TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III...

65
TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA TAHUN 2012 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan Disusun Oleh : ALVIAN DWI JULI RISMAWATI NIM. B09 062 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012

Transcript of TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III...

Page 1: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III

TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI PROGRAM

STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN STIKES KUSUMA

HUSADA SURAKARTA TAHUN 2012

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir

Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun Oleh :

ALVIAN DWI JULI RISMAWATI

NIM. B09 062

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2012

Page 2: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur
Page 3: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur
Page 4: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah yang berjudul : “Tingkat Pengetahuan Mahasiswi Tingkat III Tentang

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes

Kusuma Husada Surakarta”.Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk

memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma

Husada Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,

Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M. Si, selaku Ketua STIKES Kusuma Husada

Surakarta.

2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka. Prodi D III Kebidanan STIKES

Kusuma Husada Surakarta dan Dosen Pembimbing yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis serta

selaku Ka. Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta,

yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam pengambilan

data.

3. Seluruh dosen dan staff Prodi DIII Kebidanan STIKES Kusuma Husada

Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.

Page 5: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

v

4. Seluruh mahasiswi tingkat III STIKES Kusuma Husada Surakarta yang

telah bersedia menjadi responden dalam studi pendahuluan yang telah

dilakukan.

5. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga

Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Juni 2012

Penulis

Page 6: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

vi

Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta

Karya Tulis Ilmiah, Juli 2012

Alvian Dwi Juli Rismawati

B09 162

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III TENTANG

INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI PROGRAM STUDI DIPLOMA III

KEBIDANAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN 2012

xiv +51halaman + 16 lampiran + 4 tabel + 2 gambar

ABSTRAK

Latar Belakang :Berdasarkan penelitian WHO (2000), di enam negara

berkembang resiko kematian bayi antara usia 9-12 bulan meningkat 40 % jika

bayi tersebut tidak disusui. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat mengurangi 22%

kematian bayi 28 hari, berarti Inisiasi Menyusu Dini (IMD) mengurangi angka

kematian balita 8,8 %.

Tujuan : adalah untuk mengetahui pengetahuan mahasiswi Kebidanan tingkat III

tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada tingkatan baik, cukup dan kurang.

Metode Penelitian: Jenis penelitian adalah Diskriptif kuantitatif, lokasi penelitian

diambil di Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes Kusuma Husada

Surakarta pada tanggal 12 Mei 2012. Jumlah populasi sebanyak 122 mahasiswi

dan sampel sebanyak 31 responden, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan

adalah kuesioner, sedangkan untuk analisa data menggunakan analisis univariat.

Hasil Penelitian : Dari penelitian didapatkan hasil 9 responden (29,03%)

termasuk dalam tingkat pengetahuan baik. Sebagian besar responden yaitu 19

responen (61,29%) termasuk dalam tingkat pengetahuan cukup,dan sejumlah 3

responden (9,68%) termasuk dalam tingkat pengetahuan kurang.

Kesimpulan :Dari penelitian diperoleh kesimpulan bahwa mayoritas tingkat

pengetahuan mahasiswi Kebidanan tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini

(IMD) pada tingkat cukup yang berjumlah 19 responen (61,29%) dan hal ini

dipengaruhi oleh pengetahuan/informasi dan pengalaman responden.

Kata Kunci : Pengetahuan, Mahasiswi, Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

Kepustakaan : 17 literatur (Tahun 2003 s/d 2012)

Page 7: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

vii

MOTTO

v Kebenaran itu adalah dari Tuhan, sebab itu jangan sekali-kali kamu

termasuk orang-orang ragu (Al-Baqarah : 147). v Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka

tidak seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah

itu. Dan Dia-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Fatir : 2). v Apa yang telah berlalu, sudah berlalu dan apa yang telah pergi tidak akan

kembali. Oleh karena itu jangan fikirkan apa yang telah berlalu, karena sesungguhnya ia telah pergi dan tidak akan kembali (Khalil Gibran).

v Apa yang anda lakukan hari ini adalah kunci kesuksesan atau keberhasilan

hari esok. Apa yang telah didapat hari ini, manfaatkanlah....... !!!

Dan jangan pernah menyia-nyiakan sedetikpun waktu itu berlalu begitu

saja tanpa hal yang berarti. Awali setiap langkahmu dengan senyum dan

do’a.

v Jadikan ilmu sebagai penerang dalam mengejar impianmu, karena dengan

ilmu itupula seseorang dapat mengejar impiannya sampai ke negeri Cina.

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati, karya tulis

ilmiah ini penulis persembahkan :

v Ayah dan bunda tercinta, yang telah

menjadi inspirasi disetiap langkahku, terima kasih atas doa restunya dan cinta kasihnya

yang selalu membuat aku kangen untuk pulang.

v Abang dan adikku tercinta yang selalu memberikan support setiap langkahku.

v Mbah Kakung/Putri, Om dan Bulek yang telah memberikan dukungannya selama ini.

v Boedi Setyawan, terima kasih atas support

dan kasih sayangnya selama ini.

v Ibu Dheny Rohmatika, S. ST, terimakasih

atas kritik, saran dan bimbingannya demi

kemajuan Karya Tulis Ilmiah ini.

v Lia, Tyas, Dian, Ambar yang tetap exsist

aja sampai saat ini, teman bertukar fikiran.

v Teman-teman seperjuangan yang telah

berpartisipasi dalam pembuatan karya tulis

ilmiah ini.

v Almamater tercinta STIKes Kusuma

Husada Surakarta.

Page 8: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

viii

CURICULUM VITAE

Nama : Alvian Dwi Juli Rismawati

Tempat / Tanggal Lahir : Kembayan, 1 Juli 1991

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Dsn. Tanjung Merpati Rt 02/01, Kec. Kembayan, Kab.

Sanggau,Pontianak Kal Bar / Ds. Karang Mojo Rt 01/09,

Delanggu,Klaten

Riwayat Pendidikan :

1. SD N 09 Tanjung Merpati, Sanggau LULUS TAHUN 2003

2. SMP N 1 Kembayan, Sanggau LULUS TAHUN 2006

3. SMU N 1 Kembayan, Sanggau LULUS TAHUN 2009

4. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta ANGKATAN 2009/2010

Page 9: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................. vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ vii

CURICULUM VITAE .............................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Perumusan Masalah ......................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian............................................................................. 4

D. Manfaat Penelitian........................................................................... 5

E. Keaslian Penelitian .......................................................................... 6

F. Sistematika Penelitian ..................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori ................................................................................. 8

1. Pengetahuan .............................................................................. 8

Page 10: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

x

a. Pengertian Pengetahuan ....................................................... 8

b. Tingkatan Pengetahuan ....................................................... 8

c. Sumber-sumber Pengetahuan ............................................... 9

d. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ............................ 9

e. Cara Memperoleh Pengetahuan ............................................ 14

f. Pengukuran Pengetahuan ................................................... 16

2. Remaja ...................................................................................... 16

a. Pengertian Remaja ............................................................... 16

b. Batasan Remaja ................................................................... 17

c. Tahap Perkembangan Remaja .............................................. 17

d. Karakteristik Perkembangan Remaja.................................... 19

e. Tugas Remaja ...................................................................... 20

3. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ..................................................... 21

a. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD).............................. 21

b. Tujuan Inisiasi Menyusu Dini .............................................. 21

c. Manfaat Menyusui ............................................................... 22

d. Tata laksana Melakukan Inisiasi Menyusu Dini ................... 24

e. Tahapan Perilaku Sebelum Menyusui .................................. 25

f. Inisiasi Menyusu Dini Yang Dianjurkan .............................. 26

g. Inisiasi Menyusu Dini Yang Kurang Tepat .......................... 27

h. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini ...................................... 27

B. Kerangka Teori ............................................................................... 29

C. Kerangka Konsep ............................................................................ 30

Page 11: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

xi

BAB III METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ................................................................................ 31

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 31

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ......................... 32

D. Instrumen Penelitian ........................................................................ 34

E. Teknik Pengumpulan Data.............................................................. 37

F. Variabel Penelitian .......................................................................... 38

G. Definisi operasional ......................................................................... 39

H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................. 40

I. Etika Penelitian ............................................................................... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum ............................................................................ 43

B. Hasil Penelitian ............................................................................... 43

C. Pembahasan .................................................................................... 46

D. Keterbatasan .................................................................................... 48

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 50

B. Saran .............................................................................................. 51

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori................................................................... 29

Gambar 2.2 Kerangka Konsep.............................................................. 30

Page 13: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi - Kisi Kuesioner ............................................................. 35

Tabel 3.2 Definisi Operasional Penelitian .............................................. 39

Tabel 4.1 Data Hasil Perhitungan Mean dan Standar Deviasi ................. 44

Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Mahasiswi Tingkat III Tentang Inisiasi

Menyusu Dini di Program Studi D III Kebidanan ................... 45

Page 14: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penelitian

Lampiran 2 Surat Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 3 Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 4 Surat Permohonan Ijin Uji Validitas

Lampiran 5 Surat Jawaban Permohonan Ijin Uji Validitas

Lampiran 6 Surat ijin penggunaan lahan penelitian

Lampiran 7 Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan

Lampiran 8 Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 9 Surat Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 10 Koesioner Penelitian

Lampiran 11 Kunci Jawaban Koesioner Penelitian

Lampiran 12 Uji Validitas

Lampiran 13 Hasil Uji Realibilitas

Lampiran 14 Hasil Tabulasi Data Penelitian

Lampiran 15 Uji Mean dan Standar Deviasi

Lampiran 16 Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulis Ilmiah

Page 15: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium

Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian anak

dengan target menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiga antara

tahun 1990 hingga tahun 2015. Untuk mencapai tujuan tersebut maka

pemerintah melakukan strategi dan usaha, salah satunya yaitu melalui

promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif (Bappenas, 2005). Untuk

mendukung keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif diharapkan dapat

tercapai maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan

menerapkan program inisiasi menyusu dini (IMD) (Roesli, 2008).

APN adalah standar asuhan persalinan normal yang bersih dan aman

dari setiap tahapan persalinan bagi semua ibu bersalin yang harus diterapkan

oleh penolong persalinan dimanapun, hal tersebut telah menetapkan 58

langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur tetap

seorang bidan dalam melakukan pertolongan persalinan. Tujuan APN adalah

untuk menjaga kelangsungan hidup dan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu

dan bayi yang dilahirkannya (Depkes, 2008).

Berdasarkan penelitian WHO (2000), di enam negara berkembang

resiko kematian bayi antara usia 9-12 bulan meningkat 40 % jika bayi

tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia dibawah 2 bulan, angka kematian

Page 16: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

2

ini meningkat menjadi 480 % sekitar 40 % kematian balita pada usia satu

bulan pertama kehidupan bayi. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat

mengurangi 22% kematian bayi 28 hari, berarti Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

mengurangi angka kematian balita 8,8 % (Roesli, 2008). Berdasarkan Survei

Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 hanya ada 4% bayi

yang mendapatkan ASI dalam satu jam kelahirannya (SDKI, 2003).

Inisiasi menyusu dini adalah proses alami untuk menyusu, yaitu

dengan memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap ASI

sendiri, dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya bayi. Inisiasi

menyusu dini atau IMD merupakan program yang sedang gencar dianjurkan

pemerintah Indonesia. WHO dan UNICEF telah merekomendasikan inisiasi

menyusu dini sebagai tindakan penyelamatan kehidupan, karena inisiasi

menyusu dini dapat menyelamatkan 22% nyawa bayi sebelum usia 28 hari.

Untuk itu diharapkan semua tenaga kesehatan di semua tingkatan pelayanan

kesehatan, baik swasta maupun masyarakat dapat mensosialisasikan dan

melaksanakan suksesnya program tersebut (Depkes RI, 2008).

Manfaat Inisiasi Menyusu Dini adalah akan menurunkan angka

kematian karena kedinginan (hypothermie), ibu dan bayi merasa lebih tenang,

dapat meningkatkan ikatan kasih sayang antara ibu-bayi, akan meningkatkan

keberhasilan ASI ekslusif, akan merangksang pengeluaran hormon oksitosin

karena emutan bayi pada putting, membantu pengeluaran plasenta serta

mengurangi perdarahan, bayi mendapat antibodi dari kolostrum

(Roesli, 2008). Kerugian bila bayi tidak disusui secara dini bayi

Page 17: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

3

cenderung tidak berminat untuk menyusu selama satu minggu kedepan, bila

tidak segera disusui ibu akan kesulitan memberi ASI eksklusif yang harus

diberikan eksklusif selama 6 bulan (JNPK-KR, 2008).

Alasan yang menjadi penyebab kegagalan praktek ASI Eksklusif

bermacam-macam salah satunya terjadinya kegagalan melakukan IMD. Bayi

yang lahir normal dan diletakkan di perut ibu segera setelah lahir dengan kulit

ibu melekat pada kulit bayi selama setidaknya 1 jam dalam 50 menit akan

berhasil menyusu, sedangkan bayi lahir normal yang dipisahkan dari ibunya

50% tidak bisa menyusu sendiri. Berbagai studi juga telah melaporkan

bahwa IMD terbukti meningkatkan keeberhasilan ASI ekslusif

(Fikawati dan Safiq, 2009).

Berdasarkan keberhasilan study pendahuluan mengenai tingkat

pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD),

yang dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2012 di Prodi DIII Kebidanan

STIKes Kusuma Husada Surakarta didapatkan hasil secara keseluruhan

mahasiswi tingkat III Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada

Surakarta berjumlah 122 mahasiswi. Dari 10 mahasiswi yang berhasil

diwawancarai, mahasiswi yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 5

mahasiswi (50%), mahasiswi yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 3

mahasiswi (30%), dan mahasiswi yang memiliki pengetahuan baik sebanyak

2 orang (20%). Hal ini menunjukkan masih kurangnya pengetahuan

mahasiswi tingkat III DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Page 18: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

4

Berdasarkan latar belakang diatas, dengan diketahuinya beberapa

mahasiswi tingkat III yang masih belum paham tentang Inisiasi Menyusu

Dini, diharapkan dapat mendalami atau lebih mempelajari tentang Inisiasi

Menyusu Dini (IMD) agar dapat memberikan informasi tentang Inisiasi

Menyusu Dini (IMD) kepada orang tua dan keluarga sebelum melakukan

IMD dengan benar. Dan apabila mahasiswi kurang paham tentang Inisiasi

Menyusu Dini (IMD), pelaksanaannya di lapangan tidak bisa optimal dan

informasi yang diterima oleh setiap orang tua dan keluarga kurang tepat

sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Tingkat

Pengetahuan Mahasiswi Tingkat III Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di

Prodi DIII Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut maka perumusan

masalah penelitian ini adalah “Bagaimanakah Tingkat Pengetahuan

Mahasiswi Tingkat III Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Di Prodi DIII

Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta tahun 2012 ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma

Husada Surakarta.

Page 19: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

5

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma

Husada Surakarta pada tingkat baik.

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma

Husada Surakarta pada tingkat cukup.

c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma

Husada Surakarta pada tingkat kurang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Diharapkan hasil penelitian ini menjadi penilaian kearah yang lebih baik

perkembangan ilmu pengetahuan yang telah ada.

2. Bagi penulis

a. Mendapatkan pengalaman nyata dari kegiatan penelitian dan dalam

membuat karya tulis.

b. Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan selama kuliah

dengan di lapangan.

Page 20: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

6

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan

khususnya Inisisai Menyusu Dini (IMD) bagi pembaca dan juga menjadi

masukan untuk penelitian selanjutnya.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan survei yang telah penulis lakukan belum ada penelitian

yang dilakukan oleh peneliti tentang tingkat pengetahuan mahasiswa tentang

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sehingga ini merupakan penelitian yang

pertama.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari V BAB yang secara

berurutan meliputi:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan gambaran tentang latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat, keaslian dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan teori tentang pengetahuan (pengertian,

tingkatan perkembangan pengetahuan, sumber pengetahuan, faktor

yang mempengaruhi pengetahuan, cara memperoleh pengetahuan,

dan cara pengukuran pengetahuan), remaja (pengertian, batasan

Page 21: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

7

remaja, tahap perkembangan remaja, karakteristik umum

perkembangan remaja, tugas remaja), IMD (pengertian, tujuan

IMD, manfaat IMD, tahapan perilaku sebelum menyusui, tata

laksana melakukan IMD, IMD yang dianjurkan, IMD yang kurang

tepat, penghambat IMD), kerangka teori dan kerangka konsep.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisikan jenis dan rancangan penelitian, lokasi dan waktu

penelitian, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel,

instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian,

defenisi operasional, metode pengolahan dan analisis data, etika

penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan gambaran umum, hasil penelitian, pembahasan

dan keterbatasan dalam penelitian.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 22: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil tahu dari

manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what” misalnya apa

air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,

hidung, telinga, dan lain sebagainya) (Taufik, 2007).

b. Tingkatan Perkembangan Pengetahuan

Menurut August Comte 1798-1857 dalam Notoatmodjo (2010),

membagi tiga tingkat perkembangan ilmu pengetahuan ke dalam tahap

religius, metafisik, dan ilmiah.

1) Tahap religius

Hal ini dimaksudkan dalam tahap pertama maka asas religilah

yang dijadikan postulat atau dalil ilmiah sehingga ilmu merupakan

deduksi atau penjabaran dari ajaran religi (deducto).

2) Tahap metafisik

Dalam tahap kedua ini orang mulai berspekulasi berasumsi, atau

membuat hipotesis-hipotesis tentang metafisik (keberadaan) wujud

Page 23: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

9

yang menjadi objek penelaahan yang terbahas dari dogma religi, dan

mengembangkan sistem pengetahuan berdasarkan postulat

metafisika tersebut (hipotetico).

3) Tahap ilmiah

Tahap ketiga adalah tahap pengetahuan ilmiah, dimana asas-asas

yang dipergunakan diuji secara positif dalam proses verifikasi yang

objektif (verifikatif).

c. Sumber-Sumber Pengetahuan

Sumber dari pengetahuan didapat dari penginderaan.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba

(Notoatmodjo, 2003).

d. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain :

1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan

berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses

belajar, makin tinggi pendidikan seorang makin mudah orang

tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka

seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari

orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi

Page 24: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

10

yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang

kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan

dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang

tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu

ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti

mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak

mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat

diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang

tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek

positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan

menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin

banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan

sikap makin positif terhadap obyek tersebut.

2) Media Massa/informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate

impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam

media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat

tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk

media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-

lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan

kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas

Page 25: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

11

pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi

sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi

baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi

terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

3) Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak

melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan

tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,

sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan

seseorang.

4) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh

terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang

berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya

interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai

pengetahuan oleh setiap individu.

5) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang

kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah

Page 26: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

12

yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang

dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan

professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat

mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang

merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan

etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

6) Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya

semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan

aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak

melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri

menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak

menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan

intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan

hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional

mengenai jalannya perkembangan selama hidup :

a) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi

yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan

sehingga menambah pengetahuannya.

b) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang

sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun

Page 27: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

13

mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan

dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa

kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan

pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ

seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan

bertambahnya usia.

e. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), cara memperoleh pengetahuan

adalah :

1) Cara tradisional atau nonilmiah

Cara tradisional yaitu tanpa melalui penelitian ilmiah. Cara-cara

penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi :

a) Cara coba salah (trial and error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa

kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang

lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba

kemungkinan ketiga dan apabila kemungkinan ketiga gagal

dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah

tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut

metode trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba

salah (coba-coba).

Page 28: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

14

b) Secara kebetulan

Penemuan kebetulan secara kebetulan terjadi karena tidak

disengaja oleh yang bersangkutan.

c) Cara kebetulan atau otoritas

Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintah, tokoh agama,

maupun para ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai

mekanisme yang sama di dalam penemuan pengetahuan.

d) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang terbaik, demikian bunyi pepatah.

Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu

merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan

suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

e) Cara akal sehat (common sense)

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan

teori atau kebenaran.

f) Kebenaran melalui wahyu

Ajaran dan dogma adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari

Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan

diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang bersangkutan,

terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.

Page 29: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

15

g) Kebenaran secara intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali

melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses

penalaran atau berfikir.

h) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara

berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sinilah manusia telah

mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuannya.

i) Induksi

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa induksi adalah

proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari perntaan-

pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum.

j) Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-

pernyataan umum ke khusus.

2) Cara modern atau cara ilmiah

Cara modern yakni melalui proses penelitian. Cara baru atau

modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih

sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian

ilmiah, atau lebih populer disebut metodelogi penelitian (research

methodology).

Page 30: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

16

f. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin

kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan

pengetahuan (Notoatmodjo, 2010)

Menurut Riwidikdo (2009), pengetahuan seseorang dapat diketahui

dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kuantitatif, yaitu :

1) Baik, bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD

2) Cukup, bila nilai mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD

3) Kurang, bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD

2. Remaja

a. Pengertian Remaja

Remaja adalah mulai dewasa atau sudah sampai umur untuk kawin

ia sekarang sudah bukan kanak-kanak lagi (KBBI, 2005).

WHO mendefisinikan remaja sebagai masa ketika individu

berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda–tanda seksual

sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual, individu

mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-

kanak kedewasa, dan terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-

ekonomi yang penuh dengan keadaan yang relatif lebih mandiri.

Selanjutnya, WHO menyatakan walaupun definisi tersebut terutama di

dasarkan pada usia kesuburan (fertilitas) wanita, batasan tersebut

Page 31: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

17

berlaku juga untuk remaja pria. Dalam hal ini, perserikatan bangsa-

bangsa (PBB) sendiri menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia

pemuda (youth) (Sarwono, 2011).

Pendefinisian remaja di indonesia sama sulitnya dengan

menetapkan remaja secara umum, karena Indonesia terdiri dari berbagai

macam suku, adat istiadat, tingkat sosial–ekonomi dan pendidikan

(Sarwono, 2011).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mahasiswa adalah orang

yang belajar di perguruan tinggi. Sedangkan mahasiswi adalah

mahasiswa putri yang belajar di perguruan tinggi (KBBI, 2005).

b. Batasan remaja

Di Indonesia, batasan remaja yang mendekati batasan PBB tentang

pemuda adalah kurun usia 14-24 tahun. Dalam data kependudukan

Indonesia jumlah penduduk Indonesia tahun 2009 adalah 213.375.287,

sedangkan jumlah penduduk yang tergolong pemuda adalah

42.316.900, atau 19,82 % dari seluruh penduduk Indonesia

(Sarwono, 2011).

c. Tahap perkembangan remaja

Menurut Petro Blos dalam Sarwono (2011), perkembangan pada

hakikatnya adalah usaha penyesuaian diri (coping), yaitu untuk secara

aktif mengatasi stress dan mencari jalan keluar baru dari berbagai

masalah. Dalam proses proses penyesuaian diri menuju kedewasaan

Page 32: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

18

ada tiga tahap perkembangan remaja, yaitu :

1) Remaja awal (early adolescene)

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan

perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan

dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu.

2) Remaja madya (middle adolescence)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan.

3) Remaja akhir

Tahap ini adalah masa konsilidasi menuju periode dewasa dan

ditandai dengan pencapaian lima hal, yaitu :

a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang

lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)

diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri

dengan orang lain.

e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private

self) dan masyarakat umum (the public).

Page 33: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

19

d. Karakteristik umum perkembangan remaja

Menurut Ali & Ashori (2006), ada sejumlah sikap yang sering di

tunjukkan oleh remaja, yaitu sebagai berikut:

1) Kegelisahan, remaja mempunyai banyak idealisme, angan-angan,

atau keinginan yang hendak di wujudkan di masa depan, namun

mereka belum memiliki banyak kemampuan yang memadai untuk

mewujudkan semua itu. Seringkali angan-angan dan keinginan jauh

lebih besar di bandingkan kemampuannya. Tarik–menarik antara

angan-angan yang tinggi dengan kemampuannya yang masih

belum memadai mengakibatkan mereka diliputi oleh perasaan

gelisah.

2) Pertentangan, remaja sering mengalami kebingunan karena terjadi

pertentangan pendapat antara mereka dengan orang tua. Sehingga

menimbulkan keinginan untuk melepaskan diri dari orang tua

kemudian di tentangnya sendiri. Pertentangan tersebut akan

menimbulkan kebingungan dalam diri remaja itu sendiri maupun

pada orang lain.

3) Mengkhayal, keinginan untuk menjelajah dan berpetualang tidak

semuanya tersalurkan. Sebab, menjelajah lingkungan sekitar yang

luas akan membutuhkan biaya yang banyak, padahal kebanyakan

remaja hanya memperoleh uang dari pemberian orang tuanya.

Akibatnya, mereka lalu mengkhayal, mencari kepuasan, bahkan

menyalurkan khayalannya melalui dunia fantasi.

Page 34: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

20

4) Aktifitas berkelompok, larangan orang tua sering kali

melemahkan/mematahkan semangat para remaja. Kebanyakan

remaja menemukan jalan keluar dari kesulitannya setelah mereka

berkumpul dengan teman sebaya untuk melakukan kegiatan

bersama secara berkelompok sehingga berbagai kendala dapat

diatasi bersama.

5) Keinginan mencoba segala sesuatu, remaja memiliki rasa ingin

tahu yang tinggi, sehingga cenderung ingin bertualang, menjelajah

segala sesuatu, dan mencoba sesuatu yang belum pernah

dialaminya. Misalnya remaja pria mencoba merokok ingin

membuktikan bahwa dia juga bisa melakukannya seperti orang

dewasa.

e. Tugas Remaja

Menurut Sarwono (2011), tugas remaja dalam perkembangan

adalah :

1) Menerima kondisi fisiknya dan memanfaatkan tubuhnya secara

efektif.

2) Menerima hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya dari

jenis kelamin yang manapun.

3) Menerima peran jenis kelamin masing-masing (laki-laki atau

perempuan).

4) Berusaha melepaskan diri dari ketergantungan emosi terhadap

orang tua dan orang dewasa lainnya.

Page 35: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

21

5) Mempersiapkan karier ekonomi.

6) Mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga.

7) Merencanakan tingkah laku sosial yang bertanggung jawab.

8) Mencapai sistem nilai dan etika tertentu sebagai pedoman tingkah

lakunya.

3. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

a. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Inisiasi Menyusu Dini (early Initiation) atau permulaan menyusu

dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi,

sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain yang

mempunyai kemampuan menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak

kulit bayi dengan ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah

lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan the

breast crawl atau merangkak mencari payudara (Roesli, 2008).

Dalam kutipan Swasono (2008), Inisiasi menyusu dini adalah proses

alami mengembalikan bayi manusia untuk menyusu, yaitu dengan

memberikan kesempatan pada bayi untuk mencari dan menghisap ASI

sendiri, dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya (Roesli,

2008).

b. Tujuan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Inisiasi menyusu dini dapat mengurangi 22 % kematian 28 hari.

Sekitar 40 % kematian tiap satu bulan pertama kehidupan bayi. Inisiasi

menyusu dini meningkatka keberhasilan menyusu ekslusif dan

Page 36: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

22

lamanya menyusu sampai dua tahun. Dengan demikian dapat

menurunkan angka kematian anak secara menyeluruh (Affandi, 2008).

Menurut Roesli (2008), Inisiasi Menyusu Dini juga berperan dalam

pencapaian Tujuan Millenium Development Goals (MDGs) yakni :

1) Membantu mengurangi kemiskinan

Jika seluruh bayi di Indonesia dalam setahun disusui secara

ekslusif 6 bulan, berarti biaya pembelian susu formula selam 6

bulan tidak ada.

2) Membantu mengurangi kelaparan

Pemberian ASI membantu memenuhi kebutuhan makanan bayi

sampai 2 tahun juga mengurangi angka kejadian kurang gizi dan

pertumbuhan yang terhenti yang umumnya terjadi pada usia ini.

3) Membantu mengurangi angka kematian anak.

c. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini

Menurut Roesli (2008), keuntungan menyusui meningkat seiring

lama menyusu ekslusif hingga enam bulan. Setelah itu, dengan

tambahan makanan pendamping ASI pada usia enam bulan, keuntungan

menyusu meningkat seiring dengan meningkatnya lama pemberian ASI

sampai dua tahun atau lebih. Menurut DepKes RI (2008) manfaat IMD

antara lain :

1) Bagi bayi

a) Mempertahankann suhu bayi tetap hangat.

Page 37: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

23

b) Menenangkan ibu dan bayi serta meregulasi pernafasan dan

detak jantung menjadi lebih stabil.

c) Kolonisasi bakterial di kulit dan di usus bayi dengan bakteri

badan ibu yang normal.

d) Mempercepat keluarnya meconim (kotoran bayi berwarna

hijau agak kehitaman yang pertama keluar dari bayi karena

meminum air ketuban).

e) Mengurangi bayi menangis sehingga mengurangi stress dan

tenaga yang dipakai bayi.

f) Mengatur tingkat kadar gula dalam darah dan biokimia lain

dalam tubuh bayi.

g) Membantu bayi dalam mengkoordinasikan hisap, telan, dan

nafas, sehingga saraf motoriknya terlatih

h) Memperoleh colostrum yang sangat bermanfaat bagi sistem

kekebalan bayi.

i) Mencegah terlewatnya puncak refleks menghisap pada bayi

yang terjadi 20-30 menit setelah lahir.

2) Bagi ibu

a) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi.

b) Merangsang kontraksi otot rahim sehingga mengurangi resiko

perdarahan sesudah melahirkan.

Page 38: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

24

c) Memperbesar peluang ibu untuk memantapkan dan

melanjutkan kegiatan menyusui selama masa bayi (6 bulan-2

tahun).

d. Tata laksana melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Menurut Roesli (2008), tata laksana melakukan Inisiasi Menyusu

Dini secara umum adalah :

1) Menganjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat

persalinan.

2) Menyarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat

kimiawi.

3) Mempersilahkan ibu untuk menentukan cara melahirkan yang

diinginkannya, misalkan melahirkan normal, di dalam air, atau

dengan jongkok.

4) Mengeringkan seluruh badan dan kepala bayi sebaikknya

dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangannya.

5) Menengkurapkan bayi di dada atau di atas perut ibu dan biarkan

bayi melekat dengan kulit posisi kontak kulit dengan kulit

dipertahankan minimal satu jam setelah menyusu awal selesai dan

keduanya diselimuti.

6) Membiarkan sendiri bayi mencari putting susu ibu, ibu dapat saja

merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak

memaksakan bayi ke putting susu.

Page 39: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

25

7) Memberikan dukungan pada ayah agar membantu ibu untuk

mengenali tanda–tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu.

8) Menganjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan

kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi

Caesar.

9) Memisahkan bayi dari ibu untuk ditimbang, diukur, dan dicap

setelah satu jam atau menyusu awal selesai.

10) Merawat gabung ibu dan bayi dalam satu kamar.

e. Tahapan perilaku sebelum menyusui

Menurut Roesli (2008), dalam Inisiasi Menyusu Dini melalui 5

(lima) tahapan perilaku sebelum bayi menyusu, yakni :

1) Dalam 30 menit pertama, stadium istirahat/diam dalam keadaan

siaga. Bayi diam tidak bergerak, sesekali matanya terbuka lebar

melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan

penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke luar

kandungan.

2) Antara 30–40 menit, mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti

mau minum, mencium, menjilat tangan. Bayi mencium dan

merasakan air ketuban yang ada ditangannya. Bau dan rasa ini akan

membimbing bayi untuk menemukan payudara dan putting susu

ibu.

3) Mengeluarkan air liur, saat menyadari ada makanan di sekitarnya

bayi mulai mengeluarkan air liurnya.

Page 40: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

26

4) Bayi mulai bergerak ke arah payudara. Areola (kalang payudara)

sebagai sasaran, dengan kaki menekan perut ibu. Bayi menjilat–

jilat kulit ibu, menoleh ke kanan dan ke kiri, serta menyentuh dan

meremas daerah putting susu dan sekitarnya dengan tangan yang

mungil.

5) Menemukan, menjilat, mengulum putting, membuka mulut lebar

dan melekat dengan baik.

f. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang dianjurkan

Menurut Roesli (2008), langkah–langkah melakukan Inisiasi

Menyusu Dini yang dianjurkan :

1) Begitu lahir, bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain

kering.

2) Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali

kedua tangannya.

3) Tali pusat dipotong, lalu diikat.

4) Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya

tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.

5) Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut

ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti

bersama–sama. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi

pengeluaran panas dari kepalanya.

Page 41: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

27

g. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang kurang tepat

Menurut Roesli (2008), umumnya praktek Inisiasi Menyusu Dini

yang kurang tepat tetapi masih dilaksanakan adalah sebagai berikut :

1) Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain

kering.

2) Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong

dan diikat.

3) Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan

selimut bayi.

4) Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi

kontak dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan di dada ibu (‘bonding’)

untuk beberapa lama (10-15 menit) atau sampai tenaga kesehatan

selesai menjahit perinium.

5) Selanjutnya, dingkat dan disusukan pada ibu dengan cara

memasukkan putting susu ibu ke mulut bayi.

6) Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan

(recovery room) untuk ditimbang, diukur, dicap, diadzankan oleh

ayah, diberi suntikan vitamin K, dan kadang diberi tetes mata.

h. Penghambat IMD

Menurut Roesli (2008), ada beberapa pendapat yang dapat

menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan kulit bayi adalah:

1) Bayi kedinginan.

Page 42: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

28

2) Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui

bayinya.

3) Tenaga kesehatan kurang tersedia.

4) Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk.

5) Ibu harus dijahit.

6) Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit

gonore (gonorrhea) harus segera diberikan setelah lahir.

7) Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur.

8) Bayi kurang siaga.

9) Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai

sehingga diperlukan cairan lain (cairan prelaktal).

10) Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi.

Page 43: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

29

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi Menurut Notoatmodjo (2010)

Sumber Pengetahuan : Penginderaan

IMD :

1. Pengertian 2. Tujuan IMD

3. Manfaat IMD 4. Tahapan

perilaku sebelum IMD

5. Tata laksana

IMD 6. IMD yang

dianjurkan 7. IMD yang

kurang tepat 8. Penghambat

IMD

Faktor Yang

mempengaruhi

pengetahuan :

1. Pendidikan

2. Media massa

3. Sosial budaya

dan ekonomi

4. Lingkungan

5. Pengalaman

6. Usia

Pengetahuan

Remaja :

1. Pengertian

Remaja

2. Batasan remaja

3. Tahap

perkembangan

remaja

4. Karakteristik

umum

perkembangan

remaja

5. Tugas Remaja

Page 44: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

30

C. Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Tingkat Pengetahuan

Mahasiswi tingkat III

Kebidanan tentang IMD

Baik

Cukup

Kurang

Page 45: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif

kuantitatif. Metode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang

dilakukan dengan tujuan untuk menerangkan atau menggambarkan

masalah yang terjadi berdasarkan karakteristik tempat, waktu, umur, jenis

kelamin,sosial, ekonomi, pekerjaan, status perkawinan, cara hidup (pola

hidup), dan lain–lain. Atau dengan kata lain, rancangan ini

mendeskripsikan seperangkat peristiwa atau kondisi populasi saat itu

(Hidayat, 2011).

Metode penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan

terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat

gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi di dalam suatu

populasi tertentu (Notoatmodjo, 2010).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Lokasi penelitian adalah tempat yang digunakan oleh peneliti dalam

melaksanakan kegiatan penelitian (Hidayat, 2011).

Page 46: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

32

Penelitian ini dilaksanakan di Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma

Husada Surakarta.

2. Waktu

Waktu penelitian merupakan jadwal yang digunakan oleh peneliti

dalam melaksanakan kegiatan penelitiannya (Hidayat, 2011).

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2012.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Polpulasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,

2010).

Populasi yang peneliti gunakan adalah seluruh mahasiswi tingkat III

prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang berjumlah

122 mahasiswi.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,

2011).Menurut Arikunto (2006), besarnya sampel yang harus diambil,

apabila subjek penelitian kurang dari 100 lebih baik di ambil semua,

sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah

Page 47: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

33

subjeknya lebih dari 100 bisa di ambil 10-15% atau 20-25% atau lebih

tergantung setidak-tidaknya dari :

a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.

b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini

menyangkut banyak sedikitnya data.

c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti.

Pada penelitian ini penulis mengambil sampel 25% sejumlah 31

mahasiswi.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel adalah suatu proses seleksi sampel yang

digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah

sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2011).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah simple random sampling. Dikatakan simple (sederhana) karena

pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian

dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Pengambilan sampel

acak sederhana dapat dilakukan dengan cara undian/lotre antar siapa yang

akan menjadi responden dengan tidak menjadi responden

(Sugiyono, 2010).

Page 48: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

34

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010).

Pada penelitian ini instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data

adalah kuesioner. Kuesioner adalahsejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui (Arikunto, 2010).

Penelitian ini alat yang akan digunakan adalah kuesioner. Dalam

penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup. Kuesioner ini digunakan

untuk mengukur tingkat pengetahuan mahasiswi. Kuesioner ini menggunakan

pilihan jawaban “Ya” atau “Tidak”. Pertanyaan dalam kuesioner ini

menggunakan pertanyaan favorabel atau pertanyaan positif yang berjumlah

22 soal dan pertanyaan unfavorabel atau pertanyaan negatif yang berjumlah 9

soal, sehingga apabila responden menjawab “benar” maka mendapat skor 1,

dan jika menjawab “salah” mendapat skor 0 (Notoatmodjo, 2003).

Untuk mengetahui kuesioner untuk penelitian ini valid dan reliabel,

terlebih dahulu dilakukan dilakukan uji validitas dan realibilitas dengan

karakteristik seperti sejenis diluar lokasi penelitian. Uji validitas dan

reliabilitas koesioner Karya Tulis Ilmiah telah dilakukan di STIKes Aisyiyah

Surakarta dengan jumlah responden 30 mahasiswi.

Dalam instrumen ini ada 30 soal tentang pengertian IMD, tujuan IMD,

manfaat IMD, perilaku sebelum melakukan IMD, tata laksana melakukan

IMD, IMD yang dianjurkan, IMD yang kurang tepat, penghambat IMD.

Page 49: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

35

Tabel 3.1

Kisi Kisi Kuesioner Tingkat Pengetahuan Mahasiswi Tingkat III Tentang

Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

No Variabel Sub Variabel Banyak

item No item

1 Tingkat

pengetahuan

mahasiswi

tingkat 3

tentang IMD

1. Pengertian

2. Tujuan IMD

3. Manfaat

IMD

4. Tata laksana

IMD

5. Tahapan

perilaku

sebelum

menyusui

6. IMD yang

dianjurkan 7. IMD yang

kurang tepat 8. Penghambat

IMD

3

4

5

4

3

4

5

2

1, 2, 3

4, 5, 6, 7

8, 9, 10, 11, 12

13, 14, 15, 16

17, 27, 28

18, 19, 20, 21

22, 23, 24, 25, 26

29, 30

JUMLAH 30

1. Uji validitas

Validitas adalah suatu suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Untuk

mengetahui apakah koesioner yang kita susun tersebut mampu mengukur

apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi antara

skors (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skors total koesioner

tersebut. Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi “product

moment”dengan menggunakan bantuan program SPSS.

Page 50: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

36

Adapun rumus korelasi “product moment” adalah sebagai berikut :

Keterangan:

N : Jumlah responden

rxy : Koefisien korelasi product moment

x : Skor pertanyaan

y : Skor total

xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total

Untuk mengetahui apakah suatu item pertanyaan valid, maka angka

korelasi harus dibandingkan dengan angka kritik tabel. Suatu pertanyaan

dinyatakan valid jika rhitung> rtabel, dengan taraf signifikansi 0,05 (Arikunto,

2010).

Berdasarkan hasil uji validitas yang telah dilakukan di STIKes

Aisyiyah Surakarta, dari 30 soal diperoleh 27 soal yang valid sedangkan

yang tidak valid berjumlah 3 soal, yaitu soal no 2, 23, dan 26 sehingga

harus dihilangkan. Dengan demikian alat yang digunakan ini valid dengan

hasil rhitung> rtabeldengan responden berjumlah 30 orang.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti

menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap

asas (ajeg) bila dilakukanpengukurandua kali atau lebih terhadap gejala

( ) ( ) }Y - Y {N }X X {

YX. - XY . N

222 2 ΣΣΣ−Σ

ΣΣΣ=

Nrxy

Page 51: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

37

yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo,

2010). Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan rumus

Spearman Brown(Hidayat, 2011). Adapun rumus Spearman Brown adalah

sebagai berikut :

Keterangan:

r11 :KoefisienReliabilitas Internalseluruh item

rb : Korelasiproduct momentantarabelahan

Jika sudah memperoleh angka reliabilitas, langkah selanjutnya adalah

mengkonsultasikan harga tersebut dengan tabel f product moment. Jadi,

apabila r11 �r tabel berarti reliabel, dan apabila r11 � r tidak reliabel , dengan

taraf signifikasi 0.05, dk : n-2 (Hidayat, 2011).

Setelah dilakukan uji reliabilitas di STIKes Aisyiyah Surakarta

diperoleh nilai Spearman Brown sebesar 0,860 sehingga kuesioner

dinyatakan reliabel.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan menurut Hidayat (2011), merupakan cara peneliti

untuk mengumpulkan data yang dilakukan dalam penelitian.

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden

melalui kuesioner. Sebelum mengisi kuesioner responden diberi

b

b

r

rr

+=

1

.2 11

Page 52: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

38

penjelasan tentang cara mengisi kuesioner dan selanjutnya memberikan

informed concent yang diikuti penyerahan kuesioner. Setelah kuesioner

diterima oleh responden, responden mengisi kuesioner yang telah

diberikan sesuai ketentuan.

Data primer pada penelitian yang telah dilakukan adalah pemberian

koesioner kepada mahasiswi kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta

sehingga didapatkan hasil berupa identitas responden dan diketahui tingkat

pengetahuan responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah pengumpulan data yang diperoleh dari orang

atau tempat lain dan bukan dilakukan oleh peneliti sendiri. Data yang

digunakan berasal dari studi pendahuluan.

Data sekunder pada penelitian yang telah dilakukan adalah data yang

diperoleh berupa data jumlah mahasiswi tingkat III kebidanan STIKes

Kusuma Husada Surakarta.

F. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang

hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008).

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep

pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status

Page 53: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

39

perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya.

(Notoatmodjo. 2010)

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal, yaitu

PengetahuanTentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

G. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek

atau fenomena (Hidayat, 2011). Definisi Operasional pada penelitian ini

dijabarkan sebagai berikut :

Tabel 3.2 Definisi Operasional penelitian

No Variabel Definisi

Operasional

Alat ukur Skala

Ukur

Hasil Ukur

1.

Tingkat pengetahuan

mahasiswi

tingkat III tentang IMD

Segala sesuatu yang diketahui

mahasiswi

tentang Inisiasi Menyusu Dini

Kuesioner Ordinal a. Baik: bila nlai responden yang

diperoleh (x)

>mean + 1 SD b. Cukup : bila

nilai mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD

c. Kurang : bila

nilai responden

yang diperoleh (x) <mean – 1 SD

Page 54: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

40

H. Metode Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Menurut Hidayat (2011), dalam proses pengolahan data terdapat

langkah-langkah yang harus ditempuh, yaitu :

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terdapat data yang terdiri atas beberapa kategori.

c. Data Entry

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer,

kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan

membuat tabel kontingensi.

2. Melakukan teknik analisis

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan analisis univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel

dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan

prosentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).

Page 55: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

41

Selanjutnya menurut Riwidikdo (2008), hasil untuk mengetahui

tingkat pengetahuan ibu ditunjukan dengan prosentase dengan keterangan

sebagai berikut

a. Baik, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) >mean+ 1 SD

b. Cukup, bila nilai responden yang diperoleh adalah mean –SD

<x<mean+ 1 SD

c. Kurang, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) <mean -1 SD

I. Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2011), masalah etika penelitian kebidanan merupakan

masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian

kebidanan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian

harus diperhatikan masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah

sebagai berikut :

1. Informent Consent

Informent Consentmerupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan

Informent Consent adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia, maka mereka

harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia,

maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang

Page 56: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

42

harus ada dalam informed consent tersebut antara lain : partisipasi pasien,

tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen,

prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat,

kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.

2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur

dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan hasil)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil riset.

Page 57: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

STIKes Kusuma Husada Surakarta adalah sebuah Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan yang berada di kota Surakarta. STIKes Kusuma Husada Surakarta

ini terdiri dari 3 program studi, yaitu Prodi S1 Keperawatan, Prodi DIII

Keperawatan dan Prodi DIII Kebidanan. Penelitian ini dilakukan di Prodi

DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada yang terletak di kampus II.Jumlah

mahasiswi tingkat III Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada

Surakarta pada tahun pelajaran 2011/2012 terdiri dari ± 122 mahasiswi dan

jumlah tenaga dosen yang mengajar sebanyak 24 dosen. Kampus Prodi DIII

Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta juga terdiri dari 2 ruang dosen,

1 meeting room, 1 ruang BEM, 1 ruang yayasan, 1 ruang konseling,1

perpustakaan, 1 musholla, 8 ruang kelas untuk kuliah dan lingkungan kampus

II Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta terlihat bersih

dan rapi.

B. Hasil penelitian

Berikut ini tabel hasil analisis tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III

tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Prodi DIII Kebidanan STIKes

Kusuma Husada Surakarta. Sebelum diketahui tingkat pengetahuan pada

Page 58: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

44

kategori baik, cukup dan kurang maka harus diketahui Mean ( !) dan Standar

Deviasi (SD) sebagai berikut :

Tabel 4.1 Data Hasil Perhitungan Mean dan Standar Deviasi berdasarkan SPSS

Variabel Penelitian Mean ( !) Standar Deviasi (SD)

Tingkat Pengetahuan Mahasiswi Tingkat III Tentang Inisiasi

Menyusu Dini (IMD)

23,0 2,490

Sumber : Data Primer

n

X

i∑=X

31

713 =

23=X

1

)(

2

=

n

n

XX

SD

30

31

50836916585

=

30

16399-16585 =

6,2 =

2,4899799 =

490,2 =

Page 59: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

45

Setelah diperoleh rata-rata dan Standar Deviasi maka, dapat dikatakan :

Baik, jika X � mean + 1SD

X � 23 + 1 × 2,490

X � 25,49

Cukup, jika mean – 1SD � X � mean + 1SD

23 – 1 × 2,490 � X � 23 + 1 × 2,490

20,51 � X � 25,49

Kurang, jika X � mean – 1SD

X � 23 –1 × 2,490

X � 20,51

Tabel 4.2

Tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

No Tingkat Pengetahuan Frekuensi Prosentase (%)

1 Baik 9 29,03

2 Cukup 19 61,30

3 Kurang 3 9,67

Jumlah 31 100

Sumber : Data Primer

Dengan demikian, tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma

Husada Surakarta, yang berpengetahuan baik sebanyak 9 mahasiswi(29,09%),

yang berpengetahuan cukup sebanyak 19 mahasiswi (61,30%), yang

berpengetahuan kurang sebanyak 3 mahasiswi (9,67%). Dari hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa mayoritas tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat

Page 60: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

46

III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta pada tingkat cukup, yaitu

sebanyak 19 mahasiswi (61,67%).

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa tingkat

pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di

Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang

berpengetahuan baik sebanyak 9 mahasiswi (29,09 %), yang berpengetahuan

cukup sebanyak 19 mahasiswi (61,30 %), yang berpengetahuan kurang

sebanyak 3 mahasiswi (9,67 %). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa

mayoritas tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III Kebidanan STIKes

Kusuma Husada Surakarta pada tingkat cukup yaitu sebanyak 19 mahasiswi

(61,67%).

Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil tahu dari manusia,

yang sekedar menjawab pertanyaan “what” misalnya apa air, apa manusia,

apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Adapun faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain : pendidikan, media

massa/informasi, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman, usia

(Notoatmodjo, 2007).

Inisiasi Menyusu Dini (early Initiation) atau permulaan menyusu dini

adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi

manusia seperti juga bayi mamalia lain yang mempunyai kemampuan

menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan ibunya,

Page 61: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

47

setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi

menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari

payudara. Menurut Roesli (2008), keuntungan dan manfaat menyusui

meningkat seiring lama menyusu ekslusif hingga enam bulan. Setelah itu,

dengan tambahan makanan pendamping ASI pada usia enam bulan,

keuntungan menyusu meningkat seiring dengan meningkatnya lama

pemberian ASI sampai dua tahun atau lebih.

Manfaat IMD bagi bayi, yaitu mempertahankann suhu bayi tetap hangat,

menenangkan ibu dan bayi serta meregulasi pernafasan dan detak jantung

menjadi lebih stabil, kolonisasi bakterial di kulit dan di usus bayi dengan

bakteri badan ibu yang normal, mempercepat keluarnya meconim (kotoran

bayi berwarna hijau agak kehitaman yang pertama keluar dari bayi karena

meminum air ketuban). mengurangi bayi menangis sehingga mengurangi

stress dan tenaga yang dipakai bayi, mengatur tingkat kadar gula dalam darah

dan biokimia lain dalam tubuh bayi, membantu bayi dalam

mengkoordinasikan hisap, telan, dan nafas sehingga saraf motoriknya terlatih,

memperoleh colostrum yang sangat bermanfaat bagi sistem kekebalan bayi,

mencegah terlewatnya puncak refleks menghisap pada bayi yang terjadi 20-

30 menit setelah lahir. Sedangkan manfaat IMD bagi ibu, yaitu dapat

meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi, merangsang kontraksi otot

rahim sehingga mengurangi resiko perdarahan sesudah melahirkan,

memperbesar peluang ibu untuk memantapkan dan melanjutkan kegiatan

menyusui selama masa bayi (6 bulan-2 tahun) (DepKes, 2008).

Page 62: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

48

Kategori tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang Inisiasi

Menyusu Dini (IMD) di Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada

Surakartapada pada kategori cukup, yaitu sejumlah 19 mahasiswi (61,30%)

dan hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh pengetahuan/informasidan

pengalaman responden. Pengetahuan/informasi yang diperoleh dari berbagai

sumber informasi akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila

seseorang banyak memperoleh informasi maka orang tersebut memiliki

pengetahuan baik dan berwawasan lebih luas. Sedangkan semakin banyak

pengalaman seseorang maka pengetahuannya semakin luas.

Dengan baiknya tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) diharapkan mahasiswidapat memberikan

informasi tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) kepada orang tua dan

keluarga sebelum melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sehingga dalam

melaksanakan asuhannyadiperoleh hasil yang optimal.

D. Keterbatasan

1. Kendala Penelitian

Kendala dalam penelitian ini adalah dalam menggumpulkan

responden secara bersama-sama dengan waktu yang terbatas.

2. KelemahanPenelitian

a. Dalam penelitian ini ada kelemahan dalam menyusun alat (kuesioner)

yang menggunakan jawaban tertutup sehingga responden tidak dapat

menguraikan jawaban selain jawaban yang tersedia.

Page 63: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

49

b. Variabel yang

digunakandalampenelitianinihanyavariabeltunggalyaitutingkatpengeta

huanmahasiswi tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

Page 64: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

50

BAB V

PENUTUP

Sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh peneliti yaitu untuk mengetahui

tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di

Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta maka peneliti

mengambil sampel 31 responden, dari hasil penelitian dan pembahasan dapat

diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma

Husada Surakarta dapat disimpulkan bahwa :

1. Tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini

(IMD) di Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta

termasuk dalam kategori baik yaitu 9 mahasiswi (29,03 %).

2. Tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini

(IMD) di Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta

termasuk dalam kategori cukup yaitu 19 mahasiswi (61,30 %).

3. Tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini

(IMD) di Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta

termasuk kategori kurang yaitu 3 mahasiswi (9,67 %).

Page 65: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-alviandwij... · langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur

51

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan mahasiswi

tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Prodi DIII Kebidanan

STIKes Kusuma Husada Surakarta, maka saran yang dapat penulis sampaikan

adalah :

1. Bagi responden

Diharapkan dapat lebih mendalami dan menambah informasinya tentang

Inisiasi Menyusu Dini agar dapat dalam memberikan asuhannya tepat.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk dapat mengembangkan

variabel penelitian dan sampel penelitian lebih banyak.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menambahkan literatur ataupun bahan bacaan tentang

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan lebih mengembangkan penelitian yang

lebih lanjut tentang Inisiasi Menyusu Dini.

4. Bagi Tenaga kesehatan

Diharapkan dapat memberikan informasi tentang Inisiasi Menyusu Dini

(IMD) pada orang tua dan keluarga sebelum melakukannya.