Tinjauan Ekonomi Islam terhadap Manajemen Keuangan...
Transcript of Tinjauan Ekonomi Islam terhadap Manajemen Keuangan...
Tinjauan Ekonomi Islam Terhadap Manajemen Keuangan Lembaga Amil Zakat ( LAZ ) Al-Azhar “ Peduli Ummat “ Dalam Mengelola Dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS)
SKRIPSI
Oleh : Sri Indra Mulyati Tanjung
Nim: 299046100287
Jurusan Muamalat dan Perbankan Islam
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta
1426 H/2005 M
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah atas rahmat serta karunia-Nya yang diberikan kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa juga shalawat
serta salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW.
Penyelesaian penulisan skripsi ini mungkin tak akan selesai apabila tanpa bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada :
1. Bapak Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM, selaku Dekan
Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Euis Amalia, M.Ag, selaku ketua jurusan Mu'amalah dan Perbankan Islam
Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Ahmad Azharuddin Latif, M.Ag, selaku sekretaris jurusan Mu'amalah
dan Perbankan Islam Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Bapak Burhanuddin Yusuf, MM, selaku pembimbing yang senantiasa
meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan serta saran selama
penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh staf pengajar UIN Syarif Hidayatullah yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis selama perkuliahan.
6. Seluruh karyawan UIN Syarif Hidayatullah yang telah membantu penulis
dalam melancarkan proses penyelesaian skripsi.
7. Bapak M. Anwar Sani, selaku Direktur Eksekutif LAZ Al-Azhar yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan pengamatan
lapangan serta data-data yang dibutuhkan dalam penyelesaian penulisan
skripsi ini.
8. Ibu Dwi dan Ibu Ningsih yang telah membantu penulis memberikan data-data
yang menunjang penyelesaian penulisan ini.
9. Ayahanda tercinta H.Arifin Tanjung serta Ibunda tercinta Endang Sisprapti
yang telah memberikan dorongan, perhatian dan kasih saying yang tulus dan
ikhlas yang akan menjadi suatu yang sangat bernilai dan berharga dalam diri
penulis.
10. Suamiku tercinta Eddy Sanjaya, SS, yang telah membantu penulis dengan
sabar dan cinta kasihnya I LOVE YOU EVER AFTER serta anakku tersayang
Fahim Adnan Alkhawarizmi dan Atfal Yuzad Alhaitsam yang selalu
menghibur penulis, Bunda sayang kalian semua semoga Allah SWT
menjadikan kita keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah.
11. Abang Raymond serta adikku semuanya Widya, Diah, Ali dan Yasser yang
tersayang, terima kasih atas perhatian dan bantuannya selama ini sehingga
skripsi ini terselesaikan dengan baik.
12. Rekan-rekan di Fakultas Syari'ah non regular semoga kenangan dan
kebersamaan yang telah kita rasakan akan menjadi suatu ukhuwah yang tetap
terbina khususnya angkatan '99.
Harapan penulis semoga semua pihak yang telah berjasa dalam membantu
penyelesaian penulisan skripsi ini mendapatkan pahala dan balasan yang berlipat
ganda dari Allah SWT. Amin Yaa Rabbal 'alamin.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah....................................... 5
C. Tujuan Penulisan dan Kegunaan Penelitian............................. 6
D. Metode Penulisan..................................................................... 7
E. Sistematika Penulisan .............................................................. 9
BAB II TEORI MENGENAI MANAJEMEN KEUANGAN
DALAM EKONOMI ISLAM
A. Definisi Manajemen................................................................. 12
B. Fungsi-fungsi Manajemen........................................................ 14
C. Manajemen Keuangan.............................................................. 16
1. Definisi Manajemen Keuangan.......................................... 18
2. Konsep-konsep Manajemen Keuangan.............................. 19
3. Peran Manajemen Keuangan.............................................. 22
D. Prinsip Manajemen dalam Ekonomi Islam .............................. 23
1. Perencanaan ( Planning)..................................................... 29
2. Pengorganisasian ( Organizing ) ........................................ 30
3. Pelaksanaan ( Actuating).................................................... 31
4. Pengawasan ( Controling ) ................................................. 32
E. Manajemen Keuangan Organisasi Pengelola Zakat................. 34
1. Pengertian Manajemen Keuangan Organisasi
Pengelola Zakat ................................................................. 35
2. Ruang Lingkup .................................................................. 36
BAB III GAMBARAN UMUM LAZ AL-AZHAR “PEDULI UMMAT”
A. Latar Belakang Berdirinya ....................................................... 38
B. Visi-Misi dan Arah Tujuannya ................................................ 41
C. Lingkup Kegiatannya............................................................... 43
D. Program-programnya ............................................................... 45
BAB IV MANAJEMEN KEUANGAN LAZ AL-AZHAR “PEDULI
UMMAT” DALAM PANDANGAN EKONOMI ISLAM
A. Perencanaan Keuangannya....................................................... 47
B. Pengelolaan Keuangannya ....................................................... 50
1. Penghimpunan Dana ZIS ................................................... 51
2. Penyaluran Dana ZIS ......................................................... 55
a. Penerima Dana ............................................................. 55
b. Ruang Lingkup Bidang Sasaran................................... 56
c. Bentuk dan Sifat Penyaluran........................................ 58
d. Prosedur Pengeluaran Dana ......................................... 63
C. Pengendalian Keuangannya ..................................................... 65
D. Laporan Keuangannya ............................................................. 67
E. Pandangan Ekonomi Islam terhadap Manajemen
Keuangannya............................................................................ 69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 76
B. Saran......................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Di dalam ajaran Islam, ada dua tata hubungan yang harus dipelihara oleh
pemeluknya. Kedua tata hubungan tersebut disebut dengan kalimat hablun
minallah wa hablun minannas, dimana tarjamah secara harfiahnya adalah tali
Allah dan tali manusia, hubungan tersebut dilambangkan dengan tali, karena
menunjukkan ikatan atau hubungan antara manusia dengan Allah dan antara
manusia dengan manusia. Yang dituju dari kedua hubungan tersebut adalah
keselarasan dan kemantapan hubungan dengan Allah dan dengan sesama
manusia, termasuk dirinya sendiri dan lingkungannya. Inilah aqidah dan wasilah
(jalan) yang dibentangkan oleh ajaran Islam bagi manusia dengan berpegang
teguh kepada aqidah atau keyakinan itu, maka akan terbuka jalan untuk mencapai
kebaikan hidup di dunia dan akhirat kelak1.
Untuk mencapai tujuan itulah, disamping syahadat, shalat, puasa dan haji
diadakan lembaga zakat. Lembaga inilah disamping membina hubungan dengan
Allah SWT, juga berperan sebagai jembatan dan mempererat hubungan kasih
sayang antara sesama manusia dan menunjukan bukti bahwa umat Islam itu
bersaudara, saling bantu-membantu dan tolong-menolong dengan adanya zakat itu
1 M.Daud All, sistem ekonomi Islam zakat dan wakaf, ( Jakarta : Ul Press, 1988 ), h. 29
Islam hendak menggambarkan citra Islam dan mewujudkan cita-cita
kemasyarakatan Islam.
Zakat memiliki dua fungsi utama yaitu, pertama adalah untuk
membersihkan harta benda dan jiwa manusia supaya senantiasa berada dalam
keadaan fitrah, sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT dalam
surat At-Taubah:1032
⌦
☺ Artinya :
"Ambillah zakat dan sebagian harta mercka dengan zakat itu kantu membersihkan dan mensucikan mereka ". (At-Taubah: 103).
Dan yang kedua, zakat berfungsi sebagai dana masyarakat yang dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan sosial guna mengurangi kemiskinan sebagai
upaya untuk mencapai keadilan sosial.3
Namun yang menjadi masalah adalah bagaimana kedua fungsi zakat
tersebut dapat berjalan dan terjalin. Artinya, zakat yang dikeluarkan oleh wajib
zakat itu dapat berfungsi sebagai ibadah bagi wajib zakat ( muzakki) dan dapat
sebagai dana sosial yang dimanfaatkan untuk kepentingan mengatasi berbagai
masalah kemasyarakatan.
2 Depag RI, Al-qur 'an dan terjemahan ( Semarang : CV al-waah, 1993 ) h. 297 3 M.DaudAli Op.Cit, h62.
Untuk itulah maka perlu adanya suatu lembaga zakat untuk menjalankan
kedua fungsi tersebut. Kelembagaan zakat perlu pula diatur sebaik-baiknya agar
pelaksanaan zakat dapat dikoordinasikan dan diarahkan. Hal ini perlu dilakukan
untuk memantapkan kepercayaan masyarakat dan wajib zakat (muzakki). Peranan
pemerintah juga diperlukan dalam hal ini, disamping keikutsertaan pemimpin-
pemimpin agama. Sistem administrasi, penyusunan personalia harus didasarkan
kepada prinsip-prinsip manajemen yang sehat agar pelaksanaan zakat dapat
berjalan dengan sebaik-baiknya. Supaya organisasi yang mengelola zakat dapat
berkembang dengan baik, prinsip pengorganisasian yang perlu dilaksanakan
antara lain4:
1. Penanggung jawab tertinggi harus pemeritah atau pejabat tertinggi dalam
strata pemerintahan setempat atau lingkungan tertentu.Unsur-unsur
masyarakat Islam perlu diikutsertakan, juga bertanggung jawab
2. Pelaksananya adalah suatu lembaga tetap dengan pegawai yang bekerja penuh
secara profesional, dibiayai pada permulaan dengan subsidi pemerintah, yang
selanjutnya secara berangsur-angsur oleh dana zakat itu sendiri
3. Kebijaksanaan harus dirumuskan secara jelas dan dipergunakan sebagai dasar
perencanaan, pengumpulan dan pendayagunaan zakat, sumber dan sasaran
pemanfaatannya untuk suatu waktu tertentu
4. Program pendayagunaan zakat terinci supaya lebih efektif dan produktif bagi
pengembangan masyarakat
4 Depag RI, Pedoman zakat jilid 2, ( Jakarta , 1982 ), hal .79-80
5. Usulan proyek penggunaan dana untuk pelaksanaan program yang dilakukan
oleh lembaga atau organisasi masyarakat
6. Mekanisme pengawasan dilakukan melalui peraturan administrasi, baik
ketatausahaan maupun pembukuan
7. Pengembangan dasar-dasar hukum tentang zakat, pemahaman baru tentang
zakat, sumber zakat, masalah pengumpulan dan pendayagunaan zakat
dilakukan melalui penelitian, baik penelitian kepustakaan maupun penelitian
lapangan
8. Penyuluhan untuk menciptakan kondisi yang kondusif (mendukung) dalam
menarik partisipasi masyarakat untuk menunaikan zakat dilakukan secara
teratur dan terus-menerus .
Saat ini banyak lembaga pengelola ZIS, baik didirikan oleh pihak
pemerintah maupun oleh swadaya masyarakat, yayasan, LSM dan sebagainya,
namun fakta membuktikan dengan menjamurnya lembaga ZIS, problematika
ummat tentang kemiskinan dan kesenjangan sosial belum dapat diselesaikan.
Fenomena inilah yang menggambarkan beberapa masalah yang tengah dihadapi
oleh lembaga ZIS.
Dalam pengelolaan dana tersebut, kontribusi umat Islam melalui dana ZIS,
akan menyangkut unsur-unsur daripada fungsi keuangan yang meliputi antara lain
penghimpunan ( penggalangan dana ZIS ), pengelolaan dana serta pengalokasian
dana ZIS, agar dana ZIS yang tersedia dapat dialokasikan seefektif dan seefisien
mungkin.
Melihat unsur-unsur diatas, manajemen keuangan yang baik menjadi tolak
ukur bagi keberhasilan suatu lembaga pengelola dana ZIS dalam terbentuknya
pemberdayaan ekonomi ummat. Oleh karena itu manajemen keuangan ZIS perlu
diimplementasikan pada sebuah lembaga pengelola ZIS.
Lembaga Amil Zakat Al-Azhar Peduli Umat merupakan salah satu bentuk
konkrit dari lembaga pengelola ZIS yang memiliki kepedulian terhadap kaum
dhuafa dalam bidang kegiatan-kegiatan sosial dengan menggunakan dana ZIS
berdasarkan kaidah Islam dengan menggunakan manajemen profesional. Untuk
mengetahui lebih jauh pola pembinaan dan sistem manajemen keuangan yang
digunakan Lembaga Amil Zakat Al- Azhar Peduli Umat penulis bermaksud
menuangkannya dalam skripsi ini dengan judul “Tinjauan Ekonomi Islam
terhadap Manajemen Keuangan Lembaga Amil Zakat Al- Azhar Peduli
Ummat Dalam Mengelola Dana Zakat, Infaq dan Shadaqah ( ZIS ).”
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh
bagaimana penerapan hukum Islam terhadap manajemen keuangan yang
digunakan Lembaga Amil Zakat Al-Azhar Peduli Umat yang disingkat LAZ Al-
Azhar Peduli Umat dalam mengelola dana ZIS.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar penelitian dan perumusan ini memiliki fokus dalam pembahasannya,
maka penulis memberikan beberapa permasalahan yang akan dikaji. Beberapa
batasan yang akan dikaji adalah sebagai berikut;
1. Lembaga yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah Lembaga Amil Zakat
Al-Azhar Peduli Umat yang disingkat LAZ Al-Azhar Peduli Umat yakni
sebuah lembaga yang menghimpun serta mengelola dana zakat, infaq dan
shadaqah yang disingkat ZIS yang berkedudukan di Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan.
2. Penelitian hanya membahas mengenai penerapan ekonomi Islam terhadap
manajemen keuangan yang di gunakan Lembaga Amil Zakat Al-Azhar Peduli
Umat ( LAZ Al-Azhar Peduli Umat ) yang meliputi penghimpunan dana,
pengelolaan dana serta pengalokasian dana zakat, infaq dan shadaqah (ZIS).
Adapun perumusan permasalahan penelitian yang akan dijadikan rujukan
dalam melakukan penelitian adalah sebagai berikut;
1. Bagaimana sistem penghimpunan dan pengelolaan dana ZIS yang diterapkan
oleh LAZ Al-Azhar Peduli Umat?
2. Apakah penghimpunan dana ZIS LAZ Al-Azhar Peduli Umat telah sesuai
dengan prinsip Ekonomi Islam?
3. Apakah pendistribusian dana ZIS yang dilakukan oleh LAZ Al-Azhar Peduli
Umat sesuai dengan Ekonomi Islam ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Skripsi yang penulis buat ini, seperti yang telah dibatasi dan dirumuskan
diatas bertujuan antara lain yaitu;
1. Mengetahui sistem penghimpunan dan pengelolaan dana ZIS yang diterapkan
oleh LAZ Al-Azhar Peduli Umat.
2. Mengetahui sistem keuangan yang digunakan LAZ Al-Azhar Peduli Umat
sesuai dengan Ekonomi Islam.
3. Mengetahui pendistribusian dana ZIS yang dilakukan oleh LAZ Al-Azhar
Peduli Umat telah sesuai dengan Ekonomi Islam ?
Adapun kegunaan penelitian ini secara teoritis yaitu dalam rangka menambah
pengetahuan penulis dibidang Ekonomi Islam pada umumnya dan khususnya
manajemen keuangan LAZ Al-AZhar Peduli Umat. Secara praktis kegunaan
penelitian ini agar pengelola ZIS menggunakan sistem manajemen keuangannya
yang sesuai dengan ekonomi Islam dalam mengelola dana ZIS agar dana ZIS
dapat berfungsi efektif dan efisien.
D. Metode Penelitian
Metode di maksudkan sebagai suatu hal yang merupakan cara utama yang di
pergunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Di dalam penulisan skripsi ini
penulis lebih banyak mempergunakan data primer, yaitu penulis ikut terlibat
langsung dalarn kegiatan yang ada, serta data yang di peroleh melalui wawancara
dan data sekunder. Adapun data-data tersebut diperoleh dengan metode penelitian
sebagai berikut:
1. Field Research ( Penelitian Lapangan )
Yaitu penelitian lapangan dengan mengadakan observasi langsung pada objek
sasaran, yaitu Lembaga Amil Zakat Al-Azhar Peduli Umat. Untuk
mendapatkan data dan fakta maka penulis melakukan pengamatan dan
interview (wawancara) kepada orang- orang yang terlibat didalamnya.
2. Library Research ( Penelitian Kepustakaan )
Untuk melengkapi data primer, penulis menggunakan penelitian kepustakaan
yang sumber utamanya buku atau bahan bacaan berupa buku literatur, catatan-
catatan kuliah, buku-buku ilmiah lainnya yang berhubungan dengan skripsi
penulis. Disamping bahan-bahan yang tersedia secara resmi masih terdapat
bahan-bahan lain yang berupa koleksi dari guntingan koran atau kliping,
majalah, brosur, tulisan-tulisan ilmiah dari para ahli dan lain- lain yang dapat
dikumpulkan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsinya ini.
Dari data-data yang diperoleh dengan metode field research, kemudian
dianalisa dengan menggunakan metode deskriptif analitis yaitu bahan- bahan
penulisan yang ada dianalisa dan dikembangkan dalam bab-bab pembahasan.
Adapun teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku-buku pedoman
penulisan skripsi, tesis dan disertasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, tahun 2005.
E. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan masalah dalam skripsi ini penulis berusaha
membuat sistematika khusus dengan jalan membuat pengelompokan berdasarkan
kesamaan dan hubungan masalah yang ada. skripsi ini terdiri dari lima bab
dengan susunan penulisan sebagai berikut :
BAB I : Merupakan pendahuluan, didalamnya penulis menguraikan latar
belakang masalah, batasan dan perumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian serta sistematika penulisan skripsi.
BAB II : Berisikan teori mengenai manajemen keuangan. Didalamnya penulis
mencoba menjelaskan tentang pengertian manajemen keuangan,
konsep-konsep manajemen keuangan, fungsi manajemen keuangan,
peranan manajemen keuangan, prinsip manajemen dalam Ekonomi
Islam dan manajemen keuangan organisasi pengelola zakat.
BAB III : Membahas kondisi objektif Lembaga Amil Zakat Al-Azhar Peduli
Umat yang berisi tentang sejarah dan perkembangannya, fungsi dan
tujuan, manajemen Lembaga Amil Zakat Al-Azhar Peduli Umat,
kebijaksanaan manajemen LAZ Al-Azhar Peduli Umat. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran secara umum mengenai
keberadaan LAZ Al-Azhar Peduli Umat.
BAB IV : Berisikan manajemen keuangan Lembaga Amil Zakat Al-Azhar
Peduli Umat dalam pandangan ekonomi Islam. Di dalamnya
meliputi, manajemen penghimpunan, pengelolaan serta
pengalokasian dana ZIS, pandangan Ekonomi Islam terhadap
manajemen keuangan LAZ Al-Azhar Peduli Umat.
BAB V : Penutup, yang berisikan kesimpulan dan saran- saran.
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB II
TEORI MENGENAI MANAJEMEN KEUANGAN DALAM
EKONOMI ISLAM
Seperti kita ketahui bahwa masyarakat saat ini membutuhkan pelayanan-
pelayanan yang lebih banyak dan lebih baik. Sehingga timbullah suatu exploding
demand untuk pelayanan masyarakat. Guna menampung pelayanan yang begitu
banyak, maka diadakan pengkhususan yang mcnimbulkan kcinampuan dan kcmauan
untuk menyesuaikan diri dengan cara kerja yang baru.
Bangsa Indonesia dewasa ini sedang melaksanakan pembangunan di segala
bidang, setiap bidang dituntut suatu cara kerja yang berdaya guna, efektif, cepat, tepat
bahkan sesuai dengan manajemen yang modern.
Dikarenakan adanya faktor kompetisi, maka keharusan adanya manajemen yang
baik nampak menonjol sekali baik dalam kegiatan organisasi profit oriented maupun
organisasi non profit oriented. Termasuk dalam hal ini adalah organisasi pengelola
zakat.
Dalam masyarakat modern dewasa ini manajemen semakin menjadi penting.
Masyarakat modern adalah masyarakat yang kompleks. Menurut Amitai Etzioni
sebagaimana yang telah dikutip oleh Y.W. Sunindhia dan Ninik Widiyanti bahwa
manusia modern yang telah meningkat kecerdasan dan pengetahuan teknologinya,
telah menempatkan “rasionalitas, efektifitas dan efisiensi sebagai nilai moral yang
tinggi”. Dengan sistem nilai moral yang demikian itu, maka pihak yang berusaha
untuk menyediakan kebutuhan masyarakat baik dalam bentuk barang maupun jasa,
harus pula dapat menyediakan apa yang dibutuhkan masyarakat itu dengan tepat,
cepat dan murah. Mereka harus selalu bekerja dengan rasional, efektif dan efisien.5
Melihat keadaan yang demikian itu, maka manajemen yang baik merupakan
suatu faktor yang tak boleh diabaikan oleh setiap organisasi di dalam masyarakat
modern baik itu organisasi profit oriented maupun organisasi non profit oriented.
Sebelum penulis melangkah ke pembahasan manajemen keuangan, ada baiknya
penulis memaparkan terlebih dahulu mengenai manajemen secara umum yang
dimulai dari defmisi manajemen kemudian dilanjutkan ke fungsi-fungsinya.
A. Definisi Manajemen
Pada saat sekarang ini istilah manajemen sudah banyak dikenal di Negara
kita Indonesia. Baik di kalangan masyarakat secara luas maupun kalangan
perguruan tinggi. Juga terlihat pula di setiap organisasi masyarakat baik itu
organisasi profit oriented maupun organisasi non profit oriented, hampir
semuanya menyadari akan arti pentingnya ilmu manajemen yang diterapkan di
dalam organisasi, untuk memperlancar tugasnya sehari-hari.
Berfikir secara manajemen adalah berfikir secara mengendalikan,
mengarahkan dan memanfaatkan segala apa ( faktor-faktor, sumber daya yang
5 Y.W. Sunindhia dan Ninik Widiyanti, Penerapan Manajemen dan Kepemimpinan dalam
Pembangunan, (Jakarta : Bina aksara, 1988 ), h.1.
menurut perencanaan ( planning ) diperlukan untuk menyelesaikan atau mencapai
suatu prapta ( objective ) atau tujuan ( goal ) tertentu.6
Menurut Oey Liang Lee seperti yang dikutip oleh Ibnu Syamsi bahwa
manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengkoordinasian dan pengontrolan human resources untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan lebih dahulu.7
Di lain pihak, Lawrence A.Appley sebagaimana yang dikutip juga oleh
Ibnu Syamsi menyatakan bahwa manajemen merupakan keahlian untuk
menggerakkan orang untuk melakukan pekerjaan dalam rangka tercapainya
tujuan.8
Hal ini senada dengan apa yang dinyatakan oleh Djati Julitriarsa dan John
Suprihanto bahwa ilmu manajemen adalah ilmu yang mempelajari cara mencapai
suatu tujuan dengan efektif dan efisien dengan menggunakan bantuan/melalui
orang lain9
Yang dimaksudkan menggunakan bantuan/melalui orang lain disini
mencakup arti yang sangat luas, yaitu dapat berupa bantuan orang lain dalam ujud
pikiran, tenaga serta dapat pula intuisinya. Pengertian efektifitas dan efisiensi
dalam rangka pencapaian tujuan organisasi dengan melalui orang lain pada
dasarnya dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu : “Ilmu manajemen” dan “seni”.
6 Ibid., h.2 7 Ibnu Syamsi, Pokok-pokok organisasi dan manajemen, ( Jakarta : Bina aksara, 1983),h.68 8 Ibid, h.68
9 Djati Julitriarsa & John Suprihanto, Manajemen umum ( Yogyakarta : BPFE, 1988 ), h. 1
Hal ini mempunyai arti bahwa dalam pelaksanaannya pengaruh bakat
kepemimpinan seseorang ikut pula mempengaruhi. Sedangkan masalah seni
dalam manajemen hanya dapat terlihat apabila ilmu tersebut mulai dilaksanakan
dalam kenyataan. Oleh karena itu manajemen adalah perpaduan antara ilmu dan
seni.10
Selain beberapa definisi tersebut, manajemen juga merupakan pengambilan
keputusan. Hal itu dapat dilihat bagaimana seorang harus melakukan pekerjaan,
misalnya pimpinan harus mengambil keputusan untuk menentukan produk baru,
memperluas usaha, menentukan strategi pemasaran, menerima atau mengeluarkan
karyawan dan berbagai pekerjaan yang lainnya. Apabila kita simak kembali
manajemen adalah fungsi yang berhubungan dengan memperoleh hasil tertentu
melalui orang lain. Dalam pengertian ini pun sudah tampak adanya proses
pengambilan keputusan antara lain manajer harus menentukan tujuan tertentu
kemudian menentukan siapa yang akan melaksanakan pekerjaan untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan.11
B. Fungsi-fungsi manajemen
Di atas telah dikemukakan beberapa definisi manajemen. Selanjutnya
manajemen dapat ditinjau dari segi unsur-unsurnya atau fungsi-fungsinya. Ernie
Trisnawati Sule dan kurniawan Saefullah menjelaskan bahwa fungsi-fungsi
10 Ibid h.2 11 Ibid h.4
manajemen adalah serangkaian kegiatan yang dijalankan dalam manajemen
berdasarkan fungsinya masing-masing berdasarkan tahapan-tahapan tertentti
dalam pelaksanaannya.12
Sebagaimana yang dikutip oleh Ernie Trisnawati Sule dan Kurniawan
Saefullah bahwa Nikcels dan McHugh membagi fungsi manajemen ke dalam
empat fungsi13, yaitu :
1) Perencanaan ( planning ), yaitu proses yang menyangkut upaya yang
dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan
penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan
organisasi
2) Pengorganisasian ( organizing ), yaitu proses yang menyangkut bagaimana
strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam
sebuah strukrtur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan
organisasi yang kondusif, dan bisa memastikan bahwa semua pihak dalam
organisasi bisa bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan
organisasi.
3) Pengimplementasian ( actuating ), yaitu proses implementasi program agar
bisa dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi
agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan
penuh kesadaran dan produktivitas yang tinggi.
12 Ernie Trisnawati Sule & Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, ( Jakarta :
Kencana, 2005 ), h. 13 Ibid., h.8
4) Pengendalian dan pengawasan ( controlling ), yaitu proses yang dilakukan
untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan,
diorganisasikan, dan diimplementasikan bisa berjalan sesuai dengan target
yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan
organisasi yang dihadapi.
Masih banyak pendapat lain tentang fungsi-fungsi manajemen ini, tetapi
secara garis besar tidak jauh beda dengan empat fungsi di atas.
C. Manajemen Keuangan
Dalam perkembangan perusahaan di masa kini, manajer keuangan memiliki
peranan yang dinamis, yang sebelumnya tidak dimiliki. Sebelum pertengahan
abad ini, tugas para manajer keuangan terutama mencari dana dan mengelola
posisi kas perusahaan mereka. Pada tahun 50-an, dengan semakin meningkatnya
konsep nilai sekarang. Turut mendorong para manajer keuangan untuk
memperluas tanggung jawab mereka dan lebih memperhatikan pemilihan proyek-
proyek inventasi modal. Saat ini faktor-faktor eksternal memiliki dampak yang
semakin meningkat terhadap para manajer keuangan. Meningkatnya kompetisi
antar perusahaan, perubahan teknologi, perubahan harga dan tingkat bunga,
ketidakpastian situasi ekonomi dunia, fluktuasi nilai tukar, perubahan hukum
pajak dan etika-etika sehubungan dengan perjanjian keuangan merupakan faktor-
faktor eksternal yang harus dihadapi sehari-hari. Pada tahun 90-an, keuangan
memiliki peran strategis yang lebih penting dalam suatu perusahaan. Kepala
keuangan muncul sebagai pemain tim dalam keseluruhan usaha perusahaan untuk
menciptakan nilai. Cara-cara lama dianggap tidak bagus lagi dan secara cepat
menjadi usang. Oleh karena itu, manajer keuangan masa kini harus memiliki
fleksibelitas untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan eksternal jika ingin
perusahaan yang dikelolanya tetap bertahan.14
Kemampuan seorang manajer untuk beradaptasi dengan perubahan, mencari
dana, menginvestasi aktiva, serta mengelolanya secara bijaksana akan sangat
mempengaruhi kesuksesan perusahaan dan ekonomi secara keseluruhan.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka manajemen keuangan
merupakan bidang manajemen yang dapat membantunya mulai dari upaya untuk
mendapatkan dana bagi perusahaan, penggunaan dana sampai dengan pendekatan
sistematik dalam internal manajemen tentang aliran dana di dalam struktur
perusahaan atau suatu organisasi secara keseluruhan.
Dengan sendirinya, persoalan-persoalan yang fundamental bagi kelancaran
operasional serta kelangsungan hidup organisasi profit oriented dan non profit
oriented senantiasa menjadi fokus utama manajemen keuangan. Jika demikian
halnya, baiklah penulis akan memulainya dengan beberapa definisi manajemen
keuangan.
14 James C. Van Home & John M. Wachowicz, JR, Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan,
( Jakarta: Salemba Empat, 1997 ), h .2
1. Definisi Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan kadang-kadang disebut pula “pembelanjaan
perusahaan”. Pembelanjaan perusahaan disebut manajemen keuangan oleh
mereka yang bertanggungjawab secara operasional dalam bidang keuangan.
Di samping itu pembelanjaan perusahaan pun dinamakan manajemen
keuangan oleh mereka yang mengkaji pembelanjaan perusahaan dari sudut
manajer keuangan.15
Menurut Suad Husnan bahwa manajemen keuangan adalah segala hal
yang menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan
keuangan.16
James C. Van Home dan John M. Wachowicz, JR mendefinisikan
manajemen keuangan sebagai aktivitas yang berhubungan dengan perolehan,
pendanaan dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh.17
Sedangkan Murtadha Sinuraya mengungkapkan bahwa manajemen
keuangan subjeknya tidak hanya terbatas pada bagaimana bisnis diorganisir
untuk memperoleh dana, bagaimana dana tersebut didapatkan serta
bagaimana dana tersebut dimanafaatkan. Namun subjeknya dapat pula
mencakup hal-hal mengenai praktik-praktik, prosedur-prosedur dan masalah-
masalah yang menyangkut penyaluran dana-dana untuk keperluan investasi
15 Komaruddin Sastradipoera, Pengantar Manajemen Perusahaan, (Jakarta : PT.Raja
Grafindo, 1994), h. 144. 16 Suad Husnan, Manajemen Keuangan teori dan penerapan, ( Yogyakarta BPFE,1996), h.
4. 17 James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, JR, op.cit, h.2
usaha, serta perencanaan dan pengawasan atas penggunaan dana-dana
tersebut.18
2. Konsep-konsep manajemen keuangan
a. Perencanaan dan pengawasan keuangan
Hal ini sejalan dengan fungsi manajemen keuangan yaitu bertugas
melakukan pengamatan waktu yang tepat dalam usaha perencanaan
keuangan di perusahaan sehingga memungkinkan pengambilan keputusan
yang benar dan konsisten dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dana
pada bagian-bagian organisasi perusahaan. Komaruddin Sastradipoera
berpendapat bahwa ada tiga langkah penting dalam hal perencanaan
keuangan yaitu :
Perumusan tujuan keuangan (jangka pendek dan panjang )
Perumusan tujuan keuangan jangka panjang dimaksudkan agar dapat
menyesuaikan diri dengan kebutuhan modal dengan cara yang paling
efisien dan efektif.
Perumusan dan pelaksanaan kebijaksanaan keuangan untuk mencapai
tujuan. Dalam hal ini, manajemen keuangan perlu menyelaraskan arus
uang keluar dan arus uang masuk. Manajemen keuangan dalam
usahanya untuk menyelaraskan arus uang keluar dan arus uang
masuk ditetapkan. Kebijaksanaan keuangan adalah asas-asas yang
18 Murtadha Sinuraya, Seri Teori Manejemen Keuangan, ( Jakarta : FEUI, 1999) h.2
diletakkan untuk membimbing eksekutif dalam menangani masalah
keuangan.
Penentuan prosedur yang akan membantu kebijaksanaan. Kebijaksanaan
yang bersifat asas-asas umum biasanya perlu dijabarkan menjadi
sejumlah prosedur yang merupakan rangkaian metode. Prosedur perlu
disusun sehingga segala kebijaksanaan dapat diteruskan dan
diinformasikan kepada seluruh pejabat yang berhubungan dengan
keuangan.19
Karena manajemen keuangan pun berkaitan dengan pengawasan
maka setiap pelaksanaan keuangan memerlukan fungsi pengawasan
tersebut. Pengawasan keuangan dalam kenyataannya tidak sekedar
menetapkan status keuangan yang diperoleh dari laporan keuangan, tetapi
juga mengadakan penilaian agar dapat membandingkan status keuangan
yang sebenarnya dengan rencana keuangan yang telah ditetapkan. Karena
itu Komaruddin Sastradipoera berpendapat bahwa pengawasan keuangan
itu dalam garis besarnya meliputi empat buah langkah :
Pengembangan standar pelaksanaan dalam keuangan.
Penetapan status keuangan berdasarkan laporan.
Pembandingan antara status dan standar pelaksanaan.
Tindakan perbaikan keuangan apabila diperlukan.20
19 Komaruddin Sastradipoera, op.cit, h.145. 20 Ibid, h.145.
b. Lingkungan keputusan keuangan
Keputusan keuangan pada dasarnya selalu dihadapkan keadaan
ketidakpastian ( uncertainly ) dengan demikian dalam pengambilan
keputusan melalui pendekatan informasi data historik yang relevan dan
tidak mengabaikan faktor-faktor resiko dan pengukuran hasilnya. Secara
teoritis keputusan keuangan yang dilakukan para manajer meliputi 4
bidang21 :
• Financing mix
Yaitu manajer keuangan dalam organisasi perusahaan bertugas
untuk mengkombinasikan dengan tepat antara dana sendiri dan dana
dari pinjaman untuk membiayai suatu kegiatan tertentu.
• Penjagaan likuiditas
Menyangkut kemampuan perusahaan untuk membiayai berbagai
kegiatan rutin atau membayar utang-utang jangka pendek ( kurang satu
tahun ) pada saat jatuh tempo.
• Pemanfaatan pendapatan
Pendapatan yang diperoleh perusahaan dimanfaatkan sebaik-
baiknya untuk komisi investasi yang menguntungkan antara umur
aktiva dengan jangka waktu penyediaan dana yang digunakan untuk
membiayai aktiva tersebut.
21 Murtadha Sinuraya, Op.Cit, h. 5-6.
• Fleksibilitas
Yaitu keputusan keuangan harus selalu disesuaikan dengan
perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan perusahaan. Sehingga
pembuat keputusan selalu harus peka terhadap perkembangan
lingkungan sekitarnya, yaitu : “lingkungan persaingan”, “lingkungan
makro ekonomi” dan “lingkungan pasar modal, undang-undang dan
lain-lain”.
3. Peran Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan menyinggung segala fungsi usaha lainnnya.
Keputusan yang diambil acapkali mempunyai akibat-akibat keuangan.
Keuangan merupakan fungsi manajemen yang kritis dan merupakan alat
penolong yang dapat memecahkan kelemahan manajemen di bidang-bidang
lain. Bilamana manajemen produksi dan manajemen marketing menghadapi
masalah yang memperburuk keadaan, maka manajemen keuangan yang
memadai dapat digunakan untuk merehabilitasi kelemahan manajemen
produksi dan marketing tersebut. Namun perlu disadari bahwa uang tersebut
tidak dapat menggantikan daya pelaksanaan lainnya. Keuangan itu merupakan
bagian yang saling bergantungan sehingga membentuk keseluruhan dengan
bagian-bagian lainnya dalam manajemen.22
22 Komaruddin Sastradipoera, Op.Cit, h. 148-149
Peranan manajemen keuangan yang penting adalah koordinasi untuk
pelbagai keputusan yang diambil, sehingga keputusan-keputusan itu saling
mengukuhkan. Bilamana sebuah keputusan membutuhkan penambahan
modal, adalah perlu untuk memeriksa apakah yang lainnya tidak kekeringan
persediaan modal tersebut. Apabila sebuah keputusan menuntut kenaikan
penjualan, keputusan lain harus membantu menjamin persediaan hasil yang
mencukupi, agar keputusan pertama dapat dilaksanakan.23
Lebih jauh peranannya sebagai koordinator, manajemen keuangan pun
berperan dalam pengawasan pelaksanaan keuangan. Untuk itu ia perlu
mempelajari anggaran dan pelaksanaan yang sesungguhnya. la perlu
membandingkannya sehingga dapat diketahui apakah rencananya sesuai
dengan pelaksanaan. Jika tidak ia perlu mengadakan perbaikan.24
Melihat uraian di atas, penulis menyimpulkan ada dua peran yang
dijalani oleh manajemen keuangan yaitu : “sebagai koordinator berbagai
keputusan keuangan dan fungsi-fungsi manajemen” serta “sebagai pengawas
pelaksana keuangan”.
D. Prinsip Manajemen dalam Ekonomi Islam
Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi,
benar, tertib dan teratur, arah pekerjaan yang jelas, landasan yang mantap dan
23 Ibid, h. 148-149. 24 Ibid, h. 148-149.
cara mendapatkanya yang transparan merupakan awal perkataan yang dicintai
Allah Swt. Tidak boleh seorang muslim melakukan sesuatu tanpa perencanaan,
tanpa adanya penelitian , kecuali sesuatu yang sifat emergency ( darurat ).25
Allah Swt sangat mencintai perbuatan – perbuatan yang terjaga dengan baik,
sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an Surah Ash-Shaff :4
⌧ ⌦
Artinya: “Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kukuh.”
Kukuh di sini bermakna adanya sinergi yang rapi antara bagian yang satu
dengan bagian yang lain. Jika hal ini terjadi, maka akan menghasilkan sesuatu
yang maksimal. Dan al-Qur’an surat at-Taubah: 71, Allah Swt. berfirman:
☺ ☺
☺
☺ ☺
⌧
⌧
Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian
mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka
25 Didin Hafidhuddin dan Hendri tanjung, Manajemen Syari’ah Dalam Praktik, ( Jakarta:
Gema Insan Prees, 2003), h..2
menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha bijaksana.”
Mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan
mereka taat kepada Allah dan rasul-Nya mereka itu akan diberikan rahmat oleh
Allah, sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maka bijaksana.”
Ada tiga hal yang dibahas dalam manajemen syariah yaitu :
Hal yang pertama yang dibahas dalam Manajemen Syari’ah adalah perilaku
yang terkait dengan nilai keimanan, ketaatan orang yang setiap kegiatannya
dilandasi dengan nilai tauhid, maka perilakunya akan terkendali dan tidak terjadi
korupsi, kolusi, dan nepotisme karena menyadari adanya pengawasan dari yang
maha tinggi, yaitu Allah swt. Yang akan mencatat setiap amal perbuatan yang
baik maupun yang buruk. Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Az-Zalzalah : 7-8
☺ ☺ ☺
⌧
Artinya : “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah niscaya dia akan melihat (balasannya) dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.
Ini berbeda dari perilaku dalam manajemen konvesional yang sama sekali
tidak terkait bahkan terlepas dari nilai tauhid, orang yang menerapkan manajemen
konvensional tidak merasa adanya pengawasan yang melekat, kecuali semata-
mata penguasa dari pimpinan atau atasan, dalam manajemen syariah setiap
kegiatan yang kita lakukan menjadi amal shaleh yang abadi. Amal selain disini
bukan diartikan perbuatan baik saja melainkan perbuatan baik yang dilandasi
dengan iman dengan syarat sebagai berikut:26
1. Niat yang ikhlas, apabila suatu perbuatan itu terkesan baik tetapi tidak
dilandasi dengan keikhlasan karena Allah, maka perbuatan tersebut tidak
dikatakan amal saleh. Niat yang ikhlas hanya akan dimiliki oleh orang-orang
yang beriman sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Bayyinah: 5
⌧ ☺
⌧ ☺
Artinya :" Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaiikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus".
2. Tata cara pelaksanaannya sesuai dengan syariat, tidak bertentangan dengan
Al-Qur’an dan hadits.
3. Dilakukan dengan kesungguhan. Amal perbuatan yang ikhlas adalah amal
yang dilakukan dengan penuh kesungguhan. Keikhlasan seseorang dapat
dilihat dari kesungguhannya dalam melakukan perbuatannya.
26 Ibid. hal. 6
Hal kedua yang dibahas dalam manajemen syari’ah adalah struktur
organisasi. Adanya struktur dan stratifikasi dalam Islam dijelaskan dalam surat
Al-An’am : 165
☺ ⌧
☺
. Artinya : “Dan dialah yang menjadikan kamu penguasa di bumi dan dia
meninggalkan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikannya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia maha pengampun lagi maha penyayang.”
Hal ini menjelaskan bahwa dalam mengatur kehidupan dunia, peranan
manusia tidak akan sama. Kepintaran, jabatan, seseorang tidak akan sama,
sesungguhnnya struktur itu merupakan sunattullah
Hal ketiga yang dibahas dalam Manajemen Syariah adalah sistem. Sistem
adalah seluruh aturan kehidupan manusia yang bersumber dari Al-Qur’an dan
sunnah rasul. Aturan tersebut dikenal dengan hukum lima (5) yaitu, wajib,
sunnah, mubah, makruh, haram.27
Aturan-aturan tersebut itu dimaksudkan untuk menjamin keselamatan
manusia sepanjang hidup mereka, baik yang menyangkut keselamatan agama, diri
( jiwa dan raga ), akal, harta benda serta keselamatan keturunan.
27 Ibid ,.hal .10
Dalam ilmu manajemen, pelaksanaan sistem yang konsisten akan
melahirkan sebuah tatanan yang rapi, sebagaimana yang disebutkan dalam Al-
Quran surat An-Nahl : 97 )
☺ ☺
Artinya : “Barang siapa yang mengerjakan amal soleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. “
Sebaliknya, menolak aturan atau sama sekali tidak memiliki keinginan
mengaplikasikan dalam kehidupan akan melahirkan kekacauan dalam kehidupan
sebagaimana yang disebut dalam Al-Qur’an surah Thaa-haa : 124-126 )
☺ ☺
☺
⌧ ⌧ ☺
⌧ ⌧
☺ ☺ ☺
⌧ ⌧ ☺
⌧ ⌧
Artinya : “Dan barang siapa yang berpaling dari peringatanku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta berkatalah “ ya tuhanku “, mengapa engkau menghimpun aku dalam keadaan buta padahal dulunya aku adalah seorang yang melihat’. Allah berfirman,” demikianlah telah datang kepadamu ayat-ayat kami maka kamu melupakannya dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan.”
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan atau planning adalah kegiatan awal dalam sebuah pekerjaan
dalam bentuk memikirkan hal-hal yang terkait dengan pekerjaan dalam bentuk
memikirkan hal-hal yang terkait dengan pekerjaan itu agar mendapat hasil yang
optimal.28
Allah Swt menciptakan alam semesta dengan hak dan perencanaan yang
matang dan disertai dengan tujuan yang jelas, sebagaimana yang terdapat
dalam firman Allah Swt. dalam surat Shaad.ayat 27
☺ ☺
⌧ ⌧ ⌧
⌧ ⌧
28 Ibid. Hal. 77
Artinya: “Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu Karena mereka akan masuk neraka.”
Perencanaan sesungguhnya merupakan aturan dan kegunaan Allah.
Segala sesuatu telah direncanakan, tak ada sesuatupun yang tidak di
rencanakan, bahkan usia manusia juga direncanakan Allah.
Konsep manajemen Islam menjelaskan bahwa setiap manusia hendaknya
memperhatikan apa yang telah dilakukan masa lalu untuk merencanakan hari
esok. Sebagaimana Firman Allah dalam surah Al-hasyr : 18
☺ ☺
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
2. Pengorganisasian (Organizing)
Ajaran Islam adalah agama yang mendorong umatnya untuk melakukan
segala sesuatu secara terorganisasi dalam rapi, hal ini dinyatakan dalam Al-
Qur’an Surat Ash-Shaff : 4
⌧ ⌦
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
Organisasi dalam pandangan Islam bukan semata-mata wadah melainkan
lebih menekan pada bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan secara rapi.
Organisasi lebih menekankan kepada pengaturan mekanisme kerja, dalam
sebuah organisasi, tentu ada pemimpin dan bawahan.29
Kekuasaan adalah amanah, kekuasaan yang merupakan amanah adalah
peluang yang diberikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara
umum. Amanah mempunyai makna keinginan untuk memenuhi sesuatu dengan
ketentuan. Secara umum amanah dari Allah Swt. kepada manusia ada dua,
yaitu ibadah dan khalifah. Dalam kehidupan, seorang muslim harus
melaksanakan segala perintah kepada Allah Swt. dan meninggalkan segala
larangan-Nya. Kepatuhan kepada Allah Swt. adalah kepatuhan yang bersifat
mutlak karena Allah Swt memang menciptakan manusia untuk mengabdi
kepada-Nya.
3. Pelaksanaan ( Actuating )
Pelaksanaan harus dilandasi koridor aturan main yang telah ditepati.
Tanpa keinginan, komitmen dan konsistensi untuk mematuhi koridor,
29 Ibid. Hal. 101
perencanaan pun akan berantakan dan hanya indah diatas kertas, tanpa juga
memahami visi dan tujuan, kegiatan tidak akan pernah dapat bersinergi menjadi
rangkaian kekuatan yang penuh manfaat.30
Dalam pelaksanaan sebuah organisasi erat kaitannya dengan pimpinan
dan kepemimpinannya. Dimana ada organisasi disitu pasti ada pimpinan yang
mendapat amanah untuk mengurus urusan orang lain.
Dalam Islam seorang pimpinan harus dapat memotivasi untuk
mendorong seorang untuk bekerja. Untuk memotivasi pegawai yang tidak satu
visi dengan pihak manajemen, maka aspek jiwa dan kejujuran perlu mendapat
perhatian. Unsur-unsur yang harus dimotivasikan seorang pemimpin, yaitu:31.
Pertama, motivasi untuk meningkatkan unsur etos dan kualitas kerja.
Kedua, seorang pemimpin juga harus memotivasi unsur pengetahuan
dan keterampilan pengawainya.
Ketiga. yang perlu dimotivasi kepada seorang karyawan dalam unsur
ibadahnya, kegiatan ibadah para karyawan perlu mendapatkan prioritas utama.
Seorang yang tidak banyak ibadahnya akan cenderung lalai dalam pekerjaan.
Oleh karena itu target dalam pembinaan ibadah adalah tumbuhnya kesadaran
bahwa segala yang dilakukan dalam pekerjaan itu tak lepas dari pengawasan
Allah Swt.
30 Ibid, Manajemen Zakat, Hal.119 31 ibid, Manajemen Syari’ah dalam praktik, Hal.133
Keempat, yang perlu dimotivasi seorang pimpinan adalah kejujuran
untuk menumbuhkan sikap jujur ini pegawai harus diyakini bahwa dengan
kejujuran, kerja akan lebih mudah, lebih sehat, lebih baik.
4. Pengawasan (Controling )
Pengawasan sesungguhnya merupakan proses antara ma’ruf nahi
mungkar.32. dalil naqli yang menerangkan amar ma'ruf nahi munkar yang
tertera dalam al-qur'an surat at-taubah ayat 71 yang berbunyi sebagai berikut:
يـأمـرون بالـمعـروف و ينـهون عـن المنـكرArtinya:"mereka menyuruh mengerjakan yang ma'ruf, mencegah dari yang
mungkar".
Pengawasan dalam pandangan hukum Islam dilakukan untuk meluruskan
yang tak lurus, mengoreksi yang salah, dan membenarkan yang hak.
Pengawasan ( Control) dalam ajaran Islam, paling tidak terbagi dua hal
yaitu.”33.
Pertama, Kontrol yang berasal dari diri sendiri yang bersumber dari
tauhid dan keimanan kepada Allah Swt. Seseorang yang yakin bahwa Allah
pasti mengawasi hamba-Nya, maka ia akan bertindak hati-hati, sebagaimana
dalam Al-Qur’an surah Al- Mujadalah :7
☺
32 Ibid. Manajemen Zakat, Hal.140 33 Ibid. Manejemen Syari’ah dalam Praktek, hal.156
⌧
☺ ⌧ ☺
⌧
Artinya; “Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang Telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
Kedua. Pengawasan yang berasal dari luar diri sendiri, sistem
pengawasan dapat berdiri atas mekanisme pengawasan dari pimpinan yang
berkaitan dengan penyelesaian tugas dan perencanaan tugas dan lain-lain.
Pengawasan yang baik adalah pengawasan yang telah built-in ketika
menyusun sebuah program, harus sudah ada unsur kontrol didalamnya.
Tujuannya adalah agar seorang yang melakukan sebuah pekerjaan merasa
bahwa pekerjaannya itu diperhatikan oleh atasan. Oleh karena itu, pengawasan
terbaik adalah yang di bangun dari dalam diri orang yang di awasi dan dari
sistem pengawasan yang baik.
E. Manajemen Keuangan Organisasi Pengelola Zakat
Organisasi Pengelola Zakat ( OPZ ) memiliki dua “jiwa” sekaligus; jiwa
Lembaga Swadaya Masyarakat ( LSM ) dan jiwa Lembaga Keuangan Syari'ah
(LKS). Sebagai lembaga Swadaya Masyarakat, organisasi pengelola zakat adalah
lembaga pemberdayaan yang mempunyai tujuan besar yaitu merubah keadaan
sebagai mustahiq menjadi muzakki. Dalam peranan ini, organisasi pengelola
zakat harus paham, peka, serta menyatu dengan masyarakat dan lingkungannya,
terutama yang berada di wilayah kerjanya. Organisasi pengelola zakat harus tahu
persis kondisi relijius, sosial, budaya, maupun ekonomi masyarakat pemahaman
yang menyeluruh dan mendalam akan membantu organisasi pengelola zakat
dalam mengembangkan program-program yang dapat menyelesaikan
problematika secara menyeluruh pula.34
Di sisi lain, organisasi pengelola zakat adalah lembaga keuangan syari'ah
karena menghimpun dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat berupa
zakat, infak, shadaqah, atau dana lainnya. Pada umumnya dana yang diterima
organisasi pengelola zakat tidak terlepas dari realisasi keimanan seseorang
terhadap syari'ah Islam. Oleh karena itu, organisasi pengelola zakat harus dapat
mengelola dana yang dihimpun sesuai ketentuan syar'i dan mengoptimalkannya.
Organisasi pengelola zakat harus dapat membuktikan bahwa dana berupa zakat,
infak atau shadaqah apabila dikelola dengan benar dan baik dapat menyelesaikan
34 Hertanto Widodo dan Teten Kustiawam, Akuntansi &Manajemen Keuangan Untuk
Organisasi Pengelola Zakat, ( Jakarta : Institut Manajemen Zakat, 2001), hal. 73.
permasalahan ekonomi masyarakat bahkan Negara sebagaimana yang terjadi pada
masa khulafaurrasyidin.35
Hal tersebut di atas, bagi organisasi pengelola zakat tidak mungkin
mencapainya tanpa adanya profesionalitas dalam pengelolaannya. Salah satu
wujud profesionalitas adalah adanya manajemen yang sehat dalam segala sisi,
baik itu sumber daya manusia, perencanaan strategis, operasional, maupun
keuangan.
1. Pengertian Manajemen Keuangan Organisasi Pengelola Zakat
Pada pembahasan sebelumnya telah dikemukakan pengertian
manajemen keuangan secara konvensional dan syari’ah, yaitu segala kegiatan
yang menyangkut perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan
secara efektif dan efisien.
Adapun Manajemen keuangan dalam organisasi pengelola zakat tidak
diukur semata-mata dari efisiensi dan efektifitas, melainkan diukur juga dari
sejauh mana kesesuaian dengan syari'ah. Oleh karena itu, yang dimaksud
dengan manajemen keuangan dalam organisasi pengelola zakat tidak persis
sama dengan pengertian manajemen keuangan konvensional. Hertanto
Widodo dan Teten Kustiawan mengutarakan bahwa Pengertian manajemen
keuangan dalam organisasi pengelola zakat adalah perencanaan, pengelolaan,
35 Ibid, h.74.
dan pengendalian dana untuk memenuhi ketentuan syari'ah dan pembatasan
dari donatur serta terwujudnya efisiensi dan efektifitas dana.36
2. Ruang lingkupnya
Ditinjau dari aliran dana, tugas pokok organisasi pengelola zakat adalah
penghimpun dan penyalur dana zakat. Penghimpun artinya menerima dana
dari muzakki atau donator dan penyalur artinya menyalurkan dana kepada
mustahiq. Dari tugas pokok dan dikaitkan dengan pengertian di atas, maka
ruang lingkup manajemen keuangan dalam organisasi pengelola zakat
mencakup perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas penghimpunan,
penyaluran dan saldo dana. Dengan demikian organisasi pengelola zakat
dalam mengelola keuangannya harus melakukan fungsi-fungsi manajemen
dengan ruang lingkup sebagai berikut 37:
1. Membuat perencanaan atau menyusun rencana kegiatan dan anggaran
tahunan (RKAT) atau budgeting yang meliputi beberapa dana yang
diharapkan terhimpun beserta sumber dan strategi memperolehnya. Berapa
jumlah dana yang akan disalurkan dan jumlah orang/lembaga yang akan
menerimanya, serta saldo dana minimum yang harus tersedia sebagai
cadangan untuk paling tidak setiap bulannya.
2. Membuat panduan berupa kebijakan umum dan petunjuk teknis terkait
dengan pengelolaan dana yang akan dilaksanakan dilembaga. Panduan ini
harus mencakup penghimpunan, penyaluran dan saldo dana.
36 Ibid, h.75 37 Ibid, h.76.
3. Melakukan pengendalian dalam penghimpunan yang memadai diharapkan
syari'ah terlaksana dengan baik, pembatasan dari Muzakki / donator
terpenuhi, dan terwujudnya efisiensi dan efektifitas dana.
Dari tiga hal tersebut di atas, penulis dapat menyimpulkan agar
tercapainya sebuah pengelolaan keuangan yang baik dan transparan bagi
organisasi pengelola zakat diperlukan suatu perencanaan yang matang dan
sistematis dan panduan kebijakan umum dan teknis terkait pengelolaan dana
berikut pengendaliannya secara syari’ah demi terwujudnya efisiensi dan
efektifitas dana.
BAB III
Gambaran Umum Lembaga Amil Zakat
Al-Azhar "Peduli Ummat"
A. Latar Belakang Berdirinya
Lembaga Amil Zakat ( LAZ ) Al-Azhar “Peduli Ummat” merupakan bagian
dari struktur organisasi Yayasan Pesantren Islam ( YPI ) Al-Azhar, dimana
kedudukannya berada di bawah majelis ekonomi. Secara struktural, lembaga ini
tidak berdiri secara independen melainkan masih memiliki keterkaitan dengan
organisasi YPI Al-Azhar namun dalam hal manajemennya LAZ Al-Azhar berdiri
secara independen.
Meskipun YPI Al-Azhar sudah berdiri sejak setengah abad lebih yang silam,
yakni pada tanggal 7 April 195238, namun lembaga ini merupakan lembaga yang
baru didirikan oleh YPI Al-Azhar pada tanggal 1 Desember 200439, jadi lembaga
ini baru berjalan sekitar enam ( 6 ) bulan lebih pada saat penulis melakukan
penelitian di dalamnya.
38 Badruzzaman Busyairi, Setengah abad Al-Azhar, 7 April 1952-7 April 2002, (Jakarta :),
h. 19 39 M. Anwar Sani, Direktur Eksekutif LAZ Al-Azhar, Wawancara Pribadi, Kebayoran, 1
Juli 2005
Ide pendirian LAZ Al-Azhar “Peduli Ummat” dilatar belakangi oleh adanya
kegiatan pengumpulan zakat di lingkungan YP1 Al-Azhar, yang pada awalnya
dilakukan oleh pengurus Masjid Agung Al-Azhar. Dikatakan bahwa selama tiga
tahun saja ( 1993, 1994, 1995 ) hampir 21.000 jiwa menyerahkan fitrahnya
melalui masjid Agung Al-Azhar untuk dibagikan kepada fakir miskin dan orang-
orang lain yang berhak menerimanya, atau setiap tahunnya rata-rata sekitar 7000
jiwa datang menyerahkan zakat fltrahnya. Ini tidak termasuk kaum muslimin yang
menyerahkan fidyah sebagai pengganti puasa bagi yang berhalangan
secara syar’i serta menyerahkan zakat maal.40
Sebelum pendirian lembaga ini, kondisi tersebut diatas belum mengalami
perubahan yang signifikan dalam arti bahwa kegiatan pengumpulan dana zakat
dan non zakat di lingkungan Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar masih dilakukan
dengan cara-cara tradisional ( secara kepanitiaan ) dan hanya pada waktu-waktu
tertentu, khususnya dalam bulan suci Ramadhan. Bahkan dengan kondisi
lingkungan yayasan.
Pesantren Islam Al-Azhar yang semakin berkembang, kepanitiaan dalam
pengumpulan dan pendistribusian zakat fitrah khususnya, dilakukan juga di unit-
unit organisasi Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar lain di luar kepengurusan
masjid, seperti pada sekolah-sekolah di lingkungan Al-Azhar yang saat ini telah
tersebar ke berbagai propinsi.41
40 Proposal Pembentukan LAZ Al-Azhar, h. 12 41 Ibid, h, 13.
Melihat kondisi di atas, maka mulailah timbul pemikiran di benak para
pengurus Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar untuk melakukan reorganisasi
pengelolaan zakat di lingkungan Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar derngan
membentuk sebuah Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang terintegrasi, terpusat dan
berskala nasional, Sehubungan dengan berlakunya keputusan Menteri Agama RI
No. 373 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No.38 Tahun 1999
tentang Pengelolan Zakat (UUPZ).42
Pada tanggal 24 Juni 2004, pengurus Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar
secara resmi memberikan mandat kepada Tim Pembentukan Lembaga Amil Zakat
untuk mempersiapkan pembentukan sebuah lembaga amil zakat di lingkungan
Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar. Keanggotaan tim terdiri dari wakil sekretariat
Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar, Majlis Dakwah, Majelis ekonomi, Jam'iyyah,
KBH, dan wakil dari kalangan profesional. Sebagai langkah persiapan, tim
melakukan serangkaian pertemuan dengan nara sumber dari Dompet Dhuafa
Republika dan Direktur Zakat Departemen Agama RI.43
Para pengurus berharap Pembentukan Lembaga Amil Zakat ( LAZ ) ini
akan menjadi milestone yang menandai adanya suatu kemajuan dan babak baru
dalam sejarah perkembangan Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar. Dan melalui
wadah LAZ berskala nasional ini, pengelolaan dana zakat dan non zakat akan
dapat dilakukan secara profesional dan bertanggung jawab serta memungkinkan
42 Ibid, h.1 43 Ibid
diaktifkannya berbagai program/kegiatan YPI Al-Azhar secara terintegrasi dan
berkesinambungan.44
B. Visi-misi dan Arah tujuannya
Kemiskinan sebagai satu budaya, mengindikasikan semangat masyarakat
dalam bekerja sehingga kehidupan bersifat statis, terbelakang dan berdiam diri
menerima kenyataan. Keengganan berusaha adalah sifat penganiayaan terhadap
diri sendiri, sedangkan ketidakmampuan berusaha antara lain disebabkan pihak
lain yang menginginkan untuk menguasai sumber-sumber devisa atau dalam
istilahnya, kemiskinan struktural.45
Oleh karena itu, salah satu upaya untuk mengentaskan kemiskinan Allah
SWT mewajibkan kepada umat Islam untuk menyisihkan sebagian harta mereka
berupa zakat guna mensucikan harta mereka. Di mana zakat tersebut selain
berfungsi sebagai realisasi ibadah kepada Allah SWT serta sebagai pembersih
harta dan jiwa bagi pemberinya. Agar tercapainya upaya pengentasan kemiskinan
diperlukan suatu institusi pengelola zakat yang akuntabel, transparan dan amanah
dalam pengelolaan dana-dana zakat.
Dalam tingkatan dan bentuk jabatan apapun, Islam selalu menganjurkan
untuk tetap berlaku amanah dan bertanggung jawab terhadap setiap kepercayaan
yang diberikan orang lain kepada diri kita selaku ummat Islam. Barang siapa yang
44 Ibid, h.3 45 Quraisy Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 1996), h. 450
telah berani melanggar amanah yang diberikan kepadanya maka ia termasuk
dalam golongan orang-orang munafik Hal ini terlihat jelas dalam hadits
Rasulullah Saw yang artinya “Tiga ciri orang munafik yaitu : jika berbicara
berdusta, jika diberi amanat berkhianat, dan jika berjanji ingkar”.
LAZ Al-Azhar “Peduli Ummat” yang berlandaskan Al-Qur'an dan Al-
Hadits dalam sistem operasionalnya, bertekad selalu menjaga amanah dan
bertanggung jawab penuh dalam hal pengelolaan zakat demi terselenggaranya
berbagai program pemberdayaan ekonomi umat. Hal ini tertuang dalam visinya
yaitu “Menjadi Institusi Pengelola Zakat yang amanah dalam
menyelenggarakan berbagai program pemberdayaan ekonomi umat.”46
Adapun misi LAZ Al-Azhar selalu berupaya memberikan motivasi kepada
segenap lapisan masyarakat agar terbuka kesadaran mereka untuk menyisihkan
sebagian harta mereka sebagai zakat dan non zakat (infak dan shodaqah), lalu
dana-dana yang telah dikumpulkan tersebut dikelola secara professional dan
transparan agar dana-dana trersebut dapat dimanfaatkan dan disalurkan kepada
mereka yang berhak menerimanya dan tepat sasaran.47
Sebagai misinya yang lain, LAZ Al-Azhar juga melayani dengan setia
kepentingan para muzakki dan mustahiq.48 Untuk hal ini, penulis melihat sendiri
secara langsung bagaimana cara pelayanan para amilnya. Dengan begitu
banyaknya para mustahiq yang datang setiap harinya, mereka melayaninya
46 Ibid, h.2 47 Profil LAZ Al-Azhar, h.2 48 Ibid, h.2
dengan penuh perhatian dan sabar. Juga termasuk dalam misi LAZ Al-Azhar,
yaitu penyelenggaraan berbagai program kemaslahatan umat dan pemberdayaan
ekonomi umat. Salah satu contoh program kemaslahatan umat ialah dengan
memberikan pelayanan jenazah secara gratis bagi kaum dhuafa, mulai dari
memandikan, mengkafani, mensholatkan serta mengantarkan jenazah sampai ke
pemakaman. Sedangkan dalam pemberdayaan ekonomi umat, LAZ Al-Azhar
memberikan modal usaha dan mengadakan training keterampilan kepada para
mustahiq.49
LAZ Al-Azhar berupaya mengarahkan institusi ini agar menjadi sarana
penghubung formal antara pihak muzakki dan mustahiq berdasarkan tuntunan
agama dan peraturan pemerintah, menjadi sarana penghimpun dana masyarakat
untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi peningkatan kesejahteraan umat,
sebagai fasilitator yang memotivasi berbagai kalangan masyarakat untuk berzakat
baik perorangan maupun badan hukum atau usaha, juga sebagai sarana untuk
meningkatkan peran serta YPI Al-Azhar di bidang kesejahteraan masyarakat dan
yang terakhir sebagai sarana untuk lebih meningkatkan citra YPI Al-Azhar di
masyarakat melalui berbagai program pemberdayaan ekonomi umat.50
C. Lingkup Kegiatannya
Sebagai sebuah institusi berskala nasional, ruang lingkup kegiatan LAZ Al
Azhar meiiputi berbagai kegiatan yang telah, sedang dan akan dilakukan di
49 Ibid, h.2 50 Proposal Pembentukan LAZ Al-Azhar, Op.Cit, h.22
lingkungan YPI Al-Azhar yang mencakup 2 ( dua ) kegiatan pokok, yaitu
kegiatan pengumpulan dan pendayagunaan zakat dan non zakat.51
Untuk menjamin efektifitas kegiatan pengumpulan zakat, LAZ “Al-Azhar
Peduli Ummat” membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ) di setiap komponen
YPI Al-Azhar dan membuka rekening pada bank-bank syariah yang telah
menjalin kerja sama dengan LAZ “Al-Azhar Peduli Ummat”. Dengan Demikian,
pembayaran zakat dapat dilakukan melalui UPZ-UPZ di lingkungan YPI Al-
Azhar atau lansung melalui rekening LAZ “Al-Azhar Peduli Ummat” pada bank-
bank syariah yang telah ditetapkan.52 Sesuai dengan ketentuan dalam UUPZ,
lingkup kewenangan pengumpulan zakat meliputi zakat maal / harta, zakat fitrah,
infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris, dan kafarat. Muzakki melakukan
perhitungan sendiri zakat harta masing-masing berdasarkan hukum agama. Untuk
memudahkan perhitungan zakat, Depertemen Agama RI menerbitkan Pedoman
Menghitung Zakat Sendiri. Dalam hal muzakki tidak dapat menghitung sendiri
kewajiban zakatnya, muzakki dapat meminta bantuan kepada petugas UPZ di
lingkungan YPI Al-Azhar karena LAZ Al-Azhar membuka layanan konsultasi
zakat. Dana zakat dan non zakat dikumpulkan, dalam hal pendayagunaanya, LAZ
Al-Azhar berpedoman pada UUPZ bab V pasal 16 & pasal 17 dan keputusan
Menteri Agama RI Nomor 373 Tahun 2003 bab V pasal 28 tentang persyaratan
pendayagunaan dimana dana tersebut didayagunakan untuk mustahiq sesuai
51 Profil LAZ Al-Azhar, op.cit, h. 8 52 Wawancara Pribadi Op.Cit,
ketentuan agama dan didasarkan pada skala prioritas kebutuhan masing-masing
mustahiq dan dimanfaatkan untuk usaha yang produktif.53
Menurut penulis, yang paling menarik dari lingkup kegiatan LAZ Al-Azhar
ialah langkah terobosan barunya dengan memberikan fasilitas bagi para
muzakkinya yang telah menyetorkan zakat mereka, bahwa zakat mereka dapat
mengurangi penghasilan kena pajak mereka.
D. Program-programnya
Program LAZ “Al-Azhar Peduli ummat” terdiri atas 4 (empat) bidang
kegiatan, yaitu Bidang Dakwah dan Pendidikan, Sosial dan Kemaslahatan Umat
serta pemberdayaan ekonomi umat. Realisasi setiap program di sesuaikan dengan
ketersediaan dana zakat dan non-zakat berdasarkan skala prioritas yang telah
ditetapkan oleh badan Pelaksana LAZ Al-Azhar “Peduli Ummat”.54
Di bidang dakwah, LAZ Al-Azhar mencanangkan programnya dengan
melalui pemberdayaan organisasi / lembaga dakwah, baik internal maupun
eksternal YPI Al-Azhar, menerbitkan publikasi dakwah, paket dakwah, buletin
dakwah, memberikan bantuan serta pemberdayaan masjid dan mushalla,
memberikan bantuan biaya perjalanan haji/umroh untuk dhuafa, mengadakan
majlis ta'lim dan dakwah ke desa tertinggal dan membina ummat muslim yang
berada di daerah pedalaman.
53. Ibid., h. 12. 54 Ibid., h. 15-16
Dalam hal pendidikan, programnya ditujukan untuk memberikan bea siswa
bagi anak berprestasi, guru berprestasi, kepala sekolah berprestasi, lalu
memberikan bantuan kepada lembaga / instansi penyelenggara pendidikan, biaya
penelitian untuk meningkatkan kualitas anak didik, guru, kepala sekolah dan
biaya untuk pengembangan perpustakaan sekolah dan ruang laboratoriumnya.
Dan juga untuk pembangunan sekolah/madrasah/pesantren dan sebagainya.
Adapun di bidang sosial, LAZ Al-Azhar memfokuskan dalam hal
memberikan bantuan korban bencana alam (banjir, gempa bumi, tanah longsor
dsb), korban kebakaran, ledakan bom, korban kerusuhan, membantu anak
terlantar / yatim, khitanan massal, pernikahan massal, membantu orang tua /
jompo, membantu pengobatan kaum dhuafa, menyelenggarakan jenazah untuk
dhuafa, membangun panti asuhan, panti jompo, serta membantu perkara-perkara
hukum untuk dhuafa.
Terakhir, di bidang kemashlahatan umat LAZ Al-Azhar memberikan
pelayanan di bidang kesehatan dan lingkungan hidup seperti layanan klinik
berjalan dan toko obat / apotik, lalu memberdayakan ekonomi umat seperti
memberikan modal untuk pedagang kecil dan desa binaan, serta membuka
lapangan kerja seperti kegiatan padat karya dalam pembuatan jalan desa, gorong,
sumber air bersih, dan MCK, dan yang terakhir mengembangkan unit pelayanan
jenazah di daerah-daerah dan sebagainya.
BAB IV
Manajemen Keuangan LAZ Al-Azhar "Peduli Ummat'
dalam Pandangan Ekonomi Islam
LAZ Al-Azhar “Peduli Ummat” sebagai sebuah organisasi pengelola zakat
berskala nasional, bercita-cita ingin meningkatkan kesejahteraan ummat melalui
berbagai program pemberdayaan ekonomi umat dari hasil dana-dana zakat, infaq dan
shadaqah yang telah dihimpun oleh para amilnya. Cita-cita ini tak akan mudah
terwujud tanpa didukung oleh manajemen yang apik dan rapi dari berbagai aspeknya,
salah satunya ialah aspek manajemen keuangan.
Pada bagian ini penulis berusaha mengupas sejauh mana LAZ Al-Azhar “Peduli
Ummat” mengelola keuangannya serta bagaimana pandangan ekonomi Islam
terhadap pengelolaannya tersebut.
A. Perencanaan Keuangan LAZ Al-Azhar
Planning, organizing, directing dan controlling adalah empat fungsi
manajemen yang paling umum dikenal. Empat fungsi ini dapat difahami sebagai
suatu urutan atau prioritas serta adanya keterkaitan yang kuat antara satu fungsi
dengan fungsi yang lainnya. Dengan demikian, perencanaan ( Planning ) sebagai
fungsi pertama merupakan prioritas utama untuk dijalankan dan akan
mempengaruhi fungsi-fungsi lainnya. Oleh karena itu, perencanaan keuangan
akan dibahas terlebih dahulu sebelum membahas fungsi lainnya.
Perencanaan keuangan pada umumnya diwujudkan dalam bentuk anggaran
(Budget). Di Indonesia membuat anggaran belum umum dilakukan oleh
organisasi pengelola zakat. Memahami demikian pentingnya anggaran bagi suatu
organisasi-apapun nama dan bentuknya, maka sudah seharusnya organisasi
pengelola zakat pun membiasakan membuat perencanaan keuangan dalam bentuk
anggaran.55
Hertanto Widodo & Teten Kustiawan menjelaskan bahwa anggaran adalah
suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan
organisasi yang dinyatakan dalam unit ( kesatuan ) moneter dan berlaku untuk
jangka waktu ( periode ) tertentu yang akan datang. Anggaran merupakan rencana
manajemen dengan asumsi langkah-langkah positif akan diambil oleh pelaksana
anggaran demi terealisasinya rencana yang telah disusun.56
Untuk pengelola zakat, anggaran yang paling penting terkait dengan
pengelolaan keuangan adalah anggaran kas. Hal ini didasarkan pada
pertimbangan bahwa tugas pokok pengelola zakat ditinjau dari aliran dana adalah
penghimpun dan penyalur dana. Untuk hal ini, Hertanto Widodo & Teten
Kustiawan membagi anggaran kas pengelola zakat ke dalam dua hal, yaitu
55 Hertanto Widodo & Teten Kustiawan, Akuntansi & Manajemen Keuangan Untuk
Organisasi Pengelola Zakat, ( Jakarta : Institut Manajemen Zakat, 2001 ), h. 77 56 Ibid., h. 78.
anggaran penghimpunan dana zakat, infaq dan shadaqah dan anggaran
penyalurannya.57
Anggaran penghimpunan adalah proyeksi jumlah kas yang akan diterima
berasal dari zakat, infak dan shadaqah dan sumber dana lainnya. Adapun
anggaran penyaluran adalah estimasi penyaluran dana untuk para mustahiq dalam
berbagai bentuk program serta biaya operasional pengelola zakat.58
Dalam hal ini, agar tercapainya suatu target yang telah ditetapkan maka
sebuah organisasi pengelola zakat mesti memproyeksikan berapa jumlah kas yang
akan mereka terima dari para muzakki yang menyetorkan zakat, infaq dan
shadaqah dalam jangka waktu tertentu serta memproyeksikan penyaluran
dananya. Berdasarkan data yang diterima oleh penulis, bahwa LAZ Al-Azhar
dalam memproyeksikan anggaran kasnya baik penghimpunan dana maupun
penyalurannya untuk periode 2005-2006 ialah sebagai berikut;
Perhitungan alokasi dana untuk masing-masing bidang sasaran
Zakat Infaq & Shadaqah
Dana kemanusiaan dan Sponsorship
Jumlah
Anggaran dann yang akan di salurkan
Rp.890.000 Rp.81.000 Rp.1.011.000 Rp.2.012000
Anggaran Dana pengelolaan
Rp.111.250 Rp
9.000 Rp.30.000 Rp.150.250
Anggaran dana yang tersedia untuk 4 bidang sasaran
Rp.778.750
Rp.81.000
Rp.1.011.000
Rp.1.900.750
Pendidikan Rp.66.000 Rp.72.700 Rp.138.7000
57 Ibid., h. 79. 58 Ibid., h. 79.
dan Dakwah Sosial Rp.31.000 Rp.980.000 Rp.1.011.000 Kemaslahatan Umat
Rp.162.000 Rp.162.000
Pemberdayaan Ekonomi
Rp.36.500 Rp.36.500
Dengan melihat perencanaan keuangan diatas LAZ Al-Azhar merencanakan
keuangannya menggunakan metode A Posteriori yaitu sebuah metode penyusunan
anggaran dengan cara menetapkan estimasi penyaluran terlebih dahulu baru
setelah itu ditetapkan target penghimpunan dengan mengacu pada estimasi
penyaluran yang telah ditetapkan59, nampak bahwa LAZ Al-Azhar berupaya
menargetkan penghimpunan dan penyaluran dana ZlS-nya sebesar
Rp.980.000.000,00 ( sembilan ratus delapan puluh juta rupiah ) selama periode
2005-2006. Dimana dana-dana tersebut akan dialokasikan untuk empat bidang
sasaran, yaitu pendidikan & dakwah, sosial, kemaslahatan umat dan pemberdayan
ekonomi umat.
B. Pengelolaan Keuangan LAZ Al-Azhar
Berdasarkan Undang-undang Tentang Pengelolaan Zakat ( UUPZ ) bab I
pasal 1 ayat 1 yang dimaksud dengan pengelolaan zakat ialah kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap
pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat.
Mengacu pada pengertian di atas, dalam bagian ini penulis perlu membatasi
lingkup pembahasan pengelolaan keuangan hanya pada kegiatan
pengorganisasian dan pelaksanaan terhadap dana yang dikelola baik itu berupa
59 Ibid., h. 79.
kas maupun non kas, karena kegiatan perencanaan keuangan telah dibahas
sebelumnya sedangkan kegiatan pengendalian dan pengawasannya akan dibahas
setelah bagian ini.
Menurut Hertanto Widodo dan Teten Kustiawan bahwa pengelolaan
keuangan harus diwujudkan dalam suatu panduan baik berupa kebijakan umum
maupun pedoman teknis. Panduan merupakan acuan atau standar yang digunakan
dalam menerima, mencatat, menyimpan, menyalurkan, dan
mempertanggungjawabkan dana. Panduan ini meliputi penghimpunan,
penyaluran, dan saldo dana.60
1. Penghimpunan Dana
Panduan dalam penghimpunan dana mencakup tentang jenis dana dan
cara menerimanya. Organisasi pengelola zakat harus menetapkan jenis dana
yang akan diterima sebagai sumber dana.61
Sesuai ketentuan UUPZ bab IV pasal 13, menyatakan jenis dana yang
dapat dihimpun oleh organisasi pengelola zakat tidak terbatas hanya zakat.
Dana-dana seperti infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris dan kafarat boleh
dihimpun oleh organisasi pengelola zakat.
Setiap jenis dana memiliki karakteristik sumber dan konsekuensi
pembatasan berbeda yang harus dipenuhi oleh pengelola zakat, hal ini dapat
berupa ketentuan syari'ah, ketentuan peraturan perundang-undangan, atau
60 Ibid., h. 80 61 Ibid
pembatasan yang berasal dari muzakki/dermawan. Contoh karakteristik
sumber dan pembatasan yang harus dipenuhi oleh organisasi pengelola zakat
ialah dalam hal zakat fltrah. Zakat fltrah adalah kewajiban yang dikenakan
kepada setiap muslim yang mempunyai kelebihan makanan untuk satu hari di
akhir bulan Ramadhan dan harus diberikan kepada mustahiq sebelum shalat
‘Idul Fitri dimulai. Contoh lain adalah shadaqah dengan syarat tertentu. Para
dermawan lazim memberikan shadaqah dengan pembatasan tertentu dalam
penggunaannya, misalkan untuk bea siswa yatim piatu. Terhadap hal ini maka
merupakan kewajiban pengelola zakat untuk menyalurkan shadaqah tersebut
sebagaimana disyaratkan oleh pemberi dana.62
Penulis melihat bahwa Organisasi Pengelola Zakat mesti
mempertimbangkan karakteristik sumber dan pembatasan-pembatasan seperti
di atas dan harus menetapkan jenis dana yang akan diterima sesuai dengan
kemampuan untuk memenuhi pembatasan yang melekat pada dana yang akan
diterimanya.
Selain jenis dana, panduan yang harus dibuat terkait dengan
penghimpunan adalah cara penerimaan dana.63 Penentuan cara penerimaan
dana akan berpengaruh signifikan terhadap efektifitas penghimpunan dana
serta berpengaruh juga terhadap biaya penghimpunan dana karena setiap cara
penerimaan dana membutuhkan sarana/alat dan pengendalian yang berbeda.
62 Ibid, h.81 63 Ibid, h.82
Ada tiga cara dana diterima; melalui rekening di bank, counter, atau
“jemput bola”. Termasuk dalam cara dana diterima adalah pilihan tempat dari
masing-masing cara tersebut. Artinya di bank mana membuka rekening, di
lokasi mana membuka counter, atau wilayah mana saja yang akan dilayani
dengan “jemput bola” merupakan bagian dari cara dana diterima. Organisasi
pengelola zakat dapat saja memilih salah satu, dua, atau menggunakan tiga
cara sekaligus. Pemilihan cara Penerimaan dana harus disesuaikan dengan
tempat kedudukan organisasi dan target muzakki/dermawan guna kemudahan
akses dari keduanya.64
Dalam hal ini, LAZ Al-Azhar menetapkan dalam penghimpunan sumber
dananya mengikuti ketentuan UUPZ yaitu zakat maal ( harta ), infaq,
shadaqah, hibah, wasiat, wans, dan kafarat.65
Untuk memudahkan proses penghimpunannya agar lebih efektif dan
efisien, LAZ Al-Azhar membentuk Unit Pengumpul Zakat ( UPZ ) disetiap
komponen Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar. Melalui UPZ-UPZ di
lingkungan Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar inilah, para muzakki atau para
dermawan dapat menyetorkan kewajiban mereka berupa zakat, infaq, dan
shadaqah sesuai ketentuan yang berlaku baik syari'ah maupun peraturan
pemerintah.
64 Ibid 65 M. Hasjim, Mengenal Lembaga Amil Zakat Al-Azhar Peduli Ummat, (Jakarta : Mustari,
2005 ), h.9
Juga, LAZ Al-Azhar menjalin kerja sama dengan pihak Bank Mu'amalat
Indonesia dalam hal penghimpunan dana bagi para muzakki dan para
dermawan yang ingin menyetorkan dana zakat, infaq, dan shadaqah mereka
melalui rekening zakat No.301.00009.10.66
Selain itu, LAZ Al-Azhar melakukan sistem "jemput bola" dalam
menghimpun sumber dananya dengan cara mengirimkan brosur-brosur info
menunaikan zakat ke berbagai perusahaan, dimana di dalam brosur tersebut
dilampiri formulir kesediaan untuk menjadi donatur ( muzakki ) dan juga
mendirikan stand di lingkungan Masjid PT.Indomobil sebagaimana penulis
ketahui sendiri pada hari jum'at, 1 Juli 2005.
Ditinjau dari kegiatan penghimpunan sumber dana, terlihat LAZ Azhar
menggunakan tiga cara sekaligus dalam penerimaan sumber dananya. Seperti
membuka rekening pada Bank Mu'amalat Indonesia, mendirikan counter
berupa Unit Pengumpul Zakat di setiap komponen Yayasan Pesantren Islam
Al-Azhar, dan sistem “jemput bola” dengan cara mengirimkan brosur-brosur
info zakat ke berbagai perusahaan.
Adapun pedoman teknis yang dilakukan LAZ Al-Azhar dalam
penghimpunan sumber dananya ialah dengan memberlakukan prosedur
berikut ini67:
66 Brosur Info LAZ Al-Azhar Peduli Ummat 67 M. Hasjim, op.cit., h.l 1
1) Muzakki perorangan atau badan menghitung kewajiban zakat sendiri.
2) Muzakki badan atau perorangan memutuskan untuk menyetorkan zakat
melalui LAZ “Al-Azhar Peduli Ummat”
3) UPZ di lingkungan Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar melayani muzakki
dan memproses setoran zakat muzakki bersangkutan
4) Petugas Bank yang ditunjuk oleh LAZ “Al-Azhar Peduli Ummat”
memproses setoran zakat, jika muzakki menyetorkan zakatnya melalui
Bank.
5) Muzakki perorangan atau badan menerima bukti setoran zakat yang dapat
digunakan sebagai bukti pengurang penghasilan kena pajak. Muzakki
menerima Nomor Pokok Wajib Zakat ( NPWZ).
6) Muzakki perorangan atau badan dicatat dalam basis data.
2. Penyaluran Dana
Penyaluran dana memerlukan panduan yang lebih luas dibandingkan
penghimpunan dana. Panduan dalam penyaluran dana setidaknya mencakup
penerima dana, ruang lingkup bidang sasaran, sifat penyaluran, prosedur
pengeluaran dana dan pertanggungjawaban atas penggunaan dana.68
a. Penerima dana
Dalam menetapkan siapa-siapa yang berhak menerima dana zakat,
infaq, dan shadaqah, LAZ Al-Azhar berpedoman pada Al-Qur'an surat At-
68 Hertanto Widodo & Teten Kustiawan, loc.cit., h. 82
Taubah ayat 60. kedelapan golongan tersebut yaitu fakir, miskin, amil,
muallaf, riqab, ghorimin, fisabilillah, dan ibnu sabil.69
Dari jumlah keseluruhan dana zakat, infaq, dan shadaqah yang telah
dihimpun, LAZ Al-Azhar mendistribusikannya kepada delapan golongan,
dengan pembagian sebagai berikut;70
Fakir + Miskin + Riqab + Gharimin dialokasikan sebanyak 60%
Fi sabilillah + Ibnu sabil + Muallaf dialokasikan sebanyak 27,5%
Amilin dialokasikan sebanyak 12,5%
b. Ruang lingkup bidang sasaran
Aspek dalam kehidupan manusia semakin hari semakin beragam.
Aspek kehidupan ini bisa kita lihat dalam banyak bentuk, mulai dari
ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dakwah, pendidikan, kesehatan,
lingkungan sampai hak asasi manusia ( HAM ). Dalam setiap aspek
tersebut akan kita dapati orang-orang yang tergolong dalam golongan
mustahiq. Atau kita lihat dari sisi mustahiq akan kita temukan
permasalahan-permasalahan dalam aspek-aspek tersebut pada diri mereka.
Aspek-aspek kehidupan ini merupakan bidang sasaran yang dapat dipilih
dalam penyaluran dana oleh organisasi pengelola zakat.71
69 M. Anwar Sani, Direktur Eksekutif LAZ Al-Azhar, Wawancara Pribadi, Kebayoran, 1 Juli
2005 70 Rencana Kerja LAZ Al-Azhar 2005-2006 71 Ibid, h. 84
Menurut Hertanto Widodo dan Teten Kustiawan ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan untuk menentukan bidang sasaran yaitu :
1. Kebutuhan riil para penerima dana. Penetapan bidang sasaran harus
sesuai dengan kebutuhan riil para penerima dana yang ada di wilayah
kerja pengelola zakat masing-masing. Pengguliran program dalam
bidang sasaran yang sesuai kebutuhan penerima dana akan
menumbuhkan rasa memiliki pada diri mereka terhadap program
tersebut.
2. Skala prioritas permasalahan. Kebutuhan riil para penerima sangat
mungkin tidak terbatas. Jika terjadi hal demikian, maka sudah
seharusnya di buat skala prioritas dalam permasalahan yang ada.
Sehingga, walaupun memerlukan waktu yang panjang karena bertahap
namun ada penyelesaian masalah yang jelas yang dilakukan.
3. Kemampuan sumber dana dan sumber daya manusia. Sebagaimana
diuraikan di atas pemilihan bidang sasaran sangat terkait dengan
tersedianya sumber dana dan sumber daya manusia. Keterbatasan
dalam dua sumber ini hanya dapat diatasi dengan adanya sinergi atau
alinsi strategis antara organisasi-organisasi pengelola zakat yang ada
di wilayah yang sama atau dengan organisasi pengelola zakat yang
cakupan wilayah kerjanya lebih luas.72
72 ibid., h. 85
Dalam penyaluran dana-dana zakat, infaq, dan shadaqah ini, bidang
sasaran yang dituju oleh LAZ Al-Azhar adalah aspek pendidikan dan
dakwah, aspek sosial, aspek kesehatan dan lingkungan hidup, serta aspek
pemberdayaan ekonomi umat.73
Merujuk pada data yang diperoleh penulis, dari aspek sosial, dana
yang telah tersalurkan oleh LAZ Al-Azhar seperti bantuan korban gempa
tsunami yang terjadi di Aceh pada beberapa bulan yang lalu, membantu
penderita busung lapar di NTB serta menyelenggarakan sunatan massal
untuk anak-anak Teluk Buyat.74 Dari aspek pendidikan dan dakwah dana
telah tersalurkan untuk membantu pembangunan beberapa pesantren,
masjid dan mushalla di daerah-daerah serta pengembangan dakwah di
Sumatera Barat. Selengkapnya, untuk mengetahui jumlah dana yang telah
disalurkan oleh LAZ Al-Azhar dalam bentuk bantuan di berbagai aspek
ini. Penulis akan menyajikannya secara tersendiri pada pembahasan neraca
laporan keuangan lembaga ini.
c. Bentuk dan sifat penyaluran
Hertanto Widodo dan Teten Kustiawan membedakan penyaluran
zakat ke dalam dua bentuk; yakni bantuan sesaat dan pemberdayaan.
Bantuan sesaat bukan berarti bahwa zakat hanya diberikan kepada
73 Proposal pembentukan LAZ Al-Azhar, h. 23-24 74 Dialog Jum'at,Harian Umum Republika, 1 Juli 2005, h. 13
seseorang satu kali atau sesaat saja. Bantuan sesaat dalam hal ini berarti
bahwa penyaluran kepada mustahiq tidak disertai target terjadinya
kemandirian ekonomi ( pemberdayaan ) dalam diri si mustahiq. Hal ini
dilakukan karena mustahiq yang bersangkutan tidak mungkin lagi mandiri
seperti pada diri para orang tua yang sudah jompo, orang dewasa yang
cacat yang tidak memungkinkan ia mandiri, atau orang-orang gila.75
Selanjutnya yang dikatakan pemberdayaan adalah penyaluran zakat
atau dana lainnya yang disertai target merubah keadaan penerima ( lebih
dikhususkan kepada golongan fakir-miskin ) dari kondisi kategori
mustahiq menjadi kategori muzakki.76 Target ini adalah target besar yang
tidak dapat dicapai dengan mudah dalam waktu yang singkat. Untuk itu,
penyaluran zakat harus disertai dengan pemahaman yang utuh terhadap
permasalahan yang ada pada penerima. Apabila permasalahan adalah
kemiskinan, harus diketahui penyebab kemiskinan tersebut sehingga kita
dapat mencari solusi yang tepat demi tercapainya target yang telah
dicanangkan.
LAZ Al-Azhar dalam upaya pemanfaatan dan penggunaan sumber
dananya, telah merumuskan berbagai bentuk/wujud penyaluran dana-dana
75 Hertanto Widodo dan Teten Kustiawan, loc.cit., h. 85 76 Ibid., h. 86
ZlS-nya. Sesuai data yang diperoleh penulis, berikut ini berbagai
bentuk/wujud penyaluran dana-dana ZIS LAZ Al-Azhar :77
• Bantuan modal usaha
• Bantuan modal usaha ini diberikan kepada masyarakat ekonomi lemah
yang tidak mampu dan membutuhkan modal agar yang bersangkutan
mampu mendapatkan tambahan sehingga dapat memenuhi kebutuhan
hidup minimal.
• Bantuan hidup
• Bantuan hidup diberikan kepada masyarakat tidak mampu untuk
memenuhi kebutuhan pokoknya.
• Bantuan uang sekolah diberikan kepada murid-murid TK, SD, SLTP
dan SLTA.
• Bantuan bea siswa diberikan kepada anak yang berprestasi dari
keluarga tidak mampu.
• Bantuan modal untuk lepas dari “Riqab”
• Bantuan modal diberikan kepada masyarakat lainnya yang ingin
memulai hidup mandiri dari keadaan dimana yang bersangkutan
menggantungkan biaya hidupnya dari pihak lain, kriteria yang dapat
dipertimbangkan untuk menerima bantuan adalah :
77 Rencana kerja LAZ AL-Azhar, op.cit
1) Golongan masyarakat yang telah diteliti dan diamati dengan baik
bahwa kondisi keuangannya tidak mampu.
2) Rencana penggunaan harus jelas, seperti untuk sewa rumah, modal
awal usaha dan biaya perjalanan di tempat baru serta untuk tujuan
lain dalam rangka lepas dari asuhan ( ketergantungan pihak lain ).
• Bantuan modal untuk lepas dari “Gharimin”
Bantuan diberikan kepada masyarakat yang ingin melepaskan dirinya
dari hutang yang sudah membelit/sangat memberatkan. kriteria yang
dapat dipertimbangkan untuk menerima bantuan ini adalah masyarakat
yang telah diteliti dengan baik dan hati-hati bahwa yang bersangkutan
terjerat hutang dimana angsuran hutangnya lebih besar dari
pendapatannya. Kondisi gharimin di atas terjadi karena terlilit hutang
dalam memenuhi kebutuhan hidup.
• Bantuan keuangan “Fi sabilillah” diberikan untuk membantu
pembangunan atau pelaksanaan usaha proyek “Fi sabilillah”.
• Bantuan keuangan Ibnu Sabil diberikan kepada usaha/proyek ibnu
sabil yang segala macam kegiatan/usaha dalam rangka mendukung
lancarnya suatu perjalanan seseorang yang kehabisan
bekal/kekurangan biaya perjalanan mencari ilmu, pembangunan
fasilitas transportasi, pembangunan sarana kecil/jembatan komunikasi
untuk membuka daerah terpencil dan lain-lain yang sejenis.
• Bantuan keuangan untuk Muallaf diberikan dalam rangka untuk
meningkatkan serta memperkuat keimanan-keislamannya yang baru
dianut olehnya.
• Untuk Amilin dananya digunakan untuk membiayai operasional dan
gaji amil, dan jika memungkinkan akan diinvestasikan sedemikian
rupa sehingga dapat dipakai untuk membiayai kegiatan/keperluan rutin
dalam rangka lancarnya pengelolaan ZIS dan juga dapat disalurkan
kepada delapan golongan tadi.
Setelah mengamati bentuk-bentuk penyaluran di atas, penulis
menemukan tidak adanya pernyataan target tertentu seperti merubah
kondisi mustahiq menjadi muzakki melalui bantuan yang disalurkan LAZ
Al-Azhar dan memisahkannya ke dalam dua bentuk dan sifat
penyalurannya sebagaimana teori bentuk penyaluran yang telah
dikemukakan oleh Hertanto Widodo dan Teten Kustiawan, Semestinya
LAZ Al-Azhar menyatakan target tertentu melalui bantuan yang
diberikannya agar dana-dana yang disalurkan menjadi lebih efektif dan
efisien guna menciptakan masyarakat yang sejahtera dalam kehidupan
ekonominya.
d. Prosedur pengeluaran dana
Pengeluaran dana, baik untuk pihak di luar pengelola maupun untuk
pengelola sendiri, harus dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian.
Kehati hatian ini tidak berarti mempersulit. Untuk membedakan antara
kehati-hatian dengan mempersulit maka perlu adanya suatu panduan
berupa prosedur baku. Prosedur baku akan sangat membantu bagian
keuangan sebagai pemegang dana dalam memenuhi atau menolak
permintaan. Di pihak lain, prosedur baku juga akan membuat pihak yang
mengajukan permintaan akan menerima apabila permintaannya dipenuhi
dalam waktu tertentu atau bahkan ditolak sekalipun.
Menurut Hertanto Widodo dan Teten Kustiawan, ada tiga pihak yang
terlibat dalam prosedur pengeluaran dana, yaitu78:
1) Pengguna dana, yakni pihak yang berhak mengajukan permintaan
pengeluaran dana.
2) Verifikator dan otorisator, yakni pihak yang berhak memverifikasi dan
menyetujui pengeluaran dana. Verifikator dan otorisator ini dalam
organisasi yang besar melibatkan dua orang atau lebih secara
berjenjang.
3) Kasir, yakni pihak yang bertindak sebagai juru bayar.
Sehubungan dengan prosedur pengeluaran dana ini, LAZ Al-Azhar
sebagai institusi yang masih terkait dengan Yayasan Pesantren Islam Al-
78 Ibid, h.87
Azhar, memiliki kewenangan sepenuhnya dalam pemanfaatan sumber
dananya yang dialokasikan dalam bentuk penyaluran dana-dana bantuan
untuk mustahiq. Adapun prosedur baku yang ditentukan LAZ Al-Azhar
dalam hal pengeluaran sumber dananya, sebagaimana data yang diterima
oleh penulis, pihak lembaga telah memutuskan kewenangan dan tata cara
pemanfaatan dana Z1S LAZ Al-Azhar sebagai berikut:
1) Kewenangan untuk memanfaatkan dana Z1S sepenuhnya pada kantor
LAZ “Al-Azhar Peduli Ummat”.
2) Jika di lingkungan Unit Pengumpul Zakat akan memberikan bantuan
atau membuat kegiatan sosial kepada masyarakat luas, harus dengan
memberitahukan dan persetujuan LAZ “Al-Azhar Peduli Ummat”.
3) LAZ “Al-Azhar Peduli Ummat” berhak untuk memberikan
pertimbangan dalam pemanfaatan dana Unit Pengumpul Zakat dalam
kegiatan sosial yang dilakukan oleh Unit Pengumpul Zakat.
4) Apabila dana ZIS yang terkumpul di Unit Pengumpul Zakat tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan kegiatan sosial di lingkungan
unit tersebut maka kekurangan dapat diajukan ke LAZ Al-Azhar
selanjutnya akan mempertimbangkan kebutuhan dana ZIS tersebut
berdasarkan prioritas program.
C. Pengendalian Keuangan LAZ Al-Azhar
Dalam fungsi manajemen, pengertian pengendalian adalah kemampuan
untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional organisasi secara sitematis
guna tercapainya tujuan organisasi. Dengan demikian pengendalian keuangan
dapat diartikan sebagai kemampuan organisasi dalam mengatur dan mengawasi
keuangannya secara sistematis dalam mewujudkan tujuan manajemen keuangan
secara keseluruhan.79
Pengendalian keuangan yang baik dalam suatu organisasi dapat diwujudkan
melalui eksis dan sehatnya unsur-unsur sebagai berikut80:
1) Unit atau penanggung jawab keuangan
Dalam organisasi pengelola zakat, baik besar maupun kecil, harus ada unit
atau orang tertentu yang menjadi penanggung jawab dalam pengelolaan
keuangan. Adanya unit atau orang tertentu ini sebagai pemisah fungsi antara
amil yang satu dengan yang lainnya. Tidak boleh terjadi setiap orang
bertindak sebagai bendahara. Artinya semuanya bertindak sebagai penerima,
pencatat dan yang mengeluarkan uang. Uang masuk dan keluar hanya
dilakukan melalui satu pintu.
2) Anggaran merupakan alat pengendalian. Anggaran dapat dijadikan
sebagai tolak ukur atau alat pembanding dalam mengevaluasi kegiatan.
79 Hertanto Widodo dan Teten Kustiawan, op.cit., h.89 80 Ibid, h.90-91
3) Kebijaksanaan yang jelas ( otoritas pengeluaran ) dapat menghindarkan
pengeluaran/penggunaan dana oleh pihak-pihak yang tidak berkompeten.
4) Pelaporan dan publikasi merupakan sarana pengendalian keuangan yang
melibatkan bukan hanya atasan melainkan para muzakki dan seluruh lapisan
masyarakat.
5) Pencatatan. Dengan pencatatan maka setiap transaksi keuangan dapat
ditelusuri.
6) Prosedur. Setiap penerimaan dan pengeluaran harus melalui prosedur untuk
menghindari penerimaan atau pengeluaran yang tidak sesuai peruntukannya.
7) Personalia. Pengelola yang amanah dan profesional merupakan unsur Utama
dalam pengendalian. Sebaik apapun unsur-unsur yang lain tidak akan banyak
berarti tanpa pengelola yang memiliki aqidah salimah dan akhlaq mulia.
8) Internal audit. Internal audit dapat menghindarkan penyimpangan-
penyimpangan karena kelalaian maupun kesengajaan baik terkait dengan
syari’ah maupun etika umum yang berlaku di masyarakat.
Dalam pengendalian dan pengawasan keuangan, LAZ Al-Azhar telah
memenuhi seluruh unsur yang disebutkan di atas, mulai dari penanggung jawab
keuangan, anggaran, kebijaksanaan, pelaporan, pencatatan, prosedur, personalia
yang amanah, dan internal audit.
Dalam hal penanggung jawab keuangan, LAZ Al-Azhar telah menentukan
orang yang bertanggung jawab di bidang ini, yaitu seksi bendahara dan wakilnya
yang terdapat pada struktur organisasi ini. Begitu pula dengan anggaran kas yang
telah disusun untuk periode 2005-2006 dan kebijaksanaan-kebijaksanaannya.
Selanjutnya mengenai pelaporan keuangan, pihak LAZ Al-Azhar telah
membuatnya melalui brosur-brosur infonya yang disebarkan kepada masyarakat
luas. Juga lembaga ini selalu melakukan pencatatan setiap transaksi keuangan
baik itu penerimaan dana dan penyalurannya, begitu juga dengan prosedur-
prosedurnya.
D. Laporan Keuangan LAZ Al-Azhar
Menurut Sofyan Syafri Harahap bahwa laporan keuangan adalah media
informasi yang merangkum semua akti vitas perusahaan. Jika informasi ini
disajikan dengan benar, informasi tersebut sangat berguna bagi siapa saja untuk
mengambil keputusan tcntang perusahaan yang dilaporkan terscbut.81
Adapun pengertian laporan keuangan bagi organisasi pengelola zakat adalah
sama dengan pengertian diatas, yang membedakan hanya pada tujuannya saja.
Jika perusahaan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keuntungan yang
diperoleh selama kegiatannya, sedangkan organisasi pengelola zakat bertujuan
untuk menyediakan informasi yang relevan bagi masyarakat luas terutama bagi
para muzakki/dermawan yang telah menyalurkan hartanya kepeda lembaga zakat.
81 Sofyan Hariri Harahap, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, ( Jakarta : PT Raja
Grafmdo Persada, 2004 ), h.l
Berbicara mengenai laporan keuangan, kita pasti berbicara mengenai
akuntansi. Akuntansi merupakan suatu proses pencatatan, pengklasifikasian,
pengikhtisaran, dan penyampaian informasi ekonomi sebagai bahan pertimbangan
berbagai alternatif pengambilan kesimpulan oleh para penggunanya.82
Akuntansi keuangan terbagi dua ; yakni akuntansi komersial dan akuntansi
dana. Organisasi yang berorientasi mencari laba ( profit oriented ) seperti
perusahaan-perusahaan bisnis biasanya menggunakan jenis akuntansi komersial.
Sedangkan jenis akuntansi dana biasanya dipergunakan oleh organisasi yang tidak
berorientasi mencari keuntungan ( non profit oriented ) seperti pemerintahan,
yayasan-yayasan sosial, dan juga organisasi pengeiola zakat.83
Laporan keuangan organisasi pengelola zakat sangat diperlukan, sebab
media informasi ini sangat berguna untuk mengetahui sejauh mana kegiatan yang
dilakukan oleh organisasi pengelola zakat, apakah telah sesuai dengan ketentuan
syari’ah Islam atau tidak. Juga untuk menilai pelayanan atau program yang
diberikan olehnya dan kemampuannya untuk terus memberikan pelayanan atau
program tersebut.
LAZ Al-Azhar sebagai sebuah organisasi pengelola zakat, selama
aktivitasnya dalam menghimpun dan menyalurkan dananya dipastikan terdapat
transaksi-transaksi keuangan yang harus dicatat kemudian dilaporkan dalam
bentuk sebuah laporan keuangan. Namun, mengingat lembaga ini baru berjalan
82 Hertanto Widodo dan Teten Kustiawan, op.cit., h. 18 83 Ibid, h.83.
sekitar enam bulan lebih pada saat penulis melakukan penelitiannya, maka penulis
hanya bisa menyajikan laporan keuangan lembaga ini untuk persatu semester,
laporan keuangan penulis lampirkan diakhir penulisan ini.
E. Pandangan Ekonomi Islam Terhadap Manajemen Keuangan LAZ AI-Azhar
Setelah membahas segala aktivitas pengelolaan keuangan LAZ Al-Azhar,
kini penulis akan meninjau aktivitas tersebut dari sudut pandang ekonomi Islam.
Kalau kita mendengar istilah "ekonomi Islam" berarti ada istilah selain
ekonomi Islam. Memang, kalau ditinjau dari urutan keberadaannya, sistem
ekonomi Islam muncul setelah adanya sistem ekonomi konvensional, baik itu
sistem ekonomi kapitalis maupun sistem ekonomi marxisme, dimana kedua
sistem tersebut sama-sama dilahirkan oleh orang barat.
Ketiga sistem ekonomi tersebut diatas memiliki perbedaan dalam
pendekatannya, sistem ekonomi yang dilahirkan oleh dunia barat didasarkan pada
perhitungan materialistik, untung rugi, sekuler dan tidak atau sedikit sekali
memasukkan pertimbangan moral agama sedangkan pendekatan sistem ekonomi
Islam didasarkan pada84 :
1. konsumsi manusia dibatasi sampai pada tingkat yang perlu dan bermanfaat
saja bagi kehidupan manusia
84Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta : UI Press, 1988),
Cet.I, h.4-5
2. alat pemuasan dan kebutuhan manusia, seimbang. Untuk keseimbangan ini
perlu ditingkatkan kualitas manusia agar ia mampu meningkatkan
kecerdasan dan kemampuan teknologinya untuk menggali sumber-sumber
(alam) yang masih terpendam.
3. dalam pengaturan distribusi dan sirkulasi barang dan jasa, nilai-nilai moral
harus diterapkan.
4. pemerataan pendapatan dilakukan dengan mengingat sumber kekayaan
seseorang yang diperoleh dari usaha yang halal. Zakat sebagai sarana
(instrumen) distribusi pendapatan dan peningkatan taraf hidup golongan
miskin merupakan alat yang ampuh.
Zakat sebagai salah satu instrumen ekonomi Islam adalah sarana
komunikasi utama antara manusia dengan manusia lain dalam masyarakat.
Karena itu lembaga zakat ini sangat penting dalam menyusun kehidupan yang
humanis dan harmonis, sebab baik zakat fitrah maupun zakat harta memiliki
peranan yang penting dalam pemerataan pendapatan.
Oleh karena itu, ada beberapa fungsi manajemen yang ditinjau dari sudut
pandang ekonomi Islam terhadap pengelolaan keuangan dana ZIS yang dikelola
oleh LAZ Al-Azhar selaku Organisasi Pengelola Zakat yang menjadi objek
penelitian penulis, yaitu:
1. Perencanaan (planning)
Dari sisi perencanaan, LAZ Al-Azhar telah melakukan suatu
perencanaan keuangan yang baik dalam wujud anggaran ( seperti penulis
sajikan pada sub bab IV bagian "perencanaan keuangan LAZ Al-Azhar").
Pada anggaran tersebut terlihat jelas mulai dari penghimpunan sampai
pendistribusian dana ZIS telah sesuai dengan ketentuan Allah SWT dalam
Al-Qur'an surat At-taubah ayat 60 yaitu:
☺
☺ ☺
⌧ ⌧ ☺
Artinya:"Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah dan Allah maha mcngctahui lagi maha hijaksana". (Q.S.At-Taubah: 60).
2. Pengorganisasian (organizing)
Yang dimaksud dengan pengorganisasian disini bukan dalam hal
struktur organisasi, tetapi tentang bagaimana LAZ Al-Azhar mengorganisir
pengelolaan dana ZIS mulai dari penghimpunan hingga pendistribusiannya
kepada mustahiq, agar pengelolaan dana ZIS tersebut bisa berjalan dengan
baik dan rapi sehingga bisa seirama dengan prinsip sistem ekonomi Islam
yaitu terwujudnya keadilan dan keseimbangan pendapatan.
Dalam hal pengorganisasian pengelolaan dana ZIS LAZ Al-Azhar
telah membuat prosedur dan pedoman teknis penghimpunan dan
pendistribusiannya dengan teratur dan rapi ( lihat pembahasan penulis pada
sub bab IV bagian "pengelolaan keuangan LAZ Al-Azhar"). Dan hal ini
telah sesuai dengan keinginan Allah SWT yang tertuang dalam al-qur'an
surat ash-shaff ayat 4 yang berbunyi sebagai berikut :
⌧ ⌦
Artinya: “Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kukuh.”
3. Pelaksanaan (actuating)
Sebagus-bagusnya dan sehebat-hebatnya suatu perencanaan apapun,
jikalau tidak diimplementasikan maka itu menjadi sebuah khayalan yang
tertuang di atas kertas saja. Demikian pula halnya dengan sebuah
perencanaan keuangan, prosedur dan pedoman teknis penghimpunan dan
pendistribusian dana ZIS yang baik dan rapi, jikalau tidak dilaksanakan
maka akan menjadi sia-sia.
Dana ZIS yang terkumpul mesti dikelola dan didayagunakan.
Menyalurkan bantuan kepada yang berhak, merupakan kerja yang
bermanfaat. Terlebih jika bantuan tersebut dilakukan dalam waktu yang tepat
dan melalui metode yang pas, hasilnya jauh lebih maksimal lagi. Membantu
korban yang kritis, manfaatnya lebih besar daripada membantu pada saat
kondisi kritisnya telah berlalu.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, LAZ Al-Azhar telah
mengimplementasikan perencanaan keuangannya serta prosedur dan
pedoman teknis pengumpulan dana ZIS dan pendistribusiannya dengan
cukup baik dan rapi serta penuh tanggung jawab dan amanah (lihat
pembahasan penulis pada sub bab IV bagian "penyaluran dana"). Bukti ini
menunjukkan bahwa LAZ Al-Azhar telah mengupayakan visinya sebagai
Lembaga Amil Zakat yang amanah dan juga telah menjalankan perintah
Allah yang tertuang dalam al-qur'an surat an-nisaa ayat 58 yaitu :
ن تؤدوا األمنـت إلـي أهـلهـاإن اهللا يأمـرآم أArtinya:"sesungguhnya Allah menyuruh menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya".
4. Pengawasan (controlling)
Dalam segala hal, unsur pengawasan mutlak diperlukan terlebih lagi di
bidang pengelolaan dana ZIS. Penghimpunan dan pendistribusian dana ZIS
yang dikelola oleh sebuah Lembaga Zakat harus mematuhi koridor syariah
islamiah. Berbagai program boleh dikemas sesuai dengan kemampuan
ijtihadi, asal tak menyimpang dari prinsip sistem ekonomi islam yaitu
keseimbangan, keadilan dan pemerataan.
Menurut Eri Sudewo, ada dua (2) substansi yang berbeda dalam
pengawasan Lembaga Zakat85yaitu:
• Secara fungsional dan moral, pengawasan ini memosisikan amil
menjadi pengawas setiap program sehingga ditinjau dari sudut moral,
fungsi ini melegakan amil karena bisa bekerja dan beribadah sekaligus.
Oleh karena itu sang amil dituntut dewasa, matang dan sangat
bertanggung jawab. Substansi inilah yang membedakan dengan
lembaga sosial umum lainnya.
• Secara formal, Lembaga Zakat membuat Dewan Syariah, kedudukan ini
dilembagakan secara struktural dan bersifat formal disahkan melalui
surat keputusan yang diangkat oleh badan pendiri. Hak dan wewenang
Dewan Syariah ialah mengesahkan setiap program Lembaga Zakat dan
menghentikan program yang menyimpang dari ketentuan syariah
islamiah.
Sehubungan dengan substansi pengawasan yang telah diuraikan di
atas, ditinjau secara fungsional dan moral para amil LAZ Al-Azhar telah
memenuhi standar substansi ini. Hal tersebut terbukti oleh pengamatan
penulis secara langsung saat terlibat langsung selama masa penelitian dalam
rutinitas aktivitas mereka seperti transaksi penerimaan dana ZIS dari para
muzakki yang selalu mereka catat pada pembukuan dan penyalurannya
kepada mustahiq yang datang langsung ke kantor LAZ Al-Azhar.
85Eri Sudewo, Manajemen Zakat, (Jakarta:Insitut Manajemen Zakat, 2004), Cet.I, h.141
Adapun pengawasan secara formal, melihat struktur organisasi LAZ
Al-Azhar, penulis tidak menemukan adanya istilah Dewan Syariah dalam
struktur tersebut, namun yang ada hanyalah Komisi Pengawas tetapi secara
fungsi sama dengan Dewan Syariah yaitu mengawasi seluruh program
kegiatan pengelolaan dana ZIS agar tetap berada dalam koridor Syariah
Islamiah (lihat lampiran struktur organisasi LAZ Al-Azhar)
Secara keseluruhan, LAZ Al-Azhar telah melakukan kegiatan
pengawasan yang baik mulai dari para amil hingga komisi pengawasnya.
Demikianlah sudut pandang ekonomi Islam terhadap pengelolaan sumber
dana zakat, infak, dan sadaqah LAZ Al-Azhar yang dapat penulis sajikan pada
tema skripsi ini.
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Uraian berikut merupakan jawaban terhadap permasalahan yang
dikemukakan pada pembatasan masalah. Studi ini inenunjukkan bahwa betapa
pentingnya peran zakat untuk masyarakat pada umumnya dan pada si pembayar
zakat (muzakki ) pada khususnya. Dimana zakat merupakan implementasi bentuk
ibadah kepada Allah SWT setelah shalat. Oleh karena itu agar pemanfaatan zakat
dapat berfungsi dengan efektif dan efisien diperlukan suatu institusi zakat yang
amanah, transparan, akuntabel dan terpercaya, agar masyarakat, khususnya para
muzakki mempercayakan zakatnya kepada lembaga zakat untuk dikelola secara
benar. Oleh karena itu, ada beberapa poin yang penulis simpulkan yaitu:
1. Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar merupakan salah satu dari sekian
banyaknya lembaga-lembaga zakat di Indonesia. LAZ Al-Azhar menghimpun
dana-dana (fundrising) dengan membuka unit-unit pengumpul zakat (UPZ) di
lingkungan Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar serta bekerja sama kepada
pihak bank dengan membuka rekening bank agar para muzakki yang ingin
membayar zakatnya dapat mentransfer melalui rekening tersebut tanpa harus
datang ke kantor LAZ. Selain itu LAZ Al-Azhar juga bekerjasama dengan
instansi-instansi lainnya dalam rangka mensosialisasikan program-
programnya melalui media massa. Ditinjau dari kegiatan penghimpunan
sumber dana, terlihat LAZ Azhar menggunakan tiga sistem sekaligus dalam
penerimaan sumber dananya. Seperti membuka rekening pada Bank
Mu'amalat Indonesia, mendirikan counter berupa Unit Pengumpul Zakat di
setiap komponen Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar, dan sistem “jemput
bola” dengan cara mengirimkan brosur-brosur info zakat ke berbagai
perusahaan.
2. LAZ Al-Azhar dalam mengelola dana-dana ZIS nya baik itu dari sisi
penghimpunan maupun dari sisi pendistribusiannya sejalan dengan prinsip
ekonomi Islam yaitu keseimbangan dan pemerataan dan juga sesuai dengan
visinya yaitu mengelola dana dengan amanah dan profesional. Indikasinya
ialah Pengelolaan dana ZIS LAZ AL-Azhar Peduli Ummat menggunakan
skala prioritas, pendidikan merupakan skala prioritas utama. Dana-dana dari
zakat, infaq dan shadaqah yang dikelola oleh LAZ Al-Azhar dialokasikan
kepada empat program utamanya yaitu pendidikan dan dakwah, sosial,
kemaslahatan umat serta pemberdayaan ekonomi umat. Adapun ketentuan-
ketentuannya yang dilaksanakan LAZ Al-Azhar berdasarkan surat At-Taubah:
60
☺
☺ ☺
⌧ ⌧ ☺
Artinya:"Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang
dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah dan
Allah maha mcngctahui lagi maha bijaksana". (Q.S.At-Taubah: 60).
B. SARAN-SARAN
1. Setiap organisasi pengelola zakat hendaknya membuat suatu jurnal keuangan
dalam setiap periode tertentu misal per satu bulan sekali, per triwulan atau per
semester agar dapat mengetahui kedudukan/posisi keuangan dan kinerja
operasional
2. Dalam merekapitulasi dana-dana yang keluar atau masuk sebaiknya
menggunakan tabel transaksi seperti tabel transaksi yang digunakan
perusahaan-perusahaan komersial/bisnis.
3. Organisasi pengelola zakat hendaknya membuat suatu neraca keuangan untuk
memberikan infomasi posisi keuangan serta sebagai bahan untuk
mengevaluasi kinerja dari organisasi pengelola zakat.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al- Karim
Ali, Muhammad Daud, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, cetakan I, UI Press,
Jakarta, 1988
Al-Qur’an dan terjemahannya, Depag RI, CV. Alwaah, Semarang, 1993
Busyairy, Badruzzaman, Setengah abad Al-Azhar, 7 April 1952 - 7 April 2002,
Jakarta, 2002
Hafidhuddin, Dr. Didin, Hendri Tanjung, S.SI, Manajemen Syari’ah Dalam Praktik,
Gema Insani Press, Jakarta 2003
Harahap, Sofyan Syafri, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, PT. Raja Grafindo,
Jakarta, 2004
Harian Republika
Hasjim, H.Tb.M.,SE.MA., Mengenal Lembaga Amil Zakat Al-Azhar Peduli Ummat,
Mustari, 2005
Husnan, Dr. Suad, MBA, Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan, Edisi IV,
BPFE, Yogyakarta, 1996
Komaruddin, Pengantar Manajemen Perusahaan, cetakan I, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 1994
Proposal Pembentukan Lembaga Amil Zakat Al-Azhar, 2004
Sudewo, Eri, Manajemen Zakat, Institut Manajemen Zakat, Jakarta, 2004
Shihab, DR. Quraisy, Wawasan Al-Qur’an, Mizan, Bandung, 1996
Sinuraya, Murtadha, Seri Teori Manajemen Keuangan, LPFE UI, Jakarta, 1999
Sule, Ernie Trisnawati, Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, Kencana,
Jakarta, 2005
Sumarini, Murti, John Soeprihanto, Pengantar Bisnis ( Dasar-dasar ekonomi
peusahaan ), cetakan I, Liberty, Yogyakarta, 1995
Suprihanto, John, Djati Julitriarsa, Manajemen Umum sebuah pengantar, cetakan I,
BPFE, Yogyakarta, 1988
Syamsi, Drs. Ibnu, S.U., Pokok-pokok Organisasi dan Manajemen, Bina Aksara,
Jakarta, 1983
Wachewicz, John M. Jr, James C. Van Home, Alih bahasa Heru Sutojo, SE, MSc,
Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, Salemba Empat, Jakarta, 1997
Widodo, Hertanto, Ak, Teten Kustiawan, Ak, Akuntansi & Manajemen Keuangan
untuk Organisasi Pengelola Zakat, Jakarta, Institut Manajemen Zakat, 2001