merespon masyarakat Jambi yang sangat tinggi dalam

pemenuhan akan kebutuhan perumahan dan pemungkiman. Rumah bukan

sekedar bangunan untuk beristirahat setelah seharian melakukan aktivitas,

akan tetapi rumah merupakan keseimbangan harmonis antara bangunan,

lingkungan dan penghuninya. 44

B. Letak Geografis Perumahan Aston Villa Jambi

Perumahan Aston Villa Jambi terletak di daerah jalan Lintas Sumatra,

Mendalo Darat kecamatan Luar Kota, kabupaten Muaro Jambi, terdiri dari

satu RT dengan jumlah masyarakat sebanyak 2.013 jiwa, terdiri dari laki-laki

sebanyak 850 jiwa dan perempuan 1.163 jiwa. Dibagian depan perumahan

Aston Villa yang berbatasan dengan jalan raya terdapat bangunan ruko yang

berjejer, kemudian didalamnya terdapat bangunan rumah yang ber tipe 36, 31,

45. Diperumahan aston villa terdapat 26 blok yang terdiri dari blok A sampai

dengan blok Z. jumlah keseluruhan perumahan di Aston Villa Jambi adalah

845 unit, yang dihuni atau terjual sebanyak 671 unit, ditempati oleh

pemiliknya atau yang berkeluarga 221 rumah, di kontrakan sebanyak 450, dan

yang tidak dihuni sebanyak 174 rumah. Dan rata-rata masyarakat di

44

Ibid

Page 42: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

perumahan aston villa ini adalah mahasiswa yang merantau dari daerah ke

kota untuk kuliah di beberapa Universitas yang ada di Provinsi Jambi.

Di karenakan perumhan Aston Villa terletak ditepi jalan raya sebagian

masyarakat yang menyewa ruko itu membuka tempat untuk berjualan

makanan, alat sembako, dan warung nasi. 45

C. Kondisi Kependudukan di Perumahan Aston Villa Jambi

Jumlah penduduk di perumahan Aston Villa Jambi sampai akhir tahun

2018 tercatat 2.013 jiwa, dimana mereka tersebar dibeberapa blok perumahan

yang terdiri dari satu RT. Adapun keadaan penduduk di perumahan Aston

Villa Jambi lihat di tabel dibawah ini.

Tabel 1

Jumlah penduduk di Perumahan Aston Villa Jambi 2019

No Blok Jumlah Penduduk

1. Block A 1-31 93 Orang

2. Block B 1-34 102 Orang

3. Block C 1-44 135 Orang

4. Block D 1-31 93 Orang

5 Block E 1-42 128 Orang

6. Block F 1-34 102 Orang

7 Block G 1-26 78 Orang

8. Block H 1-25 75 Orang

9. Block I 1-38 114 Orang

10. Block J 1-17 51 Orang

45

Wawancara dengan Bapak Aan Selaku Pegawai Kantor Perumahan Aston Villa pada

Hari Rabu 27 Agustus 2019

Page 43: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

11. Block K 1-15 45 Orang

12. Block L 1-11 33 Orang

13. Block M 1-25 75 Orang

14 Block N 1-17 51 Orang

15. Block O 1-26 73 Orang

16. Block P 1-24 72 Orang

17. Block R 1-27 81 Orang

18 Block S 1-21 58 Orang

19. Block T 1-25 65 Orang

20. Block U 1-35 100 Orang

21. Blok V 1-30 90 Orang

22. Block W 1-21 63 Orang

23. Block X 1-25 70 Orang

24. Block Y 1-24 67 Orang

25 Block Z 1-35 99 Orang

Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah penduduk terbanyak terdapat di

blok C dan blok E dengan jumlah penduduk 258 jiwa, sedangkan dengan

jumlah penduduk yang sedikit terdapat pada blok L dengan jumlah penduduk

33 jiwa. Untuk itu dari keterangan tersebut penulis memilih blok C dan E

untuk diteliti karna memiliki jumlah penduduk terbanyak dari pada blok

lainnya yang terdapat di perumahan aston villa jambi.

D. Jumlah Rumah yang di Kontrakan di Perumahan Aston Villa Jambi

Page 44: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

Jumlah rumah yang di kontrakan atau disewakan di perumahan Aston

Villa Jambi sampai akhir tahun 2018 tercatat sebanyak 450 unit rumah,

dimana tersebar dibeberapa blok perumahan tersebut. Adapun jumlah rumah

yang di kontrakan di perumahan Aston Villa Jambi lihat di tabel dibawah ini.

Tabel 2

Jumlah Rumah yang Dikontrakan Perumahan Aston Villa Jambi

No Blok Jumlah Rumah di Kontrakan

1. Block A 1-31 14 Rumah

2. Block B 1-34 16 Rumah

3. Block C 1-44 40 Rumah

4. Block D 1-31 19 Rumah

5 Block E 1-42 38 Rumah

6. Block F 1-34 24 Rumah

7 Block G 1-26 19 Rumah

8. Block H 1-25 16 Rumah

9. Block I 1-38 20 Rumah

10. Block J 1-17 04 Rumah

11. Block K 1-15 09 Rumah

12. Block L 1-11 09 Rumah

13. Block M 1-25 21 Rumah

14 Block N 1-17 14 Rumah

15. Block O 1-26 18 Rumah

16. Block P 1-24 20 Rumah

17. Block R 1-27 14 Rumah

18 Block S 1-21 16 Rumah

19. Block T 1-25 14 Rumah

20. Block U 1-35 29 Rumah

21. Blok V 1-30 18 Rumah

Page 45: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

22. Block W 1-21 14 Rumah

23. Block X 1-25 15 Rumah

24. Block Y 1-24 11 Rumah

25 Block Z 1-35 18 Rumah

Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah rumah kontrakan yang di

kontrakan diperumahan Aston Villa Jambi yang terbanyak terdapat di blok C

dan blok E dengan jumlah penduduk 78 rumah. Untuk itu dari keterangan

tersebut penulis memilih blok C dan E untuk diteliti karena memiliki jumlah

rumah yang dikontrakan paling banyak dari pada blok lainnya yang terdapat di

perumahan aston villa jambi.

E. Jumlah tenaga kerja dan pendidikan di perumahan Aston Villa Jambi

Perumahan Aston Villa Jambi jumlah tenaga kerja dan pendidikan 18-

60 tahun adalah sebesar 1.782 orang, ibu rumah tangga dengan jumlah 221,

dan penduduk yang belum bekerja 115, dan yang sudah bekerja 327, dan

mahasiswa sebesar 1.350. Dari jumlah penduduk diatas dapat dilihat

perumahan Aston Villa Jambi banyak di tempati oleh mahasiswa yang

mengontrak di perumahan Aston Villa Jambi.46

Dari jumlah tenaga kerja dan

pendidikan di atas dapat dilihat dari jumlah mahasiswa penduduk perumahan

Aston Villa Jambi sebagai berikut:

Table 3

Jumlah tenaga kerja dan pendidikan Perumahan Aston Villa Jambi

46

Wawancara dengan Bapak Yetno Selaku Kepala RT. Perumahan Aston Villa Jambi

Pada Hari Kamis 28 Agustus 2019

Page 46: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

No Mata Pencarian dan Pendidi kan Jumlah

1. PNS 84 Orang

2. Guru/Pegawai Honorer/PT 244 Orang

3. Dosen 7 Orang

4. Pedagang 15 Orang

5. Mahasiswa 1.350 Orang

6. Bengkel 10 Orang

7. Tukang/Buruh 147 Orang

8. TNI/POLRI 23 Orang

9. Ketua RT 1 Orang

10. Tenaga Medis 11 Orang

11. Hansip 6 Orang

Dari tabel di atas kita lihat jumlah pekerjaan sebagai mahasiswa

memiliki jumlah paling besar dari pada jumlah pekerjaan lainnya dengan

jumlah 1.350 orang, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa di perumahan

Aston Villa Jambi penduduknya adalah mahasiswa, sedangkan untuk yang

lainnya sangat sedikit. Ini disebabkan banyaknya perumahan yang di sewakan

oleh pemiliknya kepada mahasiswa yang kuliah di Universitas yang ada di kota

Jambi, dan akses yang dekat dengan kampus mahasiswa sehinga banyak

mhasiswa yang mnyewa perumahan disana.

F. Sarana Transportasi dan Komunikasi

Sarana transportasi dan komunikasi sangat penting dalam menjujung

pertumbuhan dan perkembagan suatu daerah. Keadaan jalan yang terdapat di

perumahan Aston Villa terbilang baik karena jalannya telah di aspal dan yang

rusak selalu di perbaiki dan ini dilalui oleh motor dan mobil.

Page 47: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

Sarana informasi sebagai salah satu sarana yang penting guna untuk

menabah wawasan dan pengetauan masyarakat, sarana yang sering digunakan

masyarakat antara lain hanphone, Tv, radio, koran.47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

47

Wawancara dengan Bapak Aan Selaku Pegawai Kantor Aston Villa pada Hari Rabu 27

Agustus 2019

Page 48: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

A. Pelaksanaan Proses Sewa-menyewa Rumah Kontrakan di Perumahan

Aston Villa Jambi

Sewa menyewa adalah suatu bentuk muamalah dalam masyarakat, agar

nantinya tidak terjadi suatu perselisihan atau kesalahpahaman maka perlu

adanya suatu perjanjian yang di buat sebelum dilakukannya sewa-menyewa,

Dalam Islam sudah ditetapkan syarat sahnya sewa-menyewa.

Praktek sewa-menyewa rumah kontrakan di perumahan Aston Villa

Jambi menggunakan akad (perjanjian). Sewa-menyewa merupakan suatu

bentuk perjanjian yang melahirkan kewajiban perikatan untuk memberikan

sesuatu, hal ini terwujud dalam bentuk penyerahan kebendaan yang disewakan

oleh pemilik dan penyerahan uang oleh penyewa kepada pemilik.

Akad sewa-menyewa rumah kontrakan di perumahan Aston Villa

Jambi ini menurut hukum Islam dibenarkan atau dibolehkan karena telah

memenuhi syarat sahnya sewa-menyewa yaitu pertama, para pihak yang

melakukan perbuatan hukum sudah cukup umur sehingga dapat membedakan

antara yang baik dan yang buruk.

Kedua, kesepakatan atau kerelaan kedua bela pihak dalam

melaksanakan perjanjian.dalam sewa menyewa perumahan ini telah adanya

persetujuan dari kedua bela pihak dalam melakukan akad sewa-menyewa dan

perjanjian tersebut dilakukan tanpa unsur paksaan dari pihak lain dan tanpa

tipuan dari pihak manapun, karena jika terjadi unsur paksaan dan tipuan maka

akad sewa-menyewa ini akan batal dan tidak sah.

Page 49: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

Ketiga, objek akad dalam sewa menyewa rumah ini pun sudah jelas

yaitu rumah tinggal sementara yang mana pihak penyewa sudah melihat

terlebih dahulu rumah tersebut sebelum memutuskan untuk menyewa,

sehingga tidak akan menimbulkan perselisihan antara keduanya. Apabila

rumah tersebut tidak diketahui maka tasarruf menjadi batal. Untuk mengetahui

rumah yang disewakan dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan

menunjukkan rumahnya apabila calon penyewa berada di tempat akad, dengan

dilihat, ditunjukkan atau menyebutkan sifat dan ciri-ciri rumah tersebut.

Keempat, akad sewa-menyewa rumah kontrakan ini memiliki tujuan

yang jelas dan diakui oleh syara yaitu untuk saling tolong menolong karena

akad sewa-menyewa rumah kontrakan di perumahan Aston Villa untuk

mendapatkan tempat tinggal sementara dan akad sewa-menyewa ini memiliki

manfaat yang sangat banyak bagi kehidupan masyarakat.

Akad ini sangat penting untuk pendatang dari luar daerah untuk

mendapatkan tempat tinggal sementara dengam mudah. Dan dapat dijadikan

lahan penghasilan bagi para pemilik kontrakan itu sendri karena sewa-

menyewa ini adalah sebagai salah satu bisnis atau investasi yang

menguntungkan dan dibolehkan oleh hukum Islam. Selain itu banyaknya

rumah kontrakan pun dapat menghidupkan perekonomian di perumahan Aston

Villa karena banyak pendatang yang menyewa rumah dan membuka usaha

sendiri.

Page 50: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

Kelima, rumah yang dijadikan objek sewa menyewa di perumahan

Aston Villa pun dapat diserahkan pada waktu akad karena jika rumah tidak

dapat disertakan pada waktu akad, maka akan menjadi batal.

Dalam menjalankan bisnis, satu hal yang sangat penting adalah

masalah akad (perjanjian). Akad adalah salah satu cara untuk memperoleh

harta dalam syariat Islam yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-

hari. Akad merupakan cara yang diridhai Allah dan harus ditegakkan isinya.48

Akad sewa-menyewa rumah kontrakan di perumahan Aston Villa

Jambi dengan cara lisan antara pemilik rumah kontrakan dengan penyewa.

Dalam akad sewa-menyewa ini ucapan dan bahasannya harus dapat dipahami

kedua belah pihak yang melakukan akad agar tidak terjadi perselisihan antara

pihak yang mealakukan perjanjian. Ungkapan yang diucapkan juga harus

merupakan ungkapan yang menunjukkan kerelaan tanpa paksaan, karena

prinsip dalam suatu akad adalah kerelaan.

Akad dapat dilakukan secara lisan (ucapan), pebuatan, isyarah maupun

tulisan. Namun menurut peneliti alangkah lebih baiknya jika pemilik rumah

membuat perjanjian secara tertulis agar para pihak memahami dan mengetahui

dengan jelas kewajiban dan hak masing-masing pihak. Hal ini pula yang

membuat sebuah perjanjian dikatakan belum sesuai dengan ketentuan Islam

dalam surat Al-Baqarah ayat 282 sebagai berikut:

48

Abdul Rahman, dkk, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana, 2012) hlm. 71

Page 51: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

Artinya:”Dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu

lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu

kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah

mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” 49

Dikatakan dalam ayat tersebut kewajiban untuk melakukan sebuah

pencatatan atau penulisan dalam sebuah akad muamalah, dan juga sewa-

menyewa. Hal ini dilakukan sebagai pengukuhan dan menghilangkan

pertikaian. Dan akibat hukum tidak tertulis mengakibatkan pihak penyewa

tidak mengetahui hak dan kewajiban sehingga peluang untuk terjadinya

wanprestasi cukup besar, dimana wanprestasi tersebut akan mengakibatkan

pihak yang menyewakan mengalami kerugian.

Selain itu jika perjanjian dilakukan secara tertulis maka perjanjian itu

akan mudah untuk diingat dan dapat dijadikan bukti jika terjadi pelanggaran

kontrak. Selain itu dalam al-Qur‟an surat al-Baqarah ayat 282 telah dijelaskan

bahwa jika kita melakukan muamalah secara tidak tunai seperti ijarah (sewa-

menyewa) maka kita harus menuliskan perjanjian tersebut agar tiap pihak

49

QS. Al-Baqarah (2) : 282

Page 52: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

dapat memahami dan mengerti perjanjian tersebut agar tiap pihak memahami

dan mengerti yang menjadi hak dan kewajiban masing-masing.50

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa dalam melakukan aktifitas

sewa-menyewa rumah kontrakan maka terjadi suatu aqad (pejanjian). adapun

untuk mengetahui sistem berlangsungnya sewa-menyewa rumah kontrakan di

perumahan Aston Villa yang terjadi antara pemilik rumah kontrakan dan

penyewa diperumahan Aston Villa blok C dan blok E yaitu:

Hasil wawancara dengan salah satu pemilik rumah kontrakan di blok C

yang diwawancarai pada tanggal 27 Agustus 2019 bernama Devi Hermansyah.

Bapak Devi Hermansyah menjelaskan bahwa rumah kontrakan yang ada di

perumahan Aston Villa adalah rumah pribadi yang dikontrakan. Rumah ini

dibeli pada tahun 2009, awalnya rumah ini dihuni oleh adik kandungnya yang

kuliah di salah satu Universitas di Jambi, setelah adiknya menyelesaikan

studinya rumah tersebut mulai dikontrakan pada tahun 2016. 51

Selanjutnya bapak Devi Hermansyah menjelaskan bahwa dalam sewa-

menyewa ini, pemilik membolehkan para penyewa untuk memeriksa terlebih

dahulu rumah yang akan disewakan tersebut dari depan rumah sampai

belakang rumah, dan ruangan-ruangan yang ada seperti, kamar tidur, kamar

mandi, dapur, dan ruang tamu. Hal ini bertujuan untuk membuktikan pada

50

Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010) hlm. 133 51

Wawancara dengan Bapak Devi Hermansyah Selaku Pemilik rumah Kontarakan pada

Hari Rabu 27 Agustus 2019

Page 53: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

penyewa bahwa rumah kontrakan tersbut sesuai dengan rumah kontrakan

yang diinginkan oleh penyewa.

Apabila penyewa tertarik dengan rumah kontrakan yang telah

disediakan oleh pemilik kontrakan, maka dilakukan transaksi pembayaran

kepada pemilik, namun apabila penyewa kurang tertarik dengan rumah yang

telah disediakan oleh pemilik tersebut, maka penyewa boleh membatalkan

transaksinya. Biasanya jika penyewa tertarik dengan rumah kontrakan tersebut

maka akan dilakukan transaksi dan penyewa membayar uang muka sebesar

setengah dari harga sewa tersebut, hal ini sudah menjadi kesepakatan antara

kedua belah pihak.

Harga per unit berdasarkan tipe dari rumah tersebut, rata-rata harga

sewa kontrakan yang ada di perumahan Aston Villa Jambi dari harga Rp.

5.000.000 juta hingga Rp. 9.000.000 juta per unit. Bapak Devi Hermansyah

menyewakan rumah seharga Rp. 6.000.000 juta rupiah per tahunnya.52

Kemudian Bapak Devi Hermansyah menjelaskan sistem pembayaran

sebagai berikut: adapun sistem pembayaran dapat dilakukan dengan dua cara

pembayaran yaitu secara tunai dan dengan ansuran. Sedangkan pembayaran

secara beranggsur dilakukan kepada penyewa yang belum mempuanyai uang

atau kesanggupan untuk membayar tunai dengan dua kali pembayaran yang

52

Wawancara dengan Bapak Devi Hermansyah Selaku Penyewa pada Hari Rabu 27

Agustus 2019

Page 54: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

pertama dibayar dimuka sebelum pindah dan kemudian diberi tempo selama

dua bulan setelah menempati rumah kontrakan tersebut.53

Pada transaksi secara berangsur penyewa tidak memberikan kwitansi

bukti pembayaran lunas melainkan mencatat pada buku catatan sebagai

hutang, kemudian jika penyewa sudah membayar semua barulah pemilik

memberikan kwitansi bukti lunas.

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan pemilik rumah

kontrakan di blok E, disini peneliti menemukan sistem berbeda dengan yang

sebelumnya, disini pemilik rumah yang bernama ibu Ernawati menyewakan

rumah pribadinya dengan harga yang lebih murah yaitu 5.000.000 juta rupiah

dengan tipe ukuran rumah yang sama dengan rumah bapak Devi Hermansyah

hanya saja airnya bayar sendiri sedangkan rumah bapak Devi Hermansyah

airnya di tanggung pemilik. Ibu Ernawati menerapkan sistem pembayaran

dengan secara tunai dibayar dimuka sebelum menempati rumah kontrakan

tersebut. 54

Hasil dari wawancara dengan salah satu penyewa rumah kontrakan di

perumahan Aston Villa yang diwawancara pada tanggal 27 agustus 2019

bernama Muhammad Jaka adalah serang penyewa rumah kontrakan,

Muhammad Jaka memberi keterangan bahwasanya ia menyewa rumah

kontrakan di pemilik rumah kontrakan tersebut.

53

Wawancara dengan Bapak Devi Hermansyah Selaku Pemilik Rumah Kontrakan pada

Hari Rabu 27 Agustus 2019 54

Wawancara dengan Ibu Ernawati Selaku Pemilik Rumah Kontrakan pada Hari Rabu 27

Agustus 2019

Page 55: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

Harga sewa Rp. 5.000.000 juta rupiah per tahun dalam pembayaran

Muhammad Jaka memilih pembayaran dengan cara tunai sebelum menempati

rumah kontrakan tersebut. Karena Muhammad Jaka memilih Pembayaran

secara tunai, maka uang yang wajib di bayarkan kepada pemilik rumah

kontrakan sebesar Rp. 5.000.000 juta rupiah.

Hal ini merupakan sudah menjadi kesepakatan kedua belah pihak

apabila transaksi pembayaran ataupun sudah berada di tangan pemilik, maka

pemilik menyerahkan rumah kontrakan kepada penyewa, akan tetapi segala

kerusakan di tanggung oleh pemilik.” 55

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa perumahan Aston

Villa Jambi sebagian besarnya dikontrakan oleh pemilik rumah di perumahan

tersebut dengan jangka waktu per tahun, yang dimana harga rumah kontrakan

sesuai dengan jenis rumahnya. Adapun pendapatan yang didapatkan oleh

pemilik rumah kontrakan setiap tahunnya tidak menentu, yakni tergantung ada

tidaknya setiap tahun orang yang menyewa rumah kontrakan tersebut.

Sewa-menyewa rumah kontrakan diperumahan Aston Villa Jambi ini

dilakukan antara pemilik rumah dengan penyewa. Pemilik dalam hal ini

adalah pihak yang menyewakan rumah. Pemilik rumah menyewakan kepada

penyewa dengan perjanjian atau akad di antara pemilik dan penyewa, perjajian

atau akad sering dilakukan dengan lisan dan jarang dilakukan dengan tulisan

55

Wawancara dengan Bapak Muhammad Jaka Selaku Penyewa Rumah Kontrakan pada

Hari Rabu 27 Agustus 2019

Page 56: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

antara pemilik dan penyewa rumah kontrakan, dan lama waktu sewa adalah

75% pertahun dan 25% perbulan.

Kisaran harga untuk penyewa kalau pertahun adalah dari

Rp.5000.000–10.000.000 juta pertahun tergangtung bentuk rumah dan fasilitas

yang diberikan. Sedangkan untuk yang perbulan harga sewa adalah Rp.

400.000 – 1000.000 juta tergantung bentuk rumah dan fasilitas yang diberikan

kepada si penyewa. Diketahui dari harga sewa yang dibayarkan sesuai dengan

mamfaat yang diterima oleh penyewa rumah kontrakan dan Biasanya uang

sewa belum termasuk uang listrik dan air, uang listrik dan air di tanggung

sendiri oleh si penyewa.

Harga sewa ditetapkan oleh si pemilik rumah kontrakan, pembayaran

uang sewa biasa separuh dari uang sewa diabayar dilakukan diawal sebelum

pindah sebagai tanda jadi, kemudian separuhnya lagi di lunasi ketika penyewa

pindah kerumah kontrakan tersebut. Dari hasil wawancara yang penulis

lakukan dengan salah satu pemilik rumah di peremuhan tersebut mengatakan

bahwa biasanya juga terjadi negosiasi harga rumah kontrakan antara pemilik

dan penyewa sebelum melakukan perjajian atau akad.

Pada akad sewa-menyewa diperumahan Aston Villa Jambi

Pengingkaran janji hanya pada telatnya membayar uang sewa dari waktu yang

telah ditentukan pada awal perjanjian dan pemilik rumah kontrakan

Page 57: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

menyelesaikan dengan musyawarah, teguran, memberikan tenggakan waktu.

Selain itu tidak pada pelanggaran perjanjian56

B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Ganti Rugi Kerusakan Rumah

Kontrakan di Perumahan Aston Villa Jambi

Allah menciptakan manusia untuk saling tolong-menolong antara

manusia yang satu dengan yang lain salah satunya dengan cara bermuamalah.

Prinsip dasar muamalah adalah untuk menciptakan kemaslahatan manusia,

dalam memenuhi kebutuhannya manusia harus sesuai dengan ketentuan

hukum Islam yang disebut dengan fiqh muamalah yang semuanya merupakan

hasil penggalian dari al-Quran dan hadist.

Salah satu bentuk bermuamalah yang sering dilakukan oleh

masyarakat perumahan Aston Villa adalah sewa-menyewa rumah kontrakan.

Ijarah adalah suatu akad yang berisi penukaran manfaat sesuatu dengan jalan

memberikan imbalan dalam jumlah tertentu. Hal ini sama artinya dengan

menjual mamfaat sesuatu benda, bukan menjual „ain dari benda itu sendiri.

Kelompok Hanafiah mengartikan ijarah dengan akad yang berisi pemilk

mamfaat tertentu dari suatu benda yang di ganti dengan pembayaran dalam

jumlah yang disepakati. Dalam istilah lain dapat pula disebutkan bahwa ijarah

adalah salah satu akad yang berisi pengambilan mamfaat sesuatu dengan jalan

penggantian. Suatu rumah milik A, umpamanya, dimamfaatkan oleh B untuk

56

Wawancara dengan Bapak Devi Hermansyah dan Ibu Ernawati Selaku Pemilik

Kontrakan pada Hari Rabu 27 Agustus 2019

Page 58: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

ditempati. B membayar kepada A dengan sejumlah bayaran sebagai imbalan

pengambilan mamfaat itu, hal itu disebut ijarah (sewa-menyewa).57

Banyak ayat dan riwayat yang dijadikan argumen oleh para ulama

akan kebolehan ijarah tersebut. Berikut salah satu firman Allah dalam surah

al-Zukhruf ayat 32 tentang ijarah yaitu:

Artinya: “apakah mereka yang membagi-bagi rahmat tuhanmu? Kami telah

menentukan antara mereka penghidupan ,mereka dalam kehidupan

di dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas

sebagian yang lain beberapa derajat agar sebagian mereka dapat

mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat tuhanmu lebih

baik dari pada apa yang mereka kumpulkan.”58

Menurut hadist riwayat Ahmad, Abu Daud, dan Nasiy dari Sa‟d

Bin Abi Waqas tentang ijarah yaitu:

57

Dr. Helmi Karim M.A Fiqih Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm.

29 58

QS. al-Zukhruf (43) : 32

Page 59: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

سسل الله صه الله عهي انزسع ف اق ي ا عه انس كا كش الاسض ب

س ل الله صه الله عهي سس ا سهى انزس ع ف كش ب ايشا ا رانك هى ع

فعت ب ا بز

Artinya: “dahulu kami menyewa tanah dengan jalan membayar hasil tanaman

yang kami agar membayarnya dengan uang mas atau perak.”59

Dalam sudut pandang fiqih muamalah, apabila kerusakan dalam sewa-

menyewa terjadi atas unsur kesengajaan penyewa, maka yang berhak bertanggung

jawab untuk mengganti rugi atas kerusakan tersebut adalah penyewa. Namun jika

sekiranya apabila terjadi atas unsur ketidaksengajaan penyewa, dan kerusakan

tersebut tidak dilakukan oleh penyewa, maka yang bertanggung jawab atas

kerusakan tersebut adalah pihak pemilik rumah kontrakan.

Tabel 4

Jenis Bahan yang Rusak

No Pemilik Penyewa Jenis Penyebab

Kerusakan

Peyelesaian

1. Devi

Hermansyah

Aisyah Pintu Patah Ganti Rugi

2. Ernawati M. Jaka Atap Bocor Ganti Rugi

Sumber: Rumah Kontrakan Bapak Devi Hermansyah dan Ibu Ernawati

59

Dr. Helmi Karim M.A Fiqih Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm.

33

Page 60: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

Selama usaha sewa-menyewa yang dilakukan oleh pemilik rumah

kontrakan yang berlokas diperumahan Aston Villa Jambi, telah banyak terjadi

mengenai kerusakan pada rumah kontrakan yang disewakan selama proses

penyewaan berlangsung, antara lain yaitu:

1. Kecerobohan penyewa rumah kontrakan

2. Kelalaian pemilik rumah kontrakan

3. Bencana alam seperti angina kencang

Mengenai ganti rugi kerusakan pada rumah kontrakan, pemilik tidak

cantumkan mengenai masalah ganti rugi kerusakan kedalam perjanjian, caranya

kerusakan dalam penyewaan ini jarang terjadi. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri

bahwa kerusakan dapat terjadi kapan saja. Persentase biaya yang dibebankan oleh

pemilik atas kerusakan objek sewa disesuaikan dengan besar kerusakan yang

terjadi.

Perjanjian mengenai ganti rugi kerusakan pada beberapa rumah

diperumahan Aston Villa Jambi tidak dibuat ketika akad berlangsung. Namun

baru dibuat apabila terjadi kerusakan pada rumah kontrakan yang disewa, seperti

kejadian pantahnya engsel pintu di rumah kontrakan milik Bapak Devi

Hermansyah, pemilik meminta ganti rugi atas rusaknya pintu tersebut kepada

pihak penyewa rumah kontrakan, namun pada saat akad tidak ada perjanjian

khusus mengenai pertanggungan ganti rugi dan persentase biaya yang di tang

gung jika mengalami kerusakan.

Page 61: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

Sedangkan pemilik rumah kontrakan Bapak Devi Hermansyah

mengatakan selama rumahnya disewakan telah banyak kerusakan yang telah

terjadi. Pemilik akan meminta ganti rugi apabila kerusakan yang disebabkan oleh

kelalaian penyewa rumah kontrakan. Akan tetapi jika kerusakan itu terjadi atas

unsur ketidak sengajakaan penyewa dan tidak dilakukan oleh penyewa maka yang

bertanggung jawab atas kerusakan tersebut adalah pemilik rumah kontrakan.

Dari hasil wawancara di atas, pemilik rumah kontrakan membebankan

biaya ganti rugi kepada pihak penyewa apabila terjadi kerusakan pada rumah

kontrakan. Besar presentase ganti rugi yang ditetapkan berbeda-beda sesuai

dengan besar atau kecilnya kerusakan pada rumah kontrakan tersebut. Hal ini

dikarnakan, pemilik rumah kontakan tidak mungkin selamanya dapat mengontrol

dan menjaga rumah kontrakan selama rumah kontrakan di sewakan kepada

penyewa.

Hasil wawancara peneliti dengan seseorang penyewa rumah kontrakan

bernama Aisyah selaku pihak penyewa rumah kontrakan beliau kurang setuju

mengenai pembebanan biaya ganti rugi, walaupun persentase ganti rugi yang

dibebankan tidak sepenuhnya. Namun sebaiknya pemilik rumah kontrakan

mengatakan pada awal transaksi, supaya penyewa lebih berhati-hati lagi dalam

menjaga barang sewaan untuk menghindari kerusakan.

Selanjutnya wawancara peneliti kepada seorang penyewa rumah kontrakan

yang bernama Muhammad Jaka selaku pihak yang menyewa rumah kontrakan Ibu

Ernawati, beliau kurang setuju mengenai pembebanan biaya ganti rugi karena

Page 62: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

kerusakan yang terjadi di rumah kontrakan tersebut bukan di sebabkan oleh si

penyewa melainkan kerusakan yang terjadi akibat rapuh dan sudah terlalu lama

tidak diperbaiki.

Dari beberapa hasil wawancara dengan pihak penyewa di atas, pihak

penyewa merasa kurang setuju mengenai pembebanan ganti rugi. Pihak penyewa

meminta ke pada pihak pemilik agar sebaiknya lebih di pertegas lagi mengenai

permasalahan tentang pembebanan ganti rugi dan berapa persentase yang harus di

tangung jika terjadi kerusakan di kemudian hari. Selain itu, pihak penyewa jika

tidak ada perjanjian mengenai kerusakan di awal transaksi maka pemilik tidak

boleh meminta biaya kerugian atas kerusakan objek sewa kepada penyewa.

Namun jika di awal transaksi kedua bela pihak membuat perjajian mengenai ganti

rugi kerusakan maka pihak pemilik boleh meminta ganti rugi atas kerusakan

tersebut.

Dalam hukum Islam, terkait kerusakan objek sewa selama masa sewa,

Imam Syafi‟i berpendapat bahwa segala kerusakan objek sewa yang terjadi atas

unsur kesengajaan, maka yang harus mengganti rugi atas kerusakan tersebut

adalah konsumen, namun jika kerusakan tersebut terjadi atas unsur ketidak

sengajaan, maka yang wajib bertanggung jawab atas kerusakan tersebut adalah

pemilik usaha.

Kemudian Sayyid Sabiq juga berpendapat sama, yaitu membebankan

biaya kerusakan kepada pihak penyewa terhadap kerusakan yang terjadi karena

faktor kesengajaan. Namun apabila kerusakan tersebut terjadi karena faktor

Page 63: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

ketidak sengajaan, maka pemilik tidak wajib utuk meminta ganti rugi atas

kerusakan tersebut.

Ganti rugi dalam hukum islam sebagaimana dalam fatwa DSN-MUI No:

43/DSN-MUI/VIII/2004

a. Pengertian Ganti Rugi

Ta‟wid dalam bahasa adalah ganti rugi kompentasi. Secara istilah definisi

ta‟wid yang dikemukakan oleh ulama kontenporer Wahba al Zuhili.

Artinya: “ta‟wid (ganti rugi) adalah menutup kerugian yang terjadi akibat

pelanggaran atau kekeliruan.

b. Dasar Hukum Ta‟wid

1) Al-Qur‟an

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu,

Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan

kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu

ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah

menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.”60

Dari ayat di atas dapat dihubungkan denga ta‟wid (ganti rugi)

bahwasahnya barang siapa melakukan serangnbvan (kerugian) kepadamu,

60

QS. al-Maidah (3) : 1

Page 64: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

maka balaslah ia seimbang dengan kerugian yang ditimpahkan

kepadamu.61

2) Hadist Nabi SAW

لا ظشاس ا ظشس

Artinya: “tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula

membahayakan orang lain."

3) Pendapat Ulama kontemporer tentang damam atau ta‟wid sebagaimana

dikemukakan oleh Wahbah al-Zuhaili dalam kitab nazariat al-damam,

(damsyiq: dar al-fiqr, 1998) sebagai berikut:

الأظشاس ستقبهت( أ ان ؤكذة )أ تظشة غيش ان انخساسة ان صانح أيا ظياع ان

يحم ي، لأ ا في أصم انحكى انحكى انفق ظـ ع يت فلآ يع ع ان الأدبيت أ

يط و ششعا انتع تق ان حقق فعلا د ان ج ا نـ ان ان

Artinya: “sementara itu, hilangnya keuntungan dan kerugian yang

belum pasti dimasa yang akan datang atau kerugian

immaterial maka menurut ketentuan hukum fiqh hal tersebut

tidak dapat diganti (diminta ganti rugi). Hal itu karna objek

ganti rugi adalah harta yang ada dan konkret serta berharga

(diijinkan syariat untuk memanfaatkannya)”. 62

61

Fatwa DSN-MUI No: 43/DSN-MUI/VIII/2004 Tentang Ganti Rugi (Ta‟wid) 62

Ibid

Page 65: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

c. Ketentuan Ganti Rugi

Ketentuan ganti rugi menurut DSN-MUI No. 43/DSN-

MUI/VIII/2004 tentang ganti rugi.

1) Ketentuan Umum

a. Ganti rugi (ta‟wid) hanya boleh dikenkan atas pihak yang dengan

sengaja atau kelalaian melakukan sesuatu yang menyimpang dari

ketentuan akad dan menimbul kerugian pada pihak.

b. Kerugian yang dapat dikenakan ta‟wid sebagaimana yang

dimaksud dalam ayat 1 adalah kerugian riil yang dapat

diperhitungkan dengan jelas.

c. Kerugian riil sebagaimana dimaksud ayat 2 adalah biaya riil yang

dikeluarkan dalam rangka penagihan hak yang seharusnya

dibayarkan.

d. Besar ganti rugi (ta‟wid) adalah sesuai dalam nilai kerugian riil

(real loss) yang pasti dialami (fixed cost) dalam transaksi tersebut

dan bukan kerugian yang akan diperkirakan akan terjadi (potential

loss) karena adanya peluang yang hilang (opportunity loss atau al-

furshah al-dha-i‟ah).

e. Ganti rugi (ta‟wid) hanya boleh dikenakan dalam transaksi (akad)

yang menimbulkan utang-piutang (dain), seperti salam, istishna‟

serta muradaha dan ijarah.63

63

Fatwa DSN-MUI No: 43/DSN-MUI/VIII/2004 tentang Ganti Rugi (ta‟wid).

Page 66: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

2) Ketentuan Khusus

a. Jumlah ganti rugi besarnya harus tetap sesuai dengan kerugian riil

dan tata cara pembayarannya tergantung kesepakatan para pihak.

b. Besarnya ganti rugi ini tidak boleh dicantumkan dalam akad.64

Bagaiman membuktikan kerugian persewaan, sehingga menimbulkan

hak baginya untuk memperoleh ganti rugi. Dalam hal ini harus dikaji ada atau

tidak hubungan kausal antara peristiwa yang merupakan penyebab

(wanprestasi) dengan akibat yang ditimbulkannya (ganti rugi).

Menurut pasal 1243 KUH Perdata, berdasarkan pengertian ganti rugi

perdata lebih menitip beratkan kepada ganti kerugian karena tidak

terpenuhnya suatu perjanjian, yakni kewajiban peyewa untuk mengganti

kerugian persewaan akibat kelalaian pihak penyewa melakukan wanprestasi.

Ganti rugi tersebut meliputi:

1) Ongkos atau biaya yang dikeluarkan.

2) Kerugian yang sesungguhnya karena kerusakan, kehilangan benda

milik persewaan akibat kelalaian penyewa.

3) Bunga atau keuntungan yang diharapkan dapatn dinikmatinya.

Di dalam pasal 1249 KUH Perdata ditentukan bahwa pergantian

kerugian yang disebabkan wanprestasi hanya ditentukan dalam bentuk

uang. Namun, dalam pekembangannya menurut para ahli dan

yurisprudensi bahwa kerugian dapat dibedakan menjadi dua macam,

64

Ibid

Page 67: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

yaitu ganti rugi materiil dan ganttirugin immaterial. Kerugian materiil

adalah suatu kerugian yang diderita persewaan dalam bentuk

uang/kekayaan/benda. Sedangkan kerugian immaterial adalah suatu

kerugian yang diderita oleh persewaan yang bernilai uang, seperti rasa

sakit, mukanya pucat, rasa kecewa, dan lain-lain.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan penyewa bernama

Muhammad Jaka pada tanggal 27 agustus 2019 bahwa penyewa mengalami

kerugian atas kerusakan rumah kontrakan yang tidak dilakukan oleh

Muhammad Jaka melainkan kerusakannya terjadi sebelum ia menyewa rumah

tersebut. Ia telah menceritakan kerusakan tersebut kepada pemilik rumah

kontrakan tersebut, akan tetapi pemilik kontrakan tidak kunjung memperbaiki

kerusakan pada kontrakan, sehingga Muhammad Jaka memperbaiki sendiri

rumah kontrakan itu. Disini dalam hukum Islam yang seharusnya

memperbaiki kerusakan rumah kontrakan adalah sang pemilik rumah atau

pemiliknya.65

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada sebagian ganti rugi

terhadap kerusakan rumah kontrakan di tidak dilakukan oleh pemilik rumah,

melainkan dilakukan oleh penyewa rumah kontrakan, ini terjadi karena

perjanjian di perumahan Aston Villa tidak dibicarakan secara detail sehingga

apabila terjadi kerusakan disengaja maupun tidak disengaja tidak diketahui

siapa yang harus mengganti kerusakan tersebut karena tidak ada perjanjian di

awal.

65

Wawancara dengan Bapak Muhammad Jaka Selaku Penyewa Rumah Kontrakan pada

Hari Rabu 27 Agustus 2019

Page 68: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

Menurut hukum Islam apabila terjadi kerusakan dalam sewa-menyewa

rumah kontrakan, jika kerusakan tersebut di akibatkan oleh penyewa maka

penyewa harus mengganti rugi atau memperbaiki kerusakan tersebut. Dan

apabila tidak dilakukan oleh penyewa maka pemlik rumah kontrakan itu yang

harus mengganti atau memperbaiki kerusakan tersebut.

Menurut ulama fiqh setiap akad mempunyai akibat hukum, yaitu

tercapainya sasaran yang ingin dicapai sejak semula sampai pemindahan hak

milik dari kedua belah pihak yang berakad, dan akad itu bersifat mengikat lagi

kedua belah pihak yang melakukan akad, bagi pihak-pihak yang berakat tidak

boleh dibatalkan kecuali yang disebabkan oleh hal-hal syara‟ seperti terdapat

cacat pada objek, akad ini tidak memenuhi salah satu rukun dan syara‟.

Sewa-menyewa yang terjadi diperumahan Aston Villa Jambi merupakan

kebiasaan terus-menerus masyarakat, sehingga dalam prosesnya sudah sama-

sama diketahui oleh pemilik dan penyewa. Dalam hal ini sesuai dengan ajaran

hukum Islam untuk saling tolong-menoong antara sesama. Sewa-menyewa

yang terjadi diperumahan Aston Villa Jambi sudah menjadi kebiasaan

masyarakat dan hal itupun sah karena tidak bertentangan dengan hukum Islam.

Standar ganti rugi dalam hukum Islam secara praktis tidak menyebutkan

sistem dan besaran ganti rugi yang layak untuk diberikan, tetapi Islam,

memberi gambaran umum bagaimana cara dalam pembayaran ganti rugi.

Islam lebih mengedepankan konsep moral, adil dan layak, disertai kerelaan

pihak yang membayar ganti rugi kerusakan rumah kontrakan tanpa ada

paksaan sesuai dengan perjanjian.

Page 69: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis memaparkan dan menganalisis praktek ganti rugi

terhadap kerusakan rumah kontrakan di perumahan Aston Villa Jambi, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Sewa-menyewa rumah kontrakan diperumahan Aston Villa Jambi

keberadaannya masih dipertahankan sampai saat ini karena masih

merupakan lading busnis yang menguntungkan bagi para pemilik rumah

kontrakan. Proses sewa-menyewa ini terjadi melalui akad yang

dilakukan secara lisan oleh pemilik kontrakan dengan penyewa rumah.

Isi perjanjian dalam akad tersebut tidak dijelaskan secara detail didalam

tulisan yang merupakan kewajiban dan hak-hak yang harus dipenuhi

oleh pihak pemilik dan penyewa rumah konrakan. Dalam prakteknya

penyewa memberikan sejumlah uang yang disepakati sebagai

pembayaran atas manfaat tempat tinngal yang disewanya. Sedangkan

pemilik kontrakan menerima uang sewa dan berkewajiban memberikan

manfaat rumah kontrakan kepada penyewa sesuai dengan perjanjan yang

disepakati. Dalam akad sewa menyewa ini kedua bela pihak telah

menyepakati perjajian yang telah diperjanjikan, seperti berpa sewa yang

harus dibayarkan, kapan waktu pembayarannya, berapa lama waktu

sewanya, apa saja yang harus dipenuhi penyewa sebelum menempati

rumahnya, dan apakah tidak ada kerusan yang terjadi pada rumah.

Page 70: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

2. Tinjau hukum Islam terhadap ganti rugi kerusakan rumah kontrakan

diperumahan Aston Villa Jambi. Dalam hal ini terlihat bahwa kerusakan

yang terjadi diperumahan Aston Villa bukan diakibatkan oleh penyewa

melainkan kerusakan terjadi sebelum penyewa menempati rumah

kontrakan tersebut, disini Islam mewajibkan untuk pemilik kontrakan

memperbaiki kerusakan yang terjadi dan bukan melimpahkan kepada si

penyewa. Menurut hukum Islam apabila terjadi kerusakan dalam sewa-

menyewa rumah kontrakan, jika kerusakan tersebut di akibatkan oleh

penyewa maka penyewa harus mengganti rugi atau memperbaiki

kerusakan tersebut. Dan apabila tidak dilakukan oleh penyewa maka

pemlik rumah kontrakan itu yang harus mengganti atau memperbaiki

kerusakan tersebut.

B. Saran

Berdasarkan permasalahan yang terjadi peneliti memberikan saran

sebagai berikut:

1. Sebelum memulai suatu sewa-menyewa sebaiknya diadakan perjanjian

atau kesepakatan secara lisan dan dianjurkan juga untuk membuatnya

secara tertulis antara kedua belah pihak sehingga masing-masing pihak

dapat mengetahui dengan jelas apa-apa saja yang menjadi hak dan

kewajibannya, sehingga tidak akan menimbulkan ketidak jelasan dan

kesalah pahaman dikemudian hari yang dpat merugikan salah satu pihak.

Dan untuk para pihak selalu harus menjaga komitmen dari apa yang telah

disepakati bersama.

Page 71: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

2. Pemilik kontrakan harus lebih memperhatikan lagi mengenai

kewajibannya terutama mengenai fungsi rumah sebagai tempat tinggal,

untuk itu diharapkan pemilik kontrakan bertanggung jawab terhadap

kerusakan yang terjadi pada rumah kontrakan agar manfaat rumah dapat

dirasakan penyewa secara maksimal. Penyewa rumah pun harus marawat

rumah dengan baik.

Page 72: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Abdul Ghofur Anshori, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia,

Yogyakarta: Citra Media, 2006.

Abdul Rahman, dkk, Fiqh Muamalat, Jakarta: Kencana, 2012.

Ahmad Azhar Basyir, Asas-asa Hukum Muamalat, Yogyakarta: UII Press 1993.

Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat, Jakarta: Amzah, 2010.

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2004.

Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian dalam Islam, Jakarta: Sinar, Grafika,

2004.

Dr. Helmi Karim M.A Fiqih Muamalah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.

Dr. H. Hendi Suhendi, M.SI. Fiqih Muamalah, Jakarta: PT. Grafindo Persada,

2005.

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Bandung: PT. Al-Ma‟arif, 1988.

Subekti Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata Jakarta: PT. Pradya

Paramita, 2008.

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta,

2011.

Tim Penulis Fakultas Syariah, Pedoman Penulisan Skripsi, Jambi: Syariah Press

Fakultas Syariah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2014.

B. Peraturan Perundang-udangan

Fatwa DSN-MUI No: 43/DSN-MUI/VIII/2004 Tentang Ganti Rugi (Ta‟wid).

Page 73: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

C. Lain-lain

Andi Arianda Putra, Sistem Ganti Rugi Objek Sewa Event Organizer di

Kecamatan Johan Pahlawan Meulaboh dalam Perspektif Ijarah Bi Al-

Manfa’ah, Banda Aceh: UIN Ar-Raniry Darussalam, 2018.

Dendi Purwandi, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Sewa-menyewa

Rumah Kontrakan di Desa Situgadunng Kabupaten Tanggerang,

Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.

Nabila, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akad Perjanjian Sewa-menyewa

Rumah, Surakarta: Univers itas Muhammadiyah Surakarta, 2015.

Page 74: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

APENDIX

Dokumentasi di Kantor Perumahan Aston Villa Jambi

Dokumentasi di Kantor Perumahan Aston Villa Jambi

Page 75: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

Dokumentasi dengan Bapak Aan Selaku Pegawai Kantor Perumahan Aston Villa

Jambi

Page 76: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI KERUSAKAN …

Nama : Yuhendrata

Tempat Tanggal Lahir : Muara Niro, 23 Februari 1997

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Lrg. Citra, Pematang Sulur, Kec. Telanaipura,

Kota Jambi, Jambi

Nomor Telpon : 082289164885

Email : [email protected]

Latar Belakang Pendidikan

No

Pendidikan Tempat Tahun Lulus

1

SD Negeri 100 VII Koto Tebo Ulu 2009

2

MTs Darul Ulum Rimbo

Ulu

Tebo Ulu 2012

3

SMA Negeri 16 Rimbo Ulu Tebo Ulu 2015

4

Universitas Islam Negeri

Sultan Thaha Saifuddin

Jambi

Jambi 2019

Jambi, 30 September 2019

Yuhendrata

SHE.151845