TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SARANG …repository.radenintan.ac.id/10587/1/PUSAT 1...
Transcript of TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SARANG …repository.radenintan.ac.id/10587/1/PUSAT 1...
TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SARANG BURUNG
SERITI YANG DISEMPROT AIR
(Studi di Desa Gedung Karyajitu Kecamatan Rawajitu Selatan Kabupaten Tulang
Bawang)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat – Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Dalam Ilmu Syari’ah
Oleh:
Liani Putri
Npm : 1621030481
Program Studi : Hukum Ekonomi Syaria’ah (Muamalah)
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVRSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1441H/2020M
TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SARANG BURUNG
SERITI YANG DISEMPROT AIR
(Studi di Desa Gedung Karyajitu Kecamatan Rawajitu Selatan Kabupaten Tulang
Bawang)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat – Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Dalam Ilmu Syari’ah
Oleh:
Liani Putri
Npm : 1621030481
Program Studi : Hukum Ekonomi Syaria’ah (Muamalah)
Pembiming I : Dr. Jayusman, M. Ag.
Pembimbing II : Herlina Kurniati, S.H.I.,M.E.I.
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVRSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1441H/2020M
ii
ABSTRAK
Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup berdampingan dan membutuhkan
satu sama lain dalam memenuhi kebutuhan. Salah satunya dalam jual beli
termasuk dalam muamalah. Di mana kegiatan tersebut menukar barang dengan
barang lain (uang). Dalam Islam kegiatan jual beli diperbolehkan, namun dalam
melakukan kegiatan jual beli tentunya ada rukun dan syarat yang harus dipenuhi.
Dalam rukun dan syarat yang dipenuhi yaitu ijab dan qobul, orang-orang yang
berakad (penjual dan pembeli), dan ma’qud alaih (objek akad). Objek dalam jual
harus jelas dan milik sendiri serta dapat diserah terimakan antara kedua belah
pihak. Jual beli yang peneliti bahas di sini yaitu jual beli sarang burung yang
disemprot air, di mana dalam kegiatan jual beli sarang ini sarang yang akan dijual
disemprot terlebih dahulu oleh penjual.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sarang burung seriti yang diperjual
belikan disemprot terlebih dahulu oleh penjual. Dalam hal ini penulis akan
meneliti, bagaimana praktik jual beli sarang burung seriti yang disemprot air di
Desa Gedung Karyajitu?. Serta untuk mengetahui pandangan hukum Islam
tentang jual beli sarang burung Seriti yang disemprot dengan air.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu termasuk jenis penelitian lapangan (field
research) dengan pendekatan deskriptif analisis. Sumber data yang dikumpulkan
yaitu data primer yang diperoleh langsung dari sejumlah informan yang terdiri
dari pihak penjual dan pembeli sarang burung seriti, hasil wawancara yang
didapat yaitu penjual, pembeli, pemetik, dan pemilik gedung dan rumah kosong.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari pustaka. Pengumpulan data menggunakan
metode wawancara, obeservasi, dan dokumentasi, lalu dianalisis dan ditarik
kesimpulan
Hasil penelitian yang penulis peroleh dari hasil wawancara pelaksanaan jual beli
sarang burung Seriti yang disemprot dengan air di Desa Gedung Karyajitu
Kecamatan Rawajitu Selatan Kabupaten Tulang Bawang. Merupakan jual beli
yang terjadi pada umumnya di mana terjadinya transaksi antara penjual dan
pembeli. Dilakukan dengan cara penjual datang langsung ke tempat si pembeli
untuk menjual hasil sarang burung Seriti yang disemprot dengan air. Sarang yang
akan dijual disemprot terlebih dahulu oleh penjual dengan tujuan agar sarang tidak
kering dan tidak rusak. Namun dalam praktiknya pembeli tidak keberatan jika
sarang yang diperjual belikan disemprot terlebih dahulu oleh penjual. jika dilihat
dari rukun dan syarat jual beli termasuk dalam jual beli yang sah karena rukun dan
syaratnya telah terpenuhi, sarang yang disemprot tidak merusak objek. Jual beli
ini sah karena ada kerelaan dari pihak pembeli sarang Seriti, sebab pembeli
merasa tidak dirugikan.
vi
MOTTO
نكم بالباطل إلا أن تكون تارة عن ت راض لوا يا أي ها الذين آمنوا لا تأكلوا أموالكم ب ي مننكم لا ت ﴾٩٢أنفسكم إن الله كان بكم رحيما ﴿
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka diantara kamu. Dan
jangalah kamu membunuh dirimu; sesungangguhnya Allah adalah
Maha penyayang kepadamu”. (An-Nisa: 29) 1
1 Department Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya. (Semarang: CV. Asy Syifa). h.
107-108.
vii
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur penulis menyelesaikan skripsi ini, dan banyak
berterima kasih kepada orang-orang yang telah mendukung dan memberi saran.
Dengan terselesaikannya skripsi ini saya persembahkan kepada orang-orang telah
mendukung saya, diantaranya:
1. Kepada orang tua saya, Ayah Supardi dan Ibu Etra yang telah mendidik,
merawat, dan membesarkan dengan segenap jiwa dan raga, telah
menyekolahkan saya hingga sampai pada titik ini.
2. Kepada kakak-kakak ku Jepri Yadi beserta istrinya Mita Sari, Herlina
beserta Suaminya Reziz , adik-adik ku Pelna Susanti Beserta Suami nya
dan adikku Pelita. Terima kasih telah banyak mendukung dan membantu
baik dari segi materil maupun moril sehingga dapat meraih keberhasilan
ini dan menyelesaikan skripsi ini.
3. Kepada dosen pempimbing yang telah senantiasa telah membimbing
dalam pembuatan skripsi ini.
4. Serta kepada keluarga besar anak cucu Sarbini yang selalu memberi
semangat dan dukungan.
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sungai Sidang pada tanggal 21 Juni 1997. Terlahir
dari pasangan Bpk. Supardi dan Ibu Etra. Orang tua yang luar biasa dan berarti
bagi penulis, penulis memiliki dua orang kakak yaitu Jepri Yadi dan Herlina, dan
dua orang adik yaitu Pelna Susanti dan Pelita Hati yang sangat penulis sayangi
dan cintai.
1. Mulai menempuh pendidikan dari SDN 01 Gedung Karya Jitu dan selesai
pada tahun 2010, turut aktif dikegiatan pramuka.
2. Kemudian melanjutkan SMPN 1 Rawajitu Timur dan selesai pada tahun
2013, aktif di kegiatan ekstrakurikurel volly
3. Dan melanjutkan SMA Muhammadiyah 15 Jakarta Barat dan selesai pada
tahun 2016.
4. Kemudian, mengikuti pendidikan tingkat perguruan tinggi pada Fakultas
Syari’ah mengambil jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah di Universitas
Islam Negeri, dimulai pada semester I TA. 2016.
Demikian daftar riwayat hidup ini, saya buat dengan sebenar-benarnya.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat
pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda
Nabi Muhammad Saw, yang merupakan usawatun hasanah atau suri tauladan bagi
seluruh umat manusia dimuka bumi.
Dengan terselesaikannya skripsi ini yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam
Tentang Jual Beli Sarang Burung Seriti Yang Disemprot Air (Studi di Desa
Gedung Karya Jitu Kecamatan Rawajitu Selatan Kabupaten Tulang Bawang)”.
Skrips ini ditulis bagian dari persyarataan untuk menyelesaikan program
studi (S1) di Fakultas Syari’ah guna memperoleh gelar Sarjana Hukum dalam
bidang Muamalah (Hukum Ekonomi Syari’ah) di Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung. Proses penyususnan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa
dukungan dari semua pihak yang berkontribusi, dengan kerendahan dan ketulusan
hati mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof Dr. Moh. Mukri, M.Ag, selaku Rektor UIN Raden Intan Lampung.
2. Dr. H. Khairuddin, M.H selaku Dekan Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan
Lampung.
3. Khoiruddin, M.S.I selaku Ketua Jurusan Muamalah dan Juhratul Khulwa,
M.S.I selaku Sekertaris Jurusan Muamalah.
4. Dr. Jayusman, M.Ag selaku Pembimbing I dan Herlina Kurniati,
S.H.I.,M.E.I. selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan,
x
bimbingan serta memberikan masukan yang sangat berarti sehingga dapat
terselesaikannya skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan Lampung
6. Bapak dan ibu penjual dan pembeli sarang seriti terimakasih atas wawancara
nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat pada
waktunya.
7. Ayah, Ibu, Kakak, Ayuk, dan adik-adikku tercinta terima kasih atas
dukungannya serta masukan untuk skripsi ini.
8. Sahabat-sahabat tersayang Nurul Idayati, Dian Edi Putri, Tania Citradena, Siti
Nur Azizah, Indah Harum Rezeki, Rahma Niya, Raden Ayu Kartini, Inas
Samalia, dan Diah Kurniawati serta teman-teman kelas, KKN terimakasih
telah bersama selama kuliah ini.
9. Mba Yosika yang selalu membantu dan memberikan saran serta masukan dan
selalu memberikan semangat serta dorongan sehingga sampai
terselesaikannya skripsi ini.
10. Almameter tercinta UIN Raden Intan Lampung.
Semoga amal baik kalian mendapat balasan dari Allah swt. Pada akhirnya
penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Untuk
itu diharapkan saran dan kritik demi kelengkapan skripsi ini, dan semoga skripsi
ini bermanfaat.
Bandar Lampung 6 Desember 2019
Liani Putri
NPM 1621030481
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ v
MOTTO ................................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... xii
A. Penegasan Judul .................................................................................... 1
B. Alasan Memilih Judul ........................................................................... 2
C. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 3
D. Fokus Penelitian .................................................................................... 7
E. Rumusan Masalah ................................................................................. 7
F. Tujuan Penelitian................................................................................... 8
G. Signifikan ............................................................................................. 8
H. Metode Penelitian .................................................................................. 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Jual Beli ............................................................................................... 15
1. Pengertian Jual Beli ........................................................................ 15
2. Dasar Hukum Jual Beli ................................................................... 18
3. Rukun dan Syarat Jual Beli ............................................................ 21
4. Macam-Macam Jual Beli ................................................................ 28
5. Manfaat dan Hikmah Jual Beli ....................................................... 35
6. Resiko Dalam Jual Beli .................................................................. 35
7. Khiar Dalam Jual Beli .................................................................... 38
B. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 39
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Desa Gedung Karyajitu Kecamatan Rawajitu
Selatan Kabupaten Tulang Bawang .................................................... 41
B. Tinjauan Tentang Sarang Burung ...................................................... 47
1. Pengertian Sarang Burung .............................................................. 47
xii
2. Sifat Burung Seriti .......................................................................... 48
3. Ciri-Ciri Burung Seriti .................................................................... 53
4. Cara Terbang Burung Seriti ............................................................ 53
5. Manfaat dan Khasiat Sarang Burung Seriti .................................... 55
6. Aneka Olahan Sarang Burung Seriti .............................................. 56
7. Tujuan Sarang Burung Disemprot .................................................. 59
8. Analisis Usaha ................................................................................ 60
C. Pelaksanaan Praktik Sarang Burung Yang Disemprot Air di Desa
Gedung Karyajitu Kecamatan Rawajitu Selatan Kabupaten Tulang
Bawang ................................................................................................ 62
D. Jual Beli Sarang Burung Sriti Yang Disemprot Air di Desa Gedung
Karyajitu Kecamatan Rawajitu Selatan Kabupaten Tulang Bawang .. 65
BAB IV ANALISIS DATA
A. Praktik Sarang Burung Yang Disemprot Air di Desa Gedung
Karyajitu Kecamatan Rawjitu Selatan Kabupaten Tulang Bawang ... 69
B. Pandangan Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli Sarang
Burung Sriti di Desa Gedung Karyajitu Kecamatan Rawajitu
Sealatan Kabupaten Tulang Bawang .................................................. 72
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................... 76
B. Saran .................................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRA
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Batas Wilayah .......................................................................................... 43
Tabel 2 Orbitrase .................................................................................................... 43
Tabel 3 Tanah Kas Desa ........................................................................................ 43
Tabel 4 Data Penduduk .......................................................................................... 44
Tabel 5 Lulusan Pendidikan Umum ....................................................................... 45
Tabel 6 Lulusan Pendidikan Khusus ...................................................................... 45
Tabel 7 Prasarana Perhubungan ............................................................................. 46
Tabel 8 Alat Transportasi ....................................................................................... 47
xiv
LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Riset dari Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Lampung
Lampiran 2 Berita Acara Seminar Proposal
Lampiran 3 Surat Keterangan Wawancara
Lampiran 4 Kartu Konsultasi Pembimbing Skripsi
Lampiran 5 Surat Bukti Tidak Plagiat
Lampiran 6 Dokumentasi Foto
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Sebelum penulis mengadakan pembahasan lebih lanjut tentang
skripsi ini, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan pengertian judul.
Judul merupakan kerangka dalam bertindak. apa lagi dalam suatu
penelitian ilmiah. Hal ini untuk menghindari salah penafsiran di kalangan
pembaca. Maka perlu adanya suatu penjelasan dengan memberi arti
beberapa istilah di dalam proposal ini. Skripsi ini berjudul Tinjuan Hukum
Islam Tentang Jual Beli Sarang Burung Seriti Yang Disemprot Air (Studi
di Desa Gedung Karyajitu Kecamatan Rawajitu Selatan Kabupaten Tulang
Bawang). Adapun istilah-istilah yang harus dijelaskan adalah sebagai
berikut:
Tinjauan Hukum Islam adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat
(sesudah menyelidiki, mempelajari, dan sebagainya).1 “seperangkat aturan
berdasarkan wahyu Allah dan Rasul tentang tingkah laku manusia
mukallaf yang diakui dan diyakini berlaku dan mengikat untuk semua
umat yang beragama Islam”.2
Jual Beli sarang burung Seriti yang disemprot air adalah suatu
perjanjian tukar-menukar barang atau barang denga uang dengan jalan
melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling
1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edsii Keempat,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011), h.1470. 2 Ismail Muhammad syeh, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991), h. 17-
18.
2
merelakan sesuai dengan ketentuan yang dibenarkan syara.3 Objek yang
diperjual belikan yaitu disemprot dengan air.
Dari beberapa istilah diatas dapat disimpulkan bahwa maksud dari
judul skripsi ini adalah Tinjauan Hukum Isalam Tentang Jual Beli Sarang
Burung Seriti Yang di Semprot Dengan Air (Studi di Desa Gedung
Karyajitu Kecamatan Rawajitu Selatan Kabupaten Tulang Bawang)
B. Alasan Memilih Judul
Adapun alasan penulis memilih judul skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1. Alasan Objektif
Karena praktik Jual Beli Sarang Burung Seriti Yang di Semprot
Dengan Air di Desa Gedung Karyajitu Kecamatan Rawajitu Selatan
Kabupaten Tulang Bawang, disemprot menggunakan air pada saat
sarang akan dijual
2. Alasan Subjektif
a. Bahwa data dan literatur yang mendukung pembahasan skripsi ini
cukup tersedia, oleh karena itu penulis yakin skripsi ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
b. Masalah yang dibahas dalam kajian ini sesuai dengan jurusan
Mu’amalah Fakultas Syariah UIN Raden Intan Lampung sehingga
sesuai disiplin ilmu yang penulis tekuni saat ini.
3 Khumedi Ja’far, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Bandar Lampung: Pusat
Peneliatian dan Penerbitan IAIN Raden Intan Lampung, 2015), h. 104.
3
C. Latar Belakang Masalah
Agama Islam mengatur setiap segi kehidupan umatnya. Mengatur
hubungan seorang hamba dengan Tuhannya yang biasa disebut hablum
minallah dan mengatur pula hubungan dengan sesamanya yang biasa
disebut dengan hablum minannas. Pada dasarnya, manusia adalah
makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain untuk memenuhi
kebutuhannya selama hidup di dunia. Hubungan manusia sebagai makhluk
sosial ini dikenal sebagai muamalah.4Jual beli termasuk salah satu
kegiatan muamalah yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Jual beli
merupakan pertukaran sesuatu dengan sesuatu (yang lain).5 Kata lain dari
Ba’i (jual beli) adalah al-tijarah yang berarti perdagangan.6 Seiring dengan
perkembangan zaman saat ini dalam pemenuhan kebutuhannya, tidak
menutup kemungkinan seseorang itu akan melakukan kegiatan ekonomi
untuk menambah penghasilan seperti halnya jual beli.
QS. an-Nisa’ ayat 29:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara
4 Achmad Azhar Basyir, Asas-Asas Muamalat (Yogyakarta: UII Press, 2000),h. 11.
5 Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), h.73.
6 Khumedi Ja’far, Hukum Perdata Islam Di Indonesia. (Bandar Lampung: Permatanet
Publishing, 2016), h.103.
4
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.7
Ayat tersebut menjelaskan bahwa adanya larangan memakan harta
orang lain dengan batil karena tidak mengantarkan masyarakat pada
kesuksesan bahkan mengantarkan kepada kebejatan dan kehancuran,
seperti praktik-praktik riba, perjudian, dan jual beli yang mengandung
penipuan. Adanya istilah batil dalam ayat terssebut menekankan bahwa
keharusan untuk mengindahkan peraturan-perturan yang ditetapkan
sebagai ketentuan agama, selain itu ada keharusan kerelaan kedua belah
pihak. Riba Fadli ialah berlebih salah satu dari dua pertukaran yang
diperjualbelikan. Bila yang diperjualbelikan sejenis, berlebih
timbangannya pada barang-barang yang ditimbang, berlebih takarannya
pada barang-barang yang ditakar, dan berlebihan ukurannya pada barang-
barang yang diukur.8
Kegaiatan ekonomi yang dilakukan tidak hanya mencari nilai
materi tetapi dapat juga bernilai ibadah.9 Jual beli atau perdagangan dalam
Islam sangat dianjurkan, tetapi harus sesuai dengan aturan syariat. Namun
kenyataan yang terjadi pada masyarakat, transaksi jual beli yang dilakukan
oleh masyarakat tidak sesuai dengan ketentuan jual beli pada umumnya.
Termasuk jual beli sarang burung Seriti yang disemprot dengan air yang
terjadi di Desa Gedung Karyajitu Kecamatan Rawajitu Selatan Kabupaten
7 Q.S. An-Nissa(4):29.
8 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016), h.61.
9 Dimyauddin Djuawaini, Pengantar Fiqih Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008), h.167.
5
Tulang Bawang. Di mana barang yang dijual disemprot dengan air terlebih
dahulu, dalam pandangan Islam jual beli dapat dianggap sah apabila
terdapat rukun dan syarat.10
Menurut Jumhur Ulama menyatakan bahwa
rukun jual beli itu ada 4 yaitu:
1. Ada orang yang berakad atau al-muta’aqidain (penjual dan pembeli)
2. Adanya shighat (lafal ijab dan qabul)
3. Ada barang yang dibeli
4. Ada nilai tukar pengganti barang11
Salah satu rukun dan syarat di dalam jual beli barang atau benda
yang diperjualbelikan milik orang yang melakukan akad, maksudnya
bahwa orang yang melakukan perjanjian jual beli atas sesuatu barang
adalah pemilik sah barang tersebut.12
Kedudukan akad dalam fikih
muamalah dapat dikatakan sah jika ada akad yang dilaksanakan itu
terpenuhi rukun dan syaratnya.13
Seperti yang terjadi di Desa Gedung Karyajitu Kecamatan
Rawajitu Selatan Kabupaten Tulang Bawang sarang burung Seriti baru
mulai diminati oleh sebagian besar masyarakat untuk diperjualbelikan.
walaupun harganya tidak semahal sarang burung Walet namum masih
banyak yang minat dalam jual beli sarang burung Seriti ini. Hasil dari
sarang burung Seriti ini didapat dari rumah kosong yang sengaja dijadikan
tempat burung Seriti untuk membuat sarangnya.
10
Mardani, Hukum Sistem Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 168. 11
Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h. 115. 12
Khumedi Ja’far, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, h. 109. 13
Ghufron Masadi, Fiqih Muamalah Konstekstual, (Jakarta: Raja Grafindo, 2002), h. 20.
6
Jual beli sarang burung Seriti ini biasanya pembeli melihat dari
apa dasar sarang burung dibuat, misalnya dari campuran liur dan daun
cemara atau pinus dihargai Rp. 300.000 sedangkan sarang yang tidak
termasuk daun cemara atau pinus maka dihargai Rp. 250.000 dalam
perkilogramnya. Namun pada dasarnya sarang burung yang dijual
disemprot terlebih dahulu oleh penjual agar pada saat ditimbang sarang
nya lebih berat.
Bentuk perikatan jual beli merupakan sarana tolong menolong
antara sesama manusia dan memiliki landasan yang kuat dalam syariat
Islam. Transaksi jual beli merupakan aktifitas yang dibolehkan dalam
Islam baik disebutkan dalam al-Qur’an, Al-hadis, maupun Ijma Ulama.
Adapun dasar jual beli yaitu sebagaimana Firman Allah swt dalam QS, al-
Baqarah ayat 275:
.. …
Artinya: “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”14
Proses jual beli sebagai bagian kegiatan perdagangan yang tujuan
dasarnya adalah mendapat keuntungan. Jual beli yang terjadi di
masyarakat terkadang menghalalkan sesuatu yang dalam Islam tidak
diperbolehkan untuk dilakukan. Sehingga keuntungan yang didapat kadang
tidak sinkron dalam jual beli baik itu dengan pihak penjual ataupun
pembeli.
14
Q.S. Al-Baqarah (2):275.
7
D. Fokus Penelitian
Berdasarkan keterangan di atas, maka dianggap perlu untuk
diadakan penelitian pembahasan yang lebih jelas mengenai jual beli sarang
burung Seriti yang disemprot air, karena ada salah satu syarat objek jual
beli diduga tidak terpenuhi yaitu syarat barang yang diperjualbelikan yaitu
disemprot dengan air.
Fokus penelitian memberikan batasan dalam studi dan
pengumpulan, sehingga penelitian ini akan fokus dalam memahami
masalah-masalah yang menjadi tujuan penelitian. Melalui fokus penelitian
ini suatu informasi di lapangan dapat dipilah-pilah sesuai konteks
permasalahannya, sehingga rumusan masalah ini saling berkaitan. Fokus
penelitian pada skripsi ini adalah Jual Beli Sarang Burung Seriti Yang di
Semprot Air, yang terdapat di Desa Gedung Karyajitu Kecamatan
Rawajitu Selatan Kabupaten Tulang Bawang.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana praktik jual beli sarang burung seriti yang telah disemprot
dengan air yang dilakukan oleh masyarakat Desa Gedung Karyajitu
Kecamatan Rawajitu Selatan Kabupaten Tulang Bawang?
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap jual beli sarang burung
sriti yang telah di semprot dengan air yang dilakukan oleh masyarakat
Desa Gedung Karyajitu Kecamatan Rawajitu Selatan Kabupaten
Tulang Bawang?
8
F. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian:
a. Untuk mengetahui bagaimana praktik pelaksanaan jual beli sarang
burung Seriti yang disemprot air di Desa Gedung Karyajitu Kecamatn
Rawajitu Selatan Kabupaten Tulang Bawang.
b. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap jual beli sarang
burung Seriti yang disemprot air di Desa Gedung Karyajitu Kecamatn
Rawajitu Selatan Kabupaten Tulang Bawang.
G. Signifikasi Penelitian
a. Kegunaan Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan dan pustaka ke-Islaman, selain itu juga diharapkan hasil
dari penelitian ini dapat memberikan informasi serta wawasan
terhadap penulis dan pembaca mengenai praktik jual beli sarang
burung Seriti yang disemprot air.
b. Kegunaan Praktis
Penelitian ini dimaksudkan sebagai suatu syarat untuk memenuhi
tugas akhir guna memperoleh gelar sarjana hukum (S.H) pada Fakultas
Syari’ah UIN Raden Intan Lampung.
H. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif. Alasannya karena penelitian ini mengkaji suatu bentuk jual beli
yang hadir dengan konsep baru yang berdasarkan riset yang bersifat
9
deskriptif dan cenderung menggunkanakn analisis, proses dan makna akan
lebih ditekankan dalam penelitian kualitatif. Untuk menghasilkan
gambaran yang baik dibutuhkan serangkaian langkah yang sistematis,
adapun langkah-langkah sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan ini berupa penelitian lapangan
(field research). Dinamakan studi lapangan karena tempat penelitian
ini di lapangan, pada hakikatnya penelitian lapangan merupakan
metode untuk menemukan secara khusus dan realitas tentang apa yang
terjadi di masyarakat.
Dalam hal ini, data yang akan dikumpulkan yaitu mengamati secara
langsung praktik jual beli sarang burung Seriti yang disemprot air di
Desa Gedung Karyajitu Kecamatan Rawajitu Selatan Kabupaten
Tulang Bawang.
2. Sifat Penelitian
Dilihat dari sifatnya, penelitian ini termasuk penelitian deskriptif
analisis. Penelitian deskriptif analisis adalah suatu metode dalam
meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu
sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.15
Peneltian deskriptif analisis ini digunakan untuk mengungkapkan data
penelitian yang sebenarnya. Dalam kaitan ini, penelitian ingin
menggambarkan dan melakukan analisis dengan apa adanya tentang
15
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), h. 63.
10
praktik jual beli sarang burung Seriti yang disemprot air di Desa
Gedung Karyajitu Kecamatan Rawajitu Selatan Kabupaten Tulang
Bawang.
3. Sumber Data
Dalam proses penelitian ini, penulis menggunakan beberapa
sumber data sebagai pusat infomasi pendukung dan pelengkap sumber
data tersebut adalah sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek
yang diteliti.16
Selanjutnya data ini disebut data langsung atau data asli,
adapun yang menjadi sumber primer dalam penelitian ini di antaranya
wawancara pada penjual dan pembeli sarang burung Seriti yang
disemprot air di Desa Gedung Karyajitu Kecamatan Rawajitu Selatan
Kabupaten Tulang Bawang.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah bahan yang mendukung sumber data
primer. Sumber data sekunder dalam penenlitian ini yaitu data yang
diperoleh dan bersumber dari al-Qur’an, Hadis, kitab-kitab Fiqih,
buku-buku dan literatur yang berhubungan dengan pokok
permasalahan.
16
Muhammad Pabundu Tika, Metodelogi Riset Bisnis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h.
57.
11
4. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang
ingin meneliti semua elemen yang ada didalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Bisa juga disebut sebagai
himpunan keseluruhan karakteristik dari objek yang diteliti. Adapun yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Gedung
Karyajitu berjumlah 11 orang.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.17
Sebagai cerminan guna menggambarkan keadaan populasi dan agar lebih
mudah melakukan penelitian populasi.
Dalam menentukan sampel penyusun menggunakan tekhnik
purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan atas
tujuan tertentu. Maksudnya yaitu dalam menetapkan sampel didasarkan
pada pertimbangan bahwa orang-orang yang ditunjuk menjadi sampel
tersebut adalah orang-orang yang mengetahui permasalahan yang dikaji,
sehingga sampel dapat benar-benar mewakili dari keseluruhan sampel
yang ada. Jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini
berjumlah 11 orang diantaranya:
1) Pemilik gedung 3 orang.
2) Penjual 3 orang.
17
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1987), h.117.
12
3) Pemetik sarang Seriti 1 orang
4) Pembeli/pengumpul 4 orang
5. Metode Pengumpulan Data
a. Wawancara (interview)
Menurut S Nasution wawancara (interview) adalah suatu bentuk
komunikasi verbal. Jadi, semacam percakapan yang bertujuan
memperoleh informasi. Wawancara merupakan metode
pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang dikerjakan dengan
sistematik dan berlandaskan pada masalah, tujuan, dan hipotesis
penelitian.18
Bentuk wawancara yang dipakai adalah wawancara
tidak berstruktur cara ini dipakai supaya lebih memudahkan dalam
mencapai suatu tujuan.19
Wawancara ini memakai teknik bebas
terpimpin yaitu penulis lebih dulu yaitu penulis lebih dulu
menyiapkan kerangka pertanyaan kepada para penjual dan pembeli.
Wawancara dilakukan dengan penjual sarang burung Seriti 4 orang,
dan pembeli sarang burung Seriti 3 orang.
b. Observasi
Observasi adalah pemilihan, pencatatan, dan pengodean
serangkaian prilaku dan suasana yang berkenaan dengan kegiatan
observasi, sesuai dengan tujuan-tujuan empiris.20
Yang kemudian
dibuat catatan tentang fakta-fakta yang ada hubungannya dengan
praktik jual beli sarang burung Seriti yang disemprot air di Desa
18
Muhammad Pabundu Tika, Metodelogi Riset Bisnis, h. 62 19
Nasution, Metode Penelitian Riserch (Bandung: Bumi Aksara, 1996), h. 115. 20
Ibid, h. 114
13
Gedung Karyajitu Kecamatan Rawajitu Selatan Kabupaten Tulang
Bawang. Pada saat setelah pengambilan sarang burung seriti dan
proses penyemprotan sarang burung Seriti. Lalu sarang burung
terkumpul kemudian dijual kepada pengepul (pengumpul) terdekat.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak
langsung pada subjek penelitian, namun melalui dokumen. Dokumen
yang digunakan dapat berupa buku harian, surat pribadi, laporan
notulen rapat, catatan dalam pekerjaan dan dokumen lainnya. 21
Yang
terkait dengan penelitian jual beli sarang burung Seriti di Desa
Gedung Karyajitu Kecamatan Rawajitu Selatan Kabupaten Tulang
Bawang.
6. Metode Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul kemudian akan diolah. Pengolahan
data akan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Data (Editing)
Editing adalah pemeriksaan data yang bertujuan untuk
mengurangi kesalahan maupun kekurangan didalam pertanyaan.
Kegiatan ini dilakukan untuk mengoreksi kelengkapan jawaban,
tulisan yang sudah benar dan relevan dengan data penelitian praktik
jual beli sarang burung Seriti yang disemprot air di Desa Gedung
Karyajitu Kecamatan Rawajitu Selatan Kabupaten Tulang Bawang.
21
Ibid, h. 115
14
b. Sistematis data (systematizing)
Sistematis adalah melakukan pengecekan data atau bahan
yang diperoleh secara terarah , beraturan dan sistematis sesuai
dengan data yang diperoleh dari praktik jual beli sarang burung
Seriti di Desa Gedung Karyajitu Kecamatan Rawajitu Selatan
Kabupaten Tulang Bawang.
7. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
disesuaikan dengan kajian, yaitu praktik jual beli sarang burung Seriti
dalam Hukum Islam yang akan didahului dengan metode deskriptif
analisis kualitatif, yaitu bertujuan mendeskripsiskan masalah yang ada
sekarang dan berlaku berdasarkan data-data tentang praktik jual beli
sarang burung Seriti yang disemprot air di Desa Rawajitu Kabupaten
Tulang Bawang.
Adapun pendekatan berfikir yang digunakan dalam penelitian
ini adalah induktif, yaitu berangkat dari fakta-fakta yang khusus atau
peristiwa yang kongkrit, kemudian dari fakta itu ditarik generalisasi
yang mempunyai sifat umum. Metode ini digunakan untuk
mengetengahkan data-data mengenai jual beli yang sifatnya umum.
Kemudian diolah untuk diambil data-data yang sifatnya khusus
mengenai jual beli sarang burung Seriti yang disemprot air di Desa
Rawajitu Kabupaten Tulang Bawang
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Jual Beli Dalam Islam
1. Pengertian Jual Beli
Dalam jual beli satu hal yang sangat penting yaitu akad
(perjanjian).22
Dalam jual beli adanya transaksi antara dua orang atau
lebih, jual beli merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut dua
sisi transaksi yang terjadi sekaligus, yaitu menjual dan membeli.23
Ada
beberapa definisi jual beli yaitu secara bahasa (etimologi) dan secara
istilah (terminologi). Jual beli secara bahasa (etimlogi) berarti al-Ba’i,
al-Tijarah, dan al-Mubadalah.24
Yang makna dasarnya menjual,
mengganti dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.
… Artinya: “Mereka mengharapkan tijarah (perdagangan) yang tidak
akan rugi” (QS Fathir: 29)
Sedangkan menurut istilah (terminologi) yang dimaksud dengan
jual beli adalah menukar barang dengan barang atau barang dengan
uang dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang
lain atas dasar saling merelakan.25
Penukaran benda dengan benda lain
dengan jalan saling merelakan atau memindahkan hak milik dengan
22
Mardani, Fiqih Ekonomi Syaria’ah Fiqih Muamalah, (Jakarta: Prenada Media Group,
2012), h. 71. 23
Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2016), h 21. 24
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), h. 67. 25
ibid
16
ada penggantinya dengan cara yang dibolehkan.26
Dari definisi di atas
dapat disimpulkan bahwa jual beli adalah suatu perjanjian tukar-
menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara suka rela di
antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak
lain menerima nya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah
dibenarkan syara’ dan disepakati.
Secara istilah (Syariah) ulama ahli Fiqh dan pakar
mendefinisikan jual beli secara berbeda-beda bergantung pada sudut
pandangnya masing-masing sekalipun memiliki tujuan yang sama
meliputi:
a) Ada beberapa macam definisi jual beli menurut para ulama, yakni:
1) Definisi jual beli menurut Ulama Hanafiah:
لعة ة ونوىا أومبادلة الس ىب والفض قدين الذ وىوب يع العي بالن قد أو نوىا على وخو مصوص بالن
Artinya: “Jual beli adalah menukar benda dengan dua mata uang
(emas dan perak) dan semacamnya. Atau tukar
menukar barang dengan uang atau semacamnya
menurut cara yang khusus.”
ىو مبا د لة المال بالمال على و جو مصو ص Artinya: “Jual beli adalah tukar menukar harta dengan harta
menurut cara yang khusus.”27
26
Ibid, h 68 27
Abdurrahman Al-Jazairy, Khitabul Fiqh Alal Madzahib al-Arba’ah, Juz II. (Beirut:
Darul Kutub Al-Ilmiah, 1990), h 135.
17
2) Menurut Imam Nawawi, jual beli adalah:
مقاب لة مال بال تليكا.“Pertukaran harta dengan harta (yang lain) untuk
kepemilikan”.28
3) Menurut Imam Syafi’i ia memberikan pengertian jual beli yaitu
pada prinsipnya, praktik jual beli itu diizinkan jika didasarkan
pada keridhaan (kerelaan) dua orang yang diperbolehkan untuk
melakukan jual beli barang yang dibolehkan.29
4) Definisi jual beli menurut Ibnu Qudamah ialah:
ال تليكاوتلكا.
مبادلة المال بالمArtinya: “pertukaran harta dengan harta (yang lain) untuk saling
menjadikan milik.”30
Secara terminologis ada lagi perbedaan pendapat oleh para
Fuqaha tentang ba’i. Definisi yang dipilih adalah tukar menukar (barter)
harta dengan harta, atau manfaat (jasa) yang mubah meskipun dalam
tanggungan.31
Penjelasan definisi di atas adalah sebagai berikut:
a. Tukar menukar (barter) harta dengan harta. Harta mencakup semua
bentuk benda yang boleh dimanfaatkan meskipun tanpa hajat (ada
kebutuhan), seperti emas, perak, jagung, gandum, kurma, garam,
kendaraan, dan lain sebagainya.
28
Khumedi Ja’far, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 103. 29
Imam Syafi’i Abu Abdullah Muhammad bin Idris, Ringkasan kitab Al-Umm,
penerjemah: Imron Rosadi, Amiruddin dan Imam Awaluddin. Jilid 2, (Jakarta: Pustaka Azzam,
2013), h.1. 30
Khumedi Ja’far, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 104. 31
Abdullah DKK, Ensiklopedia Fiqih Muamalah Dalam Pandangan 4 Mazhab,
(Yogyakarta: Maktabah Al-Hanif, 2017), h. 2.
18
b. Atau manfaat (jasa) yang mubah. Maksudnya tukar menukar (barter)
harta dengan manfaat jasa yang diperbolehkan. Syarat mubah
dimasukkan sebagai proteksi terhadap manfaat jasa yang tidak halal.
c. Meskipun dalam tanggungan. Kata meskipun (lau) di sini tidak
berfungsi sebagai indikasi adanya perbedaan, tetapi menunjukan arti
bahwa harta yang ditransaksikan adakalanya telah ada (saat transaksi)
dan adakalanya berada dalam tanggungan (jaminan) . kedua hal ini
dapat terjadi dalam ba’i.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
definisi jual beli adalah kesepakatan untuk bertukar benda atau barang
dalam bentuk pemindahan kepemilikan dan kepemilikan secara
sukarela antara kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian di mana
satu pihak sebagai pemberi objek atau barang dan pihak lain sebagai
objek penerima atau barang sesuai dengan ketentuan yang dibenarkan
oleh syara’ dan disepakati. Karena prinsip dasar yang telah ditetapkan
Islam mengenai perdagangan dan niaga adalah tolak ukur dari
kejujuran, kepercayaan, dan ketulusan.32
2. Dasar Hukum Jual Beli
Jual beli merupakan akad yang diperbolehkan berdasarkan Al-
Qur’an, Sunnah dan Ijma’ para ulama. Hukum jual beli adalah mubah
kecuali jual beli yang dilarang oleh syara’. Adapun dasar hukum jual
beli yaitu:
32
Muhammad Abdul Mannan, Ekonomi Islam Teori dan Praktek, (Jakarta: Intermasa,
1992), h. 288.
19
a. Al-Qur’an
1) Surat An-Nisa ayat 29:
Artinya:Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak
benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas
dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah
kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha
Penyayang kepadamu. (Q.S. An-Nisa’ (4): 29).33
2) Surat Al-Baqarah (2): 275
… …
“Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba”
3) Surat Al-Baqarah ayat 282:
Artinya: “ Dan persaksikanlah apabila kamu jual beli; dan
janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika
kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal
itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah
33
Ibid., h. 83.
20
kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha
mengetahui segala sesuatu.34
b. As-Sunnah
Sunnah merupakan istilah syara’ yaitu sesuatu dari rasul Saw.
Baik perkataan , perbuatan dan pengakuan.35
Dalam hadist
Rasulullah Saw juga disebutkan tentang diperbolehkannya jual beli,
sebagaimana hadis Rasulullah yang menyatakan:
عن ر فع ر فاعة بن رافع رضى اللو عنو ان النب صلى اللو عليو وسلم روور )رواه سئل:اي الكسب أطيب؟ قال,, عمل الرجل بيده وكل ب يع مب
حو الحاكم(الب زاروصحArtinya: Dari Rifa’ah bin Rafi’I RA bahwasanya Nabi SAW pernah
ditanya, “pekerjaan apa yang paling baik?”. Maka beliau
menjawab: “pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri
dan setiap jual beli yang baik.” (HR. Al-Bazzar da dainggap
shahih menurut Makim).36
Berdasarkan hadist diatas dapat disimpulkan bahwa jual beli
merupakan pekerjaan yang baik, dengan ketentuan yang telah
diajarkan syariat Islam, yaitu dengan diikuti sifat jujur, amanah dan
juga ridha.
c. Ijma adalah sumber ketiga hukum Islam setelah Al-Qur’an dan
Sunnah.
Para Ulama telah sepakat bahwa membeli dan menjual
diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak akan dapat
34
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Cet ke-2 (Bandung: Mizan Buaya
Kreativa, 2012) 35
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh (Jakarta: Pustaka Amam, 2003), h. 18. 36
Al Hafidh Ibnu Hajar Al Asqalani, Bulughul Maram Min Adilatil Ahkam, Penerjemah
Achmad Sunarto, Cetakan Pertama, (Jakarta: Pustaka Amani, 1995), h. 303.
21
memenuhi kebutuhan mereka, tanpa bantuan orang lain. Namun,
bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkan itu, harus
diganti dengan barang lain yang sesuai.37
Pakar ushul merumuskan
kaidah fiqh yang berbunyi:
ليل على منعو ا لا صل ف المعا ملة الابا حة للا ماقا م الد Artinya: “Hukum dasar dalam bidang muamalah adalah kebolehan
(ibahah) sampai ada dalil yang melarangnya.”38
Selain itu, berdasarkan pada dasar hukum sebagaimana
dijelaskan di atas bahwa jual beli hukumnya mubah, yang berarti
bahwa jual beli diizinkan sepanjang mematuhi ketentuan yang ada
dalam jual beli. Hukum asal jual beli diperbolehkan, tetapi hukum
dapat berubah menjadi wajib, mahdub, makruh bahkan dapat
menjadi haram dalam situasi tertentu.39
3. Rukun dan Syarat Jual Beli
Rukun jual beli ada tiga, yaitu akad (ijab dan Kabul), orang-orang
yang berakad (penjual dan pembeli), dan ma’qud alaih (objek akad).40
Akad adalah ikatan antara penjual dan pembeli, jual beli belum
dikatakan sah sebelum ijab dan qabul dilakukan sebab ijab kabul
menunjukkan kerelaan (keridhaan). Pada dasarnya ijab kabul dilakukan
dengan lisan, akan tetapi jika sesorang tersebut bisu atau lainnya maka
37
Rachmat Syafe’i, Fiqh Mu’amalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 75. 38
Beni Ahmad Saebani, Ilmu Ushul Fiqh (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h.59-60. 39
Abdul Aziz Muhammad Azzam. Fiqih Muamalah: Sistem Transaksi Dalam Islam,
Penerjemah: Nadirsyah Hawari (Jakarta: Amzah, 2010. h. 90. 40
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, 70
22
ijab kabul dilakukan dengan surat-menyurat.41
Kabul adalah jawaban
persetujuan pada pemberi penawaran pertama.42
Rasulullah bersabda:
عن اب ىوي رة رض عن النب ص م قال لايتقن اث نان الا عن روه ابودا ودالتى()ت راض
Artinya: “Dari Abi Hurairah r.a dari Nabi Saw. Bersabda: janganlah dua
orang yang jual beli berpisah, sebelum saling meridai”
(Riwayat Abu Daud dan Tirmidzi).
Dalam pelaksanaan rukun syarat jual beli diuraikan di bawah ini:
a. Rukun Jual Beli
Dalam melaksanakan jual beli harus memenuhi rukun dibawah ini:
1) Penjual yaitu harus memiliki barang yang akan dijual dan telah
mendapaatkan izin untuk menjual barang tersebut dan
mempunyai akal sehat.
2) Pembeli, dapat bertindak dalam membeli suatu barang, bukan
berarti dalam arti dia kurang waras.
3) Barang yang dijual, harus merupakan barang yang
diperbolehkan dijual, bersih, bisa diserahkan kepada pembeli,
dan dapat dilihat dengan pembeli meskipun dengan ciri-
cirinya.
4) Bahasan akad yaitu ijab dan Kabul.
41
ibid 42
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2007), 69
23
5) Kerelaan pada kedua belah pihak, jual beli tidak sah apabila
adanya ketidak relaan salah satu dari kedua belah pihak.43
b. Syarat Jual Beli
1) Persyaratan dalam jual beli diperbolehkan, oleh karena itu jika
sifat jual beli yang disyaratkan ada maka jual beli itu sah.44
Subjek jual beli, yaitu pihak penjual dan pihak pembeli harus
memenuhi ketentuan berikut:
a) Berakal, yaitu dapat membedakan atau memilih yang
terbaik untuknya, oleh sebab itu jika salah satu pihak tidak
berakal maka jual beli itu tidak sah. Hal ini sebagaimana
firman Allah:
فهاء (٥مولكم.)النساء:ٲولا ت ؤتوا الس Artinya:“Dan janganlah kamu berikan hartamu kepada
orang-orang yang bodoh”.
b) Dengan kehendaknya sendiri (bukan paksaan), itu bearti
dalam transaksi jual beli salah satu pihak tidak melakukan
transaksi jual beli salah satu pihak tidak melakukan suatu
tekanan atau paksaan kepada pihak lain, sehingga pihak lain
pun dalam melakukan transaksi jual beli bukan karena
kehendaknya sendiri. Oleh karena itu jual beli yang
43
Ismail Nawawi, Fiqih Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia, 2017), 77 44
ibid
24
dilakukan bukan atas dasar kehendak sendiri adalah tidak
sah. Hal ini sebagaimana firman Allah:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan (jual
beli) yang berlaku dengan suka sama suka
diantara kamu”.
c) Keduanya tidak mubazir, artinya pihak-pihak yang
mengikatkan diri dalam transaksi jual beli bukanlah orang-
orang yang boros (mubazir), karena orang yang boros
menurut hukum dikatakan orang yang tidak cakap, artinya
ia tidak bisa melakukan sesuatu yang legal (perbuatan
hukum) meskipun hukum itu menyangkut kepentingan
belaka.
d) Baligh, yang menurut hukum Islam (fiqh), dikatakan baligh
(dewasa jika sudah berumur 15 tahun untuk anak laki-laki
dan telah datang bulan (haid) untuk anak perempuan, oleh
sebab itu transaksi jual beli yang dilakukan anak kecil
adalah tidak sah namun demikian bagi anak-anak yang
sudah dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk,
tetapi ia belum dewasa (belum mencapai usia 15 tahun dan
25
belum bermimpi atau belum haid), menurut sebagian ulama
bahwa anak tersebut diperbolehkan untuk melakukan
perbuatan jual beli, khususnya untuk barang-barang kecil
dan tidak bernilai tinggi. Berkaitan dengan hal tersebut
penulis sangat setuju, karena apabila anak yang belum
baligh (dewasa) tidak dapat melakukan perbuatan hukum
seperti jual beli barang-barang kecil dan tidak bernilai
tinggi seperti yang biasa terjadi ditengah-tengah masyarakat
akan menimbulkan kesulitan bagi masyarakat itu sendiri,
sedangkan kita tahu bahwa hukum Islam (syariat Islam)
tidak membuat suatu peraturan yang menimbulkan kesulitan
atau kesukaran bagi pemeluknya.
2) Objek jual beli, yaitu barang atau benda yang menjadi sebab
terjadinya transaksi jual beli, dalam hal ini harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
a) Suci atau bersih barangnya, maksudnya bahwa barang yang
diperjualbelikan bukanlah barang atau benda yang
digolongkan sebagai barang atau benda yang digolongkan
sebagai barang atau benda yang najis atau yang diharamkan.
b) Barang yang diperdagangkan dapat dimanfaatkan, artinya
barang yang dapat dimanfatkan tentu sangat relatif, karena
pada dasarnya semua barang yang digunakan sebagai objek
jual beli adalah barang yang dapat digunakan untuk
26
dikonsumsi, seperti beras, kue, ikan, buah-buahan dan lain-
lain, menikmati keindahannya misal lukisan, kaligrafi,
dekorasi rumah, dan lain-lain. Menikmati suaranya seperti
radio, TV, kaset, dan sebagainya, dan digunakan untuk
keperluan yang bermanfaat seperti membeli seekor anjing
untuk berburu. Dengan demikian yang dimaksud dengan
barang yang diperdagangkan dapat dimanfaatkan adalah
bahwa manfaat barang tersebut dengan ketentuan hukum
(hukum Islam) atau penggunaan barang tidak bertentangan
dengan ketentuan agama (Islam) yang berlaku.
c) Barang atau benda yang diperdagangkan milik orang yang
membuat kontrak, artinya orang yang mengadakan
perjanjian jual beli untuk suatu barang adalah pemilik sah
dari suatu barang tersebut atau telah memperoleh izin dari
pemilik sah barang tersebut. Jadi jual beli yang dilakukan
oleh orang yang bukan pemilik atau berhak berdasarkan
kuasa si pemilik, dipandang sebagai perjanjian jual beli
yang dibatalkan.
d) Barang atau benda yang diperdagangkan dapat diserahkan,
maksudnya disini adalah bahwa barang atau benda yang
diperdagangkan dapat diserahkan antara kedua pihak
(penjual dan pembeli). Dengan demikian jelas bahwa
barang yang dalam keadaan dihipnotis, digadaikan atau
27
diwakafkan adalah tidak valid, karena penjual tidak lagi
dapat menyerahkan barang kepada pembeli.
e) Benda atau barang yang diperdagangkan dapat diketahui
artinya barang atau benda yang akan diperdagangkan dapat
diketahui kuantitas, beratnya, kualitas dan ukuran lainnya.
Oleh sebab itu tidak ada jual beli yang sah yang
menimbulkan keraguan oleh salah satu pihak atau jual beli
yang mengandung penipuan.
f) Barang atau benda yang diperdagangkan tidak boleh
dikembalikan, artinya bahwa barang atau benda
diperdagangkan tidak boleh dikaitkan atau digantung pada
hal-hal lain, misalnya: jika ayah saya pergi saya menjual
sepeda motor ini kepada anda.
3) Lafaz (ijab kabul) jual beli, yang merupakan pernyataan atau
kata-kata dari kedua pihak (penjual dan pembeli) sebagai
gambaran keinginannya dalam melakukan transaksi jual beli.
Dalam ijab kabul ada beberapa syarat yang diperlukan
diantaranya:
a) Tidak ada pemisahan antara penjual dan pembeli, artinya
pembeli tidak boleh tinggal diam setelah penjual
menyatakan ijabnya atau persetujuannya dan sebaliknya.
b) Hendaknya tidak boleh diselingi dengan kata-kata lain
antara ijab dan kabul.
28
c) Hendaknya harus ada kecocokan antara ijab dan kabul.
d) Ijab dan qabul harus lengkap dan jelas, maksudnya
pernyataan ijab dan qabul harus jelas, lengkap dan pasti,
dan tidak menimbulkan pemahaman lain.
e) Ijab dan kabul harus dapat diterima antara kedua pihak yang
bersangkutan.
4) Syarat Tidak Sahnya Jual Beli
a) Menggabungkan dua syarat dalam jual beli.
b) Mensyaratkan sesuatu yang merusak inti jual beli itu sendiri
c) Syarat batil yang bisa mensahkan jual beli dan
membatalkannya45
4. Macam-Macam Jual Beli
Jual beli dapat ditinjau dari beberapa segi, ditinjau dari segi benda
yang dijadikan objek jual beli dapat dikemukakan pendapat Imam
Taqiyuddin, bahwa jual beli dibagi menjadi tiga bentuk:
ة ىد ة و ب يع شي شاالب ي و ع ثلا ثة ب يع عي م الز م ء مو صو ىد او ب يع عي غا ئبة ل تش
Artinya: “Jual beli itu ada tiga macam: jual beli benda yang kelihatan,
jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam janji, dan jual
beli benda yang tidak ada”
Jual beli benda yang kelihatan ialah pada waktu melakukan akad jual
beli suatu barang atau objek pada saat didepan penjual dan pembeli. Jual
beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian ialah jual beli salam
(pesanan).
45
Ibid, 78
29
Dalam hal ini, Wahtahal Al-Juhaili membagi:46
a. Jual beli yang dilarang karena ahliah atau ahli akad (penjual dan
pembeli), diantaranya :
1) Jual beli orang gila
Artinya bahwa jual beli yang dilakukan orang yang gila tidak sah,
serta jual beli orang yang mabuk juga dianggap tidak sah, karena dia
dianggap tidak berakal.
2) Jual beli anak kecil
Ini bearti bahwa jual beli yang dilakukan oleh anak kecil (belum
mumazzis) dianggap tidak sah, kecuali dalam kasus-kasus ringan.
3) Jual beli orang buta
Jumhur Ulama sepakat bahwa jual beli oleh orang buta tanpa
dijelaskan sifatnya dianggap tidak sah, sebab dianggap tidak dapat
membedakan barang yang buruk dan yang baik, bahkan menurut
ulama Syafi’iyah meskipun dijelaskan sifatnya tetap dianggap tidak
sah.
4) Jual beli Fudhlul
Ialah menjual milik orang lain tanpa seizin pemilik, oleh sebab itu
menurut para ulama jual beli dianggap tidak sah, karena dianggap
mengambil hak orang lain (mencuri).
5) Jual beli orang yang terhalang (sakit, pemboros atau bodoh)
46
Ibid., h.111
30
Ini bearti bahwa jual beli dilakukan oleh orang-orang yang terhalang
karena dia sakit atau kebodohannya dianggap tidak sah, karena dia
dianggap tidak memiliki kecerdasan dan kata-katanya dianggap tidak
bisa dipegang.
6) Jual beli Malja’
Ialah jual beli yang dilakukan oleh orang yang berada dalam bahaya.
Jual beli seperti itu menurut sebagian besar ulama tidak sah, sebab
dianggap tidak normal seperti yang terjadi pada umumnya.
b. Jual beli yang dilarang karena objek jual beli (barang yang
diperjualbelikan), diantaranya :
1) Jual beli Gharar
Ialah jual beli barang yang mengandung kesamaran. Kata
gharar juga bearti hayalan atau penipuan, tetapi juga berarti resiko.47
Jual beli yang seperti ini tidak sah.
2) Jual beli barang yang tidak dapat diserahkan
Ini bearti jual beli benda yang tidak dapat diserahkan, contohnya
burung yang terbang di udara dan ikan yang berenang dalam air,
dianggap tidak sah, sebab jual beli seperti ini dipandang tidak
memiliki kejelasan yang pasti.
47
Efa Rodiah Nur, “Riba dan Gharar: Suatu Tinjauan Hukum dan Etika dalam Transaksi
Bisnis Modern”, Jurnal Al-Adalah Vol. 12, No. 3, (Semarang, PPs Universitas Diponegoro,
2015),h. 656, (On-Line), tersedia di: http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/
adalah/article/view/247/390, (13 September 2019)
31
3) Jual beli majhul
Ialah jual beli barang yang tidak jelas atau samar, seperti jual
beli singkong yang masih ada dalam tanah, jual beli buah yang
hanya berupa bunga, dan lain sebagainya. Jual beli yang demikian
ini menurut jumhur ulama tidak sah sebab akan menimbulkan
konflik antar manusia.
4) Jual beli sperma binatang
Artinya jual beli sperma (mani) binatang contohnya
mengawinkan seekor sapi betina dengan jantan supaya memperoleh
keturunan yang baik adalah haram.
5) Jual beli barang yang dihukumkan najis oleh Agama (Al-Qur’an).
Dengan kata lain jual beli barang yang jelas-jelas tidak sah
hukumnya menurut agama seperti arak, babi, dan berhala adalah
haram.
6) Jual beli anak binatang yang masih ada dalam perut induknya.
Jual beli yang seperti itu haram, dikarenakan barangnya belum
ada dan belum jelas.
7) Jual beli muzabanah
Maksudnya jual beli buah yang basah dengan buah yang kering,
seperti jual padi kering dengan bayaran padi basah, sedangkan
ukurannya sama, sehingga dapat merugikan pemilik padi kering.
32
8) Jual beli muhaqallah
Adalah jual beli tanaman yang masih ada di ladang, kebun atau
sawah. Jual beli semacam ini dilarang oleh agama, sebab
mengandung unsur riba di dalamnya (untung-untungan).
9) Jual beli Mukhadharah
Artinya jual beli buah-buahan yang belum siap untuk dipanen.
Seperti rambutan yang masih hijau, mangga yang masih kecil
(kruntil) dan lain-lain. Jual beli semacam ini dilarang oleh agama,
karena barangnya masih samar-samar (tidak jelas), dalam arti bahwa
buahnya bisa saja jatuh (rontok) ditiup angin sebelum dipanen oleh
pembeli, sehingga menyebabkan kekecewaan oleh salah satu pihak.
10) Jual beli Mulammasah
Adalah jual beli dengan sentuh menyentuh, seperti seseorang
menyentuh sepotong kain dengan tangan atau kakinya
(mengenakan), maka itu bearti ia dianggap telah membeli kain
tersebut. Jual beli semacam ini dilarang oleh agama, sebab
mengandung tipu daya (akal-akalan) dan memungkinkannya dapat
menimbulkan kerugian kepada salah satu pihak.
11) Jual beli Munabadzah
Ialah jual beli dengan melempar, misalnya seseorang berkata:
lemparkanlah kepadaku apa yang ada padamu, maka aku juga akan
melemparkan kepadamu apa yang tersedia bagiku, setelah melempar,
maka terjadilah jual beli. Jual beli semacam ini juga dilarang oleh
33
agama, sebab mengandung penipuan dan dapat merugikan salah satu
pihak.
c. Jual beli yang dilarang karena Lafadz (ijab kobul)
1) Jual beli Mu’athah
Ialah jual beli yang disepakati oleh para pihak (penjual dan
pembeli) berkenaan dengan benda ataupun harganya tetapi tidak
menggunakan ijab kabul, jual beli semacam ini dianggap tidak sah,
karna tidak memenuhi syarat dan rukun jual beli.
2) Jual beli tidak sesuai antara ijab dan kabul.
Artinya jual beli yang terjadi tidak sesuai antara ijab dari pihak
penjual dengan kabul dari pihak pembeli, maka dianggap tidak sah,
dikarenakan ada kemungkinan untuk meninggalkan harga atau
mengurangi kualitas barang.
3) Jual beli munjiz
Artinya jual beli yang digantung oleh suatu kondisi tertentu atau
ditangguhkan di masa mendatang. Jual beli semacam ini dianggap
tidak sah, sebab dipandang bertentangan dengan syarat dan
ketentuan jual beli.
4) Jual beli najasyi
Ialah jual beli yang dilakukan dengan menaikan atau
melebihkan harga temannya, dengan maksud mempengaruhi orang
agar orang tersebut mau membeli barang temannya. Jual beli
34
semacam ini dianggap tidak sah, sebab bisa menyebabkan paksaan
(bukan kehendak sendiri).
5) Menjual di atas jualan orang lain
Ini bearti menjual barang kepada orang lain dengan menurunkan
harga, sehingga orang ingin membeli barangnnya. Misalnya
seseorang berkata: cukup kembalikan barang itu ke penjualnya, anda
akan membeli barang saya dengan harga yang lebih murah dari
barang itu. Jual beli semacam ini dilarang oleh agama sebab dapat
menimbulkan perselisihan (persaingan) yang tidak sehat di antara
penjual (pedagang).
6) Jual beli di bawah harga pasar
Artinya jual beli yang dilakukan dengan menemui masyarakat
(petani) Desa sebelum mereka memasuki pasar dengan harga
serendah mungkin sebelum mengetahui harga pasar, lalu ia jual
dengan harga tertinggi. Jual beli semacam ini dianggap tidak
menguntungkan (dilarang), karena dapat merugikan pemilik barang
(petani) atau penduduk Desa.
7) Menawar di atas tawaran orang lain.
Misalnya seseorang mengatakan: jangan terima tawaran orang
itu nanti akan saya beli dengan harga yang lebih tinggi. Jual beli
semacam ini dilarang oleh agama karena bisa menimbulkan
persaingan yang tidak sehat dan dapat mendatangkan perselisihan di
antara pedagang (penjual).
35
5. Manfaat dan Hikmah Jual Beli
Manfaat dan hikmah yang bisa diperoleh dari transaksi jual beli
meliputi:
a. Antara penjual dan pembeli bisa merasa puas dan toleran dengan
jalan suka sama suka antara keduanya.
b. Dapat menjauhkan seseorang dari memakan atau memiliki harta
yang didapat dengan cara batil (tidak benar).
c. Dapat memberikan nafkah untuk keluarga dari rizki yang halal.
d. Dapat berpartisipasi dalam memenuhi hajat hidup orang banyak
(masyarakat).
e. Dapat membina ketenangan, kedamaian, dan kebahagiaan bagi jiwa
karena mendapat rizki yang cukup dan menerima dengan ridha
terhadap rahmat Allah SWT.
f. Dapat menciptakan hubungan persahabatan dan persaudaraan antara
penjual dan pembeli.
6. Resiko
Yang disebut sebagai resiko dalam hukum perjanjian yaitu
“kewajiban memikul kewajiban yang disebabkan karena sesuatu
kejadian dalam kesalahan salah satu pihak.”
Dari rumusan di atas, dinyatakan bahwa risiko dalam perjanjiajual
beli ialah peristiwa yang menyebabkan benda tersebut (barang yang
dijadikan sebagai objek perjanjian jual beli) mengalami kerusakan.
36
Kejadian ini tidak diinginkan oleh kedua belah pihak. Berarti terjadinya
situasi yang memaksa di luar jangkauan para pihak.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Subekti, bahwa masalah risiko
didasarkan pada terjadinya suatu peristiwa di luar kesalahan salah satu
pihak dalam perjanjian. Dengan kata lain, mendasarkan pada peristiwa
yang ada dalam hukum perjanjian disebut keadaan memaksa.
Dalam ajaran Islam, hal itu merupakan sesuatu yang wajar, karena
segala sesuatunya bisa terjadi sesuai dengan kehendak Allah. Tidak ada
kekuatan dan upaya untuk umat manusia jika Allah menghendakinya.
Yang menjadi persoalan sekarang, siapakah yang menanggung akibat
yang tidak dikehendaki itu menurut ketentuan hukum Islam.
a. Kerusakan barang sebelum serah terima
1) Jika barang rusak semua atau sebagian sebelum diserahterimakan
akibat perbuatan pembeli maka jual beli tidak menjadi fasakh
(batal), akad berlangsung seperti biasa dan pembeli berkewajiban
dan pembeli berkewajiban membayar penuh. Karena ia menjadi
penyebab kerusakan.
2) Jika kerusakan akibat perbuatan orang lain, maka pembeli boleh
menentukan pilihan antara kembalikan pada orang lain atau
membatalkan akad (kontrak).
3) Jual beli menjadi fasakh jika barang rusak sebelum serah terima
akibat ulah barang itu sendiri atau karena bencana dari Allah.
37
4) Jika bagian yang rusak karena tindakan penjual, pembeli tidak
wajib membayar untuk kerusakan, sedangkan untuk yang lain (
utuh) pembeli dapat menentukan pilihannya untuk mengambil
dengan harga yang dikurangi.
5) Jika kerusakan disebabkan oleh pembeli, pembeli masih wajib
membayar. Penjual dapat membuat pilihan antara membatalkan
kontrak atau mengambil sisanya dengan membayar
kekurangannya.
6) Jika kerusakan terjadi karena bencana dan Tuhan yang membuat
berkurangnnya kadar barang sehingga harga barang menurun
sesuai dengan yang rusak, pembeli dapat membuat pilihan antara
membatalkan akad dengan mengambil sisa pengurangan
pembayaran.
b. Kerusakan barang setelah serah terima
Mengenai risiko kerusakan barang yang terjadi setelah
penyerahan barang antara penjual dan pembeli, sepenuhnya menjadi
tanggung jawab pembeli. Pembeli berkewajiban membayar semua
harga sesuai dengan apa yang telah disepakati. Namun, jika ada
alternatif lain dari penjual, contohnya dalam bentuk penjamin atau
garansi, penjual harus mengganti harga barang atau menggantinya
dengan sesuatu yang serupa.48
48
Suhrawardi K. Lubis dan Farid Wadji, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika,
2014). h.148.
38
7. Khiar Dalam Jual Beli
Dalam jual beli, menurut agama Islam dibolehkan memilih, akan
meneruskan jual beli atau akan membatalkan jual beli ini disebut khiar.
Dalam khiar dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Khiar Majelis, yaitu antara penjual dan pembeli boleh memlilih
akan melanjutkan jual beli atau membatalkannya.
b. Khiar Syarat, yaitu penjualan yang di dalamnya disyaratkan sesuatu
baik oleh penjual maupun oleh pembeli.
c. Khiar Aib yaitu dalam jual beli ini disyaratkan kesempurnaan
benda-benda yang dibeli.49
Dalam sistem jual beli bila tidak ada kecocokan dapat dibatalkan
(iqalah), dan ini disahkan apabila jika salah dari pembeli dan penjual
memintanya. Dalam pembatalan jual beli adapun hukum-hukumnya
terbagi menjadi beberapa yaitu:
a. Dipersilahkan, apabila iqalah itu pembatalan nya jual beli baru dan
jual beli pertama.
b. Pembatalan iqalah diperbolehkan jika sebagian barang mengalami
kerusakan.
c. Tidak boleh ada kenaikan atau pengurangan harga pada iqalah. 50
49
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, 83-84 50
Ismail Nawawi, Fiqih Muamalah Klasik dan Kontemporer, 83
39
B. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu merupakan referensi bagi peneliti untuk
melakukan penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
penenlitian terdahulu sebagai tolak ukur dan acuan untuk melakukanya,
penelitian terdahulu memudahkan penulis dalam menentukan langkah-
langkah yang sistematis untuk penyusunan penelitian dari segi teori
maupun konsep. Penulis harus belajar dari penelitian lain untuk
menghindari duplikasi dan pengulangan penelitian atau kesalahan yang
sama seperti yang dibuat oleh peneliti sebelumnya. Terdapat beberapa
penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitain ini, untuk
menghindari terjadinya duplikasi dan pengulangan penelitian, maka
penulis mempertegas perbedaan dan persamaan penelitian ini antara
lain:
Peneliti Judul Metode Analisi
Hafsah
muhardiana
Kontibusi pajak
sarang burung
walet dalam
meningkatkan
pendapatan asli
daerah kabupaten
kepulauan
meranti ditinjauan
dari ekonomi
isalm
Kualitatif
Deskriftif51
Penelitian ini
menjelaskan
bagaimana
dalam
pemungutan
pajak sarang
walet ditinjaun
dari ekonomi
islam.52
51
Hafsah Muhardiana, Skripsi: “Kontribusi Pajak Sarang Burung Walet Dalam
Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti Ditinjauan Dari Ekonomi
Isalm”(Riau: UIN Sultan Syarif Kasim, 2011). hal. 8. 52
Ibid, h. 75.
40
a. Penelitian yang dilakukan Hafsah Muhardiana
Penelitian yang dilakukan oleh Hafsah Muhardiana yang
berjudul kontribusi pajak sarang burung walet dalam meningkatkan
pendapatan asli daerah kabupaten kepulauan meranti ditinjau dari
ekonomi Islam. menjelaskan bahwa dari penerimaan hasil pajak
sarang walet oleh pemerintah digunakan untuk membiayai
keperluasan daerah, baik dari segi pembangunan, keamanan,
ketertiban lingkungan dan lain-lain. Pajak sarang walet juga berperan
penting dalam meningkatkan pendapatan daerah.53
Hasil penelitian menjelaskan bahwa pelaksanaan pemungutan
pajak pada sarang walet yang dilakukan oleh pihak Dipenda
Kabupaten Kepulauan Meranti dalam meningkatkan pendapatan asli
daerah yang didasarkan atas sistematika, prosedur, dan tata kerja
yang telah ditetapkan sehingga terjalin kerjasama yang baik melalui
sektor penerimaan.Adapun persamaan pada penelitian yang
dilakukan Hafsah Muhardiana yaitu pada objek sarang , sedangkan
perbedaanya yaitu terletak pada sistemnya. Sistem penelitian yang
dilakukan Hafsah Muhardiana yaitu pemungutan pajak ditinjau dari
ekonomi islam sedangkan penelitian yang penulis teliti yaitu tinjauan
hukum Islam dalam jual beli sarang yang disemprot air.
53
Ibid, h. 73.
78
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, A. M. (2010). Fiqih Muamalah Sistem Transaksi Dalam Islam,
Penerjemah: Nadirsyah Hawari. Jakarta: Amzah.
Abdullah. (2017). Ensiklopedia Fiqih Muamalah Dalam Pandangan 4 Mazhab.
Yogyakarta: Maktabah Al-Hanif.
Al-Jazairy, Abdurraman. (1990). Khitabul Fiqh Alal Madzahib Al-Aiba’ah, juz II.
Beirat: Darul Kutub Al-Ilimiah.
Al, Asqalani, Al Hafidh, Ibnu Hajar. (1995). Bulughul Maram Min Adilatil
Ahkam. Penerjemah Achad Sunarto. Jakarta: Pustaka Amani.
Anwar, Syamsul. (2007). Hukum Perjanjian Syariah. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
Azzam, Abdul, Aziz, Muhammad. (2010). Fiqih Muamalah. Jakarta: Amzah.
Basyir, Ahmad.Azar. (2000). Asas-Asas Muamalat. Yogyakarta: UII Press.
Bahasa, P. (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Djuawaini, Dimyauddin. (2008). Pengantar Fiqih Muamalah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Haroen, Nasrun. (2007). Fiqih Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Idris, Imam, Syafi'i, Abu Abdullah, Muhammad Bin. (2013). Ringkasan Kitab Al-
Umm. Jakarta: Pustaka Azamm.
Indonesia, Departemen. Agama. (2012). Al-Qura’an dan Terjemanhnya, cetakan
ke 2. Bandung: Mizan Buaya Kreativa.
Ja'far, K. (2015). Hukum Perdata Islam Di Indonesia. Bandar Lampung: Pusat
Penelitian IAIN Raden Intan Lampung.
Ja'far, K. (2016). Hukum Perdata Islam Di Indonesia. Bandar Lampung:
Permatanet Publishing.
Khallaf, Abdul, Wahhab. (2003). Ilmu Ushul Fiqh. Jakarta: Pustaka Amam.
Mardani. (2012). Fiqih Ekonomi Syariah Fiqih Muamalah. Jakarta: Prenada
Group.
Mardani. (2015). Hukum Sistem Ekonomi Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Masadi, Ghufron. (2002). Fiqih Muamalah Konstekstual. Jakarta: Raja Grafindo.
79
Mannan, Muhammad, Abdul. (1992). Ekonomi Islam Teori dan Praktek. Jakarta:
Inter Masa.
Mustofa, Imam. (2016). Fiqih Muamalah Kontemporer. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Nasution. (1966). Metodelogi Penelitian Riserch. Bandung: Bumi Aksara.
Nawawi, Ismail. (2017). Fiqih Muamalah Klasik dan Kontemporer. Bogor:
Penerbit Ghalia Indonesia.
Nazir, Moh. (1985). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Paimin, Farry B. (2019). Agribisnis Walet. Jakarta: Penebar Swadaya.
Saebani, Beni, Ahmad. (2009). Ilmu Ushul Fiqh: Bandung Pustaka Setia.
Suhendi, Hendi. (2014). Fiqih Muamalah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Suhendi, Hendi. (2016). Fiqh Muamalah. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Syafei, Rachmat. (2001). Fiqih Muamalah. Bandung: CV Pustaka Setia.
Syafei, Rachamat. (2000). Fiqh Mu’malah. Bandung: Pustaka Setia.
Syeh, Ismail, Muhammad. (1991). Filsafat Hukum Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Tika, Muhammad, Pabundu. (1985). Metodelogi Riset Bisnis. Jakarta: Bumi
Aksara.
Wheindrata. (2012). Dahsyatnya Bisnis Burung Walet. Yogyakarta: Lily
Publisher.
Jurnal:
Efa Rodiah Nur, 2015, “Riba dan Gharar: Suatu Tinjauan Hukum dan Etika dalam
Transaksi Bisnis Modern”, Jurnal Al-Adalah Vol. 12, No.(3): 656.
Skripsi:
Hafsah. 2011. “Kontibusi Pajak Sarang Burung Walet Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti Ditinjauan Dari Ekonomi
Isalm”. Skripsi. Syariah, Ekonomi Islam dan Ilmu Hukum, Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim, Riau.
Wawancara:
Hasil wawancara dengan bapak Jesen, pemetik sarang Seriti, tanggal 12
November 2019
Hasil wawancara dengan bapak Heri, penjual sarang Seriti, tanggal 12 November
2019
80
Hasil wawancara dengan bapak Reziz, penjual sarang Seriti, tanggal 13 November
2019
Hasil wawancara dengan bapak Joni, pengumpul sarang Seriti, tanggal 13
November 2019
Hasil wawancara dengan bapak Pami, pemilik Gedung Walet, tanggal 13
November 2019
Hasil wawancara dengan bapak Recit, penjual sarang Seriti, tanggal 13 November
2019
Hasil wawancara dengan bapak Zumaini, pemilik Gedung walet, tanggal 13
November 2019
Hasil wawancara dengan bapak Jon, pembeli sarang Seriti, tanggal 13 November
2019
Hasil wawancara dengan ibu Ningsi, pemilik Gedung Walet, tanggal 13
November 2019
Hasil wawancara dengan ibu Herli, penjual sarang Seriti, tanggal 13 November
2019
Hasil wawancara dengan bapak Danil, pengumpul sarang Seriti, tanggal 13
November 2019